Penggunaan Dna Dalam Teknologi Forensik

download Penggunaan Dna Dalam Teknologi Forensik

of 15

description

4n6

Transcript of Penggunaan Dna Dalam Teknologi Forensik

1

Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik, artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme. Di antara perkecualian yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus).Sejarah DNADNA pertama kali berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich Miescher di Tubingen, Jerman, yang menamainya nuclein berdasarkan lokasinya di dalam inti sel. Namun demikian, penelitian terhadap peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal abad 20, bersamaan dengan ditemukannya postulat genetika Mendel. DNA dan protein dianggap dua molekul yang paling memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan teori tersebut.Dua eksperimen pada dekade 40-an membuktikan fungsi DNA sebagai materi genetik. Dalam penelitian oleh Avery dan rekan-rekannya, ekstrak dari sel bakteri yang satu gagal men-transform sel bakteri lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen Hershey dan Chase membuktikan hal yang sama dengan menggunakan pencari jejak radioaktif (radioactive tracers).Misteri yang belum terpecahkan ketika itu adalah: bagaimanakah struktur DNA sehingga ia mampu bertugas sebagai materi genetik? Persoalan ini dijawab oleh Francis Crick dan koleganya James Watson berdasarkan hasil difraksi sinar-x DNA oleh Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin. Crick, Watson, dan Wilkins mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini. Franklin, karena sudah wafat pada waktu itu, tidak dapat dianugerahi hadiah ini.Pengertian tentang Tes DNATes DNA adalah metode untuk mengidentifikasi fragmen-fragmen dari DNA itu sendiri atau dengan kata lain adalah metode untuk mengidentifikasi, menghimpun dan menginventarisir file-file khas karakter tubuh (Bambang Irawan. 2003. DNA fingerprinting pada Forensik, Biologi sebagai Bukti Kejahatan. Majalah Natural Edisi 7/Thn. V/April 2003. Bandar Lampung.

Tes DNA umumnya digunakan untuk 2 tujuan yaitu :1) Tujuan pribadi seperti penentuan perwalian anak atau penentuan orang tua dari anak2) Tujuan hukum, yang meliputi masalah forensik seperti identifikasi korban yang telah hancur, sehingga untuk mengenali identitasnya diperlukan pencocokan antara DNA korban dengan terduga keluarga korban ataupun untuk pembuktian kejahatan semisal dalam kasus pemerkosaan, pembunuhan dan terorisme. Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk sampel tes DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk 27 kasus-kasus forensik, sperma, daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis apa saja yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel tes DNA.DNA yang biasa digunakan dalam tes ada dua yaitu DNA mitokondria dan DNA inti sel. Perbedaan kedua DNA ini hanyalah terletak pada lokasi DNA tersebut berada dalam sel, yang satu dalam inti sel sehingga disebut DNA inti sel, sedangkan yang satu terdapat di mitokondria dan disebut DNA mitokondria. Untuk tes DNA, sebenarnya sampel DNA yang paling akurat digunakan dalam tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa berubah. DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya. Sebagai contoh untuk sampel sperma dan rambut. Yang paling penting diperiksa adalah kepala spermatozoanya karena didalamnya terdapat DNA inti, sedangkan untuk potongan rambut yang paling penting diperiksa adalah akar rambutnya. Tetapi karena keunikan dari pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA mitokondria dapat dijadikan sebagai marka (penanda) untuk tes DNA dalam upaya mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal. Untuk akurasi kebenaran dari tes DNA hampir mencapai 100% akurat. Adanya kesalahan bahwa kemiripan pola DNA bisa terjadi secara random (kebetulan) sangat kecil kemungkinannya, mungkin satu diantara satu juta. Jikapun terdapat kesalahan itu disebabkan oleh faktor human error terutama pada kesalahan interprestasi fragmen-fragmen DNA oleh operator (manusia). Tetapi dengan menerapkan standard of procedur yang tepat kesalahan human error dapat diminimalisir atau bahkan ditiadakan.

