PENILAIAN KONDISI KEASAMAN PERAIRAN PESISIR DAN … · 6. Kisaran salinitas di perairan pesisir dan...
Transcript of PENILAIAN KONDISI KEASAMAN PERAIRAN PESISIR DAN … · 6. Kisaran salinitas di perairan pesisir dan...
1
PENILAIAN KONDISI KEASAMAN PERAIRAN PESISIR DAN LAUT KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN PADA
MUSIM PERALIHAN I
SKRIPSI
Oleh:
NOVITA DWI YANTI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
i
ABSTRAK
NOVITA DWI YANTI. L11112261. “Penilaian Kondisi Keasaman Perairan Pesisir
dan Laut Kabupaten Pangkajene Kepulauan pada Musim Peralihan I” dibawah bimbingan Muhammad Lukman sebagai Pembimbing Utama dan Syafyuddin
Yusuf sebagai Pembimbing Anggota.
Alkalinitas dan derajat keasaman (pH) berperan penting dalam memahami kondisi Ocean Acification (pengasaman laut). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis sebaran nilai alkalinitas dan pH pada tiap lokasi serta jarak yang berbeda dari daratan utama. Sampel air diambil pada bulan Maret 2016 di perairan sekitar muara Sungai Labakkang, muara Sungai Pangkep, perairan Pulau Saugi, dan Pulau Camba Cambang. Pengukuran Total Alkalinitas (TA) dilakukan dengan menggunakan metode potensiometrik titik tunggal (single point potentiometric) dan pengukuran pH menggunakan pH meter digital. Data alkalinitas dan pH pada empat lokasi penelitian diuji menggunakan analisis varian satu arah (one way ANOVA). Untuk mengetahui sebaran pH dan alkalinitas diuji menggunakan analisis varian dua arah (two way ANOVA). Parameter lingkungan yang diukur meliputi suhu dan salinitas. Nilai alkalinitas bervariasi antara 103,84 µmol/L – 349,96 µmol/L. Selanjutnya nilai pH antara 6,80 – 7,90. Nilai pH dan alkalinitas dipengaruhi oleh suhu dan salinitas serta buangan limbah rumah tangga dan industri.
Perbedaan lokasi penelitian berpengaruh terhadap nilai alkalinitas dan pH.
Sementara perbedaan jarak berpengaruh terhadap sebaran pH, namun tidak berpengaruh terhadap sebaran total alkalinitas.
Kata Kunci : pH, alkalinitas, muara sungai.
ii
PENILAIAN KONDISI KEASAMAN PERAIRAN PESISIR DAN LAUT KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN PADA
MUSIM PERALIHAN I
NOVITA DWI YANTI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada
Departemen Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi
Nama
NIM
Jurusan
:
:
:
:
Penilaian Kondisi Keasaman Perairan Pesisir dan Laut
Kabupaten Pangkajene Kepulauan pada Musim Peralihan I
Novita Dwi Yanti
L111 12 261
Ilmu Kelautan
Telah diperiksa dan disetujui oleh: Pembimbing Utama, Dr. Muh. Lukman, ST. M.Mar,Sc
NIP. 19711206 199802 1 001
Pembimbing Anggota, Dr. Syafyuddin Yusuf, ST, M.Si
NIP. 19690719 199603 1 004
Mengetahui,
Tanggal Lulus
iv
RIWAYAT HIDUP
Novita Dwi Yanti, lahir di Lebani pada tanggal
02 September 1994. Anak kedua dari lima
bersaudara ini merupakan putri dari pasangan Attar
dan Hj. Hartini. Penulis lulus dari SD Negeri 270
Lebani Kabupaten Luwu pada tahun 2006, lulus dari
SMP Negeri 4 Belopa Kabupaten Luwu pada tahun
2009, kemudian penulis melanjutkan ke jenjang
pendidikan berikutnya yaitu SMA Negeri 1 Belopa
Kabupaten Luwu dan lulus pada tahun 2012. Penulis
berhasil diterima di Universitas Hasanuddin Makassar
melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada
tahun 2012 dan sejak itu terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Ilmu
Kelautan, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten Vertebrata Laut.
Di bidang keorganisasian mahasiswa, penulis bergabung dalam Himpunan
Mahasiswa Ilmu Kelautan FIKP-UH 2014/2015.
Penulis melakukan rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja Nyata
Gelombang 90 di Kabupaten Barru dan Praktek Kerja Lapang di Pusat Penelitian
dan Pengembangan Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Puslitbang LP3K) dan
di Koperasi Serikat Merdeka (Kospermindo), serta melakukan penelitian dengan
judul “Penilaian Kondisi keasaman Perairan Pesisir dan Laut Kabupaten
Pangkajene pada Musim Peralihan I” pada tahun 2016.
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan, mulai
dari pengumpulan literatur, pengerjaan data sampai pada pengolahan data
maupun dalam tahap penulisan. Namun dengan kesabaran dan ketekunan
sebagai mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini
bisa selesai.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Attar dan Ibunda Hj. Hartini
Haeridah, yang telah mencurahkan seluruh perhatian dan kasih sayang
yang tiada habisnya, memberi dorongan dan motivasi, serta bantuan baik
materi maupun doa yang tak pernah putus.
2. Kepada saudara kandung yang selalu meluangkan waktu, materi dan kasih
sayang, Feriwansa Attar, Muh.Rialdi Almaezar, Muh.Rifqi Alfarizi, dan
Muh.Fahri Arrahman. Dan juga kepada semua keluarga yang telah
memberikan dukungan materi serta nasehat yang bermanfaat.
3. Bapak Dr. rer. net. Muhammad Lukman, ST., M.Mar,Sc selaku
pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
perhatian dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Syafyuddin Yusuf, ST., M.Si selaku pembimbing anggota dan
penasehat akademik yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan
nasehat selama penulis menjadi mahasiswa.
5. Bapak Dr. Ir. Muhammad Farid Samawi, M.Si, Bapak Dr. Ir. Abd. Rasyid
J, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si selaku dosen penguji
atas segala masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin beserta seluruh stafnya.
7. Dr. Mahatma Lanuru, ST, M.Sc selaku Ketua Departemen Ilmu Kelautan
beserta Para Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya
kepada penulis, baik dalam studi di kelas, praktik lapangan, maupun secara
informal.
8. Kepada pak Gatot, pak Sapril, ibu Surya, pak Yesi, dan semua pegawai
fakultas yang telah memberikan kelancaran dalam pengurusan berkas.
vi
9. Kepada kak Nurfadilah, S.Kel., M.Si yang selalu membantu dan sabar
membimbing dalam penelitian dan penyelesaian skripsi. Serta kepada tim
penelitian saya (Andi Sompa, Sry Ayuwandira, dan Iswari Darimun),
teman seperjuangan penelitian hingga penyelesaian skripsi.
10. Kepada kak Reza, kak Takbir, dan kak Dedof yang telah meluangkan waktu
dan tenaganya untuk mengantarkan kami ke lokasi penelitian.
11. Teman-teman seangkatanku “IK ANDALAS” yang selalu kompak dan
menemani masa-masa sulit maupun bahagia selama di bangku perkuliahan.
Terkhusus kepada kalian, teman adalah nomor satu dan jangan pernah
melupakan masa indah dan suram kita karena akan menghibur dihari esok.
