Pengurusan Jenazah

25
Kedudukan Pengurusan Jenazah dan Shalat Sunah dalam Pandangan Islam Disusun Oleh : Ajeng Nurmalasari (1127030005) Halimahtussa’diah (1127030032)

description

ilmu fiqih

Transcript of Pengurusan Jenazah

Page 1: Pengurusan Jenazah

Kedudukan Pengurusan Jenazah dan Shalat Sunah dalam Pandangan Islam

Disusun Oleh :Ajeng Nurmalasari (1127030005)Halimahtussa’diah (1127030032)

Page 2: Pengurusan Jenazah

Pengurusan Jenazah

Ihtidhar

Memandikan jenazah

Menyalatkan Orang

Meninggal yang Ghaib

Meratakan Kuburan

Membongkar Kuburan

Page 3: Pengurusan Jenazah

Pengertian Ihtidhar

Ihtidhar adalah menghadapkan mayat ke kiblat.

Page 4: Pengurusan Jenazah

Cara

-cara

Ih

tid

har

Imamiyah dan Syafi’i menyatakan bahwa menelantangkan mayat dan menjadikan kedua tapak kakinya

menghadap ke kiblat yang sekiranya kalau ia duduk langsung

mengahadap kiblat.

Maliki, Hanafi dan Hambali menyatakan meletakkan sisi kanan tubuh mayat menghadapkannya ke kiblat, sebagaimana yang dilakukan

ketika menguburkan mayat.

Page 5: Pengurusan Jenazah

Memandikan Jenazah

Ada tiga kriteria dalam memandikan jenazah yaitu orang yang mati syahid, bayi atau anak yang keguguran dan sebagian tubuh mayat hilang.

Page 6: Pengurusan Jenazah

Semua ulama madzhab menyatakan bahwa

orang yang mati syahid, orang yang

mati karena berperang dengan orang-orang

kafir, tidak wajib dimandikan.

Orang yang Mati Syahid

Syafii menyatakan

boleh dimandikan.

Page 7: Pengurusan Jenazah

Bayi atau Anak yang Gugur (Miskram)

Para ulama madzhab sepakat bahwa keguguran yang tidak

sampai 4 bulan dalam kandungan ibunya tidak wajib dimandikan.

Page 8: Pengurusan Jenazah

• Hambali dan Imamiyah berpendapat wajib dimandikan jika bayi tersebut sudah sampai 4 bulan.

• Hanafi menyatakan jika ia gugur dan hidup, kemudian meninggal, atau saayt meninggal anggota tubuhnya sempurna maka wajib dimandikan. Jika tidak, maka tidak wajib dimandikan.

• Maliki menyatakan tidak wajib dimandikan kecuali kalau hidup, yakni jika menurut para ahli bayi itu dapat hidup terus

• Syafi’I berpendapat jika bayi yang gugur itu lahir setelah berumur 6 bulan dalam kandungan ibunya, ia wajib dimandikan dan kalau belum sampai 6 bulan tapi tubuhnya sudah sempurna, ia juga wajib dimandikan. Begitu juga jika badannya tidak sempurna dan diketahui hidup, lalu meninggal maka ia wajib dimandikan, sedangkan kalau tidak sempurna dan tidak hidup maka tidak wajib dimandikan.

Page 9: Pengurusan Jenazah

Sebagian Tubuh Mayat Hilang

• Hanafi : Tidak wajib dimandikan kecuali kalau kenyakan anggota badannya / separuhnya serta kepalanya didapatkan.

• Maliki : Wajib dimandikan jika didapatkan sepertiga dari anggota tubuhnya.

• Hambali dan Syafi’I : Tetap wajib dimandikan walaupun hanya didapatkan sebagian anggota tubuhnya.

Page 10: Pengurusan Jenazah

Imamiyah berpendapat kalau yang didapat sepotong dari anggota tubuh mayat itu adalah dadanya atau sebagian lainnya yang mengandung hati maka hukumnya persis seperti hukum terhadap yang sempurna, yaitu wajib dimandikan, dikafani dan dishalatkan. Namun jika tidak ada sepotong saja dari anggota

tubuhnya yang mengandung hati atau sebagiannya seperti dada, tetapi terdapat tulangnya , maka wajib dimandikan dan dikafani dengan dengan sehelai kain lalu dikuburkan. Tapi jika

tidak terdapat tulang didalam anggota tubuh yang ditemukannya itu maka ia harus dibungkus dengan sehelai

kain dan dikubur, tidak usah dimandikan.