Metode Tes DNA28Metode tes DNA yang umumnya digunakan di dunia ini masih menggunakan metode konvensional yaitu elektroforesis DNA. Sedangkan metode tes DNA yang terbaru adalah dengan menggunakan kemampuan partikel emas berukuran nano untuk berikatan dengan DNA. Metode ini ditemukan oleh dua orang ilmuwan Amerika Serikat yaitu Huixiang Li dan Lewis Rothberg. Prinsip metode ini adalah mempergunakan untai pendek DNA yang disebut Probe yang telah diberi zat pendar. Probe ini dirancang spesifik untuk gen sampel tertentu dan hanya akan menempel/berhibridisasi dengan DNA sampel tersebut. Partikel emas berukuran nano dalam metode ini berperan dalam mengikat Probe yang tidak terhibridasi. Pendeteksian dilakukan dengan penyinaran pada panjang gelombang tertentu. Keberadaan DNA yang sesuai dengan DNA Probe dapat dilihat dari pendaran sampel tersebut. Jumlah DNA target tersebut kira-kira berbanding lurus terhadap intensitas pendaran sinar yang dihasilkan(M. Wahyu Rizal. 2005. Tes DNA: Mengendus Jejak Kejahatan. Majalah Natural Edisi 11/Th VII/Agustus 2005. Bandar Lampung). Keunggulan metode ini dibandingkan dengan metode konvensional adalah pada kecepatan dan harganya yang jauh lebih cepat dan murah dibandingkan metode elektroforesis DNA. Tetapi karena metode ini masih tergolong baru, sehingga masih dalam pengembangan di Inggris dan Amerika Serikat, sehingga untuk penguna (user) di Indonesia, sekarang ini belum dapat memanfaatkan fasilitas tersebut, karena memang belum terdapat di Indonesia.Tahapan Metode Tes DNAPada prinsipnya metode pembuktian melalui tes DNA melalui prosedur berikut ini :a. mengambil DNA dari salah satu organ tubuh manusia yang di dalamnya terdapat sel yang masih hidup;b. DNA yang telah diambil itu dicampur dengan bahan kimia yang berupa proteinase yang berfungsi untuk menghancurkan sel, sehingga 29 dalam larutan itu tercampur antara protein, karbohidrat, lemak, DNA dan lainnyac.memisahkan bagian-bagian lainnya selain DNA dengan menggunakan larutan fenol.Setelah langkah-langkah ini akan diketahui bentuk dari DNA yang berupa larutan kental dan akan tergambar pula identitas seseorang dengan cara membaca tanda-tanda/petunjuk-petunjuk yang terkandung di dalamnya (Taufiqul Hulam, 2002 : 128).Pengertian Genetic Finger Printing Genetic Finger Printing atau DNA finger print atau DNA sidik jari adalah salah satu metode analisis kejahatan di forensik.DNA finger print yang terdapat pada setiap individu/orang mempunyai sifat yang unik dan selalu berbeda untuk setiap orang atau individu. Tidak seperti sidik jari biasa atau fingerprintkonvensional yang terdapat pada ujung jari seseorang dan dapat dirubah dengan operasi, DNA finger print mempunyai kesamaan pada setiap sel, jaringan dan organ pada setiap individu. DNA finger print tidak dapat dirubah oleh siapapun dan dengan alat apapun. Oleh karena itulah DNA finger print adalah metode yang sangat akurat untuk membedakan antara orang yang satu dengan yang lainnya Metode DNA fingerprintPemeriksaan sidik DNA pertama kali diperkenalkan oleh Jeffreys pada tahun 1985. Pemeriksaan DNA fingerprint ini didasarkan atas adanya bagian DNA manusia yang termasuk daerah non-coding atau intron (tak mengkode protein) yang ternyata merupakan urutan basa tertentu yang berulang sebanyak n kali. 30 Bagian DNA ini tersebar dalam seluruh genom manusia sehingga dinamakan multilokus. Bagian DNA ini dimiliki oleh semua orang tetapi masing-masing individu mempunyai jumlah pengulangan yang berbeda-beda satu sama