PENGGUNAAN VIRTUAL LEARNING APLIKASI...
Transcript of PENGGUNAAN VIRTUAL LEARNING APLIKASI...
PENGGUNAAN VIRTUAL LEARNING APLIKASI SKYPE
DALAM TAHSINUL QUR’AN (STUDI KASUS PADA
LEMBAGA BIMBINGAN AL-UTSMANI)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
NITA SILPIANI
NIM: 1113051000188
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
v
ABSTRAK
Nita Silpiani
Penggunaan Virtual Learning Aplikasi Skype dalam Tahsinul Qur’an (Studi
Kasus pada Lembaga Bimbingan Al-Utsmani)
Virtual learning mengacu pada proses pembelajaran yang terjadi di ruang
maya melalui jaringan Internet. Lembaga Bimbingan Al-Utsmani memiliki
program bimbingan tahsin yang proses pembelajarannya dilakukan di ruang maya.
Melihat keterbatasan jarak, ruang dan waktu yang dialami masyarakat, membuat
pembelajaran tahsin yang besifat virtual ini dipandang positif dengan beragam
manfaat yang dirasakan.
Merujuk dari latar belakang tersebut, maka timbul sebuah rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana user menggunakan aplikasi skype
dalam tahsinul Qur’an pada lembaga Bimbingan Al-Utsmani? Mengapa user
menggunakan aplikasi skype dalam tahsinul Qur’an pada lembaga Bimbingan Al-
Utsmani?
Teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori komunikasi menurut
Shannon and Weaver. Adapun komunikasi menurut Shannon dan Weaver dilihat
dari lima komponen yang berkesinambungan agar komunikasi berjalan efektif.
Teori ini juga tidak melupakan noise (gangguan) yang ditimbulkan. Fokus utama
teori ini adalah untuk menentukan cara di mana saluran komunikasi dapat
digunakan secara efisien.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan
kualitatif-deskriptif. Sumber data yang diperoleh melalui wawancara mendalam,
observasi non partisipant dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah
Lembaga Bimbingan Al-Utsmani. Sedangkan objek penelitiannya adalah peserta
yang tergabung ke dalam program tahsin online.
Dari hasil penelitian, fungsi skype antar user memiliki pandangan yang
sama. Vrtual learning dalam tahsinul Qur’an ini memudahkan komunikator dan
komunikan dalam mengirimkan dan menerima pesan baik pesan verbal maupun
non verbal melalui ekspresi wajah, gerak bibir, dan intonasi suara dalam
melafalkan ayat-ayat al-Qur’an. Virtual learning dalam tahsinul Qur’an ini
bersifat synchronous, artinya proses interaksi antar user bersifat secara langsung
layaknya berbicara secara tatap muka. Kelebihan aplikasi skype: tidak membatasi
jarak, memberikan waktu dan tempat pembelajaran yang bersifat fleksibel,
menekan biaya pengeluaran, dan menghemat tenaga. Sedangkan kekurangannya
adalah besarnya kapasitas yang dibutuhkan skype membuat perangkat handphone
dari user membutuhkan daya baterai ekstra.
Kata kunci: Virtual Learning, Skype, Pembelajaran, Tahsinul Qur’an,
Peserta.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, Segala puji dan syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan berkat, rahmat, karunia, serta ridha-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para
sahabat serta seluruh pengikutnya yang senantiasa menjadi rahmat bagi seluruh
alam.
Ucapan termakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis,
yakni Ayah Nuroni Siregar dan Mamah Tri Mulyaningsih yang selalu
memberikan doa, dukungan moril maupun materil serta nasihat dan bimbingan
hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tak luput dari
dorongan serta bantuan pihak lain. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Suparto, M. Ed, Ph.D selaku
Wakil Dekan I Bidang Akademik. Serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Dr. Roudhonah, M. Ag, selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing penulis yang telah banyak
vii
memberikan pengarahan, kritik, serta motivasi dalam proses penulisan skripsi
ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan keberkahan
kepada beliau.
3. Drs. Masran, MA. selaku Ketua Jurusan dan Fita Fathurokhmah, M. Si.
selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah mendidik dan mengajar penulis
dengan memberikan ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan.
5. Seluruh Staf dan karyawan Tata Usaha bidang kemahasiswaan, administrasi,
keuangan dan kepustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
6. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Chris Januardi selaku Pimpinan Lembaga Al-Utsmani Pusat. Yuli Purwati
selaku penanggung jawab program bimbingan tahsin online. Tina dan
Liztyanha selaku pembimbing program bimbingan tahsin online. Tati Hayati
dan Triani Amalia selaku peserta program bimbingan tahsin online yang telah
bersedia menjadi narasumber dalam penelitian penulis.
8. Seluruh mahasiswa Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya teman-teman satu jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
angkatan 2013.
9. Teman dekat penulis selama di perkuliahan yakni Anis Nurfitriani, Sahri
Rahma Fitri, Khairunnisa Permata Sari, Endah Dewi Chayani, dan Rachma
viii
Maulidia yang telah memberikan penulis motivasi, saran, dan kritik yang
membangun bagi penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga seluruh
kebaikan, jasa, dan do’a yang telah diberikan kepada penulis menjadi pintu
datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT.
Jakarta, 15 Januari 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ............................................................................ 7
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 11
G. Pedoman Penulisan ................................................................................. 12
H. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 12
I. Sistematika Penulisan .............................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Teori Komunikasi Menurut Shannon dan Weaver ..................................... 17
B. Konseptualisasi Virtual Learning ............................................................... 18
1. Pengertian Virtual Learning .................................................................. 18
2. Karakteristik Virtual Learning .............................................................. 20
3. Jenis Virtual Learning ........................................................................... 21
C. Konseptualisasi Skype ................................................................................ 22
1. Pengertian Skype .................................................................................. 22
2. Kelebihan Skype .................................................................................... 24
x
3. Kekurangan Skype ................................................................................. 25
D. Konseptualisasi Tahsinul Qur’an ................................................................ 27
1. Pengertian Tahsinul Qur’an .................................................................. 27
2. Tujuan Tahsinul Qur’an ........................................................................ 28
3. Pengertian Makharijul Huruf ................................................................ 29
4. Macam-macam Tajwid.......................................................................... 30
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA BIMBINGAN AL-UTSMANI
A. Profil Lembaga Al-Utsmani ....................................................................... 34
B. Visi dan Misi Lembaga Al-Utsmani .......................................................... 37
C. Struktur Keorganisasian Lembaga Bimbingan Al-Utsmani 2017/2018 .... 38
D. Daftar Peserta Bimbingan Tahsin Online 2017/2018 ................................ 39
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN
A. Analisis User dalam Menggunakan Aplikasi Skype .................................. 41
B. Efektivitas User Aplikasi Skype dalam Tahsinul Qur’an ........................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 77
B. Saran .......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 80
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa teknologi membuat komunikasi
semakin mudah dilakukan. Dengan adanya teknologi, era baru dalam media
terbentuk dan menghadirkan wujud baru dari media massa yang dinamakan
new media. Dalam era baru tersebut jutaan orang berinteraksi melalui apa
yang disebut sebagai cyberspace, yaitu sebuah dunia yang terhubung melalui
komputer dan internet.1
Proses penyampaian dan penerimaan pesan yang dilakukan di ruang
maya atau cyberspace disebut dengan komunikasi virtual. Dengan melakukan
komunikasi virtual, manusia diberi kebebasan dalam mengungkapkan ide,
gagasan, pengalaman serta pertukaran informasi secara global tanpa terbatas
oleh jarak dan waktu bahkan usia.
Berbeda dengan media konvensional seperti surat, new media dapat
menanggapi pesan secara langsung saat itu juga. Melalui berbagai macam
aplikasi chatting seperti facebook messenger, line dan whatsapp, proses
komunikasi dapat berlangsung secara interaktif melalui pesan teks tanpa
mengeluarkan tenaga dan biaya yang besar. Media sosial memberikan
fleksibiltas kepada orang-orang yang ingin berkomunikasi antar luar daerah
bahkan luar negri secara aktual tanpa mengharuskan mereka saling bertemu di
tempat dan waktu yang sama. Sehingga di era globalisasi saat ini komunikasi
1 Shirley Biagi, Media Impact: An Introduce to Mass Media. Penerjemah Mochammad
Irfan dan Wulung Wira Mahendra (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 232.
2
virtual dijadikan kebutuhan antar pengguna media internet untuk saling
berinteraksi di ruang cyber dalam membahas topik-topik masalah yang
bersifat umum hingga personal.
Komunikasi virtual memiliki efek komunikasi yang besar. Penggunaan
media sosial dikatakan efektif apabila memberi nilai tambah bagi
penggunanya. Salah satu manfaat yang dirasakan ialah persebaran arus
informasi yang cepat dan faktual atas permasalahan-permasalahan dunia yang
sedang fenomenal. Hal ini juga berdampak pada perberkembang era digital
dalam dunia pendidikan. Sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan
teknologi informasi dalam proses belajar jarak jauh disebut dengan virtual
learning.
Virtual learning mengacu pada proses pembelajaran yang terjadi di
kelas yang berada dalam cyberspace melalui jaringan Internet.2 Berbagai
istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang
pembelajaran elektronik, antara lain adalah: onlinelearning, internet-enable
learning, virtual learning, atau web-based learning.3
Virtual learning memungkinkan peserta didik menimba ilmu tanpa harus
secara fisik menghadiri kelas. Meskipun jarak antara peserta dengan pengajar
cukup jauh, namun interaksi bisa dijalankan secara online dan realtime dengan
perantara media sosial yang berkembang saat ini.
2 Paulina Pannen, Pengertian Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Jurnal
Universitas Terbuka, 1999, h.11. 3
Wiwin Hartanto, Penggunaan e-learning Sebagai Media Pembelajaran, Jurnal
Pendidikan Ekonomi, 2016, h. 4.
3
Jumlah dan klasifikasi peserta didik yang dapat dijangkau melalui
virtual learning menjadi semakin banyak dan luas, tidak dibatasi oleh usia,
profesi, dan latar belakang. Sehingga jarak, ruang dan waktu tidak lagi
menjadi hambatan dalam proses pembelajaran.
Di Amerika Seirikat sendiri, e-learning telah digunakan di hampir 90%
universitas yang memiliki lebih dari 10.000 mahasiswa. Sejalan dengan
Amerika Serikat, di Indonesia, e-learning mulai diterapkan beberapa
perusahaan dan akademis. Universitas Terbuka telah menyediakan beberapa
tutorial secara online. Institut Teknologi Bandung (ITB) pun telah
menawarkan sejumlah pelajaran online learning melalui Open Learning
System (OLSys). Universitas Petra, Universitas Gajah Mada, Universitas Bina
Nusantara, dan Universitas Pelita Harapan telah memberikan pula beberapa
pelajaran dalam bentuk e-learning.4
Terlepas dari itu, ada satu lembaga bimbingan yang memanfaatkan
media sosial dalam menerapkan metode pembelajaran virtual learning, yakni
Lembaga Bimbingan Al-Utsmani. Lembaga Bimbingan Al-Utsmani mulai
didirikan pada 1415 H bertepatan dengan 1995 M. Jumlah peserta didik terus
bertambah setiap tahunnya, dan sudah banyak alumni yang menghafal al-
Qur’an serta mengajar di berbagai lembaga di seluruh Indonesia.5
Lembaga ini memiliki program bimbingan tahsin yang proses
pembelajarannya dilakukan melalui ruang maya (virtual). Jenis metode yang
digunakan bersifat synchronous, dimana antara guru dan murid dapat
4 Empy Effendi dan Hartono Zhuang, E-learning Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta:
Andi, 2005), h. 6. 5 Brosur Profile Lembaga Bimbingan Al-Qur’an Al-Utsmani Juli 2017.
4
melakukan proses pembelajaran langsung melalui media skype berupa video
call. Dengan demikian, teknologi media online tidak hanya dimanfaatkan
sebagai sarana untuk memenuhi kepuasan sosial tetapi juga bisa dimanfatkan
untuk memberikan edukasi mengenai tahsin Al-Qur’an.
Program bimbingan tahsin online hadir karena masyarakat yang berasal
dari luar daerah Jakarta mengeluhkan keterbatasan waktunya untuk bisa
datang dan belajar di lembaga. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Leli asal
Tangerang mengenai alasan mengikuti program tahsin online ini karena jarak
dari kediaman Ibu Leli menuju lembaga Al-Utsmani menempuh jarak yang
cukup jauh dan sering terkendala macet saat perjalanan, membuat
pembelajaran tahsin di lembaga kurang efisien dalam hal waktu.6 Sehingga
lembaga ini berinovasi untuk menghadirkan program bimbingan tahsin tanpa
mengharuskan murid datang ke lembaga untuk bisa mempelajari al-Qur’an
secara langsung.
Tujuan didirikannya program ini adalah untuk memberikan kesempatan
kepada orang-orang yang berminat belajar tahsin al-Qur’an jarak jauh,
sehingga masyarakat yang ingin mempelajari al-Qur’an, akan terjangkau
meskipun di luar negeri sekalipun. Awal mula hadirnya program ini
diprakarsai oleh ustadz Efendi Anwar selaku pendiri yayasan. Program
bimbingan tahsin online berdiri sejak tahun 2010, yang berlatar belakang
dengan banyaknya permintaan masyarakat yang ingin mempelajari al-Qur’an,
6 Wawancara pribadi dengan Ibu Tati, Peserta Bimbingan Online, Jakarta, 5 Oktober
2017.