Page 11: Pengurusan Jenazah

Menyalatkan Orang Meninggal yang

Ghaib

Imamiyah, Hanafi dan Maliki berpendapat bahwa tidak boleh

menyalati mayat yang ghaib atau tidak ada

ketika dishalati.

Hambali dan Syafi’I berpendapat boleh

melaksanakan shalat ghaib.

Page 12: Pengurusan Jenazah

Meratakan Kuburan

Syafi’I dan Imamiyah berpendapat bahwa kalau mengikuti sunah maka kuburan itu adalah rata, berdasarkan ketetapan bahwa Rasulullah telah meratakan kuburan putranya Ibrahim.

Hanafi, Maliki dan Hambali menyatakan meratakan kburan adalah lebih utama, karena meratakan itu dapat menjadi lamabng dari sebagian ‘kelompok’.

Page 13: Pengurusan Jenazah

Membongkar Kuburan

Semua ulama madzab sepakat bahwa membongkar kuburan itu adalah haram, baik yang meninggal itu orang besar

maupun anak kecil, gila maupun berakal, kecuali kalau untuk mengetahui ada dan tidaknya, dan telah menjadi tanah, atau

penggalia lagi untuk kemaslatahan mayat, sebagaimana kalau kuburannya berada ditempat mengalirnya air, atau

ditepi sungai, atau dipendam ditempat ghasab, baik ditempat musuh atau karena tidak tahu maupun karena lupa,

sedangkan orang yang memilikinya tidak boleh dikafankan atau dipendam bersama hartanya yang bernilai, baik milik

mayat itu sendiri maupun millik orang lain.

Page 14: Pengurusan Jenazah

Hanafi dan sebagian Imamiyah berpendapat tidak boleh karena ia telah rusak atau semacamnya.

Hambali, Syafi’I, Maliki dan sebagian besar imamiyah berpendapat bahwa boleh dibongkat lagi, dimandikan lalu dikafani jika tidakkhawatir rusak badannya.

Sebagian Imamiyah menambahkan membongkar kembali kuburan itu diperbolehkan jika untuk memenuhi hak-hak tertentu yang membutuhkan untuk melihat tubuh mayat.

Page 15: Pengurusan Jenazah

Shalat Rawatib

Shalat Witir

Shalat Tahajjud

Shalat Tarawih

Shalat Dhuha Shalat

Sunat Pandanga

n Islam

Page 16: Pengurusan Jenazah
Page 17: Pengurusan Jenazah

Sholat sunnah rawatib yang dilaksanakan sebelum sholat fardhu disebut dengan sholat sunnah Qobliyah, sedangkan sholat rawatib yang dikerjakan sesudah mengerjakan sholat fardhu disebut dengan sholat sunnah Ba’diyah.

Shalat-shalat Sunnah Rawatib banyak macamnya di antaranya adalah shalat-shalat rawatib sehari-hari. Ulama mazhab, berbeda pendapat tentang jumlah banyak rakaatnya Syafi’i: Sebelas rakaat, yaitu dua rakaat sebelum Shubuh, dua rakaat sebelum Dzuhur dan dua rakaat sesudahnya. Dua rakaat setelah Maghrib dan dua rakaat setelah shalat Isya’ serta satu rakaat shalat witir. Hambali: Sepuluh rakaat, yaitu: Dua rakaat sebelum dan sesudah Dzuhur, dua rakaat setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya’ dan dua rakaat sebelum shalat Shubuh. Maliki: Untuk shalat-shalat sunnah rawatib tidak ada batas tertentu dan tidak ada pula jumlah khusus, hanya yang paling utama adalah: Empat rakaat sebelum Dzuhur dan enam rakaat setelah Maghrib. Hanafi: Shalat rawatib itu dibagi kepada sunnah masnunah (disunnahkan) dan mandubah (disunnahkan).

Solat sunah rawatib

Page 18: Pengurusan Jenazah

Shalat Sunah Witir

Shalat witir adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari setelah shalat isya’ hingga terbitnya fajar dengan jumlah rakaat yang ganjil, paling sedikit satu rakaat dan paling banyak sebelas rakaat. Dan Shalat witir sebagai penutup dari seluruh shalat malam.Para ulama madzhab sepakat bahwa disunnahkan menyegerakan shalat witir pada permulaan malam bagi seseorang yang khawatir tidak akan bangun pada akhir malam. Akan tetapi, bagi seorang yang mampu bangun pada akhir malam, maka disunnahkan mengerjakan witir itu di akhir malam.

