Penggunaan Gadget, Aktivitas Fisik, Asupan, dan Kaitannya ...
Transcript of Penggunaan Gadget, Aktivitas Fisik, Asupan, dan Kaitannya ...
Penggunaan Gadget, Aktivitas Fisik, Asupan, dan Kaitannya dengan Overweight pada Siswa SD Marsudirini Matraman, Jakarta Timur Tahun 2013
Fiona Sarah1, Siti Arifah Pujonarti2 Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Abstrak Penelitian ini membahas peran penggunaan gadget, aktivitas fisik dan asupan dengan kejadian overweight dan obesitas pada anak usia sekolah (7-12 tahun). Responden diambil dari SD Marsudirini Matraman, Jakarta Timur dengan data yang berasal dari siswa dengan pengisian food frequency questionnaire, physical activity questionnaire, dan wawancara 24h food recall. Perbedaan antar kelompok diuji dengan menggunakan uji chi-square dan uji ANOVA. Berdasarkan 263 responden, 52.1% merupakan siswa laki-laki. Prevalensi responden dengan berat badan normal, overweight, obesitas masing-masing sebesar 47.9%, 21.7%, dan 30.4%. Terdapat perbedaan bermakna antara kejadian obesitas dan overweight antara jenis kelamin dan umur (p < 0.05). Prevalensi obesitas dan overweight cenderung lebih besar pada anak laki-laki. Sementara tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status berat badan dengan penggunaan gadget, aktivitas fisik, kebiasaan konsumsi dan asupan makanan, kecuali asupan lemak (p = 0.018). Responden dengan overweight/obesitas memiliki rata-rata persentase asupan lemak lebih tinggi dibandingkan responden dengan berat badan normal. Serta sebagian besar anak menggunakan gadget < 2 jam setiap hari dan tidak cukup aktif dalam melakukan aktivitas fisik. Terdapat peningkatan risiko obesitas 1.57 kali dan risiko overweight 1.43 kali pada anak-anak yang bermain gadget > 2 jam setiap hari. Kata kunci : overweight; gadget; aktivitas fisik; anak usia sekolah.
Abstract The aim of this study was to describe gadget using, physical activity and dietary intake in normal weight, overweight and obese school-aged children (7-12 years old). Children were recruited from Marsudirini Matraman Elementary School, East Jakarta. All data were obtained by child report using food frequency questionnaire, physical activity questionnaire for older-children (PAQ-C) and 24h food recall interview. Principal component analysis used chi-square and one-way ANOVA to identify difference in each group. Among 263 participants, 52.1% were boys; the percentages of normal, overweight, obese were 47.9%, 21.7%, and 30.4%, respectively. These prevalence rates were greater in boys than girls and vary according to age (p < 0.05). There are no difference between gadget using duration and physical activity for normal, overweight, and obese. Moreover the difference between dietary intake and dietary habits were not significant, except for fat intake (p = 0.018). Obese and overweight children have higher average percentage in fat intake than normal weight children. Most of the children use their gadget not more than 2 hours each day and not active in physical activity. Children who spent more than 2 hours in playing gadget 1.57 times were more likely to be obese and 1.43 times become overweight. Keywords : overweight; gadget; physical activity; school-aged children.
____________________ 1 Mahasiswa Program Studi S1 Gizi Kesmas FKM UI 2 Dosen Program Studi Gizi Kesmas FKM UI
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa ini, mendorong terjadinya
perubahan gaya hidup menuju kearah serba cepat dan mudah, sehingga meningkatkan risiko
overweight pada semua kalangan usia, tidak terlepas pula anak usia sekolah. Overweight pada
usia anak sekolah meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah yang
menjadi penyebab kematian terbesar pada tahun 2008 (WHO, 2012). Dalam jurnal American
Heart Association disebutkan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan Indeks Massa
Tubuh (IMT) pada masa dewasa dan kejadian PJK, dimana wanita usia paruh baya dengan
IMT antara 23-25 kg/m2 mengalami peningkatan resiko terkena PJK sebesar 50% dan pria
usia 40-65 tahun dengan IMT 25-29 kg/m2 mengalami peningkatan risiko sebesar 72%
(Eckel, 1997).
Kejadian oveweight pada anak usia sekolah telah menjadi sorotan dunia. WHO
mencatat bahwa pada tahun 2010 sudah lebih dari 40 juta anak balita mengalami overweight
dan berlanjut hingga masa sekolah. Adapun prevalensi global overweight pada anak usia
sekolah sebesar 10% dengan rentang usia 5-17 tahun dan sekitar 2-3% diantaranya
mengalami obesitas (Lobstein, 2006).
Berdasarkan National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun
2007 dan 2008 didapatkan bahwa hampir 32% anak usia 2-19 tahun di Amerika Serikat
mengalami overweight (Matthews et al., 2011). Untuk kawasan Asia, pada beberapa tahun
terakhir ini terjadi peningkatan angka overweight. Prevalensi overweight pada anak usia 6-14
tahun di Jepang meningkat menjadi 15% pada tahun 2000. Adanya kecenderungan
meningkatnya jumlah anak-anak dengan overweight mendorong banyak pihak untuk mencari
solusi yang tepat mengingat pencegahan dapat dilakukan untuk mengurangi masalah ini
(Lobstein, 2006).
Data nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa
prevalensi overweight pada anak usia sekolah (6-14 tahun) untuk laki-laki sebesar 9,5% dan
perempuan sebesar 6,4%. DKI Jakarta sendiri memiliki prevalensi overweight yaitu sebesar
12% untuk anak laki-laki dan 8,4% untuk anak perempuan (Depkes, 2008).
