penilaian proses belajar

download penilaian proses belajar

of 33

description

penilaian proses belajar

Transcript of penilaian proses belajar

2.1. PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJARDitinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Dengan demikian penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Dalam penilaian Pendidikan, mencangkup tiga sasaran utama yakni program pendidikan, proses belajar mengajar dan hasil-hasil belajar.2.1.1. Penilaian Hasil BelajarSudjana (2005) juga mengatakan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.Menurut Woordworth (dalam Ismihyani 2000), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan.Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah (PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 63 Ayat 1) . Pada Edisi ke-3 kita telah membahas penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik. Sekarang kita akan membahas penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh satuan pendidikan.Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan meliputi kegiatan sebagai berikut:1. Menentukan KKMsetiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik.2. Mengkoordinasikanulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.3. Menentukan kriteriakenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan pendidik.4. Menentukan kriteriaprogram pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik.5. Menentukan nilaiakhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik.6. Menentukan nilaiakhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah.7. Menyelenggarakanujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.8. Melaporkan hasilpenilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan.9. Melaporkan pencapaianhasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.1. Menentukan kelulusanpeserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria:- Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.- Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran estetika; dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.- Lulus ujian sekolah/madrasah.- Lulus UN.1. Menerbitkan SuratKeterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.2. Menerbitkan ijazahsetiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara UN. (ton)Tujuan Penilaian Hasil BelajarSudjana (2005) mengutarakan tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut:1. Mendeskripsikankecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya.2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajarandi sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukanperbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta sistem pelaksanaannya.4. Memberikanpertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.2.1.2. Penilaian Proses BelajarPenilaianproses dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian proses merupakan penilaian yang menitik beratkan sasaran penilaian pada tingkat efektifitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan proses belajar mengajar, sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka panjang dan hasil belajar jangka pendek.Penilaian proses belajar berkaitan dengan paradigma bahwa dalam kegiatan belajar kegiatan utama terletak pada siswa, siswa yang secara dominan berkegiatan beajar mandiri dan guru hanya melakukan pembimbingan. Dalam konteks ini guru harus memantau berbagai kesukaran siswa dalam proses belajar tersebut setiap pertemuan. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar dilakukan ulangan harian, tengah semester, dan akhir semester.Pada dasarnya, penilaian kelas mempunyai fungsi dan kegunaan sebagai berikut:1. Alatpenilaian disusun dalam rangka menciptakan kesempatan bagi siswa untuk memperlihatkan kemampuannya.2. Laporankemajuan belajar siswa merupakan sarana komunikasi dan sarana kerja sama antara sekolah dan orang tua, yang bermanfaat bagi kemajuan belajar siswa maupun pengembangan sekolah.Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa ciri penilaian kelas adalah sebagai berikut:1. Proses penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran2. Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan anak secara autentik3. Penilaiannya menggunakan acuan patokan atau criteria. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ketercapaian kompetensi siswa.4. Memanfaatkan berbagai jenis informasi5. Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian.6. Menggunakan system pencatatan yang bervariasi7. Keputusan tingkat pencapaian hasil belajar berdasrkan berbaga informasiBersifat holistis, penilaian yang menggabungkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.Di samping ujian, ada berbagai bentuk dan teknik yang bisa dilakukan dalam penilaian kelas, yaitu penilaian kinerja (performance), penilaian penugasan (proyek atau project), penilaian hasil kerja (produk atau peoduct), penilaian tertulis (paper dan pen), penilaian portopolio (portfolio), Checklist, dan penilaian sikap.Tindak lanjut dari penilaian proses pembelajaran ( jika memperoleh hasil yang kurang memuaskan) dilakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK). Berarti seorang guru berusaha mendiagnosa penyebab kesukaran anak didik dalam proses belajar tersebut, pada gilirannya menemukan suatu cara seagai solusi permasalahan tersebut. Inilah yang menjadi cikal bakal PTK bagi seorang guru. Berbeda halnyadengan kegiatan ujian, jika seorang guru menemukan anak didik tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) maka solusinya adalah melakukan pembelajaran remedial.Tujuan penilaian proses belajar-mengajar pada hakikatnya adalah untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar, terutama efesiensi, keefektifan, dan produktivitas dalam mencapai tujuan pengajaran.Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses belajar-mengajar seperti tuju mengajaran pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan belajar, kegiatan mengajar guru, dan penilaian.

2.1.3. Fungsi PenilaianFungsiPenilaian Penilaian mempunyai sejumlah fungsi di dalam proses belajar mengajar, yaitu:1. Sebagai alat guna mengetahui apakah siswa talah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, norma-norma dan keterampilan yang telah diberikan oleh guru.2. Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.3. Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.4. Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.5. Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.6. Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.2.2. RUANG LINGKUP PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR2.2.1. SikapAdalah kebiasaan, motivasi, minat, bakat yang meliputi bagaimana sikap peserta didik terhadap guu, mata pelajaran, orang tua, suasana sekolah, lingkungan, metode, media dan penilaian.2.2.2. Pengetahuan dan PemahamanPemahaman peseta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-tugasnya sebagai warga Negara,warga masyakat, warga sekolah, dan sebagainya2.2.3. KecerdasanMeliputi apakah peserta didik samapi taraf tertentu sudah dapat memecahkan masalah-masaah yang di hadapi dalam pelajaran.2.2.4. Perkembangan JasmaniMeliputi apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara harmonis, apaka peserta didik sudah membiasakan diri hidup sehat2.2.5. KeterampilanHal ini menjelaskan apakah peserta didik sudah terampil membaca, menulis dan menghitung, apakah peserta didik sudah terampil menggambar, olahraga, dan sebagainya.3.1. KOMPONEN PENILAIAN PROSES DAN hASIL PEMBELAJARAN3.1.1. Komponen Penilaian Proses PembelajaranDimensi penilaian proses belajar mengajar berkenan dengan komponen-komponen yang membentuk proses belajar-mengajar dan keterkaitan atau hubungan diantara komponen-komponen tersebut. Komponen pengajaran sebagai dimensi penilaian proses belajar-mengajar setidak tidaknya mencakup :1. Tujuan pengajaran atau instruksional2. Bahan pengajaran3. Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya.4. Kondisi guru dan kegiatan belajarnya.5. Alat dan sumber belajar yang digunakan.6. Tekhnik dan cara pelaksanaan penilaianya.Aspek aspek yang dinilai dari komponen-komponen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:Komponen Tujuan Instruksional, yang meliputi aspek-aspek ruang lingkup tujuan, abilitas yang terkandung didalamnya, rumusan tujuan , kesesuaian dengan kemampuan siswa, jumlah dan waktu yang tersedia untuk mencapainya, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, keterlaksanaan dalampengajaran.Komponen Bahan Pengajaran, yang meliputi ruang lingkupnya , kesesuaian dngan tujuan, tingkat kesulitan bahan kemudahan memperoleh dan mempelajarinya, daya gunanya bagi siswa, keterlaksanaan sesuai dengan waktu yang tersedia, sumber-sumber untuk mempelajarinya, cara mempelajarinya, kesinambungan bahan, relevansi bahan dengan kebutuhan siswa, prasyarat mempelajarinya.Komponen Siswa, yang meliputi kemampuan prasyarat, minat dan perhatian, motivasi, sikap, cara belajar yang dimiliki, hubungan sosialisasi dengan teman sekelas, masalah belajar yang dihadapi, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, indetitas siswa dan keluarganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah.Komponen Guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan mengajar, sikap keguruan, pengalaman engajar, cara mengajar, cara menilai, kemauan mengembangkan profesinya, keterampilan berkomunikasi, kepribadian , kemampuan dan kemauaan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa, hubungan dengan siswa dan rekan sejawatnya, penampilan dirinya, keterampilan lain yangdiperlukan.Komponen Alat dan Sumber Belajar, yang meliputi jenis alat dan jumlahnya, daya guna, kemudahan pengadaanya, kelengkapannya, maanfaatnya bagi siswa dan guru, cara pengunaanya. Dalam alat dan sumber belajar ini termasuk alat peraga, buku sumber, laboratorium dan perlengkapan belajar lainya.Komponen Penilaian, yang meliputi jenis alat penilaian yang digunakan, isi dan rumusan pertayaan, pemeriksaan dan interprestasinya, sistem penilaian yang digunakan, pelaksanaan penilaian, tindak lanjut hasil penilaian, pemanfaatan hasil penilaian, administrasi penilaian, tingkat kesulitan soal, validitas dan reliabilitas soal penilaian, daya pembeda, frekuensi penilaian dan perencanaanpenilaian.3.1.2. Komponen Penilaian Hasil BelajarKomponen penilaian hasil belajar meliputi:1. Masukan baku/pasar (peserta didik) Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.2. Masukan instrumental (kurikulum, metode mengajar, sarana dan guru)1. KurikulumKurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut.1. Metode MengajarMetode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalampencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.1. SaranaSarana pendidikan sebagai segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan.Sementara prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung digunakan dalam proses pendidikan.1. GuruGuru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.3. Masukan lingkungan (lingkungan sosial dan lingkungan bukan manusia)Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu: keluarga,sekolah dan masyarakat4. Keluaran (hasil output)Output pendidikan adalah hasil belajar (prestasi belajar) yg merefleksikan seberapa efektif proses belajar mengajar diselenggarakan. Artinya prestasi belajar ditentukan oleh tingkat efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.Ada 3 aspek yang dinilai dalam penilaian hasil pembelajaran antara lain: Aspek Kognitif Aspek Afektif Aspek Psikomotrik3.2. KRITERIA PENILAIAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN4.2.1. Kriteria penilaian prosesPembelajaran Menurut Nana Sudjana, bahwa penilaian proses belajar mengajar memiliki kriteria, yaitu :a. Konsistensikegiatan belajar mengajar dengan kurikulum Kurikulum adalah program belajar mengajar yang telahditentukansebagai acuan apa yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar mengajar dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek :1). Tujuan-tujuan pengajaran2). Bahan pengajaran yang diberikan3). Jenis kegiatan yang dilaksanakan4). Cara melaksanakan jenis kegiatan5). Peralatan yang digunakan untuk masing- masing kegiatan, dan6). Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.b. Keterlaksanaannya oleh guruDalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan program yang telah dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan apa yang direncanakan dapat diwujudkansebagaimana seharusnya, keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal :1). Mengkodisikan kegiatan belajar siswa.2). Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan belajar.3). Waktu yang disediakan untuk waktu belajar mengajar.4). Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa.5). Melaksanakan proses dan hasil belajar siswa.6). Menggeneralisasikan hasil belajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar berikutnya.c. Keterlaksanaannya oleh siswaDalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar mengajar dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti, keterlaksaan siswadapatdilihat dalam hal:1). Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru.2). Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar.3). Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.4). Manfaat semua sumber belajar yang disediakan guru.5). Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru.

d. Motivasi belajar siswaKeberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditujukan para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar . dalam hal :- Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran- Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya- Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya- Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru- Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan

e. Keaktifanpara siswa dalam kegiatan belajar Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar , keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal :- Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya- Terlibat dalam pemecahan masalah- Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi- Berusaha tahu mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah- Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru- Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya- Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis- Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.f. Interaksiguru siswa Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubugan timbal balik atau hubungan dua arah antara siswa dan guru atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat:- Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa- Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual mupun secara kelompok- Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar- Senangtiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator belajar- Tampilnya guru sebagai pemberi jalan eluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya- Adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil belajar yang diperoleh siswa.g. Kemampuan atau keterampilan guru mengajarKemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesionalsebab merupakan penerapan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain :- Menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa- Terampil berkomunikasi dengan siswa- Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas- Terampil mengunakan berbagai alat dan sumber belajar- Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisanh. Kualitas hasil belajar yang diperoleh siswaSalah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:- Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.- Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa- Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah intrusional yang harus dicapai- Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya.4.2.2. Kriteria Penilaian Hasil PembelajaranKriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain :1. Dikembangkan dengan mengacu pada tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilam dan sikap.2. Menggunakan berbagai cara didasarkan pada tuntutan kompetensi dasar3. Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian (sumatif, formatif) Tujuan dan fungsi formatif: keputusannya aspek apa yang masih harus diperbaiki dan aspek apa yang dianggap sudah memenuhi dari indikator penilaian. Tujuan dan fungsi sumatif:keputusannya apakah siswa dianggap mampu menguasai kualitas yang dikehendaki oleh tujuan pembelajaran.4. Mengacu kepada prinsip diferensiasi5. Tidak bersifat diskriminatif

4.1 KESIMPULANKeberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar-mengajarDimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses belajar-mengajar seperti tujuan pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan belajar oleh murid, kegiatanmengajar guru, dan penilaian . Kriteria yang digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain ialah konsitensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum, keterlaksanaan oleh guru, keterlaksanaanya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan siswa, interaksi guru siswa, kemampuan atau ketrampilan guru, kualitas hasil belajar siswa.6. Dimensipenilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen hasil pembelajaran seperti Masukan baku/pasar (peserta didik), Masukan instrumental (kurikulum, metode mengajar, sarana dan guru), Masukan lingkungan (lingkungan sosial dan lingkungan bukan manusia), dan Keluaran (hasil output) dari pembelajaran. Sedangkan kriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain dikembangkan dengan mengacu pada tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilam dan sikap, menggunakan berbagai cara didasarkan pada tuntutan kompetensi dasar, mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian (sumatif, formatif), mengacu kepada prinsip diferensiasi, dan tidak bersifat diskriminatif4.2 SARAN4.2.1. Diharapkan penilai dalam hal ini guru memperhatikan komponen-komponen dalam penilaian proses dan hasil pembelajaran4.2.2.Diharapkan penilai dalam hal ini guru dapat menyusun standar yang baik dalam menentukan kriteria untuk penilaian hasil dan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKAArifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja RosdakaryaArikunto, Suharsimi.(2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi revisi. Jakarta: PT Bumi AksaraHerliani, Elly. 2009. Penilaian Hasil Belajar. PPPPTKIPA: JakartaSudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.Amirin, Tatang M. 2011. Pengertian sarana dan prasarana pendidikan. tatangmanguny.wordpress.comMunib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes PressHandout Makul Manajemen Pendidikan, Pengampu : Dr. H. Samino, M.M (http://askarinote.tk/?p=92)KBK. (2002). Penilaian berbasis kelas.Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbangepdiknashttp://id.shvoong.com/social-sciences/education/2192862-penilaian-proses-belajar mengajar/#ixzz1aLSIBH4udiakses pada Senin, 10 Oktober 2011http://blog.tp.ac.id/penilaian-hasil-pembelajarangentur1971.blogspot.com//penilaian-proses-belajar-mengajar.html www.docstoc.com//PEDOMAN-PENILAIAN-PROSES-PEMBELAfile.upi.edu/Direktori//asesmen_proses_dan_hasil_belajar.pdf http://karim71.blogspot.com/2009/12/pengertian-peserta-didik.html

Bersumber dari : http://www.abyfarhan.com/2011/12/penilaian-proses-dan-hasil-belajar.html#ixzz3Rhnktfm0 Follow us: @aby_farhan on Twitter

http://www.abyfarhan.com/2011/12/penilaian-proses-dan-hasil-belajar.html#.VN79mWd_RQc

HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI PENILAIAN PROSES DAN PRODUK DALAM PEMBELAJARAN YANG BERBASISKOMPETENSIPosted by Prof. Nyoman Dantes September 29, 2009 Tinggalkan komentar HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI PENILAIAN PROSES DAN PRODUK DALAM PEMBELAJARAN YANG BERBASIS KOMPETENSIOLEHPROF Dr NYOMAN DANTES1. PendahuluanAbad Melinium yang dicirikan dengan era global telah menuntut peningkatakan daya saing dan kompetisi yang terbuka. Hal itu, telah menimbulkan orientasi baru dalam pendidikan, yaitu sangat perlunya diciptakan dan ditekankan adanya pendidikan yang bermakna, karena dengan pendidikan yang bermakna akan dapat menolong kita, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna hanya menjadi beban hidup. Karena itu pembelajaran yang bermakna menjadi isu penting dalam pendidikan seperti yang telah dilaporkan oleh the International Commission on Education for the Twenty-first Century (Delors, 1995), suatu komisi yang dibentuk oleh UNESCO dan bertugas mengkaji pendidikan yang tepat untuk abad ke-21. Laporan itu mengatakan bahwa untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan, pendidikan tradisional yang sangat quantitatively-oriented and knowledge-based tidak lagi relevan. Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat; baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan. Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni peserta didik mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni peserta didik menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni peserta didik belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni peserta didik belajar untuk menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama manusia. Dengan demikian, pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi mencerminkan keempat pilar di atas. Melalui keempat pilar itulah dapat terbentuk kompetensi.Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dimiliki dan dikuasai peserta didik yang dapat tertampilkan secara nyata dalam memecahkan /menyelesaikan tugas-tugas dalam kehidupan. Jadi seseorang dikatakan kompeten apabila padanya terbentuk suatu kemampuan yang dapat diandalkannya dalam menghadapi tuntutan kehidupan. Dengan kata lain, kompetensi dibangun agar setiap individu dapat survived dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan dalam era global ini. Pembentukan kompetensi mensyaratkan dilakukannya asesmen yang bersifat komprehensif, dalam arti, asesmen dilakukan terhadap proses dan produk belajar. Bila pada masa yang lalu fokus pembelajaran adalah pada produk belajar, pada masa sekarang proses dan produk mendapat porsi perhatian yang seimbang. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa suatu produk yang baik seyogyanya didahului oleh proses yang baik. Untuk meyakinkan hal tersebut, perlu dilakukan pemantauan terhadap proses. Di samping itu, dengan dilakukannya pemantauan selama proses, terbuka peluang bagi peserta didik untuk mendapatkan umpan balik yang dapat digunakannya untuk menghasilkan produk terbaik.2. Terminologi dalam Khasanah AsesmenDalam konteks pendidikan dewasa ini, istilah asesmen lebih banyak digunakan dibandingkan dengan pada masa-masa yang lalu. Penggunaan istilah asesmen digunakan bersama-sama dengan istilah evaluasi dan pengukuran. Memang, menurut Popham (1975), pengertian pengukuran dan evaluasi berbeda. Pengukuran adalah suatu tindakan menentukan sejauhmana (the degree to which) seseorang memiliki suatu atribut tertentu. Penentuan itu dilakukan dengan memberikan angka (disebut skor) terhadap atribut tersebut. Evaluasi adalah keseluruhan proses untuk memutuskan apakah sesuatu baik atau tidak, bermanfaat atau tidak, dan seterusnya. Jadi, pengukuran adalah status determination, sedangkan evaluasi adalah worth determination. Dalam kaitannya dengan asesmen, Popham mengatakan bahwa asesmen seringkali dimaksudkan sama dengan evaluasi. Kata asesmen dianggap lebih ramah dibandingkan dengan evaluasi. Setelah dua puluh tahun, Popham (1995) lebih menekankan lagi bahwa pada hakikatnya kata asesmen maupun evaluasi secara prinsip tidaklah berbeda, dan menggunakannya dengan makna yang sama. Menurut Salvia dan Ysseldike (1994) asesmen adalah suatu proses mengumpulkan data dengan tujuan agar dapat dilakukan keputusan mengenai suatu objek. Popham (1975) mengatakan bahwa asesmen adalah suatu upaya formal untuk menentukan status objek dalam berbagai aspek yang dinilai. Nitko (1996) mengatakan bahwa asesmen merupakan suatu proses mendapatkan data yang digunakan untuk pengambilan keputusan mengenai pebelajar, program pendidikan, dan kebijakan pendidikan. Jika dikatakan mengases kompetensi pebelajar, maka itu berarti pengumpulan informasi untuk dapat ditentukan sejauhmana seorang pebelajar telah mencapai suatu target belajar. 3. Asesmen Berbasis KompetensiPendidikan adalah proses pemenusiaan manusia, maka dari itu dalam tataran yang lebih operasioanal dapat dikatakan bahwa tuntutan pendidikan adalah terbentuknya kompetensi pada peserta didik (terlepas dari apakah kurikulum yang sekarang tetap digunakan atau diganti, tetapi pembentukan kompetensi adalah merupakan suatu keharusan). Untuk itu, perlu dilakukan pembenahan dalam praktik pembelajaran di sekolah, termasuk praktek asesmennya. Asesmen berbasis kompetensi merupakan asesmen yang dilakukan untuk mengetahui kompetensi seseorang. Kompetensi adalah atribut individu peserta didik, oleh karena itu asesmen berbasis kompetensi bersifat individual; sehingga ia disebut asesmen berbasis kelas. Untuk memastikan bahwa yang diases tersebut benar-benar adalah kompetensi riil individu (peserta didik) tersebut, maka asesmen harus dilakukan secara otentik (nyata, riil seperti kehidupan sehari-hari). Asesmen otentik bersifat on-going atau berkelanjutan, oleh karena itu asesmen harus dilakukan kepada proses dan produk belajar. Dengan demikian, asesmen berbasis kompetensi memiliki sifat otentik, berkelanjutan, dan individual. Sifat-sifat asesmen berbasis kompetensi tersebut mengindikasikan bahwa jenis tes objektif (seperti tes pilihan ganda, benar-salah, dan lain-lain) yang dimasa lalu mendominasi penilaian di sekolah tidak lagi relevan saat ini. Sudah saatnya (dan secepat mungkin) proses pembelajaran ditopang secara kukuh dengan penggunaan asesmen otentik seperti asesmen kinerja, evaluasi diri, esai, asesmen portofolio, dan projek. 4. Implementasi Asesmen Otentika. Asesmen KinerjaAsesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program tersebut. Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi. b. Evaluasi DiriMenurut Rolheiser dan Ross (2005) evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui evaluasi diri peserta didik dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian, peserta didik lebih bertanggungjawab terhadap proses dan pencapaian tujuan belajarnya. Salvia dan Ysseldike (1996) menekankan bahwa refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership), yaitu timbul suatu pemahaman bahwa apa yang dilakukan dan dihasilkan peserta didik tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya. Rolheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoretik untuk menunjukkan kontribusi evaluasi diri terhadap pencapaian tujuan. Model tersebut menekankan bahwa, ketika mengevaluasi sendiri performansinya, peserta didik terdorong untuk menetapkan tujuan yang lebih tinggi (goals). Untuk itu, peserta didik harus melakukan usaha yang lebih keras (effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi (achievement); selanjutnya prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri (self-judgment) melalui kontemplasi seperti pertanyaan, Apakah tujuanku telah tercapai? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti Apa yang aku rasakan dari prestasi ini? Goals, effort, achievement, self-judgment, dan self-reaction dapat terpadu untuk membentuk kepercayaan diri (self-confidence) yang positif. Kedua penulis menekankan bahwa sesungguhnya, evaluasi diri adalah kombinasi dari komponen self-judgment dan self-reaction dalam model di atas. Model tersebut digambarkan dalam bagan berikut.

Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar peserta didik dilatih untuk melakukannya. Kedua peneliti mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua komponen dalam menentukan kriteria penilaian, (2) pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya, (3) berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja berikutnya. Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Guru mengajak peserta didik bersama-sama menetapkan kriteria penilaian. Pertemuan dalam bentuk sosialisasi tujuan pembelajaran dan curah pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat tujuan tersebut dan bagaimana mencapainya. c. Esai(Tes) esai menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti peserta didik tidak memilih jawaban, akan tetapi memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri secara bebas. Tes esai dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes esai jawaban terbuka (extended-response) dan jawaban terbatas (restricted-response) dan hal ini tergantung pada kebebasan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya dan menuliskan jawabannya. Pada tes esai bentuk jawaban terbuka atau jawaban luas, peserta didik mendemonstrasikan kecakapannya untuk: (1) menyebutkan pengetahuan faktual, (2) menilai pengetahuan faktualnya, (3) menyusun ide-idenya, dan (4) mengemukakan idenya secara logis dan koheren. Sedangkan pada tes esai jawaban terbatas atau terstruktur, peserta didik lebih dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup jawabannya, karena secara khusus dinyatakan konteks jawaban yang harus diberikan oleh peserta didik. Esai terbuka/tak terstruktur merupakan bentuk asesmen otentik. Tes esai memiliki potensi untuk mengukur hasil belajar pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks. Butir tes esai memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyusun, menganalisis, dan mensintesiskan ide-ide, dan peserta didik harus mengembangkan sendiri buah pikirannya serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun atau terorganisasi. Kelemahan esai adalah berkaitan dengan penskoran. Ketidakkonsistenan pembaca merupakan penyebab kurang objektifnya dalam memberikan skor dan terbatasnya reliabilitas tes. Namun hal ini dapat diminimalkan melalui penggunaan rubrik penilaian, dan penilai ganda (inter-rater). d. Asesmen PortofolioPortofolio adalah sekumpulan artefak (bukti karya/kegiatan/data) sebagai bukti (evidence) yang menunjukkan perkembangan dan pencapaian suatu program. Penggunaan portofolio dalam kegiatan evaluasi sebenarnya sudah lama dilakukan, terutama dalam pendidikan bahasa. Belakangan ini, dengan adanya orientasi kurikulum yang berbasis kompetensi, asesmen portofolio menjadi primadona dalam asesmen berbasis kelas. Perlu dipahami bahwa sebuah portofolio (biasanya ditaruh dalam folder) bukan semata-mata kumpulan bukti yang tidak bermakna. Portofolio harus disusun berdasarkan tujuannya. Wyatt dan Looper (2002) menyebutkan, berdasarkan tujuannya sebuah portofolio dapat berupa developmental portfolio, bestwork portfolio, dan showcase portfolio.Developmental portfolio disusun demikian rupa sesuai dengan langkah-langkah kronologis perkembangan yang terjadi. Oleh karena itu, pencatatan mengenai kapan suatu artefak dihasilkan menjadi sangat penting, sehingga perkembangan program tersebut dapat dilihat dengan jelas. Bestwork portfolio adalah portofolio karya terbaik. Karya terbaik diseleksi sendiri oleh pemilik portofolio dan diberikan alasannya. Karya terbaik dapat lebih dari satu. Showcase portfolio adalah portofolio yang lebih digunakan untuk tujuan pajangan, sebagai hasil dari suatu kinerja tertentu. Bagaimanakah asesmen portofolio membantu memantau pencapaian target kompetensi? Asesmen portofolio adalah suatu pendekatan asesmen yang komprehensif karena: (1) dapat mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara bersama-sama, (2) berorientasi baik pada proses maupun produk belajar, dan (3) dapat memfasilitasi kepentingan dan kemajuan peserta didik secara individual. Dengan demikian, asesmen portofolio merupakan suatu pendekatan asesmen yang sangat tepat untuk menjawab tantangan KBK.Asesmen portofolio mengandung tiga elemen pokok yaitu: (1) sampel karya peserta didik, (2) evaluasi diri, dan (3) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka. (1) Sampel Karya Peserta didik Sampel karya peserta didik menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem matematika, maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi guru, maupun preferensi peserta didik. Asesmen portoflolio menilai proses maupun hasil. Oleh karena itu proses dan hasil sama pentingnya. Meskipun asesmen ini bersifat berkelanjutan, yang berarti proses mendapatkan porsi penilaian yang besar (bandingkan dengan asesmen konvensional yang hanya menilai hasil belajar) tetapi kualitas hasil sangat penting. Dan memang, penilaian proses yang dilakukan tersebut sesungguhnya memberi kesempatan peserta didik mencapai produk yang sebaik-baiknya. Isi folder adalah berbagai produk yang dihasilkan oleh peserta didik, baik yang berupa bahan/draf maupun karya (terbaik), dan disebut entri (entry). Sumber informasi dapat diperoleh dari tes maupun non-tes (dengan tes objektif diupayakan minimal). Bahan non-tes antara lain karya (artefak), rekaman, draf, kinerja, dan lain-lain yang dapat menunjukkan perkembangan peserta didik sebagai pebelajar. Catatan dan bahan evaluasi-diri juga merupakan bagian dalam folder. (2) Evaluasi Diri dalam Asesmen Portofolio OMalley dan Valdez Pierce (1994) bahkan mengatakan bahwa self-assessment is the key to portfolio. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri peserta didik dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri peserta didik dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian peserta didik lebih bertanggungjawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya. Evaluasi diri dalam asesmen portofolio persis sama dengan evaluasi diri yang dibahas dalam bagian b. di atas. Memang, asesmen portofolio adalah asesmen otentik yang paling komprehensif dalam khasanah asesmen otentik karena melibatkan jenis-jenis asesmen yang lain seperti asesmen kinerja dan esai. (3) Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka Bila pada jenis-jenis asesmen konvensional kriteria penilaian menjadi rahasia guru atau pun tester, dalam asesmen portofolio justru harus disosialisasikan kepada peserta didik secara jelas. Kriteria tersebut dalam hal ini mencakup prosedur dan standar penilaian. Para ahli menganjurkan bahwa sistem dan standar asesmen tersebut ditetapkan bersama-sama dengan peserta didik, atau paling tidak diumumkan secara jelas. Rubrik penilaian yang digunakan guru untuk menilai kinerja peserta didik (misalnya, kriteria penilaian kemampuan menulis) (4) Model Asesmen Portofolio Untuk memperoleh gambaran komprehensif melalui asesmen portofolio, diperlukan suatu pendekatan yang dapat mewakili keseluruhan proses asesmen. Wyaatt III dan Looper (1999) mengembangkan suatu model portofolio yang diakronimkan menjadi CORP, yang meliputi (1) collecting, yaitu pengumpulan data seperti karya-karya serta dokumen-dokumen lain termasuk draft, (2) organizing, yaitu proses penyusunan dan pemilihan data-data itu menurut aturan yang diinginkan, seperti secara kronologi, berdasarkan focus, atau karya terbaik (3) reflecting, yaitu refleksi terhadap proses belajar yang telah dilalui serta evaluasi atas karya sendiri, dan (4) presenting, yaitu menampilkan semua hasil seleksi dan refleksi tersebut dalam suatu dokumen yang seringkali disebut folder. Folder portofolio merupakan bahan yang akan diases oleh guru. Pada umumnya, beberapa hal yang harus ada dalam folder portofolio adalah (1) cover letter, yaitu rangkuman dari apa yang telah dibuat peserta didik sebagai bukti hasil belajarnya, (2) daftar isi portofolio, (3) entri (dengan tanggal pada setiap entri). Entri dibedakan menjadi dua, yaitu entri wajib dan entri pilihan; (4) draf setiap entri (untuk pemantauan proses yang dilalui), dan (5) refleksi dan evaluasi diri. Berikut ini adalah modifikasi dari model asesmen portofolio oleh Moya dan OMalley (1994). Model tersebut (Portfolio Assessment Model) disesuaikan dengan tiga komponen pembelajaran, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, dan Analisis. a). Perencanaan 1. Menentukan tujuan dan fokus (standar kompetensi, kompetensi dasar, kriteria keberhasilan) 2. Merencanakan isi portofolio, yang meliputi pemilihan prosedur asesmen, menentukan isi/topik, dan menetapkan frekuensi dan waktu dilakukannya asesmen. 3. Mendesain cara menganalisis portofolio, yaitu dengan menetapkan standar atau kriteria penilaian, menetapkan cara memadukan hasil penilaian dari berbagai sumber, dan menetapkan waktu analisis. 4. Merencanakan penggunaan portofolio dalam pembelajaran, yaitu berupa pemberian umpan balik. 5. Menentukan prosedur pengujian keakuratan informasi, yaitu menetapkan cara mengetahui reliabilitas informasi dan validitas penilaian. b). Implementasi model (terpadu dengan pembelajaran) (1) Mengumumkan tujuan dan fokus pembelajaran kepada peserta didik. (2) Menyepakati prosedur asesmen yang digunakan serta kriteria penilaiannya. (3) Mendiskusikan cara-cara yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil maksimal. (4) Melaksanakan asesmen portofolio (folder, evaluasi diri) (4) Memberikan umpan balik terhadap karya dan evaluasi diri c). Analisis portofolio peserta didik (1) Mengumpulkan folder (2) Menganalisis berbagai sumber dan bentuk informasi (3) Memadukan berbagai informasi yang ada (4) Menerapkan kriteria penilaian yang telah disepakati (5) Melaporkan hasil asesmen e. ProjekProjek, atau seringkali disebut pendekatan projek (project approach) adalah investigasi mendalam mengenai suatu topik nyata. Dalam projek, peserta didik mendapat kesempatan mengaplikasikan keterampilannya. Pelaksanaan projek dapat dianalogikan dengan sebuah cerita, yaitu memiliki awal, pertengahan, dan akhir projek. Karena itu, projek biasanya memiliki tiga fase utama, yaitu: (1) Fase Perencanaan; dalam fase ini guru menyusun suatu Tugas Projek yang berisi: tema atau topik projek, dan petunjuk tentang apa yang mesti dilakukan oleh peserta didik. Biasanya, sebelumnya hal-hal tersebut di atas didiskusikan dulu oleh guru dengan peserta didik. Tugas projek dapat berbentuk pertunjukan (misalnya, drama), konstruksi (misalnya, membangun sebuah kolam ikan), karya tulis (misalnya, KIR). Contoh tugas projek: 1. Tema : Pertunjukan Drama 2. Petunjuk : Pilihlah salahsatu drama karya Putu Wijaya Setiap kelompok terdiri dari 5 10 orang peserta didik Pertunjukan akan dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2006 di auditorium sekolah Lama waktu pertunjukan adalah satu jam untuk setiap kelompok, karena itu naskah dapat dimodifikasi tanpa meninggalkan pesan aslinya (2) Fase Pengembangan; dalam fase ini peserta didik mencari bahan, memodifikasi naskah, berdiskusi dengan ahli, berlatih secara terbimbing maupun mandiri. (3) Fase Akhir; dalam fase ini peserta didik menampilkan hasil kerja mereka, yaitu berupa petunjukan drama. 5. PenutupSetiap inovasi dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan institusional baik yang bersifat lokal, regional, maupun nasional. Dalam kaitannya dengan penggunaan asesmen otentik dalam pembelajaran, perlu ditentukan/disepakati paling tidak dalam lingkup sekolah (peserta didik, guru, dan administratur sekolah) bagaimana asesmen dapat dilakukan. Misalnya, untuk menilai ketiga domain belajar melalui asesmen portofolio, guru dapat berdiskusi dengan sesama guru mengenai bobot setiap domain. Demikian pula untuk penilaian dalam rapor, perlu dibicarakan dengan administratur sekolah (disamping pertimbangan profesional guru itu sendiri) sejauhmanakah hasil penilaian portofolio dapat digunakan untuk menentukan nilai rapor. Ini juga tergantung pada kebijakan terhadap portofolio itu sendiri, apakah hanya dihargai sebagai tugas, atau sebagai bahan penilaian formatif, dan bahkan sumatif (penulis sendiri tidak setuju jika portofolio dihargai hanya sebagai tugas mengingat informasi dari portofolio sangat otentik). Sebagai perbandingan, beberapa distrik di Amerika Serikat menggunakan portofolio sebagai bahan asesmen secara menyeluruh (formatif dan sumatif); bahkan belakangan ini santer dibicarakan agar asesmen portofolio digunakan sebagai standar penilaian nasional. ReferensiBuchori, M. (2000). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Delors, J. (1996). Learning: The Treasure Within. France: UNESCO Publishing. Marhaeni, A. A. I. N. (2006). Menggunakan Pembelajaran Kontekstual di SMP. Makalah disampaikan dalam workshop tentang pembelajaran di SMP Negeri 1 Negara, tanggal 31 Juli 2006. Nitko A.J. (1996). Educational Assessment of Students, 2nd Ed. Columbus Ohio : Prentice Hall. OMalley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company. Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn and Bacon. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company. Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-Evaluation: What Research Says and What Practice Shows. Internet download. Wyaatt III, R.L. & Looper, S. (1999). So You Have to Have A Portfolio, a Teachers Guide to Preparation and Presentation. California: Corwin Press Inc. LAMPIRAN : Contoh-Contoh Implementasi Asesmen OtentikContoh Implementasi Asesmen PortofolioBerikut ini diberikan contoh penggunaan asesmen portofolio dalam pembelajaran Bidang Studi Bahasa Indonesia. Kemampuan bahasa yang terlibat secara terpadu adalah membaca, menulis, dan apresiasi (sastra).(1) Skenario Pembelajaran Bahasa1. Indikator Kompetensi :1. mampu membuat ringkasan sepanjang 3 5 kalimat tentang isi bacaan2. mampu menjawab sejumlah pertanyaan tentang isi bacaan secara keseluruhan3. menunjukkan minat untuk membaca wacana naratif4. mampu melakukan perbaikan terhadap draf karangan yang dibuat5. mampu membuat sebuah karangan pendek dengan isi, organisasi, dan tata bahasa yang baik6. menunjukkan minat terhadap aktivitas mengarang utamanya naratif7. mampu menampilkan suatu drama pendek dalam kelompok (sepanjang 5-7 menit)8. menunjukkan kerjasama dalam persiapan drama pendek1. Materi : Wacana naratif dari kesusastraan Indonesia Modern dengan topik Kasih Sayang.2. Kegiatan belajar Mengajar (sesuai dengan kompetensi dasar, seperti aktivitas belajar mandiri, kelompok, dan klasikal):3. Asesmen : Portofolio4.1 Proses (kompetensi dasar 2.1, 2.3, 2.4, 2.6, dan 2.8)4.2 Produk (kompetensi dasar 2.2, 2.5, dan 2.7)9. 2. Pengembangan Instrumen Portofolio10. a. Yang memfasilitasi proses11. Kompetensi dasar 2.1 : membuat ringkasan (membaca mandiri)12. Jurnal Membaca13. Judul Buku: ..14. Tanggal mulai : Tanggal selesai:NO. TGL. HALAMAN RINGKASAN KOMENTAR

