Pengukuran Psikomorik,Kps, Dan Afektif(1)

download Pengukuran Psikomorik,Kps, Dan Afektif(1)

of 53

description

pengukuran psikomotorik, kps dan afektif

Transcript of Pengukuran Psikomorik,Kps, Dan Afektif(1)

PENGUKURAN PSIKOMORIK, KPS, DAN AFEKTIF

Disusun oleh:1. PUJI HENDARTOK43120512. SEPTYANA DEWIK43120613. SITI KHOTIJAHK43120634. WINARNI K4312074

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN P. MIPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARETT.A 2013/2014

Kata Pengantar

Puji serta syukur kami panjatkan ke khadirat Allah atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pengukuran Psikomotorik, KPS, dan Afektif. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari pengajar mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi.Dalam Penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman teman mahasiswa FKIP Biologi UNS dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Surakarta, 25 April 2014

Penyusun

BAB IPendahuluan

Umpan balik/feed back yang dilakukan oleh pendidik amat menentukan terhadap perencanaan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya. Serta umpan balik hanya akan tepat jika evaluasi yang dilakukan berjalan secara tepat dan benar.Evaluasi dalam pembelajaran salah satunya ialah evaluasi terkait dengan individu. Individu itu diukur sejauh mana peserta didik mampu menyerap materi yang telah dipelajari bersama yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.Tiga aspek pengukuran ini masing-masing memiliki fungsi yang berbeda yang dapat digunakan oleh pendidik untuk mengukur, sejauh mana peserta didik mampu menyerap materi. Untuk kemudian hasil pengukuran tersebut berguna untuk evaluasi dan umpan balik terhadap kegiatan pembelajaran selanjutnya.Rumusan Penulisan Makalah :1. Bagaimana pengukuranaspek psikomorik?2. Bagaimana pengukuran aspekafektif ?Tujuan Penulisan Makalah :Dengan penyusunan makalah ini diharapkan penyusun, teman teman mahasiswa FKIP Biologi angkatan 2012, teman mahasiswa yang lain mampu memahami :1. Prinsip dasar pegukuran psikomorik.2. Prinsip dasar pegukuran KPS.3. Maksud dan prinsip dalam pengukura

