Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Pencapaian Tujuan Pendidikan...

download Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional

If you can't read please download the document

description

tugas dalam mata kuliah Tren dan Isu Pembelajaran dengan dosen pengampu Dr. Makmuri

Transcript of Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Pencapaian Tujuan Pendidikan...

1. Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional PIPIT RIKA WIJAYA Dosen pengampu: H. Makmuri Pujakesuma Program Studi Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana IKIP PGRI Jember 2014 2. I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah investasi sumberdaya manusia jangka panjang yang memiliki nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia, sehingga hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai bidang krusial dalam konteks pembangunan negara. Indonesia menempatkan bidang pendidikan sebagai aspek penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu komponen penting dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan memiliki peranan besar dan strategis. Hal ini dikarenakan guru berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru adalah komunikator bagi peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi juga sekaligus membimbing dengan nilai-nilai positif melalui keteladanan. Dari situlah guru memiliki misi dan tugas yang berat dalam mengantarkan generasi muda mencapai cita-cita. Sehingga sudah sepatutnya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Diharapkan dengan kompetensi tersebut, maka guru akan menjadi guru yang profesional, baik secara akademis maupun secara nonakademis. Kualitas Indonesia di masa sekarang perlu mendapat perhatian. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya, pendidikan di Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Sehubungan dengan fakta tersebut, perlu strategi perencanaan pembangunan pendidikan yang tepat dalam upaya pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas dan profesional, sehingga Indonesia mampu bersaiing dalam era globalisasi. 3. Profesionalisme guru kini menjadi sorotan masyarakat seiring dengan tuntutan akan pendidikan yang bermutu. Pemerintah Indonesiapun turut memberikan respon positif dengan pemberian apresiasi terhadap guru, baik dari segi profesional maupun finansial serta perlindungan hukum dan keselamatan dalam melaksanakan tugas. Tuntutan profesionalisme guru harus disikapi dengan peningkatan kualifikasi dan kompetensi. Pengujian kompetensi ini, oleh pemerintah difasilitasi dengan keharusan guru mengikuti uji sertifikasi, yang disebut Uji Kompetensi Guru (UKG), untuk menentukan kelayakan seorang guru. Uji Kompetensi Guru yang diadakan pada tahun 2012 lalu membuat dunia pendidikan semakin menjadi sorotan. Dari 285 ribu guru yang mengikuti uji kompetensi, ternyata 42,25% masih di bawah rata-rata standar yang ditetapkan pemerintah. Dari hasil uji kompetensi tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidik masih rendah. Bisa diartikan bahwa sebagian besar guru tidak atau belum memenuhi syarat sebagai pendidik, tidak kompeten, dan tidak profesional. Sehingga kualitas pendidikan masih jauh dari harapan standar pendidikan nasional. Berdasarkan hal itulah penulis mengangkat permasalahan nilai uji kompetensi guru yang rendah. Identifikasi Masalah 1. Jangka pendek kualitas guru yang masih rendah berdasarkan hasil UKG tahun 2012 rendah 2. Jangka menengah rendahnya kualitas peserta didik 3. Jangka panjang kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara di dunia 4. Kerangka pikir: 5. II. PEMBAHASAN Amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu pendidikan sebagai faktor yang sangat menentukan. Penjabaran mengenai pendidikan kemudian dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Pada pasal 3 menyebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab. Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 39 memiliki visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis. Salah satu dari delapan standar nasional pendidikan Indonesia adalah mengatur standar pendidik dan tenaga kependidikan. Disebutkan di sana bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijasah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. 6. Untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas, guru harus menguasai empat kompetensi. Keempat kompetensi yang harus dikuasai guru untuk meningkatkan kualitasnya tersebut adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian, agar tujuan pendidikan nasional bisa tercapai. 