6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

15
Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010 61 EVALUASI KESUBURAN EKOSISTEM PERAIRAN PESISIR DI DESA SRIMINOSARI KECAMATAN LABUHAN MARINGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROPINSI LAMPUNG Tugiyono Jurusan Biologi F.MIPA. Universitas Lampung Email: [email protected] ABSTRAK Secara administratif Desa Sriminosari masuk Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. Luas wilayah 1.250 ha, topografi landai, suhu 28 o C - 40 o C, curah hujan 250 mm/tahun. Desa ini memiliki kawasan mangrove seluas 200 ha dengan ketebalan 50-100 m yang 90% merupakan api-api (Avecennia sp), dan luasan tambak 175 ha, tetapi 70% tambak tidak beroperasi. Tingkat kesuburan suatu perairan dapat ditentukan berdasarkan indeks tropik-saprobik (TSI). TSI adalah suatu metode analisis struktur komunitas jasad renik untuk evaluasi kualitas air, ditinjau dari derajat pencemaran dan tingkat kesuburan. Tujuan dari penelitan ini untuk mengevaluasi kesuburan di perairan pesisir sebagai studi awal untuk pengembangan cultivar baru. Penelitian dilakukan pada eksosistem pesisir yang meliputi kawasan mangrove, kawasan bekas lahan tambak dan perairan sungai, di Dusun 2 dan Dusun 4 Desa Sriminosari. Pada masing-masing lokasi penelitian diambil contoh plankton dengan metode tuang, dan contoh air untuk dianalisis parameter kualitas air (temperatur, kekeruhan, TDS, bau, warna, pH, DO, COD, BOD5 NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4 dan salinitas). Berdasarkan hasil analisis diketahui kesuburan dan tingkat pencemaran di lokasi penelitian termasuk dalam kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk budidaya biota, pencemaran ringan atau belum tercemar atau kondisi oligotropik kecuali lokasi Mangrove di Dusun 2 dalam kondisi ß- mesosaprobik, pencemaran sedang. Berdasarkan hasil analisis kualitas air di wilayah studi tergolong kandungan bahan organik (BOD) dan unsur hara (phospat dan nitrat) tinggi bagi peruntukan kehidupan biota laut berdasarkan KepMenLH no 51 Tahun 2004. Sedangkan parameter lainnya masih dibawah baku mutu. Kesimpulan bahwa kondisi ekosistem pesisir di wilayah studi masih layak untuk dikembangan untuk budidaya biota laut seperti kepiting disamping udang. Kata Kunci: tropik-saprobik oligotropik, mesosaprobik, Lampung Timur, mangrove. PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan pesisir mempunyai peran strategis karena merupakan wilayah peralihan (interface) antara ekosisem darat dan laut, serta mempunyai potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya (Clark, 1996). Kekayaan ekosistem pesisir meliputi terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove, serta suberdaya alam lain baik hayati maupun non hayati, seperti bahan tambang, mineral, pasir dan lain-lain. Begitu besarnya potensi yang terkandung di wilayah pesisir, mendorong berbagai usaha untuk pemanfaatannya. Sehingga di beberapa wilayah pesisir sudah muncul fenomena pemanfaatan yang bersifat

Transcript of 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Page 1: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

61

EVALUASI KESUBURAN EKOSISTEM PERAIRAN PESISIR DI DESA

SRIMINOSARI KECAMATAN LABUHAN MARINGAI KABUPATEN

LAMPUNG TIMUR, PROPINSI LAMPUNG

Tugiyono

Jurusan Biologi F.MIPA. Universitas Lampung

Email: [email protected]

ABSTRAK

Secara administratif Desa Sriminosari masuk Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. Luas wilayah 1.250 ha, topografi landai, suhu 28oC - 40oC, curah

hujan 250 mm/tahun. Desa ini memiliki kawasan mangrove seluas 200 ha dengan ketebalan 50-100 m

yang 90% merupakan api-api (Avecennia sp), dan luasan tambak 175 ha, tetapi 70% tambak tidak

beroperasi. Tingkat kesuburan suatu perairan dapat ditentukan berdasarkan indeks tropik-saprobik (TSI).

