PENGGUNAAN FRASA DALAM KARANGAN NARASI PADA...
Transcript of PENGGUNAAN FRASA DALAM KARANGAN NARASI PADA...
PENGGUNAAN FRASA DALAM KARANGAN NARASI PADA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Hadiyati Wulan Dani
1111013000040
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGGUNAAN FRASA DALAM KARANGAN NARASI PADA
SISWA KELAS X SMA NEGERI4 TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana pendidikan (s.pd.)
pada Fakultas Iimu Tarbiyah dan Keguruan uIN Syarif Hidayatuilah
Oleh:
Hadivati Wulan DaniNIM. 1111013000040
Di bawah bimbingan,
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2075
--n Subuki. M.Hum.NIP. 19800305 200901 1 01s
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul "Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 4 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014-2015"disusun oleh Hadiyati Wulan Dani, Nomor Induk Mahasiswa 1111013000040,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah
pada, 15 Oktober 20i5 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar sarjana SI (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
I "akarta,
29 Oktober 20 1 5
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panita (Ketua Jurusan/Prodi)
Makyun Subuki, M.Hum.NIP. 19800305 200901 1 01s
Sekretaris Jurusan
Dona Aji Karunia Putra, M.A.NrP. 19840409201101 1 015
Tanda TanganT
o3
anggal
/ ltsIto,t
go/to/aors
Penguji I
Dra: Mahmudah FitriyahZA, M.Pd. o / t -NIp. 196402121gg703 2 001 a/to/il/r
Penguji II
Dr. Nuryani, MA.NrP. 19820628 200912 2 003 n:/'oNl
,.", . . . \Dekafr Fakultas
-795s0421
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Alamat :Jl. Karang Tengah Rt.007 Rw.008 No.27 Kelurahan RorotanKecamatan Cilincing Jakarta Utaru 14140.
MBNYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Penggunaan Frasa dalam *u.urgu, Narasi padaSiswa Kelas X SMA Negeri 4 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2014-2015
adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama
NIM
Jurusan
Nama Pembimbing
NIP
Jurusan Program Studi
: Hadiyati Wulan Dam
:11110i30000040
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
:Makyun Subuki, M.Hum.
: 19800305 200901 1 015
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siapmenerima segala konsenkuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil
karya sendiri.
I akarta, 8 September 201 5
Hadiyati Wulan Dani
Xe"g- V."lyatakan,
i
ABSTRAK
Hadiyati Wulan Dani. Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 4 Tangerang Selatan. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang penggunakan
frasa (eksosentris dan endosentris) dalam karangan narasi pada siswa kelas X
SMA Negeri 4 Tangerang Selatan. Metode penelitian ini adalah metode desktiptif
kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah karangan narasi siswa kelas X SMA
Negeri 4 Tangerang Selatan sebanyak 25 karangan. Data dalam penelitian ini
adalah penggunaan frasa, baik frasa eksosentris maupun frasa endosentris. Teknik
analisis penelitian ini menggunakan teknik studi dokumentasi, dilakukan dengan
memberikan tugas mengarang narasi berdasarkan judul yang telah ditentukan,
memeriksa karangan, menganalisis penggunaan frasa, dan menghitung jumlah
penggunaan frasa. Instrumen penelitian ini adalah seperangkat teori dengan
dibantu oleh tabel kerja.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan frasa dalam karangan
narasi siswa kelas X SMA Negeri 4 Tangerang Selatan sebanyak 738 frasa dari 25
karangan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menggunakan frasa
dalam karanganya dengan baik. Frasa endosentris lebih banyak digunakan oleh
siswa dibandingkan frasa eksosentris. Frasa endosentris sebanyak 443, sedangkan
frasa eksosentris sebanyak 295. Ini berarti frasa endosentris banyak digunakan
oleh siswa dalam menggunakan ide atau gagasannya, karena frasa ini dalam
kalimat menduduki semua fungsi (subjek, predikat, objek, maupun keterangan)
maka peluang frasa ini sangat besar pada setiap kalimat dalam karangan,
sedangkan frasa eksosentris dalam kalimat hanya menduduki fungsi keterangan
atau preposisi. Oleh sebab itu, munculnya frasa ini pada setiap kalimat dalam
karangan belum tentu ada.
Kata Kunci: Frasa, Karangan, Narasi.
ii
ABSTRACT
Hadiyati Wulan Dani. The use of the Phrase in a Narrative Essay on Grade X SMA Negeri 4 South Tangerang. Thesis, Department of Education language and literature Indonesia, Faculty of Tarbiyah and Teaching, the Islamic State
University Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2015.
This research aims to obtain information about the use of (the eksosentris and endosentris phrase) in the bouquet narrative in students of class X SMA Negeri 4 South Tangerang. This research Method is the method desktiptif
qualitative. This data source is narrative essay research students of class X SMA Negeri 4 South Tangerang as many as 25 wreath. The data in this study was the use of the phrase, either the phrase or phrases eksosentris endosentris. Analytical
techniques this research uses techniques of study documentation, performed by
giving the task of composing a narrative based on the title, check out the essay,
analyze the use of the phrase, and count the number of uses of the phrase. This is
a set of research instruments theory assisted by the working table.
The results of this study indicate that the use of the phrase in a narrative
essay grade X SMA Negeri 4 South Tangerang 738 phrases from as many as 25
wreath. This shows that students are able to use the phrase in their essay properly.
The endosentris phrase is used more by the students compared the phrase
eksosentris. The endosentris phrase as much as 443, while as many as 295
eksosentris phrases. This means the endosentris phrase is widely used by students
in using the concept or the idea, because this phrase in the sentence occupies all the functions (subject, predicate, object, or explanation) then the chances of the
phrase is very big on every sentence in the essay, while the eksosentris phrase in a
sentence just to occupy the function of the explanation or a preposition. Therefore,
the appearance of this phrase in every sentence in the essay is not necessarily
there.
Keywords : Phrase, Essay, Narrative.
iii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis sanjungkan ke hadirat Allah SWT. Karena beliau
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi
pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran
2014/2015.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd). Selain itu, juga untuk melatih keterampilan menulis
penulis.
Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini juga karena bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mempermudah penyelesaian skripsi ini.
2. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan dosen pembimbing yang telah sabar, teliti,
dan meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingannya
kepada penulis, serta melancarkan penyelesaikan skripsi ini.
3. Segenap dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga
memberikan masukan berharga bagi penulis.
4. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta
bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
5. Suhermin, S.Pd., M.Si., selaku kepala SMA Negeri 4 Tangerang
Selatan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di
sekolah binaannya.
6. Dra. Halimah Sadiah, selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia,
segenap guru, staf Tata Usaha, dan siswa-siswi SMA Negeri 4
iv
Tangerang Selatan yang telah memberikan arahan, informasi, dan
membantu penulis melakukan dan menyelesaikan penelitian di
sekolahnya.
7. Teristimewa untuk Ibunda Hj. Yayah Khoiriyah, yang tiada hentinya
berdoa kepada Allah SWT dan memberikan dukungan materil, moril,
dan semangat sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.
8. Adik-adikku Aisyatu Ridha dan Muhammad Tajlis Syarif, tante-
tanteku Linda Maftuha, Wardatul Fadliyah, dan Lulu Alfiyah, serta
nenek dan kakekku yang selalu mendoakan dan memotifasiku.
9. Para sahabatku Hanifah, Farhana, Lulu, Mughits, Sudarkashy,
Noviana, Sona, Sari, dan Hardiyani, terima kasih karena kalian selalu
memberikan motivasi, saran, dan masukan untuk menyelesaikan
skripsi ini.
10. Teman-Teman di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
bersama-sama berjuang demi meraih cita-cita yang kita banggakan.
Tanpa kalian hambar rasanya perjuangan ini.
11. Semua orang yang berjasa dalam pembuatan skripsi ini terlebih bagi
yang teristimewa dan yang tak bisa disebutkan satu persatu. Hal
sekecil yang kalian bertikan kepadaku. Semoga Allah membalasnya
dengan berlipat-lipat.
Penulis telah berusaha untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Namun, Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna, karena pengetahuan penulis belum seberapa. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembacanya.
