Peningkatan Keterampilan Membaca Cepat 250 Kpm Dengan Pembelajaran Latihan Berjenjang Dan Penilaian...
description
Transcript of Peningkatan Keterampilan Membaca Cepat 250 Kpm Dengan Pembelajaran Latihan Berjenjang Dan Penilaian...
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT 250 KPM
DENGAN PEMBELAJARAN LATIHAN BERJENJANG
DAN PENILAIAN AUTHENTIC ASSESSMENT
PADA SISWA KELAS VIIIA MTs MIFTAHUL ULUM
RENGASPENDAWA KABUPATEN BREBES
SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh Nama : Elly Fatmawati
NIM : 2101401055
Program Studi : Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi.
Semarang, 14 September 2005
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Wagiran, M.Hum. Drs. Subyantoro, M.Hum.
NIP 132058001 NIP 132005032
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang
pada hari : Rabu
tanggal : 14 September 2005
Panitia Ujian Skripsi
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. Rustono, M.Hum. Drs. Mukh Doyin, M.Si.
NIP 131281222 NIP 132106167
Penguji I, Penguji II, Penguji III,
Drs. Haryadi, M.Pd. Drs. Wagiran, M.Hum. Drs. Subyantoro, M.Hum.
NIP 132058082 NIP 132058001 NIP 132005032
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 14 September 2005
Elly Fatmawati
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: “Berdoa, berpikir, berusaha, dan bersabar merupakan kunci keberhasilan.”
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan kasih
sayang tulus, semangat, dan iringan doa dalam setiap
langkahku;
2. Kedua kakakku yang tiada henti memberikan semangat
kepada penulis;
3. Teman hidupku, dan sahabat-sahabatku yang
menciptakan rajutan kisah persahabatan yang indah, dan
tanpa pamrih kepada penulis; dan
4. Guru dan almamaterku yang mengantarkan langkahku.
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga skripsi ini dapat deselesaikan dengan baik.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan fasilitas yang diberikan oleh
berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada,
1. Prof. Dr. Rustono M. Hu,. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
skripsi ini.
2. Drs. Moh Doyin, M.Si, Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. Subyantoro, M.Hum., dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, masuksn ide, dan dorongan sehingga skripsi ini
diselesaikan dengan baik.
4. Drs. Wagiran, M.Hum,, dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, masuksn ide, dan dorongan sehingga skripsi ini diselesaikan
dengan baik.
5. Semua dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan
ilmu dan pengalamannya kepada penulis.
6. Petugas TU Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, TU Fakultas Bahasa dan
Seni, dan petigas KOMBAT, yang telah membantudan memberikan
kemudahan dalam urusan administrasi dan peminjaman buku.
7. Semua pihak dan instansi yang membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca.
Semarang, 14 September 2005
Penulis
vi
SARI
Fatmawati, Elly.2005. Peningkatan Keterampilan Membaca Cepat 250 Kpm
dengan Pembelajaran Latihan Berjenjang dan Penilaian Authentic Assessment pada Siswa Kelas VIII A MTs. Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Subyantoro, M.Hum., Pembimbing II: Drs. Wagiran, M.Hum.
Kata kunci: kemampuan membaca cepat, pembelajaran kontekstual, elemen authentic assessment
Pembelajaran membaca cepat mempunyai peranan penting dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Kecepatan membaca sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang untuk menyerap segala macam informasi yang ada dalam media cetak maupun elektronik. Semua pendidik berharap agar para siswa mempunyai kecepatan membaca yang memadai. Pemilihan strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pem,belajaran yang telah dirumuskan dapat mencapai sasaran. Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru kelas pembelajaran membaca cepat kelas VIII A MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan kecepatan membaca siswa berkisar antara 90-170 kata per menit, demikian pula pemahaman bacaan hanya mampu memahami sebesar 60%. Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca cepat disebabkan pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini berasal dari siswa, sedangkan faktor eksternal berasal dari strategi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru dalam melaksanakan pembelajaran masih menggunakan pola pembelajaran tradisional. Pemilihan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat berdasarkan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi yang memberikan kebebasan para guru untuk memilih teknik yang beragam disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Kurikulum berbasis kompetensi ingin memusatkan diri pada pengembangan seluruh kompetensi siswa termasuk keterampilan berbahasa yang didalamnya mencakup kemampuan membaca cepat sebagai salah satu kompetensi dasar membaca. Berdasarkan paparan di atas penelitian ini mengangkat permasalahan, yaitu (1) bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII A MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes dengan menerapkan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment? dan (2) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIII A MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes dengan diadakan membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII A MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes setelah mengikuti pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment. Tujuan yang kedua adalah
vii
mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VIII A MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes setelah mengikuti pembelajaran membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment. Subjek dalam penelitian ini adalah kecepatan membaca cepat siswa kelas VIII A MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes tahun pelajaran 2004/2005. Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca cepat dan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang dilaksanakan pada siswa kelas VIII A MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes. Tiap-tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data digunakan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data yang digunakan berupa pedoman observasi, wawancara, dan jurnal. Analisis data yang digunakan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Setelah dilakukan penelitian dalam dua siklus, dihasilkan simpulan bahwa pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment dapat meningkatkan kecepatan membaca siswa. Pada kondisi awal rata-rata kecepatan membaca siswa kelas VIII A hanya 148,03 kpm. Pada akhir siklus pertama meningkat menjadi 222,92 kpm. Hal ini menunjukkan kenaikan 74,89 kpm (50,59%). Pada akhir siklus II rata-rata kecepatan membaca siswa 251,56 kpm ada kenaikan sebesar 28,64 kpm (12,85%). Perubahan tingkah laku dalam penelitian ini adalah para siswa tampak lebih semangat, merasa senang, aktif mengikuti pembelajaran, dan berusaha meminimalisir kebiasaan yang salah dalam membaca, serta siswa merasa dihargai. Hasil penelitian tersebut saran yang dapat direkomendasikan antara lain: (1) guru Bahasa dan Sastra Indonesia seyogyanya berperan aktif sebagai inovator untuk memilih teknik pembelajaran yang paling tepat sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa; (2) guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menggunakan pendekatan kontekstual elemen authentic assessment dalam membelajarkan kemampuan membaca cepat; (3) pembelajaran dengan pendekatan kontekstual elemen authentic assessment dapat dijadikan alternatif pilihan bagi guru bidang studi lain dalam membelajarkan bidang garapannya; (4) para praktisi atau peneliti di bidang pendidikan dan bahasa dapat melakukan penelitian serupa dengan teknik pembelajaran yang berbeda sehingga didapatkan berbagai alternatif teknik pembelajaran membaca cepat.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................... i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................... iii
PERNYATAAN................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... v
PRAKATA........................................................................................ vi
SARI.................................................................................................. vii
DAFTAR ISI..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................. xii
DAFTAR BAGAN ........................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................... 7
1.3 Pembatasan Masalah .................................................................. 9
1.4 Rumusan Masalah ...................................................................... 9
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................... 10
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 12
2.2 Landasan Teoretis ...................................................................... 18
2.2.1 Hakikat Membaca .................................................................. 18
2.2.2 Manfaat Membaca.................................................................. 19
2.2.3 Tujuan Membaca.................................................................... 21
2.2.4 Jenis-Jenis Membaca.............................................................. 23
ix
2.2.5 Pengertian Membaca Cepat.................................................... 25
2.2.6 Hambatan-Hambatan Membaca Cepat .................................. 26
2.2.7 Teknik Membaca Cepat ......................................................... 29
2.2.8 Pembelajaran Kontekstual...................................................... 31
2.2.9 Penilaian Sebenarnya ............................................................. 35
2.3 Kerangka Berpikir...................................................................... 42
2.4 Hipotesis..................................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian..................................................................... 44
3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I............................................. 45
3.1.2 Prosedur Tindakan pada Siklus II ........................................... 50
3.2 Subjek Penelitian..................................................................... 53
3.3 Variabel Penelitian .................................................................. 53
3.3.1 Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat ............................ 53
3.3.2 Pembelajaran Kontekstual Elemen Authentic assessment ...... 54
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................... 55
3.4.1 Instrumen Tes.......................................................................... 55
3.4.2 Instrumen Nontes .................................................................... 57
3.5 Teknik Pengumpulan Data...................................................... 60
3.5.1 Teknik Tes............................................................................... 60
3.5.2 Teknik Nontes ......................................................................... 61
3.6 Teknik Analisis Data............................................................... 63
3.6.1 Teknik Kuantitatif (Analisis Data Tes) .................................. 63
3.6.2 Teknik Kualitatif (Analisis Data Nontes) ............................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 65
4.1.1 Kondisi Awal ........................................................................ 63
4.1 2 Kondisi Siklus I..................................................................... 70
4.1.2.1 Hasil Tes ............................................................................... 70
x
4.1.2.2 Hasil Nontes ......................................................................... 73
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II...................................................... 82
4.1.3.1 Hasil Tes .............................................................................. 82
4.1.3.2 Hasil Nontes ......................................................................... 85
4.2 Pembahasan.......................................................................... 91
4.4.1 Kecepatan Membaca ............................................................ 91
4.4.2 Perubahan Perilaku siswa..................................................... 95
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................... 99
5.2 Saran.......................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 102
LAMPIRAN..................................................................................... 105
xi
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1. Pedoman Penilaian Tingkat Pemahaman............................... 87
2. Pedoman Kecepatan Membaca.............................................. 58
3. Pedoman Kecepatan Efektif Membaca.................................. 58
4. Hasil Kecepatan Membaca pada Kondisi Awal .................... 67
5. Hasil Pemahaman Membaca Siswa pada Kondisi Awal ....... 68
6. Hasil Kecepatan Efektif Membaca pada Kondisi Awal ........ 69
7. Hasil Kecepatan Membaca pada Siklus I .............................. 71
8. Hasil Pemahaman Membaca Siswa pada Siklus I ................. 72
9. Hasil Kecepatan Efektif Membaca pada Siklus I .................. 73
10. Hasil Kecepatan Membaca pada Siklus II ............................. 81
11. Hasil Pemahaman Membaca Siswa pada Siklus II................ 82
12. Hasil Kecepatan Efektif Membaca pada Siklus II ................. 83
13. Rekapitulasi Rata-Rata Pencapaian Kemampuan.................. 93
14. Perbandingan Observasi Kebiasaan Membaca...................... 96
15. Perbandingan Observasi Penilaian Proses ............................. 99
xii
DAFTAR BAGAN
BAGAN Halaman 1. Kerangka berpikir.......................................................................... 44
2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 46
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
1. Tabel Hasil Kecepatan Membaca Pra Siklus .................................... 105
2. Tabel Hasil Pemahaman Isi Bacaan Tes Pra Siklus.......................... 106
3. Tabel Hasil Kecepatan Efektif Membaca Pra Siklus ......................... 107
4. Tabel Hasil Observasi Kebiasaan Membaca Pra Siklus .................... 108
5. Wacana Kondisi Awal........................................................................ 109
6. Soal-Soal Pemahaman Wacana Kondisi Awal .................................. 111
7. Tabel Hasil Kecepatan Membaca Tes Siklus I .................................. 113
8. Tabel Hasil Pemahaman Isi Bacaan Tes Siklus I............................... 114
9. Tabel Hasil Kecepatan Efektif Membaca Siklus I ............................. 115
10. Tabel Observasi Kebiasaan Membaca Siklus I................................ 116
11. Tabel Observasi Penilaian Proses Siklus I ...................................... 117
12. Wacana Latihan Siklus I .................................................................. 118
13. Soal-Soal Latihan Pemahaman Siklus I ........................................... 120
14. Rencana Pembelajaran Siklus I........................................................ 122
15 Kecepatan Membaca dan Gerakan Mata........................................... 134
16. Wacana Latihan Siklus I ................................................................. 156
17. Soal-Soal Pemahaman Latihan Siklus I ........................................... 158
18. Lembar Observasi Kebiasaan Membaca Siklus I............................. 168
19. Lembar Observasi Penilaian Proses ................................................. 170
20. Jurnal Guru Siklus I ......................................................................... 172
21. Jurnal Siswa Siklus I ........................................................................ 174
22. Kartu Data Pengontrolan Kecepatan Membaca ............................... 177
23. Pedoman Wawancara Siklus I.......................................................... 179
24. Tabel Hasil Kecepatan Membaca Tes Siklus II ............................... 182
25. Tabel Hasil Pemahaman Isi Bacaan Tes Siklus II ........................... 183
26. Tabel Hasil Kecepatan Efektif Membaca Siklus II.......................... 184
27. Tabel Observasi Kebiasaan Membaca Siklus II............................... 185
xiv
28. Tabel Observasi Penilaian Proses Siklus II..................................... 185
29. Wacana Latihan Siklus II ................................................................. 187
30. Soal-Soal Pemahaman Latihan Siklus II.......................................... 189
31. Wacana Latihan Siklus II ................................................................. 191
32. Soal-Soal Pemahaman Latihan Siklus II.......................................... 193
33. Wacana Latihan Siklus II ................................................................. 196
34. Soal-Soal Pemahaman Latihan Siklus II.......................................... 198
35. Wacana Tes Siklus II ....................................................................... 201
36. Soal-Soal Pemahaman Tes Siklus II ................................................ 203
37. Rencana Pembelajaran Siklus II....................................................... 205
38. Lembar Observasi Kebiasaan Membaca Siklus II ........................... 215
39. Lembar Observasi Penilaian Proses Siklus II .................................. 217
40. Jurnal Guru Siklus II ........................................................................ 219
41. Jurnal Siswa Siklus II....................................................................... 221
42. Kartu Data Pengontrolan Kecepatan Membaca Siklus II ................ 224
43. Pedoman Wawancara Siklus I.......................................................... 226
44. Gerakan Mata dan Latihannya pada Siklus II .................................. 229
45. Surat Keterangan ............................................................................. 236
46. Tabel Perbandingan Kecepatan Membaca ....................................... 238
47. Tabel Perbandingan Pemahaman Isi Bacaan ................................... 239
48. Tabel Perbandingan Kecepatan Efektif Membaca........................... 240
49. Tabel Perbandingan Observasi Kebiasaan Membaca ...................... 241
50. Tabel Perbandingan Observasi Penilaian Proses ............................. 242
51. Tabel Rekapitulasi Rata-Rata Pencapaian Kemampuan .................. 243
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemberlakuan kurikulum 2004 oleh pemerintah menghendaki
terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi,
standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada
hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar berbahasa adalah belajar
berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-
nilai kemanusiaannya (Depdiknas 2003b: 2).
Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan berbahasa siswa, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra
Indonesia (Depdiknas 2003b:3). Kegiatan-kegiatan ini sangat penting dilakukan
untuk perkembangan sikap dan bahasa anak. Dengan kata lain, melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan kebutuhan
dan keharusan untuk dilaksanakan.
Standar kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia SMP dan MTs adalah
(1) mampu mendengarkan dan memahami beraneka ragam wacana lisan, baik
sastra maupun nonsastra; (2) mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan,
dan perasaan secara lisan; (3) mampu membaca dan memahami suatu teks bacaan
sastra dan nonsastra dengan kecepatan yang memadai; (4) mampu
2
mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam
berbagai ragam tulisan; dan (5) mampu mengapresiasi berbagai ragam sastra
(Depdiknas 2003b:4).
Untuk mencapai Standar Kompetensi di atas, kegiatan sekolah adalah
lebih dari sekadar pengajaran. Kegiatan sekolah adalah kegiatan pembelajaran.
Siswa belajar, saling belajar, bukan hanya dari guru melainkan dari teman-teman
sekelas, sesekolah, dari sumber belajar lain. Dan pendekatan pembelajaran yang
digunakan oleh guru juga harus dapat membawa siswa ke pembelajaran yang
bermakna.
Berdasarkan pengamatan dan informasi media massa umumnya
beberapa sekolah telah mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes merupakan salah satu
MTs swasta yang tengah menyiapkan diri terhadap implementasi KBK. Berbagai
usaha telah diupayakan untuk menerapkan KBK seperti: (1) mendorong guru
memahami konsep KBK; (2) mengirim guru mengikuti seminar atau work shop
KBK; dan ( 3) menyiapkan perangkat atau fasilitas yang dibutuhkan.
MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes juga
merupakan sekolah yang sudah menerapkan prinsip KBK tetapi baru diberlakukan
bagi kelas VII. MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes belum
menerapkan prinsip KBK pada kelas VIIIA Salah satu indikator penyebab belum
diberlakukannya/diterapkannya KBK pada kelas VIII adalah kurangnya kesiapan
dan motivasi guru dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar yang berorientasi
kompetensi. Hal itu tampak pada masih diberlakukannya Kurikulum 1994 yang
3
sering menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar daripada
metode-metode yang lain.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan materi yang
disajikan secara sistematis sesuai dengan kenyataan bahasa di masyarakat,
diharapkan siswa mampu menyerap materi tentang berbagai hal; mampu mencari
sumber, mengumpulkan, menyaring, dan menyerap pelajaran yang sebanyak-
banyaknya sekaligus dapat berlatih mengenai Bahasa Indonesia khususnya
keterampilan membaca.
Siswa sekolah dasar seharusnya sudah memiliki kemampuan membaca
karena kemampuan membaca dapat dijadikan sebagai modal utama dalam proses
belajar mengajar. Dengan bekal kemampuan membaca, anak akan menjadi mudah
dalam proses belajarnya. Kelancaran dan kesuksesan prestasi yang akan diperoleh
anak adalah melalui membaca. Dengan sering membaca anak akan memperoleh
pengetahuan, serta mempermudah pola pikirnya untuk berpikir secara kritis.
Nurhadi (2004a:11) menyatakan hal-hal yang harus diperhatikan
apabila ingin meningkatkan kemampuan membaca sebagai berikut.
a. Menyadari adanya berbagai variasi tujuan membaca, yang berbeda dari satu
kegiatan membaca dengan kegiatan membaca yang lain.
b. Selalu merumuskan secara jelas setiap kegiatan membaca, minimal tahu apa
yang akan diperoleh dari bacaan.
c. Memerlukan pengembangan berbagai strategi membaca selaras dengan ragam
tujuan membaca.
d. Memerlukan latihan membaca dengan berbagai variasi tujuan membaca.
4
e. Menyadari bahwa seseorang mempunyai daya baca tinggi (baik) akan mampu
memanfaatkan teknik membaca yang bervariasi, sejalan dengan tujuan
membaca yang ingin dicapainya.
Keterampilan membaca merupakan suatu kesinambungan yang
berlangsung secara berangsur-angsur, berproses dari yang sederhana hingga yang
lebih rumit. Demikian juga kemampuan membaca siswa SMP/MTs merupakan
kelanjutan dari membaca dasar. Dalam menghadapi kenyataan pengajaran
membaca di SMP/MTs hendaknya mempertimbangkan hal-hal seperti
perkembangan program membaca, keadaan murid-murid SMP/MTs, metode, serta
bahan yang meliputi keterampilan-keterampilan yang perlu dikuasai, bidang isi,
dan pelayanan perpustakaan (Hardjasudjana 1997:61).
Sama halnya dengan siswa MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa
Kabupaten Brebes, dilihat dari usia siswanya yang berkisar antara 12-15 tahun,
pada usia tersebut merupakan periode sulit yang dapat mengundang banyak
tafsiran dengan adanya perubahan-perubahan psikofisik yang terjadi karena pada
usia tersebut merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Berdasarkan observasi, kecepatan membaca dan pemahaman bacaan
siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes masih
kurang maksimal. Seperti yang telah dikemukakan di atas, keterampilan membaca
merupakan sesuatu yang berkesinambungan, sama halnya dengan siswa MTs
Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes ada yang cepat, ada yang
lambat, dan masih mempunyai kebiasaan jelek dalam membaca.
5
Berdasarkan observasi tersebut, peneliti bermaksud mengadakan
penelitian di kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes
karena kecepatan dan pemahaman dalam membaca sebuah teks masih sangat
kurang maksimal dibandingkan dengan kelas VIII yang lainnya. Kecepatan
membaca siswa kelas VIIIA masih dalam tingkat lambat, yaitu berkisar antara 90-
170 kata per menit. Demikian pula dengan pemahaman bacaan hanya mampu
memahami sebesar 60%. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru
Bahasa dan Sastra Indonesia dan pengamatan, siswa di MTs Miftahul Ulum
Rengaspendawa Kabupaten Brebes disimpulkan bahwa upaya khusus untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca cepat masih belum banyak
dilakukan oleh guru. Kebanyakan guru hanya mengejar target materi yang harus
diajarkan pada siswa.
Berdasarkan hasil studi para ahli Amerika, kecepatan yang memadai
untuk siswa tingkat akhir sekolah dasar kurang lebih 200 kpm, siswa lanjutan
tingkat pertama anatra 200-250 kpm, siswa tingkat lanjutan atas antara 250-325
kpm, dan tingkat mahasiswa antara 325-400 kpm dengan pemahaman isi bacaan
minimal 70 %. Adapun di Indonesia KEM minimal untuk klarifikasi pembaca
adalah SD (140 kpm), SLTP (140-175 kpm), SMU (175-400kpm), PT (245-280
kpm) Hardjasudjana (1997:73). Dengan mengacu pada teori tersebut, kecepatan
membaca siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten
Brebes masih di bawah standard kecepatan membaca tingkat SMP/MTs.
Kondisi siswa dalam menerima pelajaran juga belum efektif.
Dikatakan belum efektif, karena dalam menerima pelajaran siswa ada yang ramai,
6
ada yang memperhatikan, dan berbicara sendiri dengan teman sebangku. Hal
tersebut bisa terjadi karena ada rasa jenuh pada diri siswa atau penyampaian
materi pelajaran yang kurang menarik.
Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan kecepatan membaca
untuk memahami bacaan. Dengan membaca cepat dan pemahaman cepat pula, isi
bacaan akan mudah ditemukan. Untuk meningkatkan keterampilan membaca
cepat, peneliti akan meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas VIIIA MTs
Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual elemen authentic assesment/penilaian yang sebenarnya.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektifitas yakni, konstruktivisme
(Constructivisme), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdikbud 2002: 5).
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual elemen authentic
assesment diharapkan dapat meningkatkan kecepatan membaca. Dalam
pembelajaran tersebut akan dikaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia
nyata siswa. Di samping itu, adanya penekanan penilaian proses pembelajaran.
Penilaian pembelajaran didasarkan pada penilaian berbasis kelas. Penilaian
Berbasis Kelas (PBK) menekankan pencapaian hasil belajar, siswa sekaligus
7
mencakup seluruh proses mengajar dan belajar melalui kegiatan PBK yang
menilai karakteristik siswa, metode mengajar dan belajar, pencapaian kurikulum,
alat dan bahan belajar, dan administrasi sekolah. Assessment adalah proses
pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Siswa akan diberi latihan terstruktur, dan tugas-tugas yang berkaitan dengan
membaca cepat. Dari latihan dan tugas-tugas tersebut akan dijadikan data yang
dikumpulkan yang nantinya dapat mengetahui perkembangan belajar siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam membaca cepat, masalah yang sering ditemukan yaitu: a) huruf
pada bacaan kurang standar, b) kecepatan membaca siswa masih dalam tahap per
suku kata, dan c) kurangnya latihan secara terstruktur yang dilakukan oleh siswa.
Kecepatan membaca siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa
Kabupaten Brebes masih kurang maksimal, yaitu 90-170 kpm.
Dalam proses belajar mengajar, kecepatan membaca siswa sangat
diperlukan untuk bisa mengetahui isi buku dan pemahaman isi buku dengan cepat.
Dengan membaca cepat dan pemahaman yang cepat pula, prestasi siswa bisa
semakin meningkat. Akan tetapi, kenyataannya minat membaca atau kecepatan
membaca dan pemahaman bacaan secara cepat, serta kurangnya latihan secara
terstruktur yang dilakukan oleh siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum
Rengaspendawa Kabupaten Brebes menyebabkan kecepatan membaca siswa
kurang maksimal. Selain minat, kecepatan membaca, dan pemahaman bacaan,
penilaian yang dilakukan guru di kelas kurang menggunakan cara dan alat yang
8
bervariasi. Penilaian diarahkan pada penguasaan bahan yang diujikan dalam
bentuk tes objektif. Ini disebabkan oleh adanya beberapa hal sebagai berikut.
a. Siswa kurang latihan dalam membaca secara benar.
b. Bacaan kurang menarik, yaitu isi bacaan tidak sesuai dengan keinginan siswa,
sehingga siswa membaca hanya sekadar pengisi waktu luang.
c. Guru kurang memberikan latihan pada siswa dalam kegiatan membaca.
d. Minat baca pada diri siswa yang kecil, yaitu pada diri kurang berminat pada
kegiatan membaca.
e. Guru kurang memiliki pengetahuan dan kemahiran tentang berbagai metode
dan teknik penilaian, sehingga kurang dapat memilih dan melaksanakan
dengan tepat metode dan teknik penilaian yang ada.
f. Guru kurang mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dalam membaca
cepat.
Salah satu Kompetensi Dasar keterampilan membaca yang harus di
capai oleh siswa kelas VIII adalah membaca cepat 250 kpm dengan indikator
sebagai berikut: a) mampu mengukur kecepatan membaca untuk diri sendiri dan
teman; b) mampu meningkatkan kecepatan membaca dengan : 1) metode gerak
mata memperluas jangkauan mata, mengurangi regresi (mengulang), 2)
menghilangkan kebiasaan membaca dengan bersuara, 3) meningkatkan
konsentrasi: c) mampu menjawab pertanyaan dengan peluang ketepatan 75%.
Berdasarkan Kompetensi Dasar tersebut, keterampilan yang
diharapkan adalah keterampilan membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual
elemen authentic assessment (penilaian yang sebenarnya). Dengan pembelajaran
9
tersebut diharapkan siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa
Kabupaten Brebes mampu meningkatkan kemampuan membacanya lebih cepat,
efektif, menyenangkan, lebih cepat memahami bacaan sehingga siswa semakin
gemar membaca.