TSI adalah suatu metode analisis struktur komunitas jasad renik untuk evaluasi kualitas air, ditinjau dari

derajat pencemaran dan tingkat kesuburan. Tujuan dari penelitan ini untuk mengevaluasi kesuburan di

perairan pesisir sebagai studi awal untuk pengembangan cultivar baru. Penelitian dilakukan pada

eksosistem pesisir yang meliputi kawasan mangrove, kawasan bekas lahan tambak dan perairan sungai,

di Dusun 2 dan Dusun 4 Desa Sriminosari. Pada masing-masing lokasi penelitian diambil contoh

plankton dengan metode tuang, dan contoh air untuk dianalisis parameter kualitas air (temperatur,

kekeruhan, TDS, bau, warna, pH, DO, COD, BOD5 NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4 dan salinitas).

Berdasarkan hasil analisis diketahui kesuburan dan tingkat pencemaran di lokasi penelitian termasuk dalam kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk budidaya biota, pencemaran ringan atau

belum tercemar atau kondisi oligotropik kecuali lokasi Mangrove di Dusun 2 dalam kondisi ß-

mesosaprobik, pencemaran sedang. Berdasarkan hasil analisis kualitas air di wilayah studi

tergolong kandungan bahan organik (BOD) dan unsur hara (phospat dan nitrat) tinggi bagi

peruntukan kehidupan biota laut berdasarkan KepMenLH no 51 Tahun 2004. Sedangkan

parameter lainnya masih dibawah baku mutu. Kesimpulan bahwa kondisi ekosistem pesisir di

wilayah studi masih layak untuk dikembangan untuk budidaya biota laut seperti kepiting

disamping udang.

Kata Kunci: tropik-saprobik oligotropik, mesosaprobik, Lampung Timur, mangrove.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kawasan pesisir mempunyai peran strategis karena merupakan wilayah

peralihan (interface) antara ekosisem darat dan laut, serta mempunyai potensi

sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya (Clark, 1996).

Kekayaan ekosistem pesisir meliputi terumbu karang, padang lamun, hutan

mangrove, serta suberdaya alam lain baik hayati maupun non hayati, seperti bahan

tambang, mineral, pasir dan lain-lain. Begitu besarnya potensi yang terkandung di

wilayah pesisir, mendorong berbagai usaha untuk pemanfaatannya. Sehingga di

beberapa wilayah pesisir sudah muncul fenomena pemanfaatan yang bersifat

Page 2: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

62

sektoral, eksploitatif dan melampaui daya dukung lingkungannya. Dampak

pemanfaatan yang eksploitatif ditandai dengan adanya kerusakan fisik lingkungan

pesisir yang semakin meningkat. Erosi dan pencemaran di wilayah pesisir 85%

bersumber dari aktivitas daratan terutama di daerah estuari, serta pemanfaatan

sumberdaya pesisir, seperti ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan

pasir pantai. Pemanfaatan secara berlebihan akan menimbulkan kerusakan

lingkungan yang berdampak terhadap kelestarian ekosistem pesisir (Anomimus,

2006).

Salah satu komponen wilayah pesisir yang mempunyai peran penting

dalam menjaga kelestarian wilayah pesisir tetapi juga rentan terhadap kerusakan

baik secara alami maupun akibat aktivitas manusia adalah ekosistem mangrove.

Ekosistem mangrove adalah ekosistem wilayah tropis yang khas tumbuh di

sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Ekosistem ini merupakan suatu ekosistem penting di kawasan pesisir, karena

ekosistem ini memiliki berbagai fungsi yang dapat mendukung kelestarian dan

keseimbangan ekosistem pesisir, serta dapat memberikan sumbangan ekonomi

yang cukup besar bagi masyarakat pesisir.

Ekosistem mangrove merupakan sumber detritus terbesar, baik yang

berupa daun-daun atau ranting-ranting bakau yang telah membusuk, maupun alga

bentik yang membusuk akan dimakan oleh bakteri dan fungi. Bakteri dan fungi

sebagai makanan dari sebagian protozoa dan avertebrata lainnya, dan kemudian

protozoa dan avertebrata lain akan dimakan karnivora sedang, dan seterusnya,

sehingga kekayaan berbagai biota laut ekosistem mangrove sangat tinggi.