Jakarta, 8 September 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ................................................................................................................. i
ABSTRACT .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 3
D. Perumusan Masalah ....................................................................................... 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Frasa ................................................................................................. 5
B. Jenis-jenis Frasa ............................................................................................. 8
C. Hakikat Karangan ........................................................................................ 13
D. Karangan Narasi ........................................................................................... 16
E. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 21
B. Metode Penelitian ........................................................................................ 21
C. Data dan Sumber Data ................................................................................. 23
D. Teknik Pengumpulan dan Pengelolahan Data ............................................. 23
E. Instrumen Penelitian .................................................................................... 25
F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 25
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah ............................................................................................... 27
B. Deskripsi Data .............................................................................................. 29
C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 75
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 83
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................................... 84
B. Saran ............................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (1) ..................................... 30
Tabel 2 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (2) ..................................... 32
Tabel 3 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (3) ..................................... 34
Tabel 4 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (4) ..................................... 36
Tabel 5 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (5) ..................................... 37
Tabel 6 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (6) ..................................... 39
Tabel 7 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (7) ..................................... 41
Tabel 8 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (8) ..................................... 42
Tabel 9 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (9) ..................................... 44
Tabel 10 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (10) ................................... 45
Tabel 11 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (11) ................................... 47
Tabel 12 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (12) ................................... 49
Tabel 13 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (13) ................................... 51
Tabel 14 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (14) ................................... 52
Tabel 15 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (15) ................................... 55
Tabel 16 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (16) ................................... 56
Tabel 17 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (17) ................................... 58
Tabel 18 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (18) ................................... 61
Tabel 19 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (19) ................................... 63
Tabel 20 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (20) ................................... 64
Tabel 21 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (21) ................................... 66
Tabel 22 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (22) ................................... 68
Tabel 23 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (23) ................................... 70
Tabel 24 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (24) ................................... 72
Tabel 25 Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (25) ................................... 73
Tabel 26 Rekapitulasi Data Penggunaan Frasa Siswa Kelas X SMA Negeri 4
Tangerang Selatan .................................................................................. 76
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Karangan Narasi Siswa
Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah
Lampiran 5 : Lembar Uji Referensi
Lampiran 6 : Riwayat Hidup Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia di Indonesia difokuskan ke dalam empat
keterampilan, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan
berbicara dan keterampilan menulis termasuk dalam keterampilan produktif.
Keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit.
Hal ini disebabkan keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan
mendengarkan, berbicara, dan membaca. Selain itu, dalam keterampilan menulis
juga harus menguasai keterampilan menyusun gagasan atau ide yang akan
disampaikan kepada pembaca dengan menggunakan kata-kata dalam susunan
yang tepat berdasarkan penggunaan kata, pemilihan kata, dan struktur kalimat.
Keterampilan menyusun kata-kata dan kalimat membentuk kesatuan isi dalam
paragraf juga diperlukan dalam keterampilan menulis. Itulah sebabnya
keterampilan menulis merupakan kegiatan utama dalam pembelajaran bahasa di
sekolah. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
mengajarkan keterampilan menulis di sekolah adalah karangan.
Karangan sebagai hasil proses berpikir dan bernalar, mungkin merupakan
proses bernalar induktif atau deduktif. Untuk memahami kedua proses ini siswa
masih mengalami kesulitan. Siswa belum mampu menggeneralisasi atau
menyatakan hubungan sebab akibat tentang yang ditulisnya sebagai proses
induktif. Begitu pula halnya dengan proses deduktif siswa pun belum bisa
memulai karangannya dengan pernyataan umum yang selanjutnya dikembangkan
dengan rincian-rincian yang bersifat khusus. Hal ini terjadi karena siswa sangat
kurang pengetahuan tentang tema yang ditulisnya.
Ketidakmampuan siswa dalam proses bernalar akan berpengaruh pada isi
karangannya. Karangan siswa kadang sulit dipahami, karena ceritanya sudah
meloncat dari hal yang satu ke hal yang lain di luar tema.
2
Memadukan kalimat dengan kalimat dalam paragraf merupakan kendala
bagi siswa. Mereka tidak bisa membentuk paragraf yang dibangun oleh kalimat-
kalimat yang mempunyai hubungan timbal-balik, sehingga kalimat-kalimat itu
bukan merupakan satu-kesatuan. Karangan siswa merupakan kumpulan kalimat-
kalimat yang masing-masing berdiri sendiri, di dalam kalimat tersebut terbentuk
dari satuan-satuan kata yang dirangkaikan, dapat juga berwujud dua buah kata
atau lebih yang merupakan satu-kesatuan. Penggabungan dua buah kata atau lebih
yang menjadi satu-kesatuan dan tidak memiliki unsur predikatif disebut frasa.
Penggabungan tersebut untuk menampung konsep makna yang lebih khas atau
lebih tertentu yang tidak dapat diwujudkan dengan sebuah kata. Istilah frasa
digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah klausa, atau
satu tingkat berada di atas satuan kata. Karena frasa itu mengisi salah satu fungsi
sintaksis, maka salah satu unsur frasa itu tidak dapat dipindahkan secara
kesuluhan sebagai satu-kesatuan. Frasa berperan penting untuk memperkaya
kosakata sebuah kalimat. Pemilihan frasa dalam sebuah kalimat dapat
memperjelas kata secara spesifik dan memperkecil ruang lingkup makna yang
muncul. Frasa yang memiliki sifat nonpredikatif dapat membantu memperjelas
maksud penyampaian cerita.
Dalam pembelajaran bahasa di SMA, frasa menjadi bagian penting dalam
peningkatan kemampuan berbahasa, karena frasa sebagai salah satu satuan
sintaksis yang memberikan dasar tentang pemahaman seluk beluk kalimat. Hanya
saja, menurut pengamatan penulis, pembelajaran frasa di sekolah belum
mendapatkan porsi yang cukup. Beberapa siswa masih belum mengetahui
pengertian frasa dan jenis-jenis frasa. Buku teks pegangan siswa memuat meteri
frasa yang sangat terbatas dan bersifat umum. Pengenalan jenis frasa yang
disajikan buku teks baru berkisar pada frasa endosentris dan frasa eksosentris
secara global. Oleh sebab itu frasa perlu diajarkan dengan benar agar siswa dapat
membuat kalimat yang benar pula atau kalimat yang efektif. Juga, perlu
memperoleh informasi untuk mengetahui tentang penggunaan frasa dalam
karangan siswa, khususnya penggunaan frasa eksosentris dan frasa endosentris,
3
karena siswa lebih banyak mengetahui dan menggunakan kedua jenis frasa
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik menganalisis penggunaan frasa
dalam karangan siswa sehingga dapat memperoleh data sampai sejauh mana siswa
menggunakan jenis frasa endosentris dan frasa eksosentris dalam karangannya.
Penulis memilih frasa sebagai bahan penelitian karena mengingat begitu
pentingnya penggunaan frasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
untuk mendukung gagasan atau ide yang ingin diungkapkan oleh penulis dalam
menulis sebuah karangan. Selain itu, penggunaan frasa yang tepat dapat
memudahkan pembaca memahami sebuh kalimat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
akan mengidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Ketidakmampuan siswa dalam proses bernalar akan berpengaruh pada
isi karangannya.
2. Kurangnya pengetahuan siswa tentang pengertian dan jenis-jenis frasa.
3. Secara keseluruhan, siswa hanya mengetahui frasa endosentris dan
frasa eksosentris di sekolah.
4. Kurangnya kemampuan siswa dalam menggunakan frasa pada
karanganya.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak terlalu luas, maka permasalahan
harus dibatasi. Penulis hanya akan membahas mengenai penggunaan frasa dalam
kalimat pada karangan narasi siswa, khususnya frasa endosentris dan frasa
eksosentris. Unit analisis penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap tahun
pelajaran 2014/2015 SMA Negeri 4 Tangerang Selatan.
4
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah penelitian ini adalah
Bagaimana Penggunaan frasa (endosentris dan eksosentris) pada karangan narasi
siswa kelas X SMA Negeri 4 Tangerang Selatan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X
SMA Negeri 4 Tangerang Selatan dalam menggunakan frasa (eksosentris dan
endosentris) pada karangan narasi, dari informasi tersebut diharapkan hasil
penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi gambaran bagi peneliti, guru, dan
siswa:
1. manfaat bagi peneliti sebagai uji coba dan menambah wawasan tentang
penggunaan frasa sebagai dasar dalam meneliti lebih lanjut dan
mengaplikasikannya ke dalam pembelajaran menulis;
2. manfaat bagi guru bahasa Indonesia untuk menerapkan cara-cara
pembentukan frasa dalam kalimat atau karangan siswa, sehingga prestasi
belajar siswa meningkat;
3. manfaat bagi calon-calon guru bahasa Indonesia, agar dapat menerapkan
penggunaan frasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia;
4. manfaat bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memahami cara
pembentukan frasa dan dapat menggunakan frasa dengan baik dan benar,
sehingga frasa dalam karangan tersebut mempunyai konsep makna yang
khas dan tertentu.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Frasa
Berkomunikasi secara lisan, pembicara harus mahir mengintonasikan
kalimat dengan tepat agar yang dimaksud mencapai sasarannya. Begitu pula
berkomunikasi secara tertulis, penguasaan satuan bentuk kata, akan menghasilkan
penggunaan kata dan mofrem yang tepat. Penguasaan sintaksis yang
membicarakan tentang wacana, kalimat, klausa, dan frasa harus mahir pula agar
menghasilkan kalimat yang efektif dan logis.
Dalam bahasa Indonesia, istilah frasa diserap dari kata phrase. Istilah frasa
kadang-kadang disebut pula dengan frase. Menurut Blomfield dalam Heny
Sulistyowati konsep frasa A free which consistsentirely of two or more less free
forms, is a phrase. Bentuk bebas yang tetap terdiri dari atas dua atau lebih
adalah frasa.1 Hal ini sejalan dengan Ramlan bahwa frasa adalah satuan gramatik
yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi unsur
klausa.2
Menurut J.D. Parera, Frasa adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk
oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun
tidak.3 Frasa merupakan satuan sintaksis yang paling kecil, biasanya dibangun
oleh konstruksi yang lebih dari dua kata, namun dalam satu kesatuan gabungan
dua kata atau lebih itulah yang menjadi unsur pembentuk frasa dalam bahasa
Indonesia.
Dua kata atau lebih yang membentuk frasa masing-masing kata
mempertahankan makna kata dasarnya, sementara gabungan kedua kata tersebut
menunjukkan relasi tertentu. Frasa dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria
1 Heny Sulistyowati, Mengenal Struktur Atribut Frasa, (Malang: Madani, 2012), h. 11.
2 M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia, Sintaksis, (Yogyakarta: Karyono, 1985), h. 138.
3 Jos Daniel Parera, Sintaksis, (Jakarta: PT. Gramedia, 1991), cet. 2, h.32.
6
berikut, yakni hubungan unsur dalam struktur dan jenis kata yang menjadi unsur
intinya.4
Chaer memberikan batasan tentang frasa adalah satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.5 Dari batasan itu tentu frasa
terdiri atas dua kata atau lebih. Dan konstruksi nonpredikatif, artinya hubungan
antara unsur yang membentuk frasa itu tidak berstruktur subjek, predikat atau
objek. Sementara itu menurut Kentjono frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri
atas dua kata atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan yang pada
umumnya menjadi pembentuk klausa.6
Menurut Verhaar frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian
fungsional dari tutran yang lebih panjang.7 Frasa adalah fungsional artinya
menyatakan bahwa bagian berfungsi sebagai konstitusi di dalam konstituen yang
lebih panjang, misalnya dapat dilihat pada kalimat berikut:
- Secara lebih mendalam kita akan membahas kemampuan menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran yang lebih baik.
Frasa secara lebih mendalam adalah konstitusi keterangan yang
memodifikasi verba membahas. Sebaliknya kata mendalam kita atau pengajaran
yang, tidak merupakan frasa karena tidak menyatakan fungsional di dalam
konstituen yang lebih panjang.
Satuan gramatik seperti rumah sakit, kolom renang, dan lomba tari bukan
frasa, melainkan kata majemuk. Ciri-ciri kata mejemuk, yaitu salah satu atau
semua unsurnya berupa pokok kata dan unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan.8
Satuan rumah sakit terdiri dari dua unsur yang berupa kata, yaitu kata rumah dan
4 Abdul Muis Badulu dan Herman, Morfosintaksis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 58.
5 Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet. 3, h. 222.
6 Djoko Kentjono, Dasar-dasar Linguistik umum, (Jakarta: Fakultas Sastra Universitas
Indonesia, 1984), h. 57. 7 J.W.M. Verhaar, Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2010), cet. 7, h. 219. 8 Heny Sulistyowati, op. cit., h. 14.
7
sakit. Namun demikian, berdasarkan ciri bahwa unsur-unsurnya tidak dapat
dipisahkan atau tidak dapat diubah strukturnya, satuan itu tidak termasuk
golongan frasa, melainkan termasuk kata, yaitu kata majemuk.
Ciri-ciri frasa dalam Imam Baehaqie, yaitu sebagai berikut.9
1) Frasa merupakan satuan gramatikal (satuan bentuk yang bermakna)
yang dapat berdiri sendiri, yang berada pada tataran di atas kata dan
di bawah klausa.
2) Frasa pada umumnya terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata;
dalam hal ini unsur-unsur frasa berupa kata atau minimal salah
satunya berupa klitika dan bukan morfem-morfem terikat karena jika
salah satunya berupa morfem terikat, bisa termasuk dalam kelompok
kata berimbuhan atau kata mejemuk bukan frasa.
3) Frasa merupakan konstruksi nonpredikatif, artinya hubungan antar
unsur yang membentuk frasa tidak berstruktur subjek-redikat atau
berstruktur predikat-objek.
4) Ada kecendrungan urutan kata dalam frasa bersifat kaku, sehingga
apabila posisinya dipindah, frasa itu akan berpindah secaa utuh,
dengan uturan kata yang tetap.
5) Frasa dapat diperluas.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa frasa
adalah satuan gramatikal yang merupakan gabungam dua kata atau lebih yang
lebih kecil dari klausa, dan bagian fungsional sebagai pengisi salah satu fungsi
kalimat dengan tidak melebihi batas fungsinya dan bersifat non predikatif. Frasa
terbentuk dari dua kata atau lebih yang masing-masing kata mempertahankan
makna dasar katanya, sementara gabungan keduanya menunjukan relasi tertentu.
Kedudukan kata dalam suatu frasa dapat berbentuk setara, bertingkat atau terpadu.
9 Imam Baehaqie, Sintaksis Frasa, (Yogyakarta: Ombak, 2014), h. 2.
8
B. Jenis-jenis Frasa
Frasa dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria berikut: (1) distribusinya
(2) susunan unsur pembentuknya (3) maknanya dan (4) kategorinya. Bersadarkan
distribusinya, frasa dibedakan atas frasa endosentris dan frasa eksosentris.
Berdasarkan susunan unsur pembentuknya, frasa dibagi menjadi frasa tunggal dan
frasa majemuk. Dilihat dari segi maknanya, frasa dikelompokan menjadi frasa
lugas dan frasa idiomatis. Dan dipandang dari kategorinya, frasa dibedakan
menjadi sebelas, yaitu frasa nominal, frasa pronominal, frasa verbal, frasa
numeral, frasa adjektifal, frasa adverbial, frasa preposisional, frasa penunjuk, frasa
tannya.10
Berbeda dengan Ramlan, mengelompokkan frasa berdasarkan kategori
kata hanya empat golongan, yaitu frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan, dan
frase keterangan.11
Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti dan membahas tentang
penggunaan frasa berdasarkan distribusinya, yaitu frasa endosentris dan frasa
eksosentris.
1. Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang salah satu unsurnya atau
komponennya memiliki prilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Artinya salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan
keseluruhannya.12
Menurut Ramlan, frasa endosentrik adalah frasa yang
mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun
salah satu dari unsurnya.13
Misalnya frase sedang membaca dalam kalimat Nenek
sedang membaca komik di kamar, komponen keduanya yaitu membaca dapat
menggantikan kedudukan frasa tersebut, sehingga menjadi kalimat Nenek
membaca komik di kamar. Contoh lain, frasa mahal sekali dalam kalimat Harga
10
Ibid., h. 25. 11
M. Ramlan, op. cit., h. 144. 12
Abdul Chaer, op. cit., h. 226. 13
M. Ramlan, op. cit., h. 142.
9
buku itu mahal sekali, dapat digantikan oleh komponen pertamannya, yaitu
mahal, sehingga kalimatnya menjadi Harga buku itu mahal.
Frasa endosentris masih dapat dipilah-pilih menjadi tiga kategori, yaitu:
frasa endosentris koordinatif, frasa endosentris atributif, dan frasa endosentris
apositif.14
Hal ini tampak pada bagan:
a. Frasa Endosentris Koordinatif
Frasa ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya itu dapat
dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata
penghubung dan atau atau. Imam Baehaqie menjelaskan lagi bahwa unsur-unsur
yang setara itu merupakan unsur-unsur utama atau unsur inti; jadi, tidak ada unsur
yang bukan inti.15
Contohnya:
- suami istri
- pembinaan dan pengembangan
- belajar atau bekerja
Henry Guntur Tarigan membagi frasa endosentris koordinatif menjadi
frasa koordinatif nominal, verbal, adjektival, dan adverbial.16
a) Frasa koordinatif nominal adalah gabungan dua atau lebih frasa yang
bertipe nominal. Contoh: Paman saya memelihara kerbau, sapi, dan
domba. Kakek dan nenek saya sudah berusia 80 tahun.
b) Frasa koordinatif verbal adalah gabungan dua atau lebih frasa atau kata
yang bertipe verba (kata kerja). Contoh: Para remaja itu bernyanyi dan
bernyanyi sampai pagi.
14
Ibid., h. 142. 15
Imam Baehaqie, op. cit., h. 32. 16
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Sintaksis, (Bandung: Penerbit ANGKASA, 2009), h. 102.
Frasa endosentris
Koordinatif Atribut Apositif
10
c) Frasa koordinatif adjektival adalah gabungan dua atau lebih frasa atau kata
yang bertipe adjektif (kata sifat). Contoh: Gadis itu cantik, ramah, dan
sopan.
d) Frasa koordinatif adverbial adalah gabungan dua atau lebih frasa atau kata
yang bertipe adverbial (kata keterangan). Contoh: Saya berjalan pelan-
pelan dan diam-diam agar ayah tidak terbangun.
b. Frasa Endosentris Atributif
Berbeda dengan frasa endosentris koordinatif, frasa golongan ini terdiri
dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin
dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Menurut Heny Sulistiyowati
frasa endosentris atributif memiliki anggoata yang kedudukannya tidak sama
yakni ada anggota atau unsur yang menduduki inti dan ada anggota atau unsur
yang menduduki atribut atau penjelas.17
Contohnya:
- Pembangunan lima tahun
- Buku baru
- Orang itu
- Malam ini
- Sedang belajar
- Sangat bangga
- Pintu kayu jati
- Pedagang kaki lima
- Dosen sintaksis
- Bahasa Saya
Kata-kata atau unsur-unsur yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atas,
yaitu kata pembangunan, buku, orang, malam, belajar, pintu, pedagang, dosen,
dan bahasa merupakan unsur inti atau unsur pusat (UP), yaitu unsur yang secara
distribusional sama dengan seluruh frasa dan secara semantik merupakan unsur
yang terpenting, sedangkan unsur lainnya adalah merupakan atribut.