Overweight dipengaruhi oleh ketidakseimbangan energi dalam jangka waktu tertentu
dimana energi yang masuk lebih besar dibandingkan dengan energi yang digunakan untuk
beraktivitas fisik, bekerja dan metabolisme basal. Perkembangan zaman secara tidak
langsung, mengarahkan masyarakat khususnya masyarakat perkotaan untuk beraktivitas fisik
lebih sedikit dan mengonsumsi makanan tinggi energi (Latham, 1997).
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
Perkembangan teknologi memperkenalkan anak dengan gadget, yaitu sebuah obyek
berteknologi dengan ukuran kecil dan fungsi khusus yang memiliki unsur kebaruan/inovasi.
Hampir 40% anak-anak usia 8 tahun kebawah saat ini sudah dapat dengan mahir
menggunakan tablet atau smartphone (Laird, 2012). Penelitian pada anak kelas 5 SD di
Kanada menunjukkan bahwa 64% anak-anak memiliki minimal 1 buah electronic
entertainment and communication devices (EECDs) dan penggunaan EECDs dimalam hari
berhubungan dengan peningkatan berat badan, penurunan kualitas asupan, dan penurunan
aktifitas fisik secara signifikan (Veugelers et al., 2013). Penelitian lainnya menunjukkan
bahwa berkurangnya aktivitas fisik akan dapat meningkatkan lemak tubuh anak. Maka
dengan melakukan aktivitas fisik lebih dari 60 menit, dapat menurunkan risiko overweight
dengan signifikan (Steele et al., 2009).
Penelitian lainnya terkait faktor umur, jenis kelamin dan asupan menunjukkan bahwa
IMT meningkat seiring bertambahnya usia. Dimana anak usia 8-13 tahun memiliki IMT yang
lebih besar dibandingkan anak usia 5-7 tahun (Soedibyo and Meilany, 2006). Anak laki-laki
memiliki kecenderungan lebih berisiko obesitas dan didapatkan pula bahwa asupan energi
dan karbohidrat pada anak laki-laki lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan. Serta
didapati pula perbedaan signifikan antara konsumsi energi dan protein berlebih dengan
kejadian obesitas pada anak Indonesia usia 5-15 tahun (Sartika, 2011).
Pertengahan tahun 1990 didapatkan hasil bahwa 32% kebutuhan energi anak diperoleh
dengan mengonsumsi makanan dari luar rumah dimana rata-rata makanan ini mengandung
lebih banyak kalori, lemak total, lemak jenuh, gula, kolesterol, natrium, dan disajikan dalam
jumlah yang terlalu besar (O’Donnell et al., 2008). Konsumsi minuman berkalori juga
mengalami peningkatan antara tahun 1999-2006, seiring dengan peningkatan angka
overweight pada anak usia sekolah menjadi 39,7% sebagai akibat dari konsumsi minuman
berkalori (Barquera et al., 2010). Penelitian Fiorito et al. (2009) menunjukkan bahwa banyak
mengonsumsi minuman berpemanis pada usia 5 tahun berhubungan dengan peningkatan
persen lemak tubuh, lingkar pinggang dan berat badan sejak usia 5-15 tahun.
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian tentang overweight dan obesitas pada anak
usia sekolah di Jakarta perlu dilakukan. Pelaksanaan penelitian berlokasi di SD Marsudirini
Matraman, Jakarta Timur dengan mempertimbangkan bahwa sebagian besar orang tua siswa
berpenghasilan menengah keatas sehingga penggunaan gadget, aktivitas fisik dan asupan
bervariasi. Selain itu hasil penelitian pendahuluan di bulan Maret 2013 didapatkan 58,8%
siswa mengalami overweight dan obesitas.
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
TINJAUAN TEORETIS
Overweight
Menurut WHO dan American Academy of Pediatrics, overweight dan obesitas
merupakan kelebihan berat badan akibat penumpukan lemak yang dapat menimbulkan
berbagai risiko masalah kesehatan. Overweight dapat ditentukan dengan membandingkan
berat badan dan tinggi badan sesuai jenis kelamin dan umur. Sementara diagnosa obesitas
juga dapat dilakukan dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT), selain itu juga dapat
dengan mengukur tebal lemak bawah kulit dan mengukur persen lemak tubuh (Latham,
1997).
Penggunaan IMT berhubungan dengan kadar penimbunan lemak tubuh yang biasa
ditentukan dengan mengukur tebal lemak bawah kulit (skinfold thicknesses) terutama pada
usia 9-15 tahun. Rata-rata IMT pada anak berubah sesuai dengan umur, untuk itu maka
kriteria tunggal IMT seperti pada orang dewasa tidak tepat digunakan. Maka digunakanlah
perbandingan IMT berdasarkan umur yang dibedakan antara anak perempuan dan laki-laki.
Penentuan overweight adalah bagi mereka yang berada diatas 85th percentile dan obesitas
berada diatas 95th percentile (Drewet, 2007; Barlow and the Expert Committee, 2007).
Sementara jika menggunakan penilaian z-score maka anak dengan nilai > +1SD masuk dalam
kategori overweight dan > +2SD termasuk kategori obesitas (WHO, 2007).
Overweight dan obesitas pada masa anak-anak umumnya berlanjut hingga dewasa.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengindikasikan bahwa anak dengan IMT lebih
tinggi cenderung memiliki IMT diatas normal pada masa dewasa. Tahun 1958 British Birth
Cohort menunjukkan bahwa anak usia 7 tahun dengan IMT diatas 98th percentile empat kali
lebih berisiko obesitas pada awal usia 30 tahun, sementara anak usia 16 tahun dengan IMT
lebih dari 98th percentile memiliki risiko lebih besar lima kali lipat (Drewett, 2007).
