PERKEMBANGAN LARVA UDANG GALAH, …digilib.unila.ac.id/33630/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PERKEMBANGAN LARVA UDANG GALAH, …digilib.unila.ac.id/33630/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PERKEMBANGAN LARVA UDANG GALAH, Macrobrachium rosenbergii
(de Man, 1879) HASIL PERSILANGAN POPULASI SOLO DAN ACEH
(Skripsi)
Oleh :
AYU SETIAWATI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PERKEMBANGAN LARVA UDANG GALAH, Macrobrachium rosenbergii
(de Man, 1879) HASIL PERSILANGAN POPULASI SOLO DAN ACEH
Oleh
AYU SETIAWATI
Usaha budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii) terus berkembang
yang ditandai dengan tingginya permintaan benih sehingga banyak petani yang
ingin membudidayakan. Namun, ketersediaan benih yang unggul masih terbatas
karena pada fase larva udang galah memiliki perkembangan yang relatif lambat.
Kegiatan persilangan antar populasi dapat menjadi solusi untuk mendapat benih
unggul. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan laju dan durasi perkembangan
larva hasil persilangan resiprokal udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
populasi Solo dan Aceh. Persilangan yang digunakan yaitu Aceh betina x Aceh
jantan (AA), Solo betina x Solo jantan (SS), Aceh betina x Solo jantan (AS), dan
Solo betina x Aceh jantan (SA). Data dianalisis menggunakan metode deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan larva hasil
persilangan dengan metode resiprokal hibrida Solo x Aceh (SA) dengan nilai laju
perkembangan 10 dan membutuhkan waktu 30 hari untuk mencapai post larva
(PL) lebih baik dibandingkan hibrida Aceh x Solo (AS) dengan nilai laju
perkembangan 9,61 dan membutuhkan waktu 33 hari untuk mencapai post larva
(PL) serta galur murni Aceh x Aceh (AA) dengan nilai laju perkembangan 9,38
dan membutuhkan waktu 33 hari untuk mencapai post larva (PL) dan Solo x Solo
(SS) dengan nilai laju perkembangan 9,28 dan membutuhkan waktu 36 hari untuk
mencapai post larva (PL).
Kata Kunci: Durasi perkembangan, Laju perkembangan, Udang galah, Populasi.
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF THE LARVAE GIANT FRESHWATER
SHRIMP, Macrobrachium rosenbergii (de Man, 1879) HAS BEEN A CROSS
SOLO AND ACEH POPULATION
By
AYU SETIAWATI
The cultivation of giant freshwater shrimp (Macrobrachium rosenbergii)
continues to grow, marked by the high demand for seeds that many farmers want
to cultivate. However, the availability of superior seeds is still limited because in
the larvae phase has a relatively slow development. Cross-population activities
can be a solution to get superior seeds. This study aims to examine the reciprocal
reciprocity of giant freshwater shrimp (Macrobrachium rosenbergii) of Solo and
Aceh populations on the rate and duration of larvae produced. The crosses used
were the female Aceh x male Aceh (AA), male Solo x male Solo (SS), female
Aceh x male Solo (AS), and male Solo x male Aceh (SA). Data were analyzed
using descriptive method. Based on the result of the research, the conclusion of
crosslinked larvae with reciprocal hybrid method of Solo x Aceh (SA) with
growth rate of 10 and duration of 30 days to reach post larva (PL) is better than
that of Aceh x Solo (AS) with growth rate of 9.61 and duration of 33 days to reach
post larva (PL) and strains of pure Aceh x Aceh (AA) with with growth rate of
9.38 and duration of 33 days to reach post larva (PL) and Solo x Solo (SS) with
with growth rate of 9, 28 and duration of 36 days to reach post larva (PL).
Keywords: Development duration, Developmental rate, Giant freshwater shrimp,
Population
PERKEMBANGAN LARVA UDANG GALAH, Macrobrachium rosenbergii
(de Man, 1879) HASIL PERSILANGAN POPULASI SOLO DAN ACEH
Oleh
AYU SETIAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukaraja pada tanggal 07 Juli 1997
sebagai anak ke 3 dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak
Sugiman dan Ibu Sumini.
Penulis memulai pendidikan formal dari Sekolah Dasar
Negeri(SDN) 1 Sukaraja, Tanggamus pada tahun 2002-2008,
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Semaka,
Tanggamus pada tahun 2008-2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 1
Ambarawa, Pringsewu pada tahun 2011-2014. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan kejenjang S1 di Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan
dan Kelautan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negri (SBMPTN) pada tahun 2014 dan
menyelesaikan studinya pada tahun 2018.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Budidaya Perairan UNILA (HIDRILA) sebagai anggota bidang Perkembangan
dan Penelitian pada tahun 2015/2016. Penulis telah melakukan kegiatan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Sumber Bahagia, Kecamatan, Seputih Banyak
Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari yaitu dari bulan Januari – Februari
2017 dan melakukan Praktek Umum di Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Serpong dengan judul “Pemeliharaan Larva Udang Galah
(Macrobrachium rosenbergii) Hybrid dengan Padat Tebar yang Berbeda di
Laboratoria Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika
(LAPTIAB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Serpong”
pada bulan Juli – Agustus 2017.
Penulis melakukan penelitian akhir pada bulan Januari - Maret 2018 di Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Serpong dengan judul
“Perkembangan Larva Udang Galah, Macrobrachium rosenbergii (de Man,
1879) Hasil Persilangan Populasi Solo dan Aceh”.
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas kenikmatan dan kemudahan yang selalu diberikan untuk semua hambanya.
Kupersembahkan skripsi ini kepada :
kepada kedua orangtuaku (bapak dan Ibu) yang selalu mendoakan, mendidik dan memberi semangat yang tiada henti
kakak serta keluarga besar tercinta yang senantiasa memberikan do‟a, semangat dan dukungan selama masa studi.