(misalnya, hal. 1 15) (tentang isi yang dibaca) (perasaan/pendapat tentang alur/topik/tokoh, dll).

15. Kompetensi Dasar 2.3: Minat membaca16. Inventori Minat Membaca17. Nama Peserta didik:_____________________________No. Deskripsi Ya/Tidak

1. Saya suka membaca cerita apapun, terutama kisah-kisah orang terkenal

2. Saya lebih banyak membaca cerita untuk waktu luang saya

3. Saya tidak sabar untuk mengetahui akhir dari kisah yang saya baca

4. Banyak hal yang menarik dalam cerita-cerita yang saya baca

5. Saya sering melihat kehidupan dalam cerita-cerita

6. Dst..

18. Kompetensi Dasar 2.4: Proses Menulis19. Ceklis untuk Isi dan Organisasi Tulisan/KaranganNo. Deskripsi Cek

1. Topik karangan cukup spesifik

2. Ide-ide utamanya baik

3. Setiap ide dikembangkan dengan detail cocok yang cukup

4. Detail untuk setiap ide seimbang

5. Ada paragraf pembuka dan penutup

6. Ada keserasian antara ide-ide sehingga menjadi suatu kesatuan (unity)

7. Ide-ide dikembangkan dengan lancar (koherensi/coherence)

20. Ceklis untuk Kosakata (termasuk gaya pengungkapan)No. Deskripsi Cek

1. Pemilihan kata tepat dan bervariasi

2. Menggunakan sinonim, dan antonim untuk menghindari pengulangan

3. Menggunakan kata-kata yang sesuai dengan audience

4. Kalimat-kalimat yang digunakan cocok dengan registernya (misalnya, naratif)

5. Ada variasi panjang-pendeknya kalimat

6. Bentuk-bentuk kalimat bervariasi

7. Menggunakan kalimat-kalimat efektif

8. Meniru gaya bercerita dari apa yang telah dibaca

9. Menggunakan kamus

21. Ceklis Untuk Mekanika (aturan-aturan penulisan)No. Deskripsi Cek

1. Menggunakan tanda-tanda baca dengan tepat

2. Permulaan paragraf menjorok kedalam

3. Menggunakan haruf besar untuk nama

4. Menggunakan huruf pada setiap awal kalimat

5. Menggunakan ejaan kata dengan baik

6. Menggunakan prefiks, infiks, dan sufiks dangan tepat

7. Ada jarak yang cukup antar kata

8. Garis pinggir (margin) 2 cm keliling

9. Menulis nama sendiri pada sudut kanan atas kertas

10. Membaca ulang karangan sendiri

22. Catatan:23. Guru dapat menggunakan ceklis-ceklis ini dalam proses menulis, dapat pula mengembangkan ceklis baru sesuai keperluan. Guru juga perlu mempertimbangkan tingkat kelas peserta didik, untuk cocok tidaknya ceklis ini digunakan. Berdasarkan pertimbangan tertentu, guru dapat juga hanya memberikan umpan balik secara umum kepada tulisan peserta didik (pada saat konferensi peserta didik-guru), untuk selanjutnya peserta didik melakukan perbaikan.24. Berdasarkan pengalaman penulis, cukup sulit bagi peserta didik untuk membangun kebiasaan baru menggunakan ceklis evaluasi-diri ini. Karena itu, pada awal-awal menggunakan asesmen portofolio, guru harus berbicara dengan peserta didik tentang maksud asesmen tersebut, menjelaskan cara-cara melakukan kegiatan asesmen, menolong mereka melakukannya, dan membangun rasa percaya diri peserta didik untuk bisa menerima kelebihan dan kekurangannya sebagai seorang pebelajar.25. Kompetensi Dasar 2.6: Minat Menulis/Mengarang26. Minat Menulis27. Nama Peserta didik: ____________________________________28. Saya suka/tidaksuka*) membuat karangan karena 29. Bagi saya, pelajaran menulis/mengarang penting/tidakpenting*) karena30. *) pilih salahsatu31. Komentar Guru:__________________________________________________32. _______________________________________________________________33. _______________________________________________________________34. Kompetensi Dasar 2.8: Kerjasama dalam Kelompok35. Kerjasama dalam Kelompok36. Kelompok:37. Tugas:Nama Peserta didikInisiatif Saling menghargai Disiplin Penilaian guru (deskriptif)

Ayu Tika Handayani

Gede Damar Sastra

Indra Wirabrata

Dst..

38. Catatan: Berikan tanda cek untuk setiap aspek yang muncul.39. b. Yang memfasilitasi produk: Kriteria Penilaian40. Kompetensi Dasar 2.2: Kemampuan Membaca41. Kisi-kisi jawaban atas pertanyaan yang diberikan tentang isi bacaan (esai)No. Soal Poin yang harus ada Kriteria Penilaian

1. 5 poin (,,,..,) Setiap poin nilai 20

2. 4 poin (.,..,,..) Setiap poin nilai 25

Dst.

42. Rekap Nilai Kemampuan MembacaNo. Nama Peserta didikNilai untuk Soal No. : Jumlah Rerata

1 2 3 4 5

1. Ayu Tika H 60 75 Dst.

2. G. Damar Sastra.

3.Indra Wirabrata

Dst

43. Kompetensi Dasar 2.5: Kemampuan Menulis44. Asesmen Kinerja45. Contoh dalam Bidang Studi Bahasa46. Rubrik Penilaian Kemampuan MenulisNO. Komponen Bobot skor(1 5) Indikator

1. Isi Karangan 3 Relevansi topik dengan substansi tugas, Pengembangan thesis statement, Wawasan tentang topik

2. Organisasi Ide 2 Susunan ide-ide, Pengungkapan ide-ide

3. Penggunaan Kosakata 2 Kompleksitas dan efektivitas kalimat, Akurasi penggunaan tatabahasa

4. Penggunaan Tatabahasa2 Keluasan kosakata, Ketepatan penggunaan kata dan idiom, Ketepatan bentuk-bentuk kata

5. Penggunaan Mekanika (ejaan dan tandabaca) 1 Kepatuhan pada konvensi/aturan-aturan penulisan, Ketepatan penggunaan tanda-tanda baca dan huruf besar, Kebenaran ejaan

