PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR … · siswa kelas v sd negeri karangmloko 1 pada...
Transcript of PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR … · siswa kelas v sd negeri karangmloko 1 pada...
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGMLOKO 1 PADA MATERIKPK
DAN FPB MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Faisal Arif Rifai
NIM : 121134205
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGMLOKO 1 PADA MATERIKPK
DAN FPB MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Faisal Arif Rifai
NIM : 121134205
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
1. ALLAH SWT yang selalu memberikan karunia dalam kehidupan saya.
2. Orang tua saya, Bapak Suharto dan Ibu Umi Musyayadah yang selalu
menemani dan mendukung setiap langkah-langkah kehidupan saya.
3. Kakak saya mbak Lita dan mas Dodo yang selalu mendukung dan
membantu saya dalam setiap perjalanan kuliah saya.
4. Sahabat-sahabat saya Assa Prima Sekarini,Frengki Widiyatmoko ,
Muhamad Yusuf arofiq, Ririn Septianingrum, Armi Yustina, Arum Purna
Andari, Leni setiyaningsih, dan Dwi Marginingsih yang telah memberikan
semangat dan keceriaan selama menempuh pendidikan di PGSD.
5. Karyawan saya Febri, Achadi, Edi, Dani, Yoto, Saroh, Sri, Sari, Nana yang
selalu membantu saya mencari rezeki hingga saya dapat menyelesaikan
kuliah saya.
6. Seluruh warga SD Negeri Karangmloko 1 terimakasih atas bantuan, dan
perhatian yang diberikan.
7. Seluruh anggota tim balap KMS Faisal Group yang selalu memberikan
motivasi agar saya dapat menjadi sarjana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Keberhasilan adalah sebuah proses. Niatmu adalah awal keberhasilan.Peluh
keringatmu adalah penyedapnya.Tetesan air matamu adalah pewarnanya. Doamu dan
doa orang-orang isekitarmu adalah bara api yang mematangkannya. Kegagalandi
setiap langkahmu adalah pengawetnya.aka dari itu, bersabarlah! Allah selalu
menyertai orang-orang yang penuh kesabaran dalam roses menuju keberhasilan.
Sesungguhnya kesabaran akan membuatmu mengerti bagaimana cara mensyukuri arti
sebuah keberhasilan
ى ِفى ى فى َم ِف ْن ِف ى َم ُه َم ى ِففى َم َم ِفى اْن ِف ْن ِف ى َم ى َم َم َم ْن
„‟Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah „‟
(HR.Turmudzi)
“Intelligence is not the determinant of success, but hard work is the real
determinant of your success.”
Kecerdasan bukan penentu kesuksesan, tetapi kerja keras merupakan penentu
kesuksesanmu yang sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 6 Juni 2016
Yang membuat pernyataan,
Faisal Arif Rifai
NIM: 121134205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Faisal Arif Rifai
Nomor Mahasiswa : 121134205
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGMLOKO 1 PADA MATERI KPK
DAN FPB MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL.
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 6 Juni 2016
Yang menyatakan,
Faisal Arif Rifai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD
Negeri Karangmloko 1 Pada Materi KPK dan FPB Melalui Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual
Faisal Arif Rifai (121134205)
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika dan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran
2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) memaparkan penerapan pendekatan
kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir
kritis siswa; (2) mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa dengan
menggunakan pendekatan kontekstual pada materi KPK dan FPB; dan (3)
mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan
pendekatan kontekstual pada materi KPK dan FPB.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.Subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 yang berjumlah 33
siswa.Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar pada
mata pelajaran matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa.Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, kuesioner dan soal
evaluasi essay.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Langkah-langkah pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
(1)relating, (2)applying,(3)experiencing,(4)cooperting, dan (5) transfering.
Peningkatan hasil belajar ditunjukkan pada, kondisi awal rata-rata hasil belajar, yaitu
60,73 dengan persentase ketuntasan 39%, meningkat pada siklus I rata-rata hasil
belajar menjadi 65,76 dengan persentase ketuntasan 64%, pada siklus II rata-rata hasil
belajar menjadi 73,33 dengan presentase ketuntasan 82%. Kemampuan berpikir kritis
siswa menunjukkan, kondisi awal nilai kemampuan berpikir kritis siswa 57,45 pada
kriteria “tidak kritis”, meningkat menjadi 67,06 pada kriteria “cukup kritis” pada
siklus I,dan meningkat lagi menjadi 71,82 pada siklus II. Presentase jumlah siswa
yang minimal cukup kritis pada kondisiawal 42%, meningkat menjadi 64% pada
siklus I, dan meningkat lagi menjadi 82% pada siklus II.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis, Kontekstual atau CTL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The Improving Learning Outcomes and Critical Thinking Skill of the Fifth
Graders of SD Negeri Karangmloko 1 on the KPK and FPB material through
Contextual Learning Approach
Faisal Arif Rifai (121134205)
Sanata Dharma University
2016
This research motivated by the result of learning math and critical thinking
skill of the fifth graders of SD Negeri Karangmloko 1 of the school year 2015/2016 is
low. This research aims to; (1) describes the application of contextual approach to
improve the learning outcomes in mathematics and critical thinking skill of the
students; (2) improves and know the improvement of the students’ learning outcomes
by using a contextual approach on the KPK and FPB material; and (3) increase and
determine the increase of students' critical thinking skill by using a contextual
approach to the KPK and FPB material.
This type of the research is classrooms action research. The subject of this
research is the students of fifth graders of SD Negeri Karangmloko 1 and consists of
33 students. The object of this research is to increase the learning outcomes in
mathematics and critical thinking skill of the students. The instrument that is used of
this research, they are interviews, observation, questionnaire and essay evaluation
questions. The data analysis technique that is used in this research is an analysis of
quantitative and qualitative data.
The steps of contextual learning approach are: (1) Relating, (2) Applying, (3)
Experiencing, (4) Cooperating, and (5) Transferring. The improvement of the result
shows that the mean score is 60.73 with the percentage 39%, increase in cycle I with
the mean score becomes 65.76 it improves 64%, in cycle II the mean score is 73.33
and the percentage is 82%. The students’ critical thinking skill shows, a pre-cycle
(beginning) students' critical thinking skill is 57.45 with the criteria "not critical",
after use the value of critical thinking skill it increases to 67.06 with the criteria
"fairly critical" in the cycle I, and it increases again to 71.82 in the cycle II. A
percentage of the students who are critical are low in pre-cycle (beginning) 42%, it
improves 64% in the cycle I, and it increases again becomes 82% in the cycle II.
Keywords: Learning Outcomes, Critical Thinking Skill, Contextual or CTL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung Perkalian dan
Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual”ini dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan, seperti keterbatasan
waktu, pengetahuan, dan pengalaman.Namun, berkat semangat dan dukungan dari
berbagai pihak, penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma
2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD
Universitas Sanata Dharma
3. Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD Universitas
Sanata Dharma.
4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Maria Agustina Amelia, S.Si, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Sumarno, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Karangmloko 1 yang telah memberikan
ijin penelitian kepada penulis.
7. Ratna Indrayanti, S.Pd. selaku guru kelas III SD Negeri Karangmloko 1 yang telah
memberikan banyak bantuan selama penelitian tindakan kelas.
8. Para guru SD Negeri Karangmloko 1 telah memberikan banyak bantuan selama
penelitian di sekolah.
9. Teman-teman kelompok skripsi Frengki, Janu, Ibnu, Husein, Ulil, Ardian, Adit,
Ambar, Yashinta, Asti, Riza, Upik, Eva, Tesa dan Wulan yang telah berbagi
pengetahuan, semangat, dalam proses penyusunan skripsi.
10. Teman-teman PGSD angkatan 2012 khususnya kelas E, yang berjuang dalam
suka dan duka selama menumpuh pendidikan di PGSD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
11. Keluarga saya, Bapak Ibu dan kakak saya yang selalu mendoakan dan
memberikan semangat demi kesuksesan dan masa depan saya.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendoakan,
membantu, dan mendukung peneliti dalam menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
penulis menerima dengan senang hati kritik dan saran yang membangun.Semoga
skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber belajar dan meningkatkan
pengetahuan yang digunakan sebagai acuan dan pegangan bagi pembaca.
Yogyakarta, 6 Juni 2016
Penulis,
Faisal Arif Rifai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... xii
ABSTRAK .......................................................................................................viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah ............................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................... 8
1.3 Batasan masalah .......................................................................................... 8
1.4 Rumusan Masalah........................................................................................ 9
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
1.7 Definisi Operasional .................................................................................. 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori ............................................................................................... 14
Belajar ...................................................................................................... 14
Hasil Belajar ............................................................................................. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
Berpikir Kritis .......................................................................................... 24
Matematika ............................................................................................... 26
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual .................................................... 36
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................................. 43
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................................ 47
2.4 Hipotesis Tindakan .............................................................................................. 51
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penenlitian .................................................................................................. 52
3.2 Setting penelitian ................................................................................................. 56
3.3 Persiapan .............................................................................................................. 57
3.4 Rencana setiap siklus ........................................................................................... 58
3.5 Teknik pengumpulan data .................................................................................... 68
3.6 Instrumen penelitian............................................................................................. 71
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ................................................................................ 77
3.8 Teknik Analisis Data............................................................................................ 88
3.9 Indikator Keberhasilan ......................................................................................... 99
3.10 Indikator Keberhasilan ..................................................................................... 100
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Tindakan Tiap Siklus ......................................................................................... 102
4.1.1 Pra Tindakan ................................................................................... 102
4.1.2 Tindakan Siklus I ............................................................................ 103
4.1.3 Tindakan Siklus II ........................................................................ 111
4.2 Hasil Belajar ....................................................................................................... 116
4.2.1 Data Nilai Hasil Belajar Siswa ........................................................ 116
4.2.2 Data nilai kemampuan berpikir kritis siswa ................................ 122
4.3 Pembahasan ..................................................................................................... 159
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 173
5.2 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
5.3 Saran ...................................................................................................... 175
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 176
LAMPIRAN ...................................................................................................... 177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Kemampuan Berpikir Kritis ……………………70
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Proses Pembelajaran ..…………………………71
Tabel 3.3 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis…..…………………….72
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis …..…………………..73
Tabel3. 5. Pedoman Penskoran Kuesioner ………………………………………74
Tabel 3.6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ………………………………………74
Tabel 3.7. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ……………………………………..75
Tabel 3.8. Kriteria Kelayakan Validasi …………………………………………76
Tabel 3. 9. Hasil Validasi Silabus …………………………………………………77
Tabel 3.10. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran …………………78
Tabel 3.11 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS) …………………………..81
Tabel 3.12. Hasil Validasi Materi Ajar ……………………………………………82
Tabel 3.13 Hasil Validasi Kuesioner …………………………………………….85
Tabel 3.14. Hasil Validasi Lembar Evaluasi ………………………………………87
Tabel 3.15. Kriteria Nilai Hasil Belajar …………………………………………..88
Tabel 3.16 Penilaian Acuan Patokan I (PAP) I ………………………………….89
Tabel 3.17. Rentang Skor Indikator 1 …………………………………………….90
Tabel 3.18. Rentang Skor Indikator 2 …………………………………………….91
Tabel 3.19. Rentang Skor Indikator 3 …………………………………………….92
Tabel 3.20. Rentang Skor Indikator 4 …………………………………………….93
Tabel 3.21. Rentang Skor Indikator 5 ……………………………………………94
Tabel 3.22. Rentang Skor Indikator 6 ……………………………………………..94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel 3.23. Rentang Skor Seluruh Indikator …………………………………….96
Tabel 3.24. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ……………………………………..96
Tabel 4.1 Skor Lembar Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada
Siklus..................................................................................................... 105
Tabel 4.2. Skor Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa …………………111
Tabel 4.3. Data Nilai Hasil Belajar Pratindakan (Awal) ………………………113
Tabel 4.4. Data Nilai Hasil Belajar Siklus I ……………………………………114
Tabel 4.5. Data Nilai Hasil Belajar Siklus II …………………………………..116
Tabel 4.6. Data Kuesioner Pratindakan Siswa Indikator 1 ……………………….118
Tabel 4.7 Data Kuesioner Pratindakan Siswa Indikator 2 ………………………119
Tabel 4.8. Data Kuesioner Pratindakan Siswa Indikator 3 …………………….121
Tabel 4.9. Data Kuesioner Pratindakan Siswa Indikator 4 …………………122
Tabel 4.10. Data Kuesioner Pratindakan Siswa Indikator 5 ……………………123
Tabel 4.11. Data Kuesioner Pratindakan Siswa Indikator 6 …………………125
Tabel 4.12. Data Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal …………………127
Tabel 4.13. Data Awal Keseluruhan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis ………….128
Tabel 4.14. Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I Indikator
1 ……………………………………………………………129
Tabel 4.15 Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I
Indikator 2 ………………………………………………………131
Tabel 4.16. Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I Indikator
3 ………………………………………………………133
Tabel 4.17. Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I
Indikator 4 ………………………………………………………134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 4.18. Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I
Indikator 5 ………………………………………………………….136
Tabel 4.19. Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I
Indikator 6 ...............…………………………………………………137
Tabel 4.20. Data Skor Keseluruhan Indikator Siklus I …………………………..139
Tabel 4.21. Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II
Indikator 1 ……………………………………………………………140
Tabel 4.22. Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II
Indikator 2 …………………………………………………………142
Tabel 4.23. Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II
Indikator 3 …………………………………………………………....143
Tabel 4.24. Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II
Indikator 4 ………………………………………………………145
Tabel 4.25. Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II
Indikator 5 ……………………………………………………………146
Tabel 4.26. Data Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II
Indikator 6 …………………….…………………………………….148
Tabel 4.27. Data Skor Keseluruhan Indikator Siklus II …………………………149
Tabel 4.28. Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ……………….151
Tabel 4.29. Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II ………………152
Tabel 4.30. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa …………………………………158
Tabel 4.31. Persentase Jumlah Siswa Yang Minimal Cukup Kritis ……………160
Tabel 4.32. Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ……………………….162
Tabel 4.33. Perbandingan Pencapaian Penelitian ………………………………..164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan penelitian yang relevan ………………………………………46
Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis& Taggart ……………53
Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa ………155
Gambar 4.2. Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Tes …………………………156
Gambar 4.3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa .......……………...159
Gambar 4.4 Grafik Presentase Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai Minimal
Cukup Kritis …………………………………………….161
Gambar 4.5 Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa (Observasi) ............163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Penelitian …………………………………………………151
Lampiran 2. Validasi RPP ……………………………………………………153
Lampiran 3. RPP Siklus I …………………………………………………..182
Lampiran 4. RPP Siklus II …………………………………………………..182
Lampiran 5. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I . ……………………….199
Lampiran 6. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ………………………201
Lampiran 7. Validasi instrumen kuesioner kemampuan berpikir kritis ……..204
Lampiran 8. Contoh kuesioner yang dikerjakan siswa pratindakan …………212
Lampiran 9. Contoh kuesioner yang dikerjakan siswa siklus I ……………..215
Lampiran 10. Contoh kuesioner yang dikerjakan siswa siklus II …………….218
Lampiran 11. Skor tabulasi kuesioner kemampuan berpikir kritis pratindakan .221
Lampiran 12. Skor tabulasi kuesioner kemampuan berpikir kritis siklus I........222
Lampiran 13. Skor tabulasi kuesioner kemampuan berpikir kritis siklus II …..223
Lampiran 14. Skor tabulasi lembar pengamatan ……………………………..224
Lampiran 15. Laporan hasil wawancara ………………………………………225
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat seiring dengan
perkembangan zaman. Hal ini menuntut manusia untuk selalu berupaya
meningkatkan kualitas dan kemampuan diri agar bisa hidup sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Pendidikan berperan penting dalam
meningkatkan kualitas dan kemampuan diri. Dengan demikian, pendidikan
merupakan upaya penting dalam rangka penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern. Hampir di semua bidang ilmu memerlukan matematika di
dalamnya. Dalam kehidupan sehari- hari pun memerlukan matematika. Oleh
karena itu, matematika sangat perlu dipelajari manusia. Hal inilah yang mendasari
diajarkannya bidang studi matematika di dalam pendidikan formal.
Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya
diambil dari perkataan yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan
itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
(knowledge atau science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lain
yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berfikir).
Jadi, berdasarkan asal katanya maka perkataan matematika berarti ilmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar). Matematika lebih
menekankan kegiatan daam dunia rasio (penalaran) bukan menekankan dari hasil
eksperimen atau hasil observasi, matematika terbentuk karena pikiran-pikiran
manusia yang berhubugan dengan ide, proses dan penalaran (Russeffendi ET,
1980:148)
Soedjadi (2000: 11) berpendapat bahwa matematika adalah pengetahuan
tentang penalaran logik yang erat hubungannya dengan angka dan bilangan.
Menurut Susanto (2013: 185), matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang
berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol dalam matematika yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Lerner (dalam Agustin, 2011: 47) menambahkan bahwa
matematika selain sebagai bahasa simbolis, matematika juga merupakan bahasa
universal yang memungkinkan manusia berpikir, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Berdasarkan pendapat
para ahli tentang pengertian matematika tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari tentang angka
dan bilangan serta menggunakan simbol-simbol dalam matematika untuk
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengalaman siswa belajar matematika sangat penting untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari- hari (Soedjadi, 1999: 44). Siswa harus
menguasai matematika selain untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari- hari juga untuk mempelajari bidang studi lain, karena hampir pada semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bidang studi memerlukan matematika. Itulah sebabnya matematika dipelajari oleh
semua siswa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah bahkan juga di Perguruan
Tinggi. Karena matematika sangat berperan penting dalam kehidupan, di Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah, matematika menjadi bidang studi yang wajib
ditempuh siswa. Oleh karena itu pembelajaran matematika di sekolah dasar harus
benar-benar diperhatikan. Mulai dari penggunaan metode, media, pengelolaan
kelas, evaluasi, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Sebagai guru yang profesional, menjadi sebuah
tanggung jawab untuk dapat mengajarkan matematika sesuai dengan keilmuan
yang dimilikinya agar dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran
matematika hendaknya disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar siswa
supaya siswa lebih mudah memahami konsep matematika secara mendalam dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika selalu identik dengan kemampuan berhitung, Salah satu penyebab
rendahnya kemampuan berhitung siswa dikarenakan pembelajaran yang dilakukan
guru masih bersifat satu arah dimana guru sebagai sumber, penyedia, dan pemberi
informasi (konvensional), sedangkan siswa hanya mencatat apa yang disampaikan
guru. Dengan kata lain, guru masih menggunakan pendekatan teacher centered,
artinya guru menjadi sumber dari segala pengetahuan yang akan diterima dan
diketahui siswa. Selain itu, guru dalam menjelaskan materi juga belum
mengkaitkan materi dengan situasi dunia nyata siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pada saat kegiatan PPL di SD Negeri Karangmloko 1 , ditemukan fakta
bahwa proses pembelajaran matematika masih belum sesuai dengan standar proses
pendidikan yang didesain untuk membelajarkan siswa atau menjadikan siswa
sebagai subjek dalam pembelajaran. Proses pembelajaran matematika yang
diharapkan dapat mengaktifkan siswa belum sepenuhnya terwujud. Proses
pembelajaran yang terjadi hanyalah proses pembelajaran yang menjadikan siswa
sebagai objek belajar, mereka terbiasa dengan menerima langsung materi pelajaran
tanpa harus menemukan atau mengkonstruksinya sendiri.
Selama ini dalam pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Karangmloko
1 masih banyak guru yang mengkondisikan siswa untuk menghafal seperangkat
fakta yang diberikan guru, seolah-olah guru sebagai sumber utama pengetahuan.
Umumnya metode yang digunakan adalah metode ceramah sehingga proses
pembelajaran bersifat monoton, siswa cenderung pasif, kurang bersemangat dan
kurang termotivasi dalam belajar.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama proses kegiatan
pembelajaran sehari-hari pada saat PPL diketahui bahwa motivasi belajar di SD
Negeri Karangmloko 1 masih rendah. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran
berlangsung banyak siswa yang kurang bersemangat, kurang antusias, dan tidak
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Banyak dari mereka yang tidak
memperhatikan penjelasan guru, asyik bermain, mengobrol dengan temannya, dan
ada yang melamun. Sebagian besar siswa di SD Negeri Karangmloko 1 tidak
mengikuti proses pembelajaran dengan baik, sehingga siswa tidak bisa menyerap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
materi yang diberikan oleh guru dengan baik. Kebanyakan siswa kurang
bersemangat dan kurang antusias terutama saat mengikuti pembelajaran
Matematika, karena mereka menganggap pembelajaraan Matematika
membosankan, menakutkan, dan sulit dipahami. Penggunaan metode dan
pendekatan pembelajaran yang kurang bervariasi dalam proses pembelajaran
merupakan salah satu penyebab yang membuat motivasi belajar Matematika
siswa di SD Negeri Karangmloko 1 rendah. Siswa merasa kurang bersemangat
karena metode belajaranya menggunakan metode ceramah, dan siswa juga tidak
dihadapkan dengan realitas kehidupan, serta menemukan persoalan matematis
untuk diselesaikan baik secara berkelompok ataupun sendiri saat kegiatan
pembelajaran matematika berlangsung.
Hal tersebut mengakibatkan nilai ulangan harian sebagian siswa
mendapatkan nilai di bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang ditentukan
oleh sekolah yaitu 60. Nilai mata pelajaran di bawah KKM yang banyak
diperoleh siswa salah satunya adalah mata pelajaran Matematika. Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V SD Negeri Karangmloko 1
pada saat kegiatan PPL, nilai ulangan harian dan ujian tengah semster mata
pelajaran matematika kelas V menunjukkan 39% siswa mendapatkan nilai di
bawah KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang ditentukan oleh sekolah yaitu 60
sedangkan nilai rata-rata kelas hanya 60,73.
Melihat realita di atas, hal ini harus segera ditindak lanjuti dan dicari
solusi yang terbaik yang dapat menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
motivasi dalam belajar. Selain dukungan dari orang tua, anak juga harus selalu
dinasehati dan dimotivasi oleh guru agar mereka mau belajar dengan sungguh-
sungguh dan baik di rumah maupun di sekolah. Guru harus bisa menciptakan
proses pembelajran yang menarik dan bervariasi supaya siswa lebih termotivasi
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar siswa yang tinggi akan
dapat meningkatkan dan memaksimalkan kemampuannya. Apabila dalam proses
pembelajaran siswa lebih banyak berpartisipasi aktif, bahkan siswa yang
menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya maka hasilnya pun
akan lebih memuaskan. Sebab apa yang ditemukan sendiri oleh siswa akan lebih
membekas di dalam benak dan ingatannya. Jadi, tanpa harus guru menuntut
untuk menghapal, dengan sendirinya siswa akan hafal atau mengingat apa yang
telah ia pelajari atau temukan dengan sendirinya. Salah satu langkah yang tepat
adalah dengan menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran yang kreatif
dan inovatif, yang bisa meningkatkan hasil belajar matematika sekaligus bisa
membantu siswa mendapat manfaat materi yang dipelajari yang berhubungan
dengan dunia nyata serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
strategi yang dapat mengatasi masalah tentang aktivitas belajar siswa adalah
pendekatan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning.
Wina Sanjaya (2008:34) mengemukakan bahwa CTL merupakan strategi
yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Belajar dalam
konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar
adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya
berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga
psikomotor. Siswa yang belajar melalui pendekatan CTL diharapkan dapat
menemukan sendiri materi yang dipelajarinya. Menurut Sugiyanto (2008: 20),
penggunaan pendekatan CTL ini diharapkan proses pembelajaran dapat
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami
bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Selain itu, alasan peneliti menerapkan pendekatan pembelajaran
kontekstual dalam pembelajran matematika karena menurut Sugiyanto (2008:25),
pendekatan CTL memiliki kelebihan sebagai berikut pembelajaran menjadi lebih
bermakana dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan
antara pengalaman belajar di sekolah dengan kenidupan nyata. Dengan konsep
pendekatan pembelajaran kontekstual siswa dapat menemukan hubungan yang
sangat berkmakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis didalam konteks
dunia nyata.siswa akan menyadari bahwa apa yang dipelajari tersebut berguna
bagi hidupnya kelak. Dengan demikiian, pembelajaran akan lebih menyenangkan
dan membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar. Melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran pendekatan pembelajaran kontekstual, diharapkan
motivasi belajar siswa SD Negeri Karangmloko 1 dalam mengikuti pembelajaran
Matematika dapat lebih meningkat, dapat meningkatkan kemampuan berfikir
kritis, dan hasil belajarnya akan lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Berdasarkan uraian tersebut,peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas V SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi KPK dan FPB
Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka muncul beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran
Matematika di SD Negeri Karangmloko 1 kurang bervariasi, cenderung
menggunakan metode ceramah dan kurang dihadapkan tentang permasalahan
sehari-hari sehingga siswa menjadi pasif dan merasa bosan
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi KPK dan FPB kelas V SD Negeri
Karangmloko 1.
3. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko
1.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, mengingat adanya keterbatasan-
keterbatasan baik dari segi waktu, dana, tenaga dan pengalaman peneliti. Untuk
itu dalam penelitian ini dibatasi tentang :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1. Peningkatan hasil belajar matematika melalui penerapan pendekatan
pembelajaran kontekstual pada materi KPK dan FPB kelas V SD Negeri
Karangmloko 1.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika melalui penerapan
pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi KPK dan FPB kelas V SD
Negeri Karangmloko 1.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk
meningkatkan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa
kelas V SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 2015/2016 ?
2. Apakah pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil
belajar matematika dalam materi KPK dan FPB siswa kelas V SD Negeri
Karangmloko 1 tahun pelajaran 2015/2016?
3. Apakah pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi KPK dan FPB
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri
Karangmloko 1 tahun pelajaran 2015/2016?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.5 Tujuan Penelitian
1. Memaparkan cara penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD
Negeri Karangmloko 1.
2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa
pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.
3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematika pada materi KPK dan FPB pada siswa kelas V SD Negeri
Karangmloko 1 dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
a. Menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil pengamatan langsung,
memberikan wawasan lebih mengenai pendekatan pembelajaran
kontekstual.
b. Peneliti dapat menggunakan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang
diperoleh selama penelitian untuk bekal mengajar kelak setelah menjadi
guru terutama dalam mengajar Matematika . Selain itu juga dapat dijadikan
bahan masukan dalam proses pembelajaran dan memberikan alternatif
pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar dan
kemampuan berpikir kritis matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Manfaat bagi guru
Sebagai masukan supaya guru lebih inovatif dalam proses pembelajran,
menggunakan metode, pendekatan dan media yang bervariasi untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
3. Manfaat bagi siswa
a. Meningkatkan motivasi belajar dengan penerapan pendekatan
pembelajaran kontekstual.
b. Menyadari begitu pentingnya ilmu matematika bagi kehidupan sehari
c. Meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika
materi KPK dan FPB pada siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1
melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.
4. Manfaat bagi sekolah
a. Sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan dalam rangka
meningkatkan proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai macam
pendekatan dan metode pembelajaran.
1.7 Definisi Operasional
1. Belajar adalah proses perubahan keseluruhan tingkah laku individu yang
menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik yang relatif menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Hasil belajar adalah perubuhan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang
meliputi segenap ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang berubah
sebagai akibat pengalaman dan proses belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol-simbol, angka, huruf atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik. Dalam penelitian ini hasil
belajar dibatasi pada pencapaian nilai matematika pada materi KPK dan FPB.
3. Berpikir kritis adalah kegiatan berpikir yang didasarkan pada pemahaman
yang relevan dan dapat dipertanggung jawabkan dalam rangka memperoleh
pemahaman baru yang semakin jelas dan kebenarannya dapat di pertanggung
jawabkan.
4. Matematika merupakan adalah ide (gagasan- gagasan), aturan- aturan,
hubungan- hubungan yang diatur secara logis berkaitan dengan konsep-
konsep abstrak meggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif yang
menekankan aktifitas penalaran.
5. FPB ( Faktor Persekutuan Terbesar ) adalah faktor persekutuan 2 bilangan
atau lebih yang nilainya paling besar.Jika bilangan bulat positif r merupakan
faktor bilangan bulat positif p dan q, maka r disebut faktor persekutuan p dan
q. selanjutnya diantara faktor persekutuan dua bilangan tersebut terdapat
bilangan yang terbesar.
6. KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) adalah kelipatan persekutuan dari dua
bilangan atau lebih yang merupakan kelipatan bilangan-bilangan tersebut
yang nilainya paling kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
7. Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru untuk mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan dunia nyata
siswa, dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Belajar
Berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli tentang pengertian
belajar, diantaranya Morgan (Ngalim Purwanto, 2002: 24) berpendapat
bahwa “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.
Kemudian, menurut Slameto(2003: 2) “belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”. Selanjutnya Wittig, (Muhiibbin Syah, 2008: 65-
66), mengemukakan bahwa “belajar ialah perubahan yang relative menetap
yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku suatu organisme
sebagai hasil pengalaman”. Sedangkan menurut Sardiman (2007: 21)
“belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju
perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsure cipta,
rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik” .
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses usaha perubahan keseluruhan tingkah laku individu
yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
psikomotorik yang relatif menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Gagnet (dalam Dahar, 2011: 118) mengungkapkan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa
baik kemampuan kognitif, sikap, informasi verbal, maupun keterampilan
motorik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Menurut Abin
Syamsudin Makmun (2003: 2), hasil belajar adalah hasil yang diperoleh
siswa dalam bidang studi tertentu. Siswa mengalami proses belajar yang
diukur dengan tes standar. Dengan kata lain hasil belajar adalah
perubuhan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang siswa setelah ia
mengikuti proses belajar tertentu. Sedangkan menurut Muhibbin Syah
(2008: 216) menyebutkan bahwa “pada prinsipnya pengungkapan hasil
belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai
akibat pengalaman dan proses belajar siswa”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri
seseorang sebagai akibat pengalaman dan proses belajar yang dinyatakan
dalam bentuk simbol-simbol, angka, huruf atau kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Nana Sudjana,
2009:49) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori
ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah
sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
dan penilaian.
2) Ranah Afektif
Karthwohl (dalam Purwanto, 2010: 51) membagi hasil belajar
afektif menjadi lima tingkatan yaitu penerimaan, pastisipasi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3) Ranah Psikomotor
Taksonomi yang paling banyak digunakan dalam taksonomi
hasil belajar psikomotorik adalah dari Simpson (dalam Purwanto,
2010: 53) yang mengklasifikasi hasil belajar psikomotorik menjadi
enam: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks, dan kreativitas.
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor
dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam
proses pembelajaran di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Nohei Nasution dan kawan-kawan dalam Syaiful Bahri Djamarah
(2002: 142- 171) mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar, adalah sebagai berikut:
1) Faktor dari luar (eksternal) meliputi:
a) Faktor Lingkungan
(1) Lingkungan alami
Lingkungan alami adalah lingkungan tempat tinggal anak
didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan
suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar
anak didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan
udara yang segar.