Sahabat dan seseorang yang insyaallah akan menemani hidupku kelak
Teman-Teman yang telah memberikan semangat dan kebersamaannya selama ini
Dan
Almamater tercinta “Universitas Lampung”
“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk
tenang dan sabar,”
(Khalifah „Umar)
"Kesabaran itu ada dua macam: sabar atas sesuatu yang tidak
kau ingin dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau
ingini."
(Ali bin Abi Thalib)
“Kegagalan adalah cara Allah untuk mengatakan bersabarlah
karena Aku memiliki sesuatu yang lebih baik untukmu saat
waktunya tiba,”
(Mutiara Bijaksana)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perkembangan
Larva Udang Galah, Macrobrachium rosenbergii (de Man, 1879) Hasil
Persilangan Populasi Solo dan Aceh” yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Ibu Berta Putri, S.Si., M.Si Selaku Pembimbing Akademik atas Bimbingan,
Motivasi, Nasehat dan Dukungan kepada penulis.
4. Bapak Tarsim, S,Pi., M.Si selaku dosen Pembimbing Utama atas
kesabarannya untuk memberikan bimbingan, motivasi, nasehat, dukungan
dan saran-saran yang membangun kepada penulis.
5. Bapak Ir. Dedy Yaniharto, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Kedua yang
atas kesabarannya untuk memberikan bimbingan, motivasi serta saran
kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.
6. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si selaku Penguji Utama yang telah memberikan
masukan, kritik dan saran yang membangun dalam proses penyusunan
skripsi.
7. Kedua orang tuaku tercinta (bapak) Sugiman dan (Ibu) Sumini yang selalu
memberikan kasih sayang, cinta, perhatian, pengorbanan dan dukungan
serta do’a demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesanku.
8. Kakakku Tuti Lis Wati dan Lia Utami yang selalu memberikan dukungan
dan semangat.
9. Adi Saputra, Fetrilisa Silitonga, Istiqomah Nur Aini, Margaretha Sandra dan
Fatma Setianingsih yang telah membantu dalam Penyusunan skripsi.
10. Budidaya Perairan angkatan 2014 terimakasih atas kebersamaan, bantuan,
dukungandan persaudaraan kita selama ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas bantuan dan
dukungannya.
Penyusun menyadari dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Bandar Lampung, 9 Agustus 2018
Penyusun
Ayu Setiawati
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
1.3 Manfaat ....................................................................................................... 2
1.4 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4
2.1 Biologi Udang Galah.................................................................................... 4
2.1.1 Klasifikasi Udang Galah ........................................................................ 4
2.1.2 Morfologi Udang Galah ......................................................................... 4
2.2 Habitat Udang Galah .................................................................................... 5
2.3 Kebiasaan Makan Udang Galah ................................................................... 6
2.4 Siklus Hidup Udang Galah .......................................................................... 7
2.5 Persilangan Hibridisasi ................................................................................ 9
2.6 LSI (Larva Stage Index) ............................................................................. 11
III. METODOLOGI ......................................................................................... 13
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 13
3.3 Rancangan Penelitian ................................................................................. 14
3.4 Prosedur Penelitian..................................................................................... 14
3.4.1 Pemijahan Induk Udang Galah ............................................................ 14
3.4.2 Penetasan Telur .................................................................................... 14
3.4.3 Pemeliharaan Larva Udang Galah ....................................................... 15
3.4.3.1 Persiapan Wardah Pemeliharaan Larva ......................................... 15
3.4.3.2 Pelaksanaan Pemeliharaan Larva ................................................... 15
3.5 Parameter yang Diamati ............................................................................. 15
ii
3.5.1 Perkembangan Larva ............................................................................. 16
3.5.2 Kualitas Air ........................................................................................... 16
3.6 Analisis Data ............................................................................................... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 17
4.1 Persilangan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) ......................... 17
4.1.1 Persilangan Betina Populasi Aceh dan Jantan Populasi Aceh .............. 17
4.1.2 Persilangan Betina Populasi Solo dan Jantan Populasi Solo ................. 21
4.1.3 Persilangan Betina Populasi Aceh dan Jantan Populasi Solo ................ 24
4.1.4 Persilangan Betina Populasi Solo dan Jantan Populasi Aceh................ 28
4.2 LSI (larva Stage Index) .............................................................................. 32
4.3 Kualitas Air ................................................................................................. 35
4.3.1 Suhu ...................................................................................................... 36
4.3.2 Derajat Keasaman (pH) ........................................................................ 37
4.3.3 Oksigen Terlarut (DO) ......................................................................... 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 38
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 38
5.2 Saran ........................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 39
LAMPIRAN ....................................................................................................... 42
3
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Stadia Udang Galah ..................................................................................... 8
2. Alat Penelitian yang Digunakan dalam Penelitian ....................................... 13
3. Bahan Penelitian yang Digunakan dalam Penelitian ................................... 14
4. Skema persilangan antara populasi Solo dan Aceh ..................................... 14
