PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN …... · PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN SENI...
Transcript of PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN …... · PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN SENI...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN SENI
BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA TERHADAP
SENI KRIYA NUSANTARA DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
ANGGI TRI DAMAYANTI
K 3207001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN SENI
BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA TERHADAP
SENI KRIYA NUSANTARA DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
ANGGI TRI DAMAYANTI
K 3207001
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 21 Desember 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn Adam Wahida, S.Pd, M.Sn
NIP 19530429 198503 1 001 NIP 19730906 200501 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi syarat mendapatkan gelas Sarjana Pendidikan.
Hari : Jumat
Tanggal : 30 Desember 2011
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang tanda tangan
Ketua : Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd : ......................................
NIP 19621110 198903 1 003
Sekretaris : Drs. Sudarsono, M.Hum : .......................................
NIP 19531021 198503 1 001
Anggota I : Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn : ........................................
NIP 19530429 198503 1 001
Anggota II : Adam Wahida, S.Pd, M.Sn : ........................................
NIP 19730906 200501 1 001
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Anggi Tri Damayanti. PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM
PEMBELAJARAN SENI BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN
APRESIASI SENI KRIYA NUSANTARA PADA SISWA KELAS XI IPS 1
DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Desember 2011.
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
apresiasi karya seni kriya Nusantara melalui pembelajaran menggunakan
multimedia (gabungan media gambar gerak dan gambar diam yang diantaranya
teks, gambar, grafis, animasi, dan audio) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang menggunakan
multimedia dalam pembelajaran karya seni kriya Nusantara. Subjek penelitian
adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012
yang berjumlah 23 siswa. Penelitian ini dilakukan pada akhir bulan Oktober
hingga awal bulan Desember 2011, dengan dua siklus dan masing-masing siklus
mencakup empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi,
teknik tes esai, teknik wawancara, dan dokumentasi untuk aspek kognitif, aspek
psikomotor dan aspek afektif dalam bentuk lembar observasi.
Target indikator yang telah dicapai pada penelitian ini yaitu: 1) Siswa
mampu mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni
kriya di wilayah Nusantara dengan baik pada siklus I mencapai 78% dan pada
siklus II meningkat hingga 87%. 2) Siswa mampu menunjukkan sikap menghargai
terhadap pembelajaran seni kriya Nusantara dengan baik pada siklus I mencapai
82% dan pada siklus II menjadi 84%. 3) Siswa mampu membuat deskripsi
makalah secara mandiri mengenai materi seni kriya Nusantara dengan baik pada
siklus I mencapai 83% dan pada siklus II tetap 83%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan multimedia dapat meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap
karya seni kriya Nusantara Surakarta pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Anggi Tri Damayanti. THE USE OF MULTIMEDIA IN CULTURAL ART
LEARNING TO IMPROVE THE APPRECIATION OF ARCHIPELAGO
ARTISTIC SKILL IN THE XI IPS 1 GRADERS OF SMA NEGERI 1
SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Thesis. Surakarta:
Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University,
December 2011.
The objective of this classroom action research is to improve the
appreciation of Archipelago artistic skill through the learning using multimedia
(combination of motion picture and still including text, picture, graphic,
animation, and audio) in the XI IPS 1 graders of SMA Negeri (Public Senior High
School) 1 Surakarta in the School Year of 2011/2012.
This study belongs to a classroom action research using multimedia in the
learning of Archipelago Artistic Skill. The subject of research was the XI IPS 1
graders of SMA Negeri 1 Surakarta in the School Year of 2011/2012 consisted of
23 students. This study was taken place on late October to early December 2011,
with two cycles each of which encompassed four activities: planning, acting,
observing and reflecting. The data was collected using observation, essay test,
interview and documentation techniques for cognitive, psychomotor, and affective
aspects in the form of observation sheet.
The target of indicator achieved in this research included: 1) the students
could identify well the uniqueness of technical idea and material in the artistic
skill work in Archipelago area that reached 78% in cycle I and increased to 87%
in cycle II. 2) The students could show the appreciation toward the Archipelago
Artistic Skill learning well that reached 82% in cycle I and increased to 84% in
cycle II. 3) The students could make a descriptive paper independently about the
Archipelago Artistic Skill material well that reached 83% in cycle I and remained
to be 84% in cycle II.
Based on the result of research, it could be concluded that the learning
using multimedia can improve the appreciation of Archipelago Artistic Skill in the
XI IPS 1 graders of SMA Negeri 1 Surakarta in the School Year of 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
MARIO TEGUH
---------------------------------
Cita-Cita Adalah Impian Yang Bertanggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini didedikasikan kepada:
Alm. Bapak Dr. Ir. Deddi Maryadi, Dipl. SE, M.Si
Ibu Atmy Pudjiwanti
Mas Aditya Bambang Rochedi
Teh Arin Ningsih Setiawan
Mbak Adisti Sukma Sawitri
June
Sahabat-sahabat setia
Teman-teman FKIP Seni Rupa angkatan 2007, adik dan kakak tingkatku
Almamater Tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk,
kemudahan serta rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini tidak
lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya, Penulis
sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada terhormat :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidyatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNS Surakarta;
2. Dr. Muh. Rohmadi, S.S., M.Hum. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni FKIP UNS Surakarta;
3. Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS Surakarta;
4. Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn. Pembimbing I yang telah banyak memberikan
petunjuk, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi;
5. Adam Wahida, S.Pd, M.Sn., pembimbing II sekaligus Pembimbing
Akademik yang telah banyak memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan
kepada penulis dalam menyusun skripsi terutama selama penulis menjadi
mahasiswa di Program Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS;
6. Alm. Bapak, yang telah sabar menunggu dan mendukung saya baik secara
materi maupun moral sampai beliau menghembuskan nafas terakhirnya;
7. Ibu tersayang, yang ikut mendampingi saya dari jauh dan tiada hentinya
memberikan doa serta dukungan;
8. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Seni Rupa yang telah banyak
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;
9. Teman-teman FKIP Seni Rupa angkatan 2007;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Kepala SMA Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan ijin, sehingga
penulis dapat melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini;
11. Catur Darmawan, M.Pd selaku guru mata pelajaran seni budaya kelas XI
IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta atas bimbingan, arahan, dan bantuannya.
12. Siswa-siswi kelas XI IPS, khususnya XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta
atas bantuan dan kerjasamanya.
13. Berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat
tersusun.
Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pendidikan kesenirupaan, khususnya bagi penulis dan
pihak-pihak yang berkepentingan pada umumnya.
Surakarta, Desember 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
ABSTRAK..................................................................................................
ABSTRACT................................................................................................
MOTTO......................................................................................................
PERSEMBAHAN ......................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………..
C. Tujuan Penelitian………………………………………...….
D. Indikator Penelitian…………………………………………
E. Manfaat Penelitian………………………………………….
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka……………………………………………
1. Multimedia dalam Pembelajaran………………………..
2. Media Pembelajaran…………………………………….
3. Apresiasi Seni…………………………………………...
4. Seni Kriya Nusantara…………………………………....
a. Pengertian Seni Kriya……………………………….
b. Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya….………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiv
xv
xvii
1
6
7
7
7
9
9
10
14
20
20
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
c. Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya.……………….
d. Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya di Nusantara……
e. Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya…...
B. Penelitian yang Relevan…………………………………….
C. Kerangka Berpikir…………………………………….…….
D. Hipotesis Tindakan…………………………………….……
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…...………………………….
B. Subyek Penelitian ………………….…………………….....
C. Teknik Pengumpulan Data….………………………………
D. Teknik Analisis Data………………………………………
E. Prosedur Penelitian….………………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Awal……………………………………………...
1. Letak dan Situasi Ruang SMA Negeri 1 Surakarta…….
2. Keberadaan Siswa………………………………………
3. Kondisi Awal Pembelajaran Siswa Kelas XI IPS 1
SMA Negeri 1 Surakarta……………………………….
a. Tahap Observasi Awal ….…………………………
b. Tahap Refleksi Awal ……………………………...
B. Deskripsi Siklus I……………………………………………
1. Perencanaan Tindakan Siklus I ..……………………….
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I.………………………...
3. Observasi Siklus I ………...……………...…………….
4. Refleksi Siklus I………………………………………..
C. Deskripsi Siklus II…………………………………………..
1. Perencanaan Tindakan Siklus II………………………..
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II.……………………….
3. Observasi Siklus II..…………………………………….
4. Refleksi Siklus II.………………………………………
D. Deskripsi Antar Siklus………………………………………
21
22
22
27
29
31
33
33
34
36
36
47
47
48
49
50
55
60
59
65
75
80
86
86
91
105
110
114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
E. Pembahasan…………………………………………………
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan…………………………………………………………...
B. Implikasi…………………………………………………………...
C. Saran……………………………………………………………….
Daftar Pustaka……………………………………………………………...
Lampiran…………………………………………………………………...
118
120
121
121
123
125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Perencanaan Siklus I Pertemuan 1……………………………………..
2. Perencanaan Siklus I Pertemuan 2.…………………………………….
3. Perencanaan Siklus I Pertemuan 3………………………………………
4. Daftar Nilai Materi Karya Seni Kriya Nusantara Kelas XI IPS 1……...
5. Data Rata-Rata Ketercapaian Siklus I Pembelajaran Keunikan
Gagasan Teknik dan Bahan dalam Karya Seni Kriya di Wilayah
Nusantara ……………..........................................................................
6. Evaluasi Aspek Tampilan Multimedia Siklus I...………………………
7. Evaluasi Aspek Isi Multimedia Siklus I.……………………………….
8. Data Rata-Rata Ketercapaian Siklus II Pembelajaran Keunikan
Gagasan Teknik dan Bahan dalam Karya Seni Kriya di Wilayah
Nusantara.………………………………………………………………
9. Evaluasi Aspek Tampilan Multimedia Siklus II..……………………...
10. Evaluasi Aspek Isi Multimedia Siklus II…..…………………………...
11. Perbandingan Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II …………………..
12. Data Perbandingan Ketercapaian Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Pembelajaran Mengidentifikasi Keunikan Gagasan Teknik dan Bahan
dalam Karya Seni Kriya di Wilayah Nusantara.....................................
41
42
43
54
82
84
85
111
112
113
114
117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar dan Grafik
1. Suasana Kelas yang Mulai Tidak Kondusif Setelah 15 Menit Pertama..
2. Bagan Kerangka Berpikir………………………………………………
3. Bagan Prosedur Penelitian……………………………………………..
4. SMA Negeri 1 Surakarta Terletak di Jalan Monginsidi, Nomor 40
Banjarsari, Surakarta.…………………………………………………..
5. Kondisi Pembelajaran Apresiasi Seni, Guru Menggunakan Metode
Ceramah di Kelas XI IPS 1. Proses pembelajaran tampak kondusif ….
6. Tampak siswa sedang bercanda dan tidak memperhatikan guru yang
sedang menjelaskan materi di depan kelas …………………………….
7. Guru sedang menulis dan menggambar ilustrasi di papan tulis untuk
menarik perhatian siswa ……………………………………………….
8. Guru meminta salah satu siswa ke depan kelas untuk menjawab
pertanyaan dan menuliskannya di papan tulis agar siswa kembali
memperhatikan ………………………………………………………...
9. Grafik observasi awal pada mata pelajaran seni budaya kompetensi
dasar keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di
wilayah Nusantara menggunakan Multimedia.………………………...
10. Siswa Sedang Melihat Multimedia Pengetahuan ”Pengertian Seni
Kriya” dan ”Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya ……………………..
11. Siswa yang Berbicara dengan Temannya ……………………………...
12. Siswa sedang melihat Multimedia tentang ”Fungsi dan Tujuan
Penciptaan Seni Kriya”………………………………………………...
13. Siswa sedang Mengerjakan Soal Tes mengenai ”Pengertian Seni
Kriya”, ”Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya”, ”Fungsi dan Tujuan
Penciptaan Seni Kriya”………………………………………………...
14. Grafik hasil Siklus I pada mata pelajaran seni budaya kompetensi
dasar keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di
4
31
40
48
50
51
51
52
55
68
68
72
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
wilayah Nusantara menggunakan Multimedia..………………………..
15. Seluruh Siswa Memperhatikan Multimedia dengan Seksama ………...
16. Posisi Guru Menjelaskan Materi dengan Cara Berkeliling Untuk
Memantau Siswanya …………………………………………………..
17. Guru Menjelaskan Materi dengan Multimedia dan Berkeliling………..
18. Siswa Sedang Menyampaikan Pendapatnya Kepada Guru ……………
19. Siswa Memperhatikan Pengulasan Materi dari Guru Setelah Melihat
Tampilan Multimedia ………………………………………………….
20. Siswa Sedang Mengerjakan Tes Esai untuk Menguji Pemahaman
Mereka Tentang Materi ………………………………………………..
21. Grafik hasil Siklus II pada mata pelajaran seni budaya kompetensi
dasar keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di
wilayah Nusantara menggunakan Multimedia ………………………...
22. Grafik hasil Observasi Awal, Siklus I, Siklus II pada mata pelajaran
seni budaya kompetensi dasar keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara menggunakan
Multimedia …………………………………..………………………...
80
94
95
97
100
103
104
109
118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Silabus………………………………………………………………….
2. Lampiran Observasi Awal……………………………………………...
a. Foto Pelaksanaan Pembelajaran Observasi Awal…………………..
b. Lembar Observasi Awal Afektif Pertemuan 3…………………..…
c. Lembar Observasi Awal Afektif Pertemuan 4……………………..
d. Lembar Hasil Observasi Awal Afektif Pertemuan 3……………….
e. Lembar Hasil Observasi Awal Afektif Pertemuan 4……………….
f. Daftar Nilai LKS Materi Karya Seni Kriya Nusantara Kelas XI IPS
1……………………………………………………………………
g. Hasil Wawancara dengan Guru……………………………………..
h. Hasil Wawancara dengan Siswa…………………………………….
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)……………………………..
4. Lampiran Siklus I………………………………………………………
a. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1………………………….
b. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 2………………………….
c. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 3………………………….
d. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 1……………………………
e. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 2……………………………
f. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 3…………………………….
g. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 1……………………..
h. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 2……………………..
i. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 3……………………...
j. Lembar Hasil Tes Kognitif Pertemuan 3……………………………
k. Lembar Soal Tes Kognitif Pertemuan 3…………………………….
l. Lembar Hasil Makalah Psikomotor Pertemuan 3…………………...
m. Acuan Kriteria Penilaian Psikomotor ………………………………
n. Lembar Tugas Makalah Pertemuan 3……………………………….
126
129
130
132
134
136
137
138
139
143
145
173
174
175
176
177
179
181
183
184
185
186
187
188
189
191
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
o. Hasil Wawancara dengan Guru……………………………………..
p. Hasil Wawancara dengan Siswa…………………………………….
5. Lampiran Siklus II……………………………………………………...
a. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1………………………….
b. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 2………………………….
c. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 3………………………….
d. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 1……………………………
e. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 2……………………………
f. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 3…………………………….
g. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 1……………………..
h. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 2……………………..
i. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 3……………………...
j. Lembar Hasil Tes Kognitif Pertemuan 3……………………………
k. Lembar Soal Tes Kognitif Pertemuan 3…………………………….
l. Lembar Hasil Makalah Psikomotor Pertemuan 3…………………..
m. Acuan Kriteria Penilaian Psikomotor…...…………………………..
n. Lembar Tugas Makalah Pertemuan 3……………………………....
o. Hasil Wawancara dengan Guru……………………………………..
p. Hasil Wawancara dengan Siswa…………………………………….
q. Foto Peneliti pada saat Penelitian…………………………………...
6. Tampilan Multimedia…………………………………………………..
7. Perijinan………………………………………………………………..
a. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi……………………….....
b. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS………………………………...
c. Surat Permohonan Ijin Research…………………………………...
d. Surat Permohonan Ijin Research…………………………………...
e. Surat Keterangan dari SMA Negeri 1 Surakarta……………………
192
193
195
196
197
199
200
202
204
206
207
208
209
210
211
212
214
215
217
218
219
225
226
227
228
229
230
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan kebudayaan yang
harus dijaga kelestariannya. Berbagai macam seni dan kebudayaan di nusantara
tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh bangsa lain,
sehingga tak heran jika karya seni dan budaya tersebut pada akhirnya menjadi
identitas diri bangsa Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah
Indonesia dalam rangka melestarikan seni dan kebudayaan Nusantara, diantaranya
mengadakan berbagai macam festival seni dan kebudayaan, memperkenalkan seni
dan kebudayaan bangsa ke dunia Internasional melalui pariwisata, mendukung
setiap kegiatan masyarakat di daerah yang melakukan kegiatan semacam tradisi,
dan berbagai macam usaha lainnya.
Usaha pemerintah dalam melestarikan seni dan kebudayaan juga
dilakukan melalui pendidikan nasional. Crow & Crow (dalam Arif Rohman, 2009:
6) berpendapat bahwa “Pendidikan diartikan sebagai proses yang berisi berbagai
macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan
membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke
generasi”. Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan (dalam Wiji Suwarno, 2009:
31) yang menyatakan bahwa:
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tercantum bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa. Selain
itu, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan begitu pendidikan nasional diharapkan dapat menjamin
peningkatan mutu peserta didik yang berkarakter, terampil, sempurna lahir batin
yang selalu memelihara nilai-nilai luhur pada seni budaya, sehingga dapat
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mempertahankan dan menjaga kelestarian tradisi budaya, serta nilai-nilai kearifan
bangsa dan identitas yang sengaja diwariskan kepada generasi muda.
Pendidikan formal di Indonesia memiliki jenjang atau tahapan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang akan dikembangkan. Jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar (SD, MI atau bentuk lain yang sederajat, SMP, MTs,
dan yang sederajat), pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, dan yang
sederajat), dan pendidikan tinggi (universitas, akademi, institut, dan yang
sederajat). Menurut pandangan Wiji Suwarno (2009: 45) bahwa “Pendidikan
menengah bersifat umum merupakan pendidikan formal yang ditujukan untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang
kuat untuk mengadakan timbal balik dengan lingkungan masyarakat, serta
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan
tinggi”.
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 tahun 1989 pada pasal 15 ayat 1 bahwa pendidikan menengah
diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. (dalam Hasbullah, 2005: 289).
Pada dasarnya dunia pendidikan saat ini telah lama menghadirkan proses
pembelajaran seni (sekarang Seni Budaya) mulai dari pendidikan dasar hingga
menengah. M. Jazuli (2008: 17) menyatakan bahwa “Hakekat pendidikan seni
adalah suatu proses kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan nilai-nilai yang
bermakna didalam diri manusia melalui pembelajaran seni”. Jadi,
penyelenggaraan pendidikan seni di sekolah merupakan salah satu upaya
pembelajaran dalam membentuk peserta didik yang tidak hanya mementingkan
kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran saja, melainkan menjadi upaya dalam
menanamkan nilai-nilai kesadaran dalam menghargai keberagaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mementingkan pengembangan kecerdasan estetis, perasaan, emosi, dan
kreativitasnya.
Untuk menumbuhkan kesadaran siswa dalam menghargai seni, sebaiknya
dilakukan dengan pendekatan apresiasi yang sudah tidak asing lagi dalam dunia
pendidikan seni. Apresiasi merupakan kegiatan seni yang mengembangkan tingkat
apresiasi peserta didik pada kesenian dan kebudayaan. Hal ini didukung oleh M.
Jazuli (2008: 84) yang berpendapat mengenai pentingnya kegiatan apresiasi:
Apabila keragaman seni budaya dikenalkan dan dibelajarkan kepada
siswa di sekolah, maka mereka akan mampu menghargai dan memahami
keberagaman serta perbedaan bentuk dan jenis seni budaya yang berasal
dari berbagai latar belakang budaya yang ada di wilayan Nusantara.
Dengan mengenal, memahami, mengerti hasil seni budaya bangsa sendiri
merupakan wahana utama untuk menanamkan cinta bangsa dan cinta
sesamanya, yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan ketahanan
budaya bangsa.
Salah satu arah kebijakan Garis-garis Besar Haluan Negara tentang
sosial dan budaya yaitu: “Melestarikan apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan
tradisional serta menggalakkan dan memberdayakan sentra-sentra kesenian untuk
merangsang berkembangnya kesenian nasional yang lebih kreatif inovatif,
sehingga menumbuhkan rasa kebanggaan nasional”. (dalam UUD 1945 & GBHN,
2009:121). Dengan demikian, melalui pendidikan kesenian dan kebudayaan
diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kesadaran dalam memelihara
tradisi kebudayaan yang telah diwariskan oleh generasi terdahulu.
Sesuai kurikulum pembelajaran seni budaya kelas XI IPS 1 semester 1 di
SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012, siswa dihadapkan dengan
standar kompetensi yang harus dicapai dalam penelitian ini yaitu mengapresiasi
karya seni kriya. Sedangkan kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di
wilayah Nusantara.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebanyak 4 kali, ternyata
kondisi proses pembelajaran seni budaya di kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012 pada umumnya kurang maksimal. Terutama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pada tingkat mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya
seni kriya di wilayah Nusantara. Proses pembelajaran belum menunjukkan hasil
yang baik, yang dibuktikan dengan tidak kondusifnya suasana kelas setelah 15
menit pelajaran berlangsung. Hal ini dibuktikan oleh setiap siswa yang melakukan
aktivitasnya masing-masing. Sebagian besar siswa yang kurang antusias terhadap
materi seni kriya Nusantara tersebut diantaranya melakukan kegiatan seperti
mengganggu teman, berbicara dengan teman sebangku, bermain pulpen, tidur-
tiduran, dan bahkan ada siswa yang secara sengaja berjalan-jalan pada saat guru
sedang menerangkan di depan kelas.
Gambar 1. Suasana Kelas yang Mulai Tidak Kondusif Setelah 15 Menit Pertama
(dokumentasi: Anggi, 2011)
Dapat diketahui bahwa selama ini guru menggunakan metode
pembelajaran konvensional yaitu dengan ceramah, penugasan, pemberian contoh,
dan lain-lain. Namun, metode pembelajaran ini memberikan hasil yang kurang
optimal, karena mengakibatkan sebagian besar siswa masih memiliki kelemahan
pada kemampuan kognitif atau pemahaman terhadap materi yang disampaikan,
sehingga masih perlu mendapatkan perhatian untuk meningkatkan kemampuan
kognitifnya. Hal ini dibuktikan pada saat guru memberikan tugas LKS dan
mendapati nilai siswa yang mencapai KKM pada kompetensi dasar tersebut hanya
39%, sedangkan 61% siswa lainnya belum mencapai KKM yang sudah ditentukan
yaitu 75. Berdasarkan pernyataan hasil wawancara yang disampaikan oleh guru
mata pelajaran Seni Budaya, Bapak Catur Darmawan, A.Md bahwa “Nilai rata-
rata siswa XI IPS 1 pada materi karya seni kriya nusantara masih tergolong rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yaitu 73 dan belum mencapai ketuntasan nilai KKM yang ditentukan”. Selain itu,
dari segi psikomotor siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012, juga masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari kurangnya
kesesuaian antara tugas yang dikerjakan siswa dengan intruksi yang diberikan
guru, kurangnya kerapian siswa dalam menyajikan tugas, masih sedikitnya
kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas, dan ketepatan waktu siswa dalam
mengumpulkan tugas. Jadi, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 4
kali pertemuan, dapat disimpulkan adanya permasalahan di kelas XI IPS 1 bahwa
tingkat apresiasi siswa dalam mata pelajaran karya seni kriya nusantara masih
kurang.
Akan tetapi guru tidak berdiam diri setelah mengetahui permasalahan
tersebut. Adapun upaya yang pernah dilakukan guru dalam permasalahan ini yaitu
dengan mengupayakan penggunaan media visual berupa gambar dan alat peraga
berupa hasil karya seni kakak kelas mereka terdahulu yang diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan apresiasi seni siswa pada pembelajaran seni budaya
khususnya dalam mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam
karya seni kriya di wilayah Nusantara. Namun, hal ini kurang memberikan hasil
yang signifikan, karena metode atau media pembelajaran yang digunakan guru
masih bersifat ala kadarnya, yakni hanya menggunakan gambar atau foto, sketsa,
papan tulis, dan alat peraga saja. Sehingga upaya di atas mengakibatkan kurang
terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif dan cenderung membosankan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan sebuah solusi agar
dapat meningkatkan segi kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Beberapa solusi
yang ditemukan ternyata lebih mengarah pada penggunaan media yang berbasis
multimedia. Multimedia menjadi solusi media pembelajaran yang tepat, karena
multimedia merupakan gabungan media gambar gerak dan gambar diam yang
diantaranya teks, gambar, grafis, animasi, dan audio. Aneka media tersebut
biasanya digabungkan menjadi satu kesatuan yang akan menghasilkan suatu
informasi yang memiliki nilai komunikasi yang sangat tinggi. Artinya bahwa
informasi yang tersaji tidak hanya dapat dilihat melalui hasil cetak saja, melainkan
juga dapat didengar. Selain itu, dengan penggunaan multimedia oleh guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
proses pembelajaran, tentunya mampu meningkatkan daya apresiasi siswa. Hal ini
karena, multimedia yang dibuat membentuk sebuah animasi yang mampu
membangkitkan minat siswa karena penyajiannya yang berbeda. Dengan kata lain
mulimedia ialah media yang mampu menyampaikan pesan atau informasi dengan
membuat siswa, mengingat, melihat, mendengar dan mengerjakan, sehingga akan
memungkinkan siswa dapat meraih hasil belajar sebesar 80% dari apa yang
dipelajari.
Penggunaan multimedia dalam penelitian ini harus diimbangi dengan
adanya fasilitas yang memadai (yaitu berupa komputer, Liquid Crystal Display/
LCD, dan proyektor) pada ruang kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta. Pada
penelitian ini penggunaan multimedia dimanfaatkan untuk menjelaskan mengenai
mata pelajaran Karya Seni Kriya Nusantara, mulai dari pengertian seni kriya,
unsur-unsur penciptaan seni kriya, fungsi tujuan penciptaan seni kriya, jenis-jenis
penciptaan seni kriya, teknik bahan penciptaan seni kriya dan ruang lingkup kriya.
Hal di atas tidak lepas dari pandangan Cecep Kustandi & Bambang
Sutjipto (2011: 78) bahwa “Kelebihan multimedia adalah memberikan kemudahan
kepada siswa untuk belajar secara individu maupun secara kelompok”. Sehingga
tidak menutup kemungkinan jika media pembelajaran multimedia dilakukan
dalam sebuah kelompok atau forum, dan dalam penelitian ini multimedia
diterapkan secara kelompok. Hal ini dimaksud dengan multimedia dioperasikan
oleh guru di depan kelas. Dengan demikian, dengan menggunakan multimedia
diharapkan dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan
tidak membosankan sehingga mampu meningkatkan apresiasi karya seni kriya
Nusantara pada siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran
2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
“Apakah penggunaan multimedia dalam pembelajaran seni budaya dapat
meningkatkan apresiasi siswa terhadap seni kriya Nusantara di kelas XI IPS 1
SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Tujuan Penelitian
Skripsi ini merupakan penelitian tindakan kelas. Adapun tujuan
penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
“Untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap seni kriya Nusantara di kelas XI
IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 melalui penggunaan
multimedia dalam pembelajaran seni budaya”.
D. Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator kerja merupakan tolak ukur keberhasilan penelitian yang
dilakukan. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang ditingkatkan adalah tingkat
apresiasi seni siswa khususnya terhadap Karya Seni Kriya Nusantara, yaitu
meningkat minimal 80% dari 23 siswa kelas XI IPS 1. Capaian target pada setiap
indikator harus didasarkan pada tingkat kemampuan siswa sebelum adanya
perbaikan. Target indikator tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi. Adapun
indikator keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Minimal 80% siswa mampu mengidentifikasi dengan baik keunikan gagasan
teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara.
2. Minimal 80% siswa menunjukkan sikap menghargai terhadap seni kriya
Nusantara dengan baik.
3. Minimal 80% siswa mampu membuat deskripsi makalah secara mandiri
mengenai seni kriya Nusantara ketika proses pembelajaran berlangsung.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari proses pembelajaran apresiasi seni
dengan menggunakan multimedia, yaitu:
1. Bagi Guru
a. Sebagai alternatif pilihan media dalam pembelajaran seni budaya.
b. Dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam menanggapi kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK),
2. Bagi Siswa
a. Pembelajaran apresiasi seni lebih menarik.
b. Dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Bagi Sekolah
Sebagai alternatif pilihan media pembelajaran yang sudah ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Multimedia dalam Pembelajaran
Pengertian “multimedia” menurut Hackbarth (dalam Winarno et al, 2009:
6) yaitu “Sebagai suatu penggunaan gabungan beberapa media dalam
menyampaikan informasi yang berupa teks, grafis atau animasi grafis, movie,
video dan audio”. Hackbarth melanjutkan bahwa “Multimedia meliputi
hypermedia dan hypertext. Hypermedia yaitu suatu penggunaan format presentasi
multimedia yang meliputi teks, grafis diam atau animasi, bentuk movie, video atau
audio. Hypertext yaitu bentuk teks, diagram statis, gambar dan tabel yang
ditayangkan dan disusun secara tidak linier (urutan atau segaris)”. Sedangkan
Merryl, et. all (dalam Winarno et al, 2009: 7) berpendapat bahwa “Multimedia
merupakan gabungan dari teks (tertulis), grafis (program cara penyampaian
informasi), audio (dialog, cerita, efek suara), animasi, dan video yang bergerak ke
dalam sebuah aplikasi komputer”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
multimedia merupakan suatu gabungan atau kombinasi media gambar gerak dan
gambar diam yang diantaranya teks, gambar, grafis, animasi, audio dan video
yang manfaatnya sebagai alat bantu dalam memudahkan siswa menerima pesan
atau informasi yang disampaikan oleh guru secara efektif, efisien dan optimal.