(2) Lingkungan sosial budaya
Pada lingkungan ini, sekolah yang merupakan salah satu
lingkungan sosial budaya bagi anak didik, harus diterapkan
sebuah peraturan yang jika dilanggar akan dikenakan sanksi
untuk anak didik. Hal ini dalam mendidik rasa tanggung jawab
dan menghormati peraturan.
b) Faktor Instrumental
(1) Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakn unsur
substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum belajar mengajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
tidak dapat berlangsung, karena materi yang akan disampaikan
dalam pembelajaran harus direncanakan terlebih dahulu.
(2) Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan yang
disusun untuk dijalankan untuk kemajuan pendidikan.
Keberhasilan pendidikan disekolah tergantung dengan baik
tidaknya program yang dirancang. Perbedaan kualitas program
pun akan membedakan kualitas pengajaran.
(3) Sarana dan fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung
sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar disekolah. Jumlah
ruang kelas pun harus menyesuaikan peserta didik. Karena jika
anak didik lebih banyak dari pada jumlah kelas, akan terjadi
banyak masalah, yang tentunya akan berpengaruh pada hasil
belajar anak
(4) Guru
Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Maka,
kehadiran guru mutlak didalamnya. Kalau hanya ada anak didik,
tanpa guru tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar
disekolah. Jangankan tanpa guru, kekurangan guru saja akan
menjadi masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2) Faktor dari dalam (internal) meliputi:
a) Fisiologis
(1) Kondisi fisiologis
Pada umumnya kondisi fisiologis sangat berpengaruh
terhadap kemampuan belahjar seseorang. Orang yang dalam
keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dengan
orang yang sedang sakit atau kelelahan. Anak-anak yang
kekurangan gizi, ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-
anak yang tercukupi gizinya; mereka akan lekas lelah, mudah
mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.
(2) Kondisi panca indra
Kondisi panca indra juga sangat mempengaruhi belajar
siswa. Terutama mata sebagai alat melihat dan telinga sebagai
alat mendengar. Karena sebagian besar anak belajar dengan
membaca, mendenggar, dan melakukan observasi dan
sebagainya. Jika panca indra terganggu, ini akan mempengaruhi
hasil belajar dan proses belajar anak didik.
b) Kondisi Psikologis
(1) Minat
Menurut Slameto (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 157)
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Biasanya,
anak yang minat terhadap suatu kegiatan atau hal, dia cenderung
akan lebih cepat memahaminya.
(2) Kecerdasan
Perkembangan taraf intelegensi anak berkembang pesat
pada usia balita dan mulai menetap pada akhir masa remaja.
Tingkat kecerdasan diakui sangat menentukan keberhasilan
belajar anak didik. Karena anak didik yang mempunyai tingkat
intelegensi tinggi umumnya mudah belajar dan hasilnya pun
cenderung baik, begitu sebaliknya.
(3) Bakat
Bakat adalah kemampuan yang dimiliki anak sejak lahir.
Bakat dapat berkembang apabila terus dilatih namun bakat dapat
hilang apabila si anak maupun orang tua tidak mengetahuinya.
(4) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi belajar adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.
(5) Kemampuan kognitif
Dalam dunia pendidikan, ada tiga tujuan untama yang arus
dicapai. Yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kemampuan yang selalu dituntut untuk dikuasai anak didik,
karena menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya menurut Dalyono berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil
belajar yaitu dari dalam diri seseorang yang belajar dan dari luar dirinya
(Dalyono, 2007: 55-60). Faktor-faktor tersebut meliputi:
1) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)
a) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang sedang tidak sehat,
sakit kepala, batuk, demam, dan gangguan pikiran, dapat
mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.
b) Intelegensi dan bakat
Seseorang yang mempunyai intelegensi tinggi dan
bakatnya sesuai dengan yang dipelajari maka proses belajarnya
akan lancar dan hasilnya pun akan lebih baik.
c) Minat dan motivasi
Minat yang besar merupakan modal yang besar untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu juga dengan motivasi,
kuat lemahnya motivasi belajar seseorang akan mempengaruhi
keberhasilannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
d) Cara belajar
Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis,
psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil belajar
yang kurang memuaskan.
2) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri)
a) Keluarga
Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya
penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan
orang tua, rukun tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya
hubungan orang tua dengan anak, tenang tidaknya situasi rumah,
semua itu mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
b) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar, kualitas guru, metode
pembelajaran, kurikulum, sarana dan prasarana sekolah, turut
mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
c) Masyarakat
Keadaan masyarakat disekitar anak dapat mempengaruhi
prestasi belajar anak.
d) Lingkungan sekitar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Keadaan lingkungan, bangunan rumah, susana sekitar,
keadaan lalu lintas, iklim, dan sebagainya dapat mempengaruhi
prestasi belajar.
Dalam proses pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar yang
dicapai peserta didik diperlukan evaluasi belajar. “Melalui evaluasi, dapat
diketahui kemajuan-kemajuan belajar yang dialami oleh anak, dapat
ditetapkan keputusan penting mengenai apa yang diperoleh dan diketahui
anak, serta dapat merncanakan apa yang seharusnya dilakukan pada tahap
berikutnya” ( Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 198).
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar
dapat dilakukan melalui tes hasil belajar. Tes hasil belajar akan
menggambarkan sejauh mana siswa telah mencapai hasil yang diharapkan
dari proses belajar mengajar dan prestasi yang telah dicapai siswa.
Berdasarkan pemaparan dari beberapa pendapat ahli diatas tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dapat disimpulkan bahwa
ada 2 faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
a. Faktor internal yang terdiri dari minat, bakat, kecerdasan, kesehatan,
motivasi dan kemampuan kognitif.
b. Faktor eksternal yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3. Berpikir Kritis
Elaine B. Johnson (2010:183) mengemukakan bahwa berpikir kritis
merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam
kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
Kemudian Susanto (2013: 121) mengatakan bahwa berpikir kritis adalah
suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau gagasan yang
berhubungan dengan konsep atau suatu masalah.
Kemudian menurut Ennis (Susanto, 2013: 121), berpikir kritis
merupakan suatu bentuk berpikir dengan tujuan memperoleh keputusan yang
bisa masuk akal tentang kejadian atau masalah apa yang dilakukan.
Sedangkan menurut Anggelo (Susanto, 2013: 122) menjelaskan bahwa
berpikir kritis adalah menerapkan kegaiatan berpikir yang tinggi yang
meliputi kegiatan menganalisis, mengenal permasalahan dan pemecahannya,
menyimpulkan serta mengevaluasi.
Baron dan Sternberd (Susanto, 2013: 123), berpendapat bahwa ada
lima kunci dalam berpikir kritis, yaitu: (1) praktis, (2) relaktif, (3) masuk
akal, (4) keyakinan, dan (6) tindakan. Sedangkan Fisher (1995) dalam
Susanto (2013: 123) membagi strategi berpikir kritis ke dalam tiga jenis,
yaitu: strategi afektif, kemampuan makro, dan ketrampilan mikro. Pertama,
strategi afektif bertujuan untuk meningkatkan berpikir individu dengan
caranya sendiri dan dengan percaya diri. Kedua, kemampuan makro adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
suatu proses yang terlibat dalam kegiatan berpikir, bertujuan untuk
menghasilkan suatu ketrampilan-ketrampilan yang saling terpisah. Ketiga,
ketrampilan mikro adalah ketrampilan yang menekankan pada kemampuan
global. Guru dalam melakukan proses pembelajaran harus dapat
memfasilitasi siswa dan mengembangkan proses berpikir kritis.
Menurut Ennis (Susanto, 2013: 125) terdapat 12 indikator berpikir
kritis yang terangkum dalam 5 kelompok keterampilan berpikir, yaitu:
a. Memberikan penjelasan sederhana, yang meliputi: (1) memfokuskan
pertanyaan, (2) menganalisis pertanyaan, (3) bertanya dan menjawab
tentang sesuatu penjelasan atau tantangan.
b. Membangun keterampilan dasar, yaitu meliputi: (1)
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya, (2) mengamati
dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
c. Menyimpulkan, yang meliputi: (1) mendeduksi dan mempertimbngkan
hasil deduksi, (2) menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi,
(3) membuat dan menentukan nilai pertimbangan.
d. Memberikan penjelasan lebih lanjut, meliputi: (1) mendefinisikan
istilah dan mempertimbangkan definisi dalam tiga dimensi, (2)
mengidentifikasi asumsi.
e. Mengatur strategi dan taktik, meliputi: (1) menentukan tindakan, (2)
berinteraksi dengan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang indikator kemampuan
berpikir kritis tersebuat, kemudian peneliti mencari kesamaan dari indikator-
indikator yang sudah dipaparkan diatas. Dari indikator-indikator tersebut
kemudian peneliti memilih 6 indikator sebagai fokus penelitian, yaitu (1)
menganalisis argumen, (2) mampu bertanya, (3) mampu menjawab
pertanyaan, (4) memecahkan masalah, (5) membuat kesimpulan, dan (6)
keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan.
4. Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika berdasarkan pendapat Susanto (2013: 185) adalah
salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang
berisi bilangan-bilangan serta symbol-simbol operasi hitung yang
terdapat aktifitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan
berfikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari.Sedangkanmenurut Hudoyo (1990: 3),
matematika berhubungan dengan ide (gagasan- gagasan), aturan- aturan,
hubungan- hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika
berkaitan dengan konsep- konsep abstrak. Selain itu menurut Sutawijaya
(1997: 176), matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang
disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan meggunakan simbol
(lambang) dan penalaran deduktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa hakekat matematika adalah ilmu pasti yang mengungkapkan ide-
ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta symbol-simbol operasi
hitung yang terdapat aktifitas berhitung, penalaran deduktif yang
menekankan aktifitas penalaran dan mampu meningkatkan kemampuan
berfikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari.
Konsep- konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi
menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar,
pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan (Heruman, 2007: 2).
Berikut adalah pemaparan konsep- konsep pada kurikulum matematika
di SD:
1. Penanaman Konsep Dasar
Penanaman konsep dasar adalah pembelajaran suatu konsep
baru pada mata pelajaran matematika, ketika siswa belum pernah
mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep
dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan
kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru
matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep
dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk
membantu pola pikir siswa.
2. Pemahaman Konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Pemahaman konsep adalah pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami
suatu konsep matematika.
3. Pembinaan Keterampilan
Pembinaan keterampilan adalah pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran
pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam
menggunakan berbagai konsep matematika.
Dengan memahami hakikat matematika di SD tersebut maka
seorang guru akan memiliki suatu wawasan, visi dan strategi yang
tepat dalam mengajarkan konsep- konsep matematika kepada
siswanya. Jika guru memiliki suatu wawasan, visi dan strategi yang
tepat dalam mengajarkan konsep- konsep matematika kepada
siswanya, maka tujuan pembelajaran matematika akan tersampaikan.
b. Tujuan Matematika
Susanto (2013:189), berpendapat bahwa tujuan umum
pembelajaran matematika disekolah dasar adalah membentuk siswa
agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain
tujuan umun terdapat juga tujuan khusus pembelajaran matematika.
Susanto (2013: 190) berpendapat bahwa ada lima tujuan khusus
pembelajaran matematika disekolah dasar, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
1) Memahami konsep matematika, dengan cara menjelaskan dan
mengaplikasikan konsep atau alogaritma.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, menjelaskan gagasan
dan pernyataan tentang matematika
3) Dapat memecahkan suatu masalah, merancang suatu model
matematika, dan menganalisa tentang solusi yang diperoleh.
4) Menyampaikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau dengan
menggunakan media lain untuk menjelaskan suatu masalah dalam
matematika.
5) Dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang sangat
penting dan mendasar dalam upaya menghasilkan manusia Indonesia
yang berkualitas serta mempunyai peranan besar baik dalam
menyiapkan peserta didik terjun dalam masyarakat maupun untuk
memenuhi persyaratan mengikuti jenjang pendidikan menengah. Oleh
karena itu pembelajaran matematika di Sekolah Dasar akan
menentukan hasil pendidikan di jenjang seelanjutnya.
Menurut Herman Hudoyo (2005: 182) pembelajaran
matematika untuk tingkat dasar mempunyai 2 aspek yaitu matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sebagai alat untuk penyelesaian masalah dan matematika merupakan
sekumpulan ketrampilan yang harus dipelajari. Mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir analisis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan
memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi, untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif
(Badan standar nasional pendidikan, 2006: 416).
Menurut Erman Suherman (2003: 58) tujuannya diberikan
matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi
dua hal.
1) Mempersiapkan siswa agar siswa sanggup menghadapi
perubahan keadaan yang selalu berkembang melalui
pelatihan dalam bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika
pada pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan
menggunakan matematika sebagai pendukung dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika di Sekolah Dasar hendaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dimulai dari pengenalan masalah yang berkaitan dengan pengalaman-
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menggunakan benda-benda
konkrit atau nyata agar lebih mudah dipelajari oleh siswa.
d. FPB (Faktor Persekutuan Terbesar)
Indriyastuti (dalam Budhayanti, 2008:22) mengatakan bahwa
FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) adalah faktor persekutuan 2
bilangan atau lebih yang nilainya paling besar.Jika bilangan bulat
positif r merupakan faktor bilangan bulat positif p dan q, maka r
disebut faktor persekutuan p dan q. selanjutnya diantara faktor
persekutuan dua bilangan tersebut terdapat bilangan yang terbesar.
Contoh:
Tentukan FPB dari 14, 28, dan 42!
Jawaban:
Faktor dari 14 adalah 1, 2, 7, 14
Faktor dari 28 adalah 1, 2, 4, 7, 14, 28
Faktor dari 42 adalah 1, 2, 3, 6, 7, 14, 21, 42
Jadi, FPB dari 14, 28, dan 42 adalah 14.
Bilangan 14 adalah bilangan terbesar yang habis membagi 14, 28,
dan 42.
Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan sebagai
berikut: “FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dari dua bilangan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
lebih adalah bilangan terbesar yang merupakan faktor persekutuan
bilangan-bilangan tersebut”.
Teknik lain untuk menentukan FPB dari dua bilangan atau
lebih adalah dengan faktorisasi prima. Fakrotisasi prima yang
dimaksud di sini adalah perkalian antar bilangan prima. Petunjuk
untuk menentukan FPB dari dua bilangan atau lebih dapat dilakukan
dengan cara berikut:
a. Faktorkan bilangan-bilangan yang akan dicari FPB-nya dalam
faktor prima.
b. Pilih faktor yang sama.
c. Jika faktor yang sama mempunyai pangkat berbeda-beda, pilih
faktor dengan pangkat terkecil.
Contoh:
Tentukan FPB dari 36 dan 81!
Jawaban:
36 = 22 × 32
81 = 34
Faktor yang sama 3, dengan pangkat terkecil 2. Jadi, FPB dari 36 dan
81 adalah 32 = 9.
Contoh:
Tentukan FPB dari 45, 75, dan 120!
Jawaban:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
45 = 32 × 5
81 = 3 × 52
120 = 23 × 3 × 5
Faktor yang sama 3 dan 5, dengan pangkat terkecilnya 1. Jadi, FPB
dari
45, 75, dan 120 adalah 3 × 5 = 15
Berdasarkan contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan:
“FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dari dua bilangan atau lebih
diperoleh dari hasil kali faktor-faktor prima yang sama dengan
pangkat terendah”.
2. KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil)
Burhan Mustaqim (2008:54) mengatakan bahwa KPK
(Kelipatan Persekutuan Terkecil) adalah kelipatan persekutuan dari
dua bilangan atau lebih yang merupakan kelipatan bilangan-bilangan
tersebut yang nilainya paling kecil dan habis dibagi oleh bilangan-
bilangan tersebut.
Contoh:
Tentukan KPK dari 6 dan 8
Jawaban:
Kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24,30, …
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Kelipatan 8 adalah 8, 16, 24,32, …
Jadi KPK dari 6 dan 8 adalah 24. Bilangan 24 adalah bilangan
terkecil yang habis dibagi oleh bilangan 6 dan 8.
Berdasarkan contoh di atas kita dapat mencari KPK dari dua bilangan
atau lebih dengan cara sebagai berikut:
a. Tentukan kelipatan dari masing-masing bilangan yang akan kita cari
KPK-nya.
b. Tentukan kelipatan persekutuan dari bilangan-bilangan itu.
c. Tentukan bilangan terkecil dari kelipatan persekutuan tadi. Bilangan
ini merupakan KPK dari bilangan-bilangan tersebut.
Teknik lain untuk menentukan KPK dari dua bilangan atau lebih
adalah dengan faktorisasi prima. Faktorisasi prima yang dimaksud di
sini adalah perkalian antar bilangan prima. Untuk menentukan KPK
dari dua bilangan atau lebih dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Faktorkan bilangan-bilangan yang akan dicari KPK-nya dalam
factor prima.
b. Ambil semua faktor yang ada.
c. Jika ada faktor yang sama dan faktor tersebut mempunyai
pangkat yang berbeda-beda ambil faktor yang mempunyai
pangkat terbesar.
Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut.
Contoh:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tentukan KPK dari 42 dan 18!
Jawaban:
42 = 2 × 3 × 7
18 = 2 × 32
KPK dari 42 dan 18 adalah 2 × 32 × 7 = 126
Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan: “KPK (Kelipatan
Persekutuan Terkecil) dari dua bilangan atau lebih adalah hasil kali
semua faktor-faktor prima pada kedua bilangan, jika adafaktor yang
sama pilih faktor dengan pangkat terbesar”.
5. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pembelajaran
yang dilakukan oleh guru supaya siswa memiliki motivasi belajar yang
tinggi terhadap mata pelajaran yang diajarkan khususnya pelajaran
Matematika. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi, diharapkan siswa
memperoleh hasil belajar yang optimal. Strategi pembelajaran yang
dimaksud adalah dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual.
Menurut Elaine B.Johnson (2010:14) CTL adalah sebuah system
belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap
pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang
mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya
Elaine B.Johnson (2010:15) menyebutkan CTL terdiri dari delapan
komponen, yaitu: membuat keterkaitan yang bermakna, pembelajaran
mandiri, melakukan pekerjaan yang berarti, bekerja sama, berfikir kritis dan
kreatif, membantu individu untuk tumbuh kembang, mencapai standar yang
tinggi, dan menggunakan penilaian yang autentik
Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang
membantu guru dalam mengaitkan antara pokok bahasan yang diajarkan
dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni:
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan
pendekatan pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan
manusia dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Sehingga, siswa harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata maupun
keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam pandangan
konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
pengetahuan.Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman.Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat
apabila selalu diuji dengan pengalaman baru (Nurhadi, 2002: 10).
b. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
pendekatan pembelajaran kontekstual. Menurut Nasution (2004: 161),
tujuan bertanya dalam pembelajaran adalah kegiatan guru untuk:
1) Mendorong anak berfikir untuk memecahkan suatu soal.
2) Membangkitkan pengertian yang lama maupun yang baru.
3) Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan
pelajaran.
4) Membangkitkan minat untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan
untuk mempelajarinya.
5) Mendorong anak untuk menginterpretasi dan mengorganisasi
pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk prinsip/generalisasi
yang lebih luas.
6) Menyelidiki kepandaian, minat, kematangan, dan latar belakang
anak- anak.
7) Menarik perhatian anak atau kelas.
Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri. Adapun
penerapannya dalam kelas, hampir semua aktivitas belajar, kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
bertanya dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru
dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain
yang didatangkan ke kelas, dsb.
c. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis pendekatan pembelajaran kontekstual (Nurhadi, 2002: 12).
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan. Adapun siklus dalam kegiatan inkuiri adalah observasi,
bertanya, mengajukan dugaan, mengumpulkan data dan menyimpulkan.
Adapun langkah-langkah dalam kegiatan inkuiri adalah:
1) Rumusan masalah, yang nantinya digunakan menjadi bahan untuk
hipotesis
2) Mengamati atau melakukan observasi dengan tujuan untuk
pengumpulan data
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel, dll.
4) Mengkomunikasikan/menyajikan hasil karya kepada pembaca,
teman sekelas, guru, atau audien yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Metode
pembelajaran dengan teknik learning community sangat membantu
proses pembelajaran di kelas. Dalam kelas pembelajaran kontekstual,
guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-
kelompok belajar.Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang
anggotanya heterogen yaitu ada yang pandai dan ada yang kurang
pandai supaya dapat terjadi komunikasi dua arah (Nurhadi, 2002: 15)
e. Pemodelan (Modelling)
Pemodelan adalah suatu kegiatan pembelajaran ketrampilan atau
pengetahuan tertentu yang dalam pelaksanaannya terdapat model yang
bisa ditiru. Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual, guru bukan
satu-satunya model.Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh temannya tentang
kegiatan yang akan dilakukan. Ada kalanya siswa lebih paham apabila
diberi contoh oleh temannya (Nurhadi, 2002: 16).
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berfikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu.
Selain itu, refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau
pengetahuan yang baru diterima.Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit
demi sedikit. Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu
mengendap di benak siswa.Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan
waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi (Nurhadi, 2002: 18).
g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang
dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah mencari informasi
tentang belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran yang benar. Pembelajaran yang benar memang
seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu
mempelajari bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin
informasi di akhir periode pembelajaran (Nurhadi, 2002: 19).
Menurut Nurhadi (2002: 10), sebuah kelas dikatakan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual jika menerapkan
komponen-komponen tersebut di atas dalam pembelajarannya.
Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-
kelompok).
5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Dari penjelasan di atas, maka pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkat
hasil belajar, karena ilmu dan pengalaman yang diperoleh siswa dari
menemukan sendiri, siswa dapat bertanya maupun mengajukan
pendapat tentang materi yang diajarkan, siswa dapat melakukan kerja
kelompok melalui masyarakat belajar, guru dapat melakukan
pemodelan, dan dilakukan penilaian yang sebenarnya dari kegiatan yang
sudah dilakukan siswa.
5. Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Hamdayama (2014: 51) proses pembelajaran kontekstual terdiri dari
delapan komponen sebagai berikut:
1) Membangun hubungan yang bermakna(relating); Siswa
menghubungkan apa yang dipelajari di sekolah dengan pengalamannya
sendiri, kejadian dirumah, media massa, atau yang lainnya, sehingga
siswa akan memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2) Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing); Ada beberapa
langkah guru dalam mengaitkan meteri dengan konteks kehidupan
siswa, diantaranya (a) mengkaitkan pelajaran dengan sumber yang
berhubungan dengan kehidupan siswa, (b) menggunakan sumber dari
bidang lain, (c) mengkaitkan berbagai macam pelajaran yang sesuai
dengan materi pelajaran, dan (d) belajar melalui kegiatan sosial.
3) Belajar secara mandiri; Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda,
sehingga siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri sesuai dengan
kondisi siswa masing-masing.
4) Kolaborasi (cooperating); Mendorong siswa untuk berkerjasama dengan
teman atau didalam kelompok.
5) Berpikir kritis dan kreatif (applaying); Mendorong siswa agar bisa
berpikir kritis dan kreatif sertamenerapkan dalam dunia nyata siswa.
6) Mengembangkan potensi individu (transfering); Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi atau bakat
yang dimiliki.
7) Standar pencapaian yang tinggi; Dengan standar pencapaian yang tinggi,
maka akan memacu siswa untuk berusaha lebih baik.
8) Asesmen yang autentik; Pencapaian hasil belajar diukur dengan asesmen
autentik yang mampu menyediakan informasi mengenai kualitas
pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dari delapan tahapan atau langkah pendekatan kontekstual kemudian peneliti
memilih atau memfokuskan langkah-langkah dalam pendekatan pembelajaran
kontekstual menjadi 5, yaitu: (1) Relating, (2) Experiencing, (3) Cooperating,
(4) Applying, dan (5) Transfering.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Ani Fitriani pada tahun 2013
yang berjudul “Penerapan Pendekatan CTL ( Contekstual Teaching and
Learning) Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Bangun Ruang Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” bertujuan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa melalui penerapan Pendekatan CTL (Contekstual Teaching
and Learning) dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang kelas IV
SDN I Kalianyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon Tahun Ajaran
2012. Penelitian ini dilaksanakan di SDN I Kalianyar Kecamatan Panguragan
Kabupaten Cirebon, dengan subjek penelitian seluruh siswa kelas IV SD Negeri
1 Kalianyar Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2012/2013
semester 2 dengan jumlah 32 siswa. Penelitiannya merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 3 siklus, dengan setiap siklus
terdiri perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data
menggunakan teknik observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
(1) Proses perencanaan pembelajaran melalui penggunaan pendekatan CTL
(Contextual Teaching Learning) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
siswa kelas IV SDN 1 Kalianyar. (2) Proses pelaksanaan pembelajaran melalui
penggunaan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas IV SDN 1 Kalianyar. (3)
Penilaian pada proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL
(Contextual Teaching Learning) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika
siswa kelas IV SDN 1 Kalianyar.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Nur Prafitriani (2014) yang berjudul
“Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis pada siswa kelas IV A SD Negeri Margoyasan”. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran kontekstual dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
matematika di kelas IV A SD Negeri Margoyasan. Penelitian ini dilaksanakan di
SD Negeri Margoyansan dengan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
IV A SD Negeri Margoyasan yang berjumlah 17 siswa, sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematika. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Resarch.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian hasil analisis
prates sampai akhir siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Dari hasil prates
ke siklus I naik sebesar 17% dari kondisi awal 60% menjadi 77%. Kemudian
pada siklus I ke siklus II naik 3% dari 77% menjadi 80%. Dalam penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model tersebut
berhasil. Dapat dibuktikan dengan persentase ketuntasan siswa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kemampuan berpikir kritis telah memenuhi 88% siswa memenuhi KKM dengan
rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis matematika pada kategori baik
dengan persentase sebesar 80%.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Diah Kusumaningsih (2011) yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X-C
SMA Negeri 11 Yogyakarta melalui Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Materi Perbandingan
Trigonometri” Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan
pembelajaran matematika dengan pendekatan CTL pada materi perbandingan
trigonometri agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X-
C SMA Negeri 11 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas. Dalam penelitian ini dilaksanakan pembelajaran matematika dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi pokok
perbandingan trigonometri. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-C SMA
Negeri 11 Yogyakarta tahun ajaran 2010-2011 yang terdiri dari 15 siswa dan 18
siswi. Sedangkan objek penelitian adalah keseluruhan proses dan hasil
pembelajaran matematika dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL). Instrumen penelitian berupa lembar observasi pelaksanaan pembelajaran,
catatan lapangan, tes akhir siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran CTL dengan menggunakan acuan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yang terdiri dari: konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya pada materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
perbandingan trigonometri dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
kelas X-C SMA Negeri 11 Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis tes akhir
siklus, pada siklus I rata-rata skor kemampuan berpikir kritis yang dicapai siswa
yaitu 56% berada pada kualifikasi kurang kemudian meningkat pada siklus II
menjadi 85% pada kualifikasi baik. Selain itu, banyaknya siswa yang
memperoleh skor kemampuan berpikir kritis dalam kualifikasi baik mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu dari 2 siswa di siklus I menjadi 18
siswa di siklus II.
Penelitian ini membahas tentang peningkatan hasil belajar dan kemampuan
berpikir kritis siswa. Dalam penelitian ini diharapkan ada peningkatan hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian-
penelitian terdahulu terlihat adanya peningkatan hasil belajar dan kemampuan
berpikir kritis. Dari ketiga penelitian yang relevan satu diantaranya membahas
tentang peningkatan hasil belajar, dan dua diantaranya membahas tentang
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan penelitian terbaru yang
akan dilakukan peneliti adalah tentang peningkatan hasil belajar dan kemampuan
berpikir kritis siswa. Kemudian dari ketiga penelitian yang relevan diatas
digunakan peneliti sebagai pendukung dalam penelitian ini, untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan
pendekatan pembelajaran kontekstual. Berikut ini merupakan bagan dari
penelitian yang relevan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Berpikir
Susanto (2013: 185) berpendapat bahwa matematika adalah salah satu
disiplin ilmu yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol dalam
matematika yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.Tujuan dari pembelajaran matematika
adalah untuk menyelesaikan masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan dikelas adalah pembelajaran yang
sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif.Dari defenisi
Peningkatan Hasil
Belajar dan
Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Kelas V
SD Negeri
Karangmloko 1 Pada
Materi
KPK dan FPB Melalui
Pendekatan
Pembelajaran
Kontekstual tahun
ajaran 2015/2016
Penerapan model pembelajaran
kontekstual untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pada
siswa kelas IV A SD Negeri
Margoyasan tahun ajaran 2013/2014
Upaya Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas X-C
SMA N 11 Yogyakarta melalui
Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) pada Materi
Perbandingan Trigonometri tahun
ajaran 2010/2011
Penerapan Pendekatan CTL (
Contekstual Teaching and Learning)
Pada Mata Pelajaran Matematika
Materi Bangun Ruang Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”
tahun ajaran 2012/2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
belajar dan pembelajaran serta ideal, maka hakikat pembelajaran yang ideal
adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang
dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang mampu
memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan
mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan mereka.Pembelajaran yang seperti ini, akan melatih dan menanamkan
sikap demokratis bagi siswa dan juga dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk mampu
belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan
kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri.
Namun, fakta yang terjadi saat ini didalam proses pembelajaran guru belum
mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan menghubungkannyaantara
realitas permasalahan matematis yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam menerima
pengetahuan baru atau memecahkan suatu masalah. Akibat rendahnya
kemampuan berpikir kritis siswa mengakibatkan hasil belajar siswa juga rendah.
Menurut Brahim (dalam Susanto 2013: 5) mengungkapkan bahwa hasil belajar
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa setelah siswa mempelajari
materi pelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa diketahui bahwa guru selama
proses pembelajaranmenggunakan pendekatan teacher centered, yaitu
pembelajaran berpusat pada guru. Sedangkan siswa hanya mendengarkan,
mencatat, dan menghafal materi yang disampaikan oleh guru. Seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pembelajaran matematika yang ideal, yaitu pembelajaran yang berpusat pada
siswa dan dalam pembelajaran matematika anak dihadapkan pada realitas
kehidupan nyata siswa yang memuat permasalahan matematis.
Salah satu upaya dalam menghadapi permasalahan tersebut dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.Pendekatan pembelajaran
kontekstual adalah suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia
nyata di kelas dan mendorong siswa untuk menghubungkanpengetahuan yang
dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan nyata siswa. Kelebihan pendekatan
pembelajaran kontekstual antara lain siswa belajar melalui pengalaman sehari-
hari yang diterapkan dalam materi pelajaran, sehingga pembelajaran lebih
bermakna bagi siswa. Selain itu, dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
kontekstual diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Kemudian dengan penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika, terutama
pada materi KPK dan FPB. Pendekatan pembelajaran kontekstual terdiri dari
tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Serta
langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang difokuskan dalam penelitian ini
ada 5, yaitu: Relating, Experiencing, Cooperating, Applying, dan Transfering.