5
tetapi terhalang oleh jarak. Permintaan itu berasal dari luar daerah bahkan luar
negri.7
Virtual learning yang diajarkan dalam program tahsin online ini
diantaranya, memperbaiki makharijul huruf (keluarnya huruf), memberi
pemahaman tentang kaidah tajwid, dan hafalan Al-Qur’an.
Tahsin dalam membaca al-Qur’an hukumnya wajib (fardhu ‘ain) bagi
setiap umat muslim. Dengan begitu perlunya arahan oleh seorang pembimbing
tahsin agar bacaan al-Qur’an yang dilafalkan sesuai dengan kaidah dan tajwid
yang tepat sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al Muzzammil/73: 4
“atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Qur’an itu dengan
perlahan-lahan (tartil).” (QS. Muzzammil/73: 4)
Pembelajaran tahsin jarak jauh dapat dikatakan berhasil apabila peserta
didik dapat memahami isi pesan yang disampaikan oleh pembimbing.
Semakin kecil ganguan komunikasi (noise) yang terjadi, maka semakin besar
feedback yang ditimbulkan. Namun dalam prakteknya, virtual learning
melalui skype ini tidak terlepas dari gangguan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka topik ini menjadi menarik untuk
dibahas. Alasan inilah yang mendorong penulis untuk mengajukan skripsi
dengan judul: “Penggunaan Virtual Learning Aplikasi Skype dalam
Tahsinul Qur’an (Studi Kasus pada Lembaga Bimbingan Al-Utsmani)”.
7 Wawancara pribadi dengan Bapak Chris Januardi, Pimpinan Cabang LBQ Al-Utsmani
Pusat, Condet, 11 Juli 2017.
6
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penulis membatasi masalah penelitian ini pada penggunaan virtual
learning aplikasi skype dalam tahsinul Qur’an. Adapun masalah yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana user menggunakan aplikasi skype dalam tahsinul Qur’an pada
lembaga Bimbingan Al-Utsmani?
2. Mengapa user menggunakan aplikasi skype dalam tahsinul Qur’an pada
lembaga Bimbingan Al-Utsmani?
C. Tujuan Penelitian
Terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan oleh penulis, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana user menggunakan aplikasi skype dalam
tahsinul Qur’an pada lembaga Bimbingan Al-Utsmani?
2. Untuk mengetahui efektivitas user menggunakan aplikasi skype dalam
tahsinul Qur’an pada lembaga Bimbingan Al-Utsmani?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan berguna untuk menjadi referensi bagi
pengembangan ilmu komunikasi serta teori-teori yang berkaitan bagi
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Manfaat Praktis
7
Penulis berharap penelitian ini dapat menyumbang ilmu pengetahuan
bagi mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta mahasiswa
lain yang berminat dalam kajian virtual learning. Serta diharapkan dapat
membantu Lembaga Bimbingan Al-Utsmani sebagai bahan evaluasi.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Pardigma menurut Bogdan dan Biklen adalah kumpulan longgar dari
sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang
mengarahkan cara berpikir dan penelitian.8 Pada penelitian ini paradigma
yang digunakaan adalah kontruktivisme. Realitas itu ada merupakan hasil
kontruksi dari kemampuan berpikir seseorang.9 Antara peneliti dan subjek
yang diteliti perlu tercipta empati dan interaksi dialektis agar mampu
merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode kualitatif.10
Penulis menggunakan paradigma konstruktivis karena penulis ingin
melihat realitas penggunaan virtual learning aplikasi skype dalam tahsinul
Qur’an, melalui dialektis antara penulis dengan objek penelitian.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitan ini adalah pendekatan
kualitatif dengan sifat penelitian deskripstif. Pendekatan kualitatif yakni
berupa metode yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan
beberapa kata-kata, yang nantinya dapat menghasilkan suatu penelitian
8
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rsdakarya,
2000), h. 30.
9 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 48.
10
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2006), h. 242.
8
ilmiah. Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan
pada latar individu secara holistik (utuh).11
Penulis memilih metode kualitatif agar penulis mendapatkan informasi
langsung dari orang yang terlibat di dalam objek tersebut sehingga penulis
mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat berkenaan
dengan fenomena yang diteliti.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Creswell
menjelaskan “a case study is an exploration of a ‘bounded system’ or a case
(or multiple case) over time through detailed, in depth data collection
involving multiple sources of information rich in context” studi kasus
merupakan eksplorasi dari sistem yang terikat, atau suatu kasus/beragam
kasus yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam
serta melibatkan berbagai sumber informasi yang kaya dalam suatu konteks.12
Diantaranya dengan melakukan observasi, wawancara mendalam,
mengumpulkan dokumen dan rekaman.
Peneliti memfokuskan pada sesuatu yang unik yang disebut dengan
studi kasus intrinsik. Metode ini meneliti secara lebih mendalam terhadap
fenomena yang terjadi. Sesuai dengan metode studi kasus, penelitian ini
11 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), cet. Ke-13, h. 111.
12 Jhon. W. Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five
Traditions (California: SAGE 1998), h. 62.
9
bermaksud untuk membahas penggunaan virtual learning aplikasi skype
dalam tahsinul Qur’an pada Lembaga Bimbingan Al-Utsmani.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber-sumber untuk memperoleh
keterangan. Subjek dalam penelitian ini adalah Lembaga Bimbingan Al-
Utsmani. Sedangkan objek penelitiannya adalah dua peserta yang terlibat
dalam kegiatan bimbingan tahsin online, yakni Ibu Tati dan Ibu Leli.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah Lembaga Bimbingan Al-Utsmani Condet
Jakarta Timur yang bertempat di Jl. Munggang No. 6 Kelurahan Condet
Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Sedangkan waktu
penelitian dilakukan pada Juni 2017- November 2017.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dibawah ini dilakukan dengan tujuan agar penulis mendapatkan
data yang lengkap dan tepat untuk penelitian ini. Berikut beberapa teknik dari
pengumpulan data yang digunakan:
a. Wawancara Mendalam
Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara yakni metode
pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi
langsung dari narasumber.13
Wawancara dilakukan penulis secara
langsung dengan orang-orang yang dianggap perlu dan mewakili dalam
penelitian ini, seperti kedua peserta program tahsin online yakni Ibu Tati
13
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 35.
10
dan Ibu Leli. Alasan peneliti memilih Ibu Tati dan Ibu Leli sebagai objek
penelitian karena keduanya merupakan peserta yang paling lama
mengikuti program tahsin online dibandingkan peserta yang lain. Selain
itu, objek penelitian memungkinkan peneliti untuk bisa mewawancarai
dan meng-observasi secara langsung di lapangan.
Karena penelitian kualitatif memfokuskan pada kedalaman dan
proses, maka dalam penilitian ini peneliti lebih menekankan kepada
kedalaman dan kekayaan informasi dari informan untuk menggali
keterangan yang terkait dengan permasalahan ini agar terkumpulnya
informasi yang diperlukan oleh penulis.
b. Observasi Non Partisipant
Metode observasi digunakan untuk memperoleh dan
mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
langsung di lapangan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena
yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena yang diselidiki.14
Untuk mengamati bagaimana penggunaan
virtual learning aplikasi skype dalam tahsinul Qur’an, penulis melihat
dan mendengarkan secara langsung kegiatan bimbingan tahsin online
yang dilakukan oleh kedua peserta. Namun penulis tidak melakukan
interaksi, penulis hanya mengamati.
14
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi (Jakarta:
LPSP3-UI, 1998), h. 62.
11
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen. Ini dilakukan untuk memperoleh data-data
mengenai hal yang diteliti, dan juga yang berhubungan dengan objek
penelitian. Terkait dengan masalah yang diteliti, maka dokumen yang
dikumpulkan adalah bahan-bahan tertulis yang berasal dari buku-buku,
literatur, internet, dan foto-foto.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam menganalisa data,
peniliti mengolah data dari hasil observasi dan wawancara, data tersebut
disusun dan dikategorikan berdasarkan hasil wawancara, dokumen maupun
laporan, yang kemudian di deskripsikan dalam bentuk bahasa yang mudah
dipahami.15
Analisis data yang digunakan melalui tiga tahap:
1. Description
Hampir seluruh aspek kehidupan manusia di era modern saat ini
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi internet. Seiring dengan
perkembangan teknologi internet yang kian pesat, dalam dunia pendidikan
muncul istilah virtual learning. Konsep ini membawa pengaruh terjadinya
proses transformasi pendidikan yang bersifat konvensional ke dalam
pendidikan berbasis digital. Berbagai lembaga pendidikan telah
15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1998), cet. Ke-2, h.7.
12
memanfaatkan konsep virtual learning sebagai fasilitas pendukung kegiatan
pembelajaran.
2. Themes
Keterbatasan jarak dan waktu yang dikeluhkan oleh masyarakat
membuat pembelajaran yang bersifat konvensional kurang efektif. Hal ini
menjadi perhatian bagi lembaga bimbingan Al-Utsmani, sehingga lembaga ini
menghadirkan program bimbingan tahsin online sebagai solusi bagi para
peserta yang ingin mempelajari tahsinul Qur’an dengan metode virtual
learning.
3. Assertions
Maka dari itu, diperlukannya pemanfaatan teknologi berupa internet
sebagai media pembelajaran jarak jauh agar para peserta didik dapat
mengikuti virtual learning tahsinul Qur’an dengan melibatkan aplikasi skype
dalam aktifitas pembelajarannya layaknya pembelajaran secara konvensional
di dalam kelas.
G. Pedoman Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini adalah menggunakan
“Pedoman Penlisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah tahun 2014.
H. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan menelaah skripsi-skripsi
terdahulu yang memiliki judul atau subjek dan objek penelitian yang hampir
13
sama dengan judul peneliti sebelum menyusunnya menjadi karya ilmiah.
Tujuannya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti mengakui
karya orang lain, maka penulis akan menegaskan perbedaan atara masing-
masing judul masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Nicky Franida Nugrahani mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dengan judul “Bahaya Komunitas
Homoseksual di Media Sosial (Studi Kasus: Interaksi Virtual Community
Media Sosial Grinder)” tahun 2016. Penelitian ini menganalisis tentang
bagaimana interaksi virtual community di media sosial Grindr. Metode
yang digunakan studi kasus. Hasil penelitiannya adalah interaksi virtual
community di media sosial Grindr merupakan interaksi yang berbahaya
kerena menimbulkan efek sosial. Persamaan pada penelitian tersebut
adalah fokus kajiannya mengenai virtual dan sama-sama menggunakan
metode studi kasus John W. Creswell. Sedangkan perbedaannya terletak
pada subjek dan objek penelitian. Subjek dalam penelitian ini yaitu media
sosial Grindr dan objeknya adalah pengguna Grindr aktif. Sedangkan
subjek pada penelitian yang akan dilakukan yakni Lembaga Bimbingan
Al-Utsmani, dan objeknya adalah peserta yang tergabung ke dalam
program tahsin online.
2. Imam Fitri Rahmadi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam dengan
judul “Penerapan E-learning dalam Sistem Pendidikan Jarak Jauh pada
Mata Kuiliah Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Tutorial Online di
14
Universitas Terbuka)” tahun 2013. Penelitian ini menganalisis tentang
bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi tutorial online pada
sistem pendidikan jarak jauh mata kuliah PAI. Metode yang digunakan
adalah metode studi kasus. Hasil dari penelitian ini adalah tutorial online
pada mata kuliah PAI di Universitas Terbuka dilakukan dnegan membuat
Rancangan Aktivitas Tutorial (RAT), Satuan Aktivitas Tutorial (SAT), dan
menyusun materi untuk delapan inisiasi. Persamaan pada penelitian
tersebut adalah fokus dan objek kajiannya mengenai pembelajaran jarak
jauh atau e-learning. Sedangkan perbedaannya terletak pada pendekatan
penelitian yang digunakan. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Sedangkan pendekatan pada penelitian yang akan
dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif.
3. Roikhatulkhuti mahasiswi Universitas Negeri Yokyakarta Fakultas Ilmu
Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan dengan judul
“Pengembangan Media Video Pembelajaran Tahsin Tilawah Al-Qur’an:
Itmamul Harakat (Menyempurnakan Harakat) untuk Santri Tahsin 1
Forum Studi dan Dakwah (FOSDA) Masjid Mardliyyah Yogyakarta”
tahun 2016. Penelitian ini menganalisis tentang bagaimana hasil dan
kelayakan dari media video pembelajaran tahsin tilawah Al-Qur’an.
Metode yang digunakan metode Research and Development (R&D). Hasil
dari penelitian ini adalah aplikasi IAR menggunakan teknologi augmented
reality dan aplikasi ini memenuhi standar kualitas ISO 25010. Persamaan
pada penelitian tersebut adalah mengkaji tentang pembelajaran tahsin Al-
15
Qur’an bermedia. Sedangkan perbedaannya terletak pada media yang
digunakan. Media yang dikaji dalam penelitian ini membahas tentang
penggunaan media audio visual video dalam pembelajaran tahsin.
Sedangkan media yang dikaji dalam penelitian yang akan dilakukan
membahas tentang penggunaan media sosial aplikasi skype dalam
pembelajaran tahsinnya.
I. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka penulis
membagi pembahasan ke dalam lima bab yang dibagi kedalam sub-sub bab
sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, menguraikan secara singkat alasan pemilihan judul,
batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian, teknik analisis data, pedoman
penulisan, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.