lain, sedemikian sehingga kemungkinan dua individu mempunyai dua fragmen DNA yang sama adalah sangat kecil sekali. Bagian DNA ini dikenal dengan nama Variable Number of Tandem Repeats (VNTR) dan umumnya tersebar pada bagian ujung dari kromosom. Seperti juga DNA pada umumnya, VNTR ini diturunkan dari kedua orangtua menurut hukum Mendel, sehingga keberadaannya dapat dilacak secara tidak langsung dari orangtua, anak maupun saudara kandungnya. Pemeriksaan sidik DNA diawali dengan melakukan ekstraksi DNA dari sel berinti, lalu memotongnya dengan enzim restriksi, sehingga DNA menjadi potongan-potongan. Potongan DNA ini dipisahkan satu sama lain berdasarkan berat molekulnya (panjang potongan) dengan melakukan elektroforesis pada gel agarose. Dengan menempatkan DNA pada sisi bermuatan negatif, maka DNA yang juga bermuatan negatif akan ditolak ke sisi lainnya dengan kecepatan yang berbanding terbalik dengan panjang fragmen DNA. Fragmen DNA yang telah terpisah satu sama lain di dalam agar lalu diserap pada suatu membran nitroselulosa dengan suatu metode yang dinamakan metode Southern blot. Membran yang kini telah mengandung potongan DNA ini lalu diproses untuk membuat DNA-nya menjadi DNA untai tunggal (proses denaturasi), baru kemudian dicampurkan dengan pelacak DNA yang telah dilabel dengan bahan radioaktiv dalam proses yang dinamakan hibridisasi. Pada proses ini pelacak DNA 31akan bergabung dengan fragmen DNA yang merupakan basa komplemennya.Untuk menampilkan DNA yang telah ber-hibridisasi dengan pelacak berlabel ini, dipaparkanlah suatu film diatas membran sehingga film akan terbakar oleh adanya radioaktiv tersebut (proses autoradiografi). Hasil pembakaran film oleh sinar radioaktiv ini akan tampak pada film berupa pita-pita DNA yang membentuk gambaran serupa Barcode (label barang di supermarket). Dengan metode Jeffreys dan menggunakan dua macam pelacak DNA pada umumnya dapat dihasilkan 20-40 buah pita DNA per-sampelnya. Pada kasus identifikasi mayat tak dikenal, dilakukan pembandingan pita korban dengan pita orang tua atau anak-anak tersangka korban. Jika korban benar adalah tersangka, maka akan didapatkan bahwa separuh pita anak akan cocok dengan ibunya dan separuhnya lagi cocok dengan pita ayahnya (Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik, UI, 1997 : 208-209).Analisis VNTR lainSetelah penemuan Jeffreys ini, banyak terjadi penemuan VNTR lain. Metode pemeriksaanpun menjadi beraneka ragam dengan menggunakan enzim restriksi, sistim labeling pelacak yang berbeda, meskipun semua masih menggunakan metode Southern blot seperti metode Jeffreys.Setelah kemudian ditemukan sesuatu pelacak yang dinamakan pelacak lokus tunggal (single locus), maka mulailah orang mengalihkan perhatiannya pada metode baru ini. Pada sistim pelacakan dengan pelacak tunggal, yang dilacak pada suatu pemeriksaan hanyalah satu lokus tertentu saja, sehingga pada analisis selanjutnya hanya akan didapatkan dua pita DNA saja. Karena pola penurunan DNA ini juga sama, maka satu pita berasal dari ibu dan pita satunya berasal dari ayah. 32 adanya jumlah pita yang sedikit ini menguntungkan karena interpretasinya menjadi lebih mudah dan sederhana. Keuntungan lain adalah ia dapat mendeteksi jumlah pelaku perkosaan. Secara umum, metode Jeffreys dan pelacak multilokus dianjurkan untuk kasus identifikasi personal, sedang untuk kasus perkosaan menggunakan metode dengan pelacak lokus tunggal (Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik, UI, 1997 : 209-210).

