PENINGKATAN (IN VITRO) FUNGSI RUMEN …dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PH DOKTOR'09.doc · Web...
Transcript of PENINGKATAN (IN VITRO) FUNGSI RUMEN …dp2m.umm.ac.id/files/file/USUL PH DOKTOR'09.doc · Web...
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakteri dan jamur lignoselulolitik memiliki peran penting dalam proses penyediaan
energi bagi ruminansia. Ruminansia mampu mengubah pakan berkualitas rendah menjadi
tinggi di dalam rumen karena peran mikrobia lignoselulolitik tersebut. Kerbau tropis dapat
tumbuh baik dengan pakan berupa hijauan berkualitas rendah, limbah pertanian dan
industri yang struktur dasarnya mengandung lignoselulosa tinggi sebagai sumber energi
utama (Wanapat, 2001). Namun sesungguhnya konversi serat kasar pakan menjadi produk
pada ruminansia yang dipelihara intensif belumlah optimal, karena hanya 10-35% energi
dari serat kasar yang dapat dimanfaatkan. Kondisi ini terjadi karena 20% sampai 70%
selulosa tidak tercerna dan keluar bersama feses (Varga dan Kovler, 1997). Fakta
pencernaan serat kasar dalam rumen belum optimal juga dibuktikan berdasarkan kenyataan
bahwa kadar serat kasar pada feses tinggi dan proses fermentasi tetap berlangsung (Krause
et al., 2003).
Ketersediaan mikrobia lignoselulolitik di dalam rumen dipengaruhi oleh jenis
pakan, obat-obatan dan cekaman faktor lingkungan. Penggunaan pakan konsentrat berlebih
dan obat-obatan pada peternakan sistem intensif akan menekan populasi mikrobia
lignoselulolitik rumen. Sebaliknya populasi mikrobia lignoselulolitik berkembang dengan
baik pada ruminansia yang diberi pakan utama berupa hijauan, oleh karena itu ruminansia
yang pakan utamanya mengandung serat kasar tinggi sangatlah baik digunakan sebagai
sumber mikrobia lignoselulolitik. Mikrobia lignoselulolitik kemungkinan juga dapat
diperoleh dari saluran pencernaan ruminansia bagian belakang (sekum dan kolon) karena
mikrobia lignoselulolitik di dalam sekum dan kolon akan berkoloni dengan fraksi serat
kasar tak tercerna di rumen. .
Berdasarkan pertimbangan rendahnya tingkat kecernaan serat kasar di dalam rumen
ternak dan sistem fermentasi anaerob serta potensi mikrobia lignoselulolitik sekum dan
kolon herbivora, maka penting dilakukan isolasi sebagai upaya untuk memperoleh isolat
bakteri dan jamur lignoselulolitik berkemampuan tinggi.
1
2. Roadmap Alur Penelitian
INPUT METODE OUTPUTIsolasi
1. Isolasi Bakteri metode Hungate (Ogimoto dan Imai, 1981; Bachruddin, 1985)
2. Isolasi Jamur metode Hungate (Lowe, 1986).
Selulosa, silan, asam tanat sebagai media selektif
Pemurnian Isolat dan Identifikasi Morfologis1. Koloni bakteri dan jamur
dipindah ke cawan petri (Lowe, 1986)2. Pencatatan warna, diameter
koloni, zona difusi, zona jernih (Subba Rao, 1993; Ogimoto dan Imai, 1981)
Uji Aktivitas Enzim1. Isolat murni dikultur dalam
medium pertumbuhan cair metode Hungate (Bachruddin, 1985)
2. diukur aktivitas enzim selulase, silnase, dan lignase ( Efiok, 1996 dan Miller, 1959).
2
Sampel segar
saluran pencernaan kerbau, kuda
dan feses gajah
Isolat pendegradasi selulosa, silan
dan lignin dalam tabung Hungate
Isolat murni pendegradari
selulosa, silan dan lignin potensi tinggi dalam cawan petri
Isolat bakteri/Jamur yang memiliki aktivitas enzim lignoselulolitik tinggi
STARTER FERMENTASI PEROMBAK
SERAT KASAR
PATEN
C. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : (1) mengisolasi dan mengidentifikasi
secara morfologis bakteri dan jamur yang mampu merombak lignin, selulosa, hemiselulosa
(silan) dari saluran pencernaan herbivora secara anaerob. (2) menguji kemampuan
enzimatis masing-masing isolat lignoselulolitik dalam medium semi sintetik, dan (3)
memperoleh isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik berkemampuan tinggi sehingga
berpotensi untuk dipatenkan.
D. Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Isolasi bakteri selulolitik rumen telah sering dilakukan sebagai upaya mendapatkan
bakteri perombak selulosa dan hemiselulosa secara anaerob. Penelitian mengenai
kemampuan enzimatis dan formulasi media fermentasi bakteri selulolitik rumen juga telah
sering dilakukan ( Kurniawati, 1999; Wahyudi dan Bachruddin, 2004; 2005). Uji aktivitas
enzim selulase bakteri dan penggunan beberapa substrat alami seperti ampas tebu, daun
tebu kering dan jerami padi sebagai media selektif bakteri telah dilakukan sebelumnya oleh
peneliti. Penelitian lain mengenai isolasi bakteri perombak lignin (Martani, 2003) dan
jamur lignoselulolitik seresah akasia (Samingan, 1998) telah pula dilakukan, namun
keduanya menggunakan metode isolasi aerob.
Meskipun isolasi bakteri selulolitik rumen telah sering dilakukan, namun isolasi
bakteri dan jamur perombak lignin dari saluran pencernaan herbivora secara anaerob sejauh
ini belum pernah dilakukan. Bakteri dan jamur perombak lignin selama ini diduga ada di
dalam rumen dan kolon namun belum dibuktikan secara empirik. Eksplorasi lebih jauh
potensi bakteri dan jamur lignoselulolitik dari sekum dan kolon selama ini juga belum
banyak diteliti. Bakteri dan jamur lignoselulolitik dari sekum dan kolon mungkin memiliki
potensi sebagai perombak serat kasar lebih baik karena substrat yang tersedia di dalamnya
mengandung fraksi serat kasar tidak tercerna dalam rumen. Fenomena kelinci memakan
fesesnya sendiri dan gajah menyuapi feses kepada anaknya merupakan bentuk
penyempurnakan pencernaan pakan secara fermentatif dan pemanfaatan nutrisi pakan
3
berserat di saluran pencernaan bagian belakang oleh mikrobia lignoselulolitik pada
herbivora nonruminansia.
Isolasi bakteri dan jamur lignoselulolitik dari sekum dan kolon kerbau disamping
sebagai pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, eksplorasi potensi bakteri
dan jamur lignoselulolitik sekum dan kolon kuda serta feses gajah merupakan suatu hal
baru yang ditambahkan dalam penelitian. Dengan berbagai sumber mikrobia
lignoselulolitik saluran pencernaan herbivora diharapkan diperoleh isolat bakteri dan jamur
lignoselulolitik potensial sebagai inokulum fermentasi bahan pakan berserat secara
anaerob.
4
II. STUDI PUSTAKA
A. Bakteri perombak lignoselulosa
Beberapa kelompok bakteri dengan peran berbeda bekerja dalam keseluruhan
proses perombakan lignoselulosa secara anaerob. Perombakan itu secara alami terjadi di
dalam ekosistem anaerob seperti dalam sedimen tanah, lahan terendam air, tumpukan
kotoran ternak, atau di dalam saluran pencernaan ruminansia (Stams et al., 2003). Tiga
kelompok bakteri yang berperan dalam perombakan anaerob adalah: (1) Bakteri perombak
polimer dan monomer yang terdapat pada materi limbah dan menghasilkan terutama asetat
dan hidrogen, dan juga sejumlah asam lemak volatil seperti propionat dan butirat serta
alkohol, (2) Bakteri obligat asetogenik penghasil hidrogen yang mengkonversi propionat
dan butirat menjadi asetat dan hidrogen dan (3) Kelompok bakteri metanogenik penghasil
metan dari asetat atau hidrogen (Ahring, 2003).
1. Perombak lignin.
Penelitian mengenai perombakan lignin selama ini banyak dilakukan pada jamur
wood rot fungi, hanya beberapa penelitian yang melaporkan penggunaan bakteri sebagai
perombak lignin (Odier et al., 1981). Hasil penelitian Ruttimann et al., (1991)
menunjukkan bahwa bakteri memiliki kemampuan enzimatik dalam penggunaan senyawa
aromatik bercincin (aromatic ring) dan rantai samping yang ada pada lignin. Bakteri juga
berperan dalam perombakan lebih lanjut pada senyawa intermediate hasil perombakan
jamur (Ruttimann et al., 1991). Dua kelompok bakteri perombak lignin adalah
Pseudomonas dan Flavobacterium (Subba Rao, 2001). Genus bakteri perombak lignin
lainnya adalah Micrococcus dan Bacillus yang diisolasi dari sampah domestik (Martani et
al., 2003), kedua isolat ini dilaporkan mampu mendegradasi lignin masing-masing 75%
dan 78%.
Enzim perombak lignin dihasilkan oleh aktinobakteria dari genus Streptomyces.
Walaupun biodegradasi lignin umumnya terjadi secara aerob, namun beberapa peneliti
telah melaporkan bahwa mikrobia anaerob dalam rumen dipercaya dapat merombak lignin
(Peres et al., 2002), dan protein enzim serupa lakase dari bakteri telah diisolasi dan
digunakan dalam proses pembuatan kompos.
