PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN …... · membaca permulaan bagi siswa kelas I SD Negeri...
Transcript of PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN …... · membaca permulaan bagi siswa kelas I SD Negeri...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN PERMAINAN BAHASA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI MIJEN II
KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008
SKRIPSI
OLEH SRI YANTI X 7106033
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
2009
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN PERMAINAN BAHASA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI MIJEN II
KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008
Oleh Sri Yanti
X 7106033
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
2009
PERSETUJUAN
Skripsi:
“Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa Pada
Siswa Kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2007/2008.”
Oleh :
Nama : Sri Yanti
NIM : X7106033
telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Samino Sangaji, M. Pd Drs. Hartono, M. Hum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
NIP. 19510102 198003 1 003 NIP. 19670617 199203 1 002
PENGESAHAN
Skripsi:
“Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa Pada
Siswa Kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2007/2008.”
Oleh :
Nama : Sri Yanti
NIM : X7106033
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi : Tanda Tangan
Nama Terang :
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd 1.
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. 2.
Anggota I : Drs. Samino Sangaji, M.Pd. 3.
Anggota II : Drs. Hartono, M.Hum 4.
Disahkan Oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Prof. Dr.H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
ABSTRAK Sri Yanti. X7106033. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa pada Siswa Kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi. Surakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Desember 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta, (2) Mengetahui seberapa besar permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta, (3) Mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Adapun metode penelitian tindakan kelas ini ditempuh dengan tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas tiga pertemuan dan meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Tindakan dalam setiap siklus dilakukan dengan cara permainan yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran membaca permulaan dengan media pembelajaran berupa kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata, kartu kalimat, dan papan panel. Pembelajaran dilakukan dengan permainan sehingga siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan diakhiri dengan pemberian tugas sebagai evaluasi dan feed back disetiap pertemuan dalam siklus. Hasil yang diperoleh setelah penelitian tindakan kelas ini adalah (1) Prosentase hasil observasi tentang keaktifan siswa dalam berpendapat, keaktifan siswa dalam Tanya jawab, keaktifan siswa mengambil inisiatif dalam kelompok, dan keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas siswa yang aktif pada siklus I 86,25%, siklus II 88,75%, siklus III 91,67%. (2) Nilai rata-rata sebelum dilakukan tindakan adalah 62,00 sedangkan setelah silkus I nilai rata-rata menjadi 68,14, siklus II nilai rata-rata 75,45 dan pada siklus ketiga nilai rata-rata menjadi 77,41. Simpulan dengan permainan bahasa terbukti dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Oleh karena itu saran dari peneliti hendaknya guru menggunakan permainan dalam melakukan pembelajaran membaca sehingga siswa tanpa disadari telah melakukan aktivitas belajar membaca tanpa ada paksaan dan tekanan dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Harta tidak pernah ada cukupnya, dan keinginan tidak pernah ada habisnya. Bila
hanya dua hal yang kita kejar dapat dipastikan ….bahwa ketenangan dan kebahagiaan
justru akan menjauh, Sementara itu, ada ruh yang bisa bicara, ada hati yang bisa
berkata. Keduanya jangan sampai mati….sebelum jasad mati.
(Ust. Yusuf Mansur)
Jika kita mampu menikmati
setiap pekerjaan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab,
maka setiap hari pasti menjadi hari kerja yang membahagiakan.
(Andrie Wongso)
Anda akan sulit mencapai kebesaran yang diidamkan, jika terus mencemaskan
Hal-hal kecil, memikirkan yang remeh-remah,
Serta melakukan hal yang biasa-biasa saja.
(Mario Teguh Golden Ways)
PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Dengan segenap rasa syukur yang sedalam-
dalamnya kepada Allah SWT karya ini saya
persembahkan kepada:
1. Suamiku yang aku hormati dan aku cintai yang
telah memberi kesempatan dan dukungan yang
luar biasa untuk melanjutkan studiku.
2. Orang tuaku yang dengan tulus memberi doa
restu atas studiku.
3. Adik-adikku (d’ pujay n d’iput) yang telah
membantu selesainya skripsiku.
4. Anak-anakku dan seluruh anggota keluargaku
(Kakak salma, Nabeel, Mincun) juga mbak Kus.
5. Teman-teman S1 PGSD
6. Almamaterku
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang telah memberikan nikmat dan
hidayah-Nya sehingga peneliti mempunyai kekuatan lahir dan batin untuk
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini untuk memenuhi kewajiban sebagai
tugas akhir mahasiswa yang akan menyelesaikan jenjang pendidikannya di Perguruan
Tinggi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Adapun judul skripsi yang peneliti kemukakan adalah: “Peningkatan
Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Permainan Bahasa pada Siswa Kelas I SD
Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008”.
Dalam prosesi penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dukungan material maupun spiritual dari berbagai pihak.Oleh karena itu dalam
kesempatan ini peneliti akan menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
ijin penulisan skripsi ini.
2. Drs. R. Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin dan pengarahan penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Kartono, M. Pd selaku ketua program studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, yang dengan perhatiannya memberikan bimbingan dan dorongan untuk
menyelesaikan tugas ini.
4. Drs. Samino Sangaji, M. Pd. Selaku pembimbing I, yang dengan perhatiannya
memberikan bimbingan dan dorongan untuk menyelesaikan tugas ini.
5. Drs.Hartono, M. Hum, selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran
membimbing dan mengarahkan penulisan penelitian ini.
6. Ch. Th. Supriyati, S. Pd Kepala SD Negeri Mijen II yang telah memberi ijin
untuk mengadakan penelitian dan secara terbuka membrikan berbagai bantuan
berupa data-data yang peneliti perlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
7. Bapak dan Ibu Dosen S1 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret atas segala
jasanya yang tiada ternilai telah melancarkan studi penelitian ini.
8. Teman-teman guru SD Negeri Mijen II yang telah dengan tulus ikhlas
membantu selesainya penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuanganku: Pak Tanto, Pak Maryadi, De’ Dyah, Mba’
Utami, Mba’ Warti, dan lain-lain.
10. Segenap keluarga besarku: suamiku, orang tuaku, anak-anakku, adik-adikku,
mbak Kus yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan motivasi
kepadaku untuk menyelesaikan penelitian ini
Atas segala daya dan upaya, skripsi ini peneliti maknai sebagai sebuah karya.
Bersamaan dengan rasa bangga tersebut peneliti sadar betul bahwa tentulah hasil
penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan karena keterbatasan pribadi
peneliti. Oleh karena itulah secara terbuka peneliti menerima kritik dan saran demi
kedalaman kajian dan kemanfaatan.
Harapan peneliti, hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang memerlukan.
Surakarta, Desember 2009.
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………... i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….…….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………. iv
ABSTRAK …………………………………………………………………….. v
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………..... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………... xiii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………… 6
C. Pembatasan Masalah ……………………………………………... 7
D. Perumusan Masalah ……………………………………………… 7
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 7
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………… 9
1. Membaca Permulaan ………………………………………… 9
a. Pengertian Membaca Permulaan ………………………… 9
b. Pentingnya Pembelajaran Membaca Permulaan ………… 13
2. Permainan Bahasa …………………………………………… 13
a. Pengertian Permainan ……………………………………. 13
b. Pengertian Permainan Bahasa…………………………...... 15
c. Membaca Permulaan dengan Permainan Bahasa ……….. . 16
B. Kerangka Pemikiran ……………………………………………... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………. 23
1. Tempat Penelitian ……………………………………………… 23
2. Waktu Penelitian ………………………………………………. 24
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ……………………………………. 24
1. Bentuk Penelitian ………………………………………………. 24
2. Strategi Penelitian ………………………………….................... 25
a. Siklus I ……………………………………………………….. 25
b. Siklus II ……………………………………………………… 25
c. Siklus III ……………………………………………………… 26
C. Sumber Data …………………………………….............................. 27
D. Tehnik Pengumpulan Data ………………………………………… 27
E. Tehnik Analisis Data ………………………………………………. 28
F. Prosedur Penelitian ………………………………………………… 30
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………….. 32
1. Sejarah Singkat SD Negeri Mijen II Surakarta ………………… 32
2. Daftar Kepala SD Negeri Mijen II Surakarta ………………….. 34
3. Profil Sekolah ………………………………………………….. 34
4. Data Personal Siswa …………………………………………… 36
B. Deskripsi Sebelum Tindakan ………………………........................ 36
C. Deskripsi Tindakan……………… ………………………………... 37
1. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I ……………. ……………. 37
a. Perencanaan Tindakan ………………………………………. 37
b. Pelaksanaan Tindakan ………………………......................... 38
c. Observasi ……………………………………………………. 43
d. Refleksi ……………………………………………………… 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
2. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II …………………………. 57
a. Perencanaan Tindakan ………………………………………. 57
b. Pelaksanaan Tindakan ………………………………………. 58
c. Observasi ……………………………………………………. 62
d. Refleksi ……………………………………………………… 69
3. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus III ………………………… 73
a. Perencanaan Tindakan ………………………………………. 73
b. Pelaksanaan Tindakan ………………………………………. 73
c. Observasi ……………………………………………………. 75
d. Refleksi ……………………………………………………… 79
D. Temuan dan Hasil Tindakan…………… ………………………… 81
1. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan ……………… 81
2. Jenis-jenis Permainan Bahasa dalam Membaca Permulaan ........ 82
3. Hambatan-hambatan yang Ditemui dalam Permainan Bahasa ... 84
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ………………………………………………………….. 85
B. Implikasi ………………………………………………………….. 86
C. Saran ……………………………………………………………… 86
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran …………………………………………… 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Gambar 2 Bagan Tehnik Analisis Data...…………………………………. 30
Gambar 3 Bagan Prosedur Penelitian ……………………………………. 31
Gambar 4 Grafik Nilai Sebelum Tindakan Siklus I ……………………… 48
Gambar 5 Grafik Nilai Setelah Tindakan Siklus I ………………………. 51
Gambar 6 Grafik Nilai Setelah Tindakan Siklus II ……………………… 67
Gambar 7 Grafik Nilai Setelah Tindakan Siklus III …………………….. 78
Gambar 8 Foto Dokumentasi Sebelum Tindakan pada Siklus I ………… 104
Gambar 9 Foto Dokumentasi Setelah Tindakan pada Siklus I…………… 106
Gambar 9 Foto Dokumentasi Setelah Tindakan pada Siklus II …………. 129
Gambar 10 Foto Dokumentasi Setelah Tindakan pada Siklus III ………… 148
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Nama Kepala SD Negeri Mijen II ……………………….. 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Tabel 2 Data Personal Siswa SD Negeri Mijen II ……………………….. 36
Tabel 3 Rekapitulasi Nilai Membaca Sebelum Tindakan Siklus I ………. 47
Tabel 4 Data Frekuensi Nilai Membaca Sebelum Tindakan Siklus I ……. 48
Tabel 5 Rekapitulasi Nilai Membaca Setelah Tindakan pada Siklus I ……. 49
Tabel 6 Data Frekuensi Nilai Membaca Setelah Tindakan Siklus I ………. 50
Tabel 7 Rekapitulasi nilai rata-rata sebelum dan setelah tindakan ……….. 51
Tabel 8 Prosentase nilai > 60,0 Sebelum dan Setelah Tindakan …………. 52
Tabel 9 Rekapitulasi Nilai Membaca Setelah Tindakan Siklus II .............. 66
Tabel 10 Data Frekuensi Nilai Membaca Setelah Tindakan Siklus II ……... 67
Tabel 11 Rekapitulasi nilai rata-rata Siklus I dan Siklus II ………………… 68
Tabel 12 Prosentase nilai > 60,0 Siklus I dan Siklus II …………………….. 68
Tabel 13 Rekapitulasi Nilai Membaca Siklus III …………………………. 76
Tabel 14 Data Frekuensi Nilai Membaca Setelah Tindakan Siklus III …….. 77
Tabel 15 Nilai Rata-rata Membaca Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II,
dan Siklus III …………………………………………………….. 80
Tabel 16 Prosentase nilai > 60,0 Seblum Tindakan, Siklus I, Siklus II,
Dan Siklus III ................................................................................ 81
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum Tindakan………. 90
Lampiran 1b Lembar Observasi Sebelum Tindakan…………………………. 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Lampiran 1c Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tema Lingkungan ………. 94
Lampiran 2 Lembar Observasi Siklus I …………………………………….. 103
Lampiran 3 Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum Tindakan…. 104
Lampiran 4 Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……………… 106
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tema Aku dan Keluargaku …116
Lampiran 6 Lembar Observasi Siklus II ……………………………………… 128
Lampiran 7 Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ……………… 129
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tema Kesehatan …………… 142
Lampiran 9 Lembar Observasi Siklus III ……………………………………… 147
Lampiran 10 Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ……………… 148
DAFTAR PUSTAKA
Aslam Sumhudi M. 1988. Komposisi Disain Riset. Solo : Ramadhani.
Basuki Wibowo. 2003. Strategi Penelitian Tindakan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Carin, Arthur A. 1993. Teaching Modern Science. Sixth Edition. New York. NY : Maxwell Macmillan International
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Dewey. Polito 1994.http;//mbahbrata-edu.blogspot.com.
Flavel. Carin. 1993. Prinsip-Prinsip Pieget dalam Pengajaran. http://www.google.com
Framberg. Berky. 2009 http://definicinta.blogspot.com
Kamus Besar Bahasa Indonsia. 1999. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Balai Pustaka.
Kartini Kartono. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.
Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press & Center for Learning Innovation.
Miles MB & Huberman A.M Penterjeman Tjejep Rohendi. 1994. Analisis Data Kualitatif. Jakarta UI Press.
Moleong Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandug: Remaja Rosdakarya.
Muhamad Ali. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Pellegrini dan Saracho. 1996. Prinsip-Prinsip Peaget dalam Pengajaran.
http://www.Google.com Piaget. 1992. Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Semiawan, Conny.R. (2002). Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini.
Jakarta. PT. Ikrar Mandiri Abadi Siti Fathonah. 2008. Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan pada Anak
yang Berkesulitan Belajar Melalui Remidial Teaching bagi Siswa Kelas II MI Negeri Boyolali. Skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Sutopo HB. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif II. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Suwarti. 2008. Penggunaan Media Permainan Kreativitas Sebagai Upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Kumpulrejo 02 Salatiga. Skripsi.
St Y. Slamet. (2007). Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
Sekolah Dasar. Surakarta : LPP UNS. Syafi’ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca di Kelas-kelas Awal Sekolah Dasar Wood. (1996) Pembelajaran Membaca Melalui Permainan. http://mbahbrata
edu.blogspot.com
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA SURAKARTA
SD NEGERI MIJEN II KECAMATAN JEBRES
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Alamat: Jl. Kalimadahan No. 50 Jagalan, Jebres, Surakarta Telp. (0271) 648221
SURAT KETERANGAN NOMOR: 421.2/786/SD/2008
Yang bertanda tangan di bawah ini kepala SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres
Kota Surakarta, menerangkan dengan sesungguhnya bahwa mahasiswa tersebut di
bawah ini:
N a m a : Sri Yanti
N I M : X7106033
Jurusan/ Program : Ilmu Pendidikan/ S1 PGSD
Telah kami ijinkan melaksanakan research di SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres
Kota Surakarta dari bulan Pebruari sampai dengan Nopember 2008.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya dan harap menjdikan makhlum adanya.
Surakarta, 5 Pebruari 2008
Kepala SD Negeri Mijen II
Ch. Th. Supriyati, S. Pd
NIP. 130568491
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka menghadapi era globalisasi, pemerintah Indonesia dewasa
ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang. Pelaksanaan
pembangunan tentunya tidak terlepas dari sumber daya manusia yang berkualitas,
handal, dan memiliki potensi serta kecakapan dalam bidang tertentu yang
menunjang tercapainya tujuan pembangunan nasional. Untuk mencetak sumber
daya manusia seperti tersebut di atas, salah satu langkah yang ditempuh adalah
peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Secara jelas pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian yang cukup
besar terhadap dunia pendidikan. Terbukti dalam Undang-undang No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara jelas tujuan pendidikan
nasional yang tercantum dalam Undang - undang No. 20 tahun 2003, dalam Bab
II pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan mengacu pada fungsi pendidikan nasional di atas maka sistem
pendidikan yang ada di Indonesia tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya dalam arti manusia yang bisa mencapai harkat atau tahap penemuan
diri (self-actualization) yang paling tinggi sebagai makhluk Tuhan, yang ditandai
dengan keseimbangan dan keselarasan antara kepentingan dunia dan akherat, jiwa
dan raga, individu dan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam dan
Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan jasmaniah dan kemajuan rohaniah.
Undang-undang Dasar 1945 yang sudah diamandemen Bab XIII tentang
pendidikan dan kebudayaan pasal 31 ayat (1) Setiap warga negara berhak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mendapat pendidikan; ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya; ayat (3) Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Jelaslah bahwa warga
negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang sistem pendidikanya
diatur dengan undang-undang. Dengan demikian pemerintah memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk memperoleh
pendidikan sesuai dengan urutan institusi yang ada yang dimulai sejak Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA), sampai Perguruan Tinggi (PT).
Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar terdiri atas 6 kelas yang dimulai
dari kelas rendah yaitu kelas I, II, III dan kelas tinggi yaitu kelas IV, V, VI. Untuk
anak usia kelas rendah, terutama kelas I adalah fase yang sangat urgen dalam
pembentukan atau pembangunan pengetahuannya mengenai dunia nyata, artinya
mereka tidak bisa menerima begitu saja informasi secara pasif. Mereka memegang
peranan aktif dalam menafsirkan informasi yang mereka dapat dari pengalaman
dan mengadaptasikannya ke dalam khasanah pengetahuan yang mereka miliki
sebelumnya. Dalam hubungannya dengan proses perkembangan belajar anak-anak
usia sekolah dasar mempunyai kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut: (1)
Beranjak dari hal-hal yang konkrit; dan (2) Memandang sesuatu yang dipelajari
adalah sebagai suatu keutuhan, terpadu dan melalui proses manipulatif yaitu
proses mengotak-atik benda-benda konkrit dengan tangannya sambil membangun
skemata yang bermakna di dalam khasanah kemampuannya.
Menurut Flavel (1985) dalam Carin (1993) dinyatakan bahwa anak-anak
yang berbeda usia memiliki perkembangan kognitif yang berbeda. Sehingga
dalam hal ini guru harus memahami betul tahapan-tahapan perkembangan kognitif
anak di setiap fase perkembangannya. Dengan demikian guru dapat memberikan
kontribusi yang tepat dalam perannya sebagai fasilitator, mediator, dan
pembimbingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Piaget (dalam Dworetzky, 1988) dinyatakan bahwa ada 4 tahap
perkembangan kognitif anak-anak yaitu tahap sensomotorik (0-2 tahun), tahap
praoperasional (2-7 tahun), dan tahap operasional formal (11-14 tahun) dengan
catatan bahwa akhir tahap pra operasional disebut tahap intuitif yaitu antara usia
4-7 tahun. Mengacu pada pendapat Piaget tersebut dapat diketahui bahwa usia 4-7
tahun merupakan masa intuitif.
Mengutip pendapat Dr. St. Y. Slamet, M. Pd dan Drs. Suwarto, WA,
M.Pd. menguraikan tentang intuitif sebagai berikut:
Menentukan sesuatu berdasarkan atas pengetahuan yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tak disadari atau yang tidak dipikirkan lebih dahulu. Dengan intuisi seseorang memberikan penilaian tanpa didahului suatu perenungan tetapi hanya didasarkan pada pengetahuannya semata. Pencapaian pengetahuan yang demikian itu sukar dipercaya. Disini tidak terdapat langkah-langkah yang sistematik dan terkendali (2006: 4). Dari sudut pandang tersebut, pengetahuan yang dimiliki anak merupakan
hasil dari pengalaman langsung yang diperoleh dari lingkungan di sekitarnya.
Anak-anak dalam tahap intuitif mempergunakan intuisinya dalam menentukan
sesuatu yaitu berdasarkan apa yang ditangkap oleh panca indranya. Mereka belum
dapat mengingat lebih dari satu hal pada saat yang bersamaan.
Menurut Piaget (dalam Toeti Sukamto) dinyatakan sebagai berikut:
Pada tahapan pra operasional usia (2-7 tahun) ini anak mulai meningkatkan kosa kata, membuat penilaian berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual, mengelompokkan benda-benda berdasarkan sifat-sifat, mulai memiliki pengetahuan fisik mengenai sifat-sifat benda dan mulai memahami tigkah laku dan organisme di dalam lingkungannya, tidak berpikir tentang bagian-bagian dan keseluruhan secara serempak dan mempunyai pandangan subjektif dan egosentrik. Tahapan perkembangan anak pada masa operasional konkret yaitu usia (6-11 tahun atau 6-12 tahun) sebagai berikut: Anak mulai memandang dunia secara objektif bergeser dari satu aspek situasi ke aspek situasi lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur kesatuan secara serentak. Anak mulai berfikir secara operasional dan menggunakan cara berfikir opeasional untuk mengklasifikasikan benda-benda. Anak membentuk keterhubungan aturan-aturan sederhana dan mempergunakan hubungan sebab akibat ( 1992: 25).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa usia Sekolah Dasar proses
kognitifnya meningkat sehingga anak mulai mengenal adanya berbagai pandangan
mengenai topik. Mereka mulai berfikir tentang benda-benda yang ada
disekitarnya. Sebagai contoh adalah apabila di rumah anak melihat buku maka
anak sudah ada ketertarikan terhadap buku-buku tersebut, mulai memikirkan
kegunaannya dan ingin membuka-buka. Selain itu anak sudah mulai memahami
belajar di sekolah dan aturan-aturan yang ada di sekolah tersebut harus ditaati
yaitu peraturan mengenai kewajiban untuk belajar.
Guru merupakan fasilitator, mediator dan pembimbing dalam proses
belajar sudah semestinya untuk mampu mengelola strategi pembelajaran dengan
tepat. Dalam hal ini siswa kelas I SD Negeri Mijen II yang merupakan kelas yang
paling rendah memiliki keunikan-keunikan yang menuntut kreativitas guru dalam
merencanakan, melaksanakan dan memberikan evaluasi pembelajaran agar siswa
kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat benar-benar
melakukan tugas belajar secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Mereka
mau dan mampu melakukan tugas belajarnya tanpa ada tekanan maupun paksaan
dari guru maupun orang tua. Bahkan guru dapat mendesain pelaksanaan
pembelajaran dengan belajar sambil bermain, sehingga tanpa disadari anak,
mereka telah melakukan kegiatan belajar.
Di dalam perkembangannya, anak usia Sekolah Dasar terutama kelas I
masih memandang sesuatu secara menyeluruh dan bulat (holistik), belum dapat
berfikir secara terpisah-pisah atau terpecah-pecah. Maka dari siswa kelas I masih
belum dapat membedakan mata pelajaran seperti: Bahasa Indnesia, Matematika,
IPA, IPS, dan sebagainya. Dalam hal ini perlu dikaji lebih mendalam tentang
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak atau
siswa siswa kelas I yang berusia 6-7 tahun. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
siswa kelas I SD Negeri Mijen II Jebres Surakarta yang terpisah untuk setiap mata
pelajaran, akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berfikir
holistik.
Dari latar belakang yang diuraikan di atas maka perlu menemukan
pendekatan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa. Dengan pendekatan tersebut pembelajaran menjadi utuh sehingga
siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-
pecah.
Meskipun dalam pelaksanaan pembelajaran pemisahan mata pelajaran
tidak begitu jelas akan tetapi bagi siswa kelas I, prosentase membaca, menulis dan
berhitung harus mendapatkan porsi yang paling banyak dibandingkan yang lain.
Hal ini dikarenakan membaca, menulis dan berhitung merupakan suatu sarana
dalam kegiatan pembelajaran berikutnya.
Dalam hal ini peneliti berkeinginan untuk mengkaji lebih mendalam
tentang pelaksanaan membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II
Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Hal yang melatarbelakangi pengkajian yang
lebih mendalam terhadap kompetensi membaca adalah bahwa membaca
merupakan suatu sarana belajar yang berkedudukan sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran dan merupakan pelajaran yang pertama dan utama di kelas pertama
bagi seorang siswa yang baru bersekolah.
Sebagai kegiatan belajar di sekolah maka guru, para ahli dibidang ilmu
kebahasaan maupun ilmu pengajaran mengupayakan berbagai metode sebagai
cara membelajarkan siswa dengan tujuan mereka memiliki kemampuan membaca
untuk belajar lebih lanjut. Salah satu metode membaca permulaan adalah dengan
cara permainan bahasa.
Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari
yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dan dari yang tidak dapat
diperbuatnya sampai mampu melakukannya. Bermain bagi anak memiliki nilai
dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari. Pada
permulaan setiap pengalaman bermain memiliki resiko. Ada resiko bagi anak
untuk belajar misalnya naik sepeda sendiri, belajar meloncat. Unsur lain adalah
pengulangan. Anak mengkonsolidasikan keterampilannya yang harus
diwujudkannya dalam berbagai permainan dengan nuansa yang berbeda. Dengan
cara ini anak memperoleh pengalaman tambahan untuk melakukan aktivitas lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Melalui permainan anak dapat menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum
atau terkena teguran misalnya bermain boneka diumpamakan sebagai adik yang
sesungguhnya.
Berkaitan dengan permainan, permainan memiliki sifat sebagai berikut:
(1) Permaianan dimotivasi secara personal, karena memberi rasa kepuasan; (2)
Pemain lebih asyik dengan aktivitas permainan (sifatnya spontan) ketimbang pada
tujuannya; (3) Aktivitas permainan dapat bersifat nonliteral; (4) Permainan
bersifat bebas dari aturan-aturan yang dipaksakan dari luar, dan aturan-aturan
yang ada dapat dimotivasi oleh para pemainnya; (5) Permainan memerlukan
keterlibatan aktif dari pihak pemainnya.
Permainan merupakan aktivitas yang bersifat simbolik, yang
menghadirkan kembali realitas dalam bentuk pengandaian misalnya, bagaimana
jika, atau apakah jika yang penuh makna. Dalam hal ini permainan dapat
menghubungkan pengalaman-pengalaman menyenangkan atau mengasyikkan,
bahkan ketika siswa terlibat dalam permainan
secara serius dan menegangkan sifat sukarela dan motivasi datang dari dalam diri
siswa sendiri secara spontan.
Bertolak dari betapa urgen kemampuan membaca permulaan, maka
penelitian yang berbentuk kaji tindak pada pembelajaran bahasa Indonasia ini
berupaya menyajikan beberapa bentuk permainan bahasa dan cara penyajiannya
yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran membaca permulaan, sehingga
peneliti terinspirasi untuk mengadakan penelitian dengan judul: ”Peningkatan
Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa pada Siswa
Kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2007/2008”.
B. Identifikasi Masalah
Dengan latar belakang tersebut, peneliti dapat mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Pada umumnya guru kurang memahami metode pembelajaran membaca
permulaan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Guru telah memahami metode pembelajaran membaca, tetapi kurang dapat
mempraktekkan metode tersebut dengan baik.
3. Dalam pemilihan metode mengajar untuk pembelajaran membaca permulaan
seringkali guru kurang memperhatikan tingkat perkembangan dan kondisi
siswa.
C. Pembatasan Masalah
Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini cukup banyak dan
beragam. Oleh karena itu, peneliti membatasi penelitian ini pada metode
pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa mata pelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar kelas I.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan membaca
permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres kota
Surakarta ?
2. Jenis permainan bahasa yang apa sajakah yang dipergunakan untuk
pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri
Mijen II Kecamatan Jebres kota Surakarta ?
3. Hambatan-hambatan apa yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran
membaca permulaan dengan permainan bahasa pada siswa kelas I SD Negeri
Mijen II Kecamatan Jebres kota Surakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar permainan bahasa dapat meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II
Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Untuk mengetahui jenis-jenis permainan bahasa yang dapat dipergunakan
dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen
II kecamatan Jebres kota Surakarta.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan
pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa pada siswa kelas
I SD negeri Mijen II kecamatan Jebres kota Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa, bagi guru dan bagi sekolah.
1. Manfaat bagi siswa
Siswa memiliki pengalaman membaca permulaan dengan menggunakan
berbagai jenis permainan bahasa sebagai dasar untuk kemampuan membaca
lanjut.
2. Manfaat bagi guru
a. Memiliki pengalaman merencanakan penelitian tindakan kelas guna
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran membaca permulaan dengan
permainan bahasa.
b. Memiliki pengalaman melaksanakan pembelajaran membaca permulaan
dengan permainan bahasa.
3. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan pihak sekolah dalam
pendekatan pembelajaran membaca permulaan bagi siswa yang mulai belajar
membaca permulaan, misalnya : penyiapan alat / media belajar, sumber dan
acuan, pengalaman tentang teknik pembelajaran siswa, dan sebagainya.
Tindakan I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Membaca Permulaan
a. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca merupakan salah satu kompetensi yang terdapat dalam
pembelajaran bahasa Indonesia serta memiliki peranan yang sangat urgen guna
menunjang keberhasilan dalam proses maupun hasil belajar.
Membaca dalam pandangan baru menurut Martinis Yamin (2007)
menyebutkan bahwa:
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat, gagasan, teori-teori, hasil penelitian para ahli untuk diketahui untuk menjadi pengetahuan siswa. Kemudian pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam berfikir, menganalisis, bertindak, dan dalam pengambilan keputusan ( 2007:106)
Aktivitas membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik
(gerakan mata dan ketajaman penglihatan), aktivitas mental (daya ingat), dan
pemahaman. Setiap anak akan membaca dengan baik bila mampu melihat huruf-
huruf dengan jelas, dapat menggerakkan mata secara lincah, memahami simbol-
simbol bahasa secara tepat, dan memiliki penelaran yang cukupuntuk memahami
bacaan.
Mengajari anak membaca sejak awal sangat baik dilakukan, karena pada
awal usia sekolah dasar anak sedang mengalami masa-masa keemasan. Mereka
memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, dan mudah menyerap segala hal yang
diajarkan dengan baik bila cara atau metode pengajarannya cocok bagi anak.
Sedangkan permulaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1999:
543) adalah awal dari suatu peristiwa atau kegiatan. Jadi bila diberikan pengertian
maka membaca permulaan merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi
secara verbal pada tahap awal kegiatan tersebut yang sifatnya masih sederhana
baik dari bahan bacaan maupun makna dari bacaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan
dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian
membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah
membaca merupakan proses recoding dan decoding. Membaca merupakan suatu
proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa
kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca
mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui
proses recoding pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta
kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian
tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam
kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk membantu
memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir
dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar gambar bunyi dan
kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini
melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi
sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan
(Syafi’ie, 1999: 7).
Proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) Visual
Memory (VM), (b) Phonological Memory (PM), dan (c) Semantic Memory (SM).
Lambang-lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi
kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat VM,
huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat
PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk
kata, dan kalimat. Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya
pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat. Selanjutnya
dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga
syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b)
penguasaan kosa kata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam
kemahiran bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki
keterampilan atau kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam
tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis.
Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi
bahasa tersebut.
Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif.
Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-
lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-
lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau
kalimat.
Membaca merupakan suatu kebutuhan, sama seperti kebutuhan makan,
pakaian, dan perumahan. Membaca akan menghindarkan orang dari kepicikan dan
dapat memperluas wawasan, meningkatkan toleransi serta menambah
pengetahuan.
Rendahnya kemampuan membaca permulaan disebabkan oleh berbagai
masalah, mulai dari rumah, sekolah, dan masyarakat. Membaca harus dimulai
sejak dini. Sejak anak mengenal bahasa atau mulai mampu berkomunikasi. Sejak
kecil anak harus dibiasakan mencintai buku, mulai dari bagaimana memegang
buku, membuka atau membalikkan halaman, menyimpan dan memelihara buku.
Orang tua pun harus memberikan contoh bahwa orang tua gemar membaca atau
ada waktu yang sengaja disediakan untuk membaca sehingga si anak selalu
melihat suasana membaca di rumahnya.
Menurut St. Y. Slamet tentang membaca menerangkan bahwa: Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, sesorang akan dapat memperoleh informasi ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannnya (2007: 58). Belajar membaca sudah dimulai sejak di Sekolah Dasar (SD) bahkan di
Taman Kanak-anak (TK), meskipun demikian membaca permulaan merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
masalah besar bagi siswa dalam membaca buku pelajaran, buku-buku yang tebal
dengan kata-kata, istilah-istilah yang sulit dan sukar dipahami pembaca.
Agar memiliki potensi membaca yang baik dan benar maka, semestinya
siswa mendapatkan pembelajaran membaca permulaan secara baik dan benar
juga. Baik artinya membaca sesuai dengan lafal dan intonasi yang sesuai dan
benar artinya siswa mampu mengerti dan memahami dari apa yang dibacanya.
Jadi tidak hanya mampu membaca lancar tetapi juga harus mampu mengerti arti
dari apa yang dibacanya. Itulah sebabnya, pembelajaran membaca permulaan di
SD Negeri Mijen II utamanya kelas I mempunyai peranan yang sangat penting.
Menurut Siti Fathonah dalam skripsinya tentang membaca permulaan
menerangkan bahwa:
Membaca permulaan merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu, dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Tujuan membaca permulaan agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami sekaligus menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan merupakan proses pembelajaran membaca untuk menguasai system tulisan sebagai representasi visual bahasa. (2008:14) Lebih lanjut Siti Fathonah menerangkan bahwa membaca permulaan perlu
disuarakan maksudnya agar segera diketahui pengucapan bunyi-bunyi dan huruf-huruf dari kata atau kalimat dalam bacaan secara benar dan jelas (2008:18).
Pembelajaran membaca permulaan juga memiliki nilai strategis bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa. Pengembangan kepribadian dapat ditanamkan melalui materi teks bacaan (wacana, kalimat, kata, suku kata, huruf/bunyi bahasa) yang berisi pesan moral, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai emosional spiritual dan berbagai pesan lainnya sebagai dasar pembentuk kepribadian yang baik pada siswa.
Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa membaca permulaan adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi secara verbal pada tahap awal yang mana sifatnya masih sederhana baik dari bahan bacaan maupun makna dari bacaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Pentingnya Pembelajaran Membaca Permulaan
Kemampuan membaca yang diperoleh dalam membaca permulaan akan
sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan selanjutnya.
Sebagai kemampuan membaca yang mendasari kemampuan membaca berikutnya
maka kemampuan pengenalan membaca permulaan benar-benar memerlukan
perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca permulaan
anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca
permulaan yang memadai.
Padahal seperti telah diuraikan sebelumnya, kemampuan membaca sangat
diperlukan oleh setiap orang yang ingin memperluas pengetahuan dan
pengalaman, mempertinggi daya pikir, mempertajam penalaran, mencapai
kemajuan, dan peningkatan diri. Oleh karena itu, bagaimana pun keadaannya guru
haruslah berusaha sungguh-sungguh agar ia dapat memberikan dasar kepada
siswa. Hal itu akan dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran yang baik.
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara baik perlu ada perencanaan, baik
mengenai materi, metode, maupun pengembangannya.
2. Permainan Bahasa
a. Pengertian Permainan
Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari
yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dan dari yang tidak dapat
diperbuatnya sampai mampu melakukannya. Bermain bagi anak memiliki nilai
dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari. Pada
permulaan setiap pengalaman bermain memiliki resiko. Ada resiko bagi anak
untuk belajar misalnya naik sepeda sendiri, belajar meloncat. Unsur lain adalah
pengulangan. Anak mengkonsolidasikan keterampilannya yang harus
diwujudkannya dalam berbagai permainan dengan nuansa yang berbeda. Dengan
cara ini anak memperoleh pengalaman tambahan untuk melakukan aktivitas lain.
Melalui permainan anak dapat menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
terkena teguran misalnya bermain boneka diumpamakan sebagai adik yang
sesungguhnya.
Berkaitan dengan permainan Pellegrini dan Saracho (dalam Wood, 1996:
3) permainan memiliki sifat sebagai berikut: (1) Permaianan dimotivasi secara
personal, karena memberi rasa kepuasan; (2) Pemain lebih asyik dengan aktivitas
permainan (sifatnya spontan) ketimbang pada tujuannya; (3) Aktivitas permainan
dapat bersifat nonliteral; (4) Permainan bersifat bebas dari aturan-aturan yang
dipaksakan dari luar, dan aturan-aturan yang ada dapat dimotivasi oleh para
pemainnya; dan (5) Permainan memerlukan keterlibatan aktif dari pihak
pemainnya.
Menurut Framberg (dalam Berky, 1995) permainan merupakan aktivitas
yang bersifat simbolik, yang menghadirkan kembali realitas dalam bentuk
pengandaian misalnya, bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh makna.
Dalam hal ini permainan dapat menghubungkan pengalaman-pengalaman
menyenangkan atau mengasyikkan, bahkan ketika siswa terlibat dalam permainan
secara serius dan menegangkan sifat sukarela dan motivasi datang dari dalam diri
siswa sendiri secara spontan. Permainan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
adanya seperangkat peraturan yang eksplisit yang mesti diindahkan oleh para
pemain; dan (2) adanya tujuan yang harus dicapai pemain atau tugas yang mesti
dilaksanakan.
Menurut Suwarti dalam skripsinya menerangkan bahwa:
Permainan merupakan awal dari timbulnya kreativitas karena dalam kegiatan yang menyenangkan, siswa dapat mengungkapkan gagasan-gagasannya secara bebas dalam hubungan dengan lingkungannya. Oleh kerena itu kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam mengembangkan kreativitas siswa. Dengan bermain gembira, dalam suasana aman dan bebas anak tampil dengan gagasan-gagasannya yang unik. Siswa berani bertanya, berani mencoba, tidak takut salah dan berani mengekspresikan pendpat-pendapatnya. Dalam hal ini bukan hanya terkait dengan pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan sosial dan mentalnya (2008: 18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa permainan adalah
suatu aktifitas atau kegiatan untuk memperoleh kesenangan yang memerlukan
keterlibatan aktif oleh para pemainnya dan bebas dari aturan-aturan yang
dipaksakan dari luar.
b. Pengertian Permainan Bahasa
Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan
dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan
menulis). Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan tetapi tidak
memperoleh keterampilan berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan
permainan bahasa. Sebaliknya, apabila suatu kegiatan melatih keterampilan
bahasa tertentu, tetapi tidak ada unsur kesenangan maka bukan disebut permainan
bahasa. Dapat disebut permainan bahasa, apabila suatu aktivitas tersebut
mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih keterampilan berbahasa
(menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Setiap permainan bahasa yang
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran harus secara langsung dapat
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Anak-anak pada usia 6 – 8 tahun masih memerlukan dunia permainan
untuk membantu menumbuhkan pemahaman terhadap diri mereka. Pada usia
tersebut, anak-anak mudah merasa jenuh belajar di kelas apabila dijauhkan dari
dunianya yaitu dunia bermain. Permainan hampir tak terpisahkan dengan
kehidupan manusia. Baik bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa semua
membutuhkan permainan. Tentunya dengan jenis dan sifat permainan yang
berbeda-beda sesuai dengan jenis kelamin, bakat dan minat masing-masing.
Tujuan utama permainan bahasa bukan semata-mata untuk memperoleh
kesenangan, tetapi untuk belajar keterampilan berbahasa tertentu misalnya
menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Menurut Dewey (dalam Polito, 1994) bahwa interaksi antara permainan
dengan pembelajaran akan memberikan pengalaman belajar yang sangat penting
bagi anak-anak. Menang dan kalah bukan merupakan tujuan utama permainan.
Dalam setiap permainan terdapat unsur rintangan atau tantangan yang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dihadapi. Tantangan tersebut kadang-kadang berupa masalah yang harus
diselesaikan atau diatasi, kadang pula berupa kompetisi. Masalah yang harus
diselesaikan itulah dapat melatih keterampilan berbahasa. Alat permainan baik
realistik maupun imajinatif, buatan pabrik maupun alamiah memiliki peranan
yang cukup besar dalam membantu merangsang anak dalam menggunakan
bahasa. Keberadaan alat-alat permainan dapat membantu dan meningkatkan daya
imajinasi anak.
Permainan bahasa adalah kegiatan untuk memperoleh kesenangan
sekaligus untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca
dan menulis.
c. Membaca Permulaan dengan Permainan Bahasa
Menurut Semiawan menyatakan bahwa:
Belajar konstruktivisme mengisyaratkan bahwa guru tidak memompakan pengetahuan ke dalam kepala pebelajar, melainkan pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog yang ditandai oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi. Ini berarti bahwa penekanan bukan pada kuantitas materi, melainkan pada upaya agar siswa mampu menggunakan otaknya secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif belaka, melainkan oleh keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif. Dengan demikian proses belajar membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa (2002:5).
Dalam hal ini guru tidak hanya sekedar melaksanakan apa yang ada dalam
kurikulum, melainkan harus dapat menginterpretasi dan mengembangkan
kurikulum menjadi bentuk pembelajaran yang menarik.
Pembelajaran dapat menarik apabila guru memiliki kreativitas dengan
memasukkan aktivitas permainan ke dalam aktivitas belajar siswa. Penggunaan
bentuk-bentuk permainan dalam pembelajaran akan memberi iklim yang
menyenangkan dalam proses belajar, sehingga siswa akan belajar seolah-olah
proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru belajar
dengan rasa keharmonisan. Selain itu, dengan bermain siswa dapat berbuat agak
santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang akhirnya
siswa dapat menyerap informasi, dan memperoleh kesan yang mendalam terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan jangka
panjang.