Selain itu, dalam proses pembelajaran guru belum mengkaitkan antara
materi yang dipelajari dengan menghubungkannya antara realitas permasalahan
matematis yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berpengaruh terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kemampuan berpikir kritis siswa dalam menerima pengetahuan baru atau
memecahkan suatu masalah. Akibat rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa
mengakibatkan hasil belajar siswa juga rendah. Menurut Brahim (dalam Susanto
2013: 5) mengungkapkan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa setelah siswa mempelajari materi pelajaran. Rendahnya hasil
belajar siswa diketahui bahwa guru selama proses pembelajaranmenggunakan
pendekatan teacher centered, yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Sedangkan
siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal materi yang disampaikan
oleh guru. Seharusnya pembelajaran matematika yang ideal, yaitu pembelajaran
yang berpusat pada siswa dan dalam pembelajaran matematika anak dihadapkan
pada realitas kehidupan nyata siswa yang memuat permasalahan matematis.
Jika siswa yang lebih banyak aktif dalam proses pembelajaran, maka
materi pembelajaran akan lebih berkesan dan akan selalu melekat pada siswa,
karena siswa menemukan materi dengan sendirinya tanpa harus selalu menunggu
penjelasan dari guru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk
meningkatkan hasil belajar matematika adalah menerapkan pendekatan
pembelajaran Contektual Teaching and Learning.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan Contektual Teaching and
Learning dapat meningkatkan motivasi belajar matematika, sebab sangat
membantu siswa dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran pun akan
lebih berkesan dan bermakna untuk siswa. Dalam penelitian ini, pendekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Contektual Teaching and Learning tersebut diterapkan dengan harapan agar
siswa menjadi lebih aktif dan dapat dengan mudah memahami materi pelajaran
matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir
kritis matematika siswa.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah disebutkan, maka
peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD 1Negeri
Karangmloko 1 tahun pelajaran 2015/2016, dengan langkah langkah sebagai
berikut: (1) Relating, (2) Experiencing, (3) Cooperating, (4) Applying, (5)
Transfering.
2. Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar pada
materi KPK dan FPB siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 tahun
pelajaran 2015/2016.
3. Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi KPK dan FPB siswa kelas V SD Negeri
Karangmloko 1 tahun pelajaran 2015/2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 3), penelitian tindakan kelas
adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang
dilakukan oleh siswa.Suyadi (2012: 3) mengungkapkan bahwa penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap suatu
kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara
bersamaan. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu kajian sistematik dari
upaya untuk memperbaiki pelaksanaan praktek pendidikan yang dilakukan guru
kelas dengan melakukan suatu tindakan-tindakan dalam pembelajaran
(Wiriaatmadja, 2007: 12). Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Arikunto
(dalam Taniredja, 2010: 16) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai
suatu kegiatan pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berupa
tindakan yang dimunculkan dan terjadi di dalam kelas. Suyanto (dalam Muslicah,
2009: 9) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan suatu tindakan yang
bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran di kelas.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkanbahwa penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas dengan tujuan
untuk meningkatkan praktik dan proses pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan
penelitian dimulai dari permaslahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam
proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah
tersebut. Setelah itu masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan
terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan
kerjasama antara peneliti, guru/ teman sejawat, siswa, dan staf sekolah lainnya
untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Prinsip utama dalam
PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan
sampai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus yang dinamis dengan tindakan
yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhardjono (Suharsimi
Arikunto, 2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang
yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu (a) perencanaan;
(b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti menggunakan teori
dari model yang diadopsi dari Kemmis dan Mc Tagart (dalam Arikunto,
2010:17). Model Kemmis dan Mc Tagartdapat dilihat pada gambar 3.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Tagart (Arikunto, 2010: 17)
Berdasarkan gambar 3.1 terlihat bahwa siklus PTK model Kemmis dan Mc
Tagart dimulai dari perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan
(acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) yang berulang pada
siklus berikutnya.
1. Perencanaan Tindakan (Planning).
Perencanaan tindakan (planning) merupakan tahap awal dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Perencanaan tindakan (planning)
terdiri dari identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan
pengembangan bentuk tindakan (aksi) sebagai pemecahan masalah. Pada
tahap ini, peneliti memfokuskan permasalahan yang diteliti. Kemudian
peneliti merumuskan permasalahan secara jelas. Tahap selanjutnya adalah
menentukan cara yang digunakan untuk mengatasi masalah.
2. Pelaksanaan (Acting)
Refleksi
Rencana
Tindakan
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi /
pengumpulan
data
Rencana
Tindakan
Observasi /
pengumpulan
data
Siklus I Siklus II Pelaksanaan
Tindakan
Refleksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pada tahap pelaksanaan (acting) merupakan implementasi dari tahap
perencanaan tindakan (planning) yang telah dirancang sebelumnya. Dalam
tahap pelaksanaan (acting), peneliti tidak membatasi siklus yang dilakukan,
tetapi peneliti melakukan penelitian dalam 2 siklus dimana setiap siklus
terdiri dari 2 kali pertemuan. Penelitian ini berpedoman pada peningkatan
hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.
3. Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan (observing) dilakukan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan (acting) berlangsung. Dalam tahap pengamatan (observing),
peneliti melakukan pengamatan dan mencatat segala hal yang diperlukan
sesuai dengan pedoman pengamatan yang telah disusun. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif
tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan
yang dipilih terhadap kondisi kelas yang sebenarnya.
4. Refleksi (reflecting)
Refleksi (reflecting) adalah kegiatan evaluasi untuk melihat rencana
dari awal hingga akhir, kendala, dan hal-hal yang perlu ada perubahan
rencana atau tidak. Refleksi (reflecting) ini bertujuan untuk mengetahui
apakah tindakan yang telah dilakukan menunjukkan keberhasilan atau tidak.
Dalam tahap refleksi ini, peneliti memulai dengan menentukan apakah
tindakan yang dilakukan untuk pemecahan suatu masalah sudah mencapai
tujuan atau belum. Setelah itu, peneliti menentukan atau mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
keputusan untuk melakukan siklus lanjutan atau berhenti karena
permasalahan telah terpecahkan. Selain itu, peneliti juga mencari tahu sejauh
mana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki dan meningkatkan
permasalahan yang diteliti.
3.2 Setting Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Karangmloko 1, yang
beralamat di Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman,
Propinsi Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016 yang
dimulai dari tanggal 12 Oktober 2015 sampai tanggal 30 Oktober 2016.
Pengambilan data dilakukan pada akhir bulan juli melalui wawancara
dengan guru kelas V SD Negeri Karangmloko I.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri
Karangmloko 1, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman pada
tahun ajaran 2015/ 2016. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah
33 siswa yang terdiri dari 17 putri dan 16 putra. Sedangkan objek penelitian
ini yaitu hasil belajar Matematika pada materi KPK dan FPB dan kemampuan
berfikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3.3 Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan berbagai hal yang
diperlukan diantaranya: (1) meminta ijin kepada Kepala SD Negeri Karangmloko
1 untuk melakukan kegiatan penelitian di SD Negeri Karangmloko 1, (2)
melakukan observasi pada siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada saat
pembelajaran matematika untuk memperoleh gambaran mengenai hasil belajar
dan kemampuan berpikir kritis siswa ketika proses pembelajaran berlangsung, (3)
peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas V untuk mengetahui hasil
belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa, terutama pada mata pelajaran
matematika, (4) peneliti mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada saat
pembelajaran berlangsung, yaitu mengenai hasil belajar siswa dan kemampuan
berpikir kritis siswa, (5) menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus,
(6)membuat gambaran awal mengenai peningkatan hasil belajar dan kemampian
berpikir ktitis siswa kelas V pada mata pelajaran matematika, (7) mengkaji
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran serta materi
ajar yang akan digunakan, (8) menyusun instrumen pembelajaran (silabus, RPP,
LKS, dan instrumen penelitian), (10) mempersiapkan fasilitas dan sarana
pendukung yang diperlukan kelas dalam kegiatan belajar, dan (11) melaksanakan
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3.4 Rencana Setiap Siklus
Rencana tindakan pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem
spiral Kemmis dan MC Taggart (Suharsimi Arikunto, 2008: 73), dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Langkah-langkah dalam pelaksanaan perencanaan adalah sebagai
berikut:
1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk dua kali
pertemuan, yang masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 x
35 menit
2) menyiapkan media pembelajaran
3) menyiapkan lembar observasi
4) membuat instrumen penilaian
5) membuat kuesioner berfikir kritis matematika
b. Tindakan
Tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan
secara garis besar adalah pelaksanaan pembelajaran kontekstual dalam
kegiatan belajar mengajar matematika materi FPB dan KPK dengan
media kongkrit yaitu dakon matematika. Setiap tindakan dan proses
pembelajaran tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pertemuan 1
Kegiatan Awal
Relating
Guru melakukan apersepsi dengan cara bertanya jawab tentang kegiatan
sehari-hari yang berhububungan dengan KPK dan FPB (Contructivism).
Kegiatan Inti
Experiencing
Guru memberikan contoh permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan
KPK dan FPB (Contructivism). Selanjutnya guru memberikan contoh KPK
dan FPB beserta cara penyelesainnya dengan menggunakan media konkret,
yaitu kelereng (Modelling). Siswa berkesempatan untuk melakukan
percobaan menggunakan media konkret jelly dalam menyelesaikan KPK dan
FPB (Modelling). Guru mempresentasikan kembali materi selanjutnya
tentang KPK dan FPB (Inquiry).
Cooperating
Siswa membentuk menjadi 6 kelompok sesuai dengan petunjuk guru, yaitu
berhitung 1 sampai 6. Guru memberikan contoh KPK dan FPB menggunakan
media dakon matematika (Modelling). Setiap perwakilan kelompok
mengambil dakon matematika dan mengerjakan soal yang ada di LKS
(Learning Community).
Applying
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju ke depan kelas, untuk
mempresentasi hasil pekerjaan. Guru dan siswa secara bersama-sama
membahas soal.
Kegiatan Penutup
Transfering
Guru bersama dengan murid membuat kesimpulan tentang pembelajaran
yang sudah dilakukan (Reflection). Siawa mengerjakan soal evaluasi akhir
pertemuan secara individu (Authentic Assessment).
Pertemuan 2
Kegiatan Awal
Relating
Guru melakukan tanya jawab mengenai materi tentang materi KPK dan FPB.
(Questioning).
Kegiatan Inti
Experiencing
Guru mendemonstrasikan dengan cara memberikan contoh pengerjaan KPK
dan FPB (Contructivism). Guru memberikan contoh soal KPK dan FPB
dengan menggunakan media dakon matematika (Modelling). Selanjutnya
guru mempresentasikan kembali materi dengan memberikan contoh soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
cerita tentang permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan KPK dan FPB
(Contructivism). Guru menjelaskan cara memecahkan soal cerita tersebut
dengan menggunakan kalimat matematika (Inqiuiry).
Cooperating
Siswa membentuk menjadi 6 kelompok sesuai dengan petunjuk guru, yaitu
berhitung 1 sampai 6.Siswa dengan bimbingan guru mengerjakan soal yang
ada di LKS dengan cara kerja kelompok (Learning Community). Setelah
selesai mengerjakan soal, siswa dan guru membahas soal latihan tersebut.
Applying
Perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.Siswa
mengerjakan soal LKS secara berkelompok (Learning Comunity).
Kegiatan Penutup
Transfering
Siswa mendapatkan kesempatan untuk menanyakan materi yang belum
dipahami pada pembelajaran hari ini (Questioning). Kemudian guru
membuat kesimpulan tentang pembelajaran yang sudah dilakukan
(Reflection). Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu (Authentic
Assessment)
c. Observasi/ pengamatan
Tiap pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas penerapan
tindakan pada pembelajaran. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
tindakan yang dilakukan dapat mengatasi permasalahan yang ada.
Observasi dilakukan dengan cara memberikan soal evaluasi pada akhir
setiap siklus. Hal ini dilakukan peneliti untuk mengetahui hasil belajar
siswa apakah ada peningkatan atau tidak. Peneliti juga melakukan
pengamatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi yang sudah dibuat peneliti untuk melihat kemampuan berpikir
kritis siswa.
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, selanjutnya peneliti melakukan refleksi.
Refleksi dilakukan dengan menganalisi hasil observasi siklus I dengan
tujuan mengetahui hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini
dapat ditarik kesimpulan dan dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai
keberhasilan atau tidak. Dari hasil refleksi tersebut dapat disusun rencana
untuk siklus II. Masalah-masalah pada siklus I dicari pemecahannya,
sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan .
2. Siklus II
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai perbaikan dari
siklus I. Tahapan-tahapannya sama dengan siklus I tetapi dilakukan secara lebih
baik. Siklus II berhenti apabila indikator keberhasilan sudah tercapai, tetapi
apabila belum tercapai dilanjutkan dengan melakukan siklus ke III dan
seterusnya.
a) Perencanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Langkah-langkah dalam pelaksanaan perencanaan adalah sebagai berikut:
1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk dua kali pertemuan,
yang masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit
2) menyiapkan media pembelajaran
3) menyiapkan lembar observasi
4) membuat instrumen penilaian
5) membuat kuesioner berfikir kritis matematika
b) Tindakan
Tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar
adalah pelaksanaan pembelajaran kontekstual dalam kegiatan belajar
mengajar matematika materi FPB dan KPK dengan media kongkrit yaitu
dakon matematika. Setiap tindakan dan proses pembelajaran tersebut selalu
diikuti kegiatan pemantauan.
1) Pertemuan 1
(a) Kegiatan Awal
Relating
Guru melakukan apersepsi dengan cara bertanya jawab tentang
kegiatan sehari-hari yang berhububungan dengan KPK dan
FPB (Contructivism).
(b) Kegiatan Inti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Experiencing
Guru memberikan contoh permasalahan sehari-hari yang
berkaitan dengan KPK dan FPB (Contructivism). Selanjutnya
guru memberikan contoh KPK dan FPB beserta cara
penyelesainnya dengan menggunakan media konkret, yaitu
kelereng (Modelling). Siswa berkesempatan untuk melakukan
percobaan menggunakan media konkret jelly dalam
menyelesaikan KPK dan FPB (Modelling). Guru
mempresentasikan kembali materi selanjutnya tentang KPK
dan FPB (Inquiry).
Cooperating
Siswa membentuk menjadi 6 kelompok sesuai dengan petunjuk
guru, yaitu berhitung 1 sampai 6. Guru memberikan contoh
KPK dan FPB menggunakan media dakon matematika
(Modelling). Setiap perwakilan kelompok mengambil dakon
matematika dan mengerjakan soal yang ada di LKS (Learning
Community).
Applying
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju ke depan
kelas, untuk mempresentasi hasil pekerjaan. Guru dan siswa
secara bersama-sama membahas soal.
(c) Kegiatan Penutup
Transfering
Guru bersama dengan murid membuat kesimpulan tentang
pembelajaran yang sudah dilakukan (Reflection). Siawa
mengerjakan soal evaluasi akhir pertemuan secara individu
(Authentic Assessment).
2) Pertemuan 2
(a) Kegiatan Awal
Relating
Guru melakukan tanya jawab mengenai materi tentang materi
KPK dan FPB. (Questioning).
(b) Kegiatan Inti
Experiencing
Guru mendemonstrasikan dengan cara memberikan contoh
pengerjaan KPK dan FPB (Contructivism). Guru memberikan
contoh soal KPK dan FPB dengan menggunakan media dakon
matematika (Modelling). Selanjutnya guru mempresentasikan
kembali materi dengan memberikan contoh soal cerita tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan KPK dan FPB
(Contructivism). Guru menjelaskan cara memecahkan soal
cerita tersebut dengan menggunakan kalimat matematika
(Inqiuiry).
Cooperating
Siswa membentuk menjadi 6 kelompok sesuai dengan petunjuk
guru, yaitu berhitung 1 sampai 6.Siswa dengan bimbingan guru
mengerjakan soal yang ada di LKS dengan cara kerja
kelompok (Learning Community). Setelah selesai mengerjakan
soal, siswa dan guru membahas soal latihan tersebut.
Applying
Perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.Siswa mengerjakan soal LKS secara berkelompok
(Learning Comunity).
(c) Kegiatan Penutup
Transfering
Siswa mendapatkan kesempatan untuk menanyakan materi
yang belum dipahami pada pembelajaran hari ini
(Questioning). Kemudian guru membuat kesimpulan tentang
pembelajaran yang sudah dilakukan (Reflection). Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
mengerjakan soal evaluasi secara individu (Authentic
Assessment)
3) Observasi/ pengamatan
Tiap pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas penerapan
tindakan pada pembelajaran. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah
tindakan yang dilakukan dapat mengatasi permasalahan yang ada.
Observasi dilakukan dengan cara memberikan soal evaluasi pada akhir
setiap siklus. Hal ini dilakukan peneliti untuk mengetahui hasil belajar
siswa apakah ada peningkatan atau tidak. Peneliti juga melakukan
pengamatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi yang sudah dibuat peneliti untuk melihat kemampuan berpikir
kritis siswa.
4) Refleksi
Tahap refleksi ini, peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran pada siklus II.
Kegiatan ini peneliti lakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang
telah dilakukan menunjukkan keberhasilan atau tidak. Kemudian kegiatan
lain yang dilakukan peneliti adalah mengolah data hasil soal evaluasi
pada siklus II yang akan dijadikan sebagai hasil akhir dari siklus II yang
dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara berhadapan langsung dengan yang diwawancarai atau
narasumber. Narasumber bisa juga diberikan daftar pertanyaan terlebih
dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain (Noor, 2011: 138). Menurut
Putra (2013: 145), wawancara adalah cara pengambilan berbagai bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab secara lisan
dan berhadapan langsung dengan yang diwawancarai sesuai tujuan yang
telah ditentukan. Putra (2013: 145) juga mengungkapkan bahwa wawancara
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu interview bebas (tidak tersetruktur
atau tidak terpimpin) dan interview terpimpin (terstruktur). Pada penelitian
ini, wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur
dengan guru kelas III SDN Karangmloko 1. Wawancara ini dilakukan untuk
mengetahui skondisi kelas dan permasalahan yang terjadi selama proses
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika dan kemampuan
berpikir kritis siswa.
Putra (2013: 146) mengungkapkan bahwa ada lima langkah dalam
menyusun pedoman wawancara, diantaranya:
a) Menentukan tujuan wawancara.
b) Menentukan aspek-aspek yang akan diungkap dalam wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
c) Menentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, terstruktur atau
terbuka.
d) Membuat pertanyaan berstruktur atau bebas.
e) Membuat pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara.
2. Observasi
Observasi seringkali diartikan sebagai suatu aktivitas yang sempit,
yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Dalam pengertian
psikologi, observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi,
mengobervasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba dan pengecap (Suharsimi Arikunto, 2002: 133).Metode ini digunakan
untuk mengumpulkan data tentang hasil atau dampak yang muncul dalam
proses kegiatan belajar mengajar.
Menurut Sutopo (2006: 75) teknik observasi digunakan untuk
menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku,
tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi ini dilakukan
oleh peneliti dan teman sejawat dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas maupun aktifitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Observasi difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan
pembelajaran Matematika dalam pokok bahasan KPK dan FPB dengan model
pembelajaran kontekstual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Observasi terhadap kinerja juga diarahkan pada kegiatan guru di dalam
menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan
menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan
balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.Selain guru,
observasi juga dilakukan pada siswa yaitu kegiatan dan tingkah laku siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Kuesioner
Sutoyo (2012: 189) mendefinisikan kuesioner sebagai sejumlah
pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini yang
berhubungan dengan diri responden. Kuesioner adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh responden atau orang yang akan diukur
(Putra, 2013:149). Tujuan penggunaan kuesioner dalam proses pembelajaran
adalah memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai bahan untuk
menganalisis perilaku selama proses pembelajaran. Kuesioner dalam
penelitian ini adalah adalah kuesioner tentang berpikir kritis. Tahap-tahap
yang dilakukan peneliti dalam menyusun kuesioner adalah merumuskan
tujuan, merumuskan kegiatan, menyusun langkah-langkah, menyusun kisi-
kisi, menyusun panduan kuesioner, dan menyusun alat penilaian.
4. Tes
Mardapi (2008: 67) berpendapat bahwa tes merupakan sejumlah
pertanyaan yang harus diberikan tanggapan, bertujuan untuk mengukur
tingkat kemampuan seseorang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
tes yang berbentuk tes uraian atau (essay test). Tes ini dilakukan setiap akhir
siklus (post-test). Tes akhir atau post-test dilaksanakan untuk mengetahui
sejauh mana materi yang diberikan guru dapat dikuasai dengan baik oleh
siswa atau belum. Peneliti menggunakan soal uraian yang berjumlah 20
butir. Tes dalam penelitian ini diberikan disetiap akhir siklus I dan akhir
siklus II.
5. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil foto guru dan siswa pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
3.6 Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136), instrumen penelitian adalah
alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan dapat berhasil dengan baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, lembar observasi,
kuesioner, tes, dan dokumentasi.
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara disusun sebagai pedoman untuk melakukan
wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan pelaksaan pembelajaran matematika dengan menggunakan alat
peraga. Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah bebas terstruktur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Wawancara dengan siswa dilakukan dengan mengambil secara acak siswa
kelas V SD Negeri Karangmloko I dan guru kelas V.
Pedoman wawancara disusun oleh peneliti sebelum melakukan
wawancara dengan guru kelas V SD Negeri Karangmloko 1. Pedoman
wawancara disusun untuk membantu dan mempermudah peneliti dalam
mendapatkan data awal. Pedoman wawancara yang telah disusun oleh
peneliti dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1. Pedoman Wawancara Berpikir Kritis
No Indikator Pertanyaan
1 Memecahkan
masalah
Apakah siswa terus berusaha untuk
menemukan jawaban yang benar ketika
menemui kesulitan?
Apakah siswa menggunakan cara atau
alternatif lain untuk mengerjakan soal?
Apakah siswa mampu menyelesaikan
masalah dengan cara yang sistematis?
2 Mampu bertanya Seperti apakah bentuk pertanyaan siswa
ketika menemui kesulitan?
3 Membuat
kesimpulan
Apakah siswa mampu menceritakan materi
yang sudah dipelajari?
Apakah siswa mampu menceritakan proses
dalam mencari jawaban?
4 Menganalisis
argumen.
Apakah siswa suka berdiskusi ketika bekerja
dalam kelompok?
5 Menjawab
pertanyaan
Apakah siswa memikirkan kebenaran
jawaban terlebih dahulu sebelum menjawab
pertanyaan dari guru?
6 Keterampilan
mengevaluasi dan
menilai hasil dari
pengamatan
Apakah siswa senang mengkoreksi jawaban
terlebih dahulu sebelum menjawab
pertanyaan dari guru?
Apakah siswa senang melakukan
pembuktian jawaban dengan menggunakan
media pembelajaran?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel3.2. Pedoman Wawancara Proses Pembelajaran
No Garis Besar Pertanyaan Wawancara
1 Bagaimana proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika
di kelas V ?
2 Apakah kendala yang dihadapi dalam mengajar matematika di
kelas V?
3 Apakah selalu menggunakan media sebagai sarana pembelajaran
matematika?
4 Apakah siswa diajak untuk melakukan percobaan dengan media
yang digunakan pada saat pelajaran matematika?
5 Apakah siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran
matematika?
6 Apa yang membuat siswa merasa kesulitan dalam menerima
pelajaran matematika?
7 Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika?
8 Apa yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah pada mata
pelajaran matematika?
9 Bagaimana strategi pembelajaran matematika yang digunakan
untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa?
10 Apakah pernah menerapkan pendekatan CTL dalam
pembelajaran matematika?
11 Bagaimana proses pembelajaran matematika pada materi KPK
dan FPB?
12 Apakah dalam pembelajaran matematika materi KPK dan FPB
nilai siswa sudah mencapai diatas KKM?
13 Berapa nilai tertinggi dan berapa nilai terendah?
2. Pedoman Observasi
Lembar observasi disusun untuk memperoleh gambaran langsung
tentang kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran
dikelas. Pedoman observasi yang disusun peneliti dapat dilihat pada tabel
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 3.3. Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis
No Indikator
keterampilan
eksperimen
Skala skor
3 2 1
1 Menganalisis
argumen
Sering
menganalisis
argumen
ketika berkerja
dalam
kelompok
Jarang
menganalisis
argumen ketika
berkerja dalam
kelompok
Tidak pernah
menganalisis
argumen
ketika
berkerja
dalam
kelompok
2 Mampu
bertanya
Bentuk
pertanyaan
menunjukan
kemampuan
berpikir kritis
Bentuk
pertanyaan
kurang
menunjukan
kemampuan
berpikir kritis
Tidak
mengajukan
pertanyaan
3 Mampu
menjawab
pertanyaan
Jawaban sesuai
dengan
pertanyaan dan
disertai dengan
langkah
pengerjaan
Jawaban sesuai
dengan
pertanyaan,
namun tanpa
disertai dengan
langkah
pengerjaan
yang kurang
tepat
Jawaban tidak
sesuai
4 Memecahkan
masalah
Memecahkan
masalah
dengan
langkah yang
sistematis
tanpa bantuan
guru
Memecahkan
masalah
dengan langkah
yang sistematis
dengan bantuan
guru
Penyelesaian
masalah tanpa
menyertakan
langkah yang
sistematis
5 Menuliskan
kesimpulan
Kesimpulan
ditulis dengan
benar sesuai
dengan materi
yang telah
dipelajari
Kesimpulan
ditulis namun
tidak sesuai
dengan materi
yang telah
dipelajari
Tidak
menuliskan
kesimpulan
6 Keterampilan Sering Jarang Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
No Indikator
keterampilan
eksperimen
Skala skor
3 2 1
mengevaluasi
dan menilai
hasil
pengamatan
mengevaluasi
dan menilai
hasil
pengematan
mengevaluasi
dan menilai
hasil
pengamatan
melakukan
evaluasi dan
menilai hasil
pengamatan
3. Lembar Kuesioner
Lembar kuesioner disusun untuk memperoleh gambaran awal dan akhir
tentang kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam membuat kisi-kisi lembar
kuesioner peneliti menggunakan 6 indikator sebagai fokus penelitian. Pemilihan
6 indikator tersebuat disesuaikan dengan karateristik pendekatan pembelajaran
kontekstual. Enam indikator kemampuan berpikir kritis tersebut diambil 3 ahli.
Kisi-kisi kuesioner kemampuan berpikir kritis yang disusun peneliti dapat dilihat
pada tebel berikut ini.
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis
No Indikator Berpikir Kritis Aitem Pernyataan
Jumlah Favorabel Unfavorabel
1 Menganalisis argument 6,9 13,15 4
2 Mampu bertanya 7 14 2
3 Mampu menjawab
pertanyaan 3 8
2
4 Memecahkan masalah 1,10,16 18,11,19 6
5 Membuat kesimpulan 2 4 2
6 Keterampilan
mengevaluasi dan menilai
hasil dari pengamatan.
5,12 17,20 4
Total 20
Penskoran atau pemberian skor pada setiap item pertanyaan menggunakan
pedoman penskoran sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel 3.5. Pedoman Penskoran Kuesioner
Pilihan Jawaban Skor
Favorabel Unfavorabel
SS = Sangat Setuju 5 1
S = Setuju 4 2
B = Biasa 3 3
TS = Tidak Setuju 2 4
STS = Sangat Tidak Setuju 1 5
Pedoman penskoran dalam lembar kuesioner ini mengacu pada skala likert,
dimana disetiap item pertanyaan atau pernyataan dengan menyedikan 5 pilihan
jawaban favorable (item positif) dan unfavorable (item negatif) yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), biasa (B), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
4. Tes Evaluasi
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berupa
soal essay. Soal essayterdiri dari 10 soal yang disusun berdasarkan indikator
yang disesuaikan dengan kurikulum KTSP. Desain kisi-kisi instrumen penelitian
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran
matematika dengan materi KPK dan FPB sebagai berikut:
a. Evaluasi Siklus 1
Pada soal evaluasi siklus 1, peneliti membuat soal essay sejumlah 10
soal. Instrumen yang digunakan peneliti dalam siklus I sebagai berikut:
Tabel 3.6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I
No Indikator No Soal
1 Menentukan KPK dan FPB
menggunakanfaktorisasi prima
1,2,3,4,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
No Indikator No Soal
2 Memecahkan masalah sehari-hari yang
berkaitan dengan KPK dan FPB
6,7,8,9,10
b. Evaluasi Siklus II
Pada soal evaluasi siklus II, peneliti membuat soal essay sejumlah 10
soal. Instrumen yang digunakan peneliti dalam siklus II sebagai berikut:
Tabel 3.7. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II
No Indikator No Soal
1 Menentukan KPK dan FPB menggunakan
faktorisasi prima
1,2,3,4,5
2 Memecahkan masalah sehari-hari yang
berkaitan denganKPK dan FPB
6,7,8,9,10
5. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memberikan gambaran secara konkret
mengenai aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran dan untuk
memperkuat data yang diperoleh. Dokumen tersebut berupa foto yang
memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan siswa.
3.7 Teknik Pengujian Instrumen
Pengertian validitas secara umum adalah keadaan yang menggambarkan
tingkat instrumen yang bersangkutan dan mampu mengukur apa yang akan
diukur. Menurut Mardapi (2008: 16), validitas merupakan dukungan bukti dan
teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Validitas
terdiri dari tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
1. Validitas Isi
Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen untuk
mengukur isi yang akan diukur (Mardapi, 2008: 16). Validitas isi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah soal evaluasi berbentuk essay.
2. Validitas Konstruk
Validitas konstruk merupakan suatu alat ukur dikatakan valid jika cocok
dengan kontruksi teoritik di mana tes itu dibuat (Surapranata, 2009: 51).
3. Validitas Rupa (Face Validity)
Validitas Rupa adalah validitas yang menunjukkan apakah alat ukur atau
instrumen penelitian dari segi rupa tampak mengukur apa yang ingin diukur,
validitas ini mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Validitas rupa
dalam penelitin ini digunakan untuk perangkat pembelajaran. Perangkat
pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), materi ajar, dan kuesioner
kemampuan berpikir kritis. Perangkat pembelajaran yang sudah divalidasi
oleh ahli kemudian direkap untuk dicari skor rata-rata dan kriteria kelayakan
berdasarkan patokan acuan penilaian (PAP) tipe 1. Berikut ini merupakan
tabel kriteria kelayakan validasi yang diadopsi dari Masidjo (1995).
Tabel 3.8. Kriteria Kelayakan Validasi
Presentase Skor Kriteria
90% - 100% 4,5 – 5 Sangat layak
80% - 89% 4 – 4,49 Layak
65% - 79% 3,25 – 3,99 Cukup layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
55% - 64% 2,75 – 3,24 Kurang layak
Dibawah 55% 1 – 2,74 Sangat kurang layak
Uji validitas rupa (face validity)dalam penelitian ini meliputi perangkat
pembelajaran yang berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
lembar kerja siswa (LKS), dan materi ajar yang diujikan melalui expert
judgment kepada dosen dan guru kelas. Validator 1 dan 2 adalah dosen
Universitas Sanata Dharma yang ahli dibidang Matematika dan validator 3
adalah guru kelas SD Negeri Karangmloko 1.