Disamping itu ekosistem bakau sebagai tempat pembesaran (nursery grounds),

tempat mencari makan (feeding grounds) dan daerah pemijahan (spawning

grounds) bagi udang penaid, kepiting dan ikan-ikan laut seperti belanak, sebelum

mereka hidup di laut lepas (Bengen, 2002; Kordi 1997; Nontji, 2002).

Secara fungsional, terdapat dua fungsi pokok dari ekosistem mangrove,

yaitu fungsi ekologis dan ekonomis. Secara ekologis, fungsi ekosistem mangrove

antara lain sebagai a) sumber bahan organik bagi perairan, b) sumber makanan

berbagai hewan laut, c) habitat berbagai organisme, d) melindungi pantai dari

erosi, dan e) daerah asuhan dan pemijahan hewan perairan. Secara ekonomis,

Page 3: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

63

hutan mangrove berperan sebagai penyedia a) bahan bangunan, b) kayu bakar, c)

bahan baku kertas, d) bahan baku makanan, obat-obatan dan tekstil serta e) tempat

orang mencari kepeting bakau f) tempat pariwisata (Kustanti, 2008).

Mengingat pentingnya fungsi ekosistem mangrove diatas, maka

keberadaan ekosistem mangrove merupakan hal yang sangat penting dalam

menjaga keseimbangan kawasan pesisir. Maka masyarakat, pemerintah desa dan

instansi lain yang terkait di Desa Sriminosari telah melaksanakan program

pengelolaan kawasan ekosistem hutan mangrove yang berbasis pada masyarakat.

Program ini telah berhasil mempertahankan atau melestarikan ekosistem

mangrove sepanjang pantai Desa Sriminosari Kecamatan Labuhan Kabupaten

Lampung Timur, dengan ketebalan ± 100 meter.

Keberadaan ekosistem mangrove di kawasan pesisir di Desa Sriminosari

telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat, diantaranya mencegah

terjadi abrasi pada lahan tambak mereka, serta sebagian masyarakat menjadi

pencari dan pengepul kepiting bakau di kawasan tersebut. Namun kelangsungan

tambak udang telah menurun hampir 80% hal ini seiring dengan mewabahnya

penyakit udang, banyak lahan tambak udang dibiarkan kosong, ditanami padi,

serta tumpang sari antara udang dengan ikan bandeng (Anonimum, 2002).

Berdasarkan kondisi tersebut penelitian ini bertujuan ingin mengetahui

kesuburan perairan di kawasan pesisir yang meliputi kawasan mangrove, tambak

dan perairan muara sungai, berdasarkan indeks tropik-saprobik dan beberapa

parameter kualitas air (temperatur, kekeruhan, TDS, bau, warna, pH, DO, COD,

BOD5 NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4 dan salinitas).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi,

Laboratorium Intrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung, dan

Ekosistem hutan mangrove Desa Sriminosari Kecamatan Labuhan Maringgai

Kabupaten Lampung Timur.

Page 4: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

64

Pengambilan contoh

Pengambilan contoh plankton menggunakan metode pemekatan dengan

menggunakan plankton net no 25, contoh yang tersaring disimpan dalam botol film

valume 30 cc dan difiksasi dengan larutan formalin 4% sebanyak 3 tetes. Selanjutnya

diamati di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi F.MIPA Unila. Parameter kualitas air

diukur secara insitu meliputi temperatur, pH dan oksigen terlarut, sedangkan parameter

yang lain dianalisis di laboratorium. Pengambilan contoh air untuk dianalisis di

laboratorium menggunakan jeligen volume 1 l, dan contoh terkumpul dimasukkan

dalam boks dan diberi dry es untuk fiksasinya. Analisis parameter air Laboratorium

Instrumentasi Jurusan Kimia F. MIPA Unila, dengan metode dan parameter

kualitas air disajikan Tabel 1.

