Pengolahan Karet Print

26
PENGOLAHAN LATEKS MENJADI RIBBED SMOKED SHEET (RSS) DAN BROWN CREPE (BrCr) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX DIVISI TANAMAN TAHUNAN KEBUN KARET GETAS LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI Oleh: FERDIAN LUTFI H. 512009014 FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Transcript of Pengolahan Karet Print

PENGOLAHAN LATEKS MENJADI RIBBED SMOKED SHEET (RSS) DAN BROWN CREPE (BrCr) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX DIVISI TANAMAN TAHUNAN KEBUN KARET GETAS LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI

Oleh: FERDIAN LUTFI H. 512009014

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2011

I.

Tujuan 1. Mahasiswa dapat memahami proses produksi Ribbed Smoked Sheet (RSS) di PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA IX Divisi Tanaman Tahunan Kebun Karet Getas. 2. Mahasiswa dapat memahami proses produksi Brown crepe (BrCr) di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX Divisi Tanaman Tahunan Kebun Karet Getas.

II.

Paparan Isi Tanaman karet adalah salah satu tanaman industri di indonesia. Tanaman karet menghasilkan bahan baku yang digunakan untuk pembuatan karet, ban, dan lain-lain yang di sebut dengan lateks. Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks, (Anonim, 2011). Pada tumbuhan lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut pembuluh lateks. Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis (floem) dan memiliki inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil lateks di bagian sitosolnya. Apabila sel dari jaringan pembuluh ini terbuka, misalnya karena keratan, akan terjadi proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental. Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang terdispersi di dalam air. Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai macam zat. Di dalam lateks mengandung 2540% bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang terlarut. Bahan karet mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5% jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu, Mn dan Fe. Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong (Anonim, 2011). Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia seharihari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan. Secara

fundamental harga karet alam dipengaruhi oleh permintaan (konsumsi) dan penawaran (produksi) serta stock/cadangan. Karet sintetik sebagai produk hasil industri harganya relatif lebih stabil dibandingkan dengan karet alam. Selain itu, karet sintetik yang umumnya diproduksi dan dikonsumsi negara industri, harganya cenderung naik sejalan dengan harga bahan baku, kenaikan biaya produksi dan tingkat inflasi dari negara produsen. Hal ini sangat berbeda dengan harga karet alam yang berfluktuasi yang dipengaruhi oleh kondisi alam (cuaca/iklim), nilai tukar dan perkembangan ekonomi negara konsumen. Untuk menghindari kerugian karena gejolak harga karet alam, pasar berjangka (future trading) karet menyediakan sarana dan mekanisme lindung nilai (hedging). Pasar berjangka karet alam yang saat ini menjadi panutan/pedoman dunia adalah Singapura (SICOM) dan Jepang (TOCOM), serta yang relatif baru di Thailand (AFET) dan China (SHFE). Sedangkan pasar fisik (physical/spot) karet alam, selain di Singapura dan Jepang juga terdapat di negara produsen seperti Malaysia dan Thailand serta di negara-negara konsumen seperti di Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Dari 35 mutu karet alam yang diperdagangkan dunia secara fisik, hanya tiga mutu (RSS 1, RSS 3, TSR 20) yang dijadikan mata dagangan di pasar berjangka karet. Pasar atau bursa berjangka disebut juga pasar yang terorganisasi dan harga penyerahan hingga 12 bulan ke depan yang terbentuk disebarluaskan. Pada pasar fisik umumnya hanya harga hingga penyerahan tiga bulan kedepan yang terbentuk (BPEN, 2003). Pada pasar karet global, Singapura dan Kuala Lumpur dikenal sebagai pasar dari kawasan produsen. Sementara itu London, New York dan Tokyo sebagai pasar dari kawasan konsumen. Karena perbedaan waktu antara Tokyo (Jepang) dengan negara-negara produsen utama karet hanya sekitar 1- 2 jam, sehingga pasar dari dua kawasan tersebut memperlihatkan pergerakan yang sama. Jepang (Tokyo dan Osaka) sebagai salah satu negara konsumen utama karet alam, kadang-kadang menstimulasi pasar di negara konsumen (Yoko, 2004). Beberapa faktor yang mempengaruhi tren harga karet alam adalah: pasar luar negeri, permintaan dan penawaran (ekspor dan cadangan), situasi politik dan ekonomi internasional, tren nilai tukar, harga karet sintetik (harga SBR dan harga minyak bumi), pertumbuhan ekonomi global (konsumen utama seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan China) dan industri otomotif. Walaupun relatif kecil, harga karet sintetik juga cenderung fluktuatif seperti karet alam. Sebelum tahun 1990 fluktuasi harga karet sintetik disebabkan oleh kenaikan biaya produksi dan inflasi, setelah tahun 1990 fluktuasi harga karet sintetik lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan harga minyak mentah. Isu utama yang berhubungan dengan industri karet sintetik adalah harga minyak mentah, dan dampaknya terhadap harga dan permintaan karet

