Pengukuran Kinerja Sektor Publik

23
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK A. PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/ kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi. Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain: 1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat. 2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. 3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan. Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut. Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak

description

18

Transcript of Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Page 1: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

A. PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/

kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Menurut Mardiasmo

(2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial

dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian

organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran

program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas

organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan

keputusan.

3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan kelayakan

biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik

karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan kualitas dan

kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang

dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor

swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output,

maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu,

perlu dikembangkan ukuran kerja non-finansial.

B. TUJUAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).

2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat

ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah

serta motivasi untuk mencapai good congruence.

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan

kemampuan kolektif yang rasional.

Page 2: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

C. MANFAAT PENGUKURAN KINERJA

Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:

1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja

manajemen

2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.

3. Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan

target kinerja serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki kinerja.

4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment).

5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki

kinerja organisasi

6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

7. Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

D. PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN UKURAN KINERJA

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-

ukuran kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator:

Evaluasi kembali ukuran yang ada Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh manajemen.

Apabila skema indikator kinerja sudah tidak berfungsi,

maka manajemen akan mengembangkan skema baru.

Mengukur kegiatan yang penting,

tidak hanya hasil

Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil sering

diformulasikan dalam rasio keuangan. Pencapaian hasil

akan menunjukkan adanya permasalahan. Hasil tersebut

tidak akan menunjukkan diagnosis hasil.

Pengukuran harus mendorong tim

kerja yang akan mencapai tujuan

Pembagian proses pengukuran menciptakan lingkungan

tim kerja yang aktivitasnya diarahkan pada pencapaian

tujuan organisasi.

Pengukuran harus merupakan

perangkat yang terintegrasi,

seimbang dalam penerapannya

Agar efektif, sistem pengukuran harus diciptakan sebagai

perangkat terintegrasi yang diperoleh dari strategi

perusahaan. Sebagian besar perusahaan berusaha

meminimalkan biaya, meningkatkan kualitas, mengurangi

waktu pelaksanaan produksi dan menciptakan

pengembalian investasi yang wajar.

Pengukuran harus memiliki fokus

eksternal jika memungkinkan

Ukuran internal yang umum dipakai dalam sebuah

organisasi perbandingan kinerja dari tahun ke tahun.

Suatu perbandingan tertentu dapat dilakukan ke tingkatan

mikro: divisi, departemen, kelompok, bahkan individu.

Page 3: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

E. SKALA PENGUKURAN

Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya karena

denga skala ini obyek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang

sama, yang berbeda dengan kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak

dibedakan berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan lebih

rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang lain, tetapi hanya sekedar

berbeda.

2. Skala Ordinal

Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal karena selain

memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek

dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala

nominal, yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini dapat

dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan dapat dikatakan lebih tinggi

atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.

3. Skala Interval

Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang sama,

sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan dengan

golongan yang lain dapat diketahui.

4. Skala rasio

Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala ini mempunyai

ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala rasio memiliki titik nol yang

sebenarnya yang berarti bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio dan berada

pada titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.

F. SIKLUS PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:

1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses penskemaan

strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, kebijakan,

program operasional san kegiatan/aktivitas.

2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah perumusan

strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat dihitung, contohnya

adalah jumlah klaim yang diproses.

3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:

pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam siklus pengukuran kinerja.

Kedua, mengukur kinerja dengan data yang tersedia dan data yang dikumpulkan. Ketiga,

penggunaan data pengukuran yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang

dapat dimengerti dan bermanfaat.

Page 4: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas indikator hasil

(outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting dibandingkan dengan

pemikiran kembali atas indikator masukan (inputs) dan keluaran (outputs).

5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan ukuran kinerja

tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan data organisasi

dapat dijadikan alat untuk memotivasi tindakan dalam organisasi.

G. INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA

1. Informasi Finansial

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat.

Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara

kinerja aktual dengan anggaran yang dianggarkan.

Analisis varians secara garis besar berfokus pada :

a) Varians pendapatan (revenue varians)

Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva atau

penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan.

b) Varians pengeluaran (expenditure variance)

Varians belanja rutin

Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk membiayai

kegiatan-kegiatan yang sifatnya lancar dan terus menerus yang dimaksudkan

untuk menjaga kelemahan roda pemerintahan dan memelihara hasil-hasil

pembangunan.

Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)

Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung

melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan

pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya

operasional dan pemeliharaan.

Setelah dilakukan analisis varians maka tahap selanjutnya dilakukan identifikasi sumber

penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen

paling bawah.

2. Informasi Nonfinansial

Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian

manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak dikembangkan

oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard. Metode Balanced

Scorecard merupakan pengukuran kinerja organisasi berdasarkan aspek finansial dan

juga aspek nonfinasial. Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik

karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial,

tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik

yang menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan

Page 5: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

yang cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi, 2007). Pengukuran

dengan metode ini melibatkan empat aspek, antara lain :

a) Perspektif finansial (financial perspective)

Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena ukuran

keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang

disebabkan oleh pengambilan keputusan. Aspek keuangan menunjukkan apakah

perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan

yang mendasar. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan

dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:

Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana

perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat

dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas

produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur

dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina

dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.

Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan

investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik.

Pada tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada,

bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.

Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil

investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi

pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan

perbaikan.

b) Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)

Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan internal

untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera

pasar. Dalam perspektif ini peran riset pasar sangat besar. Perspektif pelanggan

memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:

Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran,

yaitu:

Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi

bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu

diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan uang yang dibelanjakan atau

volume satuan yang terjual.

Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat dimana

perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan.

Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya presentase

pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang asa saat ini.

Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini menunjukkan

tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru

Page 6: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur dengan

membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di segmen yang ada.

Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini berfungsi

untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria spesifik

dalam value proportion.

Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada

Core value proportion didasarkan pada atribut sebagai berikut:

Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga dan

kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan

pelanggan atas produk atau jasa yang ditawarkan.

Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan

pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas atau produk atau jasa yang

ditawarkan perusahaan.

Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan

melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

c) Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)

Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:

Proses inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan

salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu

dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses

penciptaan nilai tambah bagi pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi menjadi dua

yaitu:

Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan

terapan

Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.

Proses Operasi

Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis, lebih

menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari

barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan.

Pelayanan Purna Jual

Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah dilakukannya

pengukuran terhadap pelayanan purna jual kepada pelanggan. Pengukuran ini

menjadi bagian yang cukup penting dalam proses bisnis internal, karena

pelayanan purna jual ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan.

d) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).

Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis

untuk terus mempertahankan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan

meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat

pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk

Page 7: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan perusahaan.

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi merupakan faktor pendorong

dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.

e) Perspekti/Faktor yang Dinilai Misi atau Visi

Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci. Variabel

Kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi penyebab

kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :

Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi

Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat

Perubahannya tidak dapat diprediksi

Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera

Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran

antara (surrogate). Sebagai contoh kepuasan masyarakat tidak dapat diukur

secara langsung akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah

aduan, tuntutan dan demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.

Contoh Variabel Kunci

Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci

Rumah Sakit dan hotel Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah

total kamar yang tersedia)

Klinik Kesehatan Jumlah pelannggan (masyarakat) yang dilayani per hari

Perusahaan Listrik

Negara

KWH yang terjual

Perusahaan

Telekomunikasi

Jumlah pulsa yang terjual

Perusahaan Air

Minum

Jumlah debit air yang terjual

DLLAJ Jumlah alat angkutan umum

Paid seats/capacity seats

Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki

Panjang jalan yang disapu/dibersihkan

Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani

Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas

Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani

DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang

tertangani

Jumlah rapat yang dilakukan

Jumlah undang-undang atau perda yang dihasilkam

Jumlah peserta rapat per total anggota

Page 8: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul

Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan hal-hal

yang perlu diperhatikan:

1) Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan

segera. Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai

upaya pengukuran kinerja dan tidak perlu mengharap pngukuran kinerja akan

langsung sempurna. Nantinya, perbaikan atas pengukuran kinerja akan

dilakukan.

2) Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-going

process)

3) Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses ini

merupakan suatu cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya

memperbaiki kinerja.

4) Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi. Organisai harus

menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besranya organisasi, budaya,

visi, tujuan, dan struktur organisasi.

H. PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA

Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan.

Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi (critical

success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator)

Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja

unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan memperhatika

variabel-variabel kunci finansial dan non-finansial pada kondisi waktu tertentu.

Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai

ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun non-finansial untuk melaksanakan

operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan

memonitor capaian kinerja.

Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :

1. Biaya pelayanan (cost of service)

Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per unit

pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut, biaya

per siswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya karena

output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe

pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja

produksi misalnya belanja per kapita.

2. Penggunaan (utilization)

Page 9: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of

service) dengan permintaan publik (public demand). Indikator ini harus

mempertimbangkan preferensi publik sedangkan pengukurannya berupa volume

absolut atau presentase tertentu, misalnya presentase penggunaan kapasitas. Contoh

lain yaitu rata-rata jumlah penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja

ini digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang

digunakan pada tiap-tiap jalur.

3. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena menyangkut

pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan jumlah komplain

masyarakat atas pelayanan tertentu.

4. Cakupan pelayanan (coverage)

Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan

perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat

pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

5. Kepuasan (satisfaction)

Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung. Bagi

pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment) dapat

juga digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun, dapat juga digunakan

indikator proksi misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut

memerlukan kerjasama antar unit kerja.

Contoh Pengembangan Indikator Kinerja

Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja

Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk

Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per pasien yang

masuk

Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per pasien yang

masuk

Penggunaan fasilitas

Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit

Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun

Rasio antara pasien baru dengan pasien lama yang masuk kembali

Proporsi tingkat hunian

Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah total

penduduk untuk wilayah tertentu

Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total panjang jalan

Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total panjang jalan

Kondisi jalan

Page 10: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Keamanan jalan (road safety)

Kepolisian % Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah kriminalitas yang

terdeteksi/tercatat

% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu lintas

% Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani/Jumlah total

pengaduan masyarakat yang masuk

DPR/DPRD % Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang

tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk

Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun

Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun

% Jumlah peserta rapat per total anggota

Dipenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

I.       INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

Menurut Mahmdi (2005:97) dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik

menyatakan karakteristik indikator kinerja sebagai berikut :

a. Sederhana dan mudah dipahami,

b. Dapat diukur,

c. Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan angka,

d. Diakitkan dengan standar atau target kinerja,

e. Berfokus pada costumer service, kualitas dan efisiensi,

f. Dikaji secara teratur.

Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang

mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Value for money merupakan inti dari pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh pemerintah dalam melakukan pengukuran kinerja

adalah sulitnya mengukur output karena output yang dihasilkan tidak selalu berupa output

berwujud tetapi lebih banyak berupa intangible output. Untuk dapat mengukur kinerja

pemerintah maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja.

Mekanisme yang diperlukan untuk menentukan indikator kinerja, antara lain :

1. Sistem perencanaan dan pengendalian

Meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah

dijelaskan dan dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai

komando yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan fungsi, kewenangan

serta tanggungjawab.

2. Spesifikasi dan standarisasi

Page 11: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan menggunakan spesifikasi

teknis secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi teknis tersebut dijadikan

sebagai standar penilaian.

3. Kompetensi teknis dan profesionalisme

Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan standarisasi yang ditetapkan

maka diperlukan personel yang memiliki kompetensi teknis dan professional dalam bekerja.

4. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar

Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan hukuman (reward and

punishment) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan

sumber daya yang menjamin terpenuhinya value for money. Ukuran kinerja digunakan

sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (alat pembinaan).

5. Mekanisme sumber daya manusia

Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk memotivasi stafnya untuk

memperbaiki kinerja personal dan organisasi.

Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :

a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi

b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan

c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insensif manajerial

d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan

e. Untuk menunjukkan standar kinerja

f. Untuk menunjukkan efektivitas

g. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang paling baik

untuk mencapai target sasaran

h. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan

penghematan biaya.

J.       PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

Kriteria pokok manajemen publik didasari atas : ekonomi, efisiensi, efektivitas,

transparansi, dan akuntabilitas publik. Dengan tujuan yang dikehendaki masyarakat mencakup

pertanggungjawaban atas pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis (hermat cermat) dalam

pengadaan dan alokasi sumberdaya, efisiensi (berdaya guna) dalam penggunaan sumberdaya,

serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan atau sasaran.

Untuk mengukur kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif digunakanlah

indikator kinerja, yang idealnya terkait paada efisiensi biaya dan kualitas pelayanan.

K.    PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY

Peran indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk

pembuatan keputusan. Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian, yaitu: indikator

alokasi biaya (ekonomi dan efisisensi), dan indikator kualitas pelayanan (Efektifitas). Indikator

kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal dan juga akan membantu

Page 12: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

pemerintah dalam proses pengambilan keputusan anggaran dan dalam mengawasi kinerja

anggaran.

a. Tiga pokok bahasan dalam indikator value for money:

Ekonomi

Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan maukan (cost of input). Dengan kata lain,

ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas

teretentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less).

Efisiensi

Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitasnya. Pengukuran efisiensi

dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilakn

terhadap input yang diguakan (cosh of output), dan dapat dikatakan efisien apabila

suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya

dan dana yang serendah-rendahnya (Spending well).

