PENGUJIAN LIMA JENIS TANAMAN SEBAGAI REPELEN … · dan waktu yang lama untuk mengusir...

44
PENGUJIAN LIMA JENIS TANAMAN SEBAGAI REPELEN Lonchura punctulata L. EKA NURJATI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of PENGUJIAN LIMA JENIS TANAMAN SEBAGAI REPELEN … · dan waktu yang lama untuk mengusir...

PENGUJIAN LIMA JENIS TANAMAN SEBAGAI REPELEN

Lonchura punctulata L.

EKA NURJATI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Lima Jenis

Tanaman sebagai Repelen Lonchura punctulata L. adalah benar karya saya

dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Eka Nurjati

NIM A34100022

ABSTRAK

EKA NURJATI. Pengujian Lima Jenis Tanaman sebagai Repelen Lonchura

punctulata L. Dibimbing oleh SWASTIKO PRIYAMBODO.

Burung disebut hama karena menyebabkan kerugian bagi produk pertanian.

Burung bondol peking berpotensi sebagai hama karena tingkat konsumsi terhadap

gabah yang lebih tinggi dibanding burung lainnya. Pengendalian yang umum

digunakan oleh petani untuk mengendalikan hama ini adalah dengan

menggunakan jaring dan orang-orangan sawah, namun kedua metode tersebut

dianggap kurang efisien yaitu menyebabkan kelelahan fisik dan mahalnya upah

buruh. Salah satu alternatif pengendalian burung yaitu dengan menggunakan

tanaman yang memiliki bau menyengat sebagai repelen. Jenis tanaman yang dapat

digunakan sebagai repelen yaitu bangle (Zingiber cassumunar), jengkol

(Archidendron pauciflorum), cabai rawit (Capsicum frutescens), bawang putih

(Allium sativum), dan lada (Piper nigrum). Metode ini terdiri dari tiga percobaan,

pertama pengujian konsentrasi kelima bahan repelen yaitu konsentrasi 0,1 g/ml,

0,15 g/ml, 0,2 g/ml, 0,25 g/ml, lalu pengujian kedua yaitu pengujian multiple

choice untuk menentukan empat repelen yang paling efektif dari pengujian

pertama, dan pengujian ketiga adalah bi-choice test yaitu jenis perlakuan yang

paling efektif dari pengujian kedua dibandingkan dengan kontrol. Pada hasil

penelitian ini, konsentrasi 0,25 g/ml adalah konsentrasi yang paling efektif dari

bawang putih, lada, bangle, cabai, dan konsentrasi 0,2 g/ml pada jengkol. Pada

pengujian multiple choice, lada 0,25 g/ml adalah perlakuan yang paling efektif

dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Lada 0,25 g/ml dapat menurunkan

konsumsi burung sebanyak 69,91% pada pengujian bi-choice. Meskipun tingkat

repelensi lada 0,25 g/ml lebih dari 50%, masih diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai efektivitas lada 0,25 g/ml sebagai pengusir burung di lapangan.

Kata kunci: burung bondol peking, jenis tanaman, repelen, konsumsi.

ABSTRACT

EKA NURJATI. Testing on Five Plants as Repellent to Lonchura punctulata L.

Supervised by SWASTIKO PRIYAMBODO.

Birds are called pests due to causing loss to agricultural product. Scaly-

breasted munia is a potential pest because of the consumption level to unhulled

rice. The common method used by people to control this pests is using net and

scarecrow, but both methods are considered less efficient because is causing

physical exhaustion and high labor costs. One of the alternative control to scaly-

breasted munia is using plants that have a pungent odor as botanical repellent.

Plants that can be used as repellent are purple ginger (Zingiber cassumunar),

stinky bean (Archidendron pauciflorum), chili sauce (Capsicum frutescens), garlic

(Allium sativum), and pepper (Piper nigrum). The method consist of three trial,

firstly five repellent with 0,1 g/ml, 0,15 g/ml, 0,2 g/ml, 0,25 g/ml concentration,

secondly multiple choice test to four of the most effective repellent from the first

test, and thirdly bi-choice test to one the most repellent effective compare with

control. On this result experiment, concentration 0,25 g/ml is the most effective

test of garlic, pepper, purple ginger, chili sauce, and concentration 0,2 g/ml on

stinky bean. Result of multiple choice test, pepper 0,25 g/ml is most effective

plant compared with otherplant. Pepper 0,25 g/ml can decrease the consumption

of bird as much as 69,91% on bi-choice test. Although level of repellent on pepper

0,25 g/ml is more than 50%, needed further research to determine the

effectiveness of pepper 0,25 g/ml as a bird repellent in the field.

Keywords: Loncura punctulata L., plants, repellent, consumption.

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGUJIAN LIMA JENIS TANAMAN SEBAGAI REPELEN

Lonchura punctulata L.

EKA NURJATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Judul Skripi : Pengujian Lima Jenis Tanaman sebagai Repelen

Lonchura punctulata L.

Nama Mahasiswa : Eka Nurjati

NIM : A34100022

Disetujui oleh

Dr Ir Swastiko Priyambodo, MSi

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, MSi

Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Tanggal lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Pengujian Lima Jenis Rempah-rempah

sebagai Repelen Lonchura punctulata L.”, sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

tugas akhir ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: Dr. Ir. Swastiko

Priyambodo, MSi. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah banyak

memberikan berbagai macam bantuan kepada penulis baik berupa pikiran, waktu,

dan hal lainnya. Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc.Agr. selaku dosen penguji tamu yang

telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi.

Seluruh Staff Departemen Proteksi Tanaman IPB baik Dosen Pengajar, Laboran,

Petugas Teknis, dan yang lainnya. Keluarga tercinta Ibu, Ayah, Adik, beserta

keluarga yang lainnya untuk kasih sayang, dukungan, serta doa yang selalu

diberikan. Teman-teman IKMP (Caesar, Danang, Mira, Ardya, Septian, Elly),

Puri Sekarwangi (Ambar, Juniza, Karina), B22 PTN 47 (Nilam, Desi, Fajrin, Kiki,

Hagia) atas pertemanan selama kuliah di IPB dan segala macam dukungan yang

selalu diberikan kepada penulis. Teman-teman laboratorium Vertebrata Hama

(Esi, Bunga) atas bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama penulis

melakukan penelitian.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Eka Nurjati

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Tujuan 2

Manfaat 2

BAHAN DAN METODE 3

Tempat dan Waktu 3

Metode Penelitian 3

Persiapan Hewan Uji 3

Persiapan Bahan Repelen 3

Persiapan Arena 4

Perlakuan 4

Peubah yang Diamati 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pengujian Konsentrasi pada Lima Jenis Bahan Tanaman 6