17
Heny Sulistyowati, op. cit., h. 17.
11
Ada juga frasa endosentris atributif klitikal yaitu frasa endosentris yang
unsur atributnya berupa klitik. Klitik adalah bentuk terikat yang secara fonologis
tidak mempunyai tekanan sendiri dan yang dapat dianggap morfem terikat karena
dapat mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa, tetapi tidak mempunyai ciri-
ciri kata karena tidak dapat berlaku sebagai bentuk bebas.18
Contoh-contoh frasa
endosentris atribut klitikal adalah sebagai berikut:
- majalahku
- tabloidmu
- artiklelnya
- kaubaca
c. Frasa Endosentris Apositif
Frasa ini memiliki sifat yang berbeda dengan frasa endosentris koordinatif
dan atributif. Dalam frasa endosentris yang koordinatif unsur-unsurnya dapat
dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau, dan dalam frasa endosentris
yang atributif unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung
dan atau atau dan secara semantik ada unsur terpenting, yang lebih penting dari
unsur lainnya. Dalam frasa Ahmad, anak Pak Sastro unsur-unsurnya tidak dapat
dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur
yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Sastro, sama dengan unsur lainnya, yaitu
sama dengan unsur Ahmad. Karena sama, maka unsur anak Pak Sastro dapat
menggantikan unsur Ahmad:
- Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar
- Ahmad __ sedang belajar
- __anak Pak Sastro sedang belajar
Unsur Ahmad merupakan unsur pusat atau inti, sedangkan unsur anak Pak
Sastro merupakan aposisi (Ap). Menurut Kridalaksana dalam Imam Baehaqie
menjelaskan bahwa frasa endosentris yang apositif mempunyai unsur-unsur (1)
dihubungkan dengan konjungsi yang (2) hanya dirangkai oleh tanda koma, atau
18
Imam Baehaqie, op. cit., h. 30
12
(3) dipisahkan dengan tanda pisah (--) yang diikuti ungkapan pengukuhan atau
perbaikan/peralatan.19
Misalnya:
- Imielda yang ketua Hima Bahasa dan Sastra Indonesia
- Barik, adiku
- Jokowi, Presiden RI
- Goblok eh maaf, bodoh
2. Frasa Eksosentris
Menurut Ramlan, frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak mempunyai
distribusi yang sama dengan semua unsurnya.20
Berbeda dengan pendapat Alwi
dalam Heny Sulistyowati bahwa konstruksi eksosentris tidak mempunyai
konstituen inti karena tidak ada konstituen yang dapat mewakil seluruh konstruksi
itu.21
Frasa eksosentris mempunyai dua komponen. Komponen yang pertama
berupa perangkai dan perangkai itu berwujud preposisi partikel dan komponen
kedua berupa sumbu. Frasa yang berperangkai preposisi disebut frasa
preposisional atau frasa eksosentris direktif seperti di, ke, dari, oleh, sebagai, dan
untuk. Frasa yang berperangkai lain disebut frasa eksosentris nondirektif.22
Frasa
eksosentris nondirektif yang berperangkai lain yaitu berupa artikula, sedangkan
unsur sumbunya berupa kata atau kelompok kata yang berkategori nomina,
adjektiva, atau verba. Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Dalam bahasa Indonesia ada beberapa kelompok artikula, yaitu (1) yang bersifat
gelar, seperti sang, sri, hang, dan dang (2) yang mengacu ke makna kelompok,
seperti para, kaum, dan umat, serta (3) yang menominalkan. Artikula jenis ini
dapat mengacu pada makna tunggal maupun generik, bergantung kepada konteks
kalimatnya. Contoh artikula jenis ini adalah si dan yang.23
Adapun contoh frasa eksosentris direktif adalah sebagai berikut:
19
Ibid., h. 33 20
M. Ramlan, op. cit., h. 142. 21
Heny Sulistyowati, op. cit., h. 19. 22
E. Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis, (Jakarta: PT. Grasindo, anggota IKapi,
2008), h.19. 23
Imam Baehaqie, op. cit., h. 38.
13
- Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan
*dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di-
*dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru - perpustakaan
- Lulu ingin bekerja sebagai dokter
*Lulu ingin bekerja sebagai
*Lulu ingin bekerja dokter
- Roti itu dimakan oleh Ajeng
Roti itu dimakan Ajeng
*Roti dimakan oleh
- Ayah pergi ke sawah
*Ayah pergi ke-
*Ayah pergi sawah
Contoh frasa eksosentris nondirektif:
- Sang suami sudah datang
- Para tamu sudah datang
- Si miskin perlu diperhatikan
- Kaum marginal perlu diperhatikan
- Umat Islam cinta kebersihan
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dalam bahasa Indonesia
konteks verbal tertentu dapat pengecualian berkaitan dengan penggunaan
preposisi oleh, yang tidak wajib hadir dalam kalimat pasif. Hal inilah yang
menyebabkan kontruksi frasa eksosentris berperangkai oleh menjadi unik.
C. Hakikat Karangan
Kita dapat menggunakan bahasa secara lisan maupun tulisan. Baik secara
lisan maupun tulisan diharapkan bahasa itu digunakan dengan terpilih dan
tersusun. Lamudin Finoza memberi batasan mengarang adalah pekerjaan
merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau mengulas topik
dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan, adapun
14
pengertian karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan
teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan.24
Bahasa merupakan alat
komunikasi yang memiliki prinsip-prinsip umum dari semua bentuk komunikasi.
Komunikasi dengan bahasa tulis berarti menghubungkan antara penulis dengan
pembaca. Dengan demikian segala pikiran, gagasan, dan perasaan penulis dapat
dituangkan melalui bahasa tulis. Jadi secara tidak langsung penulis menceritakan
segala perasaannya kepada pembaca.
Karangan menurut pendapat Widyamartaya adalah hasil dari suatu proses
kegiatan berfikir manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya
kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam tulisan. Kegiatan mengarang ini
adalah suatu kegiatan manusiawi yang sadar dan berarah, mempunyai mekanika
yang perlu diperhatikan agar karangan berhasil baik.25
Karangan dihasilkan dari
penerapan aturan-aturan dan kaidah-kaidah tertentu dengan menarik informasi
yang didapat penulis, atau dengan mencari informasi dari ingatan yang kuat.
Karangan juga dihasilkan dari proses menyusun, mencatat, dan
mengkomunikasikan makna yang bersifat interaktif antara penulis dengan
pembaca.
Selanjutnya Marwoto menjelaskan, karangan merupakan media
komunikasi antara penulis dan pembaca. Penguasaan bahasa adalah modal utama
seorang pengarang atau penulis, fiksi maupun ilmiah. Seseorang dapat berbahasa
secara teratur, tertib, dan konsisten terhadap kaidah-kaidah kebahasaan yang
hidup dalam bahasa yang bersangkutan.26
Seorang dapat mempelajari teknik
dalam membuat kalimat-kalimat bukan hanya harus benar secara kaidah, tetapi
juga mengikat, jelas, tegas dan menarik. Dengan melatih dan mempraktikkan
secara terus-menerus, akan meluaskan gaya bahasanya. Semuanya itu merupakan
aktivitas yang dapat dikerjakan berdasarkan kaidah-kaidah bahasa, sehingga
penulis dapat menghasilkan karangan yang baik.
24
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia (Untuk Mahasiswa Non Jurusan
Bahasa), (Jakarta: Diksi Insan Media, 2005), h. 192. 25
A. Widyamartaya. Kreatif Mengarang, (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1978), h. 9. 26
Marwoto Ms, dkk, Komposisi Praktis,(Yogyakarta: Hanindita, 1985), h. 17.
15
H. Guntur Tarigan menjekaskan bahwa, menulis merupakan keterampilan
berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis
merupakan kegiatan yang produktif dan ekspersif. Oleh karena itu harus dilatih
dan dipraktekkan yang banyak dan teratur.27
Yang paling penting bagi seorang
penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berfikir yang akan
membantunya dalam mencapai tujuan penulisannya, karena untuk menghasilkan
karangan yang terpadu adanya suatu peraturan dan penyusunan secara sistematis.
Peraturan penyusunan di sini maksudnya adalah proses pencarian dan peratuan
prinsip-prinsip sehingga penulis dapat mengorganisasikan gagasan sedemikian
rupa agar gagasan itu dimengerti dan dipercaya oleh pembaca.
