Menggerakkan Partisipasi Masyarakat

download Menggerakkan Partisipasi Masyarakat

of 22

Transcript of Menggerakkan Partisipasi Masyarakat

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPartisipasi masyarakat merupakan aspek yang penting dalam pembangunan. Partisipasi merupakan salah satu dari tiga unsur pembangunan berorientasi masyarakat selain unsur keadilan dan unsur pemberdayaan. Tingkat kepentingannya dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu : 1) partisipasi merupakan suatu hak, yang harus diperhatikan dan dihormati, 2) partisipasi merupakan aksi suatu kelompok, 3) partisipasi merupakan suatu bagian penting dari proses administrasi pembangunan, 4) partisipasi merupakan suatu indicator pembangunan masyarkat.Partisipasi masyarakat merupakan faktor penentu serta sekaligus sebagai indicator keberhasilan pembangunan. Seberapa kerasnya usaha pemerintah membangun, jika tidak melibatkan serta menumbuhkan partisipasi masyarakat serta tidak didukung oleh masyarakat, maka tingkat keberhasilan pembangunan dab keberlanjutan program pembangunan akan berbeda dengan kondisi jika masyarakat berpartisipasi.1.2 Maksud dan TujuanMaksud dan tujuan disusunnya karya tulis ini antara lain:1. Memberikan pemahaman teoritis kepada pembaca mengenai partisipasi masyarakat dalam pembangunan.2. Menyadarkan pembaca betapa pentingnya pengerahan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.3. Membantu pembaca untuk lebih memahami materi perkuliahan TPP & Adm. Proyek.4. Memenuhi kewajiban yang telah diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah TPP & Adm Proyek.1.3 Lingkup PembahasanHal-hal yang dibahas dalam karya tulis ini antara lain:1. Apa yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat ?2. Seluk-beluk partisipasi masyarakat.3. Penjelasan mengenai pengerahan partisipasi masyarakat.4. Peran masyarkat dalam pembangunan.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Partipasi MasyarakatDalam berbagai literatur, partisipasi masyarakat dalam pembangunan diinterpretasikan bermacam-macam, diantaranya: Partisipasi adalah gerakan masyarakat untuk terlibat dalam proses pembuatan keputusan, dalam pelaksanaan kegiatan, ikut menikmati hasil dari kegiatan tersebut, dan ikut serta dalm mengevaluasinya.(Upholf,1992).Partisipasi adalah suatu proses dimana sebagai pelaku (stakeholders) dapat mempengaruhi serta membagi wewenang dalam menentukan inisiatif-inisiatif pebangunan, keputusan serta pengalokasian berbagai sumber daya yang berpengaruh terhadap mereka. (Bank Dunia, 1994). Dari intepretasi diatas dapat ditarik garis besarnya yang kesemuanya menekankan tentang hak yang dimilki masyarakat untuk dapat terlibat secara demokratis dalam ikut menentukan berbagai hal yang menyangkut kehidupannya. Artinya bahwa masyarakat emilikli hak hak untuk berperan dalam perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dari pembangunan itu sendiri. Secara sederhana partisipasi adalah alat untuk mewujudkan pengaruh dari individu/kelompok yang selama tidak dianggap/diperhitungkan dalam perumusan sera penetapan kebijakan publik.Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengertian partisipasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Adjid (1985: 78) yaitu :a. Istilah partisipasi mengacu pada adanya beberapa subjek yang berinteraksi, ialah individu ( perorangan) yang berada dalam suatu (unit) masyarakat (kelompok), organisasi, perekonomian, pemerintah, bangsa, dimana masing-masing mempunyai keleluasaan untuk mengambil keputusan sendiri-sendiri, tapi terikat dalam suatu ikatan solidaritas tertentu untuk mewujudkan kepentingan atau rencana bersama.b. Terdapat kesukarelaan dan kesadaran dari individu untuk menjalankan peranan yang diberikan oleh organisasinya secara iklas. Gerakan anggota tidak ditimbulkan oleh penggunaan kekuasaan yang dipunyai oleh pimpinan (formal). Mobilitas bukan partisipasi.c. Partisipasi berkonotasi pada keterlibatan anggota perorangan pada proses pengelolaan sesuatu kegiatan (pengambilan keputusan, pengorganisasian, pengerahan sumber daya, pengawasan dan penyesuaian).d. Kelompok sasaran (target group) dari partisipasi adalah rakyat banyak, yang menurut Owens merupakan lapisan rakyat yang selama ini diabaikan oleh kaum elit. Sedangkan menurut Davis (dalam Khairuddin H, 1992:124) dalam pengertian partisipasi terdapat 3 hal pokok yaitu :1. Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi.2. Partisipasi menghendaki adanya kontribusi terhadap kepentingan atau tujuan kelompok.3. Partisipasi merupakan tanggung jawab terhadap kelompok.Nilai-Nilai Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat adalah suatu pendekatan atau jalan yang terbaik untuk pemecahan masalah-masalah kesehatan dinegara-negara yang sedang berkembang, karena hal-hal berikut (Notoatmodjo, 2007): a. Partisipasi masyarakat adalah cara paling murah. Dengan ikut berpartisipasi masyarakat dalam program-program kesehatan, itu berarti diperoleh sumber daya dan dana dengan mudah untuk melengkapi fasilitas kesehatan mereka sendiri. b. Bila partisipasi itu berhasil, bukan hanya salah satu bidang saja yang dapat dipecahkan, tetapi dapat menghimpun dana dan daya. c. Partisipasi masyarakat membuat semua orang bertanggung jawab untuk kesehatannya sendiri. d. Partisipasi masyarakat didalam pelayanan kesehatan adalah rangsangan dan bimbingan dari atas, bukan sesuatu yang dipaksakan dari atas. Ini adalah suatu pertumbuhan yang alamiah, bukan yang semu. e. Partisipasi masyarakat akan menjamin suatu perkembangan yang langsung, karena dasarnya adalah kebutuhan dan kesadaran masyarakat. f. Melalui partisipasi, setiap anggota masyarakat dirangsang untuk belajar berorganisasi, mengambil peran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Faktor Faktor Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat Menurut Cary dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa partisipasi dapat tumbuh jika tiga kondisi berikut terpenuhi: Merdeka untuk berpartisipasi, berarti ada kondisi yang memungkinkan anggota masyarakat untuk berpartisipasi. Mampu untuk berpatisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota masyarakat sehingga mampu untuk memerikan sumbangan saran yang kontruksif untuk program. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk berpatisipasi dalam program. Ketiga kondisi ini harus hadir secara bersama-sama. Apa bila orang mau dan mampu tetapi tidak merdeka untuk partisipasi, maka orang tidak akan berpatisipasi. Menurut Ross dalam Notoatmodjo(2005), terdapat tiga prakondisi tumbuhnya partisipasi, yaitu : a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang yang memadai sehingga dapat mengidentifikasi masalah, prioritas masalah dan melihat permasalahan secara komprehensif. b. Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan, dan belajar mengambil keputusan. c. Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif. Batasan diatas sebenarnya menuntut persyaratan bahwa orang-orang yang akan berpartisipasi akan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu kognisi tertentu. Menurut Notoatmodjo(2005), yang mengutip pendapat Chapin, partipasi dapat diukur dari tinggi rendah sampai yang tertinggi, yaitu: a. Kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan b. Memberikan bantuan dan sumbangan keuangan c. Keanggotaan dalam kepanitiaan d. Posisi kepemimpinan. Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: a. Adanya penolakan secara internal dikalangan anggota masyarakat dan penolakan eksternal terhadap pemerintah b. Kurang dana c. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat; dan d. kurang sesuai dengan kebutuhan. Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisisipasi Masyarakat Mikkelsen (2003) mengemukanan bahwa faktor-faktor yang memegaruhi patisipasi masyarakat itu yaitu: a. Faktor sosial yaitu dilihat adanya ketimpangan sosial masyarakat untuk berpartisipasi b. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap pembaharuan c. Faktor politik yaitu apabila prosespembangunanyang dilaksanakan kurang melibatkan masyarakat pada awal dan akhir proses pembangunan sehingga terkendala untuk berpatisipasi dan pengambilan keputusan Bentuk, jenis, dan tingkatan partisipasi masyarakatDavis (dalam Sastropoetro, 1986: 16) mengemukakan adanya beberapa bentuk dan jenis partisipasi, yaitu :1. Bentuk partisipasi.a. Sumbangan spontan dalam bentuk barang dan jasa ( Uang).b. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari sumbangan industri/instansi yang berada diluar lingkungan tertentu.c. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh komunitas (rapat desa).d. Mengadakan pembangunan dikalangan sendiri. 2. Jenis-jenis partisipasi.a. pikiran (phsychological participation).b. Tenaga (phsycal participation).c. Pikiran dan tenaga (phsychological and phsycal participation).d. Uang (money participation).Sedangkan jenis partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan seperti yang dikemukakan oleh Hamidjojo ( 1978: 18 ) adalah :a. Partisipasi buah pikiran merupakan kemampuan menambah pengetahuan dan pengalaman untuk mencapai mufakat atas berbagai masalah melalui musyawarah untuk mengawasi perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan.b. Partisipasi keterampilan yang merupakan kemampuan masyarakat untuk mengerahkan keterampilan dalam memanfaatkan sumber kekayaan alam dan nilai-nilai sosial dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.c. Partisipasi tenaga yang merupakan kemampuan masyarakat untuk menyumbangkan tenaganya khususnya tenaga kasar yang bersifat hastawi bagi proyek pembangunan seperti gotong royong, kerja bakti dan lain sebagainaya.d. Partisipasi harta benda yang merupakan kemampuan masyarakat untuk memberikan atau menyumbangkan harta benda terhadap usaha-usaha yang diserahkan oleh masyarakat akan meringankan beban hidup bersama dan sesamanya seperti membuat jalan, jembatan dan lain sebagainya.e. Partisipasi uang yaitu kemampuan masyarakat untuk memberikan swadaya gotong royong dalam pelaksanaan proyek pembangunan.Untuk membedakan antara satu bentuk dengan lainnya, partisipasi dapat dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu: a. Pertama, Manipulasi yaitu tingkat partisipasi yang terendah dan dapat dikategorikan sebagai tidak adanya partisipasi. Dalam tingkat ini, partisipasi difungsikan sebagai kesempatan untuk memaksakan kehendak pihak yang lebih berkuasa.b. Kedua, penyebarluasan informasi dimana berbagai pelaku telah diinformasikan mengenai hak, tanggung jawab, dan pilihan mereka, namun partisipasi dalam tingkat ini difungsikan sebagai komunikasi satu arah dan tidak terbuka kesempatan untuk bernegosiasi dan menyatakan pendapat.c. Ketiga, konsultasi yaitu tingkat partisipasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah dan pelaku dapat mengekspresikan pendapat dan pandangannya, tetapi tidak ada jaminan bahwa masukan-masukan mereka akan digunakan.d. Ke-empat, membangun kesepakatan, yaitu dimana berbagai pelaku berhubungan untuk dapat saling memahami antara satu dengan yang lainnya, bernegosiasi dan berkompromi terhadap bermacam hal yang paling diterima oleh semua.e. Kelima, pengambilan keputusan, yaitu dimana konsensus dihasilkan berdasarkan kesepakatan bersama dan terjadi pembagian tanggung jawab antara berbagai pelaku yang terlibat.Dalam tingkat ini, negosiasi dilakukan secara bertahap untuk memberikan kesempatan kepada seluruh pelaku dalam menyuarakan aspirasinya.f. Ke-enam, kemitraan, yaitu suatu hubungan kerja yang sinergis diantara berbagai pelaku untuk mewujudkan tujuan yang disepakati bersama. Di tingkat ini, para pelaku melakukan pembagian tanggung jawab serta resiko dari konsensus yang mereka hasilkan.Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan selalu dikaitkan dengan peran masyarakat di dalam pembangunan, Tingkatan itu dimulai dari yang paling rendah ke yang paling tinggi, yaitu : a. Memanfaatkan hasil pembangunan; b. Berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan; c. Berpartisipasi dalam pemeliharaan hasil pembangunan; d. Berpartisipasi dalam menilai hasil pembangunan;e. Berpartisipasi dalam ikut mengambil keputusan. Tingkat partisipasi yang terendah adalah memanfaatkan hasil pembangunan, sedangkan yang tertinggi adalah berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.Semakin tinggi tingkat fungsi partisipasi,seseorang semakin memerlukan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih tinggi pula. Lebih mudah memotivasi masyarakat untuk menikmati hasil pembangunan dibandingkan memotivasi untuk ikut melaksanakan pembangunan. Menikmati hasil pembangunan mungkin tak perlu bertahap sedangkan sebagai pelaksana memerlukan keterampilan.Tinggi rendahnya mutu partispasi masyarakat dibedakan menurut penyebab yang melatarbelakangi masyarakat itu bersedia berpartisipasi. Mutu partisipasi yang terendah ke yang paling tinggi dibedakan atas a. Berpartisipasi karena mendapat perintahb. Berpartisipasi karena ingin mendapat imbalanc. Berpartisipasi secara sukarela dalam arti tanpa mengharapkan adanya imbalan;d. Berpartisipasi karena prakarsa sendirie. Berpartisipasi yang disertai dengan kreasi atau daya ciptaPada prinsipnya, keberhasilan pembangunan tergantung pada adanya keterlibatan aktif masyarakat, sebaliknya pembangunan dapat merangsang partisipasi aktif masyarakat apabila benar-bemnar mencerminkan kepentingan atau aspirasi masyarakat. Untuk itu partisipasi masyarakat dalam perencanaan diantaranya dalam hal ikutserta menghadiri rapat-rapat persiapan perencanaan program, memberikan tanggapan atau usul mengenai gagasan yang ada, ikut menyetujui dan merumuskan rencana yang ada. Lebih detail, penjelasan mengenai bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan dipaparkan di bawah ini :1.Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunanPerencanaan mempunyai banyak pengertian yang tidak jauh berbeda dan saling melengkapi. Perencanaan dalam arti luas merupakan suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan adalah suatu pengerahan sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara efisien dan efektif. Dengan demikian perencanaan merupakan sebuah ramalan (Forecasting) kedepan melalui suatu proses yang menggambarkan keinginan dan kebutuhan serta yang memperhatikan pengalaman dengan menyatakan tujuan-tujuan, batasan-batasan dan kriteria yang akan diwujudkan.Mengenai pentingnya partsipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, apabila masyarakat tidak diikutkan secara dini dalam proses perencanaan pembangunan, sulit diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam pelaksanaan pembangunan. Miller dan Rein (dalam Ndraha, 1982 : 49) menyimpulkan bahwa :Suatu rencana atau keputusan yang telah disampaikan oleh pemerintah dan masyarakat hanya mendapatkan kesempatan untuk menyatakan setuju ( biasanya setelah diarahkan terlebih dahulu ) tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Alasannya bahwa masyarakat belum tahu apa-apa, janganlah digunakan. Demikian juga alasan bahwa pengikutsertaan masyarakat sejak awal sekali akan memperlambat proses pembangunan.Pendapat tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Siagian (1985 : 21) yang menyatakan bahwa pembangunan untuk masyarakat akan terwujud dengan cara atau melalui dan bersama rakyat sendiri. Ide atau rencana dibawa dalam rapat dan rakyat diberitahu dan diajak untuk berdiskusi. Dapat dismpulkan dari beberapa pendapat tersebut bahwa dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya dalam pembangunan desa (Kelurahan) akan berjalan bilamana anggota masyarakat sejak awal proses kegiatan diikutsertakan, khususnya dalam menyusun rencana pembangunan dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Demikian pula Ndraha (1982 : 49 ) berpendapat bahwa partisipasi dalam perencanaan wujudnya bisa berupa kehadiran dalam rapat, pemikiran, dan waktu.Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan menyangkut pemberian saran yang bertujuan menerima dan menolaknya Wood (dalam Bhattacharyya, 1977 : 24 ).Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan pada hakekatnya meliputi partisipasi dalam pemilihan alternatif tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan yang dapat berwujud usul, saran, tanggapan dan penentuan pilihan, yang kesemuanya dapat disampaikan dalam rapat (Musrenbangkel/Musbangkel).Pada prisisipnya, keberhasilan pembangunan tergantung pada adanya keterlibatan aktif masyarakat, sebaliknya pembangunan dapat merangsang partisipasi aktif masyarakat apabila benar-bemnar mencerminkan kepentingan atau aspirasi masyarakat. Untuk itu partisipasi masyarakat dalam perencanaan diantaranya dalam hal ikutserta menghadiri rapat-rapat persiapan perencanaan program, memberikan tanggapan atau usul mengenai gagasan yang ada, ikut menyetujui dan merumuskan rencana yang ada.2.Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusanPartisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan sangat penting sebab masyarakat dituntut untuk menentukan arah dan strategi pembangunan yang disesuaikan dengan sikap dan orientasi masyarakat itu sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh S.P. Siagian (1972 : 108) yang mengatakan bahwa partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan suatu proses dalam memilih alternatif yang diberikan oleh semua unsur masyarakat, lembaga sosial dan lain-lain. Demikian hal dengan Cohen dan Uphoff (1977 : 27) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan sebagai suatu proses menentukan pilihan diantara alternatif-alternatif selama kegiatan tersebut harus menjamin tujuan yang akan dilaksanakan.Dalam pengambilan keputusan dikembangkan informasi yang diperoleh dari anggota masyarakat sebagai suatu tanggapan baik yang mendukung maupun yang menolak ide atau gagasan baru. Pemberian tanggapan dan saran amat penting dalam rangka pengambilan keputusan yang lengkap dari beberapa alternatif baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Wood (dalam Supriatna, 1985 : 37) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan suatu alternatif, menyangkut pemberian tanggapan dan saran yang bertujuan untuk menerima atau menolaknya.Jadi, partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan adalah suatu proses dalam memilih alternatif-alternatif yang didasarkan pada pertimbangan yang menyeluruh dan konprehensip sehingga diperoleh rencana, strategi, dan kebijakan yang akan dilaksanakan untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses perumusan rencana dibutuhkan suatu perhitungan secara matang melalui berbagai pertemuan baik rapat, diskusi, dan bentuk pertemuan lainnya yang erat hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan khususnya dalam pelaksanaan program pengembangan pemberdayaan masyarakat kecamatan dan kelurahan (P2MK).3.Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunanPelaksanaan pembangunan juga memerlukan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat baik dari pemerintah maupun masyarakat. Dalam pelaksanaan pembangunan desa, Irwin T. Sander (dalam Supriatna, 1985 :38) mengemukakan unsur pelaksana pembangunan desa yaitu : (1). Local leaders (pemerintah desa), (2). Community organizers (pemuka masyarakat, pengurus LKMD,RT/RW, dan lain-lain), (3). Subject matters specialsts (kader pembangunan desa, Penyuluh teknis dan lain sebagainya), (4). Administrator (kepala wilayah ditingkat kecamatan sampai tingkat pusat), (5). Social partisicipation (partisipasi masyarakat).Dari uraian diatas terlihat bahwa masyarakat tidak hanya dituntut untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan suatu rencana kegiatan pembangunan, tetapi juga dituntut untuk ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan tersebut sehingga pelaksanaan dari kegiatan program dapat sesuai dengan rencana yang telah tetapkan. Masyarakat sebagai sumber pembangunan selain sebagai target pembangunan juga sebagai sumber pelaksana pembangunan. Koentjoroningrat (1974 :80) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan lebih menekankan kepada kemauan sendiri secara sadar untuk melaksanakan aktivitas-ativitas pembangunan, disini semua potensi manusia (tenaga kasar dan trampil serta dana) diarahkan bagi pelaksanaan pembangunan baik melalui swadaya gotong royong maupun sumbangan sukarela.Dari uraian-uraian tersebut dapat ditarik suatu pengetian bahwa partisipasi masyarakat sebagai salah satu unsur pelaksana pembangunan desa harus bertanggung jawab dalam aktivitas pelaksanaan pembangunan desa dengan jalan mengerahkan dukungan tenaga, keterampilan, dana serta fasilitas bagi program pembangunan yang telah ditetapkan dan menciptakan suasana kerjasama dengan pelaksana pembangunan lainnya. Pengerahan yang optimal dari potensi masyarakat bagi kepentingan pelaksanaan progam perlu digali, dipelihara dan dikembangkan sehingga mampu menciptakan suasana kemasyarakatan yang mendukung pembangunan serta terwujudnya aktivitas yang kondusif dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat terwujud apabila masyarakat dipandang sebagai objek sekaligus subjek bagi terlaksananya tujuan pembangunan khususnya bagi tercapainya sasaran dan tujuan dari program pengembangan pemberdayaan masyarakat kecamatan dan kelurahan (P2MK).4.Partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan hasil pembangunanPartisipasi masyarakat dalam memanfaatkan hasil pembangunan tidak terlepas dari hasil pembangunan itu sendiri, baik pembangunan fisik dan lingkungan maupun pembangunan nilai-nilai budaya serta adat istiadat masyarakat. Keberhasilan pembangunan juga dapat dilihat dari kualitas berupa adanya peningkatan kehidupan masyarakat akan sandang pangan, papan, pendidikan serta kesehatan, dan lain sebagainya, serta dapat juga dilihat dari sudut kuantitasnya berupa seberapa banyak program/proyek yang telah dilaksanakan yang dapat menunjang kualitas hidup masyarakat.Cohen dan Uphoff (1977 : 47-48) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam menerima hasil pembangunan tergantung pada distribusi maksimal suatu hasil pembangunan yang dinikmati atau dirasakan masyarakat, baik pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik. Selanjutnya Ndraha (1983 :50) mengatakan bahwa partisipasi dalam menerima hasil pembangunan berarti : menerima setiap hasil pembangunan seolah-olah milik sendiri; menggunakan atau memanfaatkan setiap hasil pembangunan; mengusahakan; merawat, memelihara secara rutin dan sistematis, tidak dibiarkan rusak dengan anggapan bahwa kelak tidak ada bantuan pemerintah untuk pembangunan yang baru.Dengan demikian, partisipasi aktif masyarakat dalam memanfaatkan dan memelihara hasil pembangunan sangat diperlukan. Semakin dirasakan dan dinikmati hasil pembangunan tersebut maka semakin besar pula kewajiban masyarakat untuk menjaga, memelihara serta meningkatkan sasaran program pembangunan baik pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik. 5. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi pembangunan Partisipasi masyarakat dalam melakukan evaluasi pembangunan sangat erat hubungannya dengan proses penyelenggaraan pembangunan. Partisipasi masyarakat pada dasarnya timbul sejak pengambilan keputusan suatu rencana, program/proyek pembangunan sampai berhasilnya program tersebut. Sebagaimana Cohen dan Uphoff (1977 : 56-57) yang mengatakan bahwa masyarakat harus terlibat terhadap penyelenggaraan pembangunan desa, baik yang ditentukan oleh lembaga formal maupun informal, secara langsung maupun tidak langsung dari segenap aktivitas politik maupun publik opinion.Jadi dapat dikatakan bahwa partisipasi aktif masyarakat dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan sangat penting dan dibutuhkan dalam menjamin keberhasilan tujuan pembangunan. Keikutsertaan masyarakat dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan dapat diwujudkan dalam bentuk pengawasan yang bersifat preventif dan represif terhadap program pembangunan yang dilaksanakan, sehingga pelaksanaannya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam rangka menjamin tercapainya tujuan pembangunan itu sendiri.

2.2 Menggerakkan Partisipasi MasyarakatPada tahap awal pembangunan, peranan pemerintah biasanya besar. Kegiatan pembangunan sebagian besar adalah usaha pemerintah. Bahkan di negara yang faham sosialisme yang murni, seluruh kegiatan pembangunan adalah tanggung jawab pemerintah. Namun, dalam keadaan negara berperan besar sekali pun, partisipasi masyarakat diperlukan untuk menjamin berhasilnya pembangunan. Studi empiris banyak menunjukkan banyak menunjukkan kegagalan pembangunan, atau pembangunan tidak mencapai sasaran, karena kurangnya partisipasi rakyat. Bahkan banyak kasus menunjukkan rakyat menentang upaya pembangunan. Seringkali pembangunan tidak mencapai sasaran karena tidak melibatkan rakyat. Hal tsb terjadi karena:a. Pembangunan hanya menguntungkan segolongan kecil masyarakatb. Masyarakat tidak memahami maksud pembangunanc. Pelaksanaan pembangunan tidak sesuai dengan pemahaman masyarakatd. Pembangunan dipahami akan menguntungkan rakyat tapi rakyat tidak dilibatkanOleh karena itu dalam administrasi pembangunan harus:a. Melibatkan rakyat, b. Harus dipahami maksudnya oleh rakyatc. Harus mengikutsertakan rakyat dalam pelaksanaannya, dan dilaksanakan sesuai dengan maksudnya, secara jujur, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan.Kini partisipasi masy dalam pembangunan diwujudkan dalam musyawarah perencanaan Pembangunan.Empat aspek penting dalam partisipasi antara lain:a. Terlibatnya rakyat dalam proses politik untuk arah, strategi, dan kebijaksanaan pembangunanb. Meningkatkan artikulasi(kemampuan) masyarakat dalam pembangunanc. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang konsisten dengan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan.d. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam pembangunanPermasalahan umun partisipasia. pertama, dari sisi pemerintah, yakni pemerintah kurang cepat dan tanggap di dalam: (1) memfasilitasi pengembangan/peningkatan kapasitas LSM dan masyarakat di dalam menjalankan fungsi pengawasan sosial dan partisipasinya di dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan Daerah; (2) mensosialisasikan seara luas makna pemberdayaan partisipasi masyarakat sesuai peraturan per-UU-an terhadap aparat pemerintah, DPRD, dan Masyarakat/LSM; (3) tidak adanya pedoman/ landasan pijak bagi Pemerintah untuk berperan dalam pengembangan partisipasi masyarakat/ LSM.b. Kedua, dari sisi Pemerintahan daerah terdapat masalah-masalah: (1) pemahaman otonomi daerah dan desentralisasi yang dilandasi prinsip-prinsip demokrasi, transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat belum dimiliki oleh umumnya jajaran pemerintahan daerah, masyarakat madani dan atau sektor swasta; (2) belum adanya pedoman mekanisme hubungan kemitraan dan sinergi antara masyarakat/ LSM dengan DPRD dalam penyaluran aspirasi/ tuntutan masyarakat dan fungsi pengawasan sosial masyarakat/ LSM terhadap DPRD. Keadaan ini menimbulkan kinerja DPRD apa adanya, tidak aspiratif, tidak peka dalam menampung aspirasi/ tuntutan masyarakat/ LSM, bahkan cenderung lebih aspiratif terhadap kepentingan partai atau organisasi masyarakat tertentu.c. Ketiga, dari sisi masyarakat/ LSM terdapat permasalahan yaitu: (1) masyarakat perorangan, kelompok kepentingan umumnya belum mengetahui dan mengerti atas haknya di dalam menyalurkan aspirasi/tuntutan kepada lembaga legislatif dan eksekutif, dan atau lembaga pemerintah lainnya; (2) peran lembaga RT/RW, lembaga adat dan keagamaan di lingkungan masyarakat belum berfungsi dan berperan di dalam mensosialisasikan hak-hak rakyat dan partisipasinya di dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah; (3) keterbatasan pengetahuan masyarakat dan kesenjangan serta ketidak-adilan memberikan dampak tersendiri di dalam menyalurkan hak dan aspirasinya sering menjadi obyek/kedok kepentingan kelompok tertentu dalam menyelurkan tuntutannya. (4) sebagian besar LSM belum memiliki SDM, kelembagaan dan landasan hukum yang memadai, dan tidak mandiri, bekerja sesuai dengan dukungan dana. (5) keterbatasan pengetahuan/ketrampilan SDM LSM mengakibatkan dalam setiap kegiatannya tidak terfokus atau terarah dengan jelas dalam menyalurkan tuntutan dan aspirasinya, dan bahkan tidak jarang melanggar rambu-rambu peraturan perundangan yang berlaku karena tidak memahami peraturan perundangan yang mendasari tuntutannya. (6) kurangnya komunikasi di antara LSM sering menimbulkan duplikasi dalam kegiatannya di masyarakat, hal ini juga disebabkan ego kepentingan dari penyandang dana. (7) cukup banyak LSM musiman atau berpredikat supir tembak yang dalam kegiatannya sulit dipertanggungjawabkan baik di masyarakat maupun terhadap penyandang dana.Tiga hal penting dalam partisipasi antara lain:a. Kepemimpinan, bagaimana pemimpin menciptakan partisipasi dalam pembangunanb. Komunikasi, Bagaimana pemerintah mengkomunikasikan pembangunanc. Pendidikan, Pendidikan tinggi akan mempermudah partisipasiBagaimana meningkatkan partisipasi masyarakatUsaha meningkatkan partisipasi masyarakat berkaitan dengan beberapa kondisi awal yang harus dipenuhi sebelum partisipasi bebas, apakah spontan ataupun dibangkitkan, terjadi:a. Masyarkat menyadari bahwa situasi sekarang tidak memuaskan, tidak sesui dengan tujuan mereka, yang mungkin untuk dirubah atau diperbaiki dan bahwa mereka dapat dan akan menyumbang terhadap perubahan situasi ini.b. Masyarakat harus diyakinkan bahwa keuntungan berkaitan dengan proses pembangunan direncanakan dan partisipasi merekan lebih besar dari biayanya. Masyarakat diyakinkan bahwa merekan akan mendapatkan beberapa keuntungan ekologi, sosial, atau material.c. Masyarkat harus diberi kesempatan untu terlibat dalam beberapa tahap dari proses pembangunan yang direncanakan, Masyarakat akan berpartisipasi bila konteks sosial dan politik membuatnya mungkin berpartisipasi.2.3 Peran Masyarakat dalam PembangunanAgenda peningkatan optimalisasi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada era globalisasi seperti saat ini semakin memiliki nilai strategis untuk dibicarakan. Hal ini cukup penting, mengingat dari rangkaian pembicaraan yang terjadi, diharapkan akan memunculkan pemikiran-pemikiran, ide-ide serta gagasan-gagasan yang inovatif, kreatif serta berwawasan ke depan bagi kemajuan hubungan yang lebih erat antara pemerintah dan masyarakat. Dari pembicaraan itu juga, bisa saja ditemukan kesimpulan-kesimpulan yang baik bagi pengembangan serta peningkatan partisipasi masyarakat.Sebagaimana kita tahu, saat ini, partisipasi masyarakat telah berada dalam posisi yang semakin penting. Ini terjadi sebagai konsekuensi logis dari terbukanya kran kebebasan berekspresi masyarakat akibat proses reformasi yang terjadi tahun 1998 di Indonesia. Dampaknya, masyarakat menjadi lebih kritis dan terbuka mengakaji serta mengkritisi kebijakan-kebijakan yang akan dan sedang dilakukan pemerintah.Dari kondisi tersebut, bermunculanlah lembaga-lembaga yang tumbuh di tengah masyarakat yang bukan saja sebagai wujud kepedulian terhadap nasib mereka sendiri. Ternyata lembaga-lembaga atau organisasi itu ada pula yang tumbuh menjadi alat-alat atau sarana-sarana bagi mediasi kepentingan masyarakat, termasuk pula kepada pemerintah. Terkait dengan hal itulah, adalah hal yang wajar saat ini jikalau pemerintah sendiri melihat hal ini dengan bijak serta berbaik sangka. Pemerintah harus pula siap menjadi lebih terbuka, akuntabilitas serta lebih transparan menghadapi iklim yang terjadi di masyarakat saat ini.Berbagai rencana pembangunan yang dimiliki pemerintah semestinya sudah mulai mengajak partisipasi masyarakat. Karena tanpa didukung peran serta masyarakat, pembangunan yang dilaksanakan akan menjadi kurang efektif. Dari tahun ke tahun, proses pembangunan yang dilakukan pemerintah ternayta juga semakin dikritisi oleh masyarakat. Dan dampaknya, tumbuh bias-bias negatif dari masyarakat terhadap proses pembangunan yang sedang atau akan dilakukan. Salah satu gejala negatif yang muncul di tengah masyarakat, yaknitumbuhnya sebuah sikap yang apatis terhadap proyek pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Sekurang-kurangnya, ternyata masyarakat ada yang tidak peduli dengan proses pembangunan yang sedang dan akan dilakukan.Ini jelas menunjukkan adanya sebuah gejala kurangnya partisipasi masyarakat terhadap agendapembangunan. Kasus ini misalnya muncul dalam beberapa peristiwa penolakan masyarakat terhadap beberapa proyek pembangunan yang akan dilakukan pemerintah. Salah satu indikasi yang mungkin timbul bisa jadi karena berangkat dari adanya ketidakberdayaan masyarakat untuk menghadapi masalah internal mereka.Dari sana tumbuh gejala-gejala kekecewaan yang akhirnya bisa saja terakumulasi pada pemerintah, termasuk ketika pemerintah justeru bermaksud memperbaiki masyarakat lewat agenda pembangunan yang dilakukan. Di samping hal tersebut, bisa jadi pemerintah yang memang kurang melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Meskipun kritik-kritik di atas ada benarnya, tetapi dengan hanya menyalahkan masyarakat tanpa mencari faktor-faktor penyebabnya maka permasalahannya tidak dapat dipecahkan. Yang lebih penting adalah mencari solusi yang sifatnya komprehensif dan sistematis, sehingga setiap masalah yang ada bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya.Peran Masyarakat Dalam Pembangunan BangsaApabila kita cermati keadaan yang terjadi di sekitar lingkungan kita, masyarakat kecil atau masyarakat kelas bawah ternyata bukanlah masyarakat yang secara keseluruhan hanya mampu menggantungkan kehidupannya pada pihaklain, dalam hal ini terutama pada pemerintah. Mereka juga bukan seluruhnya dapat dikatakan akan menjadi beban pembangunan bangsa. Kenapa bisa dikatakan seperti itu, bukan lain karena diantara mereka juga pada dasarnya tumbuh semangat untuk mandiri dan lepas dari ketergantungan pada pihak lain.Kasus di Jakarta menunjukkan, ternyata partisipasi masyarakat terhadap perekonomian cukup berarti bagi kelangsungan roda pertumbuhan ekonomi, minimal mengurangi beban yang seharusnya menjadi tanggungan pemerintah. Dalam kasus ini, Biro Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menghitung, ternyata pedagang kaki lima Jakarta menyetor pungutan liar sebesar Rp 53,4 milyar/tahun, dengan omzet Rp 42,3 milyar/hari!. Dari aset dan omzet yang ada, ternyata sektor ini tidak begitu miskin, artinya angka yang dihasilkan oleh mereka ternyata juga cukup besar.Jadi dalam kasus tadi, sikap para pedagang kaki lima ternyata menunjukkan bahwa mereka mampu eksis di tengah gelombang terpaan krisis ekonomi yang terjadi. Jelas sikap kewirausahaan semacam itu akan cukup signifikan bagi peningkatan kemampuan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan di beberapa kota lainnya, kita bisa menyaksikan, betapa di jalan-jalan utama kota tadi, kinitelah tumbuh pusat-pusat ekonomi informal yang juga ternyata mampu membantu menaikan pendapatan ekonomi warga masyarakat serta diyakini kedepannya akan berimplikasi pada peingkatan kehidupan dan kesejahteraan para pedagang yang ada di sana.Makanya tidak seluruhnya benar ungkapan yang mengatakan bahwa penyebab keterpurukan ekonomi bangsa ini adalah karena adanya ketidakmampuan untuk menumbuhkan modal (capital). Dari segi ekonomi, modal adalah memang salah satu kekuatan pertumbuhan ekonomi. Namun tanpa dibarengi dengan kekuatan untuk berusaha dengan keras, tetap saja akan kurang signifikan dengan peningkatan produktivitas. Sebagaimana para pedagang kaki lima tadi, dengan modal terbatas, akhinya mereka tetap mampu eksis. Dengan mereka eksis, minimal mereka akan mampu memenuhi kebutuhan-kebuuhan dasar kehidupan keluarganya. Diharapkan dari peningkatan tersebut, akan meningkatkan pula kesejahteraan keluarga mereka. Dengan begitu, pemerintah tinggal mendorong semangat berwirausaha ini menjadi semangat kolektif yang terus pula dikembangkan menjadi lebih luas lewat pembinaan-pembinaan kelompok usaha-kelompok usaha yang ada di masyarakat, atau paling tidak memberikan arahan-arahan bagi pengembangan usaha mereka secara personal.Adapun, kalau kita jabarkan secara singkat dan sederhana, peran apa saja yang dilakukan masyarakat dalam berpartisipasi dalam peningkatan pembangunan daerah adalah, diantarnya:Peran di Bidang PendidikanPendidikan adalah permasalahan besar yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa dan negara. Karena itu, tuntutan reformasi politik, ekonomi, sosial, hak azasi manusia, sistem pemerintahan dan agraria tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem pendidikan. Krisis multidimensi yang melanda negara dan bangsa Indonesia dewasa ini, tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi, sosial dan politik, melainkan juga oleh krisis pada sistem pendidikan nasional.Upaya pemerintah memberikan bantuan darurat dalam bentuk materi baik melalui program jaring pengaman sosial maupun melalui proyek Padat Karya ternyata belum mampu memberdayakan masyarakat miskin secara maksimal. Tentu saja masyarakat lapisan bawah sangat memerlukan bantuan semacam ini. Akan tetapi, fakta-fakta di lapangan menunjukkan bahwa upaya tersebut masih sarat dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Bantuan yang seharusnya menjadi porsi dan hak masyarakat lapisan bawah justru sebaliknya kadangkala dinikmati mereka yang tidak berhak.Pola partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan seharusnya memang bukan pola yang bersifattop-down interventionyang terkadang mengandung nuansa kurangmenjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melakukan kegiatan swadaya. Akan tetapi yang relatif lebih sesuai dengan masyarakat lapisan bawah terutama yang tinggal di desa adalah pola pemberdayaan yang sifatnyabottom-up interventionyang di dalamnya ada nuansa penghargaan dan pengakuan bahwa masyarakat lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha pendidikan dengan prinsip swadaya dan kebersamaan. Bagaimana peran partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan formal dan nonformal untuk melahirkan SDM yang berkualitas tentu saja menjadi pekerjaan rumah semua pihak.Masalahnya adalah bagaimana pemerintah menjadi motivator dan akselerator yang baik bagi tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan milik masyarakat sehingga mampu menjadi daya dukung pembangunan SDM yang berkualitas. Pada tataran ini pula, pemerintah harus mendorong secara maksimal agar masyarakat mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik, yang didalamnya terdapat tujuan mulia untuk mengubah perilaku masyarakat, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan menjadi seorang insan yang utama .Peran di Bidang EkonomiSebagian besar masyarakat Indonesia adalah petani dan buruh. Ironisnya, sejumlah besar petani kita, bekerja dan hidup di atas lahan yang bukan milik mereka sendiri. Mereka yang merasa memiliki lahan pun kadangkala tanpa hak kepemilikan yang resmi. Legalisasi serta sertifikasi tanah yang ada baru mencakup sebagian kecil dari lahan yang diolah para petani. Di tengah kondisi itu, pemerintah belum mengupayakan perbaikan maksimal nasib para petani. Wajarlah ketika akhirnya di Jawa Tengah para petani yang kecewa kepada pemerintah membakar gabah yang merupakan hasil panen dari kerja keras dan banting tulang mereka selama ini.Sedangkan nasib para buruh di Indonesia, ternyata tidak begitu jauh dari para petani. Karena umumnya para buruh kita berangkat dari latar belakang pendidikan yang rendah, maka mereka cenderung tidak punya pilihan selain hanya menjadi buruh selamanya. Artinya, hampir bisa dikatakan ketika usia mereka masih belia dan masuk ke sektor ini, hingga kemudian mereka menjadi tua, dalam prakteknya mereka mengalami kesulitan untuk bisa beralih ke profesi lain yang lebih baik. Terkadang para buruh ini pula yang pada akhirnya justeru melahirkan buruh-buruh generasi selanjutnya yang akan menggantikan mereka. Lingkaran kemiskinan yang terjadi di kalangan petani dan buruh ternyatamenyebabkan rentannya kehidupan ekonomi mereka. Kondisi ini pula pada perkembangan selanjutnya berimplikasi pada perekonomian sebagian besar penduduk Indonesia.Di tengah-tengah kondisi yang terjadi tersebut, ternyata juga, terjadi pula ledakan urbanisasi, kekumuhan dan ekspansi sektor informal yang muncul sebagai bagian kompleksitas problema kehidupan masyarakat. Di saat yang sama, seringkali kebijakan yang dilakukan pemerintah difokuskan justeru pada pembangunan sektor formal semata. Pada kenyataannya, fenomena sektor informal haruslah kita lihat sebagai bagian dari ekspansi ekonomi yang lebih banyak memberi harapan daripada permasalahan. Belajar dari pengalaman di Barat, pemerintah di sana seringkali memberikan wadah formal yang sesuai untuk masyarakat yang bergerak di sektor informal tersebut.Peran di Bidang PolitikPada dataran konseptual, banyak pihak yang menyangka bahwa politik pada dasarnya adalah hal yang hanya berurusan dengan kekuasaan. Padahal secara substansial, politik sebenarnya menyangkut juga kehidupan manusia secara luas. Makanya dalam kehidupan praktis, kita menjumpai istilah politik ekonomi, politik pendidikan serta istilah politik lain yang dihubungkan dengan persoalan yang terjadi.Namun begitu, dalam konteks pembicaraan politik saat ini, kita akan memfokuskan pada dua hal pembahasan.Pertama, politik yang kita maknai sebagai wahana (arena) perjuangan tempat elemen dalam masyarakat bersaing mendapat porsi dalam kekuasaan yang ada dalam bentuk institusi legislatif dan eksekutif yang adadi berbagai tingkatan.Kedua, ketika masalah pertama tadi telah dilampaui, maka keadaannya menjadi bergeser ke dalam manajemen kekuasaan tersebut. Secara substansi harusnya kekuasaan mampu memberikan jawaban kepada publik, akan diarahkan kemana kekuasaan yang telah diraih. Secara ideal, siapapun yang pada akhirnya berkuasa secara syah sekaligus secara legal formal aturan demokrasi bisa terpenuhi harusnya mengarahkan kekuasaan yang ada pada pencapaian sebesar-besarnya bagi pengurusan kepentingan masyarakat. Secara spsifik berarti memperbesar legitimasi dan fokus awal (yang ada pada kelompok atau elemen pendukung awal; bisa berupa satu partai atau gabungan) untuk sanggup melintasi tujuan bersama yang lebih baik, yakni menuju masyarakat berkualitas yang dalam kehidupannya tercipta keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Masyarakat yang dalam hidupnya pula tercipta rasa aman, damai sentausa, tanpa takut pada tekanan atau intimidasi pihak lain.Untuk mewujudkan hal yang seperti di atas, pada dasarnya di masyarakat sendiri sebenarnya telah terbangun sendi-sendi kehidupan yang mengarah ke sana. Di tengah masyarakat pula, kita saksikan ada banyak tokoh masyarakat, baik yang berlatar belakang tokoh agama (kyai, ulamaatau ustadz), tokoh sosial, aparat pemerintahan maupun para pemimpin informal lainnya yang selalu saja akan segera sigap membantu penyelesaian masalah begitu terjadi kesalahpahaman atau persoalan-persoalan lain yang terjadi di tengah masyarakat. Potensi inilah yang secara khusus harus kita syukuri, mengingat perselisihan pandangan atau perbedaan politik seperti apapun yang terjadi di masyarakat kita,akan segera selesai ketika para tokoh masyarakat sedera ikut serta membantu penyelesaian masalah yang terjadi.Peran di Bidang Sosial BudayaKarya sastra dan kesenian yang tumbuh di tengah masyarakat ternyata kadangkala mampu membuatbanyak orang terpengaruh, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pengaruh ini, baik sebatasvisi dan pandangan hidup atau malah pada perilaku keseharian. Dengan begitu kesan yang mungkin ditimbulkan oleh sebuah produk kesenian haruslah mampu terkontrol. Artinya, seni dan produk berkesian secara ideal seyogianya berada dalam koridor tatanan normatif yang mampu menjembatani kebebasan berekspresi dan etika yang berlaku di tengah masyarakat. Ini haruslah dilakukan, mengingat Indonesia adalah negara yang secara nyata menjadikan dasar-dasar kehidupan masyarakatnya berada di atas landasan moral dan spiritual yang baik. Jika tidak terjadi keseimbangan seperti itu, maka dikhawatirkan akan terjadi polemik berkepanjangan tanpa penyelesaian. Ini terjadi sebagaimana pada beberapa waktu yang lalu, yang dimungkinkan karena berbedanya cara pandang terhadap seni dan produk kesenian yang ada di tengah masyarakat.Dunia seni dan produk kesenian pada dasarnya adalah produk budaya masyarakat. Kalau kita amati dalam perjalanannya di tengah kehidupan bangsa, kadangkala seni dan produk budaya bangsa ini pula yang mampu menjadikan bangsa kita dihormati dan dihargai oleh bangsa lain. Dengan begitu, seni adalah asset besar bangsa yang kalau bisa dikelola dengan baik serta tetap memegang etika yang baik akan justeru menaikkan derajat bangsa.Dan sebagaimana kita telah ketahui bersama, di tengah masyarakat kita telah tumbuh beranekaragam kesenian dan budaya yang merupakan warisan dari para orang tua serta nenek moyang kita. Halini, tentu saja wujud kekayaan yang tak ternilai harganya bagi bangsa. Dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, kesenian dan budaya ini akan menjadi semakin bermanfaat besar ketika kita terus menggalai, mengembangkanserta memberikan inovasi-inovasi kreatif. Sehingga pada akhirnya usaha-usaha ini akan mejadikan masyarakat semakin menghargai kesenian dan budaya kita.Peran di Bidang Mental Spiritual (Keagamaan)Untuk meningkatkan kehidupan keberagamaan masyarakat, diperlukan sistem yang tepat, terpadu dan sistemik. Untuk membangun hal tersebut, tentu saja pemerintah tidak bisa berdiri sendiri, diperlukan peran masyarakat yang lebih luas. Pendidikan agama yang selama ini berjalan tentu saja tidak akan memadai untuk sekedar memahamkan orang.Dan memang, pendidikan agama bukanlah segala-galanya, tetapi ia lebih sebagai stimulan untuk mengembangkan pendidikan nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki. Kita semua mengetahui bahwadinamika pendidikan yang terjadi berjalan sangat cepat, sementara perbaikan sistem yang bisa dilakukan terbatas dan butuh waktu yang tidak sedikit. Dinamika ini pula kadangkala tidak bisa direspon sesegera mungkin secara cepat. Oleh karena itu, kerjasama mutlak diperlukan oleh semua pihak.Tidaklah cukup kalau hanya dilakukan kerja-kerja yang sifatnya parsial. Maka dibutuhkan upaya pendidikan agama secara terpadu untuk menutupi kebutuhan ini.Pendidikan agama pada dasarnya diarahkan kepada tiga aspek, yaitu:pertama, penguatan aspek Ibadah, melalui ibadah-ibadah rutin harian, serta ibadah sunah.Kedua, pengayaan pemikiran dan wawasan keilmuan melalui kegiatan membaca, diskusi dan kajian yang berjalan secara rutin. Danketiga, peningkatan kemampuan teknis dan keterampilan hidup (life skills) baik untuk kepentingan dalam lingkup pribadi maupun dalam lingkup berorganisasi di tengah masyarakat. Ketiga hal tadi, akan lebih baik pula ketika di sana juga ditumbuhkan serta dilatih kedisiplinan dan keterampilan dalam konteks pembinaan mental kepemimpinan.Dalam hal ini, fungsi kontrol pemerintah adalah memotivasi dan mengevaluasi aktifitas pendidikan agama yang dilakukan masyarakat. Pemerintah dalam batas yang memungkinkan, ikut memfasilitas program pendidikan tersebut, misalnya dengan menggelar berbagai kajian dan pelatihan peningkatan keberagamaan masyarakat.Yang perlu dipahami bersama, diantara karakter penting sistem pendidikan yang ada adalah penguatan pada sisi pendidikan kepribadian atau disebut juga akhlak.. Masyarakat juga diarahkan agar mampu untuk memahami dan menguasasi berbagai bidang keilmuan dan ketrampilan, berkonsekuensi pada tidak mungkinnya semua itu bisa dipenuhi oleh penyelenggara pendidikan agama. Maka diperlukanlah aktifitas yang terpadu dan terencana secara baikPeran di Bidang Keamanan, Ketertiban dan KeindahanOrang barat seringkali mengatakanIndonesia is a violent country. Itulah kata-kata penyunting Freek Colombijn dan J. Thomas Lindblad ketika memberi pengantar sebuah buku yang berjudulRoots of Violence in Indonesia(menelusuri akar-akar kekerasan di Indonesia). Mereka dalam buku tersebut mengatakan bahwa geneologi kekerasan itu sendiri ternyata berakar cukup kuat di Indonesia. Terutama sejak jatuhnya rezim orde baru. Kekerasan menurut mereka seperti menjadi ritualitas masyarakat Indonesia yang diproduksi dan direproduksi kembali. Kekerasan bulan Mei, Situbondo, Sambas, Ketapang, Sampit, Maluku, dan seterusnya, cukup jelas menunjukkan bahwa Indonesia menurut mereka adalahviolent country.Menuju Peningkatan Peran MasyarakatDiakui atau tidak, sebagian masyarakat dari hari ke hari ternyata semakin meningkat ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologinya. Namun begitu, masih ada pula masyarakat yang masih bergelut dengan kehidupan yang berada di lingkaran garis kemiskinan. Keanekaragaman seperti ini, kalau mampu dimenejdengan baik akan mampu mempercepat proses pembangunan yang ada.. Artinya kalangan masyarakat yang mampu, kalau bisa diajak dengan baik untuk bisa terlibat dengan pemerintah membantu peningkatan mereka yang berada di garis kemiskinan maka akan mempercepat proses pembangunan yang dilakuakan.Walaupun begitu,ada memang masyarakat yang cukup kritis terhadap proses pembangunan yang dilakukan pemerintah. Oleh karenanya, untuk memperkecil persepsi serta cara pandang yang berbeda terhadap pembangunan yang dilakukan, maka pemerintah pun secara ideal semakin mampu mendekatkan dirinya dengan masyarakat, sehingga nantinya akan menjadi satu kesatuan yang mampu sinergis bagi kemajuan pembangunan di masa yang akan datang. Untuk itu perlu kiranya dipikirkan, dikaji ulang serta ditingkatkan hal-hal sebagai berikut :1. Perluasan Partisipasi PublikPartisipasi ini bisa berupa layananhotlinetelepon, sms, internet dan lain-lain yang semakin mempermudah masyarakat berkomunikasi dengan pemerintah. Mereka dengan sarana yang semakin mudah akan dengan mudah menyampaikan keluhan, masukan serta gagasan atau ide-ide yang akan memacu semakin cepatnya respon dan kemajuan di sebuah tempat. Dengan begitu secara keseluruhan, masyarakat merasa bahwa pemerintah ternyata amat dekat dengan kehidupan mereka.2. Pelibatan Publik dalam Agenda PembangunanPartisipasi publik dalam agenda pembangunan bisa saja secara teknis mengacu pada bagian pertama, namun secara mekanisme dapat pula dibuka ruang-ruang publik yang lebih luas yang bisa berupa public hearing, diskusi, seminar agenda pembangunan atau lewat berbagai acara atau media yang pada intinya mengajak masyarakat terlibat dalam rencana-rencana pembangunan yang akan dilakukan. Dari sana diharapkan tumbuh semangat memiliki dan rasa tanggungjawab dari masyaraakat terhadap sarana prasarana yang dibangun atau pada pembangunan secara keseluruhan.3. Penciptaan Transparansi Kebijakan PembangunanTransparansi perlu dilakukan oleh pemerintah di berbagai tingkatan. Ini diperlukan bagi tumbuhnya iklim saling menghargai dan menghormati serta saling membantu antara masyarakat dengan pemerintah. Di samping itu, kalau hal ini mampu dilakukan maka akuntabilitas pemerintah akan terwujud dengan baik.

BAB IIIKESIMPULANSecara umum, partisipasi masyarkat dapat diartikan sebagai dukungan rakyat terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Oleh karena itu dalam administrasi pembangunan harus: (1) Melibatkan rakyat; (2) Harus dipahami maksudnya oleh rakyat; (3) Harus mengikutsertakan rakyat dalam pelaksanaannya, dan (4) dilaksanakan sesuai dengan maksudnya, secara jujur, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan.

DAFTAR PUSTAKAwww.kompasiana.com/post/sosbud/2011/05/24/peran-masyarakat-dalam-pembangunan/http://eprints.undip.ac.id/9849/1/administrasi-bagi-pembangunan-manajemen-pembangunan_%5BRead-Only%5D.pdfhttp://www.ginandjar.com/publications/Microsoft%20Word%20-%2007Bab3AdministrasiPembangunan.pdfwww.wahyukris.blogspot.com/2007/12/partisipasi-masyarakat-dalam.html

22