Pengujian Multiple Choice dengan Empat Jenis Bahan Tanaman 11

Pengujian Bi-choice dengan Perlakuan Lada 0,25 g/ml dan Kontrol 12

SIMPULAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

DAFTAR TABEL

1 Konsumsi burung pada pengujian bawang putih 6

2 Konsumsi burung pada pengujian lada 7

3 Konsumsi burung pada pengujian bangle 7

4 Konsumsi burung pada pengujian cabai rawit 8

5 Konsumsi burung pada pengujian jengkol 9

6 Konsumsi burung pada pengujian konsentrasi dari lima jenis

Bahan tanaman 10

7 Jumlah burung yang mati pada beberapa perlakuan 11

8 Konsumsi burung pada pengujian multiple choice 12

DAFTAR GAMBAR

1 Burung bondol peking 3

2 Rempah-rempah yang digunakan pada pengujian 4

3 Kandang sebagai arena pengujian 4

4 Pengaruh konsentrasi dan lama hari pada pengujian bangle 8

5 Konsumsi rata-rata burung terhadap perlakuan lada 0,25 g/ml dan

kontrol 12

6 Konsumsi rata-rata burung terhadap pengaruh lama hari pada

pengujian lada 0,25 g/ml dan kontrol 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot

burung pada hari ketiga 17

2 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot

burung pada hari keenam 17

3 Data konsumsi burung pada pengujian multiple choice 18

4 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot

burung pada pengujian multiple choice 18

5 Data konsumsi burung pada pengujian bi-choice 18

6 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot

burung pada pengujian bi-choice 19

7 Data rerata bobot burung pada berbagai perlakuan 19

8 Persentase penguapan bahan repelen setiap hari 19

9 Data bobot gabah dari awal perlakuan sampai hari ketiga dan

keenam 20

10 Persentase penguapan pada hari perlakuan 20

11 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi bawang putih 20

12 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi lada 20

13 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi bangle 20

14 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi cabai rawit 20

15 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi jengkol 21

16 Hasil analisis ragam kelima bahan repelen pada pengujian

konsentrasi 21

17 Hasil analisis ragam pengujian multiple choice 21

18 Hasil analisis ragam pengujian bi-choice 21

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Burung merupakan hewan yang bermanfaat bagi manusia, namun

kadangkala dapat merugikan karena bersaing dengan kepentingan manusia.

Kerugian yang dialami manusia antara lain kehilangan hasil pertanian karena

dikonsumsi dan kontaminasi oleh fesesnya. Pada saat itulah tindakan

pengendalian perlu dilakukan (Ware 1999). Menurut Rismansyah (2007),

kehilangan hasil panen padi yang diakibatkan oleh hama burung adalah sekitar

20% sampai 30%.

Jenis burung yang memakan bulir padi cukup banyak, diantaranya burung

gelatik, pipit, perkutut, gereja, manyar, dan bondol. Serangan hama burung sudah

ada saat penyemaian, yaitu memakan benih yang telah disebar, kemudian saat

padi masih muda, ataupun saat padi sudah menguning (Prasetyo 2002). Menurut

Riyadi (2009), bila dilihat dari konsumsi harian, burung bondol lebih berpotensi

sebagai hama tanaman padi dibandingkan dengan burung gereja. Ziyadah (2009)

menyatakan bahwa dalam pengujian populasi bondol peking dan bondol jawa,

konsumsi gabah bondol peking lebih tinggi dibandingkan bondol jawa. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini digunakan burung bondol peking (Lonchura

punctulata L.) sebagai hewan uji. Menurut Mackinnon (1990), penyebaran bondol

peking adalah India, China, Filipina, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali,

Nusa Tenggara dan diintroduksi oleh manusia ke Australia. Pakan dari bondol

peking adalah padi, biji, dan rumput. Burung ini mempunyai kebiasaan hidup

berkelompok dan bergerombol besar. Kebiasaan tersebut menjadikan burung ini

menjadi hama bagi lahan pertanian.

Beberapa teknik pengendalian terhadap burung telah dilakukan di sawah-

sawah Pulau Jawa dan Bali, namun usaha yang dilakukan membutuhkan tenaga

dan waktu yang lama untuk mengusir burung-burung tersebut dari sawah. Para

petani menggunakan beberapa cara tradisional dalam upaya mengendalikan hama

burung yaitu menggunakan jaring, kaleng berisikan batu kerikil yang diikat pada

tali kemudian dibentangkan ke seluruh areal sawah, atau dengan membuat orang-

orangan sawah, atau menjaga sawah dari pagi hingga sore dari serangan burung

ataupun menggunakan avisida (Mackinnon dan Phillips 1993). Menurut Zulfiadi

(2012), dalam mengendalikan hama burung dengan memasang rumbai-rumbai

dirasa petani kurang efisien dalam hal kelelahan fisik dan mahalnya upah buruh

untuk menghalau burung dengan rumbai-rumbai tersebut. Oleh karena itu,

diperlukan sebuah alternatif metode pengendalian yang biayanya relatif murah

dan bisa dibuat sendiri oleh petani dengan cara yang sederhana.

Pestisida nabati diperoleh dari ekstrak tanaman yang dapat berfungsi

sebagai senyawa pembunuh, penolak, pengikat, dan penghambat pertumbuhan

bagi hama sasaran (Soehardjan 1994). Menurut Purwanto (2009), penggunaan

repelen merupakan salah satu alternatif pengendalian hama dengan metode tanpa

mematikan (non lethal). Menurut Priyambodo (2003), repelen yang efektif harus

bekerja sebagai sesuatu yang dirasa oleh indera penciuman, bukan oleh indera

perasa. Menurut Shepherd (2003), burung merupakan salah satu hewan yang

memiliki pertumbuhan bulbus olfaktorius baik. Bulbus olfaktorius adalah struktur

otak vertebrata yang mempengaruhi penciuman hewan. Semakin baik

2

perkembangannya, semakin tajam penciuman suatu hewan. Bulbus olfaktorius

berfungsi untuk memperbesar penciuman, memperbesar sensitivitas deteksi bau,

menyaring bau untuk mendeteksi suatu bau.

Rempah-rempah atau bagian tanaman yang memiliki aroma menyengat,

sejak dulu telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat-obatan

tradisional yang cukup efektif bagi kesehatan manusia meskipun rempah-rempah

terkadang menghasilkan bau yang tidak sedap dan juga hawa panas yang

mengganggu. Oleh karena bahan rempah-rempah banyak didapatkan di Indonesia

maka tidak sedikit masyarakat yang memanfaatkannya, tidak hanya sebagai obat

namun juga banyak yang menggunakannya sebagai bahan untuk mengendalikan

segala hal yang dapat mengganggu (Purwanto 2009). Diantara berbagai jenis

tanaman yang sering digunakan sebagai repelen antara lain: bangle (Zingiber

cassumunar), jengkol (Archidendron pauciflorum), cabai rawit (Capsicum

frutescens), bawang putih (Allium sativum), dan lada (Piper nigrum). Berdasarkan

pertimbangan tersebut, bahan tanaman yang memiliki aroma yang menyengat

diharapkan dapat menjadi repelen sebagai salah satu alternatif pengendalian

burung bondol peking (Lonchura punctulata L.) pada tanaman padi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mencari konsentrasi yang efektif dari masing-

masing bahan tanaman yang digunakan sebagai bahan repelen yaitu bawang

putih, lada, bangle, cabai rawit, dan jengkol pada pengujian konsentrasi,

menentukan rempah-rempah yang paling efektif sebagai repelen pada burung

bondol peking, dan menentukan tingkat repelensi dari rempah-rempah yang paling

efektif dari pengujian sebelumnya.

Manfaat Penelitian

Bahan tanaman tersebut dapat dijadikan penolak (repelen) sebagai alternatif

pengendalian burung bondol peking yang efektif dan dapat dibuat sendiri secara

sederhana oleh petani.

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen

Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, dari

Bulan September sampai November 2013.

Metode Penelitian

Persiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah burung bondol

peking yang diperoleh di Pasar Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat. Burung yang

digunakan adalah burung dewasa, yang mempunyai ciri-ciri berukuran relatif

kecil (110 mm), tubuh bagian atas berwarna coklat, bercoretan, dengan tangkai

bulu putih, tenggorokan berwarna coklat kemerahan, tubuh bagian bawah

berwarna putih, bersisik coklat pada dada dan sisi tubuh (Yakin 2011). Burung

yang digunakan 245 ekor, dengan berat antara 8 sampai 15 gram (umur lebih dari

90 hari).