12. Kepada Muhammad Faizal, ST yang selalu setia menemani, menghibur,
menyemangati, dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Terakhir untuk semua pihak yang telah membantu tapi tidak sempat
disebutkan satu per satu, terima kasih untuk segala bantuannya. Semoga
Allah SWT membalas semua bentuk kebaikan dan ketulusan yang telah
diberikan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ................................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan .......................................................................... 3
C. Ruang Lingkup ..................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5
A. Asidifikasi (Ocean Acidification) dan Karbondioksida (CO2) .................. 5
B. Derajat Keasaman (pH) ........................................................................ 8
C. Alkalinitas ............................................................................................. 9
D. Parameter In-Situ ............................................................................... 11
1. Salinitas ........................................................................................... 11
2. Suhu ................................................................................................ 12
III. METODOLOGI PENELITIAN........................................................................ 14
A. Gambaran Umum Penelitian .............................................................. 14
B. Alat dan Bahan ................................................................................... 14
C. Prosedur Kerja ................................................................................... 15
1. Lapangan ........................................................................................ 15
2. Laboratorium ................................................................................... 16
D. Pengolahan Data ................................................................................ 16
E. Analisis Statistik ................................................................................. 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 18
A. Kondisi Oseanografi Perairan ............................................................. 18
1. Suhu ................................................................................................ 18
2. Salinitas ........................................................................................... 20
B. Perbedaan Nilai Alkalinitas dan pH pada Tiap Lokasi ......................... 22
1. pH (Derajat Keasaman) Perairan ..................................................... 23
viii
2. Alkalinitas Perairan .......................................................................... 25
C. Sebaran Nilai Alkalinitas dan pH dari Beberapa Lokasi Perairan dengan Jarak yang Berbeda dari Daratan Utama ................................................... 27
1. Sebaran pH (Derajat Keasaman) di Perairan ................................... 27
2. Sebaran Alkalinitas di Perairan ........................................................ 28
V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 30
A. Simpulan ............................................................................................ 30
B. Saran ................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 31
LAMPIRAN ............................................................................................................. 35
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari parameter oseanografi perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep .......................18
2. Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari pH dan alkalinitas di perairan pesisir dan pulau Kabupaten Pangkep ........................................22
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Reaksi air dengan CO2 membentuk asam karbonik ....................................6
2. Lokasi Penelitian ......................................................................................14
3. Botol niskin ..............................................................................................15
4. pH meter dan conductivitymeter ...............................................................16
5. Kisaran suhu di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep .................19
6. Kisaran salinitas di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep ............21
7. Nilai pH di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep..........................24
8. Nilai total alkalinitas di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep .......25
9. Sebaran pH pada jarak yang berbeda dari daratan utama ........................27
10. Sebaran alkalinitas pada jarak yang berbeda dari daratan utama .............29
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Hasil Penelitian ..............................................................................36
2. Uji Normalitas .........................................................................................38
3. Uji One Way ANOVA perbandingan nilai pH dan alkalinitas pada tiap
lokasi ......................................................................................................39
4. Uji Two Way ANOVA sebaran pH berdasarkan jarak dari daratan utama
...............................................................................................................40
5. Uji Two Way ANOVA sebaran alkalinitas berdasarkan jarak dari daratan utama .....................................................................................................41
6. Grafik Pasang Surut di Perairan muara Sungai Pangkep .......................42
7. Data Kedalaman di Muara Sungai Labakkang dan Muara Sungai Pangkep .................................................................................................43
8. Foto Penelitian .......................................................................................44
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan iklim merupakan ancaman tingkat global yang berdampak pada
perairan lingkungan pesisir dan laut. Akhir-akhir ini istilah pemanasan global
sangat populer terutama di negara-negara maju. Hal ini sangat beralasan karena
beberapa hasil riset menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan suhu
bumi yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca (terutama CO2 dan CH4). Dua dampak yang sering dibicarakan karena
pengaruh pemanasan global yaitu adanya peningkatan suhu udara atau
permukaan bumi dan pencairan es di daerah kutub. Kedua dampak tersebut juga
berpengaruh pada lingkungan laut karena atmosfir dan lautan adalah dua
lingkungan yang saling berinteraksi dan mengontrol iklim di planet bumi. Jika
terjadi peningkatan suhu udara, maka akan meningkatkan suhu permukaan laut
dan berpengaruh terutama pada pola arus dan tekanan udara di berbagai lautan
sehingga mengubah pola iklim atau cuaca di permukaan bumi (Sterr, 2001b).
Demikian pula dampak dari adanya pencairan es di daerah kutub juga
berpengaruh langsung terhadap lingkungan laut, yaitu terjadinya peningkatan
paras laut atau yang lebih dikenal dengan sea level rise, SLR (Sterr, 2001b;
Hupfer, et al., 2001).
Konsentrasi CO2 di atmosfer berkisar antara 200 ppm - 280 ppm lebih
selama 400.000 tahun sebelum masa industri. Konsentrasi CO2 di atmosfer
sekarang mendekati 380 ppm sebagai hasil dari industri dan kegiatan
penggunaan lahan manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, hanya setengah
dari CO2 dihasilkan oleh kegiatan manusia yang terserap di atmosfer, sisanya
sekitar 30% diserap oleh laut dan 20% oleh biosfer terestrial (Feely, et al., 2004).
Perkiraan di masa yang akan datang konsentrasi CO2 di atmosfer dan laut,
2
berdasarkan World Ocean Circulation Experiment/Joint Global Ocean Flux Study,
memperkirakan bahwa pada akhir abad ini tingkat CO2 bisa menjadi lebih dari
800 ppm. Model yang sesuai untuk lautan menunjukkan bahwa karbon anorganik
terlarut di permukaan air mungkin dapat meningkatkan lebih dari 12%, dan
konsentrasi ion karbonat akan menurun hampir 60%. Selain membentuk selimut
perangkap panas, gas CO2 juga menyebabkan gejala pengasaman pada
perairan sebagai akibat meningkatnya adsorpsi gas CO2 dari atmosfir ke
permukaan perairan. Selain itu peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfir juga
akan mengubah kimia laut dan berimplikasi serius terhadap terumbu karang dan
organisme penghasil kapur lainnya (Feely, et al., 2004).
Sumber utama CO2 di perairan bukan hanya akibat dari masukan melalui
atmosfir, tetapi juga melalui besarnya buangan bahan organik dari daratan,
sebab bahan organik akan diurai oleh bakteri-bakteri tertentu dan akan
menghasilkan CO2. Keadaan ini tentu saja akan merubah keseimbangan kimiawi
air laut karena peningkatan kelarutan gas CO2 diprediksikan akan mampu
menurunkan pH hingga 7,7. Tingkat keasaman air laut rata-rata adalah 8 - 8,5
(Kleypas et al., 2006). Tingginya konsentrasi CO2 di perairan akan menyebabkan
peningkatan derajat keasaman (pH) perairan atau biasa dikenal sebagai Ocean
Acidification (OA).
Alkalinitas dan pH adalah parameter yang penting dalam menilai ocean
acidification. Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air tuntuk menetralkan asam
atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas
anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga
diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH
perairan (Effendi, 2003). Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai
besaran yang menunjukkan kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan
sampai tahap terlentu terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air. Semakin
3
tinggi alkalinitas maka kemampuan air untuk menyangga lebih tinggi sehingga
fluktuasi pH perairan semakin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam
satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat. Sedangkan pH adalah algoritma negatif dari
konsentrasi ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan
indikator baik buruknya suatu perairan (Sastrawijaya, 1991). Di lingkungan laut,
pH relatif lebih stabil dan biasanya berada dalam kisaran antara 7,5-8,4
(Nybakken, 1988). Biasanya pH air lautan 7,6 – 8,3 dan terutama mengandung
ion HCO3-. Nilai pH tetap konstan yaitu 7,6 – 8,3. Fakta inilah yang menjamin
berbagai jenis ikan laut dapat hidup. Pengukuran pH air laut itu sulit, sebab
adanya pengaruh temperatur dan salinitas. Bila temperatur naik atau tekanan
naik maka proses disosiasi itu merubah konstante disosiasi H2CO3, dan
akibatnya pH turun dan kadar oksigen juga turun (Brotowidjoyo, dkk., 1999).
Mengetahui nilai alkalinitas dan pH perairan sangat penting dalam
memahami kondisi ocean acidification. Namun belum ada cukup penelitian yang
fokus pada analisa komperhensif dari kondisi alkalinitas dan pH dari perairan
pesisir dan laut Pangkep. Oleh karena itu, perlu dipahami kondisi kimia
oseanografi dari perairan pesisir dan laut Pangkep, utamanya kondisi alkalinitas
dan pH sebagai parameter kondisi ocean acidification.
B. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Menganalisis perbedaan nilai alkalinitas dan pH pada tiap lokasi.
b. Menganalisis sebaran nilai alkalinitas dan pH dari beberapa lokasi
perairan dengan jarak yang berbeda dari daratan utama.
Adapun kegunaannya yaitu sebagai informasi dalam pengembangan sistem
penilaian kondisi perairan dari tekanan antropogenik dan alamiah.
4
C. Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi pada pengukuran nilai alkalinitas dan pH perairan
berdasarkan perbedaan jarak dari daratan utama, serta pengukuran kondisi
oseanografi (suhu dan salinitas) di perairan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Asidifikasi (Ocean Acidification) dan Karbondioksida (CO2)
Atmosfer bumi mengandung karbondioksida dengan presentase yang relatif
kecil, yakni sekitar 0,033%. Namun dari tahun ke tahun kadar CO2 cenderung
mengalami peningkatan akibat dari penggundulan hutan dan pembakaran bahan
bakar fosil. Sekitar setengah dari karbondioksida yang merupakan hasil
pembakaran tersebut berada di atmosfer dan setengahnya lagi tersimpan di laut
(Efendi, 2003). Meningkatnya konsentrasi karbondioksida di atmosfer (CO2)
menyebabkan pemanasan global dan pengasaman laut (Fabry, et al., 2008)
Rilis antropogenik CO2 di atmosfer menyebabkan pemanasan laut dan
pengasaman. Ini telah diusulkan sebagai ancaman utama bagi organisme laut,
terutama pada organisme yang mengandung kapur (CaCO3). Namun, penelitian
mengenai pengasaman laut saat ini adalah penemuan baru dan relatif sedikit
bukti eksperimental yang tersedia pada potensi dampak terhadap biota laut
(Stump, et al., 2011).