Uji validitas perangkat pembelajaran menggunakan Skala Likert 1, 2, 4
dan 5. Skor 1 berarti kurang sekali, skor 2 berarti kurang, skor 4 berarti baik,
dan skor 5 berarti sangat baik.Penilaian yang telah diberikan dosen dan guru,
kemudian dijumlah dan dihitung rata-rata. Kemudian penentuan kriteria
kelayakan hasil validasi berdasarkan kriteria kelayakan validasi yang terdapat
pada tabel 3.8 yang diadopsi dari masidjo (1995) Hasil validasi silabus yang
telah divalidasi oleh ahli melalui expert judgment yang dapat dilihat pada
tabel 3.9.
Tabel 3.9. Hasil Validasi Silabus
No Komponen yang
Dinilai
Validator Rata-
rata 1 2 3
1 Kelengkapan
komponen silabus
5 4 5 4,66
2 Kesesuaian SK, KD,
dan Indikator
5 4 5 4,66
3 Kesesuaian pemilihan
metode pembelajaran
5 4 5 4,66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
No Komponen yang
Dinilai
Validator Rata-
rata 1 2 3
4 Penggunaan bahasa
dan tata tulis baku
5 4 5 4,66
5 Kesesuaian antara
penilaian dengan
indikator yang
dirumuskan
4 4 4 4
Rata-rata 4,8 4 4,8 4,52
Kriteria Sangat
layak
Layak Sangat
layak
Sangat
layak
Hasil validasi silabus pada tabel 3.9 dapat diperoleh data bahwa
validator 1 memberikan skor rata-rata 4,8 pada kriteria “sangat layak”.
Validator 2 memberikan skor rata-rata 4 pada kriteria “layak”, dan validator 3
memberikan skor rata-rata 4,8 pada kriteria “sangat layak”. Rata-rata skor
akhir yang diberikan ketiga validator adalah 4,52, yaitu pada kriteria “sangat
layak”. Maka silabus tersebut termasuk dalam kategori “sangat layak” untuk
digunakan dalam penelitian sesuai dengan kriteria PAP 1 (Masidjo, 1995:
153) tabel kelayakan validasi dapat dilihat pada tabel 3.8. Hasil validasi
selanjutnya yang sudah divalidasi validator adalah rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada tabel 3.10.
Tabel3.10. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
No Komponen yang Dinilai Skor Validator Rata-
rata 1 2 3
I Perumusan indikator
keberhasilan belajar
1 Kejelasan rumusan 5 4 5 4,66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
No Komponen yang Dinilai Skor Validator Rata-
rata 1 2 3
2 Kelengkapan cakupan
rumusan indicator
5 4 5 4,66
3 Kesesuaian dengan
kompetensi dasar
5
4 5 4,66
II Pemilihan dan
pengorganisasian materi
pembelajaran
1 Kesesuaian dengan
kompetensi yang akan
dicapai
5 4 5 4,66
2 Kesesuaian dengan
karakteristik peserta didik
4 4 4 4
3 Keruntutan dan sistematika
materi
5 4 5 4,66
4 Kesesuian materi dengan
alokasi waktu
5 4 5
4,66
III Pemilihan sumber
belajar/metode
pembelajaran
1 Kesesuaian sumber
belajar/metode
pembelajaran dengan
standar kompetensi (tujuan)
yang ingin dicapai
5 2 5 4
2 Kesesuaian sumber
belajar/metode
pembelajaran dengan materi
pembelajaran
5 4 4 4,33
3 Kesesuaian sumber
belajar/metode
pembelajaran dengan
karakteristik peserta didik
5 4 5 4,66
IV Skenario/ Kegiatan
Pembelajaran
1 Kesesuaian strategi dan
metode pembelajaran
dengan kompetensi (tujuan)
pembelajaran
5 4 5 4,66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
No Komponen yang Dinilai Skor Validator Rata-
rata 1 2 3
2 Kesesuaian strategi dan
metode pembelajaran
dengan materi
pembelajaran.
4 4 4 4
3 Kesesuaian strategi dan
metode pembelajaran
dengan karakteristik peserta
didik
5 4 4 4,33
V Penilaian hasil belajar
1 Kesesuaian teknik penilaian
dengan kompetensi yang
ingin dicapai
4 4 5 4.33
2 Kejelasan prosedur
penilaian (awal, proses
akhir, tindak lanjut)
5 4 5 4.66
3 Kelengkapan instrumen
(soal, rubrik, kunci
jawaban)
5 4 5 4,66
VI Penggunaan bahasa tulis
1 Ketepatan ejaan 5 4 5 4,66
2 Ketepatan pilihan kata 5 4 5 4,66
3 Kebakuan struktur kalimat 5 4 5 4,66
4 Bentuk huruf dan angka
baku
5 4 5 4,66
Rata-rata 4,85 3,9 4,8 4,51
Kriteria Sanga
t
layak
Cukup
layak
Sangat
layak
Sangat
layak
Hasil validasi RPP pada tabel 3.10 dapat diperoleh data bahwa skor rata-
rata perolehan dari validator 1, yaitu 4,85 pada kriteria “sangat layak”. Rata-
rata skor validator 2, yaitu 3,9 pada kriteria “cukup layak” dan skor rata-rata
perolehan dari validator 3 adalah 4,8 pada kriteria “sangat layak”. Perolehan
skor rata-rata dari ketiga validator adalah 4,51, yaitu pada kriteria “sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
layak”. Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) tersebut termasuk dalam kategori “sangat
layak” untuk digunakan dalam penelitian sesuai dengan kriteria PAP 1
(Masidjo, 1995: 153) dengan rentang skor 1 sampai 5, tabel kelayakan
validasi dapat dilihat pada tabel 3.8.Selanjutnya, hasil validasi lembar kerja
siswa (LKS) yang dapat dilihat pada tabel 3.11.
Tabel 3.11. Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS)
No Komponen yang
Dinilai
Skor Validator Rata-
rata
1 2 3
1 Kelengkapan unsur
LKS
5 4 5 4,66
2 Kesesuaian
indikator/tujuan
pembelajaran dengan
LKS
5 4 5 4,66
3 Rumusan petunjuk
pengerjaan LKS
sederhana dan mudah
dipahami siswa
5 4 5 4,66
4 LKS membantu siswa
dalam memahami
materi ajar
5 2 5 4
5 LKS menunjukkan
keruntutan kegiatan
belajar
5 4 5 4,66
6 Tampilan LKS
menarik dan indah
5 4 5 4,66
7 Penggunaan bahasa
dan tata tulis baku
5 2 5 4
Rata-rata 5 3,42 5 4,47
Kriteria Sanga
t
layak
Cukup
layak
Sangat
layak
Layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Hasil validasi LKS pada tabel 3.11 dapat diperoleh data bahwa skor rata-
rata perolehan validator I, yaitu 5 pada kriteria “sangat layak”. Dari validator
2 memperoleh skor rata-rata 3,42 pada kriteria “cukup layak” dan validator 3
memperoleh skor rata-rata 5 pada kriteria “sangat layak”. Berdasarkan ketiga
validator diperoleh skor rata-rata 4,47, yaitu pada kriteria ”layak”. Dari uraian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa LKS tersebut termasuk dalam
kategori “layak” untuk digunakan dalam penelitian sesuai dengan kriteria PAP
1 (Masidjo, 1995: 153) dengan rentang skor 1 sampai 5, tabel kelayakan
validasi dapat dilihat pada tabel 3.8.
Kemudian hasil validasi materi ajar yang sudah divalidasi validator dapat
dilihat pada tabel 3.12 berikut ini:
Tabel 3.12. Hasil Validasi Materi Ajar
No Komponen yang
Dinilai
Skor Validator Rata-
rata 1 2 3
1 Materi ajar dengan
kompetensi yang akan
dicapai
4 2 5 3,66
2 Kesesuaian materi ajar
dengan karakteristik
peserta didik
5 4 4 4,33
3 Materi ajar cakupannya
luas dan memadai
4 4 5 4,33
4 Pengorganisasian
materi ajar runtut dan
sistematik
5 4 5 4,66
5 Kesesuaian alokasi
waktu dengan
kesesuaian materi ajar
5 4 5 4,66
6 Penggunaan bahasa dan
tata tulis baku
5 4 5 4,66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
No Komponen yang
Dinilai
Skor Validator Rata-
rata 1 2 3
Rata-rata 4,66 3,66 4,83 4,38
Kritera Sangat
layak
Cukup
layak
Sangat
layak
Layak
Dari tabel 3.12 tentang hasil validasi materi ajar dapat diperoleh data
bahwa skor rata-rata yang diperoleh dari validator 1 adalah 4,66 pada kriteria
“sangat layak”. Skor rata-rata validator 2 adalah 3,66 pada kriteria “cukup
layak” denganskor rata-rata validator 3 adalah 4,83 pada kriteria “sangat
layak”. Kemudian skor rata-rata dari ketiga validator adalah 4,38 yaitu pada
kriteria “layak”. Maka dapat disimpulkan bahwa materi ajar tersebut termasuk
dalam kategori “layak” untuk digunakan dalam penelitian sesuai dengan
kriteria PAP 1 (Masidjo, 1995: 153) dengan rentang skor 1 sampai 5, tabel
kelayakan validasi dapat dilihat pada tabel 3.8.
Uji validitas isi kuesioner kemampuan berpikir kritis,diujikan melalui
expert judgment kepada 2 dosen. Validator 1 adalah salah satu dosen
Universitas Sanata Dharma yang ahli dibidang psikologi dan validator 2 juga
merupakan salah satu dosen Universitas Sanata Dharma dibidang
psikologi.Uji validitas ini menggunakan Skala Likert 1, 2, 3, 4 dan 5. Skor 1
berarti kurang sekali, skor 2 berarti kurang, skor 3 berarti cukup, skor 4 berarti
baik, dan skor 5 berarti sangat baik. Penilaian yang telah diberikan dosen dan
guru dijumlah dan dihitung rata-rata. Hasil validasi kuesioner yang telah
divalidasi oleh ahli melalui expert judgment dapat dilihat pada tabel 3.13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel 3.13. Hasil Validasi Kuesioner
No Soal Validator Rata-rata
1 2
1 4 3 3,5
2 4 5 4,5
3 4 4 4
4 4 5 4,5
5 4 5 4,5
6 4 4 4
7 4 3 3,5
8 4 4 4
9 4 4 4
10 4 3 3,5
11 4 3 3,5
12 2 5 3
13 4 4 4
14 4 4 4
15 4 3 3,5
16 4 2 3
17 4 5 4,5
18 4 3 3,5
19 4 2 3
20 2 5 3,5
Rata-rata 3,8 3,8 3,8
Kriteria Cukup layak Cukup
layak
Cukup
layak
Dari tabel 3.13 diperoleh data bahwa skor rata-rata validator 1, yaitu 3,8
dengan kriteria “cukup layak”.Skor rata-rata validator 2, yaitu 3,8 dengan
kriteria “cukup layak”. Hasil kedua validator tersebut diperoleh skor rata-rata
3,8 dengan kriteria “cukup layak”. Berdasarkan hasil validasi dari kedua
validator tersebut,maka dapat disimpulkan lembar kuesioner kemampuan
berpikir tersebut termasuk dalam kategori “cukup layak” untuk digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dalam penelitian sesuai dengan kriteria PAP 1 (Masidjo, 1995: 153) dengan
rentang skor 1 sampai 5, tabel kelayakan validasi dapat dilihat pada tabel3.8.
Validitas isi dalam penelitian ini menggunakan soal essay berjumlah 5
soal. Soal essaydiujikan melalui expert judgment kepada dosen dan guru
kelas. Validator 1 dan 2 adalah dosen Universitas Sanata Dharma yang ahli
dibidang Matematika dan validator 3 adalah guru kelas SD Negeri
Karangmloko 1.
Hasil validasi soal evaluasi yang sudah divalidasi oleh validator
dapat dilihat pada tabel 3.14 berikut ini:
Tabel 3.14. Hasil Validasi Lembar Evaluasi
No Komponen yang
Dinilai
Skor Validator Rata-
rata 1 2 3
1 Kesesuaian indikator
dengan soal
5 2 5 4
2 Kalimat yang
digunakan sederhana
dan tidak berlebihan
5 4 5 4,66
3 Bahasa jelas, baku,
dan sederhana
5 4 5 4,66
4 Keluasan cakupan
soal
4 4 5 4,33
5 Soal tidak
menimbulkan makna
ganda
5 4 5 4,66
Rata-rata 4,8 3,6 5 4,56
Kriteria Sangat
layak
Cukup
layak
Sangat
layak
Sangat
layak
Hasil validasi soal evaluasi pada tabel 3.14 diperoleh data bahwa
skor rata-rata validator 1, yaitu 4,8 dengan kriteria “sangat layak”. Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
rata-rata validator 2, yaitu 3,6 pada kriteria “cukup layak”. Skor rata-rata
validator 3, yaitu 5 pada kriteria “sangat layak”. Dari ketiga validator
tersebut diperoleh skor rata-rata 4,56 yaitu pada kriteria “sangat layak”.
Berdasarkan hasil validasi dari ketiga validator tersebutmaka dapat
disimpulkan bahwa soal essaytermasuk dalam kategori “layak” untuk
digunakan dalam penelitian sesuai dengan kriteria PAP 1 (Masidjo, 1995:
153) dengan rentang skor 1 sampai 5, tabel kelayakan validasi dapat dilihat
pada tabel 3.8.
Berdasarkan dari hasil validasi perangkat pembelajaran (silabus, RPP,
LKS, materi ajar, dan kuesioner) dan validasi soal essaymaka dapat
disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran dan soal essayyang sudah peneliti
buat dapat digunakan dalam penelitian.
3.8 Teknik Analisis data
3.9 Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang berupa nilai hasil belajar siswa dianalisis dengan
menggunakan analisis statistik deskriptif. Analisis deskriptif yang digunakan
adalah mencari skor rerata dan mencari persentase peningkatan prestasi
belajar dalam setiap siklus.
3.9.1.1.1.1 Skor Rerata
Skor rerata dalam penelitian ini adalah skor rata- rata kelas dari hasil
pre test, post test I, post test II, dan post test selanjutnya. Cara
menghitung rerata kelas adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
M = X
N
Keterangan:
M = Mean (Skor rata- rata kelas).
∑ X = Jumlah skor seluruh siswa.
N = Banyak siswa.
Persentase Peningkatan Prestasi Belajar/ Presentase Jumlah Siswa yang
Mencapai KKM
Persentase peningkatan hasil belajar adalah besarnya kenaikan hasil
belajar siswa dari sebelum dilakukan tindakan kelas sampai setelah
dilakukan tindakan kelas. Adapun persentase yang dihitung dalam
penelitian ini adalah persentase kenaikan hasil belajar siswa dari hasil pre
test ke post test I, kenaikan hasil belajar siswa dari hasil post test I ke post
berikutnya, kenaikan hasil belajar siswa dari hasil pre test ke post test
terakhir, kenaikan total hasil belajar siswa dari sebelum tindakan (hasil
pre test) hingga akhir tindakan (post test terakhir), presentase jumlah
siswa yang mencapai KKM dari sebelum tindakan (pre test) hingga post
test I dan post test berikutnya, dan persentase jumlah siswa yang
mendapat nilai hasil belajar lebih dari 70.
Tabel 3.15. Kriteria Nilai Hasil Belajar
Nilai Hasil Belajar Kriteria
85 – 100 Sangat Baik
70 – 84 Baik
55 – 69 Cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
40 – 54 Kurang
0 – 39 Sangat Kurang
Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis (Kuesioner)
Analisis data dalam kemampuan berpikir kritis, meliputi 6 indikator
sebagai fokus penelitian, yaitu: (1) menganalisis argumen, (2) mampu
bertanya, (3) mampu menjawab pertanyaan, (4) memecahkan masalah, (5)
membuat kesimpulan, dan (6) keterampilan mengevaluasi dan menilai
hasil dari pengamatan. Dari 6 indikator kemampuan berpikir kritis
tersebut, kemudian dibuat kuesioner berjumlah 20 butir pernyataan yang
terdiri dari pernyataan favorable atau pernyataan positif dan unfavorable
atau pernyataan negatif. Analisis data kemampuan berpikir kritis dapat
dihitung dengan menggunakan langkah-langkah berikut:
a. Menghitung kuesioner kemampuan berpikir kritis yang dibagikan
kepada siswa pada awal sebelum penelitian dan akhir setelah
penelitian menggunakan pedoman penskoran yang sudah dibuat.
Kemudian memasukkan data hasil kuesioner tersebut di microsoft
excel, dan selanjutnya mengelompokkannya berdasarkan indikator.
b. Menghitung jumlah skor berpikir kritis kelas.
c. Menghitung rata-rata skor kelas.
Jumlah skor kelas = Menjumlahkan skor siswa dalam
satu kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Jumlah skor kelas
Jumlah siswa
d. Menghitung nilai rata-rata kelas.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =Jumlah skor yang diperoleh
Jumlah skor maksimal× 100
e. Menentukan rentang skor kriteria berpikir kritisberdasarkan PAP tipe I
menurut Masidjo.
Tabel 3.16. Penilaian Acuan Patokan I (PAP) I
Tingkat Penguasaan
Kompetensi
Rentang Skor Keterangan
90% - 100% Sangat Kritis
80% - 89% Kritis
65% - 79% Cukup Kritis
55% - 79% Tidak Kritis
Dibawah 55% Sangat Tidak
Kritis
f. Menghitung jumlah siswa yang minimal cukup kritis.
g. Menghitung persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =Jumlah siswa yang minimal CK
Jumlah seluruh siswa× 100%
Menentukan kriteria kemampuan berpikir kritis setiap indikator:
1. Indikator 1 (Menganalisis Argumen)
Rentang skor kriteria = Persentase setiap kriteria × skor maksimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Dalam indikator 1 (menganalisis argumen) terdapat 4 soal yang
mewakili indikator 1 tersebut. Untuk mengetahui skor maksimal dari
indikator 1 dapat dihitung dengan cara berikut:
Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,
diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 1 adalah 20. Setelah
dikatahui skor maksimal pada indikator 1 selanjutnya peneliti
membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis
berdasarkan PAP tipe I (Penilaian Acuan Patokan). Rentang skor
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.18.
Tabel 3.17. Rentang Skor Indikator 1
Tingkat Penguasaan
Kompetensi
Rentang Skor Keterangan
90% - 100% 18 – 20 Sangat Kritis
80% - 89% 16 – 17,9 Kritis
65 % - 79% 13 – 15,9 Cukup Kritis
55% - 64% 11 – 12,9 Tidak Kritis
Dibawah 55% 4 – 10,9 Sangat Tidak Kritis
Dari tabel 3.17 diketahui bahwa pada indikator 1 dapat dikatakan
memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat
memperoleh minimal 13 (cukup kritis).
2. Indikator 2 (Mampu Bertanya)
Skor maksimal = 4 soal × 5 (sangat baik)
= 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Dalam indikator 2 (mampu bertanya) terdapat 2 soal yang
mewakili indikator 2 tersebut. Untuk mengetahui skor maksimal dari
indikator 2 dapat dihitung dengan cara berikut:
Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,
diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 2 adalah 10. Setelah
dikatahui skor maksimal pada indikator 2 selanjutnya peneliti
membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis
berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada tabel
3.18.
Tabel 3.18. Rentang Skor Indikator 2
Tingkat Penguasaan
Kompetensi
Rentang Skor Keterangan
90% - 100% 9 – 10 Sangat Kritis
80% - 89% 8 – 8,9 Kritis
65 % - 79% 6,5 – 7,9 Cukup Kritis
55% - 64% 5,5 – 6,4 Tidak Kritis
Dibawah 55% 2 - 5,4 Sangat Tidak Kritis
Dari tabel 3.18diketahui bahwa pada indikator 2 dapat dikatakan
memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat
memperoleh skor minimal 6,5 (cukup kritis).
3. Indikator 3 (Memecahkan Masalah)
Skor maksimal = 2 soal × 5 (sangat baik)
= 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Dalam indikator 3 (memecahkan masalah) terdapat 2 soal yang
mewakili indikator 3 tersebut. Untuk mengetahui skor maksimal dari
indikator 2 dapat dihitung dengan cara berikut
Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,
diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 2 adalah 10. Setelah
dikatahui skor maksimal pada indikator 3 selanjutnya peneliti
membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis
berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada tabel
3.19.
Tabel 3.19. Rentang Skor Indikator 3
Tingkat Penguasaan
Kompetensi
Rentang Skor Keterangan
90% - 100% 9 – 10 Sangat Kritis
80% - 89% 8 – 8,9 Kritis
65 % - 79% 6,5 – 7,9 Cukup Kritis
55% - 64% 5,5 – 6,4 Tidak Kritis
Dibawah 55% 2 –5,5 Sangat Tidak Kritis
Dari tabel 3.19diketahui bahwa pada indikator 3 dapat dikatakan
memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat
memperoleh skor minimal 6,5 (cukup kritis).
4. Indikator 4 (Memecahkan Masalah)
Skor maksimal = 2 soal × 5 (sangat baik)
= 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Dalam indikator 4 (memecahkan masalah) terdapat 6 soal yang
mewakili indikator 4 tersebut. Untuk mengetahui skor maksimal dari
indikator 4 dapat dihitung dengan cara berikut:
Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,
diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 4 adalah 30. Setelah
dikatahui skor maksimal pada indikator 4 selanjutnya peneliti
membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis
berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada tabel
3.20.
Tabel 3.20. Rentang Skor Indikator 4
Tingkat Penguasaan
Kompetensi
Rentang Skor Keterangan
90% - 100% 27 – 30 Sangat Kritis
80% - 89% 24 – 26,9 Kritis
65 % - 79% 19,5 – 23,9 Cukup Kritis
55% - 64% 16,5 – 19,9 Tidak Kritis
Dibawah 55% 6 – 16,5 Sangat Tidak Kritis
Dari tabel 3.20 diketahui bahwa pada indikator 4 dapat dikatakan
memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat
memperoleh skor minimal 19,5 (cukup kritis).
5. Indikator 5 (Membuat Kesimpulan)
Skor maksimal = 6 soal × 5 (sangat baik)
= 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Dalam indikator 5 (membuat kesimpulan) terdapat 2 soal yang
mewakili indikator 5 tersebut. Untuk mengetahui skor maksimal dari
indikator 5 dapat dihitung dengan cara berikut:
Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,
diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 5 adalah 10. Setelah
dikatahui skor maksimal pada indikator 5 selanjutnya peneliti
membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis
berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada tabel
3.21.
Tabel 3.21. Rentang Skor Indikator 5
Tingkat Penguasaan
Kompetensi
Rentang Skor Keterangan
90% - 100% 9 – 10 Sangat Kritis
80% - 89% 8 – 8,9 Kritis
65 % - 79% 6,5 – 7,9 Cukup Kritis
55% - 64% 5,5 – 6,4 Tidak Kritis
Dibawah 55% 2 – 5,5 Sangat Tidak Kritis
Dari tabel 3.21 diketahui bahwa pada indikator 5 dapat dikatakan
memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat
memperoleh skor minimal 6,5 (cukup kritis).
Skor maksimal = 2 soal × 5 (sangat baik)
= 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
6. Indikator 6 (Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari
pengamatan).
Dalam indikator 6 (Keterampilan mengevaluasi dan menilai
hasil dari pengamatan) terdapat 4 soal yang mewakili indikator 6
tersebut. Untuk mengetahui skor maksimal dari indikator 6 dapat
dihitung dengan cara berikut:
Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,
diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 6 adalah 20. Setelah
dikatahui skor maksimal pada indikator 6 selanjutnya peneliti
membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis
berdasarkan PAP tipe I (Penilaian Acuan Patokan). Rentang skor
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.22.
Tabel 3.22. Rentang Skor Indikator 6
Tingkat Penguasaan
Kompetensi
Rentang Skor Keterangan
90% - 100% 18 – 20 Sangat Kritis
80% - 89% 16 – 17,9 Kritis
65 % - 79% 13 – 15,9 Cukup Kritis
55% - 64% 11 – 12,9 Tidak Kritis
Dibawah 55% 4 – 11 Sangat Tidak Kritis
Skor maksimal = 4 soal × 5 (sangat baik)
= 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Dari tabel 3.22 diketahui bahwa pada indikator 6 dapat dikatakan
memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat
memperoleh skor minimal 13 (cukup kritis).
h. Langkah terakhir dalam analisis data kuesioner adalah menghitung
keseluruhan indikator menggunakan kriteria PAP tipe I.
Tabel 3.23. Rentang Skor Seluruh Indikator
Tingkat Penguasaan
Kompetensi
Rentang Skor Keterangan
90% - 100% 90 – 100 Sangat Kritis
80% - 89% 80 – 89 Kritis
65 % - 79% 65 – 79 Cukup Kritis
55% - 64% 55 – 64 Tidak Kritis
Dibawah 55% 20 – 55 Sangat Tidak Kritis
Setelah diketahui rentang skor seluruh indikator, langkah selanjutnya
untuk menghitung nilai kemampuan berpikir kritis menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =Rata− rata skor kelas
Jumlah skor maksimal× 100
Setelah diketahui nilai kemampuan berpikir kritis atau skor rata-rata
kemampuan berpikir kritis, langkah selanjutnya membandingkan nilai
kemampuan berpikir kritis setiap indikator pada data awal sebelum
dilakukan penelitian dengan nilai kemampuan berpikir kritis setiap
indikator data akhir setelah dilakukan penelitian. Perbandingan ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
kemampuan berpikir kritis siswa setelah dilakukan tindakan dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.
Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif. Data
kualitatif adalah data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang berfungsi
untuk memberikan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa dan prestasi
belajar matematika sebelum dan setelah menggunakan alat peraga (kognitif),
dan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran (afektif).
3.9 Indikator Keberhasilan
Keberhasilan penelitian ini meliputi peningkatan hasil belajar dalam
mata pelajaran matematika dan peningkatan kemampuan berfikir kritis
matematika siswa setelah menggunakan pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran matematika.
Indikator terjadinya peningkatan hasil belajar dalam mata pelajaran
matematika adalah sebagai berikut:
Variabel Indikator Kondisi
Awal
Target Akhir
Siklus 1 Siklus II
Hasil Belaajar Rata-rata
kelas 65 70 70
Presentase
jumlah siswa
yang
mencapai
KKM
39% 60% 75%
Kemampuan
Berpikir
Kritis
Nilai
Kemampuan
Berpikir Kitis
57,45 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Jumlah siswa
yang minimal
cukup kritis
42% 65%
3.10 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.
Berikut ini merupakan jadwal penelitian:
Tabel 3.24. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
N
o
Kegiatan Tahun 2015/2016
Ju
l
2015
Ags
t
201
5
Sept
201
5
Okt
201
5
Nov
201
5
Des
201
5
Jan
201
6
Feb
201
6
Mare
t
2016
Apr
201
6
1 Perijinan
dan
melakukan
wawancara
di SD
2 Observasi
dan
wawancara
sebelum
penelitian
3 Penyusunan
dan
pengajuan
proposal
4 Persiapan
perangkat
pembelajar
an dan
validasi
5 Pelaksanaa
n tindakan
6 Pengolahan
data hasil
penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
N
o
Kegiatan Tahun 2015/2016
Ju
l
2015
Ags
t
201
5
Sept
201
5
Okt
201
5
Nov
201
5
Des
201
5
Jan
201
6
Feb
201
6
Mare
t
2016
Apr
201
6
7 Penyeselaia
n
kelengkapa
n penelitian
dan revisi
8 Ujian
skripsi
9 Revisi
akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Tindakan Tiap Siklus
4.1.1 Pra Tindakan
Kegiatan awal sebelum memasuki Siklus I, peneliti melakukan
tindakan pra penelitian. Kegiatan ini meliputi observasi terkait kegiatan
pembelajaran. Sebagai awal tindakan, peneliti mengambil nilai ujian tengah
semester dan menyebarkan kuesioner kemapuan berfikir kritis sebagai data
awal masing-masing siswa. Data awal ini nantinya akan digunakan untuk
mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar dan kemampuan berfikir
kritis siswa setelah dilaksanakan tindakan.
a. Kondisi Awal Hasil Belajar
Kondisi awal hasil belajar siswa didapatkan dari hasil ujian tengah
semester pada tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru kelas V SD Negeri Karangmloko 1 didapatkan informasi
bahwa KKM pada mata pelajaran matematika adalah 60. Diketahui
bahwa presentase ketuntasan pada kondisi awal mencapai 39% atau 14
siswa yang dapat mencapai KKM, sedangkan 61% atau 19 siswa belum
dapat mencapai KKM. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 50,82
dengan nilai tertinggi 81 dan nilai terendah adalah 25.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
b. Kemampuan Berfikir Kritis Awal
Kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil
kuesioner yang diberikan satu hari sebelum penelitian dilakukan, yaitu
pada hari Senin, 12 Oktober 2015 dan observasi sebelum dilakukan
tindakan. Pemberian kuesioner bertujuan untuk melihat tentang kondisi
awal kemampuan berpikir kritis siswa. Diketahui bahwa data kondisi
awal kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh nilai kemampuan
berpikir kritis setiap indikator. Pada indikator 1 menganalisis argumen
diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 57,12 pada kriteria “tidak
kritis”. Indikator 2 mampu bertanya diperoleh nilai kemampuan berpikir
kritis 54,55 pada kriteria “tidak kritis”. Indikator 3 mampu menjawab
pertanyaan diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 56,97 pada kriteria
“tidak kritis”. Indikator 4 memecahkan masalah diperoleh nilai
kemampuan berpikir kritis 60,51 pada kriteria “tidak kritis”. Indikator 5
membuat kesimpulan diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 60,61
pada kriteria “tidak kritis” dan pada indikator 6 keterampilan
mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan diperoleh nilai
kemampuan berpikir kritis 53,33 pada kriteria “sangat tidak kritis”.
4.1.2 Tindakan Siklus I
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan kegiatan sebagai
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
Peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mata
pelajaran matematika untuk kelas V dengan mengacu pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah ada dalam silabus
kurikulum tingkat satuan pendidikan. Standar kompetensinya yaitu
Melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat dalam pemecahan
masalah.. Sedangkan, kompetensi dasar yang digunakan adalah
menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB. Materi
yang disampaikan dalam pembelajaran adalah KPK dan FPB.
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun pada siklus
I yaitu dua buah, untuk pertemuan pertama dan untuk pertemuan
kedua. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 13Oktober
2015 . Sedangkan, pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 17 Oktober
2015.
2) Menyusun pedoman observasi pembelajaran
Peneliti menyusun pedoman observasi yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data tentang hasil atau dampak yang muncul
dalam proses pembelajaran. Observasi yang dilakukan difokuskan
pada kegiatan guru dan siswa yang berkaitan dengan kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
8) Pelaksanaan
1) Pertemuan I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2015
dengan materi pokok perkalian yang hasilnya dua angka dan
pembagian dua angka.Secara umum pembelajaran yang dilaksanakan
sesuai dengan rancangan pembelajaran yang sudah dibuat oleh
peneliti. Pada pertemuan ini konsep perkalian dan pembagian
diajarkan secara sederhana. Kegiatan pembuka(Relating) diawali
dengan memberikan motivasi kepada siswa dengan cara
menyanyikan lagu yang bertujuan untuk memotivasi belajar siswa.