Gambar 1 Burung bondol peking

Persiapan Bahan Repelen

Bahan uji yang digunakan sebagai repelen adalah bangle (Zingiber

cassumunar), jengkol (Archidendron pauciflorum), cabai rawit (Capsicum

frutescens), bawang putih (Allium sativum), dan lada (Piper nigrum). Bahan

repelen dibuat dengan cara menghaluskan bahan-bahan yang akan digunakan

dengan blender. Bahan-bahan yang digunakan diperoleh dari pasar tradisional di

Dramaga, Kabupaten Bogor, kecuali bangle yang diperoleh dari kebun di

Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Pada setiap perlakuan, bahan uji dan air dicampur

sesuai dengan konsentrasi pada perlakuan, yaitu pada konsentrasi 0,1 g/ml, 0,15

g/ml, 0,2 g/ml, dan 0,25 g/ml. Pada konsentrasi tersebut, bahan repelen yang

digunakan berturut-turut sebanyak 10 g, 15 g, 20 g, dan 25 g, lalu dicampur

dengan air sampai volumenya mencapai 100 ml. Hasil penghancuran disaring

dengan menggunakan saringan, kemudian hasil penyaringan digunakan sebagai

repelen. Air saringan dituang ke dalam mangkok kecil kemudian dimasukkan

dalam hand sprayer yang digunakan untuk menyemprot gabah. Larutan yang

digunakan adalah 12 ml pada setiap perlakuan per pengujian.

4

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 2 Bahan tanaman yang digunakan pada pengujian (a) cabai rawit (b) lada

(c) bawang putih (d) jengkol (e) bangle

Persiapan Arena

Arena yang digunakan dalam pengujian yaitu kandang yang dibuat dari ram

kawat berbentuk balok berukuran 100 cm x 100 cm x 100 cm yang dilengkapi

dengan peralatan tambahan yaitu tempat minum, tempat makan, kayu untuk

bertengger, dan alas penampung kotoran. Kandang kemudian ditutupi dengan kain

berwarna hitam untuk menghindari cekaman (stress) hewan uji dan mencegah

terjadinya bias bau yang dihasilkan oleh bahan repelen maupun lingkungan di

sekitar tempat pengujian.

Gambar 3 Kandang sebagai arena pengujian

Perlakuan

Percobaan pertama diawali dengan melakukan pengujian konsentrasi bahan

repelen yang paling efektif untuk burung. Bahan repelen yang digunakan adalah

bangle, jengkol, lada, cabai rawit, dan bawang putih. Perlakuan bahan repelen

yang digunakan untuk uji penentuan konsentrasi yang efektif dalam satu kandang

pada lima jenis rempah (0,1 g/ml, 0,15 g/ml, 0,2 g/ml, 0,25 g/ml) dan dilakukan

sebanyak 5 ulangan. Dengan demikian, total ada 25 kandang percobaan.

Pengujian bahan repelen dengan banyak pilihan (multiple choice) dilakukan

setelah mengetahui konsentrasi masing-masing bahan repelen yang paling efektif

untuk burung bondol peking. Pada pengujian sebelumnya terdapat lima bahan

repelen, kemudian disisihkan satu bahan repelen yang keefektifannya paling

rendah. Pada pengujian multiple choice digunakan hanya empat bahan repelen

dengan konsentrasi yang sama.

Pengujian bahan repelen dengan dua pilihan (bi-choice) dengan

menggunakan satu bahan repelen dengan keefektifan tertinggi dan gabah sebagai

kontrol. Dalam satu kandang pengujian terdapat perlakuan yang diletakkan di

setiap sudut kandang, 7 ekor burung bondol peking, dan air minum yang diganti

setiap harinya. Bahan repelen diberikan dalam bentuk formulasi cair untuk satu

konsentrasi yang telah ditentukan, kemudian disemprotkan ke gabah sebanyak 42

g (7 ekor x (2 g (Ziyadah 2009) x 3 hari) dengan volume 12 ml. Sisa gabah

ditimbang dan diganti dengan yang baru pada hari ke-3, kemudian ditimbang sisa

5

gabah pada hari ke-6. Bobot burung ditimbang sebelum pengujian dan 6 hari

setelah pengujian.

Pengujian penguapan dilakukan untuk mengetahui persentase penguapan

terhadap massa gabah di awal percobaan. Pengujian dilakukan dengan lima

ulangan dengan menggunakan salah satu bahan repelen dengan gabah, sama

dengan pengujian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu 42 g gabah sebanyak 12

ml formulasi cair bahan repelen. Setiap hari bobot gabah ditimbang lalu

diakumulasi dalam hari ke-3 dan ke-6 untuk mengetahui persentase penguapan.

Peubah yang Diamati

Pengamatan yang dilakukan pada percobaan ini adalah tingkat konsumsi

gabah selama pada hari ke-3 dan ke-6, perubahan bobot burung dari awal hingga

akhir pengujian. Kandang diperiksa setiap hari untuk mengetahui burung yang

mati kemudian segera diganti dengan burung yang baru dan membersihkan gabah

yang tercecer. Pada pengamatan hari ke-3 sisa gabah yang dikonsumsi ditimbang

termasuk yang tercecer, selanjutnya gabah diganti dengan yang baru dengan jenis

perlakuan yang sama. Pengamatan pada hari ke-6 ditimbang sisa gabah termasuk

yang tercecer dan ditimbang bobot akhir burung. Data konsumsi dikonversi ke

penguapan lalu ke 10 g bobot tubuh burung. Perhitungan konversi dengan rumus

sebagai berikut:

Persentase penguapan = bobot awal – bobot akhir x 100%

bobot awal

Konsumsi setelah dikonversi penguapan = konsumsi x persentase penguapan

Konversi 10 g bobot tubuh = konsumsi setelah dikonversi penguapan x 10 g

bobot burung pada hari pengamatan

Keterangan:

Bobot burung pada pengamatan hari ke-3 = rerata awal+rerata hari ke-6

2

Bobot burung pada pengamatan hari ke-6 = rerata hari keenam

Tingkat keefektifan repelen dapat dihitung dengan rumus : TR = C-T x 100%

C

Keterangan:

TR = Tingkat repelensi, C = Konsumsi kontrol, T = Konsumsi perlakuan

Analisis Data

Data hasil pengamatan diolah menggunakan Rancangan Acak Lengkap

Faktorial (RAL Faktorial) dengan dua faktor yang mempengaruhi perlakuan, yaitu

jenis perlakuan itu sendiri dan lama waktu pengujian (hari ke-3 dan ke-6). Pada

pengolahan persentase penguapan, konsumsi setelah dikonversi penguapan, dan

konversi 10 g bobot burung diolah dengan menggunakan perangkat lunak

Microsoft Office Excell 2010. Analisis ragam diolah dengan Statistical Analysis

System (SAS) for Windows 9.1.3. Uji lanjutan dilakukan dengan menggunakan uji

selang berganda Duncan pada taraf α = 5%.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Konsentrasi pada Lima Jenis Bahan Tanaman

Bagi penduduk Indonesia bawang putih adalah rempah-rempah yang

digunakan secara luas baik untuk kepentingan bumbu masak yang memberi rasa

dan aroma yang khas juga digunakan sebagai obat tradisional unuk beberapa

penyakit. Menurut Sudarmo (2005), pestisida nabati bawang putih efektif untuk

mengendalikan beberapa hama. Menurut Sinta (2006), tingkat repelensi tertinggi

terdapat pada perlakuan bawang putih. Pemberian repelen ini efektif dalam

mengusir mencit karena bawang putih mengeluarkan aroma yang khas, sehingga

mempengaruhi perilaku mencit dalam memilih pakan yang dikonsumsinya.

Rata-rata konsumsi burung pada pengujian konsentrasi bawang putih

menurun dengan peningkatan konsentrasi (Tabel 1). Konsentrasi 0,2 g/ml adalah

yang efektif pada pemberian hari ke-3, sedangkan konsentrasi 0,25 g/ml pada hari

ke-6. Baik pada pemberian hari ke-3 dan ke-6 menunjukkan hasil yang tidak

berbeda nyata, begitupun dengan rata-rata pemberian bawang putih pada

konsentrasi yang berbeda. Secara keseluruhan, konsentrasi 0,25 g/ml merupakan

perlakuan yang paling efektif dalam menurunkan konsumsi burung terhadap

gabah. Interaksi antara konsentrasi dan lama pemberian tidak berpengaruh nyata

terhadap konsumsi burung pada gabah.

Tabel 1 Konsumsi burung pada pengujian bawang putih

Konsentrasi (g/ml) Konsumsi hari ke- (g) Rata-rata

3 6

0,1 15.44 ± 1.21a 12.17 ± 2.95a 13.81 ± 2.74a

0,15 13.41 ± 2.09a 12.44 ± 3.61a 12.93 ± 2.83a

0,2 12.80 ± 2.60a 11.69 ± 2.62a 12.25 ± 2.53a

0,25 13.24 ± 2.76a 11.22 ± 4.21a 12.23 ± 3.53a

Rata-rata 13.72 ± 2.31a 11.88 ± 3.16a 12.81 aAngka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama

yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang

berganda Duncan).

Menurut Kemenhut (2012), lada (Piper ningrum) merupakan tanaman yang

berpotensi sebagai pestisida nabati. Namun, pemanfaatan bagian tanaman tersebut

masih sangat terbatas karena dukungan hasil penelitian juga masih sangat terbatas.

Lada hitam yang termasuk dalam tanaman obat dan aromatik juga mengandung

bahan aktif yang dapat mempengaruhi aktifitas biologis bakan bersifat toksik

sehinga dapat mematikan serangga hama (Grainge dan Ahmed (1988); Prakash

and Rao (1997)). Dengan demikian tanaman obat dan aromatik dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati yang merupakan salah satu

komponen pengendalian hama tanaman yang sejalan dengan konsep pengendalian

hama terpadu (PHT).

Lada dengan konsentrasi 0,25 g/ml merupakan perlakuan yang efektif untuk

menurunkan konsumsi burung pada bulir gabah (Tabel 2). Rata-rata konsumsi

gabah pada perlakuan lada dengan konsentrasi 0,1 g/ml dan 0,15 g/ml berbeda

7

nyata dengan konsentrasi 0,25 g/ml. Pemberian lada pada hari ke-3 dan ke-6 tidak

menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Pada uji interaksi, konsumsi gabah pada

konsentrasi 0,25 g/ml pada hari ke-3 dan ke-6 berbeda nyata dengan konsentrasi

0,15 g/ml hari ke-3 dan ke-6 serta konsentrasi 0,1 g/ml hari ke-6.

Tabel 2 Konsumsi burung pada pengujian lada

Konsentrasi (g/ml) Konsumsi hari ke- (g) Rata-rata

3 6

0,1 11.02 ± 2.43ab 14.98 ± 1.27a 13.00 ± 2.77a

0,15 14.42 ± 1.91a 15.19 ± 3.71a 14.81 ± 2.81a

0,2 12.49 ± 4.66ab 11.28 ± 4.28ab 11.89 ± 4.27ab

0,25 9.27 ± 2.48b 8.67 ± 3.89b 8.97 ± 3.09b

Rata-rata 11.80 ± 3.42a 12.53 ± 4.25a 12.17 aAngka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama

yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang

berganda Duncan).

Menurut Widyamanda et al. (2013), tanaman bangle (Zingiber cassumunar)

merupakan salah satu tanaman obat yang secara tradisional telah dikenal lama

oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini. adalah asli Pulau Jawa. Bangle dikenal

mampu menghangatkan badan, menghilangkan rasa sakit kepala (sedativum), obat

memar, obat nyeri sendi (rematik), obat sembelit, obat sakit perut (kolik), obat

sakit kuning, memperkuat kontraksi rahim, serta pelangsing perut pasca

persalinan.

Dari hasil penelitian Purwanto (2009), bangle memiliki tingkat repelensi

yang baik terhadap tikus dilihat dari penurunan konsumsi gabah. Menurut Rusli

(2010), rimpang bangle dapat membasmi kecoa, nyamuk, dan lalat. Pada

pengujian repelen terhadap burung, bangle dengan konsentrasi 0,25 g/ml

merupakan konsentrasi yang efektif untuk menurunkan konsumsi gabah pada

burung (Tabel 3).

Tabel 3 Konsumsi burung pada pengujian bangle

Konsentrasi (g/ml) Konsumsi hari ke- (g) Rata-rata

3 6

0,1 10.92 ± 2.50bc 15.54 ± 2.25a 13.24 ± 3.31a

0,15 10.85 ± 3.25bc 14.22 ± 1.70ab 12.54 ± 3.02ab

0,2 13.00 ± 2.76abc 13.10 ± 1.94abc 13.05 ± 2.25a

0,25 10.57 ± 3.36bc 9.87 ± 3.05c 10.22 ± 3.05b

Rata-rata 11.34 ± 2.92b 13.18 ± 3.01a 12.26 aAngka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama

yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang

berganda Duncan).

Terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara pemberian konsentrasi dan

lama pemberian (Gambar 1). Semakin lama hari pemberian maka semakin banyak

gabah yang dikonsumsi oleh burung. Burung tidak memiliki efek jera terhadap

bahan repelen, pada hari ke-6 burung sudah mengenali bahan repelen sehingga

8

mengakibatkan peningkatan konsumsi terhadap gabah. Bangle dengan konsentrasi

0,25 g/ml pada hari ke-3 dan ke-6 merupakan konsentrasi yang paling efektif

untuk menurunkan konsumsi burung. Namun, pada pengujian ini tidak dapat

dibuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, maka semakin

sedikit pula konsumsi burung terhadap gabah. Hal ini disebabkan kondisi hewan

uji yang berbeda-beda pada setiap individu.

Gambar 4 Pengaruh konsentrasi dan lama hari pada pengujian bangle

Pada pengujian cabai rawit sebagai repelen terhadap burung, menunjukkan

hasil yang tidak berbeda nyata pada pengujian konsentrasi dan lama pemberian

(Tabel 4). Pengujian konsentrasi pada hari ke-3 tidak berbeda nyata, sedangkan

pada hari ke-6 konsentrasi 0,25 g/ml merupakan konsentrasi yang efektif untuk

menurunkan konsumsi burung terhadap gabah.

Tabel 4 Konsumsi burung pada pengujian cabai rawit

Konsentrasi (g/ml) Konsumsi hari ke- (g) Rata-rata

3 6

0,1 13.58 ± 2.40a 13.82 ± 2.10a 13.70 ± 2.65a

0,15 13.80 ± 2.10a 14.44 ± 1.93a 14.12 ± 1.93a

0,2 14.46 ± 3.33a 11.52 ± 3.03ab 12.99 ± 3.38a

0,25 13.96 ± 3.32a 9.75 ± 2.20b 11.86 ± 3.47a

Rata-rata 13.95 ± 2.67a 12.38 ± 3.09a 13.17 aAngka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama

yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang

berganda Duncan).