Page 19: Pengurusan Jenazah

Cara Pelaksanaan Shalat Witir

Madzhab Jumlah Keterangan

Maliki 3 rakaat dipisah dengan satu salam

Hanafi 3 rakaat Tanpa dipisah dengan salam

Syafi’i 1 rakaat -

a. Tiap-tiap dua rakaat salam dan yang terakhir boleh satu atau tiga rakaat salam.

b. Shalat witir dilaksanakan tiga rakaat maka tidak usah membaca tasyahud awal

Page 20: Pengurusan Jenazah

Shalat Tahajjud

Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari. Waktu yang paling baik ialah dilaksanakan sesudah bangun tidur setelah shalat isya’ sepertiga malam yang terakhir. Jumlah bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan paling banyak tidak terbatas

Page 21: Pengurusan Jenazah

Shalat Sunnah Tarawih

Madzhab Bilangan AlasanSyafi’I 20 Berdasarkan yang dilakukan oleh Khalifah

Umar bin Khatab dalam rangka mensyiarkan malam ramadhan

Hanafi 20

Hambali 20

Maliki 39Melihat penduduk Madinah melakukan shalat tarawih 39 rakaat disertai shalat witir

hadits Aisyah 11

melihat Nabi melakukan shalat malam pada bulan ramadhan maupun selain ramadhan hanya sebanyak 11 rakaat

Shalat sunnah tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari, pada bulan ramadhan. Waktunya setelah melaksanakan shalat isya’ sampai menjelang subuh.

Bilangan rakaat shalat tarawih

Page 22: Pengurusan Jenazah

Shalat Dhuha

Shalat dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada waktu dhuha, yakni ketika matahari sudah naik, yaitu kira-kira setinggi tombak sampai matahari tergelincir yaitu menjelang waktu dhuhur. Hukum mengerjakan shalat dhuha adalah sunnah. Shalat dhuha memiliki keutamaan yang besar bagi pelakunya sehingga rasulullah menganjurkan para sahabat dan seluruh kaum muslim untuk melaksanakannya.

Bilangan rakaat shalat dhuha. Shalat dhuha dikerjakan sekurang-kurangnya dua rakaat dan sebanyak-banyaknya sebelas rakaat.

Page 23: Pengurusan Jenazah

Pertanyaan

Fitri Rahayu

Jelaskan kembali tentang hadist aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah selalu melaksanakan salat tarawih sebanyak 11 rakaat diluar bulan ramadhan?

Annisa Nur Fitriani

Bagaimana ketika shalat tarawih yang dilaksanakan empat rakat dalam satu salam, bacaan tahiyat awalnya bagaimana?

Page 24: Pengurusan Jenazah

Jawaban Pretanyaan Fitri Rahayu

Hadits yang Aisyah yang dijadikan dalil, bukan hadits tentang shalat Tarawih. Hadits tersebut adalah hadits pada pekerjaan shalat malam Rasulullah pada umumnya, yakni shalat Witir. Karenanya para Fuqaha (ahli Fiqh) tidak menyetujui untuk menjadikan hadits tersebut sebagai dalil shalat Tarawih. Dengan alasan shalat Tarawih merupakan ibadah khusus yang hanya dilakukan pada bulan Ramadhan, dan jumlah bilangan shalat Tarawih 20 rakaat ditambah shalat Witir 3 rakaat, telah disosialisasikan oleh para sahabat, dalam hal ini adalah Sayidina Umar Ibn Khatthab yang disepakati dan disetujui oleh para sahabat lainnya. Lantaran pada umumnya para Imam tidak mempunyai kemampuan untuk mengingkari apa yang menjadi perintah Rasulullah Saw.: “Hendaklah kalian ikuti sunnahku dan sunnah para Khalifah yang mendapat petunjuk setelahku, peganglah dengan kuat dan gigitlah olehmu dengan geraham.” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, at-Tirmidziy, al-Hakim dan al-Bayhaqiy).

Pelanggaran terhadap yang disepakati para sahabat merupakan pelanggaran terhadap agama. Sehingga dalam Madzhab Syafi’i, kalau shalat Tarawih dikerjakan bukan dengan cara 2 rakaat, 2 rakaat, shalat Tarawih tersebut dipandang batal/tidak sah.

Page 25: Pengurusan Jenazah

Jawaban Pertanyaan Annisa Nur Fitriani

Para Imam Madzab sepakat bahwa pelaksanaan shalat yang dilakukan 4 rakaat tidak diperbolehkan dan salat tarawihnya menjadi tidak sah. Hal ini merujuk pada Hadist aisyah yang telah dijelaskan dalam pertanyaan sebelumya.