PENILAIAN KORBAN
-
Upload
anggi-apriansyah-p -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of PENILAIAN KORBAN
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
1/15
PENILAIAN KORBAN (PATIENT ASSESSMENT)
Penilaian korban dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan agar penolong
mengetahui kondisi korban. Penilaian korban menggunakan PRINSIP “Do No Further Harm”.
Penilaian korban meliputi dua pemeriksaan : Pemerikaa! Primer dan Pemerikaa! Seku!"er.
Pemeriksaan Primer meliputi : SRSABC
Pemeriksaan Sekunder meliputi : a. Pemeriksaan Subektif ! SA"P#$
b. Pemeriksaan %bektif ! &ead to 'oe ( )ital Sign
A. PEMERIKSAAN PRIMER
*igunakan untuk mengidentifikasi masalah+masalah yang mengan,am i-a korban.
Pemeriksaan Primer meliputi :
S ! SafetyR ! Response
S ! Shout for help
A ! Air-ay
B ! Breathing
# ! Cir,ulationChest Compression
Berdasarkan data dari A&A/ didapatkan kasus yang memerlukan CPR yang paling sering teradi
adalah SCA 0Sudden Cardia, Arrest1 bahkan melebihi kasus Asfiksia/ trauma/ dll. *an 234 dari kasus
SCA disebabkan oleh )entri,ular 5ibrillation/ sehingga pertolongan korban dengan CPR diutamakan
untuk penanganan SCA.
Sangat penting untuk mengenali geala dan tanda dari serangan antung sehingga inisiasi penanganan
menadi lebih ,epat dan korban lebih mungkin tertolong. Ingat PRINSIP : Time Sa$i!% I Li&e Sa$i!%.6eala dan tanda serangan antung :
+ 7esadaran menurun
+ Chest pain
+ Breathing diffi,ulty
+ "ual muntah
+ 7ulit kebiruan/ lembab/ dingin
SA5$'8
7eamanan merupakan hal utama dalam melaksanakan rumus pada penanganan Pre+hospital yaitu
“DO NO F'RTHER HARM 09angan membuat ,edera lebih lanut1 baik untuk diri sendiri/ lingkungan/
maupun korban.
;rutan prioritas keamanan saat melakukan pertolongan :
1. 7eamanan diri sendiri/ lebih diutamakan
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
2/15
2. 7eamanan lingkungansekitar
3. 7eamanan korban. Betapapun ironisnya/ prioritas terakhir baru terletak pada korban. kemungkinan :
1) Kor*a! Sa"ar
Bila korban dalam keadaan sadar/ sebaiknya selalu memberitahukan korbanmeminta i?in tentang
apa yang akan dilakukan 0“e@pressed ,ontent1. Apabila penderita menolak/ angan dipaksakan.
2) Kor*a! Ti"ak Sa"ar
Bila korban tidak sadar/ maka dianggap apa yang akan kita lakukan mendapat persetuuan
penderita 0“implied ,onsent1.
Sebenarnya ada keadaan lain/ yakni bila korban dalam keadaan kurang sadar 0misal saat kita
tanya a-aban korban menga,au1 maka dianggap korban dalam keadaan tidak sadar.Bila korbannya anak+anak/ mintalah i?in kepada orang tuanya. Bila orang tuanya tidak ada/
anggaplah ini implied ,onsent.
R$SP%NS$
1) Reo! Pa!%%i (Shout)
"ulailah dengan mengaak korban berbi,ara.
Apabila korban nampaknya pingsan/ penolong dapat memanggilnya “Pak/ pak/ gimana kondisi
bapak=
Respon panggil ini biasanya dilakukan bersamaan dengan respon sentuh.
2) Reo! Se!tuh+,o-a!% (Shake)
#akukan dengan menepuk+nepuk tangannya/ pipinya 0ika keadaan mengiinkan1/ atau
menggoyang+goyang pundaknya.
N%'$ :
Jika ada respon dari korban/ lakukan se,ondary assessment untuk memeriksa apakah korban
memerlukan bantuan lebih lanut. Jika perlu bantuan lebih lanjut / maka posisikan korban pada re,oery
position dan segera panggil bantuan . Jika korban tidak memerlukan bantuan lebih lanjut / reassess
0periksa kembali1 kondisi korban 0napas dan kondisi umum1 se,ara periodik.