Simanjutak (2011) menyatakan bahwa Tanaman buah cabai rawit

(Capsicum frutescens) merupakan tanaman obat yang memiliki berbagai macam

kegunaan. Menurut Hudliyah (2007), cabai rawit memiliki tingkat repelensi yang

bc bc

abc

bc

a

ababc

c

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0,1 0,15 0,2 0,25

Rat

a-ra

ta k

onsu

msi

(g)

Konsentrasi (g/ml)

Hari ke-3

Hari ke-6

9

tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. kecenderungan cabai rawit untuk

menjadi repelen disebabkan oleh aroma dan rasa pedas yang menimbulkan

kondisi sekeliling pakan menjadi tidak nyaman bagi wirok dan wirok merasa

enggan mendekati pakan tersebut.

Cabai mengandung minyak atsiri, piperin, dan piperidin yang berfungsi

sebagai repellen dan mengganggu preferensi makan hama (Harysaksono et al.

2008). Lama pemberian pada pengujian konsentrasi cabai rawit tidak

menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata pada konsumsi burung (Tabel 4).

Konsumsi burung menurun pada hari ke-6, karena adanya penggantian burung

yang mati mempengaruhi konsumsi burung. Penggantian burung yang mati

dengan burung yang baru membutuhkan waktu untuk beradaptasi pada aroma

khas yang dikeluarkan oleh bahan repelen. Burung belum mengenali adanya

repelen yang bisa mempengaruhi aktivitas hidupnya (makan, minum, reproduksi),

sehingga tetap mengonsumsi dalam jumlah yang tidak berbeda pada gabah dengan

beberapa perlakuan konsentrasi.

Menurut Dinata (2008), para petani Ciwidey pernah menggunakan ekstrak

air biji jengkol menghadapi seranan hama wereng coklat. Menurut Hudliyah

(2007), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tanaman jengkol mengandung

zat, antara lain adalah sebagai berikut: protein, kalsium, fosfor, asam jengkolat,

vitamin A dan B1, karbohidrat, minyak atsiri, saponin, alkaloid, terpenoid,

steroid, tannin, dan glikosida.

Pada pengujian konsentrasi jengkol tidak menunjukkan hasil yang berbeda

nyata (Tabel 5). Baik pada hari ke-3 dan hari ke-6 pengujian konsentrasi tidak

menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Pada hari ketiga konsentrasi 0,2 g/ml

merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk menurunkan jumlah konsumsi

burung terhadap gabah, sedangkan konsentrasi 0,25 g/ml merupakan konsentrasi

yang paling efektif pada hari ke-6. Konsumsi rata-rata pada pengujian konsentrasi

jengkol menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.

Tabel 5 Konsumsi burung pada pengujian jengkol

Konsentrasi (g/ml) Konsumsi hari ke- (g) Rata-rata

3 6

0,1 12.82 ± 3.61a 12.80 ± 1.89a 12.81 ± 2.72a

0,15 12.25 ± 2.50a 12.82 ± 3.98a 12.53 ± 3.15a

0,2 10.03 ± 3.80a 11.73 ± 3.07a 10.88 ± 3.37a

0,25 11.47 ± 2.15a 11.09 ± 2.14a 11.28 ± 2.03a

Rata-rata 11.64 ± 3.04a 12.11 ± 2.76a 11.89 aAngka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama

yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang

berganda Duncan).

Berdasarkan Tabel 5, interaksi antara pengaruh konsentrasi dan lama

pemberian jengkol menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Konsumsi

burung pada hari ke-6 cenderung naik dibandingkan hari ke-3. Hal ini

dikarenakan burung sudah mulai mengenali aroma menyengat yang dihasilkan

oleh jengkol membuat burung mulai terbiasa dengan keadaan sekitar dan

konsumsi gabah meningkat dibandingkan pada hari ke-3. Menurut Prakoso

(2003), kemampuan daya bertahan burung dipengaruhi oleh kesesuaian

10

lingkungan tempat hidup burung, meliputi adaptasi burung terhadap perubahan

lingkungan, kompetisi, dan seleksi alam. Dalam pengujian ini, perubahan

lingkungan akibat adanya aroma bahan tanaman yang menyengat menjadi faktor

yang menyebabkan perubahan konsumsi burung pada gabah.

Berdasarkan pertimbangan pada lima pengujian pertama, maka digunakan

empat jenis bahan tanaman beserta konsentrasinya yaitu bangle 0,25 g/ml, jengkol

0,25 g/ml, cabai rawit 0,25 g/ml, dan lada 0,25 g/ml. Priyambodo (2003)

menyatakan penggunaan repelen dapat mengurangi daya bertahan tikus karena

aktivitas makan, minum, mencari pasangan, serta reproduksi diganggu, maka

konsumsi yang paling sedikit adalah repelen yang efektif. Pada pengujian multiple

choice dari lima bahan tanaman yang diuji, hanya digunakan empat jenis bahan

tanaman dengan maksud untuk mempermudah pemilihan bahan repelen yang

efektif. Dalam pengujian multiple choice, lima konsumsi terendah berturut-turut

dari konsumsi rendah ke tinggi adalah lada 0,25 g/ml, bangle 0,25 g/ml, jengkol

0,2 g/ml, jengkol 0,25 g/ml, cabai rawit 0,25 g/ml (Tabel 6). Jengkol 0,2 g/ml dan

jengkol 0,25 g/ml tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Oleh karena itu

pada pengujian multiple choice digunakan jengkol 0,25 g/ml untuk

menyeragamkan dengan konsentrasi bahan tanaman lainnya. Dalam pengujian

multiple choice, jenis bahan tanaman yang digunakan adalah lada 0,25 g/ml,

bangle 0,25 g/ml, jengkol 0,25 g/ml, dan cabai rawit 0,25 g/ml. Bawang putih

tidak digunakan dalam pengujian multiple choice karena repelensinya terhadap

burung lebih rendah dibandingkan dengan empat jenis bahan tanaman lainnya.

Tabel 6 Konsumsi burung pada pengujian konsentrasi dari lima jenis bahan

repelen

Perlakuan Konsentrasi (g/ml)

0,1 0,15 0,2 0,25

Rata-rata konsumsi (g)a

Bawang

putih

13.81 ± 2.74abc 12.93 ± 2.83abcd 12.25 ± 2.53abcd 12.23 ± 3.52abcd

Lada 13.00 ± 2.77abcd 14.81 ± 2.81a 11.89 ± 4.27abcd 8.97 ± 3.09e

Bangle 13.24 ± 3.31abcd 12.54 ± 3.02abcd 13.05 ± 2.25abcd 10.22 ± 3.05de

Cabai

rawit

13.70 ± 2.65abc 14.12 ± 1.93ab 12.99 ± 3.38abcd 11.86 ± 3.47abcd

Jengkol 12.81 ± 2.72abcd 12.53 ± 3.15abcd 10.88 ± 3.37cde 11.28 ± 2.03bcde aAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

(uji selang berganda Duncan).

Berdasarkan Tabel 7, hari pertama pengujian tidak terdapat burung yang

mati pada semua perlakuan. Kematian burung tertinggi terjadi pada hari ke-2

setelah pengujian. Penggantian gabah pada hari ke-3 juga menyebabkan kematian

burung yang tinggi pada hari ke-4. Setelah hari pertama pengujian, terdapat

beberapa burung yang mati yang diduga dipengaruhi oleh perubahan lingkungan

yang dapat mengganggu daya bertahan burung.

Hewan bertingkah laku dalam usahanya untuk beradaptasi dengan

lingkungannya, dimana faktor genetik dan lingkungan terlibat di dalamnya.