Pengasaman laut (ocean acidification) merupakan istilah yang diberikan
untuk proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah terjadi akibat kenaikan
penyerapan karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai
kegiatan manusia. Menurut Jacobson (2005), pH di permukaan laut diperkirakan
turun dari 8,25 menjadi 8,14 dari tahun 1751 hingga 2004. Larutnya CO2 di
lautan dapat menyebabkan naiknya konsentrasi ion hidrogen (H+), sehingga akan
mengurangi nilai pH dan mengakibatkan lautan bersifat asam. Disamping itu,
menurut Orr et al., (2005), sejak dimulainya revolusi industri pH lautan telah
menurun sebesar kurang lebih 0,1 satuan yang setara dengan peningkatan 30%
ion hidrogen dan diperkirakan akan terus menurun hingga 0,3 s/d 0,4 satuan
pada tahun 2100. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya gas CO2 yang
6
berasal dari berbagai aktivitas manusia yang diserap lautan tersebut. Perairan
yang asam juga cenderung menyebabkan terjadinya pengurangan kalsifikasi
untuk pembentukan cangkang ketika terpapar oleh naiknya kadar CO2,
contohnya pada kerang-kerangan dan hewan bercangkang.
Era revolusi industri banyak menimbulkan hasil sampingan berupa limbah
zat kimia berbahaya serta polusi gas yang hingga kini masih menjadi sorotan
masalah pemanasan global yaitu emisi karbon dioksida (CO2) (Kendo, dkk.,
2013).
Peneliti menemukan bahwa laut telah menjadi salah satu penyerap CO2
terbesar setelah hutan sehingga memperlambat dampak polusi gas CO2
terhadap atsmosfer bumi. Asidifikasi atau menurunnya pH pada suatu larutan
hingga keadaan asam merupakan fenomena yang terjadi akibat adanya reaksi
antara air laut dengan gas CO2. Reaksi antara air laut dengan gas CO2 tersebut
akan membentuk asam karbonik yang akan menurunkan pH air laut terutama
pada daerah didekat permukaan (Kabangnga’, 2015).
Gambar 1. Reaksi air dengan CO2 membentuk asam karbonik
(http://safeharborenv.com/climate-change/climate-change-and-ocean-acidification/)
7
Turunnya pH air laut menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap
makhluk hidup di dalam ekosistem laut. Dampak terbesar dialami oleh hewan
karang yang sensitif terhadap suhu dan pH lingkungan. Karang akan berlendir
sebagai respon terhadap lingkungan yang tidak sesuai terhadap kelangsungan
hidup karang dan dampak terburuknya adalah matinya hewan karang sehingga
terumbu karang memutih atau dikenal dengan bleaching (Cormap II, 2009;
Kendo, dkk., 2013). Sistem bikarbonat pada air laut, pada dasarnya mengikuti
persamaan disosiasi sebagai berikut:
Peningkatan konsentrasi CO2 dan suhu sebagai komponen utama
pengasaman laut dapat mempercepat pemutihan (bleaching) dan menghambat
pertumbuhan pada karang. Selain itu juga dapat menghambat pertumbuhan
populasi fitoplankton (berkapur dan tidak berkapur), makroalga, dan komunitas
fitoplankton tropik. Dampaknya diprediksi semakin parah dan berpotensi merusak
ekosistem dengan terganggunya produktivitas primer (Sahabuddin, 2015).
Rusaknya terumbu karang akan memengaruhi kelimpahan dan
keanekaragaman hewan lain yang berasosiasi dengan karang seperti ikan
karang, molusca, dan invertebrata lainnya. Asidifikasi air laut juga memengaruhi
ikan secara hormonal sehingga menyebabkan anomali reproduksi. Dampak
secara langsung juga dialami kerang-kerangan yang tidak tahan terhadap pH
rendah sehingga cenderung menghindari perairan yang dangkal. Semua hal
tersebut akan merubah pola rantai makanan terutama organisme dengan posisi
terbawah dalam rantai makanan.
Kurang lebih 22 juta ton gas CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia
diserap oleh lautan setiap harinya. Kesadaran akan kerusakan yang terjadi di
8
laut akibat ulah manusia ini perlu dibangun. Manusia harus mulai mampu untuk
mengontrol emisi gas buang CO2 karena jika tidak, organisme laut akan berada
di dalam tekanan untuk beradaptasi terhadap perubahan kimia air laut atau
musnah karenanya (Burke, et al., 2012).
B. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan parameter penting dalam menentukan
kualitas air. Nilai pH adalah gambaran jumlah atau aktivitas hidrogen dalam air.
Secara umum, nilai pH menunjukkankan seberapa asam atau basa suatu
perairan (Widigdo, 2001).
Pengertian pH (power of Hydrogen) sebenarnya adalah sebuah ukuran
tingkat asam (acidity) atau basa (alkalinity) dari air tersebut. Tingkat pH pada air
laut berkisar antara 7,6-8,4 (Nursaiful, 2004). Kenaikan pH pada perairan akan
menurunkan konsentrasi CO2 terutama pada siang hari ketika proses fotosintesis
sedang berlangsung.
Derajat keasaman atau kadar ion H dalam air merupakan salah satu faktor
kimia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di
suatu lingkungan perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung pada
beberapa faktor yaitu, kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-
garam karbonat dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organik di dasar
perairan (Barus, 2004).
Menurut Kusumaningtyas (2014), pH semakin meningkat ke arah laut lepas.
Tinggi rendahnya pH dapat disebabkan oleh sedikit banyaknya bahan organik
dari darat yang dibawa melalui aliran sungai.
Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air laut pada umumnya
berkisar antara 7 sampai 8.5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam
maupun sangat basa akan menganggu kelangsungan hidup organisme karena
akan menyebabkan terjadinya gangguan pada proses metabolisme dan
9
respirasi. Perubahan pH di atas netral akan meningkatkan konsentrasi amonia
yang bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus, 2004).
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kehidupan tumbuhan dan hewan perairan sehingga dapat digunakan sebagai
petunjuk untuk menilai kondisi suatu perairan sebagai lingkungan tempat hidup
(Odum, 1971).
Nilai pH erat kaitannya dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH <5,
alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH maka semakin tinggi pula
alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas (Mackereth, et al.,
1989).
Menurut Suciaty (2011), alkalinitas merupakan parameter yang paling
berpengaruh terhadap besarnya nilai pH air laut. Selain itu, terdapat pula faktor
fisis lain yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pH seperti suhu,
salinitas, curah hujan, perubahan musim, dan fenomena ENSO (El-Niño/La-Niña
Southern Oscillation).
Triyulianti, dkk (2012) menyatakan bahwa variabilitas suhu dan salinitas
secara tidak langsung juga menyebabkan bervariasinya nilai pH dan alkalinitas
yang terukur.
Nilai pH di laut tidak akan drop karena air laut mengandung zat-zat
penyangga (buffer) alami yang berfungsi mempertahankan pH level seperti
bikarbonat, karbonat, kalsium, borat, dan hidroksida. Kemampuan air laut untuk
mempertahankan turunnya pH akibat penambahan asam disebut alkalinitas,
buffering capacity, dan carbonate hardness (KH atau dKH) (Nursaiful, 2004).
C. Alkalinitas
Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air untuk menetralkan asam-asam
lemah, meskipun asam lemah atau basa lemah juga dapat sebagai
penyebabnya. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-),
10
karbonat (CO3-), dan hidroksida (OH-). Garam dari asam lemah lain seperti :
borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4
-), sulfida (HS-), dan
amonia (NH3) juga memberikan kontribusi terhadap alkalinitas dalam jumlah
sedikit (Limbong, 2008).
Alkalinitas adalah kemampuan perairan untuk menetralisir asam. Weiner
(2008) menjelaskan alkalinitas air sebagai kapasitas air dalam menetralisir asam.
Sebaliknya, kapasitas menetralisir basa disebut acidity (keasaman). Alkalinitas
dan acidity penting bagi organisme laut termasuk ikan, karena alkalinitas
menyangga (buffer) perubahan pH yang tejadi di perairan, baik secara alami
maupun antropogenik (akitifitas manusia, seperti pencemaran). Selanjutnya,
Grasshoff, dkk., (1984) menjelaskan lebih operasional tentang alkalinitas sebagai
kuantitas dari ion hidrogen dalam millimoles (mmol) untuk menetralisir basa
lemah dalam 1 kg air laut.
Total Alkalinitas adalah sejumlah asam yang dibutuhkan untuk menurunkan
pH air sampel hingga ke suatu titik dimana seluruh bikarbonat [HCO3-] and
karbonat [CO3-] dapat diubah menjadi asam karbonat [H2CO3]. Peristiwa tersebut
dikenal dengan istilah titik kesetimbangan asam karbonat atau titik akhir asam
karbonat (Triyulianti, dkk., 2012).
Millero (2006) mengungkapkan bahwa variasi nilai salinitas permukaan di
samudera atlantik dan samudera oseanik sama dengan variasi nilai alkalinitas.
Selain itu karakter suhu di perairan telah mempengaruhi aktivitas biologis
organisme salah satunya adalah proses formasi atau pembentukan CaCO3 oleh
foraminifera dan pteripoda. Kolom permukaan perairan umumnya memiliki suhu
yang lebih hangat sehingga organisme pembentuk cangkang akan meningkatkan
formasi CaCO3 sehingga menurunkan nilai alkalinitas. Bertambahnya kedalaman
maka akan dijumpai suhu yang semakin dingin (colder) dan memiliki nilai
alkalinitas yang lebih tinggi karena adanya proses dissolasi CaCO3.