Jika tidak ada respon dari korban/ segera lanutkan ke Shout 5or &elp dan seterusnya 0ABC1.
S&%;' 5%R &$#P AC'I)A'$ $"$R6$NC8 "$*ICA# S8S'$"
Jika korban berada pada kondisi unresponsive tidak memberi respon/ segera hubungi ambulans
bantuan yang lain.
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
3/15
AIR
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
4/15
Caranya :
#etakkan salah satu tangan penolang pada dahi korban/ dengan uung ari+ari tangan yang lain
diletakkan pada dagu korban. ;ung ari digunakan untuk mendorong dagu korban ke belakang dan
menyokong rahang ba-ah.
R$"$"B$R : &ati+hati dalam melakukan prosedur ini ika ditemukan adanya tanda+tanda di,urigai
korban mengalami e"era er$ia : EEEE1. Adanya hematom pada bagian+baginan tubuh yang berada di atas ,lai,ula
2. 7eluarnya ,airan atau darah dari hidung dan telinga
3. "enurunnya kesadaran
4. Adanya krepitasi pada spinal
5. 9atuh dari ketinggian di atas >@ tinggi badan
6. "ultiple trauma
0.. Hia!%ka! Sum*ata! + FBAO (Forei%! Bo"- Air/a- O*trutio!)0..
Ini hanya bisa dilakukan bila sumbatan atau obstruksi 0bisa berupa material padat atau ,air1 pada
mulut korban Visible dan Removable. 9ika tidak/ tidak usah dipaksakan karena dapat men,ederai
penolong sendiri dan dapat memperparah kondisi korban 0obstruksi malah terdorong masuk1.
;ntuk menghilangkan sumbatan benda asing dapat dilakukan dengan :
Finger sweep 0sapuan ari1 dengan Teknik Tongue Jaw Lift
Seorang korban yang tidak sadar dapat dibuka mulut dan alan napasnya dengan 'eknik 'ongue
9a- #ift.
Cara :
'eknik ini mengharuskan penolong untuk memegang lidah dan rahang ba-ah menggunakan ari+
ari serta mengangkatnya 0ibu ari memegang lidah/ ari yang lain memegang rahang ba-ah1/untuk memindahkan lidah auh dari faring bagian belakang. 6erakan ini uga menggerakkan lidah
menauh dari benda+benda asing yang mungkin menyumbat tenggorokan bagian belakang. &al ini
akan melonggarkan obstruksi alan nafas.
Bagaimanapun uga pertahankan korban untuk menengadah/ dan masukkan ari telunuk dari
tangan yang bebas ke rongga mulut korban/ lalu gerakkan ari ini dalam mulut dari dinding
sebelah dalam pipi sampai pangkal lidah. 6unakan tangan sebagai suatu kait. &alau benda+benda
asing yang ada/ pindahkan ke mulut sehingga dapat dibuang. Pada beberapapa kasus/ mungkin
diperlukan penggunaan ari telunuk untuk mendorong obek asing dari tenggorokan korban
dengan maksud menghalau dan mengangkat obek tersebut. Prosedur ini harus dilakukan dengan
hati+hati/ angan mendorong terlalu auh tenggorokan korban.
N%'$ : 7orban sadar mempunyai reflek muntah. "untahan dapat teraspirasi ke dalam paru. 9ikakorban sadar dan obek yang mengganggu terlihat/ penolong dapat menggunakan Teknik
Finger Swab.
&ati+hatilah angan sampai muntah dan mendorong obek auh ke dalam alan nafas
korban.
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
5/15
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
6/15
Pada intinya, nafas tidak ritmis dan frekuensinya tidak tetap
N%'$ :
Jika pernapasan kembali normal / segera posisikan korban pada re,oery position/ kemudian
panggil bantuan ika diperlukan. Atau ika tidak/ ,ukup reAssess kondisi umum dan pernapasan
korban se,ara periodik.Apa yang harus dilakukan ika korban tidak ada nafas atau di!urigai pernafasannya tidak
ade"uat #abnormal breat$ing%= Se%era akuka! #het #omreio! + R1P
CIRC;#A'I%NC&$S' C%"PR$SSI%N
Jika teradi $enti nafas atau abnormalitas&tidak adekuatnya pernapasan 0misal : nafas korban 6asping
megap+megap1/ segera lakukan CPR. Sebagai seorang #ay Res,uer/ tidak perlu memeriksa nadi karenaakan memperlama -aktu 0menunda R9P1/ selain itu lay res,uer tidak tahu ,ara memeriksa ataupun
menginterpretasikan hasil yang didapat.