5. Data Induk Udang Galah Persilangan Betina Populasi Aceh dan Jantan
Populasi Aceh .............................................................................................. 18
6. Perkembangan Larva Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)
Persilangan Betina Populasi Aceh dan Jantan Populasi Aceh ..................... 19
7. Data Induk Udang Galah Persilangan Betina Populasi Solo dan Jantan
Populasi Solo ............................................................................................... 21
8. Perkembangan Larva Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)
Persilangan Betina Populasi Solo dan Jantan Populasi Solo ....................... 23
9. Data Induk Udang Galah Persilangan Betina Populasi Aceh dan Jantan
Populasi Solo ............................................................................................... 25
10. Perkembangan Larva Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)
Persilangan Betina Populasi Aceh dan Jantan Populasi Solo ...................... 26
11. Data Induk Udang Galah Persilangan Betina Populasi Solo dan Jantan
Populasi Aceh .............................................................................................. 28
12. Perkembangan Larva Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)
Persilangan Betina Populasi Solo dan Jantan Populasi Aceh ...................... 30
13. Perkembangan LSI (Larva Stage Index) ...................................................... 32
14. Perbandingan Panjang Total (TL) dan Lama Metamorfosa (LM) Larva
Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) Setiap Persilangan ................. 35
15. Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan Larva Udang Galah
Populasi Solo dan Populasi Aceh Selama Penelitian .................................. 36
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................... 3
2. Morfologi Udang Galah ................................................................................. 5
3. Grafik Nilai Laju Perkembangan ................................................................... 33
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Alat dan Bahan yang Digunakan .................................................................... 46
2. Induk Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) ....................................... 45
3. Program Pemberian Pakan dalam Pemberian Pakan Larva Udang Galah
(Macrobrachium rosenbergii) Selama Pemeliharaan .................................... 46
4. Manajemen Pemberian Pakan Larva/Juvenil Udang Galah ............................ 47
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang galah merupakan komoditas hasil perikanan air tawar yang sangat
potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis tinggi, Ukuran
tubuh udang galah lebih besar dibandingkan dengan udang air tawar lainnya,
selain itu udang galah juga lebih tahan terhadap penyakit dan sangat digemari
konsumen baik di dalam maupun diluar negeri (Priyono, 2011). Udang galah
hidup pada dua habitat, pada stadia larva hidup di air payau dan kembali ke air
tawar pada stadia juvenil hingga dewasa. Pada stadia larva perubahan
metamorfose terjadi sebanyak 11 kali dan berlangsung selama 30 ‐ 35 hari. Waktu
dalam pemeliharaan udang galah relatif singkat yaitu 3 - 5 bulan pada tahap
pembesaran dan pada tingkat produksi yang tinggi yaitu 2 - 5 ton per hektar per
siklus, tergantung teknologi yang digunakan dalam budidaya.
Kendala dalam kegiatan budidaya udang galah yaitu pada fase larva karena pada
fase larva perkembangan dan pertumbuhannya relatif lambat (Mukti dan
Satyantini, 2005). Fase awal (larva) merupakan fase yang kritis dan sangat
penting. Keberhasilan suatu spesies untuk melewati fase awal (larva) merupakan
suatu indikator keunggulan, karena populasi yang berhasil melewati fase larva
berpeluang besar untuk hidup dan tumbuh (Syafei, 2006). Hibridisasi yaitu salah
satu metode pemuliaan dalam upaya mendapatkan populasi baru yang mewarisi
sifat-sifat genetik, morfologis dari kedua induknya dan untuk meningkatkan
heterozigositas. Semakin tinggi heterozigositas suatu populasi, semakin baik
sifat-sifat yang dimilikinya. Hibridisasi pada udang relatif mudah dan dapat
menghasilkan kombinasi taksonomi yang bermacam-macam dan luas. Hibridisasi
mempunyai tujuan memperbaiki kualitas benih seperti terhadap laju pertumbuhan
2
dan perkembangan, kematangan gonad, meningkatkan ketahanan penyakit dan
lingkungan yang kurang baik (Tave, 1993).
Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) memiliki beberapa populasi yaitu
populasi Aceh dan Solo. Populasi Aceh yaitu udang galah yang belum dilakukan
pemuliaan sebelumnya masih asli dari alam dan masih dalam upaya domestikasi
oleh pihak BPPT dan disebut udang galah Aceh karena indukan berasal dari Aceh
tepatnya di sungai Perlak dan pada populasi Solo sama seperti populasi Aceh
yaitu udang masih asli dari alam atau belum dilakukan pemuliaan sebelumnya
serta masih dalam upaya domestikasi oleh pihak BPPT dan disebut udang galah
Solo karena indukan berasal dari Solo tepatnya di sungai Bengawan Solo,
populasi Solo memiliki keunggulan ukuran yang lebih besar dibandingkan
populasi yang lain. Persilangan antara populasi Aceh dan Solo dapat
menghasilkan populasi baru yang dapat memperkaya keragaman hayati udang
galah, kegiatan domestikasi, selain itu untuk pengkayaan ragam alel populasi dan
meningkatkan heterosigositas sehingga berimplikasi pada peningkatan
kemampuan adaptasi dan performa perkembangan larva.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan laju dan durasi perkembangan larva
hasil persilangan resiprokal udang galah (Macrobrachium rosenbergii) populasi
Solo dan Aceh.
1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait kombinasi
persilangan yang prospektif dengan laju dan durasi perkembangan larva udang
galah (Macrobrachium rosenbergii) yang terbaik.
1.4 Kerangka Pemikiran
Udang galah merupakan komoditas air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi sehingga banyak petani yang ingin membudidayakan udang galah. Selain
itu, udang galah memiliki ukuran tubuhnya yang besar. Tetapi dalam kegiatan
3
budidaya udang galah memiliki kendala yaitu pada fase larva karena pada fase
larva perkembangan dan pertumbuhannya relatif lambat. Oleh karena itu,
dibutuhkan metode atau cara untuk menghasilkan larva yang unggul agar pada
fase larva perkembangannya tidak relatif lambat.