Tabel 1. Metode dan peralatan analisis parameter fisika dan kimia kualitas air

PARAMETER SATUAN METODE/ALAT

SIFAT FISIK

1. Temperatur oC Termometer

2. Kekeruhan NTU Turbidimetri

3. TDS ppm Gravimetri

4. Bau Penciuman

5. Warna Spektrometri

SIFAT KIMIA

1. pH pH meter

2. DO ppm DO meter

3. COD ppm Modifikasi Winkler

4. BOD5 ppm Modifikasi Winkler

5. NH3 ppm Spektrometri

6. NO2 ppm Spektrometri

7. NO3 ppm Spektrometri

8. PO4 ppm Spektrometri

Analisis

Kelimpahan plankton ditentukan berdasarkan rumus :

(a.1000) c

N = -------------

l (Welch, 1948)

N = jumlah plankton per liter air

a = jumlah rata-rata plankter dalam 1 ml sub contoh

c = jumlah mililiter plankton yang dipekatkan

l = volume contoh air semula dalam liter

Page 5: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

65

Indeks keanekaragaman plankton ditentukan berdasarkan indeks Shannon-Wiener

dengan rumus (Odum, 1993) :

H = - Σ pi ln pi

H = Indeks keanekaragaman

Pi = ni /N

ni = jumlah individu jenis i

N = Total individu seluruh jenis organisme

Kesuburan Perairan berdasarkan Indeks Saprobik (SI)

Indeks saprobik adalah suatu metode analisis struktur komunitas jasad renik

untuk evaluasi kualitas air, ditinjau dari derajat pencemaran dan tingkat kesuburan di

dalam air. Indeks ini merupakan alat penilai kelayakan lokasi untuk budidaya biota laut,

yang berkaitan dengan sifat kultivan, fisika-kimia air, bioteknis budidaya dan parameter

penunjang lainnya.

Analisis Trosap bertumpu pada evaluasi terhadap parameter penyubur (trophic

indicators) dan parameter pencemaran (saprobic indicators) guna menilai kualitas air

dan kelayakannya bagi lokasi budidaya laut. Parameter biotik dan abiotik yang diukur

adalah:

(a) kelimpahan dan keanekaragaman plankton

(b) kelimpahan dan keanekaragaman benthos

(c) kandungan bakteri (penunjang)

(d) sifat fisika kimia air: suhu, salinitas, kesadahan, alkalinitas, pH, DO, BOD,

kecerahan, kekeruhan, kedalaman air, arus, gelombang, nitrat, phospat, amoniak

dan logam berat (Anggoro, 1998).

Penentuan tingkat keseburan perairan berdasarkan Indeks Saprobik (SI) menurut

Dresscher dan Van den Mark (1974):

SI = )(1)(1)(1)(1

)(3)(1)(3)(1

nDnCnBnA

nAnBnDnC

(Anggoro, 1988)

n = jumlah individu organisme pada setiap kelompok saprobitas

nA= jumlah individu penyusun kelompok polisaprobik

nB= jumlah individu penyusun kelompok alpha mesosaprobik nC= jumlah individu penyusun kelompok betha mesosaprobik

nD= jumlah individu penyusun kelompok oligosaprobik

Page 6: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

66

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indeks Kemelimpahan Plankton

Kondisi populasi plankton di perairan tambak berdasarkan indeks

keanekaragaman dalam keanekaragaman sedang (Lampiran 1), hal ini dikarenakan

contoh air diambil pada tambak budidaya tumpang sari antara udang windu dan

bandeng. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan plankton dapat terkendalikan oleh

adanya dua cultivan tersebut atau juga dikarenakan di perairan tambak kondisi perairan

cukup nutrien dan kualitas air mendukung kehidupan plankton. Kemelimpahan

plankton dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi, kualitas perairan (Anonimum, 1997).

Tabel 2. Jumlah jenis, kemelimpahan dan indeks keanekaragaman plankton di wilayah pesisir

No Lokasi Jumlah

Jenis

Kemelimpahan

plankton/liter

Indeks keanekaragaman

(Shannon-Weaver)

Kategori

Keanekaragaman*

1 SR1T 19 99.000 2,452 Sedang

2 SR1S 13 162.000 1,785 Rendah

3 SR1M 17 243.000 2,428 Sedang

4 SR2T 20 261.000 2,367 Sedang

5 SR2S 18 102.000 2,379 Sedang

6 SR2M 14 471.000 1,241 Rendah

Keterangan :

* = Kriteria keanekaragaman plankton menurut Anonimum (1997).