Lingkungan sekitar mendorong hewan bertingkah laku untuk menyesuaikan diri

dan bahkan terjadi pula penyesuaian hereditas. Beberapa spesies hewan dapat

11

bereaksi dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Tingkah laku hewan adalah

reaksi seluruh organisme pada rangsangan tertentu atau cara bereaksi terhadap

lingkungannya. Tingkah laku merupakan hal yang penting dalam proses

domestikasi hewan oleh manusia. Domestikasi dapat dimaksudkan untuk tujuan

ekonomis dan sarana konversi biologis. Masalah tingkah laku meningkat karena

perkembangan pada hewan yang diadaptasikan tidak sesuai dengan lingkungan

yang dibuat oleh manusia. Manusia harus memberikan perhatian lebih kepada

tingkah laku dan pengontrolan lingkungan, termasuk syarat ruang, cahaya,

temperatur udara, kelembaban relatif, dan kecepatan aliran udara (Sunarti 2004).

Pada penelitian ini lingkungan yang tidak sesuai dengan habitat asli burung

menyebabkan burung tidak mampu bertahan sehingga menyebabkan kematian.

Tabel 7 Jumlah burung yang mati pada beberapa perlakuan

Jenis perlakuan Jumlah burung yang mati pada hari ke-

Jumlah 1 2 3 4 5 6

Burung yang mati (ekor)

Kontrol

Bawang putih

0

0

3

4

2

0

1

3

0

0

0

0

6

7

Lada 0 2 1 2 0 1 6

Bangle 0 1 1 2 0 0 4

Cabai rawit 0 3 1 1 0 1 6

Jengkol 0 1 1 2 0 1 5

Multiple choice 0 1 2 1 2 0 6

Bi-choice 0 2 1 1 1 0 5

Jumlah 0 14 7 12 3 3 39

Pengujian Multiple Choice dengan Empat Jenis Bahan Tanaman

Tanaman obat dan aromatik telah diketahui juga mengandung bahan aktif

yang dapat mempengaruhi aktifitas biologis bakan bersifat toksik sehingga dapat

mematikan serangga hama (Grainge dan Ahmed (1988); Prakash dan Rao (1997)).

Rempah-rempah diketahui mempunyai beragam bioefikasi, seperti ovicidal,

repelen, antifidan, dan aktifias biocidal terhadap berbagai hama arthropoda (Kim

et al. 2004).

Pada pengujian multiple choice dengan menggunakan empat jenis bahan

tanaman sebagai repelen terhadap burung menunjukkan hasil yang tidak berbeda

nyata. Demikian juga dengan lama pemberian (Tabel 8). Lada merupakan bahan

repelen yang paling efektif untuk menurunkan konsumsi burung terhadap gabah.

Lada 0,25 g/ml digunakan dalam pengujian bi-choice dengan kontrol (gabah).

12

Tabel 8 Konsumsi burung pada pengujian multiple choice

Jenis rempah-

rempah

Lama pemberian (hari) Rata-rata

3 6

Bangle 12.44 ± 2.81ab 16.42 ± 5.32a 14.43 ± 4.53a

Jengkol 13.89 ± 1.38ab 14.31 ± 1.97ab 14.10 ± 1.62a

Cabai rawit 13.16 ± 2.98ab 13.67 ± 2.14ab 13.42 ± 2.45a

Lada 12.29 ± 4.14ab 10.95 ± 3.99b 11.62 ± 3.90a

Rata-rata 12.95 ± 2.82a 13.84 ± 3.89a 13.40 aAngka-angka pada kolom dan baris rata-rata, serta pada dua kolom interaksi yang sama

yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang

berganda Duncan).

Pada pengujian multiple choice interaksi antara jenis bahan tanaman dengan

lama hari perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Bangle pada

pemberian hari ke-6 berbeda nyata dengan lada pemberian hari ke-3 (Tabel 8).

Konsumsi pada hari ke-6 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan

konsumsi pada hari ke-3. Peningkatan konsumsi ini terjadi karena hewan uji

sudah mengenali bahan repelen dari aroma yang dihasilkan, sehingga

konsumsinya juga meningkat.

Pengujian Bi-choice dengan Perlakuan Lada 0,25 g/ml dan Kontrol

Salah satu jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai pestisida

nabati yaitu lada. Pada pengujian lada sebagai repelen burung menunjukkan hasil

yang berbeda nyata dengan kontrol (Gambar 2).

b

a

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Lada 0,25 g/ml Kontrol

Gambar 5 Konsumsi rata-rata burung terhadap perlakuan lada 0,25

g/ml dan kontrol

13

Pada pengujian bi-choice, lama hari menunjukkan hasil yang tidak berbeda

nyata (Gambar 3). Berdasarkan Gambar 2, lada 0,25 g/ml dapat menurunkan

konsumsi burung terhadap bulir gabah sebanyak 69,91% dibandingkan dengan

perlakuan kontrol. Meskipun lada 0,25 g/ml dapat menurunkan konsumsi burung

lebih dari 50%, namun belum dapat dipastikan jika pada aplikasi lapang lada 0,25

g/ml dapat menurunkan konsumsi bulir gabah dengan tingkat repelensi yang

sama. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor luar yang berpengaruh di lapang,

seperti cahaya, temperatur udara, kelembaban relatif, dan kecepatan aliran udara

yang dapat mempengaruhi tingkat repelensi lada 0,25 g/ml terhadap hama burung.

a a

0

5

10

15

20

25

30

Hari ke-3 Hari ke-6

Gambar 6 Konsumsi rata-rata burung terhadap pengaruh lama hari

pada pengujian lada 0,25 g/ml dan kontrol

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengujian konsentrasi pada lima jenis bahan tanaman digunakan untuk

menentukan konsentrasi yang efektif pada setiap perlakuan. Bangle, lada, jengkol,

dan cabai rawit dengan konsentrasi 0,25 g/ml adalah bahan tanaman yang

digunakan dalam pengujian multiple choice untuk menentukan jenis tanaman

yang paling efektif. Lada dengan konsentrasi 0,25 g/ml merupakan tanaman yang

paling efektif dibandingkan dengan yang lainnya. Pada pengujian bi-choice,

tingkat repelensi lada dengan konsentrasi 0,25 g/ml adalah sebesar 69,91%.

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengujian efektivitas lada 0,25 g/ml

sebagai repelen terhadap burung bondol peking di lapang, persepsi manusia

terhadap gabah yang disemprot dengan lada, dan analisis ekonomi studi kelayakan

lada 0,25 g/ml sebagai repelen terhadap burung.

15

DAFTAR PUSTAKA

Dinata A. 2008. Ekstrak kulit jengkol atasi jentik DBD. Hayati J Biosci. 3(2):62-

63.

Grainge M, Ahmed S. 1988. Handbook of plants with Pest-Control Properties.

New York (US): John Willey and Sons.

Harysaksono S, Purwanti EW, Sule S. 2008. Pestisida Nabati. Malang (ID):

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.

Hudiyah. 2007. Pengujian Rempah-rempah sebagai Repelen serta Preferensi

Campuran Umpan dan Rodentisida pada Wirok Kecil (Bandicota

bengalensis Gray & Hardwicke) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2012. Pestisida nabati untuk pengendalian

dan pencegahan hama hutan tanaman. J Man Hut Trop. 7(3): 1-37.

Kim, S., Yi, J., Tak. & Ahn, Y., 2004. Acaricidal activity of plant essential oils

against Dermanyssus gallinae (Acari: Dermanyssidae). Veterinary

Parasitology 120: 297-304.

Mackinnon J, Phillipps K. 1993. A Field Guide to the Birds of Borneo, Sumatra,

Java & Bali. Oxford (GB): Oxford University Press.