Pendapat lain diungkapkan oleh Nurudin bahwa menulis adalah segenap
rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.28
M. Yunus mengemukakan bahwa menulis merupakan bentuk komunikasi
berbahasa (verbal) yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai mediumnya.
Sebagai sebuah ragam komunikasi, menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis
sebagai penyampaian pesan, pesan atau suatu yang disampaikan penulis, saluran
atau medium berupa lambang-lambang bahasa tulis seperti huruf dan tanda baca,
serta pembaca sebagai penerima pesan.29
Keterampilan berkomunikasi dengan bahasa tulis yang baik dan benar
merupakan nilai materi yang sangat besar. Kekurangan atau ketidakterampilan
dalam menyatakan diri akan menjadi hambatan untuk mendukung pikiran,
maksud, keinginan, pengalaman, dan perasaan. Oleh sebab itu penulis hendaknya
dapat mengatur, menyusun, merangkai, dan menyampaikan bahan-bahannya
dengan cara yang logis. Semuanya itu merupakan materi pengetahuan dan
keterampilan yang sangat penting untuk dapat menghasilkan bentuk dan cara
27
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Ketermpilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 1994), h. 3. 28
Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 4. 29
M. Yunus, dkk., Menulis 1, (Jakarta: Universitas Terbuka 2008), h. 1.3.
16
komunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, khususnya dalam
bahasa tulis.
Dari pendapat-pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan
adalah keterampilan menggunakan bahasa secara tertulis untuk mengutamakan
segala pikiran, gagasan dan perasaan yang dikomunikasikan kepada orang lain.
Agar dapat menghasilkan bentuk dan cara berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, bahasa itu hendaknya tersusun berdasarkan
kaidah-kaidah kebahasaan.
D. Karangan Narasi
Karangan narasi (berasal dari Narration artinya bercerita) adalah suatu
bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-
tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang
berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.30
Menurut Gorys Keraf, narasi
merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau
peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri
peristiwa itu. Dengan kata lain narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis
dalam suatu rangkaian waktu.31
Nurdin berpendapat bahwa melalui narasi seorang penulis memberi tahu
orang lain dengan sebuah cerita. Sebab, narasi sering diartikan juga dengan cerita.
Sebuah cerita adalah sebuah penulisan yang mempunyai karakter, setting, waktu,
masalah, mencoba untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi dari
masalah itu. Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Namun
demikian, narasi yang ditulis juga bisa ditulis berdasarkan pengalaman pribadi
penulis, pengamaran atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan
himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian.
Dalam tulisan narasi, selalu ada tokoh-tokoh yang terlibat dalam suatu atau
30
Lamuddin Finoza, op. cit., h. 202. 31
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT. Gramedia, Anggota IKAPI, 1982),
h. 135-136.
17
berbagai peristiwa yang diceritakan. Meskipun berdasarkan fakta, imajinasi
penulis dalam bercerita tetap terkesan kuat sekali.32
Dengan kata lain, narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,
mengisahkan, merangkaikan, tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah
peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu
tertentu.
Menurut Lamuddin Finoza, karangan narasi memiliki dua macam sifat,
yaitu (1) narasi ekspositoris/narasi faktual, dan (2) narasi sugestif/narasi berplot.
Narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar
pengetahuannya bertambah luas disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi
yang mampu menimbulkan daya khayal pembaca, mampu menyampaikan makna
kepada pembaca melalui daya khayal, disebut narasi sugestif. Contoh narasi
sugestif adalah novel dan cerpen, sedangkan contoh narasi ekspositoris adalah
kisah perjalanan, autobiografi, kisah perampokan, dan cerita tentang pembuhunan,
dll.
Menurut Nurdin, narasi ekspositoris dibagi menjadi dua yakni bersifat
generalisai dan khusus, narasi ekspositoris bersifat generalisasi adalah narasi yang
menyampaikan satu proses umum dan dapat dilakukan oleh siapa saja dan dapat
dilakukan berulang-ulang. Kemahiran menjadi tujuan utama narasi sifat ini.
Misalnya adalah narasi yang menceritakan bagaimana membuat pisang goreng.
Narasi ini memberikan tahap-tahap pembuatan pisang goreng sampai menjadi
pisang goreng siap makan. Bukanlah semua orang bisa melakukannya asal
dilakukan sesuai petunjuk dan berulang-ulang dipraktikan? Sementara itu, narasi
bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang
khas, yang hanya terjadi satu kali saja. Peristiwa tersebut tentu saja tidak bisa
diulang-ulang, karena merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu
tertentu saja. Misalnya, pengalaman seseorang yang baru saja pergi ke luar negeri,
pengalaman nikah, pengalaman mempunyai anak pertama kali yang tidak
32
Nurudin, op. cit., h. 71.
18
mungkin diulang karena dikisahkan dalam sebuah narasi yang bersifat khusus.
Masuk dalam kelompok ini adalah autobiografi dan biografi, anekdot dan insiden,
sketsa, dan profil.
Maka analisis penggnaan frasa dalam menulis karangan narasi ini berfokus
kepada narasi ekspositoris yang bersifat khusus, yaitu menceritakan pengalaman
pribadi para siswa. Dan analisisnya berfokus pada penggunaan frasa eksosentris
dan endosentris.
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah menelususri beberapa
hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang
penulis lakukan ini. Penelitian terdahulu akan dipaparkan sebagai berikut:
Abdul Razak Arsyad (2001) dengan penelitiannya Analisis Penggunaan
Frasa dalam Kalimat pada Karangan Deskripsi Siswa Kelas III SLTP Negeri 27
Jakarta Timur dan Implikasinya dalam pembelajaran Bahasa di SLTP. Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan frasa dalam
kalimat pada karangan siswa kelas III SLTP Negeri 27 Jakarta Timur. Penelitian
ini dilaksanakan pada caturwulan kedua tahun pelajaran 1999/2000. Fokus
penelitian ini adalah penggunaan frasa dalam karangan siswa, sedangkan objek
penelitian ini adalah karangan siswa sebanyak 2 kelas atau 70 karangan. Metode
penelitian ini adalah deskriptif analisis isi. Instrumen penelitian ini adalah
seperangkat teori dengan dibantu tabel kerja. Teknik analisis data penelitian ini
dilakukan dengan cara pengumpulan karangan, memeriksa, menganalisis
penggunaan frasa dalam kalimat, menghitung jumlah atau frekuensi penggunaan
frasa dalam kalimat, dan melalukan interpretasi. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa dari 70 karangan terdapat 2061 penggunaan frasa, berdasarkan distribusi
dalam kalimat terdapat frasa endosentrik sebanyak 1922 (93,26%) dan frasa
eksosentris sebanyak 139 (6,78%). Hal ini berarti frasa endosentrik lebih banyak
digugakan oleh siswa untuk mengugkapkan idea tau gagasannya. Selanjutnya
19
berdasarkan ketegori frasa diperoleh penggunaan frasa nominal sebanyak 911
(44,20%), frasa verbal sebanyak 783 (37,99%), frasa depan sebanyak 133
(6,45%), frasa bilangan sebanyak 15 (0,73%), frasa keterangan sebanyak 125
(6,07%), dan frasa adjektival sebanyak 94 (4,56%). Ini berarti frasa nominal
banyak digunakan oleh siswa untuk mengungkapkan idea tau gagasannya.
Devi Budiani Mistitta Sari (2012) dengan penelitiannya Struktur, Makna,
dan Fungsi Frase Eksosentris Direktif dalam Novel Negeri 5 Menara Karangan A.
Fuadi dan implikasinya bagi pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia di SMA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang struktur makna dan fungsi
frasa eksosentris direktif pada wacana novel tersebut. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan di semester genap tahun 2011/2012. Penelitian ini difokuskan pada
struktur, makna, dan fungsi frase eksosentris direktif dalam wacana novel Negeri
5 Menara. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan tabel
analisis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat frase eksosentris direktif
sebanyak 1280 data dalam novel Negeri 5 Menara yang dikaji berdasarkan pola
struktur dan maknanya. Hasil penelitian ini diimplikasikan ke dalam pembelajaran
kebahasan bagi siswa kelas X SMA yaitu pada pembelajaran menulis paragraph
naratif.
Lintang Akhlakulkharomah (2014) dengan penelitiannya Penggunaan
Konjungsi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X di MA Darul Maarif Jakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Setelah data terkumpul dari hasil
pengamatan, data dideskripsikan dalam bentuk tabel dan kata-kata. Objek
penelitian ini adalah karangan deskripsi yang ditulis oleh siswa MA Darul Maarif
Jakarta Kelas X. Data yang diteliti sebanyak 10 karangan. Dari semua karangan
deskripsi yang dianalisis tersebut, dapat dikatakan bahwa konjungsi yang paling
banyak muncul yaitu konjungsi koordinatif yang menyatakan penjumlahan.