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Berkaitan dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotorberhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilanmanipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkanbahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaranyang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksireaksi fisik danketerampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlianseseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu:gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakanterampil, dan komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorikatau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalahgerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Kemampuanperseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak.Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil.Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilandalam olah raga. Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasidengan menggunakan gerakan.Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specificresponding, motor chaining, rule using. Pada tingkat specific responding pesertadidik mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat,atau diraba), atau melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnyamemegang raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor chaining pesertadidik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadisatu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola, menggergaji, menggunakanjangka sorong, dll. Pada tingkat rule using peserta didik sudah dapatmenggunakan pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang komplek,Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor (3) misalnya bagaimana memukul bola secara tepat agar dengan tenaga yang samahasilnya lebih baik.Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotordapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi,artikulasi, dan naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatankegiatansederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikansebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepatkarena pernah melihat atau memperhatikan hal yang sama sebelumnya.Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernahdilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh,seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan padapetunjuk guru atau teori yang dibacanya. Kemampuan tingkat presisi adalahkemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampumenghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik dapat mengarahkanbola yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan. Kemampuan padatingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepatsehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh, pesertadidik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arahbola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudahdapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatantepat serta memukul bola dengan arah yang tepat pula. Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatanyang fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpaberpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnyadengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.Untuk jenjang Pendidikan SMA, mata pelajaran yang banyak berhubungan denganranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, senibudaya, fisika, kimia, biologi, dan keterampilan. Dengan kata lain, kegiatanbelajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik diaula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktikitu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkandengan ranah psikomotor.BAB IIIPEMBAHASANA. . Pembelajaran PsikomotorMenurut Ebel (1972), ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai, metodepembelajaran, dan evaluasi yang akan dilaksanakan. Oleh karena ada perbedaantitik berat tujuan pembelajaran psikomotor dan kognitif maka strategipembelajarannya juga berbeda. Menurut Mills (1977), pembelajaran keterampilanakan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambilmengerjakan (learning by doing). Leighbody (1968) menjelaskan bahwaketerampilan yang dilatih melalui praktik secara berulang-ulang akan menjadikebiasaan atau otomatis dilakukan. Sementara itu Goetz (1981) dalampenelitiannya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan berulang-ulang akanmemberikan pengaruh yang sangat besar pada pemahiran keterampilan. Lebihlanjut dalam penelitian itu dilaporkan bahwa pengulangan saja tidak cukupmenghasilkan prestasi belajar yang tinggi, namun diperlukan umpan balik yangrelevan yang berfungsi untuk memantapkan kebiasaan. Sekali berkembang makakebiasaan itu tidak pernah mati atau hilang.Sementara itu, Gagne (1977) berpendapat bahwa kondisi yang dapatmengoptimalkan hasil belajar keterampilan ada dua macam, yaitu kondisi internaldan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara (a)mengingatkan kembali bagian dari keterampilan yang sudah dipelajari, dan (b)mengingatkan prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasai.Sementara itu untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan (a) instruksiverbal, (b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik.Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapalangkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yangoptimal. Mills (1977) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktikadalaha. menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan,b. menganalisisketerampilan secara rinci dan berutan,c. mendemonstrasikan keterampilandisertai dengan penjelasan singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butirkunci termasuk kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaandan bagian-bagian yang sukar,d. memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan,e. memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik.Edwardes (1981) menjelaskan bahwa proses pembelajaran praktik mencakup tigatahap, yaitu: a. penyajian dari pendidik, b. kegiatan praktik peserta didik, danc. penilaian hasil kerja peserta didik. Guru harus menjelaskan kepada pesertadidik kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu.Kompetensi kunci adalah kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agartugas atau pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal.Sebagai contoh, dalam memukul bola, kompetensi kuncinya adalah kemampuanpeserta didik menempatkan bola pada titik ayun. Dengan cara ini, tenaga yangdikeluarkanhanya sedikit namun hasilnya optimal. Contoh lain, dalammengendorkan mur dari bautnya, kompetensi kuncinya adalah kemampuanpeserta didik memegang kunci pas secara tepat yakni di ujung kunci. Dengan caraini tenagayang dikeluarkan untuk mengendorkan mur jauh lebih sedikit biladibandingkan dengan pengendoran mur dengan cara memegang kunci pas yangtidak tepat.Dalam proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja tidak bolehdikesampingkan, baik bagi peserta didik, bahan, maupun alat. Leighbody (1968)menjelaskan bahwa keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari prosespembelajaran psikomotor. Guru harus menjelaskan keselamatan kerja kepadapeserta didik dengan sejelas-jelasnya. Oleh karena kompetensi kunci dankeselamatan kerja merupakan dua hal penting dalam pembelajaran keterampilan,maka dalampenilaian kedua hal itu harus mendapatkan porsi yang tinggi.B. Pengukuran ranah psikomotorik1. Pengertian pengukuran ranah psikomotorIstilah psychomotor, psikomotor terkait dengan kata motor, sensory-motor, atau perceptual- motor.Ranah psikomotorerat kaitannya dengan kerja otot yang menjadi penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang sederhana seperti gerakan-gerakan dalam shalat sampai dengan gerakan-gerakan yang kompleks seperti gerakan-gerakan dalam praktik manasik ibadah haji. .Ranah psikomotorik ini mengharakan siswa memilki Keterampilan Proses Sains ( KPS). Menurut Djemari M (2004: 4-5) keterampilan psikomotorik berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Dengan kata lain, kemampuan psikomotor berhubungan dengan gerak, yaitu menggunakan otot seperti lari, melompat, melukis, berbicara, membongkar dan memasang peralatan, dan sebagainya. Peringkat ketarampilan ini ada lima, yaitu : gerakan reflek, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan terampil dan komunikasi nondiskursif. sedangkan menurut M. Arif keterampilan psikomotor didefinisikan sebagai: (1)Serangkaian gerakan otot-otot secara terpadu untuk dapat menyelesaikan suatu tugas; (2) Keterampilan yang memerlukan terutama koordinasi fungsi syaraf motorik dan otot; (3) Keterampilan profesional yang dikembangkan secara sadar melalui proses pendidikan.Jika dilihat dari sistem taksonomi / sistem klasifikasi ranah psikomotor menurut Harrow ( James, RM dkk. 2005: 10) ada 6, yaitu : (1) Reflex Movements (gerakan refleks), yakni respons gerakan yang tak disadari yang dimiliki individu sejak lahir, mencakup : refleks segmental, refleks intersegmental, dan refleks suprasegmental. Ketiga refleks ini terkait dengan gerakan-gerakan yang dikoordinasikan oleh otak dan bagian-bagian sumsum tulang belakang.(2) Basic-Fundamental Movements (basik gerakan dasar), yaitu gerakan-gerakan yang menuntut kepada keterampilan yang kompleks sifatnya, meliputi : gerakan lokomotor (gerakan yang mendahului kemampuan berjalan seperti tengkurap, merangkak, memanjat); gerakan nonlokomotor (gerakan dinamik dalam suatu ruangan yang bertumpu pada suatu sumbu tertentu); gerakan manipulatif (gerakan yang terkoordinasikan seperti gerakan dalam ibadah shalat).(3) Perseptual Abilities (kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan) meliputi ; diskriminasi kinestetik (menyadari akan gerakan tubuh seseorang) kesadaran bodi (menyadari gerakan pada dua sisi tubuh, satu sisi tubuh, keseimbangan atau keberatsebelahan); imej bodi (perasaan adanya gerakan yang terkait dengan badannya sendiri); hubungan bodi dengan lingkungan sekitar (arah dan kesadaran badan kaitannya dengan lingkungan ruang sekitar); diskriminasi visual : kemampuan membedakan bentuk dan bagian kemampuan mengikuti objek mengingat pengalaman visual membedakan figur yang dominan di antara latar belakang yang kabur konsistenssi, pengenalan konsep viual;(4) Physical Abilities (kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan gerakan-gerakan keterampilan tingkat tinggi, meliputi ketahanan, kekuatan, kellenturan, kecerdasan otak (agility) atau kemampuan untuk bergerak cepat.(5) Skilled Movements (gerakan yang memerlukan belajar) misal keterampilan menakar atau menimbang beras zakat fitrah, meliputi keterampilan adaptasi terkait dengan basik gerakan dasar; keterampilan adaptasi kombinasi misal menggunakan peralatan tertentu; keterampilan adaptasi kompleks seperti menguasai mekanime seluruh tubuh dalam gerakan-gerakan shalat;(6) Non-Discursive Communication (kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan), meliputi : gerakan ekspresif; gerakan interpretif seperti gerakan dalam seni dan kreatif (improvisasi).2. Tujuan Pengukuran psikomotorMengukur untuk menggambarkan pengetahuan dan keterampilan peserta didikatau sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Terdapat beberapa alasan mengapamengukur pencapaian peserta didik, salah satunya adalah memberikan umpan balikdengan mempertimbangkanefektifitas pembelajaran. Pengetahuan pada performancesiswa membantu guru untuk mengevaluasi pembelajaran dengan menunjuk areadimana pembelajaran telah efektif dan area dimana siswa belum menguasai. Informasiini digunakan untuk merencanakan pembelajaran selanjutnya dan memberikannasehat untuk metode pembelajaran alternatif. Umpan balik memberikan fungsi.Pertama menginformasikan pada guru dan siswa mengenaitingkat performance siswasaat pembelajaran. Kedua, memberikan informasi diagnosis yang dapat digunakanuntuk merencanakan pembelajaran selanjutnya, dan atau remedial. Ketiga, denganmempertimbangkan hasil beberapa tes, dapat memperoleh pengukuran kemajuan danperbaikan siswa. Selain sebagai umpan balik, alasan mengukur adalah untukmemberikan motivasi, menentukan peringkat, profisiensi dengan memberikansertifikat bahwa siswa telah mencapai tingkat kemampuan (minimal) dalam suatubidang tertentu, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk penilaian pembelajaran.Kompleksitas pengukuran di bidang pendidikan membutuhkan keahliankhusus. Oleh karena itu kemampuan dalam membuat tes dan melakukan pengukuranserta penilaian merupakan kompetensi profesional yang dipersyaratkan dalam duniapendidikan.Pembelajaran merupakan kegiatan yang memiliki perencanaan dan bertujuan.Dalam pelaksanaannya harus mengedepankan interaksi dua arah, yaitu siswa danguru.Guru secara aktif mengajar kepada siswa , dan siswapun secara aktif melakukankegiatan belajar. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku. Perubahan iniharus dapat diukur. Guru memiliki tugas untuk menlihat bagaimana perubahan yangterjadi pada diri siswa sebagai hasil mengajar yang dilakukan (http://pustaka.ut.ac.id)3. Ciri-ciri pengukuran ranah psikomotorRanah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melaluli keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainyaPenilaian psikomotorik dapat di lakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak di gunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengtukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.Observasi di lakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak di observasinya, lalu di buat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang di buat.Sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk observasi, bisa pula dalam bentuk member tanda cek pada kolom jawaban hasil observasi.4. Pengukuran Ranah PsikomotorPengukuran ranah psikomotor mengukur keterampilan motorik, dan kesegaran jasmani. Pada umumnya tes psikomotor meliputi dua hal: (1) produk performa motorik yang mengukur kecepatan, kekuatan, keajegan servise dll, (2) proses pelaksanaan performa mengukur pola yang digunakan misalnya: untuk melakukan service tenis. Cakupan pengukuran aspek psikomotorik menurut M. Arif dan Pascasarjana UNY (2003: 2) meliputi: (1) Meniru, mampu melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya (imitation); (2) Menyusun, mampu melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat, hanya berdasar pada pedoman atau petunjuk saja (manipulation); (3) Melakukan dengan prosedur, mampu melakukan kegiatankegiatan yang akurat sehingga menghasilkan produk verja yang presisi (precision); (4) Melakukan dengan baik dan benar serta tepat sehingga diperoleh produk verja yang utuh (articulation), dan (5) Melakukan tindakan secara alami (naturalization), sehingga diperlukan pentahapan agar pengukuran ranah psikomotor dapat mencapai hasil yang diharapkan. Tahap pengukuran psikomotor dimulai dari analisis tugas, demensi kompetensi, pengukuran (skoring) sampai kepada penilaian. Agar demensi ranah psikomotor dapat diukur mensyaratkan beberapa hal, diantaranya adalah :(1) Dapat memberikan data sensorik (observable);(2) Dapat dirumuskan secara operacional; (3) Mempunyai variabilitas nilai; (4) Dapat memberikan respon yang mirip/ sama pada berbagai pengamat; dan(5) Terdapat pada subjek yang diukur .Merencanakan TesDalam merencanakan tes harus diketahui karakteristik instrumen yang baik.Apa tujuan tes dan informasi apa yang ingin diperoleh dalam tes sangat pentingdiperhatikan dalam merencanakan tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranyaadalah:(1) Tes harus mengukur hasil yang merefleksikan pencapaian tujuan. Tesharus mengukur materi yang telah diajarkan, dan hanya mengukur pengetahuan danketerampilan yang telah diajarkan. (2) Kondisi standard, jika pengguna tes tidakmenggunakan tes di bawah kondisi yang sama (waktu, tingkat kesukaran dan kontensama), perbedaan factor akan mempengaruhi performance sehingga skor teste tidakdapat langsung dibandingkan. (3) Kesukaran item, didefinisikan sebagai persentasiseseorang yang menjawab item dengan benar. Kesukaran item ditentukan bebarapahal antara lain umur siswa, dalam mastery testing item yang bagus akan dijawab olehsiswa yang menguasai materi. (4) Konsistensi atau reliability adalah hal pentingdalam tes karena jika tes tidak mengukur secara konsisten skor individu akanbervariasi dari waktu ke waktu. (5) Skor yang penuh arti.(Brown FG)Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja(performance)yang telah di kuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat nerupa tespaper andpencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes untuk kerja.1) tes simulasiKegiatan psikomotorik yang di lakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat di pakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat di nilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.2) tes untuk kerja (work sample)Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakh peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas di lapangan yang sebenarnya.Tes simulasi dan tes untuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan daftar cek (chek-list) ataupun skala penilaian (rating scale). Psikomotorik yang di ukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kerang, dan tidak baik.Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila di bandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes untuk kerja atau lembar tugas.Contohnya kemampuan psikomotor yang di bina dalam belajar matematika misalnya berkaitan dengan kemampuan mengukur (dengan satuan tertentu, baik satuan baku maupun tidak baku), menggambar bentuk-bentuk geometri (bangun datar, bangun ruang, garis, sudut, dll) ata tanpa alat. Contoh lainnya, siswa di bina kompetensinya menyangkut kemampuan melukis jaring-jaring kubus secara psikomotor dapat dilihat dari gerak tangan siswa dalam menggunakan peralatan (jangka dan penggaris) saat melukis. Secara teknis penilaian ranah psikomotor dapat di lakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.Dalam ranah psikomotorik yang di ukur meliputi (1) gerak reflex, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perceptual, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.5. Pengembangan Instrumen Ranah PsikomotorUntuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua halyang perla diperhatikan, (Pascasarjana UNY, 2003:3-7) yaitu: membuat soal danmembuat instrumen untuk mengamati jawaban peserta didik. Soal untuk hasil belajarranah psikomotor dapatberupa soal, lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, danlembar eksperimen. Untukinstrumen mengamati jawaban siswa dapat berupa lembarobservasi, lembar penilaian, dan portofolio.Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasikeberadaan suatu benda atau kemunculan aspek-aspek keterampilan yang diamati.Lembarpenilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai kinerja atau menilaikualitas pelaksanaan aspek-aspek keterampilan yang diamati. Sedangkan portofolioadalah kumpulan pekerjaan siswa yang teratur dan berkesinambungan sehinggapeningkatan kemampuan siswa dapat diketahui untuk menuju satu kompetensitertentu.1. Konstruk InstrumenSama halnya dengan ranah kognitif, ranah psikomotor harus mengacu padastndarkompetensi yang dijabarkan menjadi kemampuan dasar. Setiap butirkompetensi dijabarkan menjadi tiga sampai enam butir kemampuan dasar, setiap batirkemampuan dasar dapt dijabarkan menjadi tiga sampai enam indikator, dan setiapindikator harus dapat dibuat lebih dari satu butir sola. Namun, adakalanya satu butir soal ranah psikomotor terdiri dari beberapa indikator.. Selanjutnya, untuk menilaijawaban siswa terhadap soal ranah psikomotor, perlu disiapkan lembar observasi, ataulembar penilaian, atau dapat juga portofolio.2. Penyusunan Rancangan PenilaianKebanyakan guru tidak merancang sistem penilaiannya dengan tertulis rapi,sehingga ada kesan bahwa penilaian yang dilakukan guru tidak direncanakan denganbaik. Bahkan, ada kesan bahwa tugas ataupun ulangan harian dapat diberikan kapansaja dan dapat digunakansenjata pengaman dikala guru tidak siap mengajar. Olehkarena itu, sebaiknya guru merancang secara tertulis rapi sistem penilaian yang akandilakukan selama satu semester. Rancangan penilaian besifat terbuka, siapa saja bolehmelihat.3. Penyusunan Kisi-kisiKisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga sipapun yang menulis soal yang isi dan tingkat kesulitannya relative sama.4. Penyusunan Instrumen PsikomotorInstrumen psikomotor terdiri dari dua macam, yaitu: (a) soal, dan (b) lembar yangdigunakan untuk mengamati dan menilai jawaban siswa terhadap soal tersebut.a. Penyusunan SoalLangkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotor adalahmemcermati kisi-kisi instrument psikomotor yang telah dibuat. Soal harusdijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi pembelajaran danpengalaman belajar. Namur adakalanya soal ranah psikomotor untuk ujian blokbiasanya sudah mencapai tingkat psicomotor manipulasi, mencakup beberapaindikator.b. Penyusunan Lembar Observasi dan Lembar PenilaianLembar observasi dan lembar penilaian harus mengacu pada soal. Soal atau lembar tugas atau perintah kerja inilah yang selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan. Untuk soal dari kisi-kisi di atas, cara menuliskan lembar penilaian atau lembar observasinya adalah sebagai berikut:1) Mencermati soal (dalam hal ini keterampilan menendang dalam sepakbola)2) Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan kunci dalam menendang, seperti:awalan, kaki tumpu, perkenaan kaki dengan bola, pandangan mata, gerak ikutandan hasil tendangan3) Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan yang ada tiap-tiap aspek keterampilankunci( dalam hal ini aspek keterampilan kunci posisi awalan dirinci menjadi aspekketerampilan berlari, sudut awalan sampai menendang).4) Menentukan jenis lembar untuk mengamati kemampuan siswa itu, apakah lembarobservasi atau lembar penilaian5) Menuliskan aspek-aspek keterampilan dalam bentuk pertanyaan/ pernyataan kedalam tabel.6) Membaca berulang-ulang lembar penilaian atau lembar observasi untukmeyakinkan bahwa instrumen yang ditulis sudah baik.7) Meminta orang lain untuk membaca atau ,mnelaah instrumen yang kita tulis.CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK RANAH PSIKOMOTOR (P1-P4)PENIRUAN (PI)MANIPULASI (P2)KETETAPAN (P3)ARTIKULASI (P4)

Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan

Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam

Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk

Melamar Memilah Mengirim Memadankan

Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan

Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai

Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir

Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjelaskan

Membangun Menempatkan Mencampur Menempel

Mengubah Membuat Mengoperasikan Menskestsa

Membersihkan Memanipulasi Mengemas Mendengarkan

Memposisikan Mereparasi Membungkus Menimbang

Mengkonstruksi Mencampur

C. Pengukuran Keterampilan Proses Sains1. Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses SainsSecara umum pembahasan pokok uji KPS lebih ditujukan untuk membedakan dengan pokok uji biasa yang mengukur penguasaan konsep. Secara khusus karakteristik jenis keterampilan proses tertentu akan dibahas dan dibandingkan satu sama lain,sehingga jelas perbedaannya.a. Karateristik umumSecara umum butir soal ketrampilan proses dapat dibedaan dari pokok uji penguasaan konsep. Pokok-pokok uji keterampilan proses memeiliki beberapa karakteristik:I. Pokok uji KPS tidak boleh dibebabni konsep ( non-concept burdan). Hal ini diupayakan agar pokok uji tersebut tidak rancu dengan penguasaan konsepnya. Konsep dijadikan konteks. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun pokok uji sudah dipelajari siswa atau tida asing bagi siswa ( dekat dengan kehidupan sehari-hari)II. Pokok uji KPS mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh responden atau siswa. Informasi dalam pokok uji ketrampilan proses dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam table atau uraian atau objek asli.III. Seperti pokok uji padaumumnya , aspek yang akan diukur oleh pokok uji KPS harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misalnya interprestasi.IV. Sebaiknya ditampilan gambar untuk membantu menghadirkan objek.b. Karakteristik khususObservasi: harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya.Interprestasi : harus menyajikan sejumlah data untu memperlihatkan polaKlasifikasi: harus ada kesempatan mencari/menemukn persamaan dan perbedaan, atau diberian criteria tertentu untuk melakukan pengelompokan , atau ditentuan umlah kelompok yang yang harus dibentuk.Prediksi :harus jelas pola/kecenderungan untu dapat mengajukan dugaan/ramalanBerkomunikasi : harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian lainnya,misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk table ke bentuk grafik.Bberhipotesis: dapat meruuskan dugaan atau jawaban sementara , atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua ariabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan.Merencanakan percobaan atau penyelidikan :harus member kesempatan untuk mengusulkn gagasan berenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus di tempuh, menentukan peubah, variable, mengendalikan ppeubah.Menerapkan konsep atau prinsip: harus memuat konsep/prinsip yang aan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnyaMengajukan pertanyaan : harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tida biasa, kontradiktif agar responden atau siswa termotivasi untu bertanya.2. Penyusunan Pokok Uji KPS Penyusunan pokok uji KPS menuntut penguasaan masing masing jenis keterampilan prosesnya(termasuk pengembangannya). Sebaiknya dpilih satu konsep tertentu untuk dijadian konteks. Dengan menginga karakteristik jenis keterampilan proses yang akan diukur, sajikan sejumlah informasi yang perlu di olah. Setelah iu disiapkan pertanyaan atau suruhan yang dimaksudkan untuk memperoleh respon atu jawaban yang diharapan. Tentuan pua bagaimanabentuk respon yang dimint, member tanda silang pada a,b,c, aau menulisn jawaban singat 3 buah atau bentuk lainnya.Umpamanya akan disusun pokok uji keterampilan observasi tentan bagian-bagian bunga. Maka guru memberikan bunga sesugguhnya untuk diperiksa. Sebaiknya bunga yang disiapkan adalah bunga yang beraneka ragam yang kontras dan memiliki bau khas. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan keadaan mahkota bunga, bentuk kepala sari, eadaa kepala putik dan cirri khas lainnya. Siswa diminta dalam bentuk jawaban singkat lima buah berurutan ke bawah a sampai e.3. Pemberian Skor Pokok Uji KPSSebagaimana pokok uji pada umumnya , poko uji KPS perlu diberi skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu , misalnya masing-masing 1 untuk pokok uji observasi diatas berarti jumlah skor 5Keterampilan Proses Sains dan Indikator-indikator Keterampilan Proses Sains.Keterampilan Proses SainsIndikator

Mengamati(observasi)a. Menggunakan sebanyak mungkin inderab. Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan

Mengelompokan(Klasifikasi)a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisahb. Mencari perbedaan dan persamaanc. Mengontraskan ciri-cirid. Membandingkane. Mencari dasar pengelompokkan atau penggolonganf. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan

Menafsirkan(Interpretasi)a. Menghubungkan hasil-hasil pengamatanb. Menemukan pola dalam suatu seri pengamatanc. Menyimpulkan

Meramalkan(Prediksi)a. Menggunakan pola-pola hasil pengamatanb. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

Mengajukan pertanyaana. Bertanya apa, bagaimana, dan mengapab. Bertanya untuk meminta penjelasanc. Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis

Berhipotesisa. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadianb. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dalam memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah

Merencanakan Percobaan/penelitiana. Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakanb. Menentukan variabel atau faktor penentu.c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatatd. Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja

Menggunakan alat/bahana. Memakai alat dan bahanb. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahanc. Mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan

Menerapkan konsepa. Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi barub. Mengguanakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

Berkomunikasia. Memerikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagramb. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematisc. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitiand. Membaca grafik atau tabel diagrame. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwaf. Mengubah betuk penyajian

Melaksanakan percobaan/eksperimentasi

(Sumber :Rustaman et al, 2003)

B. PENGUKURAN AFEKTIFHingga dewasa ini, ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit untuk digarap secara operasional. David Krathwohl beserta para koleganya yang adalah para pakar dengan reputasi akademik memadai pun mengeluh betapa sulit mengembangkan kawasan afektif terutama jika dibandingkan dengan kawasan kognitif. Kawasan afektif seringkali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan psikomotorik. Teoretik kita bisa membedakannya, praktiknya tidak demikian.Afektif merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Kita hanya dapat memotretnya melalui perilaku wujud, apakah perkataan atau perbuatan. Kemunculan perilaku ini bisa menunjukkan 3 kecenderungan atau arah (Anderson, 1981): positif, netral, atau negatif. Selain memiliki arah, afek juga memiliki intensitas, artinya perilaku yang dinyatakan dalam tujuan atau kompetensi afektif haruslah yang mempunyai kemungkinan tinggi (high probability behavior). Pengukuran afektif harus pula menyediakan pernyataan kondisi dalam kompetensi atau tujuannya, yang menunjukkan terjadinya perilaku yaitu berupa sejumlah preferensi atau pilihan yang disediakan bagi siswa. Siswa bebas memilih. Juga mengandung pernyataan kriteria, apakah kriteria yang terkait dengan jumlah subjek atau jumlah kegiatan/perilaku.Struktur ranah afektif sebagaimana dikembangkan Krathwohl et al (1964) cukup rumit. Artinya struktur afektif ini unsur-unsurnya cukup kompleks. Tidak semua karakteristik afektif harus dievaluasi di sekolah. Beberapa karakteristik afektif yang perlu diperhatikan (diukur dan dinilai) terkait dengan mata pelajaran di sekolah adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai (Dikdasmen, 2003). Sikap berhubungan dengan intensitas perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek psikologik (misal kegiatan pembelajaran, atau mata pelajaran). Minat berhubungan dengan keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek psikologik, atau pilihan terhadap suatu kegiatan. Konsep diri berhubungan dengan pernyataan sendiri tentang keadaan diri sendiri, tentang kemampuan diri terkait objek psikologiknya. Nilai berhubungan dengan keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Teknik pengukuran afektif dapat dilakukan dengan berbagai ragam misal:1. Skala bertingkat (rating scale; suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan).2. Angket (questionaire; sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa).3. Swalapor (berupa sejumlah pernyataan yang menggambarkan respon diri terhadap sesuatu).4. Wawancara (interview; tanya jawab atau dialog untuk menggali informasi terkait dengan afek tertentu).5. Inventori bisa disebut juga sebagai interviu tertulis. Dilihat dari banyaknya jajaran kalimat yang isinya hanya perlu di dijawab dengan tanda check, inventori dapat disebut checklist (menandai), daftar atau inventarisasi pribadi, dan lain-lain alat atau teknik nontes.Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Anderson, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes (Sudrajat, 2008).

Mengukur Ranah AfektifMenurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri (Sudrajat, 2008).Menurut Popham (1995), ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya (Sudrajat, 2008)Pembelajaran afektif berbeda dengan pembelajaran intelektual dan keterampilan, karena segi afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi khusus yang harus dipelajari. Hal-hal diatas menuntut penggunaan metode mengajar dan evaluasi hasil belajar yang berbeda dari mengajar segi kognitif dan keterampilan.

Tingkatan Ranah Afektif, Ciri-Cirinya, dan Penggunaan Kata Kerja Operasional.Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang dahulu sering disebut perkembangan emosional dan moral. Ranah afektif mempunyai limatingkat/hasil belajar yaitu :1.Menerima/menaruh perhatian terhadap nilai tertentu (receiving)Merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulasi secara pasif yang meningkat secara lebih aktif. Dalam menerima, siswa diminta untuk menunjukkan kesadaran, kesedian untuk menerima, dan perhatian untuk terkontrol atau terpilih. Ciri-cirinya :Aktif menerima dan sensitif (tanggap) dalam menghadapi gejala-gejala (fenomena)Siswa sadar tetapi sikapnya pasif terhadap stimulusSiswa sedia menerima, pasif terhadap fenomena tetapi sikapnya mulai aktifSiswa mulai selektif, artinya sudah aktif melihat dan memilih

No.Kata KerjaKalimat

1MemilihSiswa dapat memilih materi kimia yang dianggap mudah.

2MempertanyakanSiswa dapat mempertanyakan hal-hal yang dianggap sulit dalam konsep asam-basa.

3MengikutiSiswa mampu mengikuti proses belajar dengan baik di dalam kelas.

4MemberiSiswa mampu member pertanyaan terhadap materi yang disampaikan guru di kelas.

2.Merespons (responding)Merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulant dan merasa terikat sertasecara aktifmemperhatikan. Untuk merespon, siswa diminta untuk menunjukkan persetujuan kesediaan, dan kepuasan dalam merespon. Ciri-cirinya :Bersedia menerima, menanggapi dan aktif menyeleksi reaksiCompliance (manut) mengikuti sugesti dan patuhSedia menanggapi atau meresponPuas dalam menanggapiNo.Kata KerjaKalimat

1MenjawabSiswa dapat menjawab soal-soal yang diberikan guru tentag sifat koligatif larutan.

2MengajukanSiswa mampu mengajukan pertanyaan tentang sifat-sifat fisis unsur golongan IA.

3MenolakSiswa mampu menolak penjelasan temannya yang dianggap kurang benar melalui diskusi kelompok di kelas.

4MenampilkanSiswa dapat menampilkan konsep asam-basa yang diketahuinya di depan kelas.

5MelaporkanSiswa dapat melaporkan gejala-gejala yang ia temui tentang sifat-sifat kimia unsure.

6MembantuSiswa dapat membantu temannya dalam memahami konsep teori asam-basa.

3.Menghargai / Menilai (valuing)Merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatansehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan begaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi.Dalam menilai, siswa dituntut untuk menunjukkan penerimaan terhadap nilai, kesukaran terhadap nilai, dan keterikatan terhadap nilai. Ciri-cirinya :Sudah mulai menyusun/memberikan persepsi tentang obyek/fenomenaMenerima nilai (percaya)Memilih nilai/seleksi nilaiMemiliki ikatan batin (memiliki keyakinan terhadap nilai)No.Kata KerjaKalimat

1MenafsirkanSiswa dapat menafsirkan hasil percobaan mengenai normalitas asam oksalat.

2MemutuskanSiswa mampu memutuskan reaktan-reaktan yang diperlukan untuk mensintesis suatu produk yang diinginkan

3MengoreksiSiswa mampu mengoreksi kesalahan yang terjadi pada setiap percobaan.

4.Organisasi (organization)Merupakan kemampuan untuk membentuk suatu system nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya. Untuk menunjukkan kemampuan mengorganisasi ini, siswa diminta untuk mengorganisasikan nilai-nilai ke suatu organisasi yang telah besar. Ciri-cirinya :Pemilikan sistem nilaiAktif mengkonsepsikan nilai dalam dirinyaMengorganisasikan sistem nilai (menjaga agar nilai menjadi aktif dan stabil).No.Kata KerjaKalimat

1MengelolaSiswa mampu mengolah data-data hasil percobaan menjadi informasi yang tepat.