Mackinnon J.1990. Panduan Pengenalan Lapangan Burung-burung di Jawa dan

Bali. Yogyakarta (ID): Gadjah mada University Press.

Prakash A, Rao J. 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. New York (US):

Lewis Publisher.

Prakoso A. 2003. Penyebaran dan pendugaan keanekaragaman burung air pada

berbagai tipe habitat dii kawasan Segara Anakan, Cilacap [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Prasetyo TY.2002. Budi Daya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Purwanto. 2009. Pengujian tiga jenis rempah-rempah sebagai repelen terhadap

tikus rumah (Rattus rattus diardii Linn.) dan tikus pohon (Rattus tiomanicus

Mill.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rismansyah EA. 2007. Mengusir burung dengan ekstrak buah serut [internet]:

Jakarta (ID) [diunduh 2014 Jan 01]. Tersedia pada:

mediatani.wordpress.com

Riyadi A. 2009. Uji kemampuan makan pada burung gereja (Passer montanus

Oates) dan uji preferensi pakan serta umpan beracun pada bondol jawa

(Lonchura leucogastroides Horsfield & Moore) dan bondol peking

(Lonchura punctulata Linnaeus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Rusli MS. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta (ID): Agromedia

Pustaka.

Shepherd, G. 2003. The Synaptic Organization of the Brain. Oxford (GB): Oxford

University Press.

16

Simanjutak SM. 2011. Efektivitas ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L)

terhadap kematian larva nyamuk Aedes spp. pada Ovitrap [skripsi]. Medan

(ID): Universitas Sumatra Utara.

Sinta H.2006. Pengaruh Bahan Rempah sebagai Repelen terhadap Mencit Rumah

(Mus musculus L. Rodentia: Muridae) dalam Mengkonsumsi Umpan dan

Rodentisida [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Soehardjan, M. 1994. Konsepsi dan Strategi Penelitian dan Pengembangan

Pestisida Nabati. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.

Sudarmo S. 2005. Pestisida Nabati: Pembuatan dan Pemanfaatannya.

Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius

Sunarti D. 2004. Pencahayaan sebagai upaya pencegahan cekaman pada industri

perunggasan tropis berwawasan animal welfare [thesis]. Semarang (ID)

Universitas Diponegoro.

Ware GW. 1999. The Pesticide Book. San Francisco (US): Thomson Publications.

Widyamanda LP, Yunianto VD, Estiningdriati I. 2013. Pengaruh Penambahan

Bangle (Zingiber cas-sumunar) dalam Ransum terhadap Total Lipid dan

Kolesterol Hati pada Ayam Broiler. JAA. 2(1):183-190.

Yakin MR. 2011. Keanekaragaman jenis burung di Resort Tapos, seksi PTN

wilayah VI Tapos, bidang pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Bogor,

Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango [laporan PKL].

Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Ziyadah K. 2009. Kemampuan makan dan preferensi pakan pada bondol peking

(Lonchura punctulata L.) dan bondol jawa (Lonchura leucogastroides

Horsfield & Moore) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Zulfiadi YA. 2012. Prototype alat pengusir hama burung berbasis mikrokontroler

atmega8 [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot

burung pada hari ketiga

Jenis repelen Konsumsi (g) pada konsentrasi (g/ml) dan ulangan ke -

0,1 0,15

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Bawang putih 16.68 14.54 13.89 16.50 15.59 16.51 12.80 13.81 13.24 10.71

Lada 8.17 8.61 12.51 12.55 13.28 11.99 13.09 14.67 15.65 16.72

Bangle 10.83 11.47 7.34 14.34 10.64 13.17 6.77 7.91 12.78 13.64

Cabai Rawit 11.65 16.73 14.65 14.12 10.76 13.01 11.11 16.89 14.31 13.69

Jengkol 14.16 16.24 9.56 8.40 15.73 9.66 13.61 14.92 13.55 9.50

Lampiran 1 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot

burung pada hari ketiga (lanjutan)

Jenis repelen Konsumsi (g) pada konsentrasi (g/ml) dan ulangan ke -

0,2 0,25

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Bawang putih 11.82 16.71 9.75 13.72 11.98 9.02 12.70 15.70 13.06 15.74

Lada 12.37 9.37 16.02 6.66 18.04 6.09 7.67 11.77 11.65 9.19

Bangle 11.53 12.26 10.08 17.30 13.85 5.60 13.23 8.58 12.67 12.79

Cabai Rawit 12.28 11.04 13.48 16.12 19.37 10.88 14.06 14.64 19.09 10.40

Jengkol 6.49 10.80 12.77 5.73 14.34 11.92 8.14 14.05 12.07 11.15

Lampiran 2 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot

burung pada hari keenam

Jenis repelen Konsumsi (g) pada konsentrasi (g/ml) dan ulangan ke -

0,1 0,15

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Bawang putih 13.86 9.80 10.37 10.24 16.58 9.71 13.55 13.77 8.03 17.16

Lada 15.41 15.17 15.92 15.65 12.77 18.25 19.43 11.95 15.28 11.05

Bangle 15.76 17.47 13.02 17.99 13.50 13.08 16.17 14.18 12.08 15.57

Cabai Rawit 16.38 13.47 8.80 16.69 13.77 17.23 11.87 14.64 14.71 13.77

18

Lampiran 2 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot

burung pada hari keenam (lanjutan)

Jenis repelen Konsumsi (g) pada konsentrasi (g/ml) dan ulangan ke -

0,2 0,25

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Bawang putih 10.06 8.72 15.27 11.08 13.34 8.18 11.23 15.18 5.98 15.54

Lada 16.41 15.42 7.66 7.81 9.09 8.14 5.64 4.32 13.28 11.99

Bangle 15.81 12.70 11.86 10.92 14.23 10.74 6.34 6.99 12.17 13.09

Cabai Rawit 12.36 6.98 10.16 14.71 13.38 8.09 8.44 7.99 11.48 12.73

Lampiran 3 Data konsumsi burung pada pengujian multiple choice

Bahan repelen Hari ke- Konsumsi (g) pada ulangan ke-

1 2 3 4 5

Bangle 3 18.62 18.91 19.63 10.59 15.14

6 19.88 32.14 25.94 21.52 13.31

Jengkol 3 17.18 19.43 21.1 17.37 17.39

6 20.71 23.17 16.89 16.68 21.39

Cabai rawit 3 19.49 17.37 23.14 12.51 15.25

6 14.11 18.25 19.91 20.39 21.54

Lada 3 18.86 23.67 12.72 16.34 10.03

6 22.16 12.29 19.55 12 9.4

Lampiran 4 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot

burung pada pengujian multiple choice

Bahan repelen Hari ke- Konsumsi (g) pada ulangan ke-

1 2 3 4 5

Bangle 3 13.73 14.51 14.68 8.08 11.18

6 14.18 23.52 19.31 15.66 9.43

Jengkol 3 12.67 14.91 15.78 13.25 12.84

6 14.77 16.96 12.57 12.14 15.15

Cabai rawit 3 14.37 13.33 17.31 9.54 11.26

6 10.06 13.36 14.82 14.84 15.26

Lada 3 13.91 18.16 9.52 12.46 7.40

19

Lampiran 5 Data konsumsi burung pada pengujian bi-choice

Ulangan ke- Perlakuan

Lada 0,25 g/ml Kontrol

Hari ke-

3 6 3 6

Konsumsi (g)