"etode CPR :1) 'itik kompresi di tengah dada 0pastikan bukan di tulang rusuk1
2) *ilakukan dengan kedua tangan/ tangan yang kuat berada di ba-ah
3) Satu lagi tangan mengun,i 0Interlo,k1 tangan yang ada di sternum
4) #akukan kompresi dada se,ara ritmik dan tepat 0F3 kali1 dengan kedalaman 2+G ,m/ ke,epatan33@ per menit. #engan penolong tegak lurus terhadap badan korban.
5) Setelah kompresi/ lakukan nafas bantuan res,ue breath sebanyak > kali 0posisi membuka air-ay ! headtilt ,hinlift + satu tangan menutup hidung korban1.
"asing+masing dalam -aktu detik/ dengan olume pernapasan biasa 0tidal1/ amati perkembangan dada korban.
6) siklus H F3 kompresi > nafas 0F3:>1
7) 9ika tetap tidak ada sirkulasi dan nafas/ lakukan kembali kompresi dan bantuan nafas.
CPR kita hentikan hanya bila :
Pernapasan dan sirkulasi korban pulih
Bantuan telah tiba
Penolong ke,apekan
7esadaran pulih korban mulai bergerak
Adanya enironmental ha?ard
8) 9ika sirkulasi dan pernapasan kembali/ posisikan korban pada posisi pemulihan 0re,oery position1
'ambahan :
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
7/15
Beberapa teknik bantuan pernapasan res,ue breathing dalam siklus R9P :
1. )entilasi mulut ke mulut
2. )entilasi mulut ke hidung
)entilasi "ulut ke "ulut
'eknik ini dapat dilakukan oleh satu orang penolong dan digunakan terutama untuk korban yang
henti nafas. Pada saat melakukan pernapasan dari mulut ke mulut/ tetap pertahankan terbukanya alan
nafas dengan manueer head tilt ,hin lift.
'eknik ini memiliki resiko infeksi dan komplikasinya yang ,ukup tinggi sehingga bila ada
entilation bag+mask/ maka alat itu yang dipakai. Penggunaan barrier seperti kertas untuk kontak tidak
mengurangi resiko infeksi malah mengganggu entilasi dan memperlambat dalam pemberian nafas bantu.
7etika memberikan bantuan pernapasan/ penolong seharusnya :
#ihat gerakan dada/ dengar aliran udara/ rasakan pertukaran udara. Perhatikan hal+hal yang
kelihatannya tidak -aar seperti pergerakan dada yang abnormal.
"antapkan posisi korban dalam posisi head tilt ,hin lift dan tutupi lubang hidung dengan ibu ari
dan telunuk tangan yang menekan dahi korban
Buka mulut lebar+lebar 0tidak perlu ambil nafas dengan dalam1
'empatkan mulut penolong mengelilingi mulut korban/ dan eratkan mulut penolong di mulut
korban dengan menggunakan bibirnya.
'ekan lubang hidung korban/ sehingga hidungnya tertutup
&embuskan nafas ke dalam mulut korban sampai terlihat pengembangan dada dan rasakan suatu
tahanan yang disebabkan oleh pengembangan paru. &entikan menghembus ketika terlihat
dadanya naik untuk men,egah oer entilasi.
Sudahi kontak mulut dengan korban/ dan lepaskan tekanan pada hidung agar ia dapat berekspirasi
pasif/ lalu ulangi lagi. Setiap res,ue breath dilakukan dalam -aktu detik.