Kegiatan inti (Eksperiencing, Cooperating, Applying)pembelajaran
dilaksanakan dengan memberikan penjelasan awal mengenai KPK
dan FPB dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa. Siapa
yang pernah pergi ke pasar? “. “Apa yang kalian lakukan di pasar?”
(Questioning) “ Bu Rani berjualan sayuran di pasar tiap 2 hari sekali
dan Bu Mia berjualan daging tiap 3 hari sekali, tiap berapa hari
mereka akan berjualan bersama-sama” Pada kegiatan ini peneliti
meljelaskan materi dengan menggunakan media tabel erasthothenes
didepan kelas (Contructivism), kemudian peneliti menunjuk salah
satu siswa untuk mempraktekkan secara langsung dengan media tabel
erasthothenes tersebut(Modelling). Melalui kegiatan tersebut peneliti
mengenalkan bahwa bilangan prima merupakan bilangan yang dapat
habis dibagi hanya dengan bilangan itu sendiri. Selanjutnya siswa
dibagi menjadi 6 kelompok (Learning Community). Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
memberikan contoh cara penggunan media dakon matematika untuk
menjelaskan KPK dan FPB (Modelling). Kemudian siswa didalam
kelompok secara bersama-sama mencoba mempraktekan cara
penggunaan media dakon matematika(Learning Community).
Selanjutnya siswa diminta maju kedepan kelas untuk memberikan
contoh penggunaan media dakon matematika untuk menyelesaikan
soal (Inquiry). Siswa secara berkelompok berdiskusi mengerjakan
soal yang ada di lembar kerja siswa(Learning Community). Kegiatan
akhir (transfering) siswa dengan bantuan guru bertanya jawab
tentang pembelajaran yang sudah dilakukan (Reflection).
2) Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2015.
Kegiatan awal (relating) dilakukan dengan cara tanya jawab
mengenai materi yang diajarkan pada pertemuan pertama
(Questioning). Selanjutnya menggali pemahaman siswa mengenai
KPK dan FPB dengan melakukan tanya jawab (Contructivism).
Dalam kegiatan inti (Experiencing, Cooperating, Applying) peneliti
membagi siswa menjadi 6 kelompok seperti pada pertemuan pertama
(Learning Community). Peneliti menggunakan media permen, coklat,
dan jelly. Peneliti memberikan contoh permasalahan tentang KPK
dan FPB untuk diselesaikan dengan menggunakan media permen,
coklat dan jelly (Contructivism). Siswa berdiskusi mengerjakan soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
yang ada di lembar kerja siswa (Learning Community). Kegiatan
selanjutnya peneliti memberikan permasalahan sehari-hari (soal
cerita) yang berkaitan dengan KPK dan FPB (Contructivism). Siswa
secara berkelompok mengerjakan soal cerita yang ada di lembar kerja
siswa (Learning Community). Perwakilan dari setiap kelompok
menuliskan hasil dari mengerjakan soal cerita di papan tulis
(Modelling). Peneliti kemudian mengkonfirmasi jawaban siswa,
apakah jawaban yang dikerjakan siswa sudah bener atau belum.
Kegiatan akhir (transfering) siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan hasil pembelajaran yang sudah dilakukan
(Reflection). Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi akhir siklus
yang dikerjakan secara individu untuk mengulang materi yang sudah
dipelajari (Authentic Assessment)..
9) Observasi
Hasil observasi pada siklus I diperoleh dari hasil observasi penilaian
kemampuan berfikir kritis, hasil observasi kegiatan pembelajaran dan
catatan lapangan. Pada pertemuan I, kegiatan pembelajaran sudah berjalan
dengan baik. Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
rancangan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Siswa pun terlihat
antusias saat guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada
siswa tentang pengalama mereka pergi kepasar. Para siswapun tampak
antusias menceritakan pengalaman mereka ketika dipasar. Guru terlihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
senang karena siswa bersemangat dalam memulai pembelajaran. Akan
tetapi, saat kegiatan inti ada beberapa anak yang tidak menyimak
penjelasan guru tetapi malah malah asik bermain dakon yang digunakan
sebagai media pembelajaran. Akibatnya mereka tidak dapat mengerjakan
LKS meskipun guru telah berulang kali memberikan kesempatan untuk
bertanya mengenai bagian materi yang belum jelas. Sehingga guru perlu
mendampingi mereka dalam mengerjakan LKS.
Pada pertemuan II kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar sesuai dengan yang direncanakan. Siswa tampak antusias mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan media yang berbeda dengan pertemuan
sebelumnya. Adanya variasi media pembelajaran berdampak pada siswa
yang tidak mudah jenuh ketika mengikuti proses pembelajaran.
Selain hasil pengamatan kegiatan pembelajaran dan catatan lapangan,
pada siklus II peneliti juga melakukan pengamatan kemampuan berpikir
kritis siswa dengan menggunakan pendekatan CTL. Hasil pengamatan
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Tabel 4.1. Skor Lembar Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Pada Siklus I
Indikator
Kondisi Awal (Siklus I)
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Skor
rata-rata
Kriteria
Skor Kriteria Skor Kriteria
1 57.6 TK 78.8 CK 68.2 CK
2 73.7 CK 75.8 CK 74.7 CK
3 63.6 TK 76.8 CK 70.2 CK
4 55.6 TK 77.8 CK 66.7 CK
5 56.6 TK 59.6 TK 58.1 TK
6 59.6 TK 57.6 TK 58.6 TK
Rata-rata 61,11 TK 71,04 CK 66,08 CK
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada pertemuan 1,
ada 5 indikator dengan kriteria tidak kritis dan 1 indikator dengan kriteria
cukup kritis. Dengan rata-rata skor 61,11 termasuk dalam kriteria tidak
kritis. Pada pertemuan 2, ada 2 indikator dengan kriteria tidak kritis dan 4
indikator dengan kriteria cukup kritis. Dengan rata-rata skor 71,04
termasuk dalam kriteria cukup kritis.
10) Refleksi siklus I
1) Refleksi siklus I
Refleksi siklus I dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat setelah
selesai melaksanakan siklus I. Berdasarkan hasil observasi dan catatan
lapangan, ditemukan beberapa masalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
a) Pertemuan I
(1) Ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru
dan bermain dakon sehingga suasana kelas menjadi tidak
kondusif.
(2) Skor hasil pengamatan kemampuan berfikir kritis siswa pada
pertemuan I banyak yang termasuk dalam kriteria tidak kritis.
b) Pertemuan II
(1) Masih ada beberapa siswa yang tidak konsentrasi dalam
pembelajaran sehingga guru perlu mendampingi.
(2) Skor maksimal yang dicapai siswa dalam lembar pengamatan
kemampuan berfikir kritis masih dalam kriteria cukup kritis.
(3) Hasil belajar siswa pada materi KPK dan FPB yaitu ada 21 siswa
atau 62% siswa yang tuntas KKM (mempunyai nilai ≥70) dan
rata-rata nilai siswa adalah 65,76. Walaupun hasil rata-rata siswa
sudah lebih baik daripada keadaan awal yaitu 60,73 tetapi
penelitian ini dinyatakan belum berhasil karena persentase siswa
yang tuntas KKM belum 75% sehingga hasil penelitian ini belum
sesuai dengan indikator keberhasilan. Untuk itu, guru dan
peneliti merancang siklus II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Berdasarkan refleksi pada siklus I, perlu diadakan revisi sekaligus
rancangan untuk siklus II agar siklus II menjadi lebih baik daripada
siklus I. Revisi dan rancangannya adalah sebagai berikut.
a) Pertemuan I
(1) Sebelum menggunakan dakon, guru memberi peringatan pada
siswa untuk berkonsentrasi dan tidak bermain-main dengan
dakon ketika guru sedang menjelaskan materi disampaikan.
(2) Masih ada siswa yang malu untuk bertanya ketika mereka
merasa tidak mengerti pada beberapa bagian materi yang sudah
disampaikan.
b) Pertemuan II
(1) Tujuan pembelajaran harus disampaikan di awal pembelajaran
agar siswa tidak merasa kebingungan di kegiatan inti.
(2) Guru harus memberikan penguatan agar siswa percaya diri dan
lebih fokus ketika mengerjakan soal.
4.1.3 Tindakan Siklus II
1. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II yaitu menyiapkan perangkat
pembelajaran seperti di bawah ini.
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini
dirancang oleh peneliti dan guru dengan menggunakan standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
kompetensi dan kompetensi dasar yang sama dengan siklus I, yaitu
melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat dalam pemecahan
masalah. Sedangkan, kompetensi dasarnya yaitu menggunakan
faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB.
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat adalah
untuk dua kali pertemuan. Pertemuan I tanggal 24 Oktober 2015
pada pukul 07.00-08.45 dan pertemuan II tanggal 26 Oktober 2015
pada pukul 07.00-08.45.
2) Menyiapkan pedoman penilaian
Pedoman penilaian yang digunakan sama dengan pedoman
penilaian siklus I.
3) Menyiapkan pedoman observasi kegiatan pembelajaran
Pedoman observasi yang digunakan sama dengan pedoman
observasi pada siklus I, yaitu pedoman observasi guru dan siswa
saat kegiatan pembelajaran.
2. Pelaksanaan
1) Pertemuan I
Pertemuan 1 pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 24
Oktober 2015. Siklus II pertemuan 1 ini peneliti akan menyampaikan
materi yang tidak jauh berbeda dengan siklus I pertemuan 1, yaitu
tentang KPK dan FPB. Kegiatan awal pembelajaran(Relating) diawali
dengan apersepsi yaitu dengan memberi pertanyaan kepada siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
mengenai mater yang telah diajarkan sebelumnya. Kegiatan inti
pembelajaran(Experiencing, Cooperating, Applying)diawali mesmberi
penjelasa kepada siswa tentang pengertian faktor prima dan faktorisasi
prima. Kemudian guru menghadapkan siswa pada masalah tentang
KPK dan FPB yang kemudian akan diselesaikan dengan menggunakan
media dakon matematika(Contructivism). Dipertemuan sebelumnya
pada siklus I peneliti sudah memberikan contoh bagaimana cara
menggunakan media dakon matematika. Peneliti memberikan lembar
kerja siswa untuk dikerjakan secara kelompok(Learning Community).
Selanjutnya peneliti menjelaskan materi KPK dan FPB dengan
menggunakan pohon faktor(Inquiry). Kegiatan akhir (Transfering)
siswa dibantu dengan dan guru membuat kesimpulan tentang
pembelajaran yang sudah dilakukan (Reflection).
2) Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2015.
Kegiatan awal (Relating)pembalajaran dilakukan dengan berdoa,
kemudian dilanjutkan dengan melakukan presensi. Kegiatan apersepsi
dilakukan dengan cara bertanya jawab dan sedikit mengulang kembali
materi hari kemarin(Questioning), kemudian dilanjutkan dengan
menjelaskan materi tentang pemecahan masalah sehari-hari yang
berkaita dengan KPK dan FPB (Contructivism). Kegiatan inti
pembelajaran(Experiencing, Cooperating, Applying) peneliti memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
contoh pemecahan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan FPB
dengan media permen, coklat dan jelly(Inquiry). Beberapa siswa
diminta maju kedepan kelas untuk menyelesaikan soal menggunakan
media yang telah disiapkan dan siswa yang lain memperhatikan dan
menanggapinya. Setelah selesai, guru menulis satu soal masalah
sehari-hari yang berkaitan dengan KPK dan satu soal yang berkaitan
dengan FPB di papan tulis kemudian dikerjakan bersama-sama siswa
(Learning Community). Siswa mengerjakan soal yang ada di lembar
kerja siswa dengan cara berdiskusi dengan kelompoknya(Learning
Community). Sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya peneliti
melakukan tanya jawab tentang bagian materi yang belum jelas
(Questioning). Peneliti mempresentasikan kembali sedikit materi
dengan memberikan contoh soal cerita tentang permasalahan sehari-
hari yang berkaitan dengan KPK dan FPB(Contructivism). Selanjutnya
peneliti menjelaskan cara memecahkan soal cerita tersebut dengan
menggunakan kalimat matematika. Siswa secara berkelompok
mengerjakan soal cerita yang ada di lembar kerja siswa(Learning
Community).Kegiatan akhir (Transfering) siswa dengan bimbingan
guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang sudah dilakukan
(Reflection). Kegiatan akhir pembelajran dilakukan dengan
mengerjakan soal evaluasi akhir pertemuan yang dikerjakan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
individu untuk mengulang materi yang sudah dipelajari (Authentic
Assessment)
3. Observasi
Kegiatan pembelajaran siklus II sudah lebih baik daripada siklus I.
Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Siswa juga terlihat lebih konsentrasi saat guru
menjelaskan materi sehingga tidak ada perilaku negatif siswa seperti pada
siklus I.
Selain hasil pengamatan kegiatan pembelajaran dan catatan lapangan,
pada siklus II peneliti juga melakukan pengamatan kemampuan berfikir
kritis siswa dengan menggunakan pendekatan CTL. Hasil pengamatan
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2. Skor Pengamatan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa
Indikator
Kondisi Akhir (Siklus II)
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Skor
rata-rata
Kriteria
Skor Kriteria Skor Kriteria
1 79.80 K 83.84 K 73.00 CK
2 80.81 K 90.91 SK 76.00 CK
3 84.85 K 86.87 K 77.00 CK
4 77.78 CK 85.86 K 74.00 CK
5 72.73 CK 85.86 K 68.00 CK
6 72.73 CK 76.77 CK 70.00 CK
Rata-rata 78.11 CK 85.02 K 73.00 CK
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada pertemuan 1,
ada 3 indikator dengan kriteria kritis dan 3 indikator lainnya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
kriteria cukup kritis. Dengan rata-rata skor 78,11 termasuk dalam kriteria
cukup kritis. Pada pertemuan 2, ada 2 indikator dengan masing-masing
nilai mendapatkan kriteria sangat kritis dann cukup kritis. Sedangkan 4
indikator lainnya mendapatkan kriteria kritis.
d. Refleksi
Peneliti, dan teman sejawat berdiskusi mengenai tindakan yang sudah
dilaksanakan. Dari hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
siklus II sudah lebih baik dari siklus I. Hasil yang diperoleh siswa juga
sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu rata-rata nilai hasil belajar
siswa pada materi KPK dan FPB 75,57. Selain itu juga adanya peningkatan
nilai siswa yang tuntas KKM yaitu 17 atau 81%. Untuk itu, peneliti dan
guru memutuskan untuk menghentikan penelitian tersebut dan menganggap
penelitian telah berhasil.
4.2 Hasil Belajar
4.2.1.1 Data Nilai Hasil Belajar Siswa
Data Nilai Hasil Belajar siswa dibagi menjadi 3, yaitu data nilai hasil
belajar pratindakan (awal), data nilai hasil belajar Siklus I, dan data nilai
hasil belajar Siklus II.
a. Data Nilai Hasil Belajar Pratindakan (Awal)
Data nilai hasil belajar pratindakan (awal) diperoleh dari nilai
ujian tengah semester mata pelajaran matematika. Adapun data nilai
prestasi belajar pratindakan (awal) adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Tabel 4.3. Data Nilai Hasil Belajar Awal
No Nama KKM Nilai keterangan
1 CPD 65 86 Tuntas
2 DWP 65 58 belum tuntas
3 FF 65 46 belum tuntas
4 AA 65 75 Tuntas
5 AD 65 35 belum tuntas
6 AR 65 46 belum tuntas
7 AS 65 60 belum tuntas
8 BFN 65 88 Tuntas
9 DP 65 75 Tuntas
10 DFT 65 55 belum tuntas
11 FD 65 83 Tuntas
12 GB 65 88 Tuntas
13 GP 65 75 Tuntas
14 HA 65 75 Tuntas
15 KI 65 58 belum tuntas
16 LD 65 53 belum tuntas
17 MW 65 76 Tuntas
18 MH 65 50 belum tuntas
19 MA 65 50 belum tuntas
20 MJF 65 60 belum tuntas
21 PB 65 75 Tuntas
22 RPR 65 50 belum tuntas
23 RES 65 75 Tuntas
24 RNA 65 41 belum tuntas
25 RDS 65 46 belum tuntas
26 RMS 65 50 belum tuntas
27 SA 65 45 belum tuntas
28 SPF 65 75 tuntas
29 SHD 65 41 belum tuntas
30 SRP 65 43 belum tuntas
31 TAK 65 43 belum tuntas
32 NN 65 75 tuntas
33 HPS 65 53 belum tuntas
jumlah 2004
rata-rata 60.73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
nilai tertinggi 88
nilai terendah 35
jml siswa tuntas KKM 13
jml siswa belum tuntas KKM 20
persentase ketuntasan
39%
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa nilai prestasi belajar
matematika masih rendah. Dari 33 siswa, hanya 13 siswa yang tuntas,
sedangkan yang belum tuntas ada 20 Siswa. Nilai terendah siswa 35 dan
nilai tertinggi 88 selanjutnya nilai rata-ratanya 60,73 . Presentase
ketuntasan yang telah tercapai baru 39%.
b. Data Nilai Hasil Belajar Siklus I
Data Nilai Hasil Belajar Siklus I diperoleh dari nilai evaluasi
pertemuan 2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I,
terlihat nilai prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari nilai
awal. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I sebanyak 21
siswa. Sedangkan yang belum tuntas ada 12 siswa. Adapun data
lengkapnya sebagai berikut :
Tabel4.4. Data Nilai Hasil Belajar Siklus I
No Nama KKM Nilai keterangan
1 CPD 70 90 tuntas
2 DWP 70 70 tuntas
3 FF 70 50 belum tuntas
4 AA 70 80 tuntas
5 AD 70 40 belum tuntas
6 AR 70 50 belum tuntas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
7 AS 70 60 belum tuntas
8 BFN 70 90 tuntas
9 DP 70 80 tuntas
10 DFT 70 70 tuntas
11 FAD 70 80 tuntas
12 GAB 70 90 tuntas
13 GP 70 80 tuntas
14 HA 70 80 tuntas
15 KI 70 70 tuntas
16 LD 70 70 tuntas
17 MW 70 80 tuntas
18 MAH 70 50 belum tuntas
19 MA 70 50 belum tuntas
20 MJF 70 70 tuntas
21 PB 70 80 tuntas
22 RPR 70 50 belum tuntas
23 RES 70 80 tuntas
24 RNA 70 40 belum tuntas
25 RDS 70 50 belum tuntas
26 RMS 70 70 tuntas
27 SA 70 50 belum tuntas
28 SPF 70 80 tuntas
29 SYA 70 40 belum tuntas
30 SRP 70 40 belum tuntas
31 TAK 70 40 belum tuntas
32 NN 70 80 tuntas
33 HPS 70 70 tuntas
jumlah 2170
rata-rata 65.76 belum tuntas
nilai tertinggi 90 tuntas
nilai terendah 40 belum tuntas
jml siswa tuntas KKM 21
jml siswa belum tuntas KKM 12
persentase ketuntasan 64%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui ada peningkatan nilai
prestasi belajar siswa dari nilai awal. Presentase nilai ketuntasannya
adalah 64% dari seluruh siswa dengan nilai rata-rata 65,76. Peningkatan
persentase ketuntasan siswa sebesar 25% dilihat sebelum dilakukan
tindakan, sedangkan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM
ada 8 siswa.
c. Data Nilai Hasil Belajar Siklus II
Data Nilai Hasil Belajar Siklus II diperoleh dari nilai evaluasi
pertemuan 2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Siklus
II, terlihat nilai prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari nilai
Siklus I. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I sebanyak 28
siswa. Sedangkan yang belum tuntas ada 5 siswa. Adapun data
lengkapnya sebagai berikut :
Tabel 4.5. Data Nilai Hasil Belajar Siklus II
No Nama KKM Rata-rata Keterangan
1 CPD 70 100 Tuntas
2 DWP 70 70 Tuntas
3 FF 70 70 Tuntas
4 AA 70 80 Tuntas
5 AD 70 50 belum tuntas
6 AR 70 70 Tuntas
7 AS 70 70 Tuntas
8 BFN 70 100 Tuntas
9 DP 70 80 Tuntas
10 DFT 70 70 Tuntas
11 FAD 70 80 Tuntas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
12 GAB 70 100 Tuntas
13 GP 70 80 Tuntas
14 HA 70 90 Tuntas
15 KI 70 70 Tuntas
16 LD 70 70 Tuntas
17 MW 70 80 Tuntas
18 MAH 70 70 Tuntas
19 MA 70 70 Tuntas
20 MJF 70 70 Tuntas
21 PB 70 80 Tuntas
22 RPR 70 70 Tuntas
23 RES 70 80 Tuntas
24 RNA 70 40 belum tuntas
25 RDS 70 70 Tuntas
26 RMS 70 70 Tuntas
27 SA 70 50 belum tuntas
28 SPF 70 80 Tuntas
29 SYA 70 40 belum tuntas
30 SRP 70 40 belum tuntas
31 TAK 70 40 belum tuntas
32 NN 70 80 Tuntas
33 HPS 70 70 Tuntas
jumlah 2350.0
rata-rata 71.2 tuntas
nilai tertinggi 100 tuntas
nilai terendah 40 belum tuntas
jml siswa tuntas KKM 27
jml siswa belum tuntas KKM 6
persentase ketuntasan
82%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui ada peningkatan nilai
prestasi belajar siswa dari nilai Siklus I. Dari 33 siswa, presentase nilai
ketuntasannya adalah 82% dengan nilai rata-rata 70,6. Peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
persentase ketuntasan siswa sebesar 18% dilihat sebelum dilakukan
tindakan, sedangkan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM
ada 7 siswa.
4.2.2 Kemampuan Berfikir Kritis Siswa
Data nilai kemampuan berfikir kritis siswa diperoleh dari 2 cara, yaitu
melalui kuesioner yang diisi oleh siswa dan lembar pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti.
Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis
1) Data Awal Kemampuan Berfikir Kritis
Data Pratindakan hasil kuesioner yang telah diisi oleh siswa
kelas V SD Negeri Karangmloko 1 yang berjumlah 33 pada hari
Senin, 12 Oktober 2015, diperoleh data sebagai berikut:
a) Indikator 1 (Menganalisis Argumen)
Tabel4.6. Data Kuesioner pratindakan Siswa Indikator 1
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
5 12 17 20
1 CPD 5 3 5 3 16 kritis
2 DWP 3 3 2 2 10 sgt tdk kritis
3 FF 4 4 4 3 15 ckp kritis
4 AA 2 4 4 3 13 ckp kritis
5 AD 1 3 2 3 9 sgt tdk kritis
6 AR 4 3 2 3 12 tdk kritis
7 AS 3 2 3 4 12 tdk kritis
8 BFN 4 3 4 4 15 ckp kritis
9 DP 3 2 3 3 11 tdk kritis
10 DFT 1 3 1 3 8 sgt tdk kritis
11 FAD 4 4 3 4 15 ckp kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
12 GAB 3 3 3 4 13 ckp kritis
13 GP 3 2 3 3 11 tdk kritis
14 HA 2 4 3 4 13 ckp kritis
15 KI 3 3 3 2 11 tdk kritis
16 LD 3 2 5 3 13 ckp kritis
17 MW 2 2 2 2 8 sgt tdk kritis
18 MAH 2 2 3 4 11 tdk kritis
19 MA 2 3 2 2 9 sgt tdk kritis
20 MJF 3 4 2 5 14 ckp kritis
21 PB 3 4 5 2 14 ckp kritis
22 RPR 4 3 2 2 11 tdk kritis
23 RES 4 4 4 3 15 ckp kritis
24 RNA 2 2 2 2 8 sgt tdk kritis
25 RDS 2 3 1 2 8 sgt tdk kritis
26 RMS 3 4 2 3 12 tdk kritis
27 SA 2 3 1 2 8 sgt tdk kritis
28 SPF 3 2 3 4 12 tdk kritis
29 SYA 2 2 2 2 8 sgt tdk kritis
30 SRP 2 2 2 4 10 sgt tdk kritis
31 TAK 4 4 1 2 11 tdk kritis
32 NN 3 4 3 2 12 tdk kritis
33 HPS 1 4 2 2 9 sgt tdk kritis
Jumlah skor kelas 377
Rata-rata skor kelas 11.42 tdk kritis
Nilai rata-rata kelas
57.12 tdk kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 11
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 33%
Hasil perhitungan kuesioner pratindakan pada indikator 1
diperoleh jumlah skor kelas 377, dengan rata-rata kelas 11,42 pada
kriteria “tidak kritis” dan nilai rata-rata kelas 57,12 pada kriteria
“tidak kritis”. Terdapat 11 siswa yang termasuk dalam kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
minimal cukup kritis dengan presentase 33% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
b) Indikator 2 (Mampu Bertanya)
Tabel 4.7. Data Kuesioner Pratindakan Siswa Indikator 2
NO NAMA SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
3 8
1 CPD 3 2 5 sgt tdk kritis
2 DWP 1 4 5 sgt tdk kritis
3 FF 2 1 3 sgt tdk kritis
4 AA 2 3 5 sgt tdk kritis
5 AD 1 3 4 sgt tdk kritis
6 AR 1 2 3 sgt tdk kritis
7 AS 5 4 9 sgt kritis
8 BFN 4 4 8 kritis
9 DP 3 3 6 tdk kritis
10 DFT 3 1 4 sgt tdk kritis
11 FAD 3 2 5 sgt tdk kritis
12 GAB 3 4 7 ckp kritis
13 GP 3 3 6 tdk kritis
14 HA 2 3 5 sgt tdk kritis
15 KI 1 3 4 sgt tdk kritis
16 LD 2 1 3 sgt tdk kritis
17 MW 4 3 7 ckp kritis
18 MAH 3 3 6 tdk kritis
19 MA 3 2 5 sgt tdk kritis
20 MJF 3 3 6 tdk kritis
21 PB 4 4 8 kritis
22 RPR 3 3 6 tdk kritis
23 RES 5 2 7 ckp kritis
24 RNA 2 3 5 sgt tdk kritis
25 RDS 1 2 3 sgt tdk kritis
26 RMS 4 4 8 kritis
27 SA 1 2 3 sgt tdk kritis
28 SPF 3 3 6 tdk kritis
29 SYA 2 3 5 sgt tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
30 SRP 3 3 6 tdk kritis
31 TAK 3 3 6 tdk kritis
32 NN 3 3 6 tdk kritis
33 HPS 3 2 5 sgt tdk kritis
Jumlah skor kelas 180
Rata-rata skor kelas 5.45 sgt tdk kritis
Nilai rata-rata kelas 54.5 tdk kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 6
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 18%
Hasil perhitungan kuesioner awal pada indikator 2 diperoleh
jumlah skor kelas 180, dengan rata-rata kelas 5,45 pada kriteria
“sangat tidak kritis” dan nilai rata-rata kelas 54,5 pada kriteria
“tidak kritis”. Terdapat 6 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 18% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
c) Indikator 3 (Mampu Menjawab Pertanyaan)
Tabel 4.8. Data Kuesioner Pratindakan Siswa Indikator 3
NO NAMA SISWA NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
2 4
1 CPD 4 3 7 ckp kritis
2 DWP 2 2 4 sgt tdk kritis
3 FF 3 2 5 sgt tdk kritis
4 AA 3 4 7 ckp kritis
5 AD 1 3 4 sgt tdk kritis
6 AR 2 2 4 sgt tdk kritis
7 AS 4 2 6 tdk kritis
8 BFN 5 5 10 sgt kritis
9 DP 2 4 6 tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
10 DFT 2 2 4 sgt tdk kritis
11 FAD 4 3 7 ckp kritis
12 GAB 2 2 4 sgt tdk kritis
13 GP 3 4 7 ckp kritis
14 HA 4 3 7 ckp kritis
15 KI 2 2 4 sgt tdk kritis
16 LD 3 2 5 sgt tdk kritis
17 MW 5 3 8 Kritis
18 MAH 3 2 5 sgt tdk kritis
19 MA 4 3 7 ckp kritis
20 MJF 2 3 5 sgt tdk kritis
21 PB 3 4 7 ckp kritis
22 RPR 3 3 6 tdk kritis
23 RES 4 4 8 Kritis
24 RNA 1 2 3 sgt tdk kritis
25 RDS 2 2 4 sgt tdk kritis
26 RMS 3 4 7 ckp kritis
27 SA 2 2 4 sgt tdk kritis
28 SPF 4 2 6 tdk kritis
29 SYA 1 2 3 sgt tdk kritis
30 SRP 3 4 7 ckp kritis
31 TAK 3 5 8 Kritis
32 NN 2 3 5 sgt tdk kritis
33 NN 3 1 4 sgt tdk kritis
Jumlah skor kelas 188
Rata-rata skor kelas 5.70 tdk kritis
Nilai rata-rata kelas 56.97 tdk kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup
kritis
13
Presentase jumlah siswa minimal
cukup kritis
39%
Hasil perhitungan kuesioner awal pada indikator 3
diperoleh jumlah skor kelas 188, dengan rata-rata kelas 5,70 pada
kriteria “tidak kritis” dan nilai rata-rata kelas 56,97 pada kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
“tidak kritis”. Terdapat 13 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 39% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
d) Indikator 4 (Memecahkan Masalah)
Tabel4.9. Data Kuesioner Pratindakan Siswa Indikator 4
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
1 10 11 16 18 19
1 CPD 4 5 4 4 2 4 23 ckp kritis
2 DWP 2 2 1 1 2 1 9 sgt tdk kritis
3 FF 4 3 2 4 2 3 18 tdk kritis
4 AA 5 3 4 4 3 4 23 ckp kritis
5 AD 3 1 3 1 3 3 14 sgt tdk kritis
6 AR 4 4 2 4 3 3 20 ckp kritis
7 AS 4 4 3 4 3 4 22 ckp kritis
8 BFN 4 4 4 3 5 4 24 Kritis
9 DP 3 5 3 4 3 4 22 ckp kritis
10 DFT 2 4 1 3 2 1 13 sgt tdk kritis
11 FAD 3 4 4 4 4 3 22 ckp kritis
12 GAB 4 4 4 4 5 3 24 Kritis
13 GP 3 5 4 4 3 5 24 Kritis
14 HA 3 2 3 4 3 4 19 tdk kritis
15 KI 4 4 1 3 3 2 17 tdk kritis
16 LD 3 1 2 2 4 4 16 sgt tdk kritis
17 MW 4 4 3 4 4 4 23 ckp kritis
18 MAH 3 2 2 3 4 2 16 sgt tdk kritis
19 MA 2 2 2 3 3 3 15 sgt tdk kritis
20 MJF 2 3 2 2 3 5 17 tdk kritis
21 PB 4 4 3 4 4 3 22 ckp kritis
22 RPR 1 3 2 3 2 3 14 sgt tdk kritis
23 RES 5 5 3 4 4 3 24 Kritis
24 RNA 2 2 1 3 2 3 13 sgt tdk kritis
25 RDS 4 4 1 4 1 2 16 sgt tdk kritis
26 RMS 2 2 2 3 4 2 15 sgt tdk kritis
27 SA 4 4 1 4 1 2 16 sgt tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
28 SPF 3 4 3 3 4 3 20 ckp kritis
29 SYA 2 2 1 3 2 3 13 sgt tdk kritis
30 SRP 2 3 3 3 1 3 15 sgt tdk kritis
31 TAK 1 3 2 3 2 3 14 sgt tdk kritis
32 NN 3 3 4 3 3 4 20 ckp kritis
33 NN 2 3 2 4 2 3 16 sgt tdk kritis
Jumlah skor kelas 599
Rata-rata skor kelas 18.15 tdk kritis
Nilai rata-rata kelas 60.51 tdk kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 14
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 42%
Hasil perhitungan kuesioner awal pada indikator 4 diperoleh
jumlah skor kelas 599, dengan rata-rata kelas 18,15 pada kriteria
“tidak kritis” dan nilai rata-rata kelas 60,51 pada kriteria “tidak
kritis”. Terdapat 14 siswa yang termasuk dalam kriteria minimal
cukup kritis dengan presentase 42% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
e) Indikator 5 (Membuat kesimpulan)
Tabel 4.10. Data Kuesioner Pratindakan Siswa Indikator 5
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
7 14
1 CPD 5 3 8 Kritis
2 DWP 3 3 6 tdk kritis
3 FF 4 2 6 tdk kritis
4 AA 4 4 8 Kritis
5 AD 3 3 6 tdk kritis
6 AR 3 3 6 tdk kritis
7 AS 3 3 6 tdk kritis
8 BFN 5 2 7 ckp kritis
9 DP 3 4 7 ckp kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
10 DFT 5 1 6 tdk kritis
11 FAD 4 2 6 tdk kritis
12 GAB 3 3 6 tdk kritis
13 GP 4 4 8 Kritis
14 HA 4 4 8 Kritis
15 KI 4 1 5 sgt tdk kritis
16 LD 4 3 7 ckp kritis
17 MW 3 2 5 sgt tdk kritis
18 MAH 2 3 5 sgt tdk kritis
19 MA 2 5 7 ckp kritis
20 MJF 2 3 5 sgt tdk kritis
21 PB 2 3 5 sgt tdk kritis
22 RPR 3 2 5 sgt tdk kritis
23 RES 4 2 6 tdk kritis
24 RNA 4 1 5 sgt tdk kritis
25 RDS 3 3 6 tdk kritis
26 RMS 2 4 6 tdk kritis
27 SA 3 3 6 tdk kritis
28 SPF 2 3 5 sgt tdk kritis
29 SYA 4 1 5 sgt tdk kritis
30 SRP 2 3 5 sgt tdk kritis
31 TAK 3 1 4 sgt tdk kritis
32 NN 4 4 8 Kritis
33 NN 4 2 6 tdk kritis
Jumlah skor kelas 200
Rata-rata skor kelas 6.06 tdk kritis
Nilai rata-rata kelas 60.61 tdk kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 9
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 27%
Hasil perhitungan kuesioner awal pada indikator 5 diperoleh
jumlah skor kelas 200, dengan rata-rata kelas 6,06 pada kriteria
“tidak kritis” dan nilai rata-rata kelas 60,61 pada kriteria “tidak
kritis”. Terdapat 9 siswa yang termasuk dalam kriteria minimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
cukup kritis dengan presentase 27% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
f) Indikator 6 (Ketrampilan Mengevaluasi dan Menilai Hasil
dari Pengamatan)
Tabel 4.11. Data Kuesioner Pratindakan Siswa Indikator 6
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
6 9 13 15
1 CPD 5 3 3 4 15 ckp kritis
2 DWP 2 2 1 2 7 sgt tdk kritis
3 FF 3 3 2 3 11 tdk kritis
4 AA 3 2 3 3 11 tdk kritis
5 AD 2 3 2 3 10 sgt tdk kritis
6 AR 3 3 2 2 10 sgt tdk kritis
7 AS 3 2 4 2 11 tdk kritis
8 BFN 5 3 3 4 15 ckp kritis
9 DP 3 3 4 3 13 ckp kritis
10 DFT 2 3 1 2 8 sgt tdk kritis
11 FAD 3 3 4 3 13 ckp kritis
12 GAB 3 4 3 4 14 ckp kritis
13 GP 3 3 4 3 13 ckp kritis
14 HA 3 4 3 2 12 tdk kritis
15 KI 3 3 2 2 10 sgt tdk kritis
16 LD 2 3 2 1 8 sgt tdk kritis
17 MW 3 4 3 3 13 ckp kritis
18 MAH 4 2 3 2 11 tdk kritis
19 MA 2 2 3 2 9 sgt tdk kritis
20 MJF 3 4 3 4 14 ckp kritis
21 PB 4 1 1 2 8 sgt tdk kritis
22 RPR 2 3 3 2 10 sgt tdk kritis
23 RES 3 4 2 2 11 tdk kritis
24 RNA 2 3 1 2 8 sgt tdk kritis
25 RDS 3 3 1 2 9 sgt tdk kritis
26 RMS 3 2 3 2 10 sgt tdk kritis
27 SA 3 3 1 2 9 sgt tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
28 SPF 4 3 4 4 15 ckp kritis
29 SYA 2 3 1 2 8 sgt tdk kritis
30 SRP 2 2 3 1 8 sgt tdk kritis
31 TAK 2 1 1 2 6 sgt tdk kritis
32 NN 4 4 3 4 15 ckp kritis
33 NN 3 1 1 2 7 sgt tdk kritis
Jumlah skor kelas 352
Rata-rata skor kelas 10.67 sgt tdk kritis
Nilai rata-rata kelas 53.33 sgt tdk kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 10
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 30%
Hasil perhitungan kuesioner awal pada indikator 6 diperoleh
jumlah skor kelas 352, dengan rata-rata kelas 10,67 pada kriteria “
sangat tidak kritis” dan nilai rata-rata kelas 53,33 pada kriteria
“sangat tidak kritis”. Terdapat 10 siswa yang termasuk dalam
kriteria minimal cukup kritis dengan presentase 30% siswa yang
memiliki kemampuan berpikir kritis. Berikut ini merupakan data
skor keseluruhan indikator kondisi awal kuesioner.