1 16.95 8.2 64.76 42.59

2 22.95 16.41 33.73 64.64

3 18.32 14.18 59.91 53.32

4 17.55 19.32 52.63 45.27

5 13.47 6.00 43.06 44.39

Lampiran 6 Data konsumsi setelah dikonversi ke penguapan dan 10 g bobot

burung pada pengujian bi-choice

Ulangan ke- Perlakuan

Lada 0,25 g/ml Kontrol

Hari ke-

3 6 3 6

Konsumsi (g)

1 11.79 5.70 45.60 29.99

2 17.21 12.30 25.75 49.34

3 13.27 10.39 43.54 39.20

4 12.76 13.57 38.05 31.63

5 10.44 4.60 32.78 33.41

Lampiran 7 Data rerata bobot burung pada berbagai perlakuan

Ulangan

ke-

Perlakuan

Bawang

putih

Lada Bangle Cabai

rawit

Jengkol Multiple

choice

Bi-choice

Konsumsi hari ke-3 (g)

1 10.11 12.78 12.02 11.53 11.36 12.07 12.8

2

9.27 12.18 12.3 10.83 11.27

11.6

11.87

3 8.9 11.94 11.05 11.5 11.81 11.63 12.01

4 9.6 11.07 11.54 11.98 11.13 11.67 12.24

5 12.08 11.54 10.92 11.65 10.49 11.92 11.35

Konsumsi hari ke-6 (g)

1 11.16 12.71 11.97 11.36 11.71 12.48 12.64

2 10.86 12.22 12.43 10.7 11.5 12.16 11.66

3 10.42 12.7 11.92 11.77 11.89 11.82 11.97

4 11.77 10.38 11.74 12.38 9.41 11.82 12.31

5 11.74 11.38 11.68 11.3 9.84 12.28 11.56

20

Lampiran 8 Persentase penguapan bahan repelen setiap hari

Ulangan Hari ke -

1 2 3 4 5 6

1 0.96 0.96 0.97 0.94 0.97 0.97

2 0.97 0.95 0.97 0.94 0.97 0.98

3 0.93 0.95 0.98 0.94 0.96 0.98

4 0.95 0.96 0.97 0.92 0.96 0.97

5 0.95 0.95 0.97 0.93 0.96 0.97

Rata-rata 0.95 0.95 0.97 0.93 0.97 0.97

Lampiran 9 Data bobot gabah dari awal perlakuan sampai hari ketiga dan keenam

Ulangan Hari ke-

Awal 1 2 3 Awal 4 5 6

1 55.05 53.07 50.69 49.42 54.15 50.78 49.3 48

2 54.16 52.27 49.54 47.94 53.87 50.84 49.26 48.12

3 54.58 50.94 48.62 47.47 54.61 51.29 49.41 48.2

4 54.17 51.7 49.65 48.35 55.28 51.04 49.02 47.78

5 54.28 51.39 48.97 47.5 54.27 50.46 48.67 47.49

Rata-rata 54.49 51.87 49.49 48.14 54.44 50.88 49.13 47.92

Lampiran 10 Persentase penguapan pada hari perlakuan

Ulangan

Hari ke-

3 6

1 0.90 0.89

2 0.89 0.89

3 0.87 0.88

4 0.89 0.86

5 0.88 0.88

Rata-rata 0.88 0.88

Lampiran 11 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi bawang putih

SK DF SS MS F Value Pr > F

perlakuan 3 16.56144000 5.52048000 0.66 0.5808

hari 1 33.89281000 33.89281000 4.07 0.0521

perlakuan*hari 3 8.44891000 2.81630333 0.34 0.7977

Lampiran 12 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi lada

SK DF SS MS F Value Pr > F

Perlakuan 3 179.5022075 59.8340692 5.55 0.0035

Hari 1 5.3071225 5.3071225 0.49 0.4881

perlakuan*hari 3 39.9559275 13.3186425 1.23 0.3133

Lampiran 13 Lampiran 16 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi bangle

SK DF SS MS F Value Pr > F

Perlakuan 3 58.20230750 19.40076917 2.74 0.0595

21

Hari 1 34.02180250 34.02180250 4.80 0.0358

perlakuan*hari 3 48.96740750 16.32246917 2.30 0.0956

Lampiran 14 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi cabai rawit

SK DF SS MS F Value Pr > F

Perlakuan 3 29.57818000 9.85939333 1.30 0.2924

Hari 1 24.61761000 24.61761000 3.24 0.0814

perlakuan*hari 3 42.59633000 24.61761000 1.87 0.1549

Lampiran 15 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi jengkol

SK DF SS MS F Value Pr > F

Perlakuan 3 26.53868750 8.84622917 0.99 0.4114

Hari 1 2.18556250 2.18556250 0.24 0.6249

perlakuan*hari 3 6.22142750 2.07380917 0.23 0.8739

Lampiran 16 Hasil analisis ragam kelima pengujian konsentrasi bahan repelen

SK DF SS MS F Value Pr > F

Perlakuan 3 357.3522255 18.8080119 2.22 0.0040

Hari 1 0.3916125 0.3916125 0.05 0.8301

perlakuan*hari 3 245.6463175 12.9287536 1.53 0.0832

Lampiran 17 Hasil analisis ragam pengujian multiple choice

SK DF SS MS F Value Pr > F

Perlakuan 3 47.24297000 15.74765667 1.42 0.2542

Hari 1 7.99236000 7.99236000 0.72 0.4018

perlakuan*hari 3 37.28874000 12.42958000 1.12 0.3543

Lampiran 18 Hasil analisis ragam pengujian bi-choice

SK DF SS MS F Value Pr > F

Perlakuan 3 3249.720180 3249.720180 92.81 <.0001

Hari 1 19.800500 19.800500 0.57 0.4630

perlakuan*hari 3 11.430720 11.430720 0.33 0.5757

Lampiran 19 Hasil analisis ragam faktor perlakuan pada pengujian bi-choice

Duncan Grouping Mean N perlakuan

A 36.837 10 kontrol

B 11.343 10 A

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 17 Januari 1992, sebagai putra

pertama pasangan Bapak Sutikno dan Ibu Rumiyati. Penulis memiliki adik

perempuan bernama Kumoro Retno.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Pati,

Jawa Tengah pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama setelah lulus diterima di

DEpartemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti berbagai organisasi

seperti Uni KOnservasi Fauna pada tahun 2010 sebagai anggota Divisi Konservasi

Fauna Perairan, Mitra Desa Fakultas Pertanian pada tahun 2011, Organisasi

Mahasiswa Daerah Pati (IKMP), Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman pada

tahun 2012 sebagai staff DIvisi Pengembangan Sumber Daya Manusia. Selama

menjadi pengurus di HImpunan Mahasisswa Proteksi Tanaman, penulis

berkesempatan menjadi ketua pada kegiatan Pelepasan Sarjana Proteksi Tanaman

pada tahun 2012, sekretaris pada kegiatan Masa Perkenalan Departemen angkatan

48, Pekan Olahraga dan Seni Proteksi Tanaman, dan National Plant Protection

Event. Penulis juga pernah mengikuti “IPB Goes to Field” (IGTF) di Klaten, Jawa

Tengah pada tahun 2012 dengan tema “Pengendalian Hama Terpadu Tanaman

Padi dan Pengembangan Tungku Sekam sebagai Alternatif Bahan Bakar Minyak”.

Aktivitas luar kampus yang penulis ikuti adalah menjad tentor di Bimbingan

Belajar Expert Multimedia dan Sangfar Juara pada tahun 2013.

Selain itu, penulis juga aktif berperan sebagai asisten praktikum Mata

Kuliah Vertevrata Hama pada tahun 2013 dan Hama Penyakit Tanaman Pangan

dan Hortikultura pada tahun yang sama.