PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT...

21
Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai 188 PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI Enhancing Farmers’ Access to Food Security and Energy Credit Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 ABSTRACT Food Security and Energy Credit (KKP-E) realization surpasses its official allocation. Most of the credit is allocated for sugarcane farming and staple food purchase business. Food crops farmers only get a little portion of the credit. This paper describes performance, constraints, and factors affecting KKP-E distribution in East Java and Bali Provinces in 2010. Many farmers could not access KKP-E due to lack of credit promotion, complicated procedures, and limited collateral ownership. Credit allocation for the upstream sector, such as rice, corn, and livestock farming, needs enhancement. The Ministry of Agriculture and the executing banks need to improve the credit social marketing of KKP-E. The farmers require land certificates at affordable price such that they could use them for credit collateral. Key words: KKP-E, collateral, social marketing, East Java, Bali ABSTRAK Penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) melampaui plafon yang ditetapkan dengan alokasi terbesar untuk tanaman tebu dan pengadaan pangan. Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari kredit tersebut. Makalah ini menguraikan keragaan, kendala, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran KKP-E di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali tahun 2010. Banyak petani yang tidak dapat mengakses KKP-E karena kurang sosialisasi, prosedur yang rumit, dan keterbatasan agunan. Alokasi dana untuk KKP-E, khususnya untuk sektor hulu seperti budidaya padi dan jagung maupun peternakan, perlu ditingkatkan. Sosialisasi KKP-E oleh bank dan instansi terkait harus ditingkatkan frekuensi dan cakupannya. Disamping itu petani perlu dibantu dalam pembuatan sertifikat tanah secara massal dengan harga murah agar dapat digunakan untuk agunan kredit. Kata kunci: KKP-E, agunan, sosialisasi, Jawa Timur, Bali. PENDAHULUAN Latar Belakang Kredit bagi petani merupakan modal pertanian yang diperoleh dari pinjaman (Mubyarto, 2000). Pemerintah memperkenalkan kredit program bagi

Transcript of PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT...

Page 1: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

188

PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDITKETAHANAN PANGAN DAN ENERGI

Enhancing Farmers’ Access to Food Security and Energy Credit

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan PertanianJl. A. Yani No. 70 Bogor 16161

ABSTRACT

Food Security and Energy Credit (KKP-E) realization surpasses its officialallocation. Most of the credit is allocated for sugarcane farming and staple food purchasebusiness. Food crops farmers only get a little portion of the credit. This paper describesperformance, constraints, and factors affecting KKP-E distribution in East Java and BaliProvinces in 2010. Many farmers could not access KKP-E due to lack of credit promotion,complicated procedures, and limited collateral ownership. Credit allocation for the upstreamsector, such as rice, corn, and livestock farming, needs enhancement. The Ministry ofAgriculture and the executing banks need to improve the credit social marketing of KKP-E.The farmers require land certificates at affordable price such that they could use them forcredit collateral.

Key words: KKP-E, collateral, social marketing, East Java, Bali

ABSTRAK

Penyaluran Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) melampaui plafon yangditetapkan dengan alokasi terbesar untuk tanaman tebu dan pengadaan pangan.Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari kredit tersebut.Makalah ini menguraikan keragaan, kendala, dan faktor-faktor yang mempengaruhipenyaluran KKP-E di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali tahun 2010. Banyak petani yangtidak dapat mengakses KKP-E karena kurang sosialisasi, prosedur yang rumit, danketerbatasan agunan. Alokasi dana untuk KKP-E, khususnya untuk sektor hulu sepertibudidaya padi dan jagung maupun peternakan, perlu ditingkatkan. Sosialisasi KKP-E olehbank dan instansi terkait harus ditingkatkan frekuensi dan cakupannya. Disamping itu petaniperlu dibantu dalam pembuatan sertifikat tanah secara massal dengan harga murah agardapat digunakan untuk agunan kredit.

Kata kunci: KKP-E, agunan, sosialisasi, Jawa Timur, Bali.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kredit bagi petani merupakan modal pertanian yang diperoleh daripinjaman (Mubyarto, 2000). Pemerintah memperkenalkan kredit program bagi

Page 2: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Peningkatan Akses Petani terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

189

petani sejak pendirian Padi Sentra tahun 1959 yang menangani masalahpenyuluhan, penyaluran, dan pengambilan kredit (Hermanto, 2001). BankIndonesia melalui program Pembiayaan Usaha Kecil (PUK) juga menyediakankredit yang dapat diakses oleh petani. PUK meliputi meliputi aspek pemasaran,aspek teknis produksi, aspek finansial, aspek dampak ekonomi dan lingkungan.Sektor-sektor yang dibiayai meliputi budidaya tanaman pangan dan hortikultura,tanaman perkebunan, peternakan, perikanan, dan industri (Bank Indonesia, 2010).Penyaluran kredit dilakukan dengan berbagai cara, dari mulai melibatkanperbankan, koperasi dan lembaga keuangan lainnya. Permasalahan utama dalampenyaluran kredit umumnya adalah persyaratan agunan, kompleksitas birokrasi,ketidak-mampuan petani membayar, adanya penyimpangan penyaluran kredit(Widyarini, 2009).

Sebagian besar petani Indonesia masih sangat lemah dalam mengaksessumber-sumber permodalan formal. Lemahnya kepemilikan modal disebabkanoleh kecilnya skala usaha sehingga tidak mempunyai kemampuan untukmelakukan akumulasi modal. Setiap selesai panen, hasil penjualan digunakanuntuk membayar pinjaman sarana produksi dan kebutuhan hidup sehari-hari.Sementara itu, lemahnya akses petani kecil terhadap sumber-sumber permodalanformal disebabkan oleh prosedur yang tidak sederhana dan persyaratan kolateralyang harus dipenuhi oleh petani.

Pihak perbankan tidak tertarik untuk membiayai sektor pertanian yangdipandang berisiko tinggi, baik karena gangguan alam seperti banjir dankekeringan, serangan hama dan penyakit tanaman, maupun fluktuasi harga output.Dari total kredit perbankan nasional sebesar Rp 1.397 triliun, kredit untuk sektorpertanian hanya Rp 77 triliun atau 5,5 persen. Padahal, kontribusi sektor pertanianpada pembentukan Produk Domestik Bruto menempati posisi kedua terbesarsetelah sektor manufaktur. Pada tahun 2008, misalnya, kredit sektor pertanianhanya sekitar 9 persen dari PDB sektor pertanian, yang berarti lebih banyakkegiatan pertanian yang dibiayai sendiri. Sulitnya akses terhadap kredit perbankanjuga tecermin pada tingginya suku bunga kredit untuk sektor pertanian yang rata-rata mencapai 13,20 persen per tahun.

Jika lahan usahatani yang dijadikan agunan untuk mendapatkan kreditmodal dari perbankan, maka hampir dapat dipastikan bahwa sebagian besarpetani tidak layak mendapatkan modal yang bersumber dari lembaga keuanganformal. Hal ini karena petani pemilik-penggarap umumnya tidak mempunyaisertifikat tanah, apalagi jika mereka adalah penggarap lahan petani lain. Umumnyahanya petani yang lahannya luas yang lebih mudah mendapatkan modal darisumber-sumber keuangan formal karena mempunyai agunan dalam bentuk bukanhanya lahan.

Sementara itu, di kalangan petani kecil terdapat sumber-sumber permodalannon-formal yang mudah mereka akses karena prosedurnya sangat sederhana danpersyaratannya mudah dipenuhi petani karena hanya mengandalkan kepercayaan.Walaupun tingkat bunga yang dikenakan terhadap petani debitur sangat tinggi,petani kecil merasa lebih nyaman dengan memanfaatkan sumber-sumber modalnon-formal.

Page 3: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

190

Melihat permasalahan yang dihadapi petani dalam permodalan tersebut,maka pemerintah berupaya membantu meringankan beban petani denganmenetapkan berbagai skim pembiayaan bagi petani kecil yang lebih mudahdiakses oleh petani kecil. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan dampakpositif bagi perkembangan usahatani bagi petani kecil di Indonesia.

Jenis-jenis kredit program untuk pembiayaan pertanian yang saat inidiluncurkan Kementerian Pertanian adalah Kredit Ketahanan Pangan dan Energi(KKP-E), Kredit Usaha Mikro dan Kecil (KUMK-SUP 05), Kredit Usaha Rakyat(KUR), dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). Disamping itu juga adapembiayaan syariah yang meliputi (i) pengembangan skema pembiayaan berbasissyariah; dan (ii) pengembangan kelembagaan usaha petani yang berasal darikelompok usaha tani. Juga ada program tambahan, yaitu (i) Program fasilitasi SkimPelayanan Pembiayaan Pertanian (SP-3); dan (ii) Kerjasama pemanfaatanBantuan Luar Negeri.