BAB II: Landasan Teoritis dan Kerangka Konseptual, menjelaskan teori
dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian. Meliputi
penjelasan tentang teori komunikasi menurut Shannon dan Weaver,
konseptualisasi virtual learning (pengertian virtual learning,
karakteristik virtual learning, jenis virtual learning),
konseptualisasi skype (keunggulan skype, kekurangan skype), dan
konseptualisasi tahsinul Quran (pengertian tahsinul Qur’an, tujuan
tahsinul Qur’an, pengertian makharijul huruf, macam-macam
tajwid).
16
BAB III: Gambaran Umum Lembaga Bimbingan Al-Utsmani, deskripsi
tentang lembaga Al-Utsmani yang meliputi: Profil Lembaga
Bimbingan Al-Utsmani, visi dan misi Lembaga Al-Utsmani,
struktur organisasi Lembaga Al-Utsmani, dan daftar peserta tahsin
online 2017.
BAB IV: Analisis dan Temuan, menyajikan hasil temuan mengenai analisis
user dalam menggunakan aplikasi skype dan efektivitas user
menggunakan aplikasi skype dalam tahsinul Qur’an pada lembaga
bimbingan Al-Utsmani.
BAB V: Penutup, memuat kesimpulan dan saran, yang diharapkan dapat
menjadi sumbangan pemikiran yang positif yang berguna pada
umumnya bagi pembaca, Lembaga Bimbingan Al-Utsmani, dan
yang khususnya bagi mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam.
17
BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Teori Komunikasi Menurut Shannon dan Weaver
Pada tahun 1949, Shannon dan Weaver di dalam buku The
Mathematical Theory of Communication menulis tentang model awal
komunikasi. Model matematika ini santa berpengaruh terhadap model-model
dan teori komunikasi berikutnya.
Shannon dan Weaver juga menekankan bahwa setiap informasi yang
disajikan (message) merupakan proses komunikasi. Informasi yang
disampaikan memiliki tujuan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap,
dan perilaku individu serta khalayak.
Model Shannon dan Weaver ini banyak diterapkan dalam konteks
komunikasi antarpribadi, komunikasi publik atau komunikasi massa.1
Message Signal Receiver Message
Signal
Elemen pertama dalam proses ini adalah sumber informasi
menghasilkan sebuah pesan atau rangkaian pesan untuk dikomunikasikan.
Dalam tahap berikutnya, pesan ini dibentuk menjadi sinyal-sinyal oleh sebuah
alat pemancar. Sinyal-sinyal ini harus disesuaikan dengan saluran yang
1
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2004), h.
15-16.
Destination Information
Source
Transmitter
Encoder
Channel Receiver
Decoder
Noise
Source
18
menuju alat penerima. Alat penerima mengubah kembali sinyal menjadi
pesan. Pesan yang diterima ini kemudian mencapai tujuan. Sinyal ini dapat
berubah karena adanya noise (gangguan) yang dapat terjadi. Hal tersebut
mengakibatkan pesan yang dihasilkan sumber dengan pesan yang telah diubah
bentuknya oleh alat penerima dan dengan pesan yang telah mencapai tujuan,
berbeda artinya.2
Ada empat jenis gangguan. Pertama, gangguan semantik (semantic
noise) berhubungan dengan slang, jargon, atau bahasa-bahasa spesialisasi
yang digunakan secara perorangan dan kelompok. Gangguan fisik (eksternal)
berada di luar penerima. Gangguan psikologis (psychological noise) merujuk
pada prasangka, bias, dan kecenderungan yang dimiliki oleh komunikator
terhadap satu sama lain atau terhadap pesan itu sendiri. Terakhir gangguan
fisiologis (physiological noise) adalah gangguan yang bersifat biologis
terhadap proses komunikasi. Gangguan semacam ini akan muncul apabila
pembicara sedang sakit, lelah, atau lapar.3
B. Konseptualisasi Virtual learning
1. Pengertian Virtual learning
Virtual learning terdiri dari dua kata, yakni virtual dan learning.
Virtual menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti (secara)
nyata. Sedangkan learning berasal dari kata bahasa Inggris yang artinya
belajar.
2 Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen (Yogyakarta: Medpress, 2009), h. 61-
62. 3
Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi (Jakarta: Salemba
Humanika, 2008), h. 12.
19
Virtual learning mengacu pada proses pembelajaran yang terjadi di
kelas yang berada dalam cyberspace melalui jaringan Internet.4 Berbagai
istilah digunakan untuk mengemukakan pendapat/gagasan tentang
pembelajaran elektronik, antara lain adalah: onlinelearning, internet-enable
learning, virtual learning, atau web-based learning.5
Virtual learning menurut Rusman dalam bukunya didefinisikan
sebagai sebuah teknologi berbasis web dalam dunia pembelajaran untuk
mendukung proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
semua pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet
dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh orang yang mengikutinya,
maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web.6 Senada
dengan pernyataan Rusman, Empy Effendi juga mengemukakan bahwa e-
learning merupakan semua kegiatan pembelajaran yang menggunakan media
elektronik atau teknologi informasi.7
Menurut Derek Stockley yang dikutip oleh Dewi Salma
mendefinisikan virtual learning sebagai penyampaian program, pembelajaran,
pelatihan, atau pendidikan dengan menggunakan sarana elektronik seperti
komputer atau alat elektronik lain dengan berbagai cara untuk memberikan
pelatihan, pendidikan, atau bahan ajar.8
4
Paulina Pannen, Cakrawala Pendidikan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 39 .
5 Wiwin Hartanto, Penggunaan e-learning Sebagai Media Pembelajaran, Jurnal
Pendidikan Ekonomi, 2016, h. 4.
6 Rusman, Model-model Pembelajar (Depok: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 346.
7 Empy Effendy dan Hartono Zhuang, E-learning Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta:
Andi Publisher, 2005), h. 6.
8 Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan (Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta, 2004), h. 197.
20
Dari beberapa pendapat di atas, maka kesimpulan dari pengertian
virtual learning adalah pembelajaran yang dilakukan dengan perantara media
elektronik komputer dan internet.
2. Karakteristik Virtual Learning
Dewi Salma dalam bukunya mengungkapkan terdapat empat
karakteristik dari virtual learning:
a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana guru dan sesama
siswa atau guru dengan sesama guru dapat berkomunikasi dengan
relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer
networks).
c. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa
kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
d. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan
belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan
dapat dilihat setiap saat di komputer.9
Kesimpulannya, karakterisitik dari virtual learning adalah pemanfaat
teknologi digital komputer dalam memudahkan proses pendidikan yang
bersifat mandiri antara guru dengan siswa di ruang maya.
3. Jenis Virtual learning
9
Dewi Salma Prawiradilaga, Mosaik Teknologi Pendidikan (Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta, 2004), h. 199.
21
Menurut Empy Effendi dalam bukunya membagi atau membedakan
tipe virtual learning dengan menjadi dua jenis, yakni synchronous dan
asynchronous.
a. Syncrhonous Training
Synchronous berarti “pada waktu yang sama”. Jadi, synchronous
training adalah tipe pembelajaran atau pelatihan, dimana proses
pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar
dan murid sedang belajar. Hal tersebut memungkinkannya interaksi
langsung antara guru dan murid, baik melalui internet maupun intranet.
Synchronous training mengharuskan guru dan semua murid
mengakses internet secara bersamaan. Sifatnya mirip kegiatan belajar
mengajar di ruang kelas. Namun, kelasnya bersifat maya (virtual) dan
peserta tersebar di seluruh dunia dan terhubung melalui internet. Oleh
karena itu, synchronous training sering pula dinamakan virtual classroom.
b. Asynchronous Training
Asynchronous berarti “tidak pada waktu yang bersamaan”. Jadi
seseorang dapat mengambil pembelajaran pada waktu yang berbeda
dengan pengajar memberikan bahan ajar.
Pelatihan asynchronous training yang terpimpin, di mana pengajar
memberikan materi pelajaran lewat internet dan peserta pelatihan
mengakses materi pada waktu yang berlainan. Pengajar dapat pula
memberikan tugas atau latihan dan peserta mengumpulkan tugas lewat
22
email. Peserta dapat berdiskusi atau berkomentar dan bertanya melalui
bulletin board.10
Berdasarkan penjelasan mengenai tipe dari virtual learning, dapat
diketahui bahwa virtual learning mempunyai dua jenis tipe, yaitu
synchronous training dan asynchronous training. Di mana proses
pembelajaran synchronous training terjadi pada saat yang sama antara
pendidik dan peserta didik. Hal ini memungkinkan interaksi langsung
secara online. Synchronous training merupakan gambaran dari kelas nyata,
namun bersifat virtual karena antara guru dan murid terhubung melalui
internet. Sedangkan asynchronous training tidak pada saat yang
bersamaan. Peserta didik dapat mengakses bahan ajar yang diberikan oleh
pendidik di waktu berbeda dengan sistem unduh. Dan pengumpulan tugas
dilakukan dengan berkirim email.
C. Konseptualisasi Skype
1. Pengertian Skype
Skype adalah layanan untuk saling berkomunikasi dengan
menggunakan teknologi peer to peer (P2P). Penggunaan teknologi pada skype
ini pertama kali ditemukan oleh Niklas Zennstrom dan Janus Friis.11
Menurut
Gillmor seperti yang dikutip oleh Rulli Nasrullah, kemajuan P2P ini memberi
10
Empy Effendi dan Hartono Zhuang, E-learning Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta:
Andi Publisher, 2005), h. 7-8.
11 Duwi Priyatno, Belajar Mudah Internet; Browsing, Download-Upload, E-Mail,
Chatting, Mailing List, Friendster, Blog, dan Facebook (Yogyakarta: MediaKom, 2009), h. 37.
23
keuntungan dalam berkomunikasi melalui media siber. Selain dengan biaya
murah, P2P memberikan solusi dalam proses penyimpanan file.12
Skype merupakan software aplikasi komunikasi suara berbasis IP
(Internet Protocol) melalui internet antara sesama pengguna skype. pada saat
menggunakan skype, maka pengguna skype yang sedang online akan mencari
pengguna skype lainnya, lalu membangun jaringan. Software ini juga
dilengkapi dengan SkypeOut dan SkypeIn yang memungkinkan pengguna
skype berhubungan dengan pengguna telepon konvensional dan telepon
genggam.
Sejak awal diluncurkan, skype telah mengalami pertumbuhan pesat,
baik dari penggunaanya yang populer maupun pengembangan perangkat
lunaknya. Jasa yang ditawarkan pun menjadi beragam mulai dari penggunaan
gratis maupun premium (berbayar). Hanya dalam beberapa tahun saja, pada
bulan April 2006 skype memiliki 100 juta pengguna. 13
Skype juga memiliki beberapa fitur tambahan selain komunikasi suara,
seperti Instant Messaging, transfer file, SMS, video conference, dan
kemampuannya untuk digunakan di balik firewall. Skype memiliki berbagai
versi untuk macam-macam sistem operasi. Versi yang memiliki fitur paling
lengkap adalah untuk sistem operasi Windows (2000, XP, Mobile, dan Vista).
12
Rulli Nasrullah,Teori dan Riset Media Siber Cybermedia (Jakarta: Kencana, 2014), h.
34. 13
Rudi Haryanto, Cerdas Jelajah Internet (Jakarta: Kriya Pustaka, 2009), h. 32.
24
Di Windows, skype bahkan bisa dijalankan dari USB flash disk tanpa meminta
instalasi ke komputer.14
2. Kelebihan Skype
a. Komunikasi global dan lokal yang lebih ekonomis melalui suara atau
konferensi video.
b. Penggunaannya yang mudah. Untuk pengguna yang telah biasa
menggunakan penerima-penerima pesan instan internet, perangkat
lunak Skype akan dirasakan mudah. Pengguna hanya diharuskan
untuk memiliki komputer dengan spesifikasi teknis tertentu, headset
(yang memiliki mike dan speaker), serta sambungan internet.
c. Kualitas suara yang lebih baik dibandingkan VoIP pendahulunya.
d. Kegunaan dasar pembicaraan telepon melalui komputer di mana pun
pengguna berada (dengan koneksi internet) secara gratis.
Dalam hal kualitas suara yang lebih baik, tim kerja Skype telah berhasil
mengontrol sumberdaya yang tersedia pada jaringan. Oleh karena itu, kualitas
pada jaringan Skype melebihi tingkat POTS (Plain Old Telephony System:
Sistem Telepon Tua Biasa) tanpa menggunakan pemusatan sumberdaya yang
mahal. Dengan menyederhanakan perangkat lunaknya, sistem ini
memungkinkan pengaplikasian yang mudah oleh siapapun.
Dengan perangkat yang mudah digunakan dan bukan mempersulit
pengguna, Skype dibuat sesederhana mungkin. Perangkat lunak ini dapat
14 Ali Zaki, Berkomunikasi Murah via Internet (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2008), h. 85.
25
bekerja dengan baik dengan sistem operasi komupter saku (pocket PC),
Windows 2000, XP, Pocket PC, Mac OS X, dan Linux.15
3. Kekurangan Skype
a. Penipuan. Layaknya seluruh hubungan yang dilakukan melalui
internet, skype juga memiliki masalah yang sama dengan registrasi
identitas penggunanya. Registrasi dapat dilakukan tanpa menyerahkan
identitas diri yang sah sehingga sebagai pengguna kita dapat memilih
untuk tidak menggunakan nama asli dan pihak yang sama kita berisiko
untuk berkenalan dengan orang tanpa tahu identitasnya. Hal ini rentan
terhadap penipuan dan kejahatan-kejahatan lainnya.
b. Kapasitas yang besar. Skype memakan 23 MB kapasitas harddisk
lainnya seperti Yahoo Messenger yang memakan kapasitas lebih kecil
sekitar 10-15 MB.
c. Terhalang oleh waktu dan kesediaan orang yang memanggil dan yang
dipanggil. Pengguna skype dengan metode suara harus dilakukan
dengan rencana sebelumnya seperti membuat janjii dengan orang yang
dituju.
d. Kualitas suara tidak sejernih Telkom. Ini merupakan efek dari
kompresi suara dengan bandwitch kecil sehingga akan ada penurunan
kualitas suara dibandingkan jaringan PSTN konvensional. Namun,
jika koneksi internet yang digunakan adalah koneksi internet pita-
lebar (broadband), seperti Telkom Speedy, maka kualitas suara akan
15
Rudi Haryanto, Cerdas Jelajah Internet, h. 32
26
jernih, bahkan lebih jernih dari sambungan Telkom dan tidak terputus-
putus.
e. Ada jeda dalam berkomunikasi. Proses perubahan data menjadi suara,
jeda jaringan, membuat adanya jeda dalam komunikasi dengan
menggunakan VoIP. Kecuali jika menggunakan koneksi Broadband.
f. Regulasi dari pemerintah RI membatasi penggunaan untuk disambung
ke jaringan milik Telkom.
g. Jika belum terhubung secara 24 jam ke internet, perlu janji untuk
saling berhubungan.
h. Peralatan VoIP yang menghubungkan antara VoIP dengan PABX (IP
telephony gateway) relatif mahal. Diharapkan dengan makin
populernya VoIP ini maka harga peralatan tersebut semakin turun.
i. Penggabungan jaringan tanpa dikoordinasikan dengan baik akan
menimbulkan kekacauan dalam sistem penomoran. 16
Sebelum melakukan instalasi skype ke PC, beberapa persyaratan harus
dipenuhi terlebih dahulu sebagai berikut.
a. Sepesifikasi PC minimum Pentium III dengan kecepatan 400 MHz
processor, 128 MB RAM.
b. Operating system (OS) yang digunakan bisa menggunakan Windows,
Linux, atau Mac Apple.
c. Koneksi internet minimal 56 Kbps.
16
Rudi Haryanto, Cerdas Jelajah Internet, h. 33.
27
PC dilengkapi headset (speaker dan mikrofon) untuk komunikasi suara
(audio call). Jika menginginkan komunikasi visual atau video call, perlu
melengkapi PC dengan sebuah webcam.17
D. Konseptualisasi Tahsinul Qur’an
1. Pengertian Tahsinul Qur‟an
Tahsinul Qur‟an merupakan bentuk mashdar dari kata tahsin al-
Qur‟an. Tahsin al-Qur‟an terbagi menjadi dua kata, yakni tahsin dan al-
Qur‟an. Tahsin ( yang artinya (حسن - ي حسن - تحسينا) berasal dari kata (تحسين
memperbaiki, membaguskan, menghiasi, mempercantik, membuat lebih baik
dari semula.18
Sedangkan secara terminologi, tahsin didefinisikan sebagai
kegiatan atau metode untuk menyempunakan pengucapan huruf-huruf al-
Qur‟an sebaik-baiknya mulai dari pengucapan huruf serta kebenaran tajwid-
tajwid dan kaidah-kaidah.19
Sedangkan pengertian al-Qur‟an menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara malaikat Jibril untuk
dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi
umat manusia.20
17
Ahmad Yani, VoIP Nelpon Murah Pake Internet (Jakarta: Kawan Pustaka 2007), h. 33-
34. 18
Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Pembahasan Ilmu Tajwid
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), h. 3. 19
Tahsin al-Qur‟an: Pengertian, Dasar dan Urgensinya,
https://ujememory.blogspot.com/2016/05/tahsin-al-quran-pengertian-dasar-dan.html, diakses pada
8 desember 2017. 20
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 33.
28
Para ahli ilmu-ilmu al-Qur‟an pada umumnya berasumsi bahwa kata
Qur‟an diambil dari kata qara’a – yaqra’u-qira’atan-wa-qur’anan yang
secara harfiah berarti bacaan. 21
Dalam bukunya Abd Rozak dan Aminuddin, Muhammad Ali Al-
Shabuni mendifinisikan al-Quran sebagai Kalam Allah yang (memiliki)
mukjizat, diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, dengan melalui
perantaraa mailaikat Jibril AS, ditulis dalam berbagai mushaf, dinukilkan
kepada kita dengan cara tawatur (mutawatir), yang dianggap ibadah dengan
membacanya dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat Al-
Nas.22
Kesimpulannya, tahsinul Qur‟an merupakan metode atau cara
mengucapkan huruf al-Qur‟an melalui rongga mulut secara tepat sesuai
dengan makharijul huruf dan hukum tajwid yang semestinya.
2. Tujuan Tahsinul Qur‟an
Agar program tahsin nampak berhasil dan mencapai target, maka perlu
dipahami target atau sasaran tahsin yang harus dicapai adalah:
a. Terciptanya kemampuan melafalkan huruf-huruf dengan baik dan
benar, sesuai dengan makhraj dan sifatnya.
b. Terciptanya kemampuan membaca ayat-ayat al-Qur‟an sesuai dengan
hukum-hukum tajwid.
21
Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Pembahasan Ilmu Tajwid, h.
20. 22
Abd. Rozak dan Aminuddin, Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2010), h. 4.
29
c. Terciptanya kemampuan membaca ayat-ayat Al-Qur‟an dengan
lancar, dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah tajwid, sehingga
mampu melaksanakan anjuran Rasulullah membaca 30 juz dalam
waktu sebulan.
d. Terciptanya kemampuan menghafal, minimal 1 juz dengan melafalkan
yang baik dan benar.
e. Terciptanya kemampuan menguasai kaidah-kaidah ilmu tajwid,
karena bagi pembaca al-Qur‟an (Qari) yang memahami dan
menguasai kaidah-kaidah tajwid, kecil kemungkinannya melakukan
kesalahan saat membaca Al-Qur‟an, di sisi lain ia juga mampu
mengajarkan kepada keluarga dan masyarakat. 23
Kesimpulan dari tujuan kegiatan tahsinul Qur‟an adalah agar pembaca
mampu membaca al-Qur‟an secara fasih dengan memperhatikan makhraj dan
tajwid yang benar, sehingga dapat memelihara lafazh dari kesalahan pada saat
membaca al-Quran.
3. Pengertian Makharijul Huruf
Adapun pengertian makharijul huruf menurut bahasa dan menurut
istilah. Secara bahasa, makharijul huruf berasal dari kata makharij (رج (مخا
yakni jamak dari kata makhraj (مخرج) yang artinya tempat keluarnya sesuatu.
Sedangkan menurut istilah, makharijul huruf adalah tempat keluarnya huruf
yang padanya berhenti suara dari sebuah lafazh (pengucapan) yang dengannya
23
Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Pembahasan Ilmu Tajwid, h. 6.
30
dibedakan suatu huruf dengan huruf lainnya. Yang dimaksud huruf disini
adalah huruf-huruf hijaiyyah.
Untuk mengetahui makharijul huruf ada dua cara, yaitu taskinul harf
dan tasydidul harf. Taskinul harf (mentasydidkan huruf) kemudian
memasukkan huruf yang berharkat sebelumnya. Sedangkan tashdidul harf
(mentasydidkan huruf) kemudian memasukkan huruf yang berharkat
sebelumnya.24
Di samping itu, pentingnya mempelajari makharijul huruf diantaranya:
a. Menjaga Kitabullah dari pengaruh lahjah (dialek) yang sangat
berpengaruh pada perubahan bahasa Arab yang menjadi bahasa al-
Qur‟an.
b. Menjaga Kitabullah dari lahn dan tahrif yang menyebablan perubahan
makna dan kerusakan pada makna (fungsi) sebuah kata.
c. Mengenal huruf-huruf mutajanis, mutaqarrib, dan mutaba’id guna
mengetahui sebab ada atau tidak adanya idgham.
Mempelajari makharijul huruf dan sifat-sifatnya merupakan inti
bahasan (tajwid) yang utama bagi setiap qari al-Qur‟an.
4. Macam-macam Tajwid
Secara bahasa, kata tajwid merupakan bentuk mashdar dari kata
jawwada yang berarti memperbaiki/memperindah (at tahsin).25
Sedangkan
24
Abu Ya‟la Kurnaedi, Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i,
2003), h. 114.
25
Ingrid Mattson, Ulumul Qur’an Zaman Kita (Jakarta: Zaman, 2013), h. 182
31
menurut istilah, tajwid adalah mengucapkan setiap huruf dari tempat
keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq dari sifat-sifatnya.26
Secara umum nun mati dan tanwin mempunyai empat hukum bacaan
yaitu izhar, idgham, iqlab, dan ikhfa. Namun secara lebih rinci, hukum
bacaannya dibagi menjadi lima yakni izhar halqi, idgam bigunnah, idhgam
bilagunnah, iqlab, dan ikhfa haqiqi.27
a. Izhar
Secara bahasa izhar artinya terang dan jelas dan halqi berarti
tenggorokan. Sedangkan menurut tajwid adalah pembacaan nun mati atau
tanwin sesuai dengan makhrajnya tanpa dighunnahkan (dengung) apabila
bertemu denga salah satu huruf halqiyah (tenggorokan), diantaranya:
غ-ع-خ-ح-ه-ء .
b. Idgham
Secara bahasa idgham berarti memasukkan atau men-tasydid-kan,
sedangkan menurut istilah idhom adalah membaca dua huruf jadi satu
karena huruf yang pertama dimasukkan pada huruf yang kedua, sehingga
seperti tasydid. Idgham terbagi menjadi dua macam, yaitu idgham
bigunnah dan idgham bilagunnah.
26 Ad Dani, at Tahdid fil Itqan wa at Tajwid (Oman: Dar „Ammar, 2000), h. 68.
27
Lembaga Bahasa dan Budaya Institut Agama IslamNegeri (IAIN) Mataram, Dirasah
Al-Qur’an Dasar-dasar Pengajaran Tajwid Al-Qur’an (Mataram Laboratorium Al-Qur‟an, 2013),
h. 35.
32
Idgham bigunnah yaitu apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan
salah satu dari huruf: و-م-ن-ي . Sedangkan idgham bilagunnah yaitu
apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf: ر-ل .28
c. Iqlab
Iqlab secara bahasa artinya merubah. Sedangkan menurut istilah
adalah pengucapan nun mati atau tanwin yang bertemu dengan huruf ب
yang berubah menjadi mim dan disertai dengan ghunnah.
d. Ikhfa
Ikhfa secara bahasa artinya menutupi. Sedangkan yang dimaksud di
sini adalah pengucapan nun mati atau tanwin ketika bertemu dengan huruf-
huruf ikha:
ف-ط-ك-ظ-ق-ض-ص-ش-س-ز-ج-ذ-د-ث-ت .29
E. Teori Fenomenologi
Fenomenologi terbentuk dari kata fenomenon dan logos, fenomenon
berarti sesuatu yang menggejala, yang menampakkan diri, sedangkan istilah
logos berarti ilmu. Jadi, fenomenologi berarti ilmu tentang fenomena atau
pembahasan tentang sesuatu yang menampakkan diri. Dengan demikian,
semua wilayah fenomena (realitas) yang menampakkan diri (manusia, gejala
sosial-budaya atau objek-objek lain) dapat dikatakan sebagai objek kajian
fenomenologi. Fenomena adalah fakta yang disadari dan masuk ke dalam
pemahaman manusia.
28 Abdul Aziz Abdur Rauf, Pedoman Dauroh Al-Qur’an (Kenanga: Markaz Al-Qur‟an,
20113), h. 35.
29
Abdul Aziz Abdur Rauf, Pedoman Dauroh Al-Qur’an, h. 66.
33
Fenomenologi adalah cara berpikir (metode) yang dikemukakan oleh
Husserl pada awal abad ke-20. Fenomenologi bagi Husserl adalah gabungan
antara psikologi dan logika. Fenomenologi membangun penjelasan dan
analisis psikologi tentang tipe-tipe aktivitas mental subjektif, pengalaman, dan
tindakan sadar. Saat ini, fenomenologi dikenal sebagai suatu disiplin ilmu
yang kompleks, karena memiliki metode dan dasar filsafat yang komprehensif
dan mandiri. 30
Sebagai metode penelitian, fenomenologi sering dikenal sebagai
metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Sesuai dengan
asumsi ontologis yang ada dalam paradigma kontruktivisme, peneliti
menggunakan metode ini yang akan memperlakukan realitas sebagai kontruksi
sosial kebenaran. Secara epistemologi yakni terdapat interaksi antara peneliti
dan subjek yang diteliti.
30 Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kotemporer (Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada, 2014) , h. 205-206.
34
BAB III
GAMBARAN UMUM
LEMBAGA BIMBINGAN AL-UTSMANI
A. Profil Lembaga Bimbinga Al-Utsmani
Pesantren Tahfidz al-Qur’an Al-Utsmani mulai didirikan pada 1415
H bertepatan dengan 1995 M. Lebih dari 20 tahun Pesantren Tahfidz Al-
Qur’an mendedikasikan diri dalam dunia pembelajaran tajwid al-Qur’an.
Rentang waktu yang panjang itu bermakna lebih dari sekedar pengalaman
berharga melayani muslimin diberbagai wilayah yang mampu dijangkau
tapi juga bermakna anugrah dan kesempatan yang Allah SWT berikan
kepada Pesantren Tahfidz al-Qur’an Al-Utsmani untuk senantiasa
istiqomah berkhidmat kepada ummat. 1
Seiring dengan berjalannya waktu, Pesantren Tahfidz al-Qur’an Al-
Utsmani berubah nama menjadi Lembaga Bimbingan al-Qur’an Al-
Utsmani. Hal ini sejalan dengan program-program yang ditawarkan di
lembaga ini menjadi lebih bervariasi, yakni sebanyak 12 program:
1. Bimbingan Dalam Lembaga (BADAL)
2. Bimbingan Luar Lembaga (BILAL)
3. Bimbingn Tahfizh Qur’an Anak dan Remaja (BIHAR)
4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
5. Pendidikan Da’i Hafizh Qur’an (PDHQ) khusus Ikhwan
6. Tahsin Online
7. Pelatihan Guru al-Qur’an
8. Sertifikasi Guru al-Qur’an
1 Brosur Profile Lembaga Bimbingan Al-Qur’an Al-Utsmani Juli 2017.
35
9. Sertifikasi Imam Mesjid dan Mushollah
10. Tilawah Check Up
11. Hifzh Check Up
12. Wakaf, Infak dan Sodaqoh2
Jenjang pendidikan yang ditawarkan terbagi menjadi enam bagian.
Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan dari masing-masing
peserta yang tergabung ke dalam program sehingga metode yang
dilakukan pun berbeda-beda, disesuaikan dengan hasil tes bacaan. Jenjang
tersebut diantaranya:
1. Kelompok i’dad, i’dad merupakan kelompok pertama untuk kategori
bagi yang belum mengenal huruf al-Qur’an atau dalam arti baru
belajar.
2. Kelompok level I, level I merupakan kelompok untuk kategori peserta
yang sudah mengenal huruf al-Qur’an namun masih sering terjadi
kesalahan yang mendasar terutama yang terkait dengan baris, huruf
atau panjang pendeknya.
3. Kelompok level II dan III, kelompok ini kategori peserta yang sudah
lancar membaca al-Qur’an namun belum menguasai kaidah tajwid
secara praktek seperti tempat keluar dan sifat huruf, ghunnah, bacaan
khusus (gharib), bacaan di luar kaidah dan sebagainya.
4. Kelompok level IV dan V, kelompok ini kategori peserta yang sudah
lancar membaca al-Qur’an namun belum menguasai kaidah tajwid
2 http://www.al-utsmani.com/ diakses pada 29 desember 2017.
36
secara teori seperti tempat keluar dan sifat huruf, ghunnah, bacaan
khusus (gharib), bacaan di luar kaidah dan sebagainya.
5. Kelompok Talaqqi, Talaqqi merupakan kelompok peserta yang sudah
bagus bacaan al-Qur’annya dan ingin memperdalam pengetahuan
tajwid serta mempersiapkan diri untuk menghafal.
6. Kelompok Tahfizh, Tahfizh merupakan kelmpok paling tinggi bagi
peserta yang ingin menghafal seluruh atau sebagian al-Qur’an.3
Lembaga bimbingan Al-Utsmani saat ini tersebar di lima cabang:
1. LBQ Al-Utsmani Condet
Jl. Munggang No. 6, Condet Balekambang, Kramatjati
Jakarta Timur, Telp. (021) 8011061, 8094741
2. LBQ Al-Utsmani Dukuh
Jl. Dukuh V Dukuh, Kramatjati
Jakarta Timur, Telp. (021) 8401104
3. LBQ Al-Utsmani Bekasi
Komplek Bulog, Jl. Yanatera V No. 1 Pondok Melati
Bekasi, Telp. 085286821400
4. LBQ Al-Utsmani Bogor
Jl. Sinang Berang RT. 04 RW. 06, Desa Pasir Eurih
Kec. Tamansari, Kab. Bogor, Telp. 082111828311
5. LBQ Al-Utsmani Pinang Ranti
Jl. Pinang Ranti Timur, No. 60 RT. 18 RW. 01
Pinang Ranti, Makasar, Jakarta Timur, Telp. 0857109191924
Jumlah peserta didik terus bertambah setiap tahunnya, dan sudah
banyak alumni yang menghafal Al-Qur’an serta mengajar di berbagai
lembaga seluruh Indonesia. Lembaga Bimbingan Al-Utsmani memiliki
3 Brosur Profile Lembaga Bimbingan Al-Qur’an Al-Utsmani Juli 2017.
4 Brosur Profile Lembaga Bimbingan Al-Qur’an Al-Utsmani Juli 2017.
37
jumlah peserta didik sebanyak 3. 136 orang dan alumni sebanyak 3. 215
orang.
Lembaga Bimbingan Al-Utsmani memiliki harapan yang besar
kepada seluruh alumninya untuk mampu mengamalkan ilmu-ilmunya di
masyarakat pada umumnya, agar kaum muslimin rutin membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar, bersemangat menghafal sebagian atau
seluruhnya, istiqomah mengamalkan isinya, mendakwahkannya, dan
seterusnya, sehingga lebih bahagia di dunia dan di akhirat. Lembaga
Bimbingan Al-Utsmani terus berusaha semaksimal mungkin untuk
mendidik pesertanya agar memperoleh hasil yang maksimal.5
B. Visi dan Misi Lembaga Al-Utsmani
Visi:
Menjadi Pusat Studi Ilmu Al-Qur’an di Indonesia.
Misi:
1) Menyadarkan masyarakat akan pentingnta mempelajari, membaca,
menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an.
2) Menghadirkan guru penghafal Al-Qur’an yang mempunyai
komitmen kuat dalam mengajarkannya.
3) Memasyarakatkan Rosm (tulisan) Utsmani.6
5 Brosur Profile Lembaga Bimbingan Al-Qur’an Al-Utsmani Juli 2017.
6 Brosur Profile Lembaga Bimbingan Al-Qur’an Al-Utsmani Juli 2017.
38
C. Struktur Keorganisasian Lembaga Bimbingan Al-Utsmani 2017/2018
Tabel 1.1
Struktur keanggotaan Lembaga Bimbingan Al-Utsmani\
Pengurus Yayasan : Efendi Anwar, Lc
Pengawas Yayasan : M. Zainal Hasyim, S.Pd.I
Pembina Yayasan : Tanti Dasiva
Tri Mulyani
Fadhilah
Sekretaris : Sugiono, S.Pd
Bendahara : Hanom Supriyadi, S.T
HRD : Chris Januardi, S.H
Unit Penghimpunan : David Apriyanto, S.E
Unit Perlatihan : Aris Munandar, S.Pd
Unit Dakwah : Ir. Ratu Gumi
Kanady
Pimpinan Cabang
LBQ Al-Utsmani Pusat : Chris Januardi, S.H
LBQ Al-Utsmani Condet : M. Iqbal, S.Sos.I
LBQ Al-Utsmani Dukuh : Elok Etika Lestari, S.T
LBQ Al-Utsmani Bekasi :Abdul Qadir, S.Pd.I
LBQ Al-Utsmani Bogor : Abdul jalil, S.Pd.I
LBQ Al-Utsmani Pinang Ranti : Nurjaya, S.Pd.I7
7 Brosur Profile Lembaga Bimbingan Al-Qur’an Al-Utsmani Juli 2017.
39
D. Daftar Peserta Bimbingan Online 2017/2018
NAMA PESERTA ASAL PESERTA WAKTU
BIMBINGAN
PEMBIMBING
Diah Bekasi Minggu,
08:00 WIB Ibu Teti
Sri Lampung Disesuaikan
peserta Ibu Teti
Tati Tangerang Jum’at,
08:00 WIB Ibu Ummu
Leli Tangerang Jum’at,
08:00 WIB Ibu Ummu
Ufiel Cilacap Jum’at,
08:00 WIB Ibu Ummu
Nurul Solo Jum’at,
08:00 WIB Ibu Ummu
Nida Jambi Senin,
08:00 WIB Ibu Tina
Baitul Qur’an Al-Jahro Magetan Senin dan selasa,
13.30 WIB Ibu Tina
Badan Pusat Statistik Sulawesi Sabtu,
10:00 WITA
Ibu Umayah dan
Ibu Fatimah
Zahira Australia Rabu,
16:00 GMT+11 Ibu Listy
Fahima Jepang Jum’at,
19.00 GMT+9 Ibu Mukhlishoh
Tatia Inggris Selasa,
16:00 GMT Ibu Mukhlishoh
Rahmania Jerman Minggu,
08:00 GMT+1 Ibu Hikmah
Hana London Senin,
20.00 GMT+8 Ibu Pany
Dengan demikian, jumlah peserta keseluruhan yang aktif saat ini
tercatat sebanyak 32 orang yang didominasi oleh peserta perempuan
(akhwat). Sedikitnya satu orang dan paling banyak sepuluh orang
(perkelompok). Peserta yang berkelompok diantaranya Siswa Ltq
Ibadurrahman, Baitul Qur’an Al-Jahro dan Badan Pusat Statistik. Di tiap
40
kelompok terdiri dari empat sampai sepuluh anggota.8 Sedangkan
pembimbing yang bertanggung jawab untuk memberikan materi tahsin al-
Qur’an berjumlah sembilan orang.
8 Data peserta tahsin online LBQ Al-Utsmani tahun 2017.
41
BAB IV
ANALISIS DAN TEMUAN
A. Analisis User dalam Menggunakan Aplikasi Skype
Virtual learning dalam tahsinul Qur’an ini bersifat synchronous.
Artinya, proses interaksi antar user bersifat secara langsung layaknya
berbicara secara tatap muka. Sebab, pembalajaran tahsin online ini terfokus
pada pemanfaatan dari fasilitas video call.
Masyarakat yang ingin mengikuti program tahsin online harus
mempunyai perangkat komunikasi berupa smartphone atau komputer. Karena
kedua media tersebut merupakan unsur penting dalam aktifitas virtual
learning. Disamping media elektronik, koneksi internet juga sangat berperan
penting. Dengan adanya perangkat elektronik dan koneksi internet yang
memadai, maka virtual learning akan berjalan sebagaimana mestinya.
Mula-mula user harus men-download terlebih dahulu aplikasi skype
dengan mengetik www.skype.com pada browser internet yang tersedia. Disini
user menggunakan perangkat laptop dalam pengoprasiannya dan
menggunakan Mozilla Firefox sebagai perangkat lunaknya.
42
Setelah tampilan homepage beralih ke halaman situs resmi skype, user meng-
klik ikon yang bertuliskan Download Skype sebagaimana tampak pada gambar
yang diberi lingkar merah.
Tunggu beberapa saat hingga proses download selesai. Kecepatan waktu yang
dibutuhkan tergantung dengan kecepatan koneksi internet yang digunakan.
Aplikasi skype berkapasitas 23MB. Hal ini merupakan kelemahan dari aplikasi
skype itu sendiri, sebab skype membutuhkan kapasitas yang besar
dibandingkan aplikasi pesan instan lainnya seperti yahoo messenger dan
fecebook messenger.
Apabila proses download sudah terselesaikan, maka akan muncul
peringatan keamanan seperti gambar berikut.
43
Sehingga user dapat mengarahkan kursor pada ikon run untuk di klik. Setelah
di klik, user akan melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu proses install.
Setelah user meng-klik ikon install, file akan meng-ekstrak secara otomatis
dan user menunggu beberapa detik hingga file benar-benar ter-install
sempurna.
44
Setelah proses install selesai dilakukan, aplikasi skype siap dijalankan. Dan
secara otomatis aplikasi ini muncul pada layar desktop dalam bentuk shortcut.
User dapat membuka aplikasi skype pada desktop dengan melakukan double
klik atau klik dua kali untuk menjalankannya.
45
Sebelum user dapat mengirim dan menerima pesan dengan aplikasi
skype, user harus mempunyai akun skype terlebih dahulu. User akan membuat
akun skype baru dengan memilih opsi Create Account. Kemudian muncul
tampilan seperti di bawah ini.
Perlu diketahui, untuk membuat akun skype ini user harus memiliki nomor
handphone aktif guna mengirimkan kode verifikasi. User akan diberikan
pilihan ingin membuat akun dengan menggunakan alamat email atau nomor
handphone. Pertama-tama penulis akan mendeskripsikan langkah-langkah
pembuatan akun skype melalui nomor handphone.
1. Langkah pertama, user mengarahkan kursor pada ikon “Use a phone
number instead” untuk di klik.
46
2. Selanjutnya user mencantumkan nomer handphone aktif untuk
mendapatkan kode keamanan akun skype. Nomor handphone yang
sudah didaftarkan hanya berlaku untuk satu akun skype. Perlu diingat,
pengguna harus memastikan region yang digunakan adalah Indonesia
(+62) agar nomer telepon yang dicantumkan valid dengan kode negara
yang digunakan di Indonesia.
Setelah user mencantumkan nomor handphone, langkah selanjutnya
adalah pilih next.
3. Setelah itu, user akan mendapat kode yang berisi empat digit angka
melalui SMS di perangkat handphonenya. Kemudian user
memasukkan kode tersebut ke dalam kolom yang tersedia.
47
Pilih next.
4. Langkah berikutnya adalah pengelolaan akun. User dapat memilih
tema tampilan chatting yang disukai dengan meng-klik panah kanan
atau kiri.
Setelah tampilan tema sudah ditentukan, user mengarahkan kursor
menuju tanda panah berwarna biru untuk melanjutkan langkah
berikutnya.
48
5. Selain memilih tema, user juga bisa meng-upload gambar profil
dengan cara meng-klik lingkaran berwarna abu-abu pada bagian
tengah, atau juga bisa dengan cara men-drag foto kemudian drop pada
bagian tengah lingkaran.
6. User perlu mengatur seberapa keras nada dering dan nada suara yang
dihasilkan melalui perangkat speaker. Untuk mengantisipasi terjadinya
pecah suara, disarankan untuk mengatur speaker di posisi angka lima.
49
7. Langkah terakhir adalah mengecek ketersediaan webcam atau kamera
web agar user dapat berkomunikasi melalui video call satu sama lain.
8. Subjek sudah dapat menggunakan media skype untuk mengirim dan
menerima pesan melalui pesan teks, pesan suara, maupun pesan video
apabila muncul gambar seperti ini.
50
Selanjutnya penulis akan mendeskripsikan langkah-langkah pembuatan
akun skype melalui alamat email.
1. Langkah pertama, user mengarahkan kursor pada ikon “Use your
email instead” apabila telah meng-klik Create Account pada halaman
sebelumnya.
2. User mencantumkan alamat email. Kali ini user menggunakan layanan
surel yang dimiliki oleh Google yakni Gmail.
Pilih next.
51
3. User memasukkan password yang serupa dengan password Gmail. Hal
ini dilakukan agar memudahkan apabila dalam mengingat dan
menghindari terjadinya lupa password karena memiliki banyak akun.
Hendaknya password menggunakan huruf abjad yang dibarengi
dengan angka.
Pilih next.
4. Masukkan nama depan user pada kolom pertama dan nama akhir user
pada kolom kedua. Nama yang digunakan sebaiknya nama asli.
52
5. Langkah selanjutnya user melakukan Log In pada Gmail. Setelah
masuk ke halaman email, user membuka kotak masuk atau inbox yang
dikirim oleh Microsoft Account Team dengan berisi empat digit angka
security code.
6. User mencantumkan empat digit tersebut pada kolom Microsoft agar
akun skype terverifikasi.
Pilih next.
53
7. User melakukan verifikasi dengan nomor ponsel. Setelah user
mencantumkan nomor handphone aktif, klik send code untuk
mendapatkan security code yang kedua melalui handphone.
8. Tunggu beberapa saat hingga user mendapat kode yang berisi empat
digit angka melalui SMS pada ponsel yang dikirim oleh bot. Kemudian
user memasukkan kode tersebut ke dalam kolom.
54
Pilih next.
9. Sama seperti langkah yang dijabarkan oleh penulis sebelumnya,
apabila user telah melalui tahap verifikasi, user dapat memilih tema,
meng-upload foto profil, mengatur nada dering, dan memeriksa
ketersediaan webcam sehingga user dapat menggunakan aplikasi skype
apabila muncul halaman seperti ini.
55
Penggunaan skype harus selalu terhubung dengan koneksi internet agar
dapat saling berkirim pesan. Untuk bisa melangsungkan komunikasi di ruang
virtual, mula-mula user melakukan tambah teman terlebih dahulu. Pencarian
orang melalui skype bisa dilakukan dengan berdasarkan nomor kontak yang
tersimpan pada buku telepon, nama panjang, alamat email, atau nama akun
skype dari orang yang ingin user tambahkan.
Kali ini user akan menambahkan pembimbing ke dalam kontak skype
miliknya supaya pembelajaran tahsin online dapat segera berlangsung. User
melakukan pencarian dengan cara mengetik nama panjang dari pembimbing
pada kolom search skype.
Namun, ketika melakukan proses pencarian ternyata ada satu akun skype lain
yang menggunakan nama serupa dengan nama pembimbing. Selain itu, kedua
akun juga sama-sama tidak menggunakan foto profil. Sehingga user
mengalami kebingungan dan khawatir menambahkan orang yang salah.
56
Kelebihan dari skype ini memiliki fitur share profile. User
menyarankan cara lain kepada pembimbing untuk menambahkan kontak
dengan cara share profile melalui pesan whatsapp.
Perlu diketahui, kegunaan dari fitur share profile ini adalah fasilitas
membagikan link kepada sesama pengguna skype untuk memudahkan dalam
menemukan pencarian.
Setelah user membuka link yang dibagikan oleh pembimbing, akan
muncul tampilan seperti ini.
Kemudian pilih open link.
57
Halaman web akan dialihkan menuju aplikasi skype secara otomatis.
Terdapat dua opsi pilihan. Block artinya menolak permintaan
pertemanan dan memblokir akun tersebut, sedangkan accept artinya
menyetujui pertemanan dan memperbolehkan akun tersebut untuk saling
berkirim pesan.
User memilih accept atau menyetujui permintaan pertemanan yang
dikirimkan oleh pembimbing melalui share profile, sehingga muncul tampilan
seperti di bawah ini.
Pengirim dan penerima pesan dapat melihat apakah lawan bicaranya sedang
online atau tidak. Pengguna juga bisa melihat keterangan kapan terakhir kali
lawan bicaranya mengakses aplikasi skype tersebut.
58
Berikut penulis akan mendeskripsikan secara singkat kegunaan dari
aplikasi skype (perhatikan lingkar merah):
1. Berfungsi untuk melakukan panggilan video atau video call antar
pengguna skype.
2. Berfungsi untuk melakukan panggilan suara atau telepon antar
pengguna skype.
59
3. Berfungsi untuk menambahkan anggota lain guna melakukan interaksi
dan berbagi informasi melalu chatting group atau kelompok.
4. Berfungsi untuk mengirimkan pesan teks antar pengguna skype.
60
5. Berfungsi untuk berbagi emoji, file, gambar, dokumen, dan lokasi
antar pengguna skype.
61
Peneliti akan mendeskripsikan bagaimana proses penggunaan skype
ketika pembalajaran tahsin online berlangsung.
1. Mula-mula user menghubungi pembimbing melalui pesan suara.
Apabila skype pembimbing terhubung dengan koneksi internet, maka
keterangan yang muncul pada bagian bawah nama pengguna adalah
ringing.
Ini menandakan panggilan yang dilakukan oleh user membuat
perangkat dari pembimbing berdering atau bergetar. Sehingga perlu
menunggu beberapa saat sampai pembimbing merespon panggilan dari
user. Namun apabila perangkat pembimbing tidak terhubung dengan
koneksi internet, maka keterangan yang muncul adalah connecting
yang artinya menyambungkan seperti nampak pada gambar berikut.
62
Untuk menggunakan aplikasi skype ini antara pembimbing dengan
peserta harus sama-sama terhubung melalui jaringan internet. Hal ini
merupakan salah satu kekurangan skype. Yakni terhalang oleh waktu
dan kesediaan orang yang memanggil dan yang dipanggil. Pengguna
skype dengan metode suara harus dilakukan dengan rencana
sebelumnya seperti membuat janjii dengan orang yang dituju.1
2. Peserta menerima panggilan suara pembimbing.
Dalam praktiknya, pembelajaran tahsin online ini lebih mengutamakan
panggilan video atau video call daripada panggilan suara. Untuk
beralih ke video call, pengguna cukup dengan meng-klik ikon video
agar bisa memperlihatkan wajah satu sama lain.
1 Rudi Haryanto, Cerdas Jelajah Internet (Jakarta: Kriya Pustaka, 2009), h. 33.
63
3. Pembelajaran tahsin berlangsung selama dua jam.
Penilaian user mengenai kemampuan skype dalam memberikan
output yang dihasilkan dinilai cukup baik.
“Kualitas gambar halus dan jelas kalau koneksinya bagus. Suara
juga sama, jernih dan terdengar cukup jelas.”2
2 Wawancara pribadi Ibu Tati, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 5 Oktober 2017.
64
“Bagus bisa denger suara sambil liat muka.”3
User berpendapat kualitas dari gambar dan suara ditentukan oleh
bagus atau tidaknya koneksi internet yang digunakan. Hal ini sejalan
dengan pengamatan peneliti secara langsung di lapangan melalui
observasi. Suara yang dihasilkan dapat di transmisikan secara langsung
layaknya berbicara secara face to face.
4. Setelah aktifitas belajar mengajar tahsinul Qur’an selesai dilakukan,
user dapat mengakhiri panggilan dengan meng-klik ikon seperti ini
.
5. Langkah terakhir, user melakukan sign out pada bar sebelah kiri
dengan meng-klik ikon titik tiga terlebih dahulu.
Setelah itu pilih sign out.
3
Wawancara pribadi Ibu Leli, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 6 Oktober 2017.
65
B. Efektivitas User Aplikasi Skype dalam Tahsinul Qur’an
Kehadiran teknologi komunikasi pada dasarnya memberikan
kemudahan bagi siapa pun yang menggunakannya untuk saling berinteraksi
dan saling terhubung dalam waktu yang bersamaan. Salah satunya yakni
teknologi skype. Komunikasi yang dilakukan oleh user melalui skype dapat
dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan tepat sasaran.
User pertama yang peneliti jadikan sebagai objek adalah Ibu Tati
berumur 45 tahun. Sedangkan user kedua yakni Ibu Leli yang berumur 32
tahun. Saat ini keduanya bertempat tinggal di kelurahan Sukasari, kecamatan
Kota Tangerang, Banten.
Bila dilihat dari umur dan letak geografis dari keduanya, mereka
termasuk ke dalam kategori masyarakat yang melek akan media. Tempat
tinggal mereka yang berada di daerah perkotaan, membawa mereka ke dalam
arus modernisasi. Media sosial sudah dijadikan kebutuhan oleh kedua user
dalam aktifitas berkomunikasi. Aplikasi lainnya seperti whatsapp dan
facebook messenger juga di manfaatkan oleh keduanya.
Latar belakang user mengikuti bimbingan tahsin secara virtual
disebabkan oleh beberapa faktor.
“Menurut Ibu pembelajaran jarak jauh itu dilakukan bagi orang-orang
yang memiliki kesibukan dan keterbatasan dalam hal jarak ya. Seperti
yang dialami Ibu sendiri. Dulu Ibu juga sempet belajar langsung di
Utsmani. Cuma karena kesibukan dan jarak dari rumah Ibu ke Condet
jauh, jadi Ibu ikut tahsin online saja. Belum lagi kalau kena macet di
perjalanan. Ibu juga sibuk mengajar Jamaah di wilayah tangerang sini
dekat rumah Ibu, namanya LTQ Ibadurrahman. Meskipun Ibu
66
disibukkan dengan beragam aktifitas, tapi insha Allah Ibu masih bisa
nyempetin belajar Qur’an lewat online biar makin fasih bacanya.”4
“Sebelumnya saya pernah ikut bimbingan tahsin di Utsmani sama Ibu
Tati. Kurang lebih setahun. Lama kelamaan waktunya itu jadi kurang
efisien soalnya lumayan jauh bolak balik Tangerang Condet. Terus
Ustazah Mukhlisoh nyaranin kita buat ikut program baru lewat tahsin
online.”5
Alasan user mengikuti virtual learning tahsinul Qur’an ini karena
ketidaktersediaannya waktu dan permasalahan jarak yang cukup jauh
membuat user enggan untuk belajar secara langsung di lembaga. Terlebih
kendala macet saat perjalanan yang juga dialami oleh user menjadi hambatan.
Namun demikian, hal tersebut tidak menyurutkan semangat belajarnya. Hal ini
yang melatar belakangi user mengikuti bimbingan tahsin secara online.
Meskipun metode pembelajaran ini dilakukan di ruang maya, tetapi user tetap
berkeinginan untuk lebih meng-optimalkan bacaan al-Qur’annya.
Menurut Widjaja, komunikasi yang efektif terjadi tidak hanya sekedar
saat seseorang telah melekatkan arti tertentu terhadap perilaku orang lain,
tetapi juga pada persepsinya yang sesuai dengan pemberi pesan atau
informasi. Salah satu cara untuk untuk menjamin hal itu adalah dengan
menghindarkan pesan yang tidak jelas/tidak spesifik serta dengan
meningkatkan frekuensi umpan balik (feedback) guna mengurangi tingkat
ketidakpastian dan tanda tanya.6
Adapun komunikasi menurut Shannon dan Weaver dilihat dari lima
komponen yang berkesinambungan agar komunikasi berjalan efektif. Teori ini
4 Wawancara pribadi Ibu Tati, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 5 Oktober 2017.
5 Wawancara pribadi Ibu Leli, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 6 Oktober 2017.
6 H.A.W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000).
67
juga tidak melupakan noise (gangguan) yang ditimbulkan. Fokus utama teori
ini adalah untuk menentukan cara di mana saluran komunikasi dapat
digunakan secara efisien.
1. Information Source/Sumber Informasi
Dalam komunikasi manusia, yang menjadi sumber informasi adalah
otak. Pada otak ini terdapat kemungkinan message atau pesan yang tidak
terbatas jumlahnya. Tugas utama dari otak adalah menghasilkan suatu pesan
yang bersifat verbal berupa kata-kata maupun non verbal.
Bentuk pesan dari virtual learning dalam tahsinul ini bersifat linier
atau satu arah. Seperti pembelajaran pada umumnya, sumber informasi yang
berperan aktif dalam hal ini adalah seorang pembimbing.
2. Transmitter/Encoding
Transmitter yang digunakan adalah tatap muka (face to face) dengan
melalui perantara video call. Pada komunikasi tatap muka, yang menjadi
transmitter adalah organ tubuh pembentuk suara yakni mulut. Sedangkan
video call adalah transmitter yang berperan sebagai alat komunikasi bermedia.
Encoding adalah penyandian pesan. Penyandian pesan diperlukan
untuk mengubah ide dalam otak menjadi sandi atau simbol-simbol berupa
kata-kata verbal maupun nonverbal seperti anggukan kepala. Yang memegang
kendali atas encoding adalah seorang komunikator yakni pembimbing.
“Tiap bimbingan Ibu belajar Talaqqi mbak. Kalau baca Qur’an gitu
kadang kita ga nyadar salah mengucap makharijul huruf meskipun Ibu
ngerti tajwid secara teori. Terus ustazah berhentiin bacaan Ibu kalo
68
ada yang salah. Habis itu dikasi pengertian salahnya dimana,
makhrajnya yang bener gimana, nah baru deh suruh baca ulang
sampai bener. Jadi Ibu bisa tau dan dapet pelajaran dari situ”7
“Pas kita baca al-Qur’an dan murojaah itu diperhatiin banget sama
ustazahnya. Panjang pendeknya diperhatiin, tajwidnya juga supaya
makhrajnya itu sesuai. Ustazahnya ngasih pengertian tentang hukum
tajwid kayak ikhfa nun mati ketemu huruf apa aja terus apa
pengertian idgham dan gimana cara bacanya.”8
Pembimbing bertugas untuk melakukan kontrol dan edukasi kepada
user dalam memberikan ilmu yang berkaitan dengan ilmu tahsin. Encoding
yang diberikan komunikator berupa simbol-simbol verbal yang disampaikan
kepada user berisi pesan-pesan mengenai hukum-hukum tajwid serta
makharijul huruf. Talaqqi yaitu metode menyetorkan atau memperdengarkan
hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau intruktur.9 Dalam praktek
talaqqi, user diberikan kesempatan untuk mengulang hafalan surah tertentu
dengan jumlah halaman yang disesusaikan dengan kemampuannya. Aktifitas
talaqqi tersebut tentu dengan perhatian seorang pembimbing agar senantiasa
kualitas al-Qur’an tetap terjaga. Pembimbing sangat berperan dalam
memberikan pesan yang bersifat informatif, agar user dapat membaca al-
Qur’an sesuai dengan kaidah yang semestinya.
Sebelum pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan,
pesan tersebut dibentuk menjadi sinyal-sinyal oleh sebuah alat pemancar.
3. Channel
7 Wawancara pribadi Ibu Tati, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 5 Oktober 2017.
8 Wawancara pribadi Ibu Leli, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 6 Oktober 2017.
9 Sa’dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’an (Depok: Gema Insani, 2008), h. 54.
69
Channel adalah saluran untuk penyampaian pesan atau biasa disebut
dengan media. Media yang digunakan adalah aplikasi skype. Dalam
praktiknya, pembelajaran tahsin online ini lebih mengutamakan video call
daripada panggilan suara seperti telepon. Karena dalam pembelajaran tahsin,
posisi rongga mulut pada saat pengucapannya harus terlihat oleh komunikan.
Agar komunikan mengetahui bagaimana kejelasan dan ketetapan makhorijul
yang ssuai.
“Lewat skype berguna buat ngunjukin gimana gerak bibirnya, terus
artikulasinya. Karena hukum tajwid itu kan berbeda-beda yah,
penekanannya juga beda-beda. Kalau kita membaca Qur’an dan
makhorijul hurufnya ketuker ya udah pasti salah, maka haram
hukumnya karena mempengaruhi arti makna.10
“Saya lebih seneng pake video si daripada telpon doang biar keliatan
mulut ustazahnya gimana a i u e o nya.”11
Penggunaan video call dalam virtual learning ini merupakan sebuah
keharusan. Sebab tahsin adalah sebuah metode membaguskan bacaan al-
Qur’an dimana makharijul huruf dan tajwid yang terkandung didalam al-
Qur’an harus dilafalkan sebagaimana mestinya. Makharijul yang keliru,
dikhawatirkan akan merubah isi kandungan dari ayat suci al-Qur’an. Agar
tidak terjadi kesalahan pada saat pelafalan, maka perlunya pengawasan dan
kontrol dari pembimbing secara tatap muka dengan perantar video.
4. Receiver/Decoding
Receiver adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
komunikator. Dalam virtual learning tahsinul Qur’an ini yang berperan
10 Wawancara pribadi Ibu Leli, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 6 Oktober 2017.
11 Wawancara pribadi Ibu Tati, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 5 Oktober 2017.
70
sebagai receiver adalah user. User bertugas untuk menafsirkan pesan dan
menterjemahkan pesan menjadi informasi yang berarti baginya. Proses
penafsiran yang dilakukan oleh user disebut dengan decoding. Decoding
adalah konversi data yang telah dikirimkan oleh komunikator yakni
pembimbing menjadi informasi yang dimengerti. Semakin tepat penafsiran
user terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator, maka semakin
efektif proses komunikasinya.
“Makharijul itu kaidah melafalkan huruf. Cara gimana ngucapin
huruf-huruf hijaiyah. Nah kalau tajwid itu level di atas setelah
makharijul. Menurut Ibu tajwid itu sifat-sifat atau hukum-hukum al-
Qur’an yang wajib dipahami, direnungi, dan di terapkan. Makharijul
sama tajwid itu bagian penting al-Qur’an. Dan harus dijaga. Soalnya
kita bagi yang udah belajar dan ngerti tajwid kalo ga di terapkan ya
bakal dosa. Sejauh ini alhamdulillah Ibu lancar-lancar aja mahamin
apa yang disampein ustazah. Dari koreksian ustazah Ibu jadi lebih
berusaha untuk ngurangin kesalahan pas baca.”12
“Makharijul itu pelafalan huruf al-Qur’an. Tajwid memperbaiki atau
membaguskan bacaan. Dari evaluasi kalau ada yang salah, dikoreksi
sama ustazah apa yang kurang. Terus beliau ngasih contoh bagaimana
pelafalan yang benernya. Habis itu saya ngikutin apa yang ustazah
ucapin kayak misalnya penekannan gunnahnya seberapa lama. Kalau
saya kurang paham, saya nanya.”13
Decoding yang dihasilkan oleh user terhadap pesan yang disampaikan
oleh komunikator yakni user memahami makharijul huruf serta memahami
kaidah-kaidah tajwid dalam tahsin. Peran virtual learning dalam tahsinul
Qur’an ini mampu memberikan pengetahuan kognitif kepada user sehingga
user dapat meningkatkan intelektualitas dan mengubah sikapnya untuk
berusaha mengoptimalkan tahsin sesuai dengan arahan dari pembimbing.
12
Wawancara pribadi Ibu Tati, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 5 Oktober 2017.
13 Wawancara pribadi Ibu Leli, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 6 Oktober 2017.
71
Selain itu apabila user mengalami kesulitan ia akan bertanya kepada
pembimbing. Hal ini menandakan user antusias dan bersikap aktif dalam
aktifitas pembelajarannya.
Pentingnya tahsin dalam praktik membaca al-Qur’an membuat user
lebih berhati-hati dalam melafalkan al-Qur’an. Menurut user, kaidah tajwid
dan makharijul huruf dalam praktik tahsinul Qur’an merupakan komponen
penting. Sehingga ia senantiasa merealisasikan pengetahuan yang didapatnya
agar terhindar dari dampak yang tidak diinginkan. Seperti ganjaran dosa yang
diterima apabila ia membaca al-Qur’an tanpa memperhatikan makharijul
huruf dan tajwid yang semestinya.
5. Destination
Destination adalah otak manusia yang menerima pesan yang berisi
bermacam-macam ingatan atau pemikiran mengenai kemungkinan dari arti
pesan. User menerima signal melalui pendengaran dan penglihatan. Kemudian
signal tersebut diuraikan dan diinterpretasikan dalam otak menjadi pesan yang
berarti.
6. Noise Source
Suatu konsep penting dalam model Shannon dan Weaver adalah
gangguuan (noise). Noise adalah sesuatu yang dapat mengganggu ketepatan
pesan yang akan diterima oleh penerima. Shannon dan Weaver
mengidentifikasi permasalahan gangguan ini menjadi 3 tipe, yakni gangguan
teknis, gangguan semantik, dan gangguan efektifitas. Namun dalam
72
praktiknya, virtual learning dalam tahsinul Qur’an ini hanya mengalami
gangguan yang bersifat teknis.
“Sering dulu hambatan koneksi internetnya kurang bagus. Kalau lagi
gangguan sinyal kadang video dari ibu atau ustazah mati tiba-tiba dan
cuma kedengeran suaranya aja. Udah gitu suaranya suka delayed.
Jadinya tiap Ibu baca Qur’an harus di ulang kalau ustazahnya ga
denger gara-gara sinyal yang putus-putus.”14
“Kendalanya sambungkan internetnya suka putus-putus. Belom lagi
suara-suara berisik kayak motor lewat. Terus kalau hujan suaranya ga
begitu jelas karena keberisikan sama air hujan. Samar-samar gitu.”15
Noise yang terjadi akibat dari sinyal yang tidak stabil sehingga proses
komunikasi antara komunikator dengan komunikan mengalami gangguan.
Akibatnya, perlu pengulangan terhadap pesan yang disampaikan agar pesan
tersebut sampai kepada komunikan. Hambatan ini disebut dengan hambatan
teknis.
Adapun hambatan teknis yang disebabkan oleh letak geografis. Seperti
yang diungkapkan oleh user, cuaca buruk akibat hujan dan suara bising yang
muncul di sekitar keberadaan user dapat mempengaruhi hasil keluaran suara
komunikator yang kurang optimal saat proses pembelajaran berlangsung.
Namun permasalahan koneksi yang dialami oleh user dapat diatasi
dengan menambahkan fasilitas penunjang berupa wifi. Sehingga user tidak
mengalami hambatan yang begitu sering dari sebelumnya.
“Tapi sekarang di rumah alhamdulillah sudah ada wifi ya jadi
menunjang banget insha Allah. Kalau dulu tu Ibu tiap mau bimbingan
harus pergi ke sawah dulu buat nyari sinyal. Sekarang ga perlu
khawatir lagi pakai wifi jadi lancar.”
14 Wawancara pribadi Ibu Leli, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 6 Oktober 2017.
15 Wawancara pribadi Ibu Tati, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 5 Oktober 2017.
73
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kedua user, peneliti melihat
virtual learning aplikasi skype dalam tahsinul Qur’an ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Adapun sisi kelebihan yang dialami oleh user dalam
penggunaan skype dapat memudahkan aktifitas pembelajaran jarak jauh.
“Kebantu banget sih belajar lewat skype gini. Tadinya Ibu suka males
dateng ke lembaga buat belajar tahsin karena itu tadi yang Ibu bilang
jaraknya jauh banget. Nah, setelah pake skype, baru deh Ibu jadi rajin
bimbingan. Rasanya kalau ga bimbingan itu sayang, hafalan ga
kekontrol, terus tajwidnya suka salah. Apalagi lewat video ya
bermanfaat banget buat ngunjukin gimana gerak bibirnya, terus
artikulasinya. Memang kalau kita praktek baca Qur’an antara mulut
dan suara itu harus kelihatan dan kedengeran sama ustazahnya.
Dengan belajar lewat video call praktek Insha Allah lebih mudah
soalnya bisa tatap muka.”16
“Menurut saya dari segi jarak sangat membantu. Ga harus bertemu
langsung kita udah bisa belajar tahsin di rumah masing-masing.
Enaknya belajar lewat skype gini sih ga perlu susah-susah jalan kaki
atau naik kendaraan. Jadinya kita bisa hemat ongkos dan tenaga. Terus
kalau online ini nyantai pembawaannya bisa di rumah ga harus dateng
ke lembaga. Itu aja sih kelebihannya. Tapi untuk belajar tahsinnya si
kita kayak belajar mandiri. Harus sering-sering latihan supaya cepet
bisa.”17
Skype merupakan situs jejaring sosial yang memungkinkan
penggunanya berinteraksi tanpa melihat batasan jarak, tempat, dan waktu.
Dengan memanfaatkan aplikasi skype, user menjadi lebih termotivasi untuk
mempelajari tahsin melalui virtual learning ini. Karena jarak tidak lagi
menjadi hambata baginya, user berusaha lebih giat untuk melakukan
bimbingan. Dan ia merasakan fitur video call yang terdapat pada skype ini
sangat berpengaruh dalam keberlangsungan aktifitas pembelajarannya. Meski
16 Wawancara pribadi Ibu Tati, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 5 Oktober 2017.
17
Wawancara pribadi Ibu Leli, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 6 Oktober 2017.
74
keduanya berada di tempat yang berbeda, namun komunikasi dapat
berlangsung secara interaktif layaknya komunikasi tatap muka.
Penggunaan virtual learning memberikan kebebasan ruang gerak
peserta didik. Keterbatasan jarak menjadikan virtual learning sebagai solusi
untuk memperoleh pendidikan jarak jauh tanpa menghadiri ruang kelas. Di sisi
lain, virtual learning yang dialami user juga memberikan kelebihan dalam
menekan pengeluaran biaya serta menghemat tenaga. Sehingga user tidak
perlu direpotkan dengan berjalan kaki untuk menuju lembaga. Tentunya hal
ini merupakan pembeda antara belajar secara modern menggunakan media
elektronik dengan belajar secara konvensional dalam kelas. Virtual learning
menuntut peserta didik untuk bisa belajar secara mandiri. Berhasil atau
tidaknya virtual learning dalam tahsinul Qur’an tergantung dengan kemauan
dan usaha user itu sendiri.
Meskipun virtual learning tahsinul Qur’an ini dalam aktifitas
pembelajarannya diperantai oleh media, namun keberhasilan pembelajaran
juga bisa dicapai.
“Pastinya bacaan Qur’an saya mengalami peningkatan, hafalan
suratnya jadi bertambah. Targetnya si kemarin 15 juz. Jadi saya
melatih bacaan setiap habis solat, dan menjadi lebih sering
murojaah karena kan kita harus setoran hafalan di tiap
pertemuannya.”18
“Ibu merasakan peningkatan, yang tadinya ibu level tiga-empat
waktu awal-awal belajar di Utsmani, sekarang Ibu jadi masuk kelas
tahfidz.”19
18 Wawancara pribadi Ibu Leli, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 6 Oktober 2017.
19
Wawancara pribadi IbuTati, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 5 Oktober 2017.
75
Dengan adanya target-target tertentu, user menjadi termotivasi dalam
mengasah kemampuan hafalannya agar ia dapat mencapai target tersebut.
Sehingga ia mampu meningkatkan kuantitas hafalan suratnya.Selain itu,
intensitas murojaah dari user menjadi lebih sering dibandingkan sebelumnya.
Murojaah adalah proses mengulang-ulang pelajaran yang telah didapat.20
Kenaikan level yang dialami user menunjukkan peningkatan dalam
kemampuan membaca al-Qur’annya. User tidak hanya lancar dalam bacaan
Qur’annya, tetapi juga mampu menguasai kaidah tajwid secara teori seperti
tempat keluar huruf dan sifat huruf, ghunnah, bacaan khusus (gharib), dan
sebagainya.
Namun disamping kelebihan, skype juga memiliki kekurangan.
Besarnya kapasitas yang dibutuhkan skype membuat perangkat handphone
dari user membutuhkan daya baterai ekstra. Selain itu, user juga mengeluhkan
penggunaan kuota internet yang dikeluarkan cukup banyak apabila tidak
menggunakan akses wifi.
“Cuma kadang kalau bimbingan lewat HP batrenya boros banget cepet
habisnya. Kalau wifi lagi ga bisa terpaksa pakai paket, banyak kuota
yang kepake.”21
Dari pemaparan user di atas, peneliti membandingkan hasil wawancara
dengan data yang peneliti peroleh mengenai kekurangan dari skype. Aplikasi
skype membutuhkan kapasitas yang besar. Skype memakan 23 MB kapasitas
harddisk. Dibandingkan aplikasi lainnya, Yahoo Messenger memerlukan
20 Sri Wahyuningsih, The Power of Faith: Kekuatan Sebuah Keyakinan (Surabaya: CV.
Cipta Media Edukasi, 2017), h. 59.
21
Wawancara pribadi Ibu Leli, Peserta Tahsin Online, Tangerang, 6 Oktober 2017.
76
kapasitas lebih kecil, yakni sekitar 10-15 MB.22
Sehingga peneliti menarik
kesimpulan bahwa pemborosan baterai dan kuota yang dialami oleh user
adalah hal yang lazim. Karena kapabilitas aplikasi skype itu sendiri cukup
besar.
22 Rudi Haryanto, Cerdas Jelajah Internet (Jakarta: Kriya Pustaka, 2009), h. 32.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
SURAT KETERANGAN
Pimpinan LBQ Al-Utsmani Pusat Kota Administrasi Jakarta Timur dengan ini
menerangkan bahwa:
Nama : Nita Silpiani
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 23 Februari 1996
Alamat : Jl. Manunggal V No. 38 Rt. 002/03 Kedoya Selatan, Kebon Jeruk
yang bersangkutan telah melakukan riset dan wawancara di LBQ Al-Utsmani Kota
Administrasi Jakarta Timur untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan sehubungan
dengan penulisan skripsi dengan judul “Penggunaan Virtual Learning Aplikasi Skype
dalam Tahsinul Qur’an (Studi Kasus pada Lembaga Bimbingan Al-Utsmani)” sejak
bulan Oktober 2017 sampai Desember 2017.
Demikian surat keterangan ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 08 Januari 2018
Chris Januardi, S.H
Pimpinan LBQ Al-Utsmani
Jl. Munggang No. 6 Condet Balekambang Kramat Jati Jakarta Timur 13530 Telp. 8011 061, 809 4741 www.alutsmani.org, [email protected]
Transkip Wawancara User 1
Nama: Ibu Tati
Tanggal Wawancara: 5 Oktober 2017
Kode: User 1 (Us 1)
Peneliti/Subjek Pertanyaan/Jawaban
P Apa latar belakang Anda mengikuti tahsin online?
Us 1
Menurut Ibu pembelajaran jarak jauh itu dilakukan bagi
orang-orang yang memiliki kesibukan dan keterbatasan
dalam hal jarak ya. Seperti yang dialami Ibu sendiri. Dulu
Ibu juga sempet belajar langsung di Utsmani. Cuma karena
kesibukan dan jarak dari rumah Ibu ke Condet jauh, jadi Ibu
ikut tahsin online saja. Belum lagi kalau kena macet di
perjalanan. Ibu juga sibuk mengajar Jamaah di wilayah
tangerang sini dekat rumah Ibu, namanya LTQ
Ibadurrahman. Meskipun Ibu disibukkan dengan beragam
aktifitas, tapi insha Allah Ibu masih bisa nyempetin belajar
Qur’an lewat online biar makin fasih bacanya. P Apa kekurangan aplikasi skype?
Us 1
Kadang kalau bimbingan lewat HP batrenya boros banget
cepet habisnya. Jadi mau gak mau pakai komputer. Kalau
wifi lagi ga bisa terpaksa pakai paket, banyak kuota yang
kepake.
P Bagaimana kinerja gambar dan suara yang dihasilkan dari
skype?
Us 1 Kualitas gambar halus dan jelas kalau koneksinya bagus.
Suara juga sama, jernih dan terdengar cukup jelas.
P Apa kegunaan dari skype?
Us 1
Lewat skype berguna buat ngunjukin gimana gerak
bibirnya, terus artikulasinya. Karena hukum tajwid itu kan
berbeda-beda yah, penekanannya juga beda-beda. Kalau
kita membaca Qur’an dan makhorijul hurufnya ketuker ya
udah pasti salah, maka haram hukumnya karena
mempengaruhi arti makna.
P Apa yang anda rasakan setelah menggunakan skype sebagai
media pembelajaran tahsin?
Us 1
Kebantu banget sih belajar lewat skype gini. Tadinya Ibu
suka males dateng ke lembaga buat belajar tahsin karena itu
tadi yang Ibu bilang jaraknya jauh banget. Nah, setelah
pake skype, baru deh Ibu jadi rajin bimbingan. Rasanya
kalau ga bimbingan itu sayang, hafalan ga kekontrol, terus
tajwidnya suka salah. Apalagi lewat video ya bermanfaat
banget buat ngunjukin gimana gerak bibirnya, terus
artikulasinya. Memang kalau kita praktek baca Qur’an
antara mulut dan suara itu harus kelihatan dan kedengeran
sama ustazahnya. Dengan belajar lewat video call praktek
Insha Allah lebih mudah soalnya bisa tatap muka.
P Apa kendala yang dialami ketika aktifitas pembelajaran
sedang berlangsung?
Us 1
Sering dulu hambatan koneksi internetnya kurang bagus.
Kalau lagi gangguan sinyal kadang video dari ibu atau
ustazah mati tiba-tiba dan cuma kedengeran suaranya aja.
Udah gitu suaranya suka delayed. Jadinya tiap Ibu baca
Qur’an harus di ulang kalau ustazahnya ga denger gara-gara
sinyal yang putus-putus. Tapi sekarang di rumah
alhamdulillah sudah ada wifi ya jadi menunjang banget
insha Allah. Kalau dulu tu Ibu tiap mau bimbingan harus
pergi ke sawah dulu buat nyari sinyal. Sekarang ga perlu
khawatir lagi pakai wifi jadi lancar.
P Apa yang Ibu ketahui tentang makharijul huruf dan tajwid?
Us 1
Makharijul itu kaidah melafalkan huruf. Cara gimana
ngucapin huruf-huruf hijaiyah. Nah kalau tajwid itu level di
atas setelah makharijul. Menurut Ibu tajwid itu sifat-sifat
atau hukum-hukum al-Qur’an yang wajib dipahami,
direnungi, dan di terapkan. Makharijul sama tajwid itu
bagian penting al-Qur’an. Dan harus dijaga. Soalnya kita
bagi yang udah belajar dan ngerti tajwid kalo ga di terapkan
ya bakal dosa. Sejauh ini alhamdulillah Ibu lancar-lancar
aja mahamin apa yang disampein ustazah. Dari koreksian
ustazah Ibu jadi lebih berusaha untuk ngurangin kesalahan
pas baca.
P Bagaimana bentuk pesan tahsin yang disampaikan oleh
pembimbing mengenai tajwid dan makharijul huruf?
Us 1
Tiap bimbingan Ibu belajar Talaqqi mbak. Kalau baca
Qur’an gitu kadang kita ga nyadar salah mengucap
makharijul huruf meskipun Ibu ngerti tajwid secara teori.
Terus ustazah berhentiin bacaan Ibu kalo ada yang salah.
Habis itu dikasi pengertian salahnya dimana, makhrajnya
yang bener gimana, nah baru deh suruh baca ulang sampai
bener. Jadi Ibu bisa tau dan dapet pelajaran dari situ.
P Apa perubahan yang Ibu rasakan setelah mengikuti
pembelajaran tahsin melalui skype ini?
Us 1
Ibu merasakan peningkatan, yang tadinya ibu level tiga-
empat waktu awal-awal belajar di Utsmani, sekarang Ibu
jadi masuk kelas tahfidz.
Transkip Wawancara User 2
Nama: Ibu Leli
Tanggal Wawancara: 6 Oktober 2017
Kode: User 2 (Us 2)
Peneliti/Subjek Pertanyaan/Jawaban
P Apa latar belakang Anda mengikuti tahsin online?
Us 2
Sebelumnya saya pernah ikut bimbingan tahsin di Utsmani
sama Ibu Tati. Kurang lebih setahun. Lama kelamaan
waktunya itu jadi kurang efisien soalnya lumayan jauh
bolak balik Tangerang Condet. Terus Ustazah Mukhlisoh
nyaranin kita buat ikut program baru lewat tahsin online. P Apa kekurangan aplikasi skype?
Us 2 Ga ada
P Bagaimana kinerja gambar dan suara yang dihasilkan dari
skype?
Us 2 Bagus bisa denger suara sambil liat muka.
P Apa kegunaan dari skype?
Is 2
Saya lebih seneng pake video si daripada telpon doang biar
keliatan mulut ustazahnya gimana a i u e o nya. Masih pake
video aja suka ketuker hurufnya, apalagi ga pake.
P Apa yang anda rasakan setelah menggunakan skype sebagai
media pembelajaran tahsin?
Us 2
Menurut saya dari segi jarak sangat membantu. Ga harus
bertemu langsung kita udah bisa belajar tahsin di rumah
masing-masing. Enaknya belajar lewat skype gini sih ga
perlu susah-susah jalan kaki atau naik kendaraan. Jadinya
kita bisa hemat ongkos dan tenaga. Terus kalau online ini
nyantai pembawaannya bisa di rumah ga harus dateng ke
lembaga. Itu aja sih kelebihannya. Tapi untuk belajar
tahsinnya si kita kayak belajar mandiri. Harus sering-sering
latihan supaya cepet bisa.
P Apa kendala yang dialami ketika aktifitas pembelajaran
sedang berlangsung?
Us 2
Kendalanya sambungkan internetnya suka putus-putus. Kita
mau setoran hafalan karena kendala koneksi tadi, jadinya
hafalannya suka lupa. Soalnya saya orangnya susah konsen
teh hehehe. Belom lagi suara-suara bising kayak motor
lewat. Terus kalau hujan suaranya ga begitu jelas karena
keberisikan sama air hujan. Samar-samar gitu.
P Apa yang Ibu ketahui tentang makharijul huruf dan tajwid?
Us 2
Makharijul itu pelafalan huruf al-Qur’an. Tajwid
memperbaiki atau membaguskan bacaan. Dari evaluasi
kalau ada yang salah, dikoreksi sama ustazah apa yang
kurang. Terus beliau ngasih contoh bagaimana pelafalan
yang benernya. Habis itu saya ngikutin apa yang ustazah
ucapin kayak misalnya penekannan gunnahnya seberapa
lama. Kalau saya kurang paham, saya nanya.
P Bagaimana bentuk pesan tahsin yang disampaikan oleh
pembimbing mengenai tajwid dan makharijul huruf?
Us 2
Pas kita baca al-Qur’an dan murojaah itu diperhatiin banget
sama ustazahnya. Panjang pendeknya diperhatiin, tajwidnya
juga supaya makhrajnya itu sesuai. Ustazahnya ngasih
pengertian tentang hukum tajwid kayak ikhfa nun mati
ketemu huruf apa aja terus apa pengertian idgham dan
gimana cara bacanya.
P Apa perubahan yang Ibu rasakan setelah mengikuti
pembelajaran tahsin melalui skype ini?
Us 2
Pastinya bacaan Qur’an saya mengalami peningkatan,
hafalan suratnya jadi bertambah. Targetnya si kemarin 15
juz. Jadi saya melatih bacaan setiap habis solat, dan menjadi
lebih sering murojaah karena kan kita harus setoran hafalan
di tiap pertemuannya.
(Dokumentasi berlangsungnya bimbingan tahsin online)
(Dokumentasi Lembaga Bimbingan Al-Utsmani Condet Jakarta Timur)