Menurut pendapat yang di ungkapkan oleh Cecep Kustandi & Bambang
Sutjipto (2011: 78) bahwa “Kelebihan multimedia adalah memberikan kemudahan
kepada siswa untuk belajar secara individu maupun secara kelompok”. Jadi, tidak
menutup kemungkinan jika media pembelajaran multimedia dilakukan dalam
sebuah kelompok atau forum, dan dalam penelitian ini multimedia diterapkan
secara kelompok. Hal ini dimaksud dengan multimedia dioperasikan oleh guru di
depan kelas.
Multimedia tidak akan lepas dari peran sebuah komputer karena
komputer memiliki respon cepat terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh
peserta didik. Selain itu, komputer telah membantu dunia pendidikan karena
memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kebutuhan, sehingga dengan adanya komputer, multimedia dapat digunakan
sebagai media pembelajaran yang inovatif.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, multimedia dirasa lebih tepat karena
siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru, tetapi juga aktivitas
lain seperti mengingat, mengidentifikasi, dan multimedia dapat menarik perhatian
siswa sehingga diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapai XI IPS
1 SMA 1 Negeri Suarakarta tahun ajaran 2011/2012. Proses pembelajaran seni
kriya Nusantara dengan menggunakan multimedia belum pernah dilakukan
sebelumnya oleh guru, sehingga dengan adanya media ini proses pembelajaran
tidak membosankan, lebih efektif, dan menyenangkan.
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni medius yang secara
harfiahnya berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. (Yudhi Munadi, 2008:
6). Selain itu kata media dalam Bahasa Arab disebut „wasali’ bentuk „jama’ dari
„wasilah’ yakni sinonim al-wasth yang artinya „tengah‟, lanjut Yudhi Munadi.
Webster Dictionary (dalam Sri Anitah, 2009: 4), menambahkan bahwa “Media
atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang,
atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak
atau dua hal”. Sehingga dapat dikatakan bahwa media adalah segala bentuk
sesuatu yang menjadi perantara atau pengantar informasi.
Untuk lebih menerangkan pengertian media, maka Association for
Educational Communication and Technologi/ AECT (dalam Sri Anitah, 2008: 1)
mendefinisikan “Media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan
informasi”. Dilanjutkan oleh pendapat Gerlach dan Ely (1980), “Media adalah
grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses,
dan menjelaskan informasi lisan dan audio”. (dalam Sri Anitah, 2009: 5). Dengan
demikian dapat dikatakan lagi bahwa media adalah alat perantara digunakan
untuk melakukan proses pengiriman atau penerimaan pesan antara dua orang atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
lebih sehingga pesan tersebut dapat dipahami. Pesan ini dapat disampaikan
melalui bentuk dan alat tertentu.
Pendapat para ahli di atas sejalan dengan Bretz (1977) secara implisit
menyatakan bahwa “Media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah, jadi
suatu perantara yang menghubungkan semua pihak yang membutuhkan terjadinya
suatu hubungan, dan membedakan antara media komunikasi dan alat bantu
komunikasi”. (Sri Anitah, 2008: 1).
Dari uraian pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
media adalah perantara pembawa pesan atau informasi dari komunikator, yang
dapat mengandung maksud-maksud pengajaran melalui pemanfaatan alat bantu
sehingga informasi tersebut dapat lebih mudah diterima dan dipahami.
b. Media Pembelajaran
Menurut Yudhi Munadi (2008: 4) kata “Pembelajaran” sengaja dipakai
sebagai padanan kata dari intruction (bahasa Inggris). Yudhi Munadi
menambahkan bahwa “Pembelajaran adalah proses belajar, maka usaha-usaha
yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses
belajar dalam diri peserta didik”. Sedangkan menurut ahli lain, “Pembelajaran
ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan”. (Syaiful Sagala, 2006: 61).
Definisi lain pembelajaran dikemukakan oleh Patricia L. Smith & Tillman J.
Ragan 1993 (dalam Benny A. Pribadi, 2009: 9) yaitu “Pengembangan dan
penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi
pencapaian tujuan yang spesifik”. Sedangkan konsep pembelajaran menurut
Corey (dalam Syaiful Sagala, 2006: 61), adalah “Proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu, ... .”. Dengan demikian, kesimpulannya adalah
pembelajaran merupakan proses tindakan atas berlangsungnya pengiriman
informasi dari seorang pendidik kepada peserta didik agar mampu meningkatkan
kualitas hidupnya yang serangkaian aktivitas tersebut sengaja diciptakan dengan
maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Di sisi lain, Gagne & Briggs (1975) mengungkapkan hubungan antara
media dan pembelajaran yang dapat diartikan, “Media pembelajaran meliputi alat
secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri
dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film,
slide (gambar bingkai), foto, grafik, televisi, dan komputer. (dalam Azhar Arsyad,
2005: 4). Yudhi Munadi (2008: 5) menjelaskan bahwa “Media pembelajaran
adalah sumber-sumber belajar selain guru yang disebut sebagai penyalur atau
penghubung pesan ajar yang diadakan dan tidak diciptakan secara terencana oleh
guru atau pendidik”.
Pendapat lain dinyatakan oleh Sri Anitah (2009: 2) yang menjelaskan
bahwa “Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang
dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pelajar menerima pengetahuan,
keterampilan, dan sikap”. Melalui pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran menjadi aspek penting dalam
keberlangsungan sebuah proses pembelajaran peserta didik dalam kelas, karena
mampu mengoptimalkan penyampaian bahan ajar dan minat peserta didik.
Jadi media pembelajaran adalah sebuah alat bantu dalam proses belajar
mengajar (PBM) yang dikemas oleh pendidik atas dorongan adanya gagasan baru
yang merupakan produk untuk melakukan langkah-langkah belajar, dengan
menekankan proses penyampaian pesan dari sumber belajar melalui saluran atau
media tertentu ke penerima pesan. Pesan yang dikomunikasikan adalah isi ajaran
atau didikan seperti yang ada di dalam suatu kurikulum. Sumber pesan bisa
pendidik, penulis buku, pencipta media ataupun peserta didik. Penerima pesan
adalah peserta didik dan pendidik, sedangkan salurannya adalah media
pembelajaran, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Dalam hal ini,
tentunya pesan yang dimaksudkan ialah materi pembelajaran yang disampaikan
oleh guru dengan media yang dikembangkan yaitu multimedia.
Manfaat media pembelajaran menurut Hamalik (dalam Cecep Kustandi
& Bambang Sutjipto, 2011: 21) mengemukakan bahwa:
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi, dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran, memadatkan informasi, serta meningkatkan
motivasi dan minan belajar siswa dalam belajar.
Menurut Azhar Arsyad (2005: 24) “Manfaat media pembelajaran dalam
proses pembelajaran yaitu:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar,
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran,
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga,
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemostrasikan, memerankan, dan lain-lain”.
Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (dalam Cecep
Kustandi & Bambang Sutjipto, 2011: 25) merincikan manfaat media
pembelajaran, sebagai berikut:
1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, sehingga mengurangi
verbalisme,
2) Memperbesar perhatian siswa,
3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga
membuat pembelajaran lebih mantap,
4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha
sendiri di kalangan siswa,
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui
gambar hidup,
6) Membantu tumbuhnya pengertian yang tidak mudah diperoleh dengan cara
lain, dan membantu efisiensi serta keragaman yang lebih banyak dalam
belajar.
Maka dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan manfaat
penggunaan media dalam proses pembelajaran yakni memberikan tempat
terpenting dalam kegiatan mengajar, karena dapat mengefisiensikan dan
mengefektifkan proses penyampaian materi, selain itu dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilan melalui pengalaman peserta didik di dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menurut Yudhi Munadi (2008: 57) menyatakan bahwa:
Jenis media yang terakhir ialah multimedia yakni media yang melibatkan
berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam
media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara
langsung bisa melalui komputer dan internet, bisa juga melalui
pengalaman berbuat dan pengalaman terlibat.
Dalam hal ini komputer merupakan alat elektronik yang masuk dalam
kategori multimedia, karena komputer mampu melibatkan berbagai indera dan
organ tubuh seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan (kinetik). Perlu
diketahui bahwa hadirnya multimedia merupakan hasil revolusi dari
perkembangan teknologi dan komunikasi (TIK). Berdasarkan kriteria media
pembelajaran yang baik diakronimkan dengan VISUALS, yaitu singkatan dari:
1) Visible : Mudah dilihat
2) Interesting : Menarik
3) Simple : Sederhana
4) Useful : Isinya berguna atau bermanfaat
5) Accurate : Benar (dapat dipertanggungjawabkan)
6) Legimate : Masuk akal dan sah
7) Structured : Terstruktur
3. Apresiasi Seni
Apresiasi berasal dari bahasa inggris, “apretiation” yaitu suatu kegiatan
untuk melihat, menonton, menikmati, menilai, dan menghargai suatu karya seni.
Nooryan Bahari (2008:148) menyatakan bahwa “Istilah apresiasi berasal dari kata
Latin appretiatus yang merupakan bentuk past participle, yang artinya to value at
price atau penilaian pada harga”. Apresiasi seni rupa berarti mengenal,
memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis terhadap karya
seni rupa. Untuk melakukan kegiatan apresiasi seni, seseorang terlebih dulu harus
memiliki pengertian, pemahaman, pemaknaan secara baik terhadap sebuah karya
seni. “Materi apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau
makna, bentuk, dan fungsi seni rupa”. (Taufik, 2003:7). Apresiasi dapat dilakukan
oleh siapa saja, dan pada berbagai cabang seni. Hal itu berguna menambah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pengalaman estetis sebagai bekal mencipta suatu karya seni. Makin banyak
menikmati suatu karya seni memperbanyak wawasan seni seseorang. Apresiasi
merupakan kegiatan menghargai dan mengerti sebuah karya yang nantinya akan
berhubungan dengan kritik seni.
Kegiatan apresiasi seni akan memunculkan ide atau gagasan untuk
mencipta suatu karya seni, sehingga kegiatan apresiasi ini dikelompokkan
apresiasi kreatif. Ide atau gagasan yang dimunculkan oleh seorang seniman sangat
dipengaruhi pengalaman dalam berapresiasi, meskipun pengalaman itu tidak
dominan. Penciptaan suatu karya seni banyak dipengaruhi berbagai faktor.
Feldman 1981 (dalam Nooryan, 2008: 150), menyatakan bahwa “Apresiasi
bukanlah sebuah proses pasif, ia merupakan proses aktif kreatif, agar secara
efektif mengerti nilai suatu karya seni, dan mendapatkan pengalaman estetik”.
Kegiatan apresiasi seni tidak hanya dilakukan dengan metode ceramah
saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan cara lain misalnya dengan melakukan
kunjungan langsung ke museum seni, pameran, berdialog dengan seniman dan
pengrajin seni, atau melihat tayangan pengetahuan tentang sebuah karya seni
melalui media komputer, televisi, video, dan lain-lain. Hal ini didukung oleh
pernyataan Yayah Khisbiyah (2001: xii) bahwa “Apresiasi bisa juga diajarkan
melalui pengalaman langsung. Misalnya, siswa menonton pertunjukan atau
pameran, mendengarkan rekaman, menonton video, dan berpraktik serta
berimprovisasi sendiri dengan instrumen dan unsur-unsur kesenian lainnya”.
Kegiatan apresiasi seni dapat dikatakan berhasil jika siswa mampu
memahami dan menghargai sebuah karya seni. Yayah Khisbiyah (2001:105)
berpendapat bahwa “Apresiasi seni dapat didefinisikan sebagai dicapainya
kemampuan untuk memahami kesenian dengan penuh pengertian”. Sehingga jika
siswa telah mampu mengenali, memahami, dan menjaga sebuah kesenian dengan
baik, maka baru dapat dikatakan siswa tersebut telah berapresiasi dengan baik.
Dalam apresiasi seni, hendaknya siswa diberikan pemahaman dan pengenalan
mengenai kesenian tradisi Nusantara. Sehingga siswa mampu mengenali dan ikut
menjaga melestarikan jati diri bangsanya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dalam materi apresiasi seni di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta
tahun ajaran 2011/2012, dipilih materi karya seni kriya Nusantara untuk
diapresiasi lebih lanjut. Hal ini merupakan langkah yang tepat agar siswa mampu
memahami lebih dalam karya seni kriya yang ada di wilayah Nusantara. Dalam
kata pengantarnya Yayah juga mengatakan bahwa “Jenis kesenian yang dipilih
(dalam apresiasi seni) seyogyanya adalah kesenian tradisi Nusantara, karena
sebagai anak bangsa, peserta didik sudah selayaknya mengetahui khazanah
kesenian tradisi bangsanya sendiri”. Lebih lanjut lagi, Yayah mengatakan
“Dengan demikian, apresiasi terhadap kesenian tradisional Nusantara ini
diharapkan membantu peserta didik mengenal jati dirinya sekaligus memahami
pluralitas bangsanya”.
Dalam materi apresiasi seni yang disampaikan adalah pengetahuan dasar
mengenai seni kriya Nusantara. Di antaranya adalah pengertian seni kriya, unsur-
unsur penciptaan seni kriya, fungsi tujuan penciptaan seni kriya, jenis-jenis
penciptaan seni kriya, teknik bahan penciptaan seni kriya dan ruang lingkup kriya.
Dengan mengenalkan siswa lebih dalam mengenai pemahaman dan pengetahuan
tentang seni kriya Nusantara, maka diharapkan siswa mampu meningkatkan
apresiasinya terhadap pembelajaran seni kriya Nusantara.
Berdasarkan silabus kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran
2011/2012, materi seni kriya Nusantara dalam pelajaran Seni Budaya didominasi
oleh praktek. Hal tersebut mengakibatkan penyampaian teori tentang karya seni
kriya Nusantara sangat sedikit dan kurang, sehingga pada saat guru menjelaskan
teori siswa menjadi kurang antusias dengan materi pembelajaran tersebut. Hal
tersebut karena merasa tidak butuh dan lebih memilih pembelajaran praktek.
Penyampaian materi yang kurang oleh guru juga menjadi faktor lain penyebab
siswa kurang antusias dengan materi seni kriya Nusantara. Akibat dari kurangnya
antusiasme siswa, rata-rata hasil belajar pada aspek kognitif siswa XI IPS 1 SMA
Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 pada materi seni kriya Nusantara
belum sampai pada standar penilaian yang telah ditentukan yaitu 73, yang secara
otomatis berpengaruh pada tingkat apresiasi siswa terhadap seni kriya Nusantara
itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Kegiatan apresiasi yang ditingkatkan dalam penelitian ini adalah
pemahaman (kognitif) siswa terhadap materi, sikap menghargai (afektif), dan
keterampilan siswa dalam menyusun kembali isi tentang materi seni kriya
Nusantara ke dalam sebuah makalah yang dibuat secara mandiri dengan rapi dan
sistematis (psikomotor). Peningkatan kegiatan tersebut dinilai melalui hasil
pengamatan selama penelitian berlangsung di kelas dan nilai tes berdasarkan
indikator yang sudah ditentukan. Pada hasil akhirnya, apresiasi siswa dikatakan
baik jika siswa memenuhi indikator-indikator yang telah ditentukan. Rincian
penjelasan segi kognitif, afektif dan psikomotor siswa yang akan mengacu pada:
a. Segi Kognitif
Istilah kognitif berasal dari bahasa latin, yaitu cognoscere yang berarti
“tahu” atau “mengenali”. (Aden Bagus, http://id.shvoong.com). Ranah kognitif
sangat berhubungan erat dengan kemampuan berpikir, diantaranya menghafal,
memahami, menganalisis, dan sebagainya. Ranah ini merujuk kepada kemampuan
subyek belajar dalam kecerdasan atau intelektualitasnya, seperti pengetahuan yang
dikuasai maupun cara berpikir. Dalam penelitian tindakan kelas ini nilai kognitif
diukur melalui hasil tes esai. Tes dilakukan setiap akhir pertemuan baik pada uji
terbatas maupun uji lapangan. Pada setiap tes akan mencakup keenam tingkatan
ranah kognitif.
Menurut Martinis Yamin (2006, 28:31) bahwa “Kawasan kognitif terdiri
dari enam tingkatan dengan aspek belajar berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut
yaitu:”
1) Tingkatan Pengetahuan (knowledge)
Pada level ini menuntut siswa untuk mampu mengingat informasi yang
telah diterima sebelumnya. Contoh: siswa dapat menyebutkan kembali
unsur-unsur seni kriya.
2) Tingkat Pemahaman (comprehension)
Pada tahap ini siswa dituntut berkemampuan dalam menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
Dalam hal ini siswa diharapkan menerjemahkan, atau menyebutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kembali yang telah didengar dengan menggunakan kalimat sendiri.
Contoh: siswa dapat menjelaskan tentang teknik dan pengertian kriya.
3) Tingkat Penerapan (aplication)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan
informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru. Contohnya
seperti siswa dapat mengemukakan penerapan benda-benda seni kriya
yang ada di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari.
4) Tingkat Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk mengindentifikasi yang dalam hal ini
siswa diharapkan mampu menunjukkan hubungan di atara berbagai
gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar,
prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Contoh: siswa dapat
menganalisis jenis-jenis seni kriya di Nusantara.
5) Tingkat Sintesis (synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga
terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Contoh: siswa mampu
mengkategorikan benda seni kriya di sekitarnya berdasarkan fungsi dan
tujuan benda kriya tersebut.
6) Tingkat Evaluasi (evaluation)
Dengan evaluasi diharapkan siswa mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda
dengan menggunakan kriteria tertentu. Contoh: siswa dapat mengkritik
tentang ruang lingkup seni kriya.
Keenam tingkatan tersebut terkandung pada soal-soal tes yang diberikan
kepada siswa setelah proses pembelajaran menggunakan multimedia dilaksanakan
pada setiap pertemuan. Soal-soal yang mengandung keenam tingkatan tersebut
diberikan kepada siswa dengan tujuan agar dapat mengukur tingkat kemampuan
kognitif siswa secara maksimal. Sehingga diharapkan pada akhir penelitian ini
mendapatkan hasil yang valid mengenai keefektifan multimedia dalam
meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Segi Afektif
Menurut Martinis Yamin (2006, 32) bahwa “Kawasan afektif merupakan
tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati
yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu”. Martinis
melanjutkan bahwa “Tujuan afektif dapat disebut sebagai minat, sikap hati, sikap
menghargai, sistem nilai dan kecenderungan emosi”.
Jenis kategori ranah afektif dari yang paling sederhana hingga kompleks
menurut Martinis Yamin (2006, 33-36) yakni:
1) Tingkat Menerima (receiving)
Menerima diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku
dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya (stimulus)
tertentu yang mengandung estetika. Contoh: siswa mendengarkan
penjelasan guru tentang materi karya seni kriya Nusantara dengan penuh
perhatian dan sungguh-sungguh tanpa melakukan aktivitas yang tidak
mendukung proses pembelajaran.
2) Tingkat Tanggapan (responding)
Tanggapan diartikan dari segi kemauan atau kemampuan untuk bereaksi
terhadap suatu kejadian (stimulus) dengan cara berpartisipasi dalam
berbagai bentuk. Contoh: siswa tepat dalam memberikan pertanyaan atau
pendapat mengenai materi karya seni kriya Nusantara tanpa keluar dari
konteks materi tersebut.
3) Tingkat Menilai (valuing)
Menilai dapat diartikan sebagai kemauan untuk menerima kenyataan
setelah seseorang itu sadar bahwa objek tertentu mempunyai nilai atau
kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku
posirif atau negatif. Contoh: siswa bekerja sama untuk tidak saling
melakukan aktivitas yang tidak mendukung selama proses pembelajaran
berlangsung.
4) Tingkat Organisasi (organization)
Organisasi dapat diartikan sebagai kemungkinan untuk
mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan antar nilai dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menerima bahwa suatu nilai itu lebih dominan dibanding nilai yang lain
apabila kepadanya diberikan berbagai nilai. Contoh: siswa akan hadir
dalam setiap jam pelajaran seni budaya tepat waktu tanpa keluar pada
saat pergantian jam pelajaran.
5) Tingkat Karakteristik (characterization)
Karakteristik adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan
seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga
sikap dan perbuatan itu seolah-olah menjadi ciri-ciri pelakunya. Contoh:
siswa tepat waktu dalam mengumpulkan tugas pada hari yang sudah
ditentukan oleh guru.
c. Segi Psikomotor
Kawasan psikomotor menurut Martinis Yamin (2006, 37) adalah
“Kawasan yang berorentasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan
dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf
dan otot.” Contoh: siswa membuat makalah secara mandiri dan kedalaman isi
dengan sistematis tentang materi karya seni kriya Nusantara pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan rapi dan dapat dibaca.
4. Seni Kriya Nusantara
a. Pengertian Seni Kriya
Techne (Yunani), ars (Latin), kuns (Jerman) dan art dalam Bahasa
Inggris, semuanya memiliki pengertian yang sama yakni keterampilan dan
kemampuan. Keterampilan dan kemampuan yang dikaitkan dengan tujuan dalam
seni seperti estetis (keindahan), etis, dan nilai praktis. Sedangkan Kriya adalah
bidang keilmuan yang mempelajari pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas
berkarya rupa, yang bertolak dari pendekatan medium, kepekaan estetik,
kebutuhan keseharian dan mengandalkan keterampilan manual. Menurut T.
Bahtiar, “Seni kriya (seni kerajinan tangan, handycraft) dapat diartikan, suatu
bentuk atau karya yang dikerjakan secara manual atau dibantu dengan alat lain
sebagai benda yang berguna bagi kepentingan manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Seni kriya seringkali disebut sebagai handycraft yang berarti kerajinan
tangan. Seni kriya termasuk dalam kategori seni rupa terapan, yaitu seni yang
selain memiliki aspek-aspek keindahan, juga menekankan aspek kegunaan atau
fungsi praktis (http://www.scribd.com). Dengan kata lain, seni kriya ialah seni
kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan
kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan pertimbangan artistik dan
keindahan.
b. Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya
Pembuatan sebuah karya seni kriya tentu tidak dibuat begitu saja, akan
tetapi memiliki fungsi dan tujuan tersendiri. Berikut ini merupakan fungsi dan
tujuan pembuatan seni kriya.
1) Sebagai benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan mengutamakan
fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
Misalnya kursi ukir, meja ukir, cermin dengan bingkai unik, dan lain-lain.
2) Sebagai benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai benda pajangan
atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek
kegunaan atau segi fungsinya. Misalnya guci, hiasan dinding, dan lain
sebagainya.
3) Sebagai benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan.
Misalnya mobil-mobilan, boneka wayang, dan lain-lain.
c. Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya
Berikut ini merupakan unsur yang membentuk seni kriya, diantaranya
ialah aspek kegunaan dan estetika.
1) Utility atau aspek kegunaan
a) Security: mengenai keamanan dalam menggunakan benda seni
tersebut.
b) Comfortable: mengenai kenyamanan dalam menggunakan benda
seni tersebut.
c) Flexibility: yaitu keluwesan penggunaan.
2) Estetika atau syarat keindahan
Adanya keindahan pada sebuah benda terapan dapat menambah rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
senang, nyaman dan puas bagi pemakainya. Dorongan orang memakai,
memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika barang itu
diperindah dan berwujud estetik.
d. Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya di Nusantara
1) Seni kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari
kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis. Contohnya: tas,
sepatu, wayang dan lain-lain.
2) Seni kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam
seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang digunakan
biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk
yang diinginkan. Contohnya pisau, barang aksesoris, dan lain-lain.
3) Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang
dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya
digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain.
Contohnya mebel, relief dan lain-lain.
4) Seni kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan,
bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, enceng
gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.
5) Seni kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan
proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing). Contohnya: baju,
gaun dan lain-lain.
6) Seni kerajinan keramik, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku
dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin,
pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda pakai
dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain.
e. Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan
dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir,
membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.
1) Teknik cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya
dari bahan perunggu seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan
perhiasan. Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
a) Teknik tuang berulang (bivalve)
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena
menggunakan dua keping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai
berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua dan valve berarti
kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang
sederhana baik bentuk maupun hiasannya.
b) Teknik tuang sekali pakai (a cire perdue)
Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang
bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu.
Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya
dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar
untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga
perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat
dapat dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya
berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat
dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat
lilin. Saat ini banyak terdapat sentra- sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan
perak.
2) Teknik Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil
kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir
adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan
benda yang diukir. Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman
batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti
perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda-
benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran,
garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
sebagai hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius. Dilihat dari
jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan),
ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir
memiliki macam-macam fungsi antara lain:
a) Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan
tidak memiliki makna tertentu.
b) Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu
dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan
spiritual.
c) Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan
juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan
spiritual.
d) Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga
berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
e) Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai
jual suatu benda.
3) Teknik Membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi
kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni
rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya
adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses
dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan
tahapnglorod yaitu penghilangan malam. Alat dan bahan yang dipakai
untuk membatik pada umumnya sebagai berikut:
a) Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan
kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco,
dan baju kaos.
b) Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai
perintang masuknya warna ke serat kain (benang).
c) Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam diasol.
d) Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
e) Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan kain yang
lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik
membatik antara lain sebagai berikut:
a) Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam
sebagaia bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk
menghalangi masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan
proses ini disebut batik jumputan.
b) Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam
dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada
kain.
c) Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel
yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat
motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
d) Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik
ini seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek
tertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia antara lain
Amri Yahya.
e) Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak
terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan
motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif,
bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
f) Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses
pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan
teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk
kain seragam sekolah.
Daerah penghasil batik di Jawa yang terkenal diantaranya Pekalongan,
Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon.
4) Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi
dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai tumbuhan
yang diambil seratnya, seperti bambu, palem, rotan, mendong, pandan dan
lain-lain.
5) Teknik Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik menganyam,
perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup
melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan
alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat
yang disebut lungsi dan pakan. Daerah penghasil tenun ikat antara lain.
6) Teknik Membentuk
Pengertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa
dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau
keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui
pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda
dari bahan mentahnya. Teknik yang umumnya digunakan pada proses
pembuatan keramik, diantaranya:
a. Teknik coil (lilit pilin)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan
atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional
yang bebas untuk membuat bentuk- bentuk yang diinginkan.
Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh
seniman atau para penggemar keramik.
b. Teknik tatap batu/ pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)
d. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak
bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara
pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para
pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional
biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar
kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll.
e. Teknik Cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan
jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan
ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah
berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan
jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan
pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat
rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll.
Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik
tradisonal dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang
dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan
berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai penggunaan multimedia dalam pembelajaran adalah
penelitian yang dilakukan oleh Agung Bayu Saputro (2010) yang berjudul
Penggunaan Multimedia Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Berkarya
Seni batik di SMP Negeri I Eromoko Tahun Pelajaran 2009/2010.
Pada penelitian ini, memiliki permasalahan pokok yaitu rendahnya minat,
perhatian, serta kreativitas siswa pada mata pelajaran seni rupa topik bahasan
kriya batik di SMP Negeri 1 Eromoko. Kurangnya antusiasme siswa terhadap
pembelajaran ini mengakibatkan siswa melakukan aktivitas lain pada saat guru
sedang menjelaskan materi pelajaran, yang akhirnya berdampak pada kurang
maksimalnya penyampaian dan penerimaan materi pelajaran. Hal ini
mengakibatkan pemahaman siswa tentang materi seni rupa menjadi rendah, untuk
itu guru memerlukan media dalam menyampaikan materi agar siswa lebih mudah
memahami materi pelajaran. Dalam penelitian tersebut, dengan menggunakan
bantuan multimedia, pembelajaran menjadi semakin menarik, dan pemahaman
siswa terhadap materi meningkat, sehingga meningkatkan motivasi siswa dalam
berprestasi. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penggunaan multimedia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
sebagai media pada pembelajaran seni rupa pokok bahasan kriya batik terbukti
dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran dan meningkatkan kreativitas
siswa dalam berkarya desain ragam hias pola batik.
Sementara pada penelitian ini, kondisi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri
1 Surakarta memiliki permasalahan yang hampir sama dengan kedua penelitian di
atas, yaitu rendahnya antusiasme siswa terhadap pembelajaran yang berakibat
pada kurangnya pemahaman siswa terhadap materi.
Dari hasil penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa dengan pembelajaran
menggunakan multimedia, dapat meningkatkan antusiasme siswa terhadap karya
seni kriya Nusantara yang secara otomatis berakibat pada meningkatnya
pemahaman siswa terhadap materi. Hal ini sejalan dengan kebutuhan
permasalahan penelitian ini yaitu kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya
seni. Dalam kegiatan apresiasi seni dalam pembelajaran seni budaya
membutuhkan pemahaman dan pengenalan lebih mengenai sebuah karya seni atau
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara, sebelum akhirnya siswa dapat
mengapresiasi karya seni tersebut dengan baik.
Dengan demikian, diasumsikan bahwa pemahaman siswa dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran menggunakan multimedia. Peningkatan
pemahaman siswa mengenai materi ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi karya seni tersebut dengan baik, yang kemudian akan diikuti
oleh peningkatan apresiasi seni siswa.
Penerapan multimedia dalam penelitian ini merupakan salah satu
alternatif variasi proses pembelajaran dalam upaya membantu siswa
meningkatkan apresiasi seninya pada pembelajaran materi kriya seni, yang pada
akhirnya diikuti oleh meningkatnya apresiasi siswa terhadap karya seni kriya
Nusantara itu sendiri. Dengan menggunakan multimedia sebagai salah satu solusi
permasalahan dalam penelitian ini, diharapkan apresiasi seni siswa dapat
meningkat dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
C. Kerangka berpikir
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan proses penyampaian dan
penerimaan pesan maupun informasi antara informan dengan penerima informasi.
Agar proses dan tujuan penyampaian informasi tersebut dapat tercapai dengan
maksimal, maka biasanya dibutuhkan adanya perantara atau media tertentu yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan proses pembelajaran tersebut.
Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah bergantung kepada metode
pengajaran dan seberapa besar antusiasme siswa terhadap proses pembelajaran
yang dilakukan, serta media yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut.
Pembelajaran apresiasi seni sangat dibutuhkan terutama bagi generasi
muda untuk melatih kepekaannya dalam menghargai, memahami, dan
menanggapi karya seni yang dimiliki bangsanya. Ada berbagai macam karya seni
dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia, salah satu diantaranya berupa karya
seni kriya yang lebih mendominasi karya seni di Indonesia. Dalam proses
mengapresiasi sebuah karya seni, hendaknya dilakukan terlebih dahulu
pengenalan dan pemahaman mengenai karya seni tersebut.
Pemerintah telah banyak mengupayakan berbagai alternatif cara agar
generasi muda bangsa dapat mengenali jati diri bangsanya dengan baik. Salah satu
di antaranya melalui bidang pendidikan. Dalam silabus kelas XI IPS 1, disebutkan
bahwa kompetensi dasar yang harus dicapai siswa salah satunya ialah
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di
wilayah Nusantara. Itu artinya, sebelum siswa lebih jauh mengapresiasi karya seni
kriya, siswa haruslah terlebih dahulu memiliki kemampuan dalam
mengidentifikasi atau mengenali dan memahami dengan baik segala sesuatu
tentang karya seni kriya Nusantara seperti yang disebutkan dalam silabus. Dengan
adanya pemahaman dan pengenalan siswa terhadap karya seni yang dimiliki
bangsanya, maka diharapkan sebagai generasi penerus bangsa ia dapat ikut
berperan serta dalam melestarikan seni dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia.
Kondisi proses pembelajaran seni budaya di kelas XI IPS 1 SMA Negeri
1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 sebenarnya sudah cukup baik, namun dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
segi apresiasi seni siswa pada pembelajaran masih kurang. Hal ini dibuktikan
dengan kurangnya sikap menghargai siswa dengan menunjukkan sikap yang tidak
antusias ketika guru sedang menjelaskan materi karya seni kriya Nusantara karena
melakukan aktivitas masing-masing sehingga mengurangi kualitas proses
pembelajaran. Selain itu rata-rata nilai LKS siswa belum mencapai nilai KKM
yang telah ditentukan, dengan demikian menunjukkan kognitif (pemahaman)
siswa terhadap karya seni kriya Nusantara masih lemah. Kurangnya apresiasi
siswa terhadap materi karya seni kriya Nusantara juga dapat dilihat dari sedikitnya
siswa yang membuat makalah secara mandiri yang dihasilkan dari daya tangkap
mereka setelah mendengar penjelasan materi dari guru, sehingga mengakibatkan
ikut lemahnya aspek psikomotor siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan kembali bahwa ternyata siswa kelas XI IPS 1 SMA
Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 belum dapat mengapresiasi karya seni
kriya Nusantara dengan baik sesuai harapan sekolah berdasarkan silabus.
Permasalahan di atas mendorong peneliti untuk mencari alternatif media
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan apresiasi seni siswa, yaitu
dengan mengembangkan multimedia. Multimedia dipilih dalam tindakan
penelitian ini dikarenakan memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat
memberikan kemudahan kepada siswa untuk belajar seni kriya nusantara secara
individual maupun secara kelompok, selain itu juga dapat mendorong motivasi
belajar siswa dan dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan
materi dengan lengkap dan berurutan. Selanjutkan penggunaan multimedia
tersebut diterapkan ke dalam siklus I dan II dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara yang berdasarkan indikator
penelitian. Sehingga kehadiran multimedia dengan berbagai program dan
aplikasinya diharapkan memberikan manfaat yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Adapun gambar alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
TINDAKAN
SIKLUS I SIKLUS II
Melalui Multimedia: lebih menarik, efektif, menyenangkan, dan komunikatif.
D.
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data”. (Sugiyono, 2010:64).
Proses Pembelajaran Apresiasi Karya Seni Kriya Nusantara
Kompetensi Dasar yang Harus
dicapai Siswa:
Siswa mampu mengidentifikasi
keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah
Nusantara
Fakta:
Kurangnya antusias siswa saat guru
menjelaskan materi, rata-rata nilai
LKS siswa yang belum mencapai
nilai KKM yang telah ditentukan, dan
masih sedikit siswa yang membuat
makalah secara mandiri.
PENINGKATAN
Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara ditunjukkan:
1. Minimal 80% siswa mampu menjelaskan dengan baik pengetahuan tentang
karya seni kriya Nusantara.
2. Minimal 80% siswa mampu menunjukkan sikap menghargai terhadap karya
seni kriya Nusantara dengan meningkatnya kemampuan.
3. Minimal 80% siswa mampu membuat makalah secara mandiri tentang
karya seni kriya Nusantara dengan rapi dan sistematis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Multimedia yang terdiri atas
gabungan dari teks, suara, gambar dan animasi dengan menggunakan perangkat
lunak macromedia flash dapat meningkatkan apresiasi seni kriya nusantara pada
siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Multimedia dalam pembelajaran ini dapat membantu siswa mengidentifikasi
keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara.
Hal ini karena kegiatan apresiasi seni pada pembelajaran seni budaya sangat
membutuhkan pemahaman dan pengenalan lebih mengenai sebuah karya seni
kriya. Dalam multimedia tersebut terdapat pengetahuan tentang karya seni kriya
Nusantara yakni pengertian seni kriya, unsur-unsur penciptaan seni kriya, fungsi
tujuan penciptaan seni kriya, jenis-jenis penciptaan seni kriya, teknik bahan
penciptaan seni kriya dan ruang lingkup kriya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta, yang beralamat di
Jalan Monginsidi No. 40 Surakarta. Sekolah ini dipimpin oleh Drs. MH.
Thoyibun, SH.,MM., yang bertindak sebagai kepala sekolah yang membawahi
kurang lebih 103 tenaga pengajar dan staf administrasi.
Waktu penelitian dilaksanakan pada semeter I tahun ajaran 2011/2012
secara bertahap dari bulan Juli 2011 sampai Desember 2011. Hal ini dikarenakan
pada bulan-bulan tersebut merupakan waktu yang produktif untuk pembelajaran
seni budaya khususnya karya seni kriya Nusantara.
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Surakarta kelas XI IPS
1 semeter I tahun ajaran 2011/2012, yang berjumlah 23 siswa, terdiri dari 13 siswa
perempuan dan 10 siswa laki-laki.
Adapun alasan peneliti memilih sekolah ini sebagai lokasi penelitian
adalah: (1) Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah terbaik di Surakarta,
dan juga memiliki prestasi yang baik, demikian juga dengan kualitas guru dan
siswa yang baik; (2) di lokasi penelitan belum pernah digunakan multimedia
sebagai media dalam pembelajaran seni rupa sebagai subjek penelitian sejenis
khususnya pada materi karya seni kriya Nusantara, sehingga terhindar dari
kemungkinan penelitian ulang; (3) adanya perbedaan antara tujuan kurikulum
dengan fakta dan hasil pembelajaran kriya nusantara, yaitu masih kurangnya
kemampuan siswa pada segi kognitif afektif, dan psikomotor. (4) Sekolah tersebut
merupakan sekolah yang mendukung untuk diadakannya penelitian.
Peneliti memilih kelas XI IPS 1 sebagai subjek penelitian karena siswa-
siswa tersebut kurang antusias siswa pada saat guru menjelaskan materi, rata-rata
nilai LKS siswa yang belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 73,
dan masih sedikit siswa yang membuat makalah secara mandiri dengan baik.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menjaring data, maka yang akan dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan teknik dan alat pengumpulan data yang berupa:
1. Observasi, S. Margono (2005: 158) “Observasi diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian”. Maka, observasi merupakan tindakan yang dilakukan secara
langsung seorang peneliti untuk mendapatkan data penelitian dengan cara
melihat hal-hal yang terjadi ditempat penelitian secara sistematis. Observasi
digunakan untuk mengamati kondisi awal proses pembelajaran, saat tindakan
berlangsung dan multimedia yang digunakan sebelum dan pada saat
diadakannya perbaikan. Pembelajaran dilakukan oleh guru dan siswa kelas XI
IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta dengan menggunakan multimedia. Adapun
hal-hal yang diamati selama observasi berlangsung adalah kondisi nyata di
lapangan, antara lain:
a. Tanggapan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan multimedia,
b. Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi
dengan menggunakan multimedia,
c. Multimedia yang digunakan dalam penyampaian materi.
2. Tes, S. Margono (2005: 170) berpendapat bahwa “Tes ialah seperangkat
rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat
jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka”. Tes
digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan solusi terhadap
masalah yang sedang dihadapi dari segi kognitif. Dalam penelitian ini tes yang
diberikan adalah tes esai. Tes esai diberikan kepada siswa XI IPS 1 setelah
melihat penjelasan guru dengan menggunakan multimedia dengan perangkat
lunak macromedia flash.
3. Wawancara, S. Margono (2005: 165) berpendapat bahwa “Interview
(wawancara) adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula”.
Wawancara dilakukan terhadap guru pelajaran seni budaya kelas XI IPS 1 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
beberapa siswa kelas XI IPS 1 Negeri 1 Surakarta, di antaranya 1 siswa yang
memiliki nilai tertinggi, 1 siswa yang memiliki nilai sedang, dan 1 siswa yang
memiliki nilai rendah. Wawancara dibedakan menjadi dua tahap. Tahap
pertama yaitu wawancara observasi awal yang bertujuan untuk menggali
informasi tentang proses pembelajaran pada kondisi awal. Rinciannya yaitu:
a. Wawancara yang dilakukan terhadap guru berkenaan dengan:
1) Kondisi pembelajaran apresiasi karya seni kriya rupa,
2) Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam memberikan materi
apresiasi seni sebelum diadakannya perbaikan pembelajaran dengan
media multimedia,
3) Hambatan dan kesulitan yang dirasakan guru dalam proses
pembelajaran apresiasi selama ini.
4) Sikap siswa kelas XI IPS 1 selama proses pembelajaran apresiasi seni
selama ini.
b. Wawancara yang dilakukan terhadap siswa adalah meliputi:
1) Pendapat mereka tentang proses pembelajaran apresiasi karya seni
kriya rupa selama ini,
2) Hambatan dan kesulitan yang mereka rasakan pada saat pembelajaran
apresiasi seni disampaikan.
Tahap kedua yaitu wawancara pada saat setelah perbaikan tindakan
dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi secara langsung dari
narasumber tentang berjalannya proses pembelajaran dengan menggunakan
multimedia. Wawancara yang dilakukan bersama guru dan siswa ini dilakukan
untuk mengetahui perkembangan apresiasi siswa dalam pembelajaran karya
seni kriya khususnya dalam mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan
bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara dengan multimedia.
4. Dokumentasi, menurut S. Margono (2005: 181) cara mengumpulkan data
melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumentasi yaitu mencari data dari
dokumen atau arsip yang ada. Data tersebut diperoleh dari:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a. SMA Negeri 1 Surakarta: berupa silabus seni budaya,
b. Guru Pengampu Seni Budaya kelas XI IPS 1: buku panduan atau materi
ajar, hasil tugas dan daftar nilai siswa yang dimiliki guru baik sebelum dan
setelah diadakan penelitian. Nilai siswa tersebut akan dijadikan sebagai
tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran menggunakan
multimedia.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif). Menurut Sarwiji
(2008:70) teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data
kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Peneliti
membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap
siklus. Analisis data ini dilakukan dengan membandingkan hasil afektif dan
kognitif siswa pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus I, dan setelah
siklus II.
2. Teknik analisis kritis. Sarwiji juga mengungkapkan teknik analisis kritis
mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja
siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hasil analisis tersebut
dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya
sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/ atau
setelah pengumpulan data.
E. Prosedur Penelitian
Tujuan pokok yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
meningkatkan apresiasi siswa terhadap Karya Seni Kriya Nusantara melalui
pembelajaran dengan menggunakan multimedia pengetahuan seni kriya Nusantara
pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Dengan demikian prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas yang direncanakan berlangsung selama dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
observasi, dan refleksi. “PTK dalam pelaksanaannya diawali dengan diagnosis
masalah, kesadaran permasalahan yang Anda rasakan mengganggu dan
menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditengarai berdampak
kurang baik terhadap proses dan/ atau hasil belajar siswa, dan/ atau implementasi
program sekolah”. (Sarwiji Suwandi, 2008:35). Dengan demikian sebelum
dilakukannya 4 tahap pokok dalam PTK, lebih dahulu dilakukan 1 tahap awal
yaitu pengenalan masalah atau identifikasi masalah yang dirasakan mengganggu
proses dan/ atau hasil belajar dalam sebuah kelas yang akan dijadikan sebagai
subyek PTK.
Menurut Tagart, (dalam Zainal Aqib, 2008:30), prosedur pelaksanaan
PTK mencakup penetapan fokus masalah penelitian, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berikut ini adalah penjelasan dari
tahap-tahap tersebut:
1. Tahap Penetapan Fokus Masalah Penelitian
Tahap ini dilakukan dengan merasakan adanya masalah, menganalisis
masalah, kemudian merumuskan masalah agar dapat menetapkan masalah
yang dihadapi oleh subyek PTK.
Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengadakan observasi lapangan,
yaitu mengetahui keadaan nyata di lapangan secara langsung. Observasi awal
dilakukan dengan mengamati kondisi awal kelas pada jam pelajaran seni
budaya, melakukan wawancara secara terpisah dengan guru dan murid serta
mendiskusikan hambatan atau kesulitan apa saja yang dihadapi selama proses
pembelajaran di kelas dan bagaimana solusinya. Observasi dilakukan pada
guru mata pelajaran seni budaya dan siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
2. Tahap Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan disusun dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi, serta tahap analisis dan refleksi. Berdasarkan pengenalan masalah
yang dilakukan melalui observasi awal, maka diajukan suatu solusi untuk
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran seni budaya di kelas XI IPS 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
SMA Negeri 1 Surakarta yaitu dengan penggunaan multimedia sebagai upaya
meningkatkan apresiasi siswa terhadap karya seni kriya Nusantara.
Pada tahap ini juga dilakukan penyusunan skenario pembelajaran yaitu
dua buah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk dua siklus,
mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas,
menyediakan media pembelajaran yang akan digunakan, mempersiapkan
instrumen untuk menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan yang
telah dilakukan.
3. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti mulai melaksanakan tindakan, yakni
meningkatkan apresiasi siswa terhadap karya seni kriya Nusantara melalui
multimedia pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Surakarta. Dalam
tahap ini peneliti melakukan tindakan dalam 2 siklus yang masing-masing
terdiri dari 3 pertemuan. Setiap siklus akan dilakukan tindakan perbaikan
pembelajaran melalui multimedia berupa gabungan teks, slide suara, gambar,
dan animasi. Untuk menggunakan multimedia, maka pada penelitian ini juga
menggunakan Liquid Cristal Display (LCD) proyektor dan komputer.
Multimedia pembelajaran dibuat semenarik mungkin untuk menarik antusias
siswa terhadap pelajaran, sehingga kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah
Nusantara dapat tercapai dengan maksimal sesuai dengan indikator penelitian.
4. Tahap Pengamatan/ Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa
yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Tahap ini
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat
sebelumnya, sehingga memudahkan peneliti dalam mengamati perkembangan
kelas. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui segala kelemahan dan
kekurangan yang mungkin muncul dan dijadikan landasan dalam melakukan
refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
5. Refleksi
Refleksi dilakukan bersama guru pada setiap akhir siklus. Pada tahap
ini, dilakukan penganalisisan data mengenai proses, masalah, dan hambatan
yang ditemui selama penelitian berlangsung. Kemudian didiskusikan bersama
guru untuk diambil kesimpulan dari hasil pelaksanaan penelitian. dari
penarikan kesimpulan ini diketahui apakah tindakan yang sudah dilakukan
sudah mencapai indikator yang diinginkan atau belum, sehingga dapat
ditentukan tindakan selanjutnya. Adapun masing-masing indikator yang akan
dicapai dalam penelitian berdasarkan tiga aspek di bawah ini yakni:
a. Minimal 80% siswa mampu mengidentifikasi dengan baik keunikan
gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara.
Aspek penilaiannya adalah siswa mampu menjawab dan menjelaskan
jawaban atas soal yang diberikan dengan baik sesuai pada materi
pengetahuan tentang seni kriya Nusantara yang telah disampaikan melalui
multimedia.
b. Minimal 80% siswa menunjukkan sikap menghargai terhadap seni kriya
Nusantara dengan baik. Aspek penilaian siswa yang menunjukkan sikap
menghargai adalah ditunjukkan dengan perhatian, keaktifan siswa dalam
bertanya dan mengungkapkan pendapatnya mengenai karya seni kriya
Nusantara.
c. Minimal 80% siswa mampu membuat deskripsi yaitu makalah secara
mandiri mengenai seni kriya Nusantara sesuai dengan tema pembelajaran
yang diperintahkan. Aspek penilaian siswa dalam menunjukkan
kemampuan membuat makalah secara mandiri. Penilaian penulisan
makalah ditentukan berdasarkan hasil diskusi antara guru dan peneliti,
sehingga aspek yang dinilai meliputi kelengkapan makalah, kejelasan ide
makalah, urutan penyajian makalah, keunikan penyajian makalah,
ketepatan pemilihan kalimat, dan kesungguhan dalam menyelesaikan
tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Secara rinci urutan masing-masing tahap dalam siklus dapat digambarkan
dalam skema sebagai berikut:
Gambar 3. Bagan Prosedur Penelitian
Penetapan Fokus
Masalah
Perencanaan
SIKLUS I Pelaksanaan
Observasi/
Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan SIKLUS II
Observasi/
Pengamatan
Refleksi
Tercapainya
Indikator
Sudah: PTK bisa diakhiri
Belum: PTK perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya
Perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana tindakan yang dilakukan pada
setiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Siklus I
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan multimedia yang digunakan
dalam proses pembelajaran seni budaya kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1
Surakarta. Multimedia yang digunakan berupa gabungan teks, gambar, dan
animasi dengan tampilan semenarik mungkin untuk menarik perhatian siswa.
Selain itu dipersiapkan juga fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di
kelas yaitu komputer, LCD proyektor, dan lain-lain. Pada tahap ini juga dibuat
skenario pembelajaran, yaitu apa saja yang dilakukan guru dengan media yang
sudah tersedia selama proses pembelajaran berlangsung. Skenario
pembelajaran tersebut antara lain:
Tabel 1. Perencanaan Siklus I Pertemuan 1
Siklus I (Pertemuan ke 1)
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
1. KEGIATAN AWAL
±5 menit Guru mempersiapkan RPP,
silabus, soal tugas, dan
multimedia pengetahuan karya
seni kriya Nusantara.
Menyiapkan diri
menerima pelajaran
KEGIATAN INTI
±5 menit
Guru membuka pelajaran
dengan salam pembuka dan
apersepsi materi yang akan
diajarkan yaitu pengertian,
unsur-unsur penciptaan seni
kriya. Apersepsi ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan siswa tentang Seni
Kriya. Apersepsi dilakukan
dengan memberi tes awal berupa
pertanyaan tentang materi yang
akan diajarkan
Siswa memperhatikan
apersepsi yang
disampaikan guru
Guru menggunakan multimedia
pengetahuan karya seni kriya
Nusantara yang berisi tentang
Sementara itu siswa
memperhatikan
multimedia karya seni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pengertian dan unsur-unsur
penciptaan seni kriya.
kriya Nusantara yang
berisi tentang pengertian,
unsur, fungsi dan tujuan
seni kriya tersebut
dengan seksama
±15 menit
Guru berdiskusi bersama siswa
mengulas kembali dan
menjelaskan tentang pengertian
dan unsur-unsur penciptaan seni
kriya.
Selesai menjelaskan, guru
mempersilakan siswanya untuk
bertanya jika ada yang ingin
ditanyakan atau menyampaikan
tanggapannya seputar materi
yang telah dijelaskan yaitu
mengenai pengertian dan unsur-
unsur seni kriya
Siswa mendengarkan
penjelasan guru.
Kemudian siswa
bertanya kepada guru
jika ada materi yang
kurang dimengerti atau
menyampaikan
tanggapannya setelah
melihat penjelasan dari
guru dan multimedia
mengenai pengertian,
unsur, fungsi dan tujuan
seni kriya.
±10 menit
KEGIATAN AKHIR
± 5 menit Guru menyimpulkan materi
pelajaran bersama siswa
Menyimpulkan materi
pelajaran bersama guru.
Menutup proses pembelajaran - ±5 menit
Tabel 2. Perencanaan Siklus I Pertemuan 2
Siklus I (Pertemuan ke 2)
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
1. KEGIATAN AWAL
±5 menit Guru mempersiapkan RPP,
silabus dan multimedia
pengetahuan karya seni kriya di
wilayah Nusantara.
Menyiapkan diri
menerima pelajaran
KEGIATAN INTI
±5 menit
Guru membuka pelajaran
dengan salam pembuka dan
apersepsi materi yang akan
diajarkan yaitu fungsi dan tujuan
penciptaan seni kriya. Apersepsi
ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan siswa
tentang Seni Kriya. Apersepsi
dilakukan dengan memberi tes
awal berupa pertanyaan tentang
materi yang akan diajarkan.
Siswa memperhatikan
apersepsi yang
disampaikan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Guru menggunakan multimedia
pengetahuan karya seni kriya
Nusantara yang berisi tentang
fungsi dan tujuan penciptaan
seni kriya.
Sementara itu siswa
memperhatikan
multimedia karya seni
kriya Nusantara yang
berisi tentang fungsi dan
tujuan penciptaan seni
kriya tersebut dengan
seksama.
±15 menit
Guru berdiskusi bersama siswa
mengulas kembali dan
menjelaskan tentang fungsi dan
tujuan penciptaan seni kriya.
Selesai menjelaskan, guru
mempersilakan siswanya untuk
bertanya jika ada yang ingin
ditanyakan atau menyampaikan
tanggapannya seputar materi
yang telah dijelaskan yaitu
mengenai fungsi dan tujuan seni
kriya.
Siswa mendengarkan
penjelasan guru.
Kemudian siswa
bertanya kepada guru
jika ada materi yang
kurang dimengerti atau
menyampaikan
tanggapannya setelah
melihat penjelasan dari
guru dan multimedia
mengenai fungsi dan
tujuan penciptaan seni
kriya.
±10 menit
KEGIATAN AKHIR
± 5 menit Guru menyimpulkan materi
pelajaran bersama siswa
Menyimpulkan materi
pelajaran bersama guru.
Menutup proses pembelajaran - ±5 menit
Tabel 3. Perencanaan Siklus I Pertemuan 3
Siklus I (Pertemuan ke 3)
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
1. KEGIATAN AWAL
±5 menit Guru mempersiapkan RPP,
silabus dan soal essai
pengetahuan karya seni kriya
Nusantara.
Menyiapkan diri
menerima pelajaran
KEGIATAN INTI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Guru membuka pelajaran
dengan salam pembuka dan
sedikit mengulas tentang materi
sebelumnya. Kemudian
apersepsi materi yang akan
diajarkan yaitu pengertian, unsur
penciptaan, fungsi dan tujuan
penciptaan seni kriya. Apersepsi
dilakukan dengan memberi tes
awal berupa pertanyaan tentang
materi yang akan diajarkan.
Siswa memperhatikan
apersepsi yang
disampaikan guru.
Menjawab pertanyaan
dari guru tentang ulasan
materi sebelumnya.
±5 menit
Guru memberikan soal tes
tertulis kepada siswa tentang
pengertian, unsur penciptaan,
fungsi dan tujuan penciptaan
seni kriya.
Siswa mengerjakan soal
tes tertulis dari guru yaitu
tentang pengertian, unsur
penciptaan, fungsi dan
tujuan penciptaan seni
kriya.
±25 menit
KEGIATAN AKHIR
±10 menit
Guru memerintahkan siswa
untuk mengumpulkan lembar
jawaban.
Siswa mengumpulkan
lembar jawaban
Menutup proses pembelajaran
seni budaya
-
Di samping itu peneliti juga menyiapkan instrumen yang digunakan
dalam penelitian yang meliputi: lembar observasi, pedoman wawancara dengan
guru dan siswa, dan soal tes tentang materi yang disajikan. Wawancara dilakukan
dengan guru dan siswa setelah siklus I selesai dilakukan untuk mengetahui
kekurangan, kelebihan, serta hambatan yang dihadapi selama pelaksanaan siklus I
untuk diperbaiki di siklus II.
b. Tahap Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan
skenario pembelajaran yang telah disusun. Pelaksanaan dilakukan sebanyak
tiga kali pertemuan, dan setiap pertemuan masing-masing 1 x 45 menit.
c. Tahap Observasi Siklus I
Tahap ini dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya proses
pembelajaran apresiasi karya seni kriya Nusantara dengan menggunakan
multimedia. Tahap ini dilakukan dengan cara mengamati proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Lembar
observasi digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung pada siklus I. Hasil observasi selama proses
pembelajaran digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai
selama siklus I berlangsung.
d. Tahap Refleksi Siklus I
Setelah proses pembelajaran pada siklus I berakhir, maka diadakan
analisis terhadap semua data yang diperoleh di lapangan selama siklus I
berlangsung. Refleksi pada siklus I dilakukan dengan menganalisis masalah-
masalah yang muncul selama proses pembelajaran dengan menggunakan
multimedia. Berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada siklus I, maka
dapat ditentukan apakah tindakan yang dilaksanakan sebagai pemecahan
masalah sudah mencapai tujuan atau belum. Melalui refleksi inilah ditentukan
untuk melakukan siklus lanjutan jika indikator belum tercapai dengan
sempurna.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan Siklus II
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan tindakan
berdasarkan refleksi pada siklus I. Tahap perencanaan pada siklus II ini
peneliti memperbaiki multimedia yang digunakan dalam proses
pembelajaran apresiasi karya seni kriya Nusantara. Multimedia yang
ditampilkan masih terdiri dari gabungan teks, gambar dan animasi, hanya
saja tampilannya lebih diperbaiki berdasarkan hasil refleksi siklus I dan
hasil wawancara terhadap guru dan siswa tentang multimedia. Selain itu
juga dilakukan perbaikan skenario pembelajaran agar siswa lebih
antusias mengikuti pelajaran seni budaya dengan materi apresiasi karya
seni kriya Nusantara.
Perencanaan lainnya masih sama dengan siklus I yaitu
menyiapkan instrumen yang digunakan dalam penelitian yang meliputi:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi afektif,
pedoman wawancara, dan soal tes tentang materi yang disajikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
b. Tahap Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan pada siklus II dilakukan sesuai dengan skenario
pembelajaran dan perencanaan sebelumnya. Siklus II dilaksanakan dalam
tiga kali pertemuan masing-masing selama 1 x 45 menit.
c. Tahap Observasi Siklus II
Tahap ini dilakukan dengan cara mengamati proses pembelajaran
dan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Lembar observasi digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi
selama pembelajaran berlangsung pada siklus II. Hasil observasi selama
proses pembelajaran digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
yang dicapai selama siklus II berlangsung.
d. Tahap Refleksi Siklus II
Refleksi pada siklus II dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan tindakan pada proses pembelajaran. Hasil refleksi dan data
yang diperoleh menjadi bahan evaluasi terhadap keberhasilan dan
ketercapaian tujuan tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Awal
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan
observasi awal terhadap sekolah yaitu SMA Negeri 1 Surakarta untuk mengetahui
kondisi nyata yang ada di lapangan. Hasil dari kegiatan observasi adalah sebagai
berikut:
1. Letak dan Situasi Ruang SMA Negeri 1 Surakarta
SMA Negeri 1 Surakarta terletak di Jalan Monginsidi No 40,
Margoyudan, Kota Madya Surakarta, Jawa Tengah yang dikepalai oleh Drs. MH.
Thoyibun, SH.,MM. Komplek sekolah tersebut meliputi gedung bangunan seluas
3.394 di atas tanah seluas 7.105 . Sekolah ini merupakan salah satu sekolah
paling favorit yang berada di kota Surakarta yang juga berbatasan langsung
dengan SMA Negeri 2 Surakarta.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, maka SMA Negeri 1
Surakarta memiliki Visi dan Misi yang sangat jelas dan mempunyai jangkauan ke
depan, berkompetisi, serta memacu prestasi. Adapun Visi sekolah tersebut ialah
“Mewujudkan insan yang bertakwa, disiplin, cerdas, berbudi dan berwawasan
luas”. Sedangkan Misi sekolah terbagi ke dalam 4 hal yaitu: 1) Melaksanakan
pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa berkembang
secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki; 2) Menumbuhkan semangat
keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah; 3) Mendorong dan
membantu setiap siswa untuk mengenali dirinya agar dapat dikembangkan secara
optimal; 4) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
sekolah.