Secara umum kebijakan pembiayaan pertanian oleh Pemerintah dibagimenjadi empat sesuai karakteristik kelompok yang akan dibiayai (Mulyadi, 2010).Kelompok pertama adalah yang feasible dan bankable. Kelompok kedua adalahsudah feasible tetapi belum bankable diberi fasilitas skim Kredit Usaha Rakyat(KUR). Kelompok ketiga sudah bankable tetapi belum feasible dengan bungakomersial memperoleh kredit KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi), KreditPengembangan Energi Nabati-Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), dan KreditUsaha Pembibitan Sapi (KUPS). Kelompok keempat adalah tidak feasible dantidak bankable tetapi usahanya potensial untuk berkembang diberi dana BLM(Bantuan Langsung Masyarakat) yang berasal dari APBN (Anggaran Pendapatandan Belanja Negara), misalnya PUAP (Pengembangan Usaha AgribisnisPerdesaan). Usaha layak (feasible) adalah usaha calon debitur yangmenguntungkan sehingga mampu membayar bunga dan seluruh kewajiban pokok.Belum bankable adalah debitur yang belum dapat memenuhi persyaratanperkreditan dari perbankan antara lain dalam hal penyediaan agunan.

Sampai bulan Juli 2010 sebanyak Rp 10,23 trilyun (120%) dari plafon KKP-Esebesar Rp 8,5 trilyun berhasil disalurkan oleh Bank Umum maupun BankPembangunan Daerah. Realisasi penyaluran KUR untuk pertanian sebesar Rp3,97 trilyun (19,9%) dari total plafon KUR Rp 20 trilyun. Penyaluran KPEN-RPsebanyak Rp 1,03 trilyun (2,7%) dari plafon Rp 38,6 trilyun dan penyaluran KUPSbaru mencapai Rp 0,11 trilyun (6,1%) dari plafon Rp 1,8 trilyun (Mulyadi, 2010).

Pada tahun 2008 alokasi kredit perbankan untuk sektor pertanian secaranasional hanya mencapai 5,14 persen. Sedangkan kredit dari BPR untuk sektorpertanian baru sebesar 6,85 persen pada tahun yang sama. Mulai tahun 2010hingga 2014 diharapkan kredit untuk sektor pertanian dari perbankan naik rata-rata20 persen per tahun1. Hingga bulan Agustus 2010 kredit untuk sektor pertanianhanya 5,4 persen (Rp 88,6 trilyun) dari kredit nasional sebanyak Rp 1.640,4trilyun2. Pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian, perlu melakukan

1 www.kontan.co.id, 7 Desember 20092 Republika Online, 20 Oktober 2010

Page 4: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Peningkatan Akses Petani terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

191

terobosan agar petani dapat meningkatkan akses terhadap kredit yang sangatdiperlukan dalam usahatani.

Tujuan

Secara umum makalah ini menguraikan keragaan penyaluran KKP-E bagikelompok tani di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali. Secara khusus tujuanmakalah ini adalah:

a) Mengkaji keragaan penyaluran dan pengembalian KKP-E.

b) Menganalisis kendala akses dan pengembalian KKP-E.

c) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani mengakses KKP-E.

KERAGAAN PENYALURAN KKP-E

KKP-E adalah kredit investasi dan atau kredit modal kerja yang diberikankepada petani, peternak, nelayan dan pembudidaya ikan, kelompok (tani,peternak, nelayan dan pembudidaya ikan). KKP-E disalurkan dalam rangkapembiayaan intensifikasi padi, jagung kedelai, ubi kayu dan ubi jalar, kacang tanahdan/atau sorgum, pengembangan budidaya tanaman tebu, peternak sapi potong,ayam buras dan itik, usaha penangkapan dan budidaya ikan serta kepada koperasidalam rangka pengadaan pangan berupa gabah, jagung dan kedelai (DirektoratPembiayaan Pertanian, 2011).

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) semula dikenal denganKredit Ketahanan Pangan (KKP), sudah berjalan sejak Oktober 2000 danmerupakan penyempurnaan dari KUT (Kredit Usaha Tani), KKPA (Kredit kepadaKoperasi Primer untuk Anggotanya), serta Kredit Koperasi Pangan (KKP). KKPditujukan untuk membantu permodalan petani dan peternak dengan suku bungaterjangkau sehingga mereka dapat menerapkan teknologi rekomendasi budidayadan dapat mengembangkan agribisnisnya secara layak.

Dalam perkembangannya KKP terus mengalami perubahan danpenyempurnaan baik dalam cakupan komoditas yang dibiayai, kebutuhan indikatif,dan plafon maksimum per debitur. Penyempurnaan KKP juga ditujukan untukmendukung ketahanan energi sehingga mulai Oktober 2007 KKP berubah menjadiKredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). KKP-E adalah kredit investasidan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaanProgram Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Tanaman Bahan BakuBahan Bakar Nabati.

Tujuan dari KKP-E adalah: (a) Menyediakan kredit investasi dan ataumodal kerja dengan suku bunga terjangkau; (b) Mengoptimalkan pemanfaatandana kredit yang disediakan oleh perbankan untuk petani/peternak yangmemerlukan pembiayaan usahanya secara efektif, efisien dan berkelanjutan gunapeningkatan produksi sekaligus peningkatan pendapatan dan kesejahteraanya;

Page 5: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

192

dan (c) Mendukung peningkatan ketahanan pangan nasional dan ketahananenergi lain melalui pengembangan tanaman bahan baku bahan bakar nabati.

Sasaran KKP-E adalah: (a) Tersalurnya KKP-E kepada petani danpeternak yang membutuhkan pembiayaan/kredit serta lancar dalam pengembaliankreditnya; dan (b) Peningkatan penerapan teknologi anjuran bagi petani/peternakyang memanfaatkan pembiayaan/kredit yang akhirnya terjadi peningkatanproduktivitas usaha.

Sumber dana KKP-E berasal dari Bank Pelaksana dan resiko KKP-Editanggung sepenuhnya oleh Bank Pelaksana. Peran pemerintah antara lainmenyediakan subsidi suku bunga dan risk sharing untuk komoditas padi, jagung,dan kedelai. Keputusan akhir kredit ada pada Bank mengingat resiko kreditsepenuhnya ditanggung Bank. Suku bunga KKP-E ditinjau tiap 6 bulan (DirektoratPembiayaan Pertanian, 2011). Ketentuan tingkat bunga tersebut mulai berlakutanggal 1 Oktober 2010 sampai 31 Maret 2011 (Tabel 1).

Tabel 1. Tingkat Bunga Bank, Tingkat Bunga Peserta KKP-E dan Subsidi Bunga

Uraian TingkatBunga Bank

Tingkat Bungakepada Peserta

SubsidiBunga

1. KKP-E Tebu2. KKP-E Lainnya

12 %13 %

7 %5 %

5 %8 %

Sumber: Direktorat Pembiayaan (2011)

Penyaluran KKP-E di Tingkat Nasional

Bank Pelaksana KKP-E meliputi 22 Bank, yaitu 9 (sembilan) Bank Umummeliputi Bank BRI, Bank Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga, BCA, BII,dan Artha Graha. Terdapat 13 Bank Pembangunan Daerah (BPD), yaitu BPDSumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat-Banten, JawaTengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan,Papua , Riau dan Nusa Tenggara Barat.

Dari Rp 8,4 trilyun plafon KKP-E yang ditetapkan pada tahun 2011, nilairealisasinya mencapai Rp 10,9 trilyun (129%). Realisasi penyaluran KKP-E olehBank Umum mencapai Rp 10,1 trilyun (128%), sedangkan BPD menyalurkan Rp0,78 trilyun (150%). Bank danamon menyalurkan paling banyak (Tabel 2).

Terdapat enam Propinsi yang belum memanfaatkan KKP-E, yaitu PropinsiSulawesi Tengah, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat,dan Kepulauan Riau. Walaupun KKP-E budidaya tanaman pangan terbesar ketigasetelah budidaya tebu dan peternakan, tetapi penyebarannya terluas dari semuasubsektor yang memperoleh KKP-E (27 Propinsi). Penyebaran KKP-E untukbudidaya tebu hanya di Sembilan Propinsi dan terbanyak atau fokus di PulauJawa. Sedangkan untuk budidaya tanaman hortikultura selain fokus di Pulau Jawa,juga banyak diserap di Propinsi NTB dan sedikit di Kalsel dan Sumsel.

Page 6: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Peningkatan Akses Petani terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

193

Hampir 73 persen KKP-E untuk membiayai budidaya tebu. Sedangkanuntuk pembiayaan budidaya padi, jagung dan kedelai hanya 7 persen. Pengadaanpangan atau pembelian gabah mendapat alokasi hanya 1,4 persen dari totalplafon. Secara nasional tingkat kredit macet untuk KKP-E kurang dari 5 persenyang umumnya karena gagal panen.

Tabel 2. Realisasi Penyaluran KKP-E di Tingkat Nasional, Desember 2010

No Bank Pelaksana Plafon(RpJuta)

Realisasi(RpJuta)

Persentasethd plafon

(%)I Bank Umum 7,886,350 10,126,577 128.411 Bank BRI 4,800,000 5,728,124 119.342 Bank BNI 618,350 555,994 89.923 Bank Mandiri 480,000 749,851 156.224 Bank Bukopin 660,000 956,015 144.855 Bank BCA 55,000 40,508 73.656 Bank Agroniaga 508,000 1,576,837 310.407 Bank BII 130,000 70,875 54.528 Bank Niaga 170,000 388,725 228.669 Bank Danamon 15,000 59,648 397.65

10 Bank Arthagraha 450,000 -

II Bank PembangunanDaerah 521,795 781,621 149.79

11 BPD Sumut 14,165 921 6.5012 BPD Sumbar 4,000 4,915 122.8813 BPD Sumsel 20,000 3,086 15.4314 BPD Jabar 67,000 106,460 158.9015 BPD Jateng 54,120 33,767 62.3916 BPDDIY 10,025 9,877 98.5217 BPD Jatim 256,000 346,722 135.4418 BPD Bali 107 405 253,784 236.2919 BPD Sulse! 1,000 869 86.9020 BPD Kalsel 5,485 7,861 143.3221 BPD Papua 50,000 7,998 16.0022 BPD Riau 40,000 3,091 7.73

Bank Ex KKP 2,270JUMLAH 8,408,145 10,908,198 129.73

Sumber: Direktorat Pembiayaan (2011)

Penyaluran KKP-E di Jawa Timur

KKP-E disalurkan kepada kelompok tani (KT), koperasi, maupunperusahaan/perantara pemasaran produk pertanian. Jumlah kelompok yangterlibat didalam penyaluran KKP-E relatif terbatas karena kehati-hatian pihak

Page 7: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

194

perbankan untuk menanggung resiko kegagalan dalam pengembalian kredit. Olehkarena itu bagi kelompok atau koperasi yang akan memperoleh KKP-E diharuskanmemenuhi syarat: (i) kelompok telah terdaftar pada Dinas teknis setempat, (ii)mempunyai kegiatan usaha yang mandiri, (iii) mempunyai anggota yangmelakukan usaha budidaya yang dapat dibiayai KKP-E, dan (iv) mempunyaiorganisasi dan pengurus serta aturan didalam kelompok. Persyaratan untukkoperasi adalah: (i) koperasi harus sudah berbadan hukum; (ii) memiliki pengurusyang aktif; (iii) memenuhi persyaratan, (iv) memiliki anggota yang terdiri dari petani;dan (v) memiliki bidang usaha di sektor pertanian.

Beberapa langkah strategis (misalnya yang dilakukan oleh BRI CabangJember) untuk menjaring nasabah yang dapat akses terhadap KKP-E melalui ujikelayakan sebagai berikut :

i. Melakukan pendekatan secara pribadi kepada pengurus kelompok/koperasiuntuk lebih mengenal secara mendalam.

ii. Menempatkan calon nasabah sebagai mitra yang sejajar dengan bank.

iii. Kelayakan usaha yang dijalankan dengan kesesuaian pasar.

iv. Nasabah mempunyai pengetahuan dan pengalaman didalam usahanya.

v. Ketersediaan sumberdaya alam yang memadai untuk menunjang usaha yangdijalankan.

vi. Jaminan yang terbuka antara kelompok dengan BRI .

vii. Jaminan berupa agunan dapat ditanggung oleh beberapa anggota kelompok,asal nilai agunan memenuhi syarat jumlah dan kesesuaian sebagai agunan.

KKP-E di Desa Pontang, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember

KKP-E di Desa Pontang, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jemberdisalurkan melalui KUD (Koperasi Unit Desa) dengan alasan persyaratan mudahdan bunganya rendah (6 % per tahun pada awal tahun 2010) dan sebetulnya mulaitahun 2001 KUD ini sudah menerima kredit program. KUD ini sendiri berdiri tahun1981 dengan bisnis utama adalah perdagangan hasil pertanian. Unit usaha KUDini meliputi toko pertanian, toko kelontong, usaha simpan pinjam, dan penggilinganpadi dengan tenaga kerja tetap sebanyak 22 orang, tenaga lepas 12 orang, danpengurus 5 orang.Total modal KUD sebesar Rp 2 milyar yang terdiri dari 50 persenmodal sendiri, 45 persen dari kredit, dan 5 persen bantuan. Jumlah kredit yangdiajukan dan riil diterima sebesar Rp 500 juta. Biaya pengurusan kredit sebanyakRp 5 juta atau 1 persen dari nilai kredit. Jangka waktu pengembalian 12 bulandengan masa tenggang 12 bulan. Dengan demikian kredit dibayar sekaligus padabulan ke-12, yaitu pokok dan bunga pinjaman. Agunan yang digunakan adalah duabuah sertifikat KUD senilai lebih dari Rp 1 milyar. Menurut aturan yang berlakuuntuk KKP-E seharusnya agunan cukup 130 persen dari nilai kredit atau dalam halini senilai Rp 650 juta. Persyaratan kredit dianggap, mudah, layanan bagus, dandana cair dalam tiga hari. Jika kredit macet maka kena sangsi denda bungasebesar 16 persen sisa NPL.

Page 8: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Peningkatan Akses Petani terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

195

Lembaga ini berfungsi sebagai linkage program melalui pola executingdengan menyalurkan kredit ke petani/anggota sejak 1999.Debitur setahun terakhirsebanyak 1.080 orang termasuk anggota 150 orang. Pinjaman diberikan kepadanasabah dengan jaminan sertifikat tanah atau BPKB mobil/motor sebesar Rp500.000-Rp 20 juta/orang dengan lama pinjaman 1-6 bulan dan bunga 2,5 persenper tahun untuk kredit Rp 500.000 dan 3 persen per bulan untuk kredit Rp 20 juta.Umumnya lama peminjaman antara 4 sampai 5 bulan. Pembayaran kreditdilakukan sekaligus saat jatuh tempo atau tanpa mengangsur.Selama ini kreditmacet kurang dari 5 persen. Jika nasabah mengalami kredit macet maka angsuranditunda tetapi tidak didenda atau jika harus didenda adalah dalam pembayaranbunga. Kredit macet terjadi karena gagal panen atau kesengajaan oleh debitur.Biaya pinjam ke KUD ini sebesar 2 persen dari bunga, bonus pengembalian bunga10 persen (dari total bunga).

BRI Cabang Jember dalam menyalurkan kredit ke KUD dan nasabahlainnya selain meminta jaminan juga meminta referensi dan kesehatan finansialkelompok. Kuota kredit maksimal dari BRI adalah Rp 500 juta per debitur. Jikapengembalian kredit melampaui jatuh tempo maka akan diterapkan bungakomersial. Harapan pengurus KUD adalah peningkatan plafon kredit dankontinyuitas penyaluran kredit dari BRI. Koperasi atau KUD yang masihmenunggak kredit usaha tani (KUT) tidak dapat meminjam kredit ke bank.