11
Di perairan laut, kontributor untuk alkalinitas selain karbonat (HCO3-, CO3
2-,
atau carbonate alkanility (CA)) adalah borat (B(OH)4-, borate alkalinity, BA), ion-
ion fosfat (HPO42-, PO4
3-, H3PO4), dan ion hidroksi (OH-). Oleh karena itu,
alkalinitas diperairan laut lebih dikenal dengan istilah Alkalinitas Total (Total
Alkalinity (TA)) yang didefinisikan sebagai jumlah dari konsentrasi semua anion
dari asam-asam lemah yang ada dalam perairan laut. Dari semua anion asam
lemah yang ada, hanya CA dan BA yang memberikan kontribusi yang penting
dalam penentuan TA. Sehingga TA dapat dihitung dengan persamaan berikut:
TA = CA + BA
dimana, CA = [HCO3-] + 2 [CO3
2-] , sedangkan BA = [B(OH)4-] sehingga
persamaan diatas dapat ditulis:
TA = [HCO3-] + 2 [CO3
2-] + [B(OH)4-]
Penentuan TA dilakukan dengan metode potensiometrik titik tunggal (single
point potentiometric), yaitu dengan menurunkan pH air laut yang akan diukur
alkanitasnya hingga pHnya mencapai angka antara 3 dan 4. Penurunan pH ini
dilakukan dengan menambahkan asam kuat yang diketahui konsentrasinya
(misalnya: 0.01 M HCl). Nilai pH dapat diukur dengan menggunakan pH meter.
Perlakuan menggunakan asam kuat karena alkalinitas tersusun oleh anion dan
cenderung mengikat asam menjadi asam yang tidak terpisah.
D. Parameter In-Situ
1. Salinitas
Salinitas adalah jumlah garam-garam terlarut yang terkandung dalam satu
kilogram air laut, yang dinyatakan dalam satuan perseribu (ppt) (Nybakken,
1992). Menurut Nontji (1987), jenis garam yang paling banyak terdapat didalam
air laut yaitu natrium klorida (NaCl). Selain itu terdapat pula jenis garam yang lain
seperti magnesium, kalsium dan lain sebagainya.
12
Salinitas di daerah pesisir dapat berubah-ubah tergantung pengaruh
masukan air tawar dari aliran air sungai. Berbagai aktivitas manusia juga dapat
mempengaruhi salinitas perairan pesisir akibat dari kegiatan yang dilakukan di
dekat muara sungai, seperti pembendungan sungai atau kanal (Anggraeni,
2002).
2. Suhu
Pemanasan yang terjadi di permukaan laut yang terjadi pada siang hari tidak
seluruhnya dapat diabsorbsi oleh air laut karena adanya awan dan posisi lintang.
Energi akan cukup banyak diserap ketika matahari berada di atas ketinggian di
langit dan berkurang ketika dekat dengan horizon. Posisi matahari di daerah
tropik dan subtropik yang selalu berada di atas horizon sepanjang musim
menjadikan daerah ini lebih hangat dibandingkan umumnya di daerah kutub
(Widodo dan Suadi, 2006).
Dahuri, dkk., (2001) menyatakan bahwa di perairan nusantara, suhu air laut
umumnya berkisar antara 28°C-38°C. Suhu permukaan laut (SPL) Indonesia
secara umum berkisar antara 19°C-26°C. Karena perairan Indonesia dipengaruhi
oleh angin musim, maka sebaran SPL-nya pun mengikuti perubahan musim.
Suhu di laut adalah faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme
(Nybakken, 1992). Selanjutnya Romimohtarto (2001) menyatakan bahwa suhu
merupakan faktor fisik yang sangat penting di laut. Perubahan suhu dapat
memberi pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut.
Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas yang diperlukan untuk fotosintesis
seperti CO2 dan O2, gas-gas ini mudah terlarut pada suhu rendah dari pada suhu
tinggi akibatnya kecepatan fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas
yang diterima permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di
permukaan perairan bervariasi berdasarkan waktu. Perubahan suhu ini dapat
13
terjadi secara harian, musiman, tahunan atau dalam jangka waktu panjang
(Romimohtarto, 2001).
14
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pangkajene
Kepulauan selama bulan Maret - April 2016. Pengambilan data dilakukan pada
tanggal 19 Maret 2016 disepanjang muara Sungai Labakkang sebanyak 4 titik,
muara Sungai Pangkep sebanyak 9 titik, di laut depan Pulau Saugi sebanyak 4
titik, dan di laut depan Pulau Camba Cambang sebanyak 3 titik (Gambar 2).
Analisis sampel dilakukan pada bulan April 2016 di Laboratorium Konsorsium
LP3K Universitas Hasanuddin, Makassar.
Gambar 2. Lokasi Penelitian
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu perahu motor sebagai alat
transportasi di lapangan, GPS (Global Positioning System) untuk penentuan
posisi pengambilan sampel, kamera underwater sebagai alat dokumentasi, botol
15
niskin untuk mengambil sampel air pada kedalaman 5 meter, botol sampel 100
ml sebagai tempat sampel air, pH meter untuk mengukur pH air, handrefracto
meter untuk mengukur salinitas, DO meter untuk mengukur suhu, cool box
sebagai tempat menyimpan sampel di lapangan, erlenmeyer sebagai wadah
sampel, gelas ukur untuk mengukur banyaknya air sampel yang akan digunakan,
buret untuk titrasi dan alat tulis untuk mencatat data.
Bahan yang digunakan yaitu air laut sebagai sampel, larutan HCl 0,01 mol
sebagai bahan uji untuk menurunkan pH air sampel, larutan aquades untuk
menetralkan alat, tisu untuk membersihkan alat, gloves dan masker untuk
melindungi dari paparan bahan kimia.
C. Prosedur Kerja
1. Lapangan
Dalam penelitian ini, aktivitas di lapangan yaitu mengambil sampel air
dengan menggunakan botol niskin. Caranya botol niskin dilemparkan ke bawah
laut sedalam 5 m, kemudian air dipindahkan dari botol niskin ke botol sampel
sebanyak 100 ml, lalu air sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk
dianalisis. Selain itu, dilakukan pula pengukuran suhu dengan menggunakan DO
meter dan salinitas dengan menggunakan handrefracto meter.
Gambar 3. Botol niskin
16
2. Laboratorium
Di dalam laboratorium, seluruh peralatan dan bahan dipersiapkan dan
disterilkan menggunakan larutan aquades. Sampel air laut diambil sebanyak 25
ml dan dimasukkan ke tabung erlenmeyer. Kemudian ukur pH air tersebut
menggunakan pH meter. Pada sampel air laut ditambahkan larutan HCl 0,01 m
dengan menggunakan buret dan diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai
pH air turun menjadi 3,5 lalu didiamkan selama ±10 menit. Kemudian
ditambahkan larutan HCl kembali hingga pH air turun menjadi 3. Selanjutnya
catat banyaknya volume/jumlah larutan HCl yang digunakan untuk menurunkan
pH air.
Selain itu dilakukan pula pengukuran salinitas kembali di laboratorium
dengan menggunakan alat conductivity meter agar data semakin akurat.
Gambar 4. pH meter (kiri) dan conductivity meter (kanan)
D. Pengolahan Data
Rumus yang digunakan untuk menghitung total alkalinitas (Grasshoff, et
al.,1983) adalah sebagai berikut :
17
TA (𝑚𝑜𝑙𝑙⁄ ) = A-B
A = (𝐻𝐶𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙)× 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐻𝐶𝑙 (𝑚𝑜𝑙
𝑙⁄ ))
𝑣𝑜𝑙. 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑙)
B = (𝐻𝐶𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑙)×𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑙))
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑙) × (
𝑎𝐻+
𝑦𝐻+ )
E. Analisis Statistik
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan
Ms.Excel dan grafik dengan menggunakan perangkat lunak Grapher 7. Untuk
mengetahui perbedaan nilai pH dan alkalinitas pada tiap lokasi dianalisis dengan
menggunakan analisis varian satu arah (one way ANOVA). Sedangkan untuk
mengetahui sebaran pH dan alkalinitas dianalisis menggunakan analisis varian
dua arah (two way ANOVA) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 16.0.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Oseanografi Perairan
Pada umumnya kondisi oseanografi di perairan pesisir berbeda dalam
banyak hal dari lautan terbuka. Wilayah pesisir adalah bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi, aliran air
tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti pencemaran
(Mony, 2004)
Hasil pengukuran kondisi oseanografi (suhu dan salinitas) di perairan pesisir
dan laut Kabupaten Pangkep disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari parameter oseanografi perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep
Lokasi Suhu (°C) Salinitas (ppt)
Muara Labakkang
30,1 - 32,8 31,8 ± 1,18
4,5 – 27,1 20,78 ± 10,91
Muara Pangkep 29,6 – 34,6 32,2 ± 1,84
2,2 – 22,7 8,5 ± 7,24
Pulau Saugi 31,3 – 31,7 31,6 ± 0,19
21,2 – 29,6 27,3 ± 4,04
Pulau Cambang Cambang
31,4 – 31,9 31,7 ± 0,26
28,9 – 29,7 29,3 ± 0,40
1. Suhu
Suhu perairan di daerah estuari lebih bervariasi daripada perairan laut. Hal
ini disebabkan oleh dasar perairan estuari yang dangkal, sehingga di perairan
estuari akan lebih cepat panas dan lebih cepat dingin. Hal lain yang
menyebabkan variasi ini adalah limpasan air tawar dari sungai dan akibat dari
perubahan musim (Nybakken, 1998).