2MenataSiswa dapat menata alat-alat percobaan dengan benar

3Membentuk pendapatSiswa dapat membentuk pendapat dari hasil percobaan yang telah dilakukan

5.Karakteristik suatu nilai atau perangkat nilai-nilai (Characterization by a value or value complex)Merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan masing-masing nilai pada waktu merespons, dengan jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan. Dalam karaterisasi ini, siswa diminta untuk menunjukkan kemampuannya dalam menjelaskan, memberikan batasan, dan/atau mempertimbangkan nilai-nilai yang direspon. Ciri-cirinya :Menyusun berbagai macam sistem nilai menjadi nilai yang mapan dalam dirinyaPredisposisi nilai (terapan dan pemilikan sistem nilai)Karakteristik pribadi, atau internalisasi nilai (nilai sudah menjadi bagian yang melekat dalam pribadinya)

No.Kata KerjaKalimat

1MendengarkanSiswa dapat mendengarkan dengan baik penjelasan dari guru

2MenunjukkanSiswa dapat menunjukkan sifat-sifat koligatif larutan

3MembuktikanSiswa dapat membuktikan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

4MemecahkanSiswa dapat memecahkan soal-soal stoikiometri

Perancangan Skala SikapDalam setiap perencanaan skala psikologis, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penentuan tujuan pengukuran dan batasannya. Artinya, ciri-ciri psikologis berupa aspek kepribadian manusia yang hendak diungkap harus diidentifikasi dengan jelas terlebih dahulu, dibatasi konstruk atau konsepsi teoritiknya, selanjutnya didefinisikan secara operasional dalam bentuk indikator-indikator perilaku agar dapat diukur.Pada perancangan skala sikap terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan. Pertama, penentuan dan pembatasan konsep sikap yang akan digunakan. Batasan konsep sikap yang akan digunakan dapat dikembalikan acuannya kepada teori yang membicarakan mengenai struktur atau perkembangan sikap beserta aspek-aspeknya. Sebagai contoh, dalam teori tentang sikap disebutkan bahwa sikap mengandung aspek-aspek perasaan (afektif), pikiran (kognitif), dan kecenderungan bertindak (konatif). Aspek-aspek ini merupakan isi komponen sikap dalam rancangan skala sikap yang dikehendaki. Pada gilirannya nanti, penulisan setiap nomor pernyataan sikap akan mengacu pada salah satu aspek tersebut sehingga keseluruhan pernyataan sikap akan mencakup ketiga aspek yang lengkap.Hal yang perlu diperhatikan berikutnya adalah operasionalisasi komponen sikap itu dalam bentuk indikator sikap. Misalnya, untuk aspek kognitif, penulis skala harus tahu tepat bagaimana bentuk pernyataan yang jawabannya dapat mengindikasikan sikap yang dilandasi oleh aspek kognitif. Begitu juga untuk aspek afektif dan aspek konatif, masing-masing harus dispesifikasikan bentuk pernyataannya sehingga memudahkan penulisan. Selainitu, kejelasan bentuk pernyataan itu juga memungkinkan tercapai tujuan pengukuran yang diinginkan. Dengan demikian, penulis skala sikap boleh menentukan konsepsi sikap yang manakah yang akan digunakannya. Pertimbangan pemilihan konsep sikap yang akan digunakan adalah sejauhmana relevansinya dengan tujuan pengukuran yang akan dilakukan.Kedua, penentuan dan pembatasan objek sikap yang hendak diukur. Berbeda dari variabel kepribadian lain yang biasanya lebih sulit untuk dibatasi konsepnya, pada perancangan skala sikap harus diketahui secara tepat tujuan pengukuran yang dilakukan sehingga memiliki gambaran yang jelas mengenai penyusunan skala sikap. Suatu skala sikap hendaknya mencakup aspek objek sikap yang luas dan relevan. Cakupan ini menyertakan semua aspek yang penting bagi objek sikap itu dan meninggalkan aspek-aspek yang tidak begitu berarti.Komponen objek sikap dikembalikan pengembangannya kepada faktor-faktor yang relevan dengan objek itu sendiri. Misalnya, di dalam penyusunan skala sikap terhadap suatu jenis pekerjaan, komponen objek sikap dikembalikan pada faktor-faktor yang memotivasi atau menjadikan alasan seseorang memilih akan sumber referensi yang dapat dimanfaatkan dan kita sebaiknya mengacu ke sana.Sebagai contoh, dalam penyusunan skala sikap terhadap suatu perguruan tinggi tertentu maka komponen objek sikap dapat dikembangkan sesuai dengan unsur-unsur yang ada dalam sistem pendidikan perguruan tinggi itu. Dalam perancangan sikap terhadap konsep RSBI, kita mungkin melihat problem apa saja yang berkaitan dengan konsep RSBI itu sebagai batasan komponennya. Untuk mengintegrasikan batasan komponen perilaku dan komponen objek sikap, biasanya digunakan semacam tabel spesifikasi atau blue-print. Pembuatan tabel spesifikasi merupakan salah satu langkah standar dalam penyusunan hampir semua alat ukur psikologis.Suatu tabel spesifikasi pada umumnya berupa tabel dua-jalan yaitu tabel yang mempunyai dua sisi yang dalam hal ini berisikan komponen objek sikap dan komponen sikap. Kalau digambarkan secara umum, salah satu model tabel spesifikasi guna penyusunan skala sikap diperhatikan pada Tabel 10.1Tbel 1.1 Model Tabel Spesifikasi yang Digunakan dalam Perancangan Skala SikapKomponen sikapKompenen sikapTotal (%)

afektifkognitifkonatif

I

II

III

IV

V

Total ( %)100

Selanjutnya, Tabel 10.2 menyajikan suatu contoh tabel spesifikasi yang dapat digunakan dalam perencanaan skala terhadap kawasan industri. Tabel 10.2 menunjukkan beberapa aspek yang berkaitan dengan kawasan industri sebagai aspek sikap. Aspek-aspek tersebut mungkin berasal dari hasil-hasil penelitian mengenai pengaruh adanya kawasan industri atau hasil observasi dan pemikiran mengenai aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pembukaan suatu kawasan industri.Tabel 10.2 Model Tabel Spesifikasi yang Digunakan dalam Perancangan Skala Sikap terhadap Kawasan IndustriKomponen sikapKompenen sikapTotal (%)

afektifkognitifkonatif

Aspek Lingkungan55515

Aspek Pendidikan1010525

Aspek Sosial-Budaya1010525

Aspek Keamanan1010-20

Aspek Kesehatan510515

Total ( %)404020100

Angka-angka pada masing-masing kotak atau sel menunjukkan persentase banyaknya sikap yang perlu dibuat agar skala itu nanti setelah ditulis akan mencakup keseluruhan aspek objek sikap secara proporsional sesuai yang telah ditentukan. Bobot relevansi ini dapat ditentukan berdasarkan judgment perancangan sendiri atau hasil diskusi dengan pihak ahli atau mungkin dari temuan penelitian yang pernah ada.Apabila tidak ada dasar yang jelas untuk membedakan bobot relevansi tersebut, kita dapat menyamakan semua bobot untuk setiap aspek. Sesuai dengan presentase yang telah ditetapkan, apabila jumlah pernyataan yang dibuat telah pula ditentukan maka jumlah pernyataan untuk setiap aspek objek sikap dan aspek sikap dengan mudah diketahui. Jadi, bila aspek lingkungan telah ditentukan mewakili 15 % dari jumlah seluruh pernyataan, sedangkan dari 15 % itu terbagi untuk aspek afektif, kognitif, dan konatif masing-masing 5 % maka apabila direncanakan akan membuat sebanyak 60 pernyataan sikap, tentulah 5 % dari 60 atau 3 pernyataan harus berupa pernyataan mengenai aspek lingkungan kawasan industri yang ditulis untuk mengungkapkan perasaan (afeksi) reponden. Hal yag sama berlaku juga bagi komponen kognitif dan komponen konatif. Tabel 10.3 menyajikan satu lagi model tabel spesifikasi yang digunakan dalam perancangan skala sikap terhadap pekerjaan sebagai guru SMA.Tabel 10.3 Model Tabel Spesifikasi yang Digunakan dalam Perancangan Skala Sikap terhadap Pekerjaan sebagai Guru SMAKomponen sikapKompenen sikapTotal (%)

afektifkognitifkonatif

Aspek Tugas Mengajar55515

Aspek Tugas Membimbing55515

Aspek Tugas Administrasi55515

Aspek Profesional105-15

Aspek Ekonomi105-15

Aspek StatusSosial105-15

Aspek Kondisi Kerja55-10

Total ( %)503515100

Tabel 10.3 mengilustrasikan rancangan kisi-kisi atau tabel spesifikasi skala sikap terhadap pekerjaan sebagai guru SMA (dalam contoh ini terbagi atas 7 aspek pekerjaan). Perancang skala berasumsi bahwa ketujuh aspek tersebut relatif sama pentingnya dalam membentuk sikap terhadap pekerjaan guru. Oleh karena itu, bobot masing-masing komponen pun dibuat setara, kecuali bobot untuk aspek kondisi kerja. Kemudian untuk aspek tugas mengajar, aspek tugas membimbing, dan aspek tugas administratif dibuat sebagian butir yang mengandung komponen konatif dikarenakan ketiga aspek tersebut lebih berkaitan langsung dengan pekerjaan guru, sedangkan untuk aspek-aspek lainnya hanya dibuat butir afektif dan kognitif dikarenakan aspek tersebut tidak langsung berkaitan dengan perilaku.Demikianlah ilustrasi singkat penggunaan tabel spesifikasi dalam membantu penulisan skala sikap sehingga mengarahkan pernyataan-pernyataan sikap yang harus ditulisnya. Tabel spesifikasi seperti itu merupakan salah-satu sarana dalam perencanaan alat ukur psikologis, namun tidak selalu suatu tabel spesifikasi menjadi syarat yang tidak dapat ditinggalkan dalam perancangan skala sikap. Kadangkala, untuk menyusun suatu skala sikap yang sederhana atau yang objeknya sederhana tidak diperlukan tabel spesifikasi yang kompleks. Bahkan, bukan hal yang tidak mungkin tersusunnya suatu skala sikap yang baik tanpa menggunakan tabel spesifikasi sama sekali.Pengukuran SikapSecara ilmiah sikap dapat diukur, dimana sikap terhadap objek diterjemahkan dalam sistem angka. Terdapat dua metode pengukuran sikap:a. Metode Self Reportb. Pengukuran Involuntary Behavior1. Self Report Misalnya ketika menyatakan kesukaan terhadap objek saat ditanya dalam interview atau menuliskan evaluasi-evaluasi dari suatu kuesioner. Dalam metode ini, jawaban yang diberikan dapat dijadikan indikator sikap seseorang. Kelemahan jika individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat diketahui pendapat atau skapnya. Self Report terdiri dari: Publik Opinion Polling Digunakan untuk mengumpulkan data dari masyarakat yang berkaitan dengan opini. Digunakan untuk meramalkan seseatu atau menyediakan informasi, misalnya: Pro dan kontra aborsi Pembelian suatu produk (representatif Empat langkah polling:a. Seleksi terhadap sampel dari respondenb. Menyusun item-item sikapc. Mengambil data terhadap sampeld. Tabulasi data Dalam pengukuran Public Opinion Polling item skala terdiri dari: Pertanyaan-pertanyaan tentang objek Format jawaban :tertutup (setuju- tidak setuju ), terbuka Misalnya : Aborsi tidak dilarang agama (pertanyaan tertutup):(...)sangat setuju(...) setuju(...) tidak setuju(..) sangat tidak setuju Saya lebih suka membeli tabloid (pertanyaan terbuka):a. Olahragab. Wanitac. Gosipd. Filme. Lain-lain, sebutkan..2. Pengukuran Involuntary Behavior (Pengukuran terselubung) a. Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden b. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden c. Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan.d. Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya.

Bagaimana Menilai Aspek Afektif Siswa Di Sekolah Pengalaman bertahun-tahun memberikan pelatihan atau lokakarya, baik pada guru di lingkungan Dinas Pendidikan Nasional dan Pemuda dan Olahraga maupun guru yang ada dalam lingkungan Kanwil Kemenag, ternyata diperoleh informasi melalui keluhan para guru yang mengalami kesulitan dalam melakukan penilai pada siswa, khususnya aspek perilaku. Umumnya penilaian perilaku dilakukan guru selama ini hanya dengan memberikan prediksi atau perkiraan bahwa batas perilaku yang diperlihatkan siswa sudah sangat baik (A), Baik (B), Sedang (C), Kurang (D), dan Buruk (E). Maklum penilaian pada aspek ini di-setting dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang kategori penilaiannya sebagaimana disebutkan di atas.Dari penjelasan guru, mereka mengalami kesulitan untuk memberikan kategori penilaian semacam ini karena mereka tidak memiliki criteria untuk menetapkan kategori ini. Selain itu, indikator yang menjadi tolak ukur penilaian tentang aspek-aspek yang harus diberikan penilaian, sebagian besar guru tidak mengerti. Aspek-aspek yang mereka harus isi tertuang dalam buku rapor siswa. Adapun aspek-aspek perilaku yang ada dalam buku rapor tersebut meliputi:1. Aspek kelakuan2. Aspek kerajinan3. Aspek kebersihan4. Aspek kerapian5. Aspek kedisiplinan

1. Aspek KelakuanBanyak pandangan para ahli tentang kelakuan siswa. Poerwadarminto seorang yang merangkum beberapa pengertian melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian bahwa kelakuan atau perilaku atau tingkah laku diartikan sebagai kelakuan atau perangi. Di sini, perilaku sama dengan tingkah laku dan tingkah laku berasal dari kata tingkah dan laku tingkah berarti olah atau perbuatan. Sedangkan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat. Tingkah laku atau perilaku menurut Prof. Drs. Hasan Langgulung (dalam http://id.shvoong.com/sosial-sciences/education/2173830) yang diambil dari Alquran dan Sunnah adalah tindakan atau perbuatan yang digerakkan oleh kerangka moral tertentu. Dengan kata lain, pandangan Alquran dan hadis tentang perilaku adalah perilaku adalah perilaku yang telah diberi persyaratan nilai-nilai tertentu bukan tingkah laku tingkat rendah yang ditentukan oleh pengaruh lingkungan saja, tetapi telah dididik dan dibudayakan dengan nilai-nilai. Sedangkan menurut Bimo Walgito (juga dalam hhtp://id.shvoong.com/social-sciences/education/2173830) perilaku adalah aktivitas-aktivitas yang merupakan manivestasi dari kejiwaan yang tidak timbul dengan sendirinya, tapi sebagai akibat dari rangsangan yang mengenainya. Jadi, perilaku atau tingkah laku ini tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan itu sendiri.Selanjutnya pengertian siswa menurut WJS Poerwadarmino (1986) siswa adalah murid atau pelajar. Mungkin agak berbeda-beda dengan pandangan seorang psikologis yang banyak menekankan pada perkembangan kejiwaanseperti Roestiyah N.K bahwa siswa adalah pribadi yang unik yang mempunyai potensi dan mengalami proses berkembang, dimana dalam proses perkembangannya ia membutuhkan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh pendidik (pembimbing), tetapi oleh siswa itu sendiri. Bahkan menurut Hamzah B. Uno (2009) bahwa yang namanya siswa itu adalah mereka yang masuk dalam kategori sedang belajar, baik yang ada di dalam lembaga pendidikan sekolah maupun lembaga pendidikan luar sekolah yang namanya tentu berbeda satu sama lain. Nama-nama yang menjadi mereka ini berupa (1) anak-anak di TK, (2) murid di SD, (3) siswa di SMP/ MTs/SMA/SMK/MA, (4) warga belajar di program Paket dan masih banyak lagi istilah untuk itu.Dari uraian di atas, maka dapat kita ketahui tentang tingkah laku atau perilaku siswa sebagai sosok manusia yang hidup di lingkungan yang nantinya akan diterjunkan ke masyarakat, apabila dikatakan siswa, orang tentu percaya dengan perilaku yang baik. Kalau kita lihat kembali perilaku dari kacamatan Alquran, yakni tingkah laku di sini adalah seruan tersebut tentunya ia akan berperilaku adil, jujur, bergotong-royong, suka memaafkan, menahan amarah, berkasih saying antar sesame, dan lain sebagainya, yang sesuai dengan seruan dalam agama. Dengan demikian jelaslah bahwa perilaku atau tingkah laku seorang siswa adalah perilaku yang sengaja diperlihatkan seseorang yang sedang belajar, baik di lembaga pendidikan sekolah maupun lembaga pendidikan luar sekolah yang merupakan cerminan dari apa yang dipelajarinya serta gambaran dari kebiasaan yang ditampilkannya setiap hari, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat.2. Aspek KerajinanKerajinan merupakan kata kerja dari kata dasar rajin sehingga yang paling penting diketahui bukan kata kerajinan, tetapi makna kata rajin. Dalam sinonim kata, pencarian kata rajin diperlihatkan sebagai berikut: rajin adalah (1) suka bekerja (belajar dan sebagainya); getol; sungguh-sungguh bekerja; selalu berusaha giat: --lah belajar supaya naik kelas; (2) kerapkali; terus-menerus: ia -- ke masjid; me-ra-jin-kan membuat (mengusahakan supaya) rajin: untuk ~ anak-anak di bekerja, Ibu guru sering mengadakan perlombaan yang berhadiah; diri mengusahakan benar-benar, mengusahakan diri sendiri agar rajin; pe-ra-jin (1) orang yang bersifat rajin: para ~ itu bekerja keras meningkatkan hasil kerjanya; (2) sesuatu yang mendorong untuk menjadi rajin: perusahaan memberikan hadiah lebaran satu bulan gaji sebagai ~ pegawai; (3) orang yang pekerjaannya (profesinya) membaut barang kerajinan; kegetolan: engkau tidak dapat menyamainya dalam hal ~ : (2) barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (seperti tikar, anyaman, dan sebagainya): anyaman bamboo merupakan hasil ~ daerah itu; (3) perusahaan (kecil) yang membuat; barang-barang sederhana, biasa menagndung unsure seni; ~ rumah tangga usaha kecil-kecilan yang dikerjakan di rumah; ~ tangan pekerjaan tangan (bukan mesin).Selanjutnya untuk memberikan gambaran tentang rajin dan kerajianan, diberikan visualisasi tentang kerajianan, merajinkan, pengrajin, perajin, rajin.