Urutan kedua konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna atributif. Dan
20
uturan ketiga adalah konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna hubungan
sasaran atau tujuan. Konjungsi yang tidak digunakan adalah konjungsi koordinatif
yang menyatakan memilih, mempertentangkan, menegaskan, mengurutkan,
menyimpulkan, konjungsi subordinatif menyatakan syarat, akibat, tempat, dan
konjungsi korelatif.
Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan yang penulis paparkan di
atas, maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul Penggunaan
Frasa dalam Karangan Narasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Tangerang
Selatan. Peneliti berharap melalui penelitian ini setiap siswa yang menulis
karangan, khususnya karangan narasi dengan menggunakan frasa yang baik dan
benar atau tidak melakukan kesalahan sehingga menghasilkan karangan yang baik
dengan menggunakan kalimat yang efektif.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah SMA Negeri 4 Tanggerang Selatan
yang terletak di jalan WR. Supratman Komp. Pertamina Pondok Ranji,
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Pengambilan data
penelitian dilakukan di Sekolah tersebut, khususnya pada kelas X6 semester
genap tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini berlangsung sejak bulan
Desember tahun 2014 sampai bulan Agustus 2015.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.1
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1990) dalam Imam
Gunawan adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang
dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).2
Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke
dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari
suatu keutuhan.
Menurut Kirk dan Miller (1986) dalam Lexy J. Moleong
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya. David Wiliam (1995) menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 60. 2 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013), Cet. 1, h. 82.
22
menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti
yang tertarik secara alamiah. Penulis buku penelitian kualitatif lainnya
(Dezin dan Lincoln, 1987) menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, para
penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar
hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang
dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah berbagai macam
metode penelitian. Metode yang biasanya dimanfaatkan dalam
penelitian kualitatif adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan
dokumen.3
Menurut Anselm dan Juliet mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai
jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya.4 Dipertegas lagi oleh Lexy J. Moleong
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur
analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara
kuantifikasi lainnya. Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian
kualitatif dengan penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan
menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada
penelititan kualitatif.5 Jadi, peneliti tidak perlu mentransformasi data menjadi
angka untuk menghindari hilangnya informasi yang telah diperoleh.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang
masalah-masalah manusia dan sosial secara mendalam, dan memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Peneliti menginterpretasikan
bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan sekeliling, dan
bagaimana makna tersebut memengaruhi perilaku mereka. Penelitian
dilakukan dalam latar yang alamiah bukan hasil perlakuan atau manulipasi
variable yang dilibatkan.
3 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),
h. 4-5. 4 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (Tata langkah dan
Teknik-teknik Teoritisasi Data), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 3, h, 4. 5 Lexy J. Moleong, op. cit., h. 6.
23
Penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif, artinya data dan hasil
analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka-angka atau
koefisien tentang hubungan antar-variabel. Deskripsi mengharuskan si
peneliti menggambarkan secara rinci dan mendalam, harus bisa membuat
orang yang membacanya seperti melihat peristiwa itu terjadi.6
C. Data dan Sumber Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun
angka.7 Menurut Emzir data adalah bagian-bagian khusus yang membentuk
dasar-dasar analisis.8 Data dalam penelitian ini adalah karangan yang di
dalamnya terdapat Frasa, baik frasa eksosentris maupun frasa endosentris.
Menururt Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.9 Data lain yang dimaksud berupa sumber
tertulis, foto, dan data statistik. Pada penelitian ini sumber data yang peneliti
peroleh adalah sumber tertulis berupa karangan narasi siswa kelas X SMA
Negeri 4 Tangerang Selatan yang berjumlah 25 karangan dari 25 siswa.
D. Teknik Pengumpulan dan Pengelolahan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.10
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yang harus dilakukan
adalah teknik dokumentasi. Dokumentasi merupakan suatu teknik
6 Nusa Putra, Metode penelitian Kualitaitf pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012), h.71. 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik, (Jakarta: PT.
Rieneka Cipta, 2010), cet. 14, h. 161. 8 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), cet. 2, h. 64. 9 Lexy J. Moelong, op. cit., h. 157.
10 Sugiyono, Metode Kuantitatif Kualitatif DAN R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2011), h.
224.
24
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen ialah setiap
bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena
adanya permintaan seorang penyidik.11
Dokumen yang telah diperoleh
kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan kemudian
membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu, dan utuh. Kegunaan utama
dari dokumen adalah untuk memperoleh data siswa yang akan dijadikan
sasaran penelitian. Dokumen biasanya dibagi atas dokumen pribadi dan
dokumen resmi. Dalam penelitian ini sumber data tersebut berupa dokumen
pribadi yaitu berupa karangan. Menurut Lexy J. Moleong, Dokumen Pribadi
adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman, dan kepercayaannya. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi
ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai
faktor di sekitar subjek penelitian. Jika guru atau peneliti meminta siswa atau
subjek untuk menuliskan pengalaman berkesan mereka, hal itu dipandang juga
sebagai dokumen pribadi.12
Pengelolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan
dengan pengumpulan data. Dalam pengumpulan dan pengelolahan data
digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memberikan tugas kepada siswa kelas X SMA untuk membuat
karangan narasi dengan diberikan batasan tema yaitu Liburan dan
Pergi ke Taman Mini Indonesia Indah.
2. Data yang berjumlah 25 karangan disatukan.
3. Memberikan nomor pada karangan siswa satu persatu.
4. Memberikan nomor pada setiap kalimat-kalimat dalam setiap karangan
siswa.
5. Membaca, memeriksa, dan menggarisbawahi frasa yang digunakan
dalam karangan narasi.
6. Menganalisis penggunaan frasa dalam karangan.
11
Lexy J. Moleong, op. cit., h. 216. 12
Ibid., h. 217.
25
7. Menghitung jumlah penggunaan frasa dalam karangan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini digunakan penulis untuk menganalisis data yaitu
dengan menggunakan tabel analisis sebagai berikut:
*No. Kalimat
Penggunaan Frasa
Eksosentris Endosentris
Koordinatif Atributif Apositif
Keterangan: No. adalah nomor kalimat dalam setiap karangan.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bodgan & Biklen (1982) dalam Lexy J.
Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting yang dapat diceritakan kepada orang lain.13
Menurut Sugiyono,
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, meyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.14
Dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis, data yang diperoleh dari wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
13
Ibid., h. 248. 14
Sugiyono, op. cit., h. 244.
26
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa. Menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
Setelah karangan siswa terkumpul, peneliti membaca, memahami dan
menganalisis data penggunaan frasa eksosentris dan frasa endosentris pada
tiap-tiap kalimat. Peneliti menguraikan secara rinci dan mendalam mengenai
temuan-temuan penggunaan frasa dalam karangan narasi setiap masing-
masing siswa, kemudian menjumlahkan penggunaan frase tersebut. Langkah
melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis data dan
menyusun cara menyajikannya. Analisis data dimulai dengan menyusun fakta-
fakta hasil temuan lapangan. Kemudian penelitian membuat diagram-diagram,
tabel, gambar-gambar dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya, hasil
analisis data, diagram tabel, dll, dinterpretasikan, dikembangkan menjadi
proporsi dan prinsip-prinsip.15
15
Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h. 115.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah
1. Gambaran Sekolah
SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan pada awalnya bernama SMA
Negeri 2 Ciputat, berlokasi di jalan WR. Supratman Komp. PERTAMINA
Pondok Ranji Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten 15412.
Luas tanah sekolah tersebut sekitar 8000 m2, sekolah tersebut dipimpin oleh
seorang kepala sekolah yang bernama Bapak Suhermin, beliau menjabat
sebagai kepala sekolah sejak tahun 2012.
Tenaga pendidik yang ada di sekolah tersebut berjumlah 74 orang.
Rata-rata dari mereka memiliki jenjang pendidikan S1. Jumlah peserta didik
Tahun pelajaran 2014-2015 seluruhnya berjumlah 1011 orang. Persebaran
jumlah peserta didik antar kelas merata. Sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya, SMAN 4 Tangerang Selatan pada tahun pelajaran
2014/2015 ini memiliki 28 rombongan belajar yang terdiri dari 9 rombongan
kelas XII yaitu 5 kelas jurusan IPA (1 kelas Inovasi dan 4 kelas reguler) dan 4
kelas jurusan IPS, 9 rombongan kelas XI yaitu 5 kelas jurusan IPA (1 kelas
Inovasi dan 4 kelas reguler) dan 4 kelas jurusan IPS, dan 10 rombongan kelas
X yaitu 1 kelas Inovasi dan 9 kelas reguler.
Kegiatan Belajar Mengajar pada sekolah tersebut pun harus memiliki
pedoman pengajaran, yaitu menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dengan berbagai mata pelajaran di antaranya; Pendidikan
Agama Islam, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Sosiologi, Ekonomi, Geografi,
Sejarah, Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Bahasa Indonesia, Bahasa
Jerman, Penjaskes, TIK, Seni Musik, Seni Rupa, Mulok Aakutansi, dan PKN.
28
2. Visi dan misi sekolah
Visi Sekolah:
SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan menguasai IPTEK, unggul,
religius, inovatif, demokratis, dan berwawasan lingkungan.