Pemeriksaan RFLPPolimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment Length Polymorphisms (RFLP) adalah suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat adanya variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan enzim restriksi tertentu. Suatu enzim restriksi mempunyai kemampuan untuk memotong DNA pada suatu urutan basa tertentu sehingga akan menghasilkan potongan-potongan DNA tertentu. Adanya mutasi tertentu pada lokasi pemotongan dapat membuat DNA yang biasanya dapat dipotong menjadi tak dapat dipotong sehingga terbentuk fragmen DNA yang lebih panjang. Variasi inilah yang menjadi dasar metode analisis RFLP (Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik, UI, 1997 : 210-211).Metode PCRMetode PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah suatu metode untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu secara in vitro dengan menggunakan enzim polymerase DNA (Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik, UI, 1997 : 211). Polymerase adalah enzim yang ada secara normal dalam tubuh makhluk hidup. Peran enzim tersebut adalah mengkopi materi biologi, meneliti dan mengkoreksi kopian dari DNA. Setelah enzim melekat pada DNA, DNA dobel helix tersebut terbentuk dua single strand DNA. Salah satu molekul DNA polimerase mengikat salah satu strand DNA, kemudian ikatan tersebut bergerak sepanjang strand dan kemudian mensintesis strand nukleotida dan setelah strand dikopi, dobel helix menutup 33 kembali. Diperlukan DNA original untuk dikopi, dua molekul primer yang berbeda untuk mengurung DNA yang utuh. Nukleotida diperlukan untuk kerangkanya, larutan buffer dan taq DNA polymerase. Dua primer diperlukan untuk mengkomplement, satu strand DNA pada awal daerah target dan primer kedua diperlukan untuk mengkomplement strand lainnya pada akhir daerah target. Prosedur pemeriksaan DNA Fingerprint dengan menggunakan tehnik PCR yaitu:(a) Isolasi DNADNA harus diperoleh dari sel atau jaringan tubuh. Hanya dalam jumlah sedikit jaringan seperti darah, rambut atau kulit yang bila perlu dapat dilakukan penggandaan dengan Polimerase Chain Reaction (PCR). Biasanya satu helai rambut sudah cukup untuk uji DNA fingerprint ini.(b) Memotong, mengukur dan mensortirEnzim yang khusus disebut enzim restriksi digunakan untuk memotong bagian-bagian tertentu. Misalnya enzim Eco Ri, yang ditemukan dalam bakteri akan memotong DNA yang mempunysi sequen GAATT. Potongan DNA disortir menurut ukuran dengan teknik penyaringan disebut elektrophoresis. Potongan DNA dilewatkan gel yang dibuat dari agarose (diproduksi dari rumput laut).(c) Transfer DNA ke nylonDistribusi potongan DNA ditransfer pada sehelai nylon dengan menempatkan nylon tersebut di atas gel dan direndam selama 1 malam.34(d) Probing Dengan menambahkan radioaktiv atau pewarna probe pada sehelai nylon menghasilkan DNA fingerprint. Setiap probe seperti batang pendek (pita) hanya 1 atau 2 tempat yang khas pada helaian nylon tersebut. (e) DNA FingerprintTahapan akhir DNA Fingerprint dibuat dengan menggunakan beberapa probe (5-10 atau lebih), biasanya menyerupai pita-pita DNA Penggunaan/aplikasi DNA FingerprintDNA Fingerprint banyak digunakan dalam berbagai bidang ilmu baik untuk kesehatan manusia, penelitian biologi, dunia medis dan untuk pembuktian peristiwa kriminal atau forensik. Untuk mendiagnosis kelainan keturunan suatu program penelitian kelainan genetik yang diturunkan dapat dilakukan pada janin yang belum dilahirkan maupun bayi yang baru dilahirkan, telah dikembangan pada berbagai rumah sakit didunia. Kelainan tersebut meliputi kejadian cystik fibrosis, haemophilia, Huntingtons disease, famili alzhemers, sickle cell anemia, thalasemia dan lainlainnya. 35 pendeteksian kelainan tersebut lebih awal akan memudahkan dokter atau ahli medis untuk melakukan pengobatan pada anak yang menderita kelainan tersebut. Suatu program pengobatan kelainan genetik menggunakan DNA fingerprint sebagai informasi untuk orang tuanya mengenai resiko dari kelainan tersebut pada anaknya. Pada program lain informasi pada orang tuanya mengenai DNA fingerprint pada bayi yang masih dalam kandungan mengalami kelainan genetik dan tindakan apa yang akan dilakukan.Pengembangan penelitian mengenai kelainan genetic, program penelitian difokuskan pada gangguan kelainan yang diturunkan pada kromosom, hal ini perlu diinformasikan apa yang terdapat pada DNA fingerprint. Dengan mempelajari DNA fingerprint pada orang yang menderita kelainan tertentu atau membandingkan dengan kelompok orang normal atau penderita kelainan akan dapat diidentifikasi bentuk DNA yang berhubungan dengan kelainan tersebut.Bukti biologic, barang bukti DNA Fingerprint telah sering digunakan pada laboratorium kriminal kepolisian yaitu darah, rambut, semen dan sebagainya. Seperti peristiwa teror bom Bali banyak bukti bahan biologik telah diuji DNA fingerprintnya untuk menentukan korban dan identifikasi korban Penggunaan DNA Dalam TeknologiDNA dalam forensicIlmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah, semen, kulit, liur atau rambut yang tersisa di tempat kejadian kejahatan untuk mengidentifikasi kemungkinan tersangka, sebuah proses yang disebut fingerprinting genetika atau pemrofilan DNA (DNA profiling). Dalam pemrofilan DNA panjang relatif dari bagian DNA yang berulang seperti short tandem repeats dan minisatelit, dibandingkan. Pemrofilan DNA dikembangkan pada 1984 oleh genetikawan Inggris Alec Jeffreys dari Universitas Leicester, dan pertama kali digunakan untuk mendakwa Colin Pitchfork pada 1988 dalam kasus pembunuhan Enderby di Leicestershire, Inggris. Banyak yurisdiksi membutuhkan terdakwa dari kejahatan tertentu untuk menyediakan sebuah contoh DNA untuk dimasukkan ke dalam database komputer. Hal ini telah membantu investigator menyelesaikan kasus lama di mana pelanggar tidak diketahui dan hanya contoh DNA yang diperoleh dari tempat kejadian (terutama dalam kasus perkosaan antar orang tak dikenal). Metode ini adalah salah satu teknik paling terpercaya untuk mengidentifikasi seorang pelaku kejahatan, tetapi tidak selalu sempurna, misalnya bila tidak ada DNA yang dapat diperoleh, atau bila tempat kejadian terkontaminasi oleh DNA dari banyak orang.