Tabel 4.12. Data Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal
NO NAMA
SISWA
DATA PER INDIKATOR JML KRITERIA
1 2 3 4 5 6
1 CPD 16 5 7 23 8 15 74 ckp kritis
2 DWP 10 5 4 9 6 7 41 sgt tdk kritis
3 FF 15 3 5 18 6 11 58 tdk kritis
4 AA 13 5 7 23 8 11 67 ckp kritis
5 AD 9 4 4 14 6 10 47 sgt tdk kritis
6 AR 12 3 4 20 6 10 55 tdk kritis
7 AS 12 9 6 22 6 11 66 ckp kritis
8 BFN 15 8 10 24 7 15 79 kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
9 DP 11 6 6 22 7 13 65 ckp kritis
10 DFT 8 4 4 13 6 8 43 sgt tdk kritis
11 FAD 15 5 7 22 6 13 68 ckp kritis
12 GAB 13 7 4 24 6 14 68 ckp kritis
13 GP 11 6 7 24 8 13 69 ckp kritis
14 HA 13 5 7 19 8 12 64 ckp kritis
15 KI 11 4 4 17 5 10 51 sgt tdk kritis
16 LD 13 3 5 16 7 8 52 sgt tdk kritis
17 MW 8 7 8 23 5 13 64 ckp kritis
18 MAH 11 6 5 16 5 11 54 tdk kritis
19 MA 9 5 7 15 7 9 52 sgt tdk kritis
20 MJF 14 6 5 17 5 14 61 tdk kritis
21 PB 14 8 7 22 5 8 64 ckp kritis
22 RPR 11 6 6 14 5 10 52 sgt tdk kritis
23 RES 15 7 8 24 6 11 71 ckp kritis
24 RNA 8 5 3 13 5 8 42 sgt tdk kritis
25 RDS 8 3 4 16 6 9 46 sgt tdk kritis
26 RMS 12 8 7 15 6 10 58 tdk kritis
27 SA 8 3 4 16 6 9 46 sgt tdk kritis
28 SPF 12 6 6 20 5 15 64 ckp kritis
29 SYA 8 5 3 13 5 8 42 sgt tdk kritis
30 SRP 10 6 7 15 5 8 51 sgt tdk kritis
31 TAK 11 6 8 14 4 6 49 sgt tdk kritis
32 NN 12 6 5 20 8 15 66 ckp kritis
33 HPS 9 5 4 16 6 7 47 sgt tdk kritis
Jumlah skor kelas 1896
Rata-rata skor kelas 57.45 tdk kritis
Nilai rata-rata kelas 57.45 tdk kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 14
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 42%
Berdasarkan hasil perhitungan data keseluruhan indikator
kuesioner awal diperoleh jumlah skor kelas 1896, dengan rata-rata
skor kelas 57,45 pada kriteria “tidak kritis” dan nilai rata-rata kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
57,45 pada kriteria “tidak kritis”. Terdapat 14 siswa yang termasuk
dalam kriteria minimal cukup kritis dengan presentase 42% siswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Berikut ini disajikan
tabel data awal keseluruhan nilai kemampuan berpikir kritis yang
dicapai dari indikator 1 sampai dengan indikator 6.
Tabel 4.13. Data Awal Keseluruhan Nilai Kemampuan Berpikir
Kritis
N
o
Indikator Berpikir
Kritis
Skor
rata-
rata
yang
dicapai
Nilai
kemampu
an
berpikir
kritis
Jml
siswa
yang
minim
al
cukup
krittis
Kriteria
1 Menganalisis
argument 11.42 57.12 33% tdk kritis
2 Mampu bertanya 5.45 54.55 18% tdk kritis
3 Mampu menjawab
pertanyaan 5.70 56.97 39% tdk kritis
4 Memecahkan
masalah 18.15 60.51 42% tdk kritis
5 Membuat
kesimpulan 6.06 60.61 27% tdk kritis
6 Ketrampilan
mengevaluasi dan
menilai hasil dari
pengamatan
10.67 53.33 30% sgt tdk
kritis
Keseluruhan 57.45 57.45 42% tdk kritis
Tabel diatas menunjukan data tentang kondisi kemampuan
berpikir kritis pratindakan (awal) siswa kelas V SD Negeri
Karangmloko 1, diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
indikator. Pada indikator 1 menganalisis argumen diperoleh nilai
kemampuan berpikir kritis, yaitu 53,12 pada kriteria “tidak kritis”
dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis 33%. Indikator
2 mampu bertanya diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 54,55
pada kriteria “tidak kritis”, dengan presentase siswa yang minimal
cukup kritis 18%. Indikator 3 mampu menjawab pertanyaan
diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis yaitu 56,97 pada kriteria
“tidak kritis”, dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis
39%. Indikator 4 memecahkan masalah diperoleh nilai
kemampuan berpikir kritis yaitu 60,51 pada kriteria “tidak kritis”,
dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis 42%. Indikator
5 membuat kesimpulan diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis
yaitu 60,61 pada kriteria “tidak kritis”, dengan presentase siswa
yang minimal cukup kritis 27% dan Indikator 6 keterampilan
mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan diperoleh nilai
kemampuan berpikir kritis yaitu 53,33 pada kriteria “sangat tidak
kritis”, dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis 30%.
Kemudian dari data keseluruhan menunjukkan nilai kemampuan
berpikir kritis mencapai 57,45 pada kriteria “tidak kritis” dengan
presentase siswa yang minimal cukup kritis 42%.
2) Data kemampuan berfikir kritis siklus I
a) Indikator 1 (Menganalisis Argumen)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Tabel 4.14. Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus I
Indikator 1
NO NAM A
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
5 12 17 20
1 CPD 5 3 5 3 16 kritis
2 DWP 3 4 3 3 13 ckp kritis
3 FF 2 3 2 4 11 tdk kritis
4 AA 3 3 4 3 13 ckp kritis
5 AD 3 3 2 4 12 tdk kritis
6 AR 3 3 3 2 11 tdk kritis
7 AS 3 4 3 4 14 ckp kritis
8 BFN 4 4 3 5 16 kritis
9 DP 4 3 3 5 15 ckp kritis
10 DFT 2 3 3 3 11 tdk kritis
11 FAD 4 4 5 4 17 kritis
12 GAB 3 4 5 4 16 kritis
13 GP 4 4 4 3 15 ckp kritis
14 HA 3 5 3 5 16 kritis
15 KI 3 3 4 2 12 tdk kritis
16 LD 3 4 3 3 13 ckp kritis
17 MW 4 5 4 4 17 kritis
18 MAH 3 2 3 4 12 tdk kritis
19 MA 2 4 4 4 14 ckp kritis
20 MJF 3 4 3 3 13 ckp kritis
21 PB 4 3 3 4 14 ckp kritis
22 RPR 2 2 2 2 8 sgt tdk kritis
23 RES 4 4 4 3 15 ckp kritis
24 RNA 2 2 2 2 8 sgt tdk kritis
25 RDS 2 4 3 2 11 tdk kritis
26 RMS 3 4 4 4 15 ckp kritis
27 SA 3 3 3 4 13 ckp kritis
28 SPF 5 4 3 3 15 ckp kritis
29 SYA 2 2 2 2 8 sgt tdk kritis
30 SRP 3 2 3 2 10 sgt tdk kritis
31 TAK 4 3 3 2 12 tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
32 NN 4 4 3 4 15 ckp kritis
33 HPS 3 4 3 2 12 tdk kritis
Jumlah skor kelas 433
Rata-rata skor kelas 13.12 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas 65.61 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 21
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 64%
Hasil perhitungan kuesioner siklus I pada indikator 1
diperoleh jumlah skor kelas 433, dengan rata-rata kelas 13,12 pada
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 65,61 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 21 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 64% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
b) Indikator 2 (Mampu Bertanya)
Tabel 4.15. Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus I
Indikator 2
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
3 8
1 CPD 4 3 7 ckp kritis
2 DWP 3 4 7 ckp kritis
3 FF 3 3 6 tdk kritis
4 AA 4 3 7 ckp kritis
5 AD 2 3 5 sgt tdk kritis
6 AR 3 4 7 ckp kritis
7 AS 5 4 9 sgt kritis
8 BFN 4 4 8 kritis
9 DP 4 4 8 kritis
10 DFT 3 4 7 ckp kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
11 FAD 5 5 10 sgt kritis
12 GAB 3 5 8 kritis
13 GP 3 4 7 ckp kritis
14 HA 5 3 8 kritis
15 KI 3 3 6 tdk kritis
16 LD 4 2 6 tdk kritis
17 MW 4 3 7 ckp kritis
18 MAH 4 2 6 tdk kritis
19 MA 4 4 8 kritis
20 MJF 3 3 6 tdk kritis
21 PB 4 4 8 kritis
22 RPR 3 3 6 tdk kritis
23 RES 3 5 8 kritis
24 RNA 4 3 7 ckp kritis
25 RDS 1 2 3 sgt tdk kritis
26 RMS 4 4 8 Kritis
27 SA 1 2 3 sgt tdk kritis
28 SPF 4 3 7 ckp kritis
29 SYA 4 3 7 ckp kritis
30 SRP 3 2 5 sgt tdk kritis
31 TAK 3 3 6 tdk kritis
32 NN 3 3 6 tdk kritis
33 HPS 4 3 7 ckp kritis
Jumlah skor kelas 224
Rata-rata skor kelas 6.79 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas 67.88 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 21
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 64%
Hasil perhitungan kuesioner siklus I pada indikator 2
diperoleh jumlah skor kelas 224, dengan rata-rata kelas 6,79 pada
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 67,88 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 21 siswa yang termasuk dalam kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
minimal cukup kritis dengan presentase 64% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
c) Indikator 3 (Mampu Menjawab Pertanyaan)
Tabel 4.16.Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus I
Indikator 3
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
2 4
1 CPD 5 4 9 sgt kritis
2 DWP 3 3 6 tdk kritis
3 FF 3 3 6 tdk kritis
4 AA 2 4 6 tdk kritis
5 AD 2 3 5 sgt tdk kritis
6 AR 2 4 6 tdk kritis
7 AS 4 3 7 ckp kritis
8 BFN 5 5 10 sgt kritis
9 DP 5 3 8 Kritis
10 DFT 2 4 6 tdk kritis
11 FAD 5 4 9 sgt kritis
12 GAB 4 5 9 sgt kritis
13 GP 4 4 8 Kritis
14 HA 2 4 6 tdk kritis
15 KI 4 4 8 Kritis
16 LD 3 3 6 tdk kritis
17 MW 3 3 6 tdk kritis
18 MAH 3 2 5 sgt tdk kritis
19 MA 4 2 6 tdk kritis
20 MJF 3 4 7 ckp kritis
21 PB 3 4 7 ckp kritis
22 RPR 3 4 7 ckp kritis
23 RES 4 5 9 sgt kritis
24 RNA 1 2 3 sgt tdk kritis
25 RDS 2 2 4 sgt tdk kritis
26 RMS 3 3 6 tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
27 SA 2 2 4 sgt tdk kritis
28 SPF 3 5 8 Kritis
29 SYA 3 2 5 sgt tdk kritis
30 SRP 4 2 6 tdk kritis
31 TAK 3 3 6 tdk kritis
32 NN 3 5 8 Kritis
33 NN 3 2 5 sgt tdk kritis
Jumlah skor kelas 217
Rata-rata skor kelas 6.58 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas 65.76 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 14
Presentase jumlah siswa minimal cukup
kritis 42%
Hasil perhitungan kuesioner siklus I pada indikator 3
diperoleh jumlah skor kelas 217, dengan rata-rata kelas 6,58 pada
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 65,76 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 14 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 42% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
d) Indikator 4 (Memecahkan Masalah)
Tabel 4.17. Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus I
Indikator 4
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
1 10 11 16 18 19
1 CPD 4 5 4 4 5 4 26 kritis
2 DWP 4 4 3 2 2 4 19 tdk kritis
3 FF 2 3 4 3 4 3 19 tdk kritis
4 AA 5 3 3 4 4 3 22 ckp kritis
5 AD 2 2 3 3 3 3 16 sgt tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
6 AR 4 2 4 3 3 4 20 ckp kritis
7 AS 5 5 3 4 5 4 26 kritis
8 BFN 4 4 3 5 5 4 25 kritis
9 DP 3 4 5 3 4 2 21 ckp kritis
10 DFT 2 4 3 4 2 4 19 tdk kritis
11 FAD 2 4 5 3 5 4 23 ckp kritis
12 GAB 4 5 4 4 5 3 25 kritis
13 GP 3 5 5 3 4 4 24 kritis
14 HA 3 4 5 3 4 2 21 ckp kritis
15 KI 4 4 3 2 3 4 20 ckp kritis
16 LD 3 3 2 4 4 4 20 ckp kritis
17 MW 4 2 3 4 5 4 22 ckp kritis
18 MAH 3 2 3 3 2 4 17 tdk kritis
19 MA 2 4 3 3 3 2 17 tdk kritis
20 MJF 4 3 3 4 4 5 23 ckp kritis
21 PB 4 4 3 4 4 5 24 kritis
22 RPR 4 4 2 3 2 3 18 tdk kritis
23 RES 5 3 5 4 4 3 24 kritis
24 RNA 2 2 3 3 2 3 15 sgt tdk kritis
25 RDS 4 4 3 4 4 2 21 ckp kritis
26 RMS 4 4 2 3 2 3 18 tdk kritis
27 SA 4 4 2 4 4 2 20 ckp kritis
28 SPF 5 4 4 4 3 4 24 Kritis
29 SYA 2 4 3 3 3 3 18 tdk kritis
30 SRP 3 2 2 3 3 2 15 sgt tdk kritis
31 TAK 1 3 3 3 4 3 17 tdk kritis
32 NN 3 5 3 4 2 4 21 ckp kritis
33 HPS 4 3 3 4 4 3 21 ckp kritis
Jumlah skor kelas 681
Rata-rata skor kelas 20.64 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas 68.79 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 21
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 64%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Hasil perhitungan kuesioner siklus I pada indikator 4
diperoleh jumlah skor kelas 681, dengan rata-rata kelas 20,64 pada
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 68,79 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 21 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 64% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
e) Indikator 5 (Membuat Kesimpulan)
Tabel 4.18. Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus I
Indikator 5
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
7 14
1 CPD 5 3 8 Kritis
2 DWP 3 3 6 tdk kritis
3 FF 4 4 8 Kritis
4 AA 5 4 9 sgt kritis
5 AD 2 3 5 sgt tdk kritis
6 AR 3 3 6 tdk kritis
7 AS 3 4 7 ckp kritis
8 BFN 5 5 10 sgt kritis
9 DP 2 4 6 tdk kritis
10 DFT 4 4 8 kritis
11 FAD 3 5 8 kritis
12 GAB 4 4 8 kritis
13 GP 4 4 8 kritis
14 HA 5 4 9 sgt kritis
15 KI 2 3 5 sgt tdk kritis
16 LD 4 3 7 ckp kritis
17 MW 3 4 7 ckp kritis
18 MAH 2 4 6 tdk kritis
19 MA 3 3 6 tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
20 MJF 4 4 8 Kritis
21 PB 3 3 6 tdk kritis
22 RPR 3 3 6 tdk kritis
23 RES 4 3 7 ckp kritis
24 RNA 4 1 5 sgt tdk kritis
25 RDS 3 3 6 tdk kritis
26 RMS 3 4 7 ckp kritis
27 SA 3 3 6 tdk kritis
28 SPF 3 3 6 tdk kritis
29 SYA 3 2 5 sgt tdk kritis
30 SRP 4 2 6 tdk kritis
31 TAK 3 3 6 tdk kritis
32 NN 4 4 8 Kritis
33 HPS 4 3 7 ckp kritis
Jumlah skor kelas 226
Rata-rata skor kelas 6.85 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas 68.48 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 17
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 52%
Hasil perhitungan kuesioner siklus I pada indikator 5
diperoleh jumlah skor kelas 226, dengan rata-rata kelas 6,85 pada
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 68,48 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 17 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 52% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
f) Indikator 6 (Ketrampilan Mengevaluasi dan Menilai Hasil
Dari Pengamatan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Tabel 4.19. Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus I
Indikator 6
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKO
R
KRITERIA
6 9 13 15
1 CPD 5 3 4 4 16 Kritis
2 DWP 4 2 3 4 13 ckp kritis
3 FF 3 4 2 3 12 tdk kritis
4 AA 2 5 3 3 13 ckp kritis
5 AD 3 2 2 2 9 sgt tdk kritis
6 AR 3 3 2 4 12 tdk kritis
7 AS 4 2 4 3 13 ckp kritis
8 BFN 3 4 3 4 14 ckp kritis
9 DP 4 3 4 2 13 ckp kritis
10 DFT 3 3 4 3 13 ckp kritis
11 FAD 5 3 4 3 15 ckp kritis
12 GAB 5 4 5 4 18 sgt kritis
13 GP 3 4 4 3 14 ckp kritis
14 HA 3 3 4 4 14 ckp kritis
15 KI 3 4 4 3 14 ckp kritis
16 LD 4 3 3 3 13 ckp kritis
17 MW 3 4 5 2 14 ckp kritis
18 MAH 4 3 3 3 13 ckp kritis
19 MA 3 3 3 3 12 tdk kritis
20 MJF 3 4 3 4 14 ckp kritis
21 PB 5 4 5 5 19 sgt kritis
22 RPR 4 3 3 2 12 tdk kritis
23 RES 5 4 5 4 18 sgt kritis
24 RNA 2 3 3 2 10 sgt tdk kritis
25 RDS 3 3 4 2 12 tdk kritis
26 RMS 3 2 2 3 10 sgt tdk kritis
27 SA 4 3 3 2 12 tdk kritis
28 SPF 4 4 3 3 14 ckp kritis
29 SYA 3 2 3 2 10 sgt tdk kritis
30 SRP 3 3 3 3 12 tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
31 TAK 2 2 2 3 9 sgt tdk kritis
32 NN 3 5 3 4 15 ckp kritis
33 NN 3 3 4 3 13 ckp kritis
Jumlah skor kelas 435
Rata-rata skor kelas 13.18 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas
65.91 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 21
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 64%
Hasil perhitungan kuesioner siklus I pada indikator 6
diperoleh jumlah skor kelas 435, dengan rata-rata kelas 13,18 pada
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 65,91 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 21 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 64% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis. berikut ini disajikan tabel data akhir
nilai kemampuan berpikir kritis yang dicapai dari indikator 1
sampai dengan indikator 6.
Tabel 4.20. Data Skor Keseluruhan Indikator Siklus I
N
o
Indikator
Berpikir Kritis
Skor
rata-rata
yang
dicapai
Nilai
kemampu
an
berpikir
kritis
Jml siswa
yang
minimal
cukup
krittis
Kriteria
1 Menganalisis
argumen 13.12 65.61 64%
ckp
kritis
2 Mampu
bertanya 6.79 67.88 64%
ckp
kritis
3 Mampu
menjawab
pertanyaan
6.58 65.76 42% ckp
kritis
4 Memecahkan 20.64 68.79 64% ckp
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
masalah kritis
5 Membuat
kesimpulan 6.85 68.48 52%
ckp
kritis
6 Ketrampilan
mengevaluasi
dan menilai
hasil dari
pengamatan
13.18 65.91 64% ckp
kritis
Keseluruhan
67.15
67.15 64% ckp
kritis
Tabel diatas menunjukan data tentang kemampuan berpikir
kritis siklus I siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1, diperoleh
nilai kemampuan berpikir kritis setiap indikator. Pada indikator 1
menganalisis argumen diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis,
yaitu 65,61 pada kriteria “cukup kritis” dengan presentase siswa
yang minimal cukup kritis 64%. Indikator 2 mampu bertanya
diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 67,88 pada kriteria
“cukup kritis”, dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis
64%. Indikator 3 mampu menjawab pertanyaan diperoleh nilai
kemampuan berpikir kritis yaitu 65,79 pada kriteria “cukup kritis”,
dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis 64%. Indikator
4 memecahkan masalah diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis
yaitu 68,79 pada kriteria “cukup kritis”, dengan presentase siswa
yang minimal cukup kritis 52%. Indikator 5 membuat kesimpulan
diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis yaitu pada kriteria
“cukup kritis”, dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
64% dan Indikator 6 keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil
dari pengamatan diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis yaitu
65,91 pada kriteria “cukup kritis”, dengan presentase siswa yang
minimal cukup kritis 64%. Kemudian dari data keseluruhan
menunjukkan nilai kemampuan berpikir kritis mencapai 67,15
pada kriteria “cukup kritis” dengan presentase siswa yang minimal
cukup kritis 64%.