Hasil pengukuran parameter suhu menunjukkan bahwa suhu di muara
sungai Labakkang berkisar antara 30,1°C - 32,8°C, dengan nilai rata-rata
(±standar deviasi) sebesar (31,8°C ± 1,18°C), muara Sungai Pangkep 29,6°C -
34,6°C (32,2°C ± 1,84°C), perairan Pulau Saugi 31,3°C – 31,7°C (31,6°C ± 0,19),
dan perairan Pulau Camba Cambang 31,4°C – 31,9°C (31,7 ± 0,26) (Gambar 5).
19
Kisaran suhu yang didapatkan tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Suhu di perairan muara Sungai
Pangkep pada bulan April 2013 (musim peralihan) berkisar antara 28,8°C –
32,4°C (Lukman, dkk., 2014) dan di lokasi perairan laut Pangkep 30,0°C –
30,6°C (Nasir, dkk., 2015). Sementara pengukuran suhu di perairan Spermonde
pada bulan Maret 2009 berkisar pada 26,8ºC – 30ºC (Rasyid dan Ibrahim, 2013).
Kisaran suhu yang normal di perairan Indonesia (daerah tropik) yaitu antara
24°C - 32°C (Nontji, 1987).
Gambar 5. Kisaran suhu di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa suhu tertinggi berada di
muara Sungai Pangkep, sedangkan suhu terendah berada di perairan Pulau
Saugi. Tinggi rendahnya suhu tersebut bisa disebabkan oleh kedalaman perairan
pada tiap lokasi pengambilan sampel.
Perbedaan suhu pada perairan muara bisa disebabkan karena adanya
pengaruh pasang surut dan kedalaman. Namun demikian pengaruh pasang surut
diperkirakan sangat kecil kontribusinya terhadap perubahan suhu. Pengaruh
kedalaman yaitu dangkalnya perairan dan luasnya permukaan air akan
mempengaruhi perubahan suhu dimana suhu akan lebih panas (Supriyadi,
20
2002). Pada lokasi penelitian, muara Sungai Pangkep lebih dangkal dan luas
permukaannya lebih besar daripada muara Sungai Labakkang. Supiyati, dkk.,
(2012) juga menyatakan bahwa semakin dalam suatu perairan maka suhu akan
semakin rendah sedangkan semakin dangkal suatu perairan maka suhunya
semakin tinggi.
2. Salinitas
Estuari dicirikan dengan fluktuasi salinitas yang sangat tinggi, gradien
salinitas akan tampak pada saat tertentu tetapi pola gradien bervariasi
tergantung pada musim, topografi estuari, pasang surut dan masukan jumlah air
tawar. Perairan estuari dapat mempunyai struktur salinitas yang kompleks karena
selain merupakan pertemuan antara air tawar yang relatif ringan dan air laut yang
lebih berat juga karena pengaruh pengadukan air (Mony, 2004).
Hasil pengukuran salinitas menunjukkan bahwa salinitas di muara Sungai
Labakkang berkisar antara 4,5 ppt – 27,1 ppt (20,78 ppt ± 10,91 ppt), muara
Sungai Pangkep 2,2 ppt – 22,7 ppt (8,5 ppt ± 7,24 ppt), perairan Pulau Saugi
21,2 ppt – 29,6 ppt (27,3 ppt ± 4,04 ppt), dan perairan Pulau Camba Cambang
28,9 ppt – 29,7 ppt (29,3 ppt ± 0,40 ppt) (Gambar 6). Kisaran salinitas yang
didapatkan tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
para peneliti sebelumnya. Salinitas di perairan muara Sungai Pangkep pada
bulan April 2013 (musim peralihan) berkisar antara 0,41 ppt – 32,2 ppt (Lukman,
dkk., 2014) dan di lokasi perairan laut Pangkep 31,8 ppt – 32 ppt (Nasir, dkk.,
2015). Sementara pengukuran salinitas di perairan Spermonde pada bulan Maret
2009 berkisar pada 27 – 32,5 ‰ (Rasyid dan Ibrahim, 2013).
21
Gambar 6. Kisaran salinitas di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa salinitas tertinggi berada di
perairan Pulau Camba Cambang, sedangkan salinitas terendah berada di muara
Sungai Pangkep. Perbedaan konsentrasi salinitas di perairan kemungkinan
besar dipengaruhi oleh masukan air tawar dari aliran sungai dan berbagai
aktifitas warga yang bermukim di sekitar lokasi penelitian (Anggraini, 2002).
Salinitas di muara Sungai Pangkep lebih rendah karena pada saat
pengambilan data terjadi surut yaitu sekitar pukul 12.00 WITA sedangkan
pengambilan data di muara Sungai Labakkang terjadi pasang yaitu pada
pukul 08.00 WITA (Lampiran 5). Selain itu, area pengambilan data pada
muara sungai Labakkang lebih dekat dengan perairan laut dibanding dengan
pengambilan pada muara Sungai Pangkep. Supriharyono (2000) menyatakan
bahwa perairan estuari (muara) umumnya memiliki salinitas sangat bervariatif
dan cenderung rendah saat surut karena mendapatkan pengaruh aliran air
tawar dan cenderung tinggi pada saat pasang karena mendapatkan pengaruh
aliran air laut.
Hela dan Laevastu (1970) menyatakan bahwa perubahan salinitas lebih
sering terjadi pada perairan pantai daripada perairan terbuka. Hal ini disebabkan
22
karena banyaknya air tawar yang masuk terutama dari sungai dan pada musim
hujan. Pendapat ini diperkuat oleh Neuman dan Pierson (1966), menyatakan
bahwa di perairan pantai khususnya perairan estuari atau muara salinitasnya
rendah dikarenakan adanya pengenceran (pengaruh air sungai). Adanya
pengaruh musim hujan dan kemarau yang menyebabkan besar kecilnya
transportasi dari massa air sungai dan menentukan tinggi rendahnya nilai
salinitas di perairan estuari atau perairan muara.
B. Perbedaan Nilai Alkalinitas dan pH pada Tiap Lokasi
Derajat keasaman atau kadar ion H dalam air merupakan salah satu faktor
kimia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme yang hidup di
suatu lingkungan perairan. Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung pada
beberapa faktor yaitu, kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-
garam karbonat dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organik di dasar
perairan (Barus, 2004).
Nilai pH erat kaitannya dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH <5,
alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH maka semakin tinggi pula
alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas (Mackereth, et al.,
1989).
Hasil pengukuran pH dan alkalinitas di perairan pesisir dan laut Kabupaten
Pangkep disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai rentang dan nilai rata-rata (±standar deviasi) dari pH dan alkalinitas di perairan pesisir dan pulau Kabupaten Pangkep
Lokasi pH Alkalinitas (µmol/L)
Muara Labakkang
6,80 – 7,31 7,05 ± 0,21
183,02 – 268,81 231,94 ± 42,66
Muara Pangkep 6,87 – 7,78 7,45 ± 0,31
103,84 – 242,16 168,30 ± 47,29
Pulau Saugi 7,33 – 7,90 7,67 ± 0,24
329,34 – 349,96 351,06 ± 30,60
Pulau Cambang Cambang
7,45 – 7,51 7,48 ± 0,03
312,98 – 336,78 323,13 ± 12,28
23
1. pH (Derajat Keasaman) Perairan
Parameter pH merupakan satuan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan,
biasanya digunakan untuk menyatakan derajat keasaman atau kebasaan suatu
larutan. Nilai pH sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem
perairan sehingga tinggi rendahnya pH dapat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
bahan organik yang dibawa melalui aliran sungai (Kusumaningtyas, dkk., 2014).
Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: aktifitas biologi, aktifitas
fotosintesis, suhu, kandungan oksigen, dan adanya kation dan anion (Pescod,
1973).
Nilai pH air laut umumnya lebih besar dari nilai pH netral. pH permukaan air
laut umumnya berkisar antara 7,9 dan 8,3 (Biondoff, et al., 2007). Variasi nilai pH
juga didasarkan pada perbedaan region dan variasi musim. Pada perairan
pesisir, variasi nilai pH berkisar antara rata-rata 7,5 dan 8,5 yang juga ditentukan
oleh habitat. Nilai pH pada perairan pesisir juga memiliki fluktuasi musiman dan
harian (Middelboe and Hansen, 2007; Wootton, et al., 2008).
Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa pH di muara Sungai Labakkang
berkisar antara 6,80 - 7,31 (7,05 ± 0,21), muara Sungai Pangkep 6,87 – 7,78
(7,45 ± 0,31), perairan Pulau Saugi 7,33 - 7,90 (7,67 ± 0,24), dan perairan Pulau
Camba Cambang 7,45 - 7,51 (7,48 ± 0,03) (Gambar 7). Kisaran pH yang
didapatkan cukup berbeda dengan pengukuran yang dilakukan di perairan
Selatan Jawa dan Samudera Hindia oleh Triyulianti, dkk (2012) pada bulan
Februari 2012 yang secara keseluruhan berada pada kisaran nilai 8.152 –
8.305 pada lapisan permukaan hingga kedalaman 10 meter. Tingginya hasil
tersebut disebabkan karena pada bulan Februari merupakan musim kemarau
dan tempat pengambilan sampel berada di laut lepas.
24
Gambar 7. Nilai pH di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa nilai pH tertinggi berada di perairan
Pulau Saugi dan pH terendah berada di muara Sungai Labakkang. Pada tiap
lokasi, pH terendah selalu berada di titik yang paling dekat dari daratan utama.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh muatan organik dari aktifitas
penduduk (limbah rumah tangga). Menurut Kusumaningtyas, dkk., (2014), pH
semakin meningkat ke arah laut lepas. Tinggi rendahnya pH dapat disebabkan
oleh sedikit banyaknya bahan organik dari darat yang dibawa melalui aliran
sungai.
Hasil analisis ragam (one way anova) menunjukkan bahwa nilai pH berbeda
nyata pada tiap lokasi (P = 0,025) (Lampiran 3). Perbedaan nilai pH di tiap lokasi
kemungkinan disebabkan karena pengaruh banyaknya buangan limbah rumah
tangga dan industri.
Pada umumnya perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil
dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,6 – 8,3 yang
berarti bersifat basa atau disebut alkali (Brotowidjoyo, et al., 1999). Namun dalam
kondisi tertentu nilainya dapat berubah menjadi lebih rendah sehingga menjadi
bersifat asam. Perubahan nilai pH yang demikian dapat berpengaruh terhadap
kualitas perairan yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan biota
25
didalamnya. Banyaknya buangan yang berasal dari rumah tangga, industri-
industri kimia, dan bahan bakar fosil ke dalam suatu perairan dapat
mempengaruhi nilai pH di dalamnya (Safitri dan Putri, 2013).
Mahida (1981) menyatakan bahwa perubahan nilai pH dapat dipengaruhi
oleh buangan industri dan rumah tangga. Akibat buangan yang dikeluarkan oleh
industri dapat menyebabkan menurunnya nilai pH yang akan berakibat fatal
terhadap organisme perairan.
2. Alkalinitas Perairan
Alkalinitas memberikan gambaran tentang jumlah ion-ion karbonat (HCO3-
dan CO32-) yang menjadi penyangga suatu perairan (buffer sistem) terhadap
perubahan pH (Widigdo, 2001). Alkalinitas merupakan salah satu dari komponen
sistem karbonat yang memegang peranan penting dalam keseimbangan
konsentrasi karbonat di dalam perairan (Sahabuddin, 2015).
Hasil pengukuran total alkalinitas menunjukkan bahwa alkalinitas di muara
Sungai Labakkang berkisar antara 183,02 µmol/L – 268,81 µmol/L (231,94
µmol/L ± 42,66 µmol/L), muara Sungai Pangkep 103,84 µmol/L – 242,16 µmol/L
(168,30 µmol/L ± 47,29 µmol/L), perairan Pulau Saugi 329,34 µmol/L – 394,96
µmol/L (351,06 µmol/L ± 30,60), dan perairan Pulau Camba Cambang 312,98
µmol/L – 336,78 µmol/L (323,13 µmol/L ± 12,28 µmol/L) (Gambar 8).
Gambar 8. Nilai total alkalinitas di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep
26
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa total alkalinitas tertinggi berturut-
turut berada di perairan Pulau Saugi, perairan Pulau Camba Cambang, muara
Sungai Labakkang, kemudian muara Sungai Pangkep. Rendahnya total
alkalinitas di muara Sungai Pangkep dan di perairan Pulau Camba Cambang
kemungkinan disebabkan oleh pengaruh buangan gas karbondioksida (CO2) dari
industri yang sangat dekat dengan kedua lokasi tersebut. Karena reaksi antara
air laut dengan gas CO2 akan membentuk asam karbonik yang akan
menurunkan pH air laut terutama pada daerah didekat permukaan (Kabangnga ’,
2015). Semakin tinggi gas CO2 maka semakin rendah pH dan semakin rendah
pula alkalinitas (Mackereth, et al., 1989)
Andrew, dkk., (2004) menjelaskan bahwa air tanah yang mengisi air sungai
dan air bawah tanah biasanya memiliki pH yang mendekati pH netral, dengan
bikarbonat (HCO3-) sebagai ion utamanya. Ion itu merupakan hasil dari dissolusi
CO2, hidrolisis asam silikat dan karbonat. Oleh karena itu, untuk perairan umum,
ion asam lemah bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO3
2-) adalah dua komponen
yang penting bagi alkalinitas.
Berdasarkan analisis ragam (one way anova), nilai total alkalinitas berbeda
nyata pada tiap lokasi (P = 0,000) (Lampiran 3). Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh kandungan karbonat yang berbeda pada tiap lokasi serta adanya variasi
salinitas dan suhu. Kandungan karbonat dipengaruhi oleh input CO2 dari udara
maupun dari dalam laut sendiri (Kerrison, dkk., 2011). Millero (2006)
mengungkapkan bahwa variasi nilai salinitas sama dengan variasi nilai
alkalinitas. Selain itu suhu yang rendah memiliki nilai alkalinitas yang lebih tinggi
karena adanya proses dissolasi CaCO3. Dan suhu yang lebih hangat membuat
organisme pembentuk cangkang akan meningkatkan formasi CaCO3 sehingga
menurunkan nilai alkalinitas.
27
C. Sebaran Nilai Alkalinitas dan pH dari Beberapa Lokasi Perairan dengan
Jarak yang Berbeda dari Daratan Utama
1. Sebaran pH (Derajat Keasaman) di Perairan
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa pH semakin meningkat
berdasarkan jarak di perairan muara Sungai Labakkang dan perairan Pulau
Camba Cambang, sedangkan pada muara Sungai Pangkep menunjukkan
penurunan pH pada jarak 1 km dan pada perairan Pulau Saugi menunjukkan
penurunan pH pada jarak 1,5 km (Gambar 9). Penurunan pH pada titik tersebut
kemungkinan disebabkan oleh adanya peningkatan konsentrasi karbondioksida
(CO2) di atmosfer akibat dari aktivitas pabrik Tonasa di sekitar lokasi tersebut
khususnya di muara sungai Pangkep yang menyebabkan pengasaman laut
(Fabry, et al., 2008). Konsentrasi pH di perairan juga dipengaruhi oleh buangan
limbah rumah tangga serta aktivitas masyarakat di sekitar lokasi. Seperti
diketahui pada titik 1,5 km di perairan Pulau Saugi sangat dekat dengan daerah
pesisir pulau.
Gambar 9. Sebaran pH pada jarak yang berbeda dari daratan utama
28
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa pH lebih tinggi di perairan laut
dibanding di muara sungai. Nilai pH air laut umumnya lebih besar dari nilai pH
netral. Nilai pH permukaan air laut umumnya berkisar antara 7,9 dan 8,3
(Biondoff, et al., 2007). Variasi nilai pH juga didasarkan pada perbedaan region
dan variasi musim. Pada perairan pesisir, variasi nilai pH berkisar antara rata-
rata 7,5 dan 8,5 yang juga ditentukan oleh habitat. Nilai pH pada perairan pesisir
juga memiliki fluktuasi musiman dan harian (Middelboe and Hansen, 2007;
Wootton, et al., 2008).
Sebaran pH berdasarkan analisis ragam (two way anova) pada muara dan
laut serta jarak yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan (P = 0,000)
(Lampiran 4). Faktor utama variasi nilai pH di perairan adalah reaksi-reaksi
terhadap senyawa yang dapat menyebabkan bertambahnya konsentrasi ion
hidrogen. Senyawa yang sangat mempengaruhi nilai pH adalah kandungan
karbonat suatu perairan. Kandungan karbonat dipengaruhi oleh input CO2 dari
udara maupun dari dalam laut sendiri (Kerrison, dkk., 2011).
2. Sebaran Alkalinitas di Perairan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai alkalinitas semakin meningkat
berdasarkan jarak di perairan muara Sungai Labakkang, perairan Pulau Saugi
dan perairan Pulau Camba Cambang, sedangkan pada muara Sungai Pangkep
menunjukkan penurunan nilai alkalinitas berdasarkan jarak (Gambar 10).
Penurunan alkalinitas kemungkinan disebabkan oleh pengaruh buangan CO2
dan rendahnya pH di lokasi tersebut. Alkalinitas total juga akan berubah karena
adanya perubahan salinitas akibat adanya konsentrasi ion Na+, ion Cl-, dan
lainnya (Friis, et al., 2003).
