Penilaian Preoperatif Dan Persiapan Operatif Pasien Hipertensi

download Penilaian Preoperatif Dan Persiapan Operatif Pasien Hipertensi

of 17

Transcript of Penilaian Preoperatif Dan Persiapan Operatif Pasien Hipertensi

PENILAIAN PREOPERATIF DAN PERSIAPAN OPERATIF PASIEN HIPERTENSI Penilaian preoperatif Ketika menilai pasien untuk anestesi, bertanya tentang penyakit terkait seperti penyakit jantung iskemik, gagal ginjal dan penyakit serebrovaskular. Ini dapat menilai tingkat kerusakan organ akhir hipertensi, dan karena itu risiko untuk anestesi. Penyelidikan awal yang harus dipertimbangkan termasuk elektrokardiografi (EKG) dan pengukuran elektrolit. Perubahan EKG yang mungkin termasuk hipertrofi ventrikel kiri, blok cabang berkas dan bukti infark miokard lama seperti gelombang Q. Pada pasien terengah-engah rontgen dada harus dilakukan, dan jika penyakit jantung yang signifikan diduga tes toleransi latihan.Sekitar sembilan puluh persen pasien memiliki idiopatik (tidak ada penyebab yang mendasari) hipertensi, tetapi setiap penyebab diobati seperti tumor endokrin, penyakit ginjal dan gangguan terkait kehamilan seperti pre-eklampsia harus dikeluarkan. Pasien dengan hipertensi tidak terkontrol membutuhkan operasi mendesak dapat mengambil manfaat dari teknik anestesi regional untuk menghindari risiko anestesi umum, misalnya sebuah blok pergelangan kaki untuk kaki amputasi.InvestigasiPenderita hipertensi seringkali tanpa gejala, dan penilaian pra operasi dengan pengukuran tekanan darah rutin, sering manifestasi pertama dari setiap potensi masalah. Tekanan darah diukur sesuai dengan suara Korotkoff yang merupakan aliran turbulen dalam arteri. Tekanan darah sistolik diukur pada suara pertama, dan diastolik antara suara keempat dan kelima, yang merupakan titik sebelum adanya aliran turbulen.Temuan hipertensi insidental mungkin mengindikasikan penyakit hipertensi lama berdiri. Untuk menentukan ini, serangkaian pengukuran tekanan darah, yang diambil dengan ukuran manset yang benar. Ini dihitung dengan mengukur lingkar lengan atas subjek. Sebuah manset standar yang cocok antara nilai ini dan 20% lebih besar dari lingkar lengan digunakan.Pengukuran harus terbuat dari periode waktu untuk menentukan kenaikan konsisten dalam tekanan. Pedoman saat ini menyarankan dua pengukuran berikutnya selama 2 minggu menggunakan kondisi terbaik yang tersedia. Namun hal ini tidak tepat dalam pengaturan bedah akut pada pasien yang membutuhkan operasi mendesak. Sejumlah pembacaan tekanan darah pra operasi dapat diambil lebih dari 2 - 3 jam dengan pasien beristirahat. Sering tekanan darah mengurangi dari waktu ke waktu ini, yang menunjukkan kecemasan yang mendasari sebagai penyebab kemungkinan.Pasien dengan terisolasi "white coat" hipertensi belum terbukti berada pada risiko yang lebih tinggi dari anestesi dibandingkan kontrol dan karena itu operasi tidak harus ditunda tidak perlu. Lansia pasien dengan tekanan darah sistolik di bawah 180/190 mmHg juga harus dipertimbangkan untuk operasi, terutama jika ada sedikit bukti kerusakan organ akhir, karena nilai-nilai yang dianggap dalam batas normal untuk pasien usia lanjut karena perubahan fisiologis normal.Pertimbangan anestesi pada pasien hipertensi Sampai saat ini belum ada protokol untuk penentuan tekanan darah berapa sebaiknya yang paling tinggi yang sudah tidak bisa ditoleransi untuk dilakukannya penundaananestesia dan operasi.12,13 Namun banyak literatur yang