3) Data Kemampuan Berfikir Kritis Siklus II
a) Indikator 1(Menganalisis Argumen)
Tabel 4.21. Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus II
Indikator 1
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
5 12 17 20
1 CPD 5 5 5 5 20 sgt kritis
2 DWP 3 4 3 3 13 ckp kritis
3 FF 4 3 2 4 13 ckp kritis
4 AA 3 3 5 3 14 ckp kritis
5 AD 3 3 2 4 12 tdk kritis
6 AR 3 3 3 2 11 tdk kritis
7 AS 3 4 3 4 14 ckp kritis
8 BFN 4 4 5 5 18 sgt kritis
9 DP 5 3 5 5 18 sgt kritis
10 DFT 4 3 3 3 13 ckp kritis
11 FAD 4 5 5 4 18 sgt kritis
12 GAB 4 5 5 4 18 sgt kritis
13 GP 5 4 4 3 16 kritis
14 HA 3 5 3 5 16 kritis
15 KI 3 3 3 2 11 tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
16 LD 3 4 3 3 13 ckp kritis
17 MW 4 5 4 4 17 kritis
18 MAH 3 4 4 4 15 ckp kritis
19 MA 4 4 4 4 16 kritis
20 MJF 3 4 3 5 15 ckp kritis
21 PB 4 5 5 4 18 sgt kritis
22 RPR 4 2 4 4 14 ckp kritis
23 RES 4 4 4 3 15 ckp kritis
24 RNA 4 2 3 2 11 tdk kritis
25 RDS 4 4 3 2 13 ckp kritis
26 RMS 3 4 4 4 15 ckp kritis
27 SA 3 3 3 2 11 tdk kritis
28 SPF 5 4 3 3 15 ckp kritis
29 SYA 2 2 2 2 8 sgt tdk kritis
30 SRP 3 2 3 2 10 sgt tdk kritis
31 TAK 4 3 3 2 12 tdk kritis
32 NN 4 4 3 4 15 ckp kritis
33 NN 3 4 3 2 12 tdk kritis
Jumlah skor kelas 470
Rata-rata skor kelas 14.24 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas 71.21 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 24
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 73%
Hasil perhitungan kuesioner siklus II pada indikator 1
diperoleh jumlah skor kelas 470, dengan rata-rata kelas 14,24 pada
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 71,21 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 24 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 73% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
b) Indikator 2 (Mampu Bertanya)
TabeL 4.22. Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus II
Indikator 2
NO NAMA SISWA NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
3 8
1 CPD 4 5 9 sgt kritis
2 DWP 3 4 7 ckp kritis
3 FF 3 3 6 tdk kritis
4 AA 4 3 7 ckp kritis
5 AD 2 3 5 sgt tdk kritis
6 AR 3 4 7 ckp kritis
7 AS 5 4 9 sgt kritis
8 BFN 4 4 8 kritis
9 DP 4 4 8 kritis
10 DFT 3 4 7 ckp kritis
11 FAD 5 5 10 sgt kritis
12 GAB 3 5 8 kritis
13 GP 3 5 8 kritis
14 HA 5 3 8 kritis
15 KI 3 3 6 tdk kritis
16 LD 4 4 8 kritis
17 MW 4 3 7 ckp kritis
18 MAH 4 4 8 kritis
19 MA 4 4 8 kritis
20 MJF 3 5 8 kritis
21 PB 4 4 8 kritis
22 RPR 3 3 6 tdk kritis
23 RES 5 5 10 sgt kritis
24 RNA 4 3 7 ckp kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
25 RDS 4 4 8 kritis
26 RMS 4 4 8 kritis
27 SA 4 4 8 kritis
28 SPF 4 3 7 ckp kritis
29 SYA 4 4 8 kritis
30 SRP 3 2 5 sgt tdk kritis
31 TAK 3 4 7 ckp kritis
32 NN 4 3 7 ckp kritis
33 NN 4 3 7 ckp kritis
Jumlah skor kelas 248
Rata-rata skor kelas 7.52 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas 75.15 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 28
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 85%
Hasil perhitungan kuesioner siklus II pada indikator 2
diperoleh jumlah skor kelas 248, dengan rata-rata kelas 7,52 pada
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 75,15 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 28 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 85% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
c) Indikator 3 (Mampu Menjawab Pertanyaan)
Tabel4.23. Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus II
Indikator 3
NO NAMA SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
2 4
1 CPD 5 4 9 sgt kritis
2 DWP 3 4 7 ckp kritis
3 FF 3 3 6 tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
4 AA 2 5 7 ckp kritis
5 AD 2 3 5 sgt tdk kritis
6 AR 2 4 6 tdk kritis
7 AS 4 5 9 sgt kritis
8 BFN 5 5 10 sgt kritis
9 DP 5 3 8 kritis
10 DFT 2 4 6 tdk kritis
11 FAD 5 4 9 sgt kritis
12 GAB 5 5 10 sgt kritis
13 GP 4 4 8 kritis
14 HA 2 4 6 tdk kritis
15 KI 4 4 8 kritis
16 LD 3 3 6 tdk kritis
17 MW 5 3 8 kritis
18 MAH 3 2 5 sgt tdk kritis
19 MA 4 2 6 tdk kritis
20 MJF 3 4 7 ckp kritis
21 PB 3 4 7 ckp kritis
22 RPR 3 5 8 kritis
23 RES 4 5 9 sgt kritis
24 RNA 3 2 5 sgt tdk kritis
25 RDS 2 2 4 sgt tdk kritis
26 RMS 3 5 8 kritis
27 SA 2 2 4 sgt tdk kritis
28 SPF 3 5 8 kritis
29 SYA 3 2 5 sgt tdk kritis
30 SRP 4 4 8 kritis
31 TAK 3 5 8 kritis
32 NN 3 5 8 kritis
33 HPS 3 2 5 sgt tdk kritis
Jumlah skor kelas 233
Rata-rata skor kelas 7.06 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas 70.61 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 20
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 61%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Hasil perhitungan kuesioner siklus II pada indikator 3
diperoleh jumlah skor kelas 233, dengan rata-rata kelas 7,06 pada
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 70,61 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 20 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 61% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
d) Indikator 4 (Memecahkan Masalah)
Tabel 4.24. Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus II
Indikator 4
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
1 10 11 16 18 19
1 CPD 4 5 4 4 5 4 26 kritis
2 DWP 4 4 3 2 4 4 21 ckp kritis
3 FF 4 3 4 3 4 3 21 ckp kritis
4 AA 5 3 5 4 4 3 24 kritis
5 AD 3 4 3 3 3 3 19 tdk kritis
6 AR 4 4 4 3 3 4 22 ckp kritis
7 AS 5 5 3 4 5 5 27 sgt kritis
8 BFN 4 4 5 5 5 4 27 sgt kritis
9 DP 3 4 5 3 4 2 21 ckp kritis
10 DFT 4 4 3 4 4 4 23 ckp kritis
11 FAD 2 4 5 3 5 4 23 ckp kritis
12 GAB 4 5 4 4 4 5 26 kritis
13 GP 3 5 5 3 4 4 24 kritis
14 HA 3 4 5 3 4 2 21 ckp kritis
15 KI 4 4 3 3 3 4 21 ckp kritis
16 LD 3 3 4 4 2 4 20 ckp kritis
17 MW 4 4 3 4 5 4 24 kritis
18 MAH 3 2 3 3 2 4 17 tdk kritis
19 MA 2 4 3 3 3 4 19 tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
20 MJF 4 5 4 4 4 5 26 kritis
21 PB 4 4 5 4 4 5 26 kritis
22 RPR 4 3 4 3 2 3 19 tdk kritis
23 RES 5 5 5 4 4 3 26 kritis
24 RNA 2 2 3 3 2 3 15 sgt tdk kritis
25 RDS 4 4 3 4 4 2 21 ckp kritis
26 RMS 4 4 4 3 2 3 20 ckp kritis
27 SA 4 4 2 3 4 2 19 tdk kritis
28 SPF 5 4 4 4 3 4 24 kritis
29 SYA 2 4 3 3 3 3 18 tdk kritis
30 SRP 3 4 2 3 3 2 17 tdk kritis
31 TAK 1 3 3 3 4 3 17 tdk kritis
32 NN 3 5 3 4 2 4 21 ckp kritis
33 HPS 4 3 3 2 4 3 19 tdk kritis
Jumlah skor kelas 714
Rata-rata skor kelas 21.64 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas 72.12 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 24
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 73%
Hasil perhitungan kuesioner siklus II pada indikator 4
diperoleh jumlah skor kelas 714, dengan rata-rata kelas 21,64 pada
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 72,12 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 24 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 73% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
e) Indikator 5 (Membuat Kesimpulan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Tabel4.25. Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus II
Indikator 5
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
7 14
1 CPD 5 5 10 sgt kritis
2 DWP 3 3 6 tdk kritis
3 FF 4 4 8 kritis
4 AA 5 4 9 sgt kritis
5 AD 2 3 5 sgt tdk kritis
6 AR 3 3 6 tdk kritis
7 AS 5 5 10 sgt kritis
8 BFN 5 5 10 sgt kritis
9 DP 2 5 7 ckp kritis
10 DFT 2 4 6 tdk kritis
11 FAD 3 5 8 kritis
12 GAB 4 4 8 kritis
13 GP 4 4 8 kritis
14 HA 5 5 10 sgt kritis
15 KI 4 3 7 ckp kritis
16 LD 4 3 7 ckp kritis
17 MW 3 4 7 ckp kritis
18 MAH 2 4 6 tdk kritis
19 MA 3 4 7 ckp kritis
20 MJF 4 5 9 sgt kritis
21 PB 3 3 6 tdk kritis
22 RPR 3 3 6 tdk kritis
23 RES 4 5 9 sgt kritis
24 RNA 4 3 7 ckp kritis
25 RDS 3 3 6 tdk kritis
26 RMS 5 4 9 sgt kritis
27 SA 3 3 6 tdk kritis
28 SPF 5 5 10 sgt kritis
29 SYA 3 2 5 sgt tdk kritis
30 SRP 4 2 6 tdk kritis
31 TAK 3 3 6 tdk kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
32 NN 4 4 8 kritis
33 NN 4 5 9 sgt kritis
Jumlah skor kelas 247
Rata-rata skor kelas 7.49 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas 74.85 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 21
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 64%
Hasil perhitungan kuesioner siklus II pada indikator 5
diperoleh jumlah skor kelas 247, dengan rata-rata kelas 7,49 pada
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 74,85 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 21 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 64% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.
f) Indikator 6 (Ketrampilan Mengevaluasi dan MenilaiHasil dari
Pengamatan)
Tabel 4.26. Data Kuesioner Kemampuan Berfikir Kritis Siklus II
Indikator 6
NO NAMA
SISWA
NO SOAL JML
SKOR KRITERIA
6 9 13 15
1 CPD 5 3 4 4 16 kritis
2 DWP 4 2 3 4 13 ckp kritis
3 FF 3 4 2 3 12 tdk kritis
4 AA 2 5 3 3 13 ckp kritis
5 AD 3 2 2 4 11 tdk kritis
6 AR 3 3 2 4 12 tdk kritis
7 AS 4 2 4 3 13 ckp kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
8 BFN 5 4 3 4 16 kritis
9 DP 4 3 4 2 13 ckp kritis
10 DFT 3 3 4 3 13 ckp kritis
11 FAD 5 3 4 3 15 ckp kritis
12 GAB 5 4 4 5 18 sgt kritis
13 GP 3 4 4 5 16 kritis
14 HA 3 5 4 4 16 kritis
15 KI 3 4 4 3 14 ckp kritis
16 LD 4 3 4 3 14 ckp kritis
17 MW 3 4 5 5 17 kritis
18 MAH 4 3 3 3 13 ckp kritis
19 MA 3 3 3 3 12 tdk kritis
20 MJF 3 4 3 4 14 ckp kritis
21 PB 5 4 5 5 19 sgt kritis
22 RPR 2 3 4 2 11 tdk kritis
23 RES 5 4 5 4 18 sgt kritis
24 RNA 2 3 3 2 10 sgt tdk kritis
25 RDS 3 3 4 2 12 tdk kritis
26 RMS 3 2 5 3 13 ckp kritis
27 SA 4 3 3 4 14 ckp kritis
28 SPF 4 4 3 3 14 ckp kritis
29 SYA 3 3 3 4 13 ckp kritis
30 SRP 3 3 3 3 12 tdk kritis
31 TAK 2 2 2 3 9 sgt tdk kritis
32 NN 5 5 5 4 19 sgt kritis
33 HPS 3 3 4 3 13 ckp kritis
Jumlah skor kelas 458
Rata-rata skor kelas 13.88 ckp kritis
Nilai rata-rata kelas
69.39 ckp kritis
Jumlah siswa yang minimal cukup kritis 24
Presentase jumlah siswa minimal cukup kritis 73%
Hasil perhitungan kuesioner siklus II pada indikator 6
diperoleh jumlah skor kelas 458, dengan rata-rata kelas 13,88 pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
kriteria “cukup kritis” dan nilai rata-rata kelas 69,39 pada kriteria
“cukup kritis”. Terdapat 24 siswa yang termasuk dalam kriteria
minimal cukup kritis dengan presentase 73% siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis.berikut ini disajikan tabel data akhir
nilai kemampuan berpikir kritis yang dicapai dari indikator 1
sampai dengan indikator 6.
Tabel 4.27. Data Skor Keseluruhan Indikator Siklus II
No Indikator
Berpikir Kritis
Skor
rata-rata
yang
dicapai
Nilai
kemampu
an
berpikir
kritis
Presen
tase Kriteria
1 Menganalisis
argumen 14.24 71.21 73% ckp kritis
2 Mampu
bertanya 7.52 75.15 85% ckp kritis
3 Mampu
menjawab
pertanyaan
7.06 70.61 61% ckp kritis
4 Memecahkan
masalah 21.64 72.12 73% ckp kritis
5 Membuat
kesimpulan 7.48 74.85 64% ckp kritis
6 Ketrampilan
mengevaluasi
dan menilai
hasil dari
pengamatan
13.88 69.39 73% ckp kritis
Keseluruhan 71.82 71.82 82% ckp kritis
Tabel diatas menunjukan data tentang kondisi kemampuan
berpikir kritis siklus II siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis setiap indikator. Pada
indikator 1 menganalisis argumen diperoleh nilai kemampuan
berpikir kritis, yaitu 71,21 pada kriteria “cukup kritis” dengan
presentase siswa yang minimal cukup kritis 73%. Indikator 2
mampu bertanya diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 75,15
pada kriteria “cukup kritis”, dengan presentase siswa yang
minimal cukup kritis 85%. Indikator 3 mampu menjawab
pertanyaan diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis yaitu 70,61
pada kriteria “cukup kritis”, dengan presentase siswa yang
minimal cukup kritis 61%. Indikator 4 memecahkan masalah
diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis yaitu 72,12 pada kriteria
“cukup kritis”, dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis
73%. Indikator 5 membuat kesimpulan diperoleh nilai kemampuan
berpikir kritis yaitu 74,85 pada kriteria “cukup kritis”, dengan
presentase siswa yang minimal cukup kritis 64% dan Indikator 6
keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan
diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis yaitu 69,39 pada kriteria
“cukup kritis”, dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis
73%. Kemudian dari data keseluruhan menunjukkan nilai
kemampuan berpikir kritis mencapai 71,64 pada kriteria “cukup
kritis” dengan presentase siswa yang minimal cukup kritis 82%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
4.3 Lembar Pengamatan Kemampuan Berfikir Kritis
Lembar pengamatan kemampuan berfikir kritis dilaksanakan
tiap-tiap pertemuan Siklus I dan Siklus II. Tujuan dilaksanakan lembar
engamatan ini adalah sebagai penguat data selain kuesioner.berikut ini
disajikan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat Siklus I
dan Siklus II.
Tabel 4.28. Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I
Indikator
Kondisi Awal (Siklus I)
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Skor
rata-rata
Kriteria
Skor Kriteria Skor Kriteria
1 57.6 TK 78.8 CK 68.2 CK
2 73.7 CK 75.8 CK 74.7 CK
3 63.6 TK 76.8 CK 70.2 CK
4 55.6 TK 77.8 CK 66.7 CK
5 56.6 TK 59.6 TK 58.1 TK
6 59.6 TK 57.6 TK 58.6 TK
Rata-rata 61.11 TK 71.04 CK 66.08 CK
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada indikator
1 diperoleh skor rata-rata 68,2 pada kriteria “cukup kritis”. indikator 2
diperoleh skor rata-rata 74,7 pada kriteria “cukup kritis”. indikator 3
diperoleh skor rata-rata 70,2 pada kriteria “cukup kritis”. indikator 4
diperoleh skor rata-rata 66,7 pada kriteria “cukup kritis”. indikator 5
diperoleh skor rata-rata 58,1 pada kriteria “tidak kritis”. Dan pada
indikator 6 diperoleh skor rata-rata 58,6 pada kriteria “tidak kritis”.
Tabel4.29. Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Indikator
Kondisi Akhir (Siklus II)
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Skor
rata-rata
Kriteria
Skor Kriteria Skor Kriteria
1 79.80 K 83.84 K 81.82 K
2 80.81 K 90.91 SK 85.86 K
3 84.85 K 86.87 K 85.86 K
4 77.78 CK 85.86 K 81.82 K
5 72.73 CK 85.86 K 79.29 K
6 72.73 CK 76.77 CK 74.75 CK
Rata-rata 78.11 CK 85.02 K 81.57 K
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada indikator
1 diperoleh skor rata-rata 81,82 pada kriteria “kritis”. indikator 2
diperoleh skor rata-rata 85,86 pada kriteria “kritis”. indikator 3
diperoleh skor rata-rata 85,86 pada kriteria “kritis”. indikator 4
diperoleh skor rata-rata 81,82 pada kriteria “kritis”. indikator 5
diperoleh skor rata-rata 79,29 pada kriteria “kritis”. Dan pada indikator
6 diperoleh skor rata-rata 74,75 pada kriteria “cukup kritis”.
4.3 Pembahasan
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dari tanggal 12 Oktober 2015
sampai dengan 30 Oktober 2015 berjalan dengan lancar, sesuai dengan yang
direncanakan oleh peneliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
peningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas V
pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Negeri
Karangmloko 1. Pemilihan materi KPK dan FPB dikarenakan berdasarkan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
wawancara dengan guru kelas V diperoleh hasil belajar pada materi KPK dan
FPB yang masih rendah.
4.3.1.1 Proses penerapan pendekatan kontekstual
Penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang
membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang sedang dipelajari siswa
dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Proses
penerapan pembelajaran kontekstual peneliti menggunakan lima langkah
pendekatan kontekstual (Hamdayama, 2014: 51), yaitu:
a) Relating
Kegiatan relating dalam penelitian ini, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai yaitu tentang KPK dan FPB
b) Experiencing
Kegiatan experiencingdalam penelitian ini, guru menjelaskan materi
tentang KPK dan FPB dengan cara memberikan contoh permasalahan sehari-
hari yang berkaitan dengan permasalahan matematis.
c) Cooperating
Kegiatan cooperating dalam penelitian ini, guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok.
d) Applying
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Kegiatan applying, siswa mempresentasikan hasil pekerjaan siswa
didepan kelas.
e) Transfering
Kegiatan transfering dalam penelitian ini, guru membimbing siswa
merangkum atau menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Kemudian
guru memberikan soal evaluasi.
Dalam melakukan penelitian, peneliti menerapkan tujuh komponen
pendekatan pembelajaran kontekstualyang meliputi tujuh komponen utama
(Hosnan, 2014: 369) yaitu sebagai berikut:
a) Kontruktivisme (Contructivism)
b) Menemukan (Inquiry)
c) Bertanya (Questioning)
d) Masyarakat Belajar (Learning Community)
e) Pemodelan (Modelling)
f) Refleksi (Reflection)
g) Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
2. Peningkatan Hasil Belajar
Adanya peningkatan hasil belajar siswa terbukti dari data nilai hasil belajar
siswa pada siklus I dan siklus II. Sebelum dilakukan tindakan, hasil rata-rata nilai
siswa hanya 60,73 dengan 13 siswa dapat mencapai KKM. Dari hasil tes evaluasi
yang diperoleh dari siklus I dan siklus II, dapat diketahui bahwa prestasi belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
siswa mengalami peningkatan. Hasil tes pada siklus I menunjukkan bahwa
sebanyak 21 siswa mencapai KKM dengan rata- rata kelas sebesar
65,76.Sedangkan hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa sebanyak 27 anak
telah mencapai KKM dengan rata- rata kelas sebesar 73,33.
Berikut grafik perbandingan presentase ketuntasan belajar sebelum
dilakukan tindakan, tindakan siklus I dan tindakan siklus II.
Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Sebelum dilakukan penelitian tindakan, jumlah siswa yang tuntas belajar
mencapai 39%. Setelah dilaksanakan siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar
meningkat menjadi 64%. Pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas belajar
meningkat lagi menjadi 82%. Hal ini berarti bahwa pada siklus II lebih dari 75%
siswa telah mencapai ketuntasan belajar, yaitu telah mencapai nilai ≥70.
Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan pada BAB III, yaitu
0
20
40
60
80
100
Pratindakan Siklus I Siklus II
39
64
82
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum dan Setelah
Tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
75% siswa harus mendapatkan nilai ≥70, maka pembelajaran matematika melalui
CTL dikatakan telah memenuhi satu syarat keberhasilan.
Adapun perbandingan nilai rata-rata hasil tes pada siklus I dan Siklus II
disajikan grafik berikut.
Gambar4.2. Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Tes
Nilai rata-rata hasil tes sebelum tindakan adalah 60,73. Pada siklus I, nilai
rata- rata kelas meningkat menjadi 65,76. Sedangkan pada siklus II, rata- rata
kelas meningkat menjadi 73,33.
Penelitian dikatakan berhasil apabila rata- rata kelas mencapai ≥70. Nilai
rata- rata kelas pada siklus II adalah 73,33. Dengan melihat hasil penelitan pada
siklus II tersebut penelitian ini telah memenuhi satu syarat keberhasilan
penelitian. Terjadinya peningkatan seperti yang dijelaskan di atas merupakan
dampak dari penerapan pembelajaran CTL dalam pembelajaran matematika
yang secara umum berjalan dengan baik seperti yang dilihat dari hasil observasi.
0
20
40
60
80
Pratindakan Siklus I Siklus II
60.73 65.7673.33
Perbandingan Nilai Rata- rata Sebelum dan Setelah
Tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
3. Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini diteliti menggunakan 2
instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yaitu menggunakan
kuesioner dan lembar observasi. Pemberian kuesioner dilaksanakan selama dua
kali, yaitu pada awal sebelum dilakukan penelitian, yaitu pada tanggal 12
Oktober 2015 dan diakhir setelah dilakukan penelitian yaitu pada tanggal 30
Oktober 2015. Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada
siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan
kemampuan berpikir kritis kelas III SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran
2015/2016. Hal ini sejalan dengan pendapat Anggelo (dalam Susanto, 2013:
122), berpikir kritis adalah menerapkan kegiatan berpikir yang meliputi
menganalisis, mengenal masalah, pemecahan masalah, menyimpulkan serta
mengevaluasi. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian yang ditulis
oleh Nur Prafitriani (2014) dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkat kemampuan berfikir kritis matematika.
Berikut ini merupakan data hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis awal
sebelum melakukan penelitian dan akhir setelah dilakukan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Tabel 4.30. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No Indikator Kondisi
Awal
(prasiklus
)
Kriteria Kondisi
Akhir
(siklus II)
Kriteria
1 Menganalisis
argumen
57.12 tdk kritis 71.21 ckp kritis
2 Mampu
bertanya
54.55 tdk kritis 75.15 ckp kritis
3 Mampu
menjawab
pertanyaan
56.97 tdk kritis 70.61 ckp kritis
4 Memecahkan
masalah
60.51 tdk kritis 72.12 ckp kritis
5 Membuat
kesimpulan
60.61 tdk kritis 74.85 ckp kritis
6 Keterampilan
mengevaluasi
dan menilai
hasil dari
pengamatan.
53.48 sgt tdk
kritis 69.39 ckp kritis
Keseluruhan 58,17 57.48 71.82 ckp kritis
Berdasarkan tabel 4.30. diketahui hasil nilai kuesioner kemampuan
berpikir kritis dari data awal sebelum dilakukan tindakan dan data akhir setelah
dilakukan tindakan mengalami peningkatan. Berikut ini peneliti akan
menyajiakan data pencapaian dalam bentuk diagram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan gambar 4.3 diperoleh data kuesioner kemampuan berpikir
kritis siswa dari kondisi awal sebelum penelitian dan kondisi akhir setelah
penelitian mengalami peningkatan. Pada indikator 1 data awal sebelum dilakukan
penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 57,2 pada kriteria “tidak
kritis” kemudian setelah dilakukan penelitian pada indikator 1 meningkat dengan
perolehan nilai kemampuan berpikir kritis 71,21 pada kriteria “cukup kitis”. Pada
indikator 2 data awal sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan
berpikir kritis 54,55 pada kriteria “tidak kritis” kemudian setelah dilakukan
penelitian pada indikator 2 meningkat dengan perolehan nilai kemampuan
berpikir kritis 75,15 pada kriteria “cukup kitis”. Pada indikator 3 data awal
sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 56,97
57.2 54.55 56.9760.51 60.61
53.3357.48
71.2175.15
70.61 72.12 74.8569.39 71.82
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
pada kriteria “tidak kritis” kemudian setelah dilakukan penelitian pada indikator
3 meningkat dengan perolehan nilai kemampuan berpikir kritis 70,61 pada
kriteria “cukup kritis”. Pada indikator 4 data awal sebelum dilakukan penelitian
diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 60,51 pada kriteria “tidak kritis”
kemudian setelah dilakukan penelitian pada indikator 4 meningkat dengan
perolehan nilai kemampuan berpikir kritis 72,12 pada kriteria “cukup kitis”. Pada
indikator 5 data awal sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan
berpikir kritis 60,61 pada kriteria “tidak kritis” kemudian setelah dilakukan
penelitian pada indikator 5 meningkat dengan perolehan nilai kemampuan
berpikir kritis 74,85 pada kriteria “cukup kitis”. Pada indikator 6 data awal
sebelum dilakukan penelitian diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis 53,33
pada kriteria “tidak kritis” kemudian setelah dilakukan penelitian pada indikator
6 meningkat dengan perolehan nilai kemampuan berpikir kritis 69,39 pada
kriteria “cukup kitis”.Kemudian nilai keseluruhan dari kondisi awal kemampuan
berpikir kritis 57.48 “tidak kritis” setelah dilakukan penelitian meningkat
menjadi 71,82 yaitu pada kriteria “cukup kritis”.
Kemudian peneliti merangkum data persentase jumlah siswa yang minimal
cukup kritis, yaitu sebagai berikut
Tabel 4.31. Persentase Jumlah Siswa Yang Minimal Cukup Kritis
No Indikator Kondisi Awal Kondisi Akhir
1 Menganalisis argumen 33% 73%
2 Mampu bertanya 18% 85%
3 Mampu menjawab pertanyaan 39% 61%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
No Indikator Kondisi Awal Kondisi Akhir
4 Memecahkan masalah 42% 73%
5 Membuat kesimpulan 27% 64%
6 Keterampilan mengevaluasi dan
menilai hasil dari pengamatan. 30% 73%
Keseluruhan 42% 82%
Berdasarkan tabel 4.32 diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang
minimal cukup kritis mengalami peningkatan dari kondisi awal sebelum
dilakukan penelitian dan kondisi akhir setelah dilakukan penelitian.Berikut ini
peneliti akan menyajiakan data pencapaian dalam bentuk diagram.
Gambar 4.4 Persentase Jumlah Siswa Yang Minimal Cukup Kritis
Dari gambar 4.4 terlihat bahwa persentase jumlah siswa yang minimal
cukup kritis mengalami peningkatan. Pada indikator 1 kondisi awal sebelum
penelitian persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis 33% kemudian
meningkat pada kondisi akhir menjadi 73%. Pada indikator 2 kondisi awal
33%
18%
39% 42%
27% 30%
42%
73%
85%
61%
73%64%
73%82%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Persentase Kemampuan Berpikir Kritis
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
jumlah siswa yang minimal cukup kritis 18% meningkat pada kondisi akhir
menjadi 85%. Indikator 3 kondisi awal jumlah siswa yang minimal cukup kritis
39% meningkat pada kondisi akhir menjadi 61%. Kemudian pada kondisi
indikator 4 diperoleh jumlah siswa yang minimal cukup kritis 42% meningkat
pada kondisi akhir 73%. Indikator 5 kondisi awal jumlah siswa yang minimal
cukup kritis 27% meningkat pada kondisi akhir menjadi 64%. Pada indikator 6
kondisi awal jumlah siswa yang minimal cukup kritis 30% meningkat pada
kondisi akhir menjadi 73%. Kemudiankeseluruhan kondisi awal jumlah siswa
yang minimal cukup kritis, yaitu 42% meningkat pada kondisi akhir menjadi
82%.
Selanjutnya pegambilan data observasi atau pengamatan tentang
kemampuan berpikir kritis dilakukan selama kegiatan belajar berlangsung, yaitu
pada siklus I dan siklus II. Pengambilan data observasi kemampuan berpikir
kritis bertujuan untuk penguat kemampuan berpikir kritis dari hasil kuesioner.
Observasi pada siklus I dilakukan selama dua kali, yaitu pada siklus I pertemuan
1 dan siklus I pertemuan 2. Sedangkan observasi pada siklus II dilakukan selama
dua kali, yaitu pada siklus II pertemuan 1 dan Siklus II pertemuan 2. Kemudian
hasil observasi pada siklus I dijadikan data awal kemampuan berpikir kritis dan
hasil observasi siklus II dijadikan data akhir observasi kemampuan berpikir
kritis. Berikut ini merupakan data observasi kemampuan berpikir kritis:
Tabel 4.32. Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
No Indikator Kondis
i Awal
Kriteri
a
Kondis
i Akhir Kriteria
1 Menganalisis argumen 68.2 CK 81.8 K
2 Mampu bertanya 74.7 CK 85.9 K
3 Mampu menjawab
pertanyaan 70.2 CK 85.9 K
4 Memecahkan masalah 66.7 CK 81.8 K
5 Membuat kesimpulan 58.1 TK 79.3 K
6
Keterampilan
mengevaluasi dan
menilai hasil dari
pengamatan.
58.6 TK 74.7 CK
Berdasarkan tabel 4.33 diketahui data observasi kemampuan berpikir kritis
awal dan data akhir mengalami peningkatan disetiap indikatornya. Berikut ini
peneliti akan menyajiakan data pencapaian dalam bentuk diagram.
Gambar 4.5 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa(Observasi)
Berdasarkan gambar 4.5 diperoleh data tentang kemampuan berpikir
kritis berdasarkan observasi. Pada indikator 1 data awal diperoleh skor 68,2,
yaitu pada kriteria “cukup kritis” kemudian data akhir pada indikator 1
68.274.7
70.2 66.758.1 58.6
81.885.9 85.9
81.8 79.374.7
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
Indikator
1
Indikator
2
Indikator
3
Indikator
4
Indikator
5
Indikator
6
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Observasi
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
meningkat menjadi 81,8, yaitu pada kriteria “kritis”. Pada indikator 2 diperoleh
skor 74,7, yaitu pada kriteria “cukup kritis” kemudian perolehan data akhir
pada siklus 2 meningkat menjadi 85,9 pada kriteria “kritis”. Kemudian pada
indikator 3 diperoleh data skor observasi awal 70,2 pada kriteria “cukup kritis”
dan kondisi akhir pada indikator 3 diperoleh skor 85,9 pada kriteria “kritis”.
Pada indikator 4 data awal observasi diperoleh skor 66,7, yaitu pada kriteria
“cukup kritis” dan data akhir pada indikator 4 meningkat menjadi 81,8 pada
kriteria “kritis”. Sedangkan pada indikator 5 data awal observasi diperoleh skor
58,1 pada kriteria “tidak kritis” kemudian ata akhir pada indikator 5 meningkat
menjadi 79,3 pada krteria “kritis”. Kemudian data awal pada indikator 6
diperoleh skor 58,6 pada kriteria “tidak kritis” dan data akhir pada indikator 6
meningkat menjadi 74,7 pada kriteria “cukup kritis”. Dari data kuesioner dan
observasi tentang kemampuan berpikir kritis diatas diperoleh hasil bahwa
terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis disetiap indikatornya.
Setelah didapatkanhasil penelitian dan pembahasan, kemudian dipaparkan
hasil perbandingan pencapaian hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis,
sebagai berikut:
Tabel 4.33. Perbandingan Pencapaian Penelitian
Variabel Indikator Kondisi Awal Siklus
I Siklus II
Hasil
Belajar
Nilai rata-rata kelas 65 65.76 76.06
Persentase jumlah
siswa yang mencapai
KKM
39% 64% 82%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Variabel Indikator Kondisi Awal Kondisi Akhir
Kemampuan
Berpikir
Kritis
Nilai Kemampuan
Berpikir Kritis 57.4 71.82
Persentase
kemampuan berpikir
kritis
42% 82%
Dari tabel 4.33 perbandingan pencapai penelitian diatas dapat diambil
kesimpulan bahawa pencapaian nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan
dari kondisi awal 60,73 kemudian dilakukan penelitian pada siklus I meningkat
menjadi 65,76 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 76,06.
Persentase siswa juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 39% kemudian
meningkat pada siklus I menjadi 64% dan pada siklus II meningkat lagi
menjadi 82%. Selanjutnya didapatkan nilai kemampuan berpikir kritis pada
kondisi awal adalah 57,4 pada kriteria “tidak kritis” dan pada kondisi akhir nilai
kemampuan berpikir kritis mencapai 71,82 pada kriteria “cukup kritis”.
Sedangkan persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada kondisi
awal 42% dan pada kondisi akhir mencapai 82%.Dapat disimpulkan bahwa
pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan
kemampuan berpikir kritis siswa. Dari Penelitian ini membuktikan bahwa
hipotesis tentang pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching
and learning dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis
materi KPK dan FPB siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran
2015/2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah
dilaksanakan di SD Negeri Karangmloko 1 tentang penerapan pendekatan
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam peningkatan
hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi
KPK dan FPB di kelas V SD Negeri Karangmloko 1 dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) Relating, (2)Experiencing,
(3)Cooperating, (4) Applying, (5) Transfering.
2. Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
hasil belajar pada mata pelajaran matematika materi KPK dan FPB di
kelas V SD Negeri Karangmloko 1. Hal ini dapat dilihat dari kondisi
awal rata-rata sebelum dilakukan penelitian, yaitu 60,73 dengan
persentase ketuntasan 39%. Setelah dilakukan penelitian pada siklus I
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada materi
operasi hitung perkalian dan pembagian mengalami peningkatan
dengan nilai rata-rata 65,76 dengan persentase ketuntasan siswa
mencapai 64%. Kemudian dilanjutkan ke siklus II dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran kontekstual, hasil belajar siswa mengalami
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
peningkatan. Pada siklus II rata-rata meningkat menjadi 76,06 dengan
persentase ketuntasan siswa mencapai 82%.
3. Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1.
Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai kemampuan berpikir kritis
awal adalah 57,4 pada kriteria “tidak kritis” dengan persentase jumlah
siswa yang minimal cukup kritis 42%. Pada kondisi akhir nilai
kemampuan berpikir kritis meningkat menjadi 71,82 pada kriteria
“cukup kritis”, dengan persentase jumlah siswa yang minimal cukup
kritis mencapai 82%.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, yaitu selama
pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran
kontekstual, peneliti mengalami keterbatasan waktu karena alokasi waktu
yang diberikan oleh guru kelas selama satu kali pertemuan hanya 2 x 35
menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dilaksanakan,
saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Ketika melakukan penelitian, sebaiknya peneliti harus bisa
memanajemen waktu, agar penelitian tersebut dapat dilaksanakan
dengan maksimal.