Misi Sekolah:
1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
2) Mengembangkan kemampuan penguasaan bahasa Inggris.
3) Menjunjung tinggi persamaan hak, kejujuran, demokratis, efektif dan
efisien.
4) Menciptakan gagasan yang cemerlang.
5) Meningkatkan prestasi yang unggul di tingkat nasional dan
internasional.
6) Mengembangkan kegiatan pendidikan yang berbasis teknologi
informasi dan komunikasi (TIK).
7) Meningkatkan perilaku yang berwawasan lingkungan.
8) Membiasakan berprilaku hemat energi pada warga sekolah.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah SMA Negeri 4
Tangerang Selatan antara lain; terdapat 28 ruang kelas, 1 ruang kepala
sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 2 ruang guru dan tata usaha, 1 ruang
bendahara, 5 ruang laboratorium, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang seni dengan
dengan alat-alat kesenian dan keterampilan, 1 ruang multi media, 1 ruang
UKS, 2 lapangan olahraga atau upacara, 1 masjid, 1 ruang BP/BK, 2 ruang
OSIS dan Pramuka, 1 ruang piket, 2 ruang koperasi, 1 kantin, 5 gudang, 2
ruang rohis atau penjaga sekolah, dan 9 WC.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah tersebut
antara lain; kegiatan pramuka, Palang Merah Remaja, pengajian siswa atau
lembaga dakwah, bulletin atau majalan sekolah, seni musik, seni lukis atau
kaligrafi, olahraga termasuk bela diri, paskibra, KIR, teater dan tari, English
club, dan sispala.
29
B. Deskripsi Data
Dalam deskripsi infromasi penelitian ini akan disajikan data penggunaan
frasa berdasarkan distribusinya dalam karangan narasi siswa kelas X SMA Negeri
4 Tangerang Selatan sebagai landasan untuk mengkaji penggunaan frasa yang
dibuat oleh siswa. Data penggunaan frasa tersebut diperoleh melalui analisis
karangan narasi yang dibuat siswa, yang meliputi aspek frasa eksosentris dan
endosentris. Dengan demikian penulis tidak memberikan penilaian terhadap
karangan narasi siswa, namun melakukan analisis terhadap frasa-frasa yang
digunakan dalam karangan narasi sebagai indikator untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menggunakan frasa eksosentris dan endosentris.
Sebagai bidang kajian ilmu linguistik, sintaksis membahas kalimat dalam
hubungannya dengan kalimat lain. Sintaksis sebagai suatu ujaran memiliki unsur-
unsur bahasa yang membentuknya, baik pada tingkat kata, frasa, maupun klausa.
Dalam penelitian ini, aspek sintaksis yang menjadi fokus penelitian adalah frasa
yang dianalisis berdasarkan distribusinya yaitu frasa eksosentris dan frasa
endosentris. Frasa eksosentris adalah frasa yang seluruh komponennya tidak
memiliki prilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhan komponennya, atau
frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya,
sedangkan frasa endosentris adalah frasa yang keseluruhan komponennya
memiliki prilaku sintaksis yang sama dengan unsurnya baik semua unsurnya
maupun salah satu dari unsurnya. Penggunaan frasa tersebut dapat diketahui dari
sumber data yang diteliti yaitu kalimat-kalimat yang diperoleh dari karangan
narasi siswa yang berjumlah 25 karangan. Jumlah rangkaian kalimat dalam bentuk
karangan narasi tersebut terdiri atas 384 kalimat.
Sumber data pada penelitian yang diambil dari karangan narasi siswa kelas
X SMA Negeri 4 Tangerang Selatan ini dilakukan dengan teknik studi
dokumentasi. Jadi, penelitian ini tidak melakukan teknik wawancara ataupun
observasi, tetapi hanya mengambil karangan narasi dari siswa kelas X. Seluruh
responden pada dasarnya memiliki perlakuan yang sama dalam penelitian, yaitu
30
siswa yang mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia pada tahun 2014/2015
tidak dibedakan dari segi jenis kelamin, agama, dan usia.
Berikut ini deskripsi data mengenai penggunaan frasa pada setiap
karangan siswa akan diuraikan satu persatu.
Tabel 1
Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (1)
No. Kalimat
Penggunaan Frasa
Eksosentris Endosentris
Koordinatif Atributif Apositif
1. Pada hari jumat, minggu yang lalu,
saya diajak mama saya untuk
menemani dia ke pasar mayestik
untuk membeli kain.
ke pasar
mama
saya
hari jumat,
minggu
yang lalu
2. Sangatlah senang ketika saya diajak
pergi oleh mama, karena jumat
minggu yang lalu adalah hari ke
lima liburan dan saya merasa sangat
bosan selama 4 hari berada dirumah.
oleh mama,
dirumah
sangatlah
senang,
sangat
bosan
jumat
minggu
yang lalu
adalah hari
ke lima
liburan
3. Pukul 09.00 saya dan mama
berangkat ke mayestik dengan
menggunakan metro mini yang
tujuannya ke kebayoran baru.
ke mayestik,
ke
kebayoran
baru
saya dan
mama
5. Lantunan lagu yang mereka
nyanyikan sangat mengibur saya
dari kebisingan mesin metro mini
ini.
dari
kebisingan
mesin
sangat
mengibur
6. Tidak terasa saya sudah sampai di
pasar mayestik dan ketika saya
memasuki pasar mayestik, ternyata
sudah sangat berubah menjadi pasar
modern.
di pasar
mayestik
sudah
sangat
berubah,
pasar
modern
7. Saya dan mama pun langsung
mencari toko kain, dan ternyata di
sepanjang jalan telah berjejer toko-
toko yang menjual kain.
di sepanjang
jalan
Saya dan
mama
sepanjang
jalan,
langsung
mencari
8. Tidak hanya toko kain tetapi ada
juga toko baju, alat-alat menjahit,
alat memasak, toko tas, sepatu dsb.
baju, alat-
alat
menjahit,
alat
ada juga
31
memasak,
toko tas,
sepatu
9. Beberapa toko kain yang saya
hampiri banyak sekali kain yang
saya lihat dari warnanya yang paling
mencolok dan yang warnanya gelap
tetapi mama saya masih belum suka
dengan kain yang dia temukan
karena belum sesuai dengan yang
mama saya inginkan.
warnanya
yang paling
mencolok
dan yang
warnanya
gelap
warnanya,
belum
suka,
mama
saya
11. Setelah mendapatkan kainya saya
dan mama menghampiri toko-toko
yang berada di dalam seperti toko
tas, baju, sepatu dll.
di dalam saya dan
mama, toko
tas, baju
sepatu dll
12. Ada beberapa barang yang saya dan
mama beli.
saya dan
mama beli
14. Sama halnya dengan berangkat tadi
pagi, kami menggunakan metro mini
lalu setelah itu naik angkot 08 yang
arahnya ke pd. Ranji, sekitar pukul
16.00 kami pun sampai dirumah.
ke pd. Ranji,
dirumah
setelah itu
15. Hari sabtu saya pergi ke rumah
teman saya bersama 5 orang lainnya
untuk membuat proposal tentang
pengambilan nomer.
ke rumah hari sabtu,
teman
saya
16. Dari pukul 10.00 pukul 17.00 kami
membuat proposal dan akhirnya
selesai juga.
dari pukul
10.00
selesai
juga
17. Hari minggu tanggal 15 maret 2015
merupakan hari terakhir liburan
diminggu ini dan pagi ini saya
bersiap-siap untuk berangkat ke
gereja, setelah ke gereja saya
sekolah minggu seperti biasa.
diminggu
ini,
ke gereja
hari
terakhir
18. Setelah selesai sekolah minggu saya
pulang ke rumah, lalu saya
menyiapkan segala keperluan untuk
esok hari.
ke rumah,
untuk esok
hari
setelah
selesai
sekolah
minggu
Jumlah 16 7 18 2
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dalam karangan yang berjudul
Liburan Seminggu terdapat 43 penggunaan frasa dalam karangan narasi, yaitu
16 penggunaan frasa eksosentris dan 27 penggunaan frasa endosentris, dengan
32
rincian penggunaan frasa endosentris koordinatif sebanyak 7 frasa, penggunaan
frasa endosentris atributif sebanyak 18 frasa, dan penggunaan frasa endosentris
apositif sebanyak 2 frasa.
Frasa eksosentris yang banyak digunakan adalah frasa eksosentris direktif
atau disebut frasa preposisional yaitu ke, oleh, dari, di, untuk, seperti ke rumah, di
dalam dll, dan frasa endosentris koordinatif yang digunakan adalah frasa
koordinatif yang menggunakan kata penghubung dan berfungsi sebagai penambah
atau aditif seperti saya dan mama, sementara itu frasa endosentris atributif adalah
frasa yang paling banyak digunakan, ada atribut yang terletak di belakang inti atau
unsur pusat (UP) seperti mama saya, setelah itu, hari terakhir, ada atribut yang
terletak di depan inti seperti sangat bosan, sangat menghibur, dan ada atribut
yang mengapit inti seperti setelah selesai sekolah minggu. Kemudian frasa
apositif adalah frasa yang paling sedikit digunakan oleh siswa (1), yaitu 1 frasa
yang dihubungkan dengan tanda koma, dan 1 frasa yang dihubungkan dengan
konjungsi yang.
