Penggunaan Biokatalisator Pada Budidaya Udang Galah (Murtiati,

8
Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah (Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana) 19 PENGGUNAAN BIOKATALISATOR PADA BUDIDAYA UDANG GALAH Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana Abstrak Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk mengatasi terjadinya penurunan lingkungan. Salah satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis plankton feeder diharapkan dapat mengurangi blooming plankton. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mengetahui efektifitas penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada kolam pembesaran udang galah, sedang target yang ingin dicapai adalah informasi teknik penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada pembesaran udang galah Kegiatan ini dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, mulai bulan Maret hingga Desember 2006. Wadah yang digunakan pada kegiatan adalah berupa kolam tanah dengan ukuran 200 m 2 . Hewan uji yang digunakan adalah ikan bandeng dan benih tokolan udang galah. Metode yang dilakukan pada kegiatan ini : ikan dipelihara dalam dalam hapa yang diletakkan pada sisi- sisi kolam sejumlah 3 buah. Ikan ditanam dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m 3 dengan padat tebar 100 ekor/m 2 pada kolam pemeliharaan udang, dan tanpa pemberian pakan karena diharapkan ikan cukup memanfaatkan plankton yang tumbuh di kolam. Parameter yang diamati adalah parameter kualitas air yang meliputi : suhu, pH, DO, CO2, Alkalinitas, NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P, kelimpahan plankton. Sebagai data pendukung dilakukan sampling satu bulan sekali untuk mengetahui pertumbuhan hewan uji yaitu udang dan bandeng. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan ikan sebagai biokatalisator ada kecenderungan untuk menjaga keseimbangan lingkungan dalam menjaga kestabilan kelimpahan plankton dan beberapa parameter fisik dan kimia air seperti : pH air, oksigen terlarut, amoniak, nitrit dan nitrat. Sintasan udang mencapai (68,23-80,16) % dan sintasan bandeng berkisar (31,25-48,75) %. PENDAHULUAN Latar belakang Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De Man ) merupakan komoditas air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta pangsa pasar yang besar baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Usaha budidaya udang galah dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan baik perluasan lahan pemeliharaan maupun berkembangnya sistem polikultur di lahan tambak . Namun pada kenyataannya keterbatasan jumlah benih dan stok yang tidak kontinyu ternyata masih menjadi kendala utama dalam usaha pengembangan budidaya udang galah. Masalah teknis yang dihadapi pada awal perkembangan budidaya udang adalah ketidak sesuaian konstruksi kolam, tidak cukupnya pasokan air, belum terdapatnya teknologi produksi yang tepat guna, sebagai contoh pengolahan tanah dasar tambak dan teknik pembesaran. Menurut Murjiyo (1998), permasalahan yang dihadapi pada tahun 1980-an adalah teknik pembesaran untuk mencapai ukukan yang ditargetkan dan produksi maksimum, serta untuk mengoptimumkan penggunaan pakan dan meminimumkan tingkat kematian udang selama pemeliharaan. Sedang pada akhir-akhir ini kegagalan produksi banyak disebabkan oleh timbulnya penyakit dan penurunan kualitas lingkungan. Penurunan kualtas lingkungan pada umumnya disebabkan oleh pencemaran dari luar serta

Transcript of Penggunaan Biokatalisator Pada Budidaya Udang Galah (Murtiati,

Page 1: Penggunaan Biokatalisator Pada Budidaya Udang Galah (Murtiati,

Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah (Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

19

PENGGUNAAN BIOKATALISATOR PADA BUDIDAYA UDANG GALAH

Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana

Abstrak

Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk mengatasi terjadinya penurunan lingkungan. Salah satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis plankton feeder diharapkan dapat mengurangi blooming plankton.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mengetahui efektifitas penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada kolam pembesaran udang galah, sedang target yang ingin dicapai adalah informasi teknik penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada pembesaran udang galah

Kegiatan ini dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, mulai bulan Maret hingga Desember 2006. Wadah yang digunakan pada kegiatan adalah berupa kolam tanah dengan ukuran 200 m2. Hewan uji yang digunakan adalah ikan bandeng dan benih tokolan udang galah.

Metode yang dilakukan pada kegiatan ini : ikan dipelihara dalam dalam hapa yang diletakkan pada sisi-sisi kolam sejumlah 3 buah. Ikan ditanam dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan padat tebar 100 ekor/m2 pada kolam pemeliharaan udang, dan tanpa pemberian pakan karena diharapkan ikan cukup memanfaatkan plankton yang tumbuh di kolam.

Parameter yang diamati adalah parameter kualitas air yang meliputi : suhu, pH, DO, CO2, Alkalinitas, NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P, kelimpahan plankton. Sebagai data pendukung dilakukan sampling satu bulan sekali untuk mengetahui pertumbuhan hewan uji yaitu udang dan bandeng.

Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan ikan sebagai biokatalisator ada kecenderungan untuk menjaga keseimbangan lingkungan dalam menjaga kestabilan kelimpahan plankton dan beberapa parameter fisik dan kimia air seperti : pH air, oksigen terlarut, amoniak, nitrit dan nitrat. Sintasan udang mencapai (68,23-80,16) % dan sintasan bandeng berkisar (31,25-48,75) %.

PENDAHULUAN

Latar belakang

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De

Man ) merupakan komoditas air tawar yang memiliki

nilai ekonomis tinggi serta pangsa pasar yang besar

baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor.

Usaha budidaya udang galah dewasa ini

mengalami perkembangan yang cukup

menggembirakan baik perluasan lahan pemeliharaan

maupun berkembangnya sistem polikultur di lahan

tambak . Namun pada kenyataannya keterbatasan

jumlah benih dan stok yang tidak kontinyu ternyata

masih menjadi kendala utama dalam usaha

pengembangan budidaya udang galah.

Masalah teknis yang dihadapi pada awal

perkembangan budidaya udang adalah ketidak

sesuaian konstruksi kolam, tidak cukupnya pasokan

air, belum terdapatnya teknologi produksi yang tepat

guna, sebagai contoh pengolahan tanah dasar tambak

dan teknik pembesaran. Menurut Murjiyo (1998),

permasalahan yang dihadapi pada tahun 1980-an

adalah teknik pembesaran untuk mencapai ukukan

yang ditargetkan dan produksi maksimum, serta untuk

mengoptimumkan penggunaan pakan dan

meminimumkan tingkat kematian udang selama

pemeliharaan. Sedang pada akhir-akhir ini kegagalan

produksi banyak disebabkan oleh timbulnya penyakit

dan penurunan kualitas lingkungan.

Penurunan kualtas lingkungan pada umumnya

disebabkan oleh pencemaran dari luar serta

Page 2: Penggunaan Biokatalisator Pada Budidaya Udang Galah (Murtiati,

Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

20

pengotoran karena kegiatan budidaya. Pencemaran

dari luar budidaya meliputi antara lain : buangan

industri, buangan dari kegiatan pertanian dan buangan

rumah tangga. Selain itu pengotoran karena kegiatan

budidaya itu sendiri, yaitu berupa sisa pakan dan

buangan dari proses metabolisme hewan yang

dibudidayakan. Apabila masukan buangan ini

berlangsung terus menerus akan memberikan dampak

negatif terhadap lingkungan budidaya, yaitu terjadi

blooming plankton yang pada akhirnya akan

menyebabkan kegagalan panen.

Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa

hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk

mengatasi terjadinya penurunan lingkungan. Salah

satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis

plankton fider diharapkan dapat mengurangi blooming

plankton. Selain pemanfaatan plankton dengan

penggunaan biokatalisator berupa ikan ini akan

memberikan dampak positif lainnya yaitu

penambahan pendapatan dan produksi kegiatan

budidaya itu sendiri.

Tujuan dan Target

Tujuan

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan

mengetahui efektifitas penggunaan ikan sebagai

biokatalisator pada kolam pembesaran udang galah.

Target

Target yang ingin dicapai adalah informasi

teknik penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada

pembesaran udang galah dan penambahan pendapatan

hasil kegiatan budidaya udang.

TINJAUAN PUSTAKA

Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Man)

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De

Man) merupakan komoditas air tawar yang memiliki

nilai ekonomis tinggi serta pangsa pasar yang besar,

baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Usaha

budidaya udang galah dewasa ini mengalami

perkembangan yang cukup menggembirakan barik

berupa perluasan lahan pemeliharaan maupun

berkembangnya sistem polikultur di lahan tambak.