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang merupakan kompetensi khas, yang membedakan guru dengan profesi lainnya ini terdiri dari tujuh aspek kemampuan, yaitu: Mengenal karakteristik anak didik Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran Mampu mengembangkan kurikulum Kegiatan pembelajaran yang mendidik Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik Komunikasi dengan peserta didik Penilaian dan evaluasi pembelajaran. 2. Kompetensi Profesional Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis. Kompetensi profesional yang harus terus dikembangkan guru dengan belajar dan tindakan reflektif. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: Konsep, struktur, metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah Hubungan konsep antar pelajaran terkait Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. 7. 3. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya. Kompetensi sosial yang harus dikuasai guru meliputi: Berkomunikasi lisan dan tulisan Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru. 4. Kompetensi Kepribadian Kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan, beberapa aspek kompetensi ini misalnya: o Dewasa o Stabil o Arif dan bijaksana o Berwibawa o Mantap o Berakhlak mulia o Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat o Mengevaluasi kinerja sendiri o Mengembangkan diri secara berkelanjutan. Ciri-ciri guru yang profesional sebagai berikut: (1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya; (6) Memperoleh penghasilan 8. yang sesuai dengan prestasi kerjanya; (7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya; dan (9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Dalam proses belajar mengajar betapapun bagusnya kurikulum dengan menentukan standarisasi yang tinggi, tetapi apabila tidak tersedia guru yang profesional, maka tujuan kurikulum tersebut akan sia-sia. Menyadari hal tersebut, disadari pula betapa penting adanya guru yang profesional. Untuk mendapatkan guru yang profesional, maka wawasan guru tentang pendidikan perlu ditingkatkan. Ada dua kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik, yaitu jumlah waktu yang efektif yang digunakan guru untuk melakukan pembelajaran di kelas, dan kualitas kemampuan guru. Dalam hal ini guru hendaknya mempunyai standar kemampuan profesional untuk melakukan pembelajaran yang berkualitas. Akibat rendahnya pengakuan dan imbalan yang diterima oleh guru, jabatan sebagai tenaga pendidik kurang diminati oleh mereka yang potensial. Sehingga kebanyakan pelamar (enrolment) pada lembaga pendidikan guru (LPTK) bukanlah mereka yang unggulan. Mereka yang unggulan tidak berminat untuk menjadi tenaga pendidik, karena pengakuan terhadap tenaga pendidik rendah yang tercermin dari gajinya yang rendah. Oleh karena itu, profesi keguruan harus mendapatkan pembinaan dan perhatian yang memadai dengan mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk itu. Untuk itu, profesi keguruan harus dapat menjamin kesejahteraan guru dengan gaji memadai. Dengan demikian profesi guru akan menjadi rebutan, sehingga dengan demikian pada waktu rekrutmen calon tenaga pendidikan, para pengambil kebijakan dapat memilih mereka yang lebih potensial diantara sedemikian banyak calon yang melamar. Dengan demikian, kulitas masukan calon guru dapat diandalkan yang pada gilirannya akan menghasilkan guru-guru yang potensial pula. Revitalisasi pendidikan profesional guru di tanah air adalah dengan peningkatan kapasitas LPTK dalam mengemban misi penyelenggaraan program pendidikan profesi guru. 9. Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah suatu lembaga yang bertanggung jawab dalam menyiapkan tenga pendidik dan kependidikan yang profesional, dalam hal ini terutama sekali adalah guru sebagai suatu profesi. Meskipun semenjak tahun 90-an LPTK telah memperluas mandatnya untuk tugas di bidang non-kependidikan, IKIP sebagai LPTK yang telah memperluas mandat semenjak tahun 1995 tanpa alasan yang jelas, kebijakan perluasan ini dibuka lepas dengan konversi menjadi universitas. Walaupaun LPTK sudah memikul mandat yang sama dengan universitas lain, namun yang perlu diingat adalah mandat utama LPTK itu ialah kependidikan. Melalui pendidikan prajabatan guru, maka guru yang profesional adalah tanggung jawab LPTK. Karena LPTK adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru semenjak dari pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, sampai pada pendidikan menengah, sekaligus sebagai penyelenggara dan pengembang