3. Aspek KebersihanAspek kebersihan juga merupakan bagian dari aspek perilaku yang dinilai oleh guru di sekolah yang ditujukan kepada siswanya. Apa yang dimaksud dengan kebersihan? Dari beberapa penelusuran melalui translater.com didapat gambaran tentang kebersihan itu sebagai berikut: kebersihan adalah (1) perihal (keadaan) bersih; (2) kesucian; kemurnian; (3) ketulenan; (4) antar keadaan yang menurut kepercayaan, keyakinan, akal atau pengetahuan manusia dianggap tidak mengandung noda atau kotoran.Sementara itu dalam beberapa penjelasan tentang kebersihan, makna kata kebersihan dapat berupa: (1) bebas dari kotoran: supaya kita sehat; segala sesuatu diusahakan tetap --; sebelum tidur cucilah kaki dan tanganmu hingga --; (2) bening tidak keruh (tt air), tidak berawan (tt langit): langit -- bertabur bintang (3) tidak tercemar (terkenan kotoran): sungai itu tidak -- lagi karena limbah dari pabrik itu dibuang ke situ; (4) tulus; ikhlas; ikhlas: dengan hati -- saya menyerahkan gaji saya kepada Anda; (5) tidak bernoda; suci: meskipun sudah beberapa hari dilarikan pemuda itu, ia masih tetap --; (6) tidak dicampur dengan unsur atau zat lain; asli: kebudayaan di daerah itu masih -- dari pengaruh asing; (7) jelas dan rapi: laporannya diketik -- sehingga orang senang membacanya; (8) neto (pendapatan, berat, isi, dan sebagainya): setelah pembungkusanya dibuang, berat -- barang itu 75 kg; pendapatan -- pertunjukkan itu akan didermakan kepada PMI; (9) cak habis sama sekali: begitu disuguhkan, dengan sekejab hidangan sudah --;-- desa membersihkan desa dari gangguan alam dan sebagainya dengan upacara adat; mem-ber-sih-kan v (1) membuat supaya bersih (dengan jalan mencuci, menyapu, menggosok, dan sebagainya); (2) kata membinasakan; melenyapkan:- sisa-sisa gerombolan; (3) memulihkan; mengembalikan (nama baik): -nama dari tuduhan palsu; pem-ber-sih n (1) orang yang membersihkan; (2) alat untuk membersihkan; (3) orang yang suka kebersihan; orang yang selalu menjaga kebersihan diri dan miliknya ( lingkungannya);-kuku sediaan untuk menghilangkan cat kuku, biasanya berbentuk cair;pembersihan (1) proses, cara, perbuatan membersihkan; (2) kata penangkapan; penghancuran :tentara sedang melakukan gerakan, kebersihan.Kebersihan yang dimaksud dalam bab ini adalah kebersihan yang diperlihatkan siswa di sekolah yang merupakan bagian dari perilakunya untuk selanjutnya menjadi bagaian dari hasil belajarnya. 4. Aspek KerapianKerapian juga merupakan aspek yang menjadi bagian dari penilaian guru kepada siswanya. Kerapian dapat disinonimkan dengan kata apik. Jadi aspek ini lebih pada penampilan fisik atau yang tampak dari dari diri siswa. Rapi merupakan kata benda, sedangkan merapikan adalah kata kerja. Siswa yang rapi adalah siswa yang selalu tampil degan apik, necis, dan dirinya terawat dengan baikdari segi kesehatannya. Demikian pula pakaiana dan peralatan yang dimilikinya selalu tampil apik dan meyakinkan.

5. Aspek KedisiplinanKata disiplin kerja (discipline) dalam lingkungan sekolah ecara tradisional merujuk kepada pengendalian terhadap perilaku murid yang dilakukan secara eksternal. Dengan kata lain konsep awal tentang disiplin tekait erat dengan perilaku yang sesuai dengan norma, yang dapat diamati dari luar.

INSTRUMEN PENGUKURAN PERILAKU SISWAInstrumen menjaring dan mengumpulkan data berkaitan dengan tingkah laku siswa yang dapat digunakan untuk mengisi rapor siswa pada aspek perilaku. Instrumen ini ditunjukkan untuk memudahkan guru dalam mengobservasi perilaku siwa. Sangat disarankan agar instrumen ini digunakan oleh guru sebagai wali kelas yang selalu berhadapan dengan siswa bagi siswa sekolah menengah, dan guru kelas bagi siswa sekolah dasar.Nama Sekolah:Kelas:Nama siswa:Kelas:Semester:Tahun:Aspek yang Dinilai:

ASPEK KELAKUAN Unsur Kelakuan

1Menghargai54321

2Sopan54321

3Santuan54321

4Menghormati54321

5Jujur54321

6Tanggung jawab54321

7Taat54321

8Berani54321

9Pemaaf54321

10Sabar54321

11Penyayang54321

12Penolong54321

13Setia Kawan54321

14Patuh54321

15Ramah 54321

16Dermawan54321

17Kerja sama54321

18Periang54321

19Arif54321

20Bijak54321

Total Skor Nilaia. Amat Baikb. Baikc. Cukupd. Sedage. Kurang91-10076-9061-7551-6050- ke bawah

ASPEK KERAJINANUnsur Kelakuan

1Kehadiran dalam bulan54321

2Masuk kelas tepat waktu54321

3Tidak membolos54321

4Melaksanakan tugas harian di kelas54321

5Mengerjakan PR54321

6Aktif belajar di perpustakaan54321

7Aktif dalam kegiatan ekstra 54321

8Rajin beribadah54321

9Rajin membaca54321

10Rajin menulis54321

11Pelang sekolah tepat waktu54321

12Rajin menata kelas54321

13Aktif dalam kelas54321

14Aktif dalam diskusi54321

15Rajin mengundang guru masuk kelas54321

16Rajin belajar kelompok54321

17Rajin mengikuti pengayaan54321

18Ikhlas bekerja54321

19Rain bertanya54321

20Rajin bersalaman dengan guru dan teman54321

Total Skor Nilaia. Amat Baikb. Baikc. Cukupd. Sedage. Kurang91-10076-9061-7551-6050- ke bawah

ASPEK KEBERSIHANUnsur Kelakuan

1Berpakaian rapi54321

2Alat tulis menulis teratur rapi54321

3Memotong dan menjaga kebersihan kuku54321

4Rambut/jilbab rapi54321

5Rajin membersihkan wc54321

6Rajin gosok gigi54321

7Rajin menjaga kebersihan badan54321

8Membuang sampah pada tempatnya54321

9Peduli kebersihan lingkungan54321

10Menjaga kebersihan kelas54321

11Tidak meludah di sembarang tempat54321

12Tidak mencoret dinding, meja dan kursi54321

13Membersihkan papan tulis54321

14Yidak makan di sembarang tempat54321

15Cuci tangan sebelum dan sesudah makan54321

16Membakar sampah54321

17Memelihara buku pelajaran54321

18Tidak merokok54321

19Membersihkan tempat ibadah54321

20Tidak menggunakan narkoba54321

Total Skor Nilaia. Amat Baikb. Baikc. Cukupd. Sedage. Kurang91-10076-9061-7551-6050- ke bawah