sintetik. Menurut IRSG (2004b), apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga minyak mentah maka dampaknya terhadap industri hilir pada pasar petrokimia, dalam hal ini adalah pasar butadiene dan stryrene, dan dampak tersebut baru terlihat 2-3 bulan kemudian.

Untuk menjaga kualitas dan kontinuitas bahan baku, maka dilakukan pengawasan pada tiap penyadap. Dari hasil penyadapan, dapat ditentukan: (anonim, 2010) 1. Bobot atau isi lateks Penyadap menuangkan lateks dari ember-ember pengumpul ke dalam ember-ember takaran melalui sebuah saringan kasar dengan ukuran lubang 2 mm, maksudnya untuk menahan lump yang terjadi karena prakoagulasi. 2. Kadar Karet Kering (K3) Penentuan kadar karet kering (K3) sangat penting dalam usaha mencegah terjadinya kecurangan para penyadap. Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, sebagai berikut. a. Faktor dari kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain). b. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil). c. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari aluminium atau baja tahan karat). d. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu). e. Kualitas air dalam pengolahan. f. Bahan-bahan kimia yang digunakan.

Ribbed Smoked Sit (RSS)) adalah salah satu jenis produk olahan yang berasal dari lateks/getah tanaman karet Hevea brasiliensis yang diolah secara teknik mekanis dan kimiawi dengan pengeringan menggunakan rumah asap serta mutunya memenuhi standard The Green Book dan konsisten. Prinsip pengolahan jenis karet ini adalah mengubah lateks kebun menjadi lembaran-lembaran sit melalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan serta pengasapan. Beberapa faktor penting yang memengaruhi mutu akhir pada pengolahan RSS diantaranya adalah pembekuan atau koagulasi lateks, pengasapan dan pengeringan. Karet sit asap digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan ban kendaraan bermotor, khususnya jenis ban radial.

A. Pengolahan Ribbed Smoked Sheet Prinsip Pengolahan jenis karet ini adalah mengubah lateks segar menjadi lembaranlembaran sheet lewat proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan, dan pengasapan. Pengolahan karet sheet seperti diagram dibawah ini umumnya dilakukan di perkebunan-perkebunan karet besar milik pemerintah atau swasta. Sedangkan di perkebunan karet rakyat pengolahannya tergolong sederhana. Karet sheet yang dihasilkan oleh petani atau karet sheet rakyat umumnya tidak melalui proses pengasapan berupa sheet angin.

Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pengolahan Sit Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pengolahan sit antara lain :

1. Lateks yang berasal dari tumbuhan muda, pada umumnya menghasilkan karet sit yang lekat atau lengkat, lembek serta mudah mengalami pemuluran saat digantung dalam kamar asap. Kemudian, lateks yang berasal dari tanaman yang sudah lama tidak disadap, menghasilkan karet sit yang mudah sobek/rapuh. Oleh sebab itu, manajemen penyadapan yang baik perlu dilakukan agar lateks kebun yang disadap sesuai dengan kriteria bahan baku pembuatan sit. 2. Kebersihan lateks mulai dari kebun hingga pabrik pengolahan harus senantiasa dijaga agar diperoleh hasil produk yang sesuai dengan standard. Terutama untuk peralatan penyadapan termasuk pisau sadap, talang lateks, mangkuk, ember pengumpul dan alur sadap sendiri, harus bebas dari kotoran serta slab sisa penyadapan sebelumnya. 3. Untuk tangki penerima yang jauh dari pabrik hendaknya ditambahkan bahan anti koagulan seperti amoniak. Penambahan antikoagulan diusahakan tidak melebihi batas yang ditetapkan untuk mencegah pemakaian asam semut yang terlalu banyak pada proses pembekuan. Pada saat pengangkutan sebaiknya dihindari dari sinar matahari serta panas berlebih untuk menghindai prakoagulasi serta pembentukan gelembung. 4. Pemberian bahan penggumpal (koagulan) seperti asam yang berlebih atau terlalu banyak akan menyebabkan koagulum menjadi keras dan sulit untuk digiling, sedangkan jika pemberian kurang maka koagulum akan menjadi lunak, membubur atau tetap encer (tidak menggumpal). Dalam proses penggumpalan, larutan asam dimasukkan perlahan-lahan secara merata, kemudian diaduk perlahan hingga homogen (seragam). Tebal karet sit yang tidak merata dapat disebabkan karena pencampuran lateks dan asam yang tidak seragam, pemberian asam yang tidak cukup, lateks terlalu encer, atau letak bak yang miring.

Gelembung gas yang timbul dalam karet sit dapat disebabkan karena penggumpalan terjadi terlalu cepat dengan menggunakan asam yang berlebih, atau asam yang terlalu pekat, penyaringan yang kurang baik, waktu penggumpalan terlalu lama dan kurang sempurna. Apabila lateks telah menggumpal sempurna, maka di atas gumpalan tersebut digenangi air untuk mencegah terjadinya oksidasi dengan udara yang dapat mengakibatkan timbulnya bercak-bercak hitam pada permukaan koagulum. 5. Penggilingan sit dilakukan untuk memisahkan sebagian besar air yang terkandung dalam gumpalan. Dengan penggilingan permukaan sit akan menjadi semakin besar, sehingga akan mempercepat pengeringan. Kecepatan penggilingan berbeda-beda antara satu rol dengan rol lainya, semakin maju maka kecepatan rol berikutnya akan lebih besar kecuali pada rol terakhir yang berpola, putaran menjadi lebih kecil. Kecepatan giling serta jarak antar celah dapat memengaruhi hasil gilingan sit. Sit yang mudah sobek dapat disebabkan karena kecepatan maju yang tidak tepat atau perbedaan celah antara dua celah yang berurutan terlalu besar.

Pada saat pengasapan dan pengeringan harus diperhatikan beberapa faktor seperti berikut agar kesalahan dalam pembuatan sit dapat dihindari serta diperoleh kualitas yang baik. Beberapa faktor kesalahan yang dapat terjadi antara lain :

1. Karet sit yang lembek (tacky), dan molor (memanjang) ini dapat disebabkan karena suhu di dalam ruang asap terlalu tinggi. Kemudian bercak bercak tar pada permukaan sit, dapat disebabkan karena kayu bakar yang digunakan mengandung bahan tar yang tinggi, kondensasi uap air yang mengandung tar, atau dibagian atap ruang asap yang terbuat dari genting atau seng jatuh pada permukaan karet sit. 2. Warna yang tidak seragam dapat disebabkan karena kecepatan pengeringan, penggunaan bahan kimia seperti natrium bisulfit yang tidak merata sehingga warna sit menjadi lebih muda atau pengisian karet sit dalam rumah asap yang terlalu padat. 3. Lapisan tipis berwarna abu-abu cokelat (rustines) dapat disebabkan oleh adanya mikroorganisme pada lembaran karet sebagai akibat dari penggantungan yang terlalu lama ditempat yang lembab. Dapat juga disebabkan karena sistem ventilasi yang kurang baik, sehingga jamur dapat tumbuh dengan baik pada ruang yang suhunya rendah dibawah 40 oC. Oleh sebab itu, suhu harus dinaikkan pada pengeringan hari pertama dan ventilasi diatur dengan baik.

4. Gelembung gas juga dapat terjadi karena kesalahan pada rumah pengasapan. Seperti, pengeringan yang berlangsung sangat lambat karena suhu rendah, kenaikan suhu yang terlalu cepat, atau suhu terlalu tinggi lebih dar 60 oC. selain itu pengeringan pada suhu yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan karet sit menjadi lengket. 5. abu yang melekat di dalam karet sit dapat disebabkan olah api yang terlalu besar, sehingga abu terbawa oleh asap yang masuk ke ruang asap.