47. Rekap Nilai Kemampuan MenulisNo. Nama Peserta didikKomponen Kemampuan Menulis Jml Rerata

1. Ayu Tika H. Isi Org. Kskt. Ttbhs. Mknk.

2. Damar S.

3. Dst.

48. Kompetensi Dasar 2.7: Penampilan dalam Drama Pendek49. Performansi dalam Drama Pendek50. Kelompok:51. Anggota kelompok: 1.52. 2. dst.NO. KOMPONEN RATING (1-5)

1. Topik

2. Alur

3. Akurasi Bahasa

4. Kelancaran

5. Improvisasi

6. Kerjasama (kekompakan)

Jumlah

Rerata (jumlah : 6)

53. Folder Portofolio54. Folder portofolio adalah sekumpulan bukti proses dan hasil belajar yang disimpan dalam suatu folder yang terbuat dari kantong plastik, amplop besar atau yang lain. Instrumen-instrumen portofolio di atas mengumpulkan informasi dari berbagai kegiatan kebahasaan yang telah dilakukan, dan disimpan dalam folder portofolio peserta didik. Informasi itu mencakup domain kognitif (menjawab pertanyaan bacaan secara esai, membuat ringkasan dari apa yang dibaca, dan lain-lain), domain afektif (minat, kerjasama), dan psikomotor (karangan dan drama pendek).55. Pada akhir masa pembelajaran ini, peserta didik akan menyetorkan foldernya kepada guru. Isi folder portofolio tersusun berturut-turut dari atas ke bawah adalah:1. Kata pengantar yang isinya penilaian peserta didik terhadap kelebihan dan kekurangan dari portofolionya, dan dirinya sebagai pebelajar bahasa.2. Daftar isi Portofolio3. Entri/karya (termasuk karya terbaik hasil pilihan peserta didik dengan temannya, dan atau dengan guru), baik berupa naskah, rekaman, foto, dll.4. Draf-draf untuk mencapai karya-karya tersebut di atas5. lembar evaluasi diri (misalnya, ceklis minat membaca)6. Catatan-catatan guru (termasuk penilaian guru terhadap portofolio tersebut).Analisis dan PelaporanContoh-contoh instrumen di atas menunjukkan bahwa penilaian guru terhadap perkembangan dan prestasi peserta didik diberikan berupa skor (angka) maupun deskripsi. Tetapi pada dasarnya, semua penilaian tersebut bersifat deskriptif karena skor-skor yang diberikan merupakan refleksi dari komponen-komponen dengan deskripsi yang jelas (dalam instrumen di atas ditunjukkan hanya komponennya saja). Hal ini sangat berbeda dengan pemberian skor dalam tes objektif (misalnya, jawaban benar diberi skor 1, jawaban salah disekor 0).Untuk menilai suatu portofolio, Tierney, Carter, dan Desai (1991) menyarankan agar portofolio dinilai secara kontinum (dari sangat baik hingga sangat kurang baik), dan dikomentari secara deskriptif. Komentar deskriptif tersebut berisi antara lain pujian atas hal-hal baik dari portofolio tersebut, dan saran-saran untuk perbaikan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan. Dengan demikian untuk nilai raport, guru akan memiliki nilai dari setiap entri, setiap folder, dan ulangan (bila tetap diadakan, baik ulangan formatif maupun sumatif). Dapat dibayangkan banyaknya informasi (nilai) yang dimiliki oleh guru. Oleh karena itu, perlu ditentukan bobot untuk portofolio, ulangan formatif, dan sumatif (folder portofolio dapat digunakan sebagai bahan penilaian formatif maupun sumatif). Di dalam portofolio itu sendiri, perlu ditetapkan porsi/bobot untuk domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Penentuan bobot tersebut harus disesuaikan dengan tujuan/kompetensi dasar yang telah ditetapkan.Contoh Asesmen projekAsesmen ProjekBidang Studi SejarahTema : Peninggalan Purbakala di BaliTugas Projek : Buatlah sebuah laporan tentang salahsatu peninggalan sejarah di Bali.Kriteria :Laporan harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini7. Ada artefak tiruan dari peninggalan tersebut (berupa foto, gambar, miniatur, tiga dimensi)8. Ada deskripsi dari artefak tersebut9. Ada laporan kunjungan ke museum atau lokasi penyimpanan artefak10. Ada materi sumber/referensi tertulis seperti buku teks, lontar, majalah, dsb.Kondisi :11. Projek ini merupakan tugas kelompok 5-8 orang untuk setiap kelompok.12. Lama waktu pengerjaan projek adalah satu bulan. Laporan akan ditampilkan dalam seminar kelas pada tanggal 27 Agutus 2006.13. Laporan berupa makalah meliputi pendahuluan, laporan kunjungan, deskripsi artefak, pembahasan, dan penutup/simpulan.14. Panjang laporan 8-12 halaman tidak termasuk artefak gambar atau foto bila ada.Penilaian :Rubrik Penilaian Projek Peninggalan PurbakalaNo. Dimensi Bobot Skor Deskriptor

1. Artefak 2 4 3 2 1 Jelas dan sangat mendekati artefak aslinya meskipun berupa miniaturnya

2. Deskripsi artefak 2 4 3 2 1 Deskripsi jelas dan mudah ditelusuri sesuai dengan artefak yang diamati

3. Isi Laporan 4 4 3 2 1 Laporan kunjungan detail dan nyata, deskripsi ada, pendahuluan, pembahasan, dan penutup tersusun secara sistematis dan tepat

4. Penggunaan Bahasa 2 4 3 2 1 Penggunaan tatabahasa, ejaan, dan tanda baca tepat, tulisan rapi, bersih, dan sesuai dengan format makalah

HAKIKAT ASESMEN OTENTIK SEBAGAI PENILAIAN PROSES DAN PRODUK DALAM PEMBELAJARAN YANG BERBASIS KOMPETENSIMakalah disampaikan pada In House Training (IHT) SMA N 1 Kuta Utara

OLEHPROF. DR. NYOMAN DANTESUNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA22 Mei 2008https://profdantes.wordpress.com/2009/09/29/hakikat-asesmen-otentik-sebagai-penilaian-proses-dan-produk-dalam-pembelajaran-yang-berbasis-kompetensi/