ilmu kependidikan dan non- kependidikan (tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005). Selanjutnya, dalam Keppres Perubahan IKIP menjadi Universitas secara ekplisit juga dinyatakan bahwa bidang kependidikan tetap menjadi misi utama kelembagaan. Dari uraian ini nampak dengan jelas bahwa tugas utama LPTK adalah menyiapkan tenaga kependidikan. Tugas lain dari LPTK dalam menyiapkan guru yang profesional adalah program sertifikasi guru oleh LPTK yang telah terakreditasi. Tugas sertifikasi juga tugas berat dengan berbagai tantangan yang perlu menjadi perhatian oleh LPTK terutama dan tentu tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah sebagai pemberi amanat, demi tercapainya tujuan mendapatkan guru yang profesional. Terlepas dari persoalan ketepatan model dan rujukan di atas, yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa pendidikan prajabatan guru profesional adalah tanggung jawab LPTK. Bagaimanapun yang terjadi, rendahnya kualitas lulusan guru yang dikatakan sebagai pekerjaan profesional tidak bisa lepas dari tanggung jawab LPTK. Karena dia adalah produk LPTK. Hal ini sesuai amanat yang diberikan kepada LPTK sebagai tugas utamanya adalah bidang kependidikan sebagaiman yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan 10. Dosen Bab I pasal (1) butir 14. Permasalahan ini menjadi lebih serius ketika dilihat masih lemahnya konsep pemerintah tentang sistem dan lembaga pendidikan guru, sehingga menimbulkan berbagai kritikan yang perlu menjadi perhatian. Kualitas guru mempengaruhi kualitas peserta didik dalam pembelajaran. Secara umum penyebab rendahnya kualitas guru di Indonesia, yaitu: Kualitas guru menurun pasca perubahan status Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) menjadi universitas yang seharusnya dipertahankan untuk menyiapkan calon guru dalam kompetensi pedagogik yang jelas dan pas. Ketika IKIP menjadi universitas maka lembaga tersebut kemudian cenderung mengikuti tren pendidikan tinggi pada umumnya dan tidak fokus lagi pada tugas membekali dan menyiapkan mahasiswa dengan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan sebagai seorang guru (Yudi Latif, 2014) peniadaan Sekolah Guru Atas (SGA) dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yang pernah ada pada masa kolonial hingga tahun 60-an, yang mampu memberikan kontribusi besar pada pembentuk karakter dan pribadi calon guru. Meskipun pendidikan kolonial bersifat diskriminatif tetapi menghasilkan lembaga pendidikan yang bermutu, salah satunya pendidikan guru zaman penjajahan Belanda luar biasa hebatnya dan jejak-jejak keberhasilan berlangsung sampai tahun 1960-an (Yudi Latif, 2014) grand desain pelatihan untuk guru yang tidak jelas (Retno Listyarti, 2013) Motivasi yang melatarbelakangi seseorang menjadi guru (Mushlihin, 2013) Tingkat pendidikan guru belum memenuhi standar kelayakan mengajar Tingkat kesejahteraan guru masih rendah Penyebaran kuantitas dan kualitas guru yang belum merata di daerah-daerah. Jumlah guru lebih banyak di daerah yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Kemudahan akses dalam penggunaan sarana dan prasarana tersebut membuat wawasan guru semakin bertambah. Berbeda dengan daerah yang memang tidak memiliki sarana dan prasarana yang cukup. Guru yang ditempatkan di daerah tersebut akan menjadi tumpul wawasannya karena kurangnya akses 11. Kekuatan bagi peningkatan kualitas guru adalah niat baik pemerintah pusat untuk melakukan pemerataan jumlah guru dengan membuka peluang sistem guru kontrak pada tahun ajaran 2003, dan mengadakan perubahan kurikulum. Hal ini merupakan kebijakan dari pemerintah terhadap dunia pendidikan. Kekuatan lain bagi peningkatan mutu guru untuk mencetak sumberdaya manusia yang berkualitas melalui kegiatan pendidikan yang baik adalah dengan menaikkan anggaran pendidikan menjadi 20% dari APBN. Bila hal ini benar-benar direalisasikan tanpa ada pemotongan untuk pembayaran utang negara, maka pembinaan guru dapat ditingkatkan. Selain itu, adanya kesadaran yang cukup tinggi dari tokoh-tokoh dunia pendidikan dan kepedulian anggota DPR-DPRD dalam menyuarakan permasalahan dunia pendidikan. Sistem top-down dapat dilakukan untuk peningkatan kualitas guru. Misalnya pemerintah pusat dalam kegiatan pembinaan guru-guru dapat menginformasikan pada level pemerintah daerah hingga sampai pada guru. Perhatian dan bantuan yang besar dari pemerintah luar negeri juga turut andil dalam meningkatkan kualitas guru. Asalkan dalam tahap pelaksanaannya tidak ada campur tangan dari oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, dan dana bantuan tidak terhambat. Dari faktor- faktor pendorong tersebut, pada akhirnya guru akan lebih berdedikasi dalam melakukan tugasnya sebagai pendidik. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa segala kebijakan dan implementasi yang dilakukan akan menimbulkan permasalahan baru. Misalnya kebijakan pemerintah dalam hal mempekerjakan guru kontrak. Bila dilihat dari anggaran, maka biaya yang dikeluarkan akan menjadi berlipat. Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diragukan transparansi dan kredibilitasnya juga merupakan tugas pemerintah pusat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. 12. III. SOLUSI DAN SARAN Dari uraian di atas, maka solusi dan saran bagi masing-masing pemangku kepentingan, yang dapat penulis berikan untuk permasalahan kualitas guru yang rendah adalah sebagai berikut: a) Pemerintah: Pemerintah sebagai puncak tertinggi kewenangan dalam pengelolaan pendidikan memiliki peran yang begitu kompleks. Berikut beberapa hal dalam peningkatan kualitas guru di Indonesia: 1. Pemerintah harus terus melakukan evaluasi dalam pelaksanaan UKG, yang meliputi: Membuat soal UKG secara cermat dan relevan dengan tingkatan mengajar guru, dan menyiapkan mengenai hal-hal teknis seperti koneksi internet. Hal ini berdasarkan temuan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) pada soal uji kompetensi guru tahun 2012 yang terdapat kejanggalan dari hal substansi soal dan masalah teknis Mengenai permasalahan pencairan dana sertifikasi yang ditunda, Kemdikbud dan Kemenkeu dapat bekerjasama membuat surat edaran yang berisi peringatan kepada Pemerintah Daerah agar segera menyalurkan dana tersebut. Bila tidak, maka dana alokasi daerahnya akan ditahan Praktik pungli dalam proses sertifikasi guru, pemalsuan dokumen, pemotongan honor asesor, dan upaya penyuapan, dapat diatasi dengan melaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan dengan melibatkan komponen masyarakat yang relevan, melarang segala bentuk komersialisasi sosialisasi sertifikasi guru, membuat sistem kendali mutu secara keseluruhan, dan memberi sanksi hukum pada pihak yang melanggar 13. Pemerintah perlu bekerjasama dengan LPTK dalam kaitan program sertifikasi guru dengan pembenahan mekanisme pengadaan dan perekrutan calon guru di perguruan tinggi lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Sehingga guru yang tersertifikasi memang benar-benar guru yang profesional Menyelenggarakan program sertifikasi guru untuk lebih berbasis di kelas. Sehingga proses sertifikasi guru sejalan dengan peningkatan mutu proses belajar-mengajar di kelas yang berdampak pada peningkatan mutu secara keseluruhan. 2. Pemerintah harus lebih hati-hati dan cermat dalam pembuatan kebijakan di bidang pendidikan, apakah rencana kebijakan tersebut akan menimbulkan permasalahan baru yang lebih besar atau tidak. Misalnya mengenai perubahan kurikulum. Kebijakan mengganti kurikulum pada 2013 bukanlah solusi yang tepat untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia. Sebab, kurikulum sebagus apapun, tapi jika kualitas gurunya tidak bagus, hasilnya juga tidak akan maksimal. Alangkah lebih baik bila pemerintah membenahi dulu kualitas tenaga kependidikannya. Pemerintah Indonesia perlu berkaca pada sistem pendidikan di Jepang. Kurikulum Jepang hanya berganti setiap sepuluh tahun sekali namun kualitas pendidikan yang dihasilkan sangat bermutu 3. Dalam hal pemerataan guru, pemerintah dapat menstimulasi guru-guru dengan memberikan tunjangan khusus bagi guru yang mau ditempatkan di daerah terpencil. Sehingga antara pengorbanan yang dilakukan guru dengan insentif yang diperoleh relevan 4. Pemerintah harus bersikap konsekuen dengan keputusan menganggarkan 20% APBN untuk bidang pendidikan. Sekali lagi, Indonesia perlu berkaca dari keberhasilan negara-negara maju di bidang pendidikan. Negara-negara tersebut tidak pernah merasa takut rugi dan ragu untuk mengeluarkan dana APBN di bidang pendidikan, karena hal itu merupakan investasi masa depan. 