Disamping itu SMA Negeri 1 Surakarta memiliki bangunan 2 tingkat
dengan sejumlah ruang di dalamnya, yaitu sebanyak 38 ruang kelas, 5 ruang
diantaranya untuk kelas Sekolah Berbasis Internasional (SBI), dan 4 ruang lainnya
untuk kelas akselerasi. Ruang lainnya yang dimiliki adalah 1 ruang komite, 1
ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang tata
usaha, 1 ruang Bimbingan Penyuluhan (BP), 1 ruang perpustakaan, 1 ruang
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
akselerasi, 1 ruang untuk Teacher Resource and Reference Centre (TRRC), 1
ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS), 1 ruang laboratorium matematika, 2 ruang
laboratorium bahasa, 2 laboratorium komputer, 3 ruang laboratorium biologi, 1
ruang laboratorium kimia, 1 ruang laboratorium fisika, 1 ruang laboratorium IPS,
1 ruang multimedia, 1 ruang kesenian, 1 ruang aula, 1 ruang OSIS, 1 ruang agama
katolik, 1 ruang untuk penjaga sekolah, 1 pos satpam, 3 lahan parkir, beberapa
kamar mandi dan WC untuk siswa, 3 kantin sekolah, 1 koperasi siswa, 2 gudang,
1 masjid, 1 taman, 1 lapangan olahraga, dan hotspot di berbagai area di
lingkungan sekolah untuk menunjang sarana prasarana siswa mencari bahan ajar
dan juga berkolaborasi secara internasional. Berikut gambar gedung SMA negeri
1 Surakarta.
Gambar 4. SMA Negeri 1 Surakarta Terletak di Jalan Monginsidi, Nomor 40
Banjarsari, Surakarta. (Dokumentasi: Anggi, 2011)
2. Keberadaan Siswa
Subyek dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS 1 yang berjumlah 23
siswa, 10 siswa laki-laki, dan 13 siswa perempuan. Fasilitas yang dimiliki ruang
kelas ini diantaranya 1 buah komputer LCD, 1 buah LCD proyektor, 1 buah layar
proyektor, 2 buah AC, jam dinding, radio kelas, 16 buah meja untuk siswa dan 1
meja untuk guru, sebanyak 16 kursi untuk siswa dan 1 kursi untuk guru, serta
papan tulis yang terpasang di bagian depan kelas. Secara keseluruhan, suasana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kelas tampak sangat nyaman untuk siswa dan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
3. Kondisi Awal Pembelajaran Seni Budaya Siswa Kelas IX IPS 1
SMA Negeri 1 Surakarta
Mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 1 Surakarta kelas XI IPS 1
pada tahun pelajaran baru 2011/2012 dilaksanakan satu kali dalam satu minggu
yaitu setiap hari kamis pada jam pelajaran ke 6 atau pada jam 10.30 WIB dengan
alokasi waktu 1 x 45 menit.
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan sebanyak 4 kali
pertemuan pada pertengahan bulan Juli hingga pertengahan bulan Agustus,
kondisi pembelajaran seni budaya di kelas XI IPS 1 pada kompetensi dasar
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di
wilayah Nusantara berlangsung dengan metode konvensional. Hal ini dapat dilihat
dari penggunaan metode ceramah dan penugasan LKS untuk materi yang bersifat
teori. Sementara itu, untuk penyampaian materi yang bersifat praktek dilakukan
dengan metode demonstrasi, antara lain menggambar sketsa, membuat ilustrasi,
bernyanyi, main musik, melukis, dan mengukir. Namun tidak jarang pula guru
menyisipkan lelucon dan pertanyaan yang masih berkaitan dengan materi,
sehingga mengundang tawa siswa di kelas dan proses pembelajaran terasa lebih
santai.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa,
sebagian besar menyatakan menyukai mata pelajaran seni budaya karena guru
tidak terlalu banyak menyampaikan materi yang bersifat teori. Penyampaian teori
dengan metode ceramah pada akhirnya tetap berujung pada penugasan praktek
untuk siswa. Padahal ada beberapa materi yang menuntut pendalaman apresiasi
terhadap teori, seperti mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam
karya seni kriya di wilayah Nusantara. Para siswa memang lebih menyukai
kegiatan praktek karena mereka dapat mengembangkan kreativitas dalam
membuat sebuah karya. Akan tetapi, dari aspek kognitif siswa menjadi tidak
berkembang dan kurang menyadari betapa pentingnya penyampaian dan
penerimaan teori sebelum mengapresiasi sebuah karya seni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Kurangnya ketertarikan siswa terhadap teori dipengaruhi oleh metode
konvensional yang digunakan oleh guru. Penyampaian teori dengan metode
ceramah yang hanya dibantu media papan tulis menyebabkan proses pembelajaran
menjadi kurang menarik. Hal ini mengakibatkan siswa mudah sekali terlihat jenuh
karena hanya mendengarkan penjelasan guru dan membuat siswa
mengesampingkan penjelasan tentang teori-teori dasar seni kriya Nusantara. Dari
wawancara tersebut juga diketahui bahwa para siswa di kelas XI IPS 1
menginginkan sebuah penyampaian teori yang lebih menarik, tidak hanya
menggunakan media papan tulis.
a. Tahap Observasi Awal
Pengamatan kondisi awal proses pembelajaran yang dilakukan
sebanyak 4 kali oleh peneliti di kelas XI IPS 1: pada saat proses pembelajaran
berlangsung selama 10 menit, kondisi kelas tampak masih menunjukkan
keadaan tenang dan cukup kondusif. Terlihat hampir setiap siswa
memperhatikan guru, bahkan ada beberapa siswa yang mencatat materi yang
disampaikan guru. Sesekali guru terlihat menulis atau menggambar ilustrasi
di papan tulis dalam menjelaskan materi, atau meminta salah satu siswa ke
depan kelas menjawab pertanyaan untuk lebih menarik perhatian siswa yang
lainnya. Berikut ini gambar suasana pembelajaran siswa kelas XI IPS 1 pada
10 menit awal pelajaran.
Gambar 5. Kondisi Pembelajaran Apresiasi Seni, Guru Menggunakan Metode
Ceramah di Kelas XI IPS 1. Proses pembelajaran tampak kondusif.
(Dokumentasi: Anggi, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pada menit berikutnya terlihat sebagian besar siswa mulai bosan
terhadap cara penyampaian guru dengan metode ceramah di papan tulis dan
materi yang bersifat teori. Beberapa siswa terlihat berbicara dengan teman
sebangkunya, bercanda, atau melakukan kegiatan lain dan tidak
memperhatikan guru. Biasanya, guru mengatasi hal tersebut dengan
memperingatkan siswa agar kembali memperhatikan, atau memberikan
gambar ilustrasi di papan tulis.
Gambar 6. Tampak siswa sedang bercanda dan tidak memperhatikan guru
yang sedang menjelaskan materi di depan kelas
(Dokumentasi: Anggi, 2011)
Gambar 7. Guru sedang menulis dan menggambar ilustrasi di papan tulis
untuk menarik perhatian siswa
(Dokumentasi: Anggi, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Meskipun demikian, beberapa saat setelahnya siswa kembali tidak
memperhatikan. Cara lain yang dilakukan guru agar siswa kembali
memperhatikan adalah dengan menunjuk beberapa siswa untuk maju ke
depan kelas menjawab pertanyaan dari guru.
Gambar 8. Guru meminta salah satu siswa ke depan kelas untuk menjawab
pertanyaan dan menuliskannya di papan tulis agar siswa kembali
memperhatikan. (Dokumentasi: Anggi, 2011)
Melalui upaya tersebut ternyata belum mampu memancing siswa
untuk tetap memperhatikan penjelasan teori, walau guru sudah melakukan
berbagai cara. Pada pertengahan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung, sebagian besar siswa mulai tampak menunjukkan sikap tidak
bekerja sama dalam menjaga kelancaran kegiatan belajar mengajar. Hal ini
ditunjukkan dengan sikap siswa yang melakukan kegiatan lain atau mencoba
mengajak temannya berbicara, sehingga pada akhirnya menganggu
konsentrasi siswa lainnya. Dengan begitu mengakibatkan suara guru pada
saat menjelaskan menjadi semakin tidak jelas, sehingga proses pembelajaran
terganggu. Setelah menyampaikan materi, biasanya guru memberikan tugas
rumah kepada siswa untuk dikumpulkan pada pelajaran seni budaya minggu
berikutnya.
Materi pembelajaran mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan
bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara didominasi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
informasi verbal. Hal ini dikarenakan dasar-dasar materi apresiasi ialah
pengenalan tentang konsep atau makna, latar belakang sosial, budaya, dan
sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai
pada karya seni rupa tersebut. Sehingga hal yang sifatnya teori ini akan
membuat siswa lebih cepat bosan dan cenderung malas memperhatikan.
Penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan media yang
kurang bervariasi menyebabkan siswa kurang antusias, sehingga materi yang
disampaikan oleh guru tidak dapat ditangkap dengan baik oleh siswa.
Penerimaan dan penangkapan materi yang kurang baik oleh siswa berakibat
pada rendahnya kemampuan siswa dalam mengapresiasi keunikan gagasan
teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara yang berakibat
pada rendahnya hasil belajar siswa pada materi ini.
Untuk mengetahui kondisi yang terjadi secara langsung mengenai
tingkat kemampuan awal siswa dalam mengapresiasi karya seni kriya di
Nusantara, maka peneliti melakukan tahap observasi yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor keunikan gagasan teknik dan bahan dalam
karya seni kriya di wilayah Nusantara. Aspek kognitif diukur berdasarkan
pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Pemahaman
siswa tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai siswa pada tugas yang
diberikan guru atau dalam bentuk LKS. Sementara itu untuk aspek afektif
diukur melalui sikap siswa menghadiri setiap pembelajaran seni budaya,
memperhatikan materi yang disampaikan, keaktifan siswa di dalam kelas
yang meliputi bertanya, berpendapat, dan ketepatan waktu dalam
mengumpulkan tugas makalah. Sedangkan aspek psikomotor dinilai kerapian
siswa dalam menyajikan tugas makalah, masih sedikitnya siswa mencatat
materi pembelajaran dengan baik serta sistematis.
Hasil wawancara dan data-data yang diperoleh dari guru maupun
lapangan menunjukkan bahwa masih banyak di antara siswa kelas XI IPS 1
yang belum tuntas hasil belajarnya baik dari aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa banyaknya siswa
yang belum mencapai ketuntasan dalam belajarnya menunjukkan rendahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
kemampuan siswa dalam mengaparesiasi keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara.
Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi awal selama 4 kali
pertemuan di kelas XI IPS 1, khusus untuk aspek kognitif dilihat dari nilai
pengerjaan LKS materi karya seni kriya Nusantara yakni 26% atau sebanyak 6
siswa dari 23 siswa saja yang mampu menjelaskan dengan baik tentang karya seni
kriya Nusantara (dengan nilai > 75). Sedangkan 13% atau sebanyak 3 orang siswa
menjelaskan cukup baik (dengan nilai 75), dan 61% lainnya atau sebanyak 14
siswa belum mampu mengidentifikasi dengan baik keunikan gagasan teknik dan
bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara (dengan nilai yang masih
dibawah standar KKM pada materi apresiasi seni, yaitu < 75). Dengan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kognitif siswa adalah 73. Padahal
KKM pada mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 1 Surakarta adalah 75.
Berikut daftar nilai LKS materi karya seni kriya Nusantara siswa kelas XI IPS 1
tahun ajaran 2011/2012:
Tabel 4. Daftar Nilai Materi Karya Seni Kriya Nusantara Kelas XI IPS 1
NO NIS NAMA L/P NILAI
1 19902 Adid Khairuuzzaman L 75
2 19903 Adrian Adi Setiawan L 80
3 19905 Aghniya Fitrisna Damartiasari P 70
4 19907 Amelia Choya Tia Rosalia P 73
5 19936 Anggara Aditya Sandi Putra L 70
6 19908 Annisa Murni Prasasti P 75
7 19910 Ardiasnyah Yagie Bayu Pamungkas L 67
8 19912 Azhari Widhiyanto Saputro L 72
9 19913 Azis Setiawan L 78
10 19914 Bima Sena Suarga Eka Putra L 80
11 20184 Devina Zahra Santoso P 68
12 19916 Dionisius Baren Diafan L 80
13 19948 Intan Aprilia Efendi Saputri P 69
14 19922 Irene Sarah Larasati P 70
15 19950 Komang Ayu Tania P.S P 72
16 19991 Nadia Sekar Kinanthi P 67
17 19992 Nur Kumalaningtyas P 70
18 19957 Patricia Prima Kirana P 80
19 19960 Ratna Ayu Rahmawati P 72
20 19929 Setyawan Cahya Utama L 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
21 19965 Talitha Devina Nadia P 70
22 19935 Yudha Perwira L 67
23 20102 Zaenab Rizki A P 75
JUMLAH 1678
NILAI RATA-RATA 73
Sedangkan pada aspek afektif siswa, hanya sebanyak 11 siswa atau
rata-rata hanya 48% dari 23 siswa yang mampu menunjukkan sikap
menghargai terhadap informasi tentang keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara. Sisanya 52% lainnya atau
sebanyak 12 siswa kurang mampu menunjukkan sikap menghargai terhadap
seni kriya Nusantara. Untuk aspek psikomotor sendiri rata-rata nilai
psikomotor siswa adalah 74, dengan rincian 43% dari 23 siswa atau sebanyak
10 siswa yang menunjukkan kemampuan dalam menyajikan tugas dengan
rapi dan sesuai permintaan guru. Sedangkan 57% lainnya atau sebanyak 13
siswa kurang mampu menunjukkan kemampuan dalam membuat tulisan.
Padahal KKM pada mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 1 Surakarta
adalah 75. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 9. Grafik observasi awal pada mata pelajaran seni budaya kompetensi
dasar keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah
Nusantara menggunakan Multimedia.
b. Tahap Refleksi Awal
Dari hasil observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti
sebanyak 4 kali pertemuan, maka dapat disimpulkan bahwa proses
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Kognitif Afektif Psikomotor
Sudah Tuntas
Belum Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pembelajaran apresiasi seni kriya Nusantara masih terlihat kurang maksimal.
Hal ini disebabkan oleh; 1) waktu yang dialokasikan sekolah untuk mata
pelajaran seni budaya hanya 1 x 45 menit, 2) guru menjelaskan materi hanya
menggunakan metode ceramah, penugasan dan praktek, 3) media yang
digunakan terbatas pada papan tulis dan karya-karya kakak kelas. Meskipun
waktu yang tersedia hanya 1 x 45 menit, seharusnya alokasi waktu tersebut
sudah cukup untuk memenuhi standar kompetensi yang diharapkan. Metode
penyampaian guru juga seharusnya dapat membuat siswa memahami materi
yang disampaikan oleh guru. Namun yang terjadi di lapangan justru
sebaliknya, keterbatasan media membuat sebagian besar siswa kurang
menunjukkan sikap antusias sehingga mengakibatkan kurangnya pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
Upaya yang telah guru lakukan untuk menarik kembali perhatian
siswa agar tidak bosan yaitu dengan sesekali membawa karya-karya terbaik
dari kakak kelas terdahulu yang dimaksudkan untuk meningkatkan rasa ingin
tahu siswa. Tidak hanya itu, guru terkadang melontarkan lelucon-lelucon di
sela-sela penjelasan materi agar menciptakan suasana proses pembelajaran
yang menyenangkan. Namun pada akhirnya untuk hasil dari upaya di atas
kurang efektif dan efisien, karena tidak adanya timbal balik yang diberikan
siswa terhadap usaha guru.
Dengan kurangnya antusiasme sebagian besar siswa XI IPS 1
terhadap penerimaan materi berupa teori dalam mata pelajaran seni budaya,
membuktikan bahwa siswa masih lemah dalam aspek keafektifan. Hal ini
didukung dari sikap siswa seperti kehadiran siswa di kelas, perhatian siswa
pada materi yang disampaikan, keaktifan siswa dalam bertanya dan
berpendapat, bekerja sama dalam menjaga kelancaran proses pembelajaran,
serta ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas.
Selain itu, peneliti menemukan kelemahan yang juga terjadi pada
aspek kognitif. Terbukti masih banyak siswa yang kurang memahami materi
yang disampaikan oleh guru melalui metode ceramah, hal ini dibuktikan
dengan masih adanya siswa yang memiliki nilai kognitif di bawah KKM,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
yaitu dari hasil penilaian penugasan LKS, rata-rata nilai yang diperoleh siswa
XI IPS 1 adalah 73. Sedangkan standar nilai KKM yang sudah ditentukan
sekolah adalah 75. Siswa juga lemah pada aspek psikomotor, yakni
dibuktikan dari kemampuan dalam menyajikan tugas menunjukkan masih
belum sesuai dengan ketentuan yang telah diperintahkan oleh guru, seperti
memperhatikan kerapian. Rata-rata nilai psikomotor siswa yang menunjukkan
kemampuan dalam menyajikan tugas dengan rapi dan sesuai permintaan guru
adalah 74. Padahal KKM pada mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 1
Surakarta adalah 75.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa,
sebagian besar menyatakan menyukai mata pelajaran seni budaya karena guru
tidak terlalu banyak menyampaikan materi yang bersifat teori. Penyampaian
teori dengan metode ceramah pada akhirnya tetap berujung pada penugasan
praktek untuk siswa. Padahal ada beberapa materi yang menuntut pendalaman
apresiasi terhadap teori, seperti mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan
bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara. Para siswa memang lebih
menyukai kegiatan praktek karena mereka dapat mengembangkan kreativitas
dalam membuat sebuah karya. Akan tetapi, dari aspek kognitif siswa menjadi
tidak berkembang dan kurang menyadari betapa pentingnya penyampaian dan
penerimaan teori sebelum mengapresiasi sebuah karya seni.
Kurangnya ketertarikan siswa terhadap teori dipengaruhi oleh
metode konvensional yang digunakan oleh guru. Penyampaian teori dengan
metode ceramah yang hanya dibantu media papan tulis menyebabkan proses
pembelajaran menjadi kurang menarik. Hal ini mengakibatkan siswa mudah
sekali terlihat jenuh karena hanya mendengarkan penjelasan guru dan
membuat siswa mengesampingkan penjelasan tentang teori-teori dasar seni
kriya Nusantara. Dari wawancara tersebut juga diketahui bahwa para siswa di
kelas XI IPS 1 menginginkan sebuah penyampaian teori yang lebih menarik,
tidak hanya menggunakan media papan tulis.
Menurut hasil wawancara dengan guru, guru menyadari bahwa ia
kurang dapat memberikan alternatif metode pengajaran lain yang mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
membangkitkan ketertarikan siswa. Hal ini dibuktikan dari kurangnya
kemampuan guru dalam mengoptimalkan fasilitas yang ada di dalam kelas.
Ditambah lagi dari pihak sekolah yang tidak menyediakan ruang khusus seni
rupa atau galeri di sekolah sehingga kegiatan siswa untuk berapresiasi seni
kurang maksimal. Sekolah hanya memberikan fasilitas yang sama untuk
seluruh mata pelajaran (yaitu berupa komputer, Liquid Crystal Display/ LCD,
dan proyektor) yang masing-masing terdapat di dalam setiap kelas.
Maka dari hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan
refleksi untuk mencari solusi dalam mengatasi permasalahan di kelas, yaitu
dengan cara melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya
di wilayah Nusantara. Upaya yang pertama kali dilakukan bertujuan
memperbaiki keaktifan siswa di dalam kelas terlebih dahulu pada saat proses
pembelajaran sedang berlangsung.
Beberapa solusi yang ditemukan ternyata lebih mengarah pada
penggunaan media berbasis multimedia dalam proses pembelajaran
mengidentifikasi materi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni
kriya di wilayah Nusantara. Penggunaan media berbasis multimedia dipilih
karena memiliki kelebihan menurut Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto
(2011: 78) yakni kelebihan multimedia adalah memberikan kemudahan
kepada siswa untuk belajar secara individu maupun secara kelompok.
Program yang digunakan dalam multimedia pembelajaran ini adalah
macromedia flash. Multimedia ini merupakan gabungan media gambar gerak
dan gambar diam yang diantaranya teks, gambar, grafis, animasi, dan audio.
Solusi ini diperoleh dengan mengingat bahwa sebelumnya guru belum pernah
mencoba untuk menggunakan multimedia sebagai variasi media
pembelajaran. Hal ini didukung oleh hasil dari wawancara siswa, bahwa
siswa mengaku lebih menyukai adanya media yang mampu memberikan
banyak contoh gambar nyata tentang keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara agar tidak menimbulkan
kebosanan. Fasilitas sekolah yang tersedia selama ini juga kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
dimanfaatkan dalam pembelajaran, sehingga peneliti dan guru dalam hal ini
berupaya untuk meningkatkan apresiasi seni siswa dengan memanfaatkan
fasilitas yang sudah ada.
Proses tindakan perbaikan ini terdiri dari 2 siklus, masing-masing
siklus dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap,
yaitu: 1) Tahap Perencanaan, merupakan persiapan peneliti sebelum terjun ke
lapangan, pada tahap ini peneliti membuat rencana penelitian,
mempersiapkan rencana pembelajaran, mempersiapkan media yang akan
digunakan dalam penelitian, dan lain-lain; 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan,
ialah penerapan dari perencanaan dan skenario pembelajaran yang sudah
disiapkan; 3) Tahap Observasi, dilakukan untuk mengatahui kondisi di
lapangan dengan mengamati secara langsung; 4) Tahap Refleksi, dilakukan
dengan mengevaluasi proses pembelajaran siswa, hasil tes, media yang
digunakan, serta hasil wawancara. Refleksi ini dilakukan untuk menggali
masalah-masalah yang terjadi selama proses pembelajaran, kemudian
dilakukan perbaikan tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Siklus I
Sebelum masuk ke pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan
diskusi terlebih dahulu mengenai rencana tindakan siklus I yang dilakukan
pada hari Sabtu 22 Oktober 2011 bersama dengan Bapak Catur Darmawan,
A.Md selaku guru mata pelajaran Seni Budaya kelas XI IPS 1. Maka dari
hasil diskusi tersebut disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I
dilaksanakan dalam waktu tiga kali pertemuan, dan dimulai pada hari Kamis,
27 Oktober 2011.
Untuk menetapkan tiga kali pertemuan dalam setiap siklus
dilatarbelakangi oleh keyakinan peneliti bahwa dengan perencanaan
penelitian seperti itu sudah dirasa ideal dan cukup mampu mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh kelas XI IPS 1. Hal ini didasari atas
perhitungan materi khususnya apresiasi seni kriya Nusantara yang cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
banyak, namun tidak diimbangi dengan ketersediaan waktu. Sehingga dengan
melaksanakan tiga kali pertemuan dalam setiap siklus akan mampu
meningkatkan kemampuan mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan
bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara pada siswa kelas XI IPS I
di SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 melalui penggunaan
multimedia dalam pembelajaran seni budaya.
Tahap perencanaan tindakan pada siklus I ini meliputi:
a. Menyusun Materi Pembelajaran
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui batasan materi pembelajaran
yang akan diberikan dalam penelitian yaitu mengidentifikasi keunikan
gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara.
Adapun materi yang akan disampaikan dalam siklus I yakni ”Pengertian
Seni Kriya”: a) menjelaskan sejarah kemunculan kriya di nusantara, b)
mengidentifikasi perbedaan antara kriya dan kerajinan berdasarkan
keprofesiannya, dan c) menjelaskan pengertian seni kriya, ”Unsur-Unsur
Penciptaan Seni Kriya”: a) kriya berhubungan dengan unsur-unsur
skill/trade/ooccupation, b) kriya berhubungan dengan unsur seni,
keindahan atau estetika, c) kriya berhubungan dengan unsur material atau
medium, d) kriya berhubungan dengan gagasan dan fungsi yang dekat
dengan manusia dan lingkungan hidupnya yaitu pemenuhan sebuah
kebutuhan (Utility) manusia baik dari sektor material, spiritual, hingga
mencapai kesejahteraan, dan e) kriya berhubungan dengan teknologi, dan
”Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya”: tujuan pembuatan seni kriya
yaitu a) sebagai dekorasi, b) sebagai benda-benda terapan, dan c) Sebagai
benda-benda mainan.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penyusunan RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar (PBM). Sub materi yang akan
disampaikan pada siklus I ini adalah ”Pengertian Seni Kriya”: a)
menjelaskan sejarah kemunculan kriya di nusantara, b) mengidentifikasi
perbedaan antara kriya dan kerajinan berdasarkan keprofesiannya, dan c)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
menjelaskan pengertian seni kriya, ”Unsur-Unsur Penciptaan Seni
Kriya”: a) kriya berhubungan dengan unsur-unsur skill/trade/
ooccupation, b) kriya berhubungan dengan unsur seni, keindahan atau
estetika, c) kriya berhubungan dengan unsur material atau medium, d)
kriya berhubungan dengan gagasan dan fungsi yang dekat dengan
manusia dan lingkungan hidupnya yaitu pemenuhan sebuah kebutuhan
(Utility) manusia baik dari sektor material, spiritual, hingga mencapai
kesejahteraan, dan e) kriya berhubungan dengan teknologi, dan ”Fungsi
dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya”: tujuan pembuatan seni kriya yaitu a)
Sebagai dekorasi, b) Sebagai benda-benda terapan, dan c) Sebagai benda-
benda mainan. Adapun rincian RPP pada setiap pertemuan yaitu:
1) Pertemuan ke 1 (1 x 45 menit)
a) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa di buku
absensi dan mencatat siswa yang tidak masuk.
b) Guru mempersiapkan RPP, silabus, soal tugas, multimedia
pengetahuan karya seni kriya di wilayah Nusantara, dan
memberikan instruksi agar siswa duduk dengan tenang tidak
berisik kemudian siswa siap mengikuti proses belajar
mengajar.
c) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan
apersepsi materi yang akan diajarkan yaitu pengertian dan
unsur-unsur seni kriya. Apersepsi dilakukan dengan memberi
tes awal berupa pertanyaan mendasar tentang materi yang akan
diajarkan.
d) Guru menggunakan multimedia saat menyampaikan penjelasan
tentang pengetahuan karya seni kriya Nusantara yang berisi
tentang “Pengertian Seni Kriya” dan “Unsur-Unsur Penciptaan
Seni Kriya”.
e) Selesai menjelaskan, guru mempersilakan siswanya untuk
bertanya jika ada yang ingin ditanyakan atau menyampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
tanggapannya seputar materi yang telah dijelaskan yaitu
mengenai pengertian dan unsur-unsur seni kriya.
f) Guru berdiskusi bersama siswa mengulas kembali dan
menjelaskan tentang pengertian dan unsur-unsur seni kriya.
g) Guru menyimpulkan materi pelajaran bersama siswa dan
menyampaikan tugas serta rencana kegiatan pertemuan
mendatang.
h) Menutup proses pembelajaran.
2) Pertemuan ke 2 (1 x 45 menit)
a) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa di buku
absensi dan mencatat siswa yang tidak masuk.
b) Guru mempersiapkan RPP, silabus dan multimedia
pengetahuan karya seni kriya di wilayah Nusantara.
c) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan
apersepsi materi yang akan diajarkan yaitu fungsi dan tujuan
seni kriya. Apersepsi dilakukan dengan memberi tes awal
berupa pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.
d) Guru menggunakan multimedia saat menyampaikan penjelasan
tentang pengetahuan karya seni kriya Nusantara yang berisi
tentang “Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya”.
e) Selesai menjelaskan, guru mempersilakan siswanya untuk
bertanya jika ada yang ingin ditanyakan atau menyampaikan
tanggapannya seputar materi yang telah dijelaskan yaitu
mengenai fungsi dan tujuan seni kriya.
f) Guru berdiskusi bersama siswa mengulas kembali dan
menjelaskan tentang fungsi dan tujuan seni kriya.
g) Guru menyimpulkan materi pelajaran bersama siswa dan
menyampaikan rencana kegiatan pertemuan mendatang.
h) Menutup proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3) Pertemuan ke 3 (1 x 45 menit)
a) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa di buku
absensi dan mencatat siswa yang tidak masuk.
b) Guru mempersiapkan RPP, silabus dan soal essai pengetahuan
karya seni kriya Nusantara.
c) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan sedikit
mengulas tentang materi sebelumnya. Kemudian apersepsi
materi yang akan diajarkan yaitu pengertian, unsur, fungsi dan
tujuan seni kriya.
d) Guru memberikan tes essai kepada siswa tentang pengertian,
unsur, fungsi dan tujuan seni kriya.
e) Guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan lembar
jawaban dan tugas makalah.
f) Menutup proses pembelajaran seni budaya.
c. Menyusun soal tes essai dan penugasan makalah
Peneliti membuat materi seni kriya Nusantara dengan
menggunakan multimedia, isi materi berkaitan dengan penjelasan
mengenai pengertian, unsur, fungsi dan tujuan seni kriya.
Peneliti merencanakan tes yang disepakatai oleh guru, berupa tes
essai (uraian) untuk aspek kognitif dan penugasan makalah untuk aspek
psikomotor. Berikut rincian penyusunanannya:
1) Tes Essai
Pelaksanaan tes essai dilaksanakan dalam waktu 25 menit
dengan jumlah 10 soal yang berkaitan dengan pengetahuan,
pemahaman, menganalisis, sintesis dan evaluasi siswa mengenai
pengertian, unsur, fungsi dan tujuan penciptaan seni kriya. Siswa
mampu mengidentifikasi pengertian seni kriya dengan mengunakan
kata-kata sendiri. Siswa mampu membedakan perbedaan antara kriya
dan kerajinan berdasarkan keprofesiannya. Siswa dapat
menyebutkan dan menjelaskan kembali unsur-unsur seni kriya.
Selain itu siswa mampu memahami fungsi dan tujuan seni kriya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Siswa mampu menganalisis seni kriya yang ada di daerah tempat
tinggalnya.
2) Penugasan Makalah
Penugasan makalah dilaksanakan secara mandiri, dengan
tema seni kriya Nusantara yang menggunakan gaya bahasa siswa
sendiri. Isi makalah meliputi pengertian seni kriya nusantara, unsur-
unsur seni kriya nusantara, dan fungsi dan manfaat seni kriya
Nusantara.Waktu yang diberikan dalam pembuatan makalah yakni
selama dua minggu, pemberian tugas diberikan pada pertemuan ke 1
dan dikumpulkan pada pertemuan ke 3 siklus I. Adapun ketentuan
penulisan antara lain: kelengkapan makalah, kejelasan ide, urutan
penyajian, keunikan penyajian makalah, ketepatan pemilihan
kalimat, dan kesungguhan dalam menyelesaikan tugas.
d. Menyiapkan media pembelajaran
Pada tahap ini, materi yang dikumpulkan sesuai dengan
kompetensi dasar yang ada yaitu mengidentikasi keunikan gagasan
teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara. Materi
yang termasuk dalam multimedia pada siklus I adalah ”Pengertian Seni
Kriya”: a) menjelaskan kemunculan sejarah kriya di nusantara, b)
mengidentifikasi perbedaan antara kriya dan kerajinan berdasarkan
keprofesiannya, dan c) menjelaskan pengertian seni kriya, ”Unsur-Unsur
Penciptaan Seni Kriya”: a) kriya berhubungan dengan unsur-unsur
skill/trade/ ooccupation, b) kriya berhubungan dengan unsur seni,
keindahan atau estetika, c) kriya berhubungan dengan unsur material atau
medium, d) kriya berhubungan dengan gagasan dan fungsi yang dekat
dengan manusia dan lingkungan hidupnya yaitu pemenuhan sebuah
kebutuhan (Utility) manusia baik dari sektor material, spiritual, hingga
mencapai kesejahteraan, dan e) kriya berhubungan dengan teknologi, dan
”Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya”: tujuan pembuatan seni kriya
yaitu a) sebagai dekorasi, b) sebagai benda-benda terapan, dan c) sebagai
benda-benda mainan. Selain materi, peneliti juga mengumpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
beberapa gambar yang dapat mewakili maksud dari teks yang terdapat
pada multimedia, menyertakan backsound sesuai tema pembelajaran
yang diputar sepanjang multimedia digunakan, dan memberikan animasi
yang akan mengundang ketertarikan siswa terhadap materi.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Sesuai perencanaan, siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan
yakni setiap hari Kamis pada tanggal 27 Oktober 2011, 03 November 2011
dan 10 November 2011. Setiap pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu
1 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP di kelas XI IPS 1.
Peneliti menyiapkan multimedia yang sudah jadi dan digunakan oleh
guru dalam mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya
seni kriya di wilayah Nusantara. Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan
”Pengertian Seni Kriya”: a) menjelaskan kemunculan sejarah kriya di
nusantara, b) mengidentifikasi perbedaan antara kriya dan kerajinan
berdasarkan keprofesiannya, dan c) menjelaskan pengertian seni kriya”Unsur
dan materi ”Unsur Penciptaan Seni Kriya”: a) kriya berhubungan dengan
unsur-unsur skill/trade/ ooccupation, b) kriya berhubungan dengan unsur
seni, keindahan atau estetika, c) kriya berhubungan dengan unsur material
atau medium, d) kriya berhubungan dengan gagasan dan fungsi yang dekat
dengan manusia dan lingkungan hidupnya yaitu pemenuhan sebuah
kebutuhan (Utility) manusia baik dari sektor material, spiritual, hingga
mencapai kesejahteraan, dan e) kriya berhubungan dengan teknologi.
Pertemuan kedua guru menjelaskan materi yaitu ”Fungsi dan Tujuan
Penciptaan Seni Kriya”: tujuan pembuatan seni kriya yaitu a) Sebagai
dekorasi, b) Sebagai benda-benda terapan, dan c) Sebagai benda-benda
mainan. Pertemuan ketiga diisi dengan tes tertulis mengenai materi yang
disampaikan pada pertemuan pertama dan kedua. Materi yang diajarkan
merupakan pengembangan dari silabus kelas XI IPS semester 1. Rincian
pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
a) Pertemuan ke 1 (1 x 45 menit)
Pada pertemuan pertama, pelaksanaan tindakan dilakukan pada
hari Kamis, tanggal 27 Oktober 2011. Materi pelajaran yang disampaikan
pada pertemuan ini yakni seputar ”Pengertian Seni Kriya” dan ”Unsur-
Unsur Penciptaan Seni Kriya”. Tindakan pertemuan pertama dilaksanakan
pada jam pelajaran ke 6 (10.30-11.15) di kelas XI IPS 1.
Pada pertemuan ini, guru mengajak peneliti ke kelas untuk
diperkenalkan kepada siswa bahwa akan dilakukan penelitian tindakan
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni
kriya di wilayah Nusantara. Selama proses pelaksanaan pembelajaran
berlangsung, guru bertindak memberikan penjelasan materi dengan
menggunakan multimedia sesuai dengan rencana di depan, sedangkan
peneliti berperan mengamati jalannya proses pembelajaran yang berkaitan
dengan multimedia, penjelasan guru, dan afektif siswa. Peneliti mengambil
posisi paling belakang di kelas untuk mengamati proses pembelajaran agar
tidak mengganggu pelaksanaan proses pembelajaran.
Namun sebelum memasuki kegiatan pelaksanaan, guru dan siswa
mempersiapkan diri terlebih dahulu. Guru dibantu oleh peneliti dan salah
satu siswa mempersiapkan proyektor LCD dan perangkat lain. Kegiatan
diawali dengan salam pembuka oleh guru, dilanjutkan dengan mengecek
kehadiran siswa di buku absensi dan mencatat siswa yang tidak masuk.
Dari 23 siswa siswa kelas XI IPS 1, yang hadir pada pelaksanaan proses
pembelajaran mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam
karya seni kriya di wilayah Nusantara hanya 21 siswa. Dua siswa tidak
hadir dengan keterangan sakit. Kegiatan ini berlangsung selama ± 5 menit.
Kemudian guru melanjutkan dengan apersepsi terlebih dahulu
yaitu berupa pertanyaan apakah siswa pernah mendengar kata seni kriya.
Banyak siswa yang menjawab belum, ada pula siswa yang hanya diam
saja, dan ada pula sebagian siswa yang bergumam untuk menjawab
pertanyaan dari guru. Kegiatan dilanjutkan dengan penjelasan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
mengenai tujuan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan apresiasi seni siswa terhadap karya seni kriya di wilayah
Nusantara. Selama guru menyampaikan apersepsi, suasana kelas tampak
cukup tenang dan para siswa memperhatikan apersepsi yang disampaikan
guru. Hal ini berlangsung selama ± 5 menit.
Setelah melakukan apersepsi, guru kemudian melanjutkan
kegiatan dengan memberi penjelasan materi tentang ”Pengertian Seni
Kriya” dan ”Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya” dengan menggunakan
multimedia. Adapun rincian setiap materi yakni: a) menjelaskan
kemunculan sejarah kriya di nusantara, b) mengidentifikasi perbedaan
antara kriya dan kerajinan berdasarkan keprofesiannya, c) menjelaskan
pengertian seni kriya, dan d) menjelaskan unsur-unsur seni kriya. Selama
guru presentasi di depan siswa menyimak dan mencatat materi yang
disampaikan. Pada saat guru menjelaskan dengan multimedia, suasana
kelas masih tenang karena seluruh siswa memperhatikan multimedia.
Penjelasan dengan menggunakan multimedia berlangsung selama ± 15
menit. Pada menit ke 8 tampak 5 siswa mulai tidak memperhatikan
multimedia yang disajikan. Dari kelima siswa tersebut, tiga siswa
diantaranya bercanda, dan dua siswa terlihat mengerjakan tugas pelajaran
lain. Berdasarkan wawancara yang dilakukan setelah jam pelajaran
berakhir, diketahui bahwa kelima siswa terebut tidak memperhatikan
karena kurangnya contoh gambar pada multimedia, sehingga mereka
merasa penjelasan masih kurang menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 10. Siswa Sedang Melihat Multimedia
Pengetahuan ”Pengertian Seni Kriya” dan ”Unsur-Unsur Penciptaan
Seni Kriya” (Dokumentasi: Anggi, 2011)
Gambar 11. Siswa yang Berbicara dengan Temannya
(Dokumentasi: Anggi, 2011)
Pada saat siswa melakukan aktivitas lain misal, mengerjakan
tugas pelajaran lain, atau berbicara sendiri dengan teman lainnya, guru
terkadang memberikan teguran dari depan kelas pada siswa yang tidak
memperhatikan tersebut.
Setelah menyampaikan penjelasan, guru memberi kesempatan
kepada siswa yang belum jelas untuk bertanya seputar materi. Pada
pertemuan ke 1 ini hanya ada empat siswa yang bertanya tentang: 1)
mengapa seni kriya mendapat tempat lebih tinggi dibandingkan dengan
kerajinan, guru menjawab karena seni kriya merupakan warisan seni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
budaya adiluhung yang sudah muncul dan berkembang sejak pada zaman
kerajaan di Jawa, 2) pengertian Pandhe, guru menjawab Pandhe adalah
orang yang membuat kriya yang tumbuh di luar lingkungan istana, 3)
mengapa Seni kriya termasuk dalam kategori seni rupa terapan, guru
menjawab karena selain memiliki aspek-aspek keindahan, seni kriya juga
menekankan aspek kegunaan atau fungsi praktis, 4) contoh material atau
media yang mampu berkomunikasi untuk mengungkap gagasan (ide)
rupa, guru menjawab kayu, batu, tekstil, serat, logam, dan lainnya.
Disamping itu hanya tiga siswa yang memberikan tanggapannya secara
lisan, sehingga guru mengulang dan memperdalam penjelasannya demi
menjawab pertanyaan dari siswa-siswa tersebut dengan baik. Proses
tanya jawab ini berlangsung selama ± 10 menit.
Setelah melakukan kegiatan tanya jawab, kemudian guru
melanjutkan proses pembelajaran dengan menarik kesimpulan materi
yang telah disampaikan tadi bersama siswa dan menyampaikan tugas
makalah yang harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Hal ini
bertujuan untuk membantu siswa agar mengingat kembali isi materi yang
telah dijelaskan dengan menggunakan multimedia. Kegiatan ini
berlangsung selama ± 5 menit.
Pada pertemuan ini, proses pembelajaran ditutup dengan salam
dan meminta salah satu siswa untuk mematikan LCD dan komputer,
sedangkan guru dan peneliti merapikan hal yang berkaitan dengan mata
pelajaran seni budaya, seperti mengambil kembali flash disk yang
didalamnya masih terdapat softfile multimedia dalam komputer. Kegiatan
ini berlangsung selama ± 5 menit.
Untuk memudahkan penilaian dalam pengamatan, peneliti
menggunakan instrumen yang sudah dibuat sebelumnya. Berdasarkan
pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut,
diketahui bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
RPP yang telah dibuat dan disepakati bersama peneliti, yaitu guru
memberikan apersepsi pada awal pelajaran, kemudian menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
multimedia sebagai upaya menarik perhatian siswa agar lebih
memperhatikan materi yang disampaikan.
Penilaian tingkat apresiasi seni siswa khususnya dalam
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni
kriya di wilayah Nusantara di kelas XI IPS 1, maka dilakukan penilaian
yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Pada penilaian
afektif, terdapat 6 variabel yaitu kehadiran/ presensi siswa, memperhatikan
materi yang disampaikan, keaktifan siswa di dalam kelas yang meliputi
bertanya dan berpendapat, bekerja sama antar siswa untuk tidak saling
menganggu selama proses pembelajaran berlangsung, dan ketepatan waktu
dalam mengumpulkan tugas. Hasil pengamatan aspek afektif siswa dapat
dilihat pada lampiran siklus I.
b) Pertemuan ke 2 (1 x 45 menit)
Pada pertemuan kedua, pelaksanaan tindakan dilakukan pada hari
Kamis, tanggal 03 November 2011. Skenario pembelajaran pada
pertemuan kedua ini sama dengan pelaksanaan pertemuan pertama. Hal ini
dilakukan untuk memperkuat apakah hasil yang dicapai siswa benar-benar
dipengaruhi oleh penggunaan multimedia. Hanya saja materi yang
diajarkan berbeda, yaitu tentang “Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni
Kriya”. Tindakan pertemuan kedua dilaksanakan pada jam pelajaran ke 6
(10.30-11.15) di kelas XI IPS 1.
Selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung, guru
bertindak memberikan penjelasan materi dengan menggunakan multimedia
sesuai dengan rencana di depan kelas, sedangkan peneliti berperan
mengamati jalannya proses pembelajaran yakni tentang multimedia,
penjelasan guru, dan afektif siswa. Peneliti mengambil posisi paling
belakang di kelas untuk mengamati proses pembelajaran.
Sebelum memulai kegiatan pelaksanaan, guru dan siswa
mempersiapkan diri terlebih dahulu. Guru dibantu oleh peneliti dan salah
satu siswa untuk mempersiapkan proyektor LCD agar berjalan dengan
lancar. Kegiatan diawali dengan salam pembuka oleh guru, dilanjutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dengan mengecek kehadiran siswa di buku absensi dan mencatat siswa
yang tidak masuk. Dari jumlah keseluruhan siswa kelas XI IPS 1, yang
hadir pada pelaksanaan proses pembelajaran mengidentifikasi keunikan
gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara
hanya 21 siswa. Dua siswa tidak hadir dengan keterangan sakit. Kegiatan
ini berlangsung selama ± 5 menit.
Kemudian pelajaran dilanjutkan dengan mengulas kembali materi
yang dipelajari sebelumnya dan menyampaikan mengenai materi yang
akan dipelajari, yaitu ”Pengertian Seni Kriya” dan ”Unsur-Unsur
Penciptaan Seni Kriya”. Kemudian guru melanjutkan proses pelajaran
dengan apersepsi terlebih dahulu yaitu berupa pertanyaan tahukah siswa
akan fungsi seni kriya. Banyak siswa yang menjawab belum, ada pula
siswa yang hanya diam saja, dan ada pula sebagian siswa yang bergumam
untuk menjawab pertanyaan dari guru. Kegiatan dilanjutkan dengan
penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan apresiasi seni siswa terhadap karya seni kriya
di wilayah Nusantara. Selama guru menyampaikan apersepsi, suasana
kelas tampak cukup tenang dan para siswa memperhatikan apersepsi yang
disampaikan guru. Hal ini berlangsung selama ± 5 menit.
Setelah melakukan apersepsi, guru kemudian melanjutkan
kegiatan dengan memberi penjelasan materi tentang “Fungsi dan Tujuan
Seni Kriya” dengan menggunakan multimedia melalui LCD proyektor.
Adapun rincian setiap materi yakni: a) menjelaskan tiga kategori fungsi
seni, dan b) menjelaskan tujuan pembuatan seni kriya. Selama guru
presentasi di depan siswa menyimak dan mencatat materi yang
disampaikan. Pada saat guru menjelaskan dengan multimedia, suasana
kelas masih tenang karena seluruh siswa memperhatikan multimedia.
Penjelasan dengan menggunakan multimedia berlangsung selama ± 15
menit. Pada menit ke 10 terdapat 4 siswa yang tidak memperhatikan media
lagi. Tampak keempat siswa tersebut berbicara sendiri dan bercanda
dengan teman sebangkunya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
setelah jam pelajaran berakhir, diketahui bahwa kelima siswa terebut tidak
memperhatikan karena masih kurangnya contoh gambar pada multimedia,
sehingga mereka merasa penjelasan masih kurang menarik, dan karena
posisi duduk siswa yang terletak di bagian ujung paling belakang.
Gambar 12. Siswa sedang melihat Multimedia tentang ”Fungsi dan
Tujuan Penciptaan Seni Kriya”. (Dokumentasi: Anggi, 2011)
Setelah menyampaikan penjelasan, guru memberi kesempatan
kepada siswa yang belum jelas untuk bertanya. Pada pertemuan pertama
ini hanya ada lima siswa yang bertanya tentang: 1) pengertian fungsi
personal, guru menjawab yakni bekaitan dengan pemenuhan kepuasan
jiwa pribadi dan individu, 2) apa yang lebih diutamakan pada pembuatan
benda terapan, guru menjawab mengutamakan fungsinya, adapun unsur
keindahannya hanyalah sebagai pendukung, 3) pengertian fungsi sosial,
guru menjawab yakni berhubungan dengan tujuan-tujuan sosial,
ekonomi, politik, budaya dan kepercayaan, 4) apa yang dimaksud dengan
unsur kriya yang berhubungan dengan teknologi, guru menjawab suatu
istilah yang dikaitkan dengan kekaryaan atau proses dalam memproduksi
sebuah karya, keterampilan penggunaan alat untuk tujuan-tujuan
memenuhi semua unsur-unsur kriya yang ada diatas, dan 5) contoh-
contoh karya seni kriya yang berfungsi sebagai benda pajangan, guru
menjawab Topeng kayu, Patung kayu, Ukiran dan lainnya. Disamping itu
hanya delapan siswa yang memberikan tanggapannya secara lisan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
sehingga guru mengulang dan memperdalam penjelasannya demi
menjawab pertanyaan dari siswa-siswa tersebut dengan baik. Proses
tanya jawab ini berlangsung selama ± 10 menit.
Setelah melakukan tanya jawab, guru menutup kegiatan belajar
mengajar dengan mengajak siswa untuk bersama-sama menyimpulkan isi
materi yang telah dijelaskan. Selain itu guru juga menyampaikan
pengumuman bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan tes essai
seputar ”Pengertian Seni Kriya”, ”Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya”,
”Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya” dan pengumpulan makalah.
Hal ini bertujuan untuk membantu siswa agar mengingat kembali isi
materi yang telah dijelaskan dengan menggunakan multimedia, dan
mempersiapkan tes minggu depan. Kegiatan ini berlangsung selama ± 10
menit.
Untuk memudahkan penilaian dalam pengamatan, peneliti
menggunakan instrumen yang sudah dibuat sebelumnya. Berdasarkan
pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut,
diketahui bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
RPP yang telah dibuat dan disepakati bersama peneliti.
Penilaian tingkat apresiasi seni siswa khususnya dalam
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni
kriya di wilayah Nusantara di kelas XI IPS 1, maka dilakukan penilaian
yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Pada
penilaian afektif, terdapat 6 variabel yaitu kehadiran/ presensi siswa,
memperhatikan materi yang disampaikan, keaktifan siswa di dalam kelas
yang meliputi bertanya dan berpendapat, bekerja sama antar siswa untuk
tidak saling menganggu selama proses pembelajaran berlangsung, dan
ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas. Hasil pengamatan aspek
afektif siswa dapat dilihat pada lampiran siklus I.
c) Pertemuan ke 3 (1 x 45 menit)
Pada pertemuan ketiga, pelaksanaan tindakan dilakukan pada hari
Kamis, tanggal 10 November 2011. Susunan pelaksanaan pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
berbeda dengan pertemuan ke 1 dan ke 2. Pada pertemuan ketiga,
pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan tes essai yang berkaitan
dengan materi ”Pengertian Seni Kriya”, ”Unsur-Unsur Penciptaan Seni
Kriya”, ”Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya” dan pengumpulan
tugas makalah. Tindakan pertemuan ketiga dilaksanakan pada jam
pelajaran ke 6 (10.30-11.15) di kelas XI IPS 1.
Guru mengawali proses pembelajaran dengan salam pembuka dan
dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa di buku absensi dan
mencatat siswa yang tidak masuk. Kemudian siswa menjawab bahwa
seluruh siswa hadir semua. Selanjutnya guru bertanya kepada siswa
tentang kesiapan mereka untuk melakukan tes essai dan pengumpulan
tugas makalah selama ± 5 menit.
Kegiatan dilanjutkan guru dengan menyiapkan kertas soal ujian,
kemudian membagikan lembar kertas soal ujian kepada semua siswa.
Siswa duduk dengan tenang, kemudian menyiapkan alat tulis. Guru
memberikan arahan bahwa tes essai ini bersifat individu atau dikerjakan
sendiri. Tes essai bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa mengenai
pengetahuan dasar Seni Kriya Nusantara dengan alokasi waktu selama ±
25 menit.
Sebelum membagikan soal tes esai, guru menyampaikan materi
dengan sedikit mengulas kembali tentang materi pada 2 pertemuan
sebelumnya, yaitu ”Pengertian Seni Kriya”, ”Unsur-Unsur Penciptaan Seni
Kriya”, ”Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya”. Pada saat itu sebagian
siswa terlihat memperhatikan guru dengan seksama dan berlangsung
selama selama ± 5 menit. Setelah ulasan materi selesai, kemudian guru
membagikan soal tes kepada siswa sebanyak 10 soal dengan alokasi waktu
yang sudah ditentukan. Beberapa siswa terlihat berusaha untuk mencontek,
namun diketahui oleh guru kemudian diperingatkan untuk mengerjakan
sendiri. Pada saat siswa mengerjakan, guru mengawasi siswa dengan
posisi di bagian depan, sedangkan peneliti berada di bagian belakang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 13. Siswa sedang Mengerjakan Soal Tes mengenai ”Pengertian
Seni Kriya”, ”Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya”, ”Fungsi dan Tujuan
Penciptaan Seni Kriya”. (Dokumentasi: Anggi, 2011)
Setelah waktu pengerjaan soal habis, guru meminta siswa untuk
segera mengumpulkan lembar jawabannya dan diberi waktu ± 2 menit.
Kemudian, dilanjutkan dengan pengumpulan tugas makalah selama ± 3
menit. Kegiatan ini berlangsung dengan tertib dan tenang. Namun,
terdapat 4 siswa yang belum mengumpulkan tugas makalah tepat waktu.
Dengan demikian proses pembelajaran pada pertemuan ketiga di akhiri
guru dengan dengan salam, sedangkan peneliti merapikan lembar
jawaban dan tugas makalah yang telah dikumpulkan oleh siswa. Kegiatan
ini berlangsung selama ± 5 menit.
3. Observasi Siklus I
Pelaksanaan tindakan penelitian ini bersamaan dengan dilakukannya
observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi tersebut dilakukan untuk
mengevaluasi penggunaan multimedia di kelas XI IPS 1. Peneliti
berkolaborasi dengan guru untuk dapat bersama-sama mengamati langsung
proses belajar mengajar seni budaya.
Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga yang dilaksanakan setiap
hari Kamis pada tanggal 27 Oktober 2011, 03 November 2011 dan 10
November 2011. Penyampaian materi oleh guru dilakukan dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
ceramah dengan menggunakan multimedia yang ditampilkan melalui
komputer, Liquid Crystal Display/ LCD, dan proyektor fasilitas sekolah guru.
Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan mengisi
instrumen berupa tabel data sesuai keadaan nyata yang terjadi di lapangan
untuk membantu peneliti dalam mengamati hal-hal yang terjadi. Hal-hal yang
terjadi ketika tindakan berlangsung antara lain: 1) Tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang diberikan berdasarkan tes essai yang telah diberikan dan
penugasan makalah, 2) Sikap siswa selama proses pembelajaran keunikan
gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah nusantara, 3)
Penguasaan guru akan materi saat menggunakan multimedia. Rincian data
sesuai dengan masalah, dan 4) Penguasaan guru terhadap kelas. Adapun
rincian data sesuai dengan masalah, yaitu:
a. Berdasarkan tujuan penelitian, siswa diharuskan mampu mengidentifikasi
keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah
Nusantara dengan baik. Namun berdasarkan hasil yang telah diperoleh
pada saat melaksanakan penelitian siklus I, capaian aspek kognitif siswa
belum dapat dikatakan berhasil. Dari 23 siswa yang hadir, hanya 18
siswa yang mencapai KKM yang sudah ditentukan yaitu 75, sedangkan 5
siswa lainnya belum tuntas. Rata-rata nilai siswa dalam penilaian
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni
kriya di wilayah Nusantara (kognitif) adalah 78. Adapun alat yang
digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan capaian aspek kognitif
siswa yaitu dengan memberikan tes essai pada pertemuan ketiga siklus I
sebanyak 10 soal sesuai dengan materi yang telah disampaikan oleh guru
saat menggunakan multimedia. Berdasarkan hasil observasi,
ketidakberhasilan kelima siswa tersebut dalam mencapai KKM
dikarenakan siswa kurang memberikan tanggapan dan perhatian saat
guru menjelaskan dengan multimedia. Kurangnya tanggapan siswa
terhadap multimedia dibuktikan dengan melakukan aktivitas lain yang
tidak mendukung proses pembelajaran seni budaya. Dengan demikian,
mengakibatkan kelima siswa tersebut kurang menangkap materi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
maksimal dan akhirnya pada saat mengerjakan tes essai, siswa terlihat
mengalami kesulitan dalam menjawabnya. Hal di atas diperkuat oleh
wawancara yang telah dilakukan kepada kelima siswa, bahwa alasan
mereka tidak memberikan perhatian pada multimedia karena multimedia
dianggap masih kurang menarik. Artinya, multimedia yang disajikan
belum memberikan contoh gambar yang cukup mewakili materi atau
memberikan gambaran yang mampu membantu siswa dalam
mendeskripsikan materi tersebut secara mandiri.
b. Berdasarkan tujuan penelitian, siswa harus mampu menunjukkan sikap
menghargai terhadap seni kriya Nusantara dengan baik. Namun dari hasil
yang telah diperoleh pada saat melaksanakan penelitian siklus I, capaian
aspek afektif siswa sudah dapat dikatakan berhasil. Dari hasil akumulasi
data yang diperoleh melalui tabel observasi yang diberikan pada saat
pelaksaan pembelajaran pertemuan pertama, kedua dan ketiga siklus I,
dari 23 siswa yang hadir hanya 19 siswa yang tuntas dalam menunjukkan
sikap menghargai pembelajaran seni kriya Nusantara, sedangkan 4 siswa
lainnya belum tuntas. Adapun alat yang digunakan dalam mengukur
tingkat keberhasilan capaian aspek afektif siswa yaitu dengan mengisi
tabel obesrvasi. Tabel observasi yang dibuat mengacu dan diadaptasi
berdasarkan teori taksonomi Bloom yakni terdapat 6 variabel yang dinilai
yaitu kehadiran/ presensi siswa, memperhatikan materi yang
disampaikan, keaktifan siswa di dalam kelas yang meliputi bertanya dan
berpendapat, bekerja sama antar siswa untuk tidak saling menganggu
selama proses pembelajaran berlangsung, dan ketepatan waktu dalam
mengumpulkan tugas. Penilaian afektif siswa dilakukan pada saat guru
sedang menyampaikan materi dengan menggunakan multimedia.
Berdasarkan hasil observasi, maka telah ditemukan bahwa siswa yang
belum tuntas tersebut adalah empat dari kelima siswa yang tidak tuntas
dalam mengerjakan tes essai (aspek kognitif). Oleh karena itu, alasan
keempat siswa tersebut kurang memberikan perhatian dan tanggapan
pada multimedia yang digunakan guru yaitu karena selama proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
pembelajaran berlangsung siswa melakukan aktivitas lain dan tidak
mendukung proses pembelajaran seni budaya. Aktivitas tersebut
tercermin dari kegiatan siswa yang berbicara dengan teman sebangku,
posisi duduk kurang baik, dan mengerjakan tugas mata pelajaran lain.
Dengan demikian, mengakibatkan keempat siswa tersebut kurang
menangkap materi dengan maksimal. Alasan tersebut diperkuat oleh
wawancara yang telah dilakukan kepada keempat siswa, bahwa mereka
tidak memberikan perhatian pada multimedia karena multimedia
dianggap masih kurang menarik. Artinya, multimedia yang disajikan
belum memberikan contoh gambar yang cukup mewakili materi atau
memberikan gambaran yang mampu membantu siswa dalam
mendeskripsikan materi tersebut secara mandiri.
c. Berdasarkan tujuan penelitian, siswa harus mampu membuat deskripsi
yaitu makalah secara mandiri mengenai seni kriya Nusantara. Namun
berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada saat melaksanakan penelitian
siklus I, capaian aspek psikomotor siswa sudah dapat dikatakan berhasil.
Keberhasilan capaian aspek psikomotor siswa oleh hasil penilaian
makalah individu yang telah dibuat. Penilaian penulisan makalah
ditentukan berdasarkan hasil diskusi antara guru dan peneliti, sehingga
aspek yang dinilai meliputi kelengkapan makalah, kejelasan ide makalah,
urutan penyajian makalah, keunikan penyajian makalah, ketepatan
pemilihan kalimat, dan kesungguhan dalam menyelesaikan tugas. Tugas
makalah disampaikan pada pertemuan pertama dan dikumpulkan pada
pertemuan ketiga siklus I. Hasil penilaian makalah menunjukkan bahwa
dari 23 siswa yang hadir hanya 19 siswa yang tuntas membuat makalah
individu mengenai materi seni kriya Nusantara sesuai dengan tema
pembelajaran yang diperintahkan dan mencapai KKM yang sudah
ditentukan yaitu 75, sedangkan 4 siswa lainnya belum tuntas. Rata-rata
nilai siswa dalam membuat makalah individu mengenai materi seni kriya
Nusantara adalah 80. Berdasarkan hasil observasi, keempat siswa yang
belum mampu membuat makalah secara individu merupakan siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas tersebut. Hal ini
tercermin dari hasil makalah keempat siswa tersebut yakni penyajian
makalah kurang unik. Artinya, siswa kurang apresiatif terhadap tugas,
sehingga penyajian makalah terlihat biasa saja, setidaknya siswa dapat
memberikan gambar atau sketsa pada makalah, agar mudah dimengerti.