1.3 Pembatasan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penelitian adalah peningkatan
kemampuan membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic
assesment. Dalam penelitian ini peneliti berupaya mengatasi segala hambatan
dalam membaca dan meningkatkan kecepatan, serta memberikan tindakan
preventif untuk menghilangkan segala penghambat kecepatan membaca, serta
menggunakan sistem penilaian yang sebenarnya. Peneliti membatasi
permasalahan karena peneliti berfokus pada peningkatan kemampuan membaca
cepat, pemahaman bacaan dan sistem penilaian.
Agar kemampuan membaca cepat meningkat, penulis menggunakan
pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment yang mengacu pada
pengontrolan kecepatan efektif membaca.
1.4 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan pembatasan masalah di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca cepat siswa kelas
VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes dengan
menerapkan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment?
10
2. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum
Rengaspendawa Kabupaten Brebes dengan diadakan membaca cepat
dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca cepat siswa kelas
VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes setelah
menerapkan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment.
b. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VIIIA MTs Miftahul
Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes setelah diadakan membaca
cepat dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment.
1.6 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu
manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis setelah dilakukannya latihan membaca cepat
melalui pembelajaran bersiklus adalah menambah khasanah
pengembangan pengetahuan membaca cepat. Selain itu juga,
mengembangkan teori pembelajaran membaca cepat melalui pembelajaran
kontekstual elemen authentic assessment.
11
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi siswa, guru, dan peneliti yang lain. Bagi siswa, dengan
adanya penelitian siswa mendapat pengalaman belajar yang bermakna
dengan pembelajaran kontekstual dan peningkatan kemampuan membaca
cepat. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca cepat
siswa. Bagi peneliti yang lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan
pelengkap terutama dalam hal bagaimana cara meningkatkan kemampuan
membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual dan teknik membaca
cepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian yang beranjak dari awal jarang ditemui, karena biasanya
suatu penelitian mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai titik
tolak dalam penelitian selanjutnya. Dengan demikian, peninjauan terhadap
penelitian lain sangat penting, sebab bisa digunakan untuk mengetahui relevansi
penelitian yang telah lampau dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu,
peninjauan penelitian sebelumnya dapat digunakan untuk membandingkan
seberapa besar keaslian dari penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian tindakan kelas tentang membaca cepat merupakan
penelitian yang menarik. Banyaknya penelitian tentang membaca cepat itu dapat
dijadikan salah satu bukti bahwa membaca cepat di sekolah-sekolah sangat
menarik untuk diteliti. Penelitian membaca cepat telah banyak dilakukan, antara
lain oleh Dwi Sulistyowati (2001) dan Tri Apriyanti (2004). Penelitian tentang
kecepatan membaca efektif juga telah banyak dilakukan, antara lain oleh
Sihabudin (1998), S Sumarsono (1998), Yatmin (1998), Siti Alimah, (1999), Ibnu
Suparyanto (2000), Pujito (2000), Sri Wahyuningsih (2000), dan Asih Welasih
(2003).
Penelitian membaca cepat dilakukan oleh Dwi Sulistyowati (2001)
dalam skripsi yang berjudul Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan
Teknik Pengontrolan Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas III SLTP 1 Kudus
13
Tahun Pelajaran 2000/2001 membahas kemampuan membaca cepat dengan
teknik pengontrolan kecepatan efektif membaca siswa kelas III SLTP 1 Kudus.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan membaca
cepat dengan teknik pengontrolan kecepatan efektif membaca siswa kelas III
SLTP 1 Kudus.
Penelitian membaca cepat juga dilakukan oleh Tri Apriyanti (2004)
dalam skripsi yang berjudul Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan
Teknik Membaca Super Gaya Accelerated Learning pada Siswa Kelas II A SMP N
I Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004 membahas
kemampuan membaca cepat dengan teknik membaca super gaya accelerated
learning siswa kelas IIA SMP N 1 Doro Kabupaten Pekalongan. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan membaca cepat dan
pemahaman dengan teknik membaca super gaya accelerated learning siswa kelas
IIA SMP N 1 Doro Kabupaten Pekalongan.
Penelitian mengenai Kecepatan Efektif Membaca dilakukan oleh
Mulyanto (1998) pada skripsi yang berjudul Perbedaan Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) Siswa Kelas I SLTP dengan Mengacu Buku Krida Basa Jilid I
Terbitan Intan Pariwara Klaten yang Sesuai Tingkat Keterbacaannya Lebih Baik
daripada yang Tidak Sesuai Tingkat Keterbacaannya. Hasil penelitian yang
diperoleh adalah tingkat keterbacaan teks buku Krida Basa Jilid I tidak semuanya
sesuai dengan kemampuan siswa kelas I SLTP, sedangkan kecepatan membaca
efektif siswa kelas I SLTP berdasarkan teks bacaan yang sesuai tingkat
14
keterbacaannya lebih baik daripada kecepatan efektif membaca siswa dengan teks
yang sesuai tingkat keterbacaannya.
Sihabudin (1998) pada skripsi yang berjudul Perbedaan Kecepatan
Efektif Membaca Siswa Kelas III SLTP dari Teks Buku Pelajaran Bahasa Jawa
Terbitan Aneka Ilmu yang Sesuai dengan Tidak Sesuai Tingkat Keterbacaannya.
Masalah yang diteliti adalah apakah tingkat keterbacaan teks buku pelajaran
bahasa Jawa jilid III semuanya sesuai dengan kemampuan siswa SLTP kelas III.
Hasil yang dicapai dalam penelitian tersebut adalah tingkat keterbacaan teks buku
pelajaran bahasa Jawa jilid III tidak semuanya sesuai dengan kemampuan siswa
SLTP kelas III. Berdasarkan teks bacaan yang sesuai tingkat keterbacaannya lebih
baik daripada yang tidak sesuai tingkat keterbacaannya.
Sumarsono (1998) pada skripsi yang berjudul Perbedaan Kecepatan
Efektif Membaca Siswa Kelas I SLTP dari Teks Bahasa Indonesia yang Sesuai
dan Tidak Sesuai Tingkat Keterbacaannya. Masalah yang diteliti adalah apakah
kecepatan efektif membaca siswa dari buku Pintar Berbahasa Indonesia I Terbitan
Balai Pustaka yang sesuai tingkat keterbacaanya. Hasil penelitian diketahui bahwa
pemberian teks yang sesuai tingkat keterbacaannya memberi pengaruh positif
kecepatan efektif membaca siswa. Sebaliknya, teks yang tidak sesuai tingkat
keterbacaannya akan sedikit sulit dipahami.
Selain itu, Yatmin dalam skripsi yang berjudul Perbedaan Kecepatan
Membaca Siswa SLTP Kelas I Berdasarkan Teks Bacaan Buku Piwulang Basa
Jawa Jilid I Terbitan Yayasan Studi Bahasa Jawa Khantil Semarang. Masalah
yang diteliti adalah apakah kecepatan efektif membaca siswa SLTP Kelas I
15
berdasarkan teks bacaan yang sesuai tingkat keterbacaannya berbeda dengan yang
tidak sesuai dengan tingkat keterbacaannya. Hasil yang diperoleh menjelaskan
bahwa tingkat keterbacaan buku Piwulang bahasa Jawa jilid I tidak semuanya
sesuai dengan kemampuan siswa SLTP Kelas I. Adapun untuk kecepatan efektif
membaca siswa SLTP Kelas I berdasarkan teks bacaan yang sesuai lebih baik
daripada yang tidak sesuai dengan tingkat keterbacaannya.
Penelitian mengenai Kecepatan Efektif Membaca Wacana Berbahasa
Jawa SLTP (Studi Kasus di SLTP 3 Subah Kabupaten Batang) diteliti oleh
Alimah (1999). Permasalahan yang diangkat adalah bagaimanakah tingkat
kecepatan efektif membaca wacana berbahasa Jawa siswa. Hasil yang diperoleh
dari penelitian tersebut adalah tingkat kecepatan efektif membaca wacana
berbahasa Jawa belum baik.
Pengaruh Kecepatan Efektif Membaca terhadap Prestasi Belajar
Bahasa Indonesia SLTP diteliti oleh Ibnu Suparyanto (2000) dengan mengangkat
permasalahan adakah hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y atau
antara kecepatan efektif membaca dengan prestasi belajar mata pelajaran bahasa
Indonesia siswa kelas I SLTP N 3 Wanasari.
Berkenaan dengan peningkatan Kecepatan Efektif Membaca, Pujito
(2000) dalam skripsi yang berjudul Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca
dengan Mengintensitaskan Kegiatan Membaca Kolektif Perpustakaan pada Siswa
Kelas III SLTP 2 Jekulo Kudus Tahun 2000/2001 membahas bagaimanakah
peningkatan kecepatan efektif membaca siswa SLTP N 2 Jekulo Kudus dengan
mengintensitaskan kegiatan membaca kolektif perpustakaan serta bagaimana
16
perubahan perilaku siswa setelah itu. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
ada peningkatan kecepatan efektif membaca siswa setelah mengintensitaskan
kegiatan membaca koleksi perpustakaan.
Wahyuningsih (2000) juga meneliti Peningkatan Kecepatan Efektif
Membaca dalam skripsi yang berjudul Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca
dengan Pembelajaran Meresum Bacaan pada Siswa Kelas IIA SLTP Ksatrian I
Semarang. Dengan mengangkat permasalahan apakah meresum bisa digunakan
dalam pembelajaran membaca dengan tujuan untuk meningkatkan kecepatan
efektif membaca siswa SLTP. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya
peningkatan kecepatan efektif membaca pada setiap siklusnya.
Asih Welasih (2003) dalam skripsi yang berjudul Optimalisasi
Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas 2 SMU 01 Keling Jepara dengan
Menggunakan Metode OK5R membahas apakah dengan digunakannya metode
OK5R dalam pembelajaran kecepatan efektif membaca siswa kelas 2.1 SMU 1
Keling Jepara meningkat? Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan
kecepatan efektif membaca siswa kelas 2 SMU 01 Keling.
Berdasarkan kajian pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian
tindakan kelas tentang membaca cepat dan kecepatan efektif membaca sangat
menarik dan banyak dilakukan orang. Baik itu dari teks keterbacaan, pengaruh
kecepatan efektif membaca terhadap prestasi belajar dan peningkatan kecepatan
efektif membaca dengan mengintensitaskan kegiatan membaca koleksi
perpustakaan, meningkatkan kecepatan efektif membaca dengan melatihkan
teknik membaca cepat dan metode OK5R, meningkatkan keterampilan membaca
17
cepat dengan teknik pengontrolan kecepatan efektif membaca. Semuanya meneliti
tentang peningkatan membaca cepat dengan bermacam-macam cara. Berdasarkan
sumber dan penelitian yang dilakukan para mahasiswa, peneliti ini akan meneliti
tentang peningkatan membaca cepat pada siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum
Rengaspendawa Kabupaten Brebes. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang terdiri atas dua siklus. Pada penelitian ini akan dikaji tentang
peningkatan kemampuan membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual
elemen authentic assessment dan perubahan tingkah laku siswa MTs Miftahul
Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes kelas VIIIA. Pada penelitian ini, guru
akan mengaitkan materi yang diajarkannya dengan dunia nyata siswa, dan guru
menggunakan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) untuk
mengetahui gambaran perkembangan belajar siswa mengenai kemampuan
membaca cepat.
Kebaruan yang dilakukan dalam penelitian ini terletak pada proses
pembelajaran dan proses penilaian membaca cepat yang masih jarang dilakukan
oleh peneliti. Selama ini penelitian tentang membaca cepat dengan menggunakan
teknik membaca cepat dan metode seperti OK5R, meningkatkan keterampilan
membaca cepat dengan teknik pengontrolan kecepatan efektif membaca. Hasil
kerja siswa harus dihargai oleh guru. Kemajuan hasil siswa juga harus diketahui
oleh guru. Dengan pengumpulan data tersebut dapat mengetahui perkembangan
hasil belajar membaca cepat siswa. Siswa akan termotivasi dengan hasil belajar
yang memuaskan. Hasil belajar yang memuaskan merupakan rangsangan bagi
siswa untuk melakukan tindakan. Apabila rangsangan diikuti oleh tindakan
18
(tingkah laku), maka hubungan di antara keduanya semakin diperkuat melalui
“exercise” atau latihan ulangan dan akan lebih kerap diulangi atau terjadi dan
siswa akan cenderung mengulang perbuatan tersebut.
Penelitian ini mempunyai kedudukan sebagai pelengkap bagi
penelitian-penelitian yang ada. Alasan penelitian ini dijadikan pelengkap karena
penelitian ini merupakan penelitian yang dapat melengkapi penelitian kecepatan
membaca yang sudah dilakukan oleh peneliti yang sebelumnya. Penelitian ini
dapat menambah khasanah pengembangan pengetahuan tentang membaca cepat.
Selain itu juga, dapat mengembangkan teori pembelajaran membaca cepat.
2.2 Landasan Teoretis
2.2.1 Hakikat Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok
kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas,
dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini
tidak dipenuhi, maka pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau
dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson, dalam
Tarigan 1987:7).
Membaca dari segi linguistik menurut Anderson (dalam Tarigan
1987:7) merupakan suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a
recording and decoding process) berlainan dengan berbicara dan menulis yang
19
justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi
(decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna
bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan
menjadi bunyi yang bermakna.
Menurut Soedarso (2002:4) membaca adalah aktivitas yang kompleks
dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Aktivitas
yang kompleks dalam membaca meliputi pengertian dan khayalan, mengamati,
serta mengingat-ingat. Sementara menurut Nurhadi, membaca melibatkan banyak
hal. Kekomplekan dalam membaca meliputi intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat,
motivasi, dan tujuan membaca, sedangkan faktor eksternal meliputi sarana
membaca, teks bacaan, faktor lingkungan atau faktor latar belakang sosial
ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca (Nurhadi 1987:13).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, membaca merupakan
kegiatan yang kompleks. Kompleksan dalam membaca meliputi faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat,
motivasi, dan tujuan membaca, sedangkan faktor eksternal meliputi sarana
membaca, teks bacaan, faktor lingkungan atau faktor latar belakang sosial
ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca.
2.2.2 Manfaat Membaca
Membaca merupakan kunci utama pembuka ilmu yang sekaligus
pembuka tabir rahasia hidup dan kehidupan. Seseorang yang ingin maju harus
memiliki alternatif yang banyak berhubungan dengan buku. Selain itu, sering
20
berdialog dan beradu argumentasi dengan buku-buku atau istilah lain, banyak
membaca bacaan lain apapun bentuk dan wujudnya.
Membaca dapat memberi sumbangan bagi perkembangan persoalan
maupun sosial. Orang yang serius membaca akan dapat memberikan pengarahan
sikap berucap, berbuat dan berpikir. Pembaca yang baik akan selalu dapat
menangkap pengalaman-pengalaman yang sangat berharga, walaupun hal itu
belum atau tidak pernah dialami oleh pembaca secara langsung. Melalui bacaan
sastra, orang banyak sekali menemukan filsafat hidup yang tertuang secara
artistik, imajinatif dan persuasif. Dengan menekuninya orang akan dapat
menikmati berbagai cerita yang menarik tentang kehidupan manusia yang
multidimensi.
Membaca berarti berkomunikasi dengan pemikir-pemikir kenamaan
dari segala penjuru dunia. Begitu pula dengan membaca dapat mengetahui
peristiwa tentang sejarah dan kebudayaan suatu bangsa.
Emerson dalam Suyatmi (1984: 9) mengharapkan setiap orang
(termasuk pelajar) dapat membiasakan diri sebagai pembaca yang baik, karena
dengan kebiasaan membaca itu orang akan dapat menimba segala pengetahuan
dan pengalaman. Moral, peradapan, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat sampai pada tingkat perkembangannya yang sekarang ini merupakan akibat
langsung dari hasil pembacaan buku-buku besar.
Pada kenyataannya bacaan yang beredar dalam kehidupan sehari-hari
dapat dibedakan menjadi empat antara lain: (1) bacaan pemberi informasi.
Misalnya: surat kabar, majalah, pengumuman dan lain-lain; (2) bacaan yang perlu
21
dipelajari. Misalnya: buku pelajaran, karya ilmiah, diktat dan lain-lain: (3) bacaan
sastra. Misalnya: novel, sajak, cerpen, drama dan lain-lain; (4) bacaan hiburan.
Misalnya: cerita detektif, cerita silat, dan sebagainya (Suyatmi 1984:89)
Dengan membaca siswa dapat mengantongi segala pengetahuan dan
pengalaman. Orang menjadi cerdik, cendekia, mampu melaksanakan tugas sehari-
hari tanpa mengembangkan tenaga dan pikirannya kepada sesama, nusa, bangsa
dan negara. Hal tersebut akan mengakibatkan lebih percaya pada kemampuan diri
sendiri dengan dilandasi karya batin. Tidak mungkin seseorang dapat memberikan
sesuatu pada orang lain/sesama tanpa terlebih dahulu memilikinya. Dengan
membaca akan dapat memiliki apa saja tentang pengetahuan yang diinginkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil simpulan bahwa manfaat
membaca antara lain dapat: (1) menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan
yang sangat berguna dalam praktek hidup sehari-hari; (2) berkomunikasi dengan
pemikiran, pesan, dan kesan pemikir-pemikir kenamaan dari segala penjuru dunia;
(3) mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakir dunia; (4)
mengetahui peristiwa besar dalam sejarah, peradapan dan kebudayaan suatu
bangsa; (5) memecahkan berbagai masalah kehidupan dan menghantarkan
seseorang menjadi cerdik dan pandai.
2.2.3 Tujuan Membaca
Suatu kegiatan pasti memiliki tujuan. Demikian pula kegiatan
membaca, juga ada sesuatu yang ingin dicapai. Membaca mempunyai tujuan
22
utama yaitu mencari serta memperoleh informasi yang mencakup isi dan
memahami makna bacaan.
Anderson dalam Tarigan (1987:9-10) mengemukakan ada tujuh tujuan
membaca yaitu: (1) membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-
fakta (reading for facts), (2) membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading
for main ideas), (3) membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi
cerita (reading for sequence or organization), (4) membaca untuk menyimpulkan,
membaca inferensi (reading for inference), (5) membaca untuk mengelompokkan,
membaca untuk mengklasifikasikan (reading for classify), (6) membaca menilai,
membaca mengevaluasi (reading for evaluate), dan (7) membaca untuk
membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
Nurhadi (2004:11) berpendapat bahwa tujuan membaca antara lain:
(1) memahami secara detail dan menyeluruh isi buku; (2) menangkap ide
pokok/gagasan utama buku secara cepat (waktu terbatas); (3) mendapatkan
informasi tentang sesuatu (misalnya, kebudayaan suku indian); (4) mengenali
makna kata-kata (istilah sulit); (5) ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi
di masyarakat sekitar; (7) ingin memperoleh kenikmatan dari karya fiksi; (8) ingin
memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan; (9) ingin mencari merek
barang yang cocok untuk dibeli; (10) ingin menilai kebenaran gagasan
pengarang/penulis; (11) ingin mendapatkan alat tertentu (instrument affect); (12)
ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) atau keterangan
tentang pendapat seseorang (ahli) atau keterangan tentang definisi suatu istilah.
Secara singkat tujuan membaca adalah (1) membaca untuk tujuan studi (telaah
23
ilmiah); (2) membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan; (3) membaca
untuk menikmati karya sastra; (4) membaca untuk mengisi waktu luang; (5)
membaca untuk mencari keterangan tentang suatu istilah.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, pada dasarnya membaca
mempunyai tujuan keterampilan dan untuk mencari kepuasan batin. Dengan
demikian, untuk mencapai tujuan membaca tidak hanya diperlukan keterampilan
memahami yang tersirat saja, tetapi juga pemahaman yang tersurat dalam bacaan.
2.2.4 Jenis-Jenis Membaca
Membaca adalah suatu keterampilan yang sangat kompleks serta
melibatkan kerja fisik dan mental. Jenis membaca ada bermacam-macam.
Menurut tingkatannya membaca dibedakan menjadi dua, yaitu membaca
permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan menitikberatkan pada
kelancaran, yang biasa dilakukan di kelas I dan II Sekolah Dasar. Adapun
membaca lanjut dilaksanakan mulai kelas III Sekolah Dasar sampai ke Perguruan
Tinggi. Selain kelancaran yang lebih dipentingkan, pemahaman dan penerapan
dalam praktek hidup sehari-hari sesuai dengan situasi dan kondisi juga
dipentingkan (Suyatmi 1984:46).
Tujuan kegiatan membaca ada beraneka ragam, berdasarkan tujuan
yang beragam itu muncul jenis membaca yang biasa dipakai, yaitu sebagai
berikut: (1) membaca intensif; (2) membaca kritis; (3) membaca cepat; (4)
membaca indah; (5) membaca teknik.
24
Keterampilan membaca intensif merupakan kunci untuk memperoleh
ilmu. Membaca jenis ini biasanya disebut membaca cermat, karena dilakukan
dengan hati-hati, teliti, dan secara lambat dengan tujuan untuk memahami
keseluruhan bahan bacaan secara mendalam sampai bagian-bagian yang sekecil-
kecilnya.
Membaca kritis dilakukan untuk menemukan fakta-fakta yang terdapat
dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta-fakta tersebut.
Dalam membaca kritis yang perlu di ingat hanya gagasan pokoknya saja. Jika
bahan bacaan pendek dan bersahaja dapat dibaca dengan cepat. Bacaan perlu
dibaca dengan lambat apabila gagasan yang dikemukakan berbelit-belit, bila perlu
berhenti sebentar membacanya untuk memikirkan terlebih dahulu. Setelah
dipahami barulah melanjutkan fakta berikutnya.
Membaca cepat adalah menitikberatkan pada kecepatan memahami isi
bacaan dengan cepat dan tepat dalam waktu yang relatif singkat. Membaca cepat
dilakukan apabila pembaca hanya akan mengambil gagasan pokok dan garis
besarnya saja. Dalam hal ini waktu harus diperhatikan dan dimanfaatkan sebaik-
baiknya.
Membaca yang indah erat sekali hubungannya dengan keterampilan
membaca karya sastra. Membaca jenis ini menitikberatkan pada pengungkapan
segi keindahan yang terdapat pada suatu karya sastra. Alur suaranya hendaknya
jatuh pada gagasan-gagasan, sebagaimana layaknya orang bicara. Gerak-gerak
dan mimik sejalan dengan pokok gagasan yang terkandung dalam teks, agar apa
yang dibaca dapat dipahami oleh pendengar.
25
Membaca teknik biasanya disebut membaca bersuara atau membaca
nyaring. Tujuannya agar siswa memiliki keterampilan membaca dengan lagu
kalimat, intonasi kalimat, pemenggalan kata atau kalimat serta pengucapan fonem
yang benar dan tepat. Selain itu, diharapkan dapat membaca kalimat dengan
lancar tanpa cacat baca. Oleh karena itu, seseorang yang akan membaca teknik
agar dapat menangkap maksud atau isi bacaan harus mengerti makna, perasaan
dan jiwa yang terkandung pada bacaan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca
adalah untuk memperoleh ilmu, untuk menemukan fakta-fakta yang terdapat
dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta-fakta tersebut,
untuk mengambil gagasan pokok dan garis besar dalam bacaan, untuk
mengungkapkan keindahan yang terdapat dalam suatu karya sastra, agar siswa
memiliki keterampilan membaca dengan lagu kalimat, intonasi kalimat,
pemenggalan kata atau kalimat serta pengucapan fonem yang benar dan tepat.
2.2.5 Pengertian Membaca Cepat
Membaca cepat adalah kegiatan merespon lambang-lambang cetak
atau lambang tulis dengan pengertian yang tepat dan cepat (Hernowo 2003:9).
Soedarso, dalam buku Speed Reading (2002:18) mengatakan bahwa membaca
cepat adalah kemampuan dengan kecepatan yang sama. Menurutnya kecepatan
membaca harus fleksibel. Artinya, kecepatan itu tidak harus selalu sama, ada
kalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca. Strategi
26
membaca cepat dilakukan dengan tujuan untuk memahami intisari bacaan, bukan
bagian-bagian rinciannya yang detil-detil ( Hardjasujana 1996/1997 : 164-165).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca cepat
adalah proses membaca bacaan untuk memahami isi-isi bacaan dengan cepat.
Membaca cepat memberi kesempatan untuk membaca secara lebih luas, bagian-
bagian bacaan yang sudah sangat dikenal atau dipahami tidak usah dihiraukan.
Perhatian dapat difokuskan pada bagian-bagian yang baru atau bagian–bagian
yang belum dikuasai. Dengan membaca cepat bisa memperoleh pengetahuan yang
luas tentang apa yang dibacanya, sesuai dengan sifat bacaan yang tidak
memerlukan pendalaman.
2.2.6 Hambatan-Hambatan Membaca Cepat
Orang yang tidak mendapat bimbingan, latihan khusus membaca
cepat, sering mudah lelah dalam membaca karena lamban membaca, tidak ada
gairah, merasa bosan, tidak tahan membaca buku, dan terlalu lama untuk bisa
menyelesaikan buku yang tipis sekalipun.
Untuk dapat membaca dengan cepat, hal-hal dapat menghambat
kelancaran atau kecepatan membaca harus dihilangkan. Beberapa faktor yang
dapat menghambat kecepatan membaca adalah sebagai berikut.
Vokalisasi atau membaca dengan bersuara sangat memperlambat
membaca. Karena itu berarti mengucapkan kata demi kata dengan lengkap.
Menggumam, sekalipun dengan mulut terkatup dan suara tidak terdengar, jelas
termasuk membaca dengan bersuara.
27
Menggerakkan bibir atau komat-kamit sewaktu membaca, sekalipun
tidak mengeluarkan suara, sama lambatnya dengan membaca bersuara. Semasa
kanak-kanak penglihatan kita memang masih sulit menguasai penampang bacaan.
Akibatnya adalah bahwa kita menggerakkan kepala kiri ke kanan untuk dapat
membaca baris-baris secara lengkap.
Cara membaca dengan menunjuk dengan jari atau benda lain itu
sangat menghambat membaca sebab gerakan tangan lebih lambat daripada
gerakan mata.
Sering kali mata bergerak kembali ke belakang untuk membaca ulang
suatu kata atau beberapa kata sebelumnya. Gerakan tersebut disebut regresi.
Selain menghambat kecepatan membaca, regresi bahkan dapat mengaburkan
pemahaman bacaan. Menurut Soedarso (2002:8) beberapa alasan seorang
pembaca melakukan regresi adalah sebagai berikut: (1) pembaca merasa kurang
yakin dalam memahami tulisan yang dibacanya; (2) pembaca merasa ada
kesalahan cetak pada tulisan yang dibacanya, kemudian mempertanyakan hal
tersebut dalam hati; (3) pembaca merasa ada kesalahan ejaan; (4) ada kata sulit
atau baru; (5) pembaca terpaku pada detail; (6) pembaca salah persepsi, misalnya
bertanya-tanya angka ang baru dibacanya 266 atau 267; (7) pembaca merasa ada
sesuatu yang tertinggal.
Menurut Redway dalam Wahyuningsih (2000: 15) dengan berlatih
terus dan kecepatan membaca meningkat, maka usaha mencegah regresi ini akan
lebih mudah lagi. Kecepatan akan memaksa si pembaca untuk berkonsentrasi lagi.
28
Hasilnya akan lebih meningkatkan pemahaman secara keseluruhan dan akan
mendorong pembaca untuk lebih siap mengantisipasi.
Subvokalisasi atau melafalkan dalam batin atau pikiran kata-kata yang
dibaca dilakukan oleh pembaca yang kecepatannya lebih tinggi. Subvokalisasi
juga menghambat karena kita menjadi lebih memperhatikan bagaimana
melafalkan secara benar daripada berusaha memahami ide yang dikandung dalam
kata-kata yang kita baca itu (Soedarso 2002: 8).
Wiryodijoyo dalam Wahyuningsih (2000: 13) mengungkapkan bahwa
subvokalisasi ini merupakan pengaruh kebiasaan dalam pengajaran membaca di
sekolah dasar, yaitu: (1) mengeja kata-kata menjadi suku kata, kata menjadi huruf;
dan (2) mengucapkan berulang-ulang hal yang dianggap penting oleh guru. Usaha
menghilangkan sama sekali cara membaca dengan menghafalkan dalam hati hal
yang kita baca, memang tidak mungkin. Namun ada cara lain untuk memperkecil
akibat buruk dari subvokalisasi, yaitu dengan cara melebarkan jangkauan mata
sehinga satu fiksasi (pandangan mata) dapat menangkap beberapa kata sekaligus
dan langsung menyerap idenya. Cara ini lebih baik daripada melafalkannya
(Soedarso 2002: 9).
Ketiadaan perhatian hampir sama dengan ketidaksiapaan mental.
Pembaca mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan karena ia terpaksa
mempelajari bahan bacaan yang tidak menarik perhatiannya. Masalah ini lebih
serius lagi bila ada kosa kata yang sulit atau baru dan belum dipahami oleh
pembaca. Selain itu, pikiran pembaca tidak sepenuhnya tertuju pada bacaan
karena masih ada masalah lain yang lebih menarik dan menganggu perhatiannya.
29
Hambatan dalam membaca cepat yang terakhir adalah kurang
motivasi. Motivasi ini dapat berasal dari dalam diri sendiri, dapat pula dari luar.
Ini sangat penting karena dengan adanya motivasi, pembaca terpacu untuk
membaca dengan sungguh-sungguh. Dalam membaca cepat motivasi juga perlu
diperhatikan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hambatan-hambatan
dalam membaca cepat adalah vokalisasi, gerakan bibir, gerakan kepala, menunjuk
dengan jari, regresi, subvokalisasi, ketiadaan perhatian, kurang motivasi.
2.2.7 Teknik Membaca Cepat
Untuk dapat membaca cepat dengan efisien kunci utamanya adalah
sering berlatih. Ada beberapa teknik membaca cepat, yaitu gerakan mata dalam
membaca, melebarkan jangkauan mata, gerakan otot mata, dan meningkatkan
konsentrasi. Berikut penjelasannya.
Gerakan mata tinggal tergantung pada jarak benda yang bergerak di
lapangan yang luas, mata akan bergerak halus dan rata. Akan tetapi, apabila mata
melihat benda-benda yang berjarak dekat seperti melihat gambar atau membaca
gerakan mata akan cepat, tersentak-sentak dalam irama tarikan-tarikan kecil
melompat. Dalam membaca mata tidak boleh mengambang liar, tetapi mengarah
ke suatu sasaran (kata) sebentar lalu melompat ke sasaran berikutnya (satu atau
dua kata berikutnya) melompat, berhenti, melompat dan seterusnya.
Pemberhentian ini disebut fiksasi. Pada saat berhenti itulah mata membaca. Dan
saat melompat mata tidak mengamati apa-apa.
30
Pembaca yang tidak efisien dalam fiksasi hanya dapat satu atau dua
kata yang terserap. Pembaca yang efisien dapat menyerap tiga atau empat kata.
Kesulitan fiksasi bukan karena kesulitan fisik, melainkan karena kesulitan mental.
Bukan karena otot mata, melainkan karena ketidakmampuan dari pikiran
menyerap dengan cepat dan tanpa salah informasi berikutnya (Soedarso 2002: 29).
Untuk mendapatkan kecepatan dan efisien dapat digunakan hal
berikut.
1. Melebarkan jangkauan mata dan lompatan mata, yaitu satu fiksasi
meliputi 2 atau 3 kata.
2. Membaca satu fiksasi untuk suatu unit pengertian. Cara ini lebih mudah
diserap oleh otak.
Contoh: Saya suka baju lengan panjang. Lebih mudah
daripada Saya suka baju lengan panjang.
3. Selalu membaca untuk mendapatkan isinya, artinya bukan untuk
menghafalkan kata-katanya.
4. Mempercepat peralihan dari fiksasi ke fiksasi, tidak terlalu lama
berhenti dalam satu fiksasi. Percepat gerak mata dari satu fiksasi ke
fiksasi berikutnya. Semakin sedikit waktu untuk berhenti semakin baik.
Pada saat mata berhenti, jangkauan mata dapat menangkap beberapa
kata sekaligus. Kata-kata dalam jangkauan mata itu dapat dikenali sekalipun
pembaca tidak memfokuskan pada setiap kata (Soedarso 2002:30).
Gerakan mata dikendalikan oleh enam otot kecil yang kuat. Otot-otot
ini bersama-sama menarik mata dalam rangkaian tarikan-tarikan kecil tatkala
31
menelusuri baris demi baris banyak memboroskan gerakan mata. Untuk merubah
kebiasaan itu diperlukan latihan gerakan ke bawah, gerakan menyamping,
pengurangan bidang baca, membaca kolom, membaca pola S. Latihan ini untuk
kemajuan gerakan mata secara otomatis, cepat dan berpola menurut kebutuhan
(Soedarso 2002:39).
Kurangnya daya konsentrasi pada setiap orang disebabkan oleh hal-hal
yang berbeda. Ada orang yang memerlukan tempat yang tenang untuk membaca,
sementara orang lain perlu ditemani radio. Kurangnya konsentrasi dapat juga
disebabkan oleh kurangnya minat perhatian terhadap apa yang dibaca, karena
tidak menarik, terlalu sulit atau terlalu mudah atau memang membosankan. Dapat
juga memang orang itu belum siap membaca misalnya karena badan terlalu lelah
sehingga perhatiannya pecah.
Untuk meningkatkan daya konsentrasi ada dua kegiatan penting, yaitu
(1) menghilangkan atau menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan pikiran
menjadi kusut dan; (2) memusatkan perhatian secara sungguh-sungguh. Hal ini
termasuk memilih tempat dan waktu yang sesuai dengan dirinya, serta memilih
bahan-bahan yang menarik. Teknik–teknik membaca seperti survai bahan bacaan
sebelum memulai membaca, dan menentukan tujuan membaca, termasuk cara-
cara untuk berkonsentrasi (Soedarso 2002:50).
2.2.8 Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
diharapkan selalu mendudukkan siswa sebagai pusat perhatian. Peranan guru
32
dalam menentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh diktatik metodik “
apa yang akan dipelajari” saja, tetapi pada “bagaimana menyediakan dan
memperkaya pengalaman belajar anak.” Pengalaman belajar diperoleh melalui
serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif lingkungan alam,
lingkungan sosial, dan lingkungan buatan, serta berkonsultasi dengan narasumber
lain (Depdiknas 2002:1).
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar di mana
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang di milikinya dengan keluarga dan masyarakat.
Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan
persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan
dalam kehidupan jangka panjang (Nurhadi 2003:4).
Nurhadi (2003:5) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran
kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan
pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas
lebih “hidup”dan lebih “bermakna” karena siswa mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang
memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan
kehidupan baik sekolah maupun di luar sekolah.
Pembelajaran kontekstual dikembangkan untuk meningkatkan kinerja
kelas yang “hidup” diharapkan menghasilkan output yang bermutu tinggi.
33
Beberapa defnisi pembelajaran yang pernah ditulis dalam beberapa sumber
menyatakan sebagai berikut (Nurhadi 2003:12).
Johnson (dalam Nurhadi 2003:12) merumuskan sistem CTL
merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat
makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan
konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
The Washington State Consortium for Contextual Teaching and
Learning (dalam Nurhadi 2003:12) pengajaran kontekstual adalah pengajaran
yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai lahan sekolah dan di
luar sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata.
Menurut para penulis NWREL (Johnson dalam Nurhadi 2003:12), ada
tujuh atribut yang mencirikan konsep CTL, yaitu kebermaknaan, penerapan ilmu,
berpikir tingkat tinggi, kurikulum yang digunakan harus standar, berfokus pada
budaya, keterlibatan siswa secara aktif, dan authentic assessment.
Center on Education and Work at the University of Wisconsin-Madison,
yang disebut TEACHNET (dalam Nurhadi 2003:12) mengemukakan pula bahwa
pengajaran dan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi belajar mengajar
yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan
memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan
aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota masyarakat, dan pekerja serta
meminta ketekunan belajar.
34
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar di mana guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses
mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupanya sebagai anggota masyarakat.
Pembelajaran Kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang
dialaminya, siswa akan menjadi peserta aktif bukan pengamat yang pasif dan
bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pembelajaran kontekstual menempatkan
siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa
dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor
kebutuhan individual siswa dan peranan guru (Nurhadi 2003:19).
Karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual adalah (1) kerja sama;
(2) saling menunjang; (3) menyenangkan, tidak membosankan; (4) belajar dengan
gairah; (5) pembelajaran terintegrasi; (6) menggunakan berbagai sumber; (7)
siswa aktif; (8) sharing dengan teman; (9) siswa kritis guru kreatif; (10) dinding
kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor, dan lain-lain; (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor,
tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan-lain-lain
(Depdiknas 2002: 20-21).
35
Blanchard (2001) (dalam Depdiknas 2004:48) mengembangkan
strategi pembelajaran metode kontekstual dengan: (1) menekankan pemecahan
masalah; (2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi
dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan; (3)
mengajarkan siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri
sehingga menjadi mandiri; (4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan
siswa yang berbeda-beda; (5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman
dan belajar bersama; dan (6) menerapkan penilaian authentic.
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) menawarkan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa dalam
belajar lebih bermakna dan menyenangkan. Strategi yang ditawarkan dalam CTL
ini diharapkan dapat membantu siswa aktif dan kreatif. Untuk itu, dalam
menjalankan strategi ini, guru dituntut lebih kreatif pula.
Dalam strategi pembelajaran kontekstual ini ada tujuh komponen
utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas.
Menurut Nurhadi (2003:31), ketujuh komponen utama itu adalah Konstruktivisme
(Constructivism), Bertanya (Questioning), Menemukan (Inquiry), Masyarakat
Belajar (Learning Community), Pemodelan (Modeling), Refleksi (Reflection), dan
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment).
2.2.9 Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) merupakan bagian
dari strategi pembelajaran kontekstual. Assessment adalah proses pengumpulan
36
berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa
(Nurhadi 2003:52). Gambaran itu perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang
dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan
belajar, maka guru segera dapat mengambil tindakan yang tepat agar siswa
terbebas dari kemacetan belajar. Penilaian yang dilakukan bersama secara
terintegrasi dari kegiatan pembelajaran.
Penilaian otentik (authentic assessment) adalah nama lain dari
penilaian berbasis kelas (PBK). Landasan teoretis penilaian berbasis kelas
terangkum dalam landasan authentic assessment (Nurhadi 2004: 167). Penilaian
berbasis kelas dilakukan untuk memberikan keseimbangan pada ketiga ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai bentuk dan
model penilaian secara resmi maupun tidak resmi dengan berkesinambungan.
Penilaian Berbasis Kelas merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-
prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK dilakukan dengan pengumpulan
kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja
(performance), tes tertulis (paper and pencil) (Depdiknas 2002:1-2).
Tujuan penilaian berbasis kelas adalah untuk memberikan (1)
informasi tentang kemajuan hasil kerja siswa secara individual dalam mencapai
tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukan; (2) informasi yang
dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih lanjut, baik terhadap
37
masing-masing siswa maupun terhadap siswa seluruh kelas; (3) informasi yang
dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan
siswa, menetapkan tingkat kesulitan/kemudahan untuk melaksanakan remedial,
pendalaman atau pengayaan; (4) motivasi belajar siswa dengan cara memberikan
informasi kemajuannya dan rangsangannya untuk melakukan usaha pemantapan
atau perbaikan; (5) informasi semua aspek kemajuan setiap siswa dan pada
gilirannya guru dapat membantu pertumbuhannya secara afektif untuk menjadi
anggota masyarakat dan pribadi yang utuh; (6) bimbingan yang tepat untuk
memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan keterampilan, minat, dan
kemampuannya (Depdiknas 2002: 6).
Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah yang perlu
dinilai dalam penilaian berbasis kelas meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan
afektif (Depdiknas 2002:17-18).
a. Ranah Kognitif
Kompetensi ranah kognitif meliputi tingkatan menghafal, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
(1) Tingkatan hafalan mencakup kemampaun menghafal verbal atau
menghafal parafrase materi pembelajaran berupa fakta, konsep, prinsip,
dan prosedural.
(2) Tingkatan pemahaman meliputi kemampuan membandingkan
(menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik,
menggeneralisasi, dan menyimpulkan.
38
(3) Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil atau
prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan.
(4) Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan,
memerinci, menguraikan suatu objek.
(5) Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau
komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis,
menggambar, dan sebagainya.
(6) Tingkatan evaluasi/penilaian mencakup kemampuan menilai terhadap
objek studi menggunakan kriteria tertentu.
Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan di kelas
atau berupa tes tulis. Ranah kognitif juga dapat diukur menggunakan
portofolio. Portofolio adalah kumpulan tugas/pekerjaan seseorang. Hal yang
penting pada penilaian yang didasarkan pada portofolio adalah mampu
mengukur kecepatan membaca dan menulis yang luas, siswa menilai
kemajuan sendiri, mewakili sejumlah karya siswa.
b. Ranah Psikomotor
Berkenaan dengan ranah psikomotor, kompetensi yang dicapai
meliputi tingkatan gerakan awal, semi rutin. Penilaian terhadap pencapaian
kompetensi tersebut adalah
(1) Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan siswa dalam
menggerakkan sebagian anggotanya.
(2) Tingkatan semi rutin meliputi kemampuan melakukan atau menirukan
gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan.
39
(3) Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan sempurna
dan sampai pada tingkatan otomatis.
Tes untuk mengukur aspek psikomotor adalah tes untuk mengukur
penampilan/perbuatan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai siswa.
c. Ranah Afektif
Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal yang perlu dinilai, yaitu
pertama kompetensi afektif, dan kedua sikap dan minat siswa terhadap mata
pelajaran dan proses pembelajaran. Kompetensi yang ingin dicapai dalam
pembelajaran meliputi tingkatan pemberian respon, apresiasi, penilaian, dan
internalisasi.
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki
peran yang penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan
psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki
minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang
mempelajari mata pelajaran tersebut, sehingga dapat diharapkan akan
mencapai hasil belajar yang optimal (Depdiknas 2004: 4).
Berbagai jenis tingkatan ranah afektif yang dinilai adalah kemampuan
siswa dalam:
(1) memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan
kepadanya;
(2) menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai
etika dan estetika;
40
(3) menilai ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah
terhadap objek studi;
(4) menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika dan estetika dalam
perilaku kehidupan sehari-hari.
Penekanan penilaian berbasis kelas yaitu pada proses pembelajaran.
Oleh karena itu, data yang dikumpulkan pun harus diperoleh dari kegiatan nyata
yang dikerjakan siswa pada saat proses pembelajaran. Guru yang ingin
mengetahui perkembangan belajar bahasa Indonesia siswanya harus
mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat siswa menggunakan Bahasa
Indonesia, baik lisan maupun tulisan, bukan pada saat para siswa mengerjakan tes
bahasa Indonesia. Data authentic adalah data yang dikumpulkan dari kegiatan
siswa pada saat siswa melakukan kegiatan berbahasa Indonesia, baik di kelas
maupun di luar kelas.
Ada beberapa teknik penilaian diantaranya adalah sebagai berikut
(Depdiknas 2003a:25-28).
1. Penilaian Kinerja (Performance Assessment). Penilaian kinerja
dikembangkan untuk mengetes kemampuan siswa dalam mendemostrasikan
pengetahuan dan keterampilannya pada berbagai situasi nyata dan konteks
tertentu.
2. Observasi Sistematik (Systematic Observation), yang bermanfaat untuk
menyajikan informasi tentang dampak aktivitas pembelajaran terhadap siswa.
3. Portofolio (Portofolio) adalah koleksi/kumpulan dari berbagai keterampilan,
ide, minat, dan keberhasilan atau prestasi siswa selama jangka waktu tertentu.
41
Portofolio pada kurikulum 2004 diposisikan sebagai tugas penilaian yang
terstruktur. Portofolio berisi hasil karya siswa atau tugas terstruktur yang
diberikan oleh guru. Jenis portofolio dibedakan menjadi dua macam, yaitu
portofolio untuk beberapa/semua mata pelajaran, dan portofolio untuk satu
mata pelajaran. Portofolio untuk semua mata pelajaran menggambarkan profil
kemampuan dari siswa. Portofolio untuk satu mata pelajaran disusun untuk
satu mata pelajaran tertentu seperti matematika, sains, pengetahuan sosial,
kesenian atau pendidikan jasmani. Isi portofolio ini terdiri dari hasil karya
siswa yang menggambarkan ketercapaian Kompetensi Dasar dari mata
pelajaran tertentu (Depdiknas 2004a: 5-6).
4. Jurnal Sains (Journal) merupakan suatu proses refleksi di mana siswa
berpikir tentang proses belajar dan hasilnya, kemudian menuliskan ide-ide,
minat, dan pengalamannya.
Prinsip yang dipakai dalam penilaian serta ciri-ciri penilaian authentic
adalah sebagai berikut: (1) harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses,
kinerja, dan produk; (2) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung; (3) menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber; (4) tes hanya
salah satu alat pengumpul data penilaian; (5) tugas-tugas yang diberikan kepada
siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari,
mereka lakukan setiap hari; (6) penilaian harus menekankan kedalaman
pengetahuan dan keahlian siswa, bukan keluasannya (kuantitas).
42
2.3 Kerangka Berpikir
Membaca cepat adalah membaca yang melaju terus tanpa kembali
pada bagian-bagian yang terlewati dengan pemahaman isi bacaan secara cepat,
serta menemukan gagasan atau pokok pikiran utamanya.
Masalah yang biasa ditemukan dalam pembelajaran membaca cepat
adalah siswa membaca diiringi dengan gerakan anggota badan atau siswa masih
mempunyai kebiasaan-kebiasan jelek dalam membaca, siswa kurang mendapat
latihan membaca dengan benar, guru belum menggunakan sistem penilaian yang
bervariasi sehingga guru belum mengetahui perkembangan membaca siswa. Siswa
belum mengetahui kemampuan dan kekurangan dalam kegiatan membaca cepat
sehingga siswa tidak termotivasi untuk memperbaiki hasil belajar membaca.
Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment
diharapkan segala hambatan membaca cepat akan hilang dan kecepatan membaca
siswa meningkat.
Pengumpulan data dari kegiatan siswa pada saat siswa melakukan
kegiatan membaca, baik di kelas maupun di luar kelas dapat mengetahui
perkembangan hasil belajar membaca cepat siswa. Siswa akan termotivasi dengan
hasil belajar yang memuaskan. Hasil belajar yang memuaskan merupakan
rangsangan bagi siswa untuk melakukan tindakan. Apabila rangsangan diikuti
oleh tindakan (tingkah laku), maka hubungan di antara keduanya semakin
diperkuat melalui “exercise” atau latihan ulangan dan akan lebih kerap diulangi
atau terjadi dan siswa akan cenderung mengulang perbuatan.
43
Agar kecepatan memebaca siswa mencapai 250 kpm, ada beberapa
faktor yang mendukung, yaitu dukungan pembelajaran membaca, orang tua, minat
dari diri sendiri, latihan secara terstruktur, dan perpustakaan, serta penilaian dalam
pembelajaran membaca. Pengaruh kemahiran guru memberikan umpan balik
(merespon terhadap keberhasilan siswa dalam belajar sangat bermakna, karena
siswa dapat mengutarakan segala pemahaman isi bacaan. Selain itu, dapat
meningkatkan semangat belajar dan minat membaca siswa.
Guru secara rutin melakukan tindakan pengontrolan kecepatan
membaca, memotivasi siswa berkunjung ke perpustakaan, dan melakukan latihan
membaca yang benar secara terstruktur, serta mengumpulkan hasil belajar siswa
sehingga akan meningkatkan kemampuan membaca cepat dan adanya perubahan
perilaku pada diri siswa.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah akan terjadi
peningkatan kemampuan membaca cepat dan perubahan tingkah laku siswa kelas
VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes jika
pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual elemen authentic
assessment.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang berbasis kelas, maka masalah-
masalah yang diteliti dalam PTK adalah masalah-masalah yang muncul di kelas.
PTK juga mengupayakan perbaikan kondisi pembelajaran dan menyelesaikan
bermacam-macam permasalahan yang muncul di dalam kelas. Untuk mewujudkan
tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian
berdaur. Proses pengkajian ini terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap atau siklus dalam sebuah
penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut.
Bagan I. Siklus PTK
P RP
OBA
R Siklus I T R Siklus II T
O O
Keterangan:
OBA : Observasi Awal
P : Perencanaan
T : Tindakan
O : Observasi
R : Refleksi
RP : Revisi Perencanaan.
45
3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I
1. Perencanaan
Tahap Perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-
langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Langkah
ini merupakan upaya untuk memperbaiki kelemahan dalam proses
pembelajaran membaca cepat selama ini. Rencana kegiatan yang akan
dilakukan adalah (1) menyusun rencana pembelajaran membaca cepat dengan
menggunakan pendekatan kontekstual elemen authentic assessment, (2)
membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi,
lembar wawancara, lembar jurnal untuk memperoleh data nontes, kartu
kendali kecepatan membaca, dan (3) peneliti menyiapkan naskah atau teks
wacana untuk menguji kecepatan efektif membaca siswa. Menyusun 10
pertanyaan soal pilihan ganda untuk menguji pemahaman siswa terhadap
wacana. Siswa juga diminta untuk menyediakan alat tulis, jam tangan yang
nanti akan digunakan dalam menanggapi bacaan yang diberikan dan
mengukur waktu untuk membaca.
2. Tindakan
Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya
untuk perbaikan. Peningkatan atau perubahan sebagai solusi. Tindakan yang
dilakukan oleh peneliti dalam meneliti proses pembelajaran membaca cepat
pada siklus I ini adalah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
Tindakan yang akan dilakukan peneliti secara garis besar adalah
melaksanakan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment, yaitu
46
mengumpulkan data yang authentic dari siswa yang berupa latihan-latihan dan
tugas-tugas yang nantinya akan menunjukkan perkembangan hasil belajar
membaca cepat siswa. Dalam pelaksanaan tindakan peneliti melakukan dua
tindakan, yaitu:
a) Tindakan di Kelas
Pada saat kegiatan belajar mengajar peneliti menyampaikan materi
pokok bahasan tentang membaca. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai
berikut.
1) Ilustrasi
Peneliti mengawali kegiatan dengan pertanyaan bimbingan, yakni
pertanyaan awal untuk mengarahkan pikiran dan pandangan siswa. Tujuan
ilustrasi untuk mengkondisikan siswa agar siap dalam menerima pelajaran.
Guru juga melakukan kegiatan ”pemanasan” pikiran kepada siswa dengan
memanggil kembali pengalamannya yang berkaitan dengan isi bacaan
sebelum membaca teks. Pada kesempatan ini, peneliti memberikan
penjelasan tentang aturan atau teknik membaca cepat yang akan dilakukan
dalam pembelajaran.
b) Proses belajar mengajar
1. Melatih kecepatan membaca yang meliputi 4 tahap, yaitu: (a)
melihat dengan otak; (b) gerakan mata dalam membaca yaitu
dengan melebarkan jangkauan mata dan melakukan transisi fiksasi
ke fiksasi; (c) gerakan otot mata dan pelatihannya; dan (d)
meningkatkan konsentrasi membaca. Guru atau peneliti
47
menyiapkan sebuah wacana dan siswa membaca wacana sebagai
latihan kecepatan membaca.
2. Melatih pemahaman bacaan dengan menjawab pertanyaan yang
sudah disiapkan oleh guru (peneliti). Peneliti memberikan soal uji
yaitu 10 pilihan ganda untuk menguji pemahaman isi wacana.
3. Siswa menilai kecepatan membaca diri sendiri dan teman. Siswa
melakukan pengontrolan membaca cepat dengan menuliskan
kecepatan membacanya pada kartu kendali kecepatan membaca.
Dalam setiap akhir pelajaran, siswa mengumpulkan hasil latihan-
latihan yang telah dilakukan pada proses pembelajaran.
4. Melatih siswa mengukur kecepatan membaca diri sendiri dan
teman. Pengukuran kecepatan membaca dapat diperoleh melalui
suatu rumus yaitu jumlah kata yang di baca perwaktu tempuh baca
dalam satu menit kali skor bobot tes yang dapat dijawab dengan
benar perskoran ideal atau skor maksimal. Maka akan diperoleh
nilai kecepatan efektif membaca dalam satuan kata per menit.
Rumus kecepatan efektif membaca adalah sebagai berikut:
KEM = p x r x 60 q 100
Keterangan:
p = jumlah kata yang terdapat dalam bacaan
q = jumlah waktu dalam hitungan detik
r = jumlah jawaban yang benar
48
b.) Tindakan di Luar Kelas
Siswa melakukan kegiatan membaca koleksi perpustakaan. Kegiatan
ini bisa dilakukan di perpustakaan saat istirahat atau jam-jam tidak efektif
lain, atau dipinjam untuk dibaca di rumah. Koleksi (buku) perpustakaan
yang dibaca diserahkan kepada selera siswa.
3. Observasi atau Pengamatan
Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan
yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran membaca cepat dengan
elemen authentic assessment. Observasi dilaksanakan peneliti dengan
bantuan guru mata pelajaran selama proses pembelajaran berlangsung.
Sasaran observasi meliputi keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan
guru, keaktifan siswa selama pembelajaran membaca cepat, keaktifan siswa
dalam mengumpulkan hasil kerja (latihan-latihan, tugas yang diberikan
guru), dan keaktifan siswa dalam mengerjakan tes membaca cepat.
Selain itu, peneliti juga melakukan observasi atau pengamatan
terhadap kegiatan perpustakaan. Apakah siswa mau memanfaatkan
perpustakaan pada saat istirahat atau jam-jam tidak efektif. Untuk
meyakinkan data tersebut peneliti melakukan wawancara kepada petugas
perpustakaan mengenai keaktifan siswa dalam membaca koleksi
perpustakaan.
49
4. Refleksi
Refleksi adalah mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat
melakukan revisi terhadap rencana selanjutnya atau terhadap rencana awal
tes siklus II. Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil tes dan nontes siklus
I. Jika hasil tes tersebut belum memenuhi nilai target/nilai yang telah
ditentukan, akan dilakukan tindakan siklus II dan masalah-masalah yang
timbul pada siklus I akan dicarikan alternatif pemecahannya pada siklus II.
Sedangkan kelebihan-kelebihannya akan dipertahankan dan ditingkatkan.
Berdasarkan data yang diperoleh selama pelaksanaan siklus I,
peningkatan yang terjadi pada siswa secara kualitatif, maupun kuantitatif
belum maksimal. Secara kualitatif, siswa belum melakukan aktivitas
membaca dengan sepenuh hati. Penyebab tidak maksimalnya peningkatan
adalah siswa baru pertama kali mengalami pembelajaran membaca cepat
dengan pengontrolan kecepatan efektif membaca dan mengukur sendiri
kecepatan membaca. Ada siswa yang belum begitu paham bagaimana cara
menghitung kecepatan membaca dan kecepatan efektif membaca. Siswa
kurang mendapat latihan membaca cepat sebelumnya dari guru. Siswa masih
mengalami keraguan, kecemasan, dan grogi (merasa tidak nyaman) pada
waktu diadakan pengukuran. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan siklus II
siswa akan dipersiapkan sebaik-baiknya untuk menghadapi pengukuran
selanjutnya. Siswa akan dibiasakan membaca cepat dan diberi latihan
membaca cepat secara intensif sehingga kecepatan membaca meningkat.
50
Perhatian khusus diberikan kepada para siswa yang banyak melakukan
kebiasaan yang salah pada waktu membaca. Siswa yang tidak membaca
dengan benar diperingatkan, supaya tetap ingat bahwa kebiasaan itu sangat
mengganggu kecepatan membaca.
3.1.2 Prosedur Tindakan pada Siklus II
Setelah melakukan refleksi pada siklus I, pada siklus yang II ini dilakukan
perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan yang meliputi strategi proses
pembelajaran, metode, dan sarana yang digunakan dalam penelitian mulai dari
tahap perencanaan sampai refleksi. Proses penelitian tindakan kelas dalam siklus
II dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II berdasarkan temuan hasil siklus I. Pada
siklus II ini lebih dititikberatkan pada kecepatan membaca. Adapun rencana
tindakan yang akan dilakukan adalah (1) membuat perbaikan rencana
pembelajaran membaca cepat menggunakan elemen authentic assessment yang
materinya masih sama dengan siklus I. Namun demikian, diupayakan dapat
memperbaiki masalah atau kekurangan-kekurangan pada siklus I, (2)
menyiapkan lembar wawancara, lembar observasi, dan lembar jurnal untuk
memperoleh data nontes siklus II, (3) menyiapkan perangkat tes membaca cepat
yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II.
51
2. Tindakan
Tindakan pada siklus II adalah perbaikan-perbaikan atau
penyempurnaan tindakan pada siklus I. Pada tahap ini guru menjelaskan
kembali tentang materi pokok membaca cepat dan membahas kesalahan-
kesalahan yang terdapat pada latihan-latihan membaca cepat yang telah
dilakukan siswa pada saat membaca. Pada siklus II ini lebih dititikberatkan pada
kecepatan membaca dan menghilangkan kebiasan buruk membaca yang masih
dilakukan siswa, seperti regresi dan konsentrasi. Menugasi siswa untuk
membaca wacana yang sudah disiapkan dalam siklus II. Siswa langsung
menjawab pertanyaan pemahaman untuk menghindari kelupaan. Setelah siswa
mengerjakan pertanyaan-pertanyaan siswa bersama guru mencocokkan
jawaban. Kemudian siswa menghitung kecepatan membaca dan kecepatan
efektif membacanya. Siswa mencatat kecepatan efektif membaca dalam kartu
pengontrolan data. Kartu data tersebut diperlihatkan kepada guru dan
ditandatangani oleh guru dan ditandatangani oleh orang tua.
3. Observasi
Observasi pada siklus II juga masih sama dengan siklus I yaitu
difokuskan pada keaktifan siswa dalam menyimak penjelasan guru, keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran, dan keaktifan siswa dalam mengerjakan tes.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai dan kelemahan-kelemahan yang masih
muncul juga dijadikan pusat sasaran dalam observasi.
52
4. Refleksi
Refleksi pada siklus II untuk merefleksi hasil evaluasi belajar siswa
siklus I, untuk menentukan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai selama
proses pembelajaran, dan untuk mencari kelemahan-kelemahan yang masih
muncul dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan
jurnal diperoleh data sebagai berikut.
Aktivitas dan respon siswa pada saat membaca cepat sudah baik.
Siswa merasa tertarik dengan membelajaran, dan siswa merasa aktif dalam
proses pembelajaran. Kerjasama dengan teman terlihat pada saat siswa yang
tidak tahu atau belum paham tentang bagaimana cara menghitung kecepatan
efektif membaca, siswa tersebut langsung bertanya dengan teman sebangku
untuk mengetahui cara menghitung kecepatan membaca tersebut. Siswa juga
merasa senang dengan adanya pembelajaran membaca cepat dengan
pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment karena mereka
merasa dihargai hasil karyanya dan mereka merasa senang dapat mengukur
kecepatan membacanya kapan pun mereka mau. Siswa sudah mengurangi
kebiasaan buruk dalam membaca.
Kelebihan-kelebihan pada siklus I dapat dipertahankan, ditingkatkan,
dikembangkan pada siklus II. Kekurangan-kekurangan pasa siklus I telah
diperbaiki, diatasi, dimodifikasi pada siklus II.
53
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kemampuan membaca cepat MTs
Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes siswa kelas VIIIA tahun
pelajaran 2004-2005. Kelas VIIIA tersebut terdiri atas 36 siswa yaitu 11 laki-laki
dan 25 perempuan. Peneliti mengambil subjek tersebut dengan alasan yaitu
kemampuan membaca cepat siswa kelas VIIIA masih kurang maksimal atau
masih rendah. Penyebab kecepatan membaca siswa kurang maksimal adalah siswa
kurang latihan dalam membaca secara benar, bacaan kurang menarik, yaitu isi
bacaan tidak sesuai dengan keinginan siswa, sehingga siswa membaca hanya
sekadar pengisi waktu luang. Guru kurang memberikan latihan pada siswa dalam
kegiatan membaca. Minat baca pada diri siswa yang kecil, yaitu pada diri kurang
berminat pada kegiatan membaca. Guru kurang memiliki pengetahuan dan
kemahiran tentang berbagai metode dan teknik penilaian, sehingga kurang dapat
memilih dan melaksanakan dengan tepat metode dan teknik penilaian yang ada.
Guru kurang mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dalam membaca
cepat.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang diungkap dalam penelitian ini adalah kemampuan
membaca cepat dan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment.
3.3.1 Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat
Yang dimaksud membaca cepat dalam penelitian ini adalah proses
membaca bacaan untuk memahami isi-isi bacaan dengan cepat. Membaca cepat
54
memberi kesempatan untuk membaca secara lebih luas, bagian-bagian bacaan
yang sudah sangat dikenal atau dipahami tidak usah dihiraukan. Membaca cepat
memberikan pemahaman dan dapat menimbulkan motivasi belajar pada diri
siswa. Kemampuan membaca merupakan kemampuan untuk membuka jendela
informasi dunia. Target kemampuan yang diharapkan adalah siswa mempunyai
kecepatan membaca 250 kpm, siswa mampu menghilangkan kebiasaan-kebiasaan
buruk dalam membaca. Dengan pembelajaran membaca melalui teknis membaca
ini diharapkan dapat memenuhi target kemampuan membaca para siswa kelas
VIII A MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes dan perilaku
dalam melakukan aktivitas membaca menjadi lebih baik.
3.3.2 Pembelajaran Kontekstual Elemen Authentic assessment
Variabel pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment
adalah pembelajaran membaca cepat 250 kpm dengan menggunakan pendekatan
kontekstual elemen authentic assessment. Dalam pembelajaran membaca cepat
ini, siswa secara berpasangan mengukur kemampuan membaca diri sendiri dan
secara bergantian mengukur kecepatan membaca temannya, setelah mengukur
kecepatan siswa diminta untuk menuliskan hasil pengamatan membaca siswa
pasangannya. Siswa melakukan latihan-latihan untuk menghilangkan kebiasaan
jelek dalam membaca dengan bimbingan guru, siswa diberi tugas untuk membaca
buku yang mereka sukai di perpustakaan dan di rumah. Setelah siswa melakukan
kegiatan membaca, siswa diminta selalu mengontrol kecepatan membacanya
setelah membaca buku baik di perpustakaan maupun di rumah. Siswa selalu
55
mengisi lembar/ kartu data pengontrolan kecepatan membaca dari minggu
pertama sampai minggu yang telah ditentukan dan mengisi kartu data kebiasaan-
kebiasaan buruk dalam membaca. Siswa selalu melaporkan hasil pengukuran
kecepatan membaca kepada guru setelah diketahui atau ditandatangani oleh orang
tua. Kemudian hasil kegiatan itu, dikumpulkan menjadi satu untuk mengetahui
perkembangan hasil belajar membaca cepat siswa. Siswa yang mempunyai
kecepatan membaca tinggi, kartu datanya ditempel di dinding kelas.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam
penelitian tindakan kelas ini berupa soal tes dan nontes. Soal tes digunakan untuk
mengungkap data tentang kemampuan membaca cepat siswa. Soal nontes (lembar
observasi, lembar jurnal, dan lembar wawancara) digunakan untuk
mengungkapkan perubahan tingkah laku siswa.
3.4.1 Instrumen Tes
Bentuk instrumen yang berupa tes yaitu berupa perintah kepada para
siswa untuk mengerjakan soal-soal yang berdasarkan bacaan yang telah
dibacanya dalam proses pembelajaran membaca, yang disediakan dalam
penelitian ini. Pertanyaan bacaan diberikan kepada para siswa untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap teks bacaan yang dibacanya. Bentuk tes ini
berupa soal pilihan ganda sebanyak 10 butir, setiap nomor yang dijawab benar
akan memperoleh skor satu. Skor yang diperoleh siswa dalam menjawab
56
pertanyaan bacaan digunakan sebagai acuan untuk mengukur kecepatan
membaca siswa. Selain untuk mengukur kecepatan membaca, perolehan skor
juga digunakan sebagai dasar untuk menggolongkan tingkat pemahaman siswa.
Penggolongan tingkat pemahaman siswa terhadap suatu bacaan
didasarkan pada pedoman yang sudah ditentukan yaitu.
Tabel 1 Pedoman Penilaian Tingkat Pemahaman
No. Tingkat Pemahaman Kategori
1. 90-100 % sangat baik
2. 70-80 % baik
3. 50-60 % sedang
4. 30-40 % kurang
5. 10-20 % sangat kurang
Berdasarkan penghitungan kecepatan membaca yang dilakukan dapat
diperoleh penggolongan tingkat kecepatan membaca siswa. Penggolongan
tingkat kecepatan membaca didasarkan pada pedoman yang sudah dibuat yaitu.
Tabel 2 Pedoman Kecepatan Membaca
No. Kecepatan Membaca Kategori
1. Lebih dari 250 kpm cepat
2. 200-249 kpm sedang
3. 150-199 kpm lambat
4. < 150 kpm sangat lambat
57
Berdasarkan tabel 2 tersebut, siswa yang memiliki kecepatan membaca
lebih dari 250 kpm masuk kategori cepat. Siswa yang mempunyai kecepatan
membaca 200 kpm sampai 249 tergolong sedang. Siswa yang mempunyai
kecepatan membaca 150 sampai 199 kpm rendah, dan siswa yang kecepatan
membacanya kurang dari 150 kpm tergolong sangat rendah.
Penggolongan tingkat kecepatan efektif membaca (KEM) didasarkan
pada pedoman yang sudah dibuat yaitu.
Tabel 3 Pedoman Kecepatan Efektif Membaca
No. Kecepatan Efektif Membaca Kategori
1. Lebih dari 175 kpm cepat
2. 150-174 kpm sedang
3. 125-149 kpm lambat
4. < 125 kpm sangat lambat
Berdasarkan tabel di atas, siswa yang memiliki kecepatan efektif
membaca lebih dari 175 kpm masuk kategori cepat. Siswa yang mempunyai
kecepatan efektif membaca 150 kpm sampai 175 tergolong sedang. Siswa yang
mempunyai kecepatan efektif membaca 125 sampai 149 kpm lambat, dan siswa
yang kecepatan membacanya kurang dari 125 kpm tergolong sangat lambat.
3.4.2 Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data kualitatif sebagai berikut.
58
3.4.2.1 Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini digunakan untuk mengamati perilaku, sikap dan
respons siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati dalam
penelitian ini adalah kebiasaan buruk yang masih dilakukan oleh siswa pada
saat membaca, sikap siswa terhadap bahan yang disajikan, keaktifan siswa
dalam pembelajaran, dan sikap siswa terhadap teknik pembelajaran, kerja
sama, sharing dengan teman, pembelajaran menyenangkan, tidak
membosankan, kekritisan siswa. Adapun intensitas membaca koleksi
perpustakaan dapat diobservasi melalui situasi setiap hari di perpustakaan.
3.4.2.2 Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan
responden melalui tanya jawab dan diskusi kepada siswa. Pedoman
wawancara dibuat oleh peneliti dan ditujukan kepada siswa yang berhasil
maupun tidak berhasil tentang membaca cepat dan berbagai kendala dalam
membaca cepat. Untuk mengetahui hal tersebut peneliti menyiapkan sepuluh
pertanyaan untuk melakukan wawancara yang meliputi: kebiasaan dalam
membaca, kegemaran membaca siswa, bacaan yang disukai, konsentrasi siswa
pada saat membaca, gambaran isi bacaan, pemberian tanda baca/cek pada
bacaan, catatan tentang isi bacaan, dan membaca bacaan di perpustakaan.
Selain itu, wawancara juga digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa
tentang pembelajaran yang dilakukan, kendala-kendala yang dihadapi siswa
59
dalam melakukan aktivitas baca. Peneliti juga menyiapkan lembar wawancara
yang ditujukan kepada petugas perpustakaan untuk memperoleh data kegiatan
siswa dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan.
3.4.2.3 Pedoman Jurnal
Setiap selesai pembelajaran membaca, jurnal dibuat sebagai bahan
sefleksi. Jurnal yang dibuat ada dua macam yaitu jurnal peneliti/guru dan
jurnal siswa. Jurnal siswa diisi oleh siswa, sedangkan jurnal guru diisi oleh
guru. Jurnal siswa berisi tentang kesan dan pesan siswa tentang proses
pembelajaran membaca dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic
assessment. Jurnal guru berisi tentang uraian pendapat dan seluruh kejadian
yang dilihat dan dirasakan oleh guru selama kegiatan pembelajaran membaca
berlangsung.
3.4.2.4 Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen
Sebelum digunakan dalam penelitian bentuk soal tes diuji validitasnya.
Peneliti menggunakan uji validitas permukaan. Teknik uji validitas permukaan
ini dilakukan dengan cara mengujicobakan soal tes pada kelas lain, yaitu kelas
VIIIB dan kelas VIIIC. Selain itu juga dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing dan kepada guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Setelah soal dan skor dinyatakan valid (layak guna), maka soal tersebut
digunakan sebagai instrument penelitian.
60
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, jurnal, dan
wawancara, serta perangkat tes untuk memperoleh gambaran hasil pembelajaran
membaca cepat menggunakan pembelajaran kontekstual elemen authentic
assessment.
3.5.1 Teknik Tes
Peneliti mengumpulkan data dengan mengadakan tes. Tes ini
dilakukan sebanyak dua kali pada siklus pertama dan siklus kedua. Bentuk tes
dan criteria penilaian yang digunakan dalam siklus I dan siklus II sama, yaitu
berbentuk tes objektif dengan jumlah sepuluh butir dengan skor penilaian
jawaban benar mendapat skor satu.
Langkah-langkah yang dilakukan di dalam pengambilan data dengan
teknik tes adalah:
a. Menyiapkan bahan tes berdasarkan bacaan;
b. Siswa ditugasi membaca wacana yang sudah disediakan;
c. Setelah selesai membaca para siswa menuliskan lama waktu yang diperlukan
untuk membaca bacaan secara utuh;
d. Setelah membaca, siswa mengerjakan soal-soal evaluasi;
e. Menilai dan mengolah data dari hasil penelitian; serta
f. Peneliti mengukur kemampuan membaca siswa berdasarkan hasil tes pada
siklus I dan siklus II.
61
Target tingkat keberhasilan siswa ditetapkan jika siswa dapat membaca
wacana dengan cepat dan dapat memahami isi bacaan 70%-100% yang
ditujukan dalam menjawab soal-soal tes yang sudah disiapkan.
3.5.2 Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan adalah melalui observasi, jurnal, dan
wawancara.
3.5.2.1 Observasi
Observasi digunakan untuk mengungkap data keaktifan siswa selama
proses pembelajaran menggunakan pembelajaran kontekstual elemen
authentic assessment. Observasi dilakukan dengan cara meminta bantuan guru
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dan peneliti sendiri sambil
melakukan pembelajaran. Adapun tahap observasinya yaitu (1)
mempersiapkan lembar observasi yang berisi butir-butir sasaran amatan
tentang keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru, keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran, dan keaktifan siswa dalam mengerjakan tes, serta
keaktifan siswa dalam mengumpulkan hasil kerja, (2) melaksanakan observasi
selama proses pembelajaran yaitu mulai dari penjelasan guru, proses belajar-
mengajar sampai dengan cara mengerjakan tugas membaca cepat, (3)
mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah
dipersiapkan. Intensitas membaca koleksi perpustakaan diobservasi melalui
situasi setiap hari di perpustakaan.
62
3.5.2.2 Jurnal
Jurnal siswa dan guru dibuat setiap pembelajaran membaca cepat.
Jurnal siswa tersebut dibuat pada selembar kertas mengenai kesulitan siswa
dalam latihan-latihan dalam membaca cepat, mengenai hal-hal yang ingin
dikemukakan siswa berkaitan dengan pembelajaran membaca cepat yang
menggunakan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment. Jurnal
guru mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran.
3.5.2.3 Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap data penyebab
kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran membaca cepat. Wawancara
dilakukan pada 6 orang siswa yaitu 2 orang siswa yang memiliki kecepatan
membaca tinggi, 2 orang siswa yang memiliki kecepatan membaca sedang,
dan 2 orang siswa yang kecepatan membacanya rendah. Hal ini berdasarkan
nilai tes pada tiap siklus dan berdasarkan observasi yang dilakukan guru
selama proses pembelajaran.
Wawancara dilaksanakan peneliti setelah pembelajaran membaca cepat
dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment selesai
dilaksanakan. Adapun cara yang ditempuh peneliti dalam pelaksanaan
wawancara yaitu (1) mempersiapkan lembar wawancara yang berisi daftar
pertanyaan yang akan diajukan pada siswa, (2) menentukan siswa yang
kecepatan membacanya kurang, cukup, dan baik, untuk kemudian diajak
63
wawancara, (3) merekam dan mencatat hasil wawancara dengan menulis
tanggapan terhadap tiap butir pertanyaan.
3.6 Teknik Analisis Data
Data tes dianalisis dengan teknik kuanitatif, sedangkan data nontes
dianalisis dengan teknik kualitatif.
3.6.1 Teknik Kuantitatif (Analisis Data Tes)
Hasil analisis data tes diperoleh dari hasil tes siswa. Nilai hasil tiap-
tiap tes dihitung jumlahnya dalam satu kelas (∑N) kemudian dihitung dalam
persentase dengan menggunakan rumus:
Persentase kemampuan membaca siswa = (∑N) x 100% nxs
Keterangan:
∑N = jumlah nilai dalam satu kelas
n = nilai maksimal soal tes
s = banyaknya siswa dalam satu kelas
Hasil persentase kemampuan siswa tiap-tiap tes kemudian
dibandingkan antara hasil tes awal dengan hasil siklus II. Hasil ini akan
memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan kemampuan
membaca cepat anak dan tingkat keberhasilan penelitian.
64
3.6.2 Teknik Kualitatif (Analisis Data Nontes)
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif. Data
kualitatif ini diperoleh dari data nontes yaitu data observasi, jurnal, dan
wawancara. Adapun langkah penganalisisan data kualitatif adalah dengan
menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat pembelajaran dan
mengklarifikasikannya dengan teman peneliti yang membantu dalam penelitian.
Data jurnal dianalisis dengan cara membaca seluruh jurnal siswa dan guru. Data
wawancara dianalisis dengan cara membaca lagi catatan wawancara, dan
dengan pemutaran kembali kaset rekaman jika catatan kurang jelas. Hasil
analisis-analisis tersebut untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan
dalam latihan-latihan dalam membaca cepat, untuk mengetahui kelebihan,
kekurangan pembelajaran membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual
elemen authentic assessment, dan untuk dasar mengetahui peningkatan
kemampuan membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic
assessment.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian.
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian meliputi keadaan yang sebelum penelitian dimulai
(kondisi awal), hasil penelitian pada siklus I, dan hasil penelitian pada siklus II.
4.1.1 Kondisi Awal
Pengukuran kecepatan membaca siswa kelas VIIIA dilakukan yang
pertama kali pada hari Sabtu 13 Mei 2005 untuk mengetahui gambaran
kemampuan membaca cepat siswa pada kondisi awal. Pengukuran ini
dimaksudkan sebagai tes awal dalam penelitian ini.
Teks bacaan dibagikan kepada siswa sebagai bahan untuk mengukur
kecepatan efektif membaca siswa. Setelah dijelaskan siswa ditugasi membaca teks
dengan teliti, dan waktu yang diperlukan untuk membaca dicatat. Lama waktu
yang diperlukan siswa untuk membaca teks secara utuh diukur dengan jam tangan
atau stop watch. Lama waktu membaca yang diperlukan siswa dicatat untuk
mengetahui kecepatan membaca siswa.
Setelah semua siswa selesai membaca, lembar soal dibagikan kepada
para siswa untuk dikerjakan. Pertanyaan yang diberikan adalah soal-sal tentang isi
bacaan yang berbentuk soal-soal isian yang berjumlah 10 butir. Soal-soal ini
66
diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang isi
bacaan.
Setelah siswa selesai mengerjakan, siswa diminta mengumpulkan
hasil pekerjaannya dan diperiksa. Skor perolehan siswa dalam mengerjakan soal
dianalisis untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap isi bacaan.
Setelah diketahui kecepatan membaca dan tingkat pemahaman siswa, maka data
dianalisis dan digabungkan antara kecepatan membaca dengan pemahaman isi
bacaan dan didapatkan kecepatan efektif membaca para siswa.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pertama kali maka
didapat kondisi awal perolehan kecepatan efektif membaca siswa kelas VIIIA
dengan perincian sebagai berikut.
Tabel 4 Kecepatan Membaca Siswa Kelas VIIIA pada Kondisi Awal
No. Kecepatan
(kpm)
Kategori Frekuensi % Rata-rata
1 >250 Cepat - -
2 200-249 Sedang 1 2,56
3 150-199 Lambat 8 20,51
4 <150 Sangat lambat 30 76,92
Jumlah 39 100
5773 : 39
= 148,03
Kategori
Sangat
Lambat
Berdasarkan tabel 4 tersebut, dapat diketahui bahwa tidak terdapat
siswa yang kecepatan membacanya termasuk tinggi (cepat), siswa yang kecepatan
membacanya tergolong sedang adalah 1 orang atau 2,56%, siswa yang kecepatan
67
membacanya lambat adalah 8 orang atau 20,51%, dan siswa yang kecepatan
membacanya sangat lambat adalah 30 orang atau 76,92%. Hasil rata-rata
kecepatan membaca siswa kelas VIIIA pada kondisi awal adalah 148,03 kpm atau
dalam kategori sangat lambat.
Tabel 5 Pemahaman Membaca Siswa Kelas VIIIA pada Kondisi Awal
No Skor Kategori Frekuensi % Rata-rata
1 90-100% Sangat baik 1 2,56
2 70-80% Baik 9 23,08
3 50-60% Sedang 27 69,23
4 30-40% Kurang 2 5,13
5 10-20% Sangat kurang - -
Jumlah 39 100
2300 : 39
= 58,97%
Kategori
Sedang
Berdasarkan tabel 5 tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 1 orang
siswa yang pemahaman isi bacaannya termasuk sangat baik atau 2,56%, siswa
yang pemahaman isi bacaannya tergolong baik adalah 9 orang atau 23,08%, siswa
yang pemahaman isi bacaannya sedang adalah 27 orang atau 69,23%, siswa yang
pemahaman isi bacaannya kurang adalah 2 orang atau 5,13%. Dan tidak terdapat
siswa yang pemahaman isi bacaannya sangat kurang. Hasil rata-rata pemahaman
isi bacaan siswa kelas VIIIA pada kondisi awal adalah 58,97% atau dalam
kategori sedang.
68
Tabel 6 Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas VIIIA pada Kondisi Awal
No. Kecepatan
(kpm)
Kategori Frekuensi % Rata-rata
1 >175 Cepat 1 2,56
2 150-174 Sedang - -
3 125-149 Lambat 2 5,13
4 < 125 Sangat lambat 36 92,31
Jumlah 39 100
3492 : 39
= 89,54
kpm
Kategori
Sangat
Lambat
Berdasarkan tabel 6 tersebut, dapat diketahui bahwa siswa yang
kecepatan efektif membacanya termasuk tinggi (cepat) adalah 1 orang atau 2,56%,
tidak terdapat siswa yang kecepatan efektif membacanya tergolong sedang, siswa
yang kecepatan efektif membacanya lambat adalah 2 orang atau 5,13%, dan siswa
yang kecepatan efektif membacanya sangat lambat adalah 36 orang atau 92,31%.
Hasil rata-rata kecepatan efektif membaca siswa kelas VIIIA pada kondisi awal
adalah 89,54 kpm atau dalam kategori sangat lambat.
Kecepatan Efektif Membaca siswa kelas VIIIA tergolong sangat
lambat karena memang baru pertama kali ini diadakan pengukuran KEM. Hal ini
merupakan hal yang wajar karena selama ini mereka belum pernah mengalami
pengukuran KEM. Banyak siswa yang masih melakukan kesalahan teknik
membaca. Hal ini terjadi karena mereka mungkin belum mengetahui tentang
teknik membaca cepat dan efektif. Banyak siswa yang masih menunjukkan
69
ketegangan pada saat melakukan aktivitas membaca. Pengalaman pengukuran
kecepatan membaca ini akan memberi dorongan pada siswa untuk melakukan
latihan membaca secara efektif.
Melihat kondisi awal seperti ini, diputuskan untuk mengambil teknik
meningkatkan kecepatan membaca para siswa dengan cara melakukan
pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment. Pembelajaran kontekstual
elemen authentic assessment dilakukan untuk memotivasi siswa agar melakukan
aktivitas membaca dengan lebih bersungguh-sungguh, mengetahui gambaran
kemampuan membaca cepat siswa, dan menghargai kemampuan siswa.
Pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment ini diharapkan bisa
membantu para siswa untuk meningkatkan kecepatan membacanya. Pelaksanaan
pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment dilakukan dengan
pengukuran kecepatan efektif membaca secara kontinyu sehingga siswa menjadi
terbiasa. Semakin sering melakukan pengukuran kecepatan membaca maka siswa
akan merasa senang. Dengan demikian, pembelajaran ini akan membantu para
siswa untuk meningkatkan kecepatan efektif membacanya, yang diperlukan dalam
menghadapi sekian buku pelajarannya.
70
4.1.2 Hasil Siklus Pertama
Pengukuran yang dilakukan pada siklus I ini meliputi hasil tes dan
nontes.
4.1.2.1 Hasil Tes
Setelah pengukuran kecepatan efektif membaca pada kondisi awal,
para siswa dijelaskan tentang kegiatan membaca, teknik membaca yang benar,
tentang pengontrolan KEM, manfaat pengukuran KEM, manfaat membaca cepat
bagi para siswa, dan cara-cara meningkatkan kemampuan membaca dan
kecepatan efektif membaca bagi para siswa. Selama kurang lebih dua kali siswa
diberikan latihan secara terus-menerus. Kegiatan membaca ini diawasi dan apabila
terjadi kesalahan teknik membaca, seperti menggerakkan bibir, menunjuk huruf
dengan jari, membaca sambil menggeleng-gelengkan kepala, membaca sambil
bermain, tidak bersungguh-sungguh dalam membaca, dan kegiatan lain yang akan
mengurangi kecepatan membaca.
Setelah dua kali latihan membaca efektif, selanjutnya diadakan
pengukuran KEM yang kedua. Hasil pengukuran KEM pada pengukuran yang ke
dua adalah sebagai berikut.
71
Tabel 7 Kecepatan Membaca Siswa Kelas VIIIA pada Siklus I
No. Kecepatan
(kpm)
Kategori Frekuensi % Rata-rata
1 >250 Cepat 2 5,13
2 200-249 Sedang 34 87,18
3 150-199 Lambat 3 7,7
4 <150 Sangat lambat - -
Jumlah 39 100
8694 : 39
= 222,92
kpm
Kategori
Sedang
Berdasarkan tabel 7 tersebut, dapat diketahui bahwa siswa yang
kecepatan membacanya termasuk tinggi (cepat) adalah 2 orang atau 5,13%, siswa
yang kecepatan membacanya tergolong sedang adalah 34 orang atau 87,18%,
siswa yang kecepatan membacanya lambat adalah 3 orang atau 7,7%, dan tidak
terdapat siswa yang kecepatan membacanya sangat lambat Hasil rata-rata
kecepatan membaca siswa kelas VIIIA pada siklus I adalah 222,92 kpm atau
dalam kategori sedang.
Dalam pengukuran kecepatan efektif membaca, faktor pemahaman isi
bacaan juga menentukan tinggi rendahnya perolehan KEM karena yang diukur
bukan hanya kecepatannya, tetapi juga pemahaman isi bacaan. Adapun
pemahaman isi bacaan para siswa dalam siklus yang pertama adalah sebagai
berikut.
72
Tabel 8 Pemahaman Membaca Siswa Kelas VIIIA pada Siklus I
No. Skor Kategori Frekuensi % Rata-rata
1 90-100% Sangat baik 8 20,51
2 70-80% Baik 22 56,41
3 50-60% Sedang 8 20,51
4 30-40% Kurang 1 2,56
5 10-20% Sangat kurang - -
Jumlah 39 100
2850 : 39
= 73,08%
Kategori
Baik
Berdasarkan tabel 8 tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 8 orang
siswa yang pemahaman isi bacaannya termasuk sangat baik atau 20,51%, siswa
yang pemahaman isi bacaannya tergolong baik adalah 22 orang atau 56,41%,
siswa yang pemahaman isi bacaannya sedang adalah 8 orang atau 20,51%, siswa
yang pemahaman isi bacaannya kurang adalah 1 orang atau 2,56%. Dan tidak
terdapat siswa yang pemahaman isi bacaannya sangat kurang. Hasil rata-rata
pemahaman isi bacaan siswa kelas VIIIA pada tes siklus I adalah 73,08%.
atau dalam kategori baik.
Berdasarkan kedua tabel tersebut, dapat dihitung kecepatan efektif
membaca siswa kelas VIIIA pada siklus I. Kecepatan efektif membaca diperoleh
dengan memadukan antara kecepatan membaca dengan rumus pengukuran KEM
yaitu kecepatan membaca dikalikan dengan skor perolehan yang benar dibagi 100.
berdasarkan pengukuran KEM yang dilakukan pada siklus I ini dapat diketahui
73
tingkat kecepatan membaca para siswa pada siklus I, yang tampak dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 9 Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas VIII A pada Siklus I
No. Kecepatan
(kpm)
Kategori Frekuensi % Rata-rata
1 >175 Cepat 15 38,46
2 150-174 Sedang 14 35,9
3 125-149 Lambat 4 10,26
4 < 125 Sangat lambat 6 15,38
Jumlah 39 100
6549 : 39
= 167,92
kpm
Kategori
Sedang
Berdasarkan tabel 9 tersebut, dapat diketahui bahwa siswa yang
kecepatan efektif membacanya termasuk tinggi (cepat) adalah 15 orang atau
38,46%, siswa yang kecepatan efektif membacanya termasuk tergolong sedang
adalah 14 orang atau 35,9, siswa yang kecepatan efektif membacanya lambat
adalah 4 orang atau 10,26%, dan siswa yang kecepatan efektif membacanya
sangat lambat adalah 6 orang atau 15,38%. Hasil rata-rata kecepatan efektif
membaca siswa kelas VIIIA pada siklus I adalah 167,92 kpm atau dalam kategori
sedang.
4.1.2.2 Hasil Nontes
Hasil penelitian nontes berupa hasil observasi, wawancara, dan jurnal.
Hasil penelitian nontes tersebut diuraikan sebagai berikut.
74
4.1.2.2.1 Hasil Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran membaca
berlangsung. Observasi dilakukan sejak awal proses pembelajaran ketika siswa
diberi penjelasan tentang kecepatan membaca, kecepatan efektif membaca dan
teknik membaca yang benar sampai siswa mengerjakan soal-soal evaluasi.
Observasi juga dilakukan untuk mengetahui kebiasaan buruk dalam membaca
yang masih dilakukan oleh siswa, sikap siswa terhadap bacaan yang disajikan,
keaktifan siswa dalam pembelajaran, kerja sama, sharing dengan teman,
pembelajaran menyenangkan atau tidak membosankan, kekritisan siswa.
Intensitas membaca koleksi perpustakaan juga diobservasi melalui situasi setiap
hari di perpustakaan. Observasi dilakukan kepada semua siswa kelas VIIIA yang
berjumlah 39.
Berdasarkan observasi siswa kelihatan tertarik sekali pada
pembelajaran membaca cepat. Ketika guru melakukan kegiatan “pemanasan”
pikiran kepada siswa dengan memanggil kembali pengalamannya yang berkaitan
dengan isi bacaan sebelum membaca teks bacaan, siswa kelihatan memperhatikan
dengan sungguh-sungguh, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan
oleh kepada siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi,
siswa memperhatikan dengan antusias. Semua siswa tenang dan mendengarkan
penjelasan tentang kecepatan efektif membaca, teknik membaca yang benar, dan
manfaat membaca cepat, serta proses pembelajaran membaca cepat dengan
pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment. Hasil itu tersirat dari
75
sikap siswa memperhatikan dan ada beberapa siswa mengajukan pertanyaan
tentang manfaat membaca cepat, dan bagaimana mengukur kecepatan membaca.
Setelah selesai mendengarkan penjelasan tentang teknik membaca
yang benar siswa ditugasi membaca bacaan yang sudah disiapkan Lengkap
dengan prosedur pengukuran kecepatan efektif membaca, jumlah kata dalam
bacaan. Ketika teks dibagikan, siswa kelihatan sangat tertarik karena teks bacaan
tersebut dekat dengan dunia siswa atau lingkungan siswa, siswa juga tertarik
dengan bacaan karena menurut mereka dapat menambah pengalaman atau
pengetahuan baru. Mereka dengan serius membaca.
Siswa membaca bacaan yang sudah diberi petunjuk dan sudah diberi
cara pengukurannya. Siswa menulis mulai membaca dan akhir membaca. Setelah
ada aba-aba mulai, siswa mulai membaca teks bacaan. Pada waktu siswa diberi
tugas membaca ada 1 orang siswa yang tampak masih bingung apa yang harus
dilakukannya. Ia malah menonton teman-temannya yang sedang membaca dengan
serius. Melihat semua temannya serius, ia pun kemudian membaca.
Pada saat membaca ditemukan ada siswa yang masih melakukan
kesalahan dalam teknik membaca. Yang paling banyak adalah siswa yang
membaca dengan subvokalisasi, ada 29 siswa (74,4%). Siswa yang membaca
dengan vokalisasi ada 9 siswa (23,1%). Selain itu ada 9 siswa (23,1%) yang
membaca dengan menggerakkan bibir. Ada 18 siswa (46,2%) yang membaca
sambil menggerakkan kepala mengikuti bacaannya sampai di mana. Membaca
dengan konsentrasi yang tidak sempurna ada 19 siswa (48,7%). Dan siswa yang
membaca dengan menyangga kepala ada 2 siswa (5,13%). Menurut pengamatan,
76
semua siswa membaca dengan bacaan di depan. Jarak mata kurang lebih 30 cm
ada 25 siswa (64,1%), dan siswa membaca dengan sikap badan tegak ada 25 siswa
(64,1%).
Setelah selesai membaca, sebagian besar siswa langsung menuliskan
waktu akhir membaca. Hanya ada 2 orang yang kelihatan ragu-ragu. Ia menengok
ke kanan dan ke kiri dulu. Kemudian semua siswa mengumpulkan teks bacaan
siswa diberi soal pemahaman dan langsung mengerjakannya. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kelupaan. Setelah menjawab pertanyaan, siswa bersama guru
membahas jawabannya. Setelah membahas jawaban siswa menghitung kecepatan
membaca mereka sesuai dengan petunjuk yang sudah ada dalam bacaan.
Kecepatan membaca mereka ditulis dalam kartu data yang sudah disediakan oleh
guru.
Setelah mengukur kecepatan membaca mereka melakukan latihan-
latihan jangkauan mata, persepsi, dan fiksasi. Setelah latihan-latihan siswa
mengukur kembali kecepatan membacanya. Kegiatan ini sama seperti kegiatan
membaca sebelumnya.
Dalam hal kerja sama dengan teman, tampak 74 siswa atau 63,24%
melakukan kerja sama ketika siswa ada yang tidak bisa cara menghitung
kecepatan membaca dan kecepatan efektif membaca, siswa tersebut langsung
bertanya dengan teman sebangkunya yang sudah bisa cara menghitung kecepatan
membaca dan kecepatan efektif membaca. Siswa aktif mengikuti proses
pembelajaran membaca cepat ini atau 67,52%. Sharing dengan teman juga terlihat
atau ada sekitar 63,25%. Kekritisan siswa ada 56,41%, terlihat pada siswa yang
77
belum paham dengan apa yang harus mereka lakukan dan masih ragu dengan cara
menghitung kecepatan membaca dan kecepatan efektif membaca.
Menurut pengamatan, 76,07% siswa merasa senang dan asyik dengan
bahan bacaan yang disediakan. Menurut mereka bacaan yang disediakan mudah
dipahami. Siswa juga merasa senang dan tidak membosankan dengan
pembelajaran membaca cepat atau ada 86,32%, karena menurut mereka waktu
terasa begitu cepat dengan keasyikan membaca bacaan yang disediakan.
Observasi yang dilakukan di luar kelas atau di perpustakaan adalah
mengamati langsung aktivitas siswa diperpustakaan. Peneliti juga melihat buku
daftar peminjam yang dimiliki oleh petugas perpustakaan. Selain itu, peneliti
meminta kartu anggota perpustakaan yang dimiliki oleh siswa untuk kegiatan
pemainjamannya.
Dari kegiatan tersebut, peneliti memperoleh gambaran bahwa dalam
jangka satu minggu siswa yang hanya satu kali memminjam dan membaca buku 6
siswa atau 15,38%. Siswa yang meminjam 2 kali, ada 17 siswa atau 43,59%, yang
meminjam 3 kali sebanyak 13 siswa atau 33,33%, sedangkan yang meminjam 4
kali ada 3 siswa atau 7,69%. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa semua siswa
telah melakukan kegiatan membaca koleksi perpustakaan sekolah. Kecuali itu,
peneliti juga melihat keadaan perpustakaan di saat istirahat. Ternyata ada
beberapa siswa yang mempunyai kebiasaan melihat-lahat dan membaca-baca
koleksi perpustakaan sekolah di saat istirahat tersebut.
78
Pengukuran yang dilakukan pada siklus I ini sudah berlangsung
dengan baik. Hasilnya pun juga baik. Para siswa kelihatan sangat tertarik dengan
kegiatan membaca cepat ini.
4.1.2.2.2 Hasil Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini tidak dilakukan
kepada semua siswa kelas VIIIA. Wawancara hanya dilakukan kepada 6 orang
siswa, yaitu 2 orang siswa yang kecepatan efektif membacanya termasuk tinggi, 2
siswa yang kecepatan efektif membacanya tergolong rendah, dan 2 siswa yang
kecepatan efektif membacanya tergolong sedang. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui tanggapan tentang pembelajaran membaca cepat dengan pembelajaran
kontekstual elemen authentic assessment.
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh para siswa, mereka
memberikan tanggapan yang baik tentang pembelajaran membaca cepat ini.
Hanya saja mereka mengaku bahwa mereka masih grogi dan bingung, karena baru
dua kali mengalami tingkat kecepatan efektif membaca. Menurut pengakuan
siswa yang KEM-nya rendah, mereka membaca pokoknya asal cepat saja. Biar
lekas selesai atau mendapat waktu membaca yang sedikit. Mereka merasa grogi
ketika melihat teman-temannya sudah selesai membaca. Sehingga ketika mereka
harus mengerjakan soal-soal, mereka tidak dapat menjawab dengan benar. Bagi
yang KEM-nya tinggi, mereka senang sekali dengan pengukuran KEM ini karena
bagi mereka ini merupakan ajang untuk berlomba membaca. Selain itu juga, untuk
membantu memahami isi buku-buku pelajaran.
79
Menurut keterangan mereka, mereka gemar membaca buku atau
Koran. Bacaan yang paling mereka sukai sebagaian besar buku fiksi. Ketika diberi
pertanyaan mengenai bagaimana isi bacaan yang telah disajikan mereka
menjawab menarik dan mudah dipahami walaupun ada sedikit kata yang tidak
diketahui maknanya. Sebagian besar tidak memberikan cek atau tanda baca pada
bacaan.
Kebiasaan buruk yang agak sulit dihilangkan menurut siswa yang
KEM-nya rendah adalah menghilangkan regresi pada saat membaca dan membaca
dengan konsentrasi dengan penuh. Mereka mengaku merasa kesulitan untuk
menghilangkan regresi tersebut dan berkonsentrasi dengan baik, karena mereka
merasa grogi dan takut kalah cepat dengan temannya, serta ada bagian yang lupa
sehingga ingin untuk mengulang kembali. Bagi mereka yang KEM-nya tinggi
yang kebiasaan agak sulit dihilangkan adalah melakukan regresi. Mereka belum
tahu cara menghilangkan regresi tersebut. Siswa yang KEM-nya tinggi ada yang
mengaku sudah bisa tidak melakukan regresi dan sudah bisa konsentrasi dengan
baik.
Pertanyaan-pertanyaan bacaan yang diberikan kepada siswa, oleh para
siswa yang KEM-nya tinggi dikatakan soalnya mudah sekali sehingga mereka
bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar. Bagi siswa yang berkecepatan
sedang dan rendah mereka berpendapat bahwa soalnya mudah, sehingga mereka
juga bisa menjawab pertanyaan dengan baik, walaupun tidak benar semua.
Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam membaca adalah memahami
kalimat-kalimat yang mengandung kata yang tidak mereka ketahui artinya,
80
kurangnya latihan membaca, dan jarangnya mereka diberi kesempatan membaca
baik di rumah maupun di sekolah. Di rumah yang ada adalah buku-buku pelajaran
dan televisi. Sehingga mereka lebih tertarik dengan televisi daripada membaca
buku pelajaran. Di sekolah, pelajaran membaca hanya dilakukan secara sekilas.
Yang banyak adalah pengetahuan bahasa, sehingga kemampuan membaca mereka
tidak terlatih dan masih melakukan kesalahan-kesalahan atau kebiasaan-kebiasaan
buruk dalam membaca. Siswa kurang mampu melihat kalimat secara utuh. Siswa
hanya mampu melihat kalimat secara kata demi kata. Siswa ada yang kurang
mampu memahami isi bacaan dengan cepat karena membaca kalimat secara
sekilas dan tanpa membaca ulang.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan petugas perpustakaan
sekolah. Dari penjelasan petugas, peneliti dapat memperoleh gambaran bahwa
siswa berkunjung ke perpustakaan sebagian besar pada waktu istirahat. Hanya
sebagian kecil siswa mau memanfaatkan jam-jam kosong untuk membaca di
perpustakaan. Sedangkan peminjaman rata-rata setiap harinya mencapai 25 siswa.
Rendahnya rata-rata tersebut disebabkan oleh rendahnya minat siswa akan
membaca. Di samping itu, minimnya guru dalam memberikan tugas kepada siswa
untuk membaca buku perpustakaan, membuat rendahnya minat baca pada siswa.
4.1.2.2.3 Jurnal siswa
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh siswa menunjukkan bahwa pada
kondisi awal para siswa belum mengetahui tentang pengukuran KEM dalam
pembelajaran membaca. Banyak siswa yang merasa tidak siap untuk menjalani
81
pengukuran, sehingga mereka grogi saat diberi pembelajaran membaca dan
mereka belum begitu paham tentang bagaimana mengukur kecepatan membaca.
Rata-rata kecepatan efektif membaca mereka tergolong rendah.
Setelah para siswa dijelaskan tentang kecepatan efektif membaca,
manfaat membaca cepat, dan teknik membaca cepat yang benar, dan diberi latihan
membaca cepat secara teratur, meskipun masih grogi tetapi ketika diukur KEM-
nya sudah dapat menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Rata-rata kecepatan
efektif membaca mereka yang semula tergolong sangat lambat meningkat menjadi
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa berminat pada pembelajaran
membaca dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment ini.
Dari hasil jurnal siswa dapat disimpulkan bahwa siswa tertarik
mengikuti pembelajaran membaca cepat. Dengan adanya pembelajaran model ini,
memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan membaca. Selain itu, tingkat
pemahaman mereka terhadap isi bacaan yang dibacanya juga bertambah.
4.1.2.2.4 Jurnal Guru
Dari hasil jurnal guru disimpulkan bahwa siswa masih belum
bersungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan membaca. Suasana kelas masih
agak gaduh ketika mereka disuruh mengerjakan pertanyaan pemahaman. Ada
beberapa siswa masih kurang begitu paham dengan cara menghitung kecepatan
efektif membaca. Siswa masih memperhatikan stop watch yang dibawa oleh guru.
82
Ada siswa yang masih ingin berlomba dengan temannya. Kecepatan
dalam membaca dijadikan perlombaan. Dan hal itu yang memicu minat siswa
dalam kegiatan membaca cepat ini.
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II
4.1.3.1 Hasil Tes
Dalam siklus I, hasil membaca cepat masih kurang memuaskan. Oleh
karena itu, peneliti pembelajaran teknik membaca cepat dengan pembelajaran
kontekstual elemen authentic assessment dengan memperhatikan hasil pada siklus
I dan memberikan tindakan kelas terhadap segala penghambat kecepatan
membaca siswa. Selain itu juga, dijelaskan kembali tentang teknik membaca yang
benar, dan aspek-aspek yang mempengaruhi kecepatan efektif membaca. Setelah
itu, diadakan evaluasi pada siklus II. Adapun hasil pengukuran kecepatan efektif
membaca pada siklus II tampak dalam tabel di bawah ini.
Tabel 11 Kecepatan Membaca Siswa Kelas VIIIA pada Siklus II
No. Kecepatan
(kpm)
Kategori Frekuensi % Rata-rata
1 >250 Cepat 20 51,28
2 200-249 Sedang 19 48,72
3 150-199 Lambat - -
4 <150 Sangat lambat - -
9811 : 39
= 251,56
Kategori
Cepat
Jumlah 39 100
83
Berdasarkan tabel 11 tersebut, dapat diketahui bahwa siswa yang
kecepatan membacanya termasuk tinggi (cepat) adalah 20 orang atau 51,28%,
siswa yang kecepatan membacanya tergolong sedang adalah 19 orang atau
48,72%, tidak terdapat siswa yang kecepatan membacanya lambat, dan juga tidak
terdapat siswa yang kecepatan membacanya sangat lambat. Hasil rata-rata
kecepatan membaca siswa kelas VIIIA pada siklus I adalah 251,56 kpm atau
dalam kategori cepat.
Seperti dalam pengukuran KEM pada siklus I, yang menjadi pedoman
untuk menentukan KEM tidak hanya kecepatan membaca saja, tetapi juga
didukung oleh faktor pemahaman isi bacaan. Tingkat pemahaman isi bacaan siswa
kelas VIIIA tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel 12 Pemahaman Membaca Siswa Kelas VIIIA pada Siklus II
No. Skor Kategori Frekuensi % Rata-rata
1 90-100% Sangat baik 14 35,9
2 70-80% Baik 21 53,87
3 50-60% Sedang 4 10,26
4 30-40% Kurang - -
5 10-20% Sangat kurang - -
3200 : 39
= 82,055
Kategori
Baik
Jumlah 39 100
Berdasarkan tabel 12 tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 14
orang siswa yang pemahaman isi bacaannya termasuk sangat baik atau 35,9%,
siswa yang pemahaman isi bacaannya tergolong baik adalah 21 orang atau
84
53,87%, siswa yang pemahaman isi bacaannya sedang adalah 4 orang atau
10,26%, tidak terdapat siswa yang pemahaman isi bacaannya kurang, dan tidak
terdapat siswa yang pemahaman isi bacaannya sangat kurang. Hasil rata-rata
pemahaman isi bacaan siswa kelas VIIIA pada tes siklus I adalah 82,05 atau
dalam kategori baik.