Sedangkan faktor yang memengaruhi kualitas sit dalam ruang sortasi adalah timbulnya jamur atau kapang pada permukaan sit. Kapang dapat timbul apabila karet sit tidak segera disortasi dan dikemas. Ruang sortasi harus bersih dan kering. Bandela-bandela harus disusun di atas papan kayu dan dalam penyusunannya tidak boleh lebih dari empat susun.

Lateks segar dari kebun

Saringan

Bak Pencampur( penetapan kadar karet kering)

Bak Pengencer ( diencerkan dengan air 15 %)

saringan

Bak koagulasi ( penambahan bahan koagulan ,pembekuan selama 3-4 jam)

Gilingan sheet

Lembaran sheet direndam lalu dicuci hingga bersih

digantung Rumah pengasapan (diasap sekitar 5 hari suhu 50-60o C)

Sortasi (pemeriksaan mutu sheet, pemisahan menurut mutu)

Pembuatan Bandela

Pengepakkan

1. Tangki Lateks Tangki lateks yang digunakan dalam mengangkut lateks dari kebun memiliki kapasitas 2.200 2.400 liter. Ada dua macam yaitu tanki alumunium dan tangki plat baja. Tangki dilengkapi lubang pada bagian atasnya untuk mengisikan lateks dan sebuah kran pada bagian bawah untuk mengeluarkan lateks. Tangki lateks haruslah selalu dalam keadaan bersih. Oleh karena itu harus selalu dilakukan perawatan yang meliputi bagian dalam dan luar tangki, setelah digunakan harus langsung dicuci dan bila cuaca panas bagian luar tangki ditutup dengan karung goni.

2. Bulking Tank Bulking tank adalah tempat yang digunakan untuk menampung lateks dari tangki lateks. Kamudian lateks ini dialirkan ke bak koagulan lewat pipa yang berada dibawahnya.

3. Canting Moster Alat ini digunakan untuk membuat moster / sampel. Canting ini bervolume 100 cc.

4. Mangkok dan Pengaduk Lateks Selanjutnya dari canting lateks dituang ke dalam mangkok untuk dicampur asam semut di aduk hingga membeku.

5. Sadaan dan Canting Lateks Sadaan adalah alat yang digunakan untuk mengukur volume lateks dalam tangki lateks dan Canting lateks digunakan untuk mengambil lateks dari tangki lateks untuk mengetahui kualitas lateks yang disetorkan pabrik.

6. Bak Koagulan Bak koagulan terbuat dari alumunium yang berukuran panjang 304 cm, lebar 92 cm, dan tinggi 40 cm. Merupakan tempat pengenceran dan pembekuan lateks.

7. Saringan Lateks Saringan lateks yang akan digunakan haruslah selalu dalam keadaan yang bersih dari sisa lateks maupun dari kotoran apapun. Berfungsi untuk menyaring lateks agar lateks dari

kebun benar-benar bebas dari kontaminan apapun. Contonya seperti daun pohon karet, potongan kayu, kerikil, dan yang lainnya.

8. Pengaduk Lateks Pengaduk lateks digunakan untuk mengaduk asam marata pada tahap koagulasi dan untuk mempercepat naiknya gelembung udara. Alat ini terbuat dari alumunium dengan ukuran panjang 63 cm dan lebar 30 cm.

9. Larop Larop digunakan setelah proses pengadukan. Alat ini berfungsi untuk mengambil busa pada bak koagulan.

10. Timbangan Timbangan yang terdapat pada gambar dibawah ini digunakan untuk mengetahui berat basah karet. Dari berat basah ini baru kemudian dapat dihitung kadar karet keringnya

11. Mesin Penggiling Moster / Sampel Alat ini digunakan khusus untuk membuat moster / sampel lateks dari bekuan lateks untuk penentuan KKK.

12. Mesin Penggiling Bekuan Sheet / Slab Mesin gilingan yang dipakai menggunakan sistem six in one atau satu baterai sheeter terdiri dari enam rol gilingan.

13. Termometer Rumah Pengeringan/Pengasapan Termometer ditempelkan pada setiap

kamar

asap

pada

rumah

pengeringan/pengasapan yang berfungsi untuk mengetahui suhu dalam kamar asap dan mengontrol suhu dalam proses produksi Ribbed Smoked Sheet (RSS). 14. Meja Sortasi Meja ini khusus digunakan untuk melakukan sortasi Ribbed Smoked Sheet (RSS) dilengkapi dengan sebuah lampu didalamnya.

15. Gunting Gunting ini khusus dipakai untuk memotong bagian RSS yang cacat seperti belum matang, berjamur, cacat giling, adanya gelembung, dan kotor karena terkontaminasi oleh kotoran dalam proses produksi. 16. Timbangan Bandela Setelah pengepakan sheet selesai maka perlu dilakukan penimbangan seperti pada gambar dibawah ini. 17. Mesin Press Mesin press digunakan untuk mempres RSS atau Cutting setelah proses pengepakan agar bentuknya sesuai dengan permintaan konsumen. 18. Jangkar Sorong Digunakan untuk memudahkan pekerjaan dalam memindahkan bandela setelah selesai di press untuk kemudian proses pembungkusan. 19. Papan Pres Terbuat dari kayu yang dilapisi dengan plat seng. Berfungsi dalam pengepresan bandela. Untuk dapat memproduksi Ribbed Smoked Sheet (RSS) yang sesuai green book dan SNI maka haruslah dilakukan pengawasan yang ketat selama proses produksi

berlangsung yang meliputi : 1. Pengawasan proses pengenceran Pengenceran merupakan hal yang penting karena akan menentukan keseragaman keras/lunaknya bekuan yang akan digiling dengan konsentrasi tertentu pemakaian bahan pembeku. Selain itu, pengenceran bertujuan mengeluarkan gelembunggelembung gas yang ada. Apabila gelembung-gelembung tidak diambil maka hasil RSSnya akan jelek dan bergelembung besar. 2. Pengawasan Proses Pembekuan Pada proses pembekuan dibutuhkan karyawan yang cepat dan cekatan karena proses ini harus dilakukan dengan secepat mungkin tetapi juga harus teliti yang meliputi ha : pengadukan, pemasangan plat penyekat, proses penggumpalan

3. Pengawasan Proses Penggilingan Sebelum proses penggilingan dilaksanakan, persiapan yang perlu dilakukan antara lain: membersihkan rol-rol gilingan, pengecekan air siraman diatas masingmasing rol gilingan, pembersihan talang luncur sheet dan pencabutan plat-plat penyekat. Pengawas dalam hal ini mandor haruslah mengawasi proses penggilingan. Urutan gilingan harus sesuai dengan urutan proses pembekuan dan mengecek setiap bak koagulan apakah setiap bak koagulan ada penyimpangan hasil pembekuan. Untuk digiling, bekuan sheet dari bak koagulan diambil lembar per lembar dan diletakkan pada talang luncur. Dengan adanya aliran air dalam talang luncur, slab dapat terbawa menuju gilingan. Mesin gilingan yang dipakai menggunakan sistem six in one atau satu batteray sheeter terdiri dari enam rol gilingan. Untuk menjaga agar bekuan sheet/ slab tidak banyak yang rusak pada proses penggilingan maka perlu diperhatikan hal-hal berikut : a. Tingkat kelunakan dan ketebalan bekuan sheet / slab. b. Penyiraman air diatas slab pada setiap rol harus berjalan dengan baik sehingga slab tidak lengket pada rol mangel. c. Batikan (printer) harus dalam kondisi baik. Lembaran sheet basah yang keluar dari gilingan memiliki ketebalan 2,5 3 mm dan memiliki batikan yang jelas. Batikan sangat penting karena dengan adanya batikan luas permukaan lembaran sheet yang terkena panas semakin luas. 4. Pengawasan Proses Pengasapan Atau Penggeringan Proses pengasapan atau pengeringan bertujuan untuk mengawetkan lembaran sheet supaya tahan lama, memberi warna coklat akibat asap, menurunkan kandungan air sampai batas-batas yang dikehendaki. Pada prinsipnya lama pengasapan dan pengeringan sangat dipengaruhi oleh: tebal tipisnya lembaran sheet, pola atau patron (batikan), keras atau lunaknya lembaran sheet, cara dan rapatnya penggantungan lembaran sheet, cara mengatur derajat panas dengan dipantau termometer, banyaknya ruang kosong, tidak dimanfaatkan, dinding isolasi panas ruang pengeringan.

