Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir Normal
-
Upload
ridwan-nurhakim -
Category
Documents
-
view
85 -
download
0
description
Transcript of Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir Normal
1
A. Pendahuluan
Bayi baru lahir (BBL) dengan kondisi normal merupakan dambaan setiap pasangan
orang tua. Sebagian besar BBL (< 80%) akan lahir dengan kondisi normal. Hal ini sebagian
besar merupakan kelanjutan keberhasilan hasil konsepsi dan indikator pelayanan kesehatan
maternal-neonatal yang baik dan berkualitas. Namun ada kalanya bayi yang lahir dalam
keadaan normal dalam perjalanan hidupnya kemudian menjadi bermasalah. Untuk itu
diperlukan kecermatan dan perhatian dalam perawatan BBL, meskipun terlahir normal.
Bayi Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu
melalui jalan kelahiran normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia satu bulan.
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan antara 2500 gram sampai
dengan 4000 gram dengan lama kehamilan antara 37 – 42 minggu.
Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk
mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi
adanya penyimpangan.
Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter untuk
menilai status kesehatannya. Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi baru lahir,
24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit.
B. Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir Normal
1. Pengkajian
a. Biodata :1) Identitas bayi2) Identitas orang tua
b. Riwayat kesehatan 1) Riwayat penyakit sekarang
a) Cara lahirb) APGAR Scorec) Kesadaran
2) Riwayat perinatala) Lama kehamilan
2
b) Penyakit yang menyertai kehamilan3) Riwayat persalinan
c. Pengkajian fisik1) Pengukuran umum :
a) Lingkar kepala 33-35 cmb) Lingkar dada 30,5-33 cmc) Lingkar kepala 2-3 cm > dari linkar dadad) Panjang kepala ke tumit 48-53 cme) Berat Badan Lahir 2500-4000 gram
2) Tanda – tanda vitala) Suhu 36,50C-370C (aksila)b) Frekwensi jantung 120-140 x/m (apical)c) Pernafasan 30-60x/md) Tekanan darah
3) Kulit a) Saat lahir: merah terang, menggembung, halusb) Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, keringc) Vernik kaseosad) Lanugoe) Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan skrotum
atau labia.
4) Kepalaa) Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cmb) Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cmc) Fontanel harus datar, lunak dan padatd) Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan dari
sututa ke sutura.
5) Mataa) Kelopak biasanya edema, mata tertutupb) Warna agak abu-abu, biru gelap, coklatc) Tidak ada air matad) Ada refleks merah, reflek pupil (respon cahaya), refleks berkedip (respon
cahaya atau sentuhan)e) Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke garis
tengah.
6) Telingaa) Posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian luar
kantus mata
3
b) Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan tiab-tiba
c) Pina lentur adanya kartilago.
7) Hidung a) patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersin
8) Mulut dan tenggorok a) Utuh, palatum arkus-tinggi, uvula di garis tengah, frenulum lidah,
frenulum bibir atasb) Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rootingc) Refleks gag, refleks ekstrusid) Salivasi minimal atau tidak ada, menangis keras.
9) Leher a) Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir, reflek leher tonik,
refleks neck-righting, refleks otolith righting
10) Dada a) Diameter anterior posteriordan lateral sama b) Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasic) Terlihat prosesusxifoideus pembesaran dada.
11) Paru-paru a) Pernafasan utamanya adalah pernafasan abdominalb) Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.c) Bunyi nafas bronchial sama secara bilateral
12) Jantung a) Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri sternumb) Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1
13) Abdomen a) Bentuk silindrisb) Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kananc) Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertamad) Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicause) Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri dan 1 venaf) Nadi femoral bilateral sama
14) Genetalia wanitaa) Labia dan klitoris biasanya edemab) Labia minora lebih besar dari labia mayorac) Meatus uretral di belakang klitoris
4
d) Verniks kaseosa di antara labiaBerkemih dalam 24 jam
15) Genetalia priaa) Lubang uretra pada puncak glen penisb) Testis dapat diraba di dalam setiap skrotumc) Skrotum biasanya besar edema, pendulus, dan tertutup dengan rugaed) Biasanya pigmentasi lebih gelap pada kulit kelompok etnik. berkemih
dalam 24 jam
16) Punggung dan rektum a) Spina utuh, tidak ada lubang masa, atau kurva menonjolb) Refleks melengkung, batang tubuhc) Wink anald) Lubang anal patene) Lintasa mekonium dalam 36 jam
17) Ekstrimitas a) 10 jari kaki dan tanganb) rentang gerak penuhc) punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah
lahird) fleksi ekstremitas atas dan bawahe) telapak biasanya datarf) ekstrimitas simetrisg) tonus otot sama secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi berlawananh) nadi brakialis bilateral sama.
18) Sistem neuromuskulera) Ekstrimitas biasanya mempertahankan derajat fleksib) Ekstensi ekstrimitas diikuti dengan posisi fleksi sebelumnya.c) Kelambatan kepala saat duduk, tetapi mampu menahan kepala agar tetap
tegak walaupun sementarad) Mampu memutar kepala dari satu sisi kesisi lain ketika tengkurane) Mampu menahan kepala dalam garis horizontal dengan punggung bila
tengkurap.
5
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Infeksi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu
b. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
c. Hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin/sejuk, pakaian yang tidak memadai, evaporasi kulit di lingkungan yang dingin.
d. Ketidakefektifan pembersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya obstruksi jalan napas : banyaknya mucus
e. Hipertimia berhubungan dengan dehidrasi
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan :1. Risiko Infeksi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologis, faktor
lingkungan, penyakit ibuTujuan:pasien diharapkan terhindar dari tanda dan gejala infeksiKriteria Hasil:1. Suhu tubuh dalam rentan normal2. Tidak ada patogen terlihat dalam kultur3. Pasien tetap terbebas dari infeksi
Intervensi Rasional1. minimalkan risiko pasien dengan
mencuci tangan sebelum dan setelah memberikan perawatan mengunakan sarung tangan untuk mempertahankan asepsis pada saat melakukan perawatan
2. lakukan kultur urine, sekresi pernapasan, drainase luka/darah sesuai denga kebijakan rumaha sakit dan program dari dokter
3. pantau suhu minimal 4 jam dan catat pada kertas grafik. Laporkan evaluasi segera
4. Observsi tanda-tanda infeksi pada tali pusat
5. anjurkan asupan cairan setiap hari bila tidak dikontraindikasikan
6. yakinkan asupan nutri yang adekuat7. tempatkan di ruang isolasi bila di anggap
imun pasien lemah. Pantau aliran & jumlah pengunjung
8. gunakan air steril untuk humidifikasi /
1. mencuci tangan adalah satu-satunya cara terbaik untuk mencegah penularan patogen
2. tindakan ini dapat mengidentifikasi patogen & menjadi pedoman terapi antibiotik
3. suhu yang terus meningkat merupakan tanda infeksi
4. mengetahui secara dini adanya kemungkinan terjadinya infeksi pada tali pusat
5. untuk membantu menipiskan sekresi mukosa
6. membantu menstabilkan berat badan, meningkatkan tonus & masa otot, membantu penyembuhan luka
7. melindungi pasien dari patogen di lingkungan yang berhubungan dengan faktor eksternal
8. mencegah kekringan dan iritasi mukosa saluran pernapasan, gangguan pergerakan
6
nebulisasi oksigen silia dan penebalan sekresi dalam saluran pernapasan
Diagnosa keperawatan :2. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks
hisap tidak adekuat.Tujuan:Kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria Hasil:
1. berat badan pasien bertambah2. pasien tidak lagi menunjukkan bukti penurunan berat badan3. pasien terhindar dari aspirasi
Intervensi Rasional1. timbang dan catat berat badan pasien
pada jam yang sama setiap hari2. observasi & catat asupan pasien3. ciptakan lingkungan yang
menyenangkan pada waktu makan4. pantau & catat pola eliminasi5. auskultasi & catat suara napas pasien
setiap 4 jam. Laporkan adanya mengi, ronki, krepitasi/penurunan suara napas simpan peralatan pengisap di sisi samping tempat tidur bila sewaktu-waktu di perlukan
1. untuk mendapatkan pembacaab paling akurat
2. untuk mengkaji zat gizi yang di konsumsi dan suplemen yang diperlukan
3. untuk meningkatkan nafsu makan pasien4. pasien dapat mengunakan laksatif atau
diuretik untuk mempertahankan berat badan rendah
5. untuk memantau aspirasi dan menghidari aspirasi
Diagnosa keperawatan :3. Hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin/sejuk, pakaian yang
tidak memadai, evaporasi kulit di lingkungan yang dingin.Tujuan:Suhu tubuh dalam kondisi normal (Suhu 36,50C-370C (aksila))Kriteria Hasil:
1. suhu tubuh normal2. kulit terasa hangat dan kering3. pasien tidak menunjukkan adanya komplikasi yang berhubungan dengan hipotermia
seperti cedera jaringan lunak, dehidrasi, syok hipovolemik Intervensi Rasional
1. pantau suhu tubuh minimal 4 jam / lebih sering, bila di indikasikan. Catat suhu
1. untuk mengevaluasi ke efektifan intervensi. Serta untuk memungkinkan
7
dan rute2. pantau status neurologis minimal 4 jam3. pantau dan catat denyut dan irama
jantung, tekanan darah dan kecepatan pernapasan minimal 4 jam
4. berikan tindakan pendukung, seperti menempatkan pasien pad tempat tidur yang hangat dan menyelimuti dengan selimut yang hangat, membuka baju yang basah, membungkus semua permukaan dari besi atau plastik yang kontak dengan tubuh pasien
5. ikuti program terapi yang di anjurkan :a. berikan obat yang dianjurkan untuk
mencegah mengigilb. berikan analgesik yang di anjurkan
untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan penghangatan
c. gunakan selimut hipotermia, sesuai yang di anjurkan
perbandingan data yang akurat, nilai suhu bervariasi bergantung pada rute di gunakan
2. penurunan suhu dan kecepatan metabolik menurunkan denyut nadi dan tekanan darah yang dapat mengurangi perfusi darah ke otak yang mengakibatkan disorientasi, konfusi dan ketidaksadaran
3. tekanan darah dan denyut nadi menurun pada hipotermia, selama penghangatan pasien mungkin menjadi syok hipovolemik, fibrilasi ventikular dan henti jantung dapat terjadi kemungkinan di tandai dengan nadi yang tidak teratur
4. melindungi pasien dari kehilangan panas5. program terapi yang di anjurkan :
a. mengigil dapat mengakibatkan panas berlebihan
b. pantau ke efektifannya dan catatc. penghangatan kembali secara
ekternal dengan selimut adalah tindakan yang tepat pada hipotermia ringan
Diagnosa keperawatan :4. Ketidakefektifan pembersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya obstruksi
jalan napas : banyaknya mucusTujuan:Klien diharapkan mampu menunjukan jalan nafas yang paten Kriteria Hasil:1. Jalan napas tetap paten2. Irama napas teratur3. Pernapasan 30-60 x/menit
Intervensi Rasional1. Kaji pernapasan sekurangnya setiap 4
jam/menurut standar yang di tetapkan2. Isap sekresi sesuai keperluan. Waspadai
pemburukan gangguan pada jalan napas3. Berikan kelembapan yang adekuat4. Lakukan drainase postural, perkusi dan
1. Untuk mendeteksi tanda awal bahaya2. Untuk menstimulasi batuk dan
membersihkan jalan napas3. Untuk mencairkan sekresi4. Untuk meningkatkan mobilisasi sekresi
yang mengganggu oksigenasi
8
vibrasi setiap 4 jam atau sesuai program. Pantau sputum untuk mengukur ke efektifan terapi
Diagnosa keperawatan :5. Hipertimia berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan:Suhu tubuh dalam kondisi normal (Suhu 36,50C-370C (aksila))Kriteria Hasil:
1. Suhu tetap normal2. Keseimbangan cairan tetap stabil3. Komplikasi seperti kejang dapat di hindari
Intervensi Rasional1. Ukur suhu tubuh pasien setipa 4 jam /
lebih sering bila di indikasikan untuk mengevaluasi ke efektifan intervensi. Identifikasi dan catat rute
2. Berikan antipiretik sesuai anjuran3. Turunkan panas yang berlebihan dengan
meleps selimut dan pasang kain sebatas pinggang seka dengan air hangat
4. Pantau dan catat denyut dan irama nadi, tekanan vena sentral, tekanan darah, frekuensi napas, tingkat responsivitas dan suhu kulit minimal setiap 4 jam
5. Letakkan cairan di sisi tempat tidur pasien dan mudah di jangkau
6. Atasi dehidrasi pasien:a. Pantau dan catat asupan dan haluaran
secara akuratb. Berikan cairan IV sesuai yang di
anjurkan
1. Untuk meyakinkan perbandingan data yang akurat
2. Untuk menurunkan demam3. Tindakan tersebut meningkatkan
kenyamanan dan menurunkan temperatur tubuh
4. Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan vena sentral dan penurunan tekanan darah dapat mengindikasikan hipovolemia, yang mengarah pada penurunan perfusi jaringan . peningkatan frekuensi pernapasan berkompensasi pada hipoksia jaringan
5. Untuk memungkinkan kemudahan akses pasien
6. Tindakan ini menghindari kehilangan air, natrium klorida dan kalium yang berlebihna
9
DAFTAR PUSTAKA
Engel, Joyce. 2008 . Pengkajian Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajaran keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Diagnosis Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC
Nanda Internasional. 2010. Diagnose Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
Taylor, Cynthia M. 2010. Diagniosa keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada praktik Klinis. Jakarta : EGC