14. b) Wali murid: 1. Pembentukan karakter siswa di seklah juga harus dibarengi dengan teladan yang baik bagi siswa di rumah 2. Pemantauan yang berkelanjutan terhadap proses belajar anak c) Satuan pendidikan: 1. Pihak kepala sekolah: memfungsikan diri sebagai supervisor untuk kegiatan supervisi guru-guru 2. Guru itu sendiri: o mengaktifkan lagi Musyawarah Guru Mata Pelajaran sehingga kemampuan guru-guru semakin terasah o tekun mengikuti berbagai pelatihan dan pembinaan yang dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya o memiliki motivasi yang kuat untuk kembali melanjutkan studi demi menunjang kompetensinya o melakukan penelitian yang berkelanjutan di bidang pendidikan pada khususnya, dan di berbagai bidang pada umumnya untuk memperluas wawasan. d) Masyarakat: 1. mengaktifkan kembali wadah “karang taruna”, dan mengadakan kegiatan majelis taklim remaja sebagai wadah positif pembinaan generasi muda 2. mendirikan dan menyelenggarakan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah 3. mengadakan dan memberi bantuan tenaga kependidikan yang kompeten untuk membantu melaksanaan pengajaran, bimbingan atau pelatihan peserta didik 4. mengadakan dan memberi bantuan tenaga ahli berkompeten untuk membantu pelakanaan kegiatan belajar mengajar, penelitian atau pengembangan 15. 5. mengadakan atau menyelenggarakan program pendidikan yang belum diadakan, untuk menunjang pendidikan nasional 6. mengadakan dana dan memberikan bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa dan bentuk lainnya untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar 7. mengadakan dan memberikan bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar 8. memberikan kesempatan untuk magang atau latihan kerja 9. memberikan bantuan bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional 10. memberikan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan penyelenggaran pengembangan pendidikan 11. memberikan bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan 12. ikut serta dalam program pendidikan dan penelitian yang diselenggarakan oleh pemerintah di dalam dan di luar negeri. e) Pengelola pendidikan (LPTK): Meskipun ada perluasan mandat konversi IKIP menjadi Universitas, namun tugas utama LPTK adalah di bidang kependidikan. Ada beberapa hal yang harus dibenahi oleh LPTK untuk peningkatan kualitas profesionalisme guru yang diembannya, hal tersebut ialah: 1. LPTK harus berbenah dalam mengembangkan program lembaganya, antara lain sebagai berikut: Aplikasi kurikulum yang memang betul-betul sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kemajuan zaman. Sampai sekarang kurikulum antara pendidikan profesional guru model konsekutif dengan kurikulum pendidikan profesional guru model konkuren belum jelas. Walaupun sudah diberikan penekanan untuk yang dari kependidikan lebih difokuskan pada pengembangan profesional dan untuk yang dari nonkependidikan lebih 16. difokuskan pada pengembangan pedagogik, namun ini masih rancu pada tingkat prodi penyelenggara Fasilitas pembelajaran, diantaranya kepustakaan, yang menunjang pencapaian kemampuan mahasiswa dalam pemperoleh kompetensi yang diharapkan, dikehendaki adanya keseimbangan antara literatur yang bersifat kependidikan dengan yang nonkependidikan Fasilitas lainnya yang mendukung mahasiswa untuk dapat memperoleh informasi dan perkembangan terkini melalui media seperti internet dan sejenisnya Laboratorium, bagaimanapun laboratorium adalah fasilitas pokok yang harus dimiliki dalam pendidikan. Laboratorium tentu dengan segala fasilitas yang mendukungnya. Biasanya ini juga akan dapat dikembangkan melalui hibah-hibah kompetisi. 2. Aspek kedua yang perlu dibenahi adalah sistem pengembangan staf, terutama dosen dalam memilih bidang kajian/jurusan untuk studi lanjut. Harus ada mekanisme yang jelas dan terorganisir melalui suatu pemetaan dalam pengembangan dosen. Sehingga tidak terjadi penyeberangan besar-besaran studi yang menyebabkan bidang kependidikan sudah tidak lagi menjadi pilihan bagi staf, yang berdampak bidang kependidikan mati secara perlahan. 3. Pembenahan iklim organisasi. LPTK harus menumbuhkan iklim organisasai yang sehat dalam lembaga terutama dalam menjaga suasana yang dapat menciptakan tempat yang bisa memberikan penghargaan terhadap bidang kependidikan. 4. Bertugas menyiapkan calon guru juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan, karena, bagaimanapun juga lulusan tenaga kependidikan merupakan produk LPTK. 5. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang berpotensi menyimpang dari ketentuan yang berlaku, dengan tetap memprioritaskan peran utama LPTK sebagai pencetak tenaga kependidikan yang profesional. 17. REFERENSI Yudi Latif. 2014. Kualitas Guru Menurun Pasca Perubahan Status IKIP. http://www.antaranews.com/berita/419952/kualitas-guru-menurun- pascaperubahan-status-ikip. [5 April 2014]. Mushlihin. 2013. Pengaruh Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kualitas Guru. http://mushlihin.com/2013/07/education/pengaruh-motivasi-ekstrinsik- terhadap-kualitas-guru.php. [5 April 2014].