DNA dalam komputasiDNA memainkan peran penting dalam ilmu komputer, baik sebagai masalah riset dan sebagai sebuah cara komputasi. Riset dalam algoritma pencarian string, yang menemukan kejadian dari urutan huruf di dalam urutan huruf yang lebih besar, dimotivasi sebagian oleh riset DNA, dimana algoritma ini digunakan untuk mencari urutan tertentu dari nukleotida dalam sebuah urutan yang besar. Dalam aplikasi lainnya seperti editor text, bahkan algoritma sederhana untuk maslah ini biasanya mencukupi, tetapi urutan DNA menyebabkan algoritma-algoritma ini untuk menunjukkan sifat kasus-mendekati-terburuk dikarenakan jumlah kecil dari karakter yang berbeda.Teori database juga telah dipengaruhi oleh riset DNA, yang memiliki masalah khusus untuk menaruh dan memanipulasi urutan DNA. Database yang dikhususkan untuk riset DNA disebut database genomik, dam harus menangani sejumlah tantangan teknis yang unik yang dihubungkan dengan operasi pembandingan kira-kira, pembandingan urutan, mencari pola yang berulang, dan pencarian homologi.Teknologi DNA Menawarkan Aplikasi bagi Kepentingan ForensikPada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dalam jumlah kecil dapat tertinggal di tempat kejadian perkara (TKP) atau pada pakaian atau barang-barang lain milik korban atau penyerangnya. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat ditemukan dari tubuh korban. Jika jaringan atau air mani cukup tersedia, maka laboratorium forensik dapat menentukan jenis darah atau jenis jaringan dengan menggunakan antibodi untuk menguji protein permukaan-sel yang spesifik. Akan tetapi, pengujian seperti ini membutuhkan jaringan yang agak segar dalam jumlah yang relatif banyak. Selain itu, karena terdapat banyak orang dalam populasi dengan jenis darah autau jaringan yang sama, pendekatan ini tidak dapat memberikan bukti kuat tentang pelakunya.Di lain pihak, pengujian DNA dapat mengidentifikasi pelaku dengan derjat kepasian yang jauh lebih tinggi, karena urutan DNA setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar identik). Analisis RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism) dengan Southern blotting merupakan mtode ampuh untuk pendeteksian kemiripan dan prbedaan sampel DNA dan hanya embutuhkan darah atau jaringan lain dalam jumlah yang sangat sedikit (kira-kira 1.000 sel). Misalnya, dalam kasus pembunuhan metode ini dapat digunakan untuk membandingkan sampel DNA dari tersangka, korban, dan sedikit darah yang dijumpai di TKP. Probe radioaktfi menandai pita elektroforesis yang mengandung penanda RFLP tertentu. Biasanya saintis forensik menguji kira-kira lima penanda: dengan kata lain hanya beberapa bagian DNA yang diuji. Akan tetapi, rangkaian penanda dari suatu individu yang demikian sedikit pun sudah dapat memberikansidikjari DNA, atau ola pita spesifik yang berguna untuk forensik karena probabilitas bahwa dua orang (yang bukan kembar identik) akan memiliki rangkaian penanda RFLP yang tepat sama adalah sangat kecil.Saat ini, sebagai ganti RFLP, variasi dalam panjang DNA satelit semakin banyak digunakan sebagai penanda untuk penyidikjarian DNA. Bahwa DNA satlit terdiri atas urutan basa yang berulang secara tandem (berurut) di dalam genomnya. Urutan satelit yang beranfaat untuk keperluan forensik ialah mikrosatelit yang panjangnya kira-kira 10-100 passangan basa, yang memiliki unit berulang hanya beberapa pasangan basa, dan yang sangat bervariasidari satu orang ke orang yang lain. Misalnya satu individu dapat saja memiliki unit ACA yang berulang 65 kali pada satu lokus genom, 118 