menulis bahwa TDD 110 atau 115 adalah cut-off point untuk mengambil keputusan penundaan anestesia atauoperasi kecuali operasi emergensi.11,12 Kenapa TD diastolik (TDD) yang dijadikan tolak ukur, karena peningkatan TD sistolik (TDS) akan meningkat seiring denganpertambahan umur, dimana perubahan ini lebih dianggap sebagai perubahanfisiologik dibandingkan patologik. Namun beberapa ahli menganggap bahwahipertensi sistolik lebih besar risikonya untuk terjadinya morbiditas kardiovaskuler dibandingkan hipertensi diastolik. Pendapat ini muncul karena dari hasil studimenunjukkan bahwa terapi yang dilakukan pada hipertensi sistolik dapat menurunkan risiko terjadinya stroke dan MCI pada populasi yang berumur tua.Dalam banyak uji klinik, terapi antihipertensi pada penderita hipertensi akanmenurunkan angka kejadian stroke sampai 35%-40%, infark jantung sampai 20-25%dan angka kegagalan jantung diturunkan sampai lebih dari 50%. Menunda operasi hanya untuk tujuan mengontrol TD mungkin tidak diperlukan lagi khususnyapada pasien dengan kasus hipertensi yang ringan sampai sedang. Namun pengawasan yang ketat perlu dilakukan untuk menjaga kestabilan hemodinamik,karena hemodinamik yang labil mempunyai efek samping yang lebih besar terhadap kardiovaskular dibandingkan dengan penyakit hipertensinya itu sendiri. Penundaanoperasi dilakukan apabila ditemukan atau diduga adanya kerusakan target organsehingga evaluasi lebih lanjut perlu dilakukan sebelum operasi. The AmericanHeart Association / American College of Cardiology (AHA/ACC) mengeluarkanacuan bahwa TDS _ 180 mmHg dan/atau TDD _ 110 mmHg sebaiknya dikontrolsebelum dilakukan operasi, terkecuali operasi bersifat urgensi. Pada keadaanoperasi yang sifatnya urgensi, TD dapat dikontrol dalam beberapa menit sampaibeberapa jam dengan pemberian obat antihipertensi yang bersifat rapid acting. Perlu dipahami bahwa penderita hipertensi cenderung mempunyai respon TD yangberlebihan pada periode perioperatif. Ada 2 fase yang harus menjadi pertimbangan yaitu saat tindakan anestesia dan postoperasi. Contoh yang sering terjadi adalahhipertensi akibat laringoskopi dan respons hipotensi akibat pemeliharaan anestesia.Pasien hipertensi preoperatif yang sudah dikontrol tekanan darahnya dengan baikakan mempunyai hemodinamik yang lebih stabil dibandingkan yang tidak dikontroldengan baikObat-obatan antihipertensi Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang digunakan untuk pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (-blocker), penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis kalsium.A. DiuretikMekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu : (1) Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang menyebabkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2) Ketika curah jantung kembali ke ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga berkurang. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Bumetanide, Furosemide,Hydrochlorothiazide, Triamterene, Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion.B. Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (-Blocker)Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian -blocker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor 1 , antara lain : (1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung; (2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosentesis prostasiklin. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol, Penbutolol, Labetalol.

C. Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitor)Kaptopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama banyak digunakan di klinik untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung.Mekanisme kerja : secara langsung menghambat pembentukan Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan meningkatkan jumlah bradikinin. Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang, berkurangnya natrium dan retensi air, dan meningkatkan vasodilatasi (melalui bradikinin). Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Kaptopril, Enalapril, Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril.D. Penghambat Reseptor AngiotensinMekanisme kerja : inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe 1). Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali tidak ada produksi ataupun metabolisme bradikinin. Contoh antihipertensi darigolongan ini adalah Losartan, Valsartan, Candesartan, Irbesartan, Telmisartan,Eprosartan, Zolosartan.E. Antagonis KalsiumMekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan Diltiazem dan Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik negatif langsung pada jantung. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Amlodipine, Diltiazem, Verapamil, Nifedipine.Efek Samping Antihipertensi dari golongan diuretik, ACE-inhibitor dan beberapa -Blocker dapat menyebabkan reaksi likenoid. ACE-inhibitor juga diasosiasikan dengan kehilangan sensasi pada lidah dan rasa terbakar pada mulut. ACEinhibitor danpenghambat reseptor angiotensin II pernah diimpliksikan bahwa keduanya menyebabkan angioedema pada rongga mulut pada sekelompok 1% dari pasien yang mengonsumsinya. Meskipun oedema pada lidah, uvula, dan palatum lunak yang paling sering terjadi, tetapi oedema larynx adalah yang paling serius karena berpotensi menghambat jalan nafas. Efek samping obatobatan antihipertensi pada rongga mulut adalahxerostomia, reaksi likenoid, pertumbuhan gingiva yang berlebih, pendarahan yang parah, penyembuhan luka yang tertunda. Sedangkan efek samping yang sistemik yang paling sering dilaporkan adalah konstipasi, batuk, pusing, mengantuk, letih, frekuensi berkemih yang meningkat, berkuranya konsentrasi, disfungsi seksual dan rasa tidak enak pada perut.Perlengkapan monitorBerikut ini ada beberapa alat monitor yang bisa kita gunakan serta maksud dantujuan penggunaanya: EKG: minimal lead V5 dan II atau analisis multipel lead ST, karena pasienhipertensi punya risiko tinggi untuk mengalami iskemia miokard. TD: monitoring secara continuous TD adalah esensial kateter Swan-Ganz:hanya digunakan untuk penderita hipertensi dengan riwayat CHF atau MCIberulang. Pulse oxymeter: digunakan untuk menilai perfusi dan oksigenasi jaringanperifer. Analizer end-tidal CO2: Monitor ini berguna untuk membantu kitamempertahankan kadar CO2. Suhu atau temperature.Premedikasi Premedikasi dapat menurunkan kecemasan preoperatif penderita hipertensi.Untuk hipertensi yang ringan sampai dengan sedang mungkin bisa menggunakanan siolitik seperti golongan benzodiazepin atau midazolam. Obat antihipertensi tetap dilanjutkan sampai pada hari pembedahan sesuai jadwal minum obat dengan sedikitair non partikel. Beberapa klinisi menghentikan penggunaan ACE inhibitor denganalasan bisa terjadi hipotensi intraoperatif.Pemberian obat premedikasi bertujuan:1. Menimbulkan rasa nyaman pada pasien ( menghilangkan kekhawatiran, memberikan ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi)2. Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anestesi.3. Mengurangi jumlah obat-obatan anestesi.4. Mengurangi timbulnya hipersalivasi, brakikardi, mual dan muntanh pascaanestesi.5. Mengurangi stress fisiologis (takikardia, napas cepat, dll)6. Mengurangi keasaman lambung.Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan anestesi sebagai berikut:1) Analgetik narkotik MorfinDosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB) intramuskular. Diberikan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menjelang operasi, dan agar anestesi berjalan dengan tenag dan dalam. Petidin Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5 mg/kgBB) intravena. Diberikan untuk menekan tekanan darah dan pernafasan serta merangsang otot polos. 