Berdasarkan tabel 11 dan 12 yang sudah ditampilkan (tabel kecepatan
membaca dan tingkat pemahaman isi bacaan) dapat diketahui tingkat kecepatan
efektif membaca siswa kelas VIIIA pada siklus II ini, dengan cara memadukan
antara kecepatan memabca siswa dengan pemahaman isi bacaan. Setelah dihitung
menggunakan rumus KEM, diperoleh data tentang kecepatan efektif membaca
siswa kelas VIIIA pada siklus II ini. Perolehan tingkat kecepatan efektif membaca
siswa kelas VIIIA pada siklus II, tampak dalam tabel 9.
Tabel 13 Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas VIIIA pada Siklus II
No. Kecepatan
(kpm)
Kategori Frekuensi % Rata-rata
1 >175 Cepat 31 79,49
2 150-174 Sedang 4 10,26
3 125-149 Lambat 4 10,26
4 < 125 Sangat lambat - -
8148 : 39
= 208,92
kpm
kategori
cepat
Jumlah 39 100
85
Berdasarkan tabel 13 tersebut, dapat diketahui bahwa siswa yang
kecepatan efektif membacanya termasuk tinggi (cepat) adalah 31 orang atau
79,49%, siswa yang kecepatan efektif membacanya sedang adalah 4 orang atau
10,26%, siswa yang kecepatan efektif membacanya lambat adalah 4 orang atau
10,26%, dan tidak terdapat siswa yang kecepatan efektif membacanya sangat
lambat. Hasil rata-rata kecepatan efektif membaca siswa kelas VIIIA pada kondisi
awal adalah 208,92 kpm , termasuk dalam kategori cepat.
4.1.3.2 Hasil Nontes
Pada siklus II, data nontes diperoleh melalui observasi, jurnal siswa
dan wawancara.
4.1.3.2.1 Observasi
Pengamatan dilakukan pada saat guru memberikan penjelasan kepada
siswa tentang perbaikan cara membaca siswa yang sering dilakukan oleh siswa
secara sadar atau pun tidak. Siswa tampak tertib dan antusias dalam menghadapi
kesalahan-kesalahan membaca yang masih sering dilakukannya. Mereka mengaku
masih melakukan subvokalisasi, membaca belum penuh konsentrasi, masih
melakukan regresi. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan guru dengan
sungguh-sungguh, dan akan berusaha melakukan cara membaca yang benar.
Pengamatan pada siklus II ini lebih ditekankan pada kegiatan
membaca, terutama untuk mengamati perubahan kebiasaan salah dalam membaca
yang sering dilakukan oleh para siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
pelaksanaan kegiatan membaca pada siklus II ini lebih baik daripada pelaksanaan
86
kegiatan membaca pada siklus I. Para siswa kelihatan lebih serius dalam
melaksanakan kegiatan membaca, dan lebih berusaha untuk mengurangi
kebiasaan buruk dalam membaca. Mereka melakukan kegiatan membaca dengan
baik.
Berdasarkan pengamatan, memang masih ada 3 siswa atau 7,69%
yang masih tampak menggerakkan bibir pada saat membaca. Siswa yang masih
mengeja ini memang termasuk siswa yang kecepatan efektif membacanya
termasuk kategori rendah. Siswa yang masih menggerakkan kepala ada 2 orang
atau 5,13%. Kedua siswa ini merasa sulit menghilangkan kebiasaan buruk ini
karena sudah merupakan kebiasaan mereka setiap kali mereka membaca. Sikap
duduk yang dilakukan oleh siswa pada saat membaca sudah benar, yaitu dengan
meletakkan teks di atas meja atau di depan siswa, duduk dengan tegak, dan jarak
antara mata dengan teks kurang lebih 30 cm.
Sebagian besar (80%) siswa sudah melakukan apa yang sudah
dijelaskan. Mereka berusaha membaca dengan benar. Para siswa tidak lagi adu
cepat dalam membaca, tetapi juga berusaha meningkatkan aspek pemahamannya
tentang isi bacaan. Sehingga ada 31 siswa yang mempunyai kecepatan efektif
yang tergolong cepat. Siswa tersebut tampak membaca dengan sangat serius dan
teliti, serta hati-hati. Penjelasan yang diberikan kepada siswa menyadarkan para
siswa, bahwa dalam membaca yang penting bukan hanya cepat, tetapi juga harus
memahami apa yang dibacanya.
Dari pengamatan aspek kerjasama dengan teman ada 93,16%, siswa
dalam kategori baik. Siswa selalu bekerja sama dengan teman sebangkunya untuk
87
lebih meningkatkan kemampuan membaca cepatnya. Siswa yang belum begitu
paham dengan cara menghitung kecepatan efektif membaca selalu berusaha
bertanya dengan temannya yang bisa menghitung kecepatan efektif membaca.
Dalam mengikuti pelajaran siswa aktif atau mencapai 93,16%, tidak
pasif. Siswa selalu bertanya dengan guru tentang hal yang tidak diketahuinya.
Siswa juga kritis menyikapi hal yang ada atau kekritisan siswa mencapai 80,34%.
Sharing dengan teman pun dilakukan oleh siswa bahkan mencapai 98,58%. Sikap
siswa terhadap bacaan yang disediakan, 93,16% siswa merasa tidak kesulitan
dalam membaca bacaan yang disediakan. Ada siswa yang merasa sulit dengan
kata yang tidak diketahui maknanya.
Sikap siswa terhadap teknik pembelajaran menunjukkan baik. Siswa
merasa senang dengan pembelajaran yang digunakan. Siswa merasa dihargai hasil
karyanya, siswa merasa kecepatan membacanya dapat meningkat dengan diukur
oleh diri sendiri. Mereka juga merasa senang karena mendapatkan pengetahun
yang baru. Siswa merasa tidak bosan dengan diadakan latihan membaca cepat
secara kontinyu atau terus menerus.
Observasi terhadap aktivitas siswa dalam membaca koleksi
perpustakaan sekolah. Melalui lembar bantu yang berisi daftar peminjaman buku,
peneliti dapat menegtahui bahwa siswa telah melakukan kegiatan membaca.
Hanya intensitas yang dilakukan oleh setiap siswa berbeda. Siswa yang
meminjam dan membaca buku sebanyak 1 kali, ada 4 orang siswa atau 10,26%.
Siswa yang meminjam dan membaca buku sebanyak 2 kali, ada 11 orang siswa
atau 28,21%. Siswa yang meminjam 3 kali, ada 14 orang siswa atau 35,89%, yang
88
meminjam 4 kali sebanyak 4 siswa atau 10,26%, yang meminjam 5 kali, ada 7
siswa atau 17,95%, sedangkan yang lebih dari 5 kali ada 6 siswa atau 15,38%.
4.1.3.2.2 Wawancara
Pada siklus II ini, wawancara dilakukan pada enam orang siswa, yaitu
dua orang siswa yang memiliki kategori KEM rendah, dua orang siswa yang
berkategori sedang, dan dua orang siswa yang berkategori tinggi. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui tanggapan dan pendapat siswa tentang pembelajaran
membaca cepat dengan menggunakan pembelajaran kontekstual elemen authentic
assessment.
Para siswa yang diwawancarai mengungkapkan bahwa mereka sangat
tertarik pada pengukuran KEM ini. Mereka ingin pengukuran ini dilakukan terus
menerus, sehingga mereka mengetahui perkembangan kecepatan membacanya.
Apabila hasil pengukuran menunjukan bahwa kecepatan efektif membaca mereka
masih rendah, mereka akan berusaha untuk meningkatkan kecepatan
membacanya. Tetapi ada satu siswa yang hanya senyum-senyum ketika diberi
pertanyaan. Ia hanya menggeleng, mengangguk, dan senyum-senyum sambil
garuk-garuk kepala. Siswa ini sebenarnya cerewet, tetapi memang termasuk
lambat dalam kecepatan efektif membaca. Sehingga ia tidak segera menemukan
jawaban ketika ditanya. Meskipun lambat membaca tetapi ia juga mengungkapkan
rasa senangnya mengikuti pembelajaran model ini. Katanya, “Saya juga suka
membaca.
89
Berdasarkan hasil wawancara, para siswa senang dengan bacaan yang
diberikan. Soal-soal tentang isi bacaan yang harus dijawab juga tidak sulit. Hal ini
membuat para siswa ingin mengulangi membaca lagi, karena cerita yang
diberikan kepada siswa adalah bacaan yang menarik, dan sesuai dengan
kehidupan yang dialami siswa sehari-hari yaitu cerita tentang kemanusiaan, dan
tidak terlalu panjang. Menurut mereka cerita yang terlalu panjang akan
membosonkan. Selain membosankan, mereka juga merasa kesulitan memahami
isinya.
Wawancara yang dilakukan terhadap petugas perpustakaan sekolah,
peneliti memperoleh simpulan bahwa kunjungan siswa ke perpustakaan semakin
bertambah. Kunjungan tersebut masih seperti biasa, yaitu dilakukan pada saat
istirahat baik pertama atau kedua.
4.1.3.2.3 Hasil Jurnal
Berdasarkan hasil jurnal yang dibuat oleh siswa, dapat disimpulkan
bahwa siswa sangat tertarik pada pembelajaran membaca cepat dengan
pengukuran kecepatan efektif membaca. Selain bacaannya menarik dan mudah
dipahami, soal-soalnya mudah, siswa juga memperoleh pengalaman baru yaitu
mengukur kecepatan membacanya sendiri dan mengukur kecepatan temannya.
Sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
setelah siswa membaca, meskipun ada dua orang yang tidak dapat menjawab
pertanyaan dengan benar.
90
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh siswa, siswa semuanya menyukai
dengan pengukuran kecepatan efektif membaca ini. Tetapi ada siswa yang merasa
bosan karena setiap hari disuruh membaca walaupun hanya sebentar. Mereka
merasa bahwa membaca itu sebagai beban, dan merupakan hal yang sangat sulit
untuk dilakukan. Ia lebih suka kegiatan yang banyak bergerak. Memng dia anak
yang tidak bisa diam. Tangan dan kakinya sama lincahnya. Ia kelihatan tertekan
bila ada kegiatan membaca, karena ia memang tidak suka membaca maka
kecepatan efektif membacanya pun termasuk lambat.
Pengukuran kecepatan efektif membaca ini sangat menarik bagi
sebagian besar siswa kelas VIIIA, karena sebelum penelitian ini dilakukan mereka
belum pernah mengetahui cara pengukuran kecepatan efektif membaca.
Pengukuran yang dilakukan pada siklus II ini sudah tidak membuat mereka grogi.
Mereka merasa lebih tenang dalam melakukan kegiatan membaca. Mereka merasa
sudah terbiasa. Meskipun begitu, masih ada beberapa siswa yang mengaku masih
deg-degan, masih merasa cemas. Tetapi kecemasannya sudah tidak seperti ketika
pertama kali mereka mengalamai pengukuran kecepatan efektif membaca.
Siswa merasa senang dan bangga ketika mereka mengetahui
kecepatan efektif membacanya sendiri. Mereka merasa disanjung oleh orang
tuanya karena setiap kali melakukan pengukuran kecepatan efektif membaca
siswa meminta tanda tangan orang tua. Ada semangat atau minat untuk sering
melakukan pengukuran keceatan efektif membaca karena selalu dipantau dengan
kartu data pengukuran kecepatan efektif membaca. Berdasarkan jurnal yang
ditulis oleh anak-anak yang kecepatan efektif membacanya rendah, sebenarnya
91
mereka juga ingin mempunyai kecepatan efektif membaca yang tinggi, oleh
karena itu mereka akan banyak berlatih membaca.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Kecepatan Membaca
Berdasarkan hasil penelitian tentang pembelajaran membaca cepat
dengan menggunakan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment
dengan megacu pada pengukuran kecepatan efektif membaca dengan latihan yang
terus menerus dapat diketahui bahwa ada peningkatan kecepatan efektif membaca
siswa kelas VIIIA. Peningkatan kecepatan efektif membaca tersebut berdasarkan
pengukuran yang dilakukan pada siklus I dan siklus ke II. Setelah siswa mengikuti
pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan pembelajaran kontekstual
elemen authentic assessment dengan mengacu pada pengukuran kecepatan efektif
membaca dengan latihan yang terus menerus ternyata kecepatan efektif membaca
meningkat tajam. Kecepatan efektif membaca siswa pada siklus pertama sudah
mengalami perubahan. Pada kondisi awal rata-rata kecepatan efektif membaca
siswa hanya 89,54 kpm, sehingga termasuk kategori sangat lambat. Pada
pengukuran kecepatan efektif membaca siklus yang pertama, para siswa dapat
mencapai rata-rata kecepatan efektif membaca 167,92 kpm. Kecepatan efektif
membaca siswa mengalami kenaikan sebesar 78,38 kpm pada siklus pertama.
Peningkatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut. Kecepatan
membaca siswa kelas VIIIA pada kondisi awal rata-rata 148,03 kpm, termasuk
dalam kategori sangat lambat. Pada siklus pertama, rata-rata kecepatan membaca
92
siswa menjadi 222,92 kpm. Terjadi peningkatan 74,89 kpm. Kemampuan
pemahaman isi bacaan pada kondisi awal rata-rata 58,97% termasuk kategori
sedang. Pada siklus pertama rata-rata pemahaman isi bacaan siswa mencapai
73,08%, termasuk kategori baik. Dengan demikian, kecepatan efektif membaca
yang dimiliki siswa pada siklus yang pertama ini mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi peningkatan ini adalah faktor
intelegensi, minat dan motivasi. Sebenarnya para siswa kelas VIIIA adalah anak-
anak yang berintelegensi cukup tinggi. Ini bisa dilihat dari tes intelegensi yang
pernah dilakukan oleh siswa dan hasil nilai mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia yang diperoleh oleh guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Dengan adanya pengukuran kecepatan efektif membaca ini, tumbuh motivasi para
siswa untuk membaca sehingga mereka mau membaca dengan sungguh-sungguh.
Mereka ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak kalah dengan teman-temannya.
Rasa ingin tahu yang dimiliki oleh para siswa terhadap kecepatan efektif
membacanya juga ikut mewarnai peningkatan kecepatan efektif membaca ini.
Faktor eksternal yang mempengaruhi peningkatan kecepatan efektif
membaca siswa kelas VIIIA adalah pelatihan membaca cepat atau membaca
efektif yang dilakukan secara kontinyu, penjelasan tentang manfaat membaca dan
cara membaca yang benar. Latihan membaca yang benar dilakukan kepada para
siswa setiap hari dalam waktu kurang lebih 15 menit sebelum pelajaran dimulai,
sehingga siswa tidak bosan. Teks bacaan diambil dari buku-buku pengetahuan
yang menarik untuk dibaca dan sesuai dengan konteks siswa. Bacaan yang
93
disajikan adalah bacaan yang dekat dengan kehidupan siswa sehingga siswa tidak
merasa asing. Hasil karya yang dihargai juga merupakan faktor yang
mempengaruhi kecepatan efektif membaca. Mereka merasa dapat mengetahui
kecepatan membaca dan dapat mengukur kecepatan membaca kapan pun mereka
mau.
Penjelasan tentang teknik membaca yang benar ikut mempengaruhi
peningkatan kecepatan efektif membaca siswa kelas VIIIA. Dengan pengetahuan
cara membaca yang baik para siswa mulai mengurangi kebiasaan buruk membaca
yang sering dilakukannya pada saat membaca. Siswa yang menggerakkan bibir
pada saat membaca sudah mulai berkurang, apabila dibandingkan dengan kondisi
awal. Peringatan selalu diberikan kepada para siswa yang masih melakukan
kesalahan teknik membaca sehingga para siswa merasa diperhatikan.
Pengetahuan bahwa membaca sangat berguna bagi para siswa, juga
ikut mempengaruhi peningkatan kecepatan efektif membaca para siswa. Mereka
mulai tahu bahwa membaca cepat itu perlu, karena mereka harus menguasai
berbagai macam buku pelajaran. Oleh karena itu, mereka berlatih membaca cepat
dengan sungguh-sungguh. Meskipun masih merupakan hal yang baru, tetapi para
siswa sudah dapat menunjukkan peningkatan kecepatan efektif membaca dalam
siklus pertama ini. Hal ini menunjukkan bahwa mereka bersungguh-sungguh
dalam mengikuti proses pembelajaran. Mereka juga merasa dihargai dengan hasil
karyanya sendiri.
Berdasarkan data hasil penelitian pada siklus II, rata-rata kecepatan
efektif membaca siswa kelas VIII A mencapai 208,92 kpm. Hasil ini termasuk
94
kategori tinggi atau cepat. Jika dibandingkan dengan siklus I yang mencapai rata-
rata-rata 167,92 kpm, berarti ada peningkatan sebesar 41 kpm atau kenaikan
sebesar 24,42%. Apabila dibandingkan dengan kondisi awal yang hanya mencapai
rata-rata 89,54 kpm, maka pada siklus II ini mengalami peningkatan sebesar
119,38 kpm atau 57,14 %.
Peningkatan kecepatan efektif membaca kelas VIIIA dari siklus I ke
siklus II dapat dirinci sebagai berikut. Kecepatan membaca pada siklus I rata-rata
mencapai 222,92 kpm, termasuk kategori sedang, dan pada siklus II mencapai
rata-rata 251,56 kpm, termasuk kategori cepat. Dengan demikian, terjadi
peningkatan sebesar 28,64 kpm atau 12,27 %. Peningkatan kecepatan membaca
ini terjadi karena para siswa sudah dapat mengatasi kelemahan-kelemahan siswa
dalam siswa dalam membaca, terutama karena mereka sudah dapat mengurangi
kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam membaca. Pada siklus II ini siswa sudah
semakin terbiasa untuk membaca cepat karena mereka sudah sering latihan
membaca cepat sehingga mereka lebih cepat daripada pada kondisi awal maupun
pada siklus I.
Dalam hal pemahaman isi bacaan, pada siklus I para siswa mencapai
rata-rata 73,08 %, termasuk kategori baik, sedangkan pada siklus II mencapai
rata-rata 82,05 %. Dalam aspek pemahaman para siswa mengalami kenaikan
sebesar 8,97(12,27%). Hal ini disebabkan karena bacaan yang diberikan kepada
siswa tidak terlalu sulit. Pada siklus II ini aspek pemahaman siswa terhadap isi
bacaan naik 28,13% dibandingkan dengan pada kondisi awal.
95
Secara lengkap peningkatan kecepatan membaca, tingkat pemahaman,
dan tingkat kecepatan efektif membaca siswa kelas VIII A dapat dilihat dalam
tabel rekapitulasi rata-rata yang tertera dalam tabel 10.
Tabel 10 Rekapitulasi Rata-Rata Pencapaian Kemampuan.
Pencapaian Kemampuan Peningkatan Kemampuan
Siklus K.Awal I II K.Awal-
I
% I-II % K.Aw
al-II
%
KM 148,03 222,92 251,56 74,89 50,59 28,64 12,85 103,53 41,16
PIB 58,97 73,08 82,05 14,11 23,93 8,97 12,27 23,08 28,13
KEM 89,54 167,92 208,92 78,38 87,54 41 24,42 119,38 57,14
Keterangan:
KM : Kecepatan Membaca
PIB : Pemahaman Isi Bacaan
KEM : Kecepatan Efektif Membaca
4.2.2 Perubahan Tingkah Laku
Perubahan tingkah laku siswa selama pembelajaran membaca cepat
tampak jelas ketika siswa mendapat tugas membaca. Sebelum diadakan
pengukuran kecepatan efektif membaca dengan latihan membaca cepat secara
kontinyu para siswa bersikap enggan bila ditugasi membaca. Sekarang minat
siswa tampak terhadap pembelajaran membaca. Begitu siswa diminta untuk
membaca, mereka langsung membaca dengan sungguh-sungguh. Meskipun masih
96
ada dua siswa yang masih enggan membaca karena belum tumbuh motivasi
membaca pada diri mereka.
Kebiasaan yang salah yang sering mereka lakukan oleh para siswa
kelas VIIIA pada saat membaca juga sudah semakin berkurang. Para siswa mulai
memperhatikan sikap yang benar pada saat membaca. Mereka tidak lagi membaca
sambil bermain, membaca sambil menyelunjurkan badan, mendekatkan teks ke
matanya. Para siswa mulai bisa membaca dengan baik, meskipun masih ada
beberapa siswa yang masih melakukan kebiasaan yang salah. Dengan latihan terus
menerus, kebiasaan yang salah ini lama-kelamaan akan hilang.
Kebiasaan yang salah dalam membaca dari pra siklus ke siklus I, dan
siklus ke II sedikit demi sedikit hilang. Jarak mata kurang dari 30 cm pada saat
pra siklus ada 20,5%. Pada siklus I ada 64,1%. Hal ini menunjukkan bahwa ada
kenaikan dari pra siklus ke siklus I sebesar 43,6%. Sikap badan tegak pada saat
pra siklus ada 20,5%. Pada siklus I ada 64,1%. Hal ini menunjukkan bahwa ada
kenaikan dari pra siklus ke siklus I sebesar 43,6%. Semua siswa sudah membaca
bacaan di depan. Membaca dengan vokalisasi pada pra siklus ada 33,3%. Pada
siklus I ada 23,1. Hal ini menunjukkan bahwa ada penurunan dari pra siklus ke
siklus I sebesar 10,2%. Membaca dengan subvokalisasi dari pra siklus ada 66,6%.
Pada siklus I ada 74,4%. Hal ini dapat dikatakan ada penurunan sebesar 7,7%.
Membaca dengan gerakan bibir pada pra siklus ada 38,5. Pada siklus I ada
sebesar 23,1. Ada penurunan sebesar 15,4%. Membaca dengan gerakan kepala
ada sebesar 100.
97
Tabel 14 Perbandingan Observasi Kebiasaan Membaca
Pra Siklus I Siklus II Perbandingan Pra-I Siklus I-II
No Aspek Kebiasaan Jml
Nilai % Jml
Nilai% Jml
Nilai%
Jml Nilai
% Jml Nilai
%
1. Jarak mata kurang lebih 30 cm
8 20,5 25 64,1 39 100 17 43,6 14 35,9
2. Sikap badan tegak 8 20,5 25 64,1 39 100 17 43,6 14 35,9
3. Bacaan di depan 39 100 39 100 39 100 0 0 0 0
4. Membaca dengan vokalisasi
13 33,3 9 23,1 2 5,13 11 10,2 7 17,97
5. Membaca dengan subvokalisasi
26 66,7 29 74,4 37 94,9 3 7,7 8 20,5
6. Membaca dengan gerakan bibir
15 38,5 9 23,1 3 7,69 6 15,4 6 15,41
7. Membaca dengan gerakan kepala
39 100 18 46,2 2 5,13 21 53,8 16 41,07
8. Membaca dengan menunjuk baris dengan jari/pena
11 28,2 0 0 0 0 11 28,2 0 0
9. Membaca dengan konsentrasi yang tidak sempurna
32 82,1 19 48,7 0 0 13 33,4 19 48,7
10. Menyangga kepala 6 15,4 2 5,13 0 0 4 10,27 2 5,13
Siswa yang tadinya tidak suka dengan membaca bacaan, sekarang
mulai tertarik dengan bacaan yang fiksi atau bacaan yang ilmiah. Mereka mulai
terbiasa dengan bacaan yang pengetahuan dengan cara membaca cepat. Bacaan
yang dekat dengan dunia siswa sangat membantu mereka memahami isi bacaan
98
sehingga mereka mampu menangkap isi bacaan dengan cepat dan tepat. Dengan
demikian, akan membuat mereka semakin tertarik pada bacaan lain. Siswa juga
sudah memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan baik.
Berdasarkan data hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada
perubahan tingkah laku membaca yang positif pada siswa kelas VIIIA MTs
Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes. Hal ini ditunjukkan dengan
berkurangnya kebiasaan yang buruk dalam membaca dan rasa senang ketika siswa
ditugasi membaca. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
membaca cepat melalui pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment
dapat mengubah perilaku siswa kelas VIIIA dalam kegiatan membaca cepat.
Tabel 15 Perbandingan Observasi Penilaian Proses
Siklus I Siklus II Peningkatan Observasi
Penilaian proses
No Aspek yang dinilai
Jml nilai % Jml Nilai % I-II % 1. Kerja sama
dengan teman
74 63,25 109 93,16 35 47,30
2. Keaktifan 79 67,52 109 93,16 30 37,97
3. Sharing 74 63,25 113 96,58 39 52,70
4. Kekritisan siswa 66 56,41 94 80,34 28 42,42
5. Sikap siswa terhadap bacaan
77 65,81 109 93,16 32 41,56
6. Sikap siswa terhadap teknik pembelajaran.
89 76,07 113 96,58 24 26,97
7. Pembelajaran menyenangkan, tidak membosankan
101 86,32 113 96,58 12 11,88
99
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan,
dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kemampuan membaca cepat siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum
Rengaspendawa Kabupaten Brebes setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual elemen authentic assessment mengalami
peningkatan. Pada kondisi awal tidak ada siswa yang mempunyai kemampuan
membaca dengan kecepatan tinggi (> 250 kpm), pada siklus I berubah menjadi
ada sebanyak 2 siswa dan pada siklus II meningkat menjadi 20 siswa. Yang
mempunyai kemampuan membaca dengan kecepatan memadai (200-249 kpm)
sebanyak 1 siswa, pada siklus I menjadi 34 siswa dan pada siklus II ada 19
siswa. Yang berkecepatan lambat atau rendah (150-199 kpm) sebanyak 8 siswa
pada siklus I berkurang menjadi 3 siswa dan pada siklus II sudah tidak ada.
Peningkatan kecepatan membaca siswa disebabkan siswa pada waktu kegiatan
pembelajaran membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual elemen
authentic assessment serius mengikuti kegiatan belajar mengajar dan banyak
berlatih, serta mendapat penghargaan dari hasil kerjanya.
2. Perilaku siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten
Brebes setelah mengikuti pembelajaran membaca cepat dengan pembelajaran
100
kontekstual elemen authentic assessment mengalami perubahan. Perubahan
perilaku siswa dapat dilihat secara jelas saat proses pembelajaran. Berdasarkan
data observasi pada siklus I kegiatan pembelajaran ada beberapa siswa yang
masih melakukan keburukan dalam membaca cepat. Selama pelaksanaan
pembelajaran siklus II telah terjadi perubahan perilaku siswa. Para siswa
kelihatan lebih serius dalam melaksanakan kegiatan membaca, dan lebih
berusaha untuk mengurangi kebiasaan buruk dalam membaca. Mereka
melakukan kegiatan membaca dengan baik. Siswa selalu bekerja sama dengan
teman sebangkunya untuk lebih meningkatkan kemampuan membaca cepatnya.
Dalam mengikuti pelajaran siswa aktif, tidak pasif. Siswa selalu bertanya
dengan guru tentang hal yang tidak diketahuinya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kontekstual elemen authentic
assessment dapat meningkatkan perilaku positif siswa dan dapat mengubah
perilaku negatif siswa menjadi perilaku positif.
5.2 Saran
Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti
memberikan saran sebagai berikut.
1. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia berperan aktif sebagai inovator
untuk memilih teknik pembelajaran yang paling tepat sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan menjadi pengalaman yang bermakna bagi
siswa.
101
2. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menggunakan pendekatan
kontekstual elemen authentic assessment dalam membelajarkan
kemampuan membaca cepat.
3. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual elemen authentic assessment
dapat dijadikan alternatif pilihan bagi guru bidang studi lain dalam
membelajarkan bidang garapannya.
4. Para praktisi atau peneliti di bidang pendidikan dan bahasa dapat
melakukan penelitian penelitian serupa dengan teknik pembelajaran yang
berbeda sehingga didapatkan berbagai alternatif teknik pembelajaran
membaca cepat.
102
DAFTAR PUSTAKA
Alimah, Siti.1999. Tingkat KEM Wacana Berbahasa Jawa SLTP (studi kasus di SLTP N 3 Subah Kabupaten Batang).Skripsi. Semarang: Jurusan Sastra Indonesia.
Apriyanti, Tri. 2004. Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Teknik
Membaca Super Gaya Accelerated Learning pada Siswa Kelas II A SMP N 1 Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004. Skripsi. Semarang: Jurusan Sastra Indonesia.
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Dirjen Pend.Dasar dan
Menengah. Depdiknas. 2003a. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah:
Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta:Dirjen Pend. Dasar dan Menengah.
------------- 2003b. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Dirjen Pend. Dasar dan Menengah.
------------- 2004a. Pedoman Penilaian dengan Portofolio. Jakarta: Dirjen Pend.
Dasar dan Menengah. ------------- 2004b. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen
Pend. Dasar dan Menengah. -------------- 2004c. Pedoman Penilaian Afektif. Jakarta: Dirjen Pend. Dasar dan
Menengah. Harjasujana, Ahmad.1996/1997. Membaca 2. Jakarta: Kurnia. Hernowo.2003. Quantum Reading. Bandung: MLC. Mulyanto.1998 Perbedaan KEM Siswa Kelas I SLTP dengan mengacu Buku
Krida Basa Jilid I Terbitan Intan Pariwara Klaten yang sesuai dan tidak sesuai Tingkat Keterbacaannya. Skripsi. Semarang: Jurusan Sastra Indonesia.
Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: CV Sinar Baru. ---------- 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
103
--------- 2004a. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca? Bandung: CV Sinar Baru.
---------- 2004b. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Bandung: CV Sinar Baru.
Pujito. 2000. Peningkatan KEM dengan Mengintensitaskan Kegiatan Membaca Koleksi Perpustakaan pada siswa Kelas 3 SLTP N 2 Jekulo Kudus Tahun 2000/2001. Skripsi.Semarang:Jurusan Sastra Indonesia.
Puskur. 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Dirjen Pend. Dasar dan
Menengah. Sihabudin.1998. Perbedaan KEM Kelas 3 SMP dari Teks Buku Pelajaran Bahasa
Jawa Terbitan Aneka Ilmu yang sesuai dengan yang tidak sesuai Tingkat Keterbacaannya. Skripsi.Semarang:Jurusan Sastra Indonesia.
Soedarso.2002. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Sumarsono, S.1998. Perbedaan KEM Kelas 1 SLTP dari Teks Bahasa Indonesia
yang sesuai dengan Tingkat Keterbacaannya. Skripsi.Semarang:Jurusan Sastra Indonesia.
Sulistyowati, Dwi. 2001. Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat Dengan
Teknik Pengontrolan KEM Siswa Kelas III SLTP N 1 Kudus Tahun Pelajaran 2000/2001. Skripsi. Semarang: Jurusan Sastra Indonesia.
Suparyanto, Ibnu. 2002. Pengaruh KEM Terhadap Prestasi Belajar pelajaran
Bahasa Indonesia Siswa SLTP. Skripsi.Semarang: Jurusan Sastra Indonesia.
Suyatmi. 1984. Keterampilan Membaca I. Surakarta: UNS Press. Tarigan, Henry Guntur. 1987. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. Wahyuningsih, Sri. 2000. Peningkatan KEM Dengan Pembelajaran Meresum
Bacaan pada Siswa Kelas 2 SLTP Ksatrian 1 Semarang. Skripsi.Semarang:Jurusan Sastra Indonesia
Welasih, Asih. 2003. Optimalisasi Kecepatan E.feftif Membaca Siswa Kelas 2
SMU 01 Keling Jepara Dengan Menggunakan Metode OK5R. Skripsi.Semarang:Jurusan Sastra Indonesia.
104
Yatmin. 1998. Perbedaan KEM Siswa SLTP Kelas 1 Berdasarkan Teks Bacaan Buku Piwulang Basa jawa Jilid 1 Terbitan Yayasan Studi Bahasa Jawa Khantil Semarang yang sesuai Tingkat Keterbacaannya dengan yang tidak sesuai Tingkat Keterbacaannya. Skripsi. Semarang: Jurusan Sastra Indonesia.
105
106
SARI Fatmawati, Elly.2005. Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat 250 Kpm
dengan Pembelajaran Kontekstual Eleman Authentic Assessment pada Siswa Kelas VIII A MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Subyantoro, M.Hum., Pembimbing II: Drs. Wagiran, M.Hum.
Kata kunci: kemampuan membaca cepat, pembelajaran kontekstual, elemen authentic assessment
Pembelajaran membaca cepat mempunyai peranan penting dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Kecepatan membaca sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang untuk menyerap segala macam informasi yang ada dalam media cetak maupun elektronik. Semua pendidik berharap agar para siswa mempunyai kecepatan membaca yang memadai. Pemilihan strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat mencapai sasaran. Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca cepat disebabkan pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini berasal dari siswa, sedangkan faktor eksternal berasal dari strategi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru dalam melaksanakan pembelajaran masih menggunakan pola pembelajaran tradisional. Pemilihan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat berdasarkan tuntutan kurikulum berbasis kompetensi yang memberikan kebebasan para guru untuk memilih teknik yang beragam disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Kurikulum berbasis kompetensi ingin memusatkan diri pada pengembangan seluruh kompetensi siswa termasuk keterampilan berbahasa yang didalamnya mencakup kemampuan membaca cepat sebagai salah satu kompetensi dasar membaca. Berdasarkan paparan di atas penelitian ini mengangkat permasalahan, yaitu (1) bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca cepat siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes dengan menerapkan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment? dan (2) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes dengan diadakan membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca cepat siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes setelah mengikuti pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment. Tujuan yang kedua adalah mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes setelah mengikuti pembelajaran membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment.
107
Subjek dalam penelitian ini adalah kecepatan membaca cepat siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes tahun pelajaran 2004/2005. Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca cepat dan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang dilaksanakan pada siswa kelas VIIIA MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes. Tiap-tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data digunakan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data yang digunakan berupa pedoman observasi, wawancara, dan jurnal. Analisis data yang digunakan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Setelah dilakukan penelitian dalam dua siklus, dihasilkan simpulan bahwa pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment dapat meningkatkan kecepatan membaca siswa. Pada kondisi awal rata-rata kecepatan membaca siswa kelas VIIIA hanya 144,8 kpm. Pada akhir siklus pertama meningkat menjadi 227,82 kpm. Hal ini menunjukkan kenaikan 83,02 kpm (57,33%). Pada akhir suklus II rata-rata kecepatn membaca siswa 251,59 kpm ada kenaikan sebesar 23,77 kpm (10,43%). Perubahan tingkah laku dalam penelitian ini adalah para siswa tampak lebih semangat, merasa senang, aktif mengikuti pembelajaran, dan berusaha meminimalisir kebiasaan yang salah dalam membaca, serta siswa merasa dihargai. Hasil penelitian tersebut saran yang dapat direkomendasikan antara lain: (1) guru Bahasa dan Sastra Indonesia seyogyanya berperan aktif sebagai inovator untuk memilih teknik pembelajaran yang paling tepat sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa; (2) guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menggunakan pendekatan kontekstual elemen authentic assessment dalam membelajarkan kemampuan membaca cepat; (3) pembelajaran dengan pendekatan kontekstual elemen authentic assessment dapat dijadikan alternatif pilihan bagi guru bidang studi lain dalam membelajarkan bidang garapannya; (4) para praktisi atau peneliti di bidang pendidikan dan bahasa dapat melakukan penelitian serupa dengan teknik pembelajaran yang berbeda sehingga didapatkan berbagai alternatif teknik pembelajaran membaca cepat.
108
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi. Semarang, September 2005 Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Subyantoro, M.Hum Drs. Wagiran, M.Hum NIP 132005032 NIP 132050001
109
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, September 2005
Elly Fatmawati
110
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: “Berdoa, berpikir, berusaha, dan bersabar merupakan kunci keberhasilan.”
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang tulus, semangat, dan iringan doa dlam setiap langkahku;
2. Kedua kakakku yang tiada henti memberikan semangat kepada penulis;
3. Teman hidupku, dan sahabat-sahabatku yang menciptakan rajutan kisah persahabatan yang indah, dan tanpa pamrih kepada penulis; dan
4. Guru dan almamaterku.
111
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan pihak. Terima kasih kepada Drs. Subyantoro,
M.Hum. (pembimbing I) dan Drs. Wagiran, M.Hum. (pembimbing II) yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan, arahan, dan
bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis. Tidak lupa penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan izin penelitian kepada penulis;
2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan arahan dan izin
penelitian kepada penulis;
3. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu dan pengalaman
yang tidak terlupakan selama perkuliahan;
4. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah, Serta Dewan Guru MTs
Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten Brebes yang telah memberikan
izin penelitian dan bantuannya kepada penulis;
5. Teman hidupku dan teman-temanku yang telah memberikan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal budi Bapak, Ibu, dan Saudara mendapat balasan yang
setimpal darai Allah SWT. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Semarang, September 2005
Penulis
112
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PETUGAS PERPUSTAKAAN
SIKLUS PERTAMA
1. Kapankah siswa mau memanfaatkan buku/koleksi perpustakaan sekolah?
2. Berapakah rata-rata siswa yang hadir ke perpustakaan untuk setiap
harinya?
3. Siswa yang datang ke perpustakaan itu untuk membaca, meminjam, atau
membaca lalu meminjamnya? Jelaskan!
4. Banyaknya siswa kelas VIIIA yang datang berkunjung dan memanfaatkan
buku/koleksi perpustakaan? Bagaimana jika dibandingkan dengan kelas
yang lain?
5. Bagaimanakah saran Anda kepada guru agar siswa semakin
tertarik/meningkat minat bacanya?
113
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PETUGAS PERPUSTAKAAN
SIKLUS KEDUA
1. Kapankah siswa mau memanfaatkan buku/koleksi perpustakaan sekolah?
2. Berapakah rata-rata siswa yang hadir ke perpustakaan untuk setiap
harinya, ada peningkatan atau tidak?
3. Siswa yang datang ke perpustakaan itu untuk membaca, meminjam, atau
membaca lalu meminjamnya? Jelaskan!
4. Semakin banyakkah siswa kelas VIIIA yang datang berkunjung dan
memanfaatkan buku/koleksi perpustakaan? Bagaimana jika dibandingkan
dengan kelas yang lain?
5. Bagaimanakah pendapat Anda terhadap minat bacanya?
114
HASIL WAWANCARA PETUGAS PERPUSTAKAAN
SIKLUS PERTAMA
Jawaban
1. Siswa memanfaatkan buku perpustakaan pada saat ada jam kosong atau
pada waktu istirahat baik pertama atau kedua setiap harinya.
2. Siswa yang berkunjung rata-rata 20 siswa setiap harinya.
3. Sebagian besar siswa datang hanya untuk melihat-lihat atau membaca
ditempat sedangkan sebagian kecil mau meminjam buku untuk dibawa
pulang.
4. Kelas VIIIA cukup banyak dibandingkan dengan kelas yang lain.
5. Agar para guru mau memberi tugas kepada siswanya untuk memanfaatkan
buku-buku di perpustakaan.
115
HASIL WAWANCARA PETUGAS PERPUSTAKAAN
SIKLUS KEDUA
Jawaban
1. Siswa memanfaatkan buku perpustakaan pada saat ada jam kosong atau
pada waktu istirahat baik pertama atau kedua setiap harinya.
2. Siswa yang berkunjung rata-rata meningkat menjadi 25 siswa setiap
harinya.
3. Sebagian besar siswa datang hanya untuk melihat-lihat atau membaca
ditempat. Namun siswa yang mau meminjam buku untuk dibawa pulang
semakin bertambah.
4. Kelas VIIIA cukup banyak dibandingkan dengan kelas yang lain, karena
ada tugas tertentu.
5. minat membaca siswa sedikit meningkat dibandingkan beberapa waktu
yang lalu. Hal ini kemungkinan besar karema ada dorongan/perintah dari
guru atau bahkan ada tugas dari guru sehingga semakin meningkat.
116
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan,
dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kemampuan membaca cepat siswa kelas VIII A MTs Miftahul Ulum
Rengaspendawa Kabupaten Brebes setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual elemen authentic assessment mengalami
peningkatan. Pada kondisi awal tidak ada siswa yang mempunyai kemampuan
membaca dengan kecepatan tinggi (> 250 kpm), pada siklus I berubah menjadi
ada sebanyak 2 siswa dan pada siklus II meningkat menjadi 20 siswa. Yang
mempunyai kemampuan membaca dengan kecepatan memadai (200-249 kpm)
sebanyak 1 siswa, pada siklus I menjadi 34 siswa dan pada siklus II ada 19
siswa. Yang berkecepatan lambat atau rendah (150-199 kpm) sebanyak 8 siswa
pada siklus I berkurang menjadi 3 siswa dan pada siklus II sudah tidak ada.
Peningkatan kecepatan membaca siswa disebabkan siswa pada waktu kegiatan
pembelajaran membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual elemen
authentic assessment serius mengikuti kegiatan belajar mengajar dan banyak
berlatih, serta mendapat penghargaan dari hasil kerjanya.
2. Perilaku siswa kelas VII A MTs Miftahul Ulum Rengaspendawa Kabupaten
Brebes setelah mengikuti pembelajaran membaca cepat dengan pembelajaran
kontekstual elemen authentic assessment mengalami perubahan. Perubahan
perilaku siswa dapat dilihat secara jelas saat proses pembelajaran. Berdasarkan
101
data observasi pada siklus I kegiatan pembelajaran ada beberapa siswa yang
masih melakukan keburukan dalam membaca cepat. Selama pelaksanaan
pembelajaran siklus II telah terjadi perubahan perilaku siswa. Para siswa
kelihatan lebih serius dalam melaksanakan kegiatan membaca, dan lebih
berusaha untuk mengurangi kebiasaan buruk dalam membaca. Mereka
melakukan kegiatan membaca dengan baik. Siswa selalu bekerja sama dengan
teman sebangkunya untuk lebih meningkatkan kemampuan membaca cepatnya.
Dalam mengikuti pelajaran siswa aktif, tidak pasif. Siswa selalu bertanya
dengan guru tentang hal yang tidak diketahuinya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kontekstual elemen authentic
assessment dapat meningkatkan perilaku positif siswa dan dapat mengubah
perilaku negatif siswa menjadi perilaku positif.
5.2 Saran
Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti
memberikan saran sebagai berikut.
1. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia berperan aktif sebagai inovator
untuk memilih teknik pembelajaran yang paling tepat sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan menjadi pengalaman yang bermakna bagi
siswa.
2. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menggunakan pendekatan
kontekstual elemen authentic assessment dalam membelajarkan
kemampuan membaca cepat.
102
3. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual elemen authentic assessment
dapat dijadikan alternatif pilihan bagi guru bidang studi lain dalam
membelajarkan bidang garapannya.
4. Para praktisi atau peneliti di bidang pendidikan dan bahasa dapat
melakukan penelitian penelitian serupa dengan teknik pembelajaran yang
berbeda sehingga didapatkan berbagai alternatif teknik pembelajaran
membaca cepat.
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SISWA
1. Bagaimana tanggapan kamu tentang bacaan yang disajikan?
2. Apakah kamu mudah dalam memahami bacaan itu? Mengapa?
3. Kesulitan apa yang kamu alami dalam memahami bacaan tersebut?
4. Jenis buku apa yang kamu suka?
5. Apakah kamu berkonsentrasi penuh dalam membaca?
6. Bagaimana gambaran isi bacaan tersebut?
7. Apakah kamu sudah bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam
membaca?
8. Apakah kamu dalam membaca memberi tanda baca/cek pada bacaan?
9. Apa yang kamu peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini?
10. Bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran yang telah dilakukan?
HASIL WAWANCARA KEPADA SISWA SIKLUS PERTAMA
1. No. Responden : R-O32 KEM : 97 kpm Kategori : sangat lambat Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan cukup menarik, dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
b. Lumayan mudah. c. Belum mengerti jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah komik. e. Saya belum bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca karena baru
pertama kali melakukan pengukuran KEM. f. Isi bacaan tadi lumayan membuat saya harus menguras otak. g. Saya belum bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca. h. Dalam membaca saya memberi cek/tanda baca pada bacaan karena untuk
mempermudah saya. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM. j. Pembelajaran tadi lumayan menyenangkan, guru dalam menjelaskan
mudah dipahami.
2. No. Responden : R-O25 KEM : 97 kpm Kategori : sangat lambat Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan baik, sesuai dengan standar baca, dan menarik. b. Lumayan mudah. c. Belum mengerti jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah majalah e. Saya belum bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca karena baru
pertama kali melakukan pengukuran KEM. f. Isi bacaan tadi lumayan mudah. g. Saya belum bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca, yaitu
masih melakukan subvokalisasi. h. Dalam membaca saya memberi cek/tanda baca pada bacaan karena untuk
mempermudah saya. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM. j. Pembelajaran tadi lumayan menyenangkan, guru dalam menjelaskan
mudah dipahami, dan saya suka dengan pembelajaran membaca cepat.
3. No. Responden : R-O30 KEM : 159 kpm
Kategori : sedang Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan cukup menarik. b. Lumayan mudah. c. Saya sudah paham/jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah koran. e. Saya belum bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca karena baru
pertama kali melakukan pengukuran KEM. f. Isi bacaan tadi lumayan mudah. g. Saya belum bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca,
terutama subvokalisasi, vokalisasi, karena saya sudah terbiasa dengan kedua hal tersebut.
h. Dalam membaca saya tidak memberi cek/tanda baca pada bacaan. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM, serta saya merasa dihargai hasil karya saya, saya bisa mengukur kecepatan membaca saya kapan pun saya mau.
j. Pembelajaran tadi menyenangkan, guru dalam menjelaskan mudah dipahami.
4. . No. Responden : R-O31 KEM : 152 kpm Kategori : sedang Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan cukup menarik. b. Lumayan mudah. c. Saya sudah paham/jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah majalah. e. Saya belum bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca karena baru
pertama kali melakukan pengukuran KEM. f. Isi bacaan tadi lumayan mudah. g. Saya belum bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca,
terutama subvokalisasi, vokalisasi, regresi, karena saya sudah terbiasa dengan ketiga hal tersebut.
h. Dalam membaca saya tidak memberi cek/tanda baca pada bacaan. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM, serta saya merasa dihargai hasil karya saya, saya bisa mengukur kecepatan membaca saya kapan pun saya mau.
j. Pembelajaran tadi menyenangkan, guru dalam menjelaskan mudah dipahami.
5. . No. Responden : R-O07 KEM : 249 kpm Kategori : tinggi Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan menarik. b. Mudah dipahami. c. Saya sudah paham/jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah koran. e. Saya belum bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca karena baru
pertama kali melakukan pengukuran KEM. f. Isi bacaan tadi lumayan mudah. g. Saya belum bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca,
terutama subvokalisasi, regresi karena saya sudah terbiasa dengan kedua hal tersebut.
h. Dalam membaca saya tidak memberi cek/tanda baca pada bacaan. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM, serta saya merasa dihargai hasil karya saya, saya bisa mengukur kecepatan membaca saya kapan pun saya mau.
j. Pembelajaran tadi menyenangkan, guru dalam menjelaskan mudah dipahami.
6. No. Responden : R-O28 KEM : 221 kpm Kategori : tinggi Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan menarik. b. Mudah. c. Saya sudah paham/jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah koran. e. Saya belum bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca karena baru
pertama kali melakukan pengukuran KEM. f. Isi bacaan tadi mudah dipahami. g. Saya belum bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca,
terutama subvokalisasi, regresi karena saya sudah terbiasa dengan kedua hal tersebut.
h. Dalam membaca saya tidak memberi cek/tanda baca pada bacaan. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM, serta saya merasa dihargai hasil karya saya, saya bisa mengukur kecepatan membaca saya kapan pun saya mau.
j. Pembelajaran tadi menyenangkan, guru dalam menjelaskan mudah dipahami.
HASIL WAWANCARA KEPADA SISWA SIKLUS KEDUA
1. No. Responden : R-O25 KEM : 139 kpm Kategori : lambat Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan baik dan menarik. b. Lumayan mudah. c. Saya mengerti jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah komik. e. Saya sudah bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca karena sudah
diajari cara berkonsentrasi. f. Isi bacaan tadi lumayan mudah. g. Saya sudah bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca. h. Dalam membaca saya tidak memberi cek/tanda baca pada bacaan. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM, cara berkonsentrai, dan menghilangkan regresi.
j. Pembelajaran tadi menyenangkan, guru dalam menjelaskan mudah dipahami.
2. No. Responden : R-O8 KEM : 143 kpm Kategori : lambat Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan baik dan menarik. b. Lumayan mudah. c. Saya mengerti jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah majalah. e. Saya sudah bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca karena sudah
diajari cara berkonsentrasi. f. Isi bacaan tadi mudah dipahami. g. Saya sudah bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca. h. Dalam membaca saya tidak memberi cek/tanda baca pada bacaan. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM, cara berkonsentrai, dan menghilangkan regresi.
j. Pembelajaran tadi menyenangkan, guru dalam menjelaskan mudah dipahami dan saya suka dengan pembelajaran membaca cepat.
3. No. Responden : R-O38 KEM : 167 kpm Kategori : sedang Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan baik dan menarik. b. Lumayan mudah. c. Saya mengerti jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah majalah. e. Saya sudah bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca karena sudah
diajari cara berkonsentrasi. f. Isi bacaan tadi mudah dipahami. g. Saya sudah bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca. h. Dalam membaca saya tidak memberi cek/tanda baca pada bacaan. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM, cara berkonsentrai, dan menghilangkan regresi.
j. Pembelajaran tadi menyenangkan, guru dalam menjelaskan mudah dipahami dan saya
4. No. Responden : R-O15 KEM : 169 kpm Kategori : sedang Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan baik dan menarik. b. Mudah. c. Saya mengerti jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah koran. e. Saya sudah bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca karena sudah
diajari cara berkonsentrasi. f. Isi bacaan tadi mudah dipahami. g. Saya sudah bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca. h. Dalam membaca saya tidak memberi cek/tanda baca pada bacaan. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM, cara berkonsentrai, dan menghilangkan regresi.
j. Pembelajaran tadi menyenangkan, guru dalam menjelaskan mudah dipahami dan saya
5. No. Responden : R-O07 KEM : 249 kpm Kategori : tinggi Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan baik dan menarik. b. Mudah. c. Saya mengerti jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah koran. e. Saya sudah bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca karena sudah
diajari cara berkonsentrasi. f. Isi bacaan tadi mudah dipahami. g. Saya sudah bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca.
h. Dalam membaca saya tidak memberi cek/tanda baca pada bacaan. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM, cara berkonsentrai, dan menghilangkan regresi.
j. Pembelajaran tadi menyenangkan, guru dalam menjelaskan mudah dipahami .
6. No. Responden : R-O21 KEM : 227 kpm Kategori : tinggi Jawaban:
a. Bacaan yang disajikan menarik. b. Mudah. c. Saya sudah paham/jelas tentang bacaan. d. Buku yang saya sukai adalah koran. e. Saya sudah bisa berkonsentrasi penuh dalam membaca. f. Isi bacaan tadi mudah dipahami. g. Saya sudah bisa menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca. h. Dalam membaca saya tidak memberi cek/tanda baca pada bacaan. i. Yang saya peroleh dari kegiatan belajar pada hari ini adalah cara
pengukuran kecepatan membaca, dan KEM, serta saya merasa dihargai hasil karya saya, saya bisa mengukur kecepatan membaca saya kapan pun saya mau.
j. Pembelajaran tadi menyenangkan, guru dalam menjelaskan mudah dipahami.
105 106 107 108 109 110 111 112 113 114
115 116 117 118 119 120 121 122 123 124
125 126 127 128 129 130 131 132 133 134
135 136 137 138 139 140 141 142 143 144
145 146 147 148 149 150 151 152 153 154
155 156 157 158 159 160 161 162 163 164
165 166 167 168 169 170 171 172 173 174
175 178 179 180 181 182 183 184 185 186
187 188 189 190 191 192 193 194 195 196
197 198 199 200 201 202 203 204 205 2060
207 208 209 210 211 212 213 214 215 216
217 218 219 220 221 222 223 224 225 226
227 228 229 230 1 12 64 63 102 100
RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS I
PERTEMUAN 1
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Jenjang Pendidikan : MTs MU Rengaspendawa-Brebes
Tema : Kesenian
Unit : III
Kelas/ Semester : VIII/ II
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
(Budi Pekerti) : Menghargai waktu
(Life Skill) : Kecakapan lisan : Komunikasi tertulis
A. Standar Kompetensi
Mampu memahami ragam teks/bacaan dengan berbagai cara membaca:
membacakan teks untuk orang lain, membaca teks secara intensif, membaca
cepat, dan membaca memindai teks khusus.
B. Kompetensi Dasar
Membaca cepat 250 kata per menit
C. Indikator
• Mampu mengukur kecepatan membaca untuk diri sendiri dan teman.
• Mampu meningkatkan kecepatan membaca dengan:
(1) Metode gerak mata memperluas jangkauan mata, mengurangi regresi
(mengulang).
• Mampu menjawab pertanyaan dengan peluang ketepatan 75 %.
D. Materi Pokok
Teks ± 250, 500, atau 750 kata
Kecepatan membaca:
- mengukur kecepatan membaca
- latihan jangkauan mata I,II,III,IV
- latihan persepsi I,II,III,IV
- menjawab pertanyaan
E. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Teknik Waktu
1.
2.
Pendahuluan
a. Guru memberikan ilustrasi, betapa
kebutuhan membaca cepat semakin tinggi.
Setiap orang dituntut menjadi pembaca
yang baik.
b.Membaca cepat diperlukan ketika kita
ingin memperoleh gambaran isi bacaan
dengan cepat.
c. Guru bertanya kepada siswa tentang hal-
hal yang menghambat kecepatan
membaca: membaca kata demi kata,
menyuarakan, dan regresi (mengulang)
d.Guru memberikan prosedur pembelajaran
pada hari itu.
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
pada hari ini yaitu: (1) siswa dapat
mengukur kecepatan membaca untuk diri
sendiri dan teman, (2) siswa mampu
meningkatkan kecepatan membaca dengan
melakukan latihan jangkauan mata dan
persepsi,(3) siswa dapat menjawab
pertanyaan dengan peluang ketepatan 75%
Kegiatan Inti
a. Pengukuran awal kecepatan membaca
siswa. Guru membagikan teks untuk
mengukur kecepatan membaca. Dalam
Pemberian
ilustrasi
Tanya jawab
Ceramah
Ceramah
Latihan
mengukur
5’
70’
teks tersebut telah tercantumkan prosedur
pengukuran kecepatan membaca, jumlah
kata dalam teks, daftar kecepatan
membaca, dan soal-soal tes pemahaman.
Guru memberikan kartu data kepada setiap
siswa.
b.Dengan aba-aba bersama, siswa yang
membaca dengan kecepatan yang
menurutnya memadai, mengukur hasilnya,
dan menjawab soal pemahaman.
c. Guru meminta siswa untuk mencatat
kecepatan membacanya pada kartu data.
d.Guru meminta siswa untuk berpasang-
pasangan. Guru meminta siswa untuk
latihan jangkauan mata I,II,III,IV. Guru
membagikan bahan latihan kepada siswa,
dan dengan aba-aba bersama siswa
melakukan latihan tersebut.
e. Guru bersama siswa mengulas latihan
jangkauan mata tersebut, kemudian guru
meminta siswa untuk melanjutkan
kegiatan belajar dengan latihan persepsi
I,II,III,IV. Guru membagikan bahan
latihan persepsi kepada siswa dan dengan
aba-aba bersama siswa memulai latihan
persepsi tersebut.
f. Pengukuran kecepatan membaca siswa
kedua. Guru membagikan teks untuk
mengukur kecapatan membaca. Dalam
teks tersebut telah tercantumkan prosedur
pengukuran kecepatan membaca, jumlah
kecepatan
membaca
Authentic
assessment
Latihan
jangkauan
mata dengan
learning
community
Latihan
persepsi
dengan
learning
community
Pengukuran
kecepatan
membaca
setelah latihan
jangkauan
3.
kata dalam teks, daftar kecepatan
membaca, dan soal-soal tes pemahaman.
g.Guru meminta siswa untuk merefleksi
kebiasaan siswa dalam membaca dengan
mengisi daftar pertanyaan yang disediakan
oleh guru.
h.Siswa diminta menuliskan kecepatan
membacanya pada kartu data masing-
masing dan
mengumpulkan/menginventaris latihan
jangkauan mata dan fiksasi
Penutup
a. Siswa membuat catatan-catatan tentang
hasil yang diperolehnya dalam berlatih
membaca cepat.
b.Siswa mengisi jurnal siswa.
c. Guru meminta siswa di rumah untuk
latihan meningkatkan kecepatan
membacanya seperti yang dilakukan
disekolah dengan membaca buku yang
sesuai dengan kegemarannya/kesukaannya
yang dipinjam dari perpustakaan.
mata dan
fiksasi
Refleksi kebiasaan membaca
Authentic
assessment
Refleksi Pengisian Jurnal
Pekerjaan
rumah (PR)
5’
F. Sarana dan Sumber Pembelajaran
Sarana
• Teks untuk mengukur kecepatan membaca dan pemahamannya, yang telah
didesain lengkap: jumlah kata keseluruhan, daftar kecepatan membaca,
dan soal pengukuran pemahaman bacaan.
• Jam tangan/ stop wacth
Sumber Pembelajaran
• Sistem Membaca Cepat dan Efektif, Soedarso, 2002.
• Membaca Cepat, Depdiknas. 2004.
G. Penilaian
1.Penilaian proses dilaksanakan selama proses pembelajaran
Kategori No Aspek yang dinilai
1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kerja sama dengan teman
Keaktifan siswa
Sharing dengan teman
Kekritisan siswa
Sikap siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan
Sikap siswa terhadap teknik pembelajaran
Pembelajaran menyenangkan, tidak membosankan
Jumlah
Skala Penilaian: 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik
2. Penilaian Hasil
Kecepatan membaca dan pemahaman bacaan yang dicapai siswa di akhir
pertemuan.
-Kecepatan membaca yang dicapai:
Lebih dari 250 kpm : cepat (target yang diinginkan)
200-249 kpm : sedang
150-199 kpm : rendah
< 150 kpm : sangat rendah
- Tingkat Pemahaman
90-100 % : sangat baik
70-80 % : baik
50-60 % : sedang
30-40 % : kurang
10-20 % : sangat kurang
Semarang, 19 Mei 2005
Menyetujui
Guru Mata Pelajaran, Guru Pratikan,
Usnawati, S.Pd Elly Fatmawati
Mengetahui,
Kepala Sekolah,
M. Nadiri, B.A
RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS I
PERTEMUAN 2
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Jenjang Pendidikan : MTs MU Rengaspendawa-Brebes
Tema : Kesenian
Unit : III
Kelas/ Semester : VIII/ II
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
(Budi Pekerti) : Menghargai waktu
(Life Skill) : Kecakapan lisan : Komunikasi tertulis
A. Standar Kompetensi
Mampu memahami ragam teks/bacaan dengan berbagai cara membaca:
membacakan teks untuk orang lain, membaca teks secara intensif, membaca
cepat, dan membaca memindai teks khusus.
B. Kompetensi Dasar
Membaca cepat 250 kata per menit
C. Indikator
• Mampu meningkatkan kecepatan membaca dengan:
(1) Metode gerak mata memperluas jangkauan mata, mengurangi regresi
(mengulang).
(2) Menghilangkan kebiasaan membaca dengan bersuara.
(3) Meningkatkan konsentrasi.
• Mampu menjawab pertanyaan dengan peluang ketepatan 75 %.
D. Materi Pokok
Teks ± 250, 500, atau 750 kata
Kecepatan membaca:
- mengukur kecepatan membaca
- latihan fiksasi
- menjawab pertanyaan
E. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Teknik Waktu
1.
2.
Pendahuluan
a. Guru mengecek kartu data masing-masing
siswa, kumpulan hasil latihan-latihan
pada pertemuan sebelumnya, dan tugas
rumah.
b.Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
pada hari ini yaitu: (1) latihan
meningkatkan kecepatan membaca
dengan memperbaiki gerak mata,
sehingga kecepatan kecepatan membaca
dapat ditingkatkan menjadi 250 kpm.
Kegiatan inti
a. Guru meminta siswa untuk berpasangan
mengukur kecepatan membacanya. Satu
siswa membaca, temannya menghitung
kecepatan teman yang sedang membaca.
Kemudian mengerjakan soal pemahanan.
b.Guru mengulas hasil pengukuran.
c. Guru meminta siswa untuk berpasang-
pasangan melakukan latihan fiksasi.
latihan fiksasi I, dilanjutkan dengan
fiksasi II, III, IV. Guru membagi bahan
latihan dan memberi aba-aba dimulainya
latihan.
d.Guru mengulas kegiatan latihan yang
telah dilakukan siswa dan meminta siswa
Pengecekan
Ceramah
Pengukuran
kecepatan
membaca
Latihan fiksasi
dengan learning
community
Ceramah
5’
70’
3.
untuk mengumpulkan latihan tersebut.
e. Guru mengadakan perlombaan membaca
cepat. Guru membagikan teks kepada
siswa. Guru menyediakan kartu data
dalam bentuk kertas karton. Bagi siswa
yang sudah selesai membaca langsung
mengisi kertas karton tersebut yang ada di
depan kelas.
f. Guru meminta siswa untuk menjawab
soal pemahaman yang telah disediakan.
g.Siswa bersama guru membahas soal
pertanyaan tersebut (siswa mencocokkan
jawaban).
h.Guru meminta siswa untuk merekap
kecepatan membacanya pada kartu data
masing-masing.
i. Guru mengumumkan hasil perlombaan
tersebut.
Penutup
a. Siswa mengisi jurnal siswa.
b.Guru memberikan reward kepada siswa
yang kecepatannya dan pemahamannya
tinggi.
c. Guru memberikan tugas kepada siswa.
Perlombaan
membaca cepat
Mengerjakan soal
pemahaman
Authentic
assessment
Pengisian jurnal
Pemberian
reward
Pemberian PR
5’
F. Sarana dan Sumber Pembelajaran
Sarana
• Teks untuk mengukur kecepatan membaca dan pemahamannya, yang telah
didesain lengkap: jumlah kata keseluruhan, daftar kecepatan membaca,
dan soal pengukuran pemahaman bacaan.
• Jam tangan/ stop wacth
• Kertas karton
Sumber Pembelajaran
• Sistem Membaca Cepat dan Efektif, Soedarso, 2002.
• Membaca Cepat, Depdiknas. 2004.
G. Penilaian
1.Penilaian proses dilaksanakan selama proses pembelajaran
Kategori No Aspek yang dinilai
1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kerja sama dengan teman
Keaktifan siswa
Sharing dengan teman
Kekritisan siswa
Sikap siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan
Sikap siswa terhadap teknik pembelajaran
Pembelajaran menyenangkan, tidak membosankan
Jumlah
Skala Penilaian: 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik
2. Penilaian Hasil
Kecepatan membaca dan pemahaman bacaan yang dicapai siswa di akhir
pertemuan.
-Kecepatan membaca yang dicapai:
Lebih dari 250 kpm : cepat (target yang diinginkan)
200-249 kpm : sedang
150-199 kpm : rendah
< 150 kpm : sangat rendah
- Tingkat Pemahaman
90-100 % : sangat baik
70-80 % : baik
50-60 % : sedang
30-40 % : kurang
10-20 % : sangat kurang
Semarang, 19 Mei 2005
Menyetujui
Guru Mata Pelajaran, Guru Pratikan,
Usnawati, S.Pd Elly Fatmawati
Mengetahui,
Kepala Sekolah,
M. Nadiri, B.A
RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS II
Pertemuan 1
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Jenjang Pendidikan : MTs MU Rengaspendawa-Brebes
Tema : Transportasi
Kelas/ Semester : VIII/ II
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
(Budi Pekerti) : Menghargai Waktu
(Life Skill) : Kecakapan lisan : Komunikasi tertulis
A. Standar Kompetensi
Mampu memahami ragam teks/bacaan dengan berbagai cara membaca:
membacakan teks untuk orang lain, membaca teks secara intensif, membaca
cepat, dan membaca memindai teks khusus.
B. Kompetensi Dasar
Membaca cepat 250 kata per menit
C. Indikator
• Mampu meningkatkan kecepatan membaca dengan
(1) metode gerak mata memperluas jangkauan mata, mengurangi regresi
(mengulang)
(2) meningkatkan konsentrasi
• Mampu menjawab pertanyaan dengan peluang ketepatan 75 %.
D. Materi Pokok
Teks ± 250, 500, atau 750 kata
Kecepatan membaca
Gerakan otot mata dan latihannya:
- Latihan I : Gerakan ke bawah
- Latihan II : Gerakan menyamping
- Latihan III : Pengurangan Bidang Baca.
- Latihan IV : Membaca kolom
- Latihan V : Gerakan pola S
E. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Teknik Waktu
1.
2.
Pendahuluan
a. Guru mengulas kembali tentang hasil
kecepatan membaca yang telah lalu yang
diadakan pada setiap pertemuan di siklus 1.
b.Guru mengecek kartu data masing-masing
siswa dan tugas rumah.
c. Guru memberikan penjelasan mengenai
manfaat membaca cepat, teknik membaca
cepat yang benar, memberi saran dan
pengarahan tentang latihan membaca cepat.
d.Guru memberikan motivasi kepada siswa
agar siswa tidak jenuh/aktif mengikuti
pelajaran.
Kegiatan Inti
a. Guru meminta siswa untuk berpasangan
mengukur kecepatan membaca. Kemudian
dilanjutkan dengan mengerjakan soal
pemahaman.
b.Guru membahas pengukuran kecepatan
membaca yang telah dilakukan siswa.
c. Siswa secara berpasang-pasangan melakukan
latihan gerakan mata dengan diawali latihan
gerakan ke bawah. Dilanjutkan dengan
latihan II sampai dengan latihan ke V.
d.Guru mengulas hasil latihan siswa.
Ceramah
Pengecekan
kartu data
Ceramah
Pengukuran
kecepatan
membaca dengan
learning
community
Latihan gerakan
mata dengan
learning
community
5’
70’
3.
Kemudian guru meminta siswa untuk
mengukur kecepatan membacanya kembali.
e. Siswa mengukur kecepatan membaca
mereka. Guru membagikan teks untuk
mengukur kecepatan membaca.Dalam teks
tersebut telah tercantumkan prosedur
pengukuran kecepatan membaca, jumlah kata
dalam teks, daftar kecepatan membaca, dan
soal-soal tes pemahaman.
f. Guru bersama siswa mengoreksi hasil kerja
mereka(mencocokkan jawaban).
g.Guru meminta siswa untuk menuliskan
kecepatan membacanya pada kartu data dan
menginvestasi/mengumpulkan hasil kerjanya
(latihan gerakan mata).
Penutup
a. Siswa bersama guru mengadakan refleksi
terhadap proses pembelajaran hari itu.
b.Siswa mengisi jurnal siswa
c. Guru memberikan tugas rumah.
Ceramah
Pengukuran
kecepatan
membaca
P
engoreksian
Authentic
assessment
Refleksi
Pengisian jurnal
Pemberian PR
5’
F. Sarana dan Sumber Pembelajaran
Sarana
• Teks untuk mengukur kecepatan membaca dan pemahamannya, yang telah
didesain lengkap: jumlah kata keseluruhan, daftar kecepatan membaca,
dan soal pengukuran pemahaman bacaan.
• Bahan latihan gerakan otot mata ke bawah
• Bahan latihan gerakan otot mata menyamping
• Bahan latihan gerakan otot mata kolom
• Bahan latihan gerakan otot mata pola S
• Jam tangan/ stopwatch
Sumber Pembelajaran
• Sistem Membaca Cepat dan Efektif, Soedarso, 2002.
• Membaca Cepat, Depdiknas. 2004
G. Penilaian
1.Penilaian proses dilaksanakan selama proses pembelajaran
Kategori No Aspek yang dinilai
1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kerja sama dengan teman
Keaktifan siswa
Sharing dengan teman
Kekritisan siswa
Sikap siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan
Sikap siswa terhadap teknik pembelajaran
Pembelajaran menyenangkan, tidak membosankan
Jumlah
Skala Penilaian: 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik
2. Penilaian Hasil
Kecepatan membaca dan pemahaman bacaan yang dicapai siswa di akhir
pertemuan.
-Kecepatan membaca yang dicapai:
Lebih dari 250 kpm : cepat (target yang diinginkan)
200-249 kpm : sedang
150-199 kpm : rendah
< 150 kpm : sangat rendah
- Tingkat Pemahaman
90-100 % : sangat baik
70-80 % : baik
50-60 % : sedang
30-40 % : kurang
10-20 % : sangat kurang
Semarang, 19 Mei 2005
Menyetujui
Guru Mata Pelajaran, Guru Pratikan,
Usnawati, S.Pd Elly Fatmawati
Mengetahui,
Kepala Sekolah,
M. Nadiri, B.A
RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS II
Pertemuan 2
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Jenjang Pendidikan : MTs MU Rengaspendawa-Brebes
Tema : Transportasi
Kelas/ Semester : VIII/ II
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
(Budi Pekerti) : Menghargai Waktu
(Life Skill) : Kecakapan lisan : Komunikasi tertulis
A. Standar Kompetensi
Mampu memahami ragam teks/bacaan dengan berbagai cara membaca:
membacakan teks untuk orang lain, membaca teks secara intensif, membaca
cepat, dan membaca memindai teks khusus.
B. Kompetensi Dasar
Membaca cepat 250 kata per menit
C. Indikator
• Mampu meningkatkan kecepatan membaca dengan
(1) metode gerak mata memperluas jangkauan mata, mengurangi regresi
(mengulang)
(2) meningkatkan konsentrasi
• Mampu menjawab pertanyaan dengan peluang ketepatan 75 %.
D. Materi Pokok
Teks ± 250, 500, atau 750 kata
Kecepatan membaca
- mengukur kecepatan membaca
- menjawab pertanyaan
E. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Teknik Waktu
1.
2.
Pendahuluan
a. Guru mengingatkan kembali materi yang
lalu dan menjelaskan hasil kemajuan
kecepatan membaca siswa.
b. Guru mengecek kartu data dan kumpulan
hasil kerja siswa, serta tugas rumah.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
saat itu, yaitu siswa dapat meningkatkan
kecepatan membaca, melatih konsentrasi
sehingga kecepatan membaca dapat
mencapai target 250 kata per menit
Kegiatan Inti
a. Guru meminta siswa mengukur kecepatan
membaca. Kemudian mengukur
pemahaman dengan menjawab soal
pemahaman.
b.Guru membahas pengukuran kecepatan
membaca siswa.
c. Guru melatihkan teknik membaca cepat
yaitu dengan melatih meningkatkan
konsentrasi dalam membaca.
d.Guru membagikan bahan latihan
konsentrasi dan memberikan aba-aba.
e. Siswa melatih konsentrasi dalam membaca
f. Guru membagikan teks bacaan untuk
mengetahui kecepatan membaca siswa.
Apakah siswa membaca dengan penuh
konsentrasi dan apakah kecepatan
Ilustrasi
Pengecekan
Ceramah
Pengukuran
kecepatan membaca
dengan
Latihan
konsentrasi
Pengukuran
kecepatan
membaca setelah
5’
70’
3.
membaca siswa meningkat setelah latihan
meningkatkan konsentrasi
g.Siswa menjawab pertanyaan.
h.Siswa mencatat hasil kecepatan
membacanya pada kartu data.
i. Guru meminta siswa untuk
mengistirahatkan mata sesuai dengan
instruksi guru
j. Guru meminta siswa untuk memberi
tanggapan hasil kerja temannya, yaitu baik
mengenai kecepatan membacanya maupun
hal-hal lain yang telah dikerjakan
temannya.
Penutup
a. Siswa mengisi jurnal siswa.
b.Guru menyimpulkan proses belajar yang
telah berlangsung.
latihan
konsentrasi
authentic
assessment
Mengistirahatkan
mata
authentic
assessment
Pengisian jurnal
5’
F. Sarana dan Sumber Pembelajaran
Sarana
• Teks untuk mengukur kecepatan membaca dan pemahamannya, yang telah
didesain lengkap: jumlah kata keseluruhan, daftar kecepatan membaca,
dan soal pengukuran pemahaman bacaan.
• Bahan latihan meningkatkan konsentrasi.
• Jam tangan/ stopwatch
Sumber Pembelajaran
• Sistem Membaca Cepat dan Efektif, Soedarso, 2002.
• Membaca Cepat, Depdiknas. 2004
G. Penilaian
1.Penilaian proses dilaksanakan selama proses pembelajaran
Kategori No Aspek yang dinilai
1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kerja sama dengan teman
Keaktifan siswa
Sharing dengan teman
Kekritisan siswa
Sikap siswa terhadap bahan bacaan yang disajikan
Sikap siswa terhadap teknik pembelajaran
Pembelajaran menyenangkan, tidak membosankan
Jumlah
Skala Penilaian: 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik
2. Penilaian Hasil
Kecepatan membaca dan pemahaman bacaan yang dicapai siswa di akhir
pertemuan.
-Kecepatan membaca yang dicapai:
250- Lebih dari 250 kpm : cepat (target yang diinginkan)
200-249 kpm : sedang
150-199 kpm : rendah
< 150 kpm : sangat rendah
- Tingkat Pemahaman
90-100 % : sangat baik
70-80 % : baik
50-60 % : sedang
30-40 % : kurang
10-20 % : sangat kurang
Semarang, 20 Mei 2005
Menyetujui
Guru Mata Pelajaran, Guru Pratikan,
Usnawati, S.Pd Elly Fatmawati
Mengetahui,
Kepala Sekolah,
M. Nadiri, B.A
MENGISTIRAHATKAN MATA
Instruksi
a. Letakkan kedua sikut Anda di atas meja. Bentuklah kedua telapak tangan Anda
seolah-olah menjadi dua mangkuk tempat mengistirahatkan mata Anda. Kata
“istirahat…..” di sini mempunyai pengertian yang amat penting. Jangan
menggunakan tekanan pada bola mata, karena hal ini akan menyebabkan latihan
tersebut tidak berguna. Anda harus nyaman.
b.Tutuplah mata Anda dan coba bayangkan sebuah gambar. Bayangkanlah diri
Anda sedang berdiri pada suatu kebun jagung yang kuning keemasan. Saat itu
adalah musim panas yang cerah. Tengoklah ke sekeliling Anda. Lihatlah ke kiri.
Di sana nampak pohon cemara yang menjulang tinggi ke angkasa. Lihatlah hal
itu mulai dari batang bawahnya menuju ke atas, lihatlah hal itu mulai dari
batang bawahnya menuju atas, lihatlah daun-daun menghijau berlatar warna
langit yang biru. Di atas langit, di bagian kanan tampak satu pesawat terbang
yang sedang melayang dari kiri ke kanan. Sekarang lihatlah bagian kaki Anda,
di sana tampak gerombolan bunga-bunga liar, yang berwarna merah terang dan
di kejauhan, di bagian sebelah kanan nampak ujung menara gereja yang
mencuat di kejauhan. Ingatlah bahwa kesemuanya ini harus dilakukan tanpa
menambah tekanan bagi mata Anda itu.
c. Pada saat Anda melepaskan kedua telapak tangan dan membuka mata, maka
keadaan di sekeliling Anda akan tampak menjadi lebih cerah dan mata menjadi
segar. Anda dapat merasakannya? Semoga mata Anda menjadi lebih segar.
Depdikbud. 2004. Membaca Cepat.Jakarta: Depdikbud
Tabel Perbandingan Observasi Kebiasaan Membaca
Pra Siklus I Siklus II Peningkatan
Pra-I Siklus I-II
No Aspek
Kebiasaan Jml
Nilai
% Jml
Nilai
% Jml
Nilai
%
Jml
Nilai
% Jml
Nilai
%
1. Jarak mata
kurang lebih
30 cm
8 20,5 25 64,1 39 100 17 43,6 14 35,9
2. Sikap badan
tegak
8 20,5 25 64,1 39 100 17 43,6 14 35,9
3. Bacaan di
depan
39 100 39 100 39 100 0 0 0 0
4. Membaca
dengan
vokalisasi
13 33,3 9 23,1 2 5,13 11 10,2 7 17,97
5. Membaca
dengn
subvokalisasi
26 66,7 29 74,4 37 94,9 3 7,7 8 20,5
6. Membaca
dengan
gerakan bibir
15 38,5 9 23,1 3 7,69 6 15,4 6 15,41
7. Membaca
dengan
39 100 18 46,2 2 5,13 21 53,8 16 41,07
gerakan
kepala
8. Membaca
dengan
menunjuk
baris dengan
jari/pena
11 28,2 0 0 0 0 11 28,2 0 0
9. Membaca
dengan
konsentrasi
yang tidak
sempurna
32 82,1 19 48,7 0 0 13 33,4 19 48,7
10. Menyangga
kepala
6 15,4 2 5,13 0 0 4 10,27 2 5,13