29
Gambar 10. Sebaran alkalinitas pada jarak yang berbeda dari daratan utama
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa total alkalinitas lebih tinggi di
perairan laut dibandingkan di muara sungai. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh variasi salinitas dan suhu pada tiap lokasi. Millero (2006) mengungkapkan
bahwa variasi nilai salinitas sama dengan variasi nilai alkalinitas. Selain itu suhu
yang rendah memiliki nilai alkalinitas yang lebih tinggi karena adanya proses
dissolasi CaCO3. Dan suhu yang lebih hangat membuat organisme pembentuk
cangkang akan meningkatkan formasi CaCO3 sehingga menurunkan nilai
alkalinitas.
Hasil uji analisis ragam (two way anova) menunjukkan tidak terdapat
perbedaan total alkalinitas di muara dan laut serta pada tiap jarak (P = 0,204)
(Lampiran 5).
30
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Tingkat keasaman di perairan pesisir dan laut Kabupaten Pangkep
berdasarkan nilai pH dan alkalinitas pada tiap lokasi menunjukkan
adanya perbedaan (P = 0,000). pH tertinggi berada di sekitar perairan
laut Pulau Saugi dan yang terendah berada di muara Sungai Labakkang.
Sedangkan nilai alkalinitas tertinggi berada di perairan Pulau Saugi dan
yang terendah berada di muara Sungai Pangkep.
2. Sebaran pH di perairan pesisir dan laut menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata pada tiap jarak dari daratan utama (P=0,000). Namun tidak
terdapat perbedaan nilai alkalinitas berdasarkan jarak dari daratan utama
(P = 0,204).
B. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penilaian kondisi
keasaman perairan pesisir dan laut pada lokasi tanpa pengaruh industri sebagai
perbandingan penelitian ini dan dengan perbedaan waktu pengambilan sampel
(pagi, siang, dan malam) serta pada perbedaan musim.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, I. 2002. Kualitas Air Perairan Teluk Jakarta Selama Periode 1996-2002. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor
American Public Health Association (APHA). 1989. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water. Washington.
Andrew, J.E., Brimblecombe, P., Jickells, T.D., Liss, P.S., and Reid, B. 2004. An Introduction to Environmental Chemistry. 2nd Edition. Blackwell Science
Ltd. Blackwell Publishing.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Fakultas MIPA. USU, Medan.
Bindoff, N.L., Willebrand, J., Artale, V., Cazenave, A., Gregory, J., Gulev, S., Hanawa, K., Le Quéré, C., Levitus, S., Nojiri, Y., Shum, C.K., Talley, L.D., Unukrishnan, A. 2007. Observations: Oceanic Climate Change and Sea Level. In: Solomon, S., Qin, D.,Manning, M., Chen, Z., Marquis, M., Averyt, K.B., Tignor, M., Miller, H.L. (Eds.), Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to The Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge
University Press, Cambridge, United Kingdom and Impacts of Declining Ocean pH in a High-Resolution Multi-Year Dataset.
Brotowidjoyo, M.D., Tribawono, D.J., dan Mulbyantoro, E. 1999. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty. Yogyakarta.
Burke, L., Reytar, K., Spalding, M., dan Perry, A. 2012. Reefs at Risk Resivited in the Coral Triangle. World Resource Institute.
Coremap II. 2009. Buletin Coremap II Provinsi Sumatera Utara : Rencana Aksi CTI disepakati dalam WOC Manado. Edisi ke-5. Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sumatera.
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S. P., Sitepu, M. J. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita.
Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogjakarta.
Fabry, V.J., Seibel, B.A., Feely, R.A., Orr, J.C. 2008. Impact of Ocean Acidification on Marine Fauna and Ecosystem Processed. Department of Biological Science. University of Rhode island. Kingston.
Friis, K., A. Kortzinger and Wallace, D.W.R. 2003. The Salinity Normalization of Marine Inorganic Carbon Chemistry Data. Geophys. Ress. Lett. 30 (2): 1085, doi:10.1029/2002GL015898
Goldman, C.R and Horne, A.J. 1983. Limnology. Mc Graw Hill International Book
Company. Tokyo
32
Grasshoff, K., Erhardt, M., Kremling, K. 1983. Methods of Seawater Analysis.
Weinheim Chemie.
Hela, I dan Laevastu, T. 1970. Fisheris Oceanograpy. Fishing New Book Ltd. London. Hal. 238
Hupfer, P., Grassl, H., lozán, J. 2001. Summary: Warning Signal from Climate.
Wissenschaftliche Auswertungen. Hamburg. 400-408p.
Jacobson, M. Z., 2005. Studying Ocean Acidification with Conservative, Stable Numerical Schemes for Nonequilibrium Air-Ocean Exchange And Ocean Equilibrium Chemistry. J. Geophys. Res., 110, D07302,
doi:10.1029/2004JD005220.
Kabangnga’, A. 2015. Penggunaan Biomarker pada Kerang Hijau, Perna viridis untuk Mendeteksi Pengaruh Pengasaman Laut terhadap Toksisitas Logam Pb. Tesis. Ilmu Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kendo, O.P., Sugiyanto, E.K., Nurhasan, M. 2013. Keikutsertaan Indonesia di Bawah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Jurnal. Ilmu Hubungan Internasional. FISIP.
Universitas Jember.
Kerrison, P., Hall-Spencer, J. M., Suggett, D. J., Hepburn, L. J., Steinke, M., 2011. Assessment of pH Variability at Coastal CO2 Vent for Ocean Acidification Studies. Marine Ecology Progress Series 338, 107e117.
Kleypas, J.A and C. Langdon. 2003. Overview of CO2-Induced Changes in Seawater Chemistry. Proc. Ninth. Int. Coral Reef Symp., Bali 2 : 1085-1090
Kusumaningtyas, M.A, Bramawanto, R., Daulat, A., Pranowo, W.S. 2014. Kualitas Perairan Natuna Pada Musim Transisi. Jurnal Depik, Vol 3 (1) : 10-20
Limbong, A. Alkalinitas : Analisa dan Permasalahannya untuk Air Industri. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Lukman, M., Nasir, A., Amri, K., Tambaru, R., Hatta, M., Nurfadilah, dan Noer, R.J. 2014. Silikat Terlarut di Perairan Pesisir Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Makassar.
Mackereth, F.J.H., Heron, J. Dan Talling, J.F. 1989. Water Analisiys. Fresh Water
Biological Association. Cumbria. UK.
Mahida, U.N. 1981. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. CV. Rajawali : Jakarta. 543p.
Middelboe, A.L., Hansen, P.J. 2007. High pH in Shallow-Water Macroalgal Habitats. New York, NY, USA, pp. 129e234. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of
33
Mony, A. 2004. Analisis Kondisi Lingkungan Perairan Muara Sungai Cimandiri, Teluk Pelabuhan Ratu Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Nasir, A., Lukman, M., Tuwo, A., dan Nurfadilah. 2015. Rasio Nutrien Terhadap Komunitas Diatom-Dinoflagellata di Perairan Spermonde. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Makassar.
Neuman, G dan Pierson, P. 1966. Principle of Physical Oceanography. Practice Hall Inc. England.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nursaiful, A. 2004, Akuarium Laut. Penebar Swadaya. Depok.
Nybakken, J., W., 1998. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia.
Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamental Ecology. 3rd ed. W. B. Saunders C. Philadelphia.
Toppan Co. Ltd.Tokyo. Japan : 574 pp.
Orr, J. C., Fabry, V. J., Aumont, O., Bopp, L., Doney, S. C., Feely, R. A., Gnanadesikan, A., Gruber, N., Ishida, A., Joos, F., Key, R. M., Lindsay, K., Maier-Reimer, E., Matear, R., Monfray, P., Mouchet, A., Najjar, R. G., Plattner, G. K., Rodgers, K. B., Sabine, C. L., Sarmiento, J. L., Schlitzer, R., Slater, R. D., Totterdell, I. J., Weirig, M., Yamanaka, Y., Yool, A. 2005. Anthropogenic Ocean Acidification Over the Twenty-First Century and its Impact on Calcifying Organisms. Nature. Vol. 437, pp. 681-686.
Pescod, M.B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. Enviromental Engineering Division. Asian Institute
Technology. Bangkok. 145p.
Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Berkelanjutan. Djambatan. Jakarta.
Sahabuddin. 2015. Respon Produktivitas Fitoplankton dan Makroalga Laut Tropis Terhadap Perubahan Iklim dan Pengasaman Laut. Disertasi. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Safitri, M dan M.R. Putri. 2013. Kondisi Keasaman (pH) Laut Indonesia. Jurnal. Fakultas Ilmu Dan Teknologi Kebumian. ITB . Bandung.
Sastrawijaya, A. T.1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta : Jakarta
Sterr, H. 2001b. Coastal Zones at Risk. Pp. 245-250 in Climate of the 21st
Century: Changes and Risk: Scientific Facts (JL Lozán, H Graßl, and P Hupfer, eds.). Wissenschaftliche Auswertungen. Hamburg.
Stump, M., Wren, J., Melzner, F., Thondyke, M.C., Dupont, S.T. 2011. CO2 Induced Seawater Acidification Impact Sea Urchin Larval Development I : Elevated Metabolic Rates Decrease Scope for Growth and Induce Developmental Delay. Journal. University of Gothenburg. Sweden.