"asalah+masalah umum dalam teknik bantuan pernapasan ini adalah :
o 7esalahan dalam melekatkan mulut penolong ke mulut korban/ misal pendorongan terlalu keras
o #ubang hidung tidak tertutup sepenuhnya
o 7egagalan mempertahankan alan nafas karena tidak adekuatnya posisi head tilt ,hin lift
o "ulut korban kurang terbuka lebar untuk mendapatkan entilasi yang ,ukup
o 7esalahan dalam membersihkan alan nafas dari obstruksi
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
8/15
)entilasi "ulut ke &idung
Seorang korban ke,elakaan mungkin mengalami ,edera hebat di mulut dan rahang ba-ah. ;ntuk
korban seperti ini maka harus digunakan teknik entilasi mulut ke hidung. 9alan nafas harus terbuka dan
prosedurnya sama dengan teknik entilasi mulut ke mulut. Perbedaan teknik ini dengan teknik mulut ke
mulut adalah :
#etakkan satu tangan penolong di kening korban untuk mempertahankan terbukanya alan nafas
dan gungakan tangan yang lain untuk menutupi mulut korban
&idung korban tetap terbuka
Berikan entilasi melalui hidung. "ulut korban harus tertutup seJlama pemberian entilasi
7etika membiarkan e@halasi pasif berlangsung/ kontak mulut ke hidung korban harus dilepas.
'api tangan penolong tetap berada di kening korban untuk menaga tetap terbukanya alan nafas
selama e@halasi.
7%"P#I7ASI 9I7A R$SC;$ BR$A'& B$R#$BI&AN
1. "engurangi enous return ke antung/ yang menurunkan ,ardia, output dan peluang surialnya.
2. *istensi gaster
Pernapasan melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung akan memaksa seumlah udarauntuk masuk ke dalam lambung korban. &al ini menyebabkan lambung mengalami distensi yang
sering mengindikasikan bah-a alan nafas terhambat atau entilasi yang diberikan terlalu
berlebihan. *istensi lambung biasanya teradi pada bayi dan anak+anak/ tapi uga dapat teradi
pada orang de-asa. *istensi mayor dapat menimbulkan > masalah serius :
+ ;dara yang mengisi perut mengurangi olume paru+paru dengan menekan diafragma ke atas
+ Regurgitasi atau omiting yang dapat menambah obstruksi alan nafas atau aspirasi karena
muntahan masuk ke paru korban. Bila hal ini teradi/ paru akan rusak dan akan timbul lethal
pneumonia.
;ntuk menghindari *istensi 6aster :
+ 7epala korban tetap dalam posisi dimana alan nafas terbuka
+ &indari penggunaan kekuatan penuh dan terlalu ,epat dalam memberikan entilasi dan batasi
olume entilasi yang diberikan
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
9/15
Penanganan ika distensi gaster mulai teradi :
+ Coba reposisi kepala korban untuk menyediakan alan nafas yang lebih baik
+
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
10/15
7etahui keluhan utama korban
Bagaimana teradinya ,edera
7etahuilah keluhan yang dirasakan sebelum dan sesudah peristi-a
'etapkan status medik
Pengobatan yang didapat
'anyakan ri-ayat alergi
;ntuk mempermudah pen,atatan ingatlah akronim SA"P$# :
S ! Sign and Symptom/ tanda dan geala yang dialami korban
A ! Allergy/ adakah ri-ayat atau tanda+tanda alergi
M ! "edi,ation/ ri-ayat pemakaian obat atau pengobatan yang sedang dialani
P ! Peritinent Post &istory
E ! $ent
L ! #ast "eal/makan terakhir
Catatan : untuk pemeriksaan klinis 0di rumah sakit1 dipakai A"P$#
Pemerikaa! OB1EKTIF
Pemeriksaan obektif adalah pemeriksaan lengkap yang meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ujung kaki dan pemeriksaan vital sign. Pemeriksaan obektif bertuuan untuk men,ari tanda+tanda
dan geala yang spesifik/ so kita perlu tahu istilah+istilah :
Pedoman Pemeriksaan %bektif :Periksa tingkat kesadaran dan orientasi
"onitor terus keadaan korban
Pemeriksaan -arna kulit dan kondisi korban
Segera ,ari luka/ patah tulang/ dan kelainan bentuk Curigai korban trauma tak sadar/ ,edera spinal
9elaskan pemeriksaan yang dilakukan
'etapkan tanda ital
Pemeriksaan dari kepala sampai ari kaki
P$R&A'IAN E
Sebagai penolong kita harus memperhatikan dan mengealuasi ulang apa yang telah dilakukan/ mungkin
ada sesuatu yang terlalaikan atau telah berubah/ sehingga sebelum melakukan pemeriksaan sekunder
harus selalu :
+ Melihat keadaan sekitar Apakah aman=
Apakah anda mengetahui mekanisme ,edera=
Apakah ada korban lain yang memerlukan perhatian=
+ Melihat keadaan korbanApakah ada ,edera yang nyata dan dan indikasi dari penyakit=
Apakah kondisi korban memburuk=
Selama pemeriksaan sekunder lakukan : #ook/ 5eel/ #isten/ and Smell.