Penyaluran KKP-E untuk Tebu dan Ternak

Penyaluran kredit KKP-E melalui Bank Jatim Cabang Jember pada tahun2009/2010 terdiri dari KKP-E Tebu Rakyat Pola Murni dan KKP-E Ternak SapiPotong. Plafon kredit KKP-E Tebu Rakyat Pola Murni pada musim tanam2009/2010 senilai Rp 2 milyar untuk mendanai 210,527 hektar tanaman tebu TRSII di wilayah PG Semboro, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember yangdimanfaatkan oleh 3 kelompok tani. KKP-E Ternak Sapi Pola Murni di DesaGambirono, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, sebanyak 78 ekordisediakan plafon kredit Rp 500juta yang digunakan untuk satu kelompokpeternak. Pengajuan KKP-E tebu dan sapi potong dijembatani oleh KoperasiSimpan Pinjam sebagai mitra usaha kelompok tani. Kesepakatan kedua belahpihak dilakukan secara tertulis dalam bentuk perjanjian. Persyaratan permohonankredit hanya diberlakukan pada mitra kelompok, serbagai berikut :

a) Permohanan kredit

b) Susunan pengurus

c) Petikan berita acara rapat anggota

d) TDP dan NPWP

e) Akte pendirian koperasi/anggaran dasar

f) Anggaran rumahtangga

g) RAT/RAB tahun 2008

Page 9: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

196

h) Neraca 2 tahun terakhir dan neraca Agustus 2009

i) Fotokopi jaminan

j) Satu set Rencana Definitif Kerja Kelompok (susunan pengurus, suratkuasa petani kepada kelompok, surat kuasa kelompok tani kepadakoperasi, rencana penarikan dan pengembalian kredit).

Sebenarnya sebagian KKP-E untuk tebu tidak langsung diterima petani.Banyak tuan tanah termasuk para pengurus Koperasi yang menyewa lahan petanikemudian mengajukan KKP-E atas nama petani. Seorang tuan tanah dapatmenyewa lebih dari 100 ha sawah per tahun untuk ditanam tebu. Keuntungan perhektar menanam tebu dengan cara menyewa lahan dan menggunakan KKP-Ememang tipis, yaitu sekitar Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta. Namun seorang tuantanah dengan menyewa lahan 100 ha dapat memperoleh keuntungan bersih Rp150-200 juta setahun dengan menggunakan KKP-E atas nama petani.

Penyaluran KKP-E di Kelompok Tani

Penekanan program KKP-E yang diarahkan pada usaha budidayapertanian pada umumnya masih melibatkan petani sebagai debitur. Oleh karenaitu, penyaluran KKP-E ditingkat petani diupayakan untuk membiayai semuasubsektor pertanian yang terbatas pada peningkatan produksi berbagai komoditasbernilai tinggi dan mempunyai pasar yang jelas.

Penyaluran KKP-E kepada Kelompok Tani lebih banyak digunakan untukpembiayaan budidaya cabe merah, ternak sapi, dan kacang tanah. Bank penyaluryang melayani KKP-E kepada petani adalah Bank BRI dan Bank Jatim CabangJember. Sementara itu, tingkat pendidikan petani penerima kredit yang terbanyakadalah SLTA dan SD masing-masing sekitar 41 persen dan SLTP sekitar 18persen. Petani yang memperoleh kredit harus menjadi anggota kelompok tani yangsudah pasti dan disahkan oleh Dinas terkait sebagai salah satu syarat pesertakredit program KKP-E.

Bentuk agunan KKP-E umumnya adalah akte tanah (33%) dan sertifikattanah (25%), sebagian lagi (42%) tidak menyerahkan agunan ke kelompok. Yangtidak menyerahkan agunan sebenarnya ditanggung oleh pengurus kelompok atauperantara pemasaran. Salah satu syarat pengajuan KKP-E yang dikeluhkanmasyarakat adalah agunan. Menurut pihak bank, agunan tersebut bukan syaratmutlak dan hanya difungsikan sebagai pengikat agar ada motivasi bagi debituruntuk lebih serius dalam mengelola pinjaman. Ada kesan jika kredit diberikantanpa agunan, maka kredit tersebut sering dianggap gratis oleh penerima dan tidakperlu dikembalikan. Dilain pihak bagi anggota yang tidak menyerahkan agunandapat diupayakan melalui tanggung renteng oleh beberapa orang dalam kelompokyang memiliki agunan.

Lama waktu pencairan kredit mulai persiapan hingga pencairan kredit rata-rata 6 sampai 9 minggu. Disamping itu, petani sebagian besar menganggapprosedur pencairan kredit dari bank ke kekelompok tani dan dari kelompok tani kepetani sangat mudah tanpa prosedur yang berbelit. Namun demikian waktu

Page 10: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Peningkatan Akses Petani terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

197

pencairan kredit dianggap relative lama dan menghambat pelaksanaan budidayaterutama jika saat pencairan kredit tanaman sudah berumur beberapa mingguyang akhirnya akan menganggu proses produksi karena terlambat pemberianpupuk.

Namun penyaluran KKP-E perlu dilakukan hati-hati karena semua resikoakan menjadi tanggung jawab pihak bank. Oleh karena itu kelompok tani yangsudah memperoleh pengesahan disarankan bermitra dengan perusahaan ataubekerjasama dengan koperasi yang menjamin pengadaan sarana produksi,penyuluhan, dan jaminan pemasaran hasil produksi.

Dari pengamatan atas intensitas sumber pembiayaan, terlihat bahwaproses penyaluran kredit KKP-E komoditas cabe, kacang tanah dan ternak sapipotong di daerah penelitian pada tahun 2009 baru dilaksanakan rata-rata satu kali.Hal ini menunjukkan bahwa sejak diluncurkannya program KKP-E tahun 2007partisipasi petani yang memanfaatkan kredit KKP-E untuk pembiayaan budidayapertanian masih rendah. Umumnya jenis kredit KKP-E yang diambil petani harusmelalui Kelompok Tani, sebagaimana disyaratkan sebagai suatu carapemberdayaan Kelompok Tani sebagai wadah bagi petani dalam melakukankegiatan budidaya secara bersama.

Alasan petani memilih KKP-E sangat bervariasi. Sebanyak 33 persen yangmemilih KKP-E menyatakan karena bunga ringan dan persayaratan mudah, 25persen karena plafonnya fleksibel, dan 9 persen karena tanpa agunan. Alasan lainyang dikemukakan petani dalam mengakses KKP-E adalah menghindari kekauandalam mengakses kredit ke sumber pembiayaan formal atau perbankan.

Keragaan pemanfaatan kredit KKP-E yang diterima petani mempunyaipola yang berbeda dan tergantung dari jenis komoditas yang dibiayai serta usahayang dijalankan. Pada KKP-E sapi potong, besar dana yang resmi diterima jauhtentu lebih besar (Rp 51,750 juta/petani) dibanding dana yang resmi diterima untukusaha budidaya kacang tanah (Rp 6,2 juta/petani) dan cabe (Rp 9,2 juta/petani).Jumlah dana KKP-E ternak sapi besar karena terdiri dari beberapa komponen,diantaranya dana pembelian sapi, pembelian dedak, obat cacing, pembelianrumput, tenaga kerja, vitamin, konsentrat, biaya kandang dan tenaga. Namun danayang riil diterima petani dari Kelompok Tani lebih rendah dibanding dana resmiyang diterima dari bank karena pemotongan untuk biaya pembuatan proposal,transportasi, dan akomodasi selama pengurusan hingga akad kredit, biayaadministrasi kelompok, notaris, dan kesejahteraan desa. Misalnya, dana yangditerima petani untuk KKP-E cabe 97,4 persen, kacang tanah 96,7 persen, danternak sapi 99 persen. Besarnya potongan dari masing-masing KKP-Eberdasarkan atas kesepakatan para anggota kelompok dan pengurus kelompok.

Masa tenggang pembayaran KKP-E ternak rata-rata hingga 630 hari(hampir 2 tahun), KKP-E kacang tanah 120 hari dan KKP-E cabe 264 hari.Lamanya tenggang waktu KKP-E yang diberikan pada usaha budidaya tanamansemusim memberikan kelonggoran bagi petani dalam menggunakan kredit karenabiaya yang diterima dapat digunakan untuk 3 kali musim tanam.

Page 11: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

198

Tingkat bunga KKP-E dari perbankan rata-rata 6 persen per tahun, namunberdasarkan kesepakatan diantara para anggota tingkat bunga pinjaman dariKelompok Tani ke anggota ditetapkan antara 10 persen hingga 12 persen pertahun. Sedangkan pengembalian kredit dari kelompok tani ke perbankan sangatfleksibel, yaitu dengan pembayaran bunga setelah menerima kredit danpengembalian uang pokok pada akhir masa tenggang dengan cara angsuran ataupembayaran sekaligus.