Udang galah populasi Solo dan populasi Aceh merupakan udang galah yang
belum terdomestikasi masih asli dari alam. Metode untuk menghasilkan larva
unggul yang perkembangannya lebih baik yaitu dengan menyilangkan 2 induk
yang memiliki populasi yang berbeda (populasi Solo dan Aceh), metode tersebut
yaitu hibridisasi. Hibridisasi merupakan persilangan antara dua individu yang
berbeda untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik, yang mempunyai
keunggulan pertumbuhan dan perkembangan karena dengan hibridisasi dapat
memperkaya ragam alel populasi dan meningkatkan heterozigositas sehingga
berimplikasi pada peningkatan kemampuan adaptasi dan performa perkembangan.
Persilangan antara populasi Solo dan Aceh dapat menghasilkan larva populasi
baru yang dapat memperkaya keragaman hayati udang galah dan dapat
meningkatkan heterozigot dari kedua tetuanya sehingga diharapkan dengan
melakukan persilangan populasi Solo dan populasi Aceh dapat menghasilkan
benih yang memiliki laju dan durasi perkembangan yang baik. Kerangka pikir
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka fikir
Udang galah
(Macrobrachium rosenbergii)
Populasi Solo
Populasi Aceh
Laju dan Durasi perkembangan yang baik
larva
Hibridasi
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Udang Galah
2.1.1 Klasifikasi Udang Galah
Udang galah, Macrobrachium rosenbergii (de Man, 1879) atau dikenal juga
sebagai Giant Freshwater Shrimp merupakan salah satu jenis Crustacea, dari
famili Palaemonidae yang mempunya ukuran terbesar dibandingkan dengan
udang air tawar lainnya. Klasifikasi udang galah menurut Holthuis (2000) adalah
sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Sub Filum : Mandibulata
Kelas : Crustacea
Sub Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Natantian
Famili : Palaemonidae
Genus : Macrobrachium
Species : Macrobrachium rosenbergii
2.1.2 Morfologi Udang Galah
Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu
(sefalotoraks) dan perut atau badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks
dilindungi oleh kulit keras yang disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri
5
dari 1 pasang kaki capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan. Selain itu, di
sefalotoraks juga terdapat sepasang antena, rahang atas, dan rahang bawah.
ujungnya terdapat ekor. Pada udang betina, kaki di bagian abdomen juga
berfungsi untuk menyimpan telurnya (Munasinge dan Thusari, 2010).
Udang galah memiliki bentuk tubuh yang khas. Ukuran kepala udang galah lebih
besar dari pada ukuran tubuhnya. Warna kulit udang galah umumnya biru.
Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya, sebagai
proses adaptasi fisiologis udang. Pada saat larva, udang galah terdiri dari 11 stadia
yang berlangsung selama 40 hari hingga terbentuk organ yang secara morfologis
sudah mirip dengan udang dewasa, di habitat alaminya senang berjalan di dasar
sungai mencari makanan dan menjauhi lingkungan air payau menuju air tawar
(Khairuman dan Amri 2008 dalam Irianti, 2016). Gambaran morfologi udang
galah (Macrobrachium rosenbergii) disajikan dalam Gambar 2.
Gambar 2. Morfologi Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) (Ali, 2009)
2.2 Habitat Udang Galah
Udang galah memiliki dua habitat yaitu air payau salinitas 5-20 ppt (stadia larva-
juvenil), dan air tawar (stadia juana-dewasa). Matang kelamin umur 5–6 bulan
mendekati muara sungai untuk memijah lagi. Mengalami beberapa kali ganti kulit
(moulting) yang diikuti dengan perubahan struktur morfologisnya, hingga
akhirnya menjadi juvenil (tokolan). Daur hidup udang galah menempati daerah
6
perairan payau dan perairan tawar. Udang betina yang siap memijah bermigrasi ke
payau untuk melakukan pemijahan, daerah ini juga digunakan untuk
perkembangan larva. Pasca larva hingga dewasa udang akan bermigrasi kembali
ke perairan tawar (New, 2002).
Udang galah dalam siklus hidupnya secara alami memerlukan lingkungan perairan
tawar dan payau (Wuwungan, 2009). Pada stadia larva hidup di air payau,
sedangkan setelah menjadi dewasa hidup di air tawar. Larva yang baru menetas
ini memerlukan air payau sebagai tempat hidup. Apabila larva tidak berada di
lingkungan air payau selama 3 - 5 hari semenjak menetas, maka larva tersebut
akan mati (Mukti dan Satyantini, 2005).
2.3 Kebiasaan Makan Udang Galah
Udang galah senang mencari makanan pada malam hari, sedangkan pada siang
hari berbenam diri dalam lumpur dan di balik batu karena udang galah kurang
menyukai sinar matahari. Namun apabila siang hari tidak terlalu terik, udang
galah akan aktif mencari makan (Hadie dan Supriatna, 1985).
Menurut Nandlal dan Pickering (2005), udang galah pada masa benih dan dewasa
merupakan hewan omnivora yang biasanya memakan moluska kecil, krustacea
kecil, ikan kecil, alga, daun dan batang dari tanaman air, terkadang juga
mengonsumsi cangkangnya sehabis moulting. Dimulai dari stadia postlarva,
udang galah sudah dapat memakan daging cumi, udang-udang kecil dan pakan
yang berbentuk pelet.
Udang galah memakan segala jenis renik, baik cacing, plankton maupun
zooplankton (Murtidjo, 1992). Udang memakan pakan dengan cara
menangkapnya lalu dimasukkan kedalam mulut selanjutnya akan dicerna dalam
saluran pencernaan. Periode makan udang terjadi 2 kali dalam sehari yaitu pada
pagi dan sore atau malam hari. Intensitas makan akan mengalami peningkatan
pada ukuran udang yang semakin besar dan dewasa. Alat pencernaannya terdiri
dari tiga bagian yaitu tembolok, lambung otot, dan lambung kelenjar.