34
Suciaty, F. 2011. Studi Siklus Karbon di Permukaan Laut Perairan Indonesia. Tesis. Magister Sains Kebumian. ITB. Bandung.
Supiyati., Halaluddin., dan Arianty, G. 2012. Karakteristik dan Kualitas Air di Muara Sungai Hitam Provinsi Bengkulu dengan Software Som Toolbox 2. Jurnal. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Bengkulu.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Supriyadi, D.S. 2002. Kondisi Perairan Muara Berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia di Muara Bengawan Solo Ujung Pangkah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Syafrani. 1994. Studi Lingkungan Perairan Sungai Siak Bagian Hilir dari Pencemaran Bahan Organik. Tesis. Pascasarjana IPB. Bogor.
Triyulianti, I., Wijaya, D., Era, W., Arief, T., Widagti, N., Dipo, P., dan Trenggono, M. 2012. Distribusi Vertikal pH dan Alkalinitas Perairan Selatan Jawa dan Samudra Hindia. Jurnal. Balai Penelitian dan Observasi Laut. Jembrana
Bali.
Widigdo, B. 2001. Rumusan Kriteria Ekobiologis dalam Menentukan Potensi Alami Kawasan Pesisir untuk Budidaya Tambak. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Widodo dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.
Yogyakarta.(www.the child:ph sebagai indikator kualitas air limbah.com), diakses tanggal 9 Maret 2016
Wootton, J.T., Pfister, C.A., Forester, J.D., 2008. Dynamic Patterns and Ecological.
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Data Hasil Penelitian
NO KODE SAMPEL Lokasi
SUHU Salinitas pH Alkalinitas (µmol/L) S E
SUNGAI LABAKKANG
1 LB 1 04°45.795' 119°29.618' 30.1 4.5 6.80 183.02
2 LB 2 04°45.960' 119°29.467' 32.8 24.6 6.99 268.81
3 LB 3 04°46.116' 119°29.183' 32.3 27.1 7.08 209.37
4 LB 4 04°46.110' 119°28.852' 32 26.9 7.31 266.56
MIN 30.1 4.5 6.80 183.02
MAX 32.8 27.1 7.31 268.81
RATA-RATA 31.8 20.775 7.05 231.94
STDEV 1.18 10.91 0.21 42.66
MUARA PANGKEP
5 P 1.1 04°52'19.16" 119°30'51.62" 31.2 3.4 7.05 191.72
6 P 1.2 04°52'54.24" 119°31'09.33" 31.5 6.2 6.87 133.11
7 P 1.3 04°52'47.75" 119°31'00.24" 32.5 6.9 7.50 164.84
8 P 2.1 04°52'44.11" 119°30'42.84" 34.6 7.6 7.32 149.38
9 P 2.2 04°52'29.49" 119°30'33.92" 33.3 18.6 7.69 196.26
10 P 2.3 04°52'09.14" 119°30'17.31" 33.1 22.7 7.61 115.04
11 P 3.1 04°51'57.99" 119°30'22.94" 34.5 2.2 7.51 242.16
12 P 3.2 04°51'41.63" 119°30'28.59" 29.6 2.3 7.69 218.35
13 P 3.3 04°52'20.50" 119°30'51.38" 29.8 6.9 7.78 103.84
MIN 29.6 2.2 6.87 103.84
37
Lampiran 1. (Lanjutan)
MAX 34.6 22.7 7.78 242.16
RATA-RATA 32.2 8.5 7.45 168.30
STDEV 1.84 7.24 0.31 47.29
PULAU SAUGI
14 SG 1 04°46.119' 119°28.682' 31.7 29.2 7.90 394.96
15 SG 2 04°46.086' 119°28.268' 31.6 21.2 7.71 349.01
16 SG 3 04°45.956' 119°27.887' 31.3 29.6 7.73 330.93
17 SG 4 04°45.927' 119°27.794' 31.7 29 7.33 329.34
MIN 31.3 21.2 7.33 329.34
MAX 31.7 29.6 7.90 394.96
RATA-RATA 31.6 27.3 7.67 351.06
STDEV 0.19 4.04 0.24 30.60
PULAU CAMBA CAMBANG
18 C 1 04°46.118" 119°27.895" 31.9 28.9 7.45 312.98
19 C 2 04° 46.262' 119° 27.838' 31.8 29.2 7.49 336.78
20 C 3 04°46.434" 119°27.757" 31.4 29.7 7.51 319.63
MIN 31.4 28.9 7.45 312.98
MAX 31.9 29.7 7.51 336.78
RATA-RATA 31.7 29.3 7.48 323.13
STDEV 0.26 0.40 0.03 12.28
38
Lampiran 2. Uji normalitas
Tests of Normality
Lokasi
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pH Muara Labakkang .184 4 . .993 4 .973
Muara Pangkep .235 9 .164 .889 9 .197
Pulau Saugi .320 4 . .899 4 .425
Pulau Camba Cambang .253 3 . .964 3 .637
Alkalinitas Muara Labakkang .291 4 . .859 4 .255
Muara Pangkep .134 9 .200* .966 9 .859
Pulau Saugi .277 4 . .824 4 .153
Pulau Camba Cambang .279 3 . .939 3 .524
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
39
Lampiran 3. Uji Analisis of Varians (One Way ANOVA) perbandingan nilai pH dan alkalinitas pada tiap lokasi
Descriptives
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
pH Muara Labakkang 4 7.0450 .21174 .10587 6.7081 7.3819 6.80 7.31
Muara Pangkep 9 7.4467 .31004 .10335 7.2083 7.6850 6.87 7.78
Pulau Saugi 4 7.6675 .24061 .12030 7.2846 8.0504 7.33 7.90
Pulau Camba Cambang 3 7.4833 .03055 .01764 7.4074 7.5592 7.45 7.51
Total 20 7.4160 .31662 .07080 7.2678 7.5642 6.80 7.90
Alkalinitas Muara Labakkang 4 2.3194E2 42.66346 21.33173 164.0529 299.8271 183.02 268.81
Muara Pangkep 9 1.6830E2 47.28974 15.76325 131.9499 204.6501 103.84 242.16
Pulau Saugi 4 3.5106E2 30.59623 15.29811 302.3746 399.7454 329.34 394.96
Pulau Camba Cambang 3 3.2313E2 12.27996 7.08984 292.6249 353.6351 312.98 336.78
Total 20 2.4080E2 86.76801 19.40192 200.1958 281.4132 103.84 394.96
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
pH 1.842 3 16 .180
Alkalinitas 2.338 3 16 .112
40
Lampiran 4. Uji Analisis of Varians (Two Way ANOVA) sebaran pH berdasarkan jarak dari daratan utama
Descriptive Statistics
Dependent Variable:pH
Lokasi Jarak Mean Std. Deviation N
Muara 0,5 km 7.0217 .05672 6
1 km 6.9750 .13019 6
1,5 km 7.4050 .12755 6
Total 7.1339 .22364 18
Laut 0,5 km 7.5817 .14607 6
1 km 7.5983 .12432 6
1,5 km 7.5833 .08430 6
Total 7.5878 .11389 18
Total 0,5 km 7.3017 .31095 12
1 km 7.2867 .34741 12
1,5 km 7.4942 .13892 12
Total 7.3608 .28908 36
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:pH
F df1 df2 Sig.
3.316 5 30 .017
Tests the null hypothesis that the error variance
of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Lokasi + Jarak + Lokasi *
Jarak
41
Lampiran 5. Uji Analisis of Varians (Two Way ANOVA) sebaran alkalinitas berdasarkan jarak dari daratan utama
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Alkalinitas
Lokasi Jarak Mean Std. Deviation N
Muara Sungai 0,5 km 1.6610E2 47.19335 6
1 km 1.7124E2 49.21418 6
1,5 km 2.1570E2 65.85556 6
Total 1.8435E2 56.28556 18
Laut 0,5 km 3.3099E2 32.91301 6
1 km 3.3386E2 17.18462 6
1,5 km 3.2448E2 21.28345 6
Total 3.2978E2 23.55835 18
Total 0,5 km 2.4855E2 94.44584 12
1 km 2.5255E2 91.90949 12
1,5 km 2.7009E2 73.51498 12
Total 2.5706E2 85.12864 36
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:Alkalinitas
F df1 df2 Sig.
2.947 5 30 .028
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Lokasi + Jarak + Lokasi * Jarak
42
Lampiran 6. Grafik Pasang Surut di Perairan muara Sungai Pangkep
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 2 4 6 8 10 12
Ke
tin
ggia
n (m
) Grafik Pasang Surut
43
Lampiran 7. Data Kedalaman di Muara Sungai Labakkang dan Muara Sungai
Pangkep (April 2013)
NO Lokasi Kedalaman (m)
1 LB 1 1.5
2 LB 2 1.7
3 LB 3 1.9
4 LB 4 2.5
5 P 1.1 0.7
6 P 1.2 1.5
7 P 1.3 1.5
8 P.2 1 1.1
9 P 2.2 1.3
10 P 2.3 1.8
11 P 3.1 0.8
12 P 3.2 0.8
13 P 3.3 1.2
44
Lampiran 8. Foto Penelitian
a. Lapangan
b. Laboratorium