Tabel 2
Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (2)
No. Kalimat
Penggunaan Frasa
Eksosentris Endosentris
Koordinatif Atributif Apositif
1. Pada waktu itu setelah ulangan
tengah semester di sekolah, saya
libur seminggu karena murid-murid
kelas 12 ujian akhir sekolah.
di sekolah
waktu itu,
setelah
ulangan
tengah
semester,
libur
seminggu
2. Pada hari senin saya hanya
melakukan kegiatan dirumah saja
yaitu bangun tidur, mandi, makan,
menonton tv, membantu orang tua
seperti menyapu, membereskan
tempat tidur, menjemur pakaian.
dirumah hari senin,
hanya
melakukan
33
4. Dan waktu sore hari saya ingin
menginap ke rumah saudaraku di
Tanggerang
ke rumah,
di
Tanggerang
ingin
menginap,
saudaraku
5. Saya diantarkan oleh bapak saya
sampai stasiun pondok ranji.
oleh bapak bapak saya,
stasiun
pondok
ranji
7. Setelah saya sampai saya dijemput
oleh om dan keponakanku.
oleh om
dan
keponakan-
ku
om dan
keponakanku
8. Lalu setelah sampai rumah bude,
saya makan dan setelah itu saya
mandi, menonton tv, mengajarkan
keponakan saya belajar dan bermain
bersama mereka.
belajar dan
bermain
rumah
bude,
keponakan
saya
9. Saya menginap dirumah saudara
saya sampai hari jumat.
dirumah saudara
saya, hari
jumat
10. Disana saya menghabiskan waktu
bersama keponakanku, bermain
bersamanya, membantu bude
mengantarkan keponakanku sekolah
dan menjemputnya.
disana Keponakan
ku
12. Di dalam kereta saya hanya
mendengarkan lagu dan melihat-
melihat pemandangan diluar kereta.
di dalam
kereta,
diluar
kereta
hanya
mendengar
kan
13. Sewaktu di stasiun Tanah Abang,
saya menaiki kereta lagi.
di stasiun
Tanah
abang
14. Sayapun masuk kedalam kereta dan
cukup menunggu lama sampai
keretanya didalam terasa penuh dan
sesak sekali sampai-sampai susah
untuk bergerak.
kedalam,
didalam
penuh dan
sesak
cukup
menunggu
lama
15. Di dalam kereta saya hanya merasa
sabar karena benar-benar tidak bisa
bergerak.
di dalam
kereta
hanya
merasa
18. Pada hari sabtu dan minggu saya
hanya di rumah saja, seperti makan,
mandi, membantu orang tua,
bermain dengan teman-teman.
di rumah,
dengan
teman-
teman
sabtu dan
minggu,
seperti
makan,
mandi,
membantu
orang tua,
34
bermain
Jumlah 16 5 17 -
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dalam karangan yang berjudul
Liburan yang Biasa saja, tetapi Tetap Menyenangkan terdapat 38 penggunaan
frasa dalam karangan narasi, yaitu 16 penggunaan frasa eksosentris dan 23
penggunaan frasa endosentris, dengan rincian penggunaan frasa endosentris
koordinatif sebanyak 5 frasa, penggunaan frasa endosentris atributif sebanyak 17
frasa, dan tidak adanya penggunaan frasa endosentris apositif.
Frasa eksosentris yang banyak digunakan adalah frasa eksosentris direktif
atau disebut frasa preposisional yaitu di, ke, oleh, dengan, seperti di sekolah, ke
rumah, oleh bapak, dengan teman-teman dll, dan frasa endosentris koordinatif
yang digunakan adalah frasa koordinatif yang menggunakan kata penghubung dan
berfungsi sebagai penambah atau aditif seperti penuh dan sesak, sementara itu
frasa endosentris atributif adalah frasa yang paling banyak digunakan, ada atribut
yang terletak di belakang inti atau unsur pusat (UP) seperti waktu itu, ada atribut
yang terletak di depan inti seperti ingin menginap, hanya melakukan dan ada
atribut yang mengapit inti seperti cukup menunggu lama. Ada juga frasa
endosentris atributif klitikal yang digunakan oleh siswa (2), yaitu frasa yang unsur
atributnya berupa klitik ku, -mu, -nya, kau-, seperti dalam kalimat (4) yaitu
saudaraku, dan kalimat (10) yaitu keponakanku.
Tabel 3
Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (3)
No. Kalimat
Penggunaan Frasa
Eksosentris Endosentris
Koordinatif Atributif Apositif
1. Di hari minggu kami pergi ke
Taman Mini dalam perjalanan kami
naik kendaraan pribadi.
ke Taman
Mini
hari minggu,
kendaraan
pribadi
2. Di perjalan kendaraan banyak sekali
sehingga mengundang kemacetan.
di perjalan
4. Kami sampai di Taman Mini kira- di Taman
35
kira 1 jam perjalanan. Mini
5. Kami membayar karcis masuk,
penjaga loket terdiri dari 15 orang.
dari 15 orang karcis masuk,
penjaga loket
6. Di dalam Taman Mini banyak sekali
orang-orang dan banyak rumah adat
yang berasal dari 27 propinsi di
Indonesia.
di dalam
Taman Mini,
dari 27
provinsi,
di Indonesia
banyak sekali
orang-orang,
banyak
rumah
8. Di dalam rumah adat banyak alat-
alat yang dipakai pada masa lalu
oleh suku-suku Indonesia dan ada
juga pertunjukan-pertunjukan adat
yang dilakukan di depan rumah adat.
di dalam
rumah adat,
di depan
rumah adat
suku-suku
Indonesia
10.
Karena hari sudah mulai sore kami
kembali ke rumah dengan perasaan
puas.
ke rumah perasaan
puas
14.
Dalam perjalanan yang panjang
akhirnya kami sampai di rumah
dengan perasaan yang lega dan puas.
di rumah lega dan
puas
Jumlah 11 1 8 -
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dalam karangan yang berjudul
Pergi ke Taman Mini terdapat 20 penggunaan frasa dalam karangan narasi,
yaitu 11 penggunaan frasa eksosentris dan 9 penggunaan frasa endosentris,
dengan rincian penggunaan frasa endosentris koordinatif sebanyak 1 frasa,
penggunaan frasa endosentris atributif sebanyak 8 frasa, dan tidak adanya
penggunaan frasa endosentris apositif.
Frasa eksosentris yang banyak digunakan adalah frasa eksosentris direktif
atau disebut frasa preposisional yaitu ke, di, dari, seperti ke Taman Mini, di
Indonesia, dari 27 provinsi dll, dan frasa endosentris koordinatif yang digunakan
adalah frasa koordinatif yang menggunakan kata penghubung dan berfungsi
sebagai penambah atau aditif seperti lega dan puas, sementara itu frasa
endosentris atributif adalah frasa yang paling banyak digunakan, ada atribut yang
terletak di belakang inti atau unsur pusat (UP) seperti perasaan puas, ada atribut
yang terletak di depan inti seperti banyak rumah, dan atribut yang mengapit inti
tidak ada atau tidak digunakan oleh siswa (3).
36
Tabel 4
Penggunaan Frasa dalam Karangan Narasi (4)
No. Kalimat
Penggunaan Frasa
Eksosentris Endosentris
Koordinatif Atributif Apositif
1. Pada saat liburan kemarin, pada hari
senin saya menonton tv sambil
sarapan pagi tiba-tiba saya
mendengarkan bunyi dari Hp.
dari Hp hari senin pada saat
liburan
kemarin,
pada hari
senin
2. Saya pun melihat ada BBM dari
Salsabila Sekar, dia mengajakin
untuk bermain dirumah dia bersama
nafa, nita, dan elsa, tapi saya tidak
bisa karena saya sudah berjanji
dengan teman-teman SD untuk
reunian karena sudah lama tidak
bertemu lagi sejak lulus SD.
dari
Salsabila
Sekar,
dirumah
nafa, nita,
dan elsa
sudah
berjanji,
teman-
teman SD,
lulus SD
Salsabila
Sekar,
dia
mengajakin
4. Tidak terasa sudah jam 4 saya
sampai lupa belum sholat asar.
sholat asar
5. Akhirnya saya mengajak untuk
sholat berjamaah dimasjid dekat
rumah teman saya.
dimasjid teman
saya
7. Sampai pun saya dirumah saya
beristirahat sebentar lalu saya mandi
untuk bersiap-siap untuk sholat
magrib dimasjid dekat rumah
bersama teman-teman
dirumah,
dimasjid
beristiraha
t sebentar
9. Pada hari seterusnya saya cuma
dirumah saja, setelah saya sarapan
pagi saya membantu ibu saya
mencuci baju, memasak dan beres-
beres kamar, setelah itu saya mandi,
saya pun hanya menonton tv,
mendengarkan lagu, makan, sholat
dan tidur siang.
dirumah menonton tv,
mendengark