7
2.4 Siklus Hidup Udang Galah
Daur hidup udang galah dimulai dari telur-telur yang sudah dibuahi dan dierami
oleh induknya selama 19 - 21 hari dan menetas menjadi larva (Ling, 1969). Larva
akan tumbuh menjadi postlarva (benih) apabila larva yang baru menetas itu
menemukan lingkungan hidup yang cocok, maka untuk mencapai tingkatan
postlarva, larva tersebut harus memenuhi 11 tahap perkembangan larva dan
berlangsung selama 30 - 35 hari dan pada setiap tahap terjadi pergantian kulit
(moulting) dengan perubahan struktur morfologinya (metamorfosa) (Roslani,
2007). Secara umum perkembangan larva udang galah mencapai stadia 11 pada
umur 37 hari, fase ini merupakan batas akhir dari larva sejak menetas. Rostrum
sudah memiliki gigi dorsal 9 buah, telson sempit dan memanjang, urupoda lebih
berkembang dan lebih panjang dari telson. Mulai 40 hari metamorfosa berakhir
dan larva menjadi juvenil atau udang muda (Murtidjo, 1992).
Udang galah dewasa akan memijah dan bertelur di air tawar. Perubahan bentuk
secara morfologis yang nyata ada 8 kali (8 stadia). Pada stadia 1 – 5, mengalami 5
kali ganti kulit, sedangkan pada stadia 6 – 8 mengalami 6 kali pergantian kulit.
Dari masa telur menetas hingga menjadi pascalarva diperlukan waktu maksimal
45 hari. Frekuensi pergantian kulit pada udang galah berbeda-beda tergantung
pada umur, jumlah dan kualitas pakan serta lingkungan hidupnya. Udang galah
muda pertumbuhannya lebih pesat, sehingga proses pergantian kulitnya juga lebih
cepat dibanding udang dewasa. Udang yang moulting kondisi tubuhnya lemah
sehingga menjadi mangsa udang lainnya yang tidak sedang moulting.
8
Larva udang galah mengalami 11 tahap perkembangan tubuh yang dimulai setelah
menetas sampai dengan post larva. Menurut Ipandri (2017) dalam perkembangan
stadia udang galah Asahan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Stadia Udang Galah
Stadia Hari Ciri Morfologi Perkembangan Larva
1 1-2 Mata sesil belum bertungkai
dan telson masih polos.
2 2-3 Mata bertungkai dan uropoda
depan telson mulai tampak
namun belum berkembang.
3 3-5 Eksopoda dan endopoda pada
uropoda telah berkembang.
Kaki jalan pada bagian depan
mulai memanjang.
4 6-8 Rostrum telah tumbuh dan
memiliki dua buah gerigi.
Selain itu, uropoda dan telson
telah menyerupai kipas.
5 9-10 Pertumbuhan eksopoda dan
endopoda pada uropoda sudah
hampir sama dengan telson.
6 11-13 Pada stadia VI, tunas kaki
renang (pleopoda) sudah mulai
terlihat.
9
Tabel 1. (Lanjutan) Stadia Udang Galah
7 13-14 Pleopoda yang sudah mulai
bercabang dua.
8 14-15 Kaki jalan terlihat lengkap,
uropoda sudah berkembang
dan telson mulai menyempit,
pleopoda yang ada pada
cabang luar mulai berambut.
9 15-16 Pleopoda lebih berkembang
dengan pertumbuhan ruas dan
rambut.
10 16-17 Pleopoda lebih berkembang
dan terdapat rambut antara duri
pada gerigi rostrum.
11 18-21 Rostrum telah tumbuh dengan
11 gerigi atas dan 3-5 gerigi
bawah serta dua helai rambut.
2.5 Persilangan Hibridisasi
Hibridisasi ialah perkawinan antara berbagai spesies, suku, ras atau varietas
tumbuhan yang diinginkan. Tujuan hibridisasi untuk menambah keragaman
genetik melalui proses pengkombinasian genetik dari tetua yang berbeda
genotipnya. Pada masa ini telah banyak ditemukan bibit unggul dengan
mengadakan hibridisasi sehingga mendapatkan varietas baru yang diinginkan.
10
Melalui teknik hibridisasi didapatkan varietas unggul. Hibridisasi merupakan
proses perkawinan silang antar kultivar atau subspecies, antarspesies, antargenus,
atau antarfamili. Keturunan yang dihasilkan disebut hibryd atau hibrida. Sifat
hibrida berbeda dengan induk, bahkan bisa menjadi spesies baru. Kemudian
menurut Purnamasari (2012) kelebihan dan kekurangan hibridisasi adalah
sebagai berikut :
Kelebihan Hibridisasi
a. Banyaknya varietas yang unggul menjadikan varietas buruk hampir tidak
ada atau punah.
b. Menimbulkan keragaman genetik
c. Menciptakan populasi baru yang mana pada sebagian dari individu-individu
anggotanya dapat dipadukan ciri-ciri sifat-sifat keturunan yang baik.
d. Keanekaragaman spesies di Indonesia meningkat
Kelemahan Hibridisasi
a. Secara tidak langsung banyaknya proses hibridisasi membuat varietas asli
(alam) terancam punah.
b. Sukar untuk mendapatkan suatu hibrida antar spesies.
c. Sitoplasma pada perkawinan hanya berasal dari tetua betina saja.
d. Butuh tenaga, biaya dan waktu yang banyak
e. Sulit dilakukan karena perlu keterampilan khusus.
Hibridisasi merupakan jalan untuk memperbaiki produktifitas yang bermanfaat
untuk menghasilkan produk yang seragam dan juga dapat menghasilkan populasi
yang monoseks (Tave, 1993). Pada program perkembangbiakan silang kombinasi
induknya menghasilkan kombinasi dari alelnya yang akan berinteraksi pada
keturunannya dan dengan demikian akan memperbaiki produktifitasnya sehingga
diperlukan. Semakin tinggi heterozigositas suatu populasi, semakin baik sifat-sifat
yang dimilikinya. Hibridisasi pada udang relatif mudah dan dapat menghasilkan
kombinasi taksonomi yang bermacam-macam dan luas.
