Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
-
Upload
anna-farid-maulida -
Category
Documents
-
view
67 -
download
0
Transcript of Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
BAB 1
PEMERIKSAAN FISIK
PENGKAJIAN UMUM SISTEM MUSKULOSKELETAL
Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data
tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan
riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikososial pasien.
Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola ambulasi, alat
bantu yang digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika ada nyei tetapkan
lokasi, lama, dan faktor pencetus) kram atau kelemahan.
Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan
meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan diagnostik.
ANAMNESIS
1. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis
transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.
2. Riwayat perkembangan. Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada
neonatus, bayi prasekolah, remaja dan tua.
3. Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang terpapar
terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status kesehatannya dapat
dipengaruhi.
4. Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk
menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (misal; penyakit DM yang
merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll)
5. Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat
mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan prdisposisi terjadinya instabilitas
legamen khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan
konsumsi vitamin A, D, kalsium serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi
muskuloskeletal.
6. Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari.
Kebiasaan membewa benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot dan trauma
lainnya. Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau
trauma dapat timbul pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tangan dapat
timbul akibat olahraga tenis. Pemakaian sepatu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan
kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi dislokasi. Perlu dikaji pula aktivitas hidup
sehari-hari, saat ambulasi apakah nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi
roda, tongkat, walker)
7. Riwayat kesehatan masa lalu. Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tentang
adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma
atau kerusakan tulang rawan, riwayat artritis, dan osteomielitis.
8. Riwayat kesehatan sekarang. Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma.
Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbul untuk
pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada
sistem lainnya. Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau
mengunjungi fasilitas kesehatan. Keluhan utama pasien dengan gangguan muskuloskeletal
meliputi :
9. Nyeri. Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah, sendi,
fasia, atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk atau berdenyut.
Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan
nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri
timbul setelah diberi aktivitas/gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah
persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi
tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada
osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri makin meningkat,
apakah pagi atau malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya
dapat diatasi dengan obat tertentu.
a. Kekuatan sendi. Tanyankan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya kekuan
tersebut, dan apakah selalu terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit
degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur
(inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu dingin dan kurang
aktivitas biasanya meninkatkan kekakuan sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasme
otot.
b. Bengkak. tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai nyeri,
karena bengkak dan nyeri sering menyertai sedera pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering
kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi
nyeri. Dnegan istirahat dan meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips. Identifikasi
apakah ada panas atau kemerahan karena tanda tersebut menunjukkan adanya inflamasi,
infeksi, atau cedera.
c. Deformitas dan imobilitas. Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau bertahap,
apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivitas,
apakah klien menggunakan alat bantu ( kruk, tongkat, dll)
d. Perubahan sensori. Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu.
Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada saraf
dan pembuluh darah akibat bengkaka, tumor atau fraktur dapak menyebabkan menurunnya
sensasi.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan. Jika
mungkin, gunakan ruangan yang cukup luas sehingga pasien dapat bergerak bebas saat
pemeriksaan gerakan atau berjalan. Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fungsional.
Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh,
fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
Dasar pengkajian adalah perbandingan simetris bagian tubuh. Kedalaman pengkajian
bergantung pada keluhan fisik pasien dan riwayat kesehatan dan semua petunjuk fisik yang
ditemukan. Pemeriksa harus melakukan eksploitasi lebih jauh. Hasil pemeriksaan fisik harus
didokumentasikan dengan cermat dan informasi tersebut diberitahukan kepada dokter yang
akan menentukan diagnosis dan penatalaksanaan lebih lanjut.
1.1. Pengkajian Skeletal Tubuh
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang
yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan
bagian tubuh yang tidan sejajar dalam kondisi anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal
pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi menunjukkan pataha tulang.
Biasanya terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen
tulang harus diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut. (Smeltzer, 2002)
Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya amato kenormalan susunan
tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau
nyeri tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
1.1. Pengkajian Tulang Belakang
Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada sepanjang
leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi meliputi : scoliosis
(deviasi kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang
belakang bagian dada), lordosis ( membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
yang berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat kerusakan
otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada penderita kehamilan
karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat gaya beratnya.
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang belakang dan
kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan cara berdiri
di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan
bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan tulang belakang
diperiksa dengan pasien berdiri tegak, dan membungkuk ke depan (fleksi). Skoliosis ditandai
dengan abnormal kurvatura lateral tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis
pinggang yang tidak simetri dan scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji
membungkuk kedepan. Lansia akan mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya
tulang rawan dan tulang belakang.
1.1. Pengkajian Persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas dan
benjolan. Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi dan
pasif dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan normal sendi-sendi besar
menurut American Academy of Orthopedic Surgeons diukur dengan goniometer (busur
derajat yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu sendi di
ekstensi maksimal namun terdapat sisa fleksi, dikatakan bahwa luas gerakan terbatas. Yang
disebabkan karena deformitas skeletal, patologi sendi atau kontraktur otot dan tendo
disekitarnya. Pada lansia penurunan keterbatasan gerakan yang disebabkan patologi
degeneratif sendi dapat berakibat menurunnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Inspeksi persendian dan bandingkan secara bilateral. Harusnya didapat kesimetrisan tanpa
kemerahan, pembengkakan, pembesaran / deformitas. Palpasi sendi dan tulang untuk
mengetahui edema dan tenderness. Palpasi sendi selama gerakan untuk mengetahui adanya
krepitasi. Sendi harusnya terasa lembut saat bergerak dan tidak ada nodul.
Deformitas sendi disebabakan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi),
subluksasi (lepasnya sebagian permukaan sendi atau distrupsi struktur sekitar sendi, dislokasi
(lepasnya permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya struktur penyangga sendi dapat
menakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi normal, sehinga memerlukan alat
penyokong eksternal ( misalnya brace).
Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi),
pembengkakan, dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita dapat
mencurigai adanya effuse jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan tulangnya samar.
Tempat tersering terjadi efusi adalah lutut. Bila hanya ada sedikit cairan pada rongga sendi di
bawah tempurung lutut dapat diketahui dengan maneuver : aspek lateral dan medial lutut
dalam dalam keadaan ekstensi dapat diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan
menggerakkan cairan kearah bawah. Begitu ada tekanan dari sisi lateral dan medial
pemeriksa akan melihat benjolan disisi lain dibawah tempurung lutut.
1.1. Pengkajian Sistem Otot
Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan otot dan
koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan otot menunjukkan
polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia grafis, poliomyelitis,
distrofi otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks digerakkan secara pasif akan terasa
tonus otot. Mengkaji kekuatan otot dilakukan dengan palpasi otot dan ekstremitas yang
digerakkan secara pasif dan rasakan tonus otot. Ukuran kekuatan otot dengan gradasi dan
metode berikut :
Skala. Reeves (2001)Priharjo R. (1996),
Berger, dan Williams (1999)
0 Tidak
ada
Tidak terdapat
kontraktilitas
0 % Paralisis total
1 Sedikit. Ada bukti sedikit
kontraktilitas tanpa
adanya gerakan sendi
10 % Tidak ada gerakan,
teraba/terlihat adanya
kontraksi otot
2 Buruk. ROM (rentang gerak)
komplit dengan batasan
gravitasi
25 % Gerakan otot penuh
menentang gravitasi,
dengan sokongan
3 Sedang. ROM komplit terhadap
gravitasi
50 % Gerakan normal
menentang gravitasi
4 Baik. ROM komplit terhadap
gravitasi dengan
beberapa resisten
75 % Gerakan normal penuh
menentang gravitasi
dengan sedikit
penahanan.
5 Normal. ROM yang komplit
terhadap gravitasi
100 % Gerakan normal penuh,
menentang gravitasi
dengan resisten penuh dengan penahanan penuh
1.1. Pengkajian Cara Berjalan
Pengkajian dilakukan dengan meminta pasien berjalan dari tempat pemeriksa sampai
seberapa jauh, pemeriksa memperhatikan cara berjalan, kehalusan dan irama. Gerakan yang
tidak teratur dan regular ( lansia) dianggap abnormal. Bila pincang kemungkinan karena nyeri
akibat menyangga beban tubuh dan dari kasus ini pasien menunjukkan lokasi rasa tidak
nyaman, untuk mengarahkan pemeriksaan selanjutnya. Bila ekstremitas yang satu lebih
pendek dari ekstremitas yang lain terlihat pincang saat pelvis pasien turun ke bawah, disisi
yang terkena, setiap kali melangkah. Keterbatasan gerak sendi mempengaruhi cara berjalan.
Kondisi neurologis yang mengakibatkan cara berjalan abnormal misal cara berjalan spastic
hemiparesis pada pasien stroke, cara berjalan selangkah-selangkah pada pasien lower motor
neuron, cara berjalan bergetar pada pasien parkinson.
1.2. Pengkajian Kulit dan Sirkulasi Perifer
Mengkaji kulit dengan menginspeksi kulit dan palpasi kulit apakah tersa dingin atau
panas?, apakah ada edema?. Mengkaji sirkulasi perifer dengan mengkaji denyut perifer,
warna, suhu,waktu pengisian kapiler. Adanya luka, memar, perubahan warna kulit,
penurunan sirkulasi perifer dan adanya infeksi akan mempengaruhi penatalaksanaan
keperawatan.