PEMERIKSAAN DARI KEPALA SAMPAI DEN,AN 1ARI KAKI
Pemeriksaan ini meliputi :
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
11/15
1. #ek tua!% eher (er$ia) u!tuk eru*aha! *e!tuk "a! 7oi!t te!"er!e”
Prosedur : *engan telapak tangan terbuka pegang kedua sisi leher korban dengan tangan penolong
lalu geser uung+uung ari ke arah midline 0garis tengah1 dari tulang ,eri,al. Cek leher belakang
dari bahu sampai dasar tengkorak. #akukan tekanan ari dengan hati+hati/ respon kesakitan yang
timbul pada area penekanan merupakan point “tenderness.
9ika ada tanda+tanda kemungkinan ,edera spinal langsung lakukan imobilisasi dari kepala sampaileher.
2. I!eki eher "ea! u!tuk i!"ikai a"a!-a e"era "a! er!aaa! eher
Prosedur : #eher depan haruslah terbuka. #ihat tanda+tanda adanya ,edera/ apakah laring atau
trakea menunukkan penyimpangan dari garis tengah leher 0memar atau ada perubahan bentuk1.
9ika ada/ korban mungkin mengalami obstruksi alan nafas/ ,edera ,eri,al/ kerusakan tra,hea/ atau,edera thora@ yang serius.
Kemungkinan yang ditemukan : Irisan+irisan/ memar/ diskolorisasi/ deformitas atau tanda+tanda
kelainan alan nafas mungkin terlihat. "emar atau perubahan bentuk langsung di atas trakeamungkin mengindikasikan adanya obstruksi alan nafas.
3. I!eki Keaa
Prosedur : Berhati+hatilah sehingga tidak menggerakkan kepala korban/ yang dapat memperburuk
kemungkinan ,edera spinal. Berlututlah di atas kepala korban/ lalu rabalah kulit kepala
menggunakan ari+ari dengan lembut untuk inspeksi/ lalu ,ek ari+ari tersebut apakah ada darah.
9ika korban berbaring/ ,ek bagian yang tersembunyi dari kepala dengan meletakkan ari+
ari pada leher belakang/ lalu gerakkan ke pun,ak kepala.
9ika kita yakin dengan adanya ,edera spinal atau ,edera leher/ tunda prosedur ini sampai
kepala dan leher diimobilisasi. EEE
Kemungkinan yang ditemukan : *arah/ luka tusuk/ bengkak/ deformitas/ dan indikasi lain dari
,edera.
4. Perika "aar te!%korak "a! /a8ah u!tuk eru*aha! *e!tuk erta "erei
Periksa apakah ada fraktur atau luka+luka pada daerah tersebut
5. Perika mata kor*a!
Cek apakah ada potongan/ benda asing/ tanda terbakar dan lainnya. 9angan paksa
pembukaan mata pada korban dengan kelopak mata terbakar atau luka lain.
6. Perika ukura!9 reaki9 "a! eramaa! ui
7. Perika tei!%a "a! hi"u!%
Cek apakah ada ,edera/ perdarahan/ atau ,airan bening. *arah ( telinga pada ,airan
bening pada telinga dan hidung merupakan indikasi kuat adanya fraktur tengkorak. Cairan bening
tersebut mungkin #CS.
"emar di belakang telinga adalah indikasi kuat kemungkinan ,edera tengkorak (,erikal. Rambut hidung yang terbakar ( hangus menandakan kemungkinan terbakarnya alan
nafas.
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
12/15
8. Perika muut kor*a!
Adanya luka bakar kimia dapat diperkirakan bah-a korban telah menelan ra,un.
9. #ium *au er!aaa!
10. Perika "a"a kor*a!
Apakah ada luka atau fraktur tulang rangka.