5
Beberapa penelitian mengenai perombakan anaerob untuk mengubah biomasa
lignoselulosa menjadi metan telah dilakukan, namun dibutuhkan pengembangan lebih
lanjut dalam teknologi ini, misalnya dengan pemilihan bakteri yang toleran terhadap
cekaman lingkungan agar diperoleh potensi ekonominya. Akin dan Benner (1988)
mengatakan bahwa bakteri rumen memiliki efektivitas lebih tinggi dibandingkan jamur
rumen dalam merombak lignin menjadi gas. Derivat lignin dalam lingkungan anaerob
merupakan prekursor pembentuk gas metan (Colberg, 2001).
2. Perombak selulosa.
Bakteri merombak selulosa secara ekstraseluler karena selulosa tidak larut air.
Mikrobia memiliki dua tipe sistem kerja enzim ekstraseluler: (1) Sistem hidrolitik, yaitu
dengan cara menghasilkan enzim hidrolase yang bekerja merombak selulosa dan
hemiselulosa, dan (2) Sistem oksidatif dan sekresi lignase ekstraseluler dengan cara
depolimerisasi lignin (Peres et al., 2002). Bakteri lignoselulolitik diyakini terdapat di dalam
saluran pencernaan ternak ruminansia (Peres et al., 2002), baik di dalam rumen, sekum
maupun kolon (Anonymous, 1991). Sekum dan kolon gajah serta kuda juga mengandung
mikrobia dengan komposisi mirip mikrobia rumen (Ullrey et al., 1997). Komposisi
mikrobia sekum dan kolon bagian depan mirip penyusun mikrobia rumen (DeGregorio et
al., 1984; Ullrey et al., 1997), bahkan feses kambing pada konsentrasi 160-170 gram per
liter aquades dapat pula digunakan sebagai sumber mikrobia pengganti cairan rumen
(Utomo et al., 2006). Mikrobia di dalam rumen terdiri atas bakteri (1010 – 1011 sel/gram isi
rumen), protozoa (105 – 106 sel /ml cairan rumen), dan jamur dalam jumlah sedikit
(Church, 1988; Soejono, 1990).
Berdasarkan jumlah dan kemampuan mencerna selulosa di dalam rumen, bakteri
selulolitik adalah kelompok mikrobia paling berperan. Kelompok bakteri selulolitik
tersebut adalah Fibrobacter succinogenes, Butirivibrio fibrisolven dan Ruminococcus
albus (Madigan et al., 1997; Weimer et al.,1999) (Tabel 2.1). Pada kondisi tertentu
beberapa spesies lain seperti Eubacterium cellulosolvens dapat menggantikan fungsi
bakteri selulolitik di dalam rumen. Bakteri selulolitik jenis lain adalah Clostridium
lochheadii dan beberapa spesies lainnya dianggap kecil perannya karena terdapat dalam
jumlah sedikit atau tidak konsisten keberadaannya di dalam rumen (Weimer et al.,1999).
6
Tabel 2.1. Bakteri selulolitik rumen ( Madigan et al., 1997; Weimer et al., 1999)
Organisme Bentuk Motilitas Produk FermentasiPencerna SelulosaF. succinogenes Batang - Suksinat, asetat, formatB. fibrisolvens Batang + Acetat, format, laktat,
butirat, H2 dan CO2
R. albus Coccus - Asetat, format, H2, CO2
Clostridium lochheadii
Batang + Asetat, format, butirat H2, CO2
Pada umumnya kelompok bakteri selulolitik dominan pada rumen bila ternak
mengkonsumsi hijauan tetapi bakteri selulolitik juga terdapat pada ternak yang
mengkonsumsi biji-bijian. Tiga spesies bakteri selulolitik bekerja berkompetisi
mendegradasi selulosa di dalam rumen. Dalam kondisi jumlah substrat cukup tersedia,
ketiga spesies tersebut terdapat dalam jumlah hampir seimbang tetapi bila jumlah substrat
terbatas populasi Ruminococcus flavifaciens akan lebih tinggi dibandingkan Fibrobacter
succinogenes dan Ruminococcus albus (Chen dan Weimer, 2001). Namun hasil penelitian
Berra-Maillet et al. (2004) menunjukkan bahwa populasi Fibrobacter succinogenes adalah
paling besar di dalam rumen sapi dan domba. Produk akhir hasil perombakan selulosa oleh
bakteri selulolitik adalah suksinat, asetat, format atau butirat. Ketiga spesies bakteri
selulolitik rumen memiliki karakteristik antara lain membutuhkan kondisi anaerob, dan
hanya dapat hidup pada kisaran pH yang sempit yaitu 6 – 7 (Weimer et al., 1999).
3. Perombak hemiselulosa (Silan).
Beberapa jenis bakteri rumen diketahui menghasilkan enzim silanase. Menurut
Peres et al. (2002) silanase bakteri pada umumnya lebih stabil pada pengaruh temperatur
dibandingkan silanase jamur. Enzim silanase termofilik dapat dihasilkan oleh kelompok
bakteri actinomycetes dan thermonospora. Enzim silanase actinobacteria bekerja aktif
pada kisaran pH 6,0 – 7,0 sedangkan silanase jamur bekerja optimal pada pH 4,5 – 5,5
(Peres et al., 2002).
Bakteri rumen perombak selulosa umumnya juga menghasilkan enzim
penghidrolisis hemiselulosa atau silan (Tabel 2.2).
7
Tabel 2.2. Bakteri rumen perombak silan ( Madigan et al., 1997)
Organisme Bentuk Motilitas Produk FermentasiPencerna HemiselulosaF. succinogenes Batang - Suksinat, asetat, formatB. fibrisolvens Batang + Acetat, format, laktat,
butirat, H2 dan CO2
R. albus Coccus - Asetat, format, H2, CO2
B. Jamur perombak lignoselulosa
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa jamur terbukti dapat ditemukan di
dalam saluran pencernaan herbivora. Rumen sapi, domba, rusa, kambing dan ruminansia
lainnya serta sekum kuda dan gajah semua mengandung jamur meskipun jumlahnya sedikit
(Jouany, 1991). Namun jamur dari saluran pencernaan herbivora memiliki tipe berbeda
dengan jamur dari tanah maupun lingkungan perairan (Joblin dan Naylor, 1989).
Jamur anaerob dapat mengkoloni lignoselulosa di dalam rumen sehingga
hubungan yang erat ini diduga menjadi dasar bahwa jamur rumen mampu merombak
komponen dinding sel tanaman (Jouany, 1991). Dinding sel yang tidak dapat dihidrolisis
oleh bakteri akan dirombak oleh jamur rumen. Rizobium atau hifa jamur rumen mampu
masuk ke dalam jaringan xylem, sclerenchym dan cuticula tanaman dan secara parsial
merombaknya (Akin dan Borneman, 1990).
Jamur rumen tumbuh dalam kisaran temperatur antara 33 – 41oC tanpa oksigen,
tidak memiliki sitokrom, menakuinon dan mitokondria, yang berarti hidupnya bergantung
sepenuhnya pada proses fermentasi untuk mendapatkan energi. Menurut Akin dan
Borneman (1990), jamur rumen dapat ditumbuhkan pada media semisintetik yang biasa
digunakan untuk bakteri rumen dengan mengatur pH antara 6,5 sampai 6,7 dan temperatur
39oC. Cairan rumen dapat diganti dengan campuran media mengandung ekstrak yeast,
tripton, hemin, dan asam-asam lemak volatil, sedangkan sulfur dapat ditambahkan untuk
memicu pertumbuhannya.
Kondisi alamiah yang spesifik dari zoospora dan obligat anaerob di dalam rumen,
menyebabkan klasifikasi jamur rumen agak berbeda dalam taksonomi jamur pada
umumnya. Jamur rumen dibagi menjadi dua kelompok spesies yaitu monosentris dan
8
polisentris (Akin dan Borneman, 1990; Jouany, 1991). Spesies monosentris hanya memiliki
satu spora dalam rizobiumnya, sedangkan spesies polisentris mengandung beberapa spora
dengan inti di dalamnya. Jamur monosentris rumen dikelompokkan menjadi tiga tipe
morfologis yaitu : (1) Neocallimastic sp. dengan spora poliflagella dan rizobium bercabang
banyak, (2) Piromonas sp. dengan spora monoflagella dan rizobium bercabang, dan (3)
Sphaeromonas sp. dengan zoospora monoflagella dan rizobium membengkak. Contoh
spesies monosentrik adalah Neocallimastix frontalis, Neocallimastix patriciarum,
Piromonas commuunis, Sphaeromonas commuunis, dan Sphaeromonas equi. Contoh jamur
polisentris rumen adalah Neocallimastix joyonii.
Jamur anaerob ditemukan di dalam rumen hewan ruminansia, sekum kuda dan
feses gajah (Akin dan Borneman, 1990). Namun hasil temuan lainnya menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan jenis jamur polisentris pada kerbau, sapi dan domba (Jouany, 1991).
1. Perombak lignin.
Jamur di alam merupakan perombak lignin paling efisien dan berperan penting
dalam siklus karbon. Jamur rumen juga berperan penting dalam proses perombakan lignin
(Madigan et al., 1997). Ciri khas jamur rumen terkait dengan fungsi nutrisi adalah
kemampuannya mengkoloni dinding sel tanaman pakan mengandung lignin dan
merombaknya. (Akin dan Borneman, 1990).
Spesies jamur perombak lignin dikelompokkan atas dasar warna saat fermentasi
substrat menjadi soft rot, brown rot dan white rot (Paul, 2007). Lebih lanjut Paul (2007)
mendiskripsikan ketiga kelompok jamur tersebut sebagai berikut : (1) Soft rot memiliki
kemampuan melepas rantai samping metil (R-O-CH3) dan membuka cincin aromatik,
namun tidak mampu merombak struktur lignin secara sempurna. Contoh : Chaetomium dan
Preussia. (2) Brown rot adalah jamur mayoritas perombak kayu. Brown rot tidak memiliki
enzim pembuka cincin tetapi mampu langsung merombak semua selulosa dan
hemiselulosa. Brown rot merombak lignin dengan cara demetilasi dan melepaskan rantai
samping metil menghasilkan fenol hidroksilat. Oksidasi struktur aromatik lignin
menghasilkan karakter warna coklat. Pemisahan polisakarida dari lignin terjadi secara
oksidasi non enzimatik melalui pembentukan radikal hidroksil (OH). Reaksi ini menjadikan
Brown rot mampu merombak struktur kayu tanpa merusak struktur lignin. Contoh: Poria
9
dan Gloeophyllum. (3) White rot adalah jamur paling aktif merombak lignin. Ada ribuan
spesies jamur white rot telah diketahui utamanya berasal dari kelompok basidiomisetes
dan askomisetes. Contoh basidiomisetes adalah Phanerochataete chrysosprium dan
Coriolus versicolor sedangkan contoh ascomisetes adalah Xylaria, Libertella dan
Hypoxylon. Jamur white rot memproduksi enzim lignolitik yang mampu bekerja
mengoksidasi pelepasan unit fenilpropanoid, demetilasi, mengubah gugus aldehid (R-
CHO) menjadi gugus karboksil (R-COOH), dan membuka cincin aromatik sehingga secara
sempurna merombak lignin menjadi CO2 dan H2O. Jamur white rot menghasilkan tiga
kelas enzim ektraseluler perombak lignin yaitu lakase pengoksidasi fenol, peroksidase
lignin, dan oksidase mangan.
2. Perombak selulosa.
Jamur anaerob perombak selulosa terbukti ada di dalam rumen dan diketahui
berperan aktif pada proses pencernaan serat kasar pakan. Semua jamur rumen perombak
lignoselulosa adalah perombak selulosa. Hasil fermentasi jamur rumen bermanfaat bagi
hewan inang maupun mikrobia lainnya di dalam rumen (Akin dan Borneman, 1990).
Spesies jamur rumen perombak selulosa umumnya bergantian antara bentuk
thallus dan flagella, dan dalam bentuk kultur murni terbukti dapat merombak selulosa
menjadi VFA (Madigan et al., 1997). Jamur rumen perombak selulosa diduga tidak
esensial karena jumlahnya sangat sedikit, namun diyakini memiliki peran sangat penting
dalam perombakan serat kasar pakan kualitas rendah, oleh karena itu diperlukan penelitian
perannya di dalam rumen (Jouany, 1991).
Beberapa kelebihan jamur selulolitik rumen menurut Akin dan Borneman, (1990)
adalah : (1) mampu menghasilkan enzim selulase dan silanase kadar tinggi, (2) mampu
mengkoloni jaringan dinding sel tanaman lebih baik dibandingkan bakteri, (3) hasil
inkubasi pakan berserat oleh jamur rumen lebih lunak dibandingkan oleh bakteri dan (4)
mampu bersintrofi dengan bakteri.
3. Perombak hemiselulosa.
Jamur rumen berperan penting dalam proses perombakan hemiselulosa (Madigan
et al., 1997). Semua jamur perombak selulosa umumnya adalah juga perombak
10
hemiselulosa (silan). Jamur rumen mampu menghasilkan enzim silanase lebih tinggi
dibandingkan jamur anaerob lainnya (Akin dan Borneman, 1990). Namun produksi
silanase tersebut dipengaruhi oleh adanya gula, jika terdapat gula maka produksi silanase
terhambat. Beberapa jenis jamur seperti Trichoderma reesei dan Penicillium chrysoporium
menghasilkan β-xylosidase yang memiliki ukuran lebih besar ( antara 90 - 122 kDa),
namun umumnya kurang populer dibandingkan endosilanase lainnya (Peres et al., 2002).
Endosilanase dan endoglukanase dari jamur rumen Neocallimastix frontalis mempunyai
aktivitas beberapa kali lebih tinggi dibandingkan endosilanase dan endoglukanase dari
jamur anaerobik lainnya.
11
III. METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan utama penelitian maka pelaksanaan penelitian dilakukan
dalam 2 tahap yaitu : (1) Isolasi bakteri dan jamur lignoselulolitik dari saluran pencernaan
herbivora (2) Uji kemampuan merombak senyawa lignoselulosa dalam medium
semisintetik oleh isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik.
A. Tahap I. Isolasi bakteri dan jamur lignoselulolitik saluran pencernaan kerbau,
kuda dan feses gajah.
Penelitian tahap I dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian pertama yaitu
mengisolasi dan mengidentifikasi secara morfologis bakteri dan jamur yang mampu
merombak lignin, selulosa, hemiselulosa (silan) dari saluran pencernaan herbivora
sekaligus membuktikan hipotesis pertama bahwa bakteri dan jamur lignoselulolitik
(selulolitik, silanolitik dan lignolitik) dapat diperoleh dari saluran pencernaan herbivora.
1. Bahan dan Alat.
Bahan penelitian tahap I meliputi sampel segar cairan rumen, sekum, dan kolon
kerbau; sekum dan kolon kuda serta feses gajah, digunakan sebagai sumber mikrobia.
Kerbau dipilih sebagai sumber mikrobia karena memiliki kemampuan memanfaatkan
pakan berserat lebih efisien (Kennedy et al., 1992) dan rumen kerbau mampu
menghasilkan koloni bakteri selulolitik lebih banyak dalam medium selektif (Wahyudi dan
Bachruddin, 2004) dibandingkan ternak ruminansia lain. Aktivitas selulase cairan rumen
kerbau juga lebih tinggi dari cairan rumen ternak ruminansia lainnya (Cahyono, 1994),
sedangkan kuda dan gajah dipilih untuk mewakili herbivora nonruminansia. Sekum dan
kolon kuda serta gajah mengandung mikrobia dengan komposisi mirip mikrobia rumen
(Ullrey et al., 1997).
Larutan pengencer, medium selektif bakteri dan medium selektif jamur digunakan
sebagai medium isolasi. Selulosa, silan dan asam tanat digunakan sebagai substrat dalam
medium selektif. Medium selektif bakteri menggunakan metode Hungate (Ogimoto dan
Imai, 1981; Bachrudin, 1985 yang dimodifikasi), dan medium selektif jamur menggunakan
Hungate (Lowe, 1986 yang dimodifikasi). Asam tanat dalam hal ini digunakan karena
memiliki struktur molekul mirip lignin sehingga dapat dipakai sebagai pengganti lignin
12
dalam proses perombakan lignin. Perombakan asam tanat ditandai dengan terbentuknya
zona berwarna coklat di sekitar koloni sehingga indikator warna tersebut dapat digunakan
untuk uji aktivitas lignoselulolitik secara semikuantitatif (Subba Rao, 1993; Martani, 2003).
Bakteri dan jamur yang diperoleh diidentifikasi dengan beberapa tahapan uji yaitu :
kepadatan koloni, morfologi koloni, dan mengukur diameter zona difusi koloni selulolitik,
silanolitik dan lignolitik (Subba Rao, 1993; Samingan 1998; Martani et al, 2003) guna
mengetahui potensi isolat bakteri dan jamur perombak selulosa, silan dan lignin.
Alat-alat utama yang digunakan adalah pembangkit gas CO2, anaerobic jar,
anaerobic generating kit, laminar air flow, water bath, pH meter, inkubator 39oC,
mikropipet, pengaduk magnetik, otoklaf, sentrifuse, mikroskop, kamera, jangka sorong
dan alat-alat gelas.
2. Metode Penelitian
Pengambilan dan penyiapan sampel sumber mikrobia (Lowe, 1986). Isi rumen,
sekum, kolon atau feses diambil segera setelah hewan dipotong atau feses diekskresikan.
Sampel dimasukkan dalam termos kaca berisi penuh air hangat (temperatur sekitar 39oC)
yang telah keluarkan isinya. Termos diisi penuh sampel, ditutup rapat agar terbebas dari
udara dan segera digunakan untuk penelitian.
Pengenceran sampel untuk penghitungan koloni. Sampel dari termos harus
terlindung dari O2 dan segera digunakan di laboratorium. 45 ml larutan pengencer (medium
No.14, Bryant and Burkey dalam Ogimoto and Imai, 1981) ditempatkan pada tabung steril
dan dialiri gas CO2, dan ditambahkan 5 gram isi rumen atau sampel sumber mikrobia.
Larutan 10-1 ini diaduk selama 5 menit. Selanjutnya sampel diencerkan menjadi
102,105,107,108 dan 109 sambil tetap dialiri CO2. Untuk mendapatkan hasil yang baik
diinokulasikan 0,5 ml dari tabung pengenceran 105 ke dalam medium selektif bakteri,
sedangkan ke dalam medium selektif jamur dinokulasikan 0,5 ml dari pengenceran 103.
Pembuatan ekstrak cairan rumen sebagai nutrien (Bachruddin, 1985,
Lampiran 9-13). Cairan rumen dipusingkan dengan sentrifu selama 10 menit pada 10.000
x g selama 30 menit dan disaring dengan kain kasa dobel.
Pembuatan larutan pengencer sampel anaerobik. Komposisi larutan pengencer
merupakan medium No.14 oleh Bryant and Burkey dalam Ogimoto dan Imai, (1981)
13
dengan komposisi 7,50 ml mineral I, 7,50 ml mineral II, 0,05g HCl-cistein; 0,30g
Na2CO3; 0,10ml Rezasurin 0,1% larutan; 100 ml H2O. Seluruh bahan tersebut dicampur
dalam tabung Erlenmeyer dan disterilisasi dengan otoklaf pada 15 lbs (121oC) selama 20
menit. Setelah dikeluarkan dari otoklaf pada temperatur 45 – 50oC tabung dialiri dengan
gas CO2 sampai indikator resazurin berubah dari warna pink menjadi tidak berwarna,
kemudian ditutup dengan penutup karet steril dan disimpan dalam refrigerator sebagai
sediaan.
Pembuatan larutan mineral. Mineral berupa formula larutan No. 32 sesuai
petunjuk Bryant and Burkey (Ogimoto and Imai, 1981; Bachrudin, 1985) dibuat dengan
cara menimbang 6 gram K2HPO4 dalam 1 liter aquades (mineral I). Sedangkan mineral II
dibuat dengan cara menimbang 6,0g KH2PO4; 12,0g (NH4)2SO4; 12,0g NaCl; 2,50g
MgSO4.7H2O; 1,20g CaCl2 dalam 1 liter aquades.
Pembuatan medium selektif dan cara isolasi bakteri lignoselulolitik. Mikrobia
dikultur pada medium selektif padat menggunakan metode Hungate (medium No. 6 dalam
Ogimoto and Imai, 1981; Lampiran 12 dalam Bachruddin, 1985). Selulosa (bubuk kertas
saring Whatman No. 1), silan, dan asam tanat digunakan sebagai substrat untuk masing-
masing isolasi bakteri selulolitik, silanolitik dan lignolitik.
Setiap satu liter medium mengandung 400 ml cairan rumen, 20 g agar, 1 ml
rezasurin 0,1% larutan, 150 ml larutan mineral I, 150 ml larutan mineral II, 250 ml
aquadest dan 2 g substrat. Semua bahan tersebut dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer
1000 ml dan dipanaskan pada 100oC selama 5 menit untuk menghomogenkan campuran
sambil dialiri gas CO2. Temperatur selanjutnya dijaga pada 45oC dalam water bath.
Suasana anaerob tercapai ditandai dengan hilangnya warna pink. Selanjunya 32,3 ml
sodium karbonat dan 16,7 ml HCl-cistein ditambahkan. Medium kemudian dibagi ke dalam
tabung Hungate sebanyak 4 ml per tabung sambil terus diisi gas CO2 dan disterilisasi
dengan otoklaf pada 121oC selama 20 menit. Dengan pipet steril selanjutnya 1 ml larutan
mikrobia dalam pengenceran 105 diinokulasikan segera ke dalam tabung pada temperatur
45oC dan diisi gas CO2. Tabung selanjutnya ditutup rapat dan digojok sampai homogen,
kemudian diputar di atas nampan berisi air es (rolling tube) sampai kondisi agar memadat.
Kultur selanjutnya diinkubasi pada 39oC selama 7 hari. Koloni bakteri yang tumbuh di
hitung dan diidentifikasi.
14
Seleksi koloni bakteri lignoselulolitik secara semikuantitatif. Koloni bakteri
lignoselulolitik yang tumbuh dalam medium roll tube secara individual dipilih dan
dipindahkan ke dalam medium padat cawan petri secara anaerob dengan metode overlay
(Lowe, 1986). Komposisi medium padat sama dengan medium selektif dengan
menambahkan 2 g ekstrak yeast sebagai pengkaya nutrien. Koloni diambil dari agar roll
tube menggunakan kawat iridium-platinum berujung runcing. Seluruh prosedur dikerjakan
secara anaerob menggunakan gas CO2 dengan indikator hilangnya warna pink dalam
medium padat cawan petri. Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada 39oC selama 7 hari
dalam anaerobic jar yang telah diisi anaerobic generating kit. Koloni bakteri yang tumbuh
diidentifikasi secara semikuantitatif dengan
Pembuatan medium selektif dan cara isolasi jamur lignoselulolitik. Mikrobia
dikultur pada medium selektif padat menggunakan metode Lowe, (1986) yang
dimodifikasi. Selulosa (bubuk kertas saring Whatman No. 1), silan, dan asam tanat
digunakan sebagai substrat untuk masing-masing isolasi bakteri selulolitik, silanolitik dan
liggnolitik sebagaimana digunakan pada medium selektif bakteri. Setiap 100 ml medium
mengandung 83 ml medium basal A, 0,2 g substrat dalam 10 ml aquadest, 5 ml Na2CO3
12% (w/v), 1 ml HCl-cistein 3% (w/v), 7,7 mg antibiotik (antibakteri spektrum luas) dan
1,8 g agar.
Semua bahan kecuali Na2CO3 12% (w/v) dan HCl-cistein 3% (w/v) dimasukkan ke
dalam tabung Erlenmeyer 100 ml, kemudian dipanaskan pada 100oC selama 5 menit untuk
menghomogenkan campuran sambil dialiri gas CO2. Temperatur selanjutnya dijaga pada
45oC dalam water bath. Suasana anaerob tercapai ditandai dengan hilangnya warna pink.
Selanjunya 5 ml Na2CO3 12% (w/v) dan 1 ml HCl-cistein ditambahkan. Medium kemudian
dibagi ke dalam tabung Hungate sebanyak 4 ml per tabung sambil terus diisi gas CO2 dan
disterilisasi dengan otoklaf pada 121oC selama 20 menit. Dengan pipet steril selanjutnya 1
ml larutan mikrobia dalam pengenceran 103 diinokulasikan segera ke dalam tabung pada
temperatur 45oC dan diisi gas CO2. Tabung selanjutnya ditutup rapat dan digojok sampai
homogen, kemudian diputar di atas nampan berisi air es (rolling tube) sampai kondisi agar
memadat. Kultur selanjutnya diinkubasi pada 39oC selama 5 hari. Koloni jamur yang
tumbuh di hitung dan diidentifikasi.
15
Pembuatan medium basal A. Setiap 1 liter medium basal A mengandung 2 g
ekstrak yeast, 2 g pepton, 150 ml cairan rumen, 75 ml larutan mineral I, 75 larutan mineral
II, 1 ml rezasurin 0,1%, dan aquadest sampai volume 1 liter. Semua bahan diisi gas CO2
dan disterilisasi, pH diatur 6,8 dan disimpan pada 4oC dalam ruang gelap sebagai sediaan.
Seleksi koloni jamur lignoselulolitik secara semikuantitatif. Koloni jamur
lignoselulolitik yang tumbuh dalam medium roll tube secara individual dipilih dan
dipindahkan ke dalam medium padat cawan petri secara anaerob dengan metode overlay
(Lowe, 1986) yang dimodifikasi. Komposisi medium padat dalam cawan petri sama dengan
medium selektif dengan menambahkan 1 ml vitamin B kompleks (larutan) sebagai
pengkaya nutrien. Koloni diambil dari agar roll tube menggunakan kawat iridium-
platinum berujung runcing. Seluruh prosedur dikerjakan secara anaerob menggunakan gas
CO2 dengan indikator hilangnya warna pink dalam medium padat cawan petri. Cawan petri
selanjutnya diinkubasi pada 39oC selama 5 hari dalam anaerobic jar yang telah diisi
anaerobic generating kit. Koloni jamur yang tumbuh diidentifikasi secara semikuantitatif
dengan mencatat warna, diameter dan zona difusi koloni (Subba Rao, 1993; Martani,
2003) serta zona bening (clear zome) disekitar koloni (Ogimoto and Imai, 1981).
Pengukuran diameter zona difusi dan zona bening koloni. Diameter zona difusi
dan zona bening di sekeliling koloni diukur dengan jangka sorong untuk menentukan
aktivitas semikuantitatif bakteri dan jamur selulolitik dan silanolitik, sedangkan
kemampuan lignolitik bakteri dan jamur ditentukan berdasarkan klasifikasi Subba Rao
(1993) dan Martani (2003) dari luas zona difusi berwarna coklat di sekeliling koloni pada
setiap isolat yang diinkubasi selama 6 hari. Klasifikasi tersebut adalah : Kelas 0 ; negatif,
tidak ada warna dibawah atau di sekeliling koloni, Kelas 1 ; terjadi pertumbuhan warna di
bawah atau di sekeliling koloni, Kelas 2 ; terjadi difusi warna coklat muda sampai coklat
tua di bagian bawah koloni, Kelas 3: terjadi difusi warna coklat muda sampai coklat tua di
bagian bawah koloni dengan jarak perluasan difusi warna 1 – 5mm, Kelas 4 : terjadi difusi
warna coklat muda sampai coklat tua di bagian bawah koloni dengan jarak perluasan 6 –
10mm, Kelas 5 : terjadi difusi warna coklat tua dengan jarak perluasan difusi lebih dari 10
mm.
3. Hasil yang diharapkan.
16
Penelitian ini diharapkan menghasilkan isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik
terbaik berdasarkan karakter morfologis sesuai substratnya.
4. Alur Penelitian
17
Isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik terbaik berdasarkan karakter morfologis dan aktivitas
semikuantitatif sesuai jenis substratnya
Pengukuran aktivitas lignoselulolitik semikuantitatif dengan mencatat warna, diameter dan zona difusi
koloni (Subba Rao, 1993; Martani, 2003) serta clear zone (Ogimoto dan Imai, 1981)
Identifikasimorfologis koloni bakteri dan jamur
lignoselulolitik
Medium selektif bakteri metode Hungate (Ogimoto and Imai, 1981; Bachrudin, 1985) dan selektif jamur metode
Hungate (Lowe, 1986) yang dimodifikasidengan substrat selulosa/silan/asam tanat
- Kerbau (cairan rumen, sekum dan kolon)- Kuda (cairan sekum dan kolon)
- Gajah (feses)
Anaerob Inkubasi 390C, 7 hr
Koloni bakteri dan jamur lignoselulolitik dimurnikan dalam medium padat cawan petri (sebagian disimpan dalam gliserol
pd -18oC sebagai sediaan untuk penelitian tahap II)
Anaerob Inkubasi 390C, 7 hr
B. Tahap II. Kemampuan merombak senyawa lignoselulosa oleh masing-masing
isolat dalam medium semisintetik.
Penelitian tahap II dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian kedua yaitu
menguji kemampuan masing-masing isolat lignoselulolitik yang telah diperoleh dari tahap I
dalam medium semi sintetik sekaligus membuktikan hipotesis kedua bahwa kemampuan
merombak senyawa lignoselulosa oleh masing-masing isolat berbeda. Kemampuan
merombak lignoselulosa diukur berdasarkan aktivitas enzim selulase, silanase dan lignase.
1. Bahan dan Alat
Bahan penelitian tahap II adalah isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik yang telah
diperoleh pada penelitian tahap I, medium pertumbuhan cair bakteri menggunakan metode
Hungate (Ogimoto and Imai, 1981; Bachrudin, 1985) yang telah dimodifikasi dan medium
pertumbuhan jamur menggunakan metode Lowe (1986) yang telah dimodifikasi serta
reagen uji aktivitas enzim selulase, silanase dan lignase menggunakan metode Efiok (1996)
dan Miller (1959).
Alat-alat utama yang digunakan adalah pembangkit gas CO2, laminar air flow, pH
meter, incubator 39oC, mikropipet, pengaduk magnetik, otoklaf, water bath, sentrifuse,
spektrofotometer, alat-alat gelas dan haemocitometer.
2. Metode Penelitian
Pembuatan medium pertumbuhan cair untuk bakteri. Isolat bakteri
ditumbuhkan pada medium cair menggunakan metode Hungate (Bachruddin, 1985 yang
telah dimodifikasi) dengan mencampur 150 ml larutan mineral I, 150 ml larutan mineral II,
1 ml rezasurin 0,1% (w/v) larutan, 2,00g substrat, 400 ml ekstrak cairan rumen, 2 g ekstrak
yeast sebagai pengkaya nutrien dan 250 ml aquadest dalam tabung Erlenmeyer 1000 ml.
Substrat yang digunakan adalah selulosa, silan, dan lignin disesuaikan dengan jenis uji
aktivitas enzim masing-masing bakteri. Semua bahan dimasukkan dalam tabung
Erlenmeyer dan dipanaskan 100oC selama 5 menit untuk menghomogenkan campuran
sambil dialiri gas CO2. Temperatur selanjutnya dijaga pada 45oC dalam water bath.
Suasana anaerob tercapai ditandai dengan hilangnya warna pink. Selanjunya 32,3 ml
18
sodium karbonat dan 16,7 ml HCl-cistein ditambahkan. Tabung Erlenmeyer kemudian
ditutup dengan karet penutup dan diklem dengan kawat lalu disterilkan beserta isinya pada
121oC selama 15 menit. Masing-masing medium sesuai jenis substratnya dibagi lagi
berdasarkan banyaknya isolat yang akan di ditumbuhkan dalam medium cair. Isolat dari
medium padat dilarutkan dalam larutan pengencer pada absorban 0,5 λ 600 diinokulasikan
ke dalam tabung Erlenmeyer sebanyak 10%, lalu inkubasikan pada suhu 39oC selama 7 hari
dan setiap hari digojok. Kultur medium cair selanjutnya digunakan sebagai sumber enzim.
Pembuatan medium pertumbuhan cair untuk jamur. Komposisi medium cair
dalam tabung Erlenmeyer sama dengan medium selektif jamur pada Tahap I dengan
menambahkan 1 ml vitamin B kompleks (larutan) sebagai pengkaya nutrien (Lowe, 1986)
yang dimodifikasi. Spora jamur dari medium agar dengan kepadatan tertentu ditera dengan
haemocitometer dalam larutan Tween 80 0,5% digunakan sebagai inokulum dalam medium
cair. Seluruh prosedur dikerjakan secara anaerob menggunakan gas CO2 dengan indikator
hilangnya warna pink. Kultur dalam Erlenmeyer selanjutnya diinkubasi pada 39oC selama 5
hari dan setiap hari digojok. Kultur medium cair selanjutnya digunakan sebagai sumber
enzim.
Pengujian aktivitas enzim. Ekstrak enzim diperoleh dengan cara mensentrifugasi
kultur medium cair pada 5000 rpm selama 15 menit pada suhu 4oC. Ekstrak enzim sesuai
jenis mediumnya diuji pada tiga macam substrat, masing-masing mengandung 1% kertas
saring Whatman No. 1/silan/lignin dalam buffer asetat 50 mM, pH 5,5. Masing-masing
larutan substrat dalam buffer diambil 8 ml, ditambah 1 ml sumber enzim dan 1 ml aquades.
Campuran larutan tersebut digojok dengan fortex, kemudian setiap 5 menit diukur
aktivitasnya dan diulangi 4 kali (20 menit). Pengukuran aktivitas spesifik dilakukan dengan
cara menghitung banyaknya produk yang dihasilkan dari reaksi enzim tersebut (Efiok,
1996). Produk yang diukur adalah gula reduksi (glukosa dari kertas saring Whatman, silosa
dari silan) dan vanilin dari lignin. Pengukuran produk yang dihasilkan, untuk gula reduksi
yaitu dengan cara mengambil 1 ml sampel ditambahkan pada 3 ml reagen dinitrosalisilat
(DNS) dan 1 ml aquades (Miller, 1959), sedangkan untuk vanilin, 1 ml sampel
ditambahkan pada 4 ml metanol, kemudian masing-masing diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer pada λ 560 nm untuk glukosa, 550 nm untuk silosa dan
335 nm untuk vanilin.
19
3. Hasil yang diharapkan.
Penelitian ini diharapkan menghasilkan isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik
terbaik berdasarkan karakter aktivitas enzim (biokemis), sehingga dapat dipilih sebagai
inokulum potensial.
4. Alur Penelitian
20
Isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik dari penelitian I
Medium semisintetik cair diperkaya metode Hungate ( Bachrudin, 1985) dan pertumbuhan jamur (Lowe, 1986)
dengan substrat selulosa/silan/lignin
UjiAktivitas silanase
(silan)
Uji aktivitas selulase(FPase)
Uji aktivitas lignase(lignin)
Isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik terbaik berdasarkan karakter biokemis (aktivitas enzim)
sesuai jenis substratnya
Anaerob , 390C, 5-7 hr
Metode Efiok (1996) dan Miller (1959)
IV. RANCANGAN PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Namun Analisis statistik
(variansi) tidak dilakukan dalam penelitian tahap I. Analisis data dilakukan secara diskriptif
dengan parameter kualitatif dan semikuantitatif. Warna, ukuran koloni, diameter zona
difusi dan zona jernih merupakan parameter kualitatif dan semikuantitatif. Analisis statistik
dilakukan pada tahap II untuk parameter aktivitas enzim FPase, silanase dan lignase
menggunakan analisis variansi menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial
dengan faktor perlakuan pertama berupa sumber isolat dan faktor kedua adalah jenis
substrat yang diulang tiga kali untuk mendapatkan tingkat kepercayaan cukup (Steel and
Torrie, 1993).
21
V. HASIL YANG DIHARAPKAN
Penelitian ini diharapkan menghasilkan luaran sebagai berikut :
Luaran Jangka Panjang:
1. secara teknis akan menjamin keberhasilan proses perombakan limbah mengandung
lignoselulosa di lingkungan usaha pertanian-peternakan.
2. secara ekonomis akan meningkatkan penghasilan petani-peternak karena terjadi
peningkatan efisiensi produksi bahan baku pakan dan pupuk organik.
3. aspek sosialnya akan membiasakan petani-peternak hidup dengan cara lebih bersih dan
sehat karena tidak ada lagi limbah di lingkungannya.
Luaran Jangka Pendek
1. diperoleh isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik dari saluran pencernaan herbivora.
2. didapatkan isolat bakteri dan jamur yang memiliki kemampuan sebagai agen biologis
dalam sistem fermentasi lignoselulosa secara anaerob.
3. didapatkan isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik yang memiliki kemampuan tinggi
sebagai starter pengolah limbah organik berserat (berpotensi paten).
Luaran Publikasi dan PatenRencana seminar nasional, publikasi jurnal, buku teks dan paten adalah sebagai berikut :No. Jenis Luaran Judul Keterangan1. Jurnal Nasional/
Internasional Terakreditasi
Isolation and Characterization of Colon’s Lignocellulolytic Bacteria as an Inoculum for Crude Fibre Degradation in Anaerobic Fermentation
Indonesian Journal for Microbiology, PERMI/ African Journal of Biotechnology
2. Seminar Nasional Potensi Jamur Lignoselulolitik saluran pencernaan herbivora sebagai inokulum fermentasi limbah organik berserat
Indonesian Biotecnology Conference 2009
3. Buku Teks Sistem Usaha Peternakan Tanpa Limbah Berbasis Reaktor Biogas
Edisi 2 (Revisi) UMM Press
4. Paten Starter Perombak Serat Kasar Mengandung Bakteri dan Jamur Lignoselulolitik
Pendaftaran melalui Sentra HKI UMM
22
VI. JADWAL DAN INDIKATOR KERJA
Kegiatan dan Indikator Kerja
No Kegiatan Pelaksanaan(Minggu ke)
Indikator Kerja
1. Preparasi alat dan bahan penelitian 1-4 Tersedianya seluruh alat dan bahan penelitian yang dibutuhkan
2. Isolasi Bakteri dan Jamur Lignoselulolitik dengan medium selektif padat dengan asam tanat, selulosa, dan silan sebagai media selektif
5-10 Diperoleh isolat dari 6 sumber mikrobia yang digunakan
3. Pembuatan kultur murni padat dalam cawan petri untuk masing-masing isolat
11-16 Diperoleh isolat murni (individual)
4. Mengamati karakter morfologis (warna, ukuran koloni, diameter zona difusi, zona jernih) isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik kultur murni
17-20 Diperoleh data dengan parameter karakter morfologis sebagai dasar seleksi pertama
5. Pembuatan kultur pertumbuhan cair untuk masing-masing isolat dan uji aktivitas enzim lignase, selulase, dan silanase
21-26 Diperoleh data potensi aktivitas enzim dari masing-masing isolat.
6. Analisis data, penyusunan laporan penelitian 27-28 Diperoleh laporan hasil penelitian
23
VII. PERSONALIA Nama Lengkap dan Gelar
Posisi Dalam Kegiatan
Gol/Pangkat/NIP
Jabatan Struktural/ Fungsional
Bidang Keahlian
Alokasi Waktu (jam/mg)
Ir.Ahmad Wahyudi, Mkes.
Peneliti Utama
IVb /Pembina 131929547
Lektor kepala
Biokimia/Teknologi Fermentasi
25
Mu’li Syafi’i Mahasiswa S1 (Skripsi)
- - - 20
Adi Nugraha Mahasiswa S1 (Skripsi)
- - - 20
Retno Setyawati, SPt
Analis Lab. - - Mikrobiologi 10
Rina Ispitasari, AmAk
Analis Lab - - Biokimia 10
24
VIII. PEMBIAYAAN
No. Uraian Jumlah (Rp)1. Gaji dan Upah 10.500.0002. Bahan Habis Pakai 22.600.0003. Peralatan 6.500.0004. Perjalanan 3.700.0005. Lain-lain 4.200.000
Biaya Total Penelitian 47.500.000
25
DAFTAR PUSTAKA
Ahring, B. K. 2003. Perspectives for anaerobic digestion. In : T. Scheper (Ed.), Advances in Biochemical Engineering/Biotechnology. 81 : 1-30. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Akin, D.E. and W. S. Borneman. 1990. Role of rumen fungi in fiber degradation. J. Dairy Sci. 73 : 3023-3032.
Anonymous. 1991. Biological Feed Additive. Kursus Singkat Penanganan Limbah Industri. PAU-Bioteknologi UGM, Yogyakarta.
Bachruddin, Z. 1985. Development of Ruminal Microflora in Goat ( Capra hircus), Thesis Program Pasca Sarjana, University of Philipines, Los Banos.
Berra-Maillet, C., Y. Ribot, and E. Forano. 2004. Fiber-degrading system of different strains of the genus fibrobacter, Appl Enviro.l Microbiol. Apr. : p. 2172-2179
Cahyono, E.W. 1994. Pengaruh Pakan Serat Kasar Dari Rumen Jerami Padi Terhadap Karakteristik Biokimiawi Cairan Rumen Ternak Ruminansia. Tesis S2. Program Studi Ilmu Peternakan, Universitas Gadjah Mada.
Chen, J. and P. J. Weimer. 2001. Competition among three predominant ruminal cellulolytic bacteria in the absence or presence of non-cellulolytic bacteria. J. Environ. Microbiol. 147: 21-30.
Church, D.C. 1988. Livestock Feeds and Feeding. Third Edition. Prentice Hall. International Ed. New Jersey.
Colberg P.J. 2001. Microbial Degradation of Lignin-derivat Compound Under Anaerobic Conditions, Stanford University Publ. USA.
DeGregorio, R.M., R.E. Tucker, G.E. Mitchell, and W.W. Gill. 1984. Acetate and propionate production in the cecum and proximal colon of lamb, J Anim Sci. : 58(1): 203-7 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?
Efiok, B. J. S. 1996. Basic Calculation for Chemical and Biological Analysis. AOAC International, Maryland, USA.
Flagel, T. W. and V. Meetivision. 1998. Livestock and Feeding. Fourth Editions, Durham and Doney, Oregon, USA
Hungate, R. 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press, New York.
Joblin, K. N. and G. E. Naylor. 1989. Fermentation of wood by rumen anaerobic fungi. FEMS Microbiol. Lett., 65: 111-122.
26
Jouany, J. P. 1991. Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. Institute National De La Recherche Agronomique, 147, Rue De I’Universite-75338 Paris Cedex 07.
Kennedy, P.M., C. S. McSweeney, Foulkes, A. John, A.C. Schlinka, R.P. Lefeuvre, and J.D. Kerr. 1992. Intake and digestion in swamp buffaloes and cattle : The digestion of rice straw (Oriza sativa), J. Agri. Sci., 119 (2) : 227-242
Krause D. O., S. E. Denman, R. I. Mackie, M. Morrison, A. L. Rae, G. T. Attwood, and C. S. McSweeney. 2003. Opportunities to improve fiber degradation in rumen: microbiology, ecology and genomics, FEMS Microbiol. Rev. 27: 663-669.
Kurniawati, A. 1999. Purifikasi dan karakterisasi selulase yang diproduksi oleh isolate mikrobia selulolitik rumen kerbau. Tesis S2. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Lowe, S. E. 1986. The Physiology and Cytology of Anaerobic Rumen Fungus, A Thesis Submitted to the University of Manchester for the Degree of PhD. Department of Botany, Faculty of Science.
Madigan, M. T., J. M. Martinko, and J. Parker. 1997. Biology of Microorganisms, 8th ed., Prentice Hall International, Inc.
Martani, E., N. Haedar dan S. Margino. 2003. Isolasi dan karakterisasi bakteri pendegradasi lignin dari beberapa substrat alami. Gama Sains V (2) : 32 – 35.
Miller, G. L. 1959. Use of dinitrosalisylic Acid reagent. Method for determination of reducing sugar. Anal. Chem. 31 : 426-428
Odier, E., G. Janin and B. Monties. 1981. Poplar lignin decomposition by Gram-negative aerobic bacteria, Appl. Environ. Microbiol. p. 337-341.
Ogimoto, K. and S. Imai. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Scientific Societies Press, Tokyo.
Paul, E. A. 2007. Soil Microbiology, Ecology and Biochemistry. Elsevier Inc. Canada.
Peres, J., J. Munoz-Dorado, T. de la Rubia, and J. Martinez. 2002. Biodegradation and biological treatment of cellulose, hemicellulose and lignin: an overview. Int. Microbiol. 5 : 53-56.
Ruttimann, C., R. Vicuna, M.D. Mozuch, and T.K. Kirk. 1991. Limited bacteria mineralization of fungal degradation intermediate from synthhetic lignin. Appl. Environ. Microbiol. p. 3652 – 3655.
Samingan. 1998. Biodegradasi seresah Acacia mangium Wild oleh Jamur lignoselulolitik. Tesis S2. Program Studi Biologi-MIPA, Universitas Gadjah Mada.
27
Soejono, M. 1990. Simbiosis Ruminansia, Kursus Singkat Ekologi Mikrobia. PAU Bioteknologi-UGM. Yogyakarta.
Stams, A. J. M., S. J. W. H. O. Elferink, and P. Wastermann. 2003. Metabolic interactions between methanogenic consortia and anaerobic respiring bacteria. In : T. Scheper (Ed.), Advances in Biochemical Engineering/Biotechnology, 81 : 31-56. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Subba Rao, N.S. 1993. Biofertilizers in Agriculture and Forestry, 3th ed. International Science Publisher, New York.
Subba Rao, N.S. 2001. Soil Microbiology, 4th ed. Science Publishers Inc. New Hampshire 03748.
Ullrey, D. E., S. D. Crissey, and H. F. Hintz. 1997. Elephants : Nutrition and Dietary Husbandry, Michigan State University. www.nagoline.net/Technical %20Papers/NAGFS00497Elephants-JONIFEB24,2002MODIFIED2.pdf
Utomo, R., Z. Bachruddin, B. P. Widyobroto, M. Soejono, dan R. Antari. 2006. Pemanfaatan feses kambing sebagai sumber mikrobia dan enzim mikrobia pengganti cairan rumen, Buletin Peternakan. 30 (3) : 106-114
Varga, G. A. and E. S. Kovler. 1997. Microbial and animal limitation to fiber digestion and utilization. J. Nutr. 127 (5) : 819-823
Wahyudi, A. dan Z. Bachruddin. 2004. Isolasi mikrobia selulolitik cairan rumen beberapa ternak ruminansia (kerbau, sapi, kambing dan domba) sebagai probiotik pakan sapi. Jurnal Ilmiah Terakreditasi Fakultas Peternakan-Perikanan UMM. 11 (2) : Hal. 181-185
Wahyudi, A. dan Z. Bachruddin. 2005. Aktivitas enzim selulase ekstraseluler bakteri rumen kerbau, sapi, kambing dan domba pada beberapa kultur fermentasi : Upaya mendapatkan starter probiotik bagi ternak ruminansia. Proseding Seminar Nasional ”Pengembangan Usaha Peternakan berdaya Saing di Lahan Kering” . Edisi Pertama, Fakultas Peternakan UGM. Hal. 342-347
Weimer, P. J., G.C. Waghorn, and DR. Merten S., 1999. Effect of diet on population of three species of ruminal cellulolytic bacteria in lactating dairy cows. J. Dairy Sci. 82 : 122-134
Wanapat, M., 2001, Swamp buffalo rumen ecology and its manipulation, Proceedings bufallo workshop, December. http://www.mekarn.org/procbuf/wanapat.htm
28
LAMPIRAN 1.
BIODATA PENGUSUL HIBAH PENELITIAN PROGRAM DOKTOR
I. IDENTITAS DIRI1.1. Nama Lengkap Ir. Ahmad Wahyudi, Mkes. L/P1.2. Jabatan Fungsional Lektor Kepala1.3. NIP. 131 929 5471.4. Tempat dan Tanggal Lahir Magetan, 9 Nopember, 19651.5. Alamat Rumah Pondok Bestari Indah C2/263 Malang1.6. Nomor Telepon/ Faks (0341) 466629 / -1.7. Nomor HP 08113609271.8. Alamat Kantor Jl. Raya Tlogomas 246 Malang 651441.9. Nomor Telepon/ Faks (0341) 464318 / (0341) 4607821.10. Alamat Email [email protected]
II. RIWAYAT PENDIDIKAN2.1. Program S1 S2 S32.2. Nama PT Fak. Peternakan
UGMProgram Pascasarjana UGM
Sekolah Pascasarjana UGM
2.3. Bidang Ilmu Biokimia Nutrisi IKD-Biokimia Bioteknologi2.4. Tahun Masuk 1984 1993 20062.5. Tahun Lulus 1989 1996 -2.6. Judul
Skripsi /Tesis/Rencana Disertasi
Pengaruh Penggantian Jagung Kuning dengan Tepung Karak dan Wortel terhadap Pigmentasi Yolk
Peningkatan Toleransi S. Erytthrea CCRC 11513 terhadap Minyak Sawit Sebagai Praprekursor Eritromisin dengan Cara Induksi
Penggunaan Bakteri dan Jamur Lignoselulolitik Saluran Pencernaan Herbivora untuk Meningkatkan Kecernaan Serat Kasar
2.7. Nama Pembim- bing/Promotor
Dr. Ir. Ali Wibowo, MSc. dan Ir. Lies Mira Yusiati, SU.
Prof. Dr. Dr. H. M. Ismadi dan Dra. Retno S. Sudibyo, Apt. MSc
Prof.Dr.Ir. Zaenal Bachruddin, MSc., Prof.Dr.drh. M. Soejono, MSc. dan Dr. Ir. M. Nur Cahyanto, MSc.
III. RIWAYAT PENELITIAN (bukan Skripsi maupun Tesis) 5 Tahun
Terakhir
No. Tahun Judul PenelitianPendanaan
Sumber Jumlah (Rp)
1. 2008 Pengembangan Inokulum Fibrolitik Tahan Antibiotik
Uber HKI-Dirjen DIKTI
20.000.000,-
29
sebagai Probiotik Pakan Ternak2. 2007 Pengembangan Starter
Fermentasi Produksi Biogas dengan Reformulasi Isolat Bakteri Fibrolitik
PHB I dan II, Dirjen DIKTI
77.000.000,-
3. 2006 Pengkajian Kualitas Probiotik terhadap Produktivitas Daging dan Susu di Jawa Timur
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur
152.152.500,-
4. 2005 Pengembangan Starter Bakteri Selulolitik Pengolah Limbah Organik dan Produksi Biogas
Uber HKI-Dirjen DIKTI
15.000.000,-
5 2004 Peningkatan Kemampuan Bakteri Selulolitik Cairan Rumen untuk Probiotik Ternak Ruminansia
Uber HKI-Dirjen DIKTI
15.000.000,-
IV. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM
JURNALNo. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/
NomorNama Jurnal
1. 2008 Enhanced Fermentation Starter for Biogas Production by Formulation of Rumen and Sheep’s Colon Fibrolytic Bacteria
ISBN 978-979-796-100-8
Proceeding the International Research Seminar, Muhammadiyah University of Malang, 7-8 November, 2008
2. 2008 Formulation of Cellulolytic Bacteria and Colon’s Liquid as fermentation Inoculum for Fiber Degradation and Biogas Production
In press Proceeding the 4th Indonesian Biotechnology Conference, Bogor, 5-7 August 2008
3. 2007 Evaluasi Daya Hidup Bakteri Selulolitik dalam Urea Molases Mineral Probiotik Blok (UMMPB)
ISBN 978-979-16617-0-6
Proseding Seminar Nasional Kearifan Lokal dalam Penyediaan serta Pengembangan Pakan dan Ternak di Era Globalisasi, AINI-Fak Peternakan UGM
4. 2007 Evaluasi Penggunaan Urea Molases Mineral Probiotik Blok (UMMPB) pada Sapi Perah Laktasi Terhadap Produksi dan Kualitas Susu
ISBN 979-796-020-X
Proseding Seminar Nasional Rekonstruksi Bidang Peternakan dalam Swasembada Pangan, Fak. Peternakan UMM
5. 2005 Aktivitas Enzim Selulase Ekstraseluler Bakteri Rumen Kerbau, Sapi, Kambing dan Domba pada Beberapa Kultur Fermentasi : Upaya mendapatkan Starter Probiotik bagi ternak ruminansia
ISBN 979-97243-4-1
Proseding Seminar Nasional ”Pengembangan Usaha Peternakan berdaya Saing di Lahan Kering” Fak.Peternakan UGM-Puslitbang Petrnakan DEPTAN.
6. 2005 Evaluasi Titer Enzim dan 11 (1) Jurnal Ilmiah Terakreditasi
30
Kecernaan Fibrolitik (in vitro) Cairan Rumen Dengan Introduksi Bakteri Selulolitik.
ISSN 1410.3281
Fakultas Peternakan-Perikan an UMM.
7. 2005 Ketersediaan N, P, K pada Manure Sapi Perah dengan Introduksi Bakteri Selulolitik.
In press Proseding Seminar Nasional ”Prospek Pengembangan Peternakan tanpa Limbah” Program Studi Peternakan UNS
8. 2004 Isolasi mikrobia selulolitik cairan rumen beberapa ternak ruminansia (kerbau, sapi, kambing dan domba).
11 (2)ISSN 1410.3281
Jurnal Ilmiah Terakreditasi Fakultas Peternakan-Perikan an UMM.
9. 2004 Evaluasi konsumsi bahan kering dan kecernaan energi pada domba ekor gemuk dengan penambahan probiotik.
21 (1)ISSN 1410.3281
Jurnal Ilmiah Terakreditasi Fakultas Peternakan-Perikan an UMM.
V. PENGALAMAN PENULISAN BUKUNo. Tahun Judul Buku Jumlah
HalamanPenerbit
1. 2007 PROBIOTIK, Konsep dan Penerapan pada Ternak Ruminansia
155 UMM PressISBN: 979-796-032-3
2. 2007 Bugar dengan Susu Fermentasi 211 UMM PressISBN: 978-979-796-042-1
3. 2008 Manajemen Peternakan Tanpa Limbah Berbasis Reaktor Biogas
196 UMM PressISBN: 978-979-796-016-2
4. 2009 Mengenal Virus Flu Burung dan Cara Pengendaliannya
147 UMM PressISBN: 978-979-796-015-3
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan sebagai salah satu syarat pengajuan hibah penelitian untuk mahasiswa Program Doktor.
Yogyakarta, 20 Pebruari, 2009
Ir. Ahmad Wahyudi, M.Kes.NIP : 131 929 547
31
32
LAMPIRAN 2.JUSTIFIKASI ANGGARAN
Rekapitulasi biaya yang diusulkanNo. Uraian Jumlah (Rp)1. Gaji dan Upah 10.500.0002. Bahan Habis Pakai 22.600.0003. Peralatan 6.500.0004. Perjalanan 3.700.0005. Lain-lain 4.200.000
Biaya Total Penelitian 47.500.000
1. Gaji dan UpahNo. Pelaksana kegiatan Jumlah Jumlah
Jam/mingguHonor/Jam Biaya
(Rp)1. Peneliti 1 25 7.000 4.900.0002. Asisten Peneliti 1 20 5.000 3.360.0003. Analis Lab. 2 10 4.000 2.240.000
Jumlah Biaya 10.500.000
2. Bahan Habis PakaiNo. Bahan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
Kertas A4 80g 3 rem 35.000 105.000Spidol permanen 2 bh 40.000 80.000Flash disc 1 bh 150.000 150.000Disket 10 bh 5.000 50.000CD-RW 5 bh 5.000 25.000Cartridge 1 bh 375.000 375.000Cutter 1 bh 20.000 20.000Gunting 2 bh 15.000 30.000Transparant sheet 1 set 75.000 75.000Kertas foto 2 set 60.000 120.000Selotip 5 bh 5.000 25.000Tinta refil 2 x 30.000 60.000Kertas label 3 set 10.000 30.000Selulosa (Sigma) 100g 1 x 700.000 700.000Xylan (Sigma) 50g 1 x 2.500.000 2.500.000Selubiosa (Sigma) 25g 1 x 2.500.000 2.500.000Lignin (Aldrich) 100g 1 x 1.750.000 1.750.000Asam Tanat (Aldrich) 50g 1 x 1.750.000 1.750.000Resazurin (Sigma) 5 g 1 x 1.500.000 1.500.000Agar (Merck) 1000g 1 x 1.725.000 1.725.000Mineral 1 5lt 5 x 60.000 300.000Mineral 2 5lt 5 x 60.000 300.000Cystein HCl 10g 1 x 720.000 720.000
33
Larutan pengencer 3lt 3 x 35.000 105.000KH2PO4 100g 1 x 600.000 600.000K2HPO4 100g 1 x 500.000 550.000MgSO4 100g 1 x 450.000 450.000Na2CO3 100g 1 x 375.000 375.000Alumunium foil 10 rol 10 x 55.000 550.000Kertas payung 200lbr 200 x 1.400 280.000Karet gelang 2kg 2 x 20.000 40.000Masker 1 pak 1 x 525.000 525.000Sarung tangan 1 pak 1 x 575.000 575.000Spiritus 10lt 10 x 36.000 360.000Alkohol 10lt 10 x 31.000 310.000Gas CO2 45kg 1.740.000 1.740.000Anaerobik gen. kit 2 box 2x 450.000 900.000Kapas 2 kg 2x 50.000 100.000Kain kassa 1 roll 1 x 50.000 50.000Aquadest 50 lt 50x 4.000 200.000
Jumlah Biaya 22.600.000
3. PeralatanNo. Jenis Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
Erlenmeyer 250ml 12 bh 12 x 45.000 540.000Erlenmeyer 500ml 12 bh 12 x 55.000 660.000Erlenmeyer 1000ml 6 bh 6 x 85.000 510.000Gelas ukur 10ml 6 bh 6 x 50.000 300.000Gelas ukur 50ml 2 bh 2 x 150.000 300.000Tabung Hungate 60 bh 60 x 15.000 900.000Botol serum 1000ml 18 bh 18 x 15.000 270.000Botol serum 250ml 60 bh 60 x 6.000 360.000Petri disk diameter 6 cm 60 bh 60 x 14.500 870.000Eppendorf 1 pak 1 x 800.000 800.000Termos (Sampling) 130ml 18 bh 18 x 15.000 270.000Anaerobic jar (Toples kedap)
12 bh 12 x 60.000 720.000
Jumlah Biaya 6.500.000
4. PerjalananNo Tujuan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)1. Lokal di Jogja 7 bln x 1 orang
Gol IVb 100.000 700.000
2. Kudus (Pengambilan sampel isi saluran pencernaan kerbau)
3 x 1 orang Gol IVb
600.000 1.800.000
3. Bogor (Seminar Nasional Mikrobiologi)
1 orang Gol IVb
1.200.000 1.200.000
Jumlah Biaya 3.700.000
34
5. Lain-lainNo Uraian Kegiatan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)1. Administrasi Lab.
Lab. Biokimia dan Nutrisi Fak. Peternakan UGM
2 smt 1.200.000 1.200.000
2. Analisis data, pembuatan dan penggandaan laporan
10 eks 500.000 500.000
3. Browsing dan fotocopy pustaka
- 500.000 500.000
4. Pendaftaran paten 1 kali 1.000.000 1.000.0005. Publikasi Jurnal 1 kali 1.000.000 1.000.000
Jumlah Biaya 4.200.000Total Biaya Penelitian 47.500.000
35
PROPOSAL
HIBAH PENELITIAN UNTUK PROGRAM DOKTOR TAHUN ANGGARAN 2009
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI SERTA JAMUR LIGNOSELULOLITIK SALURAN PENCERNAAN KERBAU, KUDA DAN FESES
GAJAH
Diajukan oleh :
Ahmad Wahyudi06/09-I/1943/PS
FAKULTAS ANTAR BIDANGPROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA 2009
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian Isolasi dan karakterisasi bakteri serta jamur
36
Nomor ID 06/09-I/1943/PSKlaster Antar BidangBidang Ilmu Bioteknologi
lignoselulolitik saluran pencernaan kerbau, kuda dan feses gajah.
2. Judul Disertasi Penggunaan bakteri dan jamur lignoselulolitik saluran pencernaan herbivora untuk meningkatkan perombakan serat kasar.
3. Peneliti3.1. Data Pribadi
a. Nama Lengkap Ir. Ahmad Wahyudi, Mkes.b. NIP 131 929 547c. Jenis Kelamin Laki-lakid. Gol./Jab. Fungsional IVb/ Lektor kepalae. Fakultas/Jurusan Peternakan/Produksi Ternakf. Bidang Ilmu Biokimia dan Teknologi Fermentasig. Alamat Kantor Kopertis Wilayah VII dpk pada Fakultas
Peternakan Univ. Muhammadiyah Malang Telepon/Faks (0341) 464318 ext. 175 / (0341) 460782 Email [email protected]. Alamat Rumah Pondok Bestari Indah Blok C2 No 263,
Landungsari, Malang Telepon/HP (0341) 466629/ 0811360927
3.2. Pembimbing Utama Prof. Dr. Ir. Zaenal Bachruddin, MSc.3.3. Anggota Pembimbing 1 Prof (Emer). Dr. drh. M. Soejono, MSc., MS. 3.4. Anggota Pembimbing 2 Dr. Ir. M. Nur. Cahyanto, MSc.3.5. Anggota Pembimbing 3 -4. Program Studi S3 Bioteknologi5. Fakultas/Sekolah Pascasarjana Antar bidang/ Universitas Gadjah Mada6. Jangka Waktu Penelitian 7 (tujuh) bulan7. Lokasi Penelitian Lab. Biokimia Nutrisi Fakultas Peternakan dan
Lab. Mikrobiologi Pusat Studi Bioteknologi Universitas Gadjah Mada
8. Pembiayaan Rp. 49.510.000Menyetujui Menyetujui Yogyakarta, 20-02-2009 Direktur Pascasarjana Pembimbing Ketua Peneliti
Prof. Dr. Irwan Abdullah Prof. Dr. drh. M. Soejono Ir. Ahmad Wahyudi, MKesNIP. 131 851 818 NIP. 131 212 040 NIP. 131 9929 547
MenyetujuiKetua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM
Prof. Dr-Tech. Ir. Danang Parikesit, M.Sc.NIP. 131 887 481
37
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kecernaan lignoselulosa yang merupakan faktor pembatas dalam perombakan polisakarida sebagai sumber energi murah pada sistem fermentasi anaerob menggunakan bakteri dan jamur lignoselulolitik yang diisolasi dari saluran pencernaan herbivora. Kerbau, kuda dan gajah dipilih sebagai sumber bakteri dan jamur lignoselulolitik karena ketiganya merupakan representasi herbivora pemakan serat kasar berkualitas rendah sebagai sumber energi utama.
Bakteri dan jamur lignoselulolitik diisolasi dengan medium selektif metode Hungate (Ogimoto dan Imai, 1981; Bachruddin, 1985 dan Lowe, 1986) menggunakan selulosa, silan dan asam tanat sebagai substrat selektif. Identifikasi morfologis koloni bakteri dan jamur lignoselulolitik dilakukan dengan pemurnian mikrobia melalui pemindahan isolat dari kultur tabung Hungate ke kultur cawan petri. Pencatatan warna, ukuran koloni, diameter zona difusi (Subba Rao, 1993), dan zona jernih (Ogimoto dan Imai, 1981) dilakukan sebagai parameter identifikasi. Rasio aktivitas lignoselulolitik dihitung dari perbandingan antara diameter zona difusi dengan diameter koloni. Isolat bakteri dan jamur lignoselulolitik terbaik berdasarkan karakter morfologis dan aktivitas semikuanttitatif perombakan substrat selanjutnya akan digunakan sebagai inokulum fermentasi perombakan selulosa, silan dan lignin secara enzimatis.
38
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Permasalahan......................................................................................... 3
C. Keaslian Penelitian ................................................................................ 3
D. Tujuan ................................................................................................... 4
E. Manfaat .................................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI................................. 6
A. Tinjauan Pustaka.................................................................................... 6
1. Lignoselulosa.................................................................................... 6
2. Bakteri perombak lignoselulosa ...................................................... 17
3. Jamur perombak lignoselulosa......................................................... 21
4. Interaksi mikrobia perombak lignoselulosa...................................... 26
B. Landasan Teori....................................................................................... 29
C. Hipotesis Penelitian................................................................................ 30
III. METODE PENELITIAN........................................................................... 31
A. Tahap I. Isolasi bakteri dan jamur lignoselulolitik................................ 31
B. Tahap II. Kemampuan merombak senyawa lignoselulolitik................. 38
C. Tahap III. Perombakan jerami padi dalam cairan rumen oleh .............. 41
D. Alur Penelitian....................................................................................... 46
E. Jadwal Penelitian.................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 50
LAMPIRAN..................................................................................................... 55
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... 60
39