11
Proses hibrdisasi merupakan perkawinan antar jenis (dalam satu famili), atau antar
populasi yang bertujuan untuk mendapatkan benih hibrida yang lebih cepat
pertumbuhannya daripada kedua induknya (hibrid vigor) dan menurut
Waynorovich dan Horvarth (1980) Perolehan hewan hibrida sangat bergantung
pada karakter dari induk. Hibridasi merupakan bioteknologi genetik yang semakin
mudah dilakukan dengan berkembangnya teknik pembenihan buatan seperti
penggunaan kelenjar hipopisa atau hormon lainnya yang merangsang
perkembangan gamet dan mendorong pemijahan (pengeluaran telur ikan).
Hibridisasi dalam pengembangbiakan ikan/udang sudah dikenal serta dilakukan
untuk memeperbaiki sifat genetik tertentu. Hibridisasi dapat dilakukan antara
ikan/udang ras dalam satu spesies, antara ras dalam satu genus anatara genus
dalam ras satu family atau berbeda family (Hickling, 1971).
Hibridisasi merupakan inseminasi antara spesies yang berbeda yang dapat
menghasilkan hibrida dari induk yang digunakan (Kurniasih dan Gustiano, 2007).
Hibridisasi pada ikan dapat dilakukan antar ras dalam satu spesies, antar spesies
dalam satu genus dan antar genus dalam satu famili (Hairunnisa, 2013). Tujuan
dari hibridisasi adalah untuk memperoleh sifat unggul dari tiap spesies
(induknya).
Keunggulan hibridisasi yaitu memiliki efek heterosis lebih tinggi daripada kedua
induknya dan menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas
genetik karena memiliki teknik yang sederhana dan tidak memerlukan biaya
tinggi serta dapat dilakukan dengan fasilitas dan kemampuan sumber daya
manusia yang terbatas, dapat mengahasilkan populasi baru yang lebih unggul
disbanding tetuanya (Goyard et al., 2008).
2.6 LSI ( Larva Stage Index)
Pengamatan stadia perlu dilakukan untuk mengetahui kemajuan dari pertumbuhan
larva. Pada setiap stadia tersebut terdapat perbedaan-perbedaan morfologis yang
menandakan ciri khas dari setiap stadia (Uno dan Soo, 1979). Pengamatan stadia
dapat dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Pengambilan sampel larva dilakukan
secara acak (random), sehinggga diharapkan mewakili keadaan populasi larva.
12
Dari hasil pengamatan stadia ini dapat diketahui LSI (Larval Stage Index). Nilai
LSI ini merupakan indikator dari pertumbuhan larva.
13
III. METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2018 - Maret 2018 bertempat di
Laboratorium Perikanan, Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP),
Laboratorium Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika
(LAPTIAB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Serpong.
3.2 Alat Dan Bahan Penelitian
Tabel 2. Alat Penelitian yang Digunakan
No. Nama Alat Fungsi/Kegunaan
1 Bak fiber (d = 1 m, t = 60 cm) Wadah pemeliharaan larva udang galah
2 Water quality checker Mengukur kualitas air
3 Perangkat aerator Sumber/suplai oksigen di dalam aquarium
4 Galon berwarna hitam Media kultur Artemia
5 Heater Menstabilkan suhu dalam air
6 Selang Menyipon
7 Mikroskop Mengamati perkembangan larva
8 Alat tulis Mencatat data penelitian
9 Timbangan digital Menimbang bahan pembuatan egg custard
10 Ayakan dan blender Menghaluskan egg custard
11 Pipet tetes Alat pengambil larva saat pengamatan
12 Cawan cekung Meletakkan sampel larva dibawah mikroskop
13 Hand counter Alat bantu menghitung larva
14 Scope net Alat memanen larva
15 Shelther Indukan berlindung
16 Kamera Penangkap gambar
14
Tabel 3. Bahan Penelitian yang Digunakan
No. Nama Bahan Fungsi/Kegunaan
1 Larva udang galah Sebagai hewan uji
2 Naupli Artemia sp. Pakan Alami
3 Air payau (12 ppt) Media hidup bagi larva udang galah
4 Air laut (30 ppt) Media kultur dan pengkayaan Artemia
5 Cumi-cumi, udang, ragi roti, telur ayam,
tepung terigu, tepung kanji, dan susu
Bahan pembuatan egg custard
6 Iodine Desinfeksi
Gambar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 1.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan populasi Aceh jantan, Aceh betina, Solo jantan dan
Solo betina. Gambar setiap populasi yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran
2. Penelitian dilakukan dengan skema persilangan yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Skema persilangan antara strain Solo dan Aceh
Populasi Udang Galah Jantan
Solo Aceh
Betina Solo Solo x Solo (SS) Solo x Aceh (SA)
Aceh Aceh xSolo (AS) Acehx Aceh (AA)
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Pemijahan Induk Udang Galah
Pemijahan induk udang galah dilakukan dengan empat kombinasi persilangan
antara populasi Solo dan Aceh yaitu Aceh >< Aceh, Solo >< Solo, Aceh >< Solo,
Solo >< Aceh dengan perbandingan betina dan jantan 3 : 1 proses pemijahan ini
dilakukan di bak fiber dengan volume air 0,2 m3. Kemudian dilakukan
pemeriksaan pembuahan pada induk betina, apabila induk betina sedang
mengerami telurnya maka dipindahkan ke akuarium. Sebelum proses penetasan
telur, induk betina di desinfeksi dengan cara pencucian menggunakan larutan
iodine 100 ppm selama 5 menit.