Dalam usaha merebut pasar udang galah

diperlukan adanya kesinambungan produksi, sehingga

diperlukan adanya suplai benih udang galah dalam

jumlah yang mencukupi dan tepat waktu. Namun

kenyataannya keterbatasan jumlah benih dan stok

yang tidak kontinyu ternyata masih menjadi kendala

utama dalam usaha pengembangan budidaya udang

galah. Ketidak kontinyuan ini salah satu faktornya

adalah disebabkan oleh lingkungan media

pemeliharaan yang kurang mendukung.

Manajemen lingkungan merupakan salah satu

aspek penting yang berperan sangat besar dalam

keberhasilan usaha pembenihan udang galah.

Sebagaimana hewan akuatik lainnya, aktivitas hudip

udang galah sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungannya, bahkan udang galah memiliki

kerentanan yang tinggi terhadap kualitas media

pemeliharaan yang kurang baik (Hadie & Hadie,

1993). Proses ganti kulit (moulting) pada udang galah

yang merupakan kondisi rentan terhadap perubahan

lingkungan dan serangan patogen, juga menjadi dasar

pentingnya manajemen lingkungan pemeliharaan

secara seksama.

Produk Probiotik

Probiotik adalah mikroba yang merupakan bahan

tambahan di peraian (Moriarty, 1998). Umumnya

bakteri probiotik terdiri dari bakteri nitrifiying dan

atau bakteri heterotrofik (Gatesoup, 1999). Bakteri

heterotrofik adalah bakteri yang mengkonsumsi

oksigen untuk mengahsilkan karbodioksida dan

amoniak pada saat proses oksidasi. Sedangkan bakteri

autrofik nitrtiying mengkonsumsi oksigen dan

karbondioksida pada saat oksidasi amoniak dengan

produk akhirnya nitrat (Moriarty, 1996)

Page 3: Penggunaan Biokatalisator Pada Budidaya Udang Galah (Murtiati,

Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah (Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

21

Menurut Stark dan Wilson (1986) dalam Adang

(1999), probitotik adalah mikroorganisme hidup non

phatogen yang diberikan pada hewan untuk perbaikan

laju pertumbuhan, efesiensi konsumsi ransum dan

kesehatan hewan. Selanjutnya Fuller (1989) dalam

Gandara (2003) mengatakan bahwa probiotik adalah

feed additive berupa mikroba hidup menguntungkan

yang mempengaruhi induk semang melalui perbaikan

keseimbangan mikroorganisme dalam salyran

pencernaan.

Probiotik dapat berupa satu atau beberapa jenis

mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur

campuran). Spesies yang sering digunakan adalah

Lactobacillus sp., Leuconoctoc sp., Pedioccus sp.,

Propinibactereium sp. dan Bacillus sp. Daari spesies

ragi meliputi Saccharomyces cerevissiae dan Candida

pintolopesi, serta jamur meliputi Aspergillus niger dan

Aspegillus oryzae (Fuller, 1992 dalam Gandara 2003).

Peranan bakteri probiotik sebagai kontrol

biologis pada sistem budi daya (Garriques dan

Arevalo, 1995) adalah:

1. Menekan pertumbuhan bakteri patogen

2. Mempercepat degradasi bahan organik dan limbah

3. Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial

4. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan pada tanaman, misal Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut pospat.

5. Memfiksasi nitrogen

6. Mengurangi pupuk dan pestisida

Dengan adanya probiotik maka proses degradasi

bahan organik pada dasar tambak akan lancar,

sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi

pertumbuhan plankton. Bahan organik yang

mengalami mineralisasi oleh jasad pengurai

(probiotik) akan diubah menjadi bahan anorganik

seperti nitrat dan pospat. Bahan organik ini dapat

digunakan secara langsung oleh fitoplankon dalam air

untuk kelangsungan hidupnya. Fitoplankton

merupakan makanan bagi zooplankto, sehingga

jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan

tersebut menjadi subur. Zooplankton merupakan

pakan alami bagi sebagian besar larva ikan, termasuk

larva ikan mas. Dengan demikian maka ketersediaan

pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga.

Biokatalisator

Biokatalisator adalah pemanfaatan organisme/

makhluk hidup yang digunakan sebagai penyeimbang

di dalam suatu kegiatan. Biokatalisator di dalam dunia

perikanan dapat berupa bahan bioremedian atau

beberapa jenis ikan yang bersifat pemakan plankton

atau tanaman air lainnya. Beberapa jenis ikan yang

dapat digunakan sebagai biokatalisator diantaranya

adalah tilapia, bandeng atau belanak. Biokatalisator

ini nyata membantu mempertahankan kondisi air

kolam dan menimbulkan green water. Ikan dapat

ditebar dengan kepadatan 5000-1000 ekor/ha

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan yang digunakan pada kegiatan ini hewan

uji ikan bandeng air tawar ukuran 5-8 cm, benih

tokolan udang galah ukuran 10 gram, bahan kimia

untuk analisa kualitas air, pakan udang, pupuk, kapur

dan probiotik.

Peralatan yang digunakan berupa peralatan

perikanan meliputi : waring, lambit, scop net, kawat

saringan dan lain-lain, peralatan analisa air yang teridi

dari : pipet, erlenmeyer, becker glass, buret, tabung

nessler, botol sampel, serta alat-alat lain dibutuhkan.

Metode

Kegiatan ini dilakukan di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, mulai

bulan Maret hingga Desember 2006. Wadah yang

digunakan pada kegiatan adalah berupa kolam tanah

Page 4: Penggunaan Biokatalisator Pada Budidaya Udang Galah (Murtiati,

Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

22

dengan ukuran 200 m2. Hewan uji yang digunakan

adalah ikan bandeng dan benih tokolan udang galah.

Perlakuan adalah sistem polikultur dengan satu

perlakuan dan kontrol, sedang ulangan digunakan

dengan ulangan waktu. Lama pemeliharaan selama 4

bulan. Pengelolaan kolam dengan pemberian pupuk

yang di fermentasi dengan probiotik selama 7 hari,

selanjutnya dimasukan air dan tiga hari kemudian

dimasukan ikan.

Udang ditebar di kolam dengan padat tebar 10

ekor/m2. Pemberian pakan untuk udang berupa pellet

udang, dosis pemberian pakan 3% meningkat, dengan

frekuensi pemberian pakan sebanyak 5 kali sehari.

Sedang untuk ikan dipelihara dalam dalam hapa

yang diletakkan pada sisi-sisi kolam sejumlah 3 buah.

Ikan ditanam dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan

padat tebar 100 ekor/m2. Pemberian pakan untuk tidak

dilalukan untuk ikan, karena diharapkan ikan cukup

memanfaatkan plankton yang tumbuh di kolam.

Parameter yang diamati adalah parameter

kualitas air yang meliputi : suhu, pH, DO, CO2,

Alkalinitas, NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P,

kelimpahan plankton. Sebagai data pendukung

dilakukan sampling satu bulan sekali untuk

mengetahui pertumbuhan hewan uji yaitu udang dan

bandeng.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari kegiatan pemanfaatan biokatalisator

berupa ikan bandeng pada pemeliharaan udang galah

terhadap kondisi kualitas air kolam, di peroleh hasil

sebagai berikut :

Pengamatan Kualitas Air

Pengukuran Suhu Air

Dari hasil pengukuran suhu selama uji coba

tersebut menunjukkan bahwa pada minggu 1 suhu

cenderung rendah rata-rata 230C, ini terjadi terjadi

pada ketiga perlakuan minggu ke 2 mulai naik sampai

250C. Namun kemudian pada minggu ke 3 turun dan

stabil sampai pada minggu ke 7, selanjutnya naik

kembali mencapai kisaran 25-26,50C dan pada akhir

percobaan menunjukkan kecenderungan menurun

(Gambar 1).

Gambar 1. Fluktuasi Suhu selama kegiatan

Hasil pengukuran suhu menunjukkan bahwa

suhu antar kolam uji tidak menunjukkan perbedaan,

yaitu pada kontrol berkisar antara 23,0-26,70C, pada

perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik

EM4 berkisar 21,0-26,20C dan pada

Perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan

probiotik MBPI berkisar 22,0-26,50C. Nilai kisaran

suhu dari hasil pengamatan ini masih memenuhi

kisaran yang layak untuk pertumbuhan ikan, namun

belum optimal. Menurut Effendi, H (2003) kisaran

optimal untuk menunjang pertumbuhan ikan berkisar

25-30 0C.

Penggunaan biokatalisator ikan bandeng dan

pemberian probiotik EM4 maupun MBPI tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap suhu

Pengukuran pH Air

Nilai pH (derajat keasaman) selama kegiatan

berlangsung menunjukkan bahwa nilai pH pada kolam

perlakuan (B & C) relatif stabil berkisar 6-8, sedang

pada kolam kontrol (A) menunjukkan fluktuasi yang

cenderung lebar yaitu berkisar antara 6 sampai 9.

Fluktuasi Suhu

21222324252627

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Minggu keS

uhu

(0C

)

ABC

Page 5: Penggunaan Biokatalisator Pada Budidaya Udang Galah (Murtiati,

Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah (Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

23

Hasil pengukuran pH disajikan pada Gambar 2

berikut:

Gambar 2. Fluktuasi pH selama Kegiatan

Penggunaan biokatalisator ikan bandeng dan

probiotik EM4 serta MBPI tidak memberikan

perbedaan terhadap nilai pH. Hal ini terlihat bahwa

nilai pH antar kolam uji dan kontrol menunjukkan

pola yang sama dan berada pada kisaran yang layak

untuk kehidupan ikan. Boyd (1982) menyatakan

bahwa kisaran pH yang dapat menunjang

pertumbuhan ikan adalah 6.5-9. Nilai kisaran pH pada

kontrol 6,0-8,6; pada kolam perlakuan biokatalisator

ikan bandeng dan EM4 berkisar 6,0-7,99; sedang pada

kolam perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan

MBPI berkisar 6,0-8,52.

Pengukuran Oksigen Terlarut (DO2) Air

Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut

menunjukkan bahwa pada kolam kontrol konsentrasi

oksigen terlarut berkisar 1,24-4,84 mg/L; kolam

perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan EM4 (B)

berkisar 0,85-8,24 mg/L; sedang kolam perlakuan

biokatalisator ikan bandeng dan MBPI berkisar 1,23-

5,89 mg/L. Nilai kisaran pada ketiga kolam uji masih

dalam batas kelayakan untuk pertumbuhan ikan.

Namun demikian terlihat bahwa kolam perlakuan

dengan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik

EM4 maupun MBPI (C) memberikan pengaruh yang

baik pada peningkatan kadar oksigen terlarut, yaitu

pada kolam perlakuan ikan bandeng dan EM4

konsentrasi tertinggi mencapai 8,24 mg/l dan pada

kolam perlakuan ikan bandeng dan MBPI 5,89 mg/l.

Perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik

EM4 memberikan pengaruh lebih baik dari perlakuan

biokatalisator ikan bandeng dan MBP-I. Hasil

pengukuran oksigen terlarut disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Fluktuasi O2 terlarut selama Kegiatan

Pengukuran Amoniak (NH3-N)

Hasil pengukuran kandungan ammonia (Gambar

4) menunjukkan kisaran konsentrasi yang cukup lebar,

yaitu pada kolam kontrol berkisar 0,044-2,05 mg/L;

0,015-2,24 mg/L untuk kolam perlakuan

biokatalisator dan probiotik EM4; dan 0,03-2,04 mg/l

untuk kolam perlakuan biokatalisator dan probiotik

MBPI. Dari ketiga data ini dapat dilihat bahwa kolam

perlakuan biokatalisator dan probiotik MBPI,

kandungan ammonia cenderung lebih rendah daripada

kolam kontrol maupun kolamperlakuan biokatalisator

dan MBPI. Namun secara keseluruhan, konsentrasi

maksimum pada ketiga kolam relatif tinggi dan telah

melebihi kisaran yang disarankan untuk pemeliharaan

ikan yaitu < 1 mg/l (Pescod, 1973).

Fluktusi Oksigen

0.0001.0002.0003.0004.000

5.0006.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Minggu ke

Kon

sent

rasi

(mg/

l)

AB

C

Fluktuasi Ammonia

0.000

0.500

1.000

1.500

2.000

2.500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Minggu ke-

Kon

sent

rasi

(mg/

L)

ABC

Fluktuasi pH

0

2

4

6

8

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Minggu ke

Nila

i pH A

B

C

Page 6: Penggunaan Biokatalisator Pada Budidaya Udang Galah (Murtiati,

Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

24

Gambar 4. Fluktuasi Amoniak (NH3-N) Terlarut selama Kegiatan

Pengukuran Nitrit (NO2-N)

Konsentrasi nitrit pada kolam kontrol, kolam

perlakuan biokatalisator + EM4, dan kolam perlakuan

biokatalisator + MBPI berturut-turut adalah 0.022-

0.254 mg/l, 0.018-0.382 mg/l dan 0.023-0.178 mg/l.

Konsentrasi nitrit maximum yang diperbolehkan

dalam kegiatan budidaya ikan adalah < 0.06 mg/l

(Effendi, H, 2003). Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa perlakuan biokatalisator dan probiotik MBPI

memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan

perlakuan biokatalisator dan probiotik EM4

(Gambar 5).

Gambar 5. Fluktuasi Nitrit (NO2-N) Terlarut selama Kegiatan

Pengukuran Nitrat (NO3-N)

Gambar 6. Fluktuasi Nitrat (NO2-N) Terlarut selama Kegiatan

Konsentrasi nitrat maksimum pada kolam

kontrol, yaitu berkisar 0,03-4,2 mg/L. Sedangkan

kandungan nitrat pada kolam perlakuan biokatalisator

+ probiotik MBPI lebih besar daripada kolam

perlakuan biokatalisator + EM4 (Gambar 6).

Keberadaan nitrat yang tinggi tidak membahayakan

bagi kehidupan ikan bahkan menunjukkan tingkat

kesuburan kolam. Dengan demikian, dapat dilihat

bahwa kolam perlakuan biokatalisator + probiotik

MBPI cenderung lebih subur daripada kolam

perlakuan biokatalisator + probiotik EM4.

Pengukuran CO2 (karbondioksida)

Konsentrasi karbondioksida pada kolam

perlakuan biokatalisator relatif lebih tinggi

dibandingkan kolam kontrol, yaitu 0-39,9 mg/L pada

kolam kontrol; 2,2-55,4 mg/L pada kolam perlakuan

biokatalisator ikan bandeng dan EM4; dan 4,4-52,8

mg/L pada kolam perlakuan biokatalisator dan MBPI.

Hal ini diduga karena ikan bandeng dan probiotik

dapat meningkatkan laju dekomposisi bahan organik

sehingga dapat meningkatkan konsentrasi

karbondioksida sebagai produk akhir. Nilai kisaran

karbondioksida pada ketiga kolam uji masih layak

untuk pertumbuhan ikan. Kandungan karbondioksida

yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah tidak lebih

dari 5 mg/l, dan apabila oksigen tinggi ikan masih

dapat mentolerir kandungan karbondioksida kurang

dari 60 mg/l (Boyd, 1982).

Pengukuran PO4-N (Phosfat)

Kandungan phosfat pada perairan juga

menunjukkan tingkat kesuburan kolam. Kandungan

phosfat pada kolam perlakuan masih lebih rendah

daripada kolam kontrol. Namun bila dibandingkan

antara kolam perlakuan biokatalisator + probiotik

EM4 (berkisar 0-7,4mg/L) dan kolam perlakuan

biokatalisator + probiotik MBPI (0-9 mg/L)

menunjukkan kolam perlakuan biokatalisator +

probiotik MBPI cenderung lebih subur daripada

kolam perlakuan biokatalisator + probiotik EM4.

Hasil pengukuran kisaran dan rataan kualitas air

selama kegiatan disajikan pada Tabel 1, berikut :

Fluktuasi Nitrit

0.0000.0500.1000.1500.2000.2500.3000.3500.400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Minggu ke-

Kons

entr

asi (

mg/

L)

ABC

Fluktuasi Nitrat

0.000

0.200

0.400

0.600

0.800

1.000

1.200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Minggu ke-

Kons

entra

si (m

g/L)

ABC

Page 7: Penggunaan Biokatalisator Pada Budidaya Udang Galah (Murtiati,

Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah (Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

25

Tabel 1. Nilai Kisaran dan Rataan Kualitas Air

SUHU pH O2 CO2 ALKALI NH3 NO2 NO3 PO4 KEC PERLAKUAN

(0C) (-) (mg/l) (mg/l) (mg/ l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (cm)

A (Kontrol) MAX 26.7 8.6 4.84 39.9 81.6 2.05 0.264 4.1 10 30

MIN 23 6 1.24 0 37.5 0.044 0.022 0.03 0.04 19

RATAAN 24.10 7.52 3.58 13.18 58.26 0.456 0.099 0.653 2.970 12.43

B (EM-4) MAX 26.2 7.99 8.24 55.4 96.6 2.24 0.382 1.25 7.4 40

MIN 21 6 0.85 2.2 30 0.015 0.018 0.04 0.032 15

RATAAN 24.38 6.81 3.38 20.71 62.15 0.430 0.137 0.504 1.573 24.17

C (MBP-I) MAX 26.5 8.52 5.89 52.8 110.5 2.04 0.178 2.8 9 31

MIN 22 6 1.23 4.4 25 0.03 0.023 0.01 0.04 12

RATAAN 24.20 7.23 3.00 19.57 64.00 0.429 0.069 0.500 2.521 21.57

Pertumbuhan Udang

Dari hasil pengukuran pertumbuhan berat dan

panjang (Tabel 2) udang menunjukkan bahwa,

pertumbuhan terbaik terlihat pada perlakuan

biokatalisator + EM-4 yaitu mencapai berat 22,78

gram dan panjang 12,66 cm. Sedang pertumbuhan

paling rendah pada perlakuan kontrol, yang hanya

mencapai berat 11,51 gram dan panjang 9,93 cm

Tabel 2. Hasil Pertumbuhan pada Awa dan Akhir Kegiatan

AWAL AKHIR PERLAKUAN BERAT

(g) PANJANG

(cm) BERAT

(g) PANJANG

(cm)

A (Kontrol) 2.94 6.69 11.51 9.93

B (EM-4) 2.94 6.69 22.78 12.66

C (MBP-I) 2.94 6.69 15.28 11.38

Sintasan udang

Sintasan udang tertinggi pada perlakuan B

(Biokatalisator+EM-4) yaitu mencapai 80,16%,

sedang pada perlakuan C (Biokatalisator+MBP-I)

mencapai 68,16% dan sintasan terendah pada kontrol

yaitu hanya mencapai 651,11%. Perlakuan

pemanfaatan biokatalisator yang dipadukan dengan

probiotik diduga memberikan pengaruh yang baik

terhadap kestabilan media pemeliharaan, sehingga

menghasilkan sintasan udang yang cukup baik

(Tabel 3).

Tabel 3. Sintasan Udang Galah

PERLAKUAN TEBAR AWAL

(ekor) PANEN (ekor)

SINTASAN (%)

A (Kontrol) 6300 3850 61.11

B (EM-4) 3604 2889 80,16

C (MBP-I) 5936 4050 68,23

KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan yang telah diuraikan

sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil adalah :

Effektifitas ikan bandeng sebagai biokatalisator

menunjukkan kecenderungan positif terhadap

beberapa nilai parameter kualitas air, yaitu pH,

oksigen terlarut, nitrit dan nitrat.

Sintasan udang mencapai 68,23-80,16%

Sintasan bandeng 31,25-48,75%

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier sci.Publ Co Amesterdam

Moriarty, D.J.W. 1996. Microbial Biotechnology : a key Inggradient for sustainable Aaquaculture. Infofish International.

Wididana,. G.H, K. Riyanto 1986. Tanya Jawab Teknologi Efektive Microorganisme. Koperasii Karyawan Departemen Kehutanan, Jakarta.

Page 8: Penggunaan Biokatalisator Pada Budidaya Udang Galah (Murtiati,

Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

26

Gatesoup, 1999. …………………….

Hadie dan Hadie, 1993. ………………..

Gandara, 2003. ……..

Garriques dan Arevalo, 1995. …………………….

Effendi, 2003. ……………..

Pescod, 1973. ……………

Murjiyo, 1998. …………………….