Sebagai rasa tanggung jawab petani terhadap sejumlah kredit yangdiberikan oleh perbankan kepada petani/Kelompok Tani, pihak bank memberikaninsentif bagi yang tepat waktu membayar kredit dan memberikan sangsi bagi yangterlambat atau menunggak. Jenis insentif yang diberikan oleh perbankan kepadapetani adalah mempercepat waktu pengambilan kredit berikutnya. Sementarasangsi yang dilakukan adalah membayar kewajiban hutangnya dengan tingkatsuku bunga yang berlaku di pasar serta penahanan agunan.

Pelaksanaan KKP-E di Dinas terkait (Dinas Pertanian/Perkebunan) tidaksepenuhnya dicatat karena laporan dari bank penyalur tidak lengkap. DiKabupaten Mojokerto, misalnya, data KKP-E tanaman pangan tidak tercatat diDinas Pertanian, padahal dari data di BRI Cabang disebutkan bahwa di Mojokertojuga ada realisasi KKP-E untuk tanaman pangan. Kondisi ini dapat saja terjadikarena kemungkinan besar Kelompok Tani mengajukan kreditnya melaluiPenyuluh Pertanian Lapang (PPL) dan PPL langsung berhubungan denganperbankan tanpa melalui Dinas. Dalam hal ini PPL-lah yang memberikanrekomendasi Kelompok Tani yang layak diberikan KKP-E dan pihak perbankanmenyetujuinya. Untuk kasus seperti ini, umumnya pihak perbankan telah mengenalPPL dan Kelompok Tani dengan baik.

Kondisi yang sama terjadi juga pada KKP-E tebu, yaitu Dinas Perkebunanjuga tidak memiliki data lengkap terkait nama-nama penerima KKP-E tebu dan nilaikredit yang telah tersalur. Menurut informasi, keterlibatan pihak Dinas Perkebunandalam KKP-E tebu masih sangat kurang karena pihak bank langsung ke PabrikGula (PG) atau ke Koperasi Petani Tebu. Dinas Perkebunan hanya diundang saatada penyerahan Memorandum of Understanding (MoU) untuk kredit programdiantara pihak yang terlibat.Terkait dengan KKP-E tebu secara umum opini petanitebu sangat positif. KKP-E sangat menguntungkan karena bunganya relatif rendah.Walaupun ada semacam fee untuk koperasi maupun PG sebesar 0,5 persen,tetapi dipandang masih wajar dan tidak memberatkan petani. Yang menjadimasalah bagi petani tebu adalah pencairan kredit yang terlambat atau sudahmelampaui masa tanam ketika petani membutuhkan biaya tenaga kerja. Selain itu,petani menggunakan dana tersebut kurang dari setahun tetapi harus membayarbunga yang dihitung satu tahun.

Sementara itu, pelaksanaan KKP-E komoditas peternakan dilaporkansecara baik di Dinas Pertanian/Peternakan. Bervariasinya pelaporan data sangattergantung dari keaktifan PPL sebagai pendamping kelompok peternak. Dari bulanMaret 2008 sampai Maret 2010 tercatat 12 kelompok ternak yang telahmendapatkan KKP-E BRI. Sebagian besar (75%) dana KKP-E digunakan untukusaha penggemukan sapi, sementara sisanya adalah untuk usaha ternak itik(petelur). Proses pengajuan KKP-E di BRI dianggap lebih mudah karena untukagunan tidak dipersyaratkan untuk semua anggota tetapi dapat diwakili oleh 1 atau

Page 12: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Peningkatan Akses Petani terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

199

2 orang saja (misalnya ketua/pengurus kelompok) selama nilai agunan masih lebihtinggi dari pinjaman.

Penyaluran KKP-E di Bali

Di Bali tidak ada KKP-E yang disalurkan untuk palawija dan tebu.Sebagian besar KKP-E disalurkan untuk peternakan. Penyaluran KKP-E olehBank BRI digunakan untuk peternakan, pengadaan tanaman pangan, danpengembangan tanaman padi, jagung dan kedele. Rekapitulasi KKP-E periode 31Juli 2010 di BRI Kantor Wilayah Bali menunjukkan penyaluran untuk tiga subsektortersebut, namun rekapitulasi bulan September 2010 hanya ditujukan untuk KKP-EPeternakan dan Pengadaan Pangan.

Di Kabupaten Gianyar, KKP-E banyak disalurkan untuk usaha ternak sapipotong, baik untuk penggemukan maupun pembibitan dalam rangkapengembangan ternak sapi Bali. Bank yang dominan menyalurkan KKP-E diKabupaten Gianyar adalah Bank BRI Cabang Gianyar, Bank PembangunanDaerah (BPD) Bali Cabang Gianyar dan BPD Bali Cabang Ubud. KKP-E ini sangatmembantu peternak terutama untuk pengembangan usaha ternak sapi. Manfaatyang dirasakan dalam kelompok tani/ternak adalah semakin eratnya hubunganantar anggota kelompok karena sering bertukar pikiran dalam pengembanganusaha ternak. Hasil sampingan dari meningkatnya populasi sapi memberikandampak bagi ketersediaan pupuk organik dari kotoran sapi yang dapat menunjangintegrasi usaha pertanian pangan dan ternak. Disamping itu, hal yang palingpenting bagi petani/peternak adalah meningkatnya pemilikan sapi sehingga dapatmeningkatkan pendapatan mereka. Masyarakat diluar anggota kelompoktani/ternak memperoleh manfaat tersedianya lapangan kerja dengan bagi hasilatau ngadas dalam istilah setempat. Berdasarkan pengalaman peternak(peternakan rakyat) ada batas kemampuan optimal dalam pemeliharaan ternak,yaitu 10 ekor per peternak. Dengan adanya KKP-E, peternak dapat memiliki lebihdari 10 ekor sapi yang mana sebagian sapi dapat dipelihara oleh peternak laindengan sistem bagi hasil.

Salah satu penerima KKP-E Ternak adalah Kelompok Tani Satwa Murtiyang berdiri sejak Juli 2004 dengan anggota semula 11 orang dan sekarangmenjadi 30 orang. Kegiatan utama kelompok adalah ternak sapi sebanyak 135ekor. Anggota kelompok yang menerima kredit sebanyak 14 orang pada tanggal26 Mei 2010. Sebagian anggota tidak menerima KKP-E karena umumnya belumyakin dengan realisasi kredit dan sebagian tidak dapat memenuhi persyaratan.Setelah 14 orang anggota menerima KKP-E, sebagian anggota yang tidakmenerima KKP-E mengajukan kredit non formal ke LPD (Lembaga PerkreditanDesa) dengan bunga yang lebih mahal (2,5% per bulan). Total KKP-E yang resmiditerima adalah Rp 265 juta dan riil yang diterima sebesar Rp 261,25 juta karenaharus membayar biaya administrasi sebanyak Rp 3,75 juta. Dengan rekomendasidari Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan pinjaman dapat diambil di BRI CabangTabanan. KKP-E harus dikembalikan dalam waktu 3 tahun dengan bunga 6 persenper tahun. Manfaat KKP-E bagi anggota adalah mendorong pemilikan sapi bagi

Page 13: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

200

anggota yang semula 50 persen diantaranya adalah penggaduh. Setelah lunaskelompok ini akan mengajukan KKP-E lagi dengan peminat yang lebih banyakkarena relatif murah bunganya dan mudah prosedurnya serta berharap plafon perorang ditingkatkan (sekarang Rp 25 juta per orang) dan suku bunga diturunkan.

Kelompok Tani lainnya yang menerima KKP-E ternak adalah BantengRahayu yang menerima kredit sebanyak Rp 325 juta untuk 13 orang atau rata-rataRp 25 juta per orang. Agunan yang diserahkan ke Bank adalah sertifikat tanah.Biaya administrasi berkisar antara Rp 150.000 hingga Rp 170.000 per orang.Dengan kredit tersebut anggota kelompok dapat membeli lima ekor sapi per orang.Kredit ini sangat membantu petani dalam pemilikan sapi. Kedua KELOMPOK TANIternak tersebut mengeluhkan rendahnya harga jual sapi potong yang sangatmerugikan peternak.