UNSUR KERAPIANUnsur Kelakuan

1Pakaian sesuai ketentuan54321

2Atribut lengkap54321

3Sepatu sesuai ketentuan54321

4Cara beropakaian sesuai denga ketentuan54321

5Kancing kemeja tidak dibuka54321

6Tidak berambut gondrong bagi laki-laki54321

7Tidak bertato54321

8Tidak menggunakan cat kuku54321

9Tidak menggunakan perhiasan54321

10Tidak mengecat rambu54321

11Rambut disisir rapi54321

12Baju disetrika rapi54321

13Bagi wanita pakaian tidak ketat54321

14Lengan baju tidak dilipat54321

15Memakai sepatu dan kaos kaki.54321

16Jilbab menutup rambut bagi wanita54321

17Baju atau kemeja tidak ketat54321

18Alat tulis menulis terisi d tas untuk pengamanan54321

19Rambut tidak ditata model lupus54321

20Pakaian olahraga tidak merangsang54321

Total Skor Nilaia. Amat Baikb. Baikc. Cukupd. Sedage. Kurang91-10076-9061-7551-6050- ke bawah

ASPEK KEDISIPLINANUnsur Kelakuan

1Tidak melanggar aturan tata tertib sekolah54321

2Tidak membawa hp ke sekolah54321

3Hadir dan pulang tepat waktu54321

4Tidak merkok54321

5Tidak berkelahi54321

6Tidak membolos54321

7Tidak keluar/masuk kelas saat pelajaran54321

8Tidak menyontek saat evaluasi54321

9Tidak makan/minum saat pembelajran54321

10Ada pemberitahuan jika berhalangan hadir mengikuti pembelajaran54321

11Ikut sholat lima waktu54321

12Ikut salat jumat berjamaah54321

13Tidak bermain dalam salat54321

14Ikut dzikir dan kultum pada waktu yang ditentukan54321

15Hadir dan aktif dalam kegiatan pengembangan diri54321

16Memasukkan tugas yang diberikan guru54321

17Memberi kabar jika berhalangan hadir54321

18Hadir dan aktif dalam kegiatan ekskul54321

19Aktif dalam OSIS54321

20Menjadi anggota kegiatan pramuka, PMR, seni dan olahraga54321

Total Skor Nilaia. Amat Baikb. Baikc. Cukupd. Sedage. Kurang91-10076-9061-7551-6050- ke bawah

Menerima (Al)Menanggapi (A2)Menilai (A3)Mengelola (A4)Menghayati (A5)

Memilih Menjawab Mengasumsikan Menganut Mengubah prilaku

Mempertanyakan Mem bantu Meyakini Mengubah Berakhlak mulia

Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata Mempengaruhi

Memberi Mengkompromikan Meyakinkan Mengklasifikasikan Mendengarkan

Menganut Menyenangi Memperjelas Mengkombinasikan Mengkualifikasi

Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Melayani

Meminati Mendukung Mengimani Membangun Menunjukkan

Mendukung Mengundang Membentuk pendapat Membuktikan

Menyetujui Menggabungkan Memadukan memecahkan

Menampilkan Memperjelas Mengelola

Melaporkan Mengusulkan Menegosiasi

Memilih Menekankan Merembuk

Mengatakan Menyumbang

Memilah

Menolak

Pertanyaan dan Jawaban

Wiji Setyo UtamiPertanyaan:a. Apa yang dimaksud dengan konstruk instrumen? b. Dalam pengukuran KPS pokok uji tidak boleh dibebani oleh konsep bagaimana maksudnya?Jawaban: a. Yang dimaksud dengan konstruk instrumen adalahKontruk instrumen sama halnya dengan ranah kognitif, ranah psikomotor harus mengacu pada stndar kompetensi yang dijabarkan menjadi kemampuan dasar. Setiap butir kompetensi dijabarkan menjadi tiga sampai enam butir kemampuan dasar, setiap batir kemampuan dasar dapt dijabarkan menjadi tiga sampai enam indikator, dan setiap indikator harus dapat dibuat lebih dari satu butir sola. Namun, adakalanya satu butir soal ranah psikomotor terdiri dari beberapa indikator.Selanjutnya, untuk menilai jawaban siswa terhadap soal ranah psikomotor, perlu disiapkan lembar observasi, atau lembar penilaian, atau dapat juga portofolio.Selain itu, untuk ranah kognitif mengacu pada taksonomi Blooom baru C1-C6. Untuk ranah psikomotor mengacu pada P1-P4.

b. KPS pokok uji tidak boleh dibebani oleh konsepUntuk mengukur KPS, soal-soal tes tidak boleh mengarah pada konsep yang mengacu pada perkembangan kognitif. Soal KPS , harus dapat mengukur keterampilan siswa.Contoh soal kps yang salah yang mengacu pada kognitif:1. Pada pengukuran menggunakan termometer, suhu air mendidih menunjukan angka....a) 100 cb) 80 cc) 70d) 50Contoh soal kps yang benar:1. Langkah pertama dalam menggunakan termometer adalah...a) Memegang badan termometerb) Memegang bagian ujung termometerc) Memegang seluruh badan termometer( jawaban b)

Rizki Kusumaning PertanyaanDi dalam pengukuran KPS hanya ada satu aspek yang dinilai, bagaimana maksudnya ?Jawaban: Di dalam KD terdapat indikator, setiap indikator terdapat kata kerja operasional. Dimana Kata operasional itu dapat digunakan acuan dalam pembuatan soal.

Rani PurwatiPertanyaanLebih efektif pengukuran afektif atau penilaian psikomotorik apabila dilakukan pengukuran dikelas? Dan bagaimana apabila dilakukan dalam satu waktu?Jawaban: Untuk keefektifan antara pengukuran afektif dan pengukuran psikomotorik tergantung pada tujuan yang akan diukur. Jika Di dalam pengukuran psikomotorik dan afektif tidak bisa dilakukan secara bersamaan karena antara keduanya membutuhkan rubrik yang berbeda.

Vita YulianaBagaimana perbedaan pengamatan dengan penelitian? Apakah keduanya dapat digunakan dalam satu pembelajaran?Perbedaan pengamatan dengan penelitian adalah:a. Pengamatan, kriteria utamanya: Psikomotorik Melibatkan banyak sedikitnya indra.b. Meneliti, kriteria utamanya: Afektif Menggunakan kata kerja : Melihat (tidak ada menyentuh/ memegang) Kuantitas dan kualitasnya dibedakan Kedua-duanya bisa danjurkan untuk digunakan dalam satu pembelajaran.

BAB IVSimpulan

Dari uraian di atas dapat diambil pemahaman bahwa yang dimaksud dengan afektif merupakan aspek perasaan/sikap peserta didik yang dikenal dengan heart. Dan psikomotorik merupakan aspek yang terkait dengan prilaku/keterampilan atau implementasi atas apa yang telah mereka (peserta didik) pahami, hal ini dikenal dengan istilah hand.Pengukuran aspek afektif meliputi sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru, terhadap proses pembelajaran, sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran, dan sikap yang berkaitan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. Cara penilaiannya bisa melalui catatan observasi yang dilakukan oleh pendidik atau melalui angket. Hasil penilain sikap dapat digunakan sebagai umpan balik untuk melakukan pembinaan terhadap peserta didik. Guru dapat memantau setiap perubahan perilaku yang dimunculkan peserta didik dengan melakukan pengamatan.Sedangkan pengukuran aspek psikomotorik meliputi keterampilan yang ditunjukkan oleh peserta didik yang cara mengukurnya bisa melalui pengamatan langsung.Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua halyang perla diperhatikan, yaitu: membuat soal dan membuat instrumen untukmengamati jawaban peserta didik. Soal untuk hasil belajar ranah psikomotor dapatberupa soal, lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar eksperimen. Untukinstrumen mengamati jawaban siswa dapat berupa lembar observasi, lembarpenilaian, dan portofolio.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Panduan penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Jakarta: Badan Standar Nasional Pembelajaran.Dimiayati da Arikunto, S. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi AksaraGabel, D.L. 1993. Handbook of Research on Science Teaching and Learning. New York : Maccmillan CompanyHaryati, Mimin. Model Dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Teory and Practice. Japan : Shizouka UniversityMajid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.Muchlis Solichin, Mohammad. Psikologi Belajar: Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Suka Press, 2012.Uno, Hamzah. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta. Bumi AksaraJames R, Morrow JR, Allen W, Jackson JG, Disch, Dale P Mood. 2005. Measurementand Evaluation in Human Performance. Human Kinetics: United States ofAmericaINTERNETBaedhowi. Kebijakan Assesmen dalam KTSP. (http://www.depdiknas.go.id/) diakses pda tanggal 24 April 2014 Djemari M. 2004. Penyusunan Tes hasil Relajar. Program PascasarjanaUNYEvaluasi Pembelajaran. http://gurupkn.wordpress.com/2008/01/17 diakses pda tanggal 24 April 2014Fathur Rahman harun. 2004. Penilaian dalam Pendidikan. http://library.usu.ac.iddiakses pda tanggal 24 April 2014