Permainan dapat menjadi kekuatan yang memberikan konteks
pembelajaran dan perkembangan masa kanak-kanak awal. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan struktur dan isi kurikulum sehingga guru dapat membangun
kerangka pedagogis bagi permainan. Struktur kurikulum terdiri atas: (1)
Perencanaan yang mencakup penetapan sasaran dan tujuan; (2) Pengorganisasian,
dengan mempertimbangkan ruang, sumber, waktu dan peran orang dewasa; (3)
Pelaksanaan, yang mencakup aktivitas dan perencanaan, pembelajaran yang
diinginkan; dan (4) Assesmen dan evaluasi yang meliputi alur umpan balik pada
perencanaan (Wood, 1996:87). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat
melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card).
Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu huruf, kartu
kata, kartu kalimat.
Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan
strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf
tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Siswa
diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang
berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan
menyusun huruf ini adalah keterampilan mengeja suatu kata. Dalam pembelajaran
membaca teknis guru dapat menggunakan strategi permainan membaca, misalnya
cocokkan kartu, ucapkan kata itu, temukan kata itu, kontes ucapan, temukan
kalimat itu, baca dan berbuat dan sebagainya. Kartu-kartu kata maupun kalimat
digunakan sebagai media dalam permainan kontes ucapan. Para siswa diajak
bermain dengan mengucapkan atau melafalkan kata-kata yang tertulis pada kartu
kata. Pelafalan kata-kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk pelafalan kalimat
bahasa Indonesia. Yang dipentingkan dalam latihan ini adalah melatih siswa
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa (vokal, konsonan, dialog, dan cluster) sesuai
dengan daerah artikulasinya.
Untuk memilih dan menentukan jenis permainan dalam pembelajaran
membaca permulaan di kelas, guru perlu mempertimbangkan tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pembelajaran, materi pembelajaran dan kondisi siswa maupun sekolah. Dalam
tujuan pembelajaran, guru dapat mengembangkan salah satu aspek kognitif,
psikomotor atau sosial atau memadukan berbagai aspek tersebut. Guru juga perlu
mempertimbangkan materi pembelajaran, karena bentuk permainan tertentu cocok
untuk materi tertentu. Misalnya, untuk keterampilan berbicara guru dapat
menyediakan jenis permainan dua boneka, karena dengan permainan ini dapat
mendorong siswa berani tampil secara ekspresif. Belajar konstruktivisme
mengisyaratkan bahwa guru tidak memompakan pengetahuan ke dalam kepala
pebelajar, melainkan pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog yang ditandai
oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi. Ini berarti bahwa
penekanan bukan pada kuantitas materi, melainkan pada upaya agar siswa mampu
menggunakan otaknya secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi
kognitif belaka, melainkan oleh keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif. Selain
hal tersebut di atas pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa
dapat memformulasikan permainan dengan metode Struktur Analitik dan Sintatik
atau disingkat metode SAS.
Menurut St. Y. Slamet menyatakan bahwa:
Metode SAS atau disingkat Struktur Analitik Sintetik berarti struktur adalah bagian dari bahasa yang berupa kalimat, kalimat juga merupakan struktur yang terdiri atas kata, suku kata dan bunyi atau huruf. Analitik adalah berarti memisahkan, menguraikan, menceraikan, membongkar. Sintatik adalah berarti menyatukan, menggabungkan, merangkai, menyusun atau usaha secara sintetik artinya kembali mengenal bentuk struktur. Metode SAS dalam pembelajaran bahasa menekankan pada hal-hal yang fungsional. (2007:63) Dalam pelaksanaannya, pembelajaran membaca permulaan dibagi menjadi
dua tahap yaitu (1) tahap tanpa buku dan (2) tahap menggunakan buku. Pada
tahap tanpa buku pembelajarannya dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Merekam bahasa siswa
Bahasa yang yang digunakan siswa dalam percakapan mereka, direkam untuk
digunakan sebagai bahan bacaan. Karena bahasa yang digunakan adalah bahasa
siswa sendiri, maka siswa tidak akan mengalami kesulitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2. Menampilkan gambar sambil bercerita
Dalam hal ini, guru memperlihatkan gambar sambil bercerita sesuai dengan
gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita
digunakan sebagai pola dasar bahan bacaan.
3. Membaca gambar
Guru menunjukkan gambar sambil mengucapkan kalimat sederhana yang
berhubungan dengan gambar, siswa melanjutkan kalimat tersebut berdasarkan
gambar.
4. Membaca dengan kartu kalimat
Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar guru menempatkan kartu
kalimat di bawah gambar. Dengan menggunakan kartu huruf, kartu suku kata,
kartu kata, dan kartu kalimat siswa belajar menguraikan (analitik) dan
menggabungkan (sintetik) dengan mudah.
Cara-cara tersebut dapat dijadikan permainan sesuai dengan kreativitas
guru. Semakin kratif pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa
semakin memberikan makna dan siswa akan mendapatkan keterampilan
berbahasa yang bermanfaat bagi dirinya untuk dijadikan bekal guna pembelajaran
membaca lanjut.
Dengan demikian proses belajar membaca perlu disesuaikan dengan
kebutuhan perkembangan siswa. Dalam hal ini guru tidak hanya sekedar
melaksanakan apa yang ada dalam kurikulum, melainkan harus dapat
menginterpretasi dan mengembangakan kurikulum menjadi bentuk pembelajaran
yang menarik. Pembelajaran dapat menarik apabila guru memiliki kreativitas
dengan memasukkan aktivitas permainan ke dalam aktivtas belajar siswa.
Penggunaan bentuk-bentuk permainan dalam pembelajaran akan memberi iklim
yang menyenangkan dalam proses belajar, sehingga siswa akan belajar seolah-
olah proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru
belajar dengan rasa keharmonisan. Selain itu, dengan bermain siswa dapat berbuat
agak santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang
akhirnya siswa dapat menyerap informasi, dan memperoleh kesan yang mendalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan
jangka panjang.
Permainan dapat menjadi kekuatan yang memberikan konteks
pembelajaran dan perkembangan masa kanak-kanak awal. Untuk itu perlu,
diperhatikan struktur dan isi kurikulum sehingga guru dapat membangun
kerangka pedagogis bagi permainan. Struktur kurikulum terdiri atas: (1)
perencanaan yang mencakup penetapan sasaran dan tujuan, (2) pengorganisasian,
dengan mempertimbangkan ruang, sumber, waktu dan peran orang dewasa, (3)
pelaksanaan, yang mencakup aktivitas dan perencanaan, pembelajaran yang
diinginkan, dan (4) assesmen dan evaluasi yang meliputi alur umpan balik pada
perencanaan (Wood, 1996:87).
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat melakukan simulasi
pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu berseri
tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat.
Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi
bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut
digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Siswa diajak
bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan
teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf
ini adalah keterampilan mengeja suatu kata.
Dalam pembelajaran membaca permulaan untuk memilih dan menentukan
jenis permainan dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas, guru perlu
mempertimbangkan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan kondisi siswa
maupun sekolah. Dalam tujuan pembelajaran, guru dapat mengembangkan salah
satu aspek kognitif, psikomotor atau sosial atau memadukan berbagai aspek
tersebut. Guru juga perlu mempertimbangkan materi pembelajaran, karena bentuk
permainan tertentu cocok untuk materi tertentu. Misalnya, untuk keterampilan
berbicara guru dapat menyediakan jenis permainan dua boneka, karena dengan
permainan ini dapat mendorong siswa berani tampil secara ekspresif.
Dari uraian di atas membaca permulaan dengan permainan bahasa adalah
suatu cara untuk mendapatkan informasi secara verbal pada tahap awal yang mana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kegiatan tersbut sifatnya masih sederhana baik dri bahan bacaan maupun makna
dari bacaan tersebut melalui kegiatan untuk memproleh kesenangan dan untuk
melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis)
B. Kerangka Pemikiran
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi
siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan
menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh
karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga
mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan yang menyenangkan
dalam pembelajaran membaca khususnya membaca permulaan. Selain itu guru
harus mampu memilih metode yang sesuai dengan perkembangan anak usia
sekolah dasar salah satunya adalah melalui permainan bahasa.
Membaca permulaan sering kali menjadi masalah bagi guru kelas I
maupun bagi siswa kelas I itu sendiri. Baik guru maupun siswa mengalami
kesulitan dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Kesulitan yang
dialami guru adalah pemilihan metode dan penggunaan media yang kurang efektif
dan kurang memperhatikan tingkat perkembangan siswa kelas I yang sarat dengan
sifat-sifat uniknya. Kesulitan dari siswa adalah ketidakmampuan siswa dalam
melakukan kegiatan membaca permulaan tersebut karena sulit memahami metode
yang diterapkan oleh guru dan penggunaan media yang kurang memperhatikan
perkembangan siswa itu tadi. Dari kondisi tersebut akibatnya kemampuan
membaca permulaan rendah.
Mengingat betapa pentingnya kemampuan membaca permulaan tersebut,
maka masalah-masalah tersebut sudah semestinyanya diberikan tindakan.
Tindakan yang dilakukan adalah dapat menggunakan metode permainan bahasa
yang secara teori telah terbukti dengan tingkat perkembangan siswa kelas I
sekolah dasar. Pelaksanaan permainan bahasa tersebut perlu dilakukan
perencanaan yaitu dengan menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dalam menyusun RPP perlu diperhatikan penggunaan metode dan media yang
efektif.
Dengan tindakan tersebut, diharapkan kesulitan dalam membaca
permulaan dapat diatasi sehingga kemampuan membaca permulaan meningkat.
Selanjutnya problematika tentang kesulitan membaca permulaan mendapatkan
alternatif solusi yaitu membaca permulaan dapat dilakukan dengan permainan
bahasa dijelaskan melalui gambar 1, yaitu:
Gambar 1: Bagan Kerangka Pemikiran
KERANGKA PEMIKIRAN
Kondisi Awal
1. Kesulitan dalam pembelajaran membaca permulaan 2. Penggunaan metode yang belum sesuai 3. Kemampuan belajar membaca permulaan rendah
Tindakan
1. Pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa
2. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan RPP 3. Penggunaan metode dan media secara efektif
Hasil
1. Kesulitan dalam membaca permulaan dapat diatasi 2. Kemampuan membaca permulaan meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Menurut Aslam Sumhudi (1986:37) metodologi adalah “pengetahuan
tentang tata cara atau prosedur untuk menjalankan seluruh kegiatan tertentu.”
Dengan kata lain metodologi merupakan suatu pengetahuan tentang tata kerja dan
tata cara yang mencakup instrumen-instrumen yang berisi mekanisme tertentu
untuk dipakai dalam proses mencapai tujuan.
Sedangkan penelitian, menurut Kartini Kartono (1990:20) “Merupakan
suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan melakukan verifikasi
terhadap kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan dalam memakai metode-
metode ilmiah.”
Atas dasar kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
metodologi penelitian adalah ilmu yang membahas tentang cara kerja untuk
memahami objek/peristiwa dengan memakai pendekatan ilmiah.
Adapun bagian-bagian metodologi yang digunakan untuk memandu
penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Mijen II Jebres
Surakarta khususnya kelas I yang beralamat di Jalan Kalimadahan Nomor 50
kelurahan Jagalan, kecamatan Jebres, kota Surakarta yang terdiri dari 6 kelas
dengan jumlah siswa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Dari
data yang diperoleh pada tahun pelajaran 2003/2004 jumlah siswa 145 sampai
dengan tahun pelajaran 2007/2008 memiliki total siswa 197 siswa.
Adapun pertimbangan-pertimbangan yang mendorong melakukan
penelitian dilokasi tersebut adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
a. Terdapat masalah yang menarik untuk diteliti terutama bagi siswa kelas satu
yang seringkali mengalami kesulitan belajar membaca permulaan.
b. Membaca permulaan sering menjadi problem bagi siswa kelas I di SD Negeri
Mijen II
c. Data yang dibutuhkan cukup tersedia untuk dilakukan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk proses penelitian ini sampai mendapatkan
hasil adalah semester genap tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 dari bulan
Pebruari 2008 sampai dengan bulan Nopember 2009 dengan rincian sebagai
berikut:
a. Minggu pertama bulan Pebruari 2008 konsultasi judul skripsi.
b. Minggu ketiga bulan Pebruari 2008 pengajuan proposal skripsi.
c. Minggu pertama bulan Maret 2008 pengesahan proposal skripsi.
d. Minggu keempat bulan Maret 2008 mengurus perijinan skripsi.
e. Minggu pertama bulan April sampai minggu pertama bulan Juni 2008
pengumpulan data.
f. Minggu pertama bulan Juli 2008 sampai dengan minggu kedua bulan Oktober
2009 Analisis data.
g. Minggu ketiga bulan Nopember 2009 penyusunan pelaporan.
h. Minggu kelima bulan Desember 2009 ujian skripsi.
i. Minggu kelima bulan Desember 2009 perbaikan dan penggandaan laporan.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan paradigma
guru sebagai peneliti. Hal ini disebabkan sangat besarnya peran guru itu sendiri
dalam proses penelitian. Dalam hal ini Penelitian tindakan kelas yang dilakukan
untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas dimana guru terlibat
langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Strategi Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan model siklus menurut Mc. Toggart
dalam Basuki Wibowo (2003:17). Dalam hal ini menggunakan tiga siklus dengan tahapan-tahapan siklus masing-masing adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. a. Siklus I Meliputi: 1) Perencanaan. Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah membuat rencana pembelajaran, pembuatan media pembelajaran, menyiapkan lembar observasi dan merancang alat evaluasi. 2) Pelaksanaan Tindakan Pada tahapan pelaksanaan tindakan ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan termasuk penggunaan media, dan melakukan evaluasi pembelajaran. 3) Observasi Tahapan ini adalah tahapan mengisi lembar observasi dari hasil pengamatan yang dilakukan. Pengamatan dilakukan oleh guru sebaya atau teman sejawat atau bertindak sebagai observer. 4) Refleksi Tahapan ini adalah tahapan dimana data dikumpulkan guna mengetahui seberapa jauh pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam tahapan perencanaan. Selanjutnya data ini dianalisis. b. Siklus II Meliputi: 1) Perencanaan Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah membuat rencana Pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan lembar observasi dan merancang alat evaluasi. 2) Pelaksanaan Tindakan Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat dalan RPP, menggunakan media pembelajaran untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
serta mengukur pencapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan alat evaluasi yang telah dibuat. 3) Observasi
Pada tahapan ini digunakan untuk mengisi lembar observasi dari
pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat.
4) Refleksi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkn data
kemudian menganalisis data tersebut untuk mengetahui sejauh mana pencapaian
dan perkembangan kemajuan dari siklus I dibandingkan dengan siklus II.
c. Siklus III Meliputi:
1) Perencanaan
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah membuat Rencana
Pelaksanaan Pembalajaran (RPP), menyiapkan lembar observasi, dan merancang
alat evaluasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana
pembelajaran yang telah dibuat dalan RPP, menggunakan media pembelajaran
untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan,
serta mengukur pencapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan alat
evaluasi yang telah dibuat.
3) Observasi
Pada tahapan ini digunakan untuk mengisi lembar observasi dari
pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat.
4) Refleksi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkn data
kemudian menganalisis data tersebut untuk mengetahui sejauh mana pencapaian
dan perkembangan kemajuan dari siklus II dibandingkan dengan siklus III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
C. Sumber Data
Menurut HB. Sutopo (1990:2) “Sumber data penelitian dapat berupa
manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen, dan arsip serta berbagai benda
lain.”
Peneliti ini menggunakan berbagai sumber data. Adapun sumber data yang
digunakan adalah:
1. Informan yang terdiri dari Guru kelas I, Guru sejawat, kepala sekolah dan
seluruh karyawan SD Negeri Mijen II tersebut.
2. Dokumen diperoleh dari nilai membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada setiap akhir pembelajaran.
3.Arsip berupa kurikulum 2006 tentang Standart ISI kelas I.
4.Test hasil belajar
D. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode atau tehnik
mengumpulkan data untuk mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan.
Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas
maka tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah;
1. Observasi, adalah “Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsung”
(Muhamad Ali, 1985:19). Jadi tehnik ini untuk mengamati aktivitas objek
maupun kondisi setting penelitian, baik formal maupun non formal. Dalam
penelitian ini yang diamati adalah keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran membaca permulaan melalui permainan bahasa.
2. Tes hasil belajar adalah “Pengukuran yang dapat memberikan gambaran
secara lengkap terhadap kemajuan, keberhasilan dan kebutuhan belajar siswa”
(Routman, 1991:307). Dalam tehnik pengumpulan data yang menggunakan
tehnik test hasil belajar membaca permulaan dengan permainan bahasa
dilakukan dengan cara melakukan test pengukuran sebelum dan sesudah
tindakan dari siklus I sampai dengan siklus III yang mana masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
siklus tiga kali pertemuan. Setiap akhir pertemuan selalu mengadakan tes
formatif.
3. Analisis dokumentasi. Informasi dokumenter sangat relevan dengan semua
bentuk studi kasus, sehingga metode ini juga menjadi salah satu acuan
pengumpulan data pada penelitian. Dalam penelitian ini dokumen diperoleh
dari nilai formatif membaca permulaan dengan permainan bahasa untuk data
sebelum dan sesudah tindakan.
4. Perekaman. Menurut H.B Sutopo (1996:71) alat kamera foto, film, vidio
sering digunakan didalam penelitian karena bisa membantu didalam
pengumpulan data. Perekaman yang berupa foto-foto untuk mengetehui secara
tehnis pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan melalui permainan
bahasa.
E. Tehnik Analisis Data
Analisa data dalam penelitian dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data sampai diperoleh suatu kesimpulan, sehingga analisa data
tersebut dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Moleong (2002: 103). Analisa
data adalah “proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori
dan satuan uraian dasar hingg dapat ditemukan tema dan dirumuskan
hipotesis.kerja seperti yang disarankan oleh data”. Jadi analisa data diperoleh
dengan mengorganisasikan dan mengurutkan data tersebut ke dalam kelompok
tertentu.
Penelitian ini menggunakan analisis data model interactif (Intractive of
Analysis). Menurut Miles dan Huberman yang dikutip H.B Sutopo (2002:94)
bahwa” Analisis data terdiri dari empat komponen pokok yaitu pengumpulan data,
reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Ketiga hal tersebut
merupakan sesuatu yang menjalin dalam bentuk yang sejajar untuk membangun
wawasan umum yang disebut analisis.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1. Pengumpulan Data
Proses analisis data dimulai dengan pengumpulan data, sesuai dengan
tehnik pengumpulan data seperti dikemukakan di atas, maka pengumpulan data
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan observasi, tes hasil belajar, analisis
dokumentasi, dan perekaman kamera foto. Seluruh data yang terkumpul dari
berbagai sumber data tersebut dibaca, dipelajari, dan ditelaah. Analisis data dapat
dilakukan sejak pengumpulan data awal, analisis data akhir, dan penarikan
kesimpulan.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses penilaian, pemusatan perhatian kepada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan tertulis yang diperoleh di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus
menerus sampai laporan akhir tersusun lengkap. Dalam proses penilaian, nilai
yang diperoleh selanjutnya dibuat data frekuensi, dibuat grafik, dan membuat
prosentase ketuntasan belajar dari sebelum tindakan, tindakan pada siklus I
sampai dengan siklus III.
3. Sajian Data
Penyajian data bertujuan untuk mengorganisir informasi secara
sistematis yaitu penyajian data nilai, tabel data frekuensi nilai, grafik nilai,
rekapitulasi nilai rata-rata dan prosentase nilai ketuntasan. Hal ini untuk
mempermudah penelitian dalam menggabungkan dan merangkai keterkaitan
dalam menyusun penggambaran proses serta memahami fenomena yang ada pada
obyek penelitian. Melalui penyajian data akan memungkinkan peneliti untuk
menginterpretasikan fenomena-fenomena tersebut.
4. Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, peneliti bisa menarik kesimpulan.
Kesimpulan mula-mula belum jelas dan masi bersifat sementara, kemudian
meningkat sampai pada kesimpulan yang mantap, yaitu pernyataan yang telah
memiliki landasan yang kuat dari proses analisis data yang dilakukan. Data yang
diperoleh dari hasil observasi, tes hasil belajar, analisis dokumentasi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
perekaman yang berupa foto-foto dapat ditarik kesimpulan, sehingga diproleh
kesimpulan yang mantap.
Prosedur analisis dengan model analisis interaktif dapat ditunjukkan
dengan bagan pada gambar 2:
Gambar 2: Bagan Tehnik Analisis Data
F. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan tahapan yang ditempuh dalam penelitian
dari awal sampai akhir. Dalam kegiatan ini dimulai sejak pembuatan proposal penelitian, mengurus perijinan, pelaksanaan penelitian di lapangan, analisis data dan pembuatan laporan serta penggndaan laporan. Prosedur penelitian ini dimulai dengan analisis awal, kemudian dilanjutkan anaisis data akhir dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian dalam penelitian ini terdiri atas siklus-siklus engan 4 langkah sebagai berikut:
1. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Pelaksanaan tindakan dari rencana pembelajaran yang dibuat. 3. Observasi proses dan hasil dari pelaksanaan tindakan atau proses
pembelajaran. 4. Refleksi dengan melakukan perbandingan keadaan siswa sebelum siklus
dan sesudah siklus.
