Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

12
BAB 1 PEMERIKSAAN FISIK PENGKAJIAN UMUM SISTEM MUSKULOSKELETAL Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikososial pasien. Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola ambulasi, alat bantu yang digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika ada nyei tetapkan lokasi, lama, dan faktor pencetus) kram atau kelemahan. Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik. ANAMNESIS 1. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien. 2. Riwayat perkembangan. Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada neonatus, bayi prasekolah, remaja dan tua. 3. Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status kesehatannya dapat dipengaruhi.

Transcript of Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

Page 1: Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

BAB 1

PEMERIKSAAN FISIK

PENGKAJIAN UMUM SISTEM MUSKULOSKELETAL

Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data

tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan

riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikososial pasien.

Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola ambulasi, alat

bantu yang digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika ada nyei tetapkan

lokasi, lama, dan faktor pencetus) kram atau kelemahan.

Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan

meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan diagnostik.

ANAMNESIS

1.        Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis

transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.

2.        Riwayat perkembangan. Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada

neonatus, bayi prasekolah, remaja dan tua.

3.        Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang terpapar

terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status kesehatannya dapat

dipengaruhi.

4.        Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk

menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (misal; penyakit DM yang

merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll)

5.        Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat

mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan prdisposisi terjadinya instabilitas

legamen khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan kalsium dapat

menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan

konsumsi vitamin A, D, kalsium serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi

muskuloskeletal.

6.        Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari.

Kebiasaan membewa benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot dan trauma

lainnya. Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau

Page 2: Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

trauma dapat timbul pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tangan dapat

timbul akibat olahraga tenis. Pemakaian sepatu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan

kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi dislokasi. Perlu dikaji pula aktivitas hidup

sehari-hari, saat ambulasi apakah nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi

roda, tongkat, walker)

7.        Riwayat kesehatan masa lalu. Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tentang

adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma

atau kerusakan tulang rawan, riwayat artritis, dan osteomielitis.

8.        Riwayat kesehatan sekarang. Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma.

Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbul untuk

pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada

sistem lainnya. Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau

mengunjungi fasilitas kesehatan. Keluhan utama pasien dengan gangguan muskuloskeletal

meliputi : 

9.   Nyeri. Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah, sendi,

fasia, atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk atau berdenyut.

Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan

nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri

timbul setelah diberi aktivitas/gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah

persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi

tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada

osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri makin meningkat,

apakah pagi atau malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya

dapat diatasi dengan obat tertentu.

Page 3: Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

 

a.         Kekuatan sendi. Tanyankan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya kekuan

tersebut, dan apakah selalu terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit

degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur

(inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu dingin dan kurang

aktivitas biasanya meninkatkan kekakuan sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasme

otot.

b.         Bengkak. tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai nyeri,

karena bengkak dan nyeri sering menyertai sedera pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering

kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi

nyeri. Dnegan istirahat dan meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips. Identifikasi

apakah ada panas atau kemerahan karena tanda tersebut menunjukkan adanya inflamasi,

infeksi, atau cedera.

c.         Deformitas dan imobilitas. Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau bertahap,

apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivitas,

apakah klien menggunakan alat bantu ( kruk, tongkat, dll)

d.        Perubahan sensori. Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu.

Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada saraf

dan pembuluh darah akibat bengkaka, tumor atau fraktur dapak menyebabkan menurunnya

sensasi.

Page 4: Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan. Jika

mungkin, gunakan ruangan yang cukup luas sehingga pasien dapat bergerak bebas saat

pemeriksaan gerakan atau berjalan. Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fungsional.

Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh,

fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup

sehari-hari.

Dasar pengkajian adalah perbandingan simetris bagian tubuh. Kedalaman pengkajian

bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan dan semua petunjuk fisik yang

ditemukan. Pemeriksa harus melakukan eksploitasi lebih jauh. Hasil pemeriksaan fisik harus

didokumentasikan dengan cermat dan informasi tersebut diberitahukan kepada dokter yang

akan menentukan diagnosis dan penatalaksanaan lebih lanjut.

1.1.       Pengkajian Skeletal Tubuh

Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang

yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan

bagian tubuh yang tidan sejajar dalam kondisi anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal

pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi menunjukkan pataha tulang.

Biasanya terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen

tulang harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut. (Smeltzer, 2002) 

Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya amato kenormalan susunan

tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau

nyeri tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.

Page 5: Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

 

1.1.       Pengkajian Tulang Belakang

Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada sepanjang

leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi meliputi : scoliosis

(deviasi kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang

belakang bagian dada), lordosis ( membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang

yang berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien neuromuscular.

Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat kerusakan

otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada penderita kehamilan

karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat gaya beratnya. 

Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang belakang dan

kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan cara berdiri

di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan

bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan tulang belakang

diperiksa dengan pasien berdiri tegak,  dan membungkuk ke depan (fleksi). Skoliosis ditandai

dengan  abnormal kurvatura lateral tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis

pinggang yang tidak simetri dan scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji

membungkuk kedepan. Lansia akan mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya

tulang rawan dan tulang belakang.

Page 6: Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

 

1.1.       Pengkajian Persendian

Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas dan

benjolan. Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi dan

pasif dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan normal sendi-sendi besar

menurut American Academy of Orthopedic Surgeons diukur dengan goniometer (busur

derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu sendi di

ekstensi maksimal namun terdapat sisa fleksi, dikatakan bahwa luas gerakan terbatas. Yang

disebabkan karena deformitas skeletal, patologi sendi atau kontraktur otot dan tendo

disekitarnya. Pada lansia penurunan keterbatasan gerakan yang disebabkan patologi

degeneratif sendi dapat berakibat menurunnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.

Inspeksi persendian dan bandingkan secara bilateral. Harusnya didapat kesimetrisan tanpa

kemerahan, pembengkakan, pembesaran / deformitas. Palpasi sendi dan tulang untuk

mengetahui edema dan tenderness. Palpasi sendi selama gerakan untuk mengetahui adanya

krepitasi. Sendi harusnya terasa lembut  saat bergerak dan tidak ada nodul.

Deformitas sendi disebabakan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi),

subluksasi (lepasnya sebagian  permukaan sendi atau distrupsi struktur sekitar sendi, dislokasi

(lepasnya permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya struktur penyangga sendi dapat

menakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi normal, sehinga memerlukan alat

penyokong eksternal ( misalnya brace). 

Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi),

pembengkakan, dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita dapat

mencurigai adanya effuse jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan tulangnya samar.

Tempat tersering terjadi efusi adalah lutut. Bila hanya ada sedikit cairan pada rongga sendi di

Page 7: Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

bawah tempurung lutut dapat diketahui dengan maneuver : aspek lateral dan medial lutut

dalam dalam keadaan ekstensi dapat diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan

menggerakkan cairan kearah bawah. Begitu ada tekanan dari sisi lateral dan medial

pemeriksa akan melihat benjolan disisi lain dibawah tempurung lutut.

 

1.1.       Pengkajian Sistem Otot

Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan otot dan

koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan otot menunjukkan

polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia grafis, poliomyelitis,

distrofi otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks digerakkan secara pasif akan terasa

tonus otot. Mengkaji kekuatan otot dilakukan dengan palpasi otot dan ekstremitas yang

digerakkan secara pasif dan rasakan tonus otot. Ukuran kekuatan otot dengan gradasi dan

metode berikut :

Skala. Reeves (2001)Priharjo R. (1996),

Berger, dan Williams (1999)

0 Tidak

ada

Tidak terdapat

kontraktilitas

0 % Paralisis total

1 Sedikit. Ada bukti sedikit

kontraktilitas tanpa

adanya gerakan sendi

10 % Tidak ada gerakan,

teraba/terlihat adanya

kontraksi otot

2 Buruk. ROM (rentang gerak)

komplit dengan batasan

gravitasi

25 % Gerakan otot penuh

menentang gravitasi,

dengan sokongan

3 Sedang. ROM komplit terhadap

gravitasi

50 % Gerakan normal

menentang gravitasi

4 Baik. ROM komplit terhadap

gravitasi dengan

beberapa resisten

75 % Gerakan normal penuh

menentang gravitasi

dengan sedikit

penahanan.

5 Normal. ROM yang komplit

terhadap gravitasi

100 % Gerakan normal penuh,

menentang gravitasi

Page 8: Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

dengan resisten penuh dengan penahanan penuh

 

1.1.       Pengkajian Cara Berjalan

Pengkajian dilakukan dengan meminta pasien berjalan dari tempat pemeriksa sampai

seberapa jauh, pemeriksa memperhatikan cara berjalan, kehalusan dan irama. Gerakan yang

tidak teratur dan regular ( lansia) dianggap abnormal. Bila pincang kemungkinan karena nyeri

akibat menyangga beban tubuh dan dari kasus ini pasien menunjukkan lokasi rasa tidak

nyaman, untuk mengarahkan pemeriksaan selanjutnya. Bila ekstremitas yang satu lebih

pendek dari ekstremitas yang lain terlihat pincang saat pelvis pasien turun ke bawah, disisi

yang terkena, setiap kali melangkah. Keterbatasan gerak sendi mempengaruhi cara berjalan.

Kondisi neurologis yang mengakibatkan cara berjalan abnormal misal cara berjalan spastic

hemiparesis pada pasien stroke, cara berjalan selangkah-selangkah pada pasien lower motor

neuron, cara berjalan bergetar pada pasien parkinson.

1.2.       Pengkajian Kulit dan Sirkulasi Perifer 

          Mengkaji kulit dengan menginspeksi kulit dan palpasi kulit apakah tersa dingin atau

panas?, apakah ada edema?. Mengkaji sirkulasi perifer dengan mengkaji denyut perifer,

warna, suhu,waktu pengisian kapiler. Adanya luka, memar, perubahan warna kulit,

Page 9: Pengkajian Sistem Muskuloskeletal

penurunan sirkulasi perifer dan adanya infeksi akan mempengaruhi penatalaksanaan

keperawatan.