SR1T : Sriminosari dusun 4 tambak SR2T : Sriminosari dusun 2 tambak

SR1M : Sriminosari dusun 4 mangrove SR2M : Sriminosari dusun 2 mangrove

SR1S : Sriminosari dusun 4 sungai SR2S : Sriminosari dusun 2 sungai

Sedangkan rendah nilai keanekaragaman pada ekosistem mangrove di stasiun

Sriminosari Dusun 2 dikarenakan pada saat pengambilan contoh kondisi air sangat

sedikit (kondisi surut), contoh diambil pada saluran air yang terdapat di sela-sela

mangrove. Hal ini menyebabkan jumlah jenis plankton sedikit, tetapi ada jenis tertentu

yang toleran dapat berkembang dengan baik (Lampiran 1), sehingga menyebabkan

menurunnya nilai indeks keanekaragaman. Sedangkan rendahnya nilai indeks

keanekaragaman pada stasiun sungai di Sriminosari Dusun 4, dikarenakan contoh air

diambil pada muara sungai, sehingga kondisi sungai cenderung dalam kondisi

hyperhalin (salinitas 33 ppt) dibandingkan dengan stasiun lainnya, sehingga jenis

plankton yang ditemukan lebih cenderung plankton yang tahan dengan salinitas tinggi

(marine plankton).

Page 7: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

67

Kesuburan Perairan berdasarkan Indeks Saprobik (SI)

Berdasarkan hasil analisis indeks saprobik dan indeks diversitas pada ke

enam lokasi wilayah studi dalam belum tercemar, kondisi tercemar ringan dan

tercemar sedang. Sedangkan tingkat kesuburan pada tingkat ß-mesosaprobik dan

oligosaprobik, yang berarti kesuburan dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut,

kerang, teripang, tiram, udang dan kepiting (Anggoro, 1988; Kordi, 1997). Hal ini

berarti lokasi wilayah pesisir Desa Sriminosari khususnya lokasi bekas tambak udang

masih dapat digunakan alternatif budidaya dengan cultivan lain, selain udang. Misalnya

sistem tumpang sari (silvofishery) antara udang dengan bandeng, atau budidaya

kepiting bakau sebagai alternatif budidaya.

Tabel 3. Indeks saprobik dan diversitas di wilayah studi

No Lokasi IS H Tingkat

Saprobik

Indikasi

1 SR1T 2,52 2,45 Oligosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya

Pencemaran ringan atau belum tercemar

2 SR2T 2,31 2,37 Oligosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya

Pencemaran ringan atau belum tercemar

3 SR2S 1,87 2,38 Oligosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya

Pencemaran ringan atau belum tercemar

4 SR1M 2,17 2,42 Oligosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya

Pencemaran ringan atau belum tercemar

5 SR2M 1,20 1,24 ß- mesosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya

Pencemaran sedang

6 SR1S 2,28 1,78 Oligosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya

Pencemaran ringan atau belum tercemar

Keterangan

IS : Indeks Saprobik H : Indeks Diversitas

SR1T : Sriminosari dusun 4 tambak SR2T : Sriminosari dusun 2 tambak

SR1M : Sriminosari dusun 4 mangrove SR2M : Sriminosari dusun 2 mangrove

SR1S : Sriminosari dusun 4 sungai SR2S : Sriminosari dusun 2 sunga

Kualitas Air di Wilayah Studi

Kualitas perairan sangat menentukan kemelimpahan biota perairan dan

setiap perubahan kualitas air akan berpengaruh terhadap keberadaan biota yang

hidup didalamnya. Biota yang tidak toleran akan menghindar atau bahkan mati

dari kondisi kualitas air yang tidak sesuai, sedangkan yang toleran akan

berkembang dengan baik yang dikenal sebagai bioindikator.