Selain itu, siswa juga kurang berusaha mengembangkan materi dengan
menggunakan bahasa sendiri. Selain observasi, peneliti melakukan
wawancara kepada keempat siswa yang belum mengalami ketuntasan
nilai KKM. Hasil wawancara yang telah diperoleh tidak jauh berbeda
dengan hasil observasi yang telah disimpulkan, yakni keempat siswa
tersebut mengalami kesulitan dalam mengembangkan isi tugas dengan
menggunakan bahasa sendiri karena mempunyai banyak tugas dari guru
mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu, pada saat mengerjakan perhatian
siswa tidak sepenuhnya diberikan pada tugas makalah individu.
Disamping hal pokok di atas, peneliti juga secara tidak langsung ikut
mengamati guru dan multimedia. Hal tersebut dikarenakan proses
pembelajaran yang saling berkesinambungan antara siswa, guru dan media
yang digunakan. Oleh karena itu, beberapa hal yang dapat dideskripsikan
yaitu pada saat guru menjelaskan tentang perbedaan antara kriya dan
kerajinan berdasarkan keprofesiannya. Siswa mulai hilang konsentrasi dengan
menunjukkan sikap yang kurang bekerja sama dalam menjaga kelancaran
proses pembelajaran. Sikap tersebut tercermin dari kegiatan siswa yang
berbicara dengan teman sebangku, posisi duduk kurang baik, dan
mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Siswa-siswa tersebut adalah siswa
yang duduk pada bagian belakang kelas. Alasan siswa tidak mau
memperhatikan adalah karena tidak adanya contoh gambar pada tampilan
materi tersebut. Pada saat itu, guru mampu memperingatkan siswa-siswa
tersebut dengan cara menegurnya lebih dari sekali, dan memberikan
peringatan. Selain itu, selama menjelaskan materi dengan metode ceramah
dan menggunakan multimedia, guru lebih banyak berada di depan kelas. Hal
ini membuat perhatian guru terhadap siswa yang berada di bagian belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
berkurang, sehingga memberikan kesempatan siswa tersebut untuk
melakukan kegiatan yang tidak mendukung proses pembelajaran.
Gambar 14. Grafik hasil Siklus I pada mata pelajaran seni budaya
kompetensi dasar keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni
kriya di wilayah Nusantara menggunakan Multimedia
4. Refleksi Siklus I
Berikut ini adalah penjelasan tabel hasil observasi Ketercapaian
Siklus I di atas :
a. Capaian dalam aspek kognitif belum dapat dikatakan berhasil karena
belum mencapai target indikator pada penelitian ini yaitu minimal 80%.
Siswa yang tuntas dalam penilaian kognitif pada tes essai mengenai
materi ”Pengertian Seni Kriya”: a) menjelaskan sejarah kemunculan kriya
di nusantara, b) mengidentifikasi perbedaan antara kriya dan kerajinan
berdasarkan keprofesiannya, dan c) menjelaskan pengertian seni kriya,
”Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya”: a) kriya berhubungan dengan
unsur-unsur skill/trade/ooccupation, b) kriya berhubungan dengan unsur
seni, keindahan atau estetika, c) kriya berhubungan dengan unsur material
atau medium, d) kriya berhubungan dengan gagasan dan fungsi yang
dekat dengan manusia dan lingkungan hidupnya yaitu pemenuhan sebuah
kebutuhan (Utility) manusia baik dari sektor material, spiritual, hingga
mencapai kesejahteraan, dan e) kriya berhubungan dengan teknologi, dan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Kognitif Afektif Psikomotor
Tuntas
Belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
”Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya”: tujuan pembuatan seni kriya
yaitu a) sebagai dekorasi, b) sebagai benda-benda terapan, dan c) Sebagai
benda-benda mainan adalah 78% atau 18 siswa tuntas, sedangkan 22%
atau 5 siswa belum tuntas pada tes essai. Rata-rata nilai siswa dalam
penilaian mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam
karya seni kriya di wilayah Nusantara (kognitif) adalah 78.
b. Untuk aspek afektif, capaian ketuntasannya sudah dapat dikatakan
berhasil yaitu mencapai target indikator pada penelitian ini yaitu minimal
80%. Siswa yang tuntas dalam penilaian afektif 82% atau 19 siswa
sedangkan 18% atau 4 siswa belum tuntas dalam menunjukkan sikap
menghargai seni kriya Nusantara. Pada penilaian afektif, terdapat 6
variabel yaitu kehadiran/ presensi siswa, memperhatikan materi yang
disampaikan, keaktifan siswa di dalam kelas yang meliputi bertanya dan
berpendapat, bekerja sama antar siswa untuk tidak saling menganggu
selama proses pembelajaran berlangsung, dan ketepatan waktu dalam
mengumpulkan tugas.
c. Sedangkan capaian pada aspek psikomotor sudah dapat dikatakan
berhasil karena sudah mencapai target indikator pada penelitian ini yaitu
minimal 80%. Siswa yang tuntas pada penilaian psikomotor 83% atau
19 siswa sedangkan 17% atau 4 siswa yang belum tuntas dalam
membuat deskripsi yaitu makalah secara mandiri mengenai seni kriya
Nusantara sesuai dengan tema pembelajaran yang diperintahkan.
Penilaian psikomotor mencakup kelengkapan makalah, kejelasan ide,
urutan penyajian, keunikan penyajian makalah, ketepatan pemilihan
kalimat, dan kesungguhan dalam menyelesaikan tugas. Rata-rata nilai
siswa dalam penilaian psikomotor sudah mencapai KKM yaitu 80.
Padahal KKM pada mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 1
Surakarta adalah 75.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 5. Data Rata-Rata Ketercapaian Siklus I Pembelajaran Keunikan
Gagasan Teknik dan Bahan dalam Karya Seni Kriya di Wilayah
Nusantara
No Nama Siswa Ketuntasan
Kognitif Afektif Psikomotor
Ke 1 Ke 2 Ke 3
1 Adid Khairuuzzaman 85 √ √ √ 81
2 Adrian Adi Setiawan 80 - √ √ 74
3 Aghniya Fitrisna D 75 √ √ √ 79
4 Amelia Choya Tia R 73 √ - √ 87
5 Anggara Aditya Sandi P 82 √ √ √ 77
6 Annisa Murni Prasasti 76 √ √ √ 88
7 Ardiasnyah Yagie Bayu P 75 - √ √ 77
8 Azhari Widhiyanto S 79 √ √ √ 87
9 Azis Setiawan 70 - - √ 74
10 Bima Sena Suarga Eka P 77 TM TM √ 81
11 Devina Zahra Santoso 88 √ √ √ 92
12 Dionisius Baren Diafan 72 - - √ 74
13 Intan Aprilia Efendi S 74 √ √ - 79
14 Irene Sarah Larasati 83 √ √ √ 79
15 Komang Ayu Tania P.S 83 √ √ √ 77
16 Nadia Sekar Kinanthi 79 √ √ √ 77
17 Nur Kumalaningtyas 80 √ √ √ 81
18 Patricia Prima Kirana 88 √ √ - 79
19 Ratna Ayu Rahmawati 79 √ √ √ 81
20 Setyawan Cahya Utama 80 √ √ √ 88
21 Talitha Devina Nadia 79 √ √ √ 74
22 Yudha Perwira 75 TM TM - 77
23 Zaenab Rizki A 70 - √ - 75
JUMLAH 1802 16 18 19 1838
RATA-RATA 78 76% 86% 83% 80
PERSEN 78% 82% 83%
Keterangan:
TM: Tidak Masuk
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa untuk aspek psikomotor
dan afektif sudah mencapai indikator yang diinginkan yaitu minimal 80%,
sedangkan untuk aspek kognitif belum memenuhi ketuntasan indikator yang
diinginkan. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan, baik pada multimedia
maupun tindakan. Perbaikan ini dilakukan pada siklus 2 yang bertujuan untuk
memperbaiki kognitif siswa dan meningkatkan afektif dan psikomotornya.
Setelah dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan observasi
pada pertemuan 1, 2 dan 3, maka peneliti segera melakukan refleksi bersama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
guru. Refleksi dilakukan dengan cara menganalisis nilai hasil tugas siswa,
proses pembelajaran siswa, hasil observasi, serta hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti kepada siswa dan guru. Berdasarkan hasil wawancara
dengan siswa dan guru, disimpulkan masih adanya beberapa hal yang belum
membuat proses pembelajaran maksimal. Beberapa hal yang akan membuat
proses pembelajaran lebih optimal, diantaranya sebagai berikut:
a. Dari segi siswa
Masih terdapat beberapa siswa yang kurang memahami isi materi dengan
maksimal, hal ini dikarenakan siswa kurang memberikan tanggapan dan
perhatian saat guru menjelaskan dengan multimedia. Kurangnya siswa
memberikan perhatian dan tanggapan pada multimedia yang digunakan
guru yaitu karena selama proses pembelajaran berlangsung siswa
melakukan aktivitas lain dan tidak mendukung proses pembelajaran seni
budaya. Aktivitas tersebut tercermin dari kegiatan siswa yang berbicara
dengan teman sebangku, posisi duduk kurang baik, dan mengerjakan.
tugas mata pelajaran lain. Maka, pada siklus II perbaikan yang dilakukan
tidak lepas dari adanya peran guru dan multimedia yang mengalami
pengembangan, sehingga membuat siswa dapat memberikan tanggapan
dan perhatian yang lebih dan membuat proses pembelajaran menjadi
maksimal.
b. Dari segi guru
1) Pada saat mengajar guru kurang mengembangkan materi yang ada
dalam media, sehingga siswa kurang tertarik. Untuk masalah ini,
maka tindakan pada siklus II guru diharapkan mampu
mengembangkan materi yang sudah ada dalam multimedia dengan
cara tidak selalu membaca tampilan materi.
2) Guru terlalu cepat dalam menyampaikan materi sehingga banyak
siswa yang belum mengerti, dalam pelaksanaan siklus II
penyampaian materi oleh guru tidak terlalu cepat dan memastikan
siswa mengerti akan materi yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
c. Dari segi multimedia
Multimedia yang digunakan merupakan gabungan media gambar gerak
dan gambar diam yang diantaranya teks, gambar, grafis, animasi, dan
audio. Gambar yang digunakan untuk contoh dari sebuah penjelasan pada
multimedia masih terlalu sedikit. Hal itu membuat siswa kurang dapat
membayangkan maksud dari penjelasan. Dengan demikian, untuk siklus
II maka multimedia dibuat lebih menarik, yaitu dengan memperbanyak
contoh gambar yang mewakili penjelasan, sehingga siswa memiliki
bayangan mengenai penjelasan yang dimaksud.
Berikut ini merupakan tabel evaluasi multimedia siklus I yang
mengalami beberapa masukan dari hasil wawancara yang telah dilakukan
dengan guru dan siswa. Sub materi: ”Pengertian Seni Kriya”, ”Unsur-Unsur
Penciptaan Seni Kriya”, ”Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya”.
ASPEK TAMPILAN:
Tabel 6. Evaluasi Aspek Tampilan Multimedia Siklus I
No Unsur Evaluasi Keterangan
Multimedia Tambahan pada
Multimedia
1 Proporsi layout
(tata letak teks
dan gambar
- Tata letak teks dan
gambar belum
seimbang, karena
masih didominasi
oleh teks yang
mengakibatkan
proporsi multimedia
kurang nyaman
untuk dilihat.
Pada siklus II tata
letak teks dan gambar
akan ditata ulang.
2 Kesesuaian
gambar dengan
isi dan materi
Gambar yang
muncul sesuai
dengan isi materi,
sehingga
memudahkan
siswa memahami
materi.
Gambar yang
digunakan berupa
foto, sehingga
gambar dapat
menampilkan
- Pada siklus II
gambar harus tetap
sesuai dengan isi
materi ajar.
Tetap menggunakan
gambar foto agar
dapat menampilkan
seperti aslinya,
sehingga media
tetap menarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
warna, tekstur,
garis, maupun
bentuk seperti
aslinya.
perhatian siswa.
3 Kesesuaian
pemilihan
warna, jenis
huruf, ukuran
huruf, dan
background
Pemilihan warna
sudah sesuai dengan
tema materi, ukuran
dan jenis huruf
sudah sesuai dengan
sasaran (siswa).
Untuk background
sudah disesuaikan
dengan warna dan
tema.
- Pada siklus II tetap
menggunakan
warna, jenis huruf,
ukuran huruf, dan
background yang
sama.
4 Kemenarikan
desain tampilan
awal (opening)
Tampilan awal
didesain dengan
nuansa Kerajinan
Nusantara.
- Pada siklus II akan
tetap menggunakan
tampilan awal yang
didesain dengan
nuansa Kerajinan
Nusantara.
5 Musik/
Backsound
Menggunakan
backsound lagu-lagu
jawa untuk mewakili
tema materi
pelajaran
- Pada siklus II akan
tetap menggunakan
backsound lagu-lagu
jawa, sesuai dengan
tema materi pelajaran
ASPEK ISI:
Tabel 7. Evaluasi Aspek Isi Multimedia Siklus I
No Unsur Evaluasi Keterangan
Multimedia Tambahan pada
Multimedia
1 Urutan isi materi Isi materi
sistematis, sesuai
dengan silabus dan
dikembangkan.
- Pada siklus II, isi
materi akan tetap
disesuai dengan
silabus dan
dikembangkan.
2 Kejelasan
contoh yang
disertakan
Contoh yang
disertakan
mewakili kejelasan
materi yang
diberikan.
- Pada siklus II contoh
yang disertakan tetap
menyesuaikan setiap
penjelasan.
3 Kecukupan
contoh yang
digunakan
- Masih terlalu banyak
tulisan sehingga
contoh gambar kurang
dan membuat siswa
Pada siklus II contoh
gambar harus
diperbanyak sehingga
siswa dapat lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
tidak fokus. fokus pada gambar-
gambar yang muncul.
4 Kesesuaian
bahasa dengan
sasaran (siswa)
Bahasa yang
digunakan adalah
bahasa baku, tepat
untuk ukuran siswa
SMA.
- Pada siklus II,
kesesuaian bahasa
tidak ada perubahan.
5 Isi pesan yang
disampaikan
Sesuai dengan
materi yang akan
dipelajari siswa
- Pada siklus II isi
narasi tetap
disesuaikan dengan
materi ajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
c. dari segi Multimedia
Multimedia yang digunakan merupakan gabungan media gambar gerak
dan gambar diam yang diantaranya teks, gambar, grafis, animasi, dan
audio. Gambar yang digunakan untuk contoh dari sebuah penjelasan pada
multimedia masih terlalu sedikit. Hal itu membuat siswa kurang dapat
membayangkan maksud dari penjelasan. Dengan demikian, untuk siklus
II maka multimedia dibuat lebih menarik, yaitu dengan memperbanyak
contoh gambar yang mewakili penjelasan, sehingga siswa memiliki
bayangan mengenai penjelasan yang dimaksud.
Berikut ini merupakan tabel evaluasi multimedia siklus I yang
mengalami beberapa masukan dari hasil wawancara yang telah dilakukan
dengan guru dan siswa. Sub materi: ”Pengertian Seni Kriya”, ”Unsur-Unsur
Penciptaan Seni Kriya”, ”Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya”.
ASPEK TAMPILAN:
Tabel 6. Evaluasi Aspek Tampilan Multimedia Siklus I
No Unsur Evaluasi Keterangan
Multimedia Tambahan pada
Multimedia
1 Proporsi layout
(tata letak teks
dan gambar
- Tata letak teks dan
gambar belum
seimbang, karena
masih didominasi
oleh teks yang
mengakibatkan
proporsi multimedia
kurang nyaman
untuk dilihat.
Pada siklus II tata
letak teks dan gambar
akan ditata ulang.
2 Kesesuaian
gambar dengan
isi dan materi
Gambar yang
muncul sesuai
dengan isi materi,
sehingga
memudahkan
siswa memahami
materi.
Gambar yang
digunakan berupa
foto, sehingga
gambar dapat
menampilkan
- Pada siklus II
gambar harus tetap
sesuai dengan isi
materi ajar.
Tetap menggunakan
gambar foto agar
dapat menampilkan
seperti aslinya,
sehingga media
tetap menarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
warna, tekstur,
garis, maupun
bentuk seperti
aslinya.
perhatian siswa.
3 Kesesuaian
pemilihan
warna, jenis
huruf, ukuran
huruf, dan
background
Pemilihan warna
sudah sesuai dengan
tema materi, ukuran
dan jenis huruf
sudah sesuai dengan
sasaran (siswa).
Untuk background
sudah disesuaikan
dengan warna dan
tema.
- Pada siklus II tetap
menggunakan
warna, jenis huruf,
ukuran huruf, dan
background yang
sama.
4 Kemenarikan
desain tampilan
awal (opening)
Tampilan awal
didesain dengan
nuansa Kerajinan
Nusantara.
- Pada siklus II akan
tetap menggunakan
tampilan awal yang
didesain dengan
nuansa Kerajinan
Nusantara.
5 Musik/
Backsound
Menggunakan
backsound lagu-lagu
jawa untuk mewakili
tema materi
pelajaran
- Pada siklus II akan
tetap menggunakan
backsound lagu-lagu
jawa, sesuai dengan
tema materi pelajaran
ASPEK ISI:
Tabel 7. Evaluasi Aspek Isi Multimedia Siklus I
No Unsur Evaluasi Keterangan
Multimedia Tambahan pada
Multimedia
1 Urutan isi materi Isi materi
sistematis, sesuai
dengan silabus dan
dikembangkan.
- Pada siklus II, isi
materi akan tetap
disesuai dengan
silabus dan
dikembangkan.
2 Kejelasan
contoh yang
disertakan
Contoh yang
disertakan
mewakili kejelasan
materi yang
diberikan.
- Pada siklus II contoh
yang disertakan tetap
menyesuaikan setiap
penjelasan.
3 Kecukupan
contoh yang
digunakan
- Masih terlalu banyak
tulisan sehingga
contoh gambar kurang
dan membuat siswa
Pada siklus II contoh
gambar harus
diperbanyak sehingga
siswa dapat lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
tidak fokus. fokus pada gambar-
gambar yang muncul.
4 Kesesuaian
bahasa dengan
sasaran (siswa)
Bahasa yang
digunakan adalah
bahasa baku, tepat
untuk ukuran siswa
SMA.
- Pada siklus II,
kesesuaian bahasa
tidak ada perubahan.
5 Isi pesan yang
disampaikan
Sesuai dengan
materi yang akan
dipelajari siswa
- Pada siklus II isi
narasi tetap
disesuaikan dengan
materi ajar.
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan Tindakan Siklus II
Sebelum melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya, peneliti dan
guru mendiskusikan terlebih dahulu rencana apa saja yang akan di lakukan
pada tindakan siklus II sebagai solusi dari permasalahan yang muncul pada
siklus I. Perencanaan ini dilaksanakan pada hari Minggu 13 November 2011
di sekolah SMA Negeri 1 Surakarta. Dari hasil refleksi siklus I, peneliti dan
guru kemudian sepakat bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan
dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, dan dimulai dari hari Kamis, 17
November 2011. Berpijak dari hasil refleksi siklus I, maka untuk pelaksanaan
siklus II direncanakan beberapa hal yang meliputi yaitu:
a. Menyusun Materi Pembelajaran
Penyusunan RPP digunakan guru sebagai pedoman dalam
melaksanakan proses belajar mengajar (PBM). Sub materi yang akan
disampaikan pada siklus II ini adalah ”Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya”:
a) kriya tekstil, b) kriya kulit, c) kriya ukir, d) kriya logam, e) kriya
keramik, dan f) kriya anyaman, ”Teknik dan Bahan Penciptaan Karya
Seni Kriya”: a) teknik cor (cetak tuang), b) teknik ukir, c) teknik
membatik, d) teknik anyam, dan e) teknik membentuk, ”Dimensi atau
Ruang Lingkup Kriya”: a) kriya dalam konteks pelestarian budaya
tradisional, b) kriya dalam konteks pelestarian lingkungan, c) kriya dalam
konteks pemberdayaan masyarakat, dan d) kriya dalam konteks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
kreativitas. Materi ini merupakan lanjutan dari rangkaian standar
kompetensi apresiasi seni kriya nusantara yang ada di silabus dan
pengembangannya.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penyusunan RPP digunakan untuk guru sebagai pedoman dalam
melaksanakan proses belajar mengajar (PBM). Sub materi yang akan
disampaikan pada siklus II ini adalah ”Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya”:
a) kriya tekstil, b) kriya kulit, c) kriya ukir, d) kriya logam, e) kriya
keramik, dan f) kriya anyaman, ”Teknik dan Bahan Penciptaan Karya
Seni Kriya”: a) teknik cor (cetak tuang), b) teknik ukir, c) teknik
membatik, d) teknik anyam, dan e) teknik membentuk, ”Dimensi atau
Ruang Lingkup Kriya”: a) kriya dalam konteks pelestarian budaya
tradisional, b) kriya dalam konteks pelestarian lingkungan, c) kriya dalam
konteks pemberdayaan masyarakat, dan d) kriya dalam konteks
kreativitas. Adapun rincian RPP pada setiap pertemuan yaitu:
1) Pertemuan ke 1 (1 x 45 menit)
a) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa di buku
absensi dan mencatat siswa yang tidak masuk.
b) Guru mempersiapkan RPP, silabus, soal tugas, multimedia
pengetahuan karya seni kriya di wilayah Nusantara, dan
memberikan instruksi agar siswa duduk dengan tenang tidak
berisik kemudian siswa siap mengikuti proses belajar mengajar.
c) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan apersepsi
materi yang akan diajarkan yaitu jenis-jenis seni kriya dan
teknik bahan karya seni kriya. Apersepsi dilakukan dengan
memberi tes awal berupa pertanyaan mendasar tentang materi
yang akan diajarkan.
d) Guru menggunakan multimedia saat menyampaikan penjelasan
tentang pengetahuan karya seni kriya Nusantara yang berisi
tentang ”Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya”: a) kriya tekstil, b)
kriya kulit, c) kriya ukir, d) kriya logam, e) kriya keramik, dan f)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
kriya anyaman, ”Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni
Kriya”: a) teknik cor (cetak tuang), b) teknik ukir, c) teknik
membatik, d) teknik anyam, dan e) teknik membentuk.
e) Selesai menjelaskan, guru mempersilakan siswanya untuk
bertanya jika ada yang ingin ditanyakan atau menyampaikan
tanggapannya seputar materi yang telah dijelaskan yaitu
mengenai jenis-jenis seni kriya dan teknik bahan karya seni
kriya.
f) Guru berdiskusi bersama siswa mengulas kembali dan
menjelaskan tentang pengertian dan unsur-unsur seni kriya.
g) Guru menyimpulkan materi pelajaran bersama siswa dan
menyampaikan tugas serta rencana kegiatan pertemuan
mendatang.
h) Menutup proses pembelajaran.
2) Pertemuan ke 2 (1 x 45 menit)
a) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa di buku
absensi dan mencatat siswa yang tidak masuk.
b) Guru mempersiapkan RPP, silabus dan multimedia pengetahuan
karya seni kriya di wilayah Nusantara.
c) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan apersepsi
materi yang akan diajarkan yaitu dimensi atau ruang lingkup
kriya. Apersepsi dilakukan dengan memberi tes awal berupa
pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.
d) Guru menggunakan multimedia saat menyampaikan penjelasan
tentang pengetahuan karya seni kriya Nusantara yang berisi
tentang “Dimensi atau Ruang Lingkup Kriya”: a) kriya dalam
konteks pelestarian budaya tradisional, b) kriya dalam konteks
pelestarian lingkungan, c) kriya dalam konteks pemberdayaan
masyarakat, dan d) kriya dalam konteks kreativitas.
e) Selesai menjelaskan, guru mempersilakan siswanya untuk
bertanya jika ada yang ingin ditanyakan atau menyampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
tanggapannya seputar materi yang telah dijelaskan yaitu
mengenai fungsi dan tujuan seni kriya.
f) Guru berdiskusi bersama siswa mengulas kembali dan
menjelaskan tentang dimensi atau ruang lingkup kriya.
g) Guru menyimpulkan materi pelajaran bersama siswa dan
menyampaikan rencana kegiatan pertemuan mendatang.
h) Menutup proses pembelajaran.
3) Pertemuan ke 3 (1 x 45 menit)
a) Salam pembuka, guru mengecek kehadiran siswa di buku
absensi dan mencatat siswa yang tidak masuk.
b) Guru mempersiapkan RPP, silabus dan soal essai pengetahuan
karya seni kriya Nusantara.
c) Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka dan sedikit
mengulas tentang materi sebelumnya. Kemudian apersepsi
materi yang akan diajarkan yaitu jenis-jenis, teknik, bahan karya
seni kriya, dan dimensi atau ruang lingkup kriya.
d) Guru memberikan tes essai kepada siswa tentang ”Jenis-Jenis
Penciptaan Seni Kriya”: a) kriya tekstil, b) kriya kulit, c) kriya
ukir, d) kriya logam, e) kriya keramik, dan f) kriya anyaman,
”Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya”: a) teknik cor
(cetak tuang), b) teknik ukir, c) teknik membatik, d) teknik
anyam, dan e) teknik membentuk, ”Dimensi atau Ruang
Lingkup Kriya”: a) kriya dalam konteks pelestarian budaya
tradisional, b) kriya dalam konteks pelestarian lingkungan, c)
kriya dalam konteks pemberdayaan masyarakat, dan d) kriya
dalam konteks kreativitas.
e) Guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan lembar
jawaban dan tugas makalah.
f) Menutup proses pembelajaran seni budaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
c. Menyusun soal tes essai dan penugasan makalah
Penyusunan soal tes essai berkaitan dengan isi materi multimedia
yang sudah dijelaskan oleh guru pada pertemuan pertama dan kedua
siklus II. Peneliti merencanakan tes yang disepakatai oleh guru, berupa tes
essai (uraian) untuk aspek kognitif dan penugasan makalah untuk aspek
psikomotor. Berikut rincian penyusunanannya:
i) Tes esai
Pelaksanaan tes esai dilaksanakan dalam waktu 25 menit
dengan jumlah 10 soal yang berkaitan dengan pengetahuan,
pemahaman, menganalisis, sintesis dan evaluasi siswa mengenai jenis-
jenis, teknik, bahan karya seni kriya, dan dimensi atau ruang lingkup
kriya. Siswa mampu mengidentifikasi pengertian seni kriya dengan
mengunakan kata-kata sendiri. Siswa mampu menjelaskan tentang
jenis-jenis seni kriya. Siswa dapat menyebutkan teknik dan bahan
karya seni kriya. Selain itu siswa mampu memahami dimensi atau
ruang lingkup kriya.
ii) Penugasan Makalah
Penugasan makalah dilaksanakan secara mandiri, dengan tema
seni kriya Nusantara yang menggunakan gaya bahasa siswa sendiri. Isi
makalah meliputi jenis-jenis, teknik, bahan karya seni kriya, dan
dimensi atau ruang lingkup kriya. Waktu yang diberikan dalam
pembuatan makalah yakni selama dua minggu, pemberian tugas
diberikan pada pertemuan ke 1 dan dikumpulkan pada pertemuan ke 3
siklus II. Adapun ketentuan penulisan antara lain: kelengkapan
makalah, kejelasan ide, urutan penyajian, keunikan penyajian
makalah, ketepatan pemilihan kalimat, dan kesungguhan dalam
menyelesaikan tugas.
d. Memperbaiki media pembelajaran
Tampilan media yang digunakan diperbaiki agar lebih menarik
sehingga antusias siswa juga semakin meningkat. Berdasarkan hasil
refleksi siklus I, dan wawancara dengan siswa, media diperbaiki dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
memperbanyak contoh gambar yang ada dalam media. Gambar-gambar
tersebut diharapkan mampu memberikan penjelasan yang lebih mendalam
mengenai materi yang diberikan agar penjelasan dapat tersampaikan
dengan maksimal.
Pada tahap ini, materi yang dikumpulkan sesuai dengan kompetensi
dasar yang ada yaitu mengidentikasi keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara. Materi yang termasuk dalam
multimedia pada siklus I adalah ”Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya”: a)
kriya tekstil, b) kriya kulit, c) kriya ukir, d) kriya logam, e) kriya keramik,
dan f) kriya anyaman, ”Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya”:
a) teknik cor (cetak tuang), b) teknik ukir, c) teknik membatik, d) teknik
anyam, dan e) teknik membentuk, ”Dimensi atau Ruang Lingkup Kriya”:
a) kriya dalam konteks pelestarian budaya tradisional, b) kriya dalam
konteks pelestarian lingkungan, c) kriya dalam konteks pemberdayaan
masyarakat, dan d) kriya dalam konteks kreativitas.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Skenario pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II tidak jauh
berbeda dengan Siklus I, peneliti dan guru hanya melakukan perbaikan pada
tindakan guru yakni: 1) sebaiknya guru dalam berinteraksi lebih sering
mengelilingi kelas pada saat menjelaskan materi dengan menggunakan
multimedia, agar siswa dapat terpantau secara menyeluruh, sehingga siswa
yang duduk di bagian belakang dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan
ikut aktif selama pembelajaran berlangsung, 2) guru harus lebih rileks (tidak
terlalu cepat) dalam menyampaikan materi namun tetap serius, sehingga
siswa dapat tetap fokus terhadap materi yang disampaika, 3) guru juga
diharapkan mampu mengembangkan materi yang sudah ada dalam
multimedia dengan cara tidak selalu membaca tampilan materi. Selain itu,
berdasarkan hasil wawancara siswa dan guru ditemukan bahwa perbaikan
sebaiknya juga dilakukan terhadap multimedia. Perbaikan tersebut dilakukan
pada segi tampilan multimedia dengan memperbanyak contoh gambar agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
lebih menarik perhatian siswa, sehingga diharapkan siswa dapat menerima
materi pelajaran yang disampaikan dengan baik.
Siklus II ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pada hari
Kamis, 17 November 2011, 24 November 2011 dan 01 Desember 2011.
Setiap pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 1 x 45 menit. pada
pertemuan pertama, guru menjelaskan “Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya”,
”Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya”. Pertemuan kedua guru
akan menjelaskan materi ”Dimensi atau Ruang Lingkup Kriya”. Sedangkan
pada pertemuan ketiga diisi dengan tes essai mengenai materi yang
disampaikan pada pertemuan pertama dan kedua. Rincian pelaksanaan
tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan ke 1 (1 x 45 menit)
Pertemuan ke 1 dilaksanakan pada hari Kamis, 17 November
2011. Pembelajaran pada pertemuan ke 1 dilaksanakan sesuai dengan
rencana pembelajaran yang sudah disusun pada saat perencanaan
tindakan. Tindakan pertemuan pertama dilaksanakan pada jam pelajaran
ke 6 (10.30-11.15) di kelas XI IPS 1. Sub materi pelajaran yang akan
diberikan pada pertemuan ke 1 ini adalah adalah ”Jenis-Jenis Seni
Penciptaan Kriya”: a) kriya tekstil, b) kriya kulit, c) kriya ukir, d) kriya
logam, e) kriya keramik, dan f) kriya anyaman, ”Teknik dan Bahan
Penciptaan Karya Seni Kriya”: a) teknik cor (cetak tuang), b) teknik ukir,
c) teknik membatik, d) teknik anyam, dan e) teknik membentuk.
Selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung, guru
bertindak memberikan penjelasan materi dengan menggunakan
multimedia sesuai dengan rencana di depan kelas, sedangkan peneliti
berperan mengamati jalannya proses pembelajaran yakni tentang
multimedia, penjelasan guru, dan afektif siswa. Peneliti mengambil posisi
paling belakang di kelas untuk mengamati proses pembelajaran agar
tidak mengganggu pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan
multimedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Namun sebelum memasuki kegiatan pelaksanaan, guru dan siswa
mempersiapkan diri terlebih dahulu. Guru dibantu oleh peneliti dan salah
satu siswa untuk mempersiapkan proyektor LCD agar berjalan dengan
lancar. Kegiatan diawali dengan salam pembuka oleh guru, dilanjutkan
dengan mengecek kehadiran siswa di buku absensi dan mencatat siswa
yang tidak masuk. Dari jumlah keseluruhan siswa kelas XI IPS 1, yang
hadir pada pelaksanaan proses pembelajaran mengidentifikasi keunikan
gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara
yaitu 23 siswa. Kegiatan ini berlangsung selama ± 5 menit.
Kemudian proses pembelajaran dilanjutkan dengan apersepsi dari
guru, yaitu dengan melontarkan pertanyaan kepada siswa untuk
mengulang sedikit materi kriya pada minggu sebelumnya. Pertanyaan
yang dilontarkan guru adalah apakah siswa mengetahui jenis-jenis seni
kriya yang ada di Nusantara. Pada saat guru memberikan pertanyaan
tersebut, hanya beberapa siswa yang dapat menjawab pertanyaan tersebut
secara bersamaan. Sementara sebagian siswa lainnya hanya diam atau
bergumam saja. Kemudian guru menunjuk tiga siswa untuk menjawab
pertanyaan tersebut, yaitu Adid Khairuuzzman, Irene Sarah Larasat, dan
Annisa Murni Prasasti. Siswa yang bernama Adid menjawab jenis-jenis
seni kriya yang terdapat di Nusantara yaitu Batik, sedangkan Irene dan
Annisa menambahkan jawaban dari Adid yaitu kriya tekstil dan kriya
keramik. Setelah mendengar jawaban dari siswa, guru memberikan
pujian terhadap mereka dan melanjutkan proses pembelajaran dengan
memberikan penjelasan lebih dalam lagi mengenai pertanyaan yang baru
saja disampaikan. Kondisi kelas pada saat proses apersepsi terlihat cukup
tenang dan siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru.
Kegiatan apersepsi ini dilakukan ± 5 menit.
Pembelajaran dilanjutkan dengan penjelasan mengenai materi
”Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya”: a) kriya tekstil, b) kriya kulit, c)
kriya ukir, d) kriya logam, e) kriya keramik, dan f) kriya anyaman,
”Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya”: a) teknik cor (cetak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
tuang), b) teknik ukir, c) teknik membatik, d) teknik anyam, dan e) teknik
membentuk. Penjelasan materi tersebut disampaikan dengan bantuan
multimedia yang sudah diperbaiki dan tetap digunakan oleh guru. Guru
mengajak seluruh siswa kelas XI IPS 1 untuk memperhatikan tampilan
multimedia di depan kelas melalui layar proyektor LCD. Dalam tindakan
siklus II ini, guru lebih sering menampilkan materi pada multimedia lebih
lama, contoh gambar pada materi lebih bervariasi, serta guru mencoba
untuk lebih dapat mengembangkan materi yang terdapat pada layar LCD,
sehingga siswa tidak merasa cepat bosan. Hal ini dilakukan berdasarkan
hasil refleksi yang dilakukan peneliti dan guru, serta wawancara dengan
siswa yang meminta tampilan multimedia pengetahuan tentang jenis-
jenis seni kriya, teknik dan bahan karya seni kriya untuk ditampilkan
lebih lama.
Gambar 15. Seluruh Siswa Memperhatikan Multimedia dengan Seksama
(Dokumentasi: Anggi, 2011)
Selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
multimedia yang sudah diperbaiki sebelumnya, tampak siswa lebih
antusias dibandingkan pada pertemuan siklus sebelumnya. Kondisi di
kelas juga lebih kondusif dan lebih tenang. Hampir seluruh siswa
memperhatikan media yang sedang ditampilkan sambil mendengarkan
guru menjelaskan dengan detail mengenai materi yang sedang mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
pelajari. Selain menyimak penjelasan guru dengan seksama, ternyata
siswa juga mencatat materi tersebut. Hingga akhir materi yang
disampaikan, seluruh siswa tetap memperhatikan media yang
ditampilkan. Tak satupun diantara siswa tersebut yang bercanda, atau
melakukan kegiatan lain yang mengganggu berjalannya proses
pembelajaran. Hal ini dikarenakan isi materi dan multimedia yang
berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Perbedaan tersebut
terdapat pada isi materi yang disesuaikan dengan isi silabus dan
pengembangannya, sehingga menambah wawasan siswa pada
kompetensi dasar seni kriya. Selain itu, multimedia telah diperbaiki
dengan lebih banyak menambahkan contoh gambar agar siswa dapat
mendeskripsikan secara mandiri maksud penjelasan yang diberikan guru.
Perbaikan multimedia dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan
siswa dan guru. Penjelasan yang dilakukan guru memakan waktu ± 20
menit.
Gambar 16. Posisi Guru Menjelaskan Materi dengan Cara Berkeliling
Untuk Memantau Siswanya. (Dokumentasi: Anggi, 2011)
Setelah siswa menyimak penjelasan dengan menggunakan
multimedia yang sudah ditampilkan, guru kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal yang kurang
dimengerti. Setidaknya 5 siswa bertanya kepada guru, kemudian guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
menjawabnya dengan memberikan penjelasan berdasarkan pertanyaan
dari siswa. Kelima pertanyaan dari siswa tersebut diantaranya:
1) Untuk pertanyaan pertama, “Apa yang dimaksud dengan teknik ukir
krawangan?”. Sebelum guru menjawab pertanyaan, terlebih dahulu
guru melempar pertanyaan tersebut kepada siswa lainnya. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa lainnya. Akan tetapi
tidak ada satu siswa pun yang bisa menjawab pertanyaan dari
temannya tersebut. Sehingga pada akhirnya guru baru memberikan
jawaban yang benar atas pertanyaan tersebut bahwa ada beberapa
jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah,
ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh.
2) Pertanyaan kedua disampaikan oleh seorang siswa yang menanyakan
“Mengapa benang logam yang akan ditenun, sebaiknya di gabung
dengan benang dari bahan lain?”. Dengan cara yang sama, guru
melemparkan pertanyaan ini kepada siswa lainnya, ternyata ada
beberapa siswa yang berani mengutarakan pendapatnya dan
menjawab pertanyaan dari temannya tersebut. Setelah siswa tersebut
menyebutkan jawabannya, guru baru menguraikan penjelasann dari
pertanyaan tersebut lebih lanjut bahwa hal ini disebabkan karena
benang logam memiliki sifat kaku dan sukar dipelihara. Benang
logam ini banyak ditemukan pada bahan tekstil seperti borkat, lame,
dan tenunan songket.
3) Pertanyaan ketiga datang dari seorang siswa yang duduk di kursi
paling belakang kelas. Siswa tersebut bertanya ”Dimanakah tempat
terkenal yang menghasilkan kerajinan perak selain di kota gede
Yogyakarta?”, kemudian guru melemparkan pertanyaan tersebut
kepada forum kelas. Beberapa siswa menanggapi atau dapat
menjawab pertanyaan dari temannya tersebut. Untuk lebih jelasnya,
guru kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut bahwa
kerajinan perak dan kuningan juga terdapat di daerah Juwana dan
Mojokerto.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
4) Pertanyaan keempat yang dilontarkan siswa ialah “Bagaimanakah
proses pembuatan tekstil?”, guru menjelaskan bahwa mula-mula
serat yang harus dibuat dipintal menjadi benang tenun atau benang
rajut dan benang jahit, lalu dari benang dijadikan (ditenun/dirajut)
kain, kemudian kain ini mengalami proses finishing untuk siap pakai
sebagai bahan/kain yang sempurna dan akhirnya dipotong-potong
dan dijahit sesuai pola atau patron untuk pakaian, dan
5) Pertanyaan kelima, disampaikan secara singkat oleh siswa, “Apa
yang dimasksud dengan batik modern?”. Pertanyaan ini langsung
dijawab guru bahwa batik modern adalah batik yang cara
pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik yang ada.
Kegiatan tanya jawab ini dilakukan selama ±10 menit.
Gambar 17. Guru Menjelaskan Materi dengan Multimedia dan
Berkeliling (Dokumentasi: Anggi, 2011)
Setelah melakukan kegiatan tanya jawab, maka sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, guru mengakhiri proses pembelajaran
dengan menyimpulkan materi pelajaran bersama siswa dan
menyampaikan tugas makalah yang harus dikumpulkan siswa pada
pertemuan berikutnya. Kemudian guru menutup pelajaran dengan salam
dan meminta salah satu siswa untuk mematikan LCD dan komputer.
Kegiatan ini berlangsung selama ± 5 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Dalam mengamati dan menilai keberlangsungan proses
pembelajaran ini, peneliti menggunakan instrumen yang telah dibuat
sebelumnya. Hasil pengamatan pada pertemuan pertama siklus II
menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah dibuat dan disepakati bersama peneliti.
Penilaian dan pengamatan yang dilakukan adalah pada segi
afektif, kognitif, dan psikomotor siswa. Hasil pengamatan tersebut dapat
dilihat pada lampiran siklus II. Untuk memudahkan penilaian dalam
pengamatan, peneliti masih menggunakan instrumen yang sama seperti
pada siklus II.
b. Pertemuan ke 2 (1 x 45 menit)
Pertemuan ke 2 siklus II ini dilaksanakan pada minggu berikutnya
yaitu pada hari Kamis, tanggal 24 November 2011. Tindakan pertemuan
kedua dilaksanakan pada jam pelajaran ke 6 (10.30-11.15) di kelas XI
IPS 1. Sementara sub materi yang akan diajarkan adalah “Dimensi atau
Ruang Lingkup Kriya”: a) kriya dalam konteks pelestarian budaya
tradisional, b) kriya dalam konteks pelestarian lingkungan, c) kriya dalam
konteks pemberdayaan masyarakat, dan d) kriya dalam konteks
kreativitas.
Selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung, guru
bertindak memberikan penjelasan materi dengan menggunakan
multimedia sesuai dengan rencana di depan kelas, sedangkan peneliti
berperan mengamati jalannya proses pembelajaran yakni tentang
multimedia, penjelasan guru, dan afektif siswa. Peneliti mengambil posisi
paling belakang di kelas untuk mengamati proses pembelajaran agar
tidak mengganggu pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan
multimedia. Namun sebelum memasuki proses pembelajaran, guru dan
peneliti melakukan tahap persiapan dilakukan dibantu oleh salah seorang
siswa untuk mempersiapkan komputer dan layar proyektor LCD.
Setelah mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut
keberlangsungan tindakan, guru membuka pelajaran dengan salam,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa di buku absensi
dan mencatat siswa yang tidak masuk. Dari jumlah keseluruhan siswa
kelas XI IPS 1, yang hadir pada pelaksanaan proses pembelajaran
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni
kriya di wilayah Nusantara yaitu 23 siswa. Kegiatan ini berlangsung
selama ± 5 menit.
Apersepsi dari guru pada pertemuan kedua siklus II ini tidak lain
adalah sedikit mengulas tentang materi sebelumnya dengan memberikan
pertanyaan kepada siswa yaitu seputar jenis, teknik dan bahan karya seni
kriya. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali tentang materi
pelajaran yang sudah disampaikan, sehingga dapat melanjutkan materi
yang seharusnya disampaikan. Kegiatan apersepsi ini memakan waktu ±
5 menit.
Pada saat guru membuka pelajaran dengan apersepsi, sikap siswa
sangat tenang dan suasana kelas tampak kondusif. Ketika guru
memberikan pertanyaan untuk apersepsi, sebagian besar siswa dapat
menjawab pertanyaan tersebut secara bersamaan. Hal ini menunjukkan
perhatian siswa yang tinggi terhadap materi yang disampaikan
menggunakan multimedia pada siklus II ini.
Setelah apersepsi disampaikan, guru melanjutkan pelajaran
dengan menampilkan multimedia dan menjelaskan mengenai “Dimensi
atau Ruang Lingkup Kriya”: a) kriya dalam konteks pelestarian budaya
tradisional, b) kriya dalam konteks pelestarian lingkungan, c) kriya dalam
konteks pemberdayaan masyarakat, dan d) kriya dalam konteks
kreativitas. Dalam menjelaskan, guru tidak hanya membaca teks yang
terdapat dalam multimedia tersebut, tetapi juga mengembangkan materi
yang telah ada dengan menggunakan kalimat penyampaian yang lebih
sederhana dan komunikatif. Hal ini ternyata dapat membuat siswa lebih
antusias sehingga memperhatikan apa yang disampaikan guru.
Disamping itu, perbaikan multimedia dengan gambar-gambar yang lebih
banyak dan menjelaskan materi, mampu membuat sebagian besar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
antusias dan tetap fokus terhadap materi yang diberikan guru selama ± 20
menit. Selama ± 20 menit tersebut, proses penyampaian materi dari guru
dengan menggunakan multimedia berjalan sangat baik dan kondusif.
Setelah menyampaikan materi, guru memberikan waktu untuk
siswa dalam bertanya atau menyampaikan pendapatnya tentang materi
yang baru saja disampaikan. Namun karena siswa tidak ada yang
bertanya pada pertemuan ke dua ini, guru balik memberikan pertanyaan
kepada siswa secara lisan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
pemahaman siswa mengenai materi yang baru saja disampaikan.
Pertanyaan pertama yang diberikan guru adalah “Sebutkan 4 ruang
lingkup kriya dalam menghadapi tantangan perkembangan keilmuan
kriya dalam bermasyarakat?”. Kemudian hampir seluruh siswa di dalam
kelas mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan benar secara
bersamaan. Kemudian guru membenarkan jawaban siswa dan
menjelaskan lebih detail lagi mengenai jawaban dari pertanyaannya
tersebut yakni: 1) kriya dalam konteks pelestarian budaya tradisional, 2)
kriya dalam konteks pelestarian lingkungan, 3) kriya dalam konteks
pemberdayaan masyarakat, dan 4) kriya dalam konteks kreativitas.
Gambar 18. Siswa Sedang Menyampaikan Pendapatnya Kepada Guru.
(Dokumentasi: Anggi, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Setelah menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut, guru
kembali mengetes siswanya. Kali ini dengan pertanyaan yang sedikit
lebih sulit dibandingkan sebelumnya. Pertanyaan dari guru tersebut ialah
“Sebutkan teknik umum yang digunakan pada proses pembuatan
keramik!”. Namun, siswa tampak kurang dapat menjawab pertanyaan
tersebut. Hal ini terlihat dari gelengan beberapa siswa yang menunjukkan
ketidaktahuan atas jawaban dari pertanyaan tersebut, beberapa siswa
lainnya berusaha membolak-balik catatan mereka, sebagian lainnya
hanya diam. Sampai ada salah satu siswa yang menjawab dengan ragu-
ragu yakni 1) teknik pilin, 2) teknik pijat, 3) teknik slab, 4) teknik putar,
dan 5) teknik cetak. Akan tetapi, ternyata jawaban siswa tersebut
dibenarkan oleh guru. Kegiatan ini berlangsung selama ± 10 menit.
Tidak hanya puas sampai disitu, guru kembali mengetes
kemampuan pemahaman siswanya dengan sekali lagi memberikan
pertanyaan kepada siswa “ Apa yang dimaksud dengan peran kriya dalam
konteks pemberdayaan masyarakat?”. Dengan mudah, lagi-lagi hampir
seluruh siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan benar secara
bersamaan. Guru terlihat senang mendengar jawaban dari siswanya yang
terlihat sudah memahami materi yang telah disampaikan.
Setelah guru meyakini bahwa siswa telah memahami materi yang
disampaikan dengan menggunakan multimedia, guru menutup pelajaran
dengan mengajak seluruh siswa untuk menarik kesimpulan dari
rangkaian materi yang telah dipelajari. Selain itu guru tidak lupa
mengumumkan kepada siswa, bahwa pada pertemuan berikutnya akan
diadakan tes esai mengenai ”Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya”, ”Teknik
dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya”, ”Dimensi atau Ruang Lingkup
Kriya” dan pengumpulan tugas makalah. Kemudian guru mengakhiri
pelajaran dengan salam dan meminta salah satu siswa untuk mematikan
LCD dan komputer. Sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat,
kegiatan tanya jawab dan penarikan kesimpulan ini terjadi selama ± 5
menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Dalam mengamati dan menilai keberlangsungan proses
pembelajaran ini, peneliti menggunakan instrumen yang telah dibuat
sebelumnya. Hasil pengamatan pada pertemuan kedua siklus II
menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang telah dibuat dan disepakati bersama peneliti.
Penilaian dan pengamatan yang dilakukan adalah pada segi
afektif, kognitif, dan psikomotor siswa. Hasil pengamatan tersebut dapat
dilihat pada lampiran siklus II. Untuk memudahkan penilaian dalam
pengamatan, peneliti masih menggunakan instrumen yang sama seperti
pada siklus II.
c. Pertemuan ke 3 (1 x 45 menit)
Pertemuan ketiga siklus II dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 01 Desember 2011. Tindakan pertemuan ketiga dilaksanakan
pada jam pelajaran ke 6 (10.30-11.15) di kelas XI IPS 1.
Sebelum memasuki proses pembelajaran, guru dan peneliti
melakukan tahap persiapan dilakukan dibantu oleh salah seorang siswa
untuk mempersiapkan komputer dan layar proyektor LCD. Setelah
mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut keberlangsungan
tindakan, guru membuka pelajaran dengan salam dan sedikit mengulas
tentang materi sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan mengecek
kehadiran siswa dibuku absensi dan mencatat siswa yang tidak masuk.
Dari jumlah keseluruhan siswa kelas XI IPS 1, yang hadir pada
pelaksanaan proses pembelajaran mengidentifikasi keunikan gagasan
teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara yaitu 23
siswa.
Kegiatan diawali dengan apersepsi materi yang telah
disampaikan yaitu ”Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya”: a) kriya tekstil,
b) kriya kulit, c) kriya ukir, d) kriya logam, e) kriya keramik, dan f) kriya
anyaman, ”Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya”: a) teknik
cor (cetak tuang), b) teknik ukir, c) teknik membatik, d) teknik anyam,
dan e) teknik membentuk, ”Dimensi atau Ruang Lingkup Kriya”: a) kriya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
dalam konteks pelestarian budaya tradisional, b) kriya dalam konteks
pelestarian lingkungan, c) kriya dalam konteks pemberdayaan
masyarakat, dan d) kriya dalam konteks kreativitas. Kemudian kegiatan
dilanjutkan guru dengan menanyakan apakah siswanya sudah siap
melakukan tes esai tentang materi yang mereka pelajari sebelumnya.
Selama beberapa menit guru dan siswa saling berdialog dengan santai
dan sesekali bercanda. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak tegang
dalam menghadapi tes esainya. Selain itu, guru juga mengingatkan
siswanya untuk mengumpulkan tugas makalahnya di akhir pelajaran.
Sementara itu, peneliti membantu guru menyiapkan soal dan lembar
jawaban bagi siswa. Kegiatan ini berlangsung selama ± 10 menit.
Gambar 19. Siswa Memperhatikan Pengulasan Materi dari Guru Setelah
Melihat Tampilan Multimedia. (Dokumentasi: Anggi, 2011)
Setelah melakukan apersepsi dan interaksi ringan dengan siswa,
guru dibantu oleh peneliti membagikan soal dan lembar jawaban kepada
siswa. Setelah semua siswa mendapatkan lembar soal dan lembar
jawaban, siswa dipersilakan untuk mengerjakan tes esai tersebut dengan
waktu ± 25 menit. Tes esai terdiri dari 10 soal, dengan bobot nilai yang
berbeda-beda. Tes esai ini berisi seputar materi ”Jenis-Jenis Penciptaan
Seni Kriya”, ”Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya”,
”Dimensi atau Ruang Lingkup Kriya”. Tes esai ini dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan kognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Gambar 20. Siswa Sedang Mengerjakan Tes Esai untuk Menguji
Pemahaman Mereka Tentang Materi. (Dokumentasi: Anggi, 2011)
Selama siswa melaksanakan tes, guru mengambil posisi di
depan kelas, dengan hanya sesekali berkeliling, agar tidak terlalu
mengganggu konsentrasi siswa. Sementara peneliti tetap berada di
belakang kelas sambil mengamati berjalannya proses pembelajaran pada
pertemuan ketiga siklus II ini, dibantu dengan instrumen yang telah
dibuat sebelumnya.
Ketika siswa mengerjakan tes esai, tampak sebagian besar siswa
mengerjakan soal mereka dengan tenang. Hanya beberapa siswa (3
siswa) yang berusaha mencontek teman sebangkunya. Siswa yang
mencontek ini diketahui oleh guru, sehingga guru dapat menegur siswa
agar siswa mengerjakan tes esai sendiri. Tes esai berlangsung dengan
tertib hingga waktu yang diberikan berakhir.
Setelah waktu pengerjaan tes esai telah habis, guru meminta
siswa untuk mengumpulkan lembar jawaban. Setidaknya dalam waktu ±
2 menit, lembar jawaban siswa harus sudah terkumpul. Setelah semua
siswa mengumpulkan lembar jawabannya, guru meminta siswa untuk
segera mengumpulkan tugas makalah yang diberikan pada dua
pertemuan sebelumnya. Pengumpulan tugas makalah ini memakan waktu
± 3 menit. Pada tugas siklus II ini, semua siswa sudah mengumpulkan
makalahnya dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Setelah siswa mengumpulkan tugas makalahnya, guru
mengakhiri pelajaran dengan mengajak siswa menarik kesimpulan dari
beberapa materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kemudian pertemuan
ditutup oleh guru dengan salam. Kegiatan penutup ini berlangsung ± 5
menit.
3. Observasi Siklus II
Kegiatan observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan
perbaikan di kelas berlangsung. Kegiatan observasi ini ditunjang dengan
instrumen berupa tabel yang digunakan peneliti untuk mempermudah dalam
mengamati setiap peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran.
Instrumen ini harus diisi sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan. Pada
setiap pertemuan, peneliti selalu mengambil posisi paling belakang agar tidak
mengganggu jalannya proses pembelajaran. Sebagai bukti adanya observasi,
peneliti juga mengambil beberapa foto selama proses belajar mengajar karya
seni kriya nusantara berlangsung di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta.
Pada siklus ke II ini, pertemuan 1, 2, dan 3 dilaksanakan setiap hari
Kamis, yakni pada tanggal 17 November 2011, 24 November 2011 dan 01
Desember 2011. Materi disampaikan guru dengan metode ceramah dengan
menggunakan multimedia yang sudah diperbaiki kualitasnya berdasarkan
hasil wawancara dengan siswa dan guru, serta berdasarkan hasil refleksi
siklus I. Penggunaan multimedia ini dilakukan dengan menampilkannya
melalui komputer, LCD, dan layar proyektor yang sudah menajdi fasilitas
dari sekolah untuk setiap kelas.
Selama tindakan perbaikan siklus II ini, peneliti mengamati proses
pembelajaran yang terjadi dengan mengisi instrumen sesuai dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan. Hal-hal yang diamati oleh peneliti
diantaranya: 1) tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hal
ini dapat dilihat dari tes esai dan tugas penulisan makalah yang diberikan
kepada siswa, 2) sikap siswa di kelas selama proses pembelajaran
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya
di wilayah Nusantara berlangsung, 3) penguasaan materi oleh guru pada saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
menyampaikan pelajaran dengan menggunakan multimedia, 4) penguasaan
guru terhadap kelas, dan 5) kelayakan multimedia. Adapun rincian data sesuai
dengan masalah yaitu:
a. Berdasarkan tujuan penelitian, siswa diharuskan mampu mengidentifikasi
keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah
Nusantara dengan baik. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada saat
melaksanakan penelitian siklus II, capaian aspek kognitif siswa sudah
dapat dikatakan berhasil. Dari 23 siswa yang hadir, keberhasilan siswa
yang mencapai ketuntasan dalam mengerjakan tes essai sebanyak 20
siswa, sedangkan 3 siswa lainnya belum tuntas. Rata-rata nilai siswa
dalam penilaian mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara (kognitif) adalah 80.
Adapun alat yang digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan
capaian aspek kognitif siswa yaitu masih dengan memberikan tes essai
pada pertemuan ketiga siklus II sebanyak 10 soal sesuai dengan materi
yang telah disampaikan oleh guru saat menggunakan multimedia.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan
bersama ketiga siswa, ketidakberhasilan mereka dalam mencapai KKM
dikarenakan siswa kurang mempersiapkan diri dengan mempelajari
materi yang sudah disampaikan pada pertemuan pertama dan kedua
siklus II dalam menghadapi tes essai. Dengan begitu, mengakibatkan
ketiga siswa tersebut mengalami kesulitan dalam menjawab beberapa
soal dan mendapatkan nilai kurang memuaskan. Namun tetap dapat
disimpulkan bahwa tujuan penelitian telah mencapai target indikator
yang diinginkan yakni penggunaan multimedia dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan
bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara.
b. Berdasarkan tujuan penelitian, siswa harus mampu menunjukkan sikap
menghargai terhadap seni kriya Nusantara dengan baik. Namun dari hasil
yang telah diperoleh pada saat melaksanakan penelitian siklus II, capaian
aspek afektif siswa sudah dapat dikatakan berhasil. Dari hasil akumulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
data yang diperoleh melalui tabel observasi yang diberikan pada saat
pelaksaan pembelajaran pertemuan pertama, kedua dan ketiga siklus II,
dari 23 siswa yang hadir hanya 19 siswa yang tuntas dalam menunjukkan
sikap menghargai pembelajaran seni kriya Nusantara, sedangkan 4 siswa
lainnya belum tuntas. Adapun alat yang digunakan dalam mengukur
tingkat keberhasilan capaian aspek afektif siswa yaitu masih dengan
mengisi tabel observasi. Tabel observasi yang dibuat mengacu dan
diadaptasi dari teori taksonomi Bloom yakni terdapat 6 variabel yang
dinilai yaitu kehadiran/ presensi siswa, memperhatikan materi yang
disampaikan, keaktifan siswa di dalam kelas yang meliputi bertanya dan
berpendapat, bekerja sama antar siswa untuk tidak saling menganggu
selama proses pembelajaran berlangsung, dan ketepatan waktu dalam
mengumpulkan tugas. Penilaian afektif siswa dilakukan pada saat guru
sedang menyampaikan materi dengan menggunakan multimedia.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan
bersama guru, maka dapat disimpulkan bahwa siswa belum mencapai
ketuntasan dikarenakan siswa-siswa tersebut merupakan siswa yang
nakal dan menjadi keluhan guru. Namun, pada akhirnya tujuan penelitian
telah mencapai target indikator yang diinginkan yakni penggunaan
multimedia yang diterapkan pada pembelajaran seni budaya dapat
meningkatkan sikap siswa dalam menghargai pembelajaran seni kriya
Nusantara.
c. Berdasarkan tujuan penelitian, siswa harus mampu membuat deskripsi
makalah secara mandiri mengenai seni kriya Nusantara. Namun
berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada saat melaksanakan penelitian
siklus II, capaian aspek psikomotor siswa sudah dapat dikatakan berhasil.
Keberhasilan capaian aspek psikomotor siswa oleh hasil penilaian
makalah individu yang telah dibuat. Penilaian penulisan makalah
ditentukan berdasarkan hasil diskusi antara guru dan peneliti, sehingga
aspek yang dinilai meliputi kelengkapan makalah, kejelasan ide makalah,
urutan penyajian makalah, keunikan penyajian makalah, ketepatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
pemilihan kalimat, dan kesungguhan dalam menyelesaikan tugas. Tugas
makalah disampaikan pada pertemuan pertama dan dikumpulkan pada
pertemuan ketiga siklus II. Hasil penilaian makalah menunjukkan bahwa
dari 23 siswa yang hadir hanya 19 siswa yang tuntas membuat makalah
individu mengenai materi seni kriya Nusantara sesuai dengan tema
pembelajaran yang diperintahkan dan mencapai KKM yang sudah
ditentukan yaitu 75, sedangkan 4 siswa lainnya belum tuntas. Rata-rata
nilai siswa dalam membuat makalah individu mengenai materi seni kriya
Nusantara adalah 80. Berdasarkan hasil observasi, keempat siswa yang
belum mampu membuat makalah secara individu merupakan siswa yang
kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas tersebut. Hal ini
tercermin dari hasil makalah keempat siswa tersebut yakni penyajian
makalah kurang unik. Artinya, siswa kurang apresiatif terhadap tugas,
sehingga penyajian makalah terlihat biasa saja, setidaknya siswa dapat
memberikan gambar atau sketsa pada makalah, agar mudah dimengerti.
Selain itu, siswa juga kurang berusaha mengembangkan materi dengan
menggunakan bahasa sendiri. Selain observasi, peneliti melakukan
wawancara kepada keempat siswa yang belum mengalami ketuntasan
nilai KKM. Hasil wawancara yang telah diperoleh tidak jauh berbeda
dengan hasil observasi yang telah disimpulkan, yakni keempat siswa
tersebut mengalami kesulitan dalam mengembangkan isi tugas dengan
menggunakan bahasa sendiri karena mempunyai banyak tugas dari guru
mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu, pada saat mengerjakan perhatian
siswa tidak sepenuhnya diberikan pada tugas makalah individu. Namun,
pada akhirnya tujuan penelitian telah mencapai target indikator yang
diinginkan yakni penggunaan multimedia yang diterapkan pada
pembelajaran seni budaya dapat menjadikan siswa mampu membuat
deskripsi makalah seni kriya Nusantara secara mandiri.
Disamping hal pokok di atas, peneliti juga secara tidak langsung ikut
mengamati guru dan multimedia. Hal tersebut dikarenakan proses
pembelajaran yang saling berkesinambungan antara siswa, guru dan media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
yang digunakan. Oleh karena itu, beberapa hal yang dapat dideskripsikan
yaitu penguasaan guru terhadap materi dengan menggunakan multimedia
sebenarnya sudah baik, hanya saja ada beberapa kesalahan informasi yang
diberikan guru kepada siswa. Kesalahan ini terjadi pada saat proses tanya
jawab yang dilakukan antara guru dan siswa pada pertemuan pertama siklus II
yaitu ”Dimanakah tempat terkenal yang menghasilkan kerajinan perak selain
di kota gede Yogyakarta?”, kemudian guru melemparkan pertanyaan tersebut
kepada forum kelas, beberapa siswa lainnya menanggapi atau dapat
menjawab pertanyaan dari temannya tersebut, kemudian untuk lebih jelasnya,
guru kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut yakni bahwa
kerajinan perak dan kuningan juga terdapat di daerah Juwana dan Mojokerto.
Kesalahan guru adalah memberikan jawaban atau informasi yang
salah. Juwana dan Mojokerto bukanlah tempat yang menghasilkan kerajinan
perak selain di kota gede Yogyakarta. Jawaban yang benar adalah gunung
kidul, Wonosari.
Gambar 21. Grafik hasil Siklus II pada mata pelajaran seni budaya
kompetensi dasar keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya
di wilayah Nusantara menggunakan Multimedia
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Kognitif Afektif Psikomotor
Tuntas
Belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
4. Refleksi Siklus II
Berikut ini adalah penjelasan tabel hasil observasi Ketercapaian
Siklus II di atas :
a. Capaian dalam aspek kognitif sudah dapat dikatakan berhasil karena
telah mencapai target indikator pada penelitian ini yaitu minimal 80%.
Siswa yang tuntas dalam penilaian kognitif pada tes essai mengenai
materi ”Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya”: a) kriya tekstil, b) kriya
kulit, c) kriya ukir, d) kriya logam, e) kriya keramik, dan f) kriya
anyaman, ”Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya”: a) teknik
cor (cetak tuang), b) teknik ukir, c) teknik membatik, d) teknik anyam,
dan e) teknik membentuk, ”Dimensi atau Ruang Lingkup Kriya”: a)
kriya dalam konteks pelestarian budaya tradisional, b) kriya dalam
konteks pelestarian lingkungan, c) kriya dalam konteks pemberdayaan
masyarakat, dan d) kriya dalam konteks kreativitas. adalah 87% atau 20
siswa tuntas, sedangkan 13% atau 3 siswa belum tuntas pada tes essai.
Rata-rata nilai siswa dalam penilaian mengidentifikasi keunikan gagasan
teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara (kognitif)
adalah 80.
b. Untuk aspek afektif, capaian ketuntasannya sudah dapat dikatakan
berhasil yaitu mencapai target indikator pada penelitian ini yaitu
minimal 80%. Siswa yang tuntas dalam penilaian afektif 84% atau 19
siswa sedangkan 16% atau 4 siswa belum tuntas dalam menunjukkan
sikap menghargai seni kriya Nusantara. Pada penilaian afektif, terdapat
6 variabel yaitu kehadiran/ presensi siswa, memperhatikan materi yang
disampaikan, keaktifan siswa di dalam kelas yang meliputi bertanya dan
berpendapat, bekerja sama antar siswa untuk tidak saling mengganggu
selama proses pembelajaran berlangsung, dan ketepatan waktu dalam
mengumpulkan tugas.
c. Sedangkan capaian pada aspek psikomotor sudah dapat dikatakan
berhasil karena sudah mencapai target indikator pada penelitian ini yaitu
minimal 80%. Siswa yang tuntas pada penilaian psikomotor 83% atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
19 siswa sedangkan 17% atau 4 siswa yang belum tuntas dalam
membuat deskripsi yaitu makalah secara mandiri mengenai seni kriya
Nusantara sesuai dengan tema pembelajaran yang diperintahkan.
Penilaian psikomotor mencakup kelengkapan makalah, kejelasan ide,
urutan penyajian, keunikan penyajian makalah, ketepatan pemilihan
kalimat, dan kesungguhan dalam menyelesaikan tugas. Rata-rata siswa
dalam penilaian psikomotor 80. Padahal KKM pada mata pelajaran seni
budaya di SMA Negeri 1 Surakarta adalah 75.
Tabel 8. Data Rata-Rata Ketercapaian Siklus II Pembelajaran Keunikan
Gagasan Teknik dan Bahan dalam Karya Seni Kriya di Wilayah
Nusantara
No Nama Siswa Ketuntasan
Kognitif Afektif Psikomotor
Ke 1 Ke 2 Ke 3
1 Adid Khairuuzzaman 80 √ √ - 79
2 Adrian Adi Setiawan 80 - √ √ 77
3 Aghniya Fitrisna D 79 √ √ √ 81
4 Amelia Choya Tia R 79 √ √ √ 74
5 Anggara Aditya Sandi P 83 √ √ - 87
6 Annisa Murni Prasasti 82 √ √ √ 81
7 Ardiasnyah Yagie Bayu P 79 √ - √ 79
8 Azhari Widhiyanto S 88 √ √ √ 87
9 Azis Setiawan 74 √ - √ 77
10 Bima Sena Suarga Eka P 82 - √ √ 81
11 Devina Zahra Santoso 79 √ √ √ 74
12 Dionisius Baren Diafan 80 - √ √ 77
13 Intan Aprilia Efendi S 80 - √ √ 81
14 Irene Sarah Larasati 83 √ √ √ 87
15 Komang Ayu Tania P.S 83 √ √ √ 81
16 Nadia Sekar Kinanthi 83 √ √ √ 79
17 Nur Kumalaningtyas 80 √ √ √ 81
18 Patricia Prima Kirana 83 √ √ √ 81
19 Ratna Ayu Rahmawati 79 √ √ √ 74
20 Setyawan Cahya Utama 70 √ √ √ 81
21 Talitha Devina Nadia 79 √ √ √ 79
22 Yudha Perwira 74 √ √ - 74
23 Zaenab Rizki A 80 - √ √ 87
JUMLAH 1839 18 21 20 1839
RATA-RATA 80 78% 91% 87% 80
PERSEN 87% 84% 83%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Keterangan:
TM: Tidak Masuk
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan penelitian
pada siswa sudah mencapai indikator yang diinginkan yaitu minimal 80%.
Artinya, siswa sudah menunjukkan peningkatan yang baik pada kegiatan
siswa secara keseluruhan, yakni siswa mampu mengidentifikasi keunikan
gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara, siswa
mampu menunjukkan sikap menghargai pembelajaran seni kriya Nusantara
dengan baik, dan siswa sudah mampu membuat makalah secara mandiri
dengan baik. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk mengakhiri
penelitian sampai pada siklus II.
Setelah dilakukan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan juga
observasi pada pertemuan I dan II pada siklus ke II ini, maka peneliti kembali
melakukan refleksi bersama guru. Refleksi dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan tindakan pada setiap siklus yang sudah dilakukan dengan cara
menganalisis nilai hasil tugas siswa, proses pembelajaran siswa, hasil
observasi, serta hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada siswa
dan guru. Berikut ini merupakan tabel evaluasi multimedia siklus II yang
tidak mendapat masukan lagi dari guru dan siswa. Sub materi: ”Jenis-Jenis
Penciptaan Seni Kriya”, ”Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya”,
dan ”Dimensi atau Ruang Lingkup Kriya”.
ASPEK TAMPILAN:
Tabel 9. Evaluasi Aspek Tampilan Multimedia Siklus II
No Unsur Evaluasi
Multimedia Tambahan pada
Multimedia
1 Proporsi layout (tata
letak teks dan gambar)
Tata letak teks dan gambar
sudah seimbang, karena
sudah terdapat beberapa
animasi dan contoh
gambar yang lebih
menarik perhatian siswa.
-
2 Kesesuaian gambar
dengan isi dan materi Gambar yang muncul
sesuai dengan isi materi,
sehingga memudahkan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
siswa memahami materi.
Gambar yang digunakan
berupa foto, sehingga
gambar dapat
menampilkan warna,
tekstur, garis, maupun
bentuk seperti aslinya.
3 Kesesuaian pemilihan
warna, jenis huruf,
ukuran huruf, dan
background
Pemilihan warna sudah
sesuai dengan tema materi,
ukuran dan jenis huruf
sudah sesuai dengan
sasaran (siswa). Untuk
background sudah
disesuaikan dengan warna
dan tema.
-
4 Kemenarikan desain
tampilan awal
(opening)
Tampilan awal didesain
dengan nuansa Kerajinan
Nusantara.
-
5 Musik/ Backsound Menggunakan backsound
lagu-lagu jawa untuk
mewakili tema materi
pelajaran
-
ASPEK ISI:
Tabel 10. Evaluasi Aspek Isi Multimedia Siklus II
No Unsur Evaluasi
Multimedia Tambahan pada
Multimedia
1 Urutan isi materi Isi materi sistematis,
sesuai dengan silabus dan
dikembangkan.
-
2 Kejelasan contoh yang
disertakan
Contoh yang disertakan
mewakili kejelasan materi
yang diberikan.
-
3 Kecukupan contoh yang
digunakan
Contoh gambar sudah
diperbanyak dan
disesuaikan dengan materi
yang membuat siswa tetap
fokus.
-
4 Kesesuaian bahasa
dengan sasaran (siswa)
Bahasa yang digunakan
adalah bahasa baku, tepat
untuk ukuran siswa SMA.
-
5 Isi pesan yang
disampaikan
Sesuai dengan materi yang
akan dipelajari siswa -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
D. Deskripsi Antar Siklus
Rincian pelaksanaan pembelajaran apresiasi karya seni rupa daerah
setempat di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta dapat dilihat pada tabel
perbandingan kondisi awal, siklus I, dan siklus II berikut ini.
Tabel 11 Perbandingan Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II Aspek
Perbedaan Observasi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah
Pertemuan 4 kali 3 kali 3 kali
Tanggal 21, 28, Juli 2011
4, 11 Agustus 2011
27 Oktober 2011
03 November 2011
10 November 2011
17 November 2011
24 November 2011
01 Desember 2011
Materi Mengidentifikasi
Keunikan Gagasan
Teknik dan Bahan
dalam Karya Seni Kriya
di Wilayah Nusantara
Mengidentifikasi
Keunikan Gagasan
Teknik dan Bahan
dalam Karya Seni Kriya
di Wilayah Nusantara
Mengidentifikasi
Keunikan Gagasan
Teknik dan Bahan dalam
Karya Seni Kriya di
Wilayah Nusantara
Sub Materi Pengertian Seni Kriya
Unsur-Unsur
Penciptaan Seni
Kriya
Fungsi dan Tujuan
Penciptaan Seni
Kriya
Pengertian Seni Kriya
Unsur-Unsur
Penciptaan Seni Kriya
Fungsi dan Tujuan
Penciptaan Seni Kriya
Jenis-Jenis Penciptaan
Seni Kriya
Teknik dan Bahan
Penciptaan Seni Kriya
Dimensi atau Ruang
Lingkup Seni Kriya
Metode/
Tindakan
Guru
Ceramah
Pemberian tugas,
yaitu praktek dan
mengerjakan LKS
Melihat tayangan
multimedia.
Diskusi
Pemberian tugas
berupa soal tes esai
Melihat tayangan
multimedia lebih lama.
Diskusi
Pemberian tugas
berupa soal tes esai
Media yang
digunakan
guru
Media visual yang
berupa gambar print
cetak ataupun
fotokopi berukuran
A4 yang tidak
berwarna
Gambar pola batik
hasil karya kakak
kelas sebelumnya
Ditampilkan dengan
cara dipegang oleh
guru di depan kelas
Multimedia (gabungan
dari teks, gambar
animasi, dan audio)
Pengetahuan Seni
Kriya tentang
”Pengertian Seni
Kriya”, ”Unsur-Unsur
Penciptaan Seni
Kriya”, dan ”Fungsi
dan Tujuan Seni
Kriya”.
Durasi keseluruhan
tampilan selama ± 15
menit.
Multimedia (gabungan
dari teks, gambar
animasi, dan audio)
Pengetahuan Seni Kriya
“Jenis-Jenis Penciptaan
Seni Kriya”, “Teknik
dan Bahan Penciptaan
Seni Kriya”, dan
“Dimensi atau Ruang
Lingkup Seni Kriya”.
Durasi keseluruhan
tampilan selama ± 20
menit.
Kelebihan
Metode Guru
Guru menyampaikan
ceramah materi
dengan gaya humoris
yang disukai oleh
siswa-siswa.
Guru menguasai
materi
Metode Guru
Gaya humoris guru
dalam mengajar
membuat
pembelajaran semakin
menarik
Guru menguasai
materi
Metode Guru
Guru meningkatkan
keaktifan siswa dengan
lebih sering melontarkan
pertanyaan kepada siswa
secara lisan sehingga
siswa lebih aktif baik
dalam berpendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Media
Contoh gambar pada
papan tulis sudah
sesuai bentuk benda
aslinya, sehingga siswa
dapat mengetahui
benda apa yang sedang
ditampilkan guru
Beberapa gambar
memiliki
keseimbangan bentuk
yang sudah bagus,
dengan point interest
pada keseluruhan
gambar.
Media
Contoh gambar yang
muncul sesuai dengan
materi, sehingga
memudahkan siswa
memahami yang
disampaikan guru.
Gambar yang
digunakan berupa
foto, sehingga gambar
lebih menarik karena
dapat menampilkan
warna, tekstur, garis,
maupun bentuk seperti
aslinya.
maupun bertanya.
Siswa dapat termonitori
secara menyeluruh,
karena guru lebih
banyak berkeliling kelas
untuk memantau siswa
selama pembelajaran
berlangsung
Gaya humoris guru
dalam mengajar
membuat pembelajaran
semakin menarik
Guru menguasai materi,
mampu
mengembangkan materi
yang sudah ada dalam
multimedia dengan cara
tidak selalu membaca
tampilan materi.
Media
Dalam penjelasan,
tampilan digunakan
lebih lama, sehingga
siswa lebih memahami
isi materi yang
disampaikan melalui
multimedia.
Kuantitas contoh
gambar dan metode
ceramah guru
ditingkatkan
berdasarkan
wawancara dengan
siswa dan guru
Kekurangan Metode Guru
Guru lebih sering
duduk di depan kelas
Seringnya guru
dalam bercanda saat
pembelajaran
berlangsung justru
membuat siswa
menjadi tidak fokus
dan terlalu santai,
sehingga tidak dapat
memahami materi
dengan baik.
Terlalu banyak
waktu yang terfokus
pada tugas praktek,
padahal seharusnya
diisi dengan
pengetahuan materi,
hal ini membuat
pembelajaran
Metode Guru
Guru kurang
memantau siswa yang
duduk di belakang
kelas
Guru kurang
mengembangkan
materi yang ada dalam
media, sehingga siswa
kurang tertarik
Guru terlalu cepat
dalam menyampaikan
materi sehingga
banyak siswa yang
belum mengerti
Metode Guru
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
menjadi monoton.
Media
Menggunakan papan
tulis, dalam
menjelaskan materi
dengan metode
ceramah. Guru sering
menggambar beberapa
bentuk untuk
memvisualisasikan
maksud dari materi,
hanya saja media
papan tulis sangat
terbatas dalam
memancing
pemahaman siswa.
Media yang
digunakan adalah
contoh karya kakak
kelas, terkadang karya
yang dicontohkan
kurang terlihat jelas
bagi siswa yang
duduk di belakang
kelas.
Media
Tata letak teks dan
gambar belum
seimbang, karena
masih didominasi oleh
teks yang
mengakibatkan
proporsi multimedia
kurang nyaman untuk
dilihat
Masih terlalu banyak
tulisan sehingga
contoh gambar kurang
dan membuat siswa
tidak fokus.
Media
-
Hasil : Membantu guru
dalam menjelaskan
materi melalui
gambar-gambar
tersebut.
Pada aspek kognitif,
sebanyak 9 siswa atau
39% dari 23 siswa
mampu
mengidentifikasi
keunikan gagasan
teknik dan bahan
dalam karya seni
kriya di wilayah
Nusantara dengan
baik. Sementara 14
siswa lainnya atau 61
% dari 23 siswa
kurang
mengidentifikasi
keunikan gagasan
teknik dan bahan
dalam karya seni
kriya di wilayah
Nusantara dengan
baik.
Mampu meningkatkan
apresiasi seni kriya
khususnya
mengidentifikasi
keunikan gagasan
teknik dan bahan
dalam karya seni kriya
di wilayah Nusantara.
Terjadi peningkatan
pada aspek kognitif
siswa yang nilainya
memenuhi standar
KKM, yaitu sebanyak
yaitu 78% atau
sebanyak 18 dari 23
siswa mampu
mengidentifikasi
keunikan gagasan
teknik dan bahan
dalam karya seni kriya
di wilayah Nusantara.
Dengan nilai rata-rata
padasiklus I
meningkat menjadi
78.
Mampu meningkatkan
apresiasi seni kriya
khususnya
mengidentifikasi
keunikan gagasan
teknik dan bahan
dalam karya seni kriya
di wilayah Nusantara.
Terjadi peningkatan
pada aspek kognitif
siswa yang nilainya
memenuhi standar
KKM, yaitu sebanyak
yaitu 87% atau
sebanyak 20 dari 23
siswa mampu
mengidentifikasi
keunikan gagasan
teknik dan bahan
dalam karya seni kriya
di wilayah Nusantara.
Dengan nilai rata-rata
padasiklus I meningkat
menjadi 80.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Pada aspek afektif,
sebanyak 11 siswa
atau 48% dari 23
siswa mampu
menunjukkan sikap
menghargai
pembelajaran seni
kriya Nusantara
dengan baik.
Sedangkan 12 siswa
lainnya atau 52% dari
23 siswa kurang
mampu menunjukkan
sikap menghargai
pembelajaran seni
kriya Nusantara
dengan baik. Nilai
rata-rata kelas XI IPS
1 pada materi
apresiasi seni kriya
adalah 73.
Pada aspek
psikomotor, sebanyak
10 siswa atau 43%
dari 23 siswa mampu
membuat makalah
secara mandiri
dengan baik.
Sedangkan 13 siswa
lainnya atau 57% dari
23 siswa kurang
mampu membuat
makalah secara
mandiri dengan baik.
Terjadi peningkatan
pada aspek afektif
siswa yang mampu
menunjukkan sikap
menghargai seni kriya
Nusantara dengan
baik, yaitu 82% atau
sebanyak 19 siswa
dari 23 siswa di kelas
XI IPS 1.
Terjadi peningkatan
pada aspek
psikomotor siswa
yang mampu
membuat makalah
secara mandiri dengan
baik, yakni 83% atau
sebanyak 19 siswa
dari 23 siswa.
Tidak terjadi
peningkatan pada
aspek afektif, namun
siswa sudah mampu
menunjukkan sikap
menghargai seni kriya
Nusantara dengan baik,
yaitu 84% atau
sebanyak 19 siswa dari
23 siswa di kelas XI
IPS 1.
Tidak terjadi
peningkatan pada
aspek psikomotor
siswa, namun siswa
sudah mampu
membuat makalah
secara mandiri dengan
baik, yakni 83% atau
sebanyak 19 siswa dari
23 siswa.
Tabel 12. Data Perbandingan Ketercapaian Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Pembelajaran Mengidentifikasi Keunikan Gagasan Teknik dan Bahan dalam
Karya Seni Kriya di Wilayah Nusantara.
No. Pertemuan ke Aspek Kognitif Aspek Afektif Aspek
Psikomotor
1 Observasi Awal 39% 48% 43%
2 Siklus I 78% 82% 83%
3 Siklus II 87% 84% 83%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Berikut ini adalah grafik perbandingan capaian hasil ketuntasan siswa
dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada kondisi awal, siklus I, dan siklus
II.
Gambar 22. Grafik hasil Observasi Awal, Siklus I, Siklus II pada mata pelajaran
seni budaya kompetensi dasar keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya
seni kriya di wilayah Nusantara menggunakan Multimedia
E. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan selama observasi awal,
siklus I, dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan baik pada
aspek kognitif, afektif dan psikotor siswa dalam pembelajaran mengidentifikasi
keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara
dengan menggunakan multimedia. Pada penelitian ini terjadi peningkatan pada
aspek kemampuan mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam
karya seni kriya di wilayah Nusantara dari 39% siswa yang tuntas pada observasi
awal, menjadi 78% siswa yang tuntas pada siklus I, kemudian pada siklus ke II
meningkat menjadi 87% yang sudah tuntas. Untuk aspek kemampuan siswa
menunjukkan sikap menghargai seni kriya Nusantara terjadi peningkatan dari 48%
siswa yang tuntas pada observasi awal, menjadi 82% pada siklus I, kemudian
meningkat menjadi 84% pada siklus ke II. Sedangkan pada aspek kemampuan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Awal Siklus I Siklus II
Kognitif
Afektif
Psikomotor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
siswa membuat makalah secara mandiri terjadi peningkatan dari 43% siswa yang
tuntas pada observasi awal, menjadi 83% pada siklus I, kemudian tetap pada 83%
pada siklus ke II. Hal ini didukung oleh pendapat Cecep Kustandi & Bambang
Sutjipto (2011: 78) bahwa “Kelebihan multimedia adalah memberikan kemudahan
kepada siswa untuk belajar secara individu maupun secara kelompok”. Dengan
begitu, dengan adanya hasil penelitian ini, dapat dibuktikan bahwa penggunaan
multimedia dapat diaplikasikan ke dalam sebuah kelompok pembelajaran yaitu
kelas XI IPS 1.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung
Bayu Saputro (2010) mengenai penggunaan multimedia. Dengan penggunaan
multimedia dalam pembelajaran, siswa menjad lebih mudah memahami materi
yang diberikan. Dengan demikian, pembelajaran menjadi semakin menarik dan
pemahaman siswa terhadap materi meningkat, sehingga meningkatkan motivasi
siswa dalam berprestasi. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penggunaan
multimedia sebagai media pada pembelajaran seni rupa pokok bahasan kriya batik
terbukti dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran dan meningkatkan
kreativitas siswa dalam berkarya desain ragam hias pola batik.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian siklus I dan II, serta
didukung oleh pendapat ahli dan penelitian yang relevan di atas, menguatkan
dugaan bahwa penggunaan multimedia pada pembelajaran seni budaya di SMA
Negeri 1 kelas XI IPS 1 dalam kompetensi dasar mengidentifikasi keunikan
gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara dapat
meningkatkan apresiasi siswa terhadap karya seni kriya. Hasil analisis ini juga
didukung dengan pernyataan guru mata pelajaran seni budaya SMA Negeri 1
Surakarta yang berkolaborasi dengan peneliti, bahwa kemampuan siswa
mengidentifikasi seni kriya meningkat setelah menggunakan multimedia. Dari
hasil pembahasan di atas dapat ditarik simpulan bahwa penggunaan multimedia
dalam pembelajaran seni budaya dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap
seni kriya Nusantara di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran
2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran seni budaya dengan menggunakan multimedia dapat meningkatakan
apresiasi seni kriya Nusantara di kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, di mana tiap siklus meliputi
empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi tindakan. Peningkatan hasil
belajar tersebut meliputi peningkatan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pada aspek kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, diketahui
peningkatan hasil belajar pada pelaksanaan siklus I adalah sebesar 78 % dan pada
pelaksanaan siklus II sebesar 87%. Peningkatan pada aspek afektif yang meliputi
kehadiran/ presensi siswa, memperhatikan materi yang disampaikan, keaktifan
siswa di dalam kelas yang meliputi bertanya dan berpendapat, bekerja sama antar
siswa untuk tidak saling mengganggu selama proses pembelajaran berlangsung,
dan ketepatan waktu dalam mengumpulkan tugas. Peningkatan hasil belajar aspek
afektif pada pelaksanaan siklus I sebesar 82% dan pada siklus II sebesar 84%.
Pada aspek psikomotorik, penilaian penulisan makalah dinilai berdasarkan
kelengkapan makalah, kejelasan ide makalah, urutan penyajian makalah, keunikan
penyajian makalah, ketepatan pemilihan kalimat, dan kesungguhan dalam
menyelesaikan tugas. Peningkatan hasil belajar aspek psikomotor pada
pelaksanaan siklus I sebesar 83% dan siklus II sebesar 83%.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setelah diberi
tindakan pada pembelajaran seni budaya dengan menggunakan multimedia,
apresiasi siswa terhadap karya seni kriya mengalami peningkatan secara
signifikan. Peningkatan yang dialami siswa tersebut diantaranya siswa menjadi
mampu mengidentifikasi dengan baik keunikan gagasan teknik dan bahan dalam
karya seni kriya di wilayah Nusantara, siswa sudah menunjukkan sikap
menghargai dengan baik terhadap pembelajaran seni kriya Nusantara, dan siswa
120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
dapat membuat deskripsi makalah secara mandiri dengan baik mengenai materi
seni kriya Nusantara. Kemajuan yang terjadi disebabkan oleh adanya penggunaan
multimedia oleh guru.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil simpulan, implikasi yang dapat ditarik adalah sebagai
berikut:
1. Dengan menggunakan multimedia, pembelajaran menjadi lebih menarik dan
tidak membosankan karena materi disampaikan melalui gabungan media
gambar gerak dan gambar diam yang diantaranya teks, gambar, grafis,
animasi, dan audio sebagai salah satu variasi proses pembelajaran. Guru lebih
mudah dalam menyampaikan materi pelajaran yaitu hanya memberikan
pemantapan pemahaman siswa dengan mengajak siswa berdiskusi dan
menyampaikan tanggapannya mengenai karya seni kriya. Perhatian siswa
selama proses pembelajaran juga meningkat, selain itu siswa lebih mudah
memahami materi sehingga tujuan dari pelaksanaan pembelajaran yaitu
meningkatnya apresiasi karya seni kriya dapat tercapai.
2. Dengan menggunakan multimedia, materi pembelajaran menjadi lebih kaya.
C. Saran
Berdasarkan hasil simpulan dan implikasi di atas, maka dapat disarankan
antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Dalam proses pembelajaran apresiasi karya seni kriya hendaknya guru
memiliki variasi dalam menyampaikan materi pelajaran agar proses
pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan.
b. Dalam pembelajaran menggunakan multimedia sebaiknya dilakukan
persiapan yang matang dari guru, sehingga pelaksanaan pembelajaran
dapat berjalan dengan baik dan dari tujuan pembelajaran dapat diperoleh
hasil yang optimal. Persiapan yang matang harus dilakukan guru di
antaranya adalah menguasai materi dengan baik, mempersiapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
multimedia semenarik mungkin, mempersiapkan LCD proyektor,
memahami skenario pembelajaran yang sudah dipersiapkan, dan lain-lain.
c. Tetap dibutuhkan peran guru dalam memantau dan meningkatkan
keaktifan dan pemahaman siswa selama pembelajaran berlangsung karena
pelaksanaan dan keberhasilan tujuan pembelajaran tidak dapat diserahkan
sepenuhnya pada media yang digunakan.
2. Bagi Siswa
Siswa lebih aktif belajar mandiri dengan menggunakan media pembelajaran
multimedia, sehingga mampu membangun dan menyusun pemahamannya
tentang materi apresiasi.
3. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya memberikan sarana dan prasaran serta memfasilitasi guru
untuk membuat media pembelajaran pada mata pembelajaran seni budaya
yang lain, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.