Kelompok Tani Sri Artha berdiri tahun 1989 dengan anggota 118 orangmenerima KKP-E untuk padi. Pada musim kemarau pertama (MK I) tahun 2010hanya 48 orang yang mengambil kredit karena tidak semua hamparan sawahmendapat irigasi. Kegiatan utama anggota kelompok adalah usahatani padidengan total luas garapan 41 ha. Disamping itu mereka juga memiliki ternak sapipotong, babi, kambing, dan ayam.Anggota kelompok yang menjadi pemilik ternaksebanyak 50 persen, selebihnya merupakan penggaduh. Kelompok ini sudahmenerima kredit program sejak tahun 1990 dan khusus untuk KKP-E sudahmenerima lima kali. Nilai kredit yang diterima kelompok ini untuk bulan Juni 2010sebesar Rp 111 juta atau rata-rata Rp 2,5 juta per ha. Dana kredit diambil ke BRITabanan dengan rekomendasi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan danHortikultura Kabupaten Tabanan. Anggota kelompok tidak diminta menyerahkanagunan tetapi hanya menandatangani Perarem yang berisi kesanggupanmembayar kredit tepat waktu. Jika ada anggota yang menunggak kredit makabarang-barang yang dimiliki akan dijual untuk melunasi kredit dan air yangmengalir ke sawah debitur tersebut akan dihentikan.

Pengetahuan anggota Kelompok Tani tentang KKP-E diperoleh daripengurus kelompok dan cakupannya relatif terbatas, karena semua prosedurpengurusan pencairan kredit secara rinci, quota kredit, agunan, biaya pencairan,dan proses lainnya dalam pencairan kredit tidak mereka ketahui karena semuadilakukan oleh pengurus kelompok. Pengetahuan mereka hanya sebatasmenerima sejumlah uang dan harus mengembalikannya dengan bunga 6 persenper tahun. Distribusi dan cara pengembalian kredit diatur dan disepakati dalamkelompok. Sementara itu pengurus kelompok memperoleh informasi tentang KKP-E dari berbagai sumber seperti petugas bank maupun media masa.

Sebagian besar petani/peternak peserta KKP-E menyatakan bahwaprosedur untuk memperoleh KKP-E mudah dan cepat. Kemudahan dan cepatnyaproses pencairan dana KKP-E disebabkan oleh kelengkapan dokumenpetani/peternak yang menjadi persyaratan dalam pencairan KKP-E. Kelompoktani/ternak yang dapat melengkapi persyaratan administrasi dengan mudah akanmenerima kredit dengan cepat.

KENDALA AKSES DAN PENGEMBALIAN KKP-E

Page 14: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Peningkatan Akses Petani terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

201

Berbagai kendala dijumpai petani dalam mengakses dan mengembalikanKKP-E. Dengan berbagai kendala yang ada petani berusaha mendapatkan KKP-Edan menggunakan sebaik-baiknya agar dapat mengembalikan kredit tepat waktu.

Kendala Akses KKP-E di Jawa Timur

Pada prinsipnya penyaluran KKP-E kepada petani dilakukan secaramandiri melalui kelompok tani/koperasi atau bekerjasama dengan mitra. Namuntidak semua petani dapat secara langsung mengakses kredit ke sumberpembiayaan untuk digunakan dalam usahatani. Tetapi di Kabupaten Jember aksesterhadap KKP-E terkendala berbagai factor antara lain: (i) Kemampuan petaniberkelompok dan bekerjasama masih kurang, sehingga sebagai salah satu syaratakses ke KKP-E belum terpenuhi. Umumnya pembentukan kelompok masihbersifat program, belum menunjukkan kemandirian sebagai kelompok tani yangmemperoleh pengesahan dari Instansi/Dinas terkait. Sifat kemandirian kelompokdalam kegiatan kerja sama belum menunjukkan kinerja pengurus yang aktif sertaaturan main yang ditetapkan belum berjalan meskipun telah disepakati seluruhanggota kelompok;

(ii) Persyaratan aplikasi tidak sesederhana yang diperkirakan, sehinggaKelompok Tani sulit untuk mengakses KKP-E karena belum ada sosialisasiprogram KKP-E baik dari perbankan atau Dinas terkait kepada kelompok tanisehingga mereka sulit mengakses. Dalam Pedoman Teknis Skim Kredit KKP-Edisebutkan bahwa instansi pusat, yaitu Direktorat Pembiayaan Pertanian, bersamadengan instansi terkait di daerah dan bank penyalur harus melaksanakansosialisasi untuk mempermudah akses petani (Direktorat Pembiayaan, 2011);

(iii) Untuk mengakses KKP-E, petani harus menjadi anggota KelompokTani tetapi setelah menjadi anggota kelompok tidak otomatis dapat memperolehKKP-E. Agunan sebagai jaminan kredit jarang terpenuhi oleh petani, misalnyaagunan berupa sertifikat lahan atau surat berharga lainnya. Sebagian agunan yangdimiliki petani umumnya bernilai jauh lebih rendah dari nilai riilnya. Walaupun pihakperbankan menganggap agunan sebagai syarat pelengkap, akan tetapimerupakan pengikat yang harus dipenuhi karena yang menanggung resiko kreditadalah pihak perbankan sendiri; (v) Kadang-kadang proses pencairan kredit terlalulama sehingga dana belum tersedia pada waktu diperlukan;

(vi) Petani yang akan memperoleh KKP-E harus petani pemilik atau petanipenggarap lahan orang lain yang harus diketahui oleh pejabat desa; (vii)Disamping itu budidaya tanaman yang diusahakan harus sesuai denganpermintaan pasar dengan harga jual yang pasti supaya dalam uji kelayakan usahamemungkinkan untuk dibiayai melalui KKP-E; (viii) Pelaksanaan uji kelayakansangat memberatkan petani yang akan mengakses KKP-E karena memerlukanwaktu cukup lama untuk mengurusnya;

(ix) Instansi teknis terkait belum secara langsung terkoordinasi denganpihak perbankan dalam penyaluran KKP-E. Hal ini disebabkan antara lain :

Page 15: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

202

a) Belum ada kegiatan sosialisasi secara bersama-sama dengan pihakperbankan tentang penyaluran KKP- E kepada petani/kelompok.

b) Koordinasi penyaluran KKP-E belum dilaksanakan dan umumnyapetani/kelompok berhubungan langsung dengan perbankan.

c) PPL sebagai petugas di lapang hanya sebatas mengetahui pelaksanaantransaksi kredit tanpa sepengetahuan induk unit kerja.

d) Belum ada laporan kemajuan pelaksanaan kredit baik yang berasal dari pihakperbankan atau petugas lapang, sehingga tidak terdeteksi perkembangannya.

e) Belum ada instruksi atau himbauan dari pusat untuk koordinasi, sosialisasipelaksanaan penyaluran KKP-E.

Asosiasi Petani Kacang Tanah Indonesia (APKCINDO) yang berdiri sejaktahun 2004 mengalami kesulitan saat pertama kali mengajukan KKP-E ke BRICabang Jember. Dari 31 Kelompok Tani Kacang Tanah yang bernaung dibawahAPKCINDO hingga tahun 2010 baru 14 kelompok yang mendapat pinjaman KKP-E. Pengurus APKCINDO sudah membantu para petani untuk mengurus sertifikatsecara massal agar lebih murah biayanya, tetapi belum semua petani anggotadapat memiliki sertifikat tanah. Selain syarat pemilikan sertifikat tanah (TabelLampiran 1), pihak BRI Cabang Jember menambah berbagai persyaratan denganalasan kacang tanah semula tidak masuk prioritas KKP-E. Hal ini sebenarnya tidaktepat karena budidaya kacang tanah termasuk usahatani tanaman pangan yangdapat dibiayai dengan KKP-E.

Kendala Akses KKP-E di Bali

Keadaan berbeda ditemukan di Bali. Kelompok Tani Sri Artha di Tabanan,misalnya, tidak mengalami kesulitan dalam mengakses KKP-E karena tidakmemerlukan agunan tetapi hanya Perarem, yaitu kesepakatan tertulis antaraKelompok Tani dengan pihak bank yang ditandatangani oleh ketua Kelompok Tani,Kepala Desa dan Kepala Adat setempat. Isi Perarem yaitu janji dari anggotaKelompok Tani untuk melunasi kredit dan kesediaan untuk menjual harta milik jikamengalami kegagalan dalam pembayaran kredit. Masalah utamanya adalahketiadaan air irigasi selama musim kemarau sehingga petani tidak menanam padiatau khawatir kalau-kalau tanaman padinya gagal sehingga mereka memutuskanuntuk tidak meminjam KKP-E. Sebagian besar anggota KELOMPOK TANI SriArtha hanya menanam satu kali dalam setahun.