2. Pemberian motivasi kepada siswa harus ditingkatkan, agar menjadikan
siswa semangatdan antusias dalam mengikuti pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta
________. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pt Bumi Aksara
Badan Standard Nasional Pendidikan. (2006). Standard Kompetensi dan
Konpetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Budhayanti, Clara Eka Sari. (2008). Pemecahan Masalah Matematika..Jakarta:
Dirjendikti Depdiknas
Dahar, RW. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga
Dalyono, M. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Herman, Hudoyo.(2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Malang: Um Press.
Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung:
Pt. Remaja Rosdakarya.
Johnson, Elaine B. (2010). Contextual Teaching And Learning: Menjadikan
Kegiatan Belajar Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung:
Mizan Media Utama
Makmun, Abin Syamsudin . (2003). Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung : Remaja Rosdakarya
Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta:
Mitra Cendikia
Masidja, I. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Nasution, S. (2004). Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Nurhadi, (2002). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK.
Universitas Negeri Malang, Surabaya.
Purwanto, Ngalim. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
_________. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Untuk Psikologi dan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putra. (2013). Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Yogyakarta: Diva Press.
Russeffendi, ET. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini untuk
Guru dan SPG. Bandung: Tarsito
Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses
Pendidikan). Jakarta : Prenada Media Group
Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Pt Raja
Grafindo Jaya
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Soedjadi, R. (1999). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi
Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Sudjana, Nana. (2009). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Sugiyanto. (2008). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13
Suherman, Erman, Dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Komtemporer.
Bandung: Upi;Jica;Imstep.
Sukidin. (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan
Cendikia
Susanto, (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sutawijaya, Akbar (1997). Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran
Matematika. Makalah Seminar Nasional Upaya- Upaya Meningkatkan
Peran Pendidikan
Sutopo, HB.(2006). Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan
Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas
Maret
Sutoyo, (2012). Pemahaman Individu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tirtonegoro, Sutratinah. (1984). Anak Super Normal dan Program Pendidikannya.
Jakarta: Bina Aksara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Lampiran 3. RPP Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
MATEMATIKA KELAS V SEMESTER I
SIKLUS I PERTEMUAN I
Sekolah : SD Negeri 1 Karangmoloko
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas/ Semester : V (Lima) / I (Satu)
Hari/ tanggal : 12 Oktober 2015
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
1. Melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
1.2 Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB.
C. Indikator
1.2.1 Menentukan KPK dan FPB menggunakan faktorisasi prima
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, diskusi kelompok dan tanya
jawab, siswa dapat:
1.2.1.1 Menentukan KPK dan FPB menggunakan faktorisasi prima dengan
benar
E. Karakter siswa yang diharapkan
1. Percaya Diri
2. Kerjasama
3. Keaktifan
4. Tanggung jawab
F. Materi Pokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
KPK dan FPB
G. Model dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : CTL
Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Penugasan
H. Media Pembelajaran
1. Dakon Matematika
2. Tabel saringan Erastothenes
I. Sumber Belajar
Buku Sekolah Elektronik “Matematika 5 SD dan MI Kelas 5, oleh
RJ.Soenarjo, penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, hal
35-38.
J. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
Pembuka
1. Guru memberi salam kepada siswa. “Selamat pagi anak-anak
!”
2. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk dengan tenang
3. Guru mengajak siswa untuk berdoa dengan dipimpin oleh
ketua kelas
4. Guru menanyakan kabar siswa : “Bagaimana kabar kalian
hari ini?
5. Guru memeriksa kehadiran siswa “Siapa yang tidak berangkat
hari ini?”
Apersepsi
Memberikan pertanyaan kepada siswa “ siapa yang pernah
pergi ke pasar? “. “apa yang kalian lakukan di pasar?”. “
5 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Bu Rani berjualan sayuran di pasar tiap 2 hari sekali dan
Bu Mia berjualan daging tiap 3 hari sekali, tiap berapa hari
mereka akan berjualan bersama-sama”
Orientasi
Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran.
Motivasi
Siswa diberi motivasi oleh guru agar siswa bersemangat
mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan
memberi reward / penghargaan dengan syarat tertentu
Kegiatan
Inti
1. Siswa menyimak penjelasan dari guru tentang faktor prima
dan faktorisasi prima dengan bantuan media tabel saringan
Erastothenes
2. Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi KPK dan
FPB dengan menggunakan media dakon matematika
3. Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi.
4. Beberapa siswa diminta maju kedepan kelas untuk
memberikan contoh penggunaan media dakon matematika
untuk menyelesaikan soal.
5. Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi KPK dan
FPB dengan menggunakan pohon factor.
6. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya
mengenai materi yang belum jelas dan menjelaskannya jika
ada siswa yang belum jelas
7. Siswa dibagi ke dalam 4 kelompok.
8. Guru membagikan LKS pada tiap kelompok, untuk
dikerjakan dengan cara berdiskusi dengan kelompoknya.
9. Guru berkeliling memeriksa hasil kerja kelompok dan
memberikan bimbingan seperlunya
60 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
10. Salah satu kelompok memmpresntasikan hasil diskusinya di
depan kelas dan kelompok lain diminta memperhatikan dan
menanggapi.
11. Guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok
dengan berdiskusi dengan siswa dan membimbing kearah
jawaban yang benar
12. Tiap kelompok mengumpulkan hasil diskusi kelompoknya
Kegiatan 1. Siswa dengan bimbingan guru merangkum hasil
Penutup pembelajaran dan menyimpulkan materi yang telah
dipelajarai pada pertemuan hari ini.
2 Siswa dipimpin ketua kelas berdoa untuk mengakhiri
pelajaran
3 Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa.
“ selamat siang anak – anak”.
5 M
e
n
i
t
5 menit
K. Penilaian
1. Prosedur Penilaian
a. Penilaian proses : Pengamatan
b. Penilaian hasil belajar : Tes tertulis
2. Instrumen Penilaian (Terlampir)
a. Penilaian proses : Lembar Pengamatan
b. Penilaian hasil belajar : Lembar Kerja kelompok
Sleman,
12 Oktober 201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
LAMPIRAN
PENILAIAN
1. Penilaian Pengetahuan
Penilaian hasil belajar (Lembar Kerja kelompok)
Nilai : Jumlah betul x 20
2. Penilaian Sikap
Nilai =
Jumlah skor yang di peroleh x 100
Jumlah skor maksimal
Keterangan nilai:
80 – 100 A
70 – 79 B
51 – 69 C
No Aspek yang diamati Skor
Jumlah skor 3 1
1 Percaya Diri
2 Kerjasama
.3 Keaktifan
4 Tanggung jawab
Total skor yang di capai
Jumlah Skor maksimum 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
< 50 D
Kriteria Penilaian Sikap:
Rubrik/ Pedoman Penilaian Sikap
Kriteria Bagus Cukup Kurang
3 2 1
Percaya Diri Berani bertanya
dan memberikan
pendapat disaat
yang tepat tanpa
diminta oleh
guru
Berani bertanya
dan memberikan
pendapat disaat
yang tepat ketika
diminta oleh
guru
Belum berani
bertanya dan
memberikan
pendapat.
Bekerja Sama Bekerjasama
dengan sangat
baik dengan
teman dalam
diskusi kelompok
Bekerjasama
dengan cukup
baik dengan
teman dalam
diskusi
kelompok
Kurang dapat
bekerjasama
dengan teman
dalam diskusi
kelompok
Keaktifan Aktif dalam
melakukan tanya
jawab dengan
guru maupun
teman kelompok
dan aktif dalam
diskusi kelompok
Kurang aktif
dalam
melakukan tanya
jawab dengan
guru maupun
teman kelompok
dan kurang aktif
dalam diskusi
kelompok
Tidak aktif
dalam
melakukan tanya
jawab dengan
guru maupun
teman kelompok
dan tidak aktif
dalam diskusi
kelompok
Tanggung Mengerjakan Mengerjakan Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Jawab tugas yang
diberikan guru
dengan penuh
tanggung jawab
tugas yang
diberikan guru
dengan cukup
tanggung jawab
bertanggung
jawab saat
mengerjakan
tugas yang
diberikan guru
Lembar Pengamatan
No Nama
Indikator Penilaian
Percaya
Diri
Kerjasama Tanggung
Jawab
Keaktifan
Lembar Kerja Siswa
Kerjakan soal-soal berikut ini menggunakan tabel pohon factor !
1. KPK dari 42 dan 63 adalah………
2. KPK dari 18, 24 dan 30 adalah………
3. FPB dari 33 dan 75 adalah……..
4. FPB dari 56 dan 140 adalah…..
5. FPB dari 60, 150, dan 225 adalah…….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Lampiran Media
1. Dakon Matematika
2. Tabel Saringan Erasthotenes
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
MATEMATIKA KELAS V SEMESTER I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
SIKLUS I PERTEMUAN 2
Sekolah : SD Negeri 1 Karangmoloko
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas/ Semester : V (Lima) / I (Satu)
Hari/ tanggal : 14 OKtober 2015
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
2. Melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
1.3 Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB.
C. Indikator
1.3.1 Menentukan KPK dan FPB menggunakan faktorisasi prima
1.2.2 Memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan KPK dan
FPB.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, diskusi kelompok dan
tanya jawab, siswa dapat:
1.2.2.1 Menentukan KPK dan FPB menggunakan faktorisasi prima dengan
benar
1.2.2.2 Memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan KPK dan
FPB dengan benar
E. Materi Pokok
KPK dan FPB
F. Model dan Metode Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Model Pembelajaran : CTL
Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Penugasan
G. Media Pembelajaran
1. Permen 3. Jelly
2. Coklat 4. Manik- manik warna-warni
H. Sumber Belajar
Buku Sekolah Elektronik “Matematika 5 SD dan MI Kelas 5, oleh
RJ.Soenarjo, penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, hal
35-38.
I. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
Pembuka
1. Guru memberi salam kepada siswa. “Selamat pagi anak-
anak !”
2. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk dengan tenang
3. Guru mengajak siswa untuk berdoa dengan dipimpin oleh
ketua kelas
4. Guru menanyakan kabar siswa : “Bagaimana kabar kalian
hari ini?
5. Guru memeriksa kehadiran siswa “Siapa yang tidak
berangkat hari ini?”
Apersepsi
Memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi
yang telah diajarkan sebelumnya dan mengaitkan dengan
materi yang akan dipelajari.
Orientasi
Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran.
5 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
Motivasi
Siswa diberi motivasi oleh guru agar siswa bersemangat
mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan
memberi reward / penghargaan dengan syarat tertentu
Kegiatan
Inti
1. Siswa menyimak penjelasan dari guru tentang pemecahkan
masalah sehari-hari yang berkaitan dengan KPK dan FPB
2. Guru memberi contoh pemecahkan masalah sehari-hari yang
berkaitan dengan KPK dan FPB dengan media permen,
coklat, dan jelly
3. Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi
4. Beberapa siswa diminta maju kedepan kelas untuk
menyelesaikan soal menggunakan media yang telah
disiapkan
5. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya
mengenai materi yang belum jelas dan menjelaskannya jika
ada siswa yang belum jelas
6. Siswa dibagi ke dalam 4 kelompok.
7. Guru membagikan LKS pada tiap kelompok, untuk
dikerjakan dengan cara berdiskusi dengan kelompoknya.
8. Guru berkeliling memeriksa hasil kerja kelompok dan
memberikan bimbingan seperlunya
9. Salah satu kelompok memmpresntasikan hasil diskusinya di
depan kelas dan kelompok lain diminta memperhatikan dan
menanggapi.
10. Guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok
dengan berdiskusi dengan siswa dan membimbing kearah
jawaban yang benar
11. Tiap kelompok mengumpulkan hasil diskusi kelompoknya
60 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
12. Evaluasi
13. Guru bersama siswa membahas jawaban soal evaluasi
dengan berdiskusi dengan siswa dan membimbing kearah
jawaban yang benar
Kegiatan
Penutup
1 Siswa dengan bimbingan guru merangkum hasil
pembelajaran dan menyimpulkan materi yang telah
dipelajarai pada pertemuan hari ini.
6
5 menit
2. Siswa dipimpin ketua kelas berdoa untuk mengakhiri
pelajaran
3. Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa.
“ selamat siang anak – anak”.
7
L. Penilaian
1. Prosedur Penilaian
a. Penilaian hasil belajar : Tes tertulis
2. Instrumen Penilaian (Terlampir)
b. Penilaian hasil belajar : Soal Essay
Sleman,
14 Oktober 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
LAMPIRAN
PENILAIAN
3. Penilaian Pengetahuan
Penilaian hasil belajar ( soal essay )
Nilai : Jumlah betul x 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
LKS
Masukkan jelly, permen, dan coklat yang telah dibagikan oleh guru ke kantong
plastik. Jumlah jelly, permen, dan coklat tiap kantong harus sama. Berapa
kantong plastic yang dibutuhkan?
Ibu pergi ke kebun tiap 3 hari sekali, ayah pergi ke kebun 5 hari sekali. Tiap
berapa hari sekali mereka akan pergi ke kebun bersama?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
Soal Evaluasi Siklus I
Matematika Kelas V Semester I Tahun Ajaran 2015/2016
Mata Pelajaran : Matematika
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Oktober2015
Waktu : 30 menit
Nama :
No. Urut :
1. Faktor prima dari bilangan 84 adalah …………………………………………………………………
2. Faktorisasi prima dari 150 adalah …………………………………………………………………………
3. KPK dari 12, 30, dan 54 adalah ……………………………………………………………………………
4. FPB dari 12, 36, dan 72
adalah……….…………………………………………………………………
5. Ayah mencuci motor tiap 12 hari sekali. Paman tiap 18 hari sekali.
Hari ini mereka mencuci motor bersamaan. Pada hari ke berapa
mereka akan mencuci motor bersama lagi?…………………………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………
6. Rani berenang tiap 15 hari sekali. Nina berenang tiap 21 hari sekali,.
Tini tiap 45 hari sekali. Hari ini mereka berenang bersama. Pada
hari ke berapa mereka bertiga akan berenang bersama lagi?………………………………………………..
…..………………………….…………………………………………………………………………………………
…………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………
7. Lampu A berkedip setiap 20 detik. Lampu B berkedip setiap 30
detik. Lampu C berkedip setiap 60 detik. Jika saat ini ketiga lampu
berkedip bersama untuk pertama kalinya, berapa detik lagi kamu
bisa menyaksikan ketiga lampu berkedip bersama untuk kedua
kalinya?
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………..
8. Pak Ahmad akan membagi 60 buah jeruk dan 42 buah mangga
kepada tetangganya sama banyak. Buah-buah tersebut akan
dibungkus dengan plastik. Berapa bungkus buah yang akan dibagikan
pak Ahmad?
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………………..............
9. Dalam rangka HUT Kemerdekaan RI, panitia mendapat sumbangan
84 buku tulis dan 35 pena untuk hadiah lomba anak-anak. Setiap
bungkus hadiah untuk pemenang lomba mempunyai isi yang sama
banyak. Berapa bungkus hadiah yang dapat dibuat?…………………………………………………………………………………….......
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………
10. Pak Jono ingin menjual dua jenis padi hasil panennya. Padi jenis A
200 kuintal dan padi jenis B 150 kuintal. Ia akan mengirim ke
beberapa toko sama banyak.
a. Berapa toko yang dikirim Pak Jono paling banyak?
b. Berapa kuintal masing-masing jenis padi yang diterima setiap
toko
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
Lampiran 4. RPP Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
MATEMATIKA KELAS V SEMESTER I
SIKLUS II PERTEMUAN I
Sekolah : SD Negeri 1 Karangmoloko
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas/ Semester : V (Lima) / I (Satu)
Hari/ tanggal : 19 Oktober 2015
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
3. Melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
1.4 Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB.
C. Indikator
1.4.1 Menentukan KPK dan FPB menggunakan faktorisasi prima
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, diskusi kelompok dan
tanya jawab, siswa dapat:
1.2.1.1 Menentukan KPK dan FPB menggunakan faktorisasi prima dengan
benar
E. Karakter siswa yang diharapkan
1. Percaya Diri
2. Kerjasama
3. Keaktifan
4. Tanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
F. Materi Pokok
KPK dan FPB
G. Model dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : CTL
Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Penugasan
H. Media Pembelajaran
1. Dakon Matematika
2. Tabel saringan Erastothenes
I. Sumber Belajar
Buku Sekolah Elektronik “Matematika 5 SD dan MI Kelas 5, oleh
RJ.Soenarjo, penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, hal
35-38.
J. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
Pembuka
1. Guru memberi salam kepada siswa. “Selamat pagi anak-
anak !”
2. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk dengan tenang
3. Guru mengajak siswa untuk berdoa dengan dipimpin oleh
ketua kelas
4. Guru menanyakan kabar siswa : “Bagaimana kabar kalian
hari ini?
5. Guru memeriksa kehadiran siswa “Siapa yang tidak
berangkat hari ini?”
Apersepsi
Memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi
5 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
yang telah diajarkan sebelumnya
Orientasi
Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran.
Motivasi
Siswa diberi motivasi oleh guru agar siswa bersemangat
mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan
dengan memberi reward / penghargaan dengan syarat
tertentu
Kegiatan
Inti
1. Siswa menyimak penjelasan dari guru tentang pengertian
faktor prima dan faktorisasi prima
2. Siswa dengan bantuan media tabel saringan Erastothenes
dan permen menyebutkan contoh bilangan prima
3. Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi KPK dan
FPB dengan menggunakan media dakon matematika
4. Beberapa siswa diminta maju kedepan kelas untuk
memberikan contoh penggunaan media dakon matematika
untuk menyelesaikan soal.
5. Siswa menyimak penjelasan guru tentang materi KPK dan
FPB dengan menggunakan pohon factor.
6. Beberapa siswa diminta maju kedepan kelas untuk
menyelesaikan soal KPK dan FPB dan siswa yang lain
memperhatikan dan menanggapi hasil pekerjaan
temannya.
7. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya
mengenai materi yang belum jelas dan menjelaskannya
jika ada siswa yang belum jelas
8. Siswa dibagi ke dalam 4 kelompok
9. Guru membagikan LKS pada tiap kelompok, untuk
60 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
dikerjakan dengan cara berdiskusi dengan kelompoknya.
10. Guru berkeliling memeriksa hasil kerja kelompok dan
memberikan bimbingan seperlunya
11. Salah satu kelompok memmpresntasikan hasil diskusinya
di depan kelas dan kelompok lain diminta memperhatikan
dan menanggapi.
12. Guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok
dengan berdiskusi dengan siswa dan membimbing kearah
jawaban yang benar
13. Tiap kelompok mengumpulkan hasil diskusi kelompoknya
Kegiatan
Penutup
1. Siswa dengan bimbingan guru merangkum hasil
pembelajaran dan menyimpulkan materi yang telah
dipelajarai pada pertemuan hari ini.
2. Siswa dipimpin ketua kelas berdoa untuk mengakhiri
pelajaran
3. Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa.
“ selamat siang anak – anak”.
8 M
e
n
i
t
5 menit
K. Penilaian
1. Prosedur Penilaian
a. Penilaian proses : Pengamatan
b. Penilaian hasil belajar : Tes tertulis
2. Instrumen Penilaian (Terlampir)
a. Penilaian proses : Lembar Pengamatan
b. Penilaian hasil belajar : Lembar Kerja kelompok
Sleman, 19
Oktober 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
LAMPIRAN
PENILAIAN
4. Penilaian Pengetahuan
Penilaian hasil belajar (Lembar Kerja kelompok)
Nilai : Jumlah betul x 10
5. Penilaian Sikap
Nilai =
Jumlah skor yang di peroleh x 100
Jumlah skor maksimal
Keterangan nilai:
80 – 100 A
70 – 79 B
51 – 69 C
< 50 D
No Aspek yang diamati Skor
Jumlah Skor 3 2 1
1 Percaya Diri
2 Kerjasama
.3 Keaktifan
4 Tanggung jawab
Total skor yang di capai
Jumlah Skor maksimum 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
Kriteria Penilaian Sikap:
Rubrik/ Pedoman Penilaian Sikap
Kriteria Bagus Cukup Kurang
3 2 1
Percaya Diri Berani bertanya
dan memberikan
pendapat disaat
yang tepat tanpa
diminta oleh guru
Berani bertanya
dan memberikan
pendapat disaat
yang tepat
ketika diminta
oleh guru
Belum berani
bertanya dan
memberikan
pendapat.
Bekerja Sama Bekerjasama
dengan sangat
baik dengan
teman dalam
diskusi kelompok
Bekerjasama
dengan cukup
baik dengan
teman dalam
diskusi
kelompok
Kurang dapat
bekerjasama
dengan teman
dalam diskusi
kelompok
Keaktifan Aktif dalam
melakukan tanya
jawab dengan
guru maupun
teman kelompok
dan aktif dalam
diskusi kelompok
Kurang aktif
dalam
melakukan
tanya jawab
dengan guru
maupun teman
kelompok dan
kurang aktif
dalam diskusi
kelompok
Tidak aktif dalam
melakukan tanya
jawab dengan
guru maupun
teman kelompok
dan tidak aktif
dalam diskusi
kelompok
Tanggung
Jawab
Mengerjakan
tugas yang
Mengerjakan
tugas yang
Kurang
bertanggung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
diberikan guru
dengan penuh
tanggung jawab
diberikan guru
dengan cukup
tanggung jawab
jawab saat
mengerjakan
tugas yang
diberikan guru
Lembar Pengamatan
No Nama
Indikator Penilaian
Percaya
Diri
Kerjasama Tanggung
Jawab
Keaktifan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
Lembar Kerja Siswa
1. KPK dari 18 dan 24 adalah………………………………………..
2. FPB dari 15, 20, dan 30 adalah…………………………………….
3. KPK dari 85, 90, dan 102 adalah………………………………….
4. Ayah mempunyai ayam jantan 20 dan ayam betina 15, ayam-ayam tersebut
akan dimasukan kandang dengan jumlah ayam betina dan jantan yang sama
tiap kandang. Berapa jumlah kandang yang
dibutuhkan?……………………………………………
5. Bu tini memanen cabe tiap 4 hari sekali, bu sinta tiap 5 hari sekali, dan bu
toni tiap 6 hari sekali. Hari ini mereka memanen cabai bersama. Berapa
hari lagi mereka memanen cabai bersama-
sama?........................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
Lampiran Media
3. Dakon Matematika
4. Tabel Saringan Erasthotenes
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
MATEMATIKA KELAS V SEMESTER I
SIKLUS II PERTEMUAN 2
Sekolah : SD Negeri 1 Karangmoloko
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas/ Semester : V (Lima) / I (Satu)
Hari/ tanggal : 21 Oktober 2015
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
4. Melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
1.5 Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB.
C. Indikator
1.5.1 Menentukan KPK dan FPB menggunakan faktorisasi prima
1.2.3 Memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan KPK dan
FPB.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, diskusi kelompok dan
tanya jawab, siswa dapat:
1.2.2.3 Menentukan KPK dan FPB menggunakan faktorisasi prima dengan
benar
1.2.2.4 Memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan KPK dan
FPB dengan benar
E. Materi Pokok
KPK dan FPB
F. Model dan Metode Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
Model Pembelajaran : CTL
Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, Penugasan
G. Media Pembelajaran
1. Pensil
2. Bolpoin
3. Penghapus
4. Permen
5. Coklat
6. Jelly
7. Tabel kelipatan
H. Sumber Belajar
Buku Sekolah Elektronik “Matematika 5 SD dan MI Kelas 5, oleh
RJ.Soenarjo, penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, hal
35-38.
I. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan
Pembuka
1. Guru memberi salam kepada siswa. “Selamat pagi anak-anak
!”
2. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk dengan tenang
3. Guru mengajak siswa untuk berdoa dengan dipimpin oleh
ketua kelas
4. Guru menanyakan kabar siswa : “Bagaimana kabar kalian
hari ini?
5. Guru memeriksa kehadiran siswa “Siapa yang tidak berangkat
hari ini?”
5 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
Apersepsi
Memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi
yang telah diajarkan sebelumnya
Orientasi
Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran.
Motivasi
Siswa diberi motivasi oleh guru agar siswa bersemangat
mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan
memberi reward / penghargaan dengan syarat tertentu
Kegiatan
Inti
1. Siswa menyimak penjelasan dari guru tentang pemecahkan
masalah sehari-hari yang berkaitan dengan KPK dan FPB
2. Guru memberi contoh pemecahkan masalah sehari-hari yang
berkaitan dengan FPB dengan media permen, coklat, dan
jelly.
3. Guru member contoh pemecahkan masalah sehari-hari yang
berkaitan dengan KPK dengan media tabel kelipatan
4. Beberapa siswa diminta maju kedepan kelas untuk
menyelesaikan soal menggunakan media yang telah disiapkan
dan siswa yang lain memperhatikan dan menanggapinya
5. Guru menulis satu soal masalah sehari-hari yang berkaitan
dengan KPK dan satu soal yang berkaitan dengan FPB di
papan tulis kemudiandikerjakan bersama-sama siswa.
6. Siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya
mengenai materi yang belum jelas dan menjelaskannya jika
ada siswa yang belum jelas
7. Siswa dibagi ke dalam 4 kelompok.
8. Guru membagikan LKS pada tiap kelompok, untuk
dikerjakan dengan cara berdiskusi dengan kelompoknya.
60 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
9. Guru berkeliling memeriksa hasil kerja kelompok dan
memberikan bimbingan seperlunya
10. Salah satu kelompok memmpresntasikan hasil diskusinya di
depan kelas dan kelompok lain diminta memperhatikan dan
menanggapi.
11. Guru bersama siswa membahas hasil diskusi kelompok
dengan berdiskusi dengan siswa dan membimbing kearah
jawaban yang benar
12. Tiap kelompok mengumpulkan hasil diskusi kelompoknya
13. Evaluasi
14. Guru bersama siswa membahas jawaban soal evaluasi dengan
berdiskusi dengan siswa dan membimbing kearah jawaban
yang benar
Kegiatan
Penutup
2 Siswa dengan bimbingan guru merangkum hasil
pembelajaran dan menyimpulkan materi yang telah
dipelajarai pada pertemuan hari ini.
3 Siswa dipimpin ketua kelas berdoa untuk mengakhiri
pelajaran
4 Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa.
“ selamat siang anak – anak”.
9
5 menit
J. Penilaian
1. Prosedur Penilaian
a. Penilaian hasil belajar : Tes tertulis
2. Instrumen Penilaian (Terlampir)
a. Penilaian hasil belajar : Soal Essay
Sleman, 21
Oktober 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
LAMPIRAN
PENILAIAN
6. Penilaian Pengetahuan
Penilaian hasil belajar ( soal essay )
Nilai : Jumlah betul x 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
LKS
Masukkan bolpoin, pensil, dan penghapus yang telah dibagikan oleh guru ke
kantong plastik. Jumlah bolpoin, pensil, dan penghapus tiap kantong harus sama.
Berapa kantong plastic yang dibutuhkan?
Kakek mengunjungi kami setiap 18 hari sekali. Paman mengunjungi kami setiap
60 hari sekali. Setiap berapa hari sekali kakek dan paman mengunjungi kami
secara bersama-sama?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
Soal Evaluasi Siklus II
Matematika Kelas V Semester I Tahun Ajaran 2015/2016
Mata Pelajaran : Matematika
Hari/Tanggal : Rabu, 21 Oktober
2015
Waktu : 30 menit
Nama :
No. Urut :
1. Faktorisasi prima dari bilangan 240 adalah ………………………………………………………
2. FPB dari 30 dan 42 adalah ……………………………………………………………………………………
3. FPB dari 85, 90, dan 100 adalah …………………………………………………………………………
4. KPK dari 90, 150, dan 120 adalah ………………………………………………………………………
5. Pak Made dan Pak Putu adalah dua satpam yang berjaga di
perusahaan yang berdekatan. Setiap berjaga 16 hari Pak Made libur
satu hari, sedangkan Pak Putu mendapat libur sehari setelah
berjaga 20 hari. Jika hari ini Pak Putu dan Pak Made libur
bersamaan, berapa hari lagi mereka dapat libur bersamaan lagi?…………………………………………………..……………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………….
6. Ada 3 buah lampu, merah, kuning, dan hijau. Mula-mula ketiga lampu
itu menyala serentak bersamaan. Kemudian, lampu merah menyala
setiap 12 detik, lampu kuning menyala setiap 20 detik, dan lampu
hijau menyala setiap 24 detik. Tiap berapa detik ketiga lampu itu
menyala bersamaan?………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
7. Pada suatu hari, Bu Wati, Bu Rina, dan Bu Nanik belanja bersamaan
di sebuah pasar swalayan. Bu Wati belanja setiap 15 hari sekali, Bu
Rina 25 hari sekali, sedangkan Bu Nanik juga belanja setiap 75 hari
sekali. Setelah berapa hari mereka akan bersamaan belanja di pasar
swalayan itu?
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………
8. Pada suatu hari Ali, Beni, dan Candra bersamaan memotong
rambutnya pada seorang tukang cukur. Ali mencukur rambutnya
setiap 30 hari di tempat itu. Beni mencukur rambutnya setiap 45
hari di tempat itu pula. Candra mencukur rambutnya setiap 60 hari.
Setiap berapa hari, mereka dapat bersamaan memotong rambut
pada tukang cukur itu?
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………
……………
9. Anggota pramuka dari kelas 5 dan 6 sebuah SD mengadakan
persami. Anggota pramuka dari kelas 5 sebanyak 48 orang dan dari
kelas 6 sebanyak 40 orang. Untuk acara baris-berbaris, anggota
pramuka itu harus dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok
merupakan campuran dari kelas 5 dan kelas 6 dengan jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
anggota kelompok yang sama. Berapa kelompok sebanyak-banyaknya
yang dapat dibentuk? ……………………………………….…………..
.…………………………………………………………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………….
10. Pada suatu hari sekolah menerima 2 peti kapur tulis. Peti pertama
berisi 96 kotak dan peti kedua 72 kotak. Kapur itu akan ditumpuk di
dalam lemari. Jumlah kotak kapur pada setiap tumpukan harus sama.
b. Berapa tumpukan kotak kapur sebanyak-banyaknya ada didalam
lemari?
c. Berapa kotak kapur setiap tumpukan?
……………………………………………………………………………………………………………………
…………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
BIODATA PENELITI
Faisal Arif Rifai lahir di Magelang pada tanggal 1 Juni
1993. Merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Peneliti menyelesaikan pendidikan dasar di SD
Muhammadiyah Gunung Pring Muntilan pada tahun
2006. Pendidikan menengah pertama di SMP Negeri
1 Dukun lulus pada tahun 2009. Melanjutkan di
SMA Negeri 1 Kota Mungkid lulus pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Kuguruan dan Ilmu Pendidikan,
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.Di akhir masa pendidikan di
Universitas Sanata Dharma menulis skripsi dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar
dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada
Materi KPK dan FPB Melalui Pembelajaran Kontekstual”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI