peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN PANDAK I SIDOHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh: S U T I N O K7107055 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

Page 1: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA

KELAS V SDN PANDAK I SIDOHARJO SRAGEN

TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh:

S U T I N O

K7107055

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA

KELAS V SDN PANDAK I SIDOHARJO SRAGEN

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh:

Sutino

K7107055

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

Page 4: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

Page 5: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

ABSTRAK

Sutino. K7107055. PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA

KELAS V SDN PANDAK I SIDOHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN

2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil

keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing pada siswa kelas

V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen tahun ajaran 2010/2011.

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek yang

digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo

Sragen tahun ajaran 2010/2011 berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki

dan 14 siswa perempuan. Sumber data yang digunakan adalah informasi dari

narasumber yaitu guru kelas V dan siswa, hasil pengamatan proses dan data

pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode role playing, dan dokumen

resmi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes,

dan kajian dokumen. Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan triangulasi

sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah

model analisis interaktif meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data,

dan penarikan simpulan atau verifikasi. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua

siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2)

pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa metode role playing dapat

meningkatkan kualitas proses dan hasil keterampilan berbicara pada siswa kelas V

SDN Pandak I Sidoharjo Sragen tahun ajaran 2010/2011. Hal ini dapat dibuktikan

dengan meningkatnya persentase sikap siswa pada aspek minat, keaktifan, kerja

sama, dan kesungguhan pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I persentase klasikal

sikap siswa adalah minat 61,9%, keaktifan siswa 71,42%, kerja sama 71,42%, dan

kesungguhan 57,14%. Pada siklus II persentase klasikal sikap siswa meningkat

menjadi: minat 90,47%, keaktifan siswa 80,95%, kerja sama 76,19%, dan

kesungguhan 80,95%. Kualitas hasil dibuktikan dengan diperoleh nilai rata-rata

hasil tes awal sebelum tindakan (prasiklus) yaitu 61,14 dengan ketuntasan klasikal

38,1%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat mencapai 66,09 dengan

ketuntasan klasikal 71,42%. Setelah tindakan pada siklus II nilai rata-rata kelas

meningkat menjadi 73,33 dengan ketuntasan klasikal 85,71%.

Page 6: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

ABSTRACT

Sutino. K7107055. IMPROVING THE SPEAKING SKILL WITH THE USE OF

ROLE PLAYING METHOD IN THE FIFTH GRADE STUDENT OF SDN

PANDAK I SIDOHARJO SRAGEN ON THE ACADEMIC YEAR OF

2010/2011. Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret

University, Surakarta, April 2011.

The purpose of this research is to improve the process and result quality of

speaking skill with the use of role playing method in the fifth grade student of SDN

Pandak I Sidoharjo Sragen on the academic year of 2010/2011.

This research has the form of Classroom Action Research (CAR). Subject

used in this research is the fifth grade student of SDN Pandak I Sidoharjo Sragen on

the academic year 2010/2011 amount to 21 students consist of 7 man students and 14

woman students. The data sources of the research were informant, that is the class V

teacher and students, the result of observation process and data on the learning

speaking skill with the use role playing method, and official documents. The data

collecting technique used is observation, in-depth interview, test, and learn

document. The validity of the data was tested by using a data source triangulation

and a method triangulation. The data analysis technique applied is interactive

analysis model having three components, that are data reduction, data presentation,

and drawing conclusion or verification. The research process consisted of two cycles

and each cycle comprised four phases, namely: (1) planning, (2) implementation, (3)

observation, and (4) reflection.

Based on the results of the research, a conclusion is drawn that the use of

role playing can improve the process and result quality of speaking skill in the fifth

grade student of SDN Pandak I Sidoharjo Sragen on the academic year of

2010/2011. This can be proved by the increasing percentage of students' attitudes on

aspects of interest, liveliness, cooperation, and seriousness in cycle I and cycle II. In

cycle I, percentage classical attitudes of the students is an interest of 61,9%, 71,42%

students' activeness, cooperation 71,42%, and the earnestness is 57,14%. In cycle II

percentage classical attitudes of the students improve be an interest of 90,47%,

80,95% students' activeness, cooperation 76,19%, and the earnestness is 80,95%.

The result quality be proved by the preliminary average score of the achievement test

prior to the treatment is 61,14 and the classical learning completeness is 38,1%. In

cycle 1, the average score of the achievement test improve becomes 66,09 and the

classical learning completeness is 71,42%. After the treatment of cycle II, the

average score of the achievement test becomes 73,33 and the classical learning

completeness is 85,71%.

Page 7: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah

urusanmu dengan sungguh-

(QS. Al-Insyirah:6-8)

-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan

(QS. Muhammad: 7 )

kukan terus-menerus walaupun pekerjaan itu

(HR. Bukhari dan Muslim)

(HR. Tirmidzy)

yang kita miliki dan bersabar atas ujian adalah kunci

kebahagiaan menjalani kehidupan

(Penulis)

Page 8: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Orang tuaku,

Almh. ibu Tuginah yang memberikan arti tulusnya kasih sayang tanpa

mengharap balas jasa dan aku selalu mendoakan semoga beliau diampuni

dosanya serta dimasukan ke dalam surga-Nya. Amiin.

Bapak Sasmo Dimejo yang telah memberikan motivasi, perhatian, kasih sayang

dengan tulus ikhlas, bekerja keras tanpa mengenal lelah untuk mencukupi

kebutuhan keluarga, dan mendoakan aku dalam setiap langkahku. Terima kasih

ayah.

Kakak-kakakku (Mas Tukidi, Mas Tugiman, Mas Sartono, Mas Suparjo, Mas

Slamet, Mas Tugimin, Mbak Sumarmiyati, dan Mbak Suwarti) yang telah

memberikan dukungan dan membantu biaya kuliahku.

Teman-temanku SI PGSD angkatan 2007 terkhusus untuk kelas VIIIB dan

adik-adik tingkatku PGSD FKIP UNS yang telah banyak membantu dan

mendoakanku.

Keluarga besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dan almamaterku

tercinta tempatku menimba ilmu berkarakter kuat dan cerdas untuk masa

depan yang cerah.

Page 9: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Atas kehendak-Nya pula skripsi

dengan judul eningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode

Role Playing pada Siswa Kelas V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran

2010/2011 ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai

pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta dan

pembimbing II skripsi penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan

dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak dan Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan

motivasi dan pengarahan kepada penulis.

7. Ibu B. Any Handayani, S. Pd selaku Kepala Sekolah SDN Pandak I yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

8. Bapak Sri Kuncoro, Ama. Pd selaku guru kelas V SDN Pandak I yang dengan

senang hati membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

Page 10: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

9. Guru-guru SDN Pandak I yang telah memberikan motivasi dan sebagai informan

terhadap penyusunan skripsi ini.

Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan skripsi

ini. Namun demikian, disadari hasilnya masih jauh dari kesempurnaan. Semua ini

tidak lain karena keterbatasan penulis baik pengatahuan dan pengalaman. Oleh

karena itu, segala saran dan kritik membangun sangat diharapkan.

Akhirnya, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di

atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah.

Surakarta, April 2011

Penulis

S.

Page 11: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................... i

PENGAJUAN ................................................................................................ ii

PERSETUJUAN ........................................................................................... iii

PENGESAHAN ............................................................................................. iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................... vi

MOTTO .......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 7

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7

1. Hakikat Keterampilan Berbicara ........................................ 7

a. Pengertian Keterampilan ............................................. 7

b. Pengertian Berbicara ................................................... 8

c. Pengertian Keterampilan Berbicara ............................ 9

d. Tujuan Berbicara ......................................................... 11

e. Jenis-jenis Berbicara ................................................... 13

f. Faktor-faktor Keefektifan Berbicara ........................... 14

g. Pembelajaran Berbicara di SD .................................... 15

h. Penilaian Keterampilan Berbicara di SD ..................... 17

Page 12: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

2. Hakikat Metode Role Playing ............................................ 25

a. Pengertian Metode Pembelajaran ................................ 25

b. Macam-macam Metode Pembelajaran ........................ 27

c. Pengertian Metode Role Playing ................................. 28

d. Alasan Penggunaan Metode Role Playing .................. 30

e. Tujuan Role Playing ................................................... 31

f. Manfaat Role Playing .................................................. 34

g. Langkah-langkah Penggunaan Role Playing ............... 35

h. Organisasi Penerapan Pembelajaran Role Playing..

B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 42

C. Kerangka Berpikir ................................................................... 44

D. Hipotesis Tindakan ................................................................. 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 47

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 47

B. Subjek Penelitian .................................................................... 47

C.

D. Sumber Data ............................................................................ 48

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 49

F. Validitas Data .......................................................................... 50

G. Teknik Analisis Data ............................................................... 51

H. Indikator

I. Prosedur Penelitian ................................................................. 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 64

A. Deskripsi Kondisi Awal .......................................................... 64

B. Pelaksanaan Tindakan ............................................................. 69

1. Tindakan Siklus I ................................................................ 69

a. Perencanaan Tindakan .................................................... 70

b. Pelaksanaan Tindakan .................................................... 72

c. Observasi ........................................................................ 77

d. Refleksi ........................................................................... 82

Page 13: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

2. Tindakan Siklus II .............................................................. 84

a. Perencanaan Tindakan .................................................... 85

b. Pelaksanaan Tindakan .................................................... 87

c. Observasi ........................................................................ 92

d. Refleksi .......................................................................... 93

C. Hasil Penelitian ...................................................................... 97

D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 100

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 106

A. Simpulan ................................................................................. 106

B. Implikasi ................................................................................. 106

C. Saran ....................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 109

LAMPIRAN .................................................................................................. 112

Page 14: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komponen-komponen yang Perlu Mendapat Perhatian pada Tes

Keterampilan Berbicara ................................................................... 17

Tabel 2. Format Lembar Penilaian Unjuk Kerja Keterampilan Berbicara

Siswa ............................................................................................... 21

Tabel 3. 22

Tabel 4. Struktur Pembelajaran dalam Role Playing ..................................... 36

Tabel 5. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian ....................................... 53

Tabel 6. Data Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan

Berbicara kelas V SDN Pandak I pada Kondisi Awal ................... 66

Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN

Pandak I pada Kondisi Awal (Prasiklus) ......................................... 68

Tabel 8. Data Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan

Berbicara kelas V SDN Pandak I pada Siklus I .............................. 79

Tabel 9. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN

Pandak I pada Siklus I ..................................................................... 80

Tabel 10. Data Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan

93

Tabel 11. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN

Pandak I Sragen pada Siklus II ....................................................... 94

Tabel 12. Data Frekuensi Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran

Keterampilan Berbicara Kelas V SDN Pandak I pada Prasiklus,

Siklus I dan II ................................................................................ 98

Tabel 13. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V

SDN Pandak I pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II .................... 99

Page 15: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Dampak dampak Instruksional dan Pengiring dalam Metode

Role playing.. .............................................................................. 33

Gambar 2. Kerangka Berpikir.. ..................................................................... 46

Gambar 3. Model Analisis Interaktif.. .......................................................... 52

Gambar 4. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas.. ..................................... 54

Gambar 5. Grafik Penilaian Proses Keterampilan Berbicara Siswa Kelas

V SDN Pandak I pada Kondisi Awal (Prasiklus).. .................... 67

Gambar 6. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN

Pandak I pada Kondisi Awal (Prasiklus).................................... 68

Gambar 7. Grafik Penilaian Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Siswa Kelas V SDN Pandak I pada Siklus I.......................... 79

Gambar 8. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN

Pandak I pada 81

Gambar 9. Grafik Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keteram-

pilan Berbicara Siswa Kelas V SDN 93

Gambar 10. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN

Pandak I pada 95

Gambar 11. Grafik Frekuensi Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran

Keterampilan Berbicara Kelas V SDN Pandak I pada Prasiklus,

Siklus I, dan Siklus II 98

Gambar 12. Grafik Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V

SDN Pandak I pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II 100

Page 16: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rincian Waktu dan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian 113

114

Lampiran 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD Kelas V 118

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 119

Lampiran 5. 127

Lampiran 6. 135

Lampiran 7. 140

Lampiran 8. 141

Lampiran 9. 142

Lampiran 10. Petunjuk Tes Unjuk Kerja Keter 142

Lampiran 11. Lembar Penilaian Tes Keterampilan Berbicara Siswa... .......... 143

Lampiran 12. 145

Lampiran 13. 149

Lampiran 14. 150

Lampiran 15. 151

Lampiran 16. 152

Lampiran 17. Lembar Observasi Pelaksa 158

Lampiran 18. 165

Lampiran 19. 167

Lampiran 20. 169

Lampiran 21. Ha 171

Lampiran 22. 173

Lampiran 23. 175

Lampiran 24. Hasil Observasi Penilaian 177

Lampiran 25. 179

Lampiran 26. Pedoman Wawancara untuk Guru Sebelum Diterapkan Metode

Role Playing 181

Lampiran 27. Pedoman Wawancara untuk Guru Setelah Diterapkan Metode

Role Playing 182

Page 17: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

Lampiran 28. .. 183

Lampiran 29. . 187

Lampiran 30. Surat Keterangan Penelitia . 195

Lampiran 31. . 196

Lampiran 32. ... 197

Lampiran 33. 199

Page 18: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan

menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4)

keterampilan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan

keterampilan-keterampilan lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut hanya dapat

dikuasai dengan jalan praktik dan latihan yang berkelanjutan. Keempat keterampilan

tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan atau merupakan catur tunggal.

(Henry Guntur Tarigan, 2008:1). Peningkatan keterampilan berbahasa tersebut

dilaksanakan secara terpadu, kontekstual, dan fungsional dengan fokus pada

keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis secara berganti-ganti dan

berkesinambungan.

Salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari adalah keterampilan berbicara sebagai media komunikasi lisan yang

efektif. Djago Tarigan (1992:132) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan

menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Sejalan dengan pendapat tersebut, H.G

Tarigan (2008:16) berpendapat bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan

bunyi-bunyi atikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara merupakan salah satu

aspek keterampilan berbahasa lisan yang bersifat produktif, artinya suatu

kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran atau

perasaan sehingga gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat

dipahami orang lain.

Memang setiap orang menganggap mudah untuk bisa berbicara atau

berkomunikasi secara lisan, tetapi tidak semua memiliki keterampilan untuk

berbicara secara baik dan benar. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan

berbicara seharusnya mendapat perhatian dalam pembelajaran keterampilan

berbahasa di pendidikan formal khususnya di sekolah dasar. Keterampilan berbicara

di SD merupakan inti dari proses pembelajaran bahasa di sekolah, karena dengan

Page 19: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 2

pembelajaran berbicara siswa dapat berkomunikasi di dalam maupun di luar kelas

sesuai dengan perkembangan jiwanya. Keterampilan berbicara penting diajarkan

karena dengan keterampilan itu seorang siswa akan mampu mengembangkan

kemampun berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir

tersebut akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, dan

menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.

Berdasarkan hasil observasi di SDN Pandak I Sidoharjo Sragen, terlihat

bahwa keterampilan berbicara di sekolah dasar tersebut kurang begitu diperhatikan.

Penekanan pembelajaran berbahasa umumnya masih terletak pada keterampilan

menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara lebih dikesampingkan

sehingga tidak jarang masih terdapat siswa yang tidak bisa menyampaikan

pesan/informasi dalam bahasa lisan secara baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa

masih banyak siswa sekolah dasar yang kurang mampu mengekpresikan diri lewat

kegiatan berbicara atau dengan kata lain keterampilan berbicara siswa masih rendah.

Siswa sering kali malu ketika diminta berbicara atau bercerita di depan kelas. Siswa

masih merasa takut berdiri dan berbicara di hadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak

jarang beberapa siswa berkeringat dingin, brdiri kaku, lupa segalanya jika berdiri di

depan kelas untuk berbicara. Kondisi ini dimungkinkan karena rendahnya

penguasaan siswa akan topik yang dibahas sehingga siswa tidak mampu

memfokuskan hal-hal yang ingin diucapkan. Akibatnya, arah pembicaraan menjadi

kurang jelas sehingga inti dari bahasan tersebut tidak tersampaikan.

Permasalahan rendahnya keterampilan berbicara tersebut juga terjadi pada

siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen. Data yang diperoleh dari hasil

pembelajaran keterampilan berbicara oleh guru kelas V pada kondisi awal hari Senin,

14 Februari 2011 menunjukkan bahwa hanya terdapat 8 siswa atau 38,1% dari 21

siswa yang mendapat nilai 62 ke atas (batas KKM), sedangkan sisanya 13 siswa atau

61,9% mendapat nilai di bawah 62. Kenyataan yang demikian dapat diindikasikan

bahwa keterampilan berbicara siswa di sekolah dasar masih rendah khususnya pada

kelas V SDN Pandak I. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai landasan yang

melatarbelakangi adanya upaya peningkatan pembelajaran keterampilan berbicara

pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen.

Page 20: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 3

Bertolak dari observasi awal dan hasil wawancara dengan guru kelas V SD

Negeri Pandak I dapat diidentifikasi beberapa faktor yang melatarbelakangi masalah

rendahnya keterampilan berbicara pada siswa diantaranya adalah (1) siswa kurang

berminat dan termotivasi dalam kegiatan berbicara. Setiap ada pembelajaran terkait

kemampuan bebicara siswa kurang antusias dan tidak memperhatikan dengan baik.

(2) Sikap siswa ketika berbicara dalam kegiatan berbicara terlihat tegang dan kurang

rileks. Pada umumnya siswa merasa takut dan malu ketika harus berbicara di depan

kelas. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kualitas tuturan siswa dan siswa masih

kesulitan dalam mengucapkan bahasa lisan yang akan disampaikan. (3) Kurangnya

latihan keterampilan berbicara yang diterapkan dalam pembelajaran. Keadaan ini

mengakibatkan siswa tidak terbiasa terlatih kemampuan bicaranya terutama di depan

kelas dan ketepatan siswa dalam mengunakan bahasa masih kurang. Siswa kurang

mampu mengorganisasi perkataannya sehingga pembicaraan ternilai kurang runtut

(sistematis) dan masih terbata-bata. (4) Proses pembelajaran keterampilan berbicara

yang diterapkan guru masih menggunakan metode yang konvensional sehingga

mengurangi minat dan antusias bagi siswa. Biasanya guru hanya terpaku pada buku

pelajaran dan menggunakan metode penugasan berbicara individu yang menyita

banyak waktu serta menurunkan mental siswa di depan kelas. Metode mengajar guru

yang masih konvensional membuat pembelajaran berbahasa pada keterampilan

berbicara menjadi sesuatu yang membosankan bagi siswa.

Beberapa faktor penyebab rendahnya keterampilan berbicara tersebut jika

tidak segera diatasi akan berdampak pada rendahnya keterampilan berbicara siswa

yang berkelanjutan. Keadaan tersebut juga menyebabkan siswa kurang terampil

berbicara terutama pada saat tampil berbicara di depan kelas sehingga siswa tidak

bisa mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

ditetapkan oleh sekolah. Di lingkungan kehidupannya, siswa kurang bisa

berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik. Akhirnya dampak ini akan meluas

yang mengakibatkan rendahnya mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia

khususnya pada keterampilan berbicara.

Sebagai salah satu solusinya, seorang guru dituntut kemampuannya untuk

menggunakan metode pembelajaran secara tepat. Metode dalam pembelajaran

Page 21: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 4

memang banyak dan baik tetapi tidak semua metode tepat digunakan dalam

pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran merupakan cara yang

digunakan guru agar timbul proses belajar mengajar sehubungan dengan strategi

yang digunakan oleh guru. Kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan

menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar tercipta kondisi pembelajaran

yang menyenangkan bagi siswa dan materi tersampaikan secara efektif sehingga

tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Salah satu

bentuk metode yang dapat diterapkan secara tepat dan melibatkan siswa aktif untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa sekolah dasar adalah metode role

playing.

Penilitian ini menggunakan metode role playing sebagai metode

pembelajaran keterampilan berbicara. Adapun alasan pemilihan metode role playing

adalah dengan pertimbangan bahwa metode ini dirasa lebih tepat yaitu lebih efektif

dan lebih efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara.

Metode role playing diterapkan untuk menjawab permasalahan berbagai penyebab

rendahnya keterampilan berbicara siswa. Metode role playing dikatakan efektif

karena penerapan metode bermain peran akan lebih menghemat waktu, hal ini

disebabkan karena siswa dapat tampil praktik berbicara secara berkelompok. Selain

itu, siswa dapat menghilangkan perasaan takut dan malu karena mereka dapat tampil

dan bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Sedangkan dikatakan efisien,

dimungkinkan karena proses belajar di SD lebih banyak dilakukan dengan bermain

sambil belajar atau belajar sambil bermain. Permainan adalah hal paling menarik

untuk anak-anak usia sekolah dasar.

Martinis Yamin (2005:76) menyatakan bahwa metode bermain peran (role

playing) adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang

suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh

yang diperankannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Abdul Azis Wahab

(2009: 109) role playing yaitu berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan

terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Dari kedua pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa metode role playing (bermain peran) merupakan salah satu

metode pembelajaran yakni peserta didik melakukan kegiatan memainkan peran

Page 22: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 5

tokoh lain dengan penuh penghayatan dan kreativitas berdasarkan peran suatu kasus

yang sedang dibahas sebagai materi pembelajaran pada saat itu. Melalui penerapan

metode ini diharapkan siswa mampu memfokuskan pikiran, kemampuan, dan

pengetahuan yang mereka miliki ke dalam perannya sehingga siswa akan lebih

mudah mengorganisasikan ide-ide dan gagasannya dalam bahasa lisan. Selain itu,

dengan penerapan metode role playing diharapkan siswa mampu memerankan dari

karakter tokoh yang diperankannya.

Bertolak dari uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan upaya

peningkatan keterampilan berbicara melalui penilitian dengan judul Peningkatan

Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing pada Siswa

Kel

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berkut:

1. Apakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas proses

keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen

tahun ajaran 2010/2011?

2. Apakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas hasil

keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen

tahun ajaran 2010/2011 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kualitas proses keterampilan berbicara dengan menggunaan metode

role playing pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen tahun

ajaran 2010/2011.

2. Meningkatkan kualitas hasil keterampilan berbicara dengan menggunakan metode

role playing pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen tahun

ajaran 2010/2011.

Page 23: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan

metode inovatif yaitu penggunaan metode role playing dalam pembelajaran

keterampilan berbicara di sekolah dasar demi kemajuan siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa :

1) Meningkatkan minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran

keterampilan berbicara.

2) Siswa akan merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif

dengan bermain peran (role playing).

3) Meningkatkan keterampilan berbicara sehingga hasil belajar akan

meningkat secara signifikan.

b. Bagi Guru :

1) Guru dapat menerapkan metode role playing dalam meningkatkan

pembelajaran keterampilan berbicara.

2) Guru dapat termotivasi agar bisa menerapkan variatif metode

pembelajaran yang menyenangkan demi tercapainya tujuan pembelajaran.

c. Bagi Sekolah :

1) Meningkatkan perbaikan dan keberhasilan proses pembelajaran di

sekolah yaitu terkait pembelajaran keterampilan berbicara dengan role

playing.

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan

inovasi metode pembelajaran di sekolah.

3) Hasil penelitian juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan sekolah

yang semakin maju.

Page 24: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 7

BAB II

LANDASAN TEORI

Pembahasan pada bab II ini berkaitan dengan: (A) Tinjauan Pustaka, (B)

Penelitian yang Relevan, (C) Kerangka Berpikir, dan (D) Hipotesis Tindakan.

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Keterampilan Berbicara

a. Pengertian Keterampilan

Keterampilan seseorang di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau

bidang tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan itu hanya dapat diperoleh

melalui proses belajar dan latihan yang berkesinambungan. Dengan

keterampilan, seseorang akan mampu menghasilkan suatu pola pikir dan karya

inovatif dengan penyelesaian yang efektif dan efisien.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1180) mengartikan terampil adalah

cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu, dan cekatan. Sedangkan,

keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas, kecakapan seseorang

untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara.

Soemarjadi, Muzni Ramanto, dan Wikdati Zahri (2001:2) berpendapat

bahwa kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau

cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.

Ruang lingkup keterampilan cukup luas meliputi kegiatan berupa perbuatan,

berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagainya.

Tri Budiharto (2008:1-2) mengungkapkan bahwa keterampilan berasal

dari kata terampil yang artinya adalah mampu bertindak dengan cepat dan tepat.

Istilah lain dari terampil adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Dengan

kata lain keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, atau kemampuan

untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.

Pengertian keterampilan dalam konteks pembelajaran mata pelajaran

keterampilan di sekolah adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat,

cepat, dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. (http://aksay.

Page 25: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 8

multiply.com/journal/item/20). Dalam hal ini, pembelajaran keterampilan

dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa

menjadi cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan sesuatu. Perilaku terampil ini

dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di lingkungannya.

Bertolak dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan adalah kemampuan bertindak atau melakukan suatu pekerjaan

(tugas) dengan baik, cermat, cepat, dan tepat. Seseorang yang dapat melakukan

sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil. Demikian pula,

apabila seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat juga

tidak dapat dikatakan terampil. Jadi, keterampilan itu berlandaskan pada

kecepatan dan ketepatan tertentu sehingga seseorang tidak akan merasakan

kesulitan-kesulitan yang berarti dalam pekerjaannya.

b. Pengertian Berbicara

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam

kehidupan sehari-hari kita lebih sering memilih berbicara untuk berkomunikasi.

Komunikasi akan lebih efektif jika dilakukan dengan berbicara. Oleh karena itu,

berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.

Berbicara (KBBI, 2007:148) adalah berkata, bercakap, berbahasa, dan

melahirkan pendapat dengan perkataan. Berbicara itu mengutarakan isi pikiran

atau melisankan sesuatu yang dimaksudkan.

Beberapa ahli bahasa telah mendefinisikan pengertian berbicara, di

antaranya adalah H.G Tarigan (2008:16) menyatakan bahwa berbicara adalah

kemampuan seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata

yang bertujuan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan

pikiran, gagasan, dan perasaan orang tersebut. Berbicara merupakan sistem

tanda-tanda yang audible (dapat didengar) dan visible (dapat dilihat) dengan

memanfaatkan otot dan jaringan tubuh manusia untuk menyampaikan maksud

dan tujuan, gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.

Djago Tarigan (1992:132) berpendapat bahwa berbicara adalah

keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dikemukakan pula

Page 26: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 9

bahwa kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat

erat. Pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, melainkan

dalam bentuk lain yakni bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan

pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi seperti semula.

Sejalan dengan pendapat di atas, St. Y. Slamet (2008:33) mengungkapkan

bahwa berbicara merupakan suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan,

pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain. Selain itu, dijelaskan juga berbicara

merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,

psikologi, neurologis, semantik, dan linguistik sehingga dapat dianggap sebagai

alat manusia yang paling penting terutama bagi kontrol sosial.

Menurut Mulgrave (dalam H. G. Tarigan, 2008:16) berbicara bukan

sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata tetapi berbicara merupakan suatu

alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun sesuai dengan

kebutuhan pendengar. Melalui berbicara seseorang berusaha untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan. Tanpa

usaha untuk mengungkapkan dirinya, orang lain tidak akan mengetahui apa yang

dipikirkan dan dirasakannya. Tanpa berbicara, seseorang akan mengucilkan diri

sendiri dan akan terkucilkan dari orang di sekitarnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

berbicara adalah suatu kegiatan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa untuk

menyampaikan pesan berupa ide, gagasan, maksud atau perasaan kepada orang

lain secara lisan yang bersifat aktif dan produktif. Berbicara merupakan kegiatan

berbahasa yang aktif dari seorang pemakai bahasa, yang menuntut prakarsa nyata

dalam penggunaan bahasa untuk mengungkapkan diri secara lisan.

c. Pengertian Keterampilan Berbicara

Menurut Iskandarwassid dan Dadang Suhendar (2008:241), keterampilan

berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem

bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan

keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang

merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi

Page 27: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 10

suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu

bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara

secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah

psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangangan, berat lidah, dan lain-

lain.

Sabarti Akhadiah, dkk (1991/1992:153) mengungkapkan bahwa

keterampilan berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa

lisan. Apabila isi pesan itu dapat dapat diketahui oleh penerima pesan, maka akan

terjadi komunukasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi itu

pada akhirnya akan menimbulkan pengetian atau pemahaman terhadap isi pesan

bagi penerimanya.

H.G. Tarigan (2008:16) berpendapat bahwa keterampilan berbicara

adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan

perasaan.

Speaking is the productive skill in the oral mode. It, like the other skills, is

more complicated than it seems at first and involves more than just pronouncing

words. (SIL internasional: 1999). Diartikan bahwa berbicara adalah keterampilan

yang sangat produktif dalam segi liguistik. Keterampilan berbicara itu seperti

keterampilan lainnya, keterampilan berbicara ternyata lebih rumit dari

kelihatannya dan melibatakan lebih dari mengucapkan kata-kata.

Keterampilan berbicara adalah tingkah laku manusia yang paling

distingtif dan berarti. (Djago Tarigan, 1992:146). Tingkah laku ini harus

dipelajari, baru dapat dikuasai. Anak anak usia sekolah dasar harus belajar dari

manusia di sekitarnya, anggota keluarga, teman sepermainan, teman satu sekolah,

dan guru di sekolah. Semua pihak turut membantu anak belajar keterampilan

berbicara.

St. Y. Slamet (2008:35) menyatakan bahwa keterampilan berbicara

merupakan keterampilan yang mekanistis. Dari pendapat ini dapat dijelaskan

bahwa semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam

berbicara. Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa melalui

Page 28: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 11

proses berlatih. Di dalam berlatih berbicara, seseorang perlu dilatih diantaranya

dari segi pelafalan, pengucapan, intonasi, pemilihan kata (diksi), dan penggunaan

bahasa secara baik dan benar.

Betolak dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan ide

atau gagasan secara lisan bersifat produktif dan mekanistis, yang hanya dapat

dikuasai dengan berlatih berbicara dan merupakan bagian tingkah laku hidup

manusia yang sangat penting sebagai alat komunikasi kepada orang lain.

keterampilan berbicara merupakan sebuah keterampilan menyampaikan gagasan,

informasi atau pesan kepada orang lain dengan menggunakan media yang berupa

simbol-simbol fonetis.

d. Tujuan Berbicara

Berbicara tentu memiliki tujuan yang ingin disampaikan kepada lawan

bicaranya. Agar tujuan itu dapat tersampaikan dengan baik dan efektif, maka

pembicara harus memahami hal yang akan disampaikan dan menguasai aspek

keterampilan berbicara. Dalam hal ini, pendengar akan memaknai informasi atau

pesan yang disampaikan oleh pembicara.

H. G. Tarigan (2008:16) mengungkapkan bahwa kegiatan berbicara

memiliki tujuan utama untuk berkomunikasi. Untuk menyampaikan pikiran

secara efektif, berbicara harus memahami makna sesuatu hal yang akan

dikomunikasikan. Dia juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya

terhadap para pendengar dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari

segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.

Gorys Keraf (dalam St. Y. Slamet, 2008:37) berpendapat bahwa tujuan

berbicara adalah (1) mendorong pembicara untuk memberi semangat, (2)

meyakinkan pendengar, (3) berbuat atau bertindak, (4) memberitahukan, (5)

menyenangkan atau menghibur.

Sejalan dengan pendapat Gorys Keraf, Djago Tarigan (1992:134)

mengemukakan bahwa tujuan orang berbicara adalah untuk :

1) Menghibur

Page 29: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 12

Berbicara yang bertujuan menghibur biasa dilakukan oleh pelawak.

Pembicara berusaha bermain kata-kata untuk menciptakan suasana yang

santai, penuh canda, dan menyenangkan. Tidak semua orang terampil

berbicara yang dapat menghibur orang yang diajak berbicara atau yang

mendengarkan pembicaraannya.

2) Menginformasikan

Tujuan lain dari aktivitas berbicara adalah untuk menyampaikan informasi.

Orang akan lebih mudah menyampaikan atau menerima informasi secara

lisan. Pembicara dengan tujuan menginformasikan sering dipraktekkan dalam

kehidupan sehari-hari, seperti menjelaskan suatu proses, menguraikan,

menafsirkan atau menginterpretasikan sesuatu hal, memberi, menyebarkan,

dan menanamkan pengetahuan serta menjelaskan kaitan, hubungan, relasi

antar benda, hal atau peristiwa.

3) Menstimulasi

Seorang guru sering berbicara kepada muridnya untuk membangkitkan

semangat belajar dan gairah mengerjakan tugas rumah. Guru berbicara

sebagai upaya membangkitkan inspirasi, kemauan, dan minat siswa.

Berbicara semacam ini memiliki tujuan untuk menstimulasi pendengarnya.

Seseorang berbicara juga ada yang bertujuan meyakinkan atau mengubah

sikap pendengarnya. Berbicara dengan tujuan seperti ini membutuhkan

keterampilan tersendiri, karena jika pembicara cukup terampil akan dapat

mengubah suatu penolakan menjadi penerimaan, tidak setuju menjadi setuju,

permusuhan menjadi persahabatan, dan akan dapat meyakinkan

pendengarnya.

4) Menggerakkan pendengarnya

Satu lagi tujuan orang berbicara yaitu untuk menggerakkan pendengarnya.

Menggerakkan dimaksudkan sebagai upaya untuk membuat atau

menggerakkan orang agar berbuat, bertindak atau beraksi seperti yang

diinginkan pembicara. Melalui kepiawaian berbicara, kecakapan

memanfaatkan situasi, dan penguasaan terhadap ilmu jiwa, maka seseorang

dapat dengan mudah menggerakkan pendengarnya untuk melakukan sesuatu.

Page 30: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 13

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

berbicara memiliki tujuan untuk berkomunikasi dengan maksud menghibur,

meyakinkan, menginformasikan, dan menggerakkan orang lain sebagai lawan

bicaranya.

e. Jenis jenis Berbicara

Haryadi dan Zamzami (dalam St. Y. Slamet, 2008:38) menyatakan bahwa

jenis berbicara secara garis besar dapat dibagi atas: (1) berbicara di muka umum

(public speaking), yang mencakup berbicara yang bersifat pemberitahuan,

kekeluargaan, bujukan, dan perundingan, (2) berbicara pada konferensi

(conference speaking) yang meliputi diskusi kelompok, prosedur parlementer,

dan debat.

Pendapat Djago Tarigan (dalam St. Y. Slamet, 2008:38) membedakan

macam berbicara berdasarkan pada: (1) situasi, (2) tujuan, (3) metode

penyampaian, (4) jumlah menyimak, dan (5) peristiwa khusus. Menurutnya

berbicara menjadi beragam tergantung dasar apa yang dipergunakan untuk

membedakannya.

Puji Santosa, dkk (2008: 6.36) menyatakan bahwa jenis berbicara

berdasarkan situasinya sebagai berikut:

1) Berbicara formal

Di dalam situasi formal, pembicara dituntut untuk berbicara secara formal.

Misalnya: pidato, ceramah, dan wawancara.

2) Berbicara nonformal

Di dalam situasi nonformal, pembicara harus berbicara secara tidak formal,

Misalnya: bertelepon dan bercakap-cakap.

Menurut Gorys Keraf (dalam St. Y. Slamet, 2008:38) ada tiga jenis

berbicara yaitu: (1) persuasif, (2) instruktif, dan (3) rekreatif. Termasuk jenis

persuasif adalah mendorong, meyakinkan, dan bertindak. Jenis berbicara

instruktif bertujuan untuk memberitahukan, sedangkan berbicara jenis rekreatif

bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan orang lain. Jenis-jenis berbicara

tersebut menghendaki reaksi dari pendengar yang berbeda-beda pula.

Page 31: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 14

Bertolak dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

jenis berbicara menjadi beragam tergantung dari sudut pandang yang digunakan,

tetapi secara garis besar jenis berbicara yaitu berbicara di muka umum dan

berbicara pada konferensi.

f. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat

berkomunikasi secara baik, pembicara harus mempunyai kemampuan berbicara

yang baik pula. Oleh karena itu, agar pesan atau gagasan pembicara dapat

diterima oleh pendengar, maka pembicara harus mampu menyampaikan isi

pembicaraan secara baik dan efektif. Sebagaimana diungkapkan oleh Maidar

G. Arsjad dan Mukti U. S. (1991: 87) bahwa untuk keefektifan berbicara,

pembicara perlu memperhatikan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.

Faktor kebahasaan, antara lain: (1) ketepatan ucapan (meliputi

ketepatan pengucapan vokal dan konsonan), (2) penempatan tekanan, (3)

penempatan persendian, (4) penggunaan nada/irama, (5) pilihan kata, (6)

pilihan ungkapan, (7) variasi kata, (8) tata bentukan, (9) struktur kalimat, dan

(10) ragam kalimat.

Faktor nonkebahasaan, meliputi: (1) keberanian/semangat, (2)

kelancaran, (3) kenyaringan suara, (4) pandangan mata, (5) gerak-gerik dan

mimik, (6) keterbukaan, (7) penalaran, dan (8) penguasaan topik. Aspek-aspek

kebahasaan dan nonkebahasaan di atas diarahkan pada pemakaian bahasa yang

baik dan benar.

Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992:154-160) faktor-faktor penunjang

keefektifan berbicara seseorang adalah (1) faktor kebahasaan yang meliputi

pelafalan bunyi, penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme, serta

penggunaan kata dan kalimat. (2) Faktor nonkebahasaan meliputi sikap

berbicara, pandangan mata kepada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat

orang lain, keberanian, mimik dan pantomimik, kenyaringan suara, kelancaran,

dan santun berbicara.

Page 32: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 15

Kedua faktor berbicara tersebut sangat menunjang keberhasilan seseorang

di dalam berbicara (berkomunikasi) kepada orang lain. Dalam pembicaraan

formal aspek nonkebahasaan sangat diperlukan, karena faktor nonkebahasaan

akan menjadi modal utama dan mempermudah penerapan faktor kebahasaan.

Alangkah baiknya, faktor nonkebahasaan ditanamkan kepada siswa terlebih

dahulu sebelum faktor kebahasaan karena keberanian dan mental anak sangat

berpengaruh terhadap keefektifan berbicara.

Bertolak dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

penunjang keefektifan berbicara adalah adanya faktor kebahasaan dan

nonkebahasaan yang keduanya memiliki hubungan erat. Oleh karena itu, agar

dapat berbicara efektif maka faktor faktor tersebut harus dikuasai dengan baik

dan benar.

g. Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SD

Pembelajaran keterampilan berbicara di SD dijabarkan dari kurikulum

menjadi standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi-materi pokok

pada tiap kelas. Keterampilan berbicara merupakan salah satu kompetensi

dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia yang harus diajarkan di kelas V

sekolah dasar. Tujuan pembelajaran berbicara di sekolah adalah agar siswa

mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pesan secara lisan. Di

samping itu, pengajaran berbicara diarahkan pada kemampuan siswa untuk

berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain secara lisan. (Depdikbud,

1994: 2).

Pembelajaran keterampilan berbicara di kelas V semester II SD sesuai

KTSP Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mencakup dua kompetensi

dasar, yaitu (1) mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung

dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa dan (2) memerankan

tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Sesuai kompetensi

dasar yang kedua yaitu berkaitan dengan memerankan tokoh drama maka dapat

diterapkan metode bermain peran (role playing) sebagai metode pembelajaran

Page 33: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 16

drama yang tepat. Selain itu, masih terdapat kompetensi dasar berbahasa lainnya

yang juga harus dikuasai dan saling mendukung atau berkaitan.

Pembelajaran keterampilan berbicara di SD dapat dilakukan dengan

banyak cara. Pembelajaran keterampilan berbicara sangat terkait dengan

pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya. Puji santosa, dkk (2008:6.38)

mengemukakan bahwa tujuan keterampilan berbicara di SD adalah melatih siswa

dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai

tujuan pembelajaran tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran

membaca atau menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran

berbicara. Misalnya, menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan

kembali cerita yang pernah dibaca dan didengar, mengungkapkan pengalaman

pribadi, bermain peran (role playing), dan berpidato. Pengamatan guru terhadap

aktivitas berbicara siswa dapat direkam dengan menggunakan format yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intonasi

kalimat, kosakata, tata bahasa, kefasihan berbicara, dan pemahaman.

Melihat pentingnya tujuan pembelajaran keterampilan berbicara di

SD, maka seharusnya pembelajaran tersebut lebih dioptimalkan dengan

mengingat bahwa keterampilan berbicara bukanlah sesuatu yang dapat

diajarkan melalui uraian atau keterangan guru saja. Melainkan siswa harus

dihadapkan pada aneka bentuk teks lisan ataupun kegiatan-kegiatan nyata yang

mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Keberhasilan pembelajaran

tersebut juga tidak lepas dari bagaimana cara atau metode yang diterapkan oleh

guru dalam menjalankan tugas pembelajaran keterampilan berbicara. Metode

pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar

atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar

pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan

baik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

keterampilan berbicara di SD berperan penting dalam meningkatkan

keterampilan berbahasa lainnya, sehingga perlu diterapkan cara atau metode yang

tepat dalam pembelajarannya. Salah satu penerapan metode yang dapat dipilih

Page 34: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 17

dalam pembelajaran keterampilan berbicara di Sekolah Dasar (SD) adalah

dengan metode role playing sesuai kompetensi dasar pada kelas V semester II.

h. Penilaian Keterampilan Berbicara di SD

Penilaian keterampilan berbicara di SD lebih sulit dilaksanakan dibanding

dengan penilaian keterampilan berbicara lainnya karena persiapan, pelaksanaan,

dan perskorannya memerlukan banyak waktu dan tenaga. Oleh karena itu, tidak

mengherankan jika banyak guru SD yang melaksanakan kegiatan pembelajaran

keterampilan berbicara tetapi tidak disertai dengan penilaian. Memang banyak

sekali aspek atau faktor yang harus diidentifikasi dalam penilaian keterampilan

berbicara. Semua ini merupakan masalah penilaian kemampuan berbicara yang

harus dihadapi guru. Namun demikian, upaya melaksanakan penilaian

keterampilan berbicara harus dilaksanakan demi pencapaian tujuan pembelajaran

keterampilan berbicara yang diharapkan.

Keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dengan jalan praktik dan

banyak latihan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya perlu diadakan tes untuk

mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai siswa. Menurut Harris (dalam

H. G. Tarigan, 2008:3), komponen-kompnen yang perlu diperhatikan khusus

dalam tes (penilaian) empat keterampilan berbahasa adalah seperti tabel 1

berikut:

Tabel 1. Komponen-komponen yang Perlu Mendapat Perhatian pada Tes

Keterampilan Berbahasa

No Komponen Keterampilan

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

1. Fonologi v v - -

2. Ortografi - - v v

3. Struktur v v v v

4. Kosa kata v v v v

5. Kecepatan

kelancaran

umum

v v v v

Page 35: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 18

Berdasarkan tabel 1 di atas, untuk penilaian keterampilan berbicara

terdapat empat komponen, yaitu komponen fonologi, struktur, kosa kata, dan

kecepatan kelancaran umum.

Puji santosa, dkk (2008:7.19 - 7.24) mengungkapkan bahwa ada tiga tes

yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara siswa, yaitu tes:

1) Tes Respon Terbatas

Tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara siswa secara

terbatas atau secara singkat. Tes ini meliputi tes respon terarah, tes penanda

gambar, dan tes berbicara nyaring.

2) Tes Terpadu

Tes terpadu dapat membantu siswa yang kurang terampil berbicara untuk

mengungkapkan gagasan atau kemampuan kognitifnya melalui kegiatan

menjelaskan. Siswa akan berperan aktif dalam pembelajaran berbicara di

kelas. Tes terpadu meliputi tes parafrase, tes penjelasan, dan tes bermain

peran terpadu.

3) Tes Wawancara

Tes wawancara menerapkan siswa untuk saling melakuka percakapan seperti

halnya mereka berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Tes wawancara harus

dilakukan siswa secara wajar dan tidak dibuat-buat.

Lebih lanjut, Burhan Nurgiyantoro (2001:291-294), membagi tes

keterampilan berbicara menjadi tiga tingkatan. Berikut tiga tingkatan

keterampilan berbicara beserta uraiannya:

1) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Ingatan

Tes keterampilan berbicara pada tingkat ingatan umumnya lebih bersifat

teoritis, menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas berbicara, misalnya

tentang pengertian, fakta, dan sebagainya. Tes tingkatan ini dapat jug berupa

tugas yang dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan ingatan siswa

secara lisan. Tes ini dapat berupa permintaan untuk menyebutkan fakta atau

kejadian. Misalnya rumusan pancasila, nama-nama tokoh, acara televisi yang

disukai, dan baris-baris puisi.

Page 36: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 19

2) Tes Keterampilan Berbicara Tingkat Pemahaman

Tes keterampilan berbicara pada tingkat ini juga masih sama lebih

bersifat teoritis, menanyakan masalah-masalah yang berhubungan dengan

berbagai tugas berbicara. Tes tingkat pemahaman dapat pula dimaksudkan

untuk mengungkap kemampuan pemahaman siswa secara lisan.

3) Tes keterampilan berbicara tingkat penerapan

Tes keterampilan berbicara pada tingkat penerapan tidak lagi bersifat

teoritis, melainkan menghendaki siswa untuk praktik berbicara. Tes tingkat

ini menuntut siswa untuk mampu menerapkan keterampilan berbahasanya

untuk berbicara dalam situasi dan masalah tertentu untuk keperluan

berkomunikasi.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi

keterampilan berbicara seseorang adalah sebagai berikut:

1) Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal dan konsonan) diucapkan

dengan tepat?

2) Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara, serta tekanan suku

kata, memuaskan?

3) Apakah ketepatan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang

pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang

digunakannya?

4) Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang

tepat?

5) -native-

speaker- yang tercermin bila seseorang berbicara

(Brooks, dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 28)

Maidar G. Arsjad dan Mukti U. S. (1991:86-93) menjelaskan bahwa

penilaian keterampilan berbicara didasarkan pada faktor penunjang keefektifan

berbicara yang sudah dijelaskan pada bagian sub bab sebelumnya, yakni meliputi

faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari

kebiasaan penilaian berdasarkan kesan umum sehingga penilaian didasarkan pada

faktor-faktor penunjang berbicara yang dapat diukur secara jelas. Selain itu,

diungkapkan pula bahwa secara garis besar pelaksanaan penilaian keterampilan

berbicara dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 37: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 20

1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan berbicara

secara individual atau kelompok dalam waktu tertentu.

2) Guru menentukan faktor-faktor yang dinilai atau diamati.

3) Siswa yang tidak mendapatkan giliran berbicara diberikan tugas mengamati

berdasarkan pedoman penilaian.

4) Guru dan siswa aktif mengamati kegiatan siswa yang sedang bericara.

5) Selesai kegiatan berbicara para pengamat mengemukakan komentarnya. Guru

juga aktif memberikan masukan/komentar untuk pembenahan kesalahan

siswa.

6) Kegiatan berbicara diulang kembali untuk mengetahui perubahan berbicara

setelah terdapat umpan balik.

Mengingat keterampilan berbicara ini memerlukan latihan dan bimbingan

yang intensif dengan waktu yang relatif lama maka penilaian dilakukan dengan

menilai dan mengukur beberapa faktor/aspek dalam satu kegiatan berbicara saja,

tetapi dapat berlanjut dan bertujuan untuk memperbaiki keterampilan berbicara

lainnya.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka penulis memberikan

batasan terhadap penilaian keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri

Pandak I Sragen sesuai dengan pendapat dari Maidar G. Arsjad dan Mukti U.

S. Sehingga penilaian yang digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara

dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja yang dilengkapi dengan lembar

penilaian pengamatan terhadap keterampilan berbicara siswa. Pengamatan

dilakukan terhadap beberapa aspek keterampilan berbicara sewaktu siswa tampil

berbicara dalam bermain peran (role playing) di depan kelas.

Page 38: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 21

Model atau format lembar penilaian terhadap keterampilan berbicara

siswa yang digunakan tertera pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Format Lembar Penilaian Unjuk Kerja Keterampilan Berbicara Siswa

No

. Nama

Aspek yang Dinilai Jumlah

Skor

Nilai

Akhir Ketuntasan

I II III IV V

1.

2.

3.

4.

5.

Jumlah

Nilai rata-rata

Nilai di bawah 62

Nilai di atas atau sama dengan 62

Ketuntasan Klasikal

Keterangan :

Aspek yang dinilai:

I. Lafal

II. Intonasi

III. Kelancaran

IV. Ekspresi berbicara

V. Pemahaman Isi

Petunjuk penilaian :

1) Nilai setiap aspek yang dinilai dalam berbicara berskala 1 sampai 5.

2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap aspek

penilaian yang diperoleh siswa.

3) Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:

Jumlah Skor

25

x 100 = Nilai Akhir

Page 39: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 22

4) Nilai rata-rata kelas dihitung dengan rumus:

Jumlah nilai

Jumlah siswa

5) Persentase ketuntasan pembelajaran berbicara dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Jumlah Siswa

Skala penilaian aspek keterampilan berbicara dari tiap-tiap deskriptor dapat

diperinci pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara

No. Aspek yang

Dinilai Deskriptor Skor Keterangan

1. Lafal a. Pelafalan sangat jelas

b. Pelafalan jelas

c. Pelafalan cukup jelas

d. Pelafalan kurang jelas

e. Pelafalan tidak jelas

5

4

3

2

1

2. Intonasi a. Intonasi kata/suku kata sangat tepat

b. Intonasi kata/suku kata tepat

c. Intonasi kata/suku kata cukup tepat

d. Intonasi kata/suku kata kurang tepat

e. Intonasi kata/suku kata tidak tepat

5

4

3

2

1

3. Kelancaran a. Berbicara sangat lancar

b. Berbicara dengan lancar

c. Berbicara cukup lancar

d. Berbicara kurang lancar

e. Berbicara tidak lancar

5

4

3

2

1

4. Ekspresi

berbicara

a. Ekspresi berbicara sangat tepat

b. Ekspresi berbicara tepat

c. Ekspresi berbicara cukup tepat

d. Ekspresi berbicara kurang tepat

e. Ekspresi berbicara tidak tepat

5

4

3

2

1

5. Pemahaman

Isi

a. Sangat memahami isi pembicaraan

b. Memahami isi pembicaraan

c. Cukup memahami isi pembicaraan

d. Kurang memahami isi pembicaraan

e. Tidak memahami isi pembicaraan

5

4

3

2

1

= Nilai Rata-Rata

X 100% =

Persentase

Ketuntasan

Klasikal

Page 40: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 23

Penjelasan dari tiap-tiap deskriptor sebagai berikut :

I. Lafal

Kemampuan melafalkan bunyi kata dijelaskan sebagai berikut:

a. Lafal sangat jelas: mengucapkan kata maupun kalimat dengan sangat jelas

yaitu benar-benar dapat dibedakan bunyi konsonan dan vokal (hampir tidak

ada kesalahan).

b. Lafal jelas: mengucapkan kata maupun kalimat dengan jelas yaitu dapat

dibedakan bunyi konsonan dan vokal (artikulasi jelas tetapi sesekali

melakukan kesalahan).

c. Lafal cukup jelas: cukup kesulitan mengucapkan bunyi konsonan dan vokal

dengan jelas tetapi masih dapat dipahami pendengar.

d. Lafal kurang jelas: melafalkan kata-kata yang susah sekali dipahami karena

masalah pengucapan yaitu bunyi konsonan dan vokal kurang jelas untuk

dibedakan sehingga memaksa pendengar harus mendengarkan dengan teliti

ucapannya.

e. Lafal tidak jelas: kesulitan (tidak jelas) melafalkan bunyi konsonan dan vokal

sehingga kesalahan dalam pelafalan terlalu banyak menyebabkan bicaranya

tidak dapat dipahami dan salah pengertian.

II. Intonasi

Kemampuan memberikan intonasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Intonasi sangat tepat: penempatan tekanan kata/suku kata sangat tepat

sehingga berbicaranya tidak terkesan datar dan membosankan.

b. Intonasi tepat: sedikit sekali kesalahan penempatan tekanan kata/suku kata,

pembicaraan juga tidak terkesan datar.

c. Intonasi cukup tepat: terkadang membuat kesalahan dalam penempatan

tekanan kata/suku kata sehingga cukup terkesan datar.

d. Intonasi kurang tepat: sering tidak memberikan tekanan kata/suku kata yang

seharusnya mendapatkan intonasi dan cukup membosankan lawan bicara.

e. Intonasi tidak tepat: sama sekali tidak ada tekanan kata/suku kata dalam

pembicaraannya dari awal sampai akhir sehingga membosankan lawan bicara

dan keseluruhan bicaranya terkesan datar.

Page 41: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 24

III. Kelancaran

Kemampuan kelancaran berbicara dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Berbicara sangat lancar: berbicara dengan sangat lancar, tidak terputus-putus,

dan sejenisnya.

b. Berbicara lancar: sedikit sekali berbicara dengan terputus tetapi tidak terdapat

sejenisnya.

c. Berbicara cukup lancar: terkadang berbicara dengan terputus-putus dan

d. Berbicara kurang lancar: berbicara sering terputus-putus dan menyisipkan

.

e. Berbicara tidak lancar: berbicara selalu terputus-putus, banyak pengucapan

IV. Ekspresi Berbicara

Kemampuan ekspresi berbicara dijelaskan sebagai berikut:

a. Ekspresi berbicara sangat tepat: hampir keseluruhan terdapat

mimik/pantomimik berbicara yang meyakinkan dan komunikatif.

b. Ekspresi berbicara tepat: terkadang menggunakan mimik/pantomimik

berbicara yang dapat membangkitkan perhatian lawan bicara.

c. Ekspresi berbicara cukup tepat: terdapat mimik/pantomimik berbicara tetapi

tidak proporsional (terlalu berlebihan/tidak tepat pada keadaan).

d. Ekspresi berbicara kurang tepat: ragu-ragu dalam memberikan gerak-gerik

(mimik/pantomimik) yang dapat meyakinkan lawan bicara.

e. Ekspresi berbicara tidak tepat: berbicara tanpa ada gerakan, statis, dan

terkesan kaku.

V. Pemahaman Isi

Kemampuan pemahaman isi pembicaraan dijelaskan sebagai berikut:

a. Sangat paham isi pembicaraan: isi pembicaraan sesuai dengan topik dan

tokoh yang diperankan tanpa kesulitan.

b. Memahami isi pembicaraan: isi pembicaraan sesuai dengan topik dan tokoh

yang diperankan tetapi sedikit mengalami kesulitan (kekeliruan).

Page 42: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 25

c. Cukup memahami isi pembicaraan: terkadang berbicara tidak sesuai topik

dan tokoh yang diperankan.

d. Kurang memahami isi pembicaraan: sering berbicara tidak sesuai topik/isi

pembicaraan dan tokoh yang diperankan.

e. Tidak memahami isi pembicaraan: selalu berbicara di luar dari topik dan

tokoh yang diperankan, membingungkan lawan bicara.

2. Hakikat Metode Role Playing

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode di dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat

penting karena merupakan tata cara dalam menentukan langkah-langkah

pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan. Melalui penggunakan metode secara

tepat dan akurat, guru akan mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran.

Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode pembelajaran yang dapat

menunjang kegiatan belajar-mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat

yang paling efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Sulistyo dan Basuki (2006:92), metode berasal dari kata Yunani

meta bodos

tujuan. Oleh karena itu, metode dapat didefinisikan sebagai setiap prosedur yang

digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Pada penelitian, tujuan adalah data yang

terkumpul dan metode adalah alatnya. Dengan kata lain, metode adalah cara yang

teratur dan terpikir baik untuk mencapai maksud, cara kerja sistematis untuk

memudahkan pelaksanaan sebuah kegiatan guna mencapai tujuan yang

ditentukan.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:114) mengemukakan bahwa

metode adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi

pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran

proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Sementara

itu, Puji Santosa, dkk (2008:2.26) menyatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa

Indonesia, metode diartikan sebagai suatu sistem perencanaan pembelajaran

Page 43: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 26

bahasa Indonesia secara menyeluruh untuk memilih, mengorganisasikan, dan

menyajikan materi pelajaran bahasa Indonesia secara teratur.

Metode dan pembelajaran dapat dikatakan sebagai kesatuan kata yang

terdapat dalam ilmu pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, untuk

mendefinisikan pengertian metode pembelajaran haruslah mendefinisikan apa arti

pembelajaran. Pembelajaran

upaya

diketahui (diturut) - -an menjadi

sehingga anak didik mau belajar. (KBBI, 2002:5)

Gagne dan Briggs (dalam http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/

pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/) mengungkapkan bahwa instruction atau

pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar

siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian

rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang

bersifat internal.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

(http://krisna1.blog.uns.ac.id/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/).

Bertolak dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa metode pembelajaran merupakan cara kerja/prosedural pembelajaran

yang dibuat oleh guru secara sadar dan bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu proses pembelajaran yang membuat siswa agar belajar. Hal

ini, diharapkan terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa dan perubahan itu

didapatkan dengan kemampuan baru dalam waktu yang relatif lama dan adanya

usaha.

Page 44: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 27

b. Macam-macam Metode Pembelajaran

Menurut Martinis Yamin (2005:71-82), macam metode pembelajaran

dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Metode diskusi, merupakan proses

interaksi dua atau lebih individu saling tukar pengalaman, informasi,

memecahkan masalah semua aktif; (b) Metode kerja kelompok, yaitu cara

mengajar guru dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk

menyelesaikan tugas; (c) Metode penemuan, merupakan proses mental

sehingga siswa mampu mengasimilasi sesuatu konsep; (d) Metode simulasi,

adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksud;

(e) Metode brain storming (sumbang saran), adalah suatu teknik atau cara

mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas dengan cara melontarkan suatu

masalah kemudian siswa menjawab; (f) Metode eksperimen, yaitu cara guru

mengajar dengan siswa melakukan percobaan suatu hal, mengamati prosesnya

serta menuliskan hasil percobaannya kemudian disampaikan ke kelas dan

dievaluasi oleh guru; (g) Metode demonstrasi, yaitu cara mengajar guru dengan

menunjukkan suatu proses siswa melihat, mengarnati, mendengar mungkin

meraba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut; (h)

Metode karya wisata, yaitu cara mengajar yang dilakukan dengan cara mengajak

siswa ke suatu tempat di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki

sesuatu; (i) Metode bermain peran dan sosiodrama, yaitu siswa

mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang

dalam hubungan sosial antarmanusia; (j) Metode latihan dan driil, yaitu cara

mengajar guru dengan memberikn kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan

kegiatan latihan, sehingga memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih

tinggi dari pada yang telah dipelajari; (k) Metode tanya jawab, yaitu suatu

metode untuk memberi motivasi kepada siswa agar bangkit pemikirannya

untuk bertanya atau guna mengajukan pertanyaan, siswa menjawab; (l) Metode

ceramah, yaitu usaha menularkan pengetahuan kepada siswa secara lisan atau

ceramah di depan kelas.

Jenis-jenis metode pembelajaran telah dijelaskan di atas, memang

masing-masing metode memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri

Page 45: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 28

sehingga pada hakikatnya metode yang paling tepat untuk setiap mata

pelajaran sukar ditentukan. Begitu juga guru sukar menggunakan metode yang

bervariasi, mengkombinasikan dengan metode lain yang sesuai dan saling

menunjang. Namun, dapat disimpulkan bahwa setiap metode pembelajaran

itu dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) Sesuai dengan

tujuan; (2) Dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan guru; (3) Tergantung

dengan kemampuan siswa; (4) Sesuai dengan besarnya kelompok; (5)

Melihat waktu pengumuman; (6) Melihat fasilitas yang ada. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode bermain peran (role playing)

yaitu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi, daya

ekspresi, dan penghayatan siswa dalam memainkan tokoh drama.

c. Pengertian Metode Role Playing

Role playing merupakan pementasan drama yang sangat sederhana. Peran

diambil dari kehidupan sehari-hari (bukan imajinatif). Role playing merupakan

langkah awal dalam pengajaran drama. Dari role playing dapat dicapai aspek

perasaan, sikap, nilai, persepsi, keterampilan pemecahan masalah, dan

pemahaman terhadap pokok permasalahan.

Martinis Yamin (2005:76) menyatakan bahwa metode bermain peran

(role playing) adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau

lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing

sesuai dengan tokoh yang dilakoninya. Mereka berinteraksi dan melakukan peran

terbuka. Siswa diberikan kesempatan seluas luasnya untuk memerankan

sehingga menemukan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan

sesungguhnya.

Menurut Oemar Hamalik (2003:199) role playing adalah teknik teknik

simulasi yang umumnya digunakan untuk pendidikan social dan hubungan

antarinsani. Para siswa berpartisipasi sebagai pemain dengan peran tertentu atau

sebagai pengamat bergantung dari tujuan-tujuan dari penerapan metode tersebut.

Treffinger (dalam Herman J. waluyo, 2002:189) mngungkapkan bahwa

role playing is the acting of roles decided upon in advanced, for such purpose as

Page 46: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 29

recreating historical scenes of the past, possible event of the future, significant

current events, or imaginary situations at any place or time. Dapat diartikan

bahwa bermain peran adalah memerankan dari suatu keputusan peraturan yang

teratur, untuk tujuan seperti menciptakan kembali adegan sejarah dari peristiwa

masa lalu, memungkinkan peristiwa yang akan datang, peristiwa nyata yang

signifikan, atau situasi imajiner di setiap tempat atau waktu.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2006:56) berpendapat bahwa

metode role playing termasuk dalam kelompok model interaksi sosial. Bermain

peran adalah siswa mengkaji masalah-masalah hubungan manusia dengan

memerankan situasi -situasi masalah kemudian mendiskusikannya. Siswa dapat

menjelajah dan mengkaji perasaan, sikap, nilai, dan strategi pemecahan masalah.

Bruce Joyce dan Marsha Weil (1996:91), mengemukakan bahwa In role

playing, students explore human relations problems by enacting problem

situations and then discussing the enactments. Diartikan bahwa dalam metode

role playing, siswa mengeksplorasi masalah-masalah tentang hubungan antar

manusia dengan cara memainkan peran dalam situasi permasalahan kemudian

mendiskusikan peraturan-peraturan. Role playing merupakan metode

pembelajaran yang berasal dari dimensi pendidikan individu maupun sosial.

Metode ini membantu siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial

mereka dan membantu memecahkan masalah pribadi dengan bantuan kelompok

sosial. Dalam level yang sangat sederhana, role playing dimainkan dalam

beberapa rangkaian tindakan yaitu menguraikan masalah, memerankan, dan

mendiskusikan masalah tersebut.

Abdul Azis Wahab (2009: 109) berpendapat bahwa role playing yaitu

berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk

tujuan-tujuan tertentu. Metode bermain peran (role playing) adalah salah satu

bentuk permainan pendidikan (education games) yang dipakai untuk menjelaskan

perasaan, sikap, tingkah laku, dan nilai dengan tujuan untuk menghayati

perasaan, sudut pandang, dan cara berpikir orang lain dengan memerankan peran

orang lain.

Page 47: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 30

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

role playing merupakan salah satu metode pembelajaran dengan menempatkan

peserta didik untuk melakukan kegiatan bermain atau memainkan peran

tokoh lain dengan penuh penghayatan dan kreativitas berdasarkan peran suatu

kasus yang sedang dibahas sebagai materi pembelajaran bermain peran pada saat

itu.

d. Alasan Penggunaan Metode Role Playing

Penggunaan metode role playing yang akan diterapkan oleh seorang guru

dalam pembelajaran tentu didasarkan adanya alasan atau pertimbangan. Alasan

tersebut dimungkinkan bahwa metode role playing sangat tepat untuk mencapai

suatu tujuan pembelajaran tertentu. Role playing dapat digunakan untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa karena dalam bermain peran, siswa

diharuskan untuk terampil berbicara kepada pemeran lainnya.

Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009:341), ada

dua alasan seorang guru memutuskan untuk menggunakan metode role playing

dengan sekelompok siswa. Salah satunya adalah untuk memulai program

pendidikan sosial yang sistematis, role playing banyak menyediakan materi

untuk didiskusikan dan dianalisis. Untuk itu, sebuah masalah dalam situasi

tertentu mungkin akan dipilih. Alasan yang kedua adalah untuk memberi saran

pada sekelompok siswa dalam menghadapi sebuah masalah keseharian. Role

playing bisa memunculkan permasalahan untuk diteliti siswa dan membantu

siswa memecahkan masalah.

Penanaman dan pengembangan aspek nilai, moral, dan sikap siswa akan

lebih mudah dicapai apabila siswa secara langsung mengalami (memerankan)

peran tertentu, dari pada hanya mendengarkan penjelasan ataupun melihat dan

mengamati saja. (http://www.scribd.com/doc/13065635/Metodemetode-pembe-

lajaran). penjelasan tersebut memberikan alasan kuat bahwa penggunaan metode

role playing dapat mengembangkan aspek sikap atau kepribadian siswa menjadi

lebih baik. Pengalaman dengan melakukan langsung (bermain peran) akan lebih

membekas pada diri siswa dari pada hanya melihat atau mendengarkan saja.

Page 48: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 31

Marika Soebrata (1997:49) menyatakan bahwa role playing dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati pikiran dan perasaan

orang lain yang mungkin berbeda dengan pikiran dan perasaannya sehingga sikap

toleran dapat berkembang. Kondisi tersebut dapat dijadikan alasan bahwa role

playing digunakan karena dapat menanamkan sikap toleran siswa kepada yang

lainnya atau termasuk dampak pengiring dalam kehidupan sehari-hari.

Bertolak dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

alasan penggunaan metode role playing yaitu metode ini dapat memupuk jiwa

sosial anak dan membantu siswa dalam memecahkan masalah kehidupannya

serta mengembangkan aspek nilai, moral, dan sikap siswa.

e. Tujuan Role Playing

Tujuan merupakan sesuatu yang harus ditentukan di dalam membuat

suatu perencanaan sehingga memiliki arah yang jelas. Metode role playing ini

digunakan untuk mencapai beberapa bentuk tujuan pembelajaran baik secara

instruksional maupun pengiring. Metode role playing dapat digunakan untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa, misalnya dalam bermain drama

pendek.

Menurut Oemar Hamalik (2003:199) tujuan role playing sesuai dengan

jenis belajar adalah sebagai berikut: (1) Belajar dengan berbuat yaitu siswa

melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.

Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif atau

reaktif. (2) Belajar melalui peniruan yaitu pengamat (siswa) menyamakan diri

dengan pelaku dan tingkah laku pemeran. (3) Belajar melalui balikan, pengamat

menanggapi perilaku para pemain peran yang telah ditampilkan. (4) Belajar

melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan yaitu pemeran dapat

memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam

penampilan berikutnya.

Mulyani Sumantri, dkk (2006:60) mengemukakan bahwa tujuan bermain

peran (role playing) didesain terutama untuk memupuk :

1) Analisis nilai dan perilaku sosial.

Page 49: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 32

2) Pengembangan strategi untuk memecahkan masalah antarpribadi.

3) Perkembangan empati atau penghargaan terhadap orang lain.

Esensi role playing adalah keterlibatan partisipan dan peneliti dalam

situasi masalah yang sebenarnya dan adanya keinginan untuk memunculkan

resolusi damai serta memahami apa yang muncul dari keterlibatan tersebut.

Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009:329), role playing

berperan/bertujuan untuk, (1) mengeksplorasi perasaan siswa, (2) mentransfer

dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan persepsi siswa, (3)

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan tingkah laku, (4)

mengeksplorasi materi pelajaran dalam cara yang berbeda.

Metode bermain peran (http://www.scribd.com/doc/13065635/metode

metode-pembelajaran), digunakan dengan tujuan:

1) agar menghayati suatu kejadian atau hal yang sebenarnya terdapat dalam

realita kehidupan,

2) agar memahami sebab akibat suatu kejadian,

3) sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan tertentu,

4) sebagai alat mendiagnosa keadaan, kemampuan dan kebutuhan siswa,

5) pembentukan konsep diri (self concept),

6) menggali peran-peran seseorang dalam suatu kehidupan kejadian dan

keadaan,

7) menggali dan meneliti nilai-nilai atau norma-norma dan peran budaya dalam

kehidupan,

8) membantu siswa dalam mengklasifikasikan atau memperinci, memperjelas

pola berpikir, berbuat dan memiliki keterampilan dalam membuat atau

mengambil keputusan menurut caranya sendiri,

9) alat hubung untuk membina struktur sosial dan system nilai lingkunganya,

10) membina kemampan siswa dalam memecahkan masalah, berpikir kritis

analitis berkominkasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain,

11) melatih siswa dalam mengemdalikan dan memperbaharui perasaan, cara

berpikirnya dan perbuatannya.

Page 50: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 33

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa tujuan role playing adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana

dengan bermain peran untuk mencapai keterampilan-keterampilan interaktif dan

memupuk perilaku sosial siswa dalam kehidupannya. Perilaku sosial tersebut

diantaranya sikap empatik dan senang bekerjasama. Bermain peran dapat

meningkatkan dan menumbuhkan kerja sama siswa dalam proses belajar. Kerja

sama merupakan fnomena kehidupan masyarakat. Melalui kerja sama manusia

dapat membangkitkan dan menghimpun tenaga atau energi secara bersama-sama

yang kemudian disebut sinergi. Metode Role Playing diterapakan dengan cara

bekerjasama antarsiswa.

Secara khusus dampak instruksional dan pengiring penggunaan metode

role playing dapat divisualisasikan pada gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Dampak-dampak Instruksional dan Pengiring dalam Metode Role

Playing

(Sumber: Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun, 2009:345)

Metode

role

playing

I N S T R U K S I O N A L

P E N G I R I N G

Empati,

hormat

Analisis tentang

nilai dan perlaku

personal

Strategi dalam

memecahkan

masalah

interpe-

sonal

keterpaduan Kenyamanan

berpendapat

Keterampilan

bernegosiasi

Page 51: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 34

f. Manfaat Role Playing

Fannie R. Shaftel dan George Shaftel (dalam Abdul Azis Wahab,

2009:109) mengemukakan bahwa role playing memiliki dua manfaat utama yaitu

education for citizen group counseling

masih terdapat beberapa manfaat lainnya. Penggunaan metode ini akan

memberikan manfaat apabila dilakukan dengan langkah-langkah yang benar.

Manfaat role playing menurut Bruce Joyce, et al (2009:341), adalah

sebagai berikut :

1) Siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengenali dan

memperhitungkan perasaannya sendiri serta perasaan orang lain.

Siswa bisa memiliki perilaku baru dalam menghadapi situasi sulit yang

tengah dihadapi, dan siswa meningkatkan skill memecahkan masalah.

2) Role playing bisa merangsang timbulnya beberapa aktivitas

Siswa menikmati tindakan atau pemeranan. Role playing adalah salah satu

sarana untuk mengembangkan materi instruksional. Tingkatan dalam metode

ini tidakakan pernah berakhir dengan sendirinya, tetapi hanya membantu

siswa untuk mengekspos nilai-nilai, perasan, solusi masalah, dan tingkah laku

yang ada dan terpendam dalam diri siswa.

Manfaat penggunaan metode bermain peran (http://www.scribd. com/

doc/ 13065635/metodemetode-pembelajaran) adalah sebagai berikut :

1) Membantu siswa menemukan makna dirinya dalam kelompok.

2) Membantu siswa memecahkan persoalan pribadi dengan bantuan kelompok.

3) Memberi pengalaman bekerjasama dalam memecahkan masalah.

4) Memberi siswa pengalaman mengembangkan sikap dan keterampilan

memecahkan masalah.

Berpijak dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat

role playing adalah untuk membantu siswa memahami perasaan dirinya sendiri

maupun orang lain dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah-

masalah sosial.

Page 52: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 35

g. Langkah-langkah Penggunaan Role Playing

Shaftel (dalam Mulyani Sumantri, dkk, 2006:56), menyarankan sembilan

langkah role playing yaitu :

1) Fase pertama: membangkitkan semangat kelompok, memperkenalkan siswa

dengan masalah sehingga mereka mengenalnya sebagai suatu bidang yang

harus dipelajari.

2) Fase kedua: pemilihan peserta, guru dan siswa menggambarkan berbagai

karakter/bagaimana rupanya, bagaimana rasanya, dan apa yang mungkin

mereka kemukakan. Guru dapat menentukan berbagai kriteria dalam memilih

siswa untuk peran tertentu.

3) Fase ketiga: menentukan arena panggung, para pemain peran membuat garis

besar skenario, tetapi tidak mempersiapkan dialog khusus.

4) Fase keempat: mempersiapkan pengamat. Melibatkan pengamat secara aktif

sehingga seluruh anggota kelompok mengalami kegiatan itu dan kemudian

dapat menganalisanya. Siswa yang tidak maju untuk bermain peran diberikan

tugas mengamati atau menanggapi hasil unjuk kerja bermain peran kelompok

yang maju terutama dari segi keterampilan berbicara.

5) Fase kelima: pelaksanaan kegiatan pemeranan, para pemeran mengan

sumsikan perannya dan menghayati situasi secara spontan dan saling

merespon secara realistik.

6) Fase keenam: berdiskusi dan mengevaluasi, apakah masalahnya penting, dan

apakah peserta dari pengamat terlibat secara intelektual dan emosional.

7) Fase ketujuh: memerankan kembali, siswa dan guru dapat berbagi interpretasi

baru tentang peran dan menentukan apakah harus dilakukan oleh individu-

individu baru atau tetap oleh orang semula. Dengan demikian, permainan

peran ini menjadi kegiatan konseptual yang dramatis.

8) Fase kedelapan: berdiskusi dan mengevaluasi. Siswa mungkin mau menerima

solusi, tetapi guru mendorong solusi yang realistik. Selama mendiskusikan

pemeranan ini guru menampakkan tentang apa yang akan terjadi kemudian

dalam pemecahan masalah itu.

Page 53: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 36

9) Fase kesembilan: saling berbagi dan mengembangkan pengalaman, guru

harus mencoba untuk membentuk diskusi, setelah mengalami strategi

bermain peran yang cukup lama, untuk dapat menggeneralisasi mengenai

pendekatan terhadap masalah serta akibat dari pendekatan itu.

Menurut Marika Soebrata (1997:49) langkah-langkah penyajian metode

role playing adalah (1) dideskripsikan skenario kejadian atau situasi yang

dipentaskan, (2) mempelajari karakteristik peranan yang akan dipentaskan, (3)

memilih pemeran dan menugaskan untuk menghayati peran yang harus

dibawakan, (4) melaksanakan role playing, (5) debriefing atau kegiatan

mendiskusikan hasil role playing.

Shaftel (dalam Bruce Joyce, et al, 2009:333) berpendapat bahwa role

playing terdiri dari sembilan langkah seperti yang tertera pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Struktur Pembelajaran dalam Role Playing

Tahap Pertama

Memanaskan Suasana Kelompok

Tahap Kedua

Memilih Partisipan

- Mengidentifikasi dan memaparkan masalah

- Menjelaskan masalah

- Menafsirkan masalah

- Menjelaskan role playing

- Menganalisis peran

- Memilih pemain yang akan melakukan

peran

Tahap Ketiga

Mengatur Setting

Tahap Keempat

Mempersiapkan Peneliti

- Mengatur sesi-sesi tindakan

- Kembali menegaskan peran

- Lebih mendekat pada situasi yang bermasalah

- Memutuskan apa yang akan dicari

- Memberikan tugas penagamatan

Tahap Kelima

Pemeranan

Tahap Keenam

Berdiskusi dan Mengevaluasi

- Memulai role play

- Mengukuhkan role play

- Menyudahi role play

- Mereview pemeranan (kejadian, posisi,

kenyataan)

- Mendiskusikan fokus-fokus utama

- Mengembangkan pemeranan selanjutnya

Tahap Ketujuh

Memerankan Kembali

Tahap Kedelapan

Diskusi Dan Evaluasi

- Memainkan peran yang diubah, memberi

masukan atau alternatif perilaku dalam langkah

selanjutnya.

- Sebagaimana dalam tahap enam

Tahap Kesembilan

Berbagi dan Menggeneralisasi Pengalaman

Menghubungkan situasi yang bermasalah dengan kehidupan di dunia nyata serta masalah-

masalah yang baru muncul. Menjelaskan prinsip umum dalam tingkah laku.

Sumber : berdasar buku Fannie Shafthel dan George Shaftel, Role Playing of Social Value

(Englewood Cliffs, N. J. ; Prentice-Hall,Inc.1967)

Page 54: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 37

h. Organisasi Penerapan Pembelajaran Metode Role Playing

Menurut Oemar Hamalik (2003:199-200) pola organisasi disesuaikan

dengan tujuan-tujuan yang menuntut bentuk partisipasi tertentu yaitu pemain,

pengamat, dan pengkaji. Ada tiga pola organisasi, yakni sebagai berikut:

1) Bermain peranan tunggal (single role playing). Mayoritas siswa bertindak

sebagai pengamat terhadap permainan yang sedang dipertunjukkan

(sosiodrama). Tujuannya adalah untuk membentuk sikap dan nilai.

2) Bermain peranan jamak (multi role playing). Para siswa dibagi-bagi menjadi

beberapa kelompok dengan banyak anggota yang sama dan penentuannya

disesuaikan dengan banyaknya peran yang dibutuhkan. Tiap peserta

memegang dan memainkan peran tertentu dalam kelompoknya masing-

masing. Tujuannya juga untuk mengembangkan sikap.

3) Peranan ulangan (role repetition). Peranan utama dalam suatu drama atau

simulasi dapat dilakukan oleh setiap siswa secara bergiliran. Dalam situasi

seperti itu siswa belajar melakukan, mengamati, dan membandingkan

perilaku yang ditampilkan oleh pemeran sebelumnya. Pendekatan itu banyak

dilaksanakan dalam rangka mengembangkan keterampilan-keterampilan

interaktif.

Guru mempunyai peranan yang penting. Pada awal latihan guru

memberikan penjelasan tentang peran-peran yang akan ditampilkan dan tujuan-

tujuan yang hendak dicapai oleh latihan itu. Guru menciptakan suasana bermain

yang menyenangkan dan mencegah timbulnya kecemasan siswa. Pada akhir

latihan, guru melakukan umpan balik dan menarik kesimpulan-kesimpulan

umum. Kritik-kritik yang bersifat merusak (destruktif) hendaknya dicegah, dalam

hal ini guru bertindak sebagai wasit.

Menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani (2007:

107-119), organisasi pembelajaran role playing cenderung dibagi pada tiga fase

yang berbeda, yaitu: (1) perencanaan dan persiapan, (2) interaksi, (3)

refleksi dan evaluasi yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Perencanaan dan Persiapan

Page 55: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 38

Perencanaan yang matang adalah kunci kesuksesan dalam role

playing. Hal-hal yang harus dipertimbangkan oleh guru sebelum

memulai permainan, antara lain:

a) Mengenal siswa

Semakin guru mengenal siswa, maka akan semakin besar

kemungkinan untuk memperkenalkan role playing dengan relevan dan

berhasil. Guru pun harus mempertimbangkan beberapa hal berikut:

(1) Jumlah siswa

(2) Apa yang diketahui siswa tentang materi pada saat itu

(3) Pengalaman terdahulu tentang role playing

(4) Kelompok umur

(5) Latar belakang peserta

(6) Minat dan kemampuan siswa

(7) Kemampuan peserta untuk berkolaborasi

(8) Menentukan tujuan pembelajaran

b) Mengetahui kapan role playing digunakan

c) Memahami pendekatan role playing

Sebagai suatu metode pembelajaran, role playing mempunyai

beberapa pendekatan. Guru dapat memilih salah satunya dengan

mempertimbangkan pada persepsi siwa, tujuan pembelajaran, dan

jumlah waktu yang tersedia.

Berikut ini adalah tiga pendekatan dalam role playing:

(1) Role playing sederhana (simple role playing)

Role playing tipe ini membutuhkan sedikit persiapan. Guru dapat

melakukannya dengan membagi siswa secara berpasangan,

kemudian siswa diberi peran-peran yang khusus dan seperangkat

skenario. Kemudian mereka diminta untuk memerankan secara

spontan tentang permasalahan yang telah ditentukan.

(2) Role playing sebagai latihan (role play exercises)

Role playing tipe ini merupakan role playing berbasis

keterampilan dan menuntut persiapan. Peserta akan membutuhkan

Page 56: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 39

sejumlah informasi atau latar belakang faktual sebelum memasuki

tipe ini. Misalnya, siswa diminta untuk memerankan role playing

sebuah interview lat-alat

-lain. Peserta membutuhkan sejumlah waktu untuk

membayangkan dirinya ke dalam situasi tersebut.

(3) Role playing yang diperpanjang (extended role play)

Role playing tipe ini merupakan sebuah permainan dengan

penggunaan waktu pelaksanaan yang diperpanjang, dapat berkisar

satu jam atau bahkan sehari penuh.

d) Mengidentifikasi skenario

Skenario memberi informasi tentang apa yang harus diketahui siswa

sebagai pemegang peran. Pilihan skenario akan bergantung pada

minat, fokus materi serta pengalaman guru dan siswa.

e) Menempatkan peran

Pilihan peran akan bergantung pada problem atau materi yang akan

disoroti. Jadi, kita dapat bertanya peran mana yang paling

memungkinkan untuk dapat mengungkapkan keterampilan atau sikap

yang dieksplorasi.

f) Menentukan peran/kedudukan guru

Sebelum role playing dimulai, guru harus membuat keputusan apakah ia

akan berperan sebagai partisipan, pengamat atau kombinasi dari

keduanya.

g) Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik

Sebelum role playing dimulai, guru harus mempertimbangkan

berbagai keadaan yang bisa menghambat jalannya kegiatan, seperti:

apakah ruangan cukup luas, apakah kursi dan mejanya bisa dipindah,

dan apakah tidak akan membuat bising tetangga kelas. Semua itu harus

dipertimbangkan dan dicari jalan untuk mengatasinya.

h) Merencanakan waktu yang baik

Page 57: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 40

Role playing berlangsung antara 5-10 menit untuk yang sederhana.

Seharusnya dipertimbangkan juga pengalokasian waktu bagi kegiatan-

kegiatan pendukung, seperti diskusi pendahuluan, pemeranan, dan

refleksi yaitu dengan perbandingan 1:2:3.

i) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan

Setelah memutuskan tujuan, guru dan siswa perlu meneliti informasi-

informasi yang dapat membantu mereka dalam memerankan peran.

Sumber informasi tersebut dapat diperoleh dengan beberapa cara,

misalnya: di awal, guru dapat dengan singkat menggambarkan suatu

situasi, atau meminta siswa untuk mengingat suatu program televisi.

2) Interaksi

Dalam mengimplementasikan rencana ke dalam aksi, dapat

ditempuh melalui langkah-langkah berikut ini:

a) Membangun aturan dasar

Aturan dasar untuk pelaksanaan role playing harus dibuat sejak

awal, sebelum permainan dimulai agar setiap pihak yang terkait di

dalamnya dapat mengetahui dengan jelas aturan yang berlaku.

b) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran perlu ditentukan sebelum role playing dimulai agar

kegiatan siswa lebih terfokus/terarah dan memudahkan mereka untuk

mengevaluasi tingkat keberhasilan peran yang mereka capai.

c) Membuat langkah-langkah yang jelas

Langkah-langkah permainan perlu dibuat untuk memperjelas tujuan

yang ingin dicapai.

d) Mengurangi ketakutan tampil di depan publik

Dengan mengikutsertakan siswa dalam permainan peran ini,

diharapkan mereka akan berlatih untuk terbiasa berbicara di depan

orang lain.

e) Menggambarkan skenario atau situasi

Skenario yang diciptakan oleh guru dibuat untuk memungkinkan

siswa mencari pengetahuan untuk dirinya sendiri, yaitu sesuatu yang

Page 58: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 41

hanya dapat diperoleh dengan cara berpartisipasi di dalamnya.

Skenario bisa berbentuk tertulis atau verbal/lisan.

f) Mengalokasikan peran

Peran dapat dialokasikan dalam berbagai cara, misalnya bagi guru

yang sangat mengenal/mengetahui karakteristik siswanya, maka

pengalokasian peran kunci diberikan pada siswa yang paling

berpengalaman/pintar. Sementara jika guru tidak mengenal siswa

dengan baik, maka biasanya peran dibagi secara acak.

g) Memberi informasi yang cukup

Pemberian informasi sangat dibutuhkan oleh peserta agar mereka

dapat menjalankan tugasnya dengan efektif dan sukses.

h) Menjelaskan peran guru dalam role playing

Dalam role playing, guru mempunyai peranan yang penting.

Sebelum role playing dimulai, guru perlu menjelaskan kepada siswa

tentang keterlibatannya, memberikan penjelasan tentang peran-peran

yang akan ditampilkan dan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Selain itu

pada akhir role playing, guru perlu melakukan umpan balik dan

menarik kesimpulan-kesimpulan umum. (Oemar Hamalik, 2003: 200).

i) Memulai role playing secara bertahap

Role playing seharusnya dilakukan secara bertahap, dari tahap yang

paling mudah/sederhana (seperti diskusi sebelum memulai permainan)

hingga tahap pemeranan.

j) Menghentikan role playing dan memulai kembali jika perlu

Dalam menghentikan permainan, sebaiknya di awal permainan guru

bersama siswa membuat kesepakatan tentang sinyal apa yang akan

digunakan. Misalnya, guru mengangkat tangan atau bergerak ke

tempat tertentu.

k) Bertindak sebagai pengatur waktu

Sebelum role playing dimulai guru harus mengemukakan pada siswa

tentang lamanya waktu yang disediakan. Ketika permainan telah

berjalan, maka guru dapat bertindak sebagai pengatur waktu dan

Page 59: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 42

memberi kode tertentu (sesuai kesepakatan) jika waktu sudah

berakhir.

3) Refleksi dan Evaluasi

Refleksi dan evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses role

playing. Guru biasanya melakukan refleksi di antara interaksi atau diakhir

interaksi. Di dalam refleksi biasanya mengandung beberapa aspek

kegiatan, yaitu identifikasi, klarifikasi, dan analisis.

Refleksi atau evaluasi yang dilakukan di akhir interaksi/kegiatan

dapat dilihat dalam enam langkah berikut ini: 1) membawa siswa keluar

dari peran yang dimainkannya, 2) meminta siswa mengekspresikan

pengalaman belajar yang telah diperolehnya secara individual, 3)

mengkonsolidasikan ide-ide, 4) memfasilitasi suatu analisis kelompok, 5)

memberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi, dan 6) menyusun

agenda/rencana untuk masa depan.

Guru juga harus mampu memandu proses role playing agar berjalan

sesuai tujuan. Tugas guru di sini adalah mendorong peserta yang hanya

diam saja untuk ikut berpartisipasi. Guru harus bisa menciptakan

suasana agar siswa tidak perlu takut untuk membagikan ide-ide, percaya

bahwa tidak ada seorang pun yang akan menertawakan masukannya atau

mengkritik kesimpulannya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode

role playing pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I ini tidak terlepas atau mengacu

dari penelitian sebelumnya. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah

Keterampilan Berbicara melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa

penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan kualitas keterampilan

berbicara dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah yang ditandai

Page 60: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 43

dengan meningkatnya hasil keterampilan berbicara disetiap siklusnya yaitu siklus I

(44%), siklus II (66%), dan siklus III (78%).

Penelitian Tri Priyadi di atas, relevan dengan penelitian ini. Persamaannya

yaitu terdapat pada objek kajiannya dalam meningkatkan keterampilan berbicara.

Selain memiliki persamaan, penelitian tersebut juga memiliki perbedaan dengan

penelitian ini yaitu penelitian Tri Priyadi menggunakan strategi pembelajaran

berbasis masalah dengan subjek penelitian tingkat SMP, sedangkan penelitian ini

menggunakan metode role playing (bermain peran) dengan subjek penelitian tingkat

Sekolah Dasar.

Penelitian Asri Pratiwi (2009) dengan judul, Peningkatan Pemahaman

ran IPS melalui

Metode Role Playing pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Blorong Tahun Ajaran

2009/2010 . Penelitian Asri Pratiwi tersebut berbentuk penelitian tindakan kelas

(PTK) dengan menggunakan model siklus dan menyimpulkan bahwa melalui metode

role playing dapat meningkatkan pemahaman k

role playing pada Siswa Kelas

V SD Negeri 01 Blorong.

Penelitian Asri Pratiwi di atas, relevan dengan penelitian ini. Persamaannya

adalah jenis penelitian yakni penelitian tindakan kelas dan pada metodenya yaitu

sama-sama menerapkan metode role playing. Namun, terdapat perbedaan antara

penelitian Asri Pratiwi dengan penelitian ini yaitu objek kajian Asri pemahaman

penelitian ini memiliki objek kajian keterampilan berbicara.

Selain kedua penelitian di atas, ada lagi sebuah penelitian yang relevan

dengan penelitian ini, yaitu penelitian Nurhatim (2009) yang berjudul

Role Playing untuk Meningkatkan Kemampuan

penelitian ini adalah PTK, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan

kemampuan berbicara siswa dalam hal menceritakan isi cerpen melalui penerapan

metode role playing. Adapun aspek-aspek yang ditingkatkan, yaitu: (1)

kemampuan menceritakan cerpen pada aspek kebahasaan yang mencakup

Page 61: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 44

intonasi, jeda, pilihan kata/diksi, struktur kalimat; (2) aspek nonkebahasaan

yang meliputi keberanian, kelancaran, ekspresi/mimik; dan (3) aspek isi meliputi

kerincian, kesesuaian, kelengkapan, dan kejelasan.

Nurhatim melakukan penelitian ini dalam dua siklus dengan hasil yang

menunjukkan bahwa penerapan metode role playing atau bermain peran dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menceritakan isi cerpen yang meliputi

peningkatan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan pada setiap siklusnya secara

signifikan. Persamaan penelitian Nurhatim dengan penelitian ini yaitu pada

jenis penelitian yakni penelitian tindakan kelas dan pada metodenya, yaitu sama-

sama menerapkan role playing atau bermain peran. Hanya saja ada sedikit

perbedaan pada objek kajian penelitiannya, penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa secara umum, sedangkan penelitian

Nurhatim untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menceritakan isi cerpen.

C. Kerangka Berpikir

Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus

diajarkan dan dikuasai oleh siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar di Sekolah

Dasar (SD), karena keterampilan berbicara bermanfaat bagi siswa (khususnya siswa

SD) untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik dan

mengembangkan kemampuan siswa dalam berbahasa.

Berdasarkan hasil observasi awal (kondisi awal) yang dilakukan oleh

peneliti menunjukkan bahwa keterampilan berbicara dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen

diidentifikasikan masih mengalami kesulitan dan tergolong rendah. Pembelajaran

berbicara yang selama ini dilakukan di dalam kelas masih mengalami beberapa

hambatan yang dapat menyebabkan rendahnya keterampilan tersebut. Penyebab

rendahnya keterampilan berbicara siswa antara lain sebagai berikut: (1) siswa

kurang berminat dan termotivasi dalam kegiatan berbicara. memperhatikan dengan

baik. (2) Sikap ketika berbicara dalam kegitan berbicara siswa terlihat tegang dan

kurang rileks. Sehingga siswa masih kesulitan dalam mengucapkan bahasa lisan

yang akan disampaikan. (3) Kurangnya latihan keterampilan berbicara yang

Page 62: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 45

diterapkan dalam pembelajaran. (4) Proses pembelajaran keterampilan berbicara

yang diterapkan guru masih menggunakan metode yang konvensional sehingga

mengurangi minat dan antusias bagi siswa.

Bertolak dari permasalahan tersebut, diperlukan suatu tindakan dengan

menggunakan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

keterampilan berbicara siswa. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah

metode bermain peran (role playing). Dengan metode pembelajaran ini,

keterampilan berbicara siswa diharapkan dapat meningkat karena metode ini

menyajikan cara yang lebih efektif dan efisien untuk membantu siswa dalam

mengikuti pembelajaran berbicara. Dikatakan efektif karena penerapan metode

bermain peran akan lebih menghemat waktu, hal ini disebabkan karena siswa

dapat tampil praktik berbicara secara berkelompok. Dikatakan efisien, karena

dengan bermain peran siswa seolah-olah dihadapkan pada situasi belajar sambil

bermain, pada umumnya permainan merupakan hal paling menarik untuk anak-anak

usia sekolah dasar.

Pada kondisi akhir diharapkan terdapat peningkatan kualitas proses dan hasil

keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing. Peningkatan ini

akan ditandai dengan target akhir sebanyak 80% dari jumlah siswa kelas V yang ada

mendapatkan nilai di atas KKM yang telah ditetapkan atau batas ketuntasan dalam

pembelajaran keterampilan berbicara.

Page 63: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 46

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat divisualisasikan pada

gambar 2 sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di

atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas proses

keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen

tahun ajaran 2010/2011.

2. Penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas hasil keterampilan

berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen tahun ajaran

2010/2011.

Tindakan

Kualitas proses dan hasil keterampilan

berbicara siswa masih rendah Kondisi

Awal

Kondisi

Akhir

Guru belum menggunakan

metode role playing dalam

pembelajaran berbicara

Guru menggunakan metode

role playing dalam

pembelajaran keterampilan

berbicara

Dengan menggunakan metode role playing dapat

meningkatkan kualitas proses dan hasil keterampilan

berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I

Sidoharjo Sragen

Siklus I Kualitas proses

dan hasil keterampilan

berbicara meningkat 70%

Siklus II Kualitas proses

dan hasil keterampilan

berbicara meningkat 80%

Page 64: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pandak I yang terletak di

Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen dengan kepala sekolah yang dijabat oleh

ibu Any Handayani, S. Pd. Penelitian ini khususnya dilaksanakan di kelas V.

Pemilihan SD Negeri Pandak I sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan

beberapa pertimbangan sebagai berikut :

1) Sekolah tersebut mengijinkan untuk dilaksanakan kegiatan penelitian dengan

tujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah.

2) Sekolah bersedia memberikan data yang diperlukan peneliti.

3) Hasil pembelajaran keterampilan berbicara khususnya pada siswa kelas V masih

rendah.

4) Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian, sehingga

penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat besar bagi sekolah

tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama empat bulan, yang terdiri dari tahap persiapan

sampai dengan tahap pelaporan penelitian, yaitu mulai dari bulan Januari 2011

sampai dengan bulan April 2011. Adapun rincian jadwal pelaksanaan kegiatan dapat

dilihat pada lampiran 1.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo, Sragen

tahun ajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa 21 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-

laki dan 14 siswa perempuan dengan bapak Sri Kuncoro, Ama. Pd bertindak sebagai

guru kelas V. Di kelas tersebut kondisi siswa heterogen (berbeda-beda

kemampuannya).

Page 65: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 48

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Dikategorikan sebagai bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena

penelitian ini berupa suatu tindakan dengan menggunakan metode role playing untuk

mengatasi permasalahan rendahnya keterampilan berbicara siswa terkait kegiatan

proses belajar mengajar pada suatu kelas dengan pendekatan deskriptif kualitatif.

Iskandar (2009: 20) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bagian

dari penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas tempat ia mengajar yang

bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses

pembelajaran di kelas.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan model

siklus. Rancangan penelitiannya (Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2006:

74) adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan atau planning

2) Tindakan atau acting

3) Pengamatan atau observing

4) Refleksi atau reflecting

D. Sumber Data Penelitian

Data yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data

kualitatif dan kuantitatif. Informasi data tersebut diperoleh dari berbagai sumber

data. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Data nilai pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan berbicara yang berlangsung

di dalam kelas dengan menggunakan metode bermain peran (role playing).

2) Informan; informasi data yang diperoleh dari narasumber ketika wawancara.

Sebagai informan yaitu siswa dan guru kelas V SD Negeri Pandak I.

3) Hasil observasi; data yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas V

saat pembelajaran keterampilan berbicara.

4) Dokumen; data nilai ulangan harian keterampilan berbicara siswa tahun

2010/2011 semester I dan arsip pendukung penelitian seperti silabus dan daftar

kelas V tahun 2010/2011.

Page 66: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 49

E. Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai alat untuk

mengumpulkan data secara lengkap dan akurat sehubungan dengan masalah yang

diteliti, sebagai berikut:

1. Teknik in Dept Interview (Wawancara Mendalam)

Wawancara mendalam dilakukan untuk mengumpulkan data dari informan

terkait proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa sebelum, selama,

dan sesudah tindakan. Dalam wawancara ini, narasumber atau informannya adalah

bapak Sri Kuncoro, Ama. Pd (guru kelas V) dan beberapa siswa kelas V SD Negeri

Pandak I. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan menanyakan beberapa

pertanyaan tentang data yang berkenaan dengan aspek permasalahan pembelajaran

keterampilan berbicara siswa. Wawancara oleh peneliti terhadap guru dilakukan

secara testruktur artinya dengan berdasarkan pada pedoman wawancara yang sudah

dipersiapkan. Sedangkan, wawancara kepada siswa dilakukan secara tidak terstruktur

atau tanpa mempersiapkan sejumlah pertanyaan terlebih dahulu.

2. Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan di saat proses pembelajaran berbicara

untuk mengumpulkan data perkembangan pembelajaran berbicara yang dilakukan

oleh guru dan siswa kelas V SDN Pandak I. Pengamatan dilakukan selama

pelaksanaan tindakan berlangsung. Dari pengamatan tersebut diperoleh data

pengamatan sikap siswa dan kegiatan guru saat proses pembelajaran. Dalam hal ini,

peneliti bertindak sebagai partisipan aktif, yaitu peneliti yang melakukan tindakan

(sebagai guru pengajar) kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara dengan

metode role playing. Sedangkan, guru kelas V sebagai pengamat pasif terhadap

proses pembelajaran sehingga lebih leluasa dalam mengamati jalannya pembelajaran.

Selanjutnya, hasil pengamatan yang telah dilakukan didiskusikan untuk dianalisis

bersama untuk menemukan berbagai kelemahan proses pembelajaran dan untuk

mencari solusi kelemahan tersebut. Hasil diskusi yang berupa solusi berbagai

kelemahan tersebut kemudian dijadikan acuan untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

Pengamatan terhadap guru pengajar (peneliti) difokuskan pada RPP dan

kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran keterampilan berbicara

Page 67: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 50

dengan menggunakan metode role playing. Pengamatan terhadap siswa difokuskan

pada sikap/perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan observasi

ini dilakukan berdasarkan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.

3. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar keterampilan

berbicara siswa. Peneliti melakukan penilaian melalui tes unjuk kerja (praktik)

berbicara secara berkelompok dengan menggunakan metode role playing pada siswa

kelas V SDN Pandak I. Tes juga bertujuan untuk mengetahui perkembangan atau

keberhasilan pelaksanaan tindakan. Tes unjuk kerja berbicara dilakukan pada setiap

proses (kegiatan inti) pembelajaran. Penilaian keterampilan berbicara dilaksanakan

berdasarkan lembar penilaian kegiatan berbicara yang sudah dipersiapkan dengan

mengacu pada penilaian lima aspek berbicara yaitu: lafal, intonasi, kelancaran,

ekspresi berbicara, dan pemahaman isi.

4. Kajian Dokumen

Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yanga ada

seperti kurikulum, RPP guru, buku atau materi pelajaran, dan arsip nilai yang

diberikan oleh guru. (Sarwiji Suwandi, 2009:59). Studi atau kajian dokumen

digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data yang sudah tersedia sebagai

pendukung penelitian ini. Oleh karena itu, kajian dokumen ini dilakukan terhadap

berbagai dokumen atau arsip berupa KTSP SDN Pandak I, RPP yang digunakan oleh

guru kelas dalam pembelajaran berbicara, dan nilai ulangan harian tes keterampilan

berbicara sebelumnya. Dalam penelitian ini, kajian dokumen juga digunakan untuk

memperoleh daftar nama siswa kelas V SD Negeri Pandak I tahun ajaran 2010/2011.

F. Validitas Data

Semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang

sebenarnya diukur atau diteliti. Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Menurut Iskandar (2009:84) triangulasi

merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap suatu

data. Dapat diartikan bahwa untuk menarik simpulan yang mantap dan bisa diterima

Page 68: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 51

kebenarannya, peneliti perlu mengkajinya dari berbagai sudut pandang. Teknik-

teknik uji validitas yang dilakukan peneliti adalah sebagi berikut:

1) Triangulasi sumber data, teknik ini digunakan untuk menguji kebenaran data

yang diperoleh dari satu informan dengan informan yang lain. Data yang sama

atau sejenis, akan lebih valid kebenarannya bila digali dan dikomparasikan dari

beberapa sumber data yang berbeda. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan

peneliti adalah membandingkan data/informasi terkait pembelajaran keterampilan

berbicara yaitu sumber data yang diperoleh dari: guru kelas dan beberapa siswa

kelas V, hasil observasi pembelajaran keterampilan berbicara dengan role

playing, data nilai keterampilan berbicara saat tindakan. Hasil perbandingan data

dari sumber data yang berbeda tersebut kemudian disimpulkan.

2) Triangulasi metode, peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan

metode/teknik pengumpulan data yang berbeda. Kegiatan yang dilakukan peneliti

yakni membandingkan data yang telah diperoleh dari beberapa teknik

pengumpulan data yang berbeda, kemudian dapat ditarik simpulan data yang

lebih kuat validitasnya. Peneliti membandingkan data yang terkumpul dari teknik

observasi, wawancara, dan tes unjuk kerja keterampilan berbicara, kemudian

ditarik simpulan sehingga data benar-benar mendekati kevalidan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

model interaktif yang merupakan interaksi dari tiga komponen utama, yaitu: (1)

reduksi data, (2) penyajian data (display data), dan (3) penarikan simpulan. Menurut

Miles dan Huberman (dalam Iskandar, 2009: 76) teknik analisis interaktif terdiri dari:

(1) Reduksi data, merupakan proses pengumpulan data, seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Selama proses reduksi data

peneliti dapat melanjutkan meringkas, mengkode, menemukan tema, reduksi data

berlangsung selama penelitian di lapangan sampai pelaporan penelitian selesai. (2)

Display data atau penyajian data, merupakan penyajian data ke dalam sejumlah

matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya

digunakan berbentuk teks neratif. Kemudian seluruh hasil analisis yang terdapat

Page 69: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 52

dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu simpulan. (3) Penarikan

simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara bertahap.

Interaksi ketiga komponen utama tersebut dapat divisualisasikan pada gambar

3 sebagai berikut:

Gambar 3. Model Analisis Data Interaktif

(Analisis Model Interaktif Miles dan Huberman dalam Iskandar, 2009: 76)

Langkah-langkah analisis model interaktif yang dilakukan dalam penelitian

ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Reduksi data

Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui

seleksi data mentah menjadi data yang bermakna Data yang diseleksi untuk

digunakan dan mendukung dalam penelitian ini adalah hasil observasi sikap

siswa dan hasil belajar sebelum tindakan, hasil wawancara dengan guru dan

siswa, dan hasil observasi terhadap kegiatan guru dan siswa serta hasil

keterampilan berbicara siswa setelah siklus I dan siklus II.

2) Sajian data

Data yang sudah terkumpul dan terseleksi kemudian dikelompokkan

dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis data supaya makna peristiwanya

menjadi lebih jelas dipahami. Sajian data dalam penelitian ini disajikan dalam

bentuk paparan naratif, tabel, dan grafik.

Data Collection

Penyediaan

Data

Reduksi Data

Display Data

Page 70: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 53

3) Penarikan simpulan/verifikasi

Simpulan dalam penelitian ini ditarik berdasarkan reduksi dan sajian data.

Penarikan simpulan dilakukan sebagai proses pengambilan intisari dan sajian

data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat yang

singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.

H. Indikator Ketercapaian

Indikator ketercapaian merupakan rumusan indikator ketercapaian yang akan

dijadikan acuan atau tolok ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan

penelitian (Sarwiji Suwandi, 2009: 61). Hal yang dijadikan sebagai indikator

ketercapaian dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil

keterampilan berbicara pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pandak I melalui

metode bermain peran (role playing).

Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian, dirumuskan indikator-

indikator pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian

No. Aspek yang Dinilai Persentase

Pencapaian Cara Mengukur

1. Kualitas proses pembelajaran

keterampilan berbicara:

a. Minat

b. Keaktifan

c. Kerja sama

d. Kesungguhan

Tiap tiap

aspek sikap

siswa

tersebut

mencapai

ketuntasan

75% dari

jumlah siswa.

Diamati saat

pembelajaran dengan

menggunakan lembar

observasi penilaian

proses siswa kemudian

dihitung dari jumlah

siswa yang menunjukkan

sikap: minat, keaktifan,

kerja sama, dan

kesungguhan untuk

dibuat persentase dari

jumlah siswa yang ada.

2. Kualitas hasil keterampilan

berbicara:

a. Lafal yang jelas saat

berbicara.

b. Penempatan intonasi yang

tepat.

c. Kelancaran saat berbicara.

d. Cara ekspresi berbicara yang

80% dari

jumlah siswa

mendapat

nilai lebih

dari atau

sama dengan

62

Diamati saat

pembelajaran dengan

menggunakan lembar

penilaian tes unjuk kerja

kemudian dihitung dari

jumlah skor yang didapat

siswa dari aspek

berbicara: lafal, intonasi,

Page 71: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 54

komunikatif mencakup

mimik/pantomimik.

e. Pemahaman terhadap isi

drama yang diperankan

kelancaran, ekspresi

berbicara dan

pemahaman isi drama

yang disajikan. Dihitung

juga dari jumlah siswa

yang mendapat nilai

lebih dari atau sama

dengan 62.

I. Prosedur Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas, sehingga mekanisme

kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan 2 siklus), yang dalam setiap

siklusnya tercakup 4 kegiatan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan (tindakan), (3)

observasi, dan (4) refleksi. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Suhardjono

(dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2006: 74) bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan proses pengkajian sistem berdaur dalam suatu siklus. Sistem prosedur

penelitian ini digambarkan pada gambar 4 sebagai berikut:

Permasalahan

Permasalahan

baru hasil

refleksi

Apabila

permasalahan

belum

terselesaikan

Perencanaan

tindakan I

Refleksi I

Perencanaan

tindakan II

Refleksi II

Dilanjutkan ke siklus

berikutnya

Pelaksanaan

tindakan I

Pengamatan/

pengumpulan

data I

Pelaksanaan

tindakan II

Pengamatan/

pengumpulan

data II

Siklus

Siklus II

Page 72: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 55

Gambar 4. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas

(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto dkk., 2006: 74)

Rancangan prosedur penelitian tindakan kelas ini diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Peneliti merencanakan tindakan, meliputi: (1) penyusunan RPP sesuai

SK dan KD yang ditetapkan dengan menggunakan metode role playing, (2)

menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber, dan media

pembelajaran, (3) menyiapkan instrumen tes keterampilan berbicara, dan (4)

mempersiapkan lembar observasi siswa dan guru.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Guru (peneliti) melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dalam

skenario pembelajaran pada siklus I.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan 2 pertemuan. Langkah-langkah

yang dilaksanakan pada tindakan siklus I sebagai berikut :

Pertemuan I

Kegiatan awal :

Guru mengucapkan salam dilanjutkan mengkondisikan kelas

(tindakan preventif). Berdoa bersama kemudian presensi kehadiran siswa.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Apersepsi dengan bernyanyi dan

tanya jawab materi drama.

Kegiatan Inti :

a) Eksplorasi

Tanya jawab lanjutan siswa dengan guru. guru bertanya tentang

pengertian drama. Siswa diminta mengidentifikasi pengertian drama dari

buku pegangan siswa. Siswa menggali informasi penjelasan guru tentang

urutan menyusun naskah drama pendek dengan media cerita bergambar.

b) Elaborasi

Siswa maju membacakan ringkasan media cerita bergambar di depan

kelas. Siswa diminta kembali menjelaskan urutan cara menyusun naskah

drama dengan benar. Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok kemudian diberikan

Page 73: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 56

media cerita bergambar, tiap kelompok diminta merancang kerangka dan

menyusun naskah drama pendek. Melalui diskusi, siswa menyusun naskah

drama pendek sesuai ringkasan isi cerita bergambar yang sudah ditentukan

(Tahap pemaparan masalah). Guru melakukan pendekatan dan

membimbing diskusi kelompok siswa, Masing-masing kelompok

membacakan naskah drama yang dibuat di depan kelas dan dibentuk

pembagian peran (Tahap pembagian peran). Siswa yang lain menanggapi

presentasi kelompok yang maju

c) Konfirmasi

Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok. Siswa

diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru

memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun naskah drama.

Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.

Kegiatan Akhir:

Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran (refleksi). Siswa

diberikan tugas untuk mempelajari peran tokoh masing-masing dari drama

yang telah dibuat untuk bermain peran pada pertemuan selanjutnya (tindak

lanjut). Penyampaian pesan-pesan moral dari guru. Salam penutup.

Pertemuan II

Kegiatan awal :

Guru mengucapkan salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan

preventif). Berdoa bersama kemudian presensi kehadiran siswa. Guru

menjelaskan tujuan pembelajaran. Apersepsi dengan bernyanyi dan tanya

jawab materi drama.

Kegiatan Inti:

a) Eksplorasi

Tanya jawab siswa dengan guru: Apakah cara berbicara dalam

memerankan tokoh drama menentukan penilaian atau keberhasilan drama?

Siswa berpikir terkait hal-hal yang perlu diperhatikan saat bermain peran

dalam drama.

Page 74: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 57

b) Elaborasi

Melalui demonstrasi, siswa dijelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan

saat bermain peran dalam drama, diantaranya faktor-faktor penunjang

keefektifan berbicara. Siswa dibentuk sesuai kelompok sebelumnya dan

diberikan waktu untuk mempersiapkan setting bermain peran (Tahap

menentukan setting). Guru mempersiapkan kelompok tertentu sebagai

pengamat role playing (Tahap mempersiapkan pengamat). Masing-masing

kelompok memainkan peran (role playing) drama pendek yang sudah dibuat

sebelumnya (Tahap bermain peran). Dengan lembar penilaian, dilakukan

penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru secara individu. Kelompok

pengamat memberikan tanggapan dari kelompok yang sudah bermain peran.

c) Konfirmasi

Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok dan

pemberian hadiah kepada kelompok terbaik. Siswa diberikan kesempatan

untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan konfirmasi

hasil belajar siswa dalam bermain peran drama (Tahap evaluasi). Siswa

dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.

Kegiatan Akhir :

Siswa bersama guru mengevaluasi (refleksi) hasil pembelajaran. Siswa

diberikan tugas rumah untuk belajar kelompok berlatih memainkan peran

(role playing) agar semakin terbiasa sehingga penampilan berikutnya akan

lebih baik lagi. Penyampaian pesan-pesan moral dari guru. Salam penutup.

c. Tahap Observasi

Observasi dilakukan oleh guru kelas V terhadap pelaksanaan tindakan

oleh peneliti dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan

menggunakan metode role playing. Pada tahap pengamatan dilakukan

beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan terhadap sikap siswa (penilaian proses) dan kerja

guru di dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara di kelas

dengan berpedoman pada lembar observasi aktivitas siswa dan guru.

Page 75: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 58

2) Melakukan penilaian keterampilan berbicara siswa dengan berpedoman

pada lembar penilaian tes unjuk kerja berbicara.

d. Tahap Refleksi

Peneliti bersama guru kelas V membuat refleksi atas tindakan pada

siklus I. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses

pelaksanaan pembelajaran siklus I dan hasil belajar berupa nilai siswa pada

siklus I tentang keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role

playing. Peneliti juga berdiskusi dengan kolaborator untuk membantu

menemukan permasalahan pembelajaran yang akan digunakan sebagai dasar

untuk perbaikan dalam perencanaan siklus berikutnya. Penemuan masalah

yang akan didiskusikan mengarah pada kelebihan dan kelemahan proses dan

hasil pembelajaran pada siklus I.

Temuan yang terdapat pada siklus I yaitu terjadi peningkatan kualitas

proses dan hasil keterampilan berbicara siswa. Ketuntasan klasikal hasil

belajar mencapai 71,42%. Siswa juga sudah terlihat aktif dan antusias

disbanding dengan kondisi awal. Namun, kondisi ini belum mencapai

indikator akhir ketercapaian penelitian sehingga perlu dilanjutkan pada siklus

berikutnya.

Setelah berdiskusi dengan guru kelas V, diperoleh temuan mengenai

hal-hal yang menyebabkan nilai keerampilan berbicara siswa kurang

maksimal antara lain:

1) Keberanian siswa belum terlihat maksimal atau masih terdapat siswa yang

malu berbicara di depan kelas.

2) Sikap siswa dari aspek minat dan kesungguhan perlu ditingkatkan karena

masih di bawah 70% sehingga mempengaruhi kualiatas hasil belajar siswa.

3) Siswa kurang percaya diri, terlihat skor nilai pada aspek ekspresi berbicara

masih sangat lemah sehingga kegiatan berbicara terasa kaku.

4) Naskah drama yang disusun oleh siswa masih terdapat banyak kekurangan

sehingga tokoh yang mereka perankan proporsi berbicaranya tidak

seimbang.

Page 76: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 59

5) Sebagian siswa masih kurang terampil berbicara di depan kelas, masih

terlihat diam karena lupa apa yang akan dikatakan.

6) Guru jarang menegur atau memperingatkan siswa yang tidak fokus

terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

7) Pada umumnya siswa belum dapat memanfaatkan waktu. Hal ini karena

siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya waktu yang tersedia sehingga

mereka kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Peneliti merencanakan tindakan, meliputi: (1) menganalisis kekurangan

yang terdapat pada siklus I untuk menentukan suatu perbaikan, (2)

penyusunan RPP sesuai SK dan KD yang ditetapkan dengan menggunakan

metode role playing, (2) menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas,

materi, sumber, dan media pembelajaran, (3) menyiapkan instrumen tes

keterampilan berbicara, dan (4) mempersiapkan lembar observasi siswa dan

guru.

Perbaikan tindakan yang akan dilakukan dari hasil refleksi siklus I

yaitu:

1) Guru meningkatkan kulitas proses dari aspek minat, keaktifan, kerjasama,

dan kesungguhan di dalam proses pembelajaran dengan menciptakan

kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk

belajar.

2) Memperbaiki naskah drama pendek yang sudah dibuat pada siklus I

dengan melakukan diskusi kelompok kembali. Siswa yang belum aktif

berdiskusi, perlu dibangkitkan semangatnya sehingga diskusi yang

dilaksanakan bermanfaat untuk menyempurnakan hasil kerjanya.

3) Guru lebih memotivasi siswa agar berani dan percaya diri tampil berbicara

di depan kelas dengan cara penguatan verbal dan pemberian hadiah bagi

aktor dan aktris pemeran drama terbaik

Page 77: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 60

4) Guru menciptakan setting panggung bermain peran seperti keadaan

sebenarnya dengan perlengkapan sederhana seperti meja dan kursi serta

menyarankan siswa untuk menggunakan perlengkapan yang digunakan

sehingga kegiatan berbicara dalam role playing tampak lebih hidup.

5) Menciptakan situasi belajar yang lebih menyenangkan agar siswa semakin

berminat dalam mengikuti pelajaran sehingga akan lebih meningkatkan

keaktifannya.

6) Guru selalu memberikan arahan dan perhatian pada siswa agar mempunyai

rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya.

7) Guru menyarankan agar siswa mampu mengembangkan daya imajinasi

dan kreativitas diri disaat lupa berbicara dan tidak menyimpang dari isi

drama.

8) Guru lebih memberikan perhatian kepada siswa dengan cara pendekatan

individu dan menegur bagi siswa yang tidak fokus pada proses

pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Peneliti melaksanakan tindakan perbaikan dari temuan pada siklus I.

Langkah-langkah yang dilaksanakan pada tindakan siklus II sebagai berikut :

Pertemuan I

Kegiatan awal:

Guru mengucapkan salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan

preventif). Berdoa bersama kemudian presensi kehadiran siswa. Menjelaskan

tujuan dan uraian kegiatan pembelajaran secara singkat dan jelas. Apersepsi :

bernyanyi bersama dan tanya jawab terkait materi drama.

Kegiatan Inti:

a) Eksplorasi

Tanya jawab siswa dengan guru dari materi drama yang sudah

dijelaskan. Siswa diminta menyebutkan contoh drama yang pernah dilihatnya.

Siswa diminta mengidentifikasi pengertian drama dari catatan siswa. Siswa

menggali informasi penjelasan guru tentang urutan menyusun naskah drama

pendek dengan media cerita bergambar.

Page 78: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 61

b) Elaborasi

Siswa dijelaskan kelebihan dan kekurangan (kesalahan) dari naskah

drama yang sudah dibuat dari pertemuan sebelumnya. Melalui pengamatan

cerita bergambar ta teks naskah dramanya, siswa

diminta membacakan naskah drama pendek tersebut. Siswa dibagi ke dalam 5

kelompok. Diberikan cerita bergambar, siswa diminta memperbaiki naskah

drama yang sudah dibuat dari pertemuan sebelumnya (Tahap pemaparan

masalah). Guru membimbing diskusi kelompok siswa. Masing-masing

kelompok membacakan hasil perbaikan naskah drama di depan kelas dan

memantapkan pembagian peran (Tahap pembagian peran). Siswa yang lain

menanggapi pembacaan naskah drama kelompok yang maju.

c) Konfirmasi

Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok. Siswa

diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru

memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun naskah drama.

Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.

Kegiatan Akhir:

Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran (refleksi). Siswa

diberikan tugas untuk memainkan peran (role playing) kedua dari drama yang

telah diperbaiki tersebut. (tindak lanjut). Penyampaian pesan-pesan moral dari

guru. Salam penutup.

Pertemuan II

Kegiatan awal:

Guru mengucapkan salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan

preventif). Berdoa bersama kemudian presensi kehadiran siswa. Menjelaskan

tujuan pembelajaran secara singkat dan jelas. Apersepsi : tepuk drama bersama

dan tanya jawab terkait materi drama.

Kegiatan inti:

Page 79: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 62

a) Eksplorasi

Tanya jawab siswa dengan guru : 1) Hal-hal apa saja yang perlu

diperhatikan saat bermain peran dalam drama?, 2)Sebutkan faktor-faktor

penunjang keefektifan berbicara? 3) Mengapa cara berbicara dalam

memerankan tokoh drama menentukan penilaian atau keberhasilan drama ?

b) Elaborasi

Melalui demonstrasi, siswa dijelaskan kembali hal-hal yang perlu

diperhatikan saat bermain peran dalam drama. (difokuskan pada faktor-faktor

penunjang keefektifan berbicara). Siswa diperlihatkan video drama anak

dengan durasi pendek. Siswa dikondisikan dalam kelompok belajar. Siswa

diberi kesempatan mempersiapkan setting bermain peran (Tahap menentukan

setting). Guru mempersiapkan kelompok pengamat bermain peran (Tahap

mempersiapkan pengamat). Masing-masing kelompok memainkan peran

(role playing) drama pendek yang sudah diperbaiki sebelumnya (Tahap

bermain peran). Dengan lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan

berbicara siswa oleh guru secara individu. Siswa (pengamat) memberikan

tanggapan dari kelompok yang sudah bermain peran.

c) Konfirmasi

Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok dan

pemberian hadiah pemain peran terbaik. Siswa diberikan kesempatan untuk

menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan konfirmasi hasil

belajar siswa dalam bermain drama (Tahap evaluasi). Siswa dimotivasi agar

lebih semangat dan berpartisipasi aktif.

Kegiatan Akhir:

Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai refleksi.

(Tahap generalisasi). Siswa diarahkan agar selalu melatih keterampilan

berbicaranya dalam kehidupan sehari-hari (tindak lanjut). Penyampaian pesan-

pesan moral dari guru. Guru mengucapkan terima kasih dilanjutkan salam

penutup.

c. Tahap Observasi

Page 80: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 63

Observasi dilakukan oleh guru kelas V terhadap pelaksanaan tindakan

oleh peneliti dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan

menggunakan metode role playing. Pada tahap pengamatan dilakukan

beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan terhadap sikap siswa (penilaian proses) dan kerja

guru di dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara di kelas

dengan berpedoman pada lembar observasi aktivitas siswa dan guru.

2) Melakukan penilaian keterampilan berbicara siswa dengan berpedoman

pada lembar penilaian tes unjuk kerja berbicara.

d. Tahap Refleksi

Peneliti bersama guru kelas V membuat refleksi atas tindakan pada

siklus II. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses

pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa pada siklus II tentang

keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing. Peneliti

juga berdiskusi dengan kolaborator untuk menemukan temuan-temuan pada

siklus II.

Temuan yang terdapat pada siklus II yaitu terjadi peningkatan kualitas

proses dan hasil keterampilan berbicara siswa secara signifikan. Ketuntasan

klasikal hasil belajar kterampilan berbicara mencapai 85,71%. Sikap siswa

dari aspek minat, keaktifan, kerja sama, dan kesungguhan sudah mencapai di

atas 75%. Berdasarkan data tersebut, kualitas proses dan hasil keterampilan

berbicara sudah mencapai indikator ketercapaian penelitian sehingga siklus

(tindakan) dapat dihentikan. Hal ini membuktikan bahwa metode role playing

dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Pandak I

Sidoharjo Sragen.

Page 81: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan dikemukakan tentang: (A) Deskripsi kondisi awal

(prasiklus), (B) Pelaksanaan tindakan (siklus), (C) Hasil penelitian, dan (D)

Pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan dilakukan dalam 2 siklus dengan

empat tahap dalam setiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

A. Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)

Pengamatan kondisi awal (prasiklus) dilakukan untuk mengetahui

keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses

penelitian. Pengamatan ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan guru

dan siswa serta pengamatan proses pembelajaran berbicara di kelas.

1. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa

Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan pada hari Sabtu, 12 Februari

2011. Peneliti sebagai pewawancara sedangkan bapak Sri Kuncoro, A ma.Pd (guru

kelas V) dan beberapa siswa kelas V sebagai narasumber. Wawancara terhadap guru

kelas V dilakukan secara terstruktur yang sebelumnya pedoman wawancara sudah

disusun oleh peneliti kemudian hasil wawancara ditulis secara ringkas pada kolom

jawaban (lampiran 26). Setting wawancara bertempat di ruang kelas V pada waktu

istirahat pukul 09.00 WIB. Hal yang peneliti tanyakan kepada guru yaitu tentang

pelaksanaan pembelajaran dan hasil keterampilan berbicara siswa yang pernah

diterapkan oleh guru pada waktu sebelumnya. Pada bagian ini peneliti akan

menjelaskan dari hasil wawancara kepada guru dan sebagai deskripsinya dapat

dilihat pada lampiran 2. Hasil wawancara tersebut diindikasikan bahwa terjadi

permasalahan dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I

Sidoharjo Sragen. Menurut guru, pembelajaran berbicara masih sulit untuk dilakukan

secara optimal mengingat rendahnya minat siswa terhadap pelajaran berbicara dan

kurangnya usaha penerapan guru mengenai metode inovatif tentang pembelajaran

berbicara, sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan berbicara siswa.

Page 82: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 65

Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan beberapa

siswa kelas V mengenai minat mereka terhadap pelajaran berbicara. Pelaksanaan

wawancara kepada siswa dilakukan pada waktu istirahat kedua pukul 11.00 WIB di

ruang kelas V. Wawancara terhadap siswa dilakukan secara tidak terstruktur artinya

tanpa mempersiapkan pedoman wawancara dan pertanyaan diberikan secara

langsung (spontan) sesuai kemampuan atau pemahaman peneliti. Siswa yang

menjadi narasumber adalah Retno, Bashori, dan Mursid. Siswa tersebut menyatakan

kurang berminat terhadap pelajaran berbicara. Pada umumnya mereka menyatakan

kurang suka mengikuti pembelajaran berbicara di kelas karena merasa takut, malu,

dan kesulitan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara lisan di depan

kelas ketika dilihat oleh guru dan siswa lain. Mereka juga menyatakan kurang suka

dengan cara guru saat memberikan tugas berbicara kepada siswa, yaitu dengan

meminta siswa tampil di depan kelas secara individu.

2. Pengamatan Proses Pembelajaran di Kelas

Pengamatan awal (prasiklus) proses pembelajaran berbicara di kelas V

dilaksanakan pada hari Senin, 14 Februari 2011 pukul 07.30 WIB sampai selesai.

Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas V (bapak Sri Kuncoro, Ama.Pd)

bertindak sebagai guru/pengajar. Peneliti mengamati Rencana Pelaksanaan

Pembelajaaran (RPP) yang digunakan guru dan proses pembelajaran keterampilan

berbicara yang sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada

lembar observasi penilaian proses siswa yang sudah dipersiapkan (lampiran 18).

Peneliti mengamati dari posisi tempat duduk paling belakang. Sedangkan, untuk

pengamatan terhadap RPP yang digunakan guru dan proses pembelajaran dilakukan

secara menyeluruh tanpa lembar pengamatan khusus.

Sebagai gambaran awal hasil pengamatan yaitu kegiatan proses

pembelajaran keterampilan berbicara di kelas V masih banyak terdapat

kekurangan, antara lain: (1) guru menggunakan RPP yang sudah ada (lama) tanpa

adanya inovasi RPP sesuai saat ini yakni belum ada eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi yang tesusun jelas. (2) Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran karena

guru menggunakan metode yang konvensional dalam pembelajaran. Metode

Page 83: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 66

konvensional yang dipakai guru adalah ceramah. Siswa cenderung pasif di dalam

pembelajaran dan kurang tertarik dengan pembelajaran dari guru kelas. Materi

yang disampaikan guru terlihat sangat menjenuhkan siswa, akibatnya selama

pembelajaran berbicara terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan. (3)

Posisi guru saat mengajar lebih banyak di depan dan kurang memberikan perhatian

kepada siswa yang duduk paling belakang. (4) Proses pembelajaran keterampilan

berbicara kurang efektif dan efisien yang masih bersifat individu seperti pada

umumnya. Padahal dalam kenyataannya penerapan pembelajaran keterampilan

berbicara memerlukan waktu yang lama dan sangat ditunjang oleh faktor

nonkebahasaan seperti keberanian siswa. Pada umumnya siswa takut jika harus maju

dan berbicara sendiri di depan kelas.

Berdasarkan observasi awal penilaian proses siswa oleh peneliti terkait sikap

siswa yaitu: minat, keaktifan, kerja sama, dan kesungguhan siswa di dalam proses

pembelajaran diperoleh data penilaian proses prasiklus siswa. Hasil penilaian proses

prasiklus secara detail dapat dilihat pada lampiran 23. Selanjutnya, data penilaian

proses prasiklus dapat dimasukkan ke dalam tabel 6 di bawah ini :

Tabel 6. Data Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan Berbicara

kelas V SDN Pandak I pada Kondisi Awal (Prasiklus)

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran berbicara

yang dilakukan oleh guru pada kondisi awal terdapat 10 siswa (47,62%) yang

berminat mengikuti pembelajaran berbicara. Keaktifan siswa tercatat sebanyak 13

siswa (61,9%), siswa yang mampu bekerja sama dengan baik sebanyak 9 siswa

(42,86%), dan siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran

No. Sikap Siswa Frekuensi (siswa) Persentase (%)

1 Minat 10 47,62

2 Keaktifan 13 61,9

3 Kerja sama 9 42,86

4 Kesungguhan 7 33,33

Page 84: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 67

berbicara sebanyak 7 siswa (33,33%). Data dalam tabel 6 tersebut dapat disajikan

dalam grafik pada gambar 5 sebagai berikut :

Gambar 5. Grafik Penilaian Proses Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN

Pandak I pada Kondisi Awal (Prasiklus)

Bertolak dari sajian data penilaian proses siswa kelas V pada kondisi awal

(prasiklus) dari grafik 5 di atas maka dapat diindikasikan bahwa pembelajaran

keterampilan yang diterapkan guru belum mencapai hasil yang optimal. Siswa yang

menunjukkan keempat aspek sikap siswa tersebut rata-rata masih di bawah 60% dari

jumlah siswa yang ada yakni 21 siswa. Proses kegiatan yang dilakukan siswa dari

aspek empat sikap tersebut tergolong masih rendah sehingga perlu diadakan tindakan

pembelajaran selanjutnya.

Kualitas proses tentu akan mempengaruhi kualitas hasil dalam pembelajaran

di kelas. Pengamatan pada proses pembelajaran ini tidak terlepas dari hasil penilaian

keterampilan berbicara siswa. Pengambilan nilai prasiklus oleh guru dilakukan

dengan tes berbicara individu di depan kelas. Siswa diminta untuk memberikan

pendapat (mengomentari) dari persoalan faktual yang dikemukakan oleh guru.

Secara detail data nilai keterampilan berbicara siswa pada kondisi awal dapat dilihat

pada lampiran 13. Data penilaian keterampilan berbicara siswa prasiklus dapat

dikelompokkan dalam tabel 7 berikut ini:

47,62%

61,9%

42,86%

33,33%

0

2

4

6

8

10

12

14

Minat Keaktifan Kerja sama Kesungguhan

Fre

ku

en

si

Sikap Siswa

Page 85: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 68

Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I

pada Kondisi Awal (Prasiklus)

No Nilai Frekuensi Presentase (%) Keterangan

1 44-52 4 19,05 Tidak Tuntas

2 53-61 9 42,86 Tidak Tuntas

3 62-70 3 14,29 Tuntas

4 71-79 5 23,81 Tuntas

5 80-88 0 0 Tuntas

Jumlah 21 100

Nilai rata-rata = 1284 : 21 = 61,14

Tingkat Ketuntasan Klasikal = 8 : 21 x 100% = 38,1%

Data penilaian pembelajaran keterampilan berbicara pada tabel 7 sebelum

diadakan tindakan pada siswa kelas V SDN Pandak I tersebut dapat disajikan dalam

grafik pada gambar 6 dibawah ini :

Gambar 6. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I pada

Kondisi Awal (Prasiklus)

Nilai keterampilan berbicara prasiklus pada tabel 7 dan gambar 6 di atas

menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam interval 44-52 sebanyak 4

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

44-52 53-61 62-70 71-79 80-88

Fre

ku

en

si

Interval Nilai

Page 86: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 69

siswa (19, 05%), interval nilai 53-61 terdapat 9 siswa (42,86%), interval nilai 62-70

sejumlah 3 siswa (14,29%), terdapat 5 siswa (23,81%) mendapat nilai dalam interval

71-79, dan tidak ada yang mendapat interval nilai 80-88 (0%). Nilai rata-rata kelas

adalah 61,14 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 8 siswa (38,1%) dari jumlah

siswa. Hasil ini menunjukkan kualitas hasil keterampilan berbicara pada kondisi

awal masih rendah sehingga perlu diupayakan peningkatan.

Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya guru dan peneliti melakukan

diskusi untuk mencari solusi permasalahan yang terdapat dalam pelaksanaan

pembelajaran keterampilan berbicara, sehingga dicapailah kesepakatan bahwa

peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas bersama guru kelas V sebagai

kolaborator dengan ilan Berbicara dengan

Menggunakan Metode Role Playing pada Siswa Kelas V SD Negeri Pandak I

Penerapan tindakan ini difokuskan pada

peningkatan proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa. Melihat

penyebab rendahnya keterampilan berbicara yang bersumber dari siswa yaitu pada

rendahnya sikap meliputi: minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan, maka

peningkatan proses pada penelitian ini lebih memfokuskan pada keempat aspek

tersebut. Sedangkan, hasil pembelajaran difokuskan pada peningkatan keterampilan

berbicara dan jumlah ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan metode role

playing.

B. Pelaksanaan Tindakan (Siklus)

Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri

atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)

observasi, dan (4) refleksi.

1. Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri

dari 2 jam pelajaran (2x35 menit). Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Februari

2011 (pertemuan 1) dan Jumat,18 Februari 2011 (pertemuan 2). Tahapan-tahapan

pada siklus I adalah sebagai berikut:

Page 87: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 70

a. Perencanaan Tindakan

Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rencana tindakan yang akan

dilakukan dalam proses penelitian siklus I ini untuk mendapatkan hasil yang

optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah meningkatnya

kualitas proses pembelajaran dan sebesar 70 % siswa tuntas dari hasil tes unjuk

kerja keterampilan berbicara. Tahap-tahap perencanaan pada siklus I meliputi

kegiatan sebagai berikut :

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan

silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas V semester II

tahun 2007 materi keterampilan berbicara. Perencanaan pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I dirancang dengan 2 kali pertemuan. Alokasi

waktu setiap pertemuan adalah 2x35 menit, sehingga dalam satu siklus

terdapat alokasi waktu 4x35 menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran

yang dibuat mencakup penentuan: identitas RPP, standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, pembelajaran,

model dan metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan (skenario)

pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan teknik penilaian.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat pada

lampiran 4.

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:

a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah kelas V yang biasa

digunakan setiap hari. Ketika diskusi berlangsung, tempat duduk atau

kursi diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat melakukan diskusi

dengan baik.

b) Materi pembelajaran, materi pertemuan I mempelajari tentang cara

menyusun naskah drama pendek. Sebagai hasilnya adalah siswa dapat

merancang kerangka naskah drama untuk dikembangkan menjadi naskah

drama pendek. Sedangkan materi pada pertemuan II mempelajari tentang

hal-hal yang harus diperhatikan ketika bermain peran dalam drama

Page 88: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 71

dengan produk siswa yakni siswa bermain peran (role playing)

berdasarkan naskah drama yang telah dibuat sebelumnya. Materi

pembelajaran terdapat pada RPP siklus I lampiran 4.

c) Mempersiapkan media pembelajaran, media pembelajaran yang

digunakan adalah media cerita bergambar yakni gambar yang memuat

ringkasan cerita pendek. Media pembelajaran pada siklus I berupa cerita

-tokoh

pemerannya. Foto media pembelajaran yang digunakan dapat dilihat pada

lampiran 29.

3) Menyiapkan Lembar Observasi: RPP, Pelaksanaan Pembelajaran Guru, dan

Penilaian Proses Siswa

Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-

hal apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar

observasi RPP dibuat untuk menilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

peneliti oleh guru kelas V. RPP merupakan kerangka prosedural yang sangat

penting dalam perancanaan pembelajaran sehingga perlu dibuat penilaian.

Lembar pengamatan penilaian proses siswa lebih diutamakan pada minat,

keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan dalam proses pelaksanaan

pembelajaran berbicara. Pengamatan siswa ini berfungsi sebagai hasil

penilaian nontes kualitas proses. Sedangkan lembar observasi yang dibuat

untuk guru lebih diutamakan pada persiapan, jalannya kegiatan, dan

pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Ketiga lembar observasi ini dapat dilihat

pada lampiran 16,17, dan 18.

4) Menyiapkan Instrumen Penilaian

Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa penilaian

tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil tes unjuk kerja (praktik)

berbicara siswa dalam bentuk bermain peran (role playing) sesuai

kompetensi dasar yang ingin dicapai. Lembar penilaian tes keterampian

berbicara terdapat pada lampiran 11 dan rubrik penilaian tes unjuk kerja

keterampilan berbicara siswa terdapat pada lampiran 12. Untuk instrumen

nontes dinilai berdasarkan hasil observasi penilaian proses siswa yang

Page 89: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 72

dilakukan oleh peneliti dengan berdasarkan lembar penilaian proses siswa

dalam pembelajaran berbicara yang meliputi: (a) minat, (b) keaktifan, (c)

kerja sama, dan (d) kesungguhan siswa selama pembelajaran berlangsung.

Lembar penilaian proses siswa dapat dilihat pada lampiran 18.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan

pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Februari 2011 dan pertemuan kedua

pada hari Jumat, 18 Februari 2011. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di

ruang kelas V SD Negeri Pandak I.

Dalam pelaksanaan tindakan I ini, peneliti bertindak sebagai guru/ pengajar

proses kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan

metode role playing, sedangkan guru kelas V (bapak Sri Kuncoro, Ama. Pd)

melakukan observasi atau pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran.

Peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yang mengendalikan dan mengamati

jalannya pembelajaran keterampilan berbicara di dalam kelas.

Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut:

Pertemuan I (2x35 menit)

Pada pertemuan pertama yang diajarkan kepada siswa kelas V terlebih

dahulu adalah mengenai materi cara menyusun naskah drama pendek yang

meliputi: penjelasan materi drama, cara membuat kerangka drama dari cerita

bergambar, dan mengembangkan kerangka menjadi naskah drama pendek.

Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang

guru (peneliti) lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam

dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif

(pencegahan) terhadap penghambat jalannya proses pembelajaran. Kemudian

berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan diadakan presensi kehadiran

siswa untuk lebih mengenal dan mengetahui jumlah siswa yang masuk maupun

yang tidak masuk pada hari itu. Pertemuan pertama, siswa masuk semua sesuai

jumlah siswa kelas V yaitu ada 21 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan

Page 90: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 73

memiliki gambaran arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan

pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu siswa mampu menyebutkan cara

menyusun naskah drama dengan benar dan siswa mampu menyusun naskah drama

pendek dengan baik berdasarkan permasalahan cerita bergambar. Setelah itu, guru

memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan

menyamakan pandangan tentang materi drama yang akan dipelajari siswa.

Apersepsi diberikan dengan dua cara, pertama dengan bersama-sama

menyanyikan lagu berlirikkan materi drama dengan nada seperti lagu naik-naik ke

puncak gunung, lagunya sebagai berikut :

Apersepsi yang kedua dengan cara tanya jawab seputar lagu tersebut. Misalnya,

-

Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi waktu

sekitar 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat

tiga (3) bentuk tindakan nyata yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara

sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa

mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan

tanya jawab dengan siswa seperti berikut :

- Anak-

- Apa saja yang anak-anak lihat dari pertunjukan drama itu ?

Siswa selanjutnya ditanya tentang pengertian drama agar siswa lebih

berpikir tentang pengertian drama yang mereka ketahui. Tindakan selanjutnya

yaitu elaborasi dengan pendalaman materi kerja sama timbal balik dalam

pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi ini siswa

menyimak penjelasan dari guru tentang materi yang berkaitan dengan drama, cara

merancang kerangka naskah drama, dan kemudian menyusun naskah drama

dengan mengembangkan dari kerangka yang telah dibuatnya. Secara ringkas, isi

materi pada pertemuan pertama dapat dilihat pada bagian RPP Siklus I lampiran 4.

Page 91: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 74

Guru menjelaskan materi ini dengan menggunakan media cerita bergambar

Dalam media ini, berisikan ringkasan cerita yang

dapat dikembangkan menjadi sebuah naskah drama pendek. Setelah diperlihatkan

kepada siswa dan ditempelkan, salah satu siswa diminta maju untuk membacakan

dengan nyaring ringkasan cerita bergambar tersebut. Guru menjelaskan dengan

memberikan contoh di papan tulis cara menyusun naskah drama dari media

tersebut secara jelas. Sebelum siswa menyusun naskah drama pendek, guru

menanyakan kesulitan dan kejelasan dari materi yang sudah dijelaskan.

Selanjutnya, guru membagi jumlah siswa ke dalam 5 kelompok secara acak

dari 21 siswa. Namun, pembagian kelompok juga memperhatikan jumlah dan

karakter tokoh naskah drama yang akan dibuat siswa. Guru membentuk diskusi

kelompok siswa dengan duduk saling berhadapan. Guru membagikan media cerita

bergambar kepada masing-masing kelompok dengan tema yang berbeda-beda.

Siswa diminta untuk menyusun naskah drama pendek berdasarkan cerita

bergambar yang diberikan, caranya seperti yang sudah dijelaskan oleh guru

sebelumnya. Melalui diskusi kelompok, siswa mulai menyusun naskah drama

pendek. Guru membimbing dan mengarahkan diskusi kelompok siswa. Setelah

naskah drama pendek selesai dibuat, masing-masing kelompok membacakan

naskah drama yang dibuat di depan kelas dan sekaligus dibentuk pembagian peran

(tokoh drama). Siswa yang lain menanggapi presentasi kelompok yang maju.

Kegiatan inti pada konfirmasi, guru memberian reward (penguatan)

kepada masing-masing kelompok. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan

kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam

menyusun naskah drama. Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi

aktif.

Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama

guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan

guru. Kemudian siswa diberikan tugas untuk memainkan peran (role playing)

pada pertemuan II dari naskah drama pendek yang telah dibuat. Hal ini merupakan

tindak lanjut yang diberikan guru. Guru juga menyampaian pesan-pesan moral

Page 92: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 75

kepada siswa berupa motivasi untuk giat belajar dan bersikap yang baik dalam

kehidupan. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam.

Pertemuan 2 (2x35 menit)

Pertemuan kedua materi yang disampaikan berkaitan dengan cara bermain

peran (role playing) dari naskah drama yang dibuat pada pertemuan I. Tujuan

utama pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan II ini yaitu siswa mampu

memainkan peran sesuai karakter tokoh dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang

tepat.

Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit.

Kegiatan awal yang guru (peneliti) lakukan tidak berbeda jauh dari pertemuan I

karena dimulai awal masuk sekolah (jam pertama) yakni membuka pembelajaran

dengan mengucapkan salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai

tindakan preventif (pencegahan) terhadap penghambat jalannya proses

pembelajaran. Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan

diadakan presensi kehadiran siswa untuk lebih memahami dan mengetahui jumlah

siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Jumlah siswa yang

hadir lengkap ada 21 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki

gambaran arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran

yang akan dicapai yaitu siswa mampu menjelaskan hal-hal yang harus

diperhatikan bermain peran (role playing) dalam drama secara tepat dan mampu

memainkan peran tokoh drama pendek dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan

ekspresi yang sesuai karakter tokoh secara tepat. Setelah itu, guru memberikan

apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan menyamakan

pandangan tentang materi drama yang akan dipelajari siswa. Apersepsi diberikan

dengan tepuk drama bersama-sama sebagai berikut :

Page 93: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 76

Kemudian guru mengadakan tanya jawab setelah tepuk drama tersebut untuk

mengetahui tingkat kepekaan siswa.

Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi waktu

sekitar 55 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat

tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara

sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa

mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan

tanya jawab dengan siswa seperti berikut :

- Anak- drama seperti yang bapak tugaskan kemarin?

- Siapa yang pernah bermain peran, misalnya dalam kegiatan drama ?

- Apakah keterampilan berbicara dalam memerankan tokoh drama menentukan

penilaian atau keberhasilan dalam drama ?

Siswa memberikan feedback berupa jawaban dari pertanyaan yang

diberikan oleh guru. Untuk memperdalam kegiatan berpikir, siswa diberikan

pertanyaan dengan memancing jawaban siswa terkait cara melakukan role playing

dengan memperhatikan keterampilan berbicara yang benar dan baik.

- Bagaimana cara kita bermain peran yang baik dan benar agar mendapat nilai

baik dan menghibur? (siswa berpikir)

Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi dengan melakukan proses kerjasama

dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi siswa

dijelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat bermain peran dalam drama,

diantaranya faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara. Penjelasan dilakukan

dengan menggunakan metode demonstrasi yaitu memperagakan tentang materi

yang disampaikan. Secara ringkas, isi materi pada pertemuan kedua ini dapat

dilihat pada bagian RPP siklus I lampiran 4. Sebelum siswa mencoba memainkan

peran dari tokoh drama pendek, guru menanyakan kejelasan dari materi yang

sudah dijelaskan. Kemudian, guru mengkondisikan tempat duduk seperti

pelaksanaan diskusi pada pertemuan I dengan duduk saling berhadapan sesuai

dengan kelompoknya masing-masing. Siswa diberikan waktu 5 menit untuk

mempersiapkan diri dengan kelompoknya sebelum maju bermain peran (role

playing). Kegiatan selanjutnya adalah masing-masing kelompok siswa maju

Page 94: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 77

memerankan dari naskah drama pendek yang sudah dipersiapkan siswa. Kegiatan

bermain peran ini penilaiannya hanya difokuskan pada keterampilan berbicara.

Tugas guru yaitu bertindak sebagai fasilitator dan memberikan penilaian. Dengan

lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru

secara individu. Kegiatan konfirmasi, guru memberikan reward (penguatan)

kepada masing-masing kelompok dan pemberian hadiah kepada kelompok

terbaik. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi.

Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam bermain peran drama.

Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.

Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama

guru menyimpulkan hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan

guru. Siswa diberikan tugas rumah untuk belajar kelompok berlatih memainkan

peran (role playing) agar semakin terbiasa sehingga penampilan berikutnya akan

lebih baik lagi. Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru mengingat

penampilan bermain peran siswa masih kurang memuaskan. Guru juga

menyampaikan pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat

belajar, hidup rukun, membantu orang tua, dan bersikap yang baik dalam

kehidupan. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam.

c. Observasi

Tahap observasi siklus I pada hari Rabu dan Jumat, 16-18 Februari 2011

yaitu dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa selama

proses pembelajaran. Proses pengamatan dilakukan oleh guru kelas V terhadap

RPP, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru, dan penilaian proses siswa

ketika mengikuti pembelajaran berbicara dengan metode role playing. Kegiatan

pengamatan ini menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.

Pengamatan difokuskan pada tiga aspek yaitu: (1) RPP yang dijadikan

pedoman mengajar guru (peneliti), (2) berlangsungnya proses pelaksanaan

pembelajaran terkait sikap siswa dan kegiatan guru selama pembelajaran

berlangsung, (3) hasil penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara dengan

metode role playing oleh siswa. Dalam pengamatan ini, peneliti bertindak sebagai

Page 95: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 78

partisipan aktif yang mengendalikan proses pembelajaran. Sementara guru kelas V

sebagai pengamat inti dengan duduk di tempat paling belakang agar bisa

mengamati dan menilai proses pembelajaran yang dipimpin oleh peneliti secara

intensif.

Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar diperoleh

gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran dari mata pelajaran Bahasa

Indonesia tentang keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode

role playing sebagai berikut:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru

Pengamatan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan

guru dalam mengajar sangat penting karena sebagai prosedur mengajar guru di

dalam kelas. RPP guru (peneliti) dinilai oleh guru kelas V dengan lembar

pengamatan RPP yang sudah dipersiapkan. Hasil penilaian RPP siklus I dapat

dilihat pada lampiran 19. RPP yang digunakan oleh peneliti sudah termasuk

kategori sangat baik dengan rata-rata nilai 3,7. Secara garis besar RPP yang

disusun sudah relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada

dengan sistematika yang runtut dan tujuan pembelajaran yang jelas mencakup

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

2) Penilaian Proses (Sikap Siswa)

Hasil pengamatan terhadap sikap siswa pada siklus I dapat dilihat pada

lampiran 24 . Di dalam proses pembelajaran siswa sudah terlihat lebih aktif dan

bersungguh-sungguh dibandingkan dengan kondisi awal. Secara klasikal terdapat

peningkatan terhadap minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan pada diri

siswa. Data penilaian proses siswa pada siklus I dapat dimasukkan ke dalam tabel

8 sebagai berikut :

Page 96: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 79

Tabel 8. Data Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan

Berbicara kelas V SDN Pandak I pada Siklus I

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru pada siklus I mengalami peningkatan dari kondisi awal.

Terdapat 13 siswa (61,90%) yang berminat mengikuti pembelajaran berbicara.

Siswa yang tercatat aktif sebanyak 15 siswa (71,42%), siswa yang mampu

bekerjasama dengan baik sebanyak 15 siswa (71,42%), dan siswa yang

bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran berbicara sebanyak 12 siswa

(57,14%). Data dalam tabel 8 tersebut dapat disajikan dalam grafik diagram

batang pada gambar 7 sebagai berikut :

Gambar 7. Grafik Penilaian Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siswa

Kelas V SDN Pandak I pada Siklus I

No. Sikap Siswa Frekuensi (siswa) Persentase (%)

1. Minat 13 61,90

2. Keaktifan 15 71,42

3. Kerja sama 15 71,42

4. Kesungguhan 12 57,14

61,9%

71,42% 71,42%

57,14%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Minat Keaktifan Kerjasama Kesungguhan

Fre

ku

en

si

Sikap Siswa

Page 97: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 80

3) Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Guru

Hasil pengamatan terhadap kegiatan pelaksanaan pembelajaran oleh guru

pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 21. Hasil Pengamatan difokuskan pada

tujuh aspek kemampuan guru yaitu: (1) guru di dalam mengelola ruang dan

fasilitas pembelajaran kategori baik dengan nilai 3,5, (2) melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan nilai 3,2 dalam kategori baik, (3) mengelola interaksi kelas

dalam kategori sangat baik dengan nilai 3,6, (4) bersikap terbuka dan luwes serta

membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar dengan nilai 3,5

termasuk kategoi baik, (5) mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam

pembelajaran mata pelajaran tertentu dalam kategori sangat baik dengan nilai 3,6,

(6) melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar dengan nilai 4 kategori sangat

baik dan (7) kesan umum kerja guru masih dalam kategori tidak baik dengan nilai

2,5. Sehingga disimpulkan nilai rata-rata kegiatan pembelajaran guru adalah 3,41

termasuk kategori baik. Sedangkan kekurangan/catatan yang diberikan oleh

observer yaitu guru kurang memperhatikan dan menegur siswa yang ramai. Kesan

kerja guru masih rendah dan perlu ditingkatkan.

4) Hasil penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara siswa dengan metode

role playing

Setelah diadakan tes tindakan pada siklus I diperoleh data nilai

keterampilan berbicara. Daftar nilai keterampilan berbicara siswa siklus I dapat

dilihat pada lampiran 14. Data nilai tersebut dikelompokkan ke dalam tabel 9 di

bawah ini:

Tabel 9. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN

Pandak I pada Siklus I

No Nilai Frekuensi Persentase (%) Keterangan

1 44-52 3 14,29 Tidak Tuntas

2 53-61 3 14,29 Tidak Tuntas

3 62-70 7 33,33 Tuntas

4 71-79 6 28,57 Tuntas

5 80-88 2 9,52 Tuntas

Jumlah 21 100

Nilai rata-rata : 1388 : 21 = 66,09

Page 98: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 81

Tingkat Ketuntasan : 15 : 21 x 100% = 71,42 %

Tabel 9 di atas menunjukkan persentase siswa yang belum dan sudah

tuntas KKM. Dari 21 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pandak I Sidoharjo,

terdapat sebesar 28,58% siswa belum tuntas KKM yang terbagi dalam kelas 44-

52 sebesar 14,29%, dan pada kelas 53-61 sebesar 14,29%. Sisanya sebesar

71,42% siswa sudah tuntas KKM yang terbagi pada kelas 62-70 sebesar

33,33%, pada kelas 71-79 sebesar 28,57%, dan pada kelas 80-88 sebesar 9,52%.

Dari tabel 9 tersebut juga dapat diketahui ketuntatasan hasil belajar siswa pada

siklus I mencapai 71,43% atau 15 siswa sudah tuntas. Sedangkan siswa yang tidak

tuntas 28,58% atau 6 siswa.

Berdasarkan data pada tabel 9 maka hasil pembelajaran keterampilan

berbicara setelah diadakan tindakan siklus I pada siswa kelas V SDN Pandak I

dapat disajikan dalam grafik pada gambar 8 dibawah ini :

Gambar 8. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I

pada siklus I

Pada gambar 8 di atas ditunjukkan frekuensi dari masing-masing kelas.

Pada kelas 44-52 terdapat sebanyak 3 siswa, pada kelas 53-61 terdapat

sebanyak 3 siswa, pada kelas 62-70 terdapat 7 siswa, pada kelas 71-79 terdapat

0

1

2

3

4

5

6

7

8

44-52 53-61 62-70 71-79 80-88

Fre

ku

en

si

Interval Nilai

Page 99: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 82

sebanyak 6 siswa, dan pada kelas 80-88 terdapat sebanyak 2 siswa. Dengan

jumlah keseluruhan 21 siswa, masih terdapat 6 siswa yang belum tuntas KKM.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil keterampilan

berbicara 62 (KKM) pada siklus I belum mencapai

80%, sehingga pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus II.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa kualitas

pembelajaran berbicara siklus I baik proses maupun hasil telah menunjukkan

adanya peningkatan dari kondisi awal (prasiklus).

Keberhasilan proses pembelajaran berbicara siklus I dapat dilihat dari

beberapa indikator berikut ini:

1) Minat

Minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan penerapan metode

bermain peran di siklus I, telah menunjukkan peningkatan dari kondisi awal

47,62% menjadi sebesar 61,9%. Siswa tampak tertarik dan lebih antusias

mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran, sehingga perhatian

siswa pun lebih terfokus pada pelajaran. Adapun indikator pengukuran minat

siswa dapat diukur dari jumlah siswa yang menampakkan ketertarikan dan

kesungguhannya dalam pembelajaran.

2) Keaktifan

Keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus I meningkat. Siswa terlihat

lebih aktif untuk bertanya dan mengungkapkaan ide gagasan secara lisan ketika

diskusi kelompok serta aktif dalam melakukan bermain peran (role playing)

dari drama yang dibuat. Keaktifan siswa dapat diamati selama proses

pembelajaran berlangsung. Dari 21 siswa terdapat 15 siswa (71,42%) yang

terlihat aktif dalam pembelajaran.

3) Kerjasama

Siswa yang menunjukkan sikap kerja sama yang baik selama mengikuti

pembelajaran berbicara sebesar 71,42% atau sebanyak 15 siswa, sedangkan

28,58% atau 6 siswa sisanya tampak belum mampu melakukan kerjasama yang

Page 100: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 83

baik dengan anggota kelompoknya. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan

dari aspek kerja sama siswa dibandingkan pada kondisi awal yang hanya

sebesar 9 siswa (42,86%).

4) Kesungguhan

Siswa yang menunjukkan peningkatan kesungguhan dalam mengikuti

pembelajaran berbicara sebayak 12 siswa atau sebesar 57,14%, sedangkan 9

siswa lainnya atau sekitar 42,86% menunjukkan sikap kurang serius selama

mengikuti pelajaran. Terlebih pada saat melakukan praktik berbicara di depan

kelas, mereka terlihat kurang bersungguh-sungguh dan sering bercanda

dengan sesama teman kelompoknya.

Selain meningkatkan kualitas proses pembelajaran dari uraian di atas,

penerapan metode bermain peran (role playing) ini juga meningkatkan hasil

pembelajaran keterampilan berbicara. Hal ini terbukti dari 21 siswa yang

melakukan tes berbicara, 15 siswa atau sekitar 71,42% telah mencapai ketuntasan

belajar dengan mendapat nilai di atas 62 (KKM). Ketuntasan belajar ini

mengalami peningkatan dari kondisi awal dengan nilai rata-rata kelas sebesar

66,09.

Namun, selain ada keberhasilan juga masih terdapat kekurangan dari

tindakan pada siklus I yang menyebabkan hasil pembelajaran keterampilan

berbicara kurang maksimal. Setelah berdiskusi dengan guru kelas V, diperoleh

simpulan mengenai hal-hal yang menyebabkan nilai siswa kurang maksimal

antara lain:

1) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan meggunakan

metode pembelajaran role playing. Keberanian siswa juga belum terlihat

maksimal atau masih malu berbicara di depan kelas.

2) Sikap siswa dari aspek minat dan kesungguhan perlu ditingkatkan karena masih

di bawah 70% sehingga mempengaruhi kualiatas hasil belajar siswa.

3) Siswa kurang percaya diri, terlihat skor nilai pada aspek ekspresi berbicara

masih sangat lemah sehingga kegiatan berbicara terasa kaku.

4) Naskah drama yang disusun oleh siswa masih terdapat banyak kekurangan

sehingga tokoh yang mereka perankan proporsi berbicaranya tidak seimbang.

Page 101: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 84

5) Sebagian siswa masih kurang terampil berbicara di depan kelas, masih terlihat

diam karena lupa apa yang akan dikatakan.

6) Guru jarang menegur atau memperingatkan siswa yang tidak fokus terhadap

proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

7) Pada umumnya siswa belum dapat memanfaatkan waktu. Hal ini karena siswa

tidak memikirkan betapa terbatasnya waktu yang tersedia sehingga mereka

kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik.

2. Siklus II

Tindakan pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan

terdiri dari 2 jam pelajaran (2x35 menit). Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 21

Februari 2011 (pertemuan 1) dan Rabu, 23 Februari 2011 (pertemuan 2).

Bertolak dari hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti bersama guru kelas V

yang sekaligus bertindak sebagai observer, berdiskusi mengenai cara yang tepat

untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Tahap ini dilakukan pada

hari Sabtu, 19 Februari 2011 di ruang kelas V SDN Pandak I setelah

dilaksanakannya siklus I. Proses pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II

ini, rencananya akan dilakukan dengan beberapa langkah perbaikan dari tindakan

siklus I, yaitu:

1) Guru meningkatkan kulitas proses dari aspek minat, keaktifan, kerjasama, dan

kesungguhan di dalam proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi

pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Memperbaiki naskah drama pendek yang sudah dibuat pada siklus I dengan

melakukan diskusi kelompok kembali. Siswa yang belum aktif berdiskusi, perlu

dibangkitkan semangatnya sehingga diskusi yang dilaksanakan bermanfaat untuk

menyempurnakan hasil kerjanya.

3) Guru lebih memotivasi siswa agar berani dan percaya diri tampil berbicara di

depan kelas dengan cara penguatan verbal dan pemberian hadiah bagi aktor dan

aktris pemeran drama terbaik

4) Guru menciptakan setting panggung bermain peran seperti keadaan sebenarnya

dengan perlengkapan sederhana seperti meja dan kursi serta menyarankan siswa

Page 102: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 85

untuk menggunakan perlengkapan yang digunakan sehingga kegiatan berbicara

dalam role playing tampak lebih hidup.

5) Menciptakan situasi belajar yang lebih menyenangkan agar siswa semakin

berminat dalam mengikuti pelajaran sehingga akan lebih meningkatkan

keaktifannya.

6) Guru selalu memberikan arahan dan perhatian pada siswa agar mempunyai rasa

tanggung jawab terhadap kelompoknya.

7) Guru menyarankan agar siswa mampu mengembangkan daya imajinasi dan

kreativitas diri disaat lupa berbicara dan tidak menyimpang dari isi drama.

8) Guru lebih memberikan perhatian kepada siswa dengan cara pendekatan individu

dan menegur bagi siswa yang tidak fokus pada proses pembelajaran.

Tahapan-tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rencana tindakan yang akan

dilakukan dalam proses penelitian siklus II ini untuk mendapatkan hasil yang

optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah 80 % siswa tuntas

dari hasil tes unjuk kerja keterampilan berbicara.

Tahap-tahap perencanaan pada siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut :

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan

silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas V semester II

tahun 2007 materi keterampilan berbicara. Perencanaan pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I dirancang dengan 2 kali pertemuan. Alokasi

waktu setiap pertemuan adalah 2x35 menit, sehingga dalam satu siklus

terdapat alokasi waktu 4x35 menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran

yang dibuat mencakup penentuan: identitas RPP, standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, pembelajaran,

model dan metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan (skenario)

pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan teknik penilaian.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II dapat dilihat pada

lampiran 5.

Page 103: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 86

2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah:

a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah kelas V yang biasa

digunakan setiap hari. Ketika diskusi berlangsung, tempat duduk atau

kursi diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat melakukan diskusi

dengan baik.

b) Materi pembelajaran, materi pertemuan I siklus II mempelajari tentang

perbaikan cara menyusun naskah drama pendek sebagai hasilnya adalah

naskah drama pendek yang dibuat akan semakin baik untuk diperankan di

depan kelas. Sedangkan materi pada pertemuan II mengulang materi

tentang hal-hal yang harus diperhatikan ketika bermain peran dalam

drama sehingga siswa dapat bermain peran (role playing) berdasarkan

naskah drama yang telah dibuat sebelumnya dengan benar-benar

memperhatikan aspek yang akan dinilai. Materi pembelajaran siklus II

terdapat pada RPP siklus II lampiran 5.

c) Mempersiapkan media pembelajaran, media pembelajaran yang

digunakan adalah media cerita bergambar yakni gambar yang memuat

ringkasan cerita pendek. Media pembelajaran pada siklus II berupa teks

Foto media pembelajaran yang digunakan dapat dilihat pada lampiran 29.

d) Mempersiapkan hadiah yang akan diberikan kepada siswa sebagai pemain

drama terbaik dan kelompok bermain drama terbaik.

3) Menyiapkan Lembar Observasi: RPP, Pelaksanaan Pembelajaran Guru, dan

Penilaian Proses Siswa

Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-

hal apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar

observasi RPP dibuat untuk menilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

peneliti oleh guru kelas V. RPP merupakan kerangka prosedural yang sangat

penting dalam perancanaan pembelajaran sehingga perlu dibuat penilaian.

Lembar pengamatan penilaian proses siswa lebih diutamakan pada minat,

Page 104: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 87

keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan dalam proses pelaksanaan

pembelajaran berbicara. Pengamatan siswa ini berfungsi sebagai hasil

penilaian nontes kualitas proses. Sedangkan lembar observasi yang dibuat

untuk guru lebih diutamakan pada persiapan, jalannya kegiatan, dan

pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Ketiga lembar observasi ini dapat dilihat

pada lampiran 16,17, dan 18.

4) Menyiapkan Instrumen Penilaian

Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian yang berupa penilaian

tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil tes unjuk kerja (praktik)

berbicara siswa dalam bentuk bermain peran (role playing) sesuai

kompetensi dasar yang ingin dicapai. Rubrik penilaian tes unjuk kerja

keterampilan berbicara siswa terdapat pada lampiran 12. Untuk instrumen

nontes dinilai berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa yang dilakukan

oleh peneliti dengan berdasarkan lembar penilaian proses pembelajaran

berbicara yang meliputi: (a) minat, (b) keaktifan, (c) kerja sama, dan (d)

kesungguhan siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar penilaian

proses dapat dilihat pada lampiran 18.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan

pertama dilaksanakan pada hari Senin, 21 Februari 2011 dan pertemuan kedua

pada hari Rabu, 23 Februari 2011. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di

ruang kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo.

Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut:

Pertemuan I (2x35 menit)

Pada pertemuan pertama siklus II yang diajarkan kepada siswa kelas V

terlebih dahulu adalah mengulang kembali mengenai materi drama dan

memperbaiki dalam penyusunan naskah drama pendek.

Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit. Kegiatan yang

guru (peneliti) lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam

dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif

Page 105: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 88

(pencegahan). Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan

diadakan presensi kehadiran siswa untuk mengetahui jumlah kehadiran siswa.

Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan I lengkap yaitu 21 siswa. Guru juga

menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan

jelas. Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu siswa mampu

menyebutkan cara menyusun naskah drama dengan benar dan siswa mampu

menyusun naskah drama pendek dengan baik berdasarkan permasalahan cerita

bergambar. Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan

motivasi belajar dan membuka wawasan siswa tentang drama. Apersepsi

diberikan dengan bersama-sama menyanyikan lagu berlirikkan materi drama

dengan nada seperti lagu naik-naik ke puncak gunung, lagunya masih sama

dengan pertemuan pertama pada siklus I.

Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi waktu

sekitar 55 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat

tiga (3) bentuk tindakan nyata yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara

sistematika, awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa

mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan

tanya jawab dengan siswa seperti berikut :

- Anak-

- Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam drama ?

Siswa juga diminta menyebutkan contoh drama yang pernah dilihatnya.

Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi, dalam kegiatan elaborasi siswa menyimak

penjelasan dari guru tentang materi yang berkaitan dengan drama, cara merancang

kerangka naskah drama, dan kemudian menyusun naskah drama dengan

mengembangkan dari kerangka yang telah dibuatnya. Guru juga menjelaskan

kelebihan dan kesalahan dalam naskah drama yang dibuat siswa sebelumnya.

Secara ringkas, isi materi pada pertemuan pertama dapat dilihat pada bagian RPP

siklus II pada lampiran 5. Guru menjelaskan materi ini dengan menggunakan

media cerita bergambar

dramanya. Guru memperlihatkan media tersebut kepada siswa dan empat siswa

Page 106: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 89

yang diperankan. Sebelum siswa memperbaiki susunan naskah drama pendek,

guru menanyakan kesulitan dan kejelasan dari materi yang sudah dijelaskan.

Selanjutnya, guru membentuk diskusi kelompok siswa dengan duduk saling

berhadapan seperti kelompok pada siklus I. Guru meminta masing-masing

kelompok untuk memperbaiki naskah drama yang sudah dikoreksi dan

memperhatikan bagian-bagian naskah yang ditandai serta catatan khusus dari

guru. Media cerita bergambar dan lembar kerja kelompok dibagikan lagi ke

masing-masing kelompok. Melalui diskusi kelompok, siswa mulai memperbaiki

naskah drama pendek. Guru membimbing, melakukan pendekatan, dan

mengarahkan diskusi kelompok siswa. Setelah naskah drama pendek selesai

diperbaiki, masing-masing kelompok membacakan naskah drama yang dibuat di

depan kelas dan sekaligus memantapkan pembagian peran (tokoh drama). Siswa

yang lain menanggapi presentasi kelompok yang maju.

Kegiatan konfirmasi, guru memberikan reward (penguatan) kepada

masing-masing kelompok. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan

kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam

menyusun naskah drama. Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi

aktif. Untuk kelompok terbaik penyusun naskah drama diberikan hadiah oleh guru

yang sudah dipersiapkan.

Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama

guru menyimpulkan hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi. Guru juga

menyampaikan pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat

belajar dan bersikap yang baik dalam kehidupan. Terakhir, guru menutup proses

pembelajaran dengan salam.

Pertemuan 2 (2x35 menit)

Pertemuan kedua merupakan penerapan bermain peran (role playing) dari

naskah drama yang sudah diperbaiki pada pertemuan I. Tujuan utama

pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan II ini yaitu siswa mampu

memainkan peran sesuai karakter tokoh dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang

tepat.

Page 107: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 90

Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit.

Kegiatan awal yang guru (peneliti) lakukan tidak berbeda jauh dari pertemuan I

karena dimulai awal masuk sekolah (jam pertama) yakni membuka pembelajaran

dengan mengucapkan salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai

tindakan preventif (pencegahan). Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh

ketua kelas dan diadakan presensi kehadiran siswa. Jumlah siswa yang hadir

lengkap ada 21 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai siswa. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa mampu

menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan bermain peran (role playing) dalam

drama secara tepat dan mampu memainkan peran tokoh drama pendek dengan

lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang sesuai karakter tokoh secara tepat.

Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi

belajar siswa dan menyamakan pandangan tentang materi drama yang akan

dipelajari siswa. Apersepsi pertemuan II diberikan dengan tepuk drama bersama-

sama seperti pada pertemuan II siklus I. Kemudian guru mengadakan tanya jawab

setelah tepuk drama tersebut untuk mengetahui tingkat kepekaan siswa.

Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi waktu

sekitar 55 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat

tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara

sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa

mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan

tanya jawab dengan siswa seperti berikut :

- Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat bermain peran dalam drama?

- Sebutkan faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara ?

- Mengapa cara berbicara dalam memerankan tokoh drama menentukan penilaian

atau keberhasilan drama ?

Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi, siswa dijelaskan kembali hal-hal yang

perlu diperhatikan saat bermain peran dalam drama, diantaranya faktor-faktor

penunjang keefektifan berbicara meliputi lafal, intonasi, kelancaran, ekspresi, dan

pemahaman isi drama. Penjelasan dilakukan dengan menggunakan metode

demonstrasi yaitu memperagakan cara-cara berbicara yang efektif. Secara ringkas,

Page 108: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 91

isi materi pada pertemuan kedua ini dapat dilihat pada bagian RPP siklus II

lampiran 5. Sebelum siswa mencoba memainkan peran dari tokoh drama pendek,

guru memperlihatkan video drama pendek anak SD. Kemudian, guru

mengkondisikan tempat duduk seperti pelaksanaan diskusi pada pertemuan I

dengan duduk saling berhadapan sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Siswa diberikan waktu 5 menit untuk mempersiapkan setting dengan

kelompoknya sebelum maju bermain peran (role playing).

Selanjutnya, masing-masing kelompok siswa maju memerankan dari

naskah drama pendek yang sudah diperbaiki pada pertemuan I. Kegiatan bermain

peran ini penilaiannya hanya difokuskan pada keterampilan berbicara. Tugas guru

yaitu bertindak sebagai fasilitator dan memberikan penilaian. Guru membantu

menciptakan setting bermain peran sesuai tema drama masing-masing kelompok

sehingga siswa lebih bisa berekspresi. Dengan lembar penilaian, dilakukan

penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru secara individu. Siswa yang

tidak maju diberikan tugas sebagai pengamat untuk memberikan tanggapan dari

kelompok yang sudah bermain peran.

Kegiatan konfirmasi, yaitu pemberian reward (penguatan) kepada masing-

masing kelompok dan pemberian hadiah pemain peran terbaik. Siswa diberikan

kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan

konfirmasi hasil belajar siswa dalam bermain drama. Siswa dimotivasi agar lebih

semangat dan berpartisipasi aktif. Untuk kelompok terbaik dalam bermain peran

drama juga diberikan hadiah oleh guru yang sudah dipersiapkan.

Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama

guru menyimpulkan hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan

guru. Hasil pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan dari bermain peran

yang sebelumnya. Guru mengucapkan terimakasih atas perhatian, kerjasama, dan

kesungguhan siswa. Guru juga menyampaian pesan-pesan moral kepada siswa.

Kemudian guru menutup pembelajaran dengan salam.

Page 109: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 92

c. Observasi

Tahap observasi siklus II pada hari Senin dan Rabu, 21-23 Februari 2011

dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa selama proses

pembelajaran. Proses pengamatan dilakukan oleh guru kelas V bapak Sri

Kuncoro, Ama.Pd. Pengamatan menggunakan lembar observasi yang sudah

dipersiapkan. Pengamatan difokuskan pada tiga aspek yaitu (1) RPP yang

dijadikan pedoman mengajar peneliti, (2) berlangsungnya proses pelaksanaan

pembelajaran terkait sikap siswa (penilaian proses) dan kegiatan guru selama

pembelajaran berlangsung. (3) hasil penilaian tes unjuk kerja keterampilan

berbicara dengan metode role playing oleh siswa.

Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar diperoleh

gambaran tentang jalannya pembelajaran dari mata pelajaran Bahasa Indonesia

tentang keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode role playing

sebagai berikut:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru

Pengamatan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan

guru dalam mengajar sangat penting karena sebagai prosedur mengajar guru di

dalam kelas. RPP peneliti dinilai oleh guru kelas V dengan lembar pengamatan

RPP yang sudah dipersiapkan. Hasil penilaian RPP siklus II dapat dilihat pada

lampiran 20. Guru menilai RPP yang digunakan oleh peneliti dengan hasil rata-

rata nilai 3,85 yang menunjukkan penyusunan RPP dalam kategori sangat baik.

Secara garis besar RPP yang disusun sudah relevan dengan standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang ada dengan sistematika yang runtut dan tujuan

pembelajaran yang jelas mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

2) Sikap Siswa (Penilaian Proses)

Hasil pengamatan siklus II terhadap sikap siswa dapat dilihat pada lampiran

25. Pengamatan sikap siswa selama pembelajaran ini adalah bentuk penilaian

kualitas proses. Di dalam proses pembelajaran siklus II siswa sudah terlihat lebih

aktif dan bersungguh-sungguh dibandingkan dengan siklus I. Secara klasikal

terdapat peningkatan terhadap minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan pada

Page 110: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 93

diri siswa. Data pengamatan sikap siswa pada siklus II dapat dimasukkan ke

dalam tabel 10 sebagai berikut :

Tabel 10. Data Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan

Berbicara Kelas V SDN Pandak I pada Siklus II

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru pada siklus II mengalami peningkatan. Terdapat 19 siswa

(90,47%) yang berminat mengikuti pembelajaran berbicara. Siswa yang tercatat

aktif sebanyak 17 siswa (80,95%), siswa yang mampu bekerjasama dengan baik

sebanyak 16 siswa (76,19%), dan siswa yang bersungguh-sungguh dalam

mengikuti pembelajaran berbicara sebanyak 17 siswa (80,95%). Data dalam tabel

10 tersebut dapat disajikan dalam grafik pada gambar 9 sebagai berikut :

Gambar 9. Grafik Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan

Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I pada Siklus II

No. Sikap Siswa Frekuensi (siswa) Persentase (%)

1. Minat 19 90,47

2. Keaktifan 17 80,95

3. Kerja sama 16 76,19

4. Kesungguhan 17 80,95

90,47%

80,95%76,19%

80,95%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Minat Keaktifan Kerjasama Kesungguhan

Fre

ku

en

si

Sikap Siswa

Page 111: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 94

3) Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Guru

Hasil pengamatan terhadap kegiatan pelaksanaan pembelajaran oleh guru

pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 22. Hasil Pengamatan difokuskan pada

tujuh aspek kemampuan guru yaitu: (1) guru mengelola ruang dan fasilitas

pembelajaran termasuk kategori baik dengan nilai 3,5, (2) melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan nilai 3,6 dalam kategori sangat baik, (3) mengelola interaksi

kelas juga sudah sangat baik dengan nilai 4, (4) bersikap terbuka dan luwes serta

membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap belajar dengan nilai 3,5,

(5) mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran mata pelajaran

tertentu termasuk kategori baik dengan nilai 3,3, (6) melaksanakan evaluasi proses

dan hasil belajar dengan nilai 4 kategori sangat baik, dan (7) kesan umum kerja

guru dalam kategori baik dengan nilai 3,5. Sehingga nilai rata-rata kegiatan

pembelajaran guru adalah 3,63 termasuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan

rata-rata nilai tersebut menunjukkan kualitas pembelajaran dari guru meningkat

dibandingkan dengan siklus I.

4) Hasil penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara siswa dengan metode

role playing

Daftar nilai keterampilan berbicara siswa siklus II dapat dilihat pada

lampiran 15. Data nilai tersebut dikelompokkan ke dalam tabel 11 di bawah ini:

Tabel 11. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN

Pandak I Sragen pada Siklus II

No Nilai Frekuensi Presentase (%) Keterangan

1 44-52 0 0 Tidak Tuntas

2 53-61 3 14,29 Tidak Tuntas

3 62-70 6 28,57 Tuntas

4 71-79 5 23,81 Tuntas

5 80-88 7 33,33 Tuntas

Jumlah 21 100

Nilai rata-rata = 1540 : 21 = 73,33

Tingkat Ketuntasan Klasikal = 18 : 21 x 100% = 85,71%

Page 112: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 95

Dari tabel 11 di atas dapat dilihat persentase siswa yang belum dan

sudah tuntas KKM. Dari 21 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pandak I

Sidoharjo, hanya terdapat sebesar 14,29% siswa belum tuntas KKM yang terbagi

dalam kelas 44-52 sebesar 0%, dan pada kelas 53-61 sebesar 14,29%.

Sisanya sebesar 85,71% siswa sudah tuntas KKM yang terbagi pada kelas 62-

70 sebesar 28,57%, pada kelas 71-89 sebesar 23,81%, dan interval kelas 80-88

terdapat 33,33%. Dari tabel 11 tersebut juga dapat diketahui ketuntatasan hasil

belajar siswa pada siklus II mencapai 85,71% atau 15 siswa sudah tuntas.

Sedangkan siswa yang belum tuntas 14,29% atau 3 siswa.

Berdasarkan data pada tabel 11 maka hasil pembelajaran keterampilan

berbicara setelah diadakan tindakan siklus II pada siswa kelas V SDN Pandak I

dapat disajikan dalam grafik pada gambar 10 dibawah ini :

Gambar 10. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I

pada siklus II

Pada gambar 10 di atas ditunjukkan frekuensi dari masing-masing kelas.

Pada kelas 44-52 terdapat 0 siswa, pada kelas 53-61 terdapat sebanyak 3

siswa, pada kelas 62-70 terdapat sebanyak 6 siswa, pada kelas 71-79 terdapat

sebanyak 5 siswa, dan pada interval kelas 80-88 terdapat 7 siswa. Dengan

jumlah keseluruhan 21 siswa, hanya terdapat 3 siswa yang belum tuntas KKM.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

44-52 53-61 62-70 71-79 80-88

Fre

ku

en

si

Interval Nilai

Page 113: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 96

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil keterampilan

berbicara 62 (KKM) sudah mencapai 80% sesuai

target capaian sehingga tindakan dapat dihentikan.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas proses

dan hasil pembelajaran berbicara siklus II ini telah menunjukkan adanya

peningkatan yang signifikan dari siklus I.

Keberhasilan proses pembelajaran berbicara siklus II dapat dilihat dari

beberapa indikator berikut ini:

1) Minat

Minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan penerapan metode

bermain peran di siklus II, secara klasikal telah menunjukkan peningkatan dari

siklus I dari 61,9% menjadi sebesar 90,47% pada siklus II. Siswa lebih antusias

mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran, sehingga perhatian

siswa pun lebih terfokus pada pelajaran.

2) Keaktifan

Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat. Siswa terlihat lebih aktif

untuk bertanya dan mengungkapkan gagasan ketika berdiskusi, aktif

melakukan kegiatan bermain peran. Keaktifan klasikal siswa meningkat

menjadi 80,95% atau sebanyak 17 siswa.

3) Kerja sama

Siswa yang menunjukkan sikap kerjasama yang baik selama mengikuti

pembelajaran berbicara sebesar 76,19% atau sebanyak 16 orang, sedangkan

23,81% atau 5 orang sisanya tampak belum mampu melakukan kerja sama

yang baik dengan anggota kelompoknya.

4) Kesungguhan

Siswa yang menunjukkan kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran

berbicara sebayak 17 siswa atau sebesar 80,95%, sedangkan 4 siswa lainnya

atau sebesar 19,05% menunjukkan sikap kurang serius selama mengikuti

Page 114: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 97

pelajaran. Pada saat melakukan praktik berbicara di depan kelas, kebanyakan

siswa sudah terlihat bersungguh-sungguh dengan sesama teman kelompoknya.

Bertolak dari perbaikan pada siklus I dibuktikan bahwa penggunaan

metode bermain peran (role playing) pada siklus II ini dapat meningkatkan

kualitas hasil pembelajaran keterampilan berbicara. Hal ini terbukti dari 21 siswa

yang melakukan tes unjuk kerja berbicara, 18 siswa atau sebesar 85,71% telah

mencapai ketuntasan belajar dengan mendapat nilai di atas 62 (KKM).

Ketuntasan belajar ini mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 14,29%

dengan rata-rata nilai keterampilan berbicara dalam kelas sebesar 73,33.

Secara umum semua kelemahan yang ada dalam proses

pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II sudah dapat diatasi

dengan baik walaupun masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dan

kurang bersungguh-sungguh. Namun, secara garis besar siswa merasa

termotivasi dalam belajar, senang hati, dan antusias dalam melakukan

kegiatan karena siswa belajar sambil bekerja sama dengan temannya

secara kompak. Selain itu, peningkatan kualitas hasil keterampilan

berbicara pada siklus II sudah mencapai indikator ketercapaian yaitu

80% dari jumlah siswa yang ada. Oleh karena itu, penelitian dapat

dihentikan dan dinyatakan berhasil.

C. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk peningkatan dari hubungan

antarsiklus. Untuk hasil penelitian persiklus sudah disajikan pada tahap observasi

(pengamatan) pada masing-masing siklus. Berdasarkan pengamatan dari analisis data

yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kualitas proses dan hasil siswa kelas V

SDN Pandak I Sragen dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek

keterampilan berbicara dengan metode role playing.

Peningkatan kualitas proses ditunjukkan dari sebaran frekuensi sikap siswa

meliputi minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan siswa yang semakin besar

(meningkat) seperti pada tabel 12 berikut ini :

Page 115: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 98

Tabel 12. Data Frekuensi Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan

Berbicara Kelas V SDN Pandak I pada Prasiklus, Siklus I dan II

No. Sikap Siswa Frekuensi

Prasiklus Siklus I Siklus II

1. Minat 10 13 19

2. Keaktifan 13 15 17

3. Kerja sama 9 15 16

4. Kesungguhan 7 12 17

Tabel 12 di atas menunjukkan adanya peningkatan frekuensi pengamatan

sikap siswa dari prasiklus sampai siklus II. Secara klasikal aspek sikap minat,

keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran terjadi

peningkatan. Dari tabel 12 perbandingan frekuensi pengamatan sikap siswa di atas

dapat dibuat grafik pada gambar 11 sebagai berikut:

Gambar 11. Grafik Frekuensi Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran

Keterampilan Berbicara Kelas V SDN Pandak I pada Prasiklus, Siklus

I, dan Siklus II

Peningkatan kualitas hasil ditunjukkan dari sebaran frekuensi nilai

keterampilan berbicara dari penilaian aspek lafal, intonasi, kelancaran, ekspresi, dan

0

5

10

15

20

Minat Keaktifan Kerjasama Kesungguhan

Fre

ku

en

si

Sikap Siswa

Prasiklus Siklus I Siklus II

Page 116: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 99

pemahaman isi yang semakin besar (meningkat) pada interval nilai di atas KKM (62)

seperti pada tabel 13 berikut ini :

Tabel 13. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak

I pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

No. Interval Nilai Frekuensi

Prasiklus Siklus I Siklus II

1. 44-52 4 3 0

2. 53-61 9 3 3

3. 62-70 3 7 6

4. 71-79 5 6 5

5. 80-88 0 2 7

Jumlah Siswa 21 21 21

Siswa Tidak Tuntas 13 6 3

Siswa Sudah Tuntas 8 15 18

Nilai Rata-Rata Kelas 61,14 66,09 73,33

Ketuntasan Klasikal 38,1% 71,42% 85,71%

Tabel 13 di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai keterampilan

berbicara siswa dari prasiklus sampai siklus II. Presentase ketuntasan klasikal

meningkat dari prasiklus sebesar 38,1% menjadi 71,42% pada siklus I dan meningkat

lagi pada siklus II menjadi 85,71%. Pada akhir siklus masih terdapat tiga siswa yang

belum tuntas KKM dalam keterampilan berbicara. Kelemahan mereka pada aspek

kelancaran dan ekspresi berbicara. Selain itu, dari penilaian sikap siswa juga

tergolong rendah.

Perbandingan nilai rata-rata kelas dari tiap siklus terjadi peningkatan. Pada

prasiklus nilai rata-rata siswa sebesar 61,14, pada siklus I nilai rata-rata kelas

meningkat menjadi 66,09. Selanjutnya nilai rata-rata kelas keterampilan berbicara

mengalami peningkatan signifikan pada siklus II menjadi 73,33. Peningkatan

tersebut membuktikan bahwa metode role playing tepat untuk membantu

meningkatkan kualitas proses dan hasil keterampilan berbicara.

Page 117: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 100

Dari tabel 13 perbandingan nilai keterampialan berbicara di atas dapat dibuat

grafik pada gambar 12 sebagai berikut:

Gambar 12. Grafik Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN

Pandak I pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Dari gambar 12 tersebut terlihat bahwa prasiklus (merah) lebih mendominasi

pada interval nilai rendah, siklus I (kuning) mendominasi interval nilai sedang, dan

siklus II (hijau) dominasi pada interval nilai tinggi.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tindakan dapat dinyatakan bahwa terjadi

peningkatan kualitas keterampilan berbicara, baik proses maupun hasil keterampilan

berbicara dengan menggunakan metode role playing pada siklus I dan siklus II.

Secara garis besar, penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan masalah yang

telah dikemukakan peneliti pada bagian bab I.

Pembahasan hasil penelitian ini akan dijabarkan secara garis besar kualitas

proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara dari prasiklus dan setelah

dilaksanakan tindakan pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode role

playing.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

44-52 53-61 62-70 71-79 80-88

Fre

ku

en

si

Intrval Nilai

Prasiklus Siklus I Siklus II

Page 118: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 101

Pembahasan hasil penelitian ini sebagai berikut :

a. Prasiklus

Pada prasiklus terlihat bahwa minat dan keaktifan siswa dalam mengikuti

proses kegiatan pembelajaran masih tergolong rendah. Pembelajaran keterampilan

berbicara masih menggunakan cara konvensional yaitu siswa diminta

mengomentari persoalan faktual yang dikemukakan guru secara individu.

Meskipun metode pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif tetapi suasana

pembelajaran terkesan membosankan karena siswa masih bingung

mengemukakan permasalahan kehidupan yang dialaminya sehingga siswa yang

menanggapi juga merasa kesulitan. Selain itu siswa merasa takut ketika diminta

berbicara secara individu di depan kelas. Hal ini membuat siswa tidak antusias

mengikuti pembelajaran berbicara yang diberikan oleh guru. Akibatnya presentase

nilai kualitas proses secara klasikal yang meliputi minat, keaktifan, kerjasama, dan

kesungguhan masih rendah. Terbukti persentase niai kualitas proses klasikal pada

tindakan awal ini masih rendah yaitu minat 47,62%, keaktifan 61,9%, kerja sama

42,86%, dan kesungguhan 33,33%.

Kualitas proses yang rendah berimbas pada kualitas hasil keterampilan

berbicara siswa menjadi rendah. Terbukti dengan banyaknya siswa yang

memperoleh nilai di bawah KKM. Nilai keterampilan berbicara yang diperoleh

siswa masih rendah. Pada prasiklus siswa yang belum tuntas KKM sebanyak

13 siswa, sedangkan yang sudah tuntas KKM sebanyak 8 siswa atau 38,1%.

Nilai terendah pada prasiklus adalah 36 dan nilai tertinggi yang dicapai siswa

adalah 72. Nilai dari masing-masing siswa tersebut dapat dilihat pada lampiran 13.

Siswa yang memperoleh nilai pada kelas 44-52 sebanyak 4 siswa atau

19,05%, pada kelas 53-61 sebanyak 9 siswa atau 42,86%, pada kelas 62-70

sebanyak 3 siswa atau 14,29%, pada kelas 71-79 sebanyak 5 siswa atau 23,81%,

dan pada kelas 80-88 sebanyak 0 siswa atau 0%. Selama prasiklus nilai rata-rata

klasikal yang dicapai adalah 61,14. Nilai rata-rata ini dapat dikatakan rendah

karena nilai yang diperoleh siswa pun juga masih rendah. Oleh karena itu

dilakukan tindakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Page 119: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 102

b. Siklus I

Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan pada siklus I terbukti adanya

peningkatan kualitas proses dan hasil keterampilan berbicara siswa. Dalam proses

pembelajaran berbicara siklus I ini peneliti menggunakan metode role playing,

siswa bermain peran dari tokoh drama pendek yang dibuat oleh siswa secara

berkelompok. Proses pembelajaran terkesan lebih hidup dan menyenangkan

meskipun hasilnya belum maksimal karena siswa baru pertama kali bermain

peran. Siswa lebih berminat dan terlihat aktif dalam pembelajaran terutama ketika

praktik berbicara secara berkelompok melalui bermain peran. Kerjasama dan

kesungguhan siswa sangat jelas terlihat karena metode role playing ini dilakukan

secara kelompok yang mengutamakan kerjasama dan keseriusan dari anggota

kelompoknya. Peningkatan kualitas proses berbicara ini dibuktikan dengan nilai

persentase kualitas proses klasikal yaitu minat 61,9%, keaktifan 71,42%,

kerjasama 71,42%, dan kesungguhan 57,14%.

Pada siklus I kualitas hasil keterampilan berbicara yang ingin dicapai adalah

70% siswa dapat tuntas KKM. Hal ini berarti dalam siklus I diharapkan

sebanyak 15 siswa memperoleh nilai di atas KKM. Dilihat dari banyaknya siswa

yang tuntas KKM diketahui tepat sebanyak 15 siswa atau 71,42% sudah tuntas

dan masih terdapat 6 siswa atau 28,58% yang belum tuntas KKM. Dengan

jumlah ketuntasan seperti itu dapat dikatakan indikator kinerja siklus I telah

tercapai. Akan tetapi, pada siklus I nilai siswa belum memuaskan. Karena

kebanyakan siswa hanya memperoleh nilai pada interval nilai sedang.

Pengamatan dari tindakan pada siklus I ditemukan beberapa hal yang

terkait faktor-faktor penilaian keterampilan berbicara siswa yaitu: pertama, rata-

rata siswa menggunakan lafal dan intonasi yang cukup jelas dalam berbicaranya

karena siswa cukup percaya diri dan tidak merasa takut ketika penampilannya

dilihat teman-temannya. Kedua, kelancaran siswa pada siklus I rata-rata cukup

lancar dan dari segi pemahaman isi drama juga sudah baik. Namun, untuk ekspresi

berbicara siswa rata-rata nilainya masih kurang memuaskan, terkadang siswa

berbicara tidak melihat kepada teman atau lawan bicaranya. Gerakan-gerakan

Page 120: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 103

tubuh belum begitu terlihat pada siklus I sehingga kegiatan berbicara siswa masih

terkesan kaku dan monoton.

Peningkatan kualitas proses dan hasil pada siklus I belum memuaskan dan

masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dan diharapkan keterampilan

berbicara siswa semakin meningkat. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan ke

siklus II.

c. Siklus II

Pada tindakan siklus II terjadi peningkatan kualitas proses dan hasil yang

signifikan dari tindakan sebelumnya. Dilihat dari proses pembelajaran

keterampilan berbicara dengan metode role playing, siswa semakin berminat yang

ditandai dengan banyaknya siswa yang lebih antusias dan memperhatikan

jalannya proses pembelajaran berbicara. Persentase minat siswa secara klasikal

mencapai 90,47%. Keaktifan klasikal siswa meningkat menjadi 80,95% ditandai

dengan banyaknya siswa yang lebih aktif bertanya dan berpendapat ketika diskusi

kelompok serta bermain peran. Kerja sama dari siswa dalam kelompoknya juga

semakin meningkat menjadi 76,19%, dalam hal ini siswa lebih bertanggung jawab

sebagai bagian dari kelompoknya. Pengamatan dari segi kesungguhan siswa juga

terjadi peningkatan menjadi 80,95% ditandai siswa lebih serius untuk melakukan

diskusi dan bermain peran (role playing).

Kualitas hasil keterampilan berbicara siklus II terjadi peningkatan. Indikator

ketercapaian kualitas hasil pada siklus II adalah 80% atau sebanyak 17 siswa

mampu tuntas KKM dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Dari 21 siswa

kelas V setelah diadakan tindakan siklus II terdapat 18 siswa atau 85,71%

tuntas KKM dan 3 siswa atau 14,29% belum tuntas KKM. Hal ini dibuktikan

dengan naiknya jumlah frekuensi pada tiap kelas interval. Dari 21 siswa kelas V

ditunjukkan pada kelas 44-52 saat siklus I terdapat 3 siswa meningkat menjadi

tidak ada. Setelah tindakan siklus II nilai terendah terdapat pada kelas 53-61

sebanyak 3 siswa atau 14,29%, pada kelas 62-70 sebanyak 6 siswa atau

28,57%, pada kelas 71-79 sebanyak 23,81%, dan pada kelas 80-88 sebanyak 7

siswa atau 33,33%. Dilihat dari nilai rata-rata klasikal siswa juga terdapat

Page 121: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 104

peningkatan. Nilai rata-rata klasikal pada siklus I sebesar 66,09 meningkat

menjadi 73,33 pada siklus II.

Peningkatan kualitas poses dan hasil keterampilan berbicara dengan

menggunakan metode role playing pada siklus II sudah memuaskan dan mencapai

indikator ketercapaian. Oleh karena itu, pelaksanaan tindakan dapat dihentikan

dan terbukti dinyatakan berhasil.

Berdasarkan atas tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II, keberhasilan

pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing

dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:

a. Kualitas Proses

1) Siswa semakin berminat dalam mengikuti pembelajaran keterampilan

berbicara. Hal ini ditunjukkan dengan siswa menujukkan sikap yang

memperhatikan dan tidak gaduh.ketika proses pembelajaran berlangsung.

Selain itu, siswa antusias mengikuti pembelajaran dan tidak ada siswa yang

mengantuk atau melamun.

2) Siswa terlihat bersemangat dan aktif dalam pembelajaran. Keadaan ini

ditandai dengan keaktifan siswa bertanya dan berpendapat saat diskusi

kelompok serta aktif dalam bermain peran dari tokoh drama yang

diperankannya.

3) Siswa lebih melakukan kerjasama dalam kegiatan pembelajaran. Kerjasama

terlihat ketika siswa berdiskusi dan bermain peran di depan kelas. Siswa

memiliki rasa tanggung jawab dan empati terhadap temannya.

4) Siswa memiliki kesungguhan dalam belajar. Hal ini ditunjukkan dengan

keseriusan siswa ketika harus bermain peran dengan kelompoknya untuk

mendapatkan hasil yang terbaik.

b. Kualitas Hasil

Nilai tes unjuk kerja keterampilan berbicara siswa dengan metode role

playing yang telah dilaksanakan guru menunjukkan peningkatan dari siklus I

sampai siklus II dibandingkan dengan kondisi awal. Ketuntasan klasikal akhir

siklus mencapai 85,71% dengan nilai rata-rata 73,33.

Page 122: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 105

Kualitas hasil keterampilan berbicara ditandai dengan meningkatnya aspek-

aspek penilaian berbicara yang secara garis besar dijelaskan sebagai berikut :

1) Siswa mampu berbicara dengan lafal yang sudah jelas. Secara klasikal siswa

dapat melafalkan bunyi atau artikulasi bahasa dengan baik dan jelas.

2) Siswa berbicara dengan intonasi yang tepat. Ketepatan memberikan tekanan

dalam berbicara siswa secara klasikal dalam kategori baik dan tepat.

3) Siswa berbicara dengan lancar. Hal ini ditunjukkan ketika berbicara siswa

t siswa yang kurang lancar.

4) Siswa mampu berbicara dengan ekspresi yang terbilang baik. Secara umum

siswa sudah berbicara menggunakan kontak mata sebagai syarat keefektifan

berbicara dan kadang disertai gerakan tubuh (pantomimik).

5) Siswa sudah berbicara sesuai isi atau tema drama yang diperankannya. Hal ini

ditunjukkan dengan arah pembicaraan siswa dalam bermain peran yang sudah

sesuai topik drama yang ditentukan.

Page 123: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 106

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan

dalam dua siklus dengan menggunakan metode role playing dalam pembelajaran

keterampilan berbicara pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pandak I Sidoharjo

Sragen dapat disimpulkan bahwa :

1. Penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas proses

keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen tahun

ajaran 2010/2011. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase minat,

keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan dalam proses pembelajaran. Pada siklus

I persentase klasikal minat siswa sebesar 61,9%, keaktifan 71,42%, kerja sama

71,42%, dan kesungguhan 57,14%. Pada siklus II terjadi peningkatan yaitu

persentase klasikal minat siswa menjadi 90,47%, keaktifan 80,95%, kerja sama

76,19%, dan kesungguhan 80,95%.

2. Penggunakan metode role playing dapat meningkatkan kualitas hasil

keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen

tahun ajaran 2010/2011. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata keterampilan

berbicara siswa yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu siklus I

sebesar 66,09 dan siklus II sebesar 73,33. Dilihat dari hasil tes berbicara pada

siklus I diketahui 15 siswa (71,42%) dari 21 siswa telah mencapai nilai KKM (62)

dan meningkat pada siklus II sebanyak 18 siswa (85,71%) dari 21 siswa telah

berhasil mencapai nilai KKM.

B. IMPLIKASI

Penggunaan metode bermain peran (role playing) terbukti dapat

meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil dalam pembelajaran keterampilan

berbicara, karena bermain peran merupakan metode belajar sambil bermain yang

sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Dalam metode role playing, siswa

berperan secara aktif menjadi tokoh atau orang lain sesuai naskah drama pendek

Page 124: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 107

yang disusun oleh siswa sendiri. Kegiatan dan keberhasilan belajar siswa sangat

ditentukan oleh kemampuan siswa sendiri dalam menguasai materi dan

mengungkapkan ide serta gagasannya dalam bentuk praktik berbicara sambil

berperan di depan kelas. Oleh karena itu, siswalah yang menjadi pusat kegiatan

pembelajaran. Peran guru di sini hanya sebagai mediator, motivator, dan fasilitator

belajar siswa.

Metode role playing ini lebih efektif dan efisien dibanding dengan metode

konvensional yang pada umumnya masih sering digunakan guru dalam pembelajaran

keterampilan berbicara. Dikatakan efektif karena penerapan metode role playing

akan lebih menghemat waktu, hal ini disebabkan karena siswa dapat tampil praktik

berbicara secara berkelompok. Sedangkan dikatakan efisien, dimungkinkan karena

proses belajar di SD lebih banyak dilakukan dengan bermain sambil belajar atau

belajar sambil bermain.

Penelitian ini membuktikan bahwa dengan penggunaan metode bermain

peran (role playing) dapat membuat siswa lebih aktif, berminat dalam mengikuti

pembelajaran berbicara, dan pembelajaran lebih hidup serta menyenangkan. Selain

itu, meode ini dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran berbicara yang

ditandai dengan meningkatnya rata-rata nilai siswa dan persentase ketuntasan pada

tiap siklusnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diimplikasikan bahwa metode role

playing dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi guru dalam

kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara. Di samping itu, metode pembelajaran

ini dapat digunakan sebagai metode alternatif yang menyenangkan, kreatif, dan

inovatif dalam pembelajaran berbicara di tingkat SD.

C. SARAN

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti dapat

mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Siswa seharusnya memahami bahwa keterampilan berbicara merupakan hal

penting yang harus dikuasai, untuk itu siswa perlu mengikuti pembelajaran

Page 125: peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 108

berbicara dengan penuh kesungguhan agar siswa memiliki keterampilan

berbicara yang baik.

b. Dengan adanya penggunaan metode role playing sebaiknya siswa dapat

memanfaatkan dengan baik untuk bekerja sama dalam satu kelompok baik

dalam diskusi maupun bermain peran sehingga hasilnya dapat optimal.

2. Bagi Guru

Guru kelas hendaknya menerapkan metode bermain peran (role playing)

dalam kegiatan belajar - mengajar khususnya pada pembelajaran keterampilan

berbicara, karena metode bermain peran lebih efektif dan efisien dibandingkan

dengan metode konvensional yang pada umumnya masih sering digunakan dalam

pembelajaran berbicara.

3. Bagi Sekolah

Peneliti menyarankan penggunaan metode role playing sebagai metode

alternatif dalam pembelajaran keterampilan berbicara di kelas tinggi sekolah

dasar. Penggunaan metode role playing dapat menciptakan proses pembelajaran

yang dapat meningkatkan motivasi belajar berbicara siswa sehingga sangat

bermanfaat dan meningkatkan kualitas hasil berbicara bagi anak-anak usia sekolah

dasar.