Page 8: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

68

Tabel 4. Hasil analisis parameter fisika dan kimia kualitas air

PARAMETER SATUAN Lokasi sampling

SR1T SR1S SR1M SR2T SR2S SR2M

SIFAT FISIK

1. Temperatur oC 26,55 26,50 26,70 26,50 26,48 26,50

2. Kekeruhan NTU 9,75 11,80 9,75 10,30 10,75 10,25

3. TDS mg/l 28,030 30,880 32,860 17,280 18,960 16,85

4. Bau berbau berbau berbau berbau berbau berbau

5. Warna TCU 18,50 16,70 16,90 15,75 18,20 16,85

SIFAT KIMIA

1. pH 7,28 6,87 7,19 7,26 7,68 7,79

2. DO mg/l 3,06 3,05 3,12 3,12 3,10 3,13

3. COD mg/l 114 102 82 68 90 70

4. BOD5 mg/l 22,50 27,60 24,19 19,10 28,50 20,60

5. NH3-N mg/l 0,16 0,20 0,13 0,04 0,02 0,05

6. NO2-N mg/l 0,17 0,28 0,30 0,15 0,10 0,12

7. NO3-N mg/l 7,20 4,19 5,40 2,10 4,85 5,20

8. PO4 mg/l 0,35 0,46 0,37 0,28 0,30 0,25

9. Salinitas ppt 30 33 35 23 25 26 Keterangan

SR1T : Sriminosari dusun 4 tambak SR2T : Sriminosari dusun 2 tambak

SR1M : Sriminosari dusun 4 mangrove SR2M : Sriminosari dusun 2 mangrove

SR1S : Sriminosari dusun 4 sungai SR2S : Sriminosari dusun 2 sungai

Berdasarkan hasil analisis kualiitas air di wilayah studi tergolong

kandungan bahan organik (BOD) dan unsur hara (phospat dan nitrat) tinggi bagi

peruntukan kehidupan biota laut berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup nomer 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut peruntukan biota laut;

yaitu BOD =20, phospat =0,015, dan nitrat = 0,008. Sedangkan parameter lainnya

masih dibawah baku mutu. Kandungan bahan organik akan menentukan

produktivitas perairan, makin tinggi kandungan bahan organik makin tinggi pula

jumlah nitrogen yang dikandungnya, sehingga pertumbuhan klekap atau plankton

sebagai pakan alami semakin baik (Kordi,1997).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian tahap pertama dapat

disimpulkan:

1. Kesuburan dan tingkat pencemaran di lokasi penelitian termasuk dalam

kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk budidaya serta pencemaran ringan

atau kondisi oligotropik kecuali lokasi Mangrove di Dusun 2 (SR2M) dalam

kondisi ß-mesosaprobik.

Page 9: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

69

2. Kondisi fisik dan kimia kualitas air dan tanah pada lokasi studi mendukung

kehidupan biota perairan pada umumnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih atas terselesainya penelitian ini kepada yang

terhormat:

1. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Direktorat Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DP2M) Atas

Pemberian Dana Penelitian Melalui Surat Perjanjian No.358/H26/8/Pl/2009

Tertanggal 6 Agustus 2009.

2. Kepala Desa dan stapnya Desa Sriminosari Kecamatan Labuhan Maringai

Kabupaten Lampung Timur atas di perkenankan dan penyedia fasilitas bagi

peneliti melalukan penelitian di wilayah pesisir Desa Sriminosari

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, S. 1988. Analisis Tropik Saprobik (Trosap) untuk menilai kelayakan

lokasi budidaya laut. Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Universitas

Diponegora, Semarang.

Anonimum. 1997. Kisaran Kemelimpahan Plankton Predominan Perairan

Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Oseanografi. Jakarta.

Anonimus. 2006. Monografi Desa Sriminosari. Bagian Tata Pemerintahan

Sekretariat Kabupaten Lampung Timur

Bengen, D.G. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta

Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan,

Institut Pertanian Bogor. 66 hal.

Clark, J.R. 1996. Coastal Zone Management Handbook. Lewis Publisers, Boca

Raton, Florida. 316 hal

Kordi, K.G.M. 1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng di Tambak Sistem

Polikultur. Penerbit Dahara Prize, Semarang, 272 hal.

Kustanti, A. 2006. Inventarisasi Dan Indentifikasi Mangrove Provinsi Lampung.

Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Pesisir Dan Kelautan Universitas

Lampung.

Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Jambatan, Jakarta, 356 hal.

Page 10: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

70

Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2004. Keputusan No 51

Tahun 2004, tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta.

Odum, E.P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.697 hal

Welch, P.S. 1948. Limnology Methods, Mc Graw Hill, New York.

