Pengkajian Isk jj
description
Transcript of Pengkajian Isk jj
2. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan anamnesa pasien terkait identitas,
keluhan utama, riwayat kesehatan, dan 11 pola kesehatan pasien; pemeriksaan
fisik dilakukan secara menyeluruh pada semua sistem dalam tubuh dan berfokus
pada pemeriksaan sistem perkemihan (genitourinaria); serta pemeriksaan
penunjang untuk menunjang data-data dalam penegakan diagnostik. Data hasil
pengkajian yang didapatkan pada skenario kasus 1 adalah sebagai berikut.
A. Identitas Pasien
Nama : Nn. A
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal pengkajian : 21 Oktober 2013
Tempat pengkajian : Poli Interna Rumah Sakit X
B. Keluhan Utama
Nyeri saat kencing, kencing sering tidak tuntas dan inginnya kencing terus
tapi keluarnya sedikit-sedikit.
C. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Riwayat penyakit dahulu: pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti
penyakit yang dialami pasien saat ini di masa lalu.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll): pasien mengatakan tidak memiliki
alergi terhadap makanan, minuman dan obat.
c. Imunisasi: pasien mengatakan tidak pernah melakukan imunisasi lagi.
Terakhir kali imunisasi adalah imunisasi saat bayi.
d. Kebiasaan: pasien mempunyai kebiasaan sering menahan BAK, terutama
saat bepergian dan jarang minum (minum sedikit) karena takut gemuk.
Pasien juga mengatakan jarang berganti underwear (celana dalam).
e. Obat-obat yang pernah digunakan: pasien mengatakan bahwa terkadang ia
membeli obat-obatan di warung ketika sakit untuk mengobati sakit kepala,
mual-muntah, dan diare. Pasien mengatakan jarang berobat ke pelayanan
kesehatan.
2) Riwayat kesehatan saat ini
Pasien mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu mengeluh nyeri saat
kencing, kencing sering tidak tuntas dan inginnya kencing terus tapi
keluarnya sedikit-sedikit.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak pernah ada yang mengalami penyakit yang sama
dengan penyakit yang pasien alami saat ini (ISK). Juga tidak ada penyakit
lain dalam keluarga yang dapat diturunkan dan memicu timbulnya ISK
(misal, DM, gangguan sistem imun, penyakit ginjal akut atau kronik,
penyakit jantung dan hipertensi, stroke, serta penyakit menular seksual).
Genogram:
Keterangan :
= Perempuan sehat
= Laki-laki sehat
= Perempuan pasien ISK
= tinggal dalam 1 rumah
= hubungan pernikahan
= hubungan anak
D. Pola Kesehatan Gordon
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa memiliki kebiasaan sering menahan BAK,
terutama saat bepergian dan membatasi minum karena takut gemuk. Pasien
juga mengatakan tidak terlalu memikirkan kebersihan alat kelaminnya dan
jarang mengganti celana dalamnya. Pasien sering mengonsumsi obat-obatan
yang dibeli dari warung untuk mengatasi sakitnya. Pasien mengatakan jarang
berobat ke pelayanan kesehatan (puskesmas atau rumah sakit), kecuali hanya
ketika dirasakan sangat sakit saja (tidak mampu menolerir rasa sakit).
2) Pola Nutrisi Metabolik
Intake minum pasien kurang atau sedikit, terlihat dari pernyataan pasien yang
mengatakan membatasi minum karena takut gemuk. Pasien juga mengatakan
bahwa sejak sakit (2 hari yang lalu), porsi makannya berkurang dan perut
terasa mual.
3) Pola Eliminasi
Pasien mengatakan bahwa kencing sering tidak tuntas dan inginnya kencing
terus tapi keluarnya sedikit-sedikit. Pasien mengatakan, sebelum sakit BAK
3-5 x/hari (± 1000–1500 cc). Tetapi sejak sakit, frekuensi BAK menjadi lebih
sering ± 8-10 x/hari (± 500–1000 cc), sedikit-sedikit, dan terasa panas (nyeri
saat berkemih).
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien mengatakan tidak mengalami perubahan dalam beraktivitas dan
latihan. Kegiatan ADL seperti toileting, mobilisasi di tempat tidur, berpindah,
dan aktivitas harian lainnya masih dapat dilakukan secara mandiri.
5) Pola Tidur dan Istirahat
Pasien mengeluhkan kencingnya sering tidak tuntas dan inginnya kencing
terus tapi keluarnya sedikit-sedikit, sehingga memungkinkan terjadinya
gangguan pada pola tidur dan istirahat. Pasien mengatakan tidurnya tidak
nyenyak dan durasi tidur berkurang menjadi ± 4–5 jam perhari (biasanya 7–8
jam perhari), dan sering terbangun dari tidur akibat nyeri pada bagian bawah
perutnya.
6) Pola Kognitif dan Sensori
Pasien mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakit yang dialaminya
saat ini karena tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalaminya.
7) Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Pasien mengatakan merasa malu bercerita pada teman-temannya mengenai
penyakit yang diderita saat ini. Pasien juga mengatakan takut apabila
penyakitnya semakin parah dan tidak dapat sembuh total. Pasien juga merasa
cemas karena tidak mengetahui mengenai penanganan dan perawatan
penyakit yang dialaminya saat ini.
8) Pola Peran dan Hubungan
Pasien mengatakan bahwa dia seorang mahasiswa di sebuah fakultas
Universitas Jember. Pasien merasa malu apabila teman-temannya mengetahui
penyakit yang dideritanya karena takut dijauhi.
9) Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien mengatakan belum menikah dan menstruasinya lancar setiap
bulannya.
10) Pola Koping dan Toleransi Stres
Pasien mengatakan merasa bingung dan cemas dalam menghadapi
penyakitnya saat ini. Pasien juga mengatakan terkadang menangis bila nyeri
sangat dirasakan. Pasien tidak menceritakan masalah kesehatannya saat ini
pada keluarga.
11) Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama Islam dan taat menjalankan ajaran agamanya. Pasien
mengatakan bahwa sakit yang dialaminya saat ini adalah takdir Tuhan dan
menerima kondisi penyakitnya. Pasien juga mengatakan selalu berdoa untuk
kesembuhan penyakitnya dan percaya akan kebesaran Tuhan-nya
E. Pemeriksaan Fisik
1) Data Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
Tanda-tanda vital : TD = 110/80mmHg
HR = 88 x/menit
S = 380C
RR = 20 x/menit.
2) Kepala dan wajah: warna rambut hitam, tidak ada luka, tidak ada jejas, tidak
ada pembengkakan, persebaran rambut merata, kepala dan rambut bersih,
tidak ada nyeri tekan.
a)Mata: bentuk simetris, sklera berwarna putih, persebaran bulu mata merata,
persebaran alis merata, warna alis dan bulu mata hitam, pupil isokor, tidak
ada luka, tidak ada bengkak, tidak ada nyeri tekan, konjungtiva pucat.
b)Telinga: bentuk simetris, tidak ada kelainan, tidak ada luka/jejas, tidak ada
nyeri tekan.
c)Hidung: bentuk simetris, lubang hidup simetris, tidak ada luka/jejas, tidak
ada nyeri tekan.
d)Mulut: tidak ada luka, tidak ada perdarahan, warna gigi agak kuning,
jumlah gigi masih lengkap, bicara normal.
e)Leher: tidak ada luka/jejas, warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak ada
pembengkakan, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, JVP: 1 cm
3) Dada
a)Batas paru dan jantung: normal
b)Suara Jantung: redup, S1, S2 tunggal, jelas; Suara Paru: sonor
c)Suara napas : vesikuler
4) Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sama dengan sekitarnya, perut datar, tidak buncit,
tidak ada benjolan, dan tidak terdapat massa.
Auskultasi : bising usus 25 x/menit
Perkusi : bunyi timpani
Palpasi : sewaktu ditekan terdapat rangsangan nyeri yang dirasakan klien
pada perut kiri bawah
5) Urogenital
Inspeksi : adanya tanda iritasi pada lubang uretra (kemerahan)
Palpasi : adanya nyeri tekan pada area suprapubik, teraba keras, adanya
distensi pada suprapubik
6) Ekstremitas: tidak ada luka/jejas, warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak
terdat nyeri tekan.
7) Kulit dan kuku: kuku bersih, pendek, turgor kulit normal < 2 detik, CRT < 2
detik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada sianosis.
8) Keadaan lokal: pasien terlihat lemah dan memegang perut sebelah kiri bawah.
Pengkajian nyeri pada pasien.
P: klien mengatakan nyeri saat kencing di bagian perut kiri bawah
Q: nyerinya seperti tertusuk-tusuk, terasa panas
R: area suprapubik, abdomen kuadran kiri bawah
S: skala nyeri 6
T: terasa nyeri saat digunakan untuk berkemih.
Tingkat nyeri : skala 7 dari rentang skala nyeri 0–9 (dengan keterangan 0 =
tidak ada nyeri sama sekali, dan 9 = sangat dirasakan nyeri sekali)
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada skenario kasus 1 untuk
menunjang penegakan diagnostik adalah sebagai berikut.
1) Urinalisis: biasanya didapatkan hasil leukosituria. Dalam kondisi yang parah,
dapat disertai adanya hematuria.
a)Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar
(LPB) sedimen air kemih (urin).
b)Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5–10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2) Pemeriksaan Bakteriologis: dengan pemeriksaan bakteriologis mikroskopis
atau dengan biakan bakteri. Biasanya didapatkan hasil adanya bakteri dan
dapat diketahui jenis bakteri yang menginfeksi saluran kemih, apakah itu
bakteri gram negatif (misal, Escherichia coli, Entherobacter, Pseudomonas,
Serrativa) atau bakteri gram positif (misal, Staphylococcus saprophyt,
Streptococcus sp., dll). Pemeriksaan ini membantu dalam pemberian
medikasi, terutama jenis antibiotik, berdasarkan bakteri/agen mikroorganisme
penyebab infeksi saluran kemih.
3) Kultur urine: untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
a) Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
b)Metode tes:
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): ISK (uretritia akut) dapat
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme yang menular secara seksual
(misal, Clamidia tracomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplex virus).
Tes-tes tambahan: seperti urogram intravena (IVU). pielografi (IVP),
sistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan
apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya
batu, massa renal atau abses, hidronekrosis atau hiperplasia prostate.
Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.