Pengumpulan Data Sajian Data
Reduksi Data Penarikan Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Sumber Wibowo (2003:17) Gambar 3 : Bagan Prosedur Penlitian
Refleksi
Rencana I
Rencana II
Refleksi
Observasi
Siklus II Tindakan II
Tindakan I
Observasi
Siklus I Rekomendasi Tindakan III Siklus III
Rencana III
Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Sekolah Dasar Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta didirikan
pada tahun 1985 dengan Instruksi Presiden No. Pada awalnya SD Negeri Mijen II
ini belum memiliki banyak peserta didik. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah lokasi SD Negeri Mijen II ini berdekatan dengan sekolah lain
sehingga tingkat kompetisi untuk merekrut siswa baru sangatlah tinggi. Selain itu
faktor sarana dan prasara yang masih serba terbatas juga turut andil dalam
persaingan untuk mendapatkan siswa yang lebih banyak.
Seiring dengan perjalanan waktu SD Negeri Mijen II yang berlokasi di jalan
Kalimadahan NO. 50 kelurahan Jagalan, kecamatan Jebres Kota Surakarta turus
melakukan pembenahan. Diawali dengan pembenahan menejemen dan
kelengkapan sarana prasarana dibawah kepemimpinan ibu kepala sekolah yaitu Ibu
Tiek Suparti SD Negeri Mijen II mengalami kemajuan-kemajuan. Kemajuan yang
tampak adalah pada kelengkapan administrasi sekolah yang relatif tertib dari tahun
ke tahun., sehingga pernah mendapatkan juara kelengkapan administrasi tingkat
kecamatan. Ibu Tiek Suparti memimpin SD Negeri Mijen II pada periode tahun
1985 – 1998.
Setelah beliau purna digantikan oleh bapak Ngalim Ahmadi yang
memimpin dari tahun 1998-2002. Di bawah kepemimpinan bapak Ngalim ini SD
Negeri Mijen II tampakya cukup stabil dalam hal kualitas dan SDM. Mutasi dan
purna adalah hal biasa terjadi dalam kedinasan. Setelah kurang lebih empat tahun
bapak Ngalim memimpin akhirnya karena faktor usia beliau harus purna tugas
digantikan oleh ibu Eni Jatmikaningtyastuti.
Di bawah kepemimpinan Ibu Eni SD Negeri Mijen II masih terus berjuang
untuk dapat menghasilkan output yang baik. Sehingga melaui perjuangan yang
cukup melelahkan SD Negeri Mijen II berhasil meraih ranking sepuluh besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
tingkat kecamatan untuk kelulusannya. Perlu disampaikan juga bahwa Ibu Eni juga
merangkap jabatan kepala sekolah di SD Negeri Mijen I yang mana lokasinya
persis berhadapan dengan lokasi SD Negeri Mijen II. Dari hasil lulusan yang cukup
menggembirakan karena masuk sepuluh besar tingkat kecamatan tentunya menjadi
angin segar bagi SD Negeri Mijen II untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat
sekitar. Sehingga SD Negeri Mijen II mengalami kemajuan dalam pendaftaran
siswa baru. Ibu Eni memimpin dari tahun 2002-2003.
Sebagai pengganti Ibu Eni adalah Ibu Ch. Th. Supriyati, S. Pd. Di bawah
kepemimpinan beliau inilah SD negeri Mijen II semakin mengalami kemajuan-
kemajuan dari hasil lulusan yang semakin meningkat sampai pada keberhasilan
meraih juara dalam beberapa event lomba baik lomba pekan seni, mapsi, dan
dibidang kepramukaan. Tidak heran jika pendaftaran siswa baru semakin
mengalami peningkatan. Sehingga dari tahun ke tahun SD Negeri Mijen II selalu
bertambah jumlah siswanya. Dari data yang diperoleh pada tahun pelajaran
2003/2004 jumlah siswa kelas I sampai dengan kelas VI 112 siswa hingga tahun
pelajaran 2007/2008 jumlah siswa mengalami peningkatan menjadi 197 siswa.
Dengan bertambahnya pendaftaran siswa baru ini secara langsung maupun
tidak langsung jumlah siswa kelas I pastinya bertambah. Dari data yang diperoleh
pada tahun pelajaran 2003/2004 siswa kelas I hanya berjumlah 27 siswa hingga
tahun 2007/2008 siswa kelas I menjadi 44 siswa. Dengan bertambahnya siswa
kelas I, maka permasalahan-permasalahan yang ada pun semakin kompleks.
Terutama masalah pembelajaran membaca permulaan guru sering kali mengalami
masalah dalam hal metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa. Selain dari itu kelengkapan sarana dan prasarana demi kemajuan yang
menunjang kelancaran proses pembelajaran juga sangat penting untuk diutamakan.
Namun dengan berbekal kesungguhan dan loyalitas dari pihak menejemen,
guru dan peran serta masyarakat masalah pembelajaran dapat diatasi. Demikian
kesungguhan pihak menejemen sekolah dibawah kepemimpinan Ibu Ch.Th.
Supriyati, S. Pd. Beliau menjabat kepala sekolah dari tahun 2003 – 2008. Tepatnya
bulan April 2008 beliau dimutasi ke SD Negeri Gandekan. Sebagai pengganti Ibu
Pri adalah Ibu Sri ramtini, S. Pd. Yaitu periode tahun 2008-sekarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2. Daftar Kepala SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Surakarta Beberapa kepala sekolah yang pernah dan masih menjabat di SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Surakarta dari tahun 1985 sampai sekarang adalah dipaparkan pada tabel 1:
No. Nama Kepala Sekolah Periode Tahun
1. Tiek Suparti 1985 - 1998
2. Ngalim Ahmadi 1998 - 2002
3. Eni Jatmikaningtystuti 2002 - 2003
4. Ch.Th. Supriyati, S. Pd. 2003 – 2008
5. Sri Ramtini, S. Pd. 2008 - Sekarang
Tabel 1. Tabel Daftar Kepala SD Negeri Mijen II kec. Jebres Surakarta
3. Profil Sekolah
a. Nama Sekolah : Sekolah Dasar Negeri Mijen II Cabang Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kecamatan Jebres. Tahun berdiri : 1 Juli 1984 Nomor Induk Sekolah : 100370 Nomor Statistik Sekolah : 101036104066 Kecamatan : Jebres Kota : Surakarta Provinsi : Jawa Tengah b. Kepala Sekolah : Nama : Sri Ramtini, S.Pd. N I P : 131442368 Pangkat/Golongan : Pembina /IV A c. Keadaan Siswa Lima Tahun Terakhir Tahun 2003/2004 jumlah siswa 155 siswa Tahun 2004/2005 jumlah siswa 154 siswa Tahun 2005/2006 jumlah siswa 172 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tahun 2006/2007 jumlah siswa 189 siswa Tahun 2007/2008 jumlah siswa 191 siswa d. Keadaan Guru
Guru tetap (Pegawai Negeri Sipil) 9 orang
Guru Calon Pengawai Negeri Sipil (Capeg) 1 orang.
Guru Tidak Tetap (GTT) 3 orang
Penjaga 1 orang
e. Keadaan Gedung dan Lingkungan Sekolah
Ruang kelas 6 ruang
Ruang guru atau kantor 1 ruang
Ruang Perpustakaan tidak ada
Ruang agama Kristen dan Katholik 1 ruang
Kantin sekolah 1 lokal
WC guru 1 lokal
WC murid 2 lokal
Rumah Dinas Penjaga 1 lokal
Rumah dinas guru 2 lokal
Luas halaman 676 meter persegi.
Luas Bangunan 804 meter persegi
Luas tanah 1480 meter persegi.
f. Visi SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Unggul dalam prestasi, terampil dan berbudi luhur
g. Misi SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta
1) Melaksanakan pembimbingan secara efektif dan operasional.
2) Membimbing siswa untuk melaksanakan ajaran agama
3) Mengembangkan potensi siswa untuk berprestasi.
4) Meningkatkan kedisiplinan warga sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4. Data Personal Siswa Tahun Pelajaran 2007/2008 SD Negeri Mijen II
Data personal siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri Mijen II Kecamatan Jebres
Kota Surakarta tahun pelajaran 2007/2008 adalah sebagai berikut:
No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Keterangan 1 2 3 4 5 6 1. Kelas I 12 8 20 2. Kelas II 16 26 42 3. Kelas III 20 13 33 4. Kelas IV 17 12 29 5. Kelas V 15 10 25 6. Kelas VI 15 5 20
Jml 6 104 87 191 Tabel 2. Daftar siswa –siswi SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
B. Deskripsi Sebelum Tindakan
Dalam kondisi awal atau sebelum diadakannya tindakan, metode yang
digunakan guru dalam pembelajaran membaca permulaan yaitu dengan
menggunakan metode mengeja. Peneliti menemukan bahwa siswa yang diajar
membaca dengan menggunakan metode mengeja, kemampuan membacanya pada
umumnya rendah. Dalam tes membaca untuk siswa kelas I banyak anak yang
terlalu sibuk mengeja dan menyuarakan huruf –huruf, sehingga tidak memahami
makna kata.
Mereka juga mengalami kesulitan dalam terutama untuk mengeja atau
membaca kata-kata yang menggunakan konsonan atau vokal rangkap misalnya
bendera, mengganggu, kerbau dan lain-lain. Kesibukan mengeja menghambat
kemampuan mereka untuk memahami kalimat atau cerita yang dibacanya. Akibat
selanjutnya adalah siswa mengalami kesulitan menjawab pertanyaan mengenai isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
cerita. Kalau guru mengajar siswa dengan metode mengeja sesuai dengan bunyi
abjad i…. b… u sebenarnya banyak anak yang menjadi bingung, mengapa dibaca
“ibu” bukan “ibeu”, begitu pula kalau diajarkannya dengan bunyi “i…eb…u
mengapa menjadi “ibu” bukan “iebu”.
Tingkat kesulitan bagi siswa lebih tinggi lagi untuk kata-kata “menyanyi”,
“menyiapkan” dan seterusnya. Akibat dari berbagai ksulitan tersebut, kecepatan
membaca dan pemehaman siswa sangat rendah. Kebiasaan mengeja juga bisa
terbawa sampi dewasa. Pengenalan huruf memang perlu, tetapi penekanan pada
mengeja lebih banyak merugikan.
Suasana kondisi awal sebelum diadakannya tindakan pembelajaran
membaca permulaan dengan permainan bahasa.
C. Deskripsi Tindakan
Dalam hal ini dibahas mengenai beberapa hal yaitu siklus I, siklus II, dan
siklus III.
1. Pelaksanaan tindakan pada siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada bulan Mei minggu
ke-1 tepatnya 6 Mei 2008. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada
pelaksanaan tindakan siklus I ini terdiri atas Perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan tindakan
Dalam tahap perencanaan ini peneliti mengadakan konsultasi dengan kepala
sekolah bahwa peneliti akan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengn
judul Peningktan Membaca Permulaan melalui Permainan Bahasa pada Siswa
Kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2007/2008.
Dengan berpedoman pada Kurikulum Standart Isi mata pelajaran Bahasa
Indonesia maka langkah-langkah yang digunakan untuk merancang model
pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya tentang membaca permulaan bagi siswa
kelas I adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
1) Membahas Materi pembelajaran Pada tahapan siklus I materi yang digunakan dalam pembelajaran adalah pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa. Adapun alasan peneliti menggunakan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca permulaan adalah sebagai berikut:
a) Pembelajaran akan lebih bermakna dan mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang disampaikan guru.
b) Permainan sangat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa yang mana dunia anak-anak adalah dunia bermain.
c) Mewadahi sebagaian besar siswa. d) Materi yang dikembangkan sesuai dengan standart isi dan harapan siswa
maupun orang tua siswa (masyarakat) terhadap hasil belajar siswa. e) Pertimbangan mengenai ketersediaan sumber belajar dan media pembelajaran
yang ada. 2) Melakukan analisis kompetensi dasar dalam pelajaran Bahasa Indonesia
pada aspek membaca dan hasil belajar yang akan dicapai. 3) Menentukan indikator dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan. 4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan tindakan yang mana guru mengambil tema lingkungan sekitar. Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu tanggal 6, 8, dan 10 Mei 2008 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuan. Adapun standart kompetensi yang diambil dari kurikulum standar isi adalah memahami teks pendek dengan membaca nyaring, kompetensi dasar membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat. Indiktornya adalah membaca nyaring (mendengar siswa lain) kata demi kata dalam kalimat sederhana yang mudah dipahami dan dimengerti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
serta menggunakan lafal dan intonasi yang tepat sehingga dapat dipahami orang lain. Tujuan pembelajaran dari pembelajaran yang akan dilaksanakan ada 3
tujuan yang harus dicapai atau dikuasai siswa yaitu membaca suku kata yang
dibuat melalui permainan dengan menyusun kartu huruf, membaca kata yang
dibuat melalui permainan dengan menyusun kartu huruf dan kartu suku kata, dan
membaca kalimat yang dibuat melalui permainan dengan menyusun kartu huruf,
kartu suku kata, dan kartu kata sesuai dengan lafal dan intonasi yang tepat.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama pada kegiatan pembelajaran ini diawali dengan doa
bersama dipimpin oleh ketua kelas dan diikuti oleh guru dan seluruh siswa dalam
satu kelas. Untuk menumbuhkan motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran siswa diajak menyanyikan lagu COCOTNY dengan olah
tubuh. Selanjutnya guru menyiapkan media pembelajaran atau alat peraga yang
akan digunakan berupa kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata, dan kartu kalimat.
Selain itu papan panel dan jarum pentol juga disiapkan untuk kegiatan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga perlu disampaikan kepada siswa agar
siswa mempunyai gambaran tentang apa yang akan disampaikan dalam kegiatan
pembelajaran maka dalam kegiatan awal ini guru menyampaikan tujuan
pembelajaran kepaa siswa.
Kegiatan inti dimulai dengan pembagian kelompok yaitu kelas yang terdiri
dari 20 siswa yang memiliki kesulitan belajar membaca permulaan dibagi menjadi
5 kelompok terdiri 4 siswa. Masing-masing kelompok diberi kartu huruf, kartu
suku kata dan kartu kata. Masing-masing kelompok berkumpul sesuai dengan
kelompoknya. Guru memberi informasi tentang cara-cara yang harus dilakukan
oleh masing-masing kelompok dalam melakukan kegiatan pembelajaran membaca
permulaan dengan permainan bahasa yaitu masing-masing kelompok berlomba
menyusun kartu-kartu huruf menjadi suku kata misalnya: ma,mi, mu, na, ni, nu, ba,
bi, bu dan seterusnya. Guru membatasi waktu untuk menyusun kartu huruf yang
dijadikan suku kata tersebut. Kelompok yang paling banyak dapat menyusun suku
kata mendapatkan reward.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Selanjutnya kelompok yang dapat menyusun suku kata paling banyak
membacakan hasil pengumpulan suku kata tersebut dengan membacanya secara
bersama-sama oleh seluruh anggota kelompok. Ternyata setelah dilakukan kegiatan
tersebut kelomok II yang paling banyak mengumpulkan suku kata maka kelopok II
yang mendapatkan reward.
Pada saat masing-masing kelompok telah memiliki suku kata, guru memberi tugas berikutnya kepada masing-masing kelompok untuk menyusun kartu huruf yang telah disusun tadi menjadi kata-kata yang bermakna. Untuk mengerjakan tugas ini guru membagikan papan panel dan jarum pentol kepada masing-masing kelompok, lalu masing-masing kelompok tersebut menyusun suku kata menjadi kata yang memiliki arti atau makna pada papan panel yang telah dibagikan. Setelah batas waktu yang telah ditentukan habis masing-masing kelompok membacakan hasil kerja kelompoknya serta menghitung berapa jumlah kata yang dapat disusun oleh masing-masing kelompok tersebut. Setiap kata yang dapat tersusun maka diberi bintang. Selanjutnya kelompok yang paling banyak menyusun kata yang memiliki makna akan mendapatkan reward atau bintang paling banyak. Ternyata setelah kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan, kelompok yang paling banyak mengumpulkan bintang atau reward adalah kelompok III. Akhir dari kegiatan pembelajaran ini adalah guru mengadakan evaluasi dengan cara membaca satu persatu bacaan sederhana yang dibuat oleh guru. Berikutnya guru melakukan penilaian dengan pedoman penilaian yang telah ditentukan sebelumnya.
2) Pertemuan II Pada pertemuan kedua ini kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah berdoa sesuai dengan agamanya masing-masing. Setelah selasai berdoa guru menyiapkan alat peraga yang akan digunakan pada kegiatan pembelajaran yaitu berupa gambar-gambar binatang, buah dan benda-benda yang sudah familier dengan anak. Agar siswa memiliki gambaran tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan maka guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan kedua ini. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu Burung Kutilang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Burung Kutilang Di pucuk pohon cemara, burung kutilang bernyanyi Bersiul-siul sepanjang hari dengan tak jemu-jemu Mengangguk-angguk sambil bernyanyi Trili..li..li…li…lili..li..li.
Selanjutnya memasuki kegiatan inti yaitu guru menunjukkan sebuah
gambar ayam kepada siswa dan menanyakan: “ Ini gambar apa anak-anak ?” siswa
menjawab: “Gambar ayam.” Selanjutnya guru menempelkan gambar di papan
panel dan menempelkan tulisan ayam di bawah gambar. Guru membagi kelas
menjadi empat kelompok masing-masing kelompok terdiri dari lima orang.
Masing-masing kelompok diberi kartu kata yang sama antara kelompok yang satu
dengan kelompok lain. Guru memasang gambar di papan panel yang telah
disiapkan untuk masing-masing kelompok. Lalu papan panel tersebut ditempeli
dengan gambar-gambar yang sesuai dengan kartu kata yang dibawa siswa.
Perwakilan dari masing-masing kelompok menempelkan kartu kata yang sesuai
dengan gambar yang ditempel guru dengan cara adu cepat.
Setelah permainan untuk satu siswa selesai dilanjutkan oleh anggota
kelompok lainnya dengan cara yang sama sampai semua anggota kelompok
mendapatkan giliran. Untuk memulai setiap anggota kelompok harus menunggu
aba-aba dimulai. Pada permainan ini dilakukan penyekoran dengan cara anggota
kelompok yang menjawab benar diberi point kelompok yang paling banyak
mengumpulkan point dinyatakan sebagai pemenang dan diberi hadiah.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah kata-kata yang telah diketahui
siswa dari hasil permainan tadi dibuat kalimat sederhana. Siswa yang telah selesai
membuat kalimat supaya mengacungkan jari selanjutnya membacakan kalimatnya
tersebut di depan kelas dengan suara nyaring dan menuliskan kalimat tersebut di
papan tulis. Kegiatan ini dilakukan sampai tertulis 5 – 10 kalimat di papan tulis
yang dibuat oleh siswa. Kalimat yang telah tertulis di papan tulis dibaca secara
klasikal dilanjutkan secara individu atau satu persatu siswa maju ke depan kelas
membaca kalimat tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan akhir pembelajaran ini guru
mengadakan evaluasi dengan tujuan mengetahui daya serap siswa terhadap materi
pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu dengan cara memberi soal-soal yang
berupa gambar-gambar siswa ditugasi untuk menuliskan kata yang sesuai dengan
gambar tersebut selanjutnya membacakan di depan guru. Guru melakukan
penilaian terhadap siswa yang maju membacakan kata-kata yang sesuai dengan
gambar. Sebagai tidak lanjut guru memberi PR (tugas rumah ) yaitu membaca
bacaan sederhana yang dibuat guru untuk dibaca di rumah. Kegiatan pembelajaran
ditutp dengan menyanyikan lagu “Kelinciku” Secara bersama-sama supaya siswa
fress kembali.
3) Pertemuan III
Pertemuan yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Mei 2008 ini diawali
dengan berdoa sesuai dengan agamanya masing-masing. Setelah doa selasai guru
menyiapkan alat peraga yang akan digunakan pada kegiatan pembelajaran yang
berupa kartu huruf, kata yang dituliskan pada kertas karton yang bertuliskan nama-
nama hewan atau buah yang sudah dikenal siswa. Selanjutnya guru menanyakan
kepada siswa siapa yang bersedia membacakan puisi ke depan kelas. Puisi tersebut
berjudul “Buah Tomat.” Agar siswa mempunyai gambaran tentang apa yang akan
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada pertemuan ketiga ini maka guru
menyampaikan tujuan pembalajaran dan mengulang sedikit tentang pelajaran pada
pertemuan II yang berkaitan dengan pembelajaran yang akan disampaikan.
Pada kegiatan inti guru menyuruh siswa untuk mengeluarkan kartu huruf
lalu menempel sebuah gambar di papan tulis atau papan panel. Tugas siswa adalah
menyusun kartu kartu huruf menjadi kata yang sesuai dengan gambar yang
ditempel oleh guru. Kemudian disusul oleh gambar-gambar berikutnya. Guru
berkeliling kelas untuk memeriksa hasil pekerjaan siswa memberikan reward bagi
siswa yang benar dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Beberapa siswa
yang telah benar merangkai huruf menjadi kata tersebut supaya menempel ke
papan panel atau papan tulis selanjutnya dibaca dengan suara nyaring.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kegiatan selanjutnya siswa diajak ke halaman sekolah. Kelas dibagi
menjadi dua kelompok, sementara itu guru menyiapkan alat peraga yang berupa
kata-kata yang tertulis diatas kertas karton. Kelopok pertama kata-kata tentang
nama-nama hewan sedangkan kelompok lainnya kata yang berkaitan dengan nama-
nama buah. Permainan dimuali dari kelompok pertama . kata yang tertulis di atas
karton diletakkan di atas tanah membentuk sebuah lingkaran. Salah satu perwakilan
dari kelompok maju memulai permainan dengan instrusi guru yaitu guru atau siswa
yang diberi tugas menyebutkan salah satu kata yang tertulis di atas karton,
perwakilan kelompok melompat pada kata yang disebutkan tadi. Selanjutnya
disusul kata berikutnya dan perwakilan kelompok harus melompat pada kata yang
disebutkan. Jika lompatannya benar akan mendapatkan satu point, jika salah point
nol. Begitu juga kelompok yang satunya juga melakukan permainan denga cara
yang sama tetapi kata yang tertulis tentang nama-nama buah. Setelah selesai tulisan
ditukar dengan lawan kelompoknya. Permainan selesai selanjutnya penghitungan
point. Kelompok yang paling banyak mengumpulkan point di beri reward.
Pada akhir kegiatan guru mengadakan evaluasi dengan tujuan umtuk
mengetahui seberapa besar materi pembelajaran membaca permulaan dengan
permainan bahasa dapat diserap oleh siswa. Evaluasi berupa membaca bacaan
sederhana dengan suara nyaring. Dilakukan secara individu lalu dulakukan
penilaian sesuai dengan pedoman penilain yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Observasi
Dalam tahap observasi ini dibagi menjadi 2 yaitu (1) Aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran da (2) Hasil tes (evaluasi).
1) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
Keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat dalam pembelajaran
membaca permulaan dengan permainan bahasa mengalami kemajuan dibanding
dengan sebelum ada tindakan. Pada siklus I pertemuan I keaktifan anak dalam
mengemukakan pendapat yang aktif mencapai 65% sedangkan yang tidak aktif
35%. Pada pertemuan II siswa yang aktif mengemukakan pendapat sebesar 80%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dan yang tidak aktif sebesar 20%. Jika dilihat dari data yang diperoleh dalam
lembar observasi jelas dapat dibaca adanya perkembangan positif pada diri siswa
dalam mengemukakan pendapat, artinya siswa lebih memiliki keberanian dalam
mengungkapkan pendapat. Hal ini disebabkan siswa mulai merasa nyaman dengan
suasana kelas yang kondusif. Bahkan pada pertemuan III prosentase dari siswa
yang aktif mengemukakan pendapat sebesar 90% dan siswa yang tidak aktif
sebanyak 2 anak atau 10%.
Dalam menjawab pertanyaan dari guru, siswa selalu diarahkan menjawab
dengan jawaban yang benar. Sebagaian besar dari siswa sangat aktif dalam
menjawab pertanyaan dari guru. Dari pertemuan ke pertemuan keaktifan siswa
dalam menjawab pertanyaan dari guru juga mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Terbukti dari hasil observasi menunjukkan : pada pertemuan I siswa
yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru ada 15 siswa atau 75%, sedangkan
yang tidak aktif ada 5 siswa atau 25%, pada pertemuan II terjadi peningkatan
aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan yaitu siswa yang aktif mencapai 90%
atau 18 anak sedangkan yang tidak dapat menjawab pertanyaan 2 anak atau 10%.
Adanya peningkatan yang cukup signifikan kemungkinan siswa tidak merasa takut
dan canggung dalam menjawab karena dari awal guru sudah menyampaikan agar
siswa lebih berani dalam menjawab pertanyaan dan kalau diperlukan siswa harus
berani bertanya kepada guru bagian-bagian yang belum jelas.Untuk pertemuan III
keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru stagnan artinya
prosentasenya sama dengan prosentase pada pertemuan II. Itu pun siswa yang tidak
aktif tidak sama dengan pertemuan sebelumnya. Justru hal ini menandakan bahwa
secara umum keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan guru sudah dapat
dikatakan berhasil, tidak ada satu pun siswa yang tidak berani menjawab. Selain
siswa telah memiliki keberanian hal lain yang juga menjadi penyebab keaktifan
siswa adalah siswa sudah semakin memahami materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
Untuk membangkitkan semangat belajar bagi siswa dan menghilangkan
kejenuhan serta melatih siswa untuk hidup rukun, saling bekerja sama, dan melatih
menyelesaikan masalah siswa diberi tugas kelompok. Dalam melaksanakan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
kelompok, guru menilai tentang kreativitas dan inisiatif siswa dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa. Prosentase dalam melaksanakn
penilaian keaktifan siswa dalam mengambil inisiatif dalam kelompok pada siklus I
semakin meningkat pada tiap-tiap pertemuan.Dari ketiga pertemuan yang
dilaksanakan pertemuan I prosentasenya siswa yang aktif mengambil inisiatif
dalam kelompoknya sebanyak 15 siswa atau 75% dan siswa yang tidak aktif
sebanyak 5 siswa atau 25%, untuk pertemuan II inisiatif siswa dalam kelompoknya
meningkat menjadi 17 siswa atau 85% yang aktif sedangkan yang tidak aktif 15%.
Semakin siswa merasa menikmati dan merasa nyaman dalam kegiatan
pembelajaran kebebasan siswa untuk mengambil inisiatif dalam kelompok semakin
baik. Siswa sudah tidak ada ketakutan jika menjawab salah karena kesalahan akan
dijadikan perbedaan pendapat yang wajib dihargai. Pada pertemuan III semakin
tampak keaktifan siswa dalam mengambil inisiatif dalam kelompoknya yaitu
sebesar 18 siswa atau 90% sedangkan yang tidak aktif 2 siswa atau 10%.
Pada akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi atau memberi tugas
untuk dikerjakan siswa secara individu yang akan digunakan sebagai komponen
penilaian. Evaluasi ini akan digunakan sebagai alat ukur keberhasilan siswa
maupun guru dalam kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Untuk
mengetahui prosentase keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas pada tiap-tiap
pertemuan adalah sebagai berikut: pertemuan I siswa yang aktif dalam
menyelesaikan tugas sebanyak 19 siswa atau 95% dan yang tidak aktif
mengerjakan tugas 1 siswa atau 5%. Pada pertemuan II ternyata prosentase
keaktifan siswa masih sama dengan prosentase pada pertemuan I yaitu siswa yang
aktif menyelesaikan tugas 95% dan yang tidak aktif 5%. Dari hasil observasi pada
pertemuan I dan pertemuan II ternyata terdapat satu siswa yang sama tidak dapat
menyelesaikan tugas. Prosentase keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas pada
pertemuan III adalah siswa yang aktif telah mencapai 100% dan yang tidak aktif
0%, artinya seluruh siswa telah aktif menyelesaikan tugas pada pertemuan III.
Prosentase dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas semakin meningkat dalam tiap –tiap pertemuan, siswa juga dapat mengikuti dan memahami pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa dengan baik. Mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
merasa senang karena mereka dapat belajar sambil bermain. Guru berusaha untuk memformulasikan kesenangan anak bermain dengan kegiatan pembelajaran tanpa mengurangkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan melakukan observasi dapat pula diketahui suasana dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung sehingga guru dapat menerapkan pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa sesuai dengan kebutuhan siswa pada setiap pertemuan.
Disisi lain dari terpenuhinya harapan tentang aktivitas siswa ini memang ada hal yang sering kali jadi kendala bagi guru, karena untuk mendapatkan respon tersebut tentunya guru harus melakukan persiapan yang lebih detail dan kreatif, seperti penyusunan RPP yang mengandung permainan untuk meningkatkan kemampuan membaca. Juga memilih dan mempersiapkan media atau alat peraga yang sesuai. Hal ini akan lebih menjadi kendala bilamana media atau alat peraga tersebut harus diadakan dengan cara membeli.
2) Hasil tes (evaluasi) Untuk mengetahui hasil prestasi siswa pada akhir pembelajaran diadakan
tes membaca. Hasil tes ini digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa setelah proses pembelajaran selasai dilaksanakan. Hasil tes juga dapat digunakan mengukur kemandirian siswa dalam menyelesaikan tugas sehingga tidak ada ketergantugan dengan anggota kelompok.
Berdasarkan hasil tindakan pada pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa dan analisis data yang diperoleh, perkembangan dan aktivitas pembelajaran siswa semakin meningkat. Peningkatan pembelajaran tersebut dapat dilihat dari hasil pembelajaran yang dilaksanakan, antara lain: a) Siswa aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. b) Siswa aktif dalam menjawab pertanyaan dan melaksanakan tugas guru c) Siswa kreatif dan dapat bekerja sama dalam tugas kelompok. d) Motivasi siswa meningkat pada waktu proses pembelajaran berlangsung e) Siswa tepat waktu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Untuk mengetahui perkembangan siswa dan peningkatan prestasi pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa siswa kelas I SD Negeri Mijen II sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan pada siklus I disajikan pada tabel 3:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Ulangan Membaca sebelum dilakukan tindakan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Tema : Lingkungan Kelas/Semester : I/II Waktu : 3 x pertemuan @ 2 X 35 menit
No.
Nama Siswa
Tema Lingkungan Rata-rata2 Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
1. Imron Wijanarko 60 55 60 58,3
2. Rahmat Nur Wahyu B. P 60 60 60 60,0
3. Afni Dini Afi Yanti 65 50 60 58,3
4. Ajeng Eka Saputri 50 45 50 48,3
5. Andika Tri Sugiyarto 40 50 45 45,0
6. Arif Adi Pamungkas 65 50 55 56,7
7. Bayu Dewa Saputra 80 70 75 75,0
8. Causa Primadayanti 80 80 85 81,7
9. Devita Noor Angraini 75 70 70 71,7
10. Dimas Ageng S 65 60 65 63,3
11. Dinda Arisandi Samuria 65 60 60 61,7
12. Farhan Adi Fauzan 65 60 60 61,7
13. Indiana Widiarini 70 70 70 70,0
14. Kevin eko Nugroho 60 60 60 60,0
15. Muchlish Waliyullah 60 55 60 58,3
16. Nabila Tri Nurmaemunah 65 65 65 65,0
17. Okta Bagus Pamungkas 45 50 60 51,7
18. Ratna hayu Fitriana W 80 75 70 75,0
19. Ryan Taufiq Arrozaq 60 55 55 56,7
20. Tamam 65 60 60 61,7
Jumlah 1280 1200 1245 1240,1
Rata-rata 64,0 60,0 62,25 62,005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Bahasa Indonesia aspek membaca siswa kelas I
SD Negeri Mijen II sebelum tindakan tema lingkungan
No. Interval Frekuansi Prosentase Kategori
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
91 – 100 81 – 90 71 - 80 61 – 70 51 – 60 41 – 50 31 - 40 21 – 30 11 – 20 1 - 10
0 1 3 6 8 2 0 0 0 0
0 % 5 % 15 % 30 % 40 % 10 % 0 % 0 % 0 % 0 %
Istimewa Baik Sekali Baik Cukup Hampir Cukup Kurang Kurang Sekali Buruk Buruk Sekali Sangat Buruk sekali
Jumlah 20 100%
Dari table di atas dapat dilihat sebelum guru melaksanakan pembelajaran
membaca permulaan dengan permainan bahasa siswa yang memperoleh kategori nilai istimewa tidak ada atau 0 %, siswa yang mendapatkan kategori nilai baik sekali 1 anak atau 5 %, siswa yang memperoleh kategori nilai baik 3 anak atau 15%, siswa yang memperoleh kategori nilai cukup 6 siswa atau 30%, yang memperoleh kategori nilai kurang 8 siswa atau 40% dan memperoleh kategori nilai kurang sekali 2 siswa atau 10 % dan yang mendapat kategori nilai sangat kurang sekali tidak ada atau 0 % dan seterusnya.
Gambar 4. Grafik nilai sebelum tindakan siklus I Gambar 4. Grafik Nilai Membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Mijen II
sebelum tindakan tema lingkungan
Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran membaca permulaan dengan
permainan bahasa diperoleh hasil penilaian sebagai berikut:
0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-1000 0 1 4 3 6 3 2 1 0 20
0
1
2
3
4
5
6
7
0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Pada Siklus I Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Aspek : Membaca Tema : Lingkungan Kelas/Semester : I/II Alokasi Waktu : 3 x pertemuan @ 2 X 35 menit
No Nama Tema Lingkungan Rata- rata Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
1 2 3 4 5 6
1 Imron Wijanarko 60 70 60 63,3
2 Rahmat Nur Wahyu B. P 60 70 65 68,3
3 Afni Dini Afi Yanti 70 60 70 66,7
4 Ajeng Eka Saputri 50 50 60 53,3
5 Andika Tri Sugiyarto 40 40 60 46,7
6 Arif Adi Pamungkas 65 65 70 66,7
7 Bayu Dewa Saputra 75 85 90 83,3
8 Causa Primadayanti 100 95 90 95,0
9 Devita Noor Angraini 75 85 85 81,7
10 Dimas Ageng S 70 75 75 73,3
11 Dinda Arisandi Samuria 70 60 65 65,0
12 Farhan Adi Fauzan 70 70 75 71,3
13 Indiana Widiarini 90 85 80 85,0
14 Kevin eko Nugroho 55 70 70 65,0
15 Muchlish Waliyullah 60 60 60 60,0
16 Nabila Tri Nurmaemunah 65 70 75 70,0
17 Okta Bagus Pamungkas 60 60 60 60,0
18 Ratna hayu Fitriana W 70 70 80 73,3
19 Ryan Taufiq Arrozaq 55 55 50 53,3
20 Tamam 60 60 65 61,7
Jumlah 1320 1345 1405 1362,9
Rata-rata 66,0 67,25 70,25 68,145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 6. Data Frekuensi Nilai Bahasa Indonesia aspek membaca siswa kelas I
SD Negeri mijen II setelah tindakan tema lingkungan siklus I
No. Interval Frekuansi Prosentase Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
91 – 100
81 – 90
71 - 80
61 – 70
51 – 60
41 – 50
31 - 40
21 – 30
11 – 20
1 - 10
1
3
3
9
3
1
0
0
0
0
5 %
15 %
15 %
45 %
15 %
5 %
0 %
0 %
0 %
0 %
Istimewa
Baik Sekali
Baik
Cukup
Hampir cukup
Kurang
Kurang Sekali
Buruk
Buruk Sekali
Sangat Buruk sekali
Jumlah 20 100 %
Dari data di atas dapat dilihat guru dalam melaksanakan pembelajaran
membaca permulaan dengan permainan bahasa mata pelajaran Bahasa Indonesia
dengan tema lingkungan memperlihatkan peningkatan kemampuan membaca siswa
meningkat. Siswa yang memperoleh kategori nilai istimewa ada 1 anak atau 5 %,
siswa yang mendapatkan kategori nilai baik sekali ada 3 anak atau 15 %, siswa
yang mendapat kategori nilai baik ada 3 anak atau 15 %, siswa yang mendapat
kategori nilai cukup ada 9 anak atau 45 %, siswa yang mendapatkan kategori nilai
hampir cukup 3 atau 15 %, sedangkan siswa yang mendapatkan kategori nilai
kurang ada 1 anak atau 5 %. Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai di atas
60 adalah 16 anak atau 80 % sedangkan yang memperoleh nilai di bawah 60 ada 4
anak atau 20 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Bila digambar dengan grafik maka akan terlihat seperti pada gambar 5:
Gambar 5 : Grafik Nilai Membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Mijen II
tema lingkungan siklus I
Secara lebih rinci perkembangan peningkatan kemampuan membaca
permulaan dengan permainan bahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia bagi
siswa kelas I SD Negeri Mijen II dengan tema lingkungan dapat dijelaskan pada
tabel 7:
Tabel 7. Rekapitulasi nilai rata-rata membaca permulaan siswa kelas I SD
Negeri Mijen II dengan permainan bahasa sebelum dan sesudah tindakan.
Pert.
Tema Lingkungan
Keterangan Rata-rata sebelum
tindakan
Rata-rata sesudah tindakan
siklusI
I
II
III.
64,00
60,00
62,25
66,00
67,25
70,25
Meningkat
Meningkat
Meningkat
62,005 68,23
0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-1000 0 0 0 1 3 9 3 3 1 20
0123456789
10
0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 8. Prosentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari 60 sebelum dan
sesudah tindakan pada siklus I
Pert. Tema
Lingkungan
Jumlah siswa yang
memperoleh nilai > 60
Prosentase Keterangan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
I
II
III
12
6
7
11
12
14
60 %
30 %
35 %
55 %
60 %
70 %
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Rata-rata 41,67 % 61,67 %
Dari table 4 dan 5 dapat dilihat bahwa pembelajaran membaca permulaan
dengan permainan bahasa sebelum dan sesudah tindakan belum menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Oleh karena itu peneliti akan melanjutkan
pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa pada siklus II dengan
tema keluargaku.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh dalam lembar observasi yang dilakukan melalui
pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Penggunaan lembar observasi dilakukan
untuk mengetahui tentang proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Pada
silkus I ada beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan dan ada pula siswa
yang mengalami peningkatan kemampuan membaca. Oleh karena itu harus
dilakukan kegiatan tindak lanjut yaitu siswa yang mengalami kesulitan tersebut
selalu mendapatkan bimbingan secara khusus dan intensif sehingga siswa berhasil
dalam belajarnya. Sebaliknya bagi siswa yang mencapai keberhasilan diberikan
pengayaan agar kemampuan membacanya terus menerus mengalami peningkatan.
Dalam kegiatan pembelajaran guru berupaya menciptakan suasana yang
kondusif agar siswa memiliki keberanian untuk mengungkapkan pendapat sehingga
siswa mengeluarkan ide-ide yang ada dalam pikirannya. Begitu pula agar kegiatan
pembelajaran berlangsung aktif guru selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
yang merangsang alur pikiran siswa dan selanjutnya diarahkan pada materi
pembelajaran membaca. Dengan demikian siswa akan mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru bahkan akan muncul pertanyaan dari siswa
yang ditujuan kepada guru sebagai hasil dari pemahaman dan pengetahuan baru
yang dimiliki. Meskipun guru telah mengupayakan suasana yang kondusif dalam
proses pembelajaran akan tetapi masih ada siswa yang belum mampu secara aktif
untuk menjawab pertanyaan. Tugas guru di sini adalah terus menerus
membangkitkan motivasi siswa agar mampu menjawab pertanyaan yang duajukan.
Pembelajaran akan lebih memberikan makna kepada siswa apabila sebagian
besar kegiatan dilakukan oleh siswa, maka untuk melatih menghargai pendapat
orang lain, melatih siswa untuk mengambil keputusan dan inisiatif yang positif,
guru memberi tugas untuk kerja kelompok. Kerja kelompok juga dapat memupuk
kerukunan diantara para siswa karena tugas akan dilakukan secara bersama-sama.
Dalam hal ini siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat memberikan bantuan
kepada siswa yang mengalami kesulitan sehingga semua siswa dalam kelompok
dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Pada waktu siswa mengerjakan tugas individu, diharapkan siswa mampu
menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh dan tepat waktu. Tugas individu
sangat membantu guru untuk mengukur seberapa besar tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan dapat dicapai siswa. Selain itu guru dapat melakukan pengamatan
berkaitan dengan kemandirian siswa dalam menyelesaikan tugas.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung
siswa cukup aktif memperhatikan dan melakukan kegiatan permainan bahasa
namun siswa kurang kreatif dan belum menunjukkan inisiatif. Kemampuan siswa
dalam membaca memang meningkat namun masih sedikit siswa yang dapat
memahami isi bacaan sehingga berpengaruh terhadap kemampuan membaca pada
kegiatan evaluasi. Agar lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tema : Lingkungan
1) Pertemuan I
Berdasarkan hasil dari proses pembelajaran yang berlangsung dan merujuk
pada foto 1, siswa yang melakukan kerja kelompok terlihat sangat antusias untuk
menyusun huruf-huruf menjadi suku kata, apalagi setelah guru menginformasikan
bahwa kelompok yang paling banyak menyusun suku kata akan mendapatkan
reward (hadiah). Kompetisi antar kelompok pun menunjukkan suasana kelas sangat
hidup. Memang ada beberapa siswa yang masih canggung dalam mengekspresikan
keberaniannya namun sebagian besar siswa sudah dapat menunjukkan rasa percaya
dirinya terbukti siswa berani maju untuk menempel suku kata maupun kata di
papan panel seperti yang tampak pada foto ke-2. Lebih jelasnya dapat dirujuk pada
lembar observasi pada pertemuan I menunjukkan bahwa prosentase siswa yang
aktif mengemukakan pendapat sebesar 65 % dan yang tidak aktif ada 35 %.
Sehingga belum ada separuh siswa yang aktif berpendapat. Dalam hal ini guru
selalu berupaya untuk mengaktifkan siswa dengan cara memberikan motivasi dan
menciptakan suasana belajar yang kondusif, berusaha untuk dekat dengan siswa
seperti teman. Pada fhoto 3 adalah dokumentasi tentang kegiatan siswa dalam
mengerjakan evaluasi. Kegiatan evaluasi dilaksanakan dengan cara memanggil
siswa satu persatu untuk membaca bacaan yang telah disiapkan guru. Bacaan
tersebut dibaca didepan guru, selanjutnya guru melakukan penilaian. Hasil evaluasi
pada pertemuan pertama ternyata sangat menggembirakan dibanding dengan hasil
evaluasi sebelum diadakannya tindakan yaitu nilai rata-rata pertemuan pertama
sebelum tindakan adalah 64,0 sedangkan setelah dilakukan tindakan 66,0 sehingga
nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila prestasi belajar siswa mencapai
nilai batas ketuntasan belajar kategori nilai cukup yaitu siswa telah mencapai nilai
lebih dari 60 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari batas ketuntasan
mencapai prosentase 75 %. Dengan demikian data nilai rata-rata kelas yang baru
mencapai 66,00 dan prosentase siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 60 adalah
55 %, maka dapat dikatakan pembelajaran belum berhasil. Perlu diketahui bahwa
soal-soal evaluasi yang diberikan merupakan soal yang masih sederhana sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
nilai evaluasi untuk pertemuan pertama belum bisa dijadikan ukuran yang valid
tentang keberhasilan pembelajaran. Masih harus menambah tes-tes evaluasi untuk
pertemuan selanjutnya. Oleh karena itu masih harus merefleksi untuk pertemuan
kedua.
2) Pertemuan II
Pada pertemuan II hasil pengamatan yang diperoleh dari lembar observasi
menunjukkan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat mengalami
peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa siswa makin memiliki rasa percaya diri,
maka dapat diperoleh data riil dari lembar observasi mengalami peningkatan
keaktifan siswa yaitu presentase siswa yang aktif mengeluarkan pendapat sebesar
80 % dan siswa yang tidak aktif sebesar 20 %. Meskipun sudah mengalami
peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran akan tetapi masih harus
ditingkatkan lagi sampai seluruh siswa merasa nyaman dalam mengikuti
pembelajaran tidak ada tekanan dan paksaan dari guru. Selain itu keaktifan siswa
dalam tanya jawab, keatifan siswa dalm mengambil inisiatif dalam kerja kelompok
serta keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas dari pertemuan I ke pertemuan II
menunjukkan perubahan positif. Akan tetapi masih perlu peningkatan agar seluruh
siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru senantiasa
berupaya untuk menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar dan siswa
diupayakan agar selalu merasa senang dalam mengikuti pembelajaran.
Evaluasi yang diberikan kepada siswa untuk pertemuan II tingkat
kesulitannya lebih tinggi sehingga jika dilihat hasil prestasi untuk pertemuan II ini
mengalami penurunan dibanding pertemuan I. Meskipun mengalami penurunan
hasil prestasi, hal ini tidak menjadikan masalah. Karena guru akan terus berusaha
untuk merefleksi dan berusaha menemukan permainan-permainan yang
menyenangakan. Adapun hasil preastasi belajar pada pertemuan II ini nilai rata-rata
kelas sebasar 67,25 dan siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 60 ada 12 siswa
atau 60 % dari 20 siswa. Sedang siswa yang mendapatkan nilai kurang dari atau
sama dengan 60 ada 8 siswa atau 40 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dalam evaluasi pada pertemuan II ini selain siswa dituntut untuk membaca,
siswa juga harus bisa menuliskan kata-kata yang sesuai dengan gambar yang
disajikan artinya siswa harus memiliki dua kemampuan sekaligus yaitu menulis lau
tulisan tersebut dibaca. Hal itulah yang menyebabkan penurunan prestasi dibanding
pertemuan I.
3) Pertemuan III
Pada pertemuan III siswa lebih aktif, kreatif dan dapat mengembangkan
kemampuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Pada saat proses
pembelajaran berlangsung siswa begitu aktif dalam melakukan kegiatan permainan
loncat untuk menemukan kata yang diserukan temannya. Pada pertemuan III ini
siswa lebih banyak melakukan aktivitas disbanding aktivitas guru hal ini
dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran guru bukan menjadi pusat (teacher
centris) melainkan siswalah yang menjadi pusat (student centris). Pada evaluasi
yang dikerjakan secara individu di pertemuan III ini adalah test membaca secara
privat, siswa maju satu persatu membaca bacaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Pada pertemuan ini guru berharap agar prestasi atau kemampuan
membaca siswa mengalami perubahan positif dibandingkan dengan pertemuan
sebelumnya. Sehingga diperoleh data dari lembar observasi dari keaktifan siswa
mengeluarkan pendapat, keaktifan siswa dalam Tanya jawab, keaktifan siswa
dalam mengambil inisiatif dalam kelompok siswa yang aktif sebesar 90 % atau 18
anak sedangkan siswa yang tidak aktif sebesar 10 % atau 2 anak. Adapun dalam
kegiatan evaluasi atau keaktifan siswa menyelesaikan tugas siswa yang aktif
mencapai 100 % atau seluruh siswa telah menyelesaikan tugas evaluasinya. Dari
kegiatan evaluasi pertemuan III diperoleh data rata-rata nilai kelas 70,25 dan siswa
yang mendapatkan nilai lebih dari 60 sebanyak 14 anak atau 70 % sedangkan siswa
yang mendapatkan nilai kurang dari sama dengan 60 ada 6 anak atau 30 %.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila prestasi belajar siswa mencapai
nilai batas ketuntasan belajar kategori nilai cukup yaitu siswa telah mencapai nilai
lebih dari 60 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari batas ketuntasan
mencapai prosentase 75 %. Oleh karena itu berdasarkan data yang diperoleh dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III (siklus I) yang mana peningkatan
kemampuan membaca dengan permainan bahasa mengalami peningkatan
dibanding dengan sebelum adanya tindakan yaitu jika pada saat sebelum tindakan
rata-rata hasil evaluasi adalah 62,005 setelah dilakukan tindakan pada siklus I rata-
rata kelas mencapai 68,145. Hal ini berarti pembelajaran dengan permainan bahasa
dapat dikatakan memberi perubahan yang signifikan meskipun batas ketuntasan
minimal belum tercapai.
Kendala atau hambatan yang ditemui dalam penyusunan RPP, tersedianya
media yang relevan memang bukan persoalan mudah, akan tetapi dapat diatasi
dengan cara guru harus terus menerus belajar dengan mempelajari buku-buku yang
relevan dengan perkembangan siswa.
Oleh karena itu karena pada siklus I kemampuan membaca siswa
mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan maka
agar kemampuan membaca permulaan dengan permainan bahasa mencapai
ketuntasan akan dilanjutkan pada siklus II dengan tema keluarga dengan permainan
yang lebih variatif.
2. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali
pertemuan dimulai pada hari Senin tanggal 19 Mei 2008, adapun tahap
pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan.
Pada hasil refleksi dan evaluasi pada sikuls I yang dilakukan sebanyak 3
kali pertemuan kemampuan membaca siswa mengalami peningkatan dibanding
dengan sebelum adanya tindakan. Oleh karena agar siswa tuntas dalam belajar guru
akan melaksanakan siklus II dengan melakukan perencanaan-perencanaan antara
lain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran termasuk tujuan pembelajaran,
menyiapkan lembar observasi, membuat alat peraga dan penyusun instrumen
evaluasi. Pada siklus II ini akan menggunakan tema keluarga karena keluarga
adalah sesuatu yang paling dekat dengan anak, sehingga pastilah kata-kata dan
kalimat yang gunakan dalam proses atau kegiatan pembelajaran sudah femilier
dengan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Mengingat hasil analisis pembelajaran pada siklus I ketuntasan belajar
siswa baru mencapai 61,67 %, maka dalam siklus II ini ketuntasan siswa akan
ditingkatkan menjadi 75 % dengan tema yang berlainan yaitu tema aku dan
keluarga. Dalam siklus II ini bertujuan untuk memantapkan perluasan kemampuan
membaca permulaan permulaan dengan permainan bahasa yang dipelajari pada
siklus I.
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Pada setiap
kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan melakukan permainan yaitu
membentuk kata baru dari sebuah kata dengan huruf yang sama, kata yang
terbentuk dibuat kalimat (seperti yang tertulis pada tujuan pembelajaran pada
lampiran II).
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru melaksanakan pembelajaran membaca permulaan
dengan permainan bahasa yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
II yang telah disusun. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
1) Pertemuan I
Pada pertemuan I, guru sebelum menyampaikan inti pembelajaran dengan
tema aku dan keluargaku kegiatan awal dimulai dengan berdoa sesuai dengan
agamanya masing-masing, menyiapkan alat peraga, dan menyampaikan tujuan
pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan guru mengajak
siswa untuk menyanyikan lagu yang berjudul “Bebek Entok Ayam”.
Pada saat inti pembelajaran guru menyampaikan informasi tentang
cara-cara melakukan permainan yaitu siswa secara berpasangan menyusun kata
dari huruf-huruf yang diberikan guru kepada masing-masing pasangan. Huruf yang
diberikan kepada masing-masing pasangan adalah sama antara pasangan yang satu
dengan pasangan yang lain. Selanjutnya guru menginstruksikan kepada setiap
pasangan untuk menyusun huruf-huruf yang ada menjadi sebuah kata yang
memiliki makna. Kata yang berhasil disusun ditempelkan papan panel. Semakin
banyak kata yang disusun oleh setiap pasangan maka semakin tinggi nilainya.
Pasangan yang paling banyak menyusun kata mendapatkan reward.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pada kegiatan pembelajaran selanjutnya masing-masing pasangan disuruh untuk memilih salah satu kata yang tersusun di papan panel, kemudian kata yang terpilih tadi diacak dan disusun lagi menjadi kata baru yang memiliki makna. Satu kata dapat disusun menjadi beberapa kata baru. Semakin banyak kata baru yang tersusun nilai semakin tinggi. Pasangan siswa yang paling banyak menyusun kata baru dari sebuah kata yang disediakan mendapatkan reward.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah membuat kalimat sederhana dari kata-kata yang telah disusun tadi. Caranya adalah setiap siswa membuat kalimat sederhana dari kata-kata yang telah disusun, siswa yang telah berhasil menyusun kalimat ditempel dipapan panel atau ditulis di papan tulis. Siswa yang lain menyusul menuliskan kalimat yang telah tersusun sampai 5 – 10 laimat yang tertulis di papan tulis atau di papan panel. Kemudian siswa yang menuliskan tersebut supaya membaca dengan suara nyaring. Setelah kalimat di papan tulis telah mencapai 10 kalimat secara klasikal dengan suara nyaring.
Adapun akhir dari pembelajaran pada pertemuan kesatu di siklus II ini adalah guru mengadakan evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah. Dalam kegiatan pembelajaran ini juga digunakan lembar observasi untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung yaitu tentang keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat, keaktifan siswa dalam tanya jawab, keaktifan siswa dalam mengambila inisiatif dalam kelompok, dan keaktifan siswa dalam menyelasaikan tugas dan evaluasi. Agar lebih jelas akan dipaparkan lebih lanjut dalam observasi.Kegiatan pembelajaran ditutup dengan mrnyanyikan lagu kasih ibu.
2) Pertemuan II Pada awal kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa sesuai dengan
agamanya masing-masing. Selanjutnya guru menyiapkan alat peraga, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan mengulang pelajaran lalu yang berkaitan dengan materi. Agar kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan siswa diajak menyanyikan lagu “Badan Lengan Kakiku. “
Pada kegiatan inti pembelajaran guru menempelkan alat peraga berupa kalimat yang salah satu katanya diganti dengan gambar. Guru menunjuk salah satu siswa supaya maju untuk menuliskan kata yang sesuai dengan gambar, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kalimat tersebut menjadi kalimat yang memiliki makna. Selanjutnya kalimat yang telah terbentuk dibaca secara nyaring oleh siswa yang maju tersebut lalu ditirukan secara klasikal. Demikian kegiatan ini dilakukan sampai ada sepuluh kalimat. Kesepuluh kalimat tersebut dibaca secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah guru menuliskan kalimat dipapan
tulis yang salah satu katanya hilang sebanyak 5 kalimat. Siswa maju mengisi kata
yang sesuai pada kalimat yang belum sempurna, lalu dibaca dengan suara nyaring
dan ditirukan secara klasikal. Begitu seterusnya sampai kelima kalimat tersebut
selasai selanjutnya dibaca oleh seluruh siswa. Beberapa siswa maju secara individu
untuk membaca dengan suara nyaring dan ditirukan oleh seluruh siswa.
Guru menempelkan 5 – 10 gambar tunggal di papan tulis, siswa membuat
kalimat sederhana yang sesuai dengan gambar. Pada saat siswa mengerjakan tugas
guru berkeliling kelas untuk memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami
kesulitan dan menanyakan kepada siswa yang belum jelas supaya menanyakan
kepada guru bagian yang masih belum jalas.
Kegiatan akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi berupa soal-soal
yang harus dikerjakan dan seterusnya dibaca secara privat di depan guru.
Sealnjutnya guru memberi kegiatan tindak lanjut. Siswa yang telah tuntas diberikan
pengayaan dan siswa yang belum tuntas diberikan perbaikan. Kegiatan
pembelajaran diakhiri dengan menyanyikan lagu satu satu aku sayang ibu.
3) Pertemuan III
Pada awal pembelajaran di pertemuan III, sebelum guru menyampaikan inti
pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa sesuai dengan agamanya masing-
masing, guru menyiapkan alat peraga, menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan disampaikan, serta mengulang pelajaran yang lalu yang berkaitan dengan
materi. Untuk menyegarkan suasana dan membangkitkan motivasi belajar bersama-
sama menyanyikan lagu bebek-bebekku.
Pada awal kegiatan inti guru menyampaikan informasi tentang cara
melakukan permainan bahasa yaitu setiap siswa diberi kartu kata yang berbeda
antara siswa yang satu dengan siswa lain berbeda kartu katanya. Selanjutnya siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
harus mencari pasangan kata yang dibawa siswa lain sehingga kata-kata tersebut
membentuk kalimat. Guru membagikan kartu kata tersebut kepada siswa dengan
aba-aba siswa memulai mencari pasangan yang mana kartu katanya sesuai dengan
kartu kata yang dibawanya. Kelompok siswa yang paling cepat menyusun kalimat
maju kedepan dan membaca kalimat yang telah terbentuk tersebut dengan suara
nyaring. Guru menuliskan kalimat tersebut dipapan tulis, disusul oleh kelompok
siswa selanjutnya sampai terkumpul 5 kalimat. Setelah siswa selesai menyusun
kalimat-kalimat tersebut secra klasikal dibaca dengan suara nyaring. Tidak lupa
guru memberikan reward kepada kelompok siswa yang dapat menyusun kalimat
paling cepat.
Permainan selanjutnya adalah guru menyiapkan beberapa kalimat . Siswa
dibagi menjadi dua kelompok sehingga masing-masing kelompok beranggotakan
10 anak. Permainan yang dilakukan adalah bisik berantai. Caranya guru
menunjukkan sebuah kalimat kepada siswa yang paling belakang, lalu siswa
tersebut membaca kalimat yang ditunjukkan guru, selanjutnya dibisikkan kepada
siswa yang ada didepannya. Begitu seterusnya sampai siswa yang paling depan
membunyikan dan menuliskan kalimat tersebut dipapan tulis. Guru mencocokkan
kalimat yang disuarakan siswa dengan kalimat yang diawalnya tadi. Begitu juga
dengan kelompok yang lain. Setiap kalimat yang dibisikkan ssuai dengan kalimat
yang dibunyikan siswa kelompok tersebut mendapatkan point. Sehingga dua
kelompok bersaing untuk mendapatkan point terbanyak. Kelompok yang paling
banyak mendapatkan point mendapat reward.
Permainan terakhir dari kegiatan inti ini adalah melaksanakan perintah dari
kalimat seru yang dibaca oleh temannya. Setiap pasangan diberikan 5-10 kalimat
seru atau kalimat perintah untuk dibaca dan dilakukan secara bergantian. Guru
mengamati kesesuaian antara perintah dan pelaksanaan. Pasangan siswa yang dapat
membaca dan melakukan perintah dengan benar mendapat reward.
Pada akhir kegiatan pembelajaran guru mengadakan evaluasi. Setelah itu
guru mengadakan koreksi dan penilaian dan memberikan tindak lanjut berupa
perbaikan bagi yang kemampuannya kurang dan pengayaan bagi yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
memiliki kemampuan baik. Untuk menutup kegiatan pembelajaran siswa bersama
guru menyanyikan lagu “Bebekku”.
c. Observasi
Dalam tahap observasi ini dilaksanakan dengan 2 macam pengamatan yaitu
(1) aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan (2) hasil ter diakhir kegiatan
pembelajaran.
1) Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam tahap ini guru melaksanakan pengamatan terhadap proses pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalm kegiatan pembelajaran di siklus II dengan tema aku dan keluargaku siswa aktif melakukan kegiatan permainan bahasa. Pada saat guru menyampaikan informasi tentang cara-cara melakukan permainan siswa terlihat begitu antusias untuk mengetahui cara-cara permainan. Ini membuktikan bahwa siswa memang merasa senang dengan permainan. Bahkan sebagian besar siswa telah berani untuk mengeluarkan pendapat. Ada siswa yang mengusulkan beberapa permainan sesuai dengan kegemarannya bermain misalnya ada siswa laki-laki yang senang dengan permainan sepak bola mengusulkan permainan membaca dengan menendang bola yang diarahkan pada kata yang ditempel. Pada waktu kegiatan pembelajaran dengan permainan bahasa dimulai dengan permainan pertama yang mana siswa diberi satu kartu kata siswa langsung membaca kata yang dipegangnya. Ada siswa yang setelah membaca kartu yang dipegang langsung membaca kartu kata yang dibawa temannya. Sehingga suasana kelas terlihat sangat aktif dan hidup. Selanjutnya guru menginformasikan bahwa siswa harus membentuk kalimat dari kartu kata yang dipegang dengan kartukata lain yang dipegang temannya. Setelah guru menginformasikan siswa dengan serta merta mencari pasangan kata yang dapat dibentuk menjadi kalimat. Dalam kegiatan ini terlihat sekali keaktifan siswa dalam mengeluarkan pendapat. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dari tiap-tiap pertemuan semakin meningkat. Pada pertemuan pertama keaktifan siswa dalam mengeluarkan pendapat ada 16 siswa atau 80 % dan siswa yang tidak aktif ada 4 siswa atau 20 %, pada pertemuan kedua keaktifan siswa dalam mengeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pendapat masih sama yaitu siswa yang aktif ada 16 siswa atau 80 % dan siswa yang tidak aktif ada 4 siswa atau 20 %. Meskipun sama akan tetapi siswa yang tidak aktif berbeda anaknya. Sedangkan pada pertemuan ketiga terjadi peningkatan keaktifan siswa yaitu siswa yang aktif menjadi 18 siswa atau 90 % sedangkan siswa yang tidak aktif ada 2 siswa atau 10 %. Dalam pelaksanaan pembelajaran tentang permainan bahasa yang dilakukan yaitu pada waktu siswa diberi pertanyaan tentang gambar yang cocok untuk mengisi kalimat yang masih kosong, siswa secara aktif menjawab dengan kata yang sesuai dengan gambar yang tertera dalam kalimat yang belum sempurna tersebut. Ada yang menjawab langsung dengan lisan ada pula menjawab dengan langsung maju untuk menuliskan. Siswa yang terlanjur maju untuk menuliskan maka oleh guru supaya langsung membacakan kalimat yang sudah sempurna terbentuk dengan suara nyaring. Sehingga setelah diamati ternyata keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama keaktifan siswa dalm menjawab pertanyaan ada 17 siswa atau 85 % dan siswa yang tidak aktif menjawab pertanyaan guru ada 3 siswa atau 15 %. Pada pertemuan kedua keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan masih sama yaitu siswa yang aktif menjawab pertanyaan ada 17 siswa atau 85 % dan siswa yang tidak aktif menjawab pertanyaan guru ada 3 siswa atau 15 %. Pada pertemuan ketiga siswa keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu siswa yang aktif menjawab pertanyaan guru ada 19 siswa atau 95 % dan siswa yang tidak aktif ada 1 siswa atau 5 %. Permainan bahasa yang dilakukan ada yang dilaksanakan secara berkelompok, sehingga perlu adanya kerja kelompok. Dalam kerja kelompok siswa diharapkan mampu mengambil inisiatif, supaya kerja kelompok dapat berjalan kompak dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Dalam kerja kelompok siswa dilatih untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. Pada waktu melakukan permainan siswa mengerjakan secara bersama-sama misalnya dalam permainan mencari pasangan kata yang dibawa temannya untuk membentuk kalimat siswa begitu antusias dalm mengambil inisiatif. Tujuan permainan ini adalah untuk melatih kerja sama dan untuk merangsang siswa mengeluarkan inisiatif supaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dapat membentuk kalimat yang paling cepat dibanding teman yang lain. Dalam
melakukan permainan ini siswa melaksanakan dengan senang, guru mengamati
kreativitas dan inisiatif siswa dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Dari tiga pertemuan prosentase siswa dalam mengambil inisiatif dalam kelompok
adalah sebagai berikut: pertemuan pertama siswa yang aktif dalam mengambil
inisiatif ada 16 siswa atau 80 % dan siswa yang tidak aktif dalam mengambil
inisiatif dalam kelompok ada 4 siswa atau 20 %, pada pertemuan kedua siswa yang
aktif dalam mengambil inisiatif dalam kelompok ada 17 siswa atau 85 % dan siswa
yang tidak aktif dalam mengambil inisiatif kelompok ada 3 siswa atau 15 %.
Sedangkan pada pertemuan ketiga siswa tampaknya lebih mengerti dan berani
mengambil inisiatif dalam kelompok sehingga meningkat lagi menjadi siswa yang
aktif mengambil inisiatif dalam kelompok ada 18 siswa atau 90 % dan siswa yang
tidak aktif dalam mengambil inisiatif dalam kelompok ada 2 siswa atau 10 %.
Pada akhir pembelajaran guru memberikan kegiatan evaluasi dengan cara
siswa diberi tugas untuk dikerjakan secara individu. Tugas ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar siswa dapat menyerap dan memahami materi
pembelajaran yang disampaikan guru. Siswa yang secara sungguh-sungguh
mengikuti kegiatan pembelajaran dan secara aktif melaksanakan tahap-tahap
permainan tentunya akan menyelesaikan tugas evaluasi dengan baik dan penuh
tanggung jawab sehingga akan meningkat kemampuan membacanya. Sebaliknya
bagi siswa yang kurang aktif dan tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan baik atau bahkan lebih sibuk dengan permainannya sendiri maka akan
mengalami kesulitan dalam menyelasaikan tugas evaluasinya. Selain tugas individu
guru juga memberikan tugas kelompok.Tugas kelompok diberikan untuk melatih
siswa bekerja sama dengan teman lain sehingga dapat menyelesaikan masalah
secara bersama-sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tugas kelompok diberikan juga bertujuan untuk menanamkan rasa
tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan tugas.Keaktifan siswa dalam
menyelesaikan tugas dalam tiga pertemuan mengalami peningkatan dari pertemuan
ke pertemuan. Pada pertemuan pertama siswa yang aktif mengerjakan tugas ada 19
siswa atau 95 % dan yang tidak aktif mengerjakan tugas 1 anak atau 5 %. Pada
pertemuan kedua juga sama dengan pertemuan pertama yaitu siswa yang aktif
menyelesaikan tugas ada 19 siswa atau 95 % dan siswa yang tidak aktif ada 1 siswa
atau 5 %. Pada pertemuan ketiga ada peningkatan yaitu siswa yang aktif
menyelesaikan tugas ada 20 siswa atau 100 % dan siswa yang tidak aktif
menyelesaikan tugas tidak ada atau 0 %. Dengan menilai keaktifan siswa dalam
menyelesaikan tugas dapat diketahui keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Melalui lembar observasi ini dapat diketahui suasana dan
kegiatan siswa dalam pembelajaran sehingga guru dapat menentukan permainan-
permainan yang sesuai untuk pembelajaran membaca permulaan dan sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.
Hasil observasi membantu guru dalam memantau suasana kelas dalam
proses pembelajaran, sehingga guru dapat mengambil langkah-langkah
pembelajaran selanjutnya dan memilih metode yang tepat dalam pengelolaan kelas
selanjutnya.
Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran pada siklus II dengan
menerapkan membaca permulaan dengan permainan bahasa pada pelajaran Bahasa
Indonesia diperoleh hasil penilaian belajar yang disajikan pada tabel 9:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 9. Rekapitulasi Nilai Membaca Setelah Tindakan Siklus II
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tema : Aku dan Keluargaku
Kelas/Semester : I/II
Waktu : 3 x pertemuan @ 2 X 35 menit
No.
Nama Siswa
Tema Lingkungan Rata-
rata Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
1. Imron Wijanarko 70 70 75 71,7
2. Rahmat Nur Wahyu B. P 70 75 75 73,3
3. Afni Dini Afi Yanti 75 80 75 76,7
4. Ajeng Eka Saputri 55 60 60 58,3
5. Andika Tri Sugiyarto 45 50 50 48,3
6. Arif Adi Pamungkas 65 70 75 70,0
7. Bayu Dewa Saputra 90 95 100 95,0
8. Causa Primadayanti 100 95 100 98,3
9. Devita Noor Angraini 95 100 90 95,0
10. Dimas Ageng S 75 75 80 76,7
11. Dinda Arisandi Samuria 75 75 80 76,7
12. Farhan Adi Fauzan 70 75 80 75,0
13. Indiana Widiarini 85 90 95 90,0
14. Kevin eko Nugroho 70 70 70 70,0
15. Muchlish Waliyullah 65 70 65 66,7
16. Nabila Tri Nurmaemunah 70 75 75 73,3
17. Okta Bagus Pamungkas 60 60 65 61,7
18. Ratna hayu Fitriana W 90 95 100 95,0
19. Ryan Taufiq Arrozaq 60 65 65 63,3
20. Tamam 70 75 75 73,3
Jumlah 1455 1520 1550 1508,3
Rata-rata 72,75 76,00 77,50 75,46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 10. Data Frekuensi Nilai Bahasa Indonesia aspek membaca siswa kelas I SD
Negeri Mijen II setelah tindakan tema aku dan keluargaku siklus II
No. Interval Frekuansi Prosentase Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
91 – 100
81 – 90
71 - 80
61 – 70
51 – 60
41 – 50
31 - 40
21 – 30
11 – 20
1 - 10
4
1
8
5
1
1
20 %
5 %
40 %
25 %
5 %
1 %
Istimewa
Baik Sekali
Baik
Cukup
Hampir Cukup
Kurang
Kurang Sekali
Buruk
Buruk Sekali
Sangat Buruk sekali
Jumlah 20 100
Gambar 6. Grafik Nilai Membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Mijen II tema lingkungan siklus II
Rentang NiJml Siswa0-10 011-20 021-30 031-40 041-50 151-60 161-70 571-80 881-90 191-100 4
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Rentang Nilai
Jml Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dari data di atas dapat dilihat guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan tema aku dan keluargaku menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca. Siswa yang memperoleh nilai istimewa ada 4 anak atau 20 %, siswa yang memperoleh nilai baik sekali ada 1 anak atau 5 %, siswa yang memperoleh nilai baik 8 anak atau 40 %, siswa yang memperoleh nilai cukup ada 5 anak atau 25 %, siswa yang memperoleh nilai hampir cukup 1 anak atau 5 % dan siswa yang mendapatkan nilai kurang ada 1 anak atau 5 %. Sehingga siswa yang memperoleh nilai >60 ada 18 anak atau 90 %. Tabel 11. Rekapitulasi Nilai Rata-rata membaca permulaan kelas I SD Negeri Mijen II mata pelajaran sesudah tindakan siklus II
Pert.
Lingkungan Tema Aku dan Keluargaku
Keterangan
Rata-rata nilai siklus I Rata-rata nilai siklus II
I. II. III Rata2
66,00 67,25
70,25
68,23
72,75 76,00 77,50
75,415
Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
Selanjutnya dari perhitungan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas atau lebih dari 60 pada siklus II, dapat dijelaskan pada tabel 12:
Tabel 12. Prosentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari 60 sesudah tindakan pada siklus II
No.
Jumlah siswa yang memperoleh Nilai > 60
Prosentase
Keterangan
Pertemuan Siklus I Siklus II Siklus I
Siklus II
1. 2. 3.
I II III
11 12 14
1617 18
55 % 60 % 70 %
80 % 85 % 90 %
Meningkat Meningkat Meningkat
Rata-rata 61,7 % 85 % Meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata pada tabel 6 siswa yang memperoleh nilai diatas 60 atau > 60 siswa kelas I SD Negeri Mijen II menunjukkan peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa yang dilaksanakan guru dinyatakan berhasil, karena secara umum atau klasikal menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca pada mata pelajaran Bahsa Indonesia aspek membaca bagi siswa kelas I SD Negari mijen II. Dari keseluruhan tindakan pada siklus di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan membaca permulaan dengan permainan bahasa Mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek membaca bagi siswa kelas I SD Negeri Mijen II dinyatakan berhasil. Akan tetapi untuk menguji keberhasilan dari penlitian tindakan ini masih perlu dilanjutkan pada siklus III. Selain dari pada itu kendala/hambatan keterbatasan tersedianya media yang memadahi masih menjadi persoalan yang harus diatasi. d. Refleksi Data-data yang diperoleh dalam lembar observasi dikumpulkan dan dianalisis. Penggunaan lembar observasi dilakukan untuk mengetahui tentang proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Pada siklus II ini kemampuan membaca siswa mengalami peningkatan, meskipun masih ada siswa yang mengalami kesulitan. Oleh karena out siswa yang mengalami kesulitan diberikan bimbingan secara intensif, sedangkan siswa yang kemampuan membacanya sudah baik dan lancar diberikan pengayaan. Dalam melakukan permainan menyusun huruf-huruf menjadi kata dan menyusun huruf-huruf dari suatu kata menjadi kata baru yang memiliki makna siswa dibimbing agar memahami arti kata yang diucapkan siswa. Hal ini dimaksudkan agar dalam perkembangan membacanya nanti selain siswa bisa membaca dengan lancar siswa juga mampu memahami bacaan yang dibaca siswa. Pada kegiatan juga merangsang siswa untuk berpendapat mengenai kata baru yang dibentuk dari suatu kata yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Dalam memberikan pertanyaan guru berusaha untuk memberikan
pertanyaan yang menantang siswa misalnya kata kuda dapat dibentuk kata lain
yang terdiri dari unsur huruf yang sama. Siswa berusaha keras agar dapat
membentuk kata baru yang lain. Disinilah tampak siswa begitu aktif dalam
menjawab pertanyaan dari guru. Apalagi pada waktu siswa mencari pasangan kata
yang dibawa oleh teman lain untuk disusun menjadi kalimat yang bermakna, ini
tampak sekali bahwa keaktifan siswa dalam mengambil inisiatif begitu kelihatan.
Tujuan nya adalah supaya siswa berlatih menempatkan diri sesuai dengan
posisinya dan menjalin kerja sama yang baik dengan orang lain.
Pada waktu siswa melakukan kegiatan bisik berantai dan melakukan
kalimat perintah yang dibacakan temannya bertujuan untuk memupuk rasa
persaudaraan dengan teman. Dalam kegiatan ini siswa dibimbing agar dapat
melaksanakan kegiatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Kegiatan ini juga dapat
melatih keberanian siswa untuk berinteraksi dengan teman lain. Demikian juga
dalam mengerjakan tugas kelompok, guru memberikan pembimbingan dan
panduan yang jelas supaya masing-masing anggota kelompok dapat bekerja
bersama-sama tidak hanya anak tertentu saja, diupayakan semua anggota kelompok
terlibat dalam diskusi kelompok.
Dalam setiap akhir dari suatu pembelajaran selalu diberikan tugas atau
evaluasi, baik individu maupun kelompok. Hal ini terkandung maksud guru dapat
mengetahui seberapa besar tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa.
Sedangkan tujuan untuk siswa adalah melatih kreativitas dan kemandirian siswa
dalam mengerjakan tugas tanpa tergantung pada guru. Pada waktu mengerjakan
tugas kelompok siswa diharapkan dapat menyelesaikan tugas kelompok secara
bersama-sama . Bagi siswa yang mengalami kesulitan siswa lain membimbing,
sehingga seluruh anggota kelompok memahami dan dapat membeca dengan lancar
dan benar. Lembar observasi membantu guru dalam mengetahui perubahan
kegiatan selama pembelajaran berlangsung. Pada siklus II materi tentang tema aku
dan keluargaku secara umum menunjukkan perubahan yang signifikan, guru dalam
mengelola proses pembelajaran lebih luwes dan fleksibel dan dapat mengontrol
kekurangan, agar lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tema : Aku dan Keluargaku
1) Pertemuan I
Berdasarkan hasil proses pembelajaran yang berlangsung dan merujuk pada
fhoto 4-6 siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran membaca
permulaan dengan permainan bahasa yang disampaikan oleh guru. Dalam
melakukan permainan menyusun huruf-huruf menjadi kata yang memiliki makna
siswa aktif menyusun bersama pasangannya. Jika mereka berhasil menyusun kata
dari huruf-huruf tersebut mereka merasa sangat senang dan bangga dengan hasil
kerjanya. Begitu pula pada saat siswa dusuruh membentuk kata baru dari kata
tertentu, siswa juga merasa senang. Dari rasa senang ini akan menumbuhkan
motivasi untuk belajar terus. Apalagi jika belajarnya sambil bermain. Mereka tidak
sadar kalau sudah belajar dalam permainan tersebut tapi mereka sudah bisa
membaca melalui permainan tersebut. Pada waktu guru memberi evaluasi siswa
dapat mengerjakan evaluasi tersebut dengan baik yaitu dapat membaca kalimat-
kalimat yang sudah disiapkan guru sebagai instrumen evaluasi. Pada siklus II
kemempuan siswa dalam membaca menunjukkan peningkatan yaitu pada nilai rata-
rata kelas pada pertemuan pertama adalah 72,75 sedangkan siswa yang mendapat
nilai lebih dari 60 ada 16 anak atau 80 % dari 20 siswa dalam kelas I.
2) Pertemuan II
Pada pertemuan II tema Aku dan Keluargaku siswa sangat tertarik dengan
gambar-gambar yang disajukan oleh guru. Guru memberi informasi tentang
kegunaan gambar-gambar yang ditunjukkan kepada siswa. Setelah siswa tahu
maksud dari kegunaan gambar-gambar tersebut siswa dengan bersemangat dan
penuh motivasi mengganti gambar tersebut dengan kata yang sesuai sehingga
membentuk kalimat yang memiliki makna. Setelah siswa mampu mengganti
gambar-gambar tersebut dengan kata guru mengambil gambar-gambar tersebut dan
menghapus kata-kata yang telah ditulis siswa. Selanjutnya siswa harus melengkapi
kalimat tersebut dengan kata-kata tanpa melalui gambar.
Tujuannya adalah untuk melatih daya ingat anak atau mengembang daya
imajinasi siswa dengan kosa kata yang telah dimiliki siswa yang sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
kalimat tersebut. Alhasil pada saat siswa mengerjakan evaluasi yaitu
menyempurnakan kalimat dengan kata-kata sendiri yang sesuai dengan kalimat
yang ada siswa dapat mengerjakan dengan baik dan kegiatan pembelajaran dapat
dikatakan meningkat secara baik. Terbukti pada pertemuan kedua ini niali rata-rata
kelas mencapai 76.00 sedangkan siswa yang mendapat nilai lebih dari 60 ada 17
anak atau 85 % dari 20 siswa dalam kelas I.
3) Pertemuan III
Pada pertemuan ketiga tema Aku dan Keluargaku ini, siswa merasa
semakin tertantang untuk terus belajar membaca dengan permainan. Siswa ingin
segara mengetahui permainan apalagi yang akan disajikan oleh guru pada
pertemuan ini. Pada pertemuan ketiga ini ada tiga jenis permainan. Permainan
pertama adalah membentuk kalimat dari kata yang dibawa untuk dirangkai dengan
kata lain yang dibawa temannya. Permainan ini sangat disukai siswa dan
manfaatnya pun baik sekali yaitu untuk menjalin kerjasama dan menjalin
persaudaraan antar teman. Pada permainan bisik berantai siswa yang bertugas
membaca kalimat yang ditunjukkan guru. Setelah dibaca siswa harus membisikkan
kalimat tersebut kepada teman lain sampai pada siswa yang terakhir dalam satu
barisan. Selanjutnya siswa terakhir tersebut menirukan bisikan dari temannya. Hal
ini bertujuan untuk melatih pendengaran dan daya ingat siswa. Sedangkan
permainan terakhir adalah guru memberikan kepada pasangan siswa beberapa
kalimat perintah. Salah satu siswa membacakan kalimat tersebut dan siswa
pasangannya melaukan perintah sesuai dengan kalimat perintah. Ternyata siswa
sudah dapat melakukan permainan ini dengan tepat. Pada waktu siswa mengerjakan
evalauasi pada pertemuan ketiga ini nilai rata-rata kelas 77,50 sedangkan siswa
yang mendapat nilai lebih dari 60 ada 18 siswa atau 90 % dari 20 siswa kelas I.
Dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila partisipasi dan aktivitas siswa dalam melakukan permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan membaca signifikan. Pada akhir pembelajaran memperoleh nilai rata-rata kelas dari pertemuan I, II, dan III adalah 75,415 dan siswa yang mendapat nilai lebih dari 60 mencapai lebih dari 75 %. Atas dasar penemuan di atas dan melihat hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
diperoleh dari masing-masing pertemuan, maka pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II dikatakan berhasil, sehingga untuk pemantapan akan dilaksanakan siklus berikutnya yaitu siklus III. Namun guru harus tetap melakukan pengayaan bagi siswa yang telah mencapai nilai diatas rata-rata dan memberikan perbaikan kepada siswa yang belum berhasil dalam pembelajaran. Kendala/hambatan yang ditemui dalam penyediaan/pembuatan media dapat pula diatasi dengan cara melibatkan peran serta masyarakat dalam hal ini wali dari siswa, agar membantu dalam pembuatan media pembelajaran bekerja sama dengan guru.
3. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus III Siklus III dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Pelaksanaannya dimulai pada tanggal 26 Mei 2008, 29 Mei 2008, dan 2 Juni 2008. Tahapan-tahapan pelaksanaan siklus 3 dapat dirinci sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus 3 peneliti menyusun perencanaan-perencanaan pembelajaran diantaranya memilih materi pokok dengan melakukan analisis kurikulum ( meliputi SK, KD, hasil belajar, indicator, dan tujuan pembelajaran), menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar observasi, dan membuat alat peraga. Perencanaan siklus 3 dengan pembelajaran dilaksanakan dengan melakukan permaianan bahasa untuk mengenal membaca permulaan huruf baru ( f, z,, dan v) baik dalam penggunaan dalam kata atau kalimat sederhana.
b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus 3 ini guru melaksanakan proses kegiatan pembelajaran membaca permulaan dengan menerapkan permainan bahasa sesuai perencanaan yang telah dibuat. Kegiatan pembelajaran itu sebagai berikut :
1) Pertemuan I Pada pertemuan 1, pertama yang dilakukan guru memimpin doa, mengabsen siswa, kemudian memotivasi siswa dengan menyanyikan lagu “ Aku Anak Sehat” serta menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Pada kegiatan inti guru mengenalkan huruf f, z, dan v dengan menunjukkan pias huruf tersebut. Siswa yang berani disuruh membaca huruf tersebut dan diberi reward. Kegiatan selanjutnya siswa membaca huruf tersebut secara klasikal. Kegiatan selanjutnya setiap bangku siswa diberi 10 kata yang 6 diantaranya ada huruf f,z, dan v. siswa kemudian diberi wktu 3 menit untuk memilih kata yang ada huruf f, z, dan v yang selesai duluan dicatat lalu disuruh maju menunjukkan pada teman dan dibaca benar atau salah diberi reward. Kegiatan ini dilakukan secara bergilir. Siswa yang telah membaca, hasilnya disuruh dipasang pada papan panel dengan bimbingan guru. Kegiatan selanjutnya membaca secara klasikal kata dalam papan panel hasil permainan bahasa tadi. Dalam kegiatan akhir guru melaksanakan evaluasi dengan cara siswa maju satu persatu untuk membaca kata yang ada di papan panel (10 kata) sesuai RPP.
3) Pertemuan II Kegiatan awal diawali dengan doa, mengabsen, memotivasi dengan cara membaca kata pada papan panel pelajaran yang lalu, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa. Kegiatan inti diawali dengan guru menyediakan banyak pias kata ( kata bidang kesehatan) lalu siswa tiap anak secara acak untuk mengambil sendiri kata tersebut. Setelah semua anak mendapat pias kata secara bergilir disuruh maju ke depan kelas untuk menunjuukan kata tersebut pada teman-temannya lalu dibaca bersama-sama. Bila semua anak sudah menunjukkan kata tersebut kemudian melakukan tanya jawab arti dari kata bidang kesehatan yang dibaca. Kegiatan inti selanjutnya guru memasang 5 pias kalimat sederhanayang di
dalamnya ada kata umum bidang kesehatan di papan panel. Siswa yang berani
disuruh maju membaca kalimat tersebut (1 atau 2 anak saja). Pembelajaran
selanjutnya membaca kalimat tersebut secara klasikal.
Kegiatan akhir guru melaksanakan evaluasi dengan cara siswa membaca pias
kalimat yang ditulis ( 5 kalimat ) secara individu, kemudian guru memberi reward
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
/nilai. Selanjutnya guru memberi PR siswa untuk membaca Bahasa Indonesia BSE
halaman 32
4) Pertemuan III
Kegiatan awal pada pertemuan 3 ini dimulai dengan doa, menyanyikan lagu
“Bangun Tidur” sebagai motivasi. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dilaksanakanKegiatan inti pada pertemuan 3 diawali
dengan membaca pias kata secara klasikal ( kata bidang kesehatan) lalu
dilanjutnkan tanya jawab membahas arti kata yang dibaca.
Kegiatan selanjutnya guru membentuk kelompok ( 1 kelompok 4 siswa)
bangku depan dan belakangnya berhadapan untuk efisien waktu. Guru menjelaskan
tugas kelompok yaitu melengkapi kalimat yang belum selesai dengan kata yang
tersedia ( kata umum bidang kesehatan). Guru membagi lembar kerja kemudian
siswa melaksanakan kerja kelompok dengan bimbingan guru. Guru membatasi
waktu kerja kelompok 10 menit. Setelah selesai setiap kelompok melaporkan hasil
dengan membaca hasil di depan kelas.
Pembelajaran dilanjutkan menarik kesimpulan kerja kelompok dengan cara
guru memasang pias kalimat yang belum selesai sesuai lembar kerja, siswa yang
berani disuruh maju memilih kata dan menempelkan pada kalimat tersebut. Setelah
itu dibaca bersama-sama.
Kegiatan dengan melaksanakan evaluasi secara tertulis. Yaitu siswa diberi lembar evaluasi untuk melengkapi kalimat yang belum selesai dengan kata yang tersedia secara individu.
c. Observasi Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat mengadakan pengamatan tindakan penelitian. Pengamatan yang dilaksanakan ada dua yaitu pengamatan siswa dan guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran dan pengamatan hasil tes akhir pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Pengamatan dalam kegiatan proses pembelajaran meliputi beberapa macam aspek yaitu aktivitas siswa dalam bermain bahasa, dalam membaca, dalam berdiskusi, dalam melaksanakan tugas serta kegiatan guru dalam perannya sebagai sutradara pembelajaran. Alat bantu yang dugunakan dalam hal ini adalah perekaman (foto) dan lembar pengamatan. Tujuan dalam hal ini untuk memperoleh data yang akurat untuk menguji dari tujuan penelitian apakah baik atau tidak. Pengamatan hasil dalam hal ini berupa soal tes akhir pelajaran. Untuk pertemuan 1 dan 2 menggunakan tes lisan karena siswa disuruh membaca. Sedang pertemuan 3 menggunakan tes tertulis. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui hasil siswa dalam membaca setelah mengikuti proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan permainan bahasa. Tabel 13. Rekapitulasi Nilai Membaca Siklus III Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Tema : Kesehatan Kelas / Semester : I/II Waktu : 3 x pertemuan @ 2 X 35 menit
No
Nama Siswa
Nilai Rata-rata Pertemuan
1 Pertemuan 2
Pertemuan 3
1 Imron Wijanarko 75 70 75 73,3
2 Rahmat Nur Wahyu B.P 80 75 70 75,0
3 Afni Dini Afi Yanti 80 80 80 80,0
4 Ajeng Eka Saputri 60 65 60 61,7
5 Andika Tri Sugiyarto 50 50 50 50,00
6 Arif Adi Pamungkas 70 70 70 70,0
7 Bayu Dewa Saputra 90 90 100 93,3
8 Causa Primadayanti 100 100 100 100,0
9 Devita Noor Anggraini 100 100 100 100,0
10 Dimas Ageng S 80 80 80 80,0
11 Dinda Arisandi Samuria 80 80 80 80,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
12 Farhan Adi Fauzan 70 70 80 73,3
13 Indiana Widiarini 90 90 90 90,0
14 Kevin Eko Nugroho 75 75 70 73,3
15 Muchlis Waliyullah 70 70 65 68,3
16 NabilaTri Nur M. 75 75 75 75,0
17 Okta Bagus Pamungkas 65 65 70 66,7
18 Ratna Hayu Fitriana W 100 100 100 100,0
19 Ryan Taufiq Arrozaq 65 65 65 65,0
20 Taman 75 75 70 73,3
Jumlah 1550 1545 1550 1548,3
Rata-rata Kelas 77,50 77,25 77,5 77,41
Dari tabel 1di atas juga dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai kurang dari
60 ada 1 siswa dengan prosentase 5 %. Siswa yang mendapat nilai di atas 60
berjumlah 18 siswa dengan prosentase 90 %. Rata-rata nilai kemampuan membaca
permulaan dengan permainan bahasa pada siklus 3 adalah 77,41. Dengan demikian
terjadi peningkatan kemampuan membaca permulaan dengan permainan bahasa
dari siklus 2 yang rata-ratanya 75,45 pada siklus 3 menjadi 77,41.
Tabel 14. Data frekuensi Nilai Bahasa Indonesia aspek membaca siswa kelas 1 SD
Negeri Mijen II siklus III
No Interval Frekuensi Prosentase Katagori
1
2
3
4
5
6
7
91 – 100
81 – 90
71 – 80
61 – 70
51 – 60
41 – 50
31 – 40
4
1
9
4
2
0
0
20 %
5 %
45 %
20 %
10 %
0 %
0 %
Istimewa
Baik Sekali
Baik
Cukup
Hampir cukup
Kurang
Kurang Sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
8
9
10
21 – 30
11 – 20
01 – 10
0
0
0
0 %
0 %
0 %
Buruk
Buruk Sekali
Sangat Buruk
Sekali
J u m l a h 20 100 %
Gambar 7: Grafik Nilai Rata-rata Kemampuan Membaca Permulaan Kelas 1 SD
Negeri Mijen II siklus 3
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0 0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100 Dari tabel 2 dan grafik 1 di atas dapat dilihat bahwa kemampuan membaca
permulaan dengan menggunakan permainan bahasa terjadi peningkatan. Siswa
yang mendapat nilai katagori istimewa berjumlah 4 anak dengan prosentase 20 %.
Siswa yang mendapat nilai katagori baik sekali berjumlah 1anak dengan prosentase
5 %. Siswa yang mendapat nilai katagori baik berjumlah 9 anak dengan prosentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
45 %. Siswa yang mendapat nilai katagori cukup berjumlah 5 anak dengan
prosentase 25 %. Siswa yang mendapat nilai katagori hampir cukup berjumlah 1
anak dengan prosentase 5 %.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh dalam lembar pengamatan pada saat tindakan
penelitian atau pada saat melaksanakan proses kegiatan pembelajaran pada siklus
3 dikumpulkan dan dianalisis. Kegiatan refleksi inidilakukan antara guru (peneliti)
dengan pengamat yaitu teman sejawat dan Kepala Sekolah yang saat itu ikut
mengamati kegiatan tindakan siklus 3 Hasil analisis yang diperoleh sebagai
berikut:
1) Hasil belajar / nilai kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan permainan bahasa lebih meningkat dibanding pada siklus 2.
2) Selama proses pembelajaran berlangsung keaktifan dan antusias siswa sangat tinggi. Hal itu dapat dilihat ketika anak berebutan untuk maju ke depan kelas saat disuruh membaca. Pada saat bermain bahasa siswa juga syik dan berpokus pada permainan.
3) Masih ada siswa yang hasil kemampuan belajarnya kurang baik. Sebenarnya anaknya aktif tetapi memang daya pikirnya masih rendah. Kemudian hal itu dibicarakan dengan teman sejawat yang mengamati proses KBM dengan kesimpulan anak tersebut perlu bimbingan khusus.
4) Dalam proses kegiatan pembelajaran juga ditemukan dua siswa yang kurang serius mengikuti kegiatan bermain bahasa. Hal itu dikarenakan siswa tersebut sudah pandai membaca. Untuk menanggulangi itu guru menunjuk anak tersebut sebagai contoh model dalam melakukan kegiatan.
5) Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran telah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Hanya pada pertemuan 2 dalam siklus 3 ini waktu yang dibutuhkan lebih 10 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
6) Guru dalam memberi reward atau motivasi anak sudah cukup merata dan bagus, tetapi perhatian guru terhadap anak yang belum bisa membaca perlu diberi waktu / perhatian lebih. Mengingat hal itu karena membaca merupakan modal dasar untuk menyerap ilmu atau pelajaran selanjutnya.
7) Dalam proses pembelajaran ditemukan hambatan bahwa ternyata tidak semua materi pembelajaran membaca dapat dilakukan dengan permainan. Oleh karena itu guru perlu memilah dan memilih materi-materi membaca permulaan yang dapat dilaksanakan dengan permainan dengan materi pembelajaran membaca yang tidak dapat dilakukan dengan permainan.
Setelah melaksanakan tindakan penelitian dari siklus 1 sampai siklus 3
maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulssn siswa kelas 1 SD
Negeri Mijen II mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 15.
Tabel 15. Nilai rata-rata membaca permulaan sebelum dan sesudah tindakan
siswa kelas 1 SD Negeri Mijen II
No
Kegiatan Pembelajaran
Materi Pembelajaran / Tema
Nilai Rata-rata
Keterangan
1 Sebelum Tindakan Lingkungan 62,00 Terjadi
peningkatan
nilai rata-rata
dan berhasil
2 Siklus 1 Lingkungan 68,14
3 Siklus 2 Aku dan Keluargaku 75,45
4 Siklus 3 Kesehatan 77,41
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata membaca permulaan
dengan permainan bahasa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata sebelum tindakan
hanya 62,00, nilai rata-rata pada siklus adalah 1 68,14, nilai rata-rata pada siklus 2
adalah 75,45 sedang nilai rata-rata pada siklus 3 adalah 77,41.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 16. Prosentase jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari 6,00
No
Kegiatan Pembelajaran
Prosentasi jumlah Siswa Yang Mendapat Nilai
Keterangan
< 60,00 >60,00
1 Sebelum tindakan 58,33 % 41,67% Terjadi peningkat-an prosentase jum-lah siswa yang mendapat nilai >60,00
2 Siklus 1 38,33 % 61,67 %
3 Siklus 2 15 % 85 %
4 Siklus 3 10 % 90 %
Dari tabel 16 dapat dijelaskan bahwa prosentase siswa yang mendapat
nilai kurang dari 60,00 menurun dan prosentase siswa yang mendapat nilai lebih
dari 60,00 mengalami peningkatan. prosentase siswa yang mendapat nilai kurang
dari 60,00 sebagai berikut : sebelum tindakan 58,33 %, pada siklus pertama 38,33
%, siklus kedua 15%, dan pada siklus ketiga 10 %. Prosentase jumlah siswa yang
mendapat nilai lebih dari 60,00 sebagai berikut : sebelum tindakan 41,67 %, pada
siklus pertama 61,67 %, pada siklus kedua 85 %, dan pada siklus ketiga 90 %.
D. Temuan dan Hasil Tindakan
Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis berdasarkan hasil temuan yang
dikaji sesuai dengan rumusan masalah yang selanjutnya dikaitkan dengan teori
yang ada. Proses analisis data ditujukan untuk menemukan suatu hasil atau hal apa
saja yang terdapat di lokasi penelitian, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan
dari penelitian tersebut yang pada akhirnya peneliti dapat mengambil pelajaran dan
memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait di dalamnya.
1. Peningkatan kemampuan membaca permulaan dengan permainan bahasa
a. Hasil Observasi pelaksanaan pembelajaran
Lembar observasi dalam pelaksanaan pembelajaran ini ditinjau dari 4 aspek
yaitu: Keaktifan siswa berpendapat, keaktifan dalam tanya jawab, keaktifan dalam
mengambil inisiatif, dan keaktifan dalam menyelesaikan tugas. Adapun hasil dari
observasi pembelajaran sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
1) Siklus I : a) Siswa yang aktif adalah 86,25 %
b) Siswa yang tidak aktif adalah13,75 %
2) Siklus II: a) Siswa yang aktif adalah 88,75 %
b) Siswa yang tidak aktif adalah 11,25%
3) Siklus III: a) Siswa yang aktif adalah 91,67%
b) Siswa yang tidak aktif adalah 8,33%
b. Hasil Evaluasi belajar
Hasil evaluasi belajar mengalami peningkatan dibuktikan dengan adanya
peningkatan kemampuan membaca dengan hasil penliti sajikan dalam bentuk rata-
rata nilai dan ketuntasan belajar. Adapun hasilnya sebagai berikut:
1) Sebelum tindakan:
a) Rata-rata nilai adalah 62,00
b) Nilai lebih dari 60,00 adalah 41,67%
c) Nilai kurang dari 60,00 adalah 58,33 %
2) Siklus I :
a) Rata-rata nilai adalah 68,14
b) Nilai lebih dari 60,00 adalah 61,67 %
c) Nilai kurang dari 60,00 adalah 38,33 %
3) Siklus II :
a) Rata-rata nilai adalah 75,45
b) Nilai lebih dari 60,00 adalah 85 %
c) Nilai kurang dari 60,00 adalah 15 %
4) Siklus III :
a) Rata-rata nilai adalah 77,41
b) Nilai lebih dari 60,00 adalah 90%
c) Nilai kurang dari 60,00 adalah 10 %
Dari hasil observasi dan evaluasi yang dilaksanakan terbukti adanya
peningkatan kemampuan membaca permulaan antara sebelum tindakan, siklus I,
siklusII, dan siklus III terus ada peningkatan yang signifikan. Akan tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
kenyataan di lapangan, pembelajaran membaca permulaan dengan permainan
bahasa mengalami beberapa hambatan.
2. Jenis-jenis Permainan bahasa dalam pembelajaran membaca permulaan
Pelaksanaan membaca permulaan dengan permainan bahasa yang
dilaksanakan pada kelas I di SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta
merupakan suatu pembelajaran dari rangkaian kurikulum SD Negeri Mijen II yang
bertujuan untuk mempersiapkan siswa dalam penguasaan kemampuan membaca
yang diawali dengan membaca permulaan sehingga kemampuan membaca lanjut
dan membaca pemahaman diharapkan akan lebih baik.
Adapun permainan yang dilaksanakan pada siklus I sebagai berikut:
a. Permainan kompetisi kelompok untuk menyusun suku kata, kata dan kalimat
sederhana dengan batas waktu tertentu.
b. Permainan adu cepat untuk menempel kata yang sesuai dengan gambar,
selanjutnya kata tersebut dibuat kalimat.
c. Permainan menyusun kata dari kartu huruf.
d. Permainan loncat kata yang ditulis pada sebuh kertas karton/papan dalam
bentuk bangun datar (lingkaran, segitiga, persegi, persegi panjang dll) yang
berwarna-warni.
Adapun permainan yang dilaksanakan pada siklus II sebagai berikut:
a. Permainan menyusun kata dari huruf-huruf secara berpasangan.
b. Permainan menyusun kata baru dari kata tertentu dengan huruf yang sama
selanjutnya dibuat kalimat.
c. Permainan melengkapi kalimat yang salah satu katanya diganti gambar.
d. Permainan melengkapi kalimat dengan kata yang sesuai.
e. Permainan mencari pasangan kata yang dibawa teman hingga membentuk
kalimat.
f. Permainan bisik berantai.
Adapun permainan yang dilaksanakan pada silkus III sebagai berikut:
a. Permainan mencari huruf-huruf tertentuyang terkandung dalam suatu kata.
b. Permainan memilih kata dari dari banyak kata yang berhubungan dengan tema
tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
c. Permainan membaca kalimat sederhana dengan pias kalimat.
d. Permainan kompetisi melengkapi kalimat dengan kata yang sesuai dalam bentuk
pias kata dan kalimat.
3. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Pada waktu perencanaan guru kesulitan menyusun RPP dan perangkat evaluasi dan pengukuran yang sesuai dan relevan,
b. Dalam menentukan permainan sulit untuk memilah permainan yang mengandung bahasa dan permainan yang tidak mengandung bahasa.
c. Keterbatasan media pembelajaran juga menghambat kegiatan pembelajaran, d. Kesulitan dalam pengelolaan kelas, karena permainan memberi peluang kepada
siswa untuk gaduh.
Tindakan I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa pada siswa kelas I di SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat disimpulkan bahwa: 1. Pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kec. Jebres kota Surakarta dari rata-rata nilai > 60 sebesar 41,67 % sebelum tindakan menjadi 90,00 % setelah tindakan, dan atau rata-rata nilai sebesar 62,00 sebelum tindakan menjadi 77,41 setelah tindakan.
2. Jenis-jenis permainan bahasa yang dilaksanakan dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta antara lain: a. Pada tindakan siklus I permainan yang dilaksanakan antara lain:
Permainan kompetisi kelompok untuk menyusun suku kata, kata dan
kalimat sederhana dengan batas waktu tertentu, Permainan adu cepat untuk
menempel kata yang sesuai dengan gambar, selanjutnya kata tersebut
dibuat kalimat, Permainan menyusun kata dari kartu huruf, Permainan
loncat kata yang ditulis pada sebuh kertas karton/papan dalam bentuk
bangun datar (lingkaran, segitiga, persegi, persegi panjang dll) yang
berwarna-warni.
b. Pada tindakan siklus II permainan yang dilaksanakan antara lain:
Permainan menyusun kata dari huruf-huruf secara berpasangan, Permainan
menyusun kata baru dari kata tertentu dengan huruf yang sama selanjutnya
dibuat kalimat, Permainan melengkapi kalimat yang salah satu katanya
diganti gambar, Permainan melengkapi kalimat dengan kata yang sesuai,
Permainan mencari pasangan kata yang dibawa teman hingga membentuk
kalimat, Permainan bisik berantai.
c. Pada tindakan siklus III permainan yang dilaksanakan antara lain:
Permainan mencari huruf-huruf tertentuyang terkandung dalam suatu kata,
Permainan memilih kata dari dari banyak kata yang berhubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
tema tertentu, Permainan membaca kalimat sederhana dengan pias
kalimat, Permainan kompetisi melengkapi kalimat dengan kata yang sesuai
dalam bentuk pias kata dan kalimat.
3. Dalam pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa, peneliti menemukan hambatan-hambatan, yaitu : a. Pada waktu perencanaan guru kesulitan menyusun RPP dan perangkat
evaluasi dan pengukuran yang sesuai dan relevan, b. Dalam menentukan permainan sulit untuk memilah permainan yang
mengandung bahasa dan permainan yang tidak mengandung bahasa. c. Keterbatasan media pembelajaran juga menghambat kegiatan
pembelajaran, d. Kesulitan dalam pengelolaan kelas, karena permainan memberi peluang
kepada siswa untuk gaduh.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka metode permainan bahasa dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan dapat dikembangkan dan dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Untuk itu guru perlu menjaga dan meningkatkan kreativitas permainan agar kemampuan membaca permulaan siswa kelas I terus meningkat.
Metode pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa banyak manfaatnya antara lain dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa, kegiatan pembelajaran sangat menarik karena sesuai dengan dunia anak yaitu bermain sehingga siswa lebih aktif, kreatif dan penuh dengan inisiatif dalam pembelajaran. Guru sebagai fasilitator perlu selalu meningkatkan kualitas permainan dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi siswanya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan dan perenungan bersama guna kesempurnaan pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa yang telah dilaksanakan. Adapun Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
1. Bagi Sekolah Sekolah sebaiknya menyediakan sarana dan prasarana serta media pembelajaran yang menunjang, agar proses membaca permulaan dengan permainan bahasa bagi siswa SD Kelas I dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Bagi Guru Dalam pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa, guru dituntut kreatif dalam memilih tema yang menarik, menyusun RPP, pengelolaan kelas agar tetap kondusif, serta dituntut memiliki kreatifitas untuk membuat / menyediakan alat peraga yang dapat diperoleh dari lingkungan atau bahan-bahan yang mudah dan murah.
3. Bagi siswa Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran membaca permulaan melalui permainan bahasa, siswa harus melaksanakan dengan antusias, gembira tanpa ada perasaan tertekan, malu atau takut salah.
4. Bagi orang tua Orang tua dapat mendampingi putra/putrinya dalam pembelajaran membaca permulaan melalui permainan bahasa dengan menggunakan metode dan sarana prasarana yang sederhana di rumah serta bekerja sama dengan guru dalam membuat alat peraga permainan.