Page 11: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

71

Lampiran 1. Jenis, kemelimpahan dan indeks keanekaragaman plankton

N0 Spesies SR1T SR2T SR2S

n pi ln pi H n pi ln pi H n pi ln pi H

1 Fragillaria sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 0 0 0 0 0 0 0 0

2 Pseudoeunotia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 Thalasiosira sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 3000 0,011494 -4,46591 0,051332 0 0 0 0

4 Synedra sp 6000 0,0606 -2,803 0,1699 0 0 0 0 1500 0,0147 -4,22 0,0621

5 Coscinodiscus sp 25500 0,2576 -1,356 0,3494 69000 0,264368 -1,33041 0,351719 20 0,2206 -1,511 0,3334

6 Schrodella sp 0 0 0 0 9000 0,034483 -3,3673 0,116114 0 0 0 0

7 Cyclotella sp 16500 0,1667 -1,792 0,2986 31500 0,12069 -2,11453 0,255202 6000 0,0588 -2,833 0,1667

8 Ethmodiscus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Rhizosolenia sp 0 0 0 0 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 1500 0,0147 -4,22 0,0621

10 Dactyliosolen sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 Surirella sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 0 0 0 0 3000 0,0294 -3,526 0,1037

12 Campylodiscus sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 0 0 0 0 3000 0,0294 -3,526 0,1037

13 Lauderia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

14 Cestus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 1500 0,0147 -4,22 0,0621

15 Balanus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 1500 0,0147 -4,22 0,0621

16 Prorocentrum sp 0 0 0 0 21000 0,08046 -2,52 0,202758 6000 0,0588 -2,833 0,1667

17 Navicula sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 0 0 0 0

18 Gyrosigma sp 9000 0,0909 -2,398 0,218 7500 0,028736 -3,54962 0,102 6000 0,0588 -2,833 0,1667

19 Pleurosigma sp 7500 0,0758 -2,58 0,1955 24000 0,091954 -2,38647 0,219445 22500 0,2206 -1,511 0,3334

20 Trachyneis sp 0 0 0 0 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 0 0 0 0

21 Amphora sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

22 Nastogloia sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 12: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

72

N0 Spesies SR1T SR2T SR2S

n pi ln pi H n pi ln pi H n pi ln pi H

23 Achnanthes sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 Cocconeis sp 0 0 0 0 0 0 0 0 3000 0,0294 -3,526 0,1037

25 Nitzschia sp 6000 0,0606 -2,803 0,1699 15000 0,057471 -2,85647 0,164165 13500 0,1324 -2,022 0,2677

26 Biddulphia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 Triceratium sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 6000 0,022989 -3,77276 0,08673 0 0 0 0

28 Diplosalis sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 0 0 0 0 4500 0,0441 -3,121 0,1377

29 Ceratium sp 0 0 0 0 0 0 0 0 1500 0,0147 -4,22 0,0621

30 Oxytoxum sp 0 0 0 0 0 0 0 0 1500 0,0147 -4,22 0,0621

31 Stephanopyxis sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 3000 0,011494 -4,46591 0,051332 0 0 0 0

32 Skeletonema sp 0 0 0 0 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 0 0 0 0

33 Melosira sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 0 0 0 0

34 Pedinosoma sp 0 0 0 0 4500 0,017241 -4,06044 0,070008 0 0 0 0

35 Bacteriastrum sp 0 0 0 0 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 0 0 0 0

36 Leptocylindus sp 4500 0,0455 -3,091 0,1405 0 0 0 0 0 0 0 0

37 Calanus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

38 Glycera sp 6000 0,0606 -2,803 0,1699 0 0 0 0 0 0 0 0

39 Synchaeta sp 3000 0,0303 -3,497 0,106 15000 0,057471 -2,85647 0,164165 0 0 0 0

40 Maupasia sp 0 0 0 0 39000 0,149425 -1,90096 0,284051 1500 0,0147 -4,22 0,0621

41 Hyperia sp 0 0 0 0 4500 0,017241 -4,06044 0,070008 1500 0,0147 -4,22 0,0621

99000 1 0 2,4524 261000 1 0 2,366928 102000 1 2,3797

Page 13: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

73

N0 Spesies SR2M SR1S SR1M

n pi ln pi H n pi lnpi H n pi ln pi H

1 Fragillaria sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 0 0 0 0 3000 0,012346 -4,39445 0,054252

2 Pseudoeunotia sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 0 0 0 0 0 0 0 0

3 Thalasiosira sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 Synedra sp 3000 0,006369 -5,05625 0,032205 0 0 0 0 15000 0,061728 -2,78501 0,171914