Efektifitas

Pada dasarnya berhubungan erat dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan

(hasil guna). Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan

mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).

Dari uraian diatas value for money sangat berkaitan. Ekonomi membahas

masukan (input), efisiensi membahas masukan (input) dan keluaran (output), dan

efektifitas membahas mengenai keluaran (output) dan dampak (outcome). Dan hubungan

nya dapat digambarkan sebagai berikut:

b. Indikator efektifitas biaya (Cost-Effectiveness)

Indikator efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena

disatu pihak mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara ekonomis dan efisien akan

tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai target. Sedang dipihak lain, program dikatakan

efektif dalam mencapai tujuan, tetapi tidak dicapai dengan cara ekonomis dan efisien.

Jika suatu program efektif dan efisien maka program tersebut dikatakan cost-

effectivenness.

L.     LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

Pengukuran Ekonomi

Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan dan

merupakan ukuran relatif.

Pengukuran Efisiensi

Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output dengan input.

Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk relative,

karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan

efisiensi dapat dilakukan dengan cara:

- Meningkatkan output pada tingkat input yang sama

Page 13: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

- Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan

input.

- Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.

- Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan

output.

Pengukuran Efektifitas

Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila

suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah

berjalan dengan efektif.

Pengukuran Outcome

Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat. Outcome

lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa

mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas

output dan dampak yang dihasilkan (Smith, 1996)

Estimasi Indikator Kinerja

Estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan :

a. Kinerja tahun lalu

Digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator kinerja. Karena merupakan

perbandingan bagi unit untuk melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan.

Disamping itu terdapat time lag antara aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak

yang timbul dari aktivitas tersebut. Dampak yang timbul pada tahun sekarang dapat

dirasakan pada tahun yang akan datang.

b. Expert Judgement

Digunakan karena kinerja tahun lalu yang sangat berpengaruh terhadap kinerja

berikutnya. Teknik ini menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam

mengestimasi indikator kinerja. Expert judgrment digunakan untuk melakukan

estimasi kinerja. Selain itu dari segi biaya juga tidak terlalu mahal. Tetapi

mempunyai kelemahan yaitu sangat tergantung pada pandangan subyektif para

pengambil keputusan. Dampak dari pencapaian kinerja tidak secara otomatis dapat

dikatakan bahwa unit tersebut mengalami peningkatan kinerja.

c. Trend

Digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh waktu

dalam pencapaian kinerja unit kerja.

d. Regresi

Regresi dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel-variabel

independen mampu mempengaruhi variabel dependen.

Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja

Langkah awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan efektivitas

adalah memahami operasi dalam menganalisis kegiatan dan program yang akan

Page 14: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

dilaksanakan. Terdapat dua jenis kebijakan yaitu input dan proses yang mempunyai

tujuan untuk mengatur alokasi sumber daya input untuk dikonversi menjadi output

melalui satu atau beberapa proses konversi atau operasi.

Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu : output, akibat, dampak, dan distribusi manfaat.

Output yang diproduksi diharapkan akan memberikan sejumlah akibat dan dampak yang positif

tehadap tujuan program. Hal ini disebut dengan outcome program.

Apabila ukuran outcome tidak bersedia dan ukuran efektivitas suatu program yang dapat

dikuantifikasi tidak dapat ditentukan, maka perlu dikembangkan ukuran kinerja antara. Karena

ukuran kinerja pengganti tidak dapat mengukur secara tepat dalam pencapaian program. Terlalu

banyak perhatian terhadap ukuran pengganti tersebut dapat menyebabkan perilaku disfungsional

pada manajer dan pengambilan keputusan.

Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi

Pertimbangan Input

Input Mahasiswa -       Latar belakang sosial ekonomi

-       Latar belakang budaya

Sumber Daya -       Jumlah dosen

-       Fasilitas

Indikator Proses

Staf -       Kualitas dosen

-       Tingkat perpindahan dosen

Perkuliahan -       Frekuensi temu kelas dan konsultasi

-       Rasio dosen

Kurikulum -       Mata kuliah utama

-       Mata kuliah pilihan

Daya Dukung Pendidikan -       Forum-forum ilmiah

-       Saran olahraga

Organisasi -       Manajemen perguruan tinggi

-       Organisasi mahasiswa

Mutually -       Tingkat ekspektasi dosen

-       Tingkat tanggung jawab mahasiswa

Indikator Output

Mahsiswa -       Sikap dan perilaku masasiswa

-       Tingkat kehadiran dan ketidak hadiran

Dosen -       Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran

-       Keterlambatan

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.