11. Perika eramaa! e!%em*a!%a! "a"a
12. De!%ar uara er!aaa!
13. Perika "a! aai erut kor*a!
14. Perika a"a!-a "e&ormita "a! 7oi!t te!"er!e” a"a u!%%u!% kor*a!
15.Perika e$iCek adanya ,edera dan fraktur
16. Perhatika! aakah a"a e"era !-ata a"a "aerah %e!ita
17. Perika tu!%kai kor*a! "a! ra*aah "e!-ut !a"i "ita
*enyut nadi distal dirasa pada kaki bagian belakang mata kaki 0pulsus tibialis posterior1
atau pada permukaan kaki/ lateral tendo besar pada ibu ari 0pulsus dorsalis pedis1.
Prosedur Pada korban sadar :
Pegang ibu ari kaki dan ytanyakan pada korban ari mana yang dipegang. #akukan pada tiap+tiapkaki. 9ika tidak dapat mena-ab dengan benar maka ada asumsi bah-a teradi kerusakan syaraf
pada tungkai atau kerusakan spinal. Periksa uga persamaan sensasi antara kaki+kanan dan kiri 0ika
tidak sama pikirkan ,edera spinal1.
#etakkan telapak tangan penolong pada telapak kaki korban dan mintalah korban untuk mendorong
telapak tangan penolong dengan ari+ari kakinya/ hal ini dilakukan untuk memeriksa adanya ,edera
di tungkai.
Prosedur Pada korban tidak sadar :
;ntuk memeriksa fungsi saraf pada korban tidak sadar/ pegang tungkai korban pada atau dekat
mata kaki dan ,ubit area distal yang terlihat tidak ,edera. 9ika anda telah yakin akan adanya ,edera
spinal atau fraktur pelis dan tungkai ba-ah yang berat maka angan lakukan tes ini.
18. Perika e"era u!tuk ektrimita ata "a! ek "ita uu!-a
Periksa korban dari ,lai,ula sampai dengan uung ari. Perhatikan tanda+tanda ,edera. Cek
“Point 'enderness pada daerah dengan ke,urigaan fraktur.
Pastikan adanya distal pulsus pada tiap lengan ba-ah dan bandingkan. 9angan menghitung
rata+rata denyutnya. Adanya pulsus mengindikasikan adanya sirkulasi. 'idak adanya denyut
di,urigai adanya suatu arteri mayor telah dihambat atau diblok oleh bekuan darah. Paling sering hal
ini disebabkan oleh fraktur tulang pada tungkai atas.
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
13/15
19. Perika &u!%i ara& "a! kemu!%ki!a! araii ektrimita ata
Prosedur pemeriksaan sama dengan prosedur untuk pemeriksaan ekstremitas ba-ah.
20. Perika e"era a"a u!%%u!% kor*a!
*ilakukan setelah yakin tidak ada indikasi ,edera pada tengkorak/ leher/ spinal/ dan
e@trimitas dan tidak ada ,edera berat pada dada dan abdomen.
Prosedur : "iringkan korban ke arah penolong/ periksa apakah ada perdarahan dan ,edera yang
nyata.
Catatan :
;ntuk urutan pemeriksaan disesuaikan dengan penyebab kega-atdaruratan misalnya pasien sadar dengan
nyeri dan perubahan bentuk pada femur. 5okus pemeriksaan dan prioritas dimulai dari ekstrimitas ba-ah.
;ntuk mempermudah pemeriksaan direkomendasikan *%'S e@amination :
+ Deformity
+ O pen inury
+ Tenderness
+ S-ellingContoh kasus : pada ke,elakaan lalu lintas dengan korban tak sadar pemeriksaan kepala *%'S normal/leher bagian belakang %' dst.
Penetapan )ital Sign
1. DEN:'T NADI
'empat pengukuran denyut nadi yang biasa digunakan adalah pada arteri Carotis 0lihat
pemeriksaan primer1 dan pada arteri Radialis. Arteri radialis terletak di pergelangan tangan di
sebelah lateral lengan 0ingat posisi anatomi1. ;ntuk mengukur denyut radialis/ letakkan F ari
0telunuk/ ari manis/ dan ari tengah1 di lateral pergelangan tangan korban 0pada sisi dimana
terletak ibu ari/ saat posisi supinasi1. 9angan menggunakan ibu ari.
&itung denyut selama F3 detik dan ika telah didapat hasilnya/ kalikan > untuk
menentukan denyut nadi per menitnya. 9ika umlah rata+rata/ ritme dan karakter denyutnya tidak normal maka penghitungan denyut dilakukan selama K3 detik penuh.
