PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PEMBEDAHAN.doc
-
Upload
endrico-xavierees-tungka -
Category
Documents
-
view
53 -
download
0
description
Transcript of PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PEMBEDAHAN.doc
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PEMBEDAHAN
I. Pendahuluan
Yang dimaksud dengan antibiotik profilaksis pada pembedahan ialah antibiotik yang
diberikan pada penderita yang menjalani pembedahan sebelum adanya infeksi.
Tujuannya ialah untuk mencegah terjadinya infeksi akibat tindakan pembedahan yaitu
infeksi luka operasi (ILO) atau surgical site infection (SSI). ILO dapat dibagi dalam 3
kategori yaitu superficial meliputi kulit dan jaringan subkutan, deep yang meliputi fasia
dan otot, serta organ/space yang meliputi organ dan rongga tubuh.
Dari 23 juta penderita yang dilakukan pembedahan di Amerika Serikat setiap tahun,
920.000 penderita mengalami ILO. Penderita yang mengalami ILO perlu rawat inap
selama 2 kali lebih lama dan harus mengeluarkan beaya 5 kali lebih banyak daripada
yang tidak mengalami ILO.
Faktor penderita yang mempermudah terjadinya ILO ialah obesitas, diabetes, co-
morbid, infeksi ditempat lain, mengalami pembedahan kontaminasi, rawat inap pre-
operatif yang panjang, menjalani operasi yang lama (>2 jam), karier Staphylococcus
aureus, dan pertahanan tubuh yang lemah. Faktor ahli bedah yang mempermudah
terjadinya ILO ialah karier Saphylococcos aureus dan Streptococcus pyogenes, dan
skill yang kurang terampil. Faktor kuman yang mempengaruhi terjadinya ILO ialah
virulensi serta jumlah kuman dan port d’entry.
Di rumah sakit modern, 30-50% antibiotik digunakan untuk tujuan profilaksis,
walaupun beberapa antibiotik tersebut cara penggunaannya tidak sesuai dengan
protokol.
II. Infeksi Luka Operasi
ILO adalah infeksi yang terjadi pada daerah pembedahan yang terjadinya ada
kaitannya dan setelah tindakan pembedahan. Manifestasi ILO yang superfisial dapat
1
diketahui dalam waktu 1 bulan, sedangkan ILO profuda, organ atau rongga dapat terjadi
dalam waktu 1 tahun setelah pembedahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ILO ialah: organisme penyebab infeksi
(kuman); lingkungan terjadinya infeksi (respon lokal); dan mekanisme pertahanan
tubuh.
Bakteri
Tanpa adanya bakteri maka tidak mungkin terjadi infeksi, dan hal tersebut
tergantung pada jumlah dan virulensi bakteri. Bakteri yang sangat patogen pada
lapangan operasi ialah coccus Gram positif (misal Staphylococcus aureus dan
Streptococci). Bakteri endogen lebih penting daripada bakteri eksogen, dan bakteri
endogen yang paling banyak ialah dari traktus digestivus. Sumber dari bakteri eksogen
ialah tim operasi (ahli bedah, asisten, perawat, anestesis) dan kamar operasi meliputi
udara, linen, dan peralatan.
Makin lama waktu rawat inap preoperatif maka kuman endogen dan flora komensal
dari penderita diganti oleh flora rumah sakit yang resisten terhadap antibiotik dan hal ini
memudahkan terjadinya ILO.
III. Respon lokal
Tehnik operasi yang bagus dapat memperkecil kemungkinan terjadinya ILO. Prinsip
operasi yang diajarkan Halsted ialah hemostasis, diseksi secara tajam, jahitan yang
halus, diseksi sesuai anatomi, dan penanganan jaringan yang halus. Ligasi jaringan
yang besar, benang non-absorbable yang besar dan polifilamen, jaringan nekrotik,
hematoma atau seroma, dan benda asing harus dihindari karena kondisi tersebut
mudah merubah bakteri inokulum untuk menimbulkan infeksi.
2
Penggunaan drain Penrose dapat menjadi rute bakteri menuju lapangan operasi.
Dianjurkan untuk menggunakan drain vakum tertutup yang dikeluarkan di luar luka insisi
untuk memperkecil terjadinya ILO.
Operasi yang berlangsung lama mengakibatkan luka tepi insisi mengering atau
maserasi sehingga rentan untuk terjadinya ILO.
Penggunaan kauter pada pembedahan dapat meningkatkan terjadinya ILO
superfisial.
Perfusi yang tidak adekwat mengakibatkan PaO2 menurun dengan akibat kuman
dalam jumlah sedikit mampu untuk menimbulkan infeksi. Perfusi jaringan yang menurun
tersebut dapat mengganggu fungsi barier mukosa saluran cerna. Mukosa saluran cerna
tidak mampu mencegah bakteri, toksin, atau keduanya untuk bergerak dari lumen usus
menembus mukosa.
Penderita usia tua terjadi perubahan struktur histologis dan penurunan fisiologis dari
jaringan, hal tersebut juga mempermudah terjadinya ILO.
IV. Mekanisme pertahanan tubuh
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh ialah
penyