PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA …lib.unnes.ac.id/21570/1/1401411038-s.pdf · IPA karena...
-
Upload
phunghuong -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA …lib.unnes.ac.id/21570/1/1401411038-s.pdf · IPA karena...
i
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA
MELALUI STRATEGI BELAJAR CONCEPT
MAPPING DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA
SISWA KELAS IVA SDN GISIKDRONO 03 KOTA
SEMARANG
SKRIPSI
Disusun sebagi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
VIVI ASTUTI NURLAILY
NIM 1401411038
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Vivi Astuti Nurlaily
NIM : 1401411038
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judulskripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Strategi Belajar
Concept Mapping dengan Media Powerpoint pada Siswa Kelas
IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
bukan jiplakan karyatulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat
atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Semarang, 23 April 2015
Vivi Astuti Nurlaily
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas namaVivi Astuti Nurlaily, NIM1401411038, dengan judul
“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Strategi Belajar Concept
Mapping dengan Media Powerpoint Kelas IVA SDN Gisikdrono03 Kota
Semarang”, telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Rabu
tanggal : 6 Mei 2015
Semarang, 23 April 2015
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
. Dra. Sri Hartati, M.Pd
NIP1954123119830112001
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui
Strategi Belajar Concept Mapping dengan Media Powerpoint pada Siswa Kelas
IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang”, oleh Vivi Astuti Nurlaily, NIM
1401411038, telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 6 Mei 2015
Panitia Ujian Skripsi:
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd Drs. Moch. Ichsan, M.Pd
NIP195604271986031001 NIP. 195006121984031001
PengujiUtama
Atip Nurharini, S.Pd, M.Pd
NIP 1977110920080102018
Penguji I Penguji II
Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd Dra. Sri Hartati, M.Pd
NIP195805171983032003 NIP 195412311983012001
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu
urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap.” Q.S. Al-Insyirah, 94: 6-8.
PERSEMBAHAN:
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT
skripsi ini saya persembahkan kepada:
orangtuaku (Bapak Sadiman dan Ibu Siti Sundari),
orang-orang yang menyayangiku,
Almamaterku
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya karena peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Strategi
Belajar Concept Mapping dengan Media Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN
Gisikdrono 03 Kota Semarang” . Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri
Semarang.
Peneliti menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan
berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang
telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan skripsi.
3. Dra. Hartati, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PGSD UNNES yang telah
memberikan bantuan pelayanan khususunya dalam memperlancar
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dra. Sri Hartati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.
5. Atip Nurharini, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji Utama yang telah menjadi
penguji dan memberikan sarannya dalam memperbaiki skripsi.
6. Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd selaku Dosen Penguji 1 yang telah menguji dan
memberikan masukan terhadap penyusunan skripsi ini.
7. Sunarsih, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN Gisikdrono 03 yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
8. Farid Ghozali, S.Pd., selaku guru kelas IVA SDN Gisikdrono 03 yang telah
menjadi kolaborator dalam penelitian.
9. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
vii
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
mereka atas semua keikhlasan dalam membantu penyusunan skripsi ini. Peneliti
berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat
bagi semua pihak.
Semarang, 23 April 2015
Peneliti
viii
ABSTRAK
Nurlaily, Vivi Astuti. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui
Strategi Belajar Concept Mapping dengan Media Powerpointpada siswa
kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang. Skripsi, Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing Dra.Sri Hartati, M.Pd.
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran
IPA pada siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang. Hal ini
disebabkan guru belum melatihkan strategi belajar dan cara belajar efektif, belum
mengajarkan siswa menghasilkan pembelajaran bermakna dengan
menghubungkan konsep utama dengan konsep lain sehingga siswa merasa cepat
bosan, kurang antusias, kesulitan mengingat materi, belum mampu membuat peta
konsep,yang berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah dengan ketuntasan
klasikal 42,85%. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah strategi
belajar concept mapping dengan media powerpoint dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA yang terdiri atas keterampilan guru, aktivitas siswa, respon
siswa dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang?
Tujuan penelitian ini adalah: mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru,
aktivitas siswa, respon siswa, serta meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA di kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang.
Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam tiga siklus dengan masing-masing satu kali pertemuan. Setiap
siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek
penelitian adalah siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang sebanyak
34 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dan nontes.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan: (1) Keterampilan
guru pada siklus 1 52,50% kategoti baik, siklus 2 75% baik dan siklus 387,5%
kategori sangat baik; (2) Aktivitas siswa pada siklus 166,56% kategori baik, pada
siklus 2 75% kategori baik dan siklus 3 84,68% berkriteria sangat baik; (3)
Respon siswa pada siklus 1 88,82% kategori sangat positif, siklus 2 94,11%
kategori sangat positif, siklus 3 100% kategori sangat positif; (4) Hasil belajar
dengan ketuntasan klasikal pada siklus 1 61,76%%,siklus 2 76,47% dan siklus 3
91,17% dari jumlah siswa.
Simpulan dari penelitian ini adalah melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, respon siswa dan hasil
belajar IPA. Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya guru menggunakan
strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint pada pembelajaran
IPA karena membantu guru menyampaikan materi. Siswa hendaknya
memperhatikan guru ketika memberi contoh menyusun peta konsep agar selesai
tepat waktu. Sekolah hendaknya mendukung dan melengkapi penelitian untuk
meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
Kata kunci : Kualitas pembelajaran IPA, Strategi Belajar Concept Mapping,
Media Powerpoint
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN .............................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN......................................................................................... . xv
DAFTAR GAMBAR.............. ........................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH ................ 11
1.3 TUJUAN PENELITIAN ........................................................................... 12
1.4 MANFAAT PENELITIAN....................................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 15
2.1 KAJIAN TEORI ................................................................................... 15
2.1.1 Hakikat Belajar ...................................................................................... 15
x
2.1.2 Hakikat Pembelajaran ........................................................................... 18
2.1.3 Kualitas Pembelajaran ............................................................................ 19
2.1.3.1. Keterampilan Guru ............................................................................. 20
2.1.3.2 Aktivitas Siswa ................................................................................... 26
2.1.3.3 Respon Siswa ...................................................................................... 29
2.1.3.4 Hasil Belajar ....................................................................................... 34
2.1.4 Hakikat IPA ............................................................................................ 38
2.1.5 Pembelajaran IPA di SD ......................................................................... 43
2.1.6 Strategi Belajar Concept Mapping.......................................................... 52
2.1.7 Media Pembelajaran ............................................................................... 58
2.1.8 Media Powerpoint .................................................................................. 61
2.1.9 Penerapan Strategi Belajar Concept Mapping ........................................ 63
2.2 KAJIAN EMPIRIS .................................................................................. 63
2.3 KERANGKA BERPIKIR ......................................................................... 69
2.4 HIPOTESIS TINDAKAN ........................................................................ 71
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 72
3.1 RANCANGAN PENELITIAN ................................................................ 72
3.2 PROSEDUR PTK ..................................................................................... 73
3.3 SUBJEK PENELITIAN ............................................................................ 85
3.4 TEMPAT PENELITIAN .......................................................................... 85
3.5 VARIABEL PENELITIAN ...................................................................... 86
3.6 DATA DAN METODE PENGUMPULAN DATA ................................. 86
3.7 TEKNIK ANALISIS DATA..................................................................... 90
xi
3.8 INDIKATOR KEBERHASILAN ............................................................. 96
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 97
4.1 HASIL PENELITIAN .............................................................................. 97
4.2 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN .................................................. 161
4.3 IMPLIKASI PENELITIAN ...................................................................... 181
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 184
5.1 SIMPULAN ............................................................................................. 184
5.2 SARAN ..................................................................................................... 186
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 188
LAMPIRAN .................................................................................................... 192
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Penilaian Ranah Kognitif ................................................. 35
Tabel 2.2 Indikator Penilaian Ranah Afektif ................................................... 36
Tabel 2.3 Indikator Penilaian Ranah Psikomotor ............................................ 37
Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Belajar ............................................................ 92
Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan Pembelajaran .............................................. 89
Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan Keterampilan Guru ..................................... 94
Tabel 3.4 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa ............................................ 94
Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Respon Siswa ...................................................... 95
Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I .................................. 98
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ........................................ 104
Tabel 4.3 Hasil Angket Respon Siswa Siklus I................................................ 111
Tabel 4.4 Hasil Belajar IPA Siklus I ................................................................ 113
Tabel 4.5 Hasil Peta Konsep Siklus I ............................................................... 114
Tabel 4.6 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ................................. 120
Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ...................................... 126
Tabel 4.8 Hasil Angket Respon Siswa Siklus II .............................................. 132
Tabel 4.9 Hasil Belajar IPA Siklus II .............................................................. 140
Tabel 4.10 Hasil Peta Konsep Siklus II ........................................................... 136
Tabel 4.11 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III .............................. 140
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ................................... 146
Tabel 4.13 Hasil Angket Respon Siswa Siklus III ........................................... 153
Tabel 4.14 Hasil Belajar IPA Siklus III ......................................................... 155
xiii
Tabel 4.15 Hasil Peta Konsep Siklus III .......................................................... 156
Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Siklus I,II,III .................................................... 159
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Perolehan Data Keterampilan Guru Siklus I ............................... 98
Diagram 4.2 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus I.. ................................... 105
Diagram 4.3 Respon Siswa Siklus I ................................................................. 111
Diagram 4.4 Ketuntasan Klasikal Siklus I ....................................................... 114
Diagram 4.5 Perolehan Data Keterampilan Guru Siklus II.............................. 121
Diagram 4.6 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus II ................................... 126
Diagram 4.7 Respon Siswa Siklus II................................................................ 133
Diagram 4.8 Ketuntasan Klasikal Siklus II ...................................................... 135
Diagram 4.9 Perolehan data Keterampilan Guru Siklus III ............................. 141
Diagram 4.10 Perolehan Data Aktivitas Siswa Siklus III ................................ 147
Diagram 4.11 Respon Siswa Siklus III ............................................................ 153
Diagram 4.12 Ketuntasan Klasikal Siklus III .................................................. 155
Diagram 4.13 Rekapitulasi Siklus I, II, III ....................................................... 160
Diagram 4.14 Peningkatan Hasil Observasi Keterampilan Guru..................... 161
Diagram 4.15 Peningkatan Hasil Observasi Aktivitas Siswa .......................... 168
Diagram 4.16 Peingkatan Hasil Angket Respon Siswa ................................... 175
Diagram 4.17 Peningkatan Hasil Belajar ......................................................... 179
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Skema Respon ................................................................................. 32
Bagan 2.2 Skema Respon Tidak Berkondisi .................................................... 32
Bagan 2.3 Skema Respon Berkondisi .............................................................. 33
Bagan 2.4 Sistem Pembelajaran IPA ............................................................... 43
Bagan 2.5 Kerangka Berpikir .. ........................................................................ 69
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ............................................... 72
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Dale .. ......................................................... 50
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Indikator Keterampilan guru........................................ 193
Lampiran 2.Pedoman Indikator Aktivitas Siswa ............................................. 195
Lampiran 3. Kisi-kisi Instrumen ...................................................................... 197
Lampiran 4. Lembar Pengamatan Keterampilan Guru .................................... 200
Lampiran 5.Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ........................................... 205
Lampiran 6. Catatan Lapangan ........................................................................ 209
Lampiran 7. Angket Respon Siswa .................................................................. 210
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 .............................. 211
Lampiran 9. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II ........................... 232
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III .......................... 253
Lampiran 11. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I ....................... 274
Lampiran 12. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II....................... 278
Lampiran 13. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I ........................ 282
Lapirann 14. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ................................ 286
Lapirann 15. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II .............................. 290
Lapirann 16. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III ............................. 294
Lampiran 17. Nilai Hasil Belajar Siklus I ....................................................... 298
Lampiran 18. Nilai Hasil Belajar Siklus II....................................................... 300
Lampiran 19. Nilai Hasil Belajar Siklus III ..................................................... 302
Lampiran 20. Rekapitulasi Hasil Belajar ......................................................... 304
Lampiran 21. Lembar Hasil Siswa.................................................................... 306
Lampiran 22. Hasil Peta Konsep ..................................................................... 316
xviii
Lampiran 23.Angket Respon Siswa ................................................................. 319
Lampiran 24. Catatan Lapangan ...................................................................... 322
Lampiran 25.Dokumentasi ............................................................................... 325
Lampiran 26. Surat Ijin Penelitian ................................................................... 332
Lampiran 27. Surat Keterangan KKM ............................................................. 333
Lampiran 28. Surat Bukti Penelitian ................................................................ 334
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Marusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta
didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
2
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Pembelajaran IPA berkaitan langsung dengan penerapannya
di lingkungan oleh karena itu guru harus memberikan pengetahuan yang mudah
dipahami siswa sehingga ketika siswa berada dilingkungannya mereka dapat
menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh. Di tingkat SD/MI diharapkan ada
penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan
membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja
ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup.
Mata pelajaran IPA dalam KTSP SD/MI betujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Memperoleh keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan
keteraturan alam ciptaan-Nya; (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
3
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari; (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat; (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (5)
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam; (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai
alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) Memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Tujuan mata pelajaran IPA yang tercantum dalam KTSP sudah
mengandung ide-ide dan konsep yang dapat mengantisipasi perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global. Namun kenyataan yang
terdapat di sekolah-sekolah belum sesuai dengan harapan sesuai kurikulum
sehingga perlu peningkatan kualitas pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian
PISA (The Programme for International Student Assesment) pada tahun 2012,
menunjukkan bahwa masih terdapat permasalahan dalam pelaksanaan standar isi
IPA. Literasi sains anak-anak Indonesia usia 15 tahun berada pada peringkat ke 64
dari 65 negara yang diteliti oleh PISA. Adapun skor rata-rata pencapaian siswa
dari negara-negara peserta sekitar nilai 501, sedangkan siswa-siswi Indonesia
memperoleh angka 382. Berdasarkan uraian tersebut Posisi Indonesia masih jauh
di bawah rata-rata internasional. Hal tersebut berarti bahwa perlu adanya
4
perbaikan pembelajaran IPA di sekolah-sekolah. Pembelajaran IPA harus
dirancang sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam kurikulum.
Rendahnya kualitas pembelajaran IPA juga ditemukan pada siswa kelas
IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang. Berdasarkan hasil refleksi bersama tim
kolaborator terdapat permasalahan dalam pembelajaran IPA sehingga perlu
adanya pemecahan masalah. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor yang
mempengaruhi selama proses pembelajaran berlangsung. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran IPA diantaranya adalah guru belum
melatihkan cara belajar efektif, siswa merasa terbebani dengan materi yang
menuntut mereka untuk menghafalnya walaupun belum memahaminya. Guru
belum mengajarkan siswa untuk menghasilkan pembelajaran bermakna dengan
menghubungkan konsep utama yang dihubungkan dengan konsep lain. Contoh
materi pokok pembelajaran adalah energi panas, jadi ditemukan ide pokoknya
adalah energi panas. Setelah itu guru membimbing siswa menemukan konsep lain
yang mendukung konsep utama tadi seperti pengertian, sumber, manfaat. Dengan
konsep-konsep tersebut maka siswa akan memperoleh pengetahuan yang tidak
terbatas. Selain itu siswa belum mampu membuat peta konsep sehingga siswa
merasa kesulitan dalam mengingat konsep pembelajaran. Penggunaan media
pembelajaran kurang maksimal, siswa kurang tertarik dan tidak senang terhadap
proses pembelajaran yang belum menggunakan strategi belajar dan media yang
memungkinkan pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal tersebut terlihat bahwa
sebagian besar siswa tidak semangat mengikuti pembelajaran sehingga tidak
terfokus dengan penjelasan dari guru. Beberapa siswa yang suka membuat
5
kegaduhan dengan asyik bermain sendiri dalam pembelajaran, membuat siswa
lainnya berkurang konsentrasinya dalam pembelajaran. Hal tersebut
mengakibatkan hasil belajar IPA siswa rendah.
Hal ini didukung dengan data dari pencapaian hasil belajar IPA siswa
kelas IVA masih banyak siswa yang memperoleh nilai yang dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Dari 34 siswa,
sebanyak 23 siswa (67,64%) belum mencapai KKM dan 11 siswa (32,36%)
mencapai KKM. Selain itu, data juga menunjukkan bahwa nilai terendah adalah
50 dan tertingggi hanya 85. Berdasarkan data hasil belajar dan pelaksanakan
pembelajaran tersebut maka perlu ditingkatkan kualitasnya. Masalah-masalah
yang timbul dalam pembelajaran merupakan suatu kendala yang menyebabkan
tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi, diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar
dapat meningkatkan kualitas hasil belajar.
Untuk memecahkan permasalahan tersebut peneliti berdiskusi dengan
kolaborator untuk menetapkan suatu alternatif pemecahan masalah yaitu dengan
penerapan strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, respon siswa dan
hasil belajar. Dalam penerapan strategi pembelajaran inovatif mengutamakan
peran guru sebagai fasilitator, motivator, evaluator di samping sebagai
transformator. Sehingga siswa diharapkan dapat belajar secara mandiri dalam
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui penemuan konsep-konsep utama
dan konsep yang lebih khusus. Salah satu strategi belajar yang dapat
6
meminimalisir masalah tersebut adalah dengan menerapkan strategi belajar
concept mapping dengan media powerpoint.
Tujuan utama pengajaran strategi adalah mengajarkan siswa untuk belajar
atas kemauan dan kemampuan diri sendiri (pembelajar mandiri). Strategi belajar
concept mapping merupakan sebuah cara untuk membantu siswa menghasilkan
pembelajaran bermakna dengan menemukan konsep utama (ide pokok) yang
dihubungkan dengan konsep-konsep lain yang lebih khusus. Peta konsep (concept
mapping) adalah cara untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta
didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya. Selain itu Ausubel (dalam
Munthe, 2009:17) menjelaskan bahwa concept map sebagai satu teknik yang
telah digunakan secara ekstensif dalam pendidikan. Teknik concept map ini
diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif David P. Ausubel yang mengatakan
bahwa belajar bermakna terjadi dengan mudah apabila konsep-konsep baru
dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif.
Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu
mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Para guru
yang telah menggunakan peta konsep menemukan bahwa peta konsep memberi
basis logis untuk memutuskan ide-ide dari rencana pembelajaran. Sebaiknya peta
konsep disusun secara hierarki, artinya konsep yang lebih inklusif dilakukan pada
puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi konsep yang
kurang inklusif. Dalam IPA peta konsep membuat informasi abstrak menjadi
konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep pembelajaran,
dan menununjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk. Untuk
7
membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci
yng berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu
pola logis.
Munthe (2009:19-20) menyebutkan bahwa concept map merupakan satu
bentuk diagram atau gambar visualisasi konsep-konsep yang saling berhubungan.
Kegunaan concept map sebagai strategi belajar siswa, diantaranya: (1) Dapat
digunakan sebagai sarana belajar dengan membandingkan concept map siswa
dengan guru. Peta-peta yang telah dihasilkan dapat menunjukkan tingkat
penguasaan siswa; (2) Dapat digunakan sebagai cara lain dalam mencatat
pelajaran sewaktu belajar; (3) Dapat digunakan sebagai alat belajar dengan
membandingkan peta konsep yang dibuat di awal dengan akhir pembelajaran.
Siswa melakukan penilaian mandiri terhadap penguasaan bahan ajar; (4)
Membantu meningkatkan daya ingat siswa dalam belajar. Siswa merangkum
informasi yang banyak ke dalam konsep-konsep utama yang saling berhubungan
ke dalam sebuah digram atau gambar yang mencakup keseluruhan konsep-konsep
yang dipelajari.
Menurut Arsyad (2013:3,193) pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis
untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali infomarsi visual atau
verbal. Media harus meningkatkan motivasi siswa. selain itu merangsang siswa
mengingat apa yang sudah di pelajari, selain memberikan rangsangan belajar
baru. Media yang baik mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan
balik, dan mendorong siswa untuk melakukan praktik yang benar. Microsoft
8
Powerpoint merupakan salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan oleh
orang-orang dalam mempresentasikan bahan ajar, atau laporan, karya, atau status
mereka. Sedangkan Daryanto (2011) berpendapat bahwa Microsoft Poweroint
adalah sebuah program berbasis multimedia yang dirancang khusus untuk
menyampaikan presentasi dengan berbagai fitur menu yang mampu
menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik.
Beberapa hal yang menjadikan media powerpoint menarik untuk
digunakan sebagai alat presentasi menurut Daryanto (2011:157-158) adalah
berbagai kemampuan pengolahan teks, warna dan gambar, serta animasi-animasi
yang bisa diolah sendiri sesuai dengan kreativitas penggunanya. Pada
prinsipnya, powerpoint terdiri dari beberapa unsur rupa dan pengontrolan
operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud terdiri atas slide, teks, gambar dan
bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang
telah tersedia. Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang
mementingkan terjadinya interaksi antara peserta didik dan tenaga pendidik
maka kontrol operasinya menggunakan cara manual.
Kelebihan penggunaan media powerpoint diantaranya: (1) penyajiannya
menarik karena ada permainan warna, huruf, dan animasi, baik animasi teks
maupun animasi gambar atau foto; (2) lebih merangsang anak untuk mengetahui
lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji; (3) pesan informasi secara
visual mudah dipahami peserta didik; (4) tenaga pendidik tidak perlu banyak
menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan; (5) dapat diperbanyak sesuai
kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-ulang; (6) dapat disimpan dalam
9
bentuk data optik atau magnetik (CD/disket/flashdisk) sehingga praktis untuk
dibawa ke mana-mana.
Berikut ini penelitian yang relevan untuk memperkuat peneliti menerapkan
strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint adalah penelitian Fia
Afriani dkk (2013) dengan judul “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa
Dengan Strategi Belajar Peta Konsep (Concept Mapping) Pada Mata Pelajaran
IPA Kelas V Di SD Negeri 14 Cupak Kabupaten Solok”. Hasil siklus pertama
secara empiris diperoleh skor rata-rata persentase aktivitas siswa dalam pendapat
52,38%, 57,14% untuk bereksperimen, membuat kesimpulan 57.14%, dan
persentase siswa yang menyelesaikan 61.90%. Pada siklus kedua meningkat
dalam persentase siswa dalam berpendapat 79,19%, 85,71% bereksperimen,
membuat kesimpulan 85,71%, dan persentase siswa yang pas 90,47%, dengan
nilai rata-rata 76,19. Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi belajar peta
konsep (Concept Mapping) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kelas V
siswa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa guru dapat menggunakan
konsep strategi peta (Concept Mapping) untuk Kegiatan IPA meningkatkan dan
hasil belajar siswa.
Selain itu, penelitian Hery Asmadji (2013) yang berjudul Penggunaan
Media Pembelajaran Power Point Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi
Pesawat Sederhana Siswa Kelas V C SDN Ketabang I Surabaya” menunjukkan
bahwa pada siklus I aktivitas guru mencapai 74% dan pada siklus II aktivitas guru
mencapai 93%. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 60% dan
siklus II aktivitas siswa mencapai 90%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
10
bahwa penerapan dengan penggunaan media pembelajaran power point dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VC SDN Ketabang I Surabaya. Kendala
yang dihadapi guru pada siklus I yaitu pada saat melakukan kegiatan belajar
mengajar menggunakan media power point masih ada siswa mengalami kesulitan
saat saat memahami penjelasan guru karena aktivitas banyak pada guru, masih
ada sebagian siswa yang kurang bertanya sehingga guru perlu membimbing secara
intensif, masih ada siswa yang kurang serius dalam belajar. Kendala ini diperbaiki
pada siklus II. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VC
SDN Ketabang I Surabaya mengalami peningkatan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam materi pesawat sederhana setelah menggunakan media
pembelajaran power point.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai pendukung
dalam pelaksanaan penelitian dengan strategi belajar concept mapping dengan
media powerpoint yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru,
aktivitas siswa, respon siswa, dan hasil belajar. Peneliti menggunakan strategi
belajar concept mapping dengan media powerpoint dalam pemecahan masalah
karena strategi belajar concept mapping sangat membantu siswa untuk belajar
dengan ingatan jangka panjang (long term memory) dari kegiatan membuat peta
konsep sehingga membantu siswa mudah memahami dan memingat materi
pembelajaran. Sedangkan media powerpoint menunjang pembelajaran yang
membuat siswa semakin mudah menangkap materi yang diberikan oleh guru
karena dengan menggunakan media powerpoint materi semakin konkret dan
menarik perhatian siswa.
11
Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti bersama tim kolaborator
akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan
Kualitas Pembelajaran IPA melalui Strategi Belajar Concept Mapping dengan
Media Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang”.
1.2 Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskanpermasalahan
umum seperti dibawah ini :
Bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IVA
SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang?
Adapun rumusan masalah secara khusus dapat dirinci sebagai berikut :
1. Apakah strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint dapat
meningkatkan keterampilan guru pada mata pelajaran IPA di kelas IVA SDN
Gisikdrono 03 Kota Semarang?
2. Apakah strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint dapat
meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran IPA kelas IVA SDN
Gisikdrono 03 Kota Semarang?
3. Apakah strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint dapat
meningkatkan respon siswa pada mata pelajaran IPA kelas IVA SDN
Gisikdrono 03 Kota Semarang?
4. Apakah strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IVA SDN
Gisikdrono 03 Kota Semarang?
12
1.2.2 Pemecahan Masalah
Sesuai rumusan masalah tersebut maka alternatif pemecahan masalahnya adalah
dengan melaksanakan pembelajaran IPA menggunakan strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint. Langkah pembelajaran dengan strategi
belajar concept mapping menurut Arends (dalam Trianto, 2011: 160) dengan
media powerpoint adalah sebagai berikut :
1. Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan memperhatikan
media powerpoint.
2. Siswa mendapat bahan bacaan pada masing-masing kelompok.
3. Siswa berdiskusi untuk menemukan konsep-konsep pada bahan bacaan.
4. Siswa mengurutkan/mengelompokkan konsep-konsep yang telah ditemukan.
5. Siswa menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan.
6. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA pada siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang.
Sedangkan tujuan khusus yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah:
1.3.1 Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA
melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.
1.3.2 Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA
strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.
1.3.3 Mendeskripsikan peningkatan repon siswa dalam pembelajaran IPA strategi
belajar concept mapping dengan media powerpoint.
13
1.3.4 Meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa strategi belajar concept mapping
dengan media powerpoint.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan atau konsep untuk
pelaksanaan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA dengan menerapkan stategi belajar concept mapping
dengan media powerpoint.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Guru
Penerapan strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint
dapat meningkatkan keterampilan guru dalam proses pembelajaran, meningkatkan
kreativitas guru dengan menggunakan variasi dalam pembelajaran, guru lebih
mudah menyampaikan materi dan membantu siswa memperoleh pembelajaran
bermakna dan membuat guru lebih kreatif dan terampil dalam proses
pembelajaran.
1.4.2.2 Siswa
Penerapan strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint
dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran IPA, membantu siswa
belajar bermakna melalui peta konsep sehingga mempermudah mereka untuk
mengingat konsep IPA, serta menumbuhkan minat belajar siswa pada
pembelajaran IPA.
14
1.4.2.3 Sekolah
Dengan menggunakan strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint diharapkan dapat meningkatkan kerjasama antar guru dan
memberikan kontribusi yang lebih baik dalam pembelajaran dengan variasi
strategi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan
di sekolah dasar.
15
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakikat Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto (2013: 2)
berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali baik
sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Susanto (2015: 4) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh
suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan
seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir,
merasa, maupun dalam bertindak.
Sedangakan Winataputra (2007: 1.4) menyebutkan belajar diartikan sebagai
proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan
pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan
datang. Belajar mengacu pada perubahan perilaku individu sebagai akibat dari
proses pengalaman baik yang dialami ataupun yang sengaja dirancang.
16
Teori belajar yang mendasari startegi belajar concept mapping adalah
Teori Asimilasi Ausubel. Menurut Munthe (2009: 17) concept map sebagai teknik
telah digunakan secara ekstensif dalam pendidikan. Teknik concept map ini
diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif David P. Ausubel yang mengatakan
bahwa belajar bermakna terjadi dengan mudah apabila konsep-konsep baru
dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif. Dengan kata lain, proses
belajar terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang ia miliki
dengan pengetahuan yang baru.
Dengan mengambil ide dari teori asimilasi Ausubel, Novak
mengembangkan teori ini dalam penelitiannya tentang siswa pada tahun 1974.
Dalam penelitiannya tersebut, ia menghasilkan concept map sebagai satu diagram
yang berdemensi dua, yaitu analog dengan sebuah peta jalan yang tidak hanya
mengidentifikasi butir-butir utama (konsep-konsep), tetapi juga menggambarkan
hubungan antarkonsep utama tersebut, sebagaimana banyaknya kesamaan garis-
garis yang menghubungkan antarkota besar yang tergambar dengan jalan-jalan
utama dan jalan bebas hambatan. Pengembangan teori ini didukung dengan
mempertimbangkan tiga faktor kunci, yaitu
1. Belajar bermakna melibatkan asimilasi konsep-konsep baru dan proposisi-
proposisi ke dalam bangunan struktur kognisi yang memodifikasi struktur-
struktur tersebut.
2. Pengetahuan terorganisasi secara hierarkis di salam struktur kognisi, dan
banyak informasi baru melibatkan subsumption konsep-konsep dan proposisi-
proposisi ke dalam hierarki yang ada.
17
3. Pengetahuan yang diperoleh dengan hapalan tidak akan terasimilasi ke dalam
bingkai kognisi yang ada dan tidak akan memodifikasi bingkai proposisi yang
ada.
Berdasarkan teori asimilasi kognisi, Putman dan Peterson (dalam Munthe,
2009: 18) menegaskan bahwa pengetahuan adalah struktur kognitif dari seseorang
(knowledge is the cognitive structure of the individual). Selanjutnya Goldsmith,
Johnson, dan Aton menambahkan bahwa untuk dapat dikatakan “mengetahui”
suatu bidang (pengetahuan), seseorang dapat memahami hubungan antarkonsep
pokok dan penting di dalamnya. Pengetahuan tentang hubungan itu disebut
“pengetahuan yang terstruktur”.
Dalam teori ini ditemukan bahwa makna dari beberapa konsep itu akan
mudah dipahami dengan melihat hubungan/keterkaitan antara satu konsep dengan
konsep yang lain, dan belajar efektif (bermakna) akan terjadi apabila pengetahuan
yang baru itu dikaitkan/dihubungkan dengan konsep-konsep dan pengetahuan
yang dimiliki oleh pembelajar. Oleh karena itu, subsumption terjadi apabila
pembelajar dapat mengaitkan pengetahuan yang baru dan spesifik kepada konsep
yang lebih general dan lebih tinggi tingkatannya dalam struktur pengetahuan
mereka yang telah ada dalam long term memory (ingatan jangka panjang).
Dari uraian tersebut dapat didefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi manusia terhadap pengalaman
dengan lingkungan sekitarnya. Belajar bermakna dapat diperoleh dari
pembelajaran dengan menerapkan strategi belajar concept mapping.
18
2.1.2 Hakikat Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berarti proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran menurut
UU Sisdiknas NO. 20/2003, Bab I Pasal 1 Ayat 20 adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Khanifatul (2014:14) berpendapat bahwa pembelajaran adalah usaha sadar yang
dilakukan oleh guru atau pendidik untuk membuat siswa atau peserta didik belajar
(mengubah tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan baru) yang berisi suatu
sistem atau rancangan untuk mencapai suatu tujuan. Pembelajaran yang efektif
adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus pada hasil yang dicapai
peserta didik, melainkan bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu
memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan, dan
mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku yang diaplikasikan dalam
kehidupan.
Menurut Glass dan Holyoak (dalam Huda, 2013:2) dalam pembelajaran
seseorang perlu terlibat dalam refleksi dan penggunaan memori untuk melacak
apa saja yang harus ia serap, apa saja yang harus ia simpan dalam memorinya, dan
bagaimana ia menilai informasi yang telah ia peroleh. Susanto (2015: 18-19)
mengemukakan bahwa kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas
belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih
dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh
guru. Jadi istilah pembelajaran adalah rigkasan dari kata belajar dan mengajar.
19
Dengan kata lain pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan
mengajar, proses belajar mengajar, atau kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang dirancang untuk
terjadi perubahan tingkah laku yang tersusun dalam pembelajaran untuk mencapai
hasil belajar yang optimal.
2.1.3 Kualitas Pembelajaran
Daryanto (2011: 194) menerangkan bahwa kualitas dimaknai sebagai mutu
atau keefektifan. Sedangkan efektivitas belajar merupakan tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran, termasuk pembelajaran seni. Pencapaian tujuan tersebut
berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap
melalui proses pembelajaran. Dari pemahaman tersebut dapat dikemukakan
aspek-aspek efektivitas belajar, yaitu: 1) peningkatan pengetahuan; 2) peningkatan
keterampilan; 3) perubahan sikap; 4) perilaku; 5) kemampuan adaptasi; 6)
peningkatan integrasi; 7) peningkatan partisispasi; 8) peningkatan interaksi
kultural. Hal ini perlu dimaknai bahwa keberhasilan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya pencapaian
kompetensi belajar. Dalam mencapai efektivitas belajar, UNESCO menetapkan
empat pilar pendidikan yaitu:
a. Belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan (Learning to know)
b. Belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do)
c. Belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together)
d. Belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (learning to be)
20
Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa kualitas pembelajaran adalah
tingkat keberhasilan dari proses interaksi belajar antara siswa dan guru ditandai
dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa.
Peneliti membatasi bidang kajian kualitas pembelajaran meliputi
keterampilan guru, aktivitas siswa, respon siswa, dan hasil belajar. Indikator
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
2.1.3.1 Keterampilan Guru
Hasil penelitian Turney dalam Majid (2014: 233) terdapat delapan
keterampilan mengajar guru yang berperan penting dalam menentukan kualitas
pembelajaran. Keterampilan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Keterampilan Bertanya
Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para
pendengarnya, khususnya menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian
dan perlu dipertanyakan. Keterampilan bertanya menurut Marno dan Idris (2014:
113) adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab pada umumnya guru dalam
pengajarannya selalu melibatkan/menggunakan tanya jawab. Keterampilan
bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban/balikan dari orang lain. Dalam proses belajar mengajar, bertanya
memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik
pelontaran yang tepat akan meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar
mengajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap sesuatu
masalah yang sedang dibicarakan, mengembangkan pola berpikir dan cara belajar
21
aktif dari siswa, menuntun proses berpikir siswa, memusatkan perhatian siswa
pada masalah yang sedang dibahas.
Menurut Mulyasa (2013: 70) keterampilan bertanya yang perlu dikuasai
guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.
Keterampilan bertanya dasar mencakup pertanyaan yang jelas dan singkat,
pemberian acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran, penyebaran
pertanyaan (keseluruh kelas, ke peserta didik tertentu, dan kepeserta didik lain
untuk menanggapi jawaban), pemberian waktu berpikir, pemberian tuntunan
(dapat dilakukan dengan mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain,
menanyakan dengan pertanyaan yang lebih sederhana, dan mengulangi
penjelasansebelumnya). Sedangkan keterampilan bertanya lanjutan merupakan
kelanjutan dari keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya lanjutan yang
perlu dikuasai guru meliputi pengubahan tuntunan tingkat kognitif, pengaturan
urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak, dan peningkatan terjadinya interaksi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya
adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam memberikan pertanyaan kepada siswa
sebagai bentuk interaksi dalam pembelajaran dan mengharapkan adanya umpan
balik.
b. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat
verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku
guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau
umpan balik (feedback) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu
22
dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respons terhadap suatu tingkah
laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut. Menurut Marno dan Idris (2014: 130) tujuan penggunaan penguatan
adalah meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar, membangkitkan,
memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa, mengarahkan
pengembangan berpikir siswa ke arah beripikir divergen, mengatur dan
mengembangkan diri anak sendiri dalam proses belajar, mengendalikan serta
memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong munculnya
tingkah laku yang produktif.
Dari pengertian penguatan diatas dapat disimpulkan bahwa penguatan
adalah respon yang diberikan untuk memberikan penghargaan dari aktivitas siswa,
dari respon mereka terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung.
c. Keterampilan Mengadakan Variasi
Menurut Majid (2014: 239) Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru
dalam konteks proses interaksi belajar megajar yang ditujukan untuk mengatasi
kebosanan siswa sehinga dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa
menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi
Mulyasa (2013: 78) menyebutkan variasi dalam pembelajaran bertujuan
untuk: (1) Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang
relevan; (2) Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik
terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran; (3) Memupuk perilaku positif
peserta didik terhadap pembelajaran; (4) Memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.
23
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa keterampilan mengadakan
variasi merupakan cara guru untuk menyajikan pembelajaran secara menarik
untuk mengantisipasi kebosanan siswa dan membuat siswa lebih antusias dalam
pembelajaran.
d. Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan penyajian informasi secara lisan yang
diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu
dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan
disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari
kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas.
Dari pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa Keterampilan
menjelaskan adalah keterampilan guru dalam menuturkan materi secara lisan
dengan tujuan memudahkan siswa memahami suatu materi pelajaran tertentu.
e. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran (set induction) adalah usaha yang dilakukan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar
mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga
usaha tersebut akan memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan
menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa keterampilan membuka dan
menutup pelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru dalam
24
membuka dan mengakhiri kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sesuai
dengan alokasi waktu pembelajaran.
f. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Majid (2014: 246) menyebutkan bahwa diskusi kelompok kecil dapat
meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi,
termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa. Keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil bertujuan agar siswa dapat saling memberi informasi atau
pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan,
dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan
berkomunikasi, siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil adalah keterampilan guru melayani siswa
dalam interaksi diskusi lingkup kelompok .
g. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar-mengajar. Dalam melaksanakan keterampilan
mengelola kelas, perlu diperhatikan komponen keterampilan yang berhubungan
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal berkaitan
dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan
pelajaran, juga bersifat represif yang berkaitan dengan respons guru terhadap
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat megadakan
tindakan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
25
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa keterampilan mengelola
kelas adalah menciptaan kondisi pembelajaran yang kondusif agar terasa nyaman
dan menyenangkan bagi siswa sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru
memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih
akrab antara guru dengan siswa. Komponen keterampilan yang digunakan adalah
keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan
mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar dan
keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa keterampilan mengajar adalah kemampuan
guru dalam melatih atau membimbing aktivitas dan pengalaman siswa serta
membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.
Keterampilan mengajar guru merupakan keahlian seorang guru untuk
membimbing anak didik belajar mengembangkan pengetahuan dengan cara-cara
yang inovatif. Guru juga harus mempunyai 8 keterampilan mengajar sehingga
dapat menguasai dan mengembangkan kegiatan pembelajarannya. Keterampilan
ini membekali guru untuk memahami apa yang diperlukan dan dibutuhkan siswa
sehingga tujuan pembelajaran yang ada dapat tercapai.
Sebagai penunjang pembelajaran hendaknya guru juga harus memahami
perannya dalam proses pembelajaran. Peran seorang guru dalam melaksanakan
strategi pembelajaran IPA yang baik menurut Wisudawati (2014: 11-12) adalah
sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing,
26
motivator, evaluator, dan katalisator dalam pembelajaran, serta pengontrol konsep
IPA yang dipahami siswa. Jika peran tersebut dilaksanakan dengan aik maka akan
mengarah pada mengajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan,
serta gembira dan berbobot.
Dengan demikian menjadi guru tidak hanya pintar dalam mengajar
penyampaian materi tetapi juga dapat memecahkan masalah-masalah lain yang
berkaitan dengan pembelajaran. Indikator keterampilan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA melalui strategi concept mapping dengan media powerpoint
antara lain: 1) Memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajarn; 2)
Menjelaskan materi dengan menggunakan media; 3) Membagikan bahan bacaan
pada masing-masing kelompok; 4) Membimbing siswa menemukan konsep
utama/ide pokok; 5) Membimbing siswa untuk mengurutkan/mengelompokkan
konsep lain; 6) Membimbing siswa menyusun konsep dalam bagan; 7) Meminta
siswa mempresentasikan hasil diskusi; 8) Menutup pelajaran.
2.1.3.2 Aktivitas Siswa
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa
dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika melibatkan aktivitas
siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah
kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda atau siswa akan bertanya,
mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa
dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram,
intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru (Slameto, 2010: 36). Kegiatan
pembelajaran tidak lepas dari segala aktivitas belajar yang dilakukan siswa.
27
Aktivitas belajar (learning activity) adalah perubahan aktivitas jiwa yang
diperoleh dalam proses pembelajaran dari kegiatan mengamati, mendengarkan,
menanggapi, berbicara, kegiatan menerima, dan kegiatan merasakan.
Aktivitas merupakan suatu kegiatan. Jadi aktivitas siswa merupakan
kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Montessori (dalam Sardiman, 2011: 96) menyatakan bahwa yang
lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu
sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala
kegiatan yang dapat diperbuat oleh anak didik. Tanpa aktivitas siswa kegiatan
belajar mengajar tidak dapat berlangsung dengan baik.
Aktivitas belajar siswa menurut Usman (2011: 22) adalah aktivitas
jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke
dalam beberapa hal, diantaranya:
1. Aktivitas visual (visual activities)
Aktivitas ini meliputi membaca, menulis, melakukan, eksperimen, dan
demonstrasi.
2. Aktivitas lisan (oral activities)
Aktivitas ini meliputi bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi,
menyanyi.
3. Aktivitas mendengarkan (listening activities)
Aktivitas ini meliputi mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan.
4. Aktivitas gerak (motor activities)
Aktivitas ini seperti senam, atletik, menari, melukis.
28
5. Aktivitas menulis (writing activities)
Aktivitas ini seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.
Sedangkan Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2011:101) menggolongkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain:
a. Visual activities (kegiatan-kegiatan visual), seperti membaca, memperhatikan
gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities (kegiatan-kegiatan lisan), seperti menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
c. Listening activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan), seperti mendengarkan
uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
d. Writing activities (kegiatan-kegiatan menulis), seperti menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
e. Drawing activities (kegiatan-kegiatan menggambar), seperti menggambar,
membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities (kegiatan-kegiatan motorik), seperti melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
g. Mental activities (kegiatan-kegiatan mental), seperti menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h. Emotional activities (kegiatan-kegiatan emosional), seperti menaruh minat,
merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Aktivitas yang membedakan dua pendapat tersebut yaitu Drawing
activities, Mental activities, Emotional activities. Dari uraian tersebut dapat
29
disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah serangkaian kegiatan siswa baik fisik
maupun rohani dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang optimal.
Indikator aktivitas siswa dalam penelitian ini dengan pelaksanaan
pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint antara lain: 1) Kesiapan siswa dalam belajar; 2) Memperhatikan
penjelasan guru; 3) Mendapat bahan bacaan; 4) berdiskusi menemukan konsep
utama/ide pokok; 5) Mengurutkan/mengelompokkan konsep lain; 6) Menyusun
konsep yang telah ditemukan ke dalam bagan; 7) Presentasi hasil diskusi; 8)
Membuat kesimpulan.
2.1.3.3 Respon siswa
Respon adalah Setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan
atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus. Menurut Gulo (1996)
(dalam Sutrisno, 2012) respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung
pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Individu manusia berperan
serta sebagai pengendali antara stimulus dan respon sehingga yang menentukan
bentuk respon individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu
sendiri. Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dan
dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagiannya
akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang. Respon
seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif. Apabila
respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk menyukai atau
30
mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk menjauhi objek
tersebut.(https://pratamasandra.wordpress.com/2011/05/11/pengertian-respon/).
Respon siswa adalah perilaku yang lahir sebagai hasil masuknya stimulus
yang diberikan guru kepadanya. Respon siswa merupakan salah satu faktor
penting yang ikut menentukan keberhasilan belajar sains. Kurangnya respon siswa
terhadap pelajaran sains akan menghambat proses pembelajaran. Rendahnya
respon siswa belum tentu sumber kesalahan materi ajar pada diri siswa. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan kurangnya respon siswa dalam belajar termasuk
pelajaran Sains. Diantaranya; kurangnya interaksi antara guru dengan siswa yang
menyebabkan adanya ketidak hormonisan pada saat pembelajaran berlangsung
sehingga suasana kelas menjadi kurang menarik dan cenderung membosankan.
Sarana dan prasarana kurang memadai untuk meningkatkan respons belajar siswa
khususnya pada pembelajaran Sains. Tidak dapat dipungkiri bahwa cara belajar
yang tepat dapat meningkatkan respon belajar siswa.
(http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-24872-BAB%20I.pdf)
Menurut Azwar (2015: 87) sikap disebut juga respon yang dapat berbentuk
positif maupun negatif. Hal ini berarti bahwa dalam sikap terkandung adanya rasa
suka-tak suka terhadap sesuatu sebagai objek sikap. Karakteristik sikap
diantaranya:
a. Arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau
tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau
tidak memihak terhadap sesuatu sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung
atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya
31
positif sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan
sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif.
b. Intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu
sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak
sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah
negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang
pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju.
Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang,
mulai dari agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim.
c. Keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek
sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi
dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.
d. Konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang
dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi
sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Konsistensi juga
diperlihatkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap.
e. Spontanitas, yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk
menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas
yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan
pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya.
Teori belajar yang berkitan dengan respon yaitu teori belajar classical
conditioning yang dikembangkan oleh Pahlov (1849-1936) (dalam Rifa’i, 2011:
107) yang mempelajari bagaimana anjing percobaannya menjadi terkondisi untuk
32
berliur walau tanpa diberi makanan. Menurut Pahlov apabila anjing mengeluarkan
air liur karena melihat makanan, respon ini bersifat alami karena respon tidak
terkondisi dn stimulusnya disebut stimulus alamiah. Hal tersebut bisa dilihat pada
bagan berikut:
Bagan 2.1 Skema Respon
Untuk menimbulkan respon berkondisi ditempuh dengan jalan
memberikan stimulus berkondisi berbarengan atau sebelum diberikan stimulus
alamiah. Pemberian stimulus-stimulus tersebut dilakukan berulang kali sehingga
pada akhirnya akan terbentuk rrspons berkondisi (anjing mengeluarkan air liur),
sekalipun tidak diberikan stimulus alamiah (makanan).
Bagan 2.2 Skema Respon Tidak Berkondisi
Pada akhir percobaan (akhir pengkondisian) penyajian stimulus berkondisi
(bunyi bel) ternyata menghasilkan respons berkondisi (mengeluarkan air liur).
Stimulus Respon
Tidak Berkondisi Tidak Berkondisi
(Daging)
Stimulus Tidak Terjadi
Netral (Bel) Respon
Stimulus Berkondisi
(Bel) Respon Tidak
Berkondisi
Stimulus Alamiah
(Daging)
33
Dalam hal ini stimulus berkondisi (bunyi bel) tidak disajikan secara bersamaan
dengan stimulus alamiah (daging).
Bagan 2.3 Skema Respon Berkondisi
Dari ketiga tahapan eksperimen tersebut dapat dijelaskan bahawa:
1. apabila stimulus alamiah (daging) disajikan dihadapan anjing, maka anjing
akan membentuk respons alamiah (mengeluarkan air liur);
2. apabila stimulus berkondisi (bel) diberikan setelah stimulus alamiah, maka
respons berkondisi tidak akan terbentuk, dan
3. respons berkondisi akan terbentuk apabila stimulus berkondisi diberikan
sebelum atau berbarengan dengan stimulus alamiah.
Dari Eksperimen tersebut Pahlov menarik kesimpulan bahwa dalam diri
anjing akan terjadi pengkondisian selektif berdasar atas penguatan selektif. Dalam
arti, anjing dapat membedakan stimulus yang disertai dengan penguatan dan
stimulus yang tidak disertai dengan penguatan. Karya Pahlov dalam
bereksperimen menekankan pada aspek pengamatan dan pengukuran, serta
penggalian aspek-aspek belajar sehingga dapat membantu peelitian tentang belajar
secara alamiah.
Menurut Skinner (dalam Rifa’i, 2011: 111) hadiah dapat meningkatkan
probabilitas timbulnya repons. Suatu tindakan dapat dinyatakan sebagai
penguatan atau tidak adalah tergantung dari efek yang ditimbulkan. Tekanan
Stimulus Respon
Berkondisi Bekondisi
(Bel) (Mengelurkan air liur)
34
utama dalam teorinya operant conditioning adalah pada respons atau perilaku dan
konsekuensi yang menyertai. Oleh karena itu seseorang harus membuat respons
sedemikian rupa untuk memperoleh penguatan atau hadiah yang menjadi stimulus
yang memperkuat.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa respon adalah
tanggapan atau reaksi siswa dari stimulus yang diberikan guru dalam proses
pembelajaran.
2.1.3.4 Hasil Belajar
Menurut Susanto (2015: 5) hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang
terjadi pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu 1) faktor internal, yaitu faktor
yang bersumber dari dalam diri siswa yang mempengaruhi kemampuan belajarnya
yang meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan; 2) faktor eksternal, yaitu
faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajarnya yang
meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Berkaitan dengan pengertian hasil belajar tersebut, menurut Bloom dalam
(Sudjana, 2010: 22-29) mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga macam, yaitu:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif (cognitive) adalah ranah yang menekankan pada
pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual, yang terdiri atas enam
aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
35
Menurut Sunarti (2014: 29) Indikator penilaian ranah kognitif berdasarkan 6
tingkatan Bloom yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan penilaian
ragah kognitif yaitu:
No. Jenis Hasil Belajar Indikator Penilaian Cara Penilaian
1. Pengatahuan Dapat menyebutkan atau
menunjukkan lagi
Pertanyaan/tugas/tes
2. Pemahaman Dapat menjelaskan atau
mendefinisikan
Pertanyaan/tugas/tes
3. Penerapan Dapat memberi contoh atau
memecahkan
Tugas/permasalahan/tes
4. Analisis Dapat menguraikan atau
mengklasifikasikan
Tugas/analisis masalah
5. Sintesis Dapat menyimpulkan
kembali atau
menggeneralisasi
Tugas/permasalahan
6. Evaluasi Dapat menginterprestasi atau
memberikan pertimbangan
atau penilaian
Tugas/permasalahan
Tabel 2.1 Indikator Penilaian Ranah Kognitif
b. Ranah Afektif
Selain 6 ranah kognitif, Bloom juga menggradasikan ranah afektif menjadi
lima tingkatan, yaitu penerimaan, artisipasi, penilaian dan penentuan sikap,
organisasi dan pembentukan pola hidup. berikut adalah indikator-indikator
penilaian ranah afektif berdasarkan 5 tingkatan Bloom yang dapat dijadikan
landasan bagi pengembangan penilaian dalam ranah afektif.
No. Jenis Hasil
Belajar
Indikator Penilaian Cara Penilaian
1. Penerimaan Bersikap menerima
menyetujui atau sebaliknya
Kuesioner/wawancara
2. Partisipasi Bersedia terlibat/partisipasi/
memanfaatkan atau
sebaliknya
Observasi/jurnal
36
3. Penilaian sikap Memandang penting/bernilai
/indah/harmonis/bagus atau
sebaliknya
Kuesioner/wawancara
4. Oranisasi Mengakui/mempercayai/
meyakinkan atau sebaliknya
Kuesioner/wawancara
5. Pembentukan
pola
Melembagakan/membiasakan
/menjelmakan dalam pribadi
dan perilaku sehari-hari
Kuesioner/wawancara
Tabel 2.2 Indikator Penilaian Ranah Afektif
Bentuk penilaian nontes dapat digunakan untuk mengukur domain afektif.
ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau
nilai. Karakteristik afektif yang terkait dengan mata pelajaran mencakup empat
ranah, yaitu minat, sikap, nilai, dan konsep diri.
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor (psychomotor) adalah ranah yang berkaitan dengan
hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotik yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks,
gerakan ekspresif dan interpretatif. Dalam ranah psikomotor ada tujuh jenis
perilaku yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian, dan kreativitas. Indikator-indikator tujuh perilaku tersebut
dalam penilaian sebagai berikut:
No. Jenis Hasil
Belajar
Indikator Penilaian Cara Penilaian
1. Persepsi Dapat menyiapkan diri Tugas/observasi/tindakan
2. Kesiapan Dapat menirukan Tugas/observasi/tindakan
3. Gerakan
terbimbing
Dapat berpegang pada pola Tugas/observasi
4. Gerakan terbiasa Menjadi lincah daln lancar Tugas/tindakan
37
5. Gerakan
kompleks
Dapat mengatur kembali Tugas/tindakan
6. Penyesuaian Dapat menciptakan pola Tugas/observasi
7. Kreativitas Menjadi kreatif dan cekatan Tugas/observasi
Tabel 2.3 Indikator Penilaian Ranah Psikomotor
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku yang lebih baik dari sebelumnya secara menyeluruh pada
individu yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor,
sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran. Dengan hasil belajar yang baik maka
berdampak tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ranah yang akan diamati yaitu
ranah kognitif. Alasan peneliti membatasi ranah yang diamati yaitu supaya lebih
terfokus pada hasil belajar dari soal evaluasi. Pada ranah afektif dan psikomotor
termasuk dalam pengamatan aktivitas siswa. Pada instrumen penelitian, ranah
afektif termasuk ke dalam indikator memperhatikan penjelasan guru. Sedangkan
ranah psikomotor termasuk ke dalam indikator kesiapan siswa dalam belajar dan
menyusun peta konsep. Indikator hasil belajar ranah kognitif yang ditetapkan
dalam pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint diantaranya: 1) menjelaskan pengertian energi panas; 2) membuktikan
terjadinya energi panas melalui gesekan; 3) menyebutkan sumber-sumber energi
panas; 4) menyebutkan sifat-sifat energi panas; 5) membuktikan adanya
perpindahan panas; 6) menjelaskan berbgai benda yang termasuk isolator; 7)
menyebutkan berbagai benda yang termasuk konduktor; 8) mengidentifikasi
sumber energi bunyi yang ada di lingkungan; 9) menjelaskan sifat-sifat bunyi; 10)
38
membuktikan terjadinya energi bunyi melalui getaran; 11) menjelaskan
penyerapan bunyi; 12) membedakan gaung dan gema.
2.1.4 Hakikat IPA
Carin dan Sund (dalam Wisudawati dkk, 2014:24) mendefinisikan IPA
sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. IPA
merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari
fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan
sebab-akibatnya. IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan
selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif).
Merujuk pada defiisi Carin dan Sund tersebut maka IPA memiliki empat unsur
utama yaitu:
2.1.4.1 Sikap
Menurut Susanto (2015:169) Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam
pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang
ilmuan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitian.
Ada sembilan aspek yang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran
sains, yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama,
tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir
bebas, dan kedisiplinan diri.
Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam
pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan
39
proyek di lapangan. Pengembangan sikap ilmiah di sekolah dasar memiliki
kesesuaian dengan tingkat perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget, anak usia
sekolah dasar yang berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 11 atau 12 tahun masuk
dalam kategori fase operasional konkret. Fase yang menunjukkan adanya sikap
keingintahuannya cukup tinggi untuk mengenali lingkungannya. Dalam kaitannya
dengan tujuan pendidikan sains, maka pada anak-anak sekolah dasar siswa harus
diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir dan bersikap terhadap alam, sehingga dapat mengetahui rahasia dan
gejala-gejala alam. Sebagai contohnya dalam materi energi panas adalah kegiatan
membuktikan terjadinya energi panas melalui gesekan, sehingga sikap yang
timbul dalam diri siswa (misalnya: ingin tahu, kritis, teliti dan bekerja sama).
2.1.4.2 Proses
Menurut Semiawan (2008: 139) kemampuan yang dikembangkan dalam
keterampilan proses adalah :
1) Pemanasan
Pemanasan dimulai dengan saling menyumbangkan pikiran gambaran
mental yang dimiliki siswa tentang topik yang dipelajari. Bila topik baru maka
harus ada pengalaman langsung yang dapat menjembataninya. Penghayatan
pengalaman ini dapat dilaksanakan secara nyata. Di samping pengalaman ini
diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak yang
sama dalam melibatkan subjek secara mental, emosional dan fisik sekaligus
merupakan usaha melihat konteks permasalahan.
2) Pengamatan (observasi)
40
Penggunaan indera yang diperlukan untuk memperoleh informasi
sebanyak mungkin. Perlu diketahui otak kanan memiliki fungsi imajinasi yang
perlu dikembangkan sedangkan otak kiri memiliki kemampuan kognitif dalam
perolehan pengetetahuan dan daya ingat. Maka dari itu yang harus dicapai adalah
pengamatan yang relevan.
3) Interprestasi dan pengamatan
Mencatat ciri khas suatu objek tahap perkembangan atau kejadian untuk
menghubungi pengamatan yang satu dengan yang lain merupakan pola-pola yang
harus dideteksi dalam suatu pengamatan.penemuan pola itu adalah basis untuk
menemukan maksud hubungan dan menyarakan kesimpulan.
4) Peramalan
Pola yang sudah diamati digunakan untuk meramalkan kejadian yang
belum diamati. Peramalan adalah suatu terkaan bila tidak didasarkan pada
hubungan yang diketahui ada melalui observasi beberapa hari. Jadi proses
peramalan bertumpu dari penalaran terhadap observasi.
5) Aplikasi konsep
Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau
menggunakan pengalaman baru sebagaiana timbul dalam usaha menerjemahkan
apa adanya. Setiap penjelasan harus dianggap tentatif yang harus dikonfirmasikan
kembali.
6) Perencanaan penelitian
Perencanaan penelitian bertolak dari pertanyaan apa yang harus dijawab
secara jelas, hipotesis apa yang mau dicoba atau apa yang diujicobakan kejelasan
41
tentang ini mampu melihat empirik atau penyajian nilai adalah bagian dari
perencanaan penelitian. Proses ini mencakup mengidentifikasi variabel mana yang
perlu diubah atau bisa tetap dipertahankan. Juga mencakup perencanaan observasi
dan uraan apa yang mau dipakai. Cara pemakaiannya adalah untuk menentukan
hasil penelitian.
7) Komunikasi
Proses ini dikaitkan dengan cara siswa belajar mengomunikasikan kata
atau objek dipikirkan perlakuannya, membutuhkan gambaran tentang ide maupun
situasi nyata.
Susanto (2015: 168) mengatakan bahwa untuk menggali dan memahami
pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep,
maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan
digeneralisasi oleh ilmuan. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan
keterampilan proses sains adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan,
seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan.
Mengamati (observasi) adalah mengumpulkan semua informasi dengan
pancaindra. Adapun penarikan kesimpulan adalah kesimpulan setelah melakukan
observasi dan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Di samping
kedua komponen ini sebagai keterampilan proses sains masih ada komponen
lainnya seperti investigasi dan eksperimen. Akan tetapi, yang menjadi dasar
keterampilan proses ialah merumuskan hipotesis dan menginterprestasikan data
melalui prosedur-prosedur tertentu seperti melakukan pengukuran dan percobaan.
Sebagai contohnya dalam penerapan energi panas adalah percobaan
42
menggesekkan dua buah benda seperti tangan dan paku yang nantinya akan
menghasilkan panas.
2.1.4.3 Produk
Kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuan lakukan dan sudah
membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan
analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum, dan
teori-teori IPA. Fakta dalam IPA merupakan pernyataan-pernyataan tentang
benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar terjadi
dan mudah dikonfirmasi secara objektif. Konsep IPA merupakan suatu ide yang
mempersatukan fakta-fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-
fakta yang ada hubungannya. Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan di
antara konsep-konsep IPA. Hukum-hukum alam, prinsip-prinsip yang sudah
diterima meskipun juga bersifat tentatif (sementara), akan tetapi karena
mengalami pengujian yang berulang-ulang maka hukum alam bersifat kekal
selama belum ada pembuktian yang lebih akurat dan logis. Teori ilmiah
merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep, prinsip yang saling
berhubungan. Sebagai contohnya dalam materi energi panas adalah kegiatan
mengumpulkan informasi mengenai energi panas, selain itu juga hukum tentang
kekekalan energi.
2.1.4.4 Teknologi
IPA sebagai teknologi merupakan penerapan metode ilmiah dan konsep
IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contohnya dalam materi energi
43
khususnya energi panas adalah adanya setrika listrik yang membantuk
meringankan pekerjaan rumah tangga.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA terdiri dari empat
unsur yang meliputi produk, proses, sikap dan teknologi yang dalam kehidupan
sehari-hari keempat dimensi tersebut saling berkaitan satu sama lain yang terjadi
dalam pembelajaran IPA di SD.
2.1.5 Pembelajaran IPA di SD
Menurut Wisudawati (2014:26) pembelajaran IPA dapat digambarkan
sebagai suatu sistem, yaitu sistem pembelajaran IPA. Sistem pembelajaran IPA,
sebagaimana sistem-sistem lainnya terdiri atas komponen masukan pembelajaran,
proses pembelajaran, dan keluaran pembelajaran. Pembelajaran IPA sebagai suatu
sistem dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2.4 Sistem Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen
pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran IPA harus
memerhatikan karakteristik IPA sebagai proses dan IPA sebagai produk. IPA
Masukan instrumental: Kurikulum, guru, metode, media, sarana prasarana
Masukan peserta didik Proses pembelajaran IPA
Masukan lingkungan
(sosial dan alamiah
Keluaran siswa yang berhasil
Lulusan yang berhasil
44
memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Karakteristik tersebut
menurut Jacobson dan Bergman (dalam Wisudawati, 2014:170) meliputi : 1) IPA
merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum dan teori: 2) proses ilmiah dapat
berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga
penerapannya: 3) sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam
menyingkap rahasia alam: 4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi
hanya sebagian atau beberapa saja: 5) keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan
kebenaran yang bersifat objektif.
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-
prinsip, proses yang mana menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-
konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan
dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep
IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat
pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana.
Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang
diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga
mampu berikir kritis melalui pembelajaran IPA.
Karakteristik belajar IPA menurut Usman (2011: 43) dapat diuraikan
sebagai berikut: 1) proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera,
seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot; 2) belajar IPA
dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara; 3) belajar IPA
memerlukan berbagai macam alat untuk membantu pengamatan; 4) belajar IPA
45
seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan ilmiah; 5) belajar IPA merupakan proses
aktif.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA yang tercantum dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan maka perlu melaksanakan pembelajaran
dengan menerapkan keterampilan proses IPA yang disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa. Teori pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget. Teori perkembangan
kognitif oleh Piaget menjelaskan mengenai konstruktivisme, yaitu suatu
pandangan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuh dari
pikiran guru ke siswa, namun siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka
sendiri melalui pengalaman nyata.
Teori belajar yang mendukung pendidikan IPA adalah teori Piaget dan
teori Konstruktivisme. Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari
masa bayi sampai masa dewasa. Sedangkan teori konstruktivisme menekankan
bahwa peserta didik tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang lain. Mereka
membangun sendiri dalam pikiran mereka ide-ide tentang peristiwa alam dari
pengalaman sebelum mereka mendapat pelajaran IPA disekolah. Ide-ide yang
mereka bentuk dan pengajaran IPA yang mereka dapat di sekolah disimpan di
dalam struktur kognitif mereka.
Proses dan perkembangan belajar anak Sekolah Dasar memiliki
kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut : beranjak dari hal-hal yang
konkrit, memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, terpadu dan
melalui proses manipulatif.
46
Menurut Piaget (dalam Slavin: 1994: 34) perkembangan kognitif
sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan
lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Teori perkembangan Piaget
mewakili kostruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu
proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman
realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
Piaget memandang perkembangan intelektual berdasarkan perkembangan
struktur kognitif. Semua anak melewati setiap tahapan. Piaget (Slavin, 1994: 34)
mengidentifikasikan empat tahap perkembangan kognitif anak-anak seperti
berikut :
1. Tahap 1: Sensorimotor (lahir s.d. usia 2 tahun): terbentuknya konsep
“kepermanenan objek” dan kemajuan gradual dari perilaku reflektif ke perilaku
yang mengarah kepada tujuan.
2. Tahap 2: Pra oprasional (2-7 tahun): perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran
masih egosentris dan sentrasi.
3. Tahap 3: operasi konkret (7-11 tahun): perbaikan dalam kemampuan untuk
berpikir secara logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk penggunaan
operasi-operasi yang dapat-balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi
desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
4. Tahap 4: Formal Operation (11-15 tahun): pemikiran abstrak dan murni
simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui
penggunaan eksperimentasi sistematis.
47
Sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya, anak Sekolah Dasar
berada pada tahap operasional konkrit. Menurut Piaget pada tahap ini anak
mampu mengoperasionalkan berbagai logika tetapi masih dalam bentuk benda
konkrit. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, namun hanya pada
situasi konkrit dan kemampuan untuk mengklasifikasikan benda-benda namun
belum bisa memecahkan masalah secara abstrak. Implikasi teori Piaget di dalam
kelas adalah sebagai berikut (Slavin, 1994: 45):
1. A focus on the process of the children’s thinking, not just its products:
Inaddition to the correctness of children’s answer, teachers must understand
the processes children use to get to the answer. Appropriate learning
experiences build on children’s current level of cognitive functioning, and only
when teachers appreciate children’s method’s of arriving at
particularconclusions are they in a position to provide such experiences.
Berarti bahwa memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental
anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus
memahami proses yang digunakan anak dalam menemukan jawaban tersebut.
Pengamatan belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap
kognitif anak dan jika guru perhatian terhadap cara yang digunakan siswa untuk
sampai pada suatu kesimpulan tertentu, barulah guru dapat dikatakan berada
dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
2. Recognition of the crucial role of children’s self-initiated, active involvement
in learning activies: In a Piagetian classroom, thepresentation of ready-made
knowledge is de-emphasized, andchildren are encouraged to discover for
48
themselves troughspontaneous interaction with the environment. There-fore,
inteadof teaching didactically, teachers provide a rich variety of activitiesthat
permit children to act directly on the physical world.
Berarti bahwa memperhatikan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa
pengajaran pengetahuan jadi tidak mendapat tekanan, melainkan anak didorong
menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Selain mengajar, tugas guru adalah mempersiapkan kegiatan yang memungkinkan
anak melakukan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.
3. A deemphasis on practices aimed at making children adultlike intheir think-
ing: Piaget referred to the question “How can wespeed up development?’ as
and educators in the United Statesseemed most interested in what techniques
could be used toaccelerate children’s progress through the stages.
Berarti bahwa tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan
untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya. Oleh
sebab itu, guru harus melakukan upaya khusus untuk lebih menata kegiatan-
kegiatan kelas untuk individu-individu dan kelompok-kelompok kecil daripada
kelompok klasikal. Mengutamakan peran aktif siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas tidak menyajikan
pengetahuan jadi, melainkan anak didorong untuk menemukan sendiri
pengetahuan yaitu melalui interaksi-interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena
itu, guru dituntut untuk mempersiapkan beranekaragam kegiatan yang disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif siswa.
49
4. Acceptance of individual differences in developmental progress: Piaget’s
theory assumes that all children go throught the samesequence of development,
but they do so at different rates.
Berarti bahwa memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal
kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa
tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu
berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Sebab itu guru mampu melakukan
upaya untuk mengatur kegitan kelas dalam bentuk kelompok kecil daripada
bentuk kelas yang utuh.
Jadi dalam teori Piaget pada anak usia sekolah dasar, tahap perkembangan
kognitifnya berada dalam tahap operasional konkrit. Pada tahap ini anak mampu
mengoperasikan logika namun masih dalam bentuk benda konkrit. Maka dari itu
peran guru dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar sangat penting yaitu
menyediakan benda-benda konkrit dan alat peraga serta mengorganisasikan benda
tersebut agar bermanfaat di dalam kelas IPA. Guru yang efektif (Marno dan
M.Idris, 2008: 28-30) adalah guru yang dapat menunaikan tugasnya dan fungsinya
secara profesional. Survey dari UNESCO terhadap anak usia 8-12 tahun dari 50
negara menyimpulkan bahwa guru yang efektif memiliki karakteristik: 1)
hubungan guru murid: bersahabat, menjadi mitra belajar sambil menghibur murid,
menyayangi murid seperti anaknya sendiri, adil, memahami kebutuhan setiap
anak serta berusaha memberikan yang terbaik untuk muridnya, dan mampu
membantu anak didik menuju kedewasaan; 2) berkaitan dengan tugasnya sebagai
guru: mencintai pekerjaannya, cakap secara akademik, mampu menerangkan
50
dengan jelas, mampu merangsang siswa untuk belajar, mampu memberikan
kepada siswa sesuatu yang paling berharga, dan mampu menjadikan kelas sebagai
lingkungan yang menyenangkan; 3) berkaitan dengan sikap dan kepribadian:
berpenampilan menarik, tidak terlalu kaku, dan bisa menjadi teladan bagi
siswanya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembelajaran guru memerlukan alat
peraga sebagai alat bantu untuk mengajardan mendidik sehingga apa yang
diajarkan lebih mudah dimengerti oleh peserta didik.
Salah satu gambaran yang digunakan acuan sebagai landasan teori
penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience
(kerucut pengalaman Dale) Dale (dalam Arsyad, 2014: 14).
Gambar 2.1 Kerucur Pengalaman Dale
Abstrak
Konkret
Kerucut di atas merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan
pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh
mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan
kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang
verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media
51
penyampai pesan itu. Dengan penyampaian materi oleh guru menggunakan media
powerpoint materi tergambarkan semakin konkret karena dalam media tersebut
menampilkan materi secara jelas sehingga membantu siswa dalam memahami
materi dengan mudah.
Adapun fungsi alat peraga atau media Dale adalah:
a. Meningkatkan rasa pengertian dan simpati dalam kelas.
b. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa.
c. Menunjukan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minatsiswa
dengan meingkatnya motivasi belajar siswa.
d. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa.
e. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampua siswa.
f. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari pelajaran dengan jalan imajinasi
dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasilbelajar.
g. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa
menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari.
h. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan
pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat.
i. Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika
mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
j. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep
yang bermakna dapat dikembangkan.
Pembelajaran IPA sebaiknya menggunakan keterampilan proses. Menurut
Semiawan (2008: 137) Seseorang perlu memiliki keterampilan proses karena
52
merupakan cara yang khas dalam menghadapi pengalaman yang berkenaan
dengan semua segi kehidupan yang relevan. Guru memiliki keterampilan untuk
memantulkan dan membangun cara siswa membentuk konsep secara wajar dan
sekaligus memberi kemungkinan untuk menemukannya sendiri, sehingga dengan
demikian memberikan urunan terhadap perkembangan mentalnya dalam menggali
potensi yang paling dalam dan paling baik yang ada pada dirinya. Adapun
keretampilan proses yang digunakan dalam penelitian ini yaitu meliputi:
pemanasan, pengamatan, aplikasi konsep dan komunikasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang
disesuaikan dengan perkembangan kognitif dan menerapkan keterampilan proses
serta mencakup semua komponen hakikat IPA (produk, proses, sikap, teknologi)
maka tujuan yang dikehendaki dalam kurikulum dapat tercapai.
2.1.6 Strategi Belajar Concept Mapping
Tujuan utama pengajaran strategi adalah mengajarkan siswa untuk belajar
atas kemauan dan kemampuan diri sendiri (pembelajar mandiri). Peta konsep
(concep mapping) adalah cara untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman
peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya. Selain itu Ausubel
(dalam Munthe, 2009:17) menjelaskan bahwa concept map sebagai satu teknik
yang telah digunakan secara ekstensif dalam pendidikan. Teknik concept map ini
diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif David P. Ausubel yang mengatakan
bahwa belajar bermakna terjadi dengan mudah apabila konsep-konsep baru
dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif. Pemetaan konsep
menurut menurut Martin (dalam Trianto, 2011:157) merupakan inovasi baru yang
53
penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas.
Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu
mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Para guru
yang telah menggunakan peta konsep menemukan bahwa peta konsep memberi
basis logis untuk memutuskan ide-ide dari rencana pembelajaran.
Sebaiknya peta konsep disusun secara hierarki, artinya konsep yang lebih
inklusif dilakukan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan
menjadi konsep yang kurang inklusif. Dalam IPA peta konsep membuat informasi
abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu
konsep pembelajaran, dan menununjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu
mempunyai bentuk. Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk
mengidentifikasi ide-ide kunci yng berhubungan dengan suatu topik dan
menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis.
Adapun karakteristik terkait mendesain bahan ajar dengan concept map
menurut Munthe (2009:18-19) adalah sebagi berikut:
1. Biasanya berstruktur hierarkis dengan lebih inklusif. Dalam struktur tersebut,
konsep-konsep general berada di bagian atas, kemudian kurang inklusif, dan
diikuti dengan konsep-konsep khusus yang diletakkan di bagian bawah.
2. Kata-kata yang menghubungkan selalu ada di atas garis-garis yang
menghubungkan konsep-konsep.
3. Concept map mengalir dari atas ke bawah halaman. Tanda panah digunakan
untuk menunjukkan arah hubungan.
54
4. Sebuah concept map merupakan representasi atau gambaran pemahaman
seseorang tentang sebuah masalah (mata pelajaran, topik, persoalan).
5. Kekuatan concept map berasal dari inter-koneksi antarkonsep.
6. Perasaan seseorang mungkin terekspresikan ke dalam sebuah concept map
dengan memasukkan konsep-konsep yang bernada empati, atau perasaan tidak
suka, atau perasaan stres terhadap sebuah konsep, seperti senang, takut, marah,
tertekan, dan sebagainya.
Munthe (2009:19-20) menyebutkan bahwa concept map merupakan satu bentuk
diagram atau gambar visualisasi konsep-konsep yang saling berhubungan. Berikut
adalah kegunaan concept map sebagai strategi belajar siswa, diantaranya:
1. Dapat digunakan sebagai sarana belajar dengan membandingkan concept map
siswa dengan guru. Peta-peta yang telah dihasilkan dapat menunjukkan tingkat
penguasaan siswa.
2. Dapat digunakan sebagai cara lain dalam mencatat pelajaran sewaktu belajar.
3. Dapat digunakan sebagai alat belajar dengan membandingkan peta konsep
yang dibuat di awal dengan akhir pembelajaran. Siswa melakukan penilaian
mandiri terhadap penguasaan bahan ajar.
4. Membantu meningkatkan daya ingat siswa dalam belajar. Siswa merangkum
informasi yang banyak ke dalam konsep-konsep utama yang saling
berhubungan ke dalam sebuah digram atau gambar yang mencakup
keseluruhan konsep-konsep yang dipelajari.
Keunggulan concept map terletak pada pemahaman yang terwakili dalam concept
map yang dihasilkan, proses pembuatan concept map, dan potensi proses
55
memfasilitasi satu hubungan yang lebih wajar antara guru dan siswa (Munthe,
2009: 23) diantaranya :
1. Berbagi pemahaman
Concept map adalah satu teknik pendidikan yang penuh kekuatan, karena baik
siswa maupun guru dapat membuat dan berbagi concept map, sehingga tercipta
berbagai pemahaman tentang suatu topik.
2. Proses pembuatan concept map
Proses aktualitas pemetaan konsep-konsep menuntut individu untuk
menentukan hierarki konsep-konsep, memilih konsep-konsep untuk
diinterkoneksikan, dan melukiskan tabiat yang tepat hubungan di anatara
konsep-konsep tersebut. Proses aktualitas pengonstruksian peta dapat
mendorong siswa mengonstruksi arti-arti.
3. Hubungan
Concept map dapat membantu memfasilitasi hubungan yang lebih sepadan
antara guru dan siswa. Proses pemetaan konsep dapat memberi siswa sejumlah
kemerdekaan dan mengurangi kemungkinan siswa melawan, tergantung dan
pasif.
Arends (dalam Trianto, 2011: 160) memberikan langkah-langkah dalam membuat
peta konsep sebagai berikut:
1. Langkah 1 : Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi
sejumlah konsep
2. Langkah 2 : Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang
menunjang ide utama
56
3. Langkah 3 : Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
4. Langkah 4 : Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang
secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta
konsep sebagai berikut:
1. Memilih suatu bahan bacaan
2. Menentukan konsep-konsep yang relevan
3. Mengelompokkan (mengurutkan ) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke
yang paling tidak inklusif
4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang
paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut. Dalam
menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung.
Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.
Ada empat macam peta konsep diantaranya:
a. Pohon jaringan (network tree)
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain
dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis ini menujukkan hubungan
antara ide-ide itu. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah
topik itu dan daftarlah konsep-konsep utama yang berkaitan dengan konsep itu.
Periksalah daftar dan mulai menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam
suatu susunan dari umum ke khusus.
b. Rantai kejadian (event chain)
57
Petaa konsep ini dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian,
langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap dalam suatu proses.
c. Peta konsep siklus (cycle concept map)
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil
final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian
awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali
ke kejadian awal, siklus tersebut berulang dengan sendirinya.
d. Laba-laba (spider concept map)
Peta konsep ini dapat digunakan untuk curah pendapat. Berawal dari suatu
ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk.
Banyak dari ide-ide dan ini berkaitan dengan ide sentral itu namun belum tentu
jelas hubungannya satu sama lain.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan peta konsep pohon jaringan
(network tree) yang dianggap lebih cocok dan lebih mudah untuk diterapkan pada
usia anak SD.
Pembelajaran yang mendukung strategi belajar concept mapping adalah
pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2010: 4) pembelajaran kooperatif
merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran. Alasan penggunaan pembelajaran kooperatif adalah
untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat postif
lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan
terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan
58
rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu
belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta
mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka.
Pembelajaran kooperatif berjalan dengan baik dan dapat diaplikasikan
untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas yang khusus untuk anak-anak
berbakat, kelas pendidikan khusus, dan bahkan untuk kelas dengan tingkat
kecerdasan rata-rata, dan khususnya sangat diperlukan dalam kelas heterogen
dengan berbagai tingkat kemampuan. Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan
yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar
belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus
terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi
alasan pentingnya untuk menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas
yang berbeda.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan strategi
belajar concept mapping diharapakan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA di kelas IVA SDN Gisikdrono 03.
2.1.7 Media Pembelajaran
Pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alatgrafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,
dan menyusun kembali infomarsi visual atau verbal. Media harus meningkatkan
motivasi siswa. Selain itu merangsang siswa mengingat apa yang sudah di
pelajari, selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik
59
mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan mendorong
siswa untuk melakukan praktik yang benar.
Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan
teknologi. Menurut Kemp dan Dayton (1985) (dalam Arsyad, 2014: 3-39)
mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu:
a. Media cetakan, meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas
untukpengajaran dan informasi. Materi pembelajaran yang berbasis cetakan
yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah,
dan lembaran lepas.
b. Media panjang, pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi di depan kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis, flip chart,
papan magnet, papan kain, papan buletin, dan pameran.
c. Proyektor Transparansi (OHP), transparansi yang diproyeksikan adalah visual
berupa huruf, lambang, gambar, grafik, pada lembaran bahan tembus
pandangatau plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar
atau dinding melalui sebuah proyektor.
d. Rekaman Audio-Tape, pesan dan isi pelajaran dapat direkam pada tape
sehingga hasil rekaman itu dapat diputar kembali pada saat yang diinginkan.
e. Slide (film bingkai), adalah suatu film transparansi yang berukuran 35 mm
dengan bingkai 2 x 2 inci. Film bingkai ini diproyeksikan melalui
slideprojector.
60
f. Film dan Video, merupakan gambar-gambar hidup dalam frame yang
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar
terlihat gambar itu hidup.
g. Komputer, memiliki kemampuan untuk menggabungkan dan mengendalikan
berbagai peralatan lainnya seperti CD player, video-tape, dan audio-tape.
Selain itu menurut Daryanto (2011: 5) media pembelajaran juga
mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.
c. Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara peserta didik
dan sumber belajar.
d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori, dan kinestetiknya.
e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama.
f. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yaitu guru
(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, peserta didik
(komunikan), dan tujuan pembelajaran.
Dari uraian di atas, berarti media adalah suatu alat atau perantara yang
digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa
mempermudah memahami materi yang disampaikan serta membuat nyata konsep
yang dipelajari. Sehingga, dengan adanya media pembelajaran materi yang
disampaikan akan lebih bermakna dan dapat menarik minat siswa dalam
61
pembelajaran. Media powerpoint termasuk ke dalam kelompok media film dan
video.
2.1.8 Media Powerpoint
Media yang baik mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan,
umpan balik, dan mendorong siswa untuk melakukan praktik yang benar.
Microsoft Powerpoint merupakan salah satu aplikasi yang paling banyak
digunakan oleh orang-orang dalam mempresentasikan bahan ajar, atau laporan,
karya, atau status mereka (Arsyad,2014:193). Sedangkan Daryanto (2011: 157)
berpendapat bahwa Microsoft Poweroint adalah sebuah program berbasis
multimedia yang dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi dengan
berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi
yang menarik.
Beberapa hal yang menjadikan media powerpoint menarik untuk
digunakan sebagai alat presentasi menurut Daryanto (2011:157-158) adalah
berbagai kemampuan pengolahan teks, warna dan gambar, serta animasi-animasi
yang bisa diolah sendiri sesuai dengan kreativitas penggunanya. Pada
prinsipnya, powerpoint terdiri dari beberapa unsur rupa dan pengontrolan
operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud terdiri atas slide, teks, gambar dan
bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang
telah tersedia. Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang
mementingkan terjadinya interaksi antara peserta didik dan tenaga pendidik
maka kontrol operasinya menggunakan cara manual.
Kelebihan penggunaan media powerpoint diantaranya: (1) penyajiannya
62
menarik karena ada permainan warna, huruf, dan animasi, baik animasi teks
maupun animasi gambar atau foto; (2) lebih merangsang anak untuk mengetahui
lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji; (3) pesan informasi secara
visual mudah dipahami peserta didik; (4) tenaga pendidik tidak perlu banyak
menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan; (5) dapat diperbanyak sesuai
kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-ulang; (6) dapat disimpan dalam
bentuk data optik atau magnetik (CD/disket/flashdisk) sehingga praktis untuk
dibawa ke mana-mana.
Berikut adalah langkah-langkah media powerpoint (Amin, 2013: 65-68)
diantaranya:
1. Terangkan kepada siswa/kelompok kecil apa yang diperlihatkan
2. Perlihatkan slide dan berikan komentar yang pendek
3. Batasi jumlah slide yang diperihatkan sekitar 10-15 setiap periode sesuai
kebutuhan maksimal 20 slide/jam
4. Jelaskan atau diskusikan bagian yang dianggap penting setelah slide
diperlihatkan
5. Ulangi langkah yang sama untuk periode pemaparan slide yang berikutnya
6. Matikan proyektor, buat ringkasan tentang hal-hal penting dari kedua bagian
itu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan media
powerpoint diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA kelas IVA
SDN Gisikdrono 03.
63
2.1.9 Penerapan Strategi Belajar Concept Mapping dengan Media Powerpoint
Penerapan strategi belajar peta konsep (concept mapping) menurut Arends (dalam
Trianto, 2011: 160) dengan media powerpoint pada pembelajaran IPA sebagai
berikut:
1. Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan memperhatikan
media powerpoint.
2. Siswa mendapat bahan bacaan pada masing-masing kelompok.
3. Siswa berdiskusi untuk menemukan konsep-konsep pada bahan bacaan.
4. Siswa mengurutkan/mengelompokkan konsep-konsep yang telah ditemukan.
5. Siswa menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan.
6. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Beberapa penelitian relevan yang menjadikan dasar peneliti dalam
menerapkan strategi concept mapping dengan media powerpoint guna
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IVA SD Negeri
Gisikdrono 03. Penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Rizki (2014) dengan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Melalui Strategi Belajar Peta Konsep Pada Siswa Keas IV SDN 3
Siwalempu.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tes hasil tindakan siklus I
diperoleh persentase kentuntasan klasikal dalam kategori kurang. Persentase
daya serap klasikal dalam kategori cukup. Pada siklus II hasil tes tindakan
meningkat. Siklus II diperoleh persentase ketuntasan klasikal dengan kategori
sangat baik, dan persentase daya serap klasikal dengan kategori sangat baik.
64
Berdasarkan hasil tes pada siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan strategi belajar peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa
di kelas IV SDN 3 Siwalempu.
2. Fia Afriani dkk (2013) dengan penelitian yang berjudul “PENINGKATAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN STRATEGI
BELAJAR PETA KONSEP (CONCEPT MAPPING) PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS V DI SD NEGERI 14 CUPAK KABUPATEN
SOLOK”. Hasil siklus pertama secara empiris diperoleh skor rata-rata
persentase aktivitas siswa dalam pendapat 52,38%, 57,14% untuk
bereksperimen, membuat kesimpulan 57.14%, dan persentase siswa yang
menyelesaikan 61.90%. Pada siklus kedua meningkat dalam persentase siswa
yang berpendapat pnedapat aktivitas 79,19%, 85,71% bereksperimen, membuat
kesimpulan 85,71%, dan persentase siswa yang pass 90,47%, dengan nilai rata-
rata 76,19. Penelitian ini menyimpulkan bahwa belajar konsep strategi peta
(Concept Mapping) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kelas V
siswa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa guru dapat
menggunakan konsep strategi peta (Concept Mapping) untuk Kegiatan IPA
meningkatkan dan hasil belajar siswa.
3. Parlin dkk (2013) dengan penelitian yang berjudul “PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SOSIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI
PENGORGANISASIAN PETA KONSEP (CONCEPT MAPPING)”. Hasil
tindakan siklus I menunjukkan 67% atau 22 dari 33 peserta didik telah
menunjukkan peningkatan hasil belajar dengan mencapai nilai KKM (≥ 70),
65
dan di siklus II meningkat signifikan menjadi 91% atau 30 dari 33 peserta didik
telah mencapai nilai KKM (≥ 70). Hasil simpulan tersebut diperkuat dengan
hasil angket pendapat peserta didik tentang pembelajaran dengan peta konsep
yang menunjukkan di siklus I terdapat 14 dari 33 peserta didik atau 42,5%
peserta didik menyatakan bahwa pembelajaran dengan peta konsep cukup
membantu dalam belajar Sosiologi dan 11 dari 33 peserta didik menyatakan
bahwa pembelajaran dengan peta konsep baik dalam membantu belajar
Sosiologi. Sedangkan di siklus II terdapat 16 dari 33 peserta didik atau 48,5%
peserta didik menyatakan bahwa pembelajaran dengan peta konsep baik dalam
membantu belajar Sosiologi dan 5 dari 33 peserta didik atau 15,2%
menyatakan bahwa pembelajaran dengan peta konsep sangat baik dalam
belajar Sosiologi.
4. Juliarti dkk dengan penelitian yang berjudul “PENERAPAN METODE
PEMBELAJARAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA KULIAH STATISTIK”.
Berdasarkan hasil kegiatan penelitian diperoleh bahwa pembelajaran mata
kuliah Statistik dengan menggunakan metode pembelajaran petakonsep dapat
meningkatkan hasil belajar mahasiswa dimana nilai rata-rata pada siklus 1
terdiri dari nilai rata-rata pretes 34,13 dan nilai rata-rata postes 63,08. Pada
siklus 2 memperoleh nilai rata-rata pretes 67,83 dan nilai rata-rata postes 80,69.
Pembelajaran Statistik denganmenggunakan metode peta konsep dapat
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa Program Studi Tata Boga dimana
sebanyak 70,10% mahasiswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan peta
66
konsep dalam mata kuliah Statistik dapat memotivasi mahasiswa untuk
mempelajari Statistik.
5. Amalia dkk (2011) dengan penelitian yang berjudul “PENGGUNAAN PETA
KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X.1
SMA NEGERI 8 BANJARMASIN PADA KONSEP HEWAN
INVERTEBRATA”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan peta
konsep dalam pembelajaran konsep hewan Invertebrata dapat meningkatkan
pemahaman siswa kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin yaitu sebesar (81,82%
- 93,94%), proses pembelajaran melalui LKS sebesar (90,91%- 1085,18%),
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang konsisten mengalami
peningkatan yaitu membuat peta konsep (32,4%) dan berdiskusi antar
siswa/kelompok/guru (33,27%); respon siswa mengenai peta konsep
menyatakan 84,85% menyenangkan dan 15,15% menyatakan tidak
menyenangkan. Pembelajaran menggunakan peta konsep disimpulkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa.
6. Ni Putu dkk (2014) dengan penelitian yang berjudul PENGARUH STRATEGI
PEMBELAJARAN PETA KONSEP BERBANTUAN MEDIA GAMBAR
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V DI DESA PANJI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan strategi
pembelajaran Peta Konsep berbantuan media gambar dan siswa yang belajar
dengan strategi pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari hasil rerata
kelompok eksperimen lebih tinggi disbanding rerata kelompok kontrol
67
(eksperimen= 23,26 > control = 18,24) dan hasil uji hipotesi dengan
menggunakan uji-t dengan thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,95146 >
1,67109. Dengan demikian, kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan strategi pembelajaran Peta Konsep berbantuan media gambar
menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran
konvensional.
7. Pebri Jayanti dkk (2014) dengan penelitian yang berjudul “PENGARUH
STRATEGI PEMBELAJARAN PETA KONSEP BERBANTUAN MEDIA
VISUAL NON PROYEKSI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V
SD GUGUS V ABIANSEMAL”. Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V
yang dibelajarkan melalui strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media
visual non proyeksi lebih besar dari siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional (78 > 70,3). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media visual non
proyeksi berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus V
Abiansemal Kabupaten Badung tahun pelajaran 2013/2014.
8. Ahmad Bilal Cheema (2013) "Pengaruh Konsep Pemetaan Pada Prestasi
Akademik Mahasiswa". Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki dan
siswa perempuan diajarkan melalui pemetaan konsep dilakukan lebih baik
daripada siswa diajarkan melalui metode pengajaran tradisional. Namun siswa
laki-laki diajarkan melalui pemetaan konsep dilakukan secara signifikan lebih
baik daripada siswa perempuan. Oleh karena itu disarankan agar pemetaan
68
konsep harus digunakan dalam kelas SD untuk mengajar ilmu pengetahuan
umum. Peta konsep juga dapat dimasukkan dalam buku teks mata pelajaran
sains di tingkat sekolah.
9. Yunus Karakuyu (2010)"Pengaruh pemetaan konsep terhadap sikap dan
prestasi dalam mata kuliah fisika. Salah satu kelas yang dipilih secara acak
sebagai kelompok eksperimen (28), dibangun peta konsep listrik dan yang lain
adalah kontrol (30) kelompok, tidak menerima presentasi tentang pemetaan
konsep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sementara tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam sikap dan prestasi antara kelompok eksperimen dan
kontrol. Namun, para siswa kelompok eksperimen diamati memiliki
kecenderungan sikap yang lebih positif daripada siswa kelompok kontrol. Hasil
juga menunjukkan bahwa menggambar peta konsep instruksi lebih efektif
daripada instruksi tradisional dalam meningkatkan prestasi fisika siswa yang
berpartisipasi.
10. Adeneye Olarewaju Adeleye Awofala (2011)"Pengaruh Konsep Pemetaan
Strategi Prestasi Siswa di Sekolah Menengah Pertama Matematika". Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemetaan konsep adalah strategi yang efektif
untuk mengajar dan belajar matematika. Strategi ini juga mampu meningkatkan
penguasaan siswa terhadap isi di tingkat yang lebih tinggi-urutan kognisi.
Berdasarkan temuan, penelitian merekomendasikan bahwa pemetaan konsep
harus ditambahkan ke strategi mengajar guru matematika di tingkat sekolah
menengah.
69
Berbagai penelitian tersebut digunakan oleh peneliti sebagai pendukung
dalam pelaksanaan penelitian yang berjudul ”Peningkatan Kualitas Pembelajaran
IPA melalui Strategi Belajar Concept Mapiing dengan Media Powerpoint pada
Siswa Kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang”.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Mengacu pada kajian teori dan kajian empiris maka dapat dibuat kerangka
berpikir sebagai berikut:
Kerangka berpikir
Bagan 2.5 Kerangka Berpikir
Kondisi awal
Kondisi Akhir
Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran melalui strategi concept mapping dengan media
powerpoint:
1. Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan
memperhatikan media powerpoint
2. Siswa mendapat bahan bacaan pada masing-masing kelompok
3. Siswa berdiskusi untuk menemukan konsep-konsep pada bahan bacaan
4. Siswa mengurutkan/mengelompokkan konsep-konsep yang telah
ditemukan
5. Siswa menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan
6. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
Kualitas pembelajaran IPA meningkat dengan indikator
keberhasilan:
1. Meningkatnya keterampilan guru dalam pembelajaran IPA
2. Meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA
3. Meningkatnya respon siswa dalam pembelajaran IPA
4. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
Guru:
1. Belum melatihkan dan cara belajar efektif
2. Belum mengajarkan siswa untuk menghasilkan pembelajaran bermakna
dengan menghubungkan konsep utama yang dihubungkan dengan konsep
lain yang terwujud dalam peta konsep.
Siswa :
1. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran
2. Siswa belum mampu membuat peta konsep sehingga siswa merasa kesulitan
dalam mengingat konsep pembelajaran.
3. Respon siswa kurang senang, antusias dan semangat dalam belajar.
Hasil belajar:
Hasil belajar IPA rendah
70
Berdasarkan skema tersebut adalah guru belum mengajari cara belajar
efektif. Guru belum mengajarkan siswa untuk menghasilkan pembelajaran
bermakna dengan menghubungkan konsep utama yang dihubungkan dengan
konsep lain. Selain itu siswa belum mampu membuat peta konsep sehingga siswa
merasa terbebani dengan materi yang menuntut mereka untuk menghafalnya
walaupun belum memahaminya. Dengan kata lain siswa merasa kesulitan dalam
mengingat konsep pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran kurang
maksimal sehingga siswa kurang tertarik dan tidak senang terhadap proses
pembelajaran yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dan menjadikan
pemelajaran yang menyenangkan. Beberapa siswa yang suka membuat kegaduhan
dengan asyik bermain sendiri dalam pembelajaran, membuat siswa lainnya
berkurang konsentrasinya dalam pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan hasil
belajar IPA siswa rendah. Oleh karena itu untuk mengatasinya dengan
menerapkan strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint. Langkah
pembelajaran dengan strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint
adalah 1) Siswa memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan
memperhatikan media powerpoint; 2) Siswa mendapat bahan bacaan pada
masing-masing kelompok; 3) Siswa berdiskusi untuk menemukan konsep-konsep
pada bahan bacaan; 4) Siswa mengurutkan/mengelompokkan konsep-konsep yang
telah ditemukan; 5) Siswa menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan;
6) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Pembelajaran dengan
menerapkan strategi belajar concept mapping dengan powerpoint diharapkan
71
dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, respon siswa dan hasil
belajar siswa.
2.4 HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan
yaitu melalui penerapan strategi concept mapping dengan media powerpoint,
kualitas pembelajaran IPA yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa,
respon siswa dan hasil belajar pada siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota
Semarang dapat meningkat.
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Kemmis dan M. Taggrat (dalam Tampubolon, 2013: 155) Desain
penelitian tindakan kelas berbentuk 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat
tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi
(observing), dan refleksi (reflecting). Namun semua ini diawali dengan refleksi
awal. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai
berikut:
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Bagan 3.1 Prosedur PTK
Reaksi awal
Planning
Reflecting Acting
Observing
Reflecting Acting
Observing
Replanning
Reflecting Acting
Observing
Replanning
73
3.1.1 Planning (Perencanaan Tindakan)
Perencanaan tindakan dimulai dari proses identifikasi masalah yang akan
diteliti, termasuk hasil penelitian. Kemudian merencanakan tindakan yang akan
dilakukan, termasuk menyusun perangkat pembelajaran yang diperlukan dan lain-
lain.
3.1.2 Acting (Pelaksanaan tindakan)
Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan
menggunakan perangkat pembelajaran mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti,
hingga kegiatan akhir sesuai dengan RPP.
3.1.3 Observing (Observasi)
Observasi adalah pengamatan selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh kolaborator dan atau observer secara simultan
(bersamaan pada saat pembelajaran berlangsung).
3.1.4 Reflecting (Refleksi)
Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil analisis data tentang hasil
suatu tindakan yang dilakukan demi mencapai keberhasilan penelitian dari seluruh
aspek/indikator yang ditentukan.
3.2 Prosedur PTK
Peneliti melaksanakan penelitian dalam tiga siklus dan setiap siklus terdiri
dari satu pertemuan. Adapun tiap siklusnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.2.1 Siklus Pertama
3.2.1.1 Perencanaan
1) Menentukan materi pembelajaran yaitu energi panas
74
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan strategi
belajar concept mapping dengan media powerpoint.
3) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran berupa powerpoint
4) Menyusun lembar diskusi siswa
5) Menyiapkan alat evaluasi berupa lembar diskusi dan tes tertulis beserta kunci
jawabannya
6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan
keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint.
7) Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran.
3.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan
Pra-Kegiatan:
a. Guru menyiapkan perangkat pembelajaran
b. Salam, doa, dan presensi
Kegiatan Awal:
1. Guru melakukan apersepsi melalui bertanya:
a. Kalian tentu pernah mengikuti upacara bendera bukan?
b. Apa yang kalian rasakan ketika mengikuti upacara bendera?
75
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang harus dilakukan.
3. Guru memberi motivasi siswa.
Kegiatan Inti:
1. Siswa memperhatikan penjelasan materi energi panas dari guru dengan
memperhatikan media powerpoint. (eksplorasi)
2. Siswa melakukan percobaan menggesekkan kedua tangan kemudian
menempelkannya ke pipi masing-masing dan mengamati apa yang dirasakan.
(eksplorasi)
3. Siswa melakukan percobaan menggesekkan dua buah paku. (eksplorasi)
4. Siswa menjelaskan apa yang terjadi pada paku tersebut. (elaborasi)
5. Siswa menyebutkan benda-benda yang pernah dilihat yang mengandung
sumber energi panas. (elaborasi)
6. Siswa membentuk kelompok yang beranggotan 4-5 siswa (elaborasi)
7. Siswa mendapat bahan bacaan tentang materi energi panas pada masing-
masing kelompok. (elaborasi)
8. Siswa berdiskusi untuk menemukan konsep-konsep pada bacaan tersebut.
(elaborasi)
9. Siswa mengurutkan/mengelompokkan konsep-konsep yang telah ditemukan.
(elaborasi)
10. Siswa menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan. (eksplorasi)
11. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. (elaborasi)
12. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. (konfirmasi)
76
13. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang antusias dalam proses
pembelajaran. (konfirmasi)
Kegiatan Akhir:
1. Guru bersama siswa menyimpulan keseluruhan materi yang telah dipelajari
selama kegiatan pembelajaran.
2. Guru memberikan umpan balik.
3. Siswa mengerjakan evaluasi individu.
4. Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari materi perpindahan panas.
5. Guru menutup pembelajaran.
3.2.1.3 Observasi
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti
melihat dan mengamati secara langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian
yang terjadi selama proses pembelajaran. Kegiatan yang diamati meliputi:
1) Pengamatan terhadap keterampilan guru dalam mengelola kelas dalam
pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint.
2) Pengamatan terhadap aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint.
3) Pengamatan terhadap respon siswa dalam mengelola kelas dalam pembelajaran
IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.
4) Melakukan penilaian hasil pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint.
77
3.2.1.4 Refleksi
1) Guru belum menyampaikan batas-batas tugas yang akan dikerjakan siswa yang
nantinya akan dinilai oleh guru sehingga ada beberapa siswa yang belum
bersungguh-sungguh mengerjakan tugas yang diberikan.
2) Guru belum mengawasi siswa ketika membaca teks bacaan sehingga ada siswa
yang tidak ikut membaca teks bacaan.
3) Siswa belum bisa menyusun peta konsep tepat waktu ditunjukkan dengan
meminta waktu tambahan ketika guru sudah meminta untuk melakukan
presentasi.
4) Masih ada beberapa siswa tidak mendengarkan atau memperhatikan siswa
yang sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompok siswa lain.
5) Siswa masih enggan bertanya tentang kesulitan yang dialami dalam
pembelajaran kepada guru.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap kekurangan pelaksanaan
pembelajaran siklus I dan merencanakan tindak lanjut pada siklus II. Adapun
rencana perbaikan untuk pembelajaran siklus II yaitu:
1) Guru hendaknya menyampaikan batas-batas tugas yang akan dikerjakan siswa
yang nantinya akan dinilai oleh guru.
2) Guru mengawasi siswa ketika membaca teks bacaan.
3) Siswa hendaknya menyusun peta konsep sesuai waktu yang diberikan guru.
4) Siswa berantusias untuk membacakan hasil diskusi dan memperhatikan teman
yang presentasi.
78
5) Siswa aktif bertanya tentang kesulitan yang dialami dalam pembelajaran
kepada guru.
3.2.2 Siklus Kedua
3.2.2.1 Perencanaan
Hasil refleksi pada Siklus I digunakan sebagai bahan perbaikan pada
pembelajaran siklus II. Adapun kegiatan perencanaan yang peneliti lakukan
sebagai berikut :
1) Menentukan materi pembelajaran yaitu energi panas
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan strategi
belajar concept mapping dengan media powerpoint.
3) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran berupa powerpoint
4) Menyusun lembar diskusi siswa
5) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar diskusi beserta kunci
jawabannya
6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan
keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint.
7) Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran.
79
3.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Pra-Kegiatan:
1. Guru menyiapkan perangkat pembelajaran
2. Salam, doa, dan presensi
Kegiatan Awal:
1. Guru melakukan apersepsi melalui bertanya:
a. Apakah kalian pernah membantu ibu kalian memasak sayur di dapur?
b. Apa yang terjadi pada masakan tersebut?
c. Mengapa sayur tersebut bisa panas?
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang harus dilakukan.
3. Guru memberi motivasi siswa.
Kegiatan Inti:
1. Siswa memperhatikan penjelasan materi perpindahan panas dari guru dengan
memperhatikan media powerpoint. (eksplorasi)
2. Siswa melakukan percobaan terhadap paku yang dipegang dengan tangan
kemudian dipanaskan ke lilin. (eksplorasi)
3. Siswa meganalisis hasil percobaan tersebut. (elaborasi)
4. Siswa menyebutkan benda-benda yang termasuk konduktor dan isolator.
(elaborasi)
5. Siswa membentuk kelompok yang beranggotan 4-5 siswa. (elaborasi)
6. Siswa mendapat bahan bacaan tentang materi perpindahan panasyang telah
dipelajari pada masing-masing kelompok. (elaborasi)
80
7. Siswa berdiskusi untuk menemukan konsep-konsep pada bacaan tersebut.
(elaborasi)
8. Siswa mengurutkan/mengelompokkan konsep-konsep yang telah ditemukan.
(elaborasi)
9. Siswa menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan. (eksplorasi)
10. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. (elaborasi)
11. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. (konfirmasi)
12. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang antusias dalam proses
pembelajaran. (konfirmasi)
Kegiatan Akhir:
1. Guru bersama siswa menyimpulan keseluruhan materi yang telah dipelajari
selama kegiatan pembelajaran.
2. Guru memberikan umpan balik berupa pertanyaan kepada siswa.
3. Siswa mengerjakan evaluasi individu.
4. Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari materi perpindahan panas.
5. Guru menutup pembelajaran.
3.2.2.3 Observasi
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti
melihat dan mengamati secara langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian
yang terjadi selama proses pembelajaran. Kegiatan yang diamati meliputi:
1) Pengamatan terhadap keterampilan guru dalam mengelola kelas dalam
pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint.
81
2) Pengamatan terhadap aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint.
3) Pengamatan terhadap respon siswa dalam mengelola kelas dalam pembelajaran
IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.
4) Melakukan penilaian hasil pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint.
3.2.2.4 Refleksi
Setelah melakukan observasi, maka dilakukan refleksi terhadap
pelaksanaan pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan
media powerpoint untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada siklus II,
diantaranya:
1) Guru sudah mengawasi siswa membaca tetapi belum maksimal karena masih
ada siswa yang tidak membaca dan ada beberapa siswa yang membaca dengan
menggerutu.
2) Waktu yang diberikan untuk menyusun peta konsep belum efisien karena siswa
belum bisa menyelesaikan peta konsep dalam wakyu yang ditentukan.
3) Belum ada siswa yang bertanya ketika presentasi kelompok diskusi.
4) Sebagian besar enggan bertanya tentang materi yang belum dipahami kepada
guru.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap kekurangan
pelaksanaan pembelajaran siklus II dan merencanakan tindak lanjut pada siklus
III. Adapun rencana perbaikan untuk pembelajaran siklus III yaitu:
82
1) Guru mengawasi siswa membaca teks bacaan dengan penuh kesabaran.
2) Guru memberikan waktu menyusun yang efektif.
3) Memancing siswa untuk bertanya ketika kelompok presentasi hasil diskusi.
4) Meminta siswa bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami.
3.2.3 Siklus Ketiga
3.2.3.1 Perencanaan
1) Menentukan materi pembelajaran yaitu energi bunyi
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan strategi
belajar concept mapping dengan media powerpoint.
3) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran berupa powerpoint
4) Menyusun lembar diskusi siswa
5) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar diskusi beserta kunci
jawabannya
6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan
keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint.
7) Menetapkan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran.
83
3.2.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Pra-Kegiatan:
1. Guru menyiapkan perangkat pembelajaran
2. Salam, doa, dan presensi
Kegiatan Awal:
1. Guru melakukan apersepsi melalui bertanya:
a. Semua anak pasti sudah pernah mendengar bel sekolah bukan?
b. Apa yang dihasilkan dari bel sekolah?
c. Apa saja benda yang mengeluarkan bunyi di sekitar kalian?
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang harus dilakukan.
3. Guru memberi motivasi siswa.
Kegiatan Inti:
1. Siswa memperhatikan penjelasan materi bunyi dari guru dengan
memperhatikan media powerpoint. (eksplorasi)
2. Siswa menyebutkan sumber bunyi yang ada di sekitar mereka. (elaborasi)
3. Siswa melakukan percobaan perambatan bunyi. (eksplorasi)
4. Siswa menjelaskan apa yang terjadi pada perambatan tersebut. (elaborasi)
5. Siswa membentuk kelompok yang beranggotan 4-5 siswa. (elaborasi)
6. Siswa mendapat bahan bacaan tentang materi energi bunyi pada masing-
masing kelompok. (elaborasi)
7. Siswa berdiskusi untuk menemukan konsep-konsep pada bacaan tersebut.
(elaborasi)
84
8. Siswa mengurutkan/mengelompokkan konsep-konsep yang telah ditemukan.
(elaborasi)
9. Siswa menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan. (eksplorasi)
10. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. (elaborasi)
11. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. (konfirmasi)
12. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang antusias dalam proses
pembelajaran. (konfirmasi)
Kegiatan Akhir:
1. Guru bersama siswa menyimpulan keseluruhan materi yang telah dipelajari
selama kegiatan pembelajaran.
2. Guru memberikan umpan balik kepada siswa berupa pertanyaan.
3. Siswa mengerjakan evaluasi individu.
4. Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari materi perpindahan panas.
5. Guru menutup pembelajaran.
3.2.3.3 Observasi
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti
melihat dan mengamati secara langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian
yang terjadi selama proses pembelajaran. Kegiatan yang diamati meliputi:
1) Pengamatan terhadap keterampilan guru dalam mengelola kelas dalam
pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint.
85
2) Pengamatan terhadap aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint.
3) Pengamatan terhadap respon siswa dalam mengelola kelas dalam pembelajaran
IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.
4) Melakukan penilaian hasil pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint.
3.2.3.4 Refleksi
1) Keterampilan guru, aktivitas siswa dan respon siswa mengalami peningkatan
dari siklus-siklus sebelumnya dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang
sudah ditetapkan.
2) Hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan
yaitu ketuntasan hasil belajar klasikal sebesar 75%.
3) Menyimpulkan hasil penelitian dan menyusun laporan.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVA sebanyak 34 siswa yang
terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
3.4 Tempat Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di SDN Gisikdrono 03
Kota Semarang yang terletak di Jl. Taman Sri Rejeki Timur I RT 09 RW 06
Kelurahan Gisikdrono Kecamatan Semarang Barat.
86
3.5 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint.
2. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint.
3. Respon siswa dalam pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint.
4. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint.
3.6 Data dan Cara Pengumpulan Data
3.6.1 Sumber Data
3.6.1.1 Guru
Sumber data guru berasal dari lembar observasi keterampilan guru dan
catatan lapangan pelaksanaan pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept
mapping dengan media powerpoint.
3.6.1.2 Siswa
Dalam penelitian tindakan ini peneliti akan mendapatkan sumber data
yang berasal dari siswa melalui pengamatan aktivitas siswa, angket siswa dan
hasil belajar siswa selama pelaksanaan siklus pertama sampai siklus ketiga.
3.6.1.3 Catatan Lapangan
Sumber data yang berupa catatan lapangan berasal dari catatan selama
proses pembelajaran yang berupa keterampilan guru siswa dan aktivitas di luar
87
indikator yang sudah ditetapkan dalam pembelajaran IPA melalui strategi belajar
concept mapping dengan media powerpoint.
3.6.2 Jenis Data
1. Data Kuantitatif
Menurut Herrhyanto (2010: 1.3) data kuantitatif adalah data yang
berbentuk bilangan. Data kuantitatif diperoleh dari hasil evaluasi pembelajaran
IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kategori atau atribut. Data
kualitatif dalam penelitian diperoleh dari hasilobservasi menggunakan lembar
pengamatan keterampilan guru, aktivitas siswa, angket, dan catatan lapangan
selama menerapkan strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint.
3.6.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.6.3.1 Teknik Tes
Tes menurut Widoyoko (2014: 57) merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik
suatu objek. Tes dapat juga diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus
diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan
seseorang. Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur pencapaian
hasil belajar siswa. Tes diberikan kepada siswa secara individu pada akhir setiap
pembelajaran siklus pertama sampai siklus ketiga.
88
3.6.3.2 Teknik Non Tes
Teknik non tes adalah evaluasi proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan tanpa menguji siswa melainkan dengan melakukan observasi atau
pengamatan, melakukan wawancara, menyebar angket, dan lain-lain. Berikut
adalah teknik non tes yang digunakan peneliti:
1) Observasi
Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data dimana pengumpul
data mengamati secara visual gejala yang diamati serta menginterprestasikan hasil
pengamatan tersebut dalam bentuk catatan sehingga validitas data sangat
tergantung pada kemampuan observer. Observasi dalam penelitian ini digunakan
untuk menggambarkan keterampilan guru dan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran IPA melalui penerapan strategi belajar concept mapping dengan
media powerpoint, yang diperoleh dengan mengisi pada lembar observasi
keterampilan guru dan aktivitas siswa.
2) Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sukmadinata (2013: 221) merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen tersebut
diurutkan sesuai dengan sejarah kelahiran, kekuatan dan kesesuaian isinya dengan
tujuan pengkajian. Isinya dianalisis, dibandingkan, dan dipadukan membentuk
satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.
89
3) Angket
Angket menurut Widoyoko (2014: 33) merupakan metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pertanyaan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan
permintaan pengguna. Angket merupakan metode pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran IPA melalui penerapan strategi
belajar concept mapping dengan media powerpoint.
4) Catatan Lapangan
Catatan lapangan berisi catatan selama pembelajaran berlangsung, yaitu
tentang hal-hal yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung baik guru
maupun dari siswa. Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa
yang didengar, dilihat, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan
refleksi terhadap penelitian kualitatif. Catatan lapangan dilakukan oleh observer
agar dapat menyempurnakan tindakan selanjutnya. Dalam penelitian ini catatan
lapangan merupakan suatu hal yang muncul selama proses pembelajaran di luar
indikator yang sudah ditetapkan baik itu keterampilan guru maupun aktivitas
siswa.
90
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data yang digunakan adalah:
3.7.1 Kuantitatif
Analisis data pada penelitian tindakan kelas ini, digunakan analisis statistik
deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan
atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui
hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk mengetahui respon siswa terhadap
kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
Dalam penelitian ini peneliti menentukan aspek-aspek yang dianalisis
meliputi data hasil belajar siswa, nilai rata-rata kelas yang terdiri dari mean,
median, modus, nilai terendah dan nilai tertinggi, ketuntasan belajar secara
individu, dan ketuntasan belajar secara klasikal. Adapun langkahnya sebagai
berikut :
a. Menentukan mean atau rerata hasil belajar siswa
Sugiyono (2012:49) mengemukakan mean merupakan teknik penjelasan
kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Hal ini
dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
: Mean (rata-rata)
∑ : jumlah seluruh data
=∑ 𝑥𝑖n
91
n : jumlah individu/data
b. Menentukan median dan modus
Herrhyanto (2010: 4.20) menyebutkan median adalah nilai data yang terletak di
tengah setelah data itu disusun.
Keterangan:
Bb = Batas bawah kelas interval yang mengandung Me
= Frekuensi kelas interval yang mengandung Me
F = Frekuensi komulatif kelas Interval yang mengandung Me
P = Panjang interval kelas
Modus digunakan untuk gejala-gejala yang sering terjadi, diberi simbol dengan
Mo.
Keterangan:
Bp = batas bawah kelas interval yang mengandung modus
P = panjang kelas interval
= Selisih frekuensi yang mengandung modus dengan frekuensi sebelumnya
= Selisih frekuensi yang mengandung modus dengan frekuensi sesudahnya
c. Menghitung presentasi ketuntasan klasikal
P = ∑
∑ x 100%
Keterangan :
Me = Bb + p [ n
2−F
fm ]
𝑀𝑂= Bp + p (𝑏1
𝑏1+ 𝑏2
)
92
P : persentase
Tabel 3.1
Tabel Kriteria Ketuntasan Belajar
Kriteria ketuntasan
klasikal
Kriteria Ketuntasan
individu Kualifikasi
≥ 75% ≥ 66 Tuntas
< 75% < 66 Tidak Tuntas
Sumber : SK KKM SDN Gisikdrono 03 Tahun Pelajaran 2014/2015
Kriteria tingkat keberhasilan siswa dalam % menurut Elfanany (2013: 85-86)
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
Tingkat keberhasilan % Arti
81-100% Sangat Baik (SB)
61-80% Baik (B)
41-60% Cukup (C)
21-40% Kurang (K)
0-20 % Sangat Kurang
3.7.2 Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa, angket
respon siswa dan keterampilan guru selama proses pembelajaran. Cara untuk
mengolah data skor yaitu menentukan skor terendah dan skor tertinggi kemudian
mencari median (nilai tengah) selanjutnya membagi rentang nilai menjadi 4
kategori untuk lembar observasi aktivitas siswa dan keterampilan guru,
sedangkan angket respon siswa diolah degan membagi rentang nilai menjadi 5
kategori.
Untuk hasil perhitungan analisis data keterampilan guru dan aktivitas
siswa ditunjukan dengan tabel kriteria penilaian kualitatif yang dikelompokkan
dalam 4 kategori sangat baik, baik, cukup dan kurang. Selain itu hasil perhitungan
93
analisis data angket respon siswa ditunjukkan dengan tabel kriteria yang
dikelompokkan dalam 5 kategori sangat postif, positif, cukup, negatif, dan sangat
negatif.
Pedoman penilaian keterampilan guru dan aktivitas siswa yang diamati
dapat dihitung dengan menentukan skor dalam kriteria. Langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1) Menentukan skor maksimal (m) dan skor minimal (k)
2) Menentukan median
3) Menentukan jarak interval
Jarak Interval (i) = −
(Widoyoko, 2014:110)
4) Membagi rentang skor menjadi beberapa kategori.
Menurut Herryanto (2010: 5.3) empat kategori dapat pula dituliskan
dalam bentuk huruf yaitu Baik Sekali (A), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (D).
a) Pedoman Penilaian Keterampilan Guru
Jumlah indikator keterampilan guru adalah 8, dengan setiap indikator terdiri atas 4
deskriptor. Sehingga diperoleh sebagi berikut:
Skor maksimal (T) = 32
Skor minimal (R) = 8
Jarak Interval (i) = −
=
= 6
94
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Keterampilan Guru
Skala Penilaian Kategori
26 ≤ skor ≤ 32 Sangat Baik (A)
20 ≤ skor < 26 Baik (B)
14 ≤ skor < 20 Cukup (C)
8 ≤ skor < 14 Kurang (D)
b) Pedoman Penilaian Aktivitas Siswa
Jumlah indikator aktivitas siswa adalah 8, dengan setiap indikator terdiri atas 4
deskriptor. Sehingga diperoleh sebagi berikut:
Skor maksimal (T) = 32
Skor minimal (R) = 8
Jarak Interval (i) = −
=
= 6
Tabel 3.4
Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa
Skala Penilaian Kategori
26 ≤ skor ≤ 32 Sangat Baik (A)
20 ≤ skor < 26 Baik (B)
14 ≤ skor < 20 Cukup (C)
8 ≤ skor < 14 Kurang (D)
c) Pedoman Analisis Angket Respon Siswa
Instrumen angket respon siswa terdiri dari 5 pertanyaan dengan jumlah responden
semua siswa sebanyak 34 siswa. Penskoran angket respon siswa:
Jawaban “iya” = skor 1
Jawaban “tidak” = skor 0
Maka diperoleh:
95
Skor maksimal (ideal) = skor pertanyaan maksimal X jumlah pertanyaan X
jumlah siswa
Skor maksimal (ideal) = 1x5x34 = 170
Skor minimal = skor pertanyaan minimal X jumlah pertanyaan X jumlah siswa
Skor minimal = 0x5x34 = 0
Jarak Interval (i) = −
=
= 34
Hasil angket respon siswa dianalisis dengan persentase jumlah skor keseluruhan
siswa, dengan rumus:
Keterangan:
P : Persentase respon siswa
X : jumlah skor angket respon siswa yang diperoleh
N : Skor maksimal
Tabel 3.5
Kriteria Penilaian Respon Siswa
Skala Penilaian Persentase Kategori
136 ≤ skor ≤ 170 81-100% Sangat positif
102 ≤ skor < 136 61-80% Positif
68 ≤ skor < 102 41-60% Cukup
34 ≤ skor < 68 21-40% Negatif
0 ≤ skor < 34 < 20% Sangat negatif
(Widoyoko, 2014: 106-115)
𝑃 = 𝑋
𝑁 X 100%
96
3.8 Indikator Keberhasilan
3.8.1 Keterampilan guru kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang dalam
pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint meningkat sekurang-kurangnya kategori baik dengan skor 20 ≤
skor < 26.
3.8.2 Aktivitas siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang dalam
pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint meningkat sekurang-kurangnya kategori baik dengan skor 20 ≤
skor < 26.
3.8.3 Respon siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang dalam
pembelajaran IPA melalui strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint meningkat sekurang-kurangnya kategori positif dengan respon
siswa sebesar 61-80% .
3.8.4 Hasil belajar IPA pada siswa kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang
meningkat sekurang-kurangnya baik dengan ketuntasan individual > 65 dan
ketuntasan klasikal ≥ 75%.
184
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran IPA melalui concept mapping
dengan media powerpoint yang telah dilaksanakan di kelas IVA SDN Gisikdrono
03 Kota Semarang, maka peneliti menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint pada
pembelajaran IPA di kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang dapat
meningkatkan keterampilan guru. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan
keterampilan guru pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil pengamatan
keterampilan guru pada siklus I guru termasuk dalam kriteria baik. Guru dalam
melakukan pembelajaran sudah melibatkan siswa, sehingga siswa menjadi
lebih aktif selama proses pembelajaran. Pada pelaksanaan tindakan siklus II
keterampilan guru termasuk dalam kriteria baik. Guru sudah membimbing
siswa menemukan konsep utama dan konsep lain. Sedangkan pelaksanaan
tindakan siklus III menunjukkan adanya peningkatan dengan kriteria sangat
baik. Guru sudah lebih baik dalam membimbing siswa menemukan konsep
utama dan konsep lain serta membimbing dalam menyusun konsep ke dalam
bagan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selama proses
pembelajaran guru sudah membimbing siswa membuat peta konsep. Sehingga
indikator keberhasilan dapat dicapai dengan kriteria sekurang-kurangnya baik.
185
2. Melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint pada
pembelajaran IPA di kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang dapat
meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan
aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I termasuk dalam kriteria
baik. Beberapa siswa sudah mulai belajar siap dan bantusias dalam mengikuti
pembelajaran. Pada pelaksanaan tindakan siklus II termasuk kriteria baik.
Siswa selama mengikuti proses pembelajaran sudah berani untuk bertanya
ketika mengalami kesulitan dalam menemukan konsep. Sedangkan hasil
pengamatan aktivitas siswa pada siklus III termasuk dalam kriteria sangat baik.
Siswa sudah banyak yang mengikuti proses pembelajaran dengan baik,
misalnya; menemukan konsep utama dengan benar, mampu mengelompokkan
dan mengurutkan konsep lain, serta mampu mnyusun peta konsep. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran siswa
memperoleh kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Hal ini terbukti selama pembelajaran siswa mengerjakan tugas
menyusun peta konsep secara kelompok dengan kompak. Sehingga indikator
keberhasilan dapat dicapai dengan kriteria sekurang-kurangnya baik.
3. Melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint pada
pembelajaran IPA di kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang dapat
meningkatkan respon siswa. Peningkatan ini terjadi pada setiap siklusnya
dengan kategori sangat positif. Peningkatan ini ditunjukkan dengan dari setiap
pembelajaran siswa semakin tertarik dengan cara mengajar, media, dan
pembelajaran yang dilakukan.
186
4. Melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint pada
pembelajaran IPA di kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan
hasil belajar siswa kelas IVA pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil evaluasi
di akhir pertemuan pada setiap siklusnya diperoleh data pada siklus I dengan
nilai terendah 36, nilai tertinggi 100, rata-rata kelas 67,91 dan ketuntasan
klasikal 61,76%. Pada pelaksaanaan tindakan siklus II diperoleh data hasil
belajar dengan nilai terendah 36, nilai tertinggi 96 dengan rata-rata kelas 71,35
dan mencapai ketuntasan klasikal 76,47%. Pada pelaksanaan tindakan siklus III
hasil belajar siswa yang diperoleh dengan nilai terendah 53, nilai tertinggi 100,
rata-rata 80,41 dan persentase ketuntasan klasikal 91,17%. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IVA sudah memenuhi
indikator keberhasilan yaitu ketuntasan klasikal seluruh siswa mencapai ≥75%
(KKM IPA ≥65)
5.2 SARAN
Setelah dilakukan penelitian di kelas IVA SDN Gisikdrono 03 Kota
Semarang melalui strategi belajar concept mapping dengan media powerpoint
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA dan berdasarkan hasil penelitian
yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
a. Guru
Sebaiknya guru menggunakan strategi belajar concept mapping dengan media
powerpoint pada pembelajaran IPA. Hal ini kaena mempermudah guru dalam
pembelajaran. Guru tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk
187
menjelaskan materi karena media sudah mewakili tugas guru menyampaikan
materi. Pada saat kegiatan pembelajaran diperlukan persiapan dan perencanaan
yang matang. Guru hendaknya memahami langkah-langkah strategi belajar
concept mapping dan penguasaan materi sehingga guru menyampaikan materi
dengan media powerpoint sudah lancar. Pada saat siswa melakukan diskusi
kelompok dengan melakukan percobaan dan menyusun peta konsep sebaiknya
guru memperhatikan alokasi waktu pengerjaan terkait tugas tersebut sehingga
pembelajaran dapat selesai tepat waktu.
b. Siswa
Strategi belajar ini membantu siswa untuk mengingat materi dengan
menggunakan peta konsep. Siswa sebaiknya fokus memperhatikan guru ketika
diberikan contoh terlebih dahulu menyusun peta konsep sehingga ketika
mereka diminta untuk menyusun peta konsep mereka sudah lancar dan dapat
menyelesaikan tugas tepat waktu.
c. Sekolah
Sekolah hendaknya mendukung dan melengkapi penelitian yang sudah
dilakukan dengan merencanakan pembelajaran yang inovatif pada semester
berikutnya agar siswa semakin senang terhadap pembelajaran.
188
DAFTAR PUSTAKA
Amalia dkk. 2011. Penggunaan Peta Konsep untuk meningkatkan Pemahaman
Siswa Kelas X.1 SMA Negeri 8 Banjarmasin pada Konsep Hewan
Invertebrata. Jurnal Wahana Bio. Tersedia di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=32375&val=2299
(21 Januari 2015)
Amin, Muhammad Asri. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Nuansa
Cendekia
Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Awofala, Adeneye Olarewaju Adeleye. 2011. Effect of Concept Mapping Strategy
on Students’ Achievement in Junior Secondary School Mathematics.
International Journal of Mathematics trends and Technology. Tersedia di http://www.ijmttjournal.org/Volume-2/issue-3/IJMTT-V2I3P504.pdf (21 Januari 2015).
Azwar, Saifuddin. 2015. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Cheema, Ahmad Bilal. 2013. Effect of Concept Mapping On Students’ Academic
Achievement. Journal of Research and Reflection in Education. Tersedia
di http://www.ue.edu.pk/jrre (21 Januari 2015).
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa Studio
Elfanany, Burhan. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Araska.
Fia Afriani. 2013. Peningkatan Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa dengan
Strategi Belajar Peta Konsep (Concept Mapping) pada Mata Pelajaran
IPA Kelas V di SD Negeri 14 Cupak Kabupaten Solok. Jurnal Universitas
Bung Hatta. Tersedia
dihttp://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFKIP&page=article&
op=view&path[]=2525 (21 Januari 2015)
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Pustaka Setia.
Herrhyanto, Nar dan Akib Hamid. 2007. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
189
Juliarti dkk. -. Penerapan Metode Pembelajaran Peta Konsep untuk
Meningktakan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Kuliah Statistik.
Jurnal Teknologi Pendidikan. Tersedia
dihttp://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-25770-8-JULIARTI-ARMAINI%20RAMBE-14.pdf (21 Januari 2015)
Karakuyu, Yunus. 2010. The Effect of Concept Mapping On Attitude and
Achievemenr in A Physics Coure. International Journal of the Physycal
Science. Tersedia di http://www.academicjournals.org/IPJS (21 Januari
2015).
Khanifatul.2014.Pembelajaran Inovatif.Jogjakarta:Ar-ruzz Media
Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marno dan M Idris. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Mulyasa,2013.Menjadi Guru Profesional Menciptakan PembelajaranKreatif dan
Menyenangkan.Jakarta: Rosda.
Munthe, Bermawi.2009. Desain Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Ni Putu dkk. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Peta Konsep Berbantuan
Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di Desa Panji
Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha. Tersedia di
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/viewFile/2330/2017 (21 Januari 2015)
Parlin dkk. 2013. Peningkatan Hasil Belajar Sosiologi Melalui Penerapan
Strategi Pengorganisasian Peta Konsep (Concept Mapping). (Online).
Tersedia di http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-29502-6-Parlin_Muhammad%20Badiran_%2079-92.pdf (21 Januari 2015)
_________. Bab I Pendahuluan. (Online). Tersedia di
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-24872-BAB%20I.pdf (14 Februari 2015)
_________. Bab III Metode Penelitian. (Online). Tersedia di http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-21921-BAB%20III.pdf) (24 Maret 2015).
Pebri jayanti dkk. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Peta Konsep
Berbantuan Media Visual Non Proyeksi Terhadap Hasil Belajar Ipa
Kelas V Sd Gugus V Abiansemal. Jurnal Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha. Tersedia di
190
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/viewFile/3006/2
490 (21 Januari 2015)
Rifa’i Achmad dan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES PRESS.
Rizki. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi Belajar Peta
Konsep pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu. Jurnal Kreatif
Taduloako Online. Tersedia di
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/download/3330/23
70 (21 Januari 2015)
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Semiawan, Conny R. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah
Dasar. Jakarta: Indeks.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 1986. Educational psychology theory and practice.
London:Johns Hopkins University.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning Teori, Riset dan Praktik.
Diterjemahkan oleh: Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2011.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sunarti. 2014. Penilaian dalam Kurikulum 2013.Yogyakarta: Andi Offset
Susanto, Ahmad.2015. Teori Belajar & Pembelajaran di sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group
Sutrisno, Sandra Pratama. 2012. Pengertian Respon. (Online). Tersedia di
https://pratamasandra.wordpress.com/2011/05/11/pengertian-respon/
(14 Februari 2015).
Tampunolon, Saur .2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Erlangga
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Usman, uzer. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
191
Widoyoko, Eko Putro. 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winataputra, Udin S.2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wisudawati, Asih Widi & Eka Sulistyowati.2014.Metodologi Pembelajaran
IPA.Jakarta: PT Bumi Aksara.
192
LAMPIRAN
193
LAMPIRAN 1
PEDOMAN PENETAPAN INDIKATOR KETERAMPILAN GURU
DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI CONCEPT
MAPPING DENGAN MEDIA POWERPOINT
Keterampilan
Dasar Mengajar
Guru
(Majid, 2014: 233)
Kegiaan Guru dalam
Pembelajaran IPA Melalui
Strategi Belajar Concept
Mapping dengan Media
Powerpoint
Indikator Keterampilan Guru
dalam Pembelajaran IPA
Melalui Strategi Belajar
Concept Mapping dengan
Media Powerpoint
1. Keterampilan
membuka dan
menutup
pelajaran
2. Keterampilan
menjelaskan
3. Keterampilan
bertanya
4. Keterampilan
mengadakan
variasi
5. Keterampilan
membimbing
diskusikelompok
kecil
6. Keterampilan
mengajar
kelompokkecil
dan perorangan
7. Keterampilan
mengelola kelas
8. Keterampilan
1. Guru menjelaskan materi
dengan menggunakan media
powerpoint
2. Guru membagikan bahan
bacaan pada masing-masing
kelompok
3. Guru meminta siswa
berdiskusi untuk
menemukan konsep-konsep
yang terdapat pada bacaan
4. Guru meminta siswa untuk
mengurutkan/mengelompok
kan konsep-konsep yang
telah ditemukan
5. Guru meminta siswa untuk
menyusun konsep-konsep
tersebut dalam suatu bagan
pohon jaringan
6. Guru meminta setiap
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
diskusinya
1. Memberikan apersepsi dan
menyampaikan tujuan
pembelajarn (keterampilan
membuka pelajaran)
2. Menjelaskan materi dengan
menggunakan media
(keterampilan menjelaskan
dan keterampilan
mengadakan variasi)
3. Membagikan bahan bacaan
pada masing-masing
kelompok (keterampilan
mengelola kelas)
4. Membimbing siswa
menemukan konsep
utama/ide pokok
(keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil)
5. Membimbing siswa untuk
mengurutkan/mengelompo
kkan konsep lain
(keterampilan mengajar
194
memberi
penguatan
kelompok kecil dan
perorangan)
6. Membimbing siswa
menyusun konsep dalam
bagan (membimbing
diskusi kelompok kecil)
7. Meminta siswa
mempresentasikan hasil
diskusi (keterampilan
bertanya, keterampilan
memberikan penguatan)
8. Menutup pelajaran
(menutup pelajaran)
195
LAMPIRAN 2
PEDOMAN PENETAPAN INDIKATOR AKTIVITAS SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI CONCEPT MAPPING
DENGAN MEDIA POWERPOINT
Aktivitas Siswa
Paul B. Dierich (dalam
Sardiman, 2011:101)
Kegiaan Siswa dalam
Pembelajaran IPA Melalui
Strategi Belajar Concept
Mapping dengan Media
Powerpoint
Indikator Keterampilan
Siswa dalam
Pembelajaran IPA
Melalui Strategi Belajar
Concept Mapping
dengan Media
Powerpoint
1. Visual activities
(kegiatan-kegiatan
visual)
2. Oral activities
(kegiatan-kegiatan
lisan)
3. Listening activities
(kegiatan-kegiatan
mendengarkan)
4. Writing activities
(kegiatan-kegiatan
menulis)
5. Drawing activities
(kegiatan-kegiatan
menggambar)
6. Motor activities
(kegiatan-kegiatan
motorik)
7. Mental activities
(kegiatan-kegiatan
mental)
8. Emotional activities
(kegiatan-kegiatan
emosional)
1. Siswa memperhatikan
penjelasan materi dari guru
dengan memperhatikan
media powerpoint
2. Siswa membentuk
kelompok yang beranggotan
4-5 siswa
3. Siswa mendapat bahan
bacaan pada masing-masing
kelompok
4. Siswa berdiskusi untuk
menemukan konsep-konsep
pada bahan bacaan
5. Siswa
mengurutkan/mengelompok
kan konsep-konsep lain
yang telah ditemukan
6. Siswa menyusun konsep-
konsep tersebut dalam suatu
bagan
1. Kesiapan siswa dalam
belajar seperi
menyiapkan alat tulis
(aktivitas emosional)
2. Memperhatikan
penjelasan guru
(aktivitas visual,
mendengarkan,
menulis)
3. Mendapat bahan
bacaan (aktivitas
visual)
4. Berdiskusi
menemukan konsep
utama/ide pokok
(aktivitas lisan)
5. Mengurutkan/
mengelompokkan
konsep lain (aktivitas
lisan)
196
7. Setiap kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi
6. Menyusun konsep
yang telah ditemukan
ke dalam bagan
(aktivitas
menggambar)
7. Presentasi hasil diskusi
(aktivitas lisan, gerak,
mental)
8. Membuat kesimpulan
(aktivitas lisan,
aktivitas menulis)
197
LAMPIRAN 3
KISI KISI INSTRUMEN
Judul:
Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Strategi Belajar Concept
Mapping dengan Media Powerpoint pada Siswa Kelas IVA SDN Gisikdrono 03
Kota Semarang
No Variabel Indikator Sumber Data Alat/ Instrumen
1 Keterampilan guru
dalam pembelajaran
IPA melalui strategi
concept mapping
dengan media
powerpoint
1. Memberikan apersepsi dan
menyampaikan tujuan
pembelajarn (keterampilan
membuka pelajaran)
2. Menjelaskan materi dengan
menggunakan media
(keterampilan menjelaskan
dan keterampilan mengadakan
variasi)
3. Membagikan bahan bacaan
pada masing-masing
kelompok (keterampilan
mengelola kelas)
4. Membimbing siswa
menemukan konsep utama/ide
pokok (keterampilan
membimbing diskusi
kelompok kecil)
5. Membimbing siswa untuk
mengurutkan/mengelompokka
n konsep lain (keterampilan
mengajar kelompok kecil dan
perorangan)
6. Membimbing siswa menyusun
Guru
Lembar
Observasi
Lembar
Catatan
lapangan
Dokumentasi
198
konsep dalam bagan
(membimbing diskusi
kelompok kecil)
7. Meminta siswa
mempresentasikan hasil
diskusi (keterampilan
bertanya, keterampilan
memberikan penguatan)
8. Menutup pelajaran (menutup
pelajaran)
2 Aktivitas siswa
dalam pembelajaran
IPA melalui strategi
concept mapping
dengan media
powerpoint
1. Kesiapan siswa dalam belajar
seperi menyiapkan alat tulis
2. Memperhatikan penjelasan
guru (aktivitas visual,
mendengarkan, menulis)
3. Mendapat bahan bacaan
4. Berdiskusi menemukan
konsep utama/ide pokok
5. Mengurutkan/
mengelompokkan konsep lain
6. Menyusun konsep yang telah
ditemukan ke dalam bagan
7. Presentasi hasil diskusi
(aktivitas lisan, gerak)
8. Membuat kesimpulan
(aktivitas lisan, aktivitas
menulis)
Siswa
Lembar
Observasi
Lembar
Catatan
Lapangan
Dokumentasi
3. Respon siswa dalam
pembelajaran IPA
melalui strategi
concept mapping
dengan media
powerpoint
Penilaian siswa senang/tidak
mengikuti KBM yang dilakukan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Materi pembelajaran
2. Media pembelajaran
3. Cara guru mengajar (model
Siswa Lembar
Angket
Dokumentasi
199
pembelajaran)
4. Hasil belajar dalam
pembelajaran IPA
melalui strategi
concept mapping
dengan media
powerpoint
1. Menjelaskan pengertian energi
panas
2. Membuktikan terjadinya
energi panas melalui gesekan
3. Menyebutkan sumber-sumber
energi panas
4. Menyebutkan sifat-sifat energi
panas
5. Membuktikan adanya
perpindahan panas
6. Menjelaskan berbagai benda
yang termasuk isolator
7. Menjelaskan berbagai benda
yang termasuk konduktor
8. Mengidentifikasi sumber
energi bunyi yang ada di
lingkungan
9. Menjelaskan sifat-sifat bunyi
10. Membuktikan terjadinya
energi bunyi melalui getaran
11. Menjelaskan penyerapan
bunyi
12. Membedakan gaung dan gema
Siswa Soal evaluasi
200
LAMPIRAN 4
LEMBAR PENGAMATAN KETERAMPILAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN IPAMELALUI STRATEGI BELAJAR CONCEPT
MAPPING DENGAN MEDIA POWERPOINT
Siklus ...................
Nama SD : SDN Gisikdrono 03
Kelas/Semester : IVA/2
Materi :
Nama Guru :
Hari/Tanggal :
Petunjuk:
1. Bacalah dengan cermat setiap indikator yang ada dalam lembar pengamatan ini!
2. Dalam melakukan penilaian setiap indikator mengacu pada deskriptor.
3. Berilah tanda check (√) pada kolom yang tersedia
4. kriteria penilaian :
. Skala penilaian yang digunakan yaitu:
Jika deskriptor tidak nampak sama sekali atau nampak 1, maka beri tanda
check (√) pada tingkat kemampu an 1.
Jika deskriptor 2, maka beri tanda check (√) pada tingkat kemampuan 2
Jika deskriptor 3, maka beri tanda check (√) pada tingkat kemampuan 3
Jika deskriptor 4, maka beri tanda check (√) pada tingkat kemampuan 4
No
. Indikator Deskriptor
Tingkat
Kemampuan Skor
1 2 3 4
1. Memberikan apersepsi
dan menyampaikan
tujuan pembelajarn
a. Melakukan apersepsi
dengan menarik
perhatian siswa
b. Apersepsi dapat
memotivasi siswa
c. Menyampaikan
tujuan pembelajaran
dengan jelas secara
201
lisan dan tertulis
d. Menyampaikan
batas-batas tugas
yang akan dikerjakan
secara jelas dan
mendetail
2. Menjelaskan materi
dengan menggunakan
media
a. Menjelaskan materi
secara singkat dan
mudah dipahami
siswa
b. Menggunakan media
dengan menarik
siswa
c. Media dapat dilihat
semua siswa dengan
jelas
d. Melibatkan siswa
secara aktif dalam
penggunaan alat
peraga
3. Membagikan bahan
bacaan pada masing-
masing kelompok
a. Membagikan teks
bacaan berupa materi
secara adil
b. Mengarahkan siswa
untuk membaca teks
bacaan secara jelas
c. Memberikan
petunjuk membaca
dengan jelas ke
semua siswa
d. Mengawasi siswa
membaca agar
kondusif dengan
sabar
4. Membimbing siswa
menemukan konsep
utama/ide pokok
a. Membimbing siswa
untuk menemukan
sebuah konsep utama
b. Menanyakan
kesulitan siswa
dalam menemukan
202
konsep utama secara
intensif
c. Memberi pengarahan
untuk tukar pendapat
dengan memotivasi
siswa
d. Mendorong siswa
untuk aktif
berdiskusi
5. Membimbing siswa
untuk
mengurutkan/mengelo
mpokkan konsep
a. Meminta siswa
menemukan konsep-
konsep yang lebih
khusus secara jelas
b. Membimbing semua
siswa
mengelompokkan
konsep
c. Membimbing semua
siswa mengurutkan
konsep dengan sabar
d. Membantu kesulitan
siswa dengan
membimbing
kelompok
6. Membimbing siswa
menyusun konsep
dalam bagan
a. Meminta siswa
membuat peta
konsep dengan
kreatif
b. Memberikan
petunjuk dengan
jelas
c. Memberikan waktu
mengerjakan secara
efisien
d. Mengarahkan siswa
membuat peta
konsep sesuai
sistematika dan
arahan
203
7. Meminta siswa
mempresentasikan
hasil diskusi
a. Menunjuk
perwakilan
kelompok untuk
membacakan hasil
diskusi
b. Meminta siswa
untuk menperhatikan
presentasi
c. Meminta siswa
untuk aktif bertanya
mengenai hasil
disksui
d. Menunjuk siswa
untuk menanggapi
hasil diskusi
8. Menutup pelajaran a. Menyimpulkan
pembelajaran secara
interaktif
b. Memberikan umpan
balik kepada siswa
berupa pertanyaan
c. Menyampaikan
materi pendalam
yang harus dipelajari
d. Memberikan soal
evaluasi untuk
mengukur tingkat
pencapaian tujuan
Jumlah skor
Kategori
204
Skala Penilaian Kategori
26 ≤ skor ≤ 32 Sangat Baik (A)
20 ≤ skor < 26 Baik (B)
14 ≤ skor < 20 Cukup (C)
8 ≤ skor < 14 Kurang (D)
Semarang, 2015
Observer
.............................................
205
LAMPIRAN 5
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DALAM
PEMBELAJARAN IPAMELALUI STRATEGI BELAJAR CONCEPT
MAPPING DENGAN MEDIA POWERPOINT
Siklus ...................
Nama SD : SDN Gisikdrono 03
Kelas/Semester : IVA/2
Materi :
Nama Siswa :
Hari/Tanggal :
Petunjuk:
1. Bacalah dengan cermat setiap indikator yang ada dalam lembar pengamatan ini!
2. Dalam melakukan penilaian setiap indikator mengacu pada deskriptor.
3. Berilah tanda check (√) pada kolom yang tersedia
4. kriteria penilaian :
. Skala penilaian yang digunakan yaitu:
Jika deskriptor tidak nampak sama sekali atau nampak 1, maka beri tanda
check (√) pada tingkat kemampuan 1.
Jika deskriptor 2, maka beri tanda check (√) pada tingkat kemampuan 2
Jika deskriptor 3, maka beri tanda check (√) pada tingkat kemampuan 3
Jika deskriptor 4, maka beri tanda check (√) pada tingkat kemampuan 4
No
. Indikator Deskriptor
Tingkat
Kemampuan Skor
1 2 3 4
1. Kesiapan siswa dalam
belajar a. Siswa telah berada
di dalam kelas
dengan tertib
b. Siswa bersikap
tenang di dalam
kelas
c. Menyiapakan alat
dan sumber belajar
dengan mandiri
206
d. Menunjukkan
minat/berpartisipasi
dalam pembelajaran
2. Memperhatikan
penjelasan guru a. Memusatkan
perhatian terhadap
penjelasan guru
dengan konsentrasi
b. Antusias dan
semangat dalam
mendengarkan
penjelasan
c. Menanggapi
penjelasan materi
dari guru dengan
berani
d. Tertib dan tidak
gaduh selama
penjelasan materi
3. Mendapat bahan
bacaan a. Menerima teks
bacaan dengan tertib
b. Mendengarkan
petunjuk membaca
dengan seksama
c. Membaca bacaan
dengan kondusif
d. Tidak mengganggu
teman/membaca
dalam hati
4. Berdiskusi menemukan
konsep utama/ide
pokok
a. Mendengarkan
arahan dari guru
dengan konsentrasi
b. Menemukan konsep
utama dalam bacaan
dengan benar
c. Aktif bertukar
pendapat dalam
diskusi
d. Berani bertanya
kepada guru jika
mengalami kesulitan
207
5. Mengurutkan/mengelo
mpokkan konsep lain a. Menemukan konsep
lain yang lebih
khusus dengan tepat
b. Mengelompokkan
konsep (konsep
utama dan konsep
lain) dengan benar
c. Mampu
mengurutkan konsep
dengan urut
d. Bekerja sama antar
anggota kelompok
dengan kompak
6. Menyusun konsep yang
telah ditemukan ke
dalam bagan
a. Menyusun konsep
ke dalam bagan
dengan kreatif
b. Memberikan garis
hubung pada peta
konsep dengan jelas
c. Membuat peta
konsep dengan
efisien waktu
d. Membuat peta
konsep sesuai
dengan sistematika
dan arahan guru
7. Presentasi hasil diskusi a. Berantusias
membacakan hasil
diskusi dengan
angkat tangan
b. Membacakan hasil
diskusi kelompok
dengan jelas
c. Mampu menjawab
pertanyaan dengan
tepat
d. Memperhatikan
teman yang
presentasi dengan
tenang
208
8. Membuat kesimpulan a. Mampu
mengungkap
kembali materi
dengan komplit
b. Berpartisipasi
memberikan
pendapat dalam
kegiatan
menyimpulkan
c. Bertanya kepada
guru tentang materi
yang belum
dipahami dengan
berani
d. Mengerjakan soal
evaluasi secara
mandiri dan tepat
waktu
Jumlah skor
Kategori
Skala Penilaian Kategori
26 ≤ skor ≤ 32 Sangat Baik (A)
20 ≤ skor < 26 Baik (B)
14 ≤ skor < 20 Cukup (C)
8 ≤ skor < 14 Kurang (D)
Semarang, 2015
Observer
.............................................
209
LAMPIRAN 6
CATATAN LAPANGAN SELAMA PEMBELAJARAN IPA MELALUI
STRATEGI BELAJAR CONCEPT MAPPING DENGAN MEDIA
POWERPOINT
Siklus......... .
Nama SD : SDN Gisikdrono 03
Kelas : IVA
Subjek : Guru, siswa, proses pembelajaran
Hari / Tanggal : … .
Petunjuk : Catatlah secara singkat hal-hal yang terjadi pada guru,
siswa, dan proses pembelajaran melalui strtategi belajar
concept mapping dengan media powerpoint
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Semarang, 2015
Peneliti
.............................................
210
LAMPIRAN 7
ANGKET RESPON SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI
STRATEGI BELAJAR CONCEPT MAPPING DENGAN MEDIA
POWERPOINT
Siklus : ….....
Nama Siswa : ………………………………
Nama SD : SDN Gisikdrono 03
Kelas/semester : IVA / 2
Materi : ……………………………….
Hari/tanggal : ……………………………….
Petunjuk Kerja :
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai !
1. Apakah kamu senang dengan cara mengajar guru tadi ?
a. Iya b. Tidak
2. Apakah media yang guru gunakan tadi menarik ?
a. Iya b. Tidak
3. Apakah kamu paham dengan materi yang disampaikan ?
a. Iya b. Tidak
4. Apakah kamu lebih mudah memahami materi dengan media powerpoint?
a. Iya b. Tidak
5. Apakah kamu mau belajar lagi dengan menggunakan cara mengajar guru
seperti tadi ?
a. Iya b. Tidak
211
LAMPIRAN 8
PENGGALAN SILABUS
SIKLUS 1
Nama Sekolah : SDN Gisikdrono 03
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : IV/ 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
KOMPETENSI
DASAR
INDIKATOR MATERI LANGKAH
PEMBELAJARAN
PENILAIAN ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
8.1
Mendeskripsikan
energi panas dan
bunyi yang
terdapat di
lingkungan
sekitar serta sifat-
sifatnya
8.1.1
Menjelaskan
pengertian
energi panas
8.1.2
Membuktikan
terjadinya
energi
panas melalui
Hakekat
energi dan
energi panas
Pemanfaatan
energi panas
1. Mendengarkan
penjelasan guru
tentang materi energi
panas
2. Melakukan percobaan
menggesekkan tangan
3. Melakukan percobaan
menggesekkan paku
4. Menjelaskan apa
- Tes
- Non tes
2 x 35
menit
BSE IPA kelas
IV karangan
choiril
zamiyawati
dkk
BSE IPA kelas
IV karangan
poppy dkk
BSE IPA kelas
212
gesekan
8.1.3
Menyebutkan
sumber-sumber
energi panas
yang terjadi pada
percobaan tersebut
5. Menyebutkan benda
yang mengandung
energi panas
6. Membentuk
kelompok
7. Diskusi menemukan
konsep
8. Mengelompokkan
konsep
9. Menyusun konsep
dalam bagan
10. Mempresentasikan
hasil diskusi
IV karangan
aprilia dkk
BSE IPA kelas
IV karangan
ikhwan dkk
BSE IPA kelas
IV karangan
heri dkk
213
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Nama Sekolah : SDN Gisikdrono 03
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : IV/ 2
Alokasi Waktu :2 x35 menit
A. STANDAR KOMPETENSI
8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari.
B. KOMPETENSI DASAR
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar
serta sifat-sifatnya
C. INDIKATOR
8.1.1 Menjelaskan pengertian energi panas
8.1.2 Membuktikanter jadinya energi panas melalui gesekan
8.1.3 Menyebutkan sumber-sumberenergi panas
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan mengamati media powerpoint dan penjelasan dari guru siswa dapat
menjelaskan pengertian energi panas dengan benar.
2. Melalui percobaan menggesekkan kedua tangan dan batu siswa dapat
membuktikan terjadinya energi panas melalui gesekan dengan tepat.
3. Melalui pengamatan terhadap lingkungan sekitar siswa dapat menyebutkan
sumber-sumber energi panas paling sedikit 3.
Karakter yang diharapkan : Disiplin (Discipline), Rasa hormat dan perhatian
(respect), Tanggung jawab (responsibility) dan Ketelitian (carefulness)
E. MATERI PEMBELAJARAN
Energi panas
214
F. STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN
Strategi belajar : concept mapping (peta konsep)
Metode : pengamatan, tanya jawab, diskusi
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi waktu
Pendahuluan Pra-Kegiatan:
a. Guru menyiapkan perangkat pembelajaran
b. Salam, doa, dan presensi
Kegiatan Awal:
1. Guru melakukan apersepsi melalui bertanya:
a. Kalian tentu pernah mengikuti upacara
bendera bukan?
b. Apa yang kalian rasakan ketika
mengikuti upacara bendera?
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kegiatan yang harus dilakukan.
3. Guru memberi motivasi siswa dengan
menunjukkan kotak misteri. Di dalam kotak
tersebut berisi paku. Hal ini menimbulkan
rasa ingin tahu siswa percobaan apa yang
akan mereka lakukan.
10 menit
Kegiatan Inti 1. Siswa menyimak penjelasan materi energi
panas dari guru dengan memperhatikan
media powerpoint (eksplorasi)
2. Siswa melakukan percobaan menggesekkan
kedua tangan kemudian menempelkannya ke
pipi masing-masing dan mengamati apa
yang dirasakan (eksplorasi)
3. Siswa melakukan percobaan menggesekkan
dua buah paku (eksplorasi)
40 menit
215
4. Siswa menjelaskan apa yang terjadi pada
paku tersebut (elaborasi)
5. Siswa menyebutkan benda-benda yang
pernah dilihat yang mengandung sumber
energi panas (elaborasi)
6. Siswa membentuk kelompok yang
beranggotan 4-5 siswa. (elaborasi)
7. Siswa mendapat bahan bacaan tentang
materi energi panas pada masing-masing
kelompok (elaborasi)
8. Siswa berdiskusi untuk menemukan konsep-
konsep pada bacaan tersebut (elaborasi)
9. Siswa mengurutkan/mengelompokkan
konsep-konsep yang telah ditemukan
(eksplorasi)
10. Siswa menyusun konsep-konsep
tersebut dalam suatu bagan (eksplorasi)
11. Setiap kelompok mempresentasikan
hasil diskusi (elaborasi)
12. Guru memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya. (konfirmasi)
13. Guru memberikan penghargaan kepada
siswa yang antusias dalam proses
pembelajaran.(konfirmasi)
Kegiatan
Penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulan
keseluruhan materi yang telah
dipelajariselama kegiatan pembelajaran.
2. Guru memberikan umpan balik berupa
pertanyaan.
3. Siswa mengerjakan evaluasi individu.
4. Guru memberikan pesan untuk mempelajari
20 menit
216
materi selanjutnya di rumah.
5. Guru menutup pembelajaran.
H. SUMBER DAN MEDIA
Sumber:
BSE IPA kelas IV karangan choiril zamiyawati dkk
BSE IPA kelas IV karangan poppy dkk
BSE IPA kelas IV karangan aprilia dkk
BSE IPA kelas IV karangan ikhwan dkk
BSE IPA kelas IV karangan heri dkk
Media:
powerpoint
I. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Tes
b. Non Tes
2. Prosedur Penilaian
a. Tes awal : -
b. Tes dalam proses : Lembar kerja siswa
c. Tes akhir : Tes evaluasi
3. Jenis Penilaian
a. Penilaian proses: diskusi
b. Produk: peta konsep dan evaluasi hasil belajar
4. Bentuk Penilaian
Tertulis bentuk pilihan ganda dan uraian
217
5. Instrumen
a. Lembar soal evaluasi individu (terlampir)
b. Lembar observasi aktivitas siswa (terlampir)
Semarang, 31 Maret 2015
218
MATERI AJAR
Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja atau
usaha. Energi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan di alam
ini, terutama bagi kehidupan manusia, karena segala sesuatu yang kita lakukan
memerlukan energi.
Hukum kekekalan energi berbunyi sebagai berikut: "Energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi hanya dapat berubah dari bentuk
satu ke bentuk yang lain."
Energi di alam ini tersedia dalam berbagai bentuk, misalnya energi kimia,
energi bunyi, energi gerak, energi listrik, energi kalor, dan energi cahaya.
Panas merupakan salah satu bentuk energi yang penting bagi makhluk
hidup. Energi panas sering disebut kalor. Energi panas sangat mudah kamu temui
dalam kehidupan sehari-hari. Disekitar kita terdapat banyak sumber energi panas.
Energi panas adalah segala kemampuan yang terjadi akibat adanya
pengaruh panas. Energi panas sering disebut kalor. Panas suatu benda dapat
diukur. Derajat panas suatu benda dinyatakan dengan suhu yang diukur dengan
termometer.
Semua yang dapat menimbulkanpanas disebut sumber energi panas.Energi
panas bermanfaat bagi kehidupan manusia. Misalnya, untuk mengeringkan
pakaian, menyetrika pakaian, dan memasak makanan. Sumber utama panas di
bumi berasal dari sinar matahari. Contoh sumber panas yang lain adalah, api dan
peralatan listrik yang menghasilkan panas.
Sumber Energi Panas
Segala sesuatu yang dapat menghasilkan panas disebut sumber panas. Dalam
kehidupan kita terdapat dua sumber panas, yaitu matahari dan sumber panas lain
yang dihasilkan karena gesekan benda.
a. Matahari
Matahari merupakan sumber panas utama di bumi yang digunakan oleh makhluk
hidup. Energi panas yang dihasilkan oleh matahari sangat mempengaruhi
kehidupan makhluk hidup. Hal ini disebabkan karena energi matahari digunakan
219
oleh tumbuhan hijau untuk membuat makanan pada proses fotosintesis. Makanan
yang dihasilkan oleh tumbuhan hijau inilah yang digunakan oleh makhluk hidup
lainnya sebagai sumber makanan termasuk oleh manusia. Dalam kehidupan
sehari-hari, energi matahari juga digunakan untuk alat pemanas yang biasanya
diletakkan di atap rumah atau hotel. Selain itu, pakaian yang kita pakai dapat
kering sehabis dicuci karena adanya energi panas yang dihasilkan oleh matahari.
Energi panas juga digunakan oleh petani untuk menjemur hasil panennya.
Kemajuan bidang teknologi juga menghasilkan temuan baru yang memanfaatkan
energi matahari. Salah satunya melalui pengembangan kendaraan bertenaga surya.
Dalam teknologi ini, cahaya matahari diubah menjadi energi listrik dan disimpan
didalam aki. Nah, energi listrik yang disimpan di dalam aki inilah yang digunakan
untuk menggerakkan kendaraan.
Alam telah menyediakan sumber energi panas yang besar dan tidak akan habis,
yaitu matahari. Matahari merupakan benda langit yang mempunyai cahaya
sendiri. Tanpa matahari, tidak ada kehidupan di bumi. Matahari merupakan energi
yang sangat penting karena dapat memberikan panas dan cahaya. Matahari
mempunyai suhu yang sangat tinggi, mencapai 6.000°C pada permukaannya dan
16 juta °C pada bagian dalam matahari.
b. Energi panas yang dihasilkan karena gesekan benda
Selain matahari, energi panas juga dapat dihasilkan dari gesekan antara dua buah
benda. Pada saat udara dingin di pegunungan, orang yang mendaki gunung
biasanya menggesek-gesekkan kedua telapak tangannya untuk memperoleh energi
panas sehingga tubuhnya menjadi hangat.
c. Api
Api adalah panas yang dapat kita rasakan. Api dapat menghasilkan cahaya yang
dapat dilihat ketika sesuatu terbakar. Energi yang dihasilkan oleh api adalah
panas. Zaman dahulu orang membuat api dengan menggosokkan benda yang
dapat menghasilkan panas, misalnya batu. Lama-kelamaan dari kedua batu yang
digesek-gesekkan terpecik api. Api digunakan untuk membakar dedaunan dan
kayu kering. Sekarang, api dapat dihasilkan dari korek api atau kompor.
Kegunaan api antara lain untuk:
220
1) menjalankan mesin,
2) membangkitkan tenaga listrik,
3) memusnahkan sampah, dan
4) mengubah makanan.
d. Listrik sebagai Sumber Energi
Di rumah-rumah yang sudah terpasang aliran listrik, energi panas banyak
diperoleh melalui alat-alat listrik. Memperoleh energi panas dari listrik sangat
praktis. Nasi dapat hangat terus jika disimpan di “Magic Jar”. Di Negara-negara
yang mengalami musim dingin, di rumah-rumah dipasang pemanas ruangan dari
listrik, tungku pemanas dengan kayu bakar sudah jarang digunakan.
221
LEMBAR KERJA SISWA
Nama Kelompok :
Nama anggota Kelompok:
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Petunjuk:
a. Tulislah nama kelompok dan anggota kelompok kalian!
b.Kerjakanlah langkah- langkah kegiatan di bawah ini!
Kegiatan 1
Langkah-langkah kegiatan:
1. Gesekkan kedua tanganmu selama kurang lebih 3 menit
2. Siapkan 2 buah paku
3. Gesek-gesek kedua paku tersebut secara terus-menerus
Apa yang kamu rasakan setelah kedua tangan tersebut digesek-gesekan?
Jawab: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Apa yang kamu rasakan setelah kedua paku tersebut digesek-gesekan?
Jawab: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Buatlah kesimpulan dari percobaan yang telah kalian lakukan:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................
222
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................
Buatlah sebuah peta konsep dari materi yang dipelajari hari ini!
Petunjuk:
1. Dengarkan penjelasan dari guru
2. Susunlah peta konsep pada kertas yang diberikan guru
223
KISI-KISI SOAL EVALUASI
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator Aspek
Kognitif
Nomor Soal
8. Memahami
berbagai
bentuk energi
dan cara
penggunaannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
8.1
Mendeskripsikan
energi panas dan
bunyi yang
terdapat di
lingkungan
sekitar serta
sifat-sifatnya
8.1.1
Menjelaskan
pengertian
energi panas
C2 Pilihan
ganda 1,2
Uraian 1,2
8.1.2
Membuktikan
terjadinya
energi panas
melalui
gesekan
C5 Pilihan
ganda
3,7,8,9
Uraian 4
8.1.3
Menyebutkan
sumber-
sumberenergi
panas
C1 Pilihan
ganda
4,5,6,10
Uraian 3
224
SOAL EVALUASI
Nama :..............................
No. :............
Kelas :................
A. Pilihan Ganda
1. Energi panas disebut juga energi. . .
a. Cahaya
b. Kalor
c. Matahari
d. Listrik
2. Alat untuk mengukur panas adalah. . .
a. Termometer
b. Higrometer
c. Barometer
d. Spidometer
3. Pada zaman dahulu manusia memperoleh panas dengan cara . . .
a. Menumpuk kayu bakar
b. Menggesek dua batu
c. Menggesek dua kayu
d. Menggunakan korek api
4. Sumber energi panas terbesar di bumi yang berguna untuk kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya adalah . . .
a. Bulan
b. Api
c. Bintang
d. Matahari
5. Alat rumah tangga berikut menghasilkan energi panas, kecuali . . . .
a. setrika
225
b. magic jar
c. kompor listrik
d. Termos
6. Benda penghasil api dengan cara digesekkan adalah...
a. Korek api
b. Petasan
c. LPG
d. Bensin
7. Saat mencuci kedua telapak tangan menggunakan sabun, kita gesek-gesekan
kedua telapak tangan terus-menerus akan tetapi tidak terasa panas. Simpulan
dari kegiatan itu adalah bahwa . . .
a. Permukaan benda yang licin jika bergesekan, maka sulit menimbulkan
panas.
b. Permukaan benda yang licin jika bergesekan, maka mudah menimbulkan
panas.
c. Permukaan benda yang kasar jika bergesekan, maka sulit menimbulkan
panas.
d. Permukaan benda yang kasar jika bergesekan, maka mudah menimbulkan
panas.
8. Sebelum dinyalakan api unggun udara terasa dingin. Tetapi setelah kayu
terbakar menjadi api unggun, udara berubah hangat. Penjelasan yang tepat dari
cerita itu adalah . . .
a. Hangat terjadi karena adanya api unggun sebagai sumber panas
b. Hangat terjadi karena adanya kayu sebagai sumber panas
c. Hangat terjadi karena adanya udara sekitar sebagai sumber panas
d. Hangat terjadi karena adanya gesekan antara kayu sebagai sumber panas
9. Ketika besi digerinda, terlihat percikan api pada bagian besi yang digerinda.
Simpulan dari kegiatan itu adalah bahwa . . .
a. Api atau energi panas itu timbul karena udara sekitar menjadi panas
b. Api atau energi panas itu timbul karena gerinda dapat menghasilkan panas
c. Api atau energi panas itu timbul karena gesekan antara gerinda dan besi
226
d. Api atau energi panas itu timbul karena besi yang digerinda tidak disiram air
10. Amati kegiatan di bawah ini!
(1) Membantu dalam pembuatan garam
(2) Menjemur krupuk
(3) Menarik benda logam
(4) Menggerakkan roda
(5) Menjemur pakaian basah
(6) Membantu dalam pembuatan es krim
(7) Menjemur ikan asin
Kegiatan yang termasuk pemanfaatan energi panas yaitu nomor . . .
a. (1), (2). (4), dan (5)
b. (1), (2), (5), dan (7)
c. (1), (2), (3), dan (4)
d. (7), (6), (5), dan (4)
B. Uraian
1. Apa yang dimaksud dengan panas? Berikan contoh penggunaan energi panas
dalam kehidupan sehari-hari!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
2. Api merupakan sumber energi panas. Dari apa saja orang mendapatkan api
untuk berbagai keperluan?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
3. Matahari adalah sumber energi panas terbesar di bumi yang berguna untuk
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Kemukan
227
pendapatmu pemanfaatan dari matahari sebagai sumber energi
panas!.....................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
4. Buatlah kegiatan percobaan yang dapat membuktikan bahwa sumber panas
berasal dari gesekan!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
228
KUNCI JAWABAN
A. PILIHAN GANDA
1. B
2. A
3. B
4. D
5. D
6. A
7. A
8. A
9. C
10. B
B. URAIAN
1. Panas merupakan salah satu bentuk energi yang penting bagi makhluk hidup.
Energi panas sering disebut kalor.
Energi panas bermanfaat bagi kehidupan manusia. Misalnya, untuk
mengeringkan pakaian, menyetrika pakaian, dan memasak makanan, dll.
2. Dahulu, api diperoleh dengan cara membakar kayu kering atau ranting-
ranting pohon. Sekarang api diperoleh dari gas dan minyak tanah yang
merupakan hasil pengolahan minyak bumi.
3. Menjemur pakaian basah, krupuk, ikan asin dan membantu pembentukan
garam
4. Menggesek-gesekan 2 batu secara terus-menerus, maka batu itu akan terasa
panas. Atau menggesek-gesekan kedua telapak tangan secara terus-menerus,
maka telapak tangan akan terasa panas.
229
PEDOMAN PENILAIAN
Bentuk soal Nomor soal Keterangan Total skor
benar
Pilihan ganda 1-10 Jika jawaban benar skor 1
Jika jawaban salah skor 0
10
Uraian 1-4 Jika jawaban tepat/ benar skor 5
Jika jawaban mendekati benar skor 4
Jika jawaban kurang tepat skor 2
Jika jawaban salah skor 1
Jika tidak menjawab skor 0
20
Jumlah skor 30
Nilai = (skor yang diperoleh/3)x10
230
PENILAIAN PETA KONSEP
No Kelompok
Aspek penilaian
Ketepatan
waktu
pembuatan
Kerapian dan
kebersihan
hasil karya
Ketepatan materi
yang disajikan
1
2
3
4
5
6
7.
RUBRIK PENILAIAN HASIL KARYA SISWA
ASPEK
PENILAIAN
SKOR
1 2 3
Ketepatan waktu
pembuatan
Siswa tidak dapat
menyelesaikan
hasil karya
Siswa belum
menyelesaikan
hasil karya
ketika waktu
telah ditentukan
Siswa
menyelesaikan
hasil karya tepat
waktu
Kerapian dan
kebersihan hasil
karya
Hasil karya siswa
tidak bersih, rapi
ataupun menarik
Hasil karya
siswa bersih,
rapi tidak
menarik
Hasil karya siswa
bersih, rapi dan
menarik
Ketepatan materi
yang disajikan
Hasil karya siswa
tidak sesuai
Hasil karya
siswa sesuai
dengan materi
namun kurang
lengkap
Hasil karya siswa
sesuai dengan
materi
231
Pedoman penilaian :
Skor = Skor maksimal X Aspek
= 3 x 3
= 9
Kriteria penilaian
7 – 9 Baik (A)
4 – 6 Cukup (B)
1 – 3 Kurang (C)
232
LAMPIRAN 9
PENGGALAN SILABUS
SIKLUS 2
Nama Sekolah : SDN Gisikdrono 03
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : IV/ 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
KOMPETENSI
DASAR
INDIKATOR MATERI LANGKAH
PEMBELAJARAN
PENILAIAN ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
8.1
Mendeskripsikan
energi panas dan
bunyi yang
terdapat di
lingkungan
sekitar serta sifat-
sifatnya
8.1.4
Menyebutkan
sifat-sifat
energi panas
8.1.5
Membuktikan
adanya
perpindahan
panas
Perpindahan
energi panas
Sifat-sifat
energi panas
Konduktor
dan isolator
1. Mendengarkan
penjelasan guru
tentang perpindahan
panas
2. Melakukan percobaan
paku yang dipanaskan
ke lilin
3. Menjelaskan apa yang
terjadi pada percobaan
tersebut
4. Menyebutkan benda
- Tes
- Non tes
2 x 35 menit BSE IPA
kelas IV
karangan
choiril
zamiyawati
dkk
BSE IPA
kelas IV
karangan
233
8.1.6
Menjelaskan
berbagai benda
yang termasuk
isolator
8.1.7
Menjelaskan
berbagai benda
yang termasuk
konduktor
yang termasuk isolator
konduktor
5. Membentuk kelompok
6. Diskusi menemukan
konsep
7. Mengelompokkan
konsep
8. Menyusun konsep
dalam bagan
9. Mempresentasikan
hasil diskusi
poppy dkk
BSE IPA
kelas IV
karangan
aprilia dkk
BSE IPA
kelas IV
karangan
ikhwan dkk
BSE IPA
kelas IV
karangan heri
dkk
234
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Nama Sekolah : SDN Gisikdrono 03
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : IV/ 2
Alokasi Waktu :2 x35 menit
A. STANDAR KOMPETENSI
8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari.
B. KOMPETENSI DASAR
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar
serta sifat-sifatnya
C. INDIKATOR
8.1.4 Menyebutkan sifat-sifat energi panas
8.1.5 Membuktikan adanya perpindahan panas
8.1.6 Menjelaskan berbagai benda yang termasuk isolator
8.1.7 Menjelaskan berbagai benda yang termasuk konduktor
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan melalukan percobaan perpindahan panas, siswa dapat membuktikan
adanya perpindahan panas pada benda dengan benar.
2. Dengan melakukan percobaan, siswa dapat mengetahui sifat-sifat energi panas
dengan benar.
3. Dengan memperhatikan informasi dari guru dengan media powerpoint, siswa
dapat menyebutkan benda-benda yang termasuk isolator paling sedikit 3
dengan tepat.
4. Dengan memperhatikan informasi dari guru dengan media powerpoint, siswa
dapat menyebutkan benda-benda yang termasuk konduktor paling sedikit 3
dengan tepat.
235
Karakter yang diharapkan : Disiplin (Discipline), Rasa hormat dan perhatian
(respect), Tanggung jawab (responsibility) dan Ketelitian (carefulness)
E. MATERI PEMBELAJARAN
Sifat-sifat dan perpindahan energi panas
Konduktor dan isolator
F. STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN
Strategi belajar : concept mapping (peta konsep)
Metode : pengamatan, tanya jawab, diskus
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi waktu
Pendahuluan Pra-Kegiatan:
1. Guru menyiapkan perangkat pembelajaran
2. Salam, doa, dan presensi
Kegiatan Awal:
1. Guru melakukan apersepsi melalui bertanya:
a. Apakah kalian pernah membantu ibu
kalian memasak sayur di dapur?
b. Apa yang terjadi pada masakan
tersebut?
c. Mengapa sayur tersebut bisa panas?
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kegiatan yang harus dilakukan.
3. Guru memberi motivasi siswa dengan
menampilkan media powerpoint yang berisi
gambar besi dan kain. Hal ini menimbulkan
keingin tahuan siswa tentang materi
pembelajaran.
10 menit
Kegiatan Inti 1. Siswa memperhatikan penjelasan materi
perpindahan panas dari guru dengan
memperhatikan media powerpoint
40 menit
236
(eksplorasi)
2. Siswa melakukan percobaan terhadap paku
yang dipegang dengan tangan kemudian
dipanaskan ke lilin (eksplorasi)
3. Siswa meganalisis hasil percobaan tersebut
(elaborasi)
4. Siswa menyebutkan benda-benda yang
termasuk konduktor dan isolator (elaborasi)
5. Siswa membentuk kelompok yang
beranggotan 4-5 siswa (elaborasi)
6. Siswa mendapat bahan bacaan tentang
materi perpindahan panasyang telah
dipelajari pada masing-masing kelompok
(elaborasi)
7. Siswa berdiskusi untuk menemukan konsep-
konsep pada bacaan tersebut (elaborasi)
8. Siswa mengurutkan/mengelompokkan
konsep-konsep yang telah ditemukan
(elaborasi)
9. Siswa menyusun konsep-konsep tersebut
dalam suatu bagan (eksplorasi)
10. Setiap kelompok mempresentasikan
hasil diskusi (elaborasi)
11. Guru memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya. (konfirmasi)
12. Guru memberikan penghargaan kepada
siswa yang antusias dalam proses
pembelajaran.(konfirmasi)
Kegiatan
Penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulan
keseluruhan materi yang telah dipelajari
selama kegiatan pembelajaran.
20 menit
237
2. Guru memberikan umpan balik berupa
pertanyaan.
3. Siswa mengerjakan evaluasi individu.
4. Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya.
5. Guru menutup pembelajaran.
H. SUMBER DAN MEDIA
Sumber:
BSE IPA kelas IV karangan choiril zamiyawati dkk
BSE IPA kelas IV karangan poppy dkk
BSE IPA kelas IV karangan aprilia dkk
BSE IPA kelas IV karangan ikhwan dkk
BSE IPA kelas IV karangan heri dkk
Media:
powerpoint
I. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Tes
b. Non Tes
2. Prosedur Penilaian
a. Tes awal : -
b. Tes dalam proses : Lembar kerja siswa
c. Tes akhir : Tes evaluasi
3. Jenis Penilaian
a. Penilaian proses: diskusi
b. Produk: peta konsep dan evaluasi hasil belajar
4. Bentuk Penilaian
Tertulis bentuk pilihan ganda dan uraian
238
5. Instrumen
a. Lembar soal evaluasi individu (terlampir)
b. Lembar observasi aktivitas siswa (terlampir)
Semarang, 4 April 2015
239
MATERI AJAR
Sifat energi panas di antaranya tidak dapat dilihat, didengar, maupun
dibau. Akan tetapi, pengaruh energi ini dapat dirasakan. Selain memiliki sifat-sifat
energi secara umum energi panas juga memiliki sifat khusus. Pernahkah kamu
berada di dekat kompor yang sedang digunakan untuk memasak? Tentunya
tubuhmu akan merasa panas, bukan? Bagaimana jika kamu menjauhi kompor
tersebut? Tentunya panasnya akan berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa panas
mempunyai sifat dapat berpindah ke tempat lain.
Semakin dekat dengan sumber panas, panas yang berpindah ke tubuh kita
semakin banyak. Semakin menjauhi sumber panas, semakin sedikit pula panas
yang berpindah ke tubuh kita. Perpindahan panas dari satu benda ke benda lain
terjadi apabila terdapat perbedaan suhu di antara kedua benda tersebut. Panas
berpindah dari bendayang bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Perpindahan
ini berlangsung terus-menerus hingga kedua benda memiliki suhu yang sama.
Misalnya apabila kamu membuat teh panas dan menuangkannya ke dalam
cangkir. Apabila air teh tersebut dibiarkan, lama-kelamaan air teh yang semula
panas menjadi dingin, sesuai dengan suhu lingkungan. Hal ini karena panas telah
dipindahkan daric angkir ke lingkungannya.
Proses perpindahan panas dibedakan menjadi tiga yaitu konduksi,
konveksi, dan radiasi.
a. Radiasi
Radiasi disebut juga perpindahan secara langsung. Hal ini karena panas yang
berpindah secara radiasi dapat berpindah tanpa melalui zat perantara. Misalnya
panas matahari yang kita rasakan dan panas api unggun. Perpindahan panas dapat
dicegah. Misalnya dengan memasukkan air panas kedalam termos. Air panas yang
dimasukkan ke dalam wadah tertutup rapat, seperti termos dapat mengurangi
perpindahan panas ke udara luar. Termos merupakan alat yang dapat mencegah
terjadinya perpindahan panas. Air panas yang dimasukkan ke dalam termos dapat
tetap panas untuk waktu yang lama. Demikian juga, air dingin yang dimasukkan
ke dalam termos akan tetap dingin untuk waktu yang lama. Radiasi merupakan
240
proses perpindahan panas yang berasal dari sumbernya dengan cara dipancarkan.
Setiap hari kita dapat merasakan panasnya cahaya matahari yang terpancar pada
tubuh kita. Panas yang terpancar tersebut sampai ke bumi tanpa melalui zat
perantara. Panas yang merambat langsung tanpa melalui zat perantara dikenal
dengan radiasi.
b. Konveksi
Konveksi terjadi apabila panas berpindah melalui zat perantara dengan diikuti
perpindahan zat perantara tersebut. Hal ini dapat terjadi pada air yang direbus.Saat
air direbus maka air bagian bawah akan panas terlebih dahulu, sehingga air akan
bergerak ke atas. Dengan demikian air yang berada di atas akan terdorong
bergerak ke bawah, begitu seterusnya. Akibatnya terjadilah gerakan air yang
berputar naik turun. Selain hal tersebut konveksi juga dapat dirasakan dengan
terjadinya angin darat dan angin laut. Konveksi merupakan perpindahan panas
pada benda yang mengalir. Perpindahan panas tersebut selalu diikuti perpindahan
bagian-bagian benda Konveksi merupakan perpindahan panas yang diikuti oleh
perpindahan zat perantaranya.
c. Konduksi
Konduksi yaitu perpindahan panas melalui benda padat. Perpindahan panas
tersebut tidak diikuti oleh perpindahan bagian-bagian benda. Konduksi dapat
terjadi apabila panas berpindah melalui zat perantara, sedangkan zat perantara
tersebut tidak ikut berpindah. Misalnya saja apabila ujung sebuah besi didekatkan
dengan api, maka ujung yang lain akan ikut terasa panas. Kamu tentu pernah
meyentuh sendok yang berada di dalam air teh panas yang kamu buat. Apa yang
kamu rasakan pada ujung sendok tersebut? Kamu akan merasakan bahwa ujung
sendok menjadi hangat. Hal ini disebabkan karena terjadinya perpindahan panas
dari air teh panas melalui sendok. Perambatan panas yang terjadi pada sendok ini
disebut dengan konduksi. Konduksi merupakan perambatan panas tanpa disertai
perpindahan zat perantaranya.
241
Telah diketahui bahwa pada konduksi dan konveksi panas dapat berpindah jika
ada penghantar panas. Penghantar panas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
konduktor dan isolator.
a. Konduktor merupakan benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik.
Benda yang termasuk konduktor misalnya alumunium, seng, besi dan lain-lain.
b. Sementara itu, isolator merupakan benda yang tidak dapat atau sulit
menghantarkan panas. Benda yang termasuk isolator misalnya kayu,plastik,
kain dan lain-lain.
242
LEMBAR KERJA SISWA
Nama Kelompok :
Nama anggota Kelompok:
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Petunjuk:
a. Tulislah nama kelompok dan anggota kelompok kalian!
b. Kerjakanlah langkah- langkah kegiatan di bawah ini!
Alat dan bahan
1. Sendok sayur
2. Lilin
Langkah kegiatan
1. Nyalakan lilin
2. Panaskan sendok sayur di atas lilin
3. Amati percobaan tersebut
Apakah pegangan sendok sayur terasa panas?...................
Apakah sendok sayurnya terasa panas?.......................
Pegangan sendok sayur tersebut terbuat dari kayu? Mengapa demikian?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Buatlah kesimpulan dan presentasikan hasil percobaan di depan kelas!
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.................................................................................................................................
243
Tuliskan benda-benda di sekitarmu yang merupakan isolator dan konduktor!
Penghantar panas yang baik Bukan penghantar panas yang baik
Buatlah sebuah peta konsep dari materi yang dipelajari hari ini!
Petunjuk:
1. Dengarkan penjelasan dari guru
2. Susunlah peta konsep pada kertas yang diberikan guru
244
KISI-KISI SOAL EVALUASI
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator Aspek
Kognitif
Nomor Soal
8. Memahami
berbagai
bentuk energi
dan cara
penggunaannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
8.1
Mendeskripsikan
energi panas dan
bunyi yang
terdapat di
lingkungan
sekitar serta
sifat-sifatnya
8.1.4
Menyebutkan
sifat-sifat
energi panas
C1 Pilihan
ganda 2,3
Uraian 2
8.1.5
Membuktikan
adanya
perpindahan
panas
C5 Pilihan
ganda
1,4,5,6,9,10
Uraian 1,4
8.1.6
Menjelaskan
berbagai
benda yang
termasuk
isolator
C2 Pilihan
ganda 7
Uraian 3
8.1.7
Menjelaskan
berbagai
benda yang
termasuk
konduktor
C2 Pilihan
ganda 8
245
SOAL EVALUASI
Nama :..............................
No. :............
Kelas :................
A. Pilihan Ganda
1. Kita dapat merasakan hangatnya api unggun yang berada di dekat kita karena
terjadi perpindahan panas secara ….
a. konveksi
b. konduksi
c. kontraksi
d. radiasi
2. Udara yang terkena panas akan ….
a. mengembang
b. menyusut
c. tetap
d. ikut panas
3. Terjadinya angin darat dan angin laut termasuk perpindahan panas dengan
cara….
a. konduksi
b. konveksi
c. radiasi
d. kontraksi
4. Alat yang dapat mencegah terjadinya perpindahan panas adalah….
a. kipas angin
b. AC
c. gelas tertutup
d. termos
246
5. Perpindahan panas secara konveksi dapat terjadi pada zat ….
a. gas
b. cair
c. padat
d. gas dan cair
6. Serbuk gergaji yang berada dalam air yang mendidih terlihat melayang-layang
secara bergantian. Hal ini menunjukkan adanya perpindahan panas secara ....
a. radiasi
b. konveksi
c. konduksi
d. langsung
7. Contoh benda bersifat isolator adalah ....
a. kayu, plastik, dan keramik
b. plastik, besi, dan kayu
c. besi, aluminium, dan seng
d. aluminium, plastik, dan kayu
8. Di bawah ini yang merupakan benda konduktor adalah . . .
a. Almari kayu tempat menyimpan alat-alat dapur
b. Pegangan alat-alat dapur untuk memasak
c. Alat-alat dapur untuk memasak
d. Meja kayu tempat meletakkan makanan
9. Dua puluh tahun yang lalu masih banyak orang yang menyetrika pakaian
dengan setrika arang. Pada peristiwa itu terjadi proses perpindahan energi
panas. Penjelasan terjadinya perpindahan energi panas yang tepat adalah . . .
a. Dari arang menuju setrika menuju pakaian
b. Dari arang menuju pakaian menuju setrika
c. Dari setrika menuju pakaian menuju arang
d. Dari pakaian menuju setrika menuju arang
10. Ketika membuat senjata tajam, pandai besi membakar lempengan baja hingga
memerah. Kemudian, lempengan baja itu ditempa. Setelah ditempa,
247
lempengan baja yang masih panas itu dicelupkan dalam bak air. Dari cerita
itu, pernyataan yang tepat, yaitu . . .
a. Air dalam bak menjadi panas
b. Lempengan baja tetap panas seperti semula
c. Lempengan baja menjadi lebih panas
d. Air dalam bak menjadi dingin
B. Uraian
1. Jelaskan bagaimana cara perpindahan panas!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
2. Buatlah kegiatan percobaan yang membuktikan terjadinya perpindahan panas
secara konduksi!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
3. Apakah manfaat mengetahui benda-benda bersifat isolator atau bersifat
konduktor panas?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
4. Dua puluh tahun yang lalu masih banyak orang yang menyetrika pakaian
dengan setrika arang. Pada peristiwa itu terjadi proses perpindahan energi
248
panas. Kemukakan pendapatmu bagaimana mencegah agar tangan tidak
terkena perpindahan energi panas!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
249
KUNCI JAWABAN
A. PILIHAN GANDA
1. D
2. D
3. B
4. D
5. B
6. B
7. A
8. C
9. A
10. A
B. URAIAN
1. Cara perpindahan panas dianataranya:
- Panas yang merambat langsung tanpa melalui zat perantara dikenal dengan
radiasi.
- Konveksi merupakan perpindahan panas yang diikuti oleh perpindahan zat
perantaranya.
- Konduksi merupakan perambatan panas tanpa disertai perpindahan zat
perantaranya.
2. Dengan membakar seng pada api lilin, maka lama kelamaan kita akan
merasakan panas.
3. Dapat membedakan antara benda isolator dan konduktor, memperkecil potensi
tersetrum.
4. Dengan menggunakan isolator pada pegangan setrika agar mencegah
perpindahan energi panas.
250
PEDOMAN PENILAIAN
Bentuk soal Nomor soal Keterangan Total skor
benar
Pilihan ganda 1-10 Jika jawaban benar skor 1
Jika jawaban salah skor 0
10
Uraian 1-4 Jika jawaban tepat/ benar skor 5
Jika jawaban mendekati benar skor 4
Jika jawaban kurang tepat skor 2
Jika jawaban salah skor 1
Jika tidak menjawab skor 0
20
Jumlah skor 30
Nilai = (skor yang diperoleh/3)x10
251
PENILAIAN PETA KONSEP
No Kelompok
Aspek penilaian
Ketepatan
waktu
pembuatan
Kerapian dan
kebersihan
hasil karya
Ketepatan materi
yang disajikan
1
2
3
4
5
6
7.
RUBRIK PENILAIAN HASIL KARYA SISWA
ASPEK
PENILAIAN
SKOR
1 2 3
Ketepatan waktu
pembuatan
Siswa tidak dapat
menyelesaikan
hasil karya
Siswa belum
menyelesaikan
hasil karya
ketika waktu
telah ditentukan
Siswa
menyelesaikan
hasil karya tepat
waktu
Kerapian dan
kebersihan hasil
karya
Hasil karya siswa
tidak bersih, rapi
ataupun menarik
Hasil karya
siswa bersih,
rapi tidak
menarik
Hasil karya siswa
bersih, rapi dan
menarik
Ketepatan materi
yang disajikan
Hasil karya siswa
tidak sesuai
Hasil karya
siswa sesuai
dengan materi
namun kurang
lengkap
Hasil karya siswa
sesuai dengan
materi
252
Pedoman penilaian :
Skor = Skor maksimal X Aspek
= 3 x 3
= 9
Kriteria penilaian
7 – 9 Baik (A)
4 – 6 Cukup (B)
1 – 3 Kurang (C)
253
LAMPIRAN 10
PENGGALAN SILABUS
SIKLUS 3
Nama Sekolah : SDN Gisikdrono 03
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : IV/ 2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi : 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
KOMPETENSI
DASAR
INDIKATOR MATERI LANGKAH
PEMBELAJARAN
PENILAIAN ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
8.1
Mendeskripsikan
energi panas dan
bunyi yang
terdapat di
lingkungan
sekitar serta sifat-
sifatnya
8.1.8
Mengidentifikasi
sumber energi
bunyi yang ada
dilingkungan
8.1.9Menjelaskan
sifat-sifat bunyi
8.1.10
Membuktikan
terjadinya energi
bunyi melalui
Sumber
bunyi
Sifat-sifat
bunyi
Perubahan
energi bunyi
Pemantulan
1. Mendengarkan
penjelasan guru
tentang bunyi
2. Menyebutkan sumber
bunyi di lingkungan
sekitar
3. Melakukan
percobaan
perambatan bunyi
4. Menjelaskan apa
yang terjadi pada
- Tes
- Non tes
2 x 35
menit
BSE IPA
kelas IV
karangan
choiril
zamiyawati
dkk
BSE IPA
kelas IV
karangan
254
getaran
8.1.11
Menjelaskan
penyerapan bunyi
8.1.12
Membedakan
gaung dan gema
dan
penyerapan
bunyi
percobaan tersebut
5. Membentuk
kelompok
6. Diskusi menemukan
konsep
7. Mengelompokkan
konsep
8. Menyusun konsep
dalam bagan
9. Mempresentasikan
hasil diskusi
poppy dkk
BSE IPA
kelas IV
karangan
aprilia dkk
BSE IPA
kelas IV
karangan
ikhwan dkk
BSE IPA
kelas IV
karangan heri
dkk
255
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS III
Nama Sekolah : SDN Gisikdrono 03
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : IV/ 2
Alokasi Waktu :2 x35 menit
A. STANDAR KOMPETENSI
8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari.
B. KOMPETENSI DASAR
8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar
serta sifat-sifatnya
C. INDIKATOR
8.1.8 Mengidentifikasi sumber energi bunyi yang ada di lingkungan
8.1.9 Menjelaskan sifat-sifat bunyi
8.1.10 Membuktikan terjadinya energi bunyi melalui getaran
8.1.11 Menjelaskan penyerapan bunyi
8.1.12 Membedakan gaung dan gema
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui penjelasan guru siswa dapat menyebutkan sumber-sumber bunyi yang
ada di lingkungan sekitar paling sedikit 5.
2. Melalui penjelasan guru siswa dapat menjelaskan sifat-sifat bunyi dengan
tepat.
3. Melalui percobaan dan praktek langsung, siswa dapat membuktikan terjadinya
energi bunyi melalui getaran.
4. Melalui penjelasan materi siswa dapat menjelaskan penyerapan bunyi dengan
benar.
256
5. Melalui penjelasan materi siswa dapat membedakan antara gaung dan gema
dengan tepat.
Karakter yang diharapkan : Disiplin (Discipline), Rasa hormat dan perhatian
(respect), Tekun (diligence), Tanggung jawab (responsibility) dan Ketelitian
(carefulness)
E. MATERI PEMBELAJARAN
Sumber bunyi
Sifat-sifat bunyi
Perubahan energi bunyi
Pemantulan dan penyerapan bunyi
F. STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN
Strategi belajar : concept mapping (peta konsep)
Metode : pengamatan, tanya jawab, diskus
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi waktu
Pendahuluan Pra-Kegiatan:
1. Guru menyiapkan perangkat pembelajaran
2. Salam, doa, dan presensi
Kegiatan Awal:
1. Guru melakukan apersepsi melalui bertanya:
a. Semua anak pasti sudah pernah
mendengar bel sekolah bukan?
b. Apa yang dihasilkan dari bel sekolah?
c. Apa saja benda yang mengeluarkan
bunyi di sekitar kalian?
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kegiatan yang harus dilakukan.
3. Guru memberi motivasi siswa dengan
menunjuk siswa untuk memainkan alat
musik castanet sehingga menarik perhatian
10 menit
257
siswa.
Kegiatan Inti 1. Siswa memperhatikan penjelasan materi
bunyi dari guru dengan memperhatikan
media powerpoint (eksplorasi)
2. Siswa menyebutkan sumber bunyi yang ada
di sekitar mereka (elaborasi)
3. Siswa melakukan percobaan perambatan
bunyi (eksplorasi)
4. Siswa menjelaskan apa yang terjadi pada
perambatan tersebut (elaborasi)
5. Siswa membentuk kelompok yang
beranggotan 4-5 siswa (elaborasi)
6. Siswa mendapat bahan bacaan tentang
materi energi panas pada masing-masing
kelompok (elaborasi)
7. Siswa berdiskusi untuk menemukan konsep-
konsep pada bacaan tersebut (elaborasi)
8. Siswa mengurutkan/mengelompokkan
konsep-konsep yang telah ditemukan
(elaborasi)
9. Siswa menyusun konsep-konsep tersebut
dalam suatu bagan (eksplorasi)
10. Setiap kelompok mempresentasikan
hasil diskusi. (elaborasi)
11. Guru memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya. (konfirmasi)
12. Guru memberikan penghargaan kepada
siswa yang antusias dalam proses
pembelajaran.(konfirmasi)
40 menit
Kegiatan 1. Guru bersama siswa menyimpulan 20 menit
258
Penutup keseluruhan materi yang telah dipelajari
selama kegiatan pembelajaran.
2. Siswa mengerjakan evaluasi individu.
3. Guru memberikan umpan balik berupa
pertanyaan.
4. Guru mengarahkan siswa untuk mempelajari
materi perpindahan panas.
5. Guru menutup pembelajaran.
H. SUMBER DAN MEDIA
Sumber:
BSE IPA kelas IV karangan choiril zamiyawati dkk
BSE IPA kelas IV karangan poppy dkk
BSE IPA kelas IV karangan aprilia dkk
BSE IPA kelas IV karangan ikhwan dkk
BSE IPA kelas IV karangan heri dkk
Media:
powerpoint
I. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Tes
b. Non Tes
2. Prosedur Penilaian
a. Tes awal : Tanya jawab
b. Tes dalam proses : Lembar kerja siswa
c. Tes akhir : Tes evaluasi
3. Jenis Penilaian
Tes tertulis dan tes lisan
4. Bentuk Penilaian
Tertulis bentuk pilihan ganda dan uraian
259
5. Instrumen
a. Lembar soal evaluasi individu (terlampir)
b. Lembar observasi aktivitas siswa (terlampir)
Semarang, 7 April 2015
260
MATERI AJAR
Bunyi merupakan energi. Suatu benda yang menghasilkan bunyi disebut
sumber energi bunyi. Bunyi berasal dari getaran. Getaran itu diteruskan melalui
udara hingga sampai ke gendang telinga. Lalu, gendang telinga akan bergetar
sehingga kita dapat mendengarkan bunyi. Pada saat kita berbicara, pita suara kita
akan bergetar. Getaran itu akan menghasilkan bunyi. Begitu juga jika kita
menggetarkan tiang listrik dengan cara memukulnya. Tiang listrik tersebut
menghasilkan bunyi. Bunyi dinyatakan dalam getaran. Banyak getaran yang
terjadi dalam satu detik disebut kekerapan atau frekuensi. Tinggi rendahnya bunyi
tergantung pada tingginya rendahnya frekuensi.
Bunyi yang frekuensinya teratur disebut nada. Bunyi yang frekuensinya
tidak teratur disebut desah. Telinga manusia memiliki keterbatasan untuk
mendengarkan bunyi. Telinga manusia bisa menerima bunyi yang frekuensinya
berkisar antara 20 sampai20.000 getaran per detik (hertz). Bunyi ini disebut
audiosonik. Bunyi yang frekuensinya kurang dari 20 getaran per detik (hertz)
disebut infrasonik. Bunyi ini hanya didengar oleh hewan tertentu misalnya
jangkrik dan kecoa. Bunyi yang frekuensinya lebih dari 20.000 getaran per detik
disebut ultrasonik. Bunyi ini hanya dapat didengar oleh hewan tertentu misalnya
kelelawar dan lumba-lumba.
Suara yang kita keluarkan bisa kuat dan bisa lemah. Jika kita berbisik,
berartikita mengeluarkan bunyi yang lemah. Jika kita berteriak, berarti kita
mengeluarkan bunyi yang kuat. Kuat lemahnya bunyi dipengaruhi oleh besar
kecilnya simpangan getaran. Besar kecilnya simpangan getaran disebut amplitudo.
Bunyi tidak dapat merambat tanpa adanya udara. Seperti di luar angkasa, para
astronot tidak dapat mendengarkan bunyi apapun. Mereka dapat mendengarkan
bunyi jika menggunakan alat. Alat itulah yang membantu mereka berkomunikasi.
Bunyi dapat merambat pada benda padat, benda cair, dan benda gas. Bunyi
merambat lebih cepat pada benda padat dibandingkan dengan benda cair dan
benda gas. Kecepatan perambatan bunyi disebut juga cepat rambat bunyi. Dalam
kehidupan kita banyak sumber bunyi yang dapat kita temukan. Sumber bunyi
261
yang paling mudah tentunya adalah alat musik. Gitar, piano, gendang, angklung,
biola, suling, dan lainnya. Untuk menghasilkan bunyi yang diinginkan, masing-
masing alat musik tersebut memilki cara tersendiri. Gitar dan bas akan
menghasilkan bunyi apabila dipetik. Biola menghasilkan bunyi dengan cara
digesek. Gitar dan biola dapat menghasilkan bunyi karena adanya senar atau
dawai. Bergetarnya senar dan dawai pada biola dan gitar akan menghasilkan
bunyi yang diinginkan.
Bunyi Dihasilkan Dari Benda yang Bergetar
Bunyi yang kita dengar dari sumber bunyi sebenarnya dapat didengar karena
adanya getaran dari sumber bunyi tersebut. Pada saat angklung kita gerakkan
maka akan diperoleh bunyi. Tetapi, jika angklung tersebut didiamkan maka
angklung tidak dapat mengeluarkan bunyi. Pada saatkita berbicara, pita suara
yang ada di dalam tenggorokan juga bergetar. Hal ini menunjukkan bahwa benda
yang bergetar akan menghasilkan bunyi.
Berdasarkan kuat lemahnya atau frekuensinya, bunyi dibedakan menjadi tiga
jenis.
a. Infrasonik
Infrasonik adalah bunyi yang sangat lemah. Jumlah getaran bunyinya kurang dari
20 getaran per detik. Kita tidak dapat mendengarkan bunyi ini. Hanya hewan-
hewan seperti jangkrik, angsa, dan anjing yang dapat mendengarkannya.
b. Audiosonik
Audiosonik adalah jenis bunyi yang dapat kita dengar. Jumlah getaran bunyinya
berkisar antara 20 sampai 20.000 getaran per detik.
c. Ultrasonik
Ultrasonik adalah bunyi yang sangat kuat, di atas audiosonik. Jumlah getaran
bunyinya lebih dari 20.000 getaran per detik. Bunyi ini juga tidak dapat kita
dengar. Hewan yang dapat menangkap bunyi ini, misalnya kelelawar dan lumba-
lumba.
262
Sifat Energi Bunyi
Bunyi dapat terdengar jika ada sumber bunyi yang bergetar, telinga yang dapat
mendengar, dan benda yang menghantarkan bunyi ke telinga. Bunyi dapat
merambat melalui berbagai benda.
a. Bunyi merambat melalui benda padat
Kecepatan perambatan bunyi melalui berbagai jenis benda tidak sama.
Perambatan bunyi melalui benda padat lebih cepat terdengar daripada melalui
benda cair atau gas. Tempelkan telingamu ke dinding! Mintalah temanmu untuk
memukul bagian dinding yang lain! Bunyi pukulan akan terdengar. Hal ini
menunjukkan bahwa bunyi merambat melalui benda padat. Bunyi pukulan
dinding terdengar lebih keras melalui dinding daripada melalui udara. Jadi bunyi
merambat lebih baik melalui benda padat daripada udara.
b. Bunyi merambat melalui benda cair
Perambatan bunyi dapat melalui air.Ketika kita membenturkan dua buah batu di
dalam air, bunyinya bisa terdengar dariluar air. Hal ini menunjukkan bahwa bunyi
merambat melalui air. Bunyi benturan tersebut lebih lemah dibandingkan bunyi
benturan batu di luar air. Hal ini menunjukkan bahwa rambatan bunyi melalui air
kurang baik dibanding melalui udara.
c. Bunyi merambat melalui benda gas
Salah satu benda gas adalah udara. Bunyi dapat melalui udara, seperti bunyi
guntur yang sering kita dengar pada saathujan. Ketika terjadi guntur, tekanan
udara berubah, yaitu naik turun. Perubahan tekanan ini terus berpindah melalui
tumbukan bagian-bagian kecil molekul udara. Dengan demikian, gelombang
bunyi merambat ke segala penjuru dan terdengar dari berbagai arah. Contoh lain,
pada saat lonceng dipukul, kita mendengar bunyinya. Hal ini menunjukkan bahwa
bunyi merambat melalui udara.
Pemantulan dan Penyerapan Bunyi
Bunyi mempunyai sifat dapat dipantulkan dan diserap. Bunyi akan dipantulkan
bila mengenai benda yang permukaannya keras. Sebaliknya, bunyi akan diserap
jika mengenai benda yang permukaannya lunak. Benda yang permukaannya lunak
dapat dijadikan sebagai peredam suara, misalnya kapas, karpet, wol, kertas, spon,
263
busa, kain, dan karet. Benda tersebut dapat digunakan untuk menghindari
terjadinya gaung. Peredam bunyi biasanya digunakan pada gedung bioskop,
studio rekaman, dan gedung pertemuan agar pantulan bunyi yang dihasilkan tidak
mengganggu bunyi aslinya
Ada beberapa bunyi pantul yang dapat kita ketahui:
a. Gaung
Gaung adalah bunyi pantul yang terdengar hampir bersamaan dengan bunyi
aslinya. Gaung menyebabkan bunyi asli terganggu sehingga suara yang terdengar
tidak jelas.Misalnya:
a. Bunyi asli : ke-ma-ri
b. Bunyi pantul : ke-ma-ri
c. Bunyi terdengar : ke - - - - - ri
b. Gema
Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli. Gema terjadi bila
sumber bunyi dan dinding pantul jaraknya jauh, misalny akita berteriak di tebing,
seolah-olah ada yang menirukan suara kita. Gema sering terjadi di gua, lembah,
bukit yang jaraknya jauh, dan permukaannya keras dan rapat. Bunyi pantul dapat
memperkuat atau memperkeras bunyi asli. Selain itu juga dapat dipergunakan
untuk mengukur suatu kedalaman tempat. Misalnya mengukur kedalaman laut.
Caranya dengan mencatat waktu yang diperkirakan oleh bunyi untuk merambat
dari sumber bunyi kedasar laut kembali lagi ke sumber bunyi.
264
LEMBAR KERJA SISWA
Nama Kelompok :
Nama anggota Kelompok:
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Petunjuk:
a. Tulislah nama kelompok dan anggota kelompok kalian!
b. Kerjakanlah langkah- langkah kegiatan di bawah ini!
Tujuan:
Menunjukkan bahwa bunyi merambat melalui benda gas
Alat dan Bahan:
- piring kaca
- sendok logam
Langkah Kegiatan:
1. Siapkan sebuah piring kaca dan sendok logam! Peganglah piring kaca dengan
tangan kirimu! Sementara, tangan kananmu memegang sendok logam.
2. Mintalah kepada empat orang temanmu untuk berdiri mengelilingimu
sehingga kamu berada di tengah-tengahnya!
3. Mintalah kepada temanmu berbalik arah sehingga membelakangimu!
4. Pukullah piring kaca menggunakan sendok logam sehingga menimbulkan
bunyi yang cukup keras! Mintalah kepada temanmu mengacungkan tangan
jika mendengar bunyi itu! Apakah kamu dapat mendengar suara atau bunyi
ketika kedua batu tersebut berbenturan?
..............................................................................................................
265
5. Ketika piring kaca dipukul, apakah suara yang dihasilkannya dapat didengar
oleh keempat temanmu?
.............................................................................................................
6. Apakah keempat temanmu mendengar bunyi secara bersamaan?
..............................................................................................................
7. Jika suara itu dapat didengar oleh keempat temanmu, apakah suara itu
merambat ke satu arah atau ke segala arah?
..............................................................................................................
8. Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan tersebut?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..................
266
KISI-KISI SOAL EVALUASI
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator Aspek
Kognitif
Nomor Soal
8. Memahami
berbagai
bentuk energi
dan cara
penggunaannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
8.1
Mendeskripsikan
energi panas dan
bunyi yang
terdapat di
lingkungan
sekitar serta
sifat-sifatnya
8.1.8
Mengidentifikasi
sumber energi
bunyi yang ada
di lingkungan
C1 Pilihan
ganda 1,2,5
Uraian 1
8.1.9
Menjelaskan
sifat-sifat bunyi
C2 Pilihan
ganda 3,6
Uraian 2,3
8.1.10
Membuktikan
terjadinya energi
bunyi melalui
getaran
C5 Pilihan
ganda 7,8
8.1.11
Menjelaskan
penyerapan
bunyi
C2 Pilihan
ganda 9
8.1.12
Membedakan
gaung dan gema
C2 Pilihan
ganda 4,10
Uraian 4
267
SOAL EVALUASI
Nama :..............................
No. :............
Kelas :................
A. Pilihan Ganda
1. Semua benda yang dapat mengeluarkan bunyi disebut ....
a. sumber gerak
b. sumber panas
c. sumber tenaga
d. sumber bunyi
2. Bunyi dapat terdengar oleh telinga kita karena sumber bunyi mengalami ....
a. Getaran
b. pendinginan
c. pemuaian
d. perambatan
3. Bunyi dapat merambat melalui perantara berikut ini, kecuali ....
a. zat padat
b. udara
c. zat cair
d. ruang hampa udara
4. Pantulan bunyi yang terdengar kurang jelas karena bunyi yang dihasikan dari
pemantulan bercampur dengan bunyi asli disebut ....
a. Gaung
b. getaran
c. gema
d. Gelombang
5. Bunyi dihasilkan oleh benda yang ….
268
a. bergetar
b. bersinar
c. panas
d. berdawai
6. Bunyi merambat paling cepat melalui ….
a. ruang hampa
b. benda padat
c. benda gas
d. benda cair
7. Bunyi yang dapat didengar manusia disebut ….
a. audiosonik
b. infrasonik
c. ultrasonik
d. supersonik
8. Banyak getaran yang terjadi dalam satu detik disebut ….
a. amplitudo
b. periode
c. frekuensi
d. intensitas
9. Di antara bahan-bahan berikut yang paling baik digunakan sebagai bahan
peredam bunyi yaitu . . . .
a. besi
b. stirofoam
c. kaca
d. aluminium
10. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli terjadi jika kita berteriak di . . . .
a. dekat sumur
b. bukit
c. kamar mandi
d. stadion
269
B. Uraian
1. Sebutkan 5 macam sumber bunyi yang terdapat di lingkungan sekitarmu!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
2. Jelaskan mengapa bunyi dapat terdengar oleh telinga kita!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
3. Jelaskan bagaimana bunyi dapat merambat melalui benda padat!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
..............................................................................................................................
4. Sebutkan perbedaan antara gema dengan gaung?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
270
KUNCI JAWABAN
A. PILIHAN GANDA
1. D
2. D
3. D
4. A
5. A
6. B
7. A
8. C
9. B
10. B
B. URAIAN
1. Sumber bunyi yang paling mudah tentunya adalah alat musik. Gitar, piano,
gendang, angklung, biola, suling, dan lainnya.
2. Bunyi yang kita dengar dari sumber bunyi sebenarnya dapat didengar karena
adanya getaran dari sumber bunyi tersebut.
3. Tempelkan telinga ke dinding, Mintalah teman untuk memukul bagian dinding
yang lain! Bunyi pukulan akan terdengar. Hal ini menunjukkan bahwa bunyi
merambat melalui benda padat. Bunyi pukulan dinding terdengar lebih keras
melalui dinding daripada melalui udara.
4. Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli. Gema terjadi bila
sumber bunyi dan dinding pantul jaraknya jauh
Gaung adalah bunyi pantul yang terdengar hampir bersamaan dengan bunyi
aslinya.
271
PEDOMAN PENILAIAN
Bentuk soal Nomor soal Keterangan Total skor
benar
Pilihan ganda 1-10 Jika jawaban benar skor 1
Jika jawaban salah skor 0
10
Uraian 1-4 Jika jawaban tepat/ benar skor 5
Jika jawaban mendekati benar skor 4
Jika jawaban kurang tepat skor 2
Jika jawaban salah skor 1
Jika tidak menjawab skor 0
20
Jumlah skor 30
Nilai = (skor yang diperoleh/3)x10
272
PENILAIAN PETA KONSEP
No Kelompok
Aspek penilaian
Ketepatan
waktu
pembuatan
Kerapian dan
kebersihan
hasil karya
Ketepatan materi
yang disajikan
1
2
3
4
5
6
7.
RUBRIK PENILAIAN HASIL KARYA SISWA
ASPEK
PENILAIAN
SKOR
1 2 3
Ketepatan waktu
pembuatan
Siswa tidak dapat
menyelesaikan
hasil karya
Siswa belum
menyelesaikan
hasil karya
ketika waktu
telah ditentukan
Siswa
menyelesaikan
hasil karya tepat
waktu
Kerapian dan
kebersihan hasil
karya
Hasil karya siswa
tidak bersih, rapi
ataupun menarik
Hasil karya
siswa bersih,
rapi tidak
menarik
Hasil karya siswa
bersih, rapi dan
menarik
Ketepatan materi
yang disajikan
Hasil karya siswa
tidak sesuai
Hasil karya
siswa sesuai
dengan materi
namun kurang
lengkap
Hasil karya siswa
sesuai dengan
materi
273
Pedoman penilaian :
Skor = Skor maksimal X Aspek
= 3 x 3
= 9
Kriteria penilaian
7 – 9 Baik (A)
4 – 6 Cukup (B)
1 – 3 Kurang (C)
274
LAMPIRAN 11
275
276
277
278
LAMPIRAN 12
279
280
281
282
LAMPIRAN 13
283
284
285
286
LAMPIRAN 14
287
288
289
REKAP HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA
Siklus I
Sekolah : SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang
Materi : Energ i Panas
Kelas/Semester : IVA/II
Hari/Tanggal : Selasa, 31 Maret 2015
No Nama Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Skor Kategori
1 VA 3 3 3 2 3 4 1 2 21 B
2 ANLZ 4 3 3 3 4 4 2 2 25 B
3 DK 3 3 4 2 4 4 1 2 23 B
4 IM 3 3 2 3 3 4 1 2 21 B
5 MJ 3 2 2 2 3 4 1 2 19 C
6 RMS 4 3 2 2 3 3 1 2 20 B
7 QPA 3 2 3 3 4 3 1 2 21 B
8 LA 4 3 3 3 4 3 1 2 23 B
9 YI 4 3 3 2 3 3 2 2 22 B
10 DAS 3 2 2 2 3 3 1 2 18 C
Jumlah 34 27 27 24 34 35 12 20 213
Rata-rata 3,4 2,7 2,7 2,4 3,4 3,5 1,2 2 21,3 B
290
LAMPIRAN 15
291
292
293
HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA
Siklus II
Sekolah : SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang
Materi : Energi Panas
Kelas/Semester : IVA/II
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 April 2015
No Nama Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Skor Kategori
1 VA 3 3 3 3 3 4 2 2 23 B
2 ANLZ 4 3 4 4 4 4 3 3 29 A
3 DK 4 3 4 3 4 4 2 2 26 A
4 IM 3 3 3 3 4 4 2 3 25 B
5 MJ 3 2 3 3 3 4 1 2 21 B
6 RMS 4 3 2 3 3 3 2 2 22 B
7 QPA 3 3 3 3 4 3 2 2 23 B
8 LA 4 3 3 4 4 3 2 3 26 A
9 YI 4 3 3 3 3 3 3 2 24 B
10 DAS 3 3 3 3 3 3 1 2 21 B
Jumlah 35 29 31 32 35 35 20 23 240
Rata-rata 3,5 2,9 3,1 3,2 3,5 3,5 2 2,3 24 B
294
LAMPIRAN 16
295
296
297
HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA
Siklus III
Sekolah : SDN Gisikdrono 03 Kota Semarang
Materi : Energi Bunyi
Kelas/Semester : IVA/II
Hari/Tanggal : Selasa, 7 April 2015
No Nama Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Skor Kategori
1 VA 3 3 4 3 3 4 3 2 25 B
2 ANLZ 4 3 4 4 4 4 4 3 30 A
3 DK 4 4 4 4 4 4 3 2 29 A
4 IM 3 3 3 3 4 4 2 3 25 B
5 MJ 4 3 4 3 3 4 2 2 25 B
6 RMS 4 3 4 3 4 4 3 2 27 A
7 QPA 4 4 3 4 4 4 3 3 29 A
8 LA 4 4 4 4 4 4 3 3 30 A
9 YI 4 3 4 3 4 4 4 2 28 A
10 DAS 3 3 3 3 3 4 2 2 23 B
Jumlah 37 33 37 34 37 40 29 24 271
Rata-rata 3,7 3,3 3,7 3,4 3,7 4 2,9 2,4 27,1 A
298
LAMPIRAN 17
NILAI HASIL BELAJAR
SIKLUS 1
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : IVA/II
Hari/Tanggal : Selasa, 31 Maret 2015
No. Nama Siklus 1 Kualifikasi
1 AAM 66 Tuntas
2 ADP 43 Tidak Tuntas
3 ARPP 66 Tuntas
4 ASAN 66 Tuntas
5 ASAW 63 Tidak Tuntas
6 ANLZ 40 Tidak Tuntas
7 ACN 66 Tuntas
8 DK 86 Tuntas
9 DAS 43 Tidak Tuntas
10 EGH 83 Tuntas
11 FJA 66 Tuntas
12 HTP 56 Tidak Tuntas
13 L 76 Tuntas
14 LA 93 Tuntas
15 MJRS 73 Tuntas
16 MR 43 Tidak Tuntas
17 MTZ 70 Tuntas
18 NAF 60 Tidak Tuntas
19 RMR 70 Tuntas
20 RMS 60 Tidak Tuntas
21 RKAS 83 Tuntas
22 RAAZ 60 Tidak Tuntas
23 RFDP 66 Tuntas
24 RAF 63 Tidak Tuntas
25 SPR 36 Tidak Tuntas
26 SFM 60 Tidak Tuntas
27 SAA 70 Tuntas
28 SAFE 73 Tuntas
29 VA 80 Tuntas
30 WSP 100 Tuntas
299
31 YIKN 96 Tuntas
32 IM 93 Tuntas
33 QPA 60 Tidak Tuntas
34 NML 80 Tuntas
Jumlah 2309
Rata-rata 67,91
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 36
Siswa yang tuntas 21 61,76%
Siswa tidak tuntas 13 38,24%
300
LAMPIRAN 18
NILAI HASIL BELAJAR
SIKLUS 1I
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : IVA/II
Hari/Tanggal : Sabtu, 4 April 2015
No. Nama Siklus 2 Kualifikasi
1 AAM 83 Tuntas
2 ADP 36 Tidak Tuntas
3 ARPP 73 Tuntas
4 ASAN 76 Tuntas
5 ASAW 53 Tidak Tuntas
6 ANLZ 76 Tuntas
7 ACN 73 Tuntas
8 DK 83 Tuntas
9 DAS 56 Tidak Tuntas
10 EGH 76 Tuntas
11 FJA 73 Tuntas
12 HTP 53 Tidak Tuntas
13 L 50 Tidak Tuntas
14 LA 96 Tuntas
15 MJRS 73 Tuntas
16 MR 46 Tidak Tuntas
17 MTZ 76 Tuntas
18 NAF 73 Tuntas
19 RMR 80 Tuntas
20 RMS 73 Tuntas
21 RKAS 76 Tuntas
22 RAAZ 76 Tuntas
23 RFDP 76 Tuntas
24 RAF 73 Tuntas
25 SPR 40 Tidak Tuntas
26 SFM 53 Tidak Tuntas
27 SAA 76 Tuntas
28 SAFE 73 Tuntas
29 VA 80 Tuntas
30 WSP 86 Tuntas
301
31 YIKN 83 Tuntas
32 IM 90 Tuntas
33 QPA 80 Tuntas
34 NML 86 Tuntas
Jumlah 2426
Rata-rata 71,35
Nilai Tertinggi 96
Nilai Terendah 36
Siswa yang tuntas 26 76,47%
Siswa tidak tuntas 8 23,53%
302
LAMPIRAN 19
NILAI HASIL BELAJAR
SIKLUS 1II
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : IVA/II
Hari/Tanggal : Selasa, 7 April 2015
No. Nama Siklus 3 Kualifikasi
1 AAM 93 Tuntas
2 ADP 53 Tidak Tuntas
3 ARPP 76 Tuntas
4 ASAN 76 Tuntas
5 ASAW 76 Tuntas
6 ANLZ 83 Tuntas
7 ACN 83 Tuntas
8 DK 86 Tuntas
9 DAS 53 Tidak Tuntas
10 EGH 76 Tuntas
11 FJA 76 Tuntas
12 HTP 80 Tuntas
13 L 76 Tuntas
14 LA 90 Tuntas
15 MJRS 83 Tuntas
16 MR 73 Tuntas
17 MTZ 80 Tuntas
18 NAF 76 Tuntas
19 RMR 86 Tuntas
20 RMS 83 Tuntas
21 RKAS 86 Tuntas
22 RAAZ 90 Tuntas
23 RFDP 83 Tuntas
24 RAF 80 Tuntas
25 SPR 56 Tidak Tuntas
26 SFM 80 Tuntas
27 SAA 86 Tuntas
28 SAFE 76 Tuntas
29 VA 76 Tuntas
30 WSP 90 Tuntas
303
31 YIKN 100 Tuntas
32 IM 90 Tuntas
33 QPA 90 Tuntas
34 NML 93 Tuntas
Jumlah 2734
Rata-rata 80,41
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 53
Siswa yang tuntas 31 91,17%
Siswa tidak tuntas 3 8,83%
304
LAMPIRAN 20
REKAPITULASI HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI BELAJAR
CONCEPT MAPPING DENGAN MEDIA POWERPOINT
No. Nama
Siklus
1 Ket
Siklus
2 Ket
Siklus
3 Ket
1 AAM 66 Tuntas 83 Tuntas 93 Tuntas
2 ADP 43
Tidak
Tuntas 36
Tidak
Tuntas 53
Tidak
Tuntas
3 ARPP 66 Tuntas 73 Tuntas 76 Tuntas
4 ASAN 66 Tuntas 76 Tuntas 76 Tuntas
5 ASAW 63
Tidak
Tuntas 53
Tidak
Tuntas 76 Tuntas
6 ANLZ 40
Tidak
Tuntas 76 Tuntas 83 Tuntas
7 ACN 66 Tuntas 73 Tuntas 83 Tuntas
8 DK 86 Tuntas 83 Tuntas 86 Tuntas
9 DAS 43
Tidak
Tuntas 56
Tidak
Tuntas 53
Tidak
Tuntas
10 EGH 83 Tuntas 76 Tuntas 76 Tuntas
11 FJA 66 Tuntas 73 Tuntas 76 Tuntas
12 HTP 56
Tidak
Tuntas 53
Tidak
Tuntas 80 Tuntas
13 L 76 Tuntas 50
Tidak
Tuntas 76 Tuntas
14 LA 93 Tuntas 96 Tuntas 90 Tuntas
15 MJRS 73 Tuntas 73 Tuntas 83 Tuntas
16 MR 43
Tidak
Tuntas 46
Tidak
Tuntas 73 Tuntas
17 MTZ 70 Tuntas 76 Tuntas 80 Tuntas
18 NAF 60
Tidak
Tuntas 73 Tuntas 76 Tuntas
19 RMR 70 Tuntas 80 Tuntas 86 Tuntas
20 RMS 60
Tidak
Tuntas 73 Tuntas 83 Tuntas
21 RKAS 83 Tuntas 76 Tuntas 86 Tuntas
22 RAAZ 60
Tidak
Tuntas 76 Tuntas 90 Tuntas
23 RFDP 66 Tuntas 76 Tuntas 83 Tuntas
24 RAF 63
Tidak
Tuntas 73 Tuntas 80 Tuntas
25 SPR 36 Tidak 40 Tidak 56 Tidak
305
Tuntas Tuntas Tuntas
26 SFM 60
Tidak
Tuntas 53
Tidak
Tuntas 80 Tuntas
27 SAA 70 Tuntas 76 Tuntas 86 Tuntas
28 SAFE 73 Tuntas 73 Tuntas 76 Tuntas
29 VA 80 Tuntas 80 Tuntas 76 Tuntas
30 WSP 100 Tuntas 86 Tuntas 90 Tuntas
31 YIKN 96 Tuntas 83 Tuntas 100 Tuntas
32 IM 93 Tuntas 90 Tuntas 90 Tuntas
33 QPA 60
Tidak
Tuntas 80 Tuntas 90 Tuntas
34 NML 80 Tuntas 86 Tuntas 93 Tuntas
Jumlah 2309 2426 2734
Rata-rata 67,9118 71,3529 80,4118
Nilai tertinggi 100 96 100
Nilai terendah 36 36 53
Ketuntasan Klasikal 61,67% 76,47% 91,17%
306
LAMPIRAN 21
JAWABAN SOAL EVALUASI SISWA
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
LAMPIRAN 22
HASIL PETA KONSEP
317
318
319
LAMPIRAN 23
ANGKET RESPON SISWA
320
321
322
LAMPIRAN 24
323
324
325
LAMPIRAN 25
DOKUMENTASI
Siswa berdoa sebelum pembelajaran di mulai
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan dan tertulis
326
Observer melakukan pengamatan keterampilan guru
Guru menjelaskan materi dengan menggunakan media
327
Siswa aktif menjawab pertanyaan dari guru terkait materi
Guru membimbing siswa melakukan percobaan
328
Guru membagikan alat dan bahan untuk membuat peta konsep
Siswa membaca teks bacaan berupa materi
329
Guru membimbing siswa menyusun peta konsep
Siswa menemukan konsep-konsep
330
Siswa membuat peta konsep
Siswa mempresentasikan tugas kelompok
331
Siswa mendapat reward karena keaktifan selama pembelajaran
Observer melakukan pengamatan aktivitas siswa
332
LAMPIRAN 26
SURAT IJIN PENELITIAN
333
LAMPIRAN 27
SURAT KETERANGAN KKM
334
LAMPIRAN 28
SURAT BUKTI PENELITIAN