5. Pengawasan Proses Sortasi Berdasarkan pada instruksi kerja sortasi PTPN IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan Kebun Karet Getas, dapat diketahui bahwa tujuan proses sortasi adalah

untuk memisahkan RSS berdasarkan pada jenis/grade yaitu grade RSS1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, Cutting A, dan Cutting B berpedoman pada green book dan SNI.

Beberapa langkah pekerjaan yang harus dilakukan untuk menghasilkan bandela yang berkualitas antara lain : a. Sheet dipisahkan berdasarkan mutu. b. Sheet ditimbang seberat 112,4 Kg. c. Melakukan pengepresan yang baik dan benar. d. Membungkus bandela dengan lembaran sheet. e. Melakukan pelaburan dengan campuran talk 250 gr. Bensin 200 cc, minyak tanah 600 cc, dan lateks 100 cc untuk tiap satu bandela. f. Melabur bandela sampai berat menjadi 113 Kg.

Kelas Mutu RSS 1 Kelas ini harus memenuhi persyaratan yaitu, sit yang dihasilkan harus benar-benar kering, bersih, kuat, tidak ada cacat, tidak berkarat, tidak melepuh serta tidak ada benda-benda pengotor. Jenis RSS 1 tidak boleh ada garis-garis pengaruh dari oksidasi, sit lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan berlebihan, warna terlalu tua serta terbakar. Bila terdapat gelembung-gelembung berukuran kecil (seukuran jarum pentul) masih diperkenankan, asalkan letaknya tersebar merata. Pembungkusan harus baik agar tidak terkontaminasi jamur. Tetapi, bila sewaktu diterima terdapat jamur pada pembungkusnya, masih dapat diizinkan asalkan tidak masuk ke dalam karetnya. RSS 2 Kelas ini tidak terlalu banyak menuntut kriteria.Standar RSS 2 hasilnya harus kering, bersih, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan tidak terdapat kotoran. Sit tidak diperkenankan terdapat noda atau garis akibat oksidasi, sit lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan berlebihan, warna terlalu tua serta terbakar. Sit kelas ini masih menerima gelembung udara serta noda kulit pohon yang ukurannya agak besar (dua kali ukuran jarum pentul). Zat-zat damar dan jamur pada pembungkus, kulit luar bandela atau pada sit di dalamnya masih dapat ditorerir. Tetapi bila sudah melebihi 5% dari bandela, maka sit akan ditolak. RSS 3

Standar karet RSS 3 harus kering, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan tidak terdapat kotoran. Bila terdapat cacat warna, gelembung udara besar (tiga kali ukuran jarum pentul), ataupun noda-noda dari kulit tanaman karet, masih ditorerir. Namun, tidak diterima jika terdapat noda atau garis akibat oksidasi, sit lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering, pengasapan berlebihan, warna terlalu tua serta terbakar. Jamur yang terdapat pada pembungkus kulit luar bandela serta menempel pada sit tidak menjadi masalah, asalkan jumlahnya tidak melebihi 10% dari bandela dimana contoh diambil. RSS 4 Standar karet RSS 4 harus kering, kuat, tidak cacat, tidak melepuh serta tidak terdapat pasir atau kotoran luar. Yang diperkenankan adalah bila terdapat gelembung udara kecil-kecil sebesar 4 kali ukuran jarum pentul, karet agak rekat atau terdapat kotoran kulit pohon asal tidak banyak. Mengizinkan adanya noda-noda asalkan jernih. Sit lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi dan karet terbakar tidak bisa diterima. Bahan damar atau jamur kering pada pembungkus kulit bagian luar bandela serta pada sit, asalkan tidak melebihi 20% dari keseluruhan masih mungkin untuk kelas RSS 4. RSS 5 Karet yang dihasilkan harus kokoh, tidak terdapat kotoran atau benda asing, kecuali yang diperkenankan. Dibanding dengan kelas RSS yang lain RSS 5 adalah yang terendah standarnya. Bintik-bintik, gelembung kecil, noda kulit pohon yang besar, karet agak rekat, kelebihan asap dan sedikit belum kering masih termasuk dalam batas toleransi. Bahan damar atau jamur kering pada pembungkus kulit bagian luar bandela serta pada sit, asalkan tidak melebihi 30% dari keseluruhan masih mungkin untuk kelas RSS 5. Pengeringan pada suhu tinggi dan bekas terbakar tidak diperkenankan untuk jenis kelas ini.

B. Brown Crepe (BrCr) a. Proses penggilingan. Untuk pencacahan sendiri dangan menggunakan mesin Box Breakers bertujuan untuk : 1) Membersihkan, daun,plastik dan ranting. 2) Mencuci lump 3) Meringankan beban mesin penggiling

b. Proses Pencacahan. Lump yang berukuran besar dicacah (dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil) dengan cara memasukan mesin pencacah. Setelah keluar dari mesin pencacah, lump yang keluar akan memiliki ukuran yang sama.

c. Proses Pemanasan Tujuan dari pemanas adalah: 1) Mengawetkan lembaran Brown crepe supaya tahan lama bila disimpan. 2) Bisa mengetahui warna akhir setelah pemanasan, warna bisa digunakan dalam menentukan mutu karet crepe sehingga proses sortasi mudah dilakukan. 3) Menurunkan kandungan air sampai batas yang dikehendaki. 4) Pada prinsipnya, lamanya pemanasan sangat dipengaruhi oleh: a. Tebal tipisnya lembaran Brown crepe. b. Keras atau lunaknya lembaran Brown crepe. c. Cara dan rapatnya penggantungan lembaran Brown crepe. d. Cara mengatur derajat panas, dengan dipantau thermometer. e. Banyaknya ruang kosong, tidak dimanfaatkan. f. Dinding isolasi panas ruang pengeringan. g. Suhu udara diluar pemansan. Diharapkan lembaran Brown crepe yang keluar dari ruang pemanasan kondisinya sudah kering dan berwarna coklat.

d. Proses sortasi Tujuan proses sortasi adalah untuk memisahkan Brown crepe berdasarkan jenis/grade menjadi 1X, 2X, 3X, 4X, dan Cutting, untuk kualitas 1x dan 4x sangat jarang ditemukan di pabrik. Selain itu sortasi juga bertujuan untuk membuang kontaminan seperti, plastik, rafia, white spot, jamur, karet yang belum matang.

e. Pengepakan dan pelabelan Proses pembungkusan dan pelaburan bertujuan untuk membuat tapilan produk karet agar lebih rapi, menarik dan mempermudah pemberian faktur. Selain itu juga bertujuan untuk melindungi bandela dari kontaminasi / air dan benda asing dari luar, mengawetkan bandela Brown crepe (tidak mudah timbul jamur atau mikroba),

mempermudah proses marking, pembungkusan juga Sebagai daya tarik konsumen atau pembeli. Pelaburan dilakukan dengan mencampur semua bahan labur dan di aduk sampai rata kemudian di gosokan pada bungkus ball secara merata dan tipis. Labur bandela berfungsi untuk melindungi ball dari kemungkinan kotor / cendawan. Pembungkusan bandela dengan berat 80 kg mempunyai ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm yang telah membentuk sempurna kemudian di bungkus dengan lembaran Brown crepe.

III.

Daftar Pustaka Anonim. 2005. In House Training. PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Karet Getas Anonim, 2010. Perspektif dan Prospektif Usaha Bisnis Karet di Indonesia. http://karetalam.com diunduh pada tanggal 15 Desember 2011 Anonim, 2009. Manajemen Kebun Karet. http://karetalam.com. Diunduh pada tanggal 15 Desember 2011 Anonim, 2010. Pengolahan Getah Karet. http://binaukm.com. Diunduh pada tanggal 15 Desember 2011 Dewan Standardisasi Nasional Indonesia. 1987. SNI 06-0001-1987 Conventional Rubber. Standardisasi Nasional Indonesia, Jakarta Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Dalam Kumpulan Makalah : In House Training, Pengolahan Lateks Pekat dan Karet Mentah. No : 1. Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor, Bogor. Suseno, Rs. Suwarti.1989. Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit Yang Diasap (Ribbed Smoked Sit). Balai Penelitian Perkebunan Bogor, Bogor. Goutara. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Agro Industri Press Departemen Teknologi Industri Pertanian, Bogor.