7etika mengukur denyut nadi perhatikan > faktor yaitu :
Denyut rata-rata
'entukan umlah denyut per menit. &al ini akan menunukkan apakah denyutnya termasuk
normal/ ,epat/ atau lambat. Berikut adalah tabel yang menunukkan ariasi nilai normal denyut
rata+rata pada berbagai usia :
*e-asa K3+3
Bayi >3+G3
Anak +G tahun 3+G3
Anak G+> tahun K3+>3
Karakter denyut 'entukan kekuatan dan ritme denyut. &al ini akan menunukkan apakah denyutnya teratur atau
tidak/ kuat atau lemah. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan hubungan denyut nadi
dengan kondisi medik :
*enyut nadi 7emungkinan kasus
Cepat/ teratur/ kuat keraolahraga/ ketakutan/ hipertensi/ dan tahap a-al dari kehilangan darah
Cepat teratur dan lemah tanda+tanda sho,k/ sering teradi pada tahap lanut kehilangan darah
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
14/15
#ambat ,edera kepala/ penggunaan obat 0barbiturat dan narkotik1/ kera,unan/
penyakit antung tertentu
'idak ada denyut henti antung yang mengarah ke kematian
;. RESPIRASI
Rata+rata respirasi adalah umlah napas korban dalam satu menit. Rata+rata respirasi ini
dikelompokkan menadi normal/ ,epat dan lambat. Sedangkan karakter respirasi meliputi: irama/kedalaman/ suara/ dan kemudahan bernafas.
Penghitungan respirasi dilakukan selama F3 detik kemudian hasilnya dikalikan > untuk
mendapat rata+rata respirasi permenitnya. Sambil menghitung perhatikan karakter respirasi.Berikut ini disaikan tabel mengenai ariasi nilai normal respirasi per menit pada berbagai usia :
Rata+rata respirasi per menit/ saat istirahat :
*e-asa >+>3
Anak +G tahun >G+2
G+> tahun >3+>2
-
8/16/2019 PENILAIAN KORBAN
15/15
Suhu 7ulit 7emungkinan Sebab
*ingin/ lembab biasanya merupakan tanda syok
*ingin/ basah tubuh kehilangan panas
*ingin/ kering tubuh terekspose dingin dan banyak kehilangan panas
Panas/ kering panas tubuh yang hebat 0heatstroke/ demam tinggi1
Panas/ basah demam tinggi
RE#O>ER: POSITION
The recovery position is used for unresponsive adult victims who have normalbreathing (Class II) and eective circulation.
This position is desi!ned to maintain a patent airway and reduce the risk of airway obstruction and aspiration.
The victi" is placed on his or her side #ith the lo#er ar" in $ront o$ the ody.
There are several variations o$ the recovery position% each #ith its o#n advanta!es.&o sin!le position is per$ect $or all victi"s. The position should be stable, neara true lateral position, with the head dependent and no pressure on thechest to impair breathing. 'lthou!h healthy volunteers report co"pression o$vessels and nerves in the dependent li" #hen the lo#er ar" is placed in $ront the
ease o$ turnin! the victi" into this position "ay out#ei!h the ris. tudies in nor"alvolunteers sho# that e*tension o$ the lo#er ar" aove the head and rollin! thehead onto the ar"% #hile endin! oth le!s% "ay e $easile $or victi"s #ith no#nor suspected spinal in+ury (,- 7/ Class II). ('"erican 0eart 'ssociation%
25).
IT- ntu recovery position% te"ante"an isa aca di 9 yan! terla"pir.aha"i +u!a 9 C tentan! alur 'dult :asic ,i$e upport. i d$ itu san!at
+elas stepstepnya% ada !a"arnya. 'ctually% ahan 'dult :asic ,i$e upportsu"ernya dari situ.
Referensi :
Pana,ea/ Buku Panduan Pelatihan Basi, #ife Support/ >33/ 8ogyakarta
$uropean Resus,itation Coun,il 6uidelines for Resus,itation/ >33G/ dari
---.elseier.,omlo,ateresus,itation
'"erican 0eart 'ssociation%
25
http://www.elsevier.com/locate/resuscitationhttp://www.elsevier.com/locate/resuscitation