15
3.4.2 Penetasan Telur
Proses penetasan telur dilakukan di akuarium dengan volume air 0,015 m3 dan
salinitas 5 ppt. Kemudian, dilakukan pengamatan setiap hari untuk melihat telur
sudah menetaskan atau belum apabila telur menetas maka segera dipisahkan dari
induknya agar tidak terjadi kanibalisme. Telur akan menetas menjadi larva sekitar
19 – 21 hari inkubasi, kemudian larva dipanen dan dipilih yang sehat selanjutnya
larva disterilkan dengan cara pencucian dengan larutan iodine 1 ppm selama 5
menit.
3.4.3 Pemeliharaan Larva Udang Galah
3.4.3.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan Larva
Bak fiber sebanyak empat unit disiapkan untuk wadah pemeliharaan larva udang.
Sebelum digunakan bak fiber dibersihkan terlebih dahulu dan dikeringkan.
Selanjutnya bak fiber diisi air bersalinitas 12 ppt sebanyak 200 ℓ ke dalam
masing-masing wadah yang dilengkapi aerator dan heater. Larva udang galah
kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing wadah pemeliharaan dengan
kepadatan 6000 ekor/0,2 .
3.4.3.2 Pelaksanaan Pemeliharaan Larva
Larva udang galah diberi pakan naupli Artemia sp. pada umur 2 hari setelah
menetas dan egg custard pada umur 10 hari setelah menetas sebagai pakan
pendamping naupli Artemia sp (Lampiran 4). Frekuensi pemberian pakan larva
pada umur 2 – 9 hari yaitu 2 kali sehari, selanjutnya pada umur 10 hari sampai
mencapai postlarva pemberian pakan 5 kali sehari (Lampiran 3). Kemudian
dilakukan penyiponan pada pagi hari sebelum pemberian pakan dengan frekuensi
2 hari sekali dan air diganti hanya sebanyak air yang terbuang saat penyiponan
untuk menghindari kejutan akibat pergantian air.
3.5 Parameter yang Diamati
Parameter yang akan diamati pada penelitian ini adalah LSI larva udang galah
serta kualitas air meliputi pH, DO, dan suhu.
16
3.5.1 Perkembangan Larva
Menurut Syafei (2006) larva udang galah mengalami 11 tahap perkembangan
tubuh yang dimulai setelah menetas sampai dengan post larva. Perkembangan
larva diamati dengan menghitung larva stage index (LSI). Pengamatan LSI
dilakukan dengan cara menghitung larva yang memiliki stadium yang sama.
Pengamatan stadium larva menggunakan mikroskop pembesaran 100 kali.
Pengamatan LSI dilakukan setiap tiga hari dimulai sejak larva berumur 0 hari
sampai larva berstadia 11. Rumus untuk menghitung laju perkembangan larva (Hadie
dan Supriatna, 1988) adalah:
Laju Perkembangan Larva = LSIt – LSIa
Keterangan :
LSIt = larval stage index pada hari ke-t
LSIa = larval stage index pada hari ke-0
Adapun rumus untuk menghitung LSI (Hadie dan Supriatna, 1988) adalah :
LSI =
Keterangan :
a, b, dan c = Stadium larva
n1, n2, dan n3 = Jumlah larva yang dilihat pada stadium yang sama
N = Jumlah total larva
3.5.2 Kualitas air
Pada penelitian ini parameter kualitas air yang akan diukur adalah suhu, pH, dan
DO. Pengukuran dilakukan pada setiap perlakuan dengan frekuensi 7 hari sekali
pada pagi, siang dan sore selama penelitian. Selama masa pemeliharaan juga
dilakukan penyiponan untuk membuang sisa pakan dan kotoran pada akuarium.
3.6 Analisis Data
Data hasil penelitian berupa perkembangan larva udang galah dan kualitas air.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan larva hasil
persilangan dengan metode resiprokal hibrida Solo x Aceh (SA) dengan nilai laju
perkembangan 10 dan membutuhkan waktu 30 hari untuk mencapai post larva
(PL) lebih baik dibandingkan hibrida Aceh x Solo (AS) dengan nilai laju
perkembangan 9,61 dan membutuhkan waktu 33 hari untuk mencapai post larva
(PL) serta galur murni Aceh x Aceh (AA) dengan nilai laju perkembangan 9,38
dan membutuhkan waktu 33 hari untuk mencapai post larva (PL) dan Solo x Solo
(SS) dengan nilai laju perkembangan 9,28 dan membutuhkan waktu 36 hari untuk
mencapai post larva (PL).
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyarankan dalam
kegiatan persilangan udang galah menggunakan populasi Solo betina dan populasi
Aceh jantan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, T. 1991. Pengelolaan Peubah Mutu Air yang Penting dalam Tambak
Udang Intensif. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros.
Maros.
Bolorunduro, P.I dan A.Y. Abdullah. 1996. Water Quality Management in Fish
Culture. Fisheries Series 3(98): 36.
Boyd, C.E. 2015. Water Quality. Springer. Switzerland.
Chin, D.A. 2006. Water-Quality Engineering in Natural Systems. John Wiley &
Sons, Inc. New Jersey.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.
Yogyakarta. 159p.
Goyard, E., C. Goarant, D. Ansquer, P. Brun, S. de Decker, R. Dufour, C. Galinie,
J. M. Peignon, D. Pham, E. Vourey., Y. Harache., dan Patrois. J. 2008.
Cross Breeding of Different Domesticated Lines as a Simple Way for
Genetic Improvement in Small Aquaculture Industries: Heterosis and
Inbreeding Effects on Growth and Survival Rates of the Pacific Blue
Shrimp Penaeus (Litopenaeus) Styrostris. Aquaculture. 278: 43–50.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Hadie, L.E dan Supriatna. 1988.Pengembangan Udang Galah dalam Hatchery
dan Budidaya. Kansius. Yogyakarta. 100 hal. Dalam Iswanto dan Dewi.
2007. Persentase Post Larva Udang Galah(Macrobrachium rosenbergii)
dengan Pemberian L-ascorbyl-2-monophosphate-magnesium dalam Air.
Jurnal Perikanan Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya
Perikanan Air Tawar Subang, Jawa Barat. 311 hal.
Hairunnisa, I. 2013. Pengaruh Hibridisasi Interspesifik Ikan Synodontis
(Synodontis sp) terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.
40
Hickling, C.F. 1971. Fish Culture.Faber and Faber . ltd, London.
Holthuis, L.B., New, M.B., and Valenti, W.C. 2000. Freshwater Prawn Culture:
The Farming of Macrobrachium rosenbergii. FAO Fisheries Synopsis.
162: 12 – 17.
Ipandri, Y. 2017. Kelangsungan Hidup Dan Perkembangan Larva Udang Galah
(Macrobrachium rosenbergii) Asahan Pada Salinitas Berbeda. Skripsi.
Universitas Lampung. Lampung.
Khairuman dan K. Amri. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Khairuman, K. dan Amri. 2004. Budidaya Udang Galah Secara Intensif.
Agromedia Pustaka, Jakarta. Dalam Irianti, D.S.A. 2016. Kelangsungan
Hidup dan Pertumbuhan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii)
yang Diberi Kentang Pada Media Pemeliharaan. Jurnal Perikanan
Kelautan. 1: 23 – 39.
Kurniasih, T. dan Gustiano. 2007. Hibridisasi sebagai Alternatif untuk
Penyediaan Ikan Unggul. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,
Bogor.
Ling, S. W. 1969. Methods of Rearing and Culturing Macrobrachium rosenbergii
(de Man). FAO World Scientific Conference on The Biology and Culture
of Shrimp and Prawn. FAO Fishery Report. 3:539-606.
Mukti, A.T. dan Satyantini, W. H. 2005. Role of L-carnitine on Development and
Growth of Freshwater Prawn Fry, Macrobrachium rosenbergii .Jurnal
Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 1 : 23-26.
Munasinge, D. dan Thusari, G. 2010. Analysis of Morphological Variation of
Four Population of Macrobrachium Rosenbergii (De Man, 1879)
(crustacean : Decapoda ) di Sri Lanka. Department of Zoology. Faculty
of Science. University of Ruhuna. Matara, Sri Lanka.Ceylon Journal
Science (Biological Science). 39(1): 53-60.
Murtidjo, B.A. 1992. Budidaya Udang Galah Sistem Monokultur. Kanisius,
Yogyakarta.
Nandlal, S. dan Pickering, T. 2005. Freshwater Prawn Macrobrachium
rosenbergii Farming in Pacific Countries. The University of the South
Pasific. 1: 1-30.
New, M.B. 2002. Farming Freshwater Prawns. A Manual for the Culture of the
Giant River Prawn (Macrobrachium rosenbergii). Food And Agricuultur
Organited United Nations. FAO Fisheries Technical Paper .428: 1-144.
Priyono, S.B. 2011. Pengaruh Shelter terhadap Perilaku dan Pertumbuhan Udang
Galah (Macrobrachium Rosenbergii). Jurnal Perikanan (J. Fish.
Fisheries Sciences), Yogyakarta. XIII (2): 78-85.
41
Purnamasari, I. 2012. Peran Asam Klorogenat pada Ketahanan Kentang Varietas
Andigena dan Granola terhadap Serangan Nematoda Sista Kentang
(Globodera rostochiensis). Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Roslani, D. 2007. Monitoring Kualitas Air Selama Infeksi Penyakit Ekor Putih
pada Udang Galah Macrobrachium rosenbergii De Man, 1879 di
Cisolok, Sukabumi. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen
Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sarifin, K.T. Wibowo, D. Rohmana, S. Rosellia. 2014. Untung 100% Dari
Budidaya Udang Galah. Agromedia Pustaka. Jakarta.
SNI 01-6486.1-2000. Induk Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man)
Kelas Kelas Induk Pokok (Parent Stock). Badan Standarisasi Naasional.
Jakarta.
Soetarno, A.K. 2001. Budidaya Udang .Aneka Ilmu. Semarang.
Susanto,H. 2008. Kolam Ikan Ragam Pilihan Dan Cara Membuat. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Syafei, L.S. 2006. Pengaruh Beban Kerja Osmotik terhadap Kelangsungan Hidup,
Lama Waktu Perkembangan Larva, dan Potensi Pertumbuhan Pascalarva
Udang Galah. Disertasi S3. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Tave, D. 1993. Genetics for Fish Hatchery Managers.The AVI Publ.Comp. Inc,
New York.
Uno, Y. dan Soo, K.L. 1969. Larva Development of Giant Freshwater Shrimp
(M. Rosenbergii de Man) in the Laboratory. Journal of Tokyo University
of Fisheries. 55 : 2 - 179.
Woynarovich, E. dan Horvath, L. 1980. The Artificial Propagation of Warm
Water Finfish. FAO Fisheries technical Paper No. 201. FIR/T 201.
Wuwungan, H. 2009. Keragaan Benih Udang Galah Macrobrachium Rosenbergii
Hasil Perkawinan Secara Inbreeding, Outbreeding, dan Cross Breeding.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan- Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Zonnelved, N. E. A. 1991. Prinsip prinsip Budidaya Ikan. Gramedia. Jakarta. 318
hal.