5 Coscinodiscus sp 15000 0,031847 -3,44681 0,109771 75000 0,462963 -0,77011 0,356532 75000 0,308642 -1,17557 0,362831

6 Schrodella sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 Cyclotella sp 21000 0,044586 -3,11034 0,138677 22500 0,138889 -1,97408 0,274178 6000 0,024691 -3,7013 0,09139

8 Ethmodiscus sp 0 0 0 0 1500 0,009259 -4,68213 0,043353 0 0 0 0

9 Rhizosolenia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 9000 0,037037 -3,29584 0,122068

10 Dactyliosolen sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 0 0 0 0 0 0 0 0

11 Surirella sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 1500 0,009259 -4,68213 0,043353 9000 0,037037 -3,29584 0,122068

12 Campylodiscus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 Lauderia sp 0 0 0 0 1500 0,009259 -4,68213 0,043353 12000 0,049383 -3,00815 0,148551

14 Cestus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 Balanus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 Prorocentrum sp 0 0 0 0 0 0 0 0 12000 0,049383 -3,00815 0,148551

17 Navicula sp 7500 0,015924 -4,13996 0,065923 1500 0,009259 -4,68213 0,043353 6000 0,024691 -3,7013 0,09139

18 Gyrosigma sp 0 0 0 0 15000 0,092593 -2,37955 0,220328 15000 0,061728 -2,78501 0,171914

19 Pleurosigma sp 184500 0,39172 -0,93721 0,367123 16500 0,101852 -2,28424 0,232654 27000 0,111111 -2,19722 0,244136

20 Trachyneis sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

21 Amphora sp 0 0 0 0 3000 0,018519 -3,98898 0,07387 9000 0,037037 -3,29584 0,122068

22 Nastogloia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

23 Achnanthes sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 0 0 0 0 0 0 0 0

24 Cocconeis sp 3000 0,006369 -5,05625 0,032205 4500 0,027778 -3,58352 0,099542 0 0 0 0

25 Nitzschia sp 225000 0,477707 -0,73876 0,35291 13500 0,083333 -2,48491 0,207076 21000 0,08642 -2,44854 0,211602

Page 14: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

74

N0 Spesies SR2M SR1S SR1M

n pi ln pi H n pi lnpi H n pi ln pi H

26 Biddulphia sp 0 0 0 0 3000 0,018519 -3,98898 0,07387 0 0 0 0

27 Triceratium sp 0 0 0 0 0 0 0 0 6000 0,024691 -3,7013 0,09139

28 Diplosalis sp 0 0 0 0 0 0 0 0 6000 0,024691 -3,7013 0,09139

29 Ceratium sp 0 0 0 0 0 0 0 0 3000 0,012346 -4,39445 0,054252

30 Oxytoxum sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

31 Stephanopyxis sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

32 Skeletonema sp 0 0 0 0 0 0 0 0 9000 0,037037 -3,29584 0,122068

33 Melosira sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

34 Pedinosoma sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

35 Bacteriastrum sp 3000 0,006369 -5,05625 0,032205 0 0 0 0 0 0 0 0

36 Leptocylindus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

37 Calanus sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 3000 0,018519 -3,98898 0,07387 0 0 0 0

38 Glycera sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

39 Synchaeta sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

40 Maupasia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

41 Hyperia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

471000 1 0 1,240881 162000 1 0 1,785332 243000 1 2,421837

Keterangan

N : Jumlah plankter/liter

SR1T : Sriminosari dusun 4 tambak SR2T : Sriminosari dusun 2 tambak

SR1M : Sriminosari dusun 4 mangrove SR2M : Sriminosari dusun 2 mangrove

SR1S : Sriminosari dusun 4 sungai SR2S : Sriminosari dusun 2 sungai

Page 15: 6 Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Tugiyono

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

75

DISKUSI

Penanya : Tri Suryono (Puslit Limnologi LIPI)

Pertanyaan : Apakah ada pengaruh dari sungai terhadap ekosistem pesisir?

Jawaban : Ya, sungai mempunyai pengaruh terhadap ekosistem pesisir.

CATATAN

1. Terdapat penggunaan kutipan yang tidak dicantumkan di daftar pustaka.

2. Referensi mengenai indikasi indeks saprobik dan criteria kesuburan

sebaiknya dicantumkan.

3. Keterangan mengenai lokasi pengambilan contoh sebaiknya dicantumkan

dalam metode penelitian.