Peningkatan berat badan seseorang berhubungan lurus dengan peningkatan risiko
penyakit bahkan kematian. Semakin berat tubuh seseorang akan meningkatkan kerja jantung
dan organ lainnya, sehingga memperbesar risiko penyakit kardiovaskular, tekanan darah
tinggi, gangguan pernapasan, osteoartritis, batu ginjal, gangguan tidur, dan kanker jenis
tertentu. Orang dengan obesitas juga meningkatkan risiko komplikasi ketika operasi. Selain
itu hal yang sangat mudah terlihat jelas, bahwa overweight dan obesitas akan menyulitkan
seseorang untuk bergerak atau melakukan aktivitas fisik (Hark and Deen, 2007).
Umur, Jenis Kelamin, dan Overweight
Pada masa usia sekolah, pertumbuhan anak tidak secepat ketika bayi ataupun saat
remaja. Anak usia sekolah (7-10 tahun) berat badannya bertambah sekitar 2 kg dan tinggi
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
badan meningkat 5-6 cm per tahun. Sementara menjelang pubertas, berat badan dapat
meningkat sekitar 4-4,5 kg (Arisman, 2003). Anak-anak mengalami maturasi baik dari sisi
perkembangan motorik, personality dan kemandirian sehingga hal ini ikut mempengaruhi
jumlah makanan yang dikonsumsi, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, kebiasaan
mengonsumsi makanan tertentu secara rutin, dan hal lainnya yang membentuk kebiasaan
makan saat dewasa. Juga pada masa ini anak-anak sudah mulai terpengaruh oleh lingkungan,
baik pengaruh keluarga, teman, ataupun media (Roberts and Williams, 2000).
Perbedaan asupan pada anak perempuan dan anak laki-laki juga akan mulai terlihat
dimana anak laki-laki mengonsumsi makanan dalam jumlah lebih banyak dibandingkan anak
perempuan. Sejak masa sekolah dasar, anak-anak sudah mulai memikirkan tentang bentuk
tubuhnya terutama anak perempuan. Sekitar 60% dari siswa perempuan kelas 4 SD
menginginkan tubuh yang lebih kurus. Padahal justru yang harus diperhatikan bukan hanya
masalah ukuran tubuh dan kecemasan untuk menjadi gemuk atau overweight tetapi lebih
kepada perilaku makan yang sehat dengan aktivitas fisik yang cukup. Overweight baik pada
anak perempuan dan laki-laki dapat dihindari dengan memenuhi asupan energi dengan cukup,
mengurangi makanan berminyak dan bergula tinggi, serta melakukan aktivitas fisik dengan
cukup, dengan begitu anak-anak akan dapat terhindar dari kemungkinan mengalami eating
disorder pada masa remaja mendatang (Roberts and Williams, 2000).
Penggunaan Gadget dan Overweight
Perkembangan teknologi saat ini sangat mendukung perkembangan gadget menjadi
semakin bervariasi dan mampu menjangkau semua kalangan, termasuk anak-anak. Bermain
gadget membuat seorang anak dapat duduk tenang berjam-jam, sehingga mengurangi
aktivitas fisik anak.
Beberapa jenis gadget (small screen devices) yang berkembang saat ini dan melalui observasi
ditemukan bahwa hampir sebagian besar anak-anak memiliki akses yaitu Nintendo DS,
Playstation Portable, Game Boy, Mobile phone (Smartphone), iPad dan beberapa jenis tablet
lainnya (Lui et al., 2011).
Pada kalangan anak-anak dan remaja, bermain komputer, gadget, video game, dan
penggunaan internet ternyata memiliki kaitan dengan kelebihan berat badan. Hal tersebut
disebabkan banyaknya konten televisi yang berpindah ke komputer dan smartphone sehingga
sangat mudah memberikan efek kecanduan kepada anak-anak (Cheung and Hu, 2012).
Ketidakseimbangan energi akibat terlalu banyak menonton televisi dan bermain video
game ternyata juga berhubungan dengan peningkatan IMT anak, demikian disebutkan
melalui penelitian Gregori et al. pada anak sekolah usia 6-10 tahun di Italia (2011). Penelitian
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
tersebut mendukung hasil penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa anak yang menonton
televisi lebih dari 1,5 jam per hari memiliki kecenderungan 19 kali lebih besar untuk
mengalami overweight dibandingkan dengan anak-anak yang hanya menonton televisi kurang
dari 45 menit per hari (Kuriyan et al., 2007).
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merujuk pada segala pergerakan tubuh yang membutuhkan kalori baik
itu bekerja, belajar, bepergian dan lain-lain. Sementara berolahraga merupakan bagian dari
aktivitas fisik namun dilakukan dengan terencana, terstruktur dan dilakukan berulang dalam
rangka meningkatkan kesehatan dan kebugaran (Cheung and Hu, 2012).
Televisi dan video game termasuk salah satu penyebab kurangnya aktivitas fisik pada
anak sekolah. Karena waktu untuk melakukan aktivitas fisik diluar rumah atau berolahraga
sudah terpakai untuk bermain gadget atau menonton televisi. Selain itu dapat pula
meningkatkan asupan kalori dan lemak yang berasal dari makanan ringan yang dikonsumsi
oleh anak selama menonton televisi. Penelitian menghasilkan bahwa semakin lama waktu
dihabiskan untuk melakukan aktivitas pasif, akan meningkatkan berat badan anak
(Vandewater et al., 2004).
Asupan Makanan
Kebutuhan akan zat gizi merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan proses
tubuh. Agar tubuh dapat menjalankan prosesnya dengan baik, maka dibutuhkanlah zat-zat
gizi untuk memberikan energi, untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta
untuk mengatur proses tubuh (Almatsier, 2009). Pada usia anak sekolah, pemenuhan akan zat
gizi menjadi sangat penting karena tidak hanya bermanfaat untuk pertumbuhan anak namun
juga untuk memberi energi untuk beraktivitas, terutama belajar (Hark and Deen, 2007).
Namun kelebihan asupan akan berakibat kelebihan energi, yang kemudian akan disimpan
dalam bentuk lemak tubuh, sehingga tubuh menjadi gemuk atau berat badan berlebih
(Almatsier, 2009).
Kelebihan energi bersumber dari kelebihan asupan karbohidrat, protein, dan lemak
sebagai sumber energi. Kelebihan karbohidrat akan diubah oleh hati menjadi lemak dan
disimpan dalam sel lemak (Almatsier, 2009). Demikian pula dengan lemak, hasil
metabolisme lemak dapat diabsorpsi secara optimal oleh tubuh dengan efisiensi mendekati
95% sehingga lemak yang tidak terpakai akan disimpan dalam jaringan adiposa (sel lemak)
dalam jumlah yang tidak terbatas. Oleh karena itu konsumsi karbohidrat dan lemak yang
berlebihan akan meningkatkan berat badan dan mengakibatkan kegemukan (Almatsier,
2009).
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
Sementara itu, protein pada anak-anak sangat bermanfaat dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan sehingga pemenuhan akan protein menjadi sangat penting pada usia anak.
Kelebihan konsumsi protein tidak mengakibatkan penumpukan lemak, namun tubuh tidak
dapat menyimpan protein sehingga harus dipecahkan oleh hati dan zat sisa akan dibuang
melalui ginjal, sehingga dapat memperberat kerja ginjal. Asupan protein yang berlebihan dari
makanan tinggi protein (seperti: daging merah) umumnya tinggi kandungan lemak, sehingga
dapat menyebabkan peningkatan asupan lemak jenuh (Hark and Deen, 2007).
Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan Minuman Berkalori
Penelitian Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA)
menunjukkan bahwa seringnya mengonsumsi makanan cepat saji berhubungan dengan
peningkatan berat badan sebanyak 0,3 kg/tahun dan memperburuk sensitivitas insulin jika
dibandingkan dengan mereka yang jarang mengonsumsi fast food. Sebagaimana juga
minuman bersoda / minuman berkalori seringkali disajikan bersamaan dengan makanan cepat
saji, maka dalam penelitian tersebut disebutkan pula bahwa soft drinks dan fast food memiliki
kandungan rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula, dan dalam satu kali penyajian
mengandung jumlah energi yang sama dengan total kebutuhan energi satu hari (Jacobs,
2006).
Beberapa studi lain juga menunjukkan bahwa konsumsi minuman berkalori atau
berpemanis, seperti soft drink merupakan salah satu kontributor terjadinya overweight dan
obesitas (Malik et al., 2006). Salah satunya adalah konsumsi susu, jus buah dan minuman
bergula/berkalori pada anak perempuan usia 5 tahun memiliki hubungan positif dengan
peningkatan lemak tubuh mulai usia 5-15 tahun. Semakin besar konsumsi minuman berkalori
pada usia 5 tahun (lebih dari 2 kali per hari) berhubungan dengan peningkatan lemak tubuh,
lingkar pinggang dan berat badan anak (Fiorito et al., 2009).
Konsumsi minuman berkalori dirasakan sebagai sumber salah satu penyumbang energi
dan berpengaruh pada peningkatan berat badan anak. Termasuk juga susu full fat (whole
milk) dapat berperan dalam meningkatkan berat badan anak, maka The American Academy of
Pediatrics dan The American Heart Association mengusulkan pemberian susu skim kepada
anak usia 2 tahun keatas. Minuman berkalori dapat berupa sugar-sweetened beverage (SSB),
susu, ataupun jus buah. Pemenuhan kebutuhan energi pada anak seharusnya dipenuhi dengan
konsumsi makanan penuh gizi dan penggantian dengan minuman yang berenergi tinggi
dengan kandungan zat gizi rendah, hanya akan menambah asupan energi dan berat badan
anak (Baquera et al., 2010).
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengunakan desain penelitian cross sectional dan dilaksanakan dari
bulan Maret-April 2013, meliputi survei awal dan pengambilan data penelitian. Adapun
penelitian dilaksananakan di SD Marsudirini Matraman, Jakarta Timur. Pengambilan sampel
dengan cara total sampling dimana seluruh siswa kelas 3, 4, dan 5 diikutsertakan dalam
penelitian, dengan total 263 sampel.
Pengumpulan data dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Data
primer didapatkan dari pengumpulan data langsung kepada responden dengan melakukan
pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan), pengisian kuesioner secara mandiri,
dan wawancara 24h food recall untuk menilai asupan. Kuesioner berisi pertanyaan terkait
jenis kelamin, tanggal lahir/umur, penggunaan gadget, aktivitas fisik, serta kebiasaan
konsumsi fast food dan minuman berkalori. Sementara data sekunder berasal dari sekolah
tempat dilakukannya penelitian ini, yaitu meliputi gambaran umum SD Marsudirini
Matraman, Jakarta Timur.
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran proporsi dari variabel
dependen (overweight) dan variabel independen (penggunaan gadget, aktivitas fisik, asupan
makanan, serta kebiasaan konsumsi fast food dan minuman berkalori). Kemudian dilanjutkan
dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dan uji ANOVA. Dimana uji Chi-
square digunakan untuk membandingkan antara dua proporsi (variabel jenis kelamin,
penggunaan gadget, aktivitas fisik, kebiasaan konsumsi fast food dan minuman berkalori),
sementara uji ANOVA digunakan untuk membandingkan data data numerik dan data
kategorik lebih dari 2 mean (variabel umur dan asupan).
HASIL PENELITIAN
a. Hasil Univariat
Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa dari 263 responden, 30% mengalami obesitas dan
21,7% mengalami overweight.
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Menurut IMT/U Siswa SD Marsudirini Tahun 2013
IMT/U n % Obesitas 80 30,4 Overweight 57 21,7 Normal 121 46,0 Underweight 5 1,9
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
Hasil analisis univariat untuk semua variabel independen dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2 Rangkuman Hasil Analisis Univariat Variabel Independen
Variabel n % Mean ± SD
Umur 7-9 tahun 141 53,6 9,35 ± 0,96 10-12 tahun 122 46,4
Jenis Kelamin Laki-laki 137 52,1 Perempuan 126 47,9
Penggunaan Gadget Weekdays
> 2 jam 52 19,8 2 jam 65 24,7 1 jam 70 26,6 < 1 jam 76 28,9
Penggunaan Gadget Weekend
> 2 jam 74 28,1 2 jam 62 23,6 1 jam 68 25,9 < 1 jam 59 22,4
Aktivitas Fisik Tidak aktif 198 75,3 Aktif 65 24,7
Asupan Energi Tinggi 64 24,3
90,04 ± 20,58 Cukup 131 49,8 Kurang 68 25,9
Asupan Karbohidrat Tinggi 61 23,2 94,44 ± 23,88 Cukup 202 76,8
Asupan Protein Tinggi 227 86,3 138,56 ± 41,64 Cukup 36 13,7
Asupan Lemak Tinggi 186 70,7 124,20 ± 41,54 Cukup 77 29,3 Kebiasaan Konsumsi Fast Food
Sering 43 16,3 Jarang 220 83,7
Kebiasaan Konsumsi Minuman Berkalori
Sering 106 40,3 Sedang 127 48,3 Jarang 30 11,4
b. Hasil Bivariat
Hasil analisis bivariat untuk semua variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3 Rangkuman Hasil Analisis Bivariat (Uji ANOVA)
Variabel Obesitas Overweight Tidak OW p-value Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Umur 9,55 ± 0,94 9,57 ± 0,97 9,17 ± 0,95 0,011 Asupan Energi 93,3 ± 18,7 88,2 ± 21,1 88,8 ± 21,3 0,230 Asupan Karbohidrat 93,1 ± 23,8 92,0 ± 22,1 96,4 ± 24,7 0,425 Asupan Protein 144,7 ± 40,7 141,2 ± 41,0 133,4 ± 42,2 0,144 Asupan Lemak 134,4 ± 40,9 124,4 ± 37,4 117,7 ± 42,7 0,018
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
Tabel 4 Rangkuman Hasil Analisis Bivariat (Uji Chi-square)
Variabel Dependen
OR (95%CI)
p-value Independen Obesitas Overweight Tidak
OW n % n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 61 44,5 25 18,2 51 37,2 4,72* (2,5-8,8) 0,0001
Perempuan 19 15,1 32 25,4 75 59,5 1,15** (0,6-2,2)
Penggunaan Gadget
Tinggi 24 35,8 16 23,9 27 40,3 1,57* (0,8-3,0) 0,340
Rendah 56 28,6 41 20,9 99 50,5 1,43** (0,7-2,9)
Aktivitas Fisik
Tidak Aktif 57 28,8 45 22,7 96 48,5 1,29* (0,7-2,4) 0,560
Aktif 23 35,4 12 18,5 30 46,2 0,85** (0,4-1,8)
Kebiasaan Konsumsi Fast Food
Sering 10 23,3 7 16,3 26 60,5 0,55* (0,3-1,2) 0,196
Jarang 70 31,8 50 22,7 100 45,4 0,54** (0,2-1,3)
Kebiasaan Konsumsi Minuman Berkalori
Seringa 27 25,5 18 17,0 61 57,5
1,29*a (0,5-3,2)
0,66*b (0,3-1,7)
0,077
Sedangb 43 33,9 34 26,8 50 39,4
2,04**a (0,68-6,14)
0,89**b (0,28-2,77)
Jarang 10 33,3 5 16,7 15 50,0 *OR antara kelompok obesitas dan tidak overweight **OR antara kelompok overweight dan tidak overweight *aOR antara kelompok obesitas dan tidak overweight, untuk konsumsi sering dan jarang *bOR antara kelompok obesitas dan tidak overweight, untuk konsumsi sedang dan jarang **aOR antara kelompok overweight dan tidak overweight, untuk konsumsi sering dan jarang **bOR antara kelompok overweight dan tidak overweight, untuk konsumsi sedang dan jarang
PEMBAHASAN
Overweight
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka overweight dan obesitas secara
keseluruhan 52,1% di SD Marsudirini Matraman, Jakarta Timur tahun 2013 dengan
prevalensi masing-masing sebesar 21,7% dan 30,4%. Hasil tersebut lebih besar jika
dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007, dimana kasus overweight untuk DKI Jakarta
hanya sebesar 12% pada anak laki-laki dan 8,4% pada anak perempuan (Depkes, 2008).
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
Umur, Jenis Kelamin dan Overweight
Secara alami, peningkatan umur akan meningkatkan nafsu makan anak, sehingga
meningkatkan asupan anak. Selain itu anak-anak dengan usia yang lebih besar, memiliki
lebih banyak pilihan jenis makanan. Hal ini disebabkan mereka memiliki akses yang lebih
luas terhadap uang, supermarket / minimarket, vending machine dan berbagai jajanan
dibandingkan dengan anak yang usianya lebih kecil. Selain itu anak juga sudah semakin
dapat menunjukkan rasa tidak suka dan menolak jenis makanan tertentu, seperti sayuran dan
buah (Roberts and Williams, 2000).
Seiring meningkatnya umur anak risiko overweight dan obesitas menjadi lebih besar,
karena anak-anak dengan usia lebih muda cenderung lebih aktif dalam bermain. Sementara
ketika seorang anak memasuki usia remaja, mereka akan lebih banyak berkumpul dengan
teman-teman untuk bermain video game, menonton televisi, dan membaca majalah pada anak
perempuan khususnya (Janssen et al., 2004).
Selain itu, terdapat pula perbedaan proporsi antara jenis kelamin dengan kejadian
overweight dan obesitas, dimana akan laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk mengalami
overweight dan obesitas dibandingkan dengan anak perempuan. Hal tersebut terjadi karena
pada umumnya anak laki-laki mengonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan anak perempuan (Roberts and Williams, 2000). Khususnya di
Indonesia, anak laki-laki didapatkan memiliki asupan energi dan karbohidrat yang lebih besar
daripada anak perempuan (Sartika, 2011). Hasil tersebut sejalan dengan beberapa penelitian
lain. Penelitian di Kanada menunjukkan rata-rata IMT pada anak laki-laki lebih besar
dibandingkan dengan anak perempuan (Janssen et al., 2004).
Penggunaan Gadget dan Overweight
Penggunaan gadget merupakan bentuk pergeseran dari kegiatan menonton televisi
dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan maraknya perkembangan teknologi. Dalam
penelitian ini ditemukan tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian overweight menurut lama
waktu penggunaan gadget pada siswa SD Marsudirini. Karena lama waktu rata-rata anak-
anak bermain gadget tidak lebih dari 2 jam per hari.
Penelitian Laurson et al. (2008) juga mendapat hal serupa, yaitu lama waktu menonton
televisi dan bermain video game tidak berhubungan dengan peningkatan IMT anak. Beberapa
penelitian terkait bermain video games atau gadget dengan overweight menghasilkan tidak
terdapat hubungan diantara keduanya. Hal tersebut dapat terjadi karena waktu yang
digunakan dalam bermain gadget lebih rendah dibandingkan dengan waktu menonton
televisi. Bermain gadget juga tidak meningkatkan asupan kalori karena anak-anak bermain
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
menggunakan kedua tangan, atau terdapat pengeluaran energi yang lebih besar (Rey-Lopez et
al., 2008).
Aktivitas Fisik dan Overweight
Aktivitas fisik pada anak SD Marsudirini relatif rendah. Hal tersebut memberikan hasil
tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian overweight antara anak dengan aktivitas fisik
tinggi dan rendah. Penelitian Vandewater et al. (2004) mendapatkan hasil serupa dimana
tidak terdapat hubungan antara status berat badan anak dengan aktivitas fisik berat ataupun
sedang.
Tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas fisik dengan overweight terjadi akibat
sebagian besar anak-anak tidak memenuhi standar kecukupan aktivitas fisik. Banyak anak-
anak yang tidak mengikuti kegiatan olahraga sepulang sekolah karena lebih dari 60% orang
tua menyatakan bermain/beraktivitas diluar rumah tidak aman untuk anak (Tovar et al.,
2012).
Asupan Makanan dan Overweight
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata asupan energi
antara kejadian overweight, obesitas dan tidak overweight pada semua kelompok umur.
Namun kelompok obesitas memiliki persentase rata-rata asupan energi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelompok overweight dan tidak overweight. Dalam penelitian di SD
Marsudirini, ditemukan bahwa 25% anak-anak yang memiliki asupan energi tinggi,
sementara 25% lainnya memiliki asupan energi yang kurang. Hal serupa terjadi di Taiwan,
dimana kejadian overweight dan obesitas pada anak-anak juga meningkat, dimana banyak
anak memiliki asupan energi berlebih sementara anak lainnya justru kurang asupan. Untuk itu
sangat penting dilakukan pengembangan kebijakan gizi dan memberikan pengetahuan
tentang gizi kepada anak-anak untuk menghindari konsumsi makanan berlebih dan
mengingatkan bahwa asupan energi yang kurang juga dapat membuat tubuh kekurangan zat
gizi tertentu (Wu et al., 2007).
Penelitian di SD Marsudirini menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata asupan
karbohidrat pada kelompok overweight, obesitas dan tidak overweight. Hal ini sejalan dengan
penelitian McGloin et al. (2002) dimana tidak terdapat perbedaan asupan karbohidrat antara
anak-anak dengan risiko rendah, risiko tinggi dan obesitas. Penelitian lainnya pada anak usia
sekolah dasar di Taiwan didapatkan bahwa lebih dari 60% anak perempuan dan laki-laki
memiliki asupan karbohidrat ≤ 60% (Wu et al., 2007). Tidak adanya hubungan antara
konsumsi karbohidrat dengan overweight juga ditemukan dalam penelitian di California,
yang menunjukkan bahwa tinggi konsumsi biji-bijian (grains) dapat mengurangi risiko
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
overweight. Jenis bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (termasuk biji-bijian),
memiliki peran sebagai protektor terhadap kejadian overweight anak dan remaja jika
dibandingkan dengan produk olahan susu yang justru meningkatkan risiko overweight. Biji-
bijian mengandung karbohidrat kompleks dan serat yang dapat memberikan rasa kenyang
lebih lama (Matthews et al., 2011).
Dalam penelitian di SD Marsudirini, ditemukan perbedaan persentase rata-rata asupan
protein pada kelompok overweight, obesitas, dan tidak overweight namun tidak signifikan.
Tingginya asupan protein siswa SD Marsudirini didapatkan dari konsumsi susu dan produk
olahan susu yang relatif sering. Penelitian di Chile menunjukkan bahwa peningkatan
konsumsi susu dapat mengurangi konsumsi minuman berpemanis (sugar-sweetened
beverages). Selain itu hasil penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa peningkatan
konsumsi susu / protein intake dapat menurunkan asupan energi pada anak, karena memiliki
komposisi campuran makronutrien, low glycemic load, dan memberikan rasa kenyang lebih
lama sehingga dapat mengurangi intake energi (Albala et al., 2008). Penelitian Matthews et
al. (2011) menunjukkan hasil sejalan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dalam
jumlah konsumsi bahan makanan sumber protein seperti daging, ikan dan telur dengan
kejadian overweight pada anak.
Hasil penelitian di SD Marsudirini menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dalam
persentase rata-rata asupan lemak antara kelompok obesitas, overweight, dan tidak
overweight. Penelitian di Irlandia Utara menghasilkan hasil sejalan, dimana subjek dengan
asupan lemak tinggi, memiliki berat badan lebih besar dan ditemukan juga trend yang serupa
yaitu peningkatan lemak tubuh sejalan dengan peningkatan asupan lemak. Maka disimpulkan
bahwa asupan lemak dapat menjadi prediktor yang signifikan untuk kejadian kegemukan
(McGloin et al., 2002).
Hal ini serupa dengan hasil penelitian di India pada anak sekolah yang berasal
masyarakat urban dan semi-urban, yaitu bahwa konsumsi lemak tinggi melalui makanan yang
digoreng berhubungan signifikan dengan terjadinya overweight. Penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi makanan yang digoreng lebih dari 6 kali
seminggu memiliki risiko 3,1 kali lebih besar untuk mengalami overweight jika dibandingkan
dengan anak yang hanya mengonsumsi 2,5 kali per minggu (Kuriyan et al., 2007).
Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Minuman Berkalori dan Overweight
Penelitian tentang hubungan konsumsi fast food dan overweight di SD Marsudirini
tidak menghasilkan perbedaan bermakna. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Kant (2002)
dimana IMT merupakan prediktor negatif dari persentase asupan kalori yang berasal dari
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
konsumsi low nutrient density food (LNDF) atau fast food. Penemuan lainnya justru
menunjukkan bahwa LNDF merupakan protektor dari kejadian overweight. Hal tersebut
menunjukkan bahwa anak dengan overweight mengalami pembatasan konsumsi fast food
oleh orang tua. Sementara anak dengan berat badan normal diberikan kebebasan lebih luas.
Selain itu kemungkinan lainnya adalah anak dengan konsumsi fast food tinggi memiliki
aktivitas fisik yang lebih tinggi (Matthews et al., 2011).
Tidak terdapat perbedaan bermakna pada proporsi obesitas, overweight dan tidak
overweight antara kebiasaan konsumsi minuman berkalori sering, sedang dan jarang pada
siswa SD Marsudirini tahun 2013. Anak-anak dengan berat badan normal, cenderung
memiliki kebiasaan konsumsi yang lebih sering dibandingkan dengan anak overweight dan
obesitas. Hasil ini sejalan dengan penelitian Tovar et al. (2012) dimana anak overweight dan
obesitas mengonsumsi whole milk lebih sedikit dibandingkan anak dengan berat badan
normal. Hal tersebut terjadi karena orang tua menyadari akan kelebihan berat badan anaknya
dan membatasi konsumsi whole milk.
Penelitian di Amerika, sebenarnya menunjukkan bahwa konsumsi minuman
berpemanis (sugar-sweetened beverages) memang meningkat pada masa anak-anak dan akan
menurun perlahan memasuki usia remaja hingga dewasa. Serta ditemukan bahwa anak-anak
yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki jumlah konsumsi yang lebih
tinggi daripada anak dengan keluarga berpenghasilan tinggi dan menengah (Han and Powell,
2013). Hal ini sejalan dengan konsumsi siswa SD Marsudirini yang kebanyakan
mengonsumsi minuman berkalori dalam jumlah sedang.
KESIMPULAN
Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SD Marsudirini Matraman, Jakarta Timur
tahun 2013 memberikan kesimpulan sebagai berikut.
1. Prevalensi overweight dan obesitas pada siswa SD Marsudirini Matraman masing-
masing sebesar 21,7% dan 30,4%.
2. Terdapat perbedaan signifikan umur dan asupan lemak antara siswa dengan status
gizi obesitas dan tidak overweight. Dimana peningkatan risiko overweight dan
obesitas sejalan dengan peningkatan umur dan asupan lemak.
3. Terdapat perbedaan proporsi kejadian overweight dan obesitas antara siswa laki-laki
dan perempuan (OR = 4,72) yaitu siswa laki-laki memiliki risiko obesitas 4,72 kali
lebih besar daripada siswi perempuan.
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
SARAN
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini diantaranya adalah:
1. Bagi sekolah, dapat melakukan edukasi kepada murid, orang tua, dan pengasuh
terkait pentingnya menjaga berat badan normal dengan mengurangi asupan lemak,
khususnya konsumsi makanan dengan cara pemasakan digoreng. Selain itu dapat
mengontrol makanan dan minuman yang disediakan di kantin sekolah untuk
menyediakan makanan yang lebih sehat, memperbanyak sayuran dan mengurangi
jenis makanan yang digoreng. Serta sekolah dapat berperan serta dalam memberikan
contoh makanan sehat kepada siswa dengan mengadakan program makan siang
bersama.
2. Bagi pemerintah, dapat merancangkan program gizi seimbang yang diintegrasikan
dengan kurikulum sekolah dasar, mengadakan program penurunan berat badan
khusus bagi siswa dengan overweight dan obesitas, dan memberikan edukasi kepada
guru-guru sekolah dasar, tentang pola hidup sehat, gizi seimbang, khususnya terkait
konsumsi lemak, serta rekomendasi aktivitas fisik yang sesuai untuk anak usia
sekolah dasar.
3. Bagi penelitian selanjutnya, dapat melakukan pengembangan alat ukur aktivitas fisik
berupa kuesioner yang dapat lebih menggambarkan pengeluaran energi yang khusus
untuk anak Indonesia, mengingat alat ukur tersebut akan lebih efektif dan sangat
bermanfaat bagi penelitan-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan aktivitas
fisik
DAFTAR REFERENSI
Albala, C. et al. Effects of Replacing The Habitual Consumption of Sugar-sweetened Beverages with Milk in Chilean Children. Am J Clin Nutr 88:605-11.
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. American Academy of Pediatrics. 2012. About Childhood Obesity.
http://www2.aap.org/obesity/about.html diakses 19 Januari 2013. Arisman. 2003. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Barlow, SE and the Expert Committee. 2007. Expert Committee Recommendations Regarding the Prevention, Assessment, and Treatment of Child and Adolescent Overweight and Obesity: Summary Report. Pediatrics 120 Suppl 4:S164-92.
Baquera, S. et al. 2010. Caloric Beverage Consumption Patterns in Mexican Children. Nutrition Journal 9:47.
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
Cheung, Lilian and Frank Hu. 2012. The Obesity Prevention Source. http://www.hsph.harvard.edu/obesity-prevention-source/obesity-causes/ diakses 29 Januari 2013.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Jakarta: Depkes RI.
Drewett, Robert. 2007. The Nutritional Psychology of Childhood. New York: Cambridge University Press.
Fiorito, L. M. et al. 2009. Beverage Intake of Girls at Age 5 y Predicts Adiposity and Weight Status in Childhood and Adolescence. Am J Clin Nutr 90:935-42.
Eckel, Robert H. 1997. Obesity and Heart Disease. American Heart Association 96:3248-3250.
Gregori, Dario et al. 2011. The “Snacking Child” and Its Social Network: Some Insights from an Italian Survey. Nutrition Journal 10:132.
Han, Euna and Lisa M. Powell. 2013. Consumption Patterns of Sugar-Sweetened Beverages in the United States. Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics 113:43-53.
Hark, Lisa and Darwin Deen. 2007. Nutrition: The Definitive Australian Guide to Eating for Good Health. Camberwell: Dorling Kindersley.
Janssen, I. et al. 2004. Overweight and Obesity in Canadian Adolescents and their Associations with Dietary Habits and Physical Activity Patterns. Journal of Adolescent Health 35:360-367.
Kant, AK. 2002. Association of Self-Perceived Body Weight Status with Dietary Reporting by US Teens. Obes Res 10:1259-69.
Kuriyan, R. et al. 2007. Television Viewing and Sleep are Associated with Overweight among Urban and Semi-urban South Indian Children. Nutrition Journal 6:25.
Laird, Sam. 2012. Is Total Gadget Immersion Good or Bad for Kids?. http://mashable.com/2012/05/16/gadgets-kids-infographic/ diakses 11 Januari 2013.
Latham, Michael C. 1997. Human Nutrition in the Developing World. Rome: Food and Agriculture Organization of The United Nations.
Laurson, K. R. et al. 2008. Combined Influence of Physical Activity and Screen Time Recommendations on Childhood Overweight. The Journal of Pediatrics 153:209-14.
Lobstein, Tim. 2006. Prevalence and Trends in Childhood Obesity (in Obesity Epidemiology. New York: Oxford University Press.
Lui, D. P. Y. et al. 2010. The Pattern of Electronic Game Use and Related Bodily Discomfort in Hong Kong Primary School Children. Computers & Education, 57, 1655-1674.
Matthews, V. et al. 2011. The Risk of Child and Adolescent Overweight is Related to Types of Food Consumed. Nutrition Journal 10:71.
McGloin, A. F. et al. 2002. Energy and Fat Intake in Obese and Lean Children at Varying Risk of Obesity. International Journal of Obesity 26:200-207.
O’Donnell, S. et al. 2008. Nutrient Quality of Fast Food Kids Meals. Am J Clin Nutr 88:1388-95.
Rey-Lopez, J. P. et al. 2008. Sedentary Behaviour and Obesity Development in Children and Adolescents. Nutrition, Metabolism & Cardiovascular Disease 18:242-251.
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013
Roberts, Bennie S. Worthington and Sue Rodwell Williams. 2000. Nutrition Throughout the Life Cycle. Singapore: McGraw-Hill.
Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2011. Faktor Risiko Obesitas pada Anak 5-15 Tahun di Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 15, No. 1, Juni 2011:37-43.
Soedibyo, Soepardi and Tinuk Meilany. 2006. Factors Influencing Obesity on School-Aged Children. Med J Indones 15:43-54.
Steele, R. et al. 2009. Targeting Sedentary Time or Moderate- and Vigorous-Intensity Activity: Independent Relations with Adiposity in a Population-Based Sample of 10-y-old British Children. Am J Clin Nutr 90:1185-92.
Tovar, A. et al. 2012. Healthy-Lifestyle Behaviors Associated with Overweight and Obesity in US Rural Children. BMC Pediatrics 12:102.
Vandewater, E. et al. 2004. Linking Obesity and Activity Level with Children’s Television and Video Game Use. Journal of Adolescence, 27, 71-85.
Veugelers, P. J. et al. 2013. Availability and Night-Time Use of Electronic Entertainment and Communication Devices are Associated with Short Sleep Duration and Obesity Among Canadian Children. Pediatr Obes 8(1):42-51.
WHO. 2012. Childhood Overweight and Obesity. http://www.who.int/dietphysicalactivity/childhood/en/ diakses tanggal 28 Januari 2013.
_____. 2007. BMI-for-age (5-19 years). http://www.who.int/growthref/who2007_bmi_for_age/en/index.html diakses tanggal 4 Februari 2013.
Wu, Shin-Jiuan et al. 2007. Dietary Nutrient Intake and Major Food Sources: The Nutrition and Health Survey of Taiwan Elementary School Children 2001-2002. Asia Pac J Clin Nutr 16(S2):518-533.
Penggunaan Gadget ..., Fiona Sarah, FKM UI, 2013