Untuk Kelompok Tani ternak agar KKP-E dapat diakses, maka KelompokTani harus mempunyai agunan yang nilainya lebih besar dari nilai KKP-E.Biasanya bank menerima beberapa sertifikat tanah atas nama kelompok untukagunan kredit. Walaupun demikian tiap anggota kelompok harus menyerahkansertifikat tanah kepada pengurus kelompok. Bagi peternak yang tidak mempunyaisertifikat tanah mereka tidak dapat meminjam KKP-E. Oleh karena itu sebagiananggota kelompok meminjam dari sumber lain seperti Lembaga Perkreditan Desa(LPD) untuk membeli ternak. Ada juga yang hanya dapat menggaduh (bagi hasil)ternak karena tidak mampu membeli.

Page 16: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Peningkatan Akses Petani terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

203

Kendala Pengembalian KKP-E di Jawa Timur

Sebagian besar petani atau peternak debitur KKP-E tidak mempunyaimasalah dalam pengembalian KKP-E selama kredit KKP-E tersebut digunakansesuai dengan perjanjian. Tidak adanya ketentuan yang kaku mengenai carapengembalian kredit, memberikan kemudahan bagi petani/peternak debitur kredit.Beberapa kasus hanya membayar bunganya saja tiap bulan tanpa mencicilpinjaman pokoknya dan akan melunasinya pada jangka waktu kredit yangditentukan. KKP-E ternak umumnya dilunasi dalam jangka 2 tahun, sedang KKP-Etanaman pangan dilunasi dalam waktu satu tahun. Jangka waktu ini dirasakancukup baik, mempunyai waktu yang relatif longgar dalam membayar kembalikredit.

Dari pengalaman pihak perbankan, misalnya BRI Cabang Jember, secaraumum KKP-E pangan berjalan baik. Memang pernah ada permasalahan di salahsatu kecamatan yang memiliki tunggakan hampir Rp 1 milyar untuk komoditastanaman pangan. Namun dalam pelaporan sudah dihapuskan karena agunansudah ada di BRI. Kemacetan tidak terjadi pada petani, tetapi pada PPL yangmenggunakan KKP-E atas nama petani. Kemacetan terjadi pada awalpelaksanaan KKP-E karena pihak bank kurang teliti dan menaruh kepercayaaanterlalu besar kepada PPL. Dengan berprosesnya waktu petugas bank dapatmengetahui karakteristik PPL yang benar-benar memiliki komitmen. Untukpenyaluran KKP-E, BRI memang cukup banyak mengandalkan pada PPL yangsudah berpengalaman.

Namun demikian tetap diperlukan kewaspadaan oleh pihak bank untukmeminimalkan potensi kemacetan atau penyalahgunaan. Dengan tingkat sukubunga KKP-E yang relatif rendah, dikhawatirkan jika tidak ada pengawasan yangketat, kredit tersebut dapat dipinjamkan lagi ke pihak lain dengan bunga yang lebihtinggi. Ada indikasi juga bahwa sekelompok elit politik di daerah yang meminjamKKP-E untuk membantu kelompok pendukungnya yang sebagian besar petani/peternak. Memang bagi pihak Bank hal ini tidaklah menjadi masalah karenapenerima tetap petani/peternak, bahkan kelompok elit tersebut bersedia menjaminpengembalian dana tersebut seandainya ada permasalahan.

Kendala Pengembalian KKP-E di Bali

Pola pengembalian pinjaman KKP-E di Bali dipandang relatif fleksibelkarena peternak dapat mengatur waktu pengembalian sesuai dengan polaproduksinya. Pada usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Gianyar,pengembalian kredit sebesar 50 persen dari pokok pinjaman dan bunga dilakukansetelah 10 bulan dimana usaha sudah menghasilkan dan sisanya dicicil padapenjualan sapi berkutnya. Dengan asumsi sapi tumbuh dengan normal, dalamjangka 20 bulan kredit dapat dilunasi.

Hingga saat ini belum terdapat masalah atau kendala dalampengembalian, dan kredit digunakan sesuai dengan pengajuan kredit. KKP-E BRICabang Gianyar baru mulai dimanfaatkan bulan April – Mei 2010 belum saatnya

Page 17: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

204

jatuh tempo untuk pengembalian. Demikian pula KKP-E BPD Bali Cabang Gianyarjuga belum jatuh tempo. Peternak yang memanfaatkan KKP-E yang disalurkanoleh BPD Bali Cabang Ubud mempunyai kinerja yang sudah baik. Setelahberulang kali memanfaatkan KKP dan KKP-E ternyata tidak pernah ada masalahdan semua kredit dapat dilunasi tepat waktu sehingga mereka mempunyaikemudahan untuk memperoleh kredit kembali. Faktor budaya lokal yangmemberikan sangsi sosial dan sangat ditakuti oleh masyarakat Bali merupakansalah satu penyebab berhasilnya pengembalian pinjaman tepat waktu sesuaidengan kesepakatan.

Namun, pihak Bank harus tetap mengantisipasi agar permasalahan dalampengembalian kredit tidak terjadi, terutama dari pihak bank, karena risiko akanmenjadi tanggung jawab bank. Antisipasi yang perlu dilakukan adalah : (i)monitoring bank agar kredit digunakan sesuai dengan usulan dan panen berhasil;dan (ii) pasar bagi produk yang dihasilkan oleh nasabah agar produk dapat terjualdengan jaminan harga yang menguntungkan sehingga peternak dapatmengembalikan kreditnya. Saat ini yang dikeluhkan peternak adalah rendahnyaharga jual sapi akibat kebijakan impor daging sapi yang belebihan. Selain itukebijakan pemerintah daerah tentang harga pembelian sapi di RumahPemotongan Hewan harus dapat bersaing dengan harga sapi di pasar hewan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI UNTUK MENGAKSESKKP-E

Dari berbagai sumber pembiayaan pertanian, banyak ditawarkan berbagaiskim kredit untuk usaha pertanian dalam bentuk, jumlah, ketepatan waktu dantingkat bunga yang berbeda, bahkan melalui promosi untuk menjaring nasabahagar ikut berperan serta dalam akses kredit yang ditawarkan. Namun demikianbanyak calon nasabah atau petani yang berminat memiliki keterbatasan baik darisegi pengetahuan, ketrampilan maupun pendidikan, sehingga akan mengalamikesulitan dalam memilih skim yang diharapkan. Umumnya pengetahuan terhadaplembaga pembiayaan formal masih terbatas.

Kemauan petani untuk bekerjasama secara berkelompok dalam wadahkelompok tani masih rendah. Salah satu syarat untuk mempermudah aksespembiayaan adalah bekerja sama secara kelompok. Disamping itu sangat sulitmencari figur pemimpin Kelompok Tani yang dipercaya oleh anggota dan aktifmelaksanakan kinerja kelompoknya. Oleh karena itu diperlukan motivasi petanididalam membangun kelompok dan memberikan kesadaran betapa pentingnya artikebersamaan didalam melakukan transaksi secara berkelompok dengan lembagapembiayaan formal.

Luas pemilikan dan garapan lahan yang relatif sempit dan pengelolaanusahatani pada komoditas yang sifatnya masih subsisten sangat sulit untukdikembangkan dan sulit dibiayai melalui skim kredit dari lembaga pembiayaanformal. Disamping itu pemilihan komoditas yang diusahakan pada umumnya belumsesuai dengan permintaan pasar, sehingga pendapatan yang diterima kurangsebanding dengan jumlah dana yang dibiayai oleh lembaga pembiayaan formal.

Page 18: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Peningkatan Akses Petani terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

205

Sementara itu, pelaksanaan penetapan agunan yang menjadi jaminan dalam akadkredit, sangat sulit dipenuhi petani dan biasanya perkiraan nilai agunan dihargailebih rendah dari harga pasar.

Berikut ini adalah beberapa faktor internal yang mempengaruhikemampuan petani dalam mengakses sumber permodalan antara lain:

a) Pendidikan. Pendidikan akan meningkatkan kemampuan petani dalammemahami prosedur kredit yang dikeluarkan oleh bank penyalur skim kreditprogram. Selain itu, pendidikan menyebabkan petani lebih aktif dalammengakses sendiri berbagai sumber informasi mengenai permodalan.

b) Agunan. Ketiadaan atau kekurangan agunan merupakan kendala utama bagipetani untuk mengakses ke sumber permodalan. Agunan yang diminta pihakperbankan berupa sertifikat tanah masih sulit dipenuhi oleh petani. Walaupundemikian, untuk kredit program seperti KKP-E ada keringanan bagi kelompoktani untuk mengajukan agunan dengan sertifikat milik pengurus selama totalnilainya lebih tinggi daripada nilai kredit yang diajukan, disertai denganrekomendasi Dinas Pertanian setempat atau PPL.

c) Keanggotaan Kelompok Tani. Petani yang aktif di kelompok tani maupunasosiasi petani mempunyai peluang lebih besar untuk dapat mengaksespermodalan, terutama kredit program maupun bantuan permodalanpemerintah. Dari fakta selama ini, hampir semua bantuan/kredit modaldisalurkan melalui kelompok tani.

d) Pengalaman pinjaman sebelumnya. Beberapa petani yang pernahmendapat kredit program umumnya memiliki akses yang lebih baik untukmendapatkan pinjaman dari lembaga pembiayaan. Minimal mereka sudahberpengalaman dan lebih paham tentang prosedur pengajuan kredit .

Faktor eksternal yang mempengaruhi aksesibilitas petani terhadap sumberpermodalan, baik kredit program maupun komersial, adalah sebagai berikut:

a) Persyaratan perbankan. Kendala utama petani dalam mengakses kredit, baikkredit program maupun komersial adalah persyaratan yang ketat dari pihakperbankan. Walaupun bersifat kredit program, namun tetap harus memenuhipersyaratan standar mengingat dana yang disalurkan untuk kredit berasal dariperbankan. Perbankan menetapkan persyaratan 5 C (collateral, character,capacity, capital, condition), dan umumnya syarat yang paling sulit dipenuhiadalah collateral (agunan).

b) Kebijakan dan sosialisasi kredit program. Kredit program selama inimenjadi prioritas kebijakan pembiayaan petani walaupun cakupannya masihsangat kecil. Disamping itu, sosialisasi kredit program juga sangat menentukanakses petani. Seringkali petani/pelaku usaha mikro di pedesaan tidak tahuatau kurang jelas mengenai seluk beluk kredit program karena kurang atautidak ada sosialisasi dari Dinas terkait.

c) Fasilitator pembiayaan. Keberadaan fasilitator atau mediator untukmenjembatani petani dan perbankan sangat menentukan aksesibilitas petaniterhadap kredit formal. Dalam kasus KKP-E, misalnya, peran PPL sangat

Page 19: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

206

besar untuk membantu petani dalam mengajukan kredit ke perbankan.Keaktifan mediator dalam membimbing petani menjadi faktor yang sangatmenentukan akses kredit.

d) Pemasaran produk pertanian. Fluktuasi harga produk pertanian yang sangattinggi menyebabkan sektor pertanian umumnya dianggap sangat beresiko,kecuali tebu. Kondisi ini membuat pihak bank harus berhati-hati untuk memilihkomoditas dan waktu yang tepat dalam membiayai sektor pertanian sehinggatidak terlalu mudah untuk memberikan persetujuan kredit kepada petani.

PENUTUP

Keragaan penyaluran KKP-E cukup baik karena melampaui plafon yangditetapkan. Disamping itu jumlah kredit macet atau non-performing loan (NPL) jugarelatif kecil. Walaupun demikian akses sebagian petani untuk kredit programtersebut relatif sulit karena bank mempunyai persepsi bahwa usahatani (termasukternak) relatif berisiko, kecuali petani tebu. Penyaluran KKP-E kepada petani bisalangsung ke Kelompok Tani, melalui koperasi, dan, mitra atau fasilitator kelompok.

Kendala yang dihadapi petani dalam mengakses KKP-E antara lain harusmenjadi anggota Kelompok Tani, keterbatasan agunan berupa sertifikat tanah,berstatus pemilik penggarap atau petani penggarap tetapi harus direkomendasikanoleh Kepala Desa. Pengembalian KKP-E umumnya lancar karena usahatani yangdibiayai memang layak secara finansial. Kegagalan atau penundaan pengembalianKKP-E umumnya karena gagal panen.

Secara internal ada beberapa faktor penghambat, yaitu pendidikan yangumumnya rendah membuat petani kesulitan mengikuti prosedur yang ditetapkanbank. Kurang pengalaman meminjam ke bank menghambat akses petani untukmemperoleh kredit formal. Faktor eksternal juga menjadi penghambat akses kreditformal, misalnya kurang sosialisasi dari pihak perbankan, harga produk pertanianyang umumnya relatif berfluktuasi, serta peraturan perbankan yang relatif rumitbagi petani.

Asumsi bahwa petani umumnya sudah bankable tetapi belum feasibleuntuk debitur KKP-E perlu ditinjau ulang karena umumnya keuntungan petanirelatif kecil dan tidak memiliki agunan yang memadai. Bunga KKP-E yang relatifrendah (6-7% per tahun) sebenarnya tidak masalah bagi bank karena selisihbunga tersebut dibanding kredit komersial dibayar oleh pemerintah. Untukmeningkatkan akses petani terhadap KKP-E pemerintah harus meminta pihakbank mengalokasikan lebih banyak dana untuk KKP-E karena penyerapan KKP-Esaat ini ternyata dapat melampaui plafon yang ditetapkan. Disamping itu bankharus menetapkan alokasi secara khusus nilai KKP-E untuk sektor hulu(usahatani) dibanding untuk sektor hilir (pengolahan dan perdagangan). Agunanyang diminta bank terlalu tinggi, yaitu bisa mencapai 130 persen dari nilai kredit,seharusnya diturunkan sehingga tidak memberatkan calon debitur. Agar petanimempunyai agunan perlu dibantu melalui program pembuatan sertifikat tanah

Page 20: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Peningkatan Akses Petani terhadap Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

207

secara massal supaya semakin banyak petani yang mempunyai sertifikat tanah.Disamping itu biaya pembuatan sertifikat harus relatif murah agar terjangkau olehpetani.

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2010. Sistem Informasi Pola Pembiayaan/Lending Model Usaha Kecil.Jakarta.

Direktorat Pembiayaan Pertanian. 2011. Pedoman Teknis Skim Kredit Ketahanan Pangandan Energi (KKP-E). Skim Kredit Bersubsidi untuk Petani/Peternak. DirektoratJenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian. Jakarta.

Hermanto. 2001. Perkembangan Kelembagaan Pertanian. Bunga Rampai Ekonomi Beras.Tim Pengkaji Kebijakan Perberasan Nasional Dalam A. Suryana, S. Mardianto danM. Ikhsan (Penyunting) Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FakultasEkonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI) 1-13. Jakarta.

Mubyarto, 2000. Membangun Sistem Ekonomi. BPFE. Jakarta.

Mulyadi. 2010. Peran Kementerian Pertanian dalam Rangka Mendorong PeningkatanProduktivitas Sektor Pertanian dan Peternakan melalui Kredit Program. DirektoratPembiayaan, Ditjen Sarana dan Prasarana Pertanian, Kementerian Pertanian(Power Point). Jakarta.

Widyarini, M. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Tani Padi dengan Pembiayaan KreditKomersial pada Kantor Cabang PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) diTangerang. Paper, Gent Universiteit, Belgia http://202.146.5.33/kompas-cetak/0705/14/Jabar/21915.htm 2009

Tabel Lampiran 1. Persyaratan KKP-E Kacang Tanah di BRI Cabang Jember, Jawa Timur,2010

No. NAMA BERKAS

Page 21: PENINGKATAN AKSES PETANI TERHADAP KREDIT …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MP_BSK_2011.pdf · Sedangkan petani tanaman pangan hanya memperoleh porsi yang kecil dari

Bambang Sayaka dan Rudy Sunarja Rivai

208

1 Permohonan kelompok diketahui Kades dan PPL/Mantri/UPTD

2 Susunan Pengurus disahkan Kades dan PPL

3 RDKK disahkan Kades, PPL, Ketua Kelompok

4 Surat Pernyataan Penggarap dengan lampiran:

Tabel Pemilik dan Penggarap disahkan Kades

SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan) kepemilikan harta kekayaan

Surat Sewa lahan

5 Surat Kuasa bermaterai dari seluruh anggota kelompok

Tandatangan surat kuasa oleh anggota

6 Surat Rekomendasi Diperta

7 Surat Rekomendasi APKCINDO (Asosiasi Petani Kacang Tanah Indonesia)

8 Surat jaminan pasar

9 Surat pernyataan bebas KUT bermaterai oleh Kepala Desa

10 Rencana Pencairan dan Pengembalian

11Jaminan Sertifikat (harus dari anggota kelompok dengan nilai meng-cover jumlahkredit)

SPPT kepemilikan harta kekayaan

KTP suami istri

Kartu Keluarga

Harga tanah

Foto jaminan

Surat nikah

12 Fotokopi KTP terbaru seluruh anggota (termasuk pemilik jaminan)

13 Analisa usaha kelompok