kali pada lokus kedua, dan seterusnya, sementara individu lain agaknya akan memiliki jumlah perulangan yang berbeda pada lokus-lokus tersebut. Lokus genetik polimorfik tersebut biasanya disebut perulangan tandem sederhana (STRSimple Tandem Repeat). Fragmen retriksi yang mengandung STR bervariasi ukurannya di antara individu-individu karena perbedaan dalam panjang STR, dan bukannya disebabkan oleh perbedaan jumlah tempat retriksi di dalam daerah genom, seperti dalam analisis RFLP. Semakin banyak penanda yang diperiksa dalam suatu sampel DNA akan semakin unik sidikjari DNA menggambarkan satu individu. PCR (Polymerase Chain ReactionReaksi Rantai Polimerase) sering digunakan untuk secara selektif memperkuat STR tertentu atau penanda lain sebelum elektroforesis. Karena kekuatan selektifnya, PCR sangat bernilai apabila DNA-nya dalam keadaan buruk atau tersedia hanya dalam jumlah yang sangat kecil. Sampel jaringan sekecil 20 sel sudah mencukupi untuk PCR.Sidikjari DNA seseorang akan bear-benar unik jika memang layak untuk meakukan analisis fragmen retriksi pada seluruh genom orang tersebut. Pada prakteknya, seperti yang telah dijelaskan, pengujian sidikjari DNA berfokus hanya pada kira-kira lima daerah yang sangat kecil dari suatu genom. Akan tetapi, daerah DNA yang dipilih merupakan daerah yang diketahui sangat bervariasi dari satu orang ke orang lainnya. Pada sebagian kasus forensik, robabilitas dua orang memiliki sidikjari DNA yang sama ialah antara satu dlam 100.000 hingga satu dalam satu miliar. Angka yang tepat tergantung pada jumlah penanda yang dibandingkan dan pada frekuensi penanda ini dalam populasinya. Informasi tentang bagaimana berbagai penanda yang sama berada dalam kelompok etnik yang berbeda adalah merupakan kuncinyakarena frekuensi penanda ini dapat sangat berbeda dari frekuensi pada populasi itu secara keseluruhan. Data seperi ini sekarang telah membuat para saintis dapat membuat perhitungan statistik yang sangat akurat. Dengan demikian, meskipun ada masalah-masalah yang timbul dari data statistik yang tidak mencukupi, kesalahan manusia (human error), atau bukti cacat, sidikjari DNA sekarang diterima sebagai bukti penguat oleh pakar hukum dan saintis sejenis. Banyak argumentasi mengatakan bahwa bukti DNA lebih handal daripada saksi mata dalam menempatkan tersangka pada TKP. Pengadilan pembunuhan O.J. Simpson pada tahun 1995 membuatsidikjari DNAmenjadi istilah rumahtangga, dan jenis bukti ini akan memiliki dampak forensik yang meningkat.

Kesimpulan

Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah, semen, kulit, liur atau rambut untuk berbagai macam penelitian. Pengujian DNA dapat mengidentifikasi pelaku dengan derajat kepasian yang jauh lebih tinggi, karena urutan DNA setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar identik). DNA Fingerprint banyak digunakan dalam berbagai bidang ilmu baik untuk kesehatan manusia, penelitian biologi, dunia medis dan untuk pembuktian peristiwa kriminal atau forensik. Suatu program pengobatan kelainan genetik menggunakan DNA fingerprint sebagai informasi untuk orang tuanya mengenai resiko dari kelainan tersebut pada anaknya.

Daftar Pustaka

http://web.ebscohost.com (http://wwwjingga-senja.blogspot.com/2009/04/dna-fingerprintmetode-baru analisis.html, diakses pada tanggal 23 Agustus 2011).

Sara Afari Gadro. http://yukiicettea.blogspot.com/2009/10/forensik-identifikasiforensik.html [23 Agustus 2011 pukul 19.45].

R. Soegandhi. Aplikasi Ilmu Kedokteran Forensik untuk Identifikasi. Yogyakarta : Medika, Fakultas Kedokteran UGM.