2) Barbiturat Pentobarbital dan SekobarbitalDiberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis dewasa 100-200 mg, pada anak dan bayi 1 mg/kgBB secara oral atau intramuskular.Keuntungannya adalah masa pemulihan tidak diperpanjang dan kurang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Yang mudah didapat adalah fenobarbital dengan efek depresan yang lemah terhadap pernafasan dan sirkulasi serta jarang menyebabkan mual dan muntah. 3) Obat antikolinergik Atropin Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.4) Obat penenang Diazepam Diazepam (valium) merupakan golongan benzodiazepin. Pemberian dosis rendah bersifat sedatif sedangkan dosis besar hipnotik.Dosis premedikasi dewasa 10 mg intramuskular atau 5-10 mg oral (0,2-0,5 mg/kgBB) dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis sedasi pada analgesi regional 5-10 mg (0,04-0,2 mg/kgBB) intravena. Dosis induksi 0,2-1 mg/kgBB intravena.ANESTESI PASIEN HIPERTENSI INTRAOPERATIFTekanan arteri rata-rata cenderung turun sebagai periode anestesi berkembang karena berbagai faktor, termasuk efek langsung dari anestesi, penghambatan dari sistem saraf simpatik, dan hilangnya kontrol refleks baroreseptor tekanan arteri. Perubahan ini dapat menyebabkan episode hipotensi intraoperatif. Pasien yang sebelumnya telah hipertensi lebih cenderung mengalami intraoperatif darah labilitas tekanan (baik hipotensi atau hipertensi) [6], yang dapat menyebabkan iskemia miokard [7].Tekanan darah dan detak jantung perlahan-lahan meningkat karena pasien pulih dari efek anestesi selama periode pasca operasi segera. Individu hipertensi khususnya mungkin mengalami peningkatan yang signifikan dalam parameter ini [8].InduksiInduksi anestesia dan intubasi endotrakea sering menimbulkan goncanganhemodinamik pada pasien hipertensi. Saat induksi sering terjadi hipotensi namunsaat intubasi sering menimbulkan hipertensi. Hipotensi diakibatkan vasodilatasi perifer terutama pada keadaan kekurangan volume intravaskuler sehinggapreloading cairan penting dilakukan untuk tercapainya normovolemia sebeluminduksi. Disamping itu hipotensi juga sering terjadi akibat depresi sirkulasi karenaefek dari obat anestesi dan efek dari obat antihipertensi yang sedang dikonsumsioleh penderita, seperti ACE inhibitor dan angiotensin receptor blocker.3,8,10Hipertensi yang terjadi biasanya diakibatkan stimulus nyeri karena laringoskopi danintubasi endotrakea yang bisa menyebabkan takikardia dan dapat menyebabkaniskemia miokard. Angka kejadian hipertensi akibat tindakan laringoskopi-intubasiendotrakea bisa mencapai 25%. Dikatakan bahwa durasi laringoskopi dibawah 15detik dapat membantu meminimalkan terjadinya fluktuasi hemodinamik Beberapateknik dibawah ini bisa dilakukan sebelum tindakan laringoskopi-intubasi untukmenghindari terjadinya hipertensi. Dalamkan anestesia dengan menggunakan gas volatile yang poten selama 5-10 menit. Berikan opioid (fentanil 2,5-5 mikrogram/kgbb, alfentanil 15-25mikrogram/kgbb, sufentanil 0,25- 0,5 mikrogram/kgbb, atau ramifentanil 0,5-1mikrogram/ kgbb). Berikan lidokain 1,5 mg/kgbb intravena atau intratrakea. Menggunakan beta-adrenergik blockade dengan esmolol 0,3-1,5 mg/kgbb,propanolol 1-3 mg, atau labetatol 5-20 mg). Menggunakan anestesia topikal pada airway.Pemilihan obat induksi untuk penderita hipertensi adalah bervariasi untukmasing-masing klinisi. Propofol, barbiturate, benzodiazepine dan etomidat tingkatkeamanannya adalah sama untuk induksi pada penderita hipertensiUntuk pemilihan pelumpuh otot vekuronium atau cis-atrakurium lebih baik dibandingkan atrakurium atau pankuronium. Untuk volatile, sevofluran bisa digunakan sebagaiobat induksi secara inhalasi.Anastetik inhalasi 1) Halotan Halotan (fluotan) bukan turunan eter, melainkan turunan etan. Baunya yang enak dan tidak merangsang jalan napas, maka sering digunakan sebagai induksi anestesikombinasi dengan N2O. Halotan menyebabkan vasodilatasi serebral, meninggikan alirandarah otak yang sulit dikendalikan dengan teknik anestesia hiperventilasi, sehingga tidak disukai untuk bedah otak.Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya tonus simpatis, depresimiokard dan inhibisi refleks baroreseptor. Kebalikan dari N2O, halotan analgesinya lemah,anestesinya kuat, sehingga kombinasi keduanya ideal sepanjang tidak ada indikasi kontra.2) Enfluran Enfluran (etran, aliran) merupakan halogenisasi eter dan cepat populer setelah adakecuriagan gangguan fungsi hepar oleh halotan pada pengguanan berulang. Pada EEGmenunjukkan tanda-tanda epileptik, apalagi disertai hipokapnia, karena itu hindari penggunaannya pada pasien dengan riwayat epilepsi, walaupun ada yang beranggapan bukan indikasi kontra untuk dpakai pada kasus dengan riwayat epilepsi. Kombinasi denganadrenalin lebih aman 3 kali dibanding halotan.Enfluran yang dimetabolisme hanya 2-8% oleh hepar menjadi produk non-volatilyang dikeluarkan lewat urin. Sisanya dikeluarkan lewat paru dalam bentuk asli. Induksi dan pulih dari anestesia lebih cepat dibanding halotan.Efek depresi napas lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif dibanding halotan. Depresi terhadap sirkulasi lebih kuat dibanding halotan, depresi lebih jarang menimbulkan aritmia. Efek relaksasi terhadap otot lurik lebih baik dibandinghalotan.3) SofluranIsofluran (foran, aeran) merupakan halogenasi eter yang pada dosis anestetik atausubanestetik menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi meninggikanaliran darah otak dan tekanan intrakranial. Peninggian aliran darah otak dan tekananintrakranial ini dapat dikurangi dengan teknik anestesi hiperventilasi, sehingga isofluran banyak digunakan untuk bedah otak.Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari untuk anestesi teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan gangguan koroner.Isofluran dengan konsentrasi > 1% terhadap uterus hamil menyebabkan relaksasi dankurang responsif jika diantisipasi dengan oksitosin, sehingga dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan. Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis biasa jika menggunakan isofluran.4) Desfluran Desfluran (suprane) merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya mirip isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan dengan anestetik volatil lainnya, sehingga perlu menggunakan vaporizer khusus (TEC-6). Titik didihnyamendekati suhu ruangan (23.5C). potensinya rendah (MAC 6.0%). Ia bersifatsimpatomimetik menyebabkan takikardia dan hipertensi. Efek depresi napasnya sepertiisofluran dan etran. Desfluran merangsang jalan napas atas, sehingga tidak digunakanuntuk induksi anestesia.5) SevofluranSevofluran (ultane) merupakan halogenasi eter. Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepatdibandingkan dengan isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalannapas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi disamping halotan.Efek terhadap kardiovaskuler cukup stabil, jarang mnyebabkan aritmia. Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan toksik terhadap hepar. Setelah pemberian dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh badan. Walaupun dirusak oleh kapur soda (soda lime, baralime), tetapi belum ada laporan membahayakan terhadap tubuhmanusia.Anastetik intravena Termasuk golongan ini adalah: barbiturate (thiopental, methothexital); benzodiazepine (midazolam, diazepam); opioid analgesic (morphine, fentanyl, sufentanil, alfentanil, remifentanil); propofol; ketamin, suatu senyawa arylcylohexylamine yang dapat menyebabkan keadaan anestesi disosiatif dan obat-obat lain ( droperianol, etomidate, dexmedetomidine).1) Barbiturat Blokade sistem stimulasi di formasi retikularis Hambat pernapasan di medula oblongata Hambat kontraksi otot. jantung, tdk timbulkan sensitisasi jantung thd ketekolamin Dosis : induksi = 2 mg/kgBB (i.v) dlm 60 dtk; maintenance = dosis induksi2) Ketamin sifat analgesik, anestetik, kataleptik dg kerja singkat analgesik kuat utk sistem somatik, lemah utk sistem viseral relaksasi otot polos lurik (-), tonus meninggi tingkatkan TD, nadi, curah jantung Ketamin sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, pasca anestesi dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur, dan mimpi buruk. Kalau harus diberikan sebaiknya sebelumnya diberikan sedasi mdasolam (dormikum) atau diazepam (valium) dengan dosis 0.1 mg/kg intravena dan untuk mengurangi salivasi diberikan sulfas atropin 0.001 mg/kg. Dosis bolus untuk induksi intravena adalah 1-2 mg/kg dan untuk intramuskular 3-10 mg. Ketamin dikemas dalam cairan bening dengan kepekatan 1% (1ml=10mg), 5% (1ml=50 mg) dan 10 % (1ml=100 mg)3) Fentanil dan droperidol Analgesik & anestesi neuroleptik Kombinasi tetap Aman diberikan pd px yg alami hiperpireksia ok anestesi umum lain Fentanil :masa kerja pendek, mula keja cepat Droperidol : masa kerja lama & mula kerja lambat4) Propofol Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml=10 mg). Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena. Dosis bolus untuk induksi 2-2.5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesi intravena total 4- 12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0.2 mg/kg. Pada manula dosis harus dikurangi, pada anak 109 mmHg dianggap sebagai hipertensi emergensi danmemerlukan terapi segera. Bila TD diturunkan secara cepat akan terjadi iskemiakoroner akut, sehingga MAP diturunkan sekitar 20% dalam 1 jam pertama,selanjutnya pelan-pelan diturunkan sampai160/110 selama 2-6 jam. Tanda-tandapenurunan TD ditoleransi dengan baik adalah selama fase ini tidak ada tanda-tandahipoperfusi target organ. Hipertensi urgensi adalah situasi dimana TDmeningkat tinggi secara akut, namun tidak ada bukti adanya kerusakan target organ.Gejala yang timbul dapat berupa sakit kepala, epitaksis atau ansietas. PenurunanTD yang segera tidak merupakan indikasi dan pada banyak kasus dapat ditanganidengan kombinasi antihipertensi oral bertahap dalam beberapa hari.PENATALAKSANAAN POST OPERATIFHipertensi yang terjadi pada periode pasca operasi sering terjadi pada pasienyang menderita hipertensi esensial. Hipertensi dapat meningkatkan kebutuhanoksigen miokard sehingga berpotensi menyebabkan iskemia miokard, disritmia jantung dan CHF. Disamping itu bisa juga menyebabkan stroke dan perdarahanulang luka operasi akibat terjadinya disrupsi vaskuler dan dapat berkonstribusimenyebabkan hematoma pada daerah luka operasi sehingga menghambatpenyembuhan luka operasi. Penyebab terjadinya hipertensi pasca operasi adabanyak faktor, disamping secara primer karena penyakit hipertensinya yang tidakteratasi dengan baik, penyebab lainnya adalah gangguan sistem respirasi, nyeri,overload cairan atau distensi dari kandung kemih. Sebelum diputuskan untukmemberikan obat-obat antihipertensi, penyebab-penyebab sekunder tersebut harusdikoreksi dulu. Nyeri merupakan salah satu faktor yang paling berkonstribusimenyebabkan hipertensi pasca operasi, sehingga untuk pasien yang berisiko, nyerisebaiknya ditangani secara adekuat, misalnya dengan morfin epidural secara infus kontinyu. Apabila hipertensi masih ada meskipun nyeri sudah teratasi, makaintervensi secara farmakologi harus segera dilakukan dan perlu diingat bahwameskipun pasca operasi TD kelihatannya normal, pasien yang prabedahnya sudahmempunyai riwayat hipertensi, sebaiknya obat antihipertensi pasca bedah tetapdiberikan.1Hipertensi pasca operasi sebaiknya diterapi dengan obat antihipertensisecara parenteral misalnya dengan betablocker yang terutama digunakan untukmengatasi hipertensi dan takikardia yang terjadi. Apabila penyebabnya karenaoverload cairan, bisa diberikan diuretika furosemid dan apabila hipertensinya disertaidengan heart failure sebaiknya diberikan ACE-inhibitor. Pasien dengan iskemiamiokard yang aktif secara langsung maupun tidak langsung dapat diberikannitrogliserin dan beta-blocker secara intravena sedangkan untuk hipertensi beratsebaiknya segera diberikan sodium nitroprusside. Apabila penderita sudah bisamakan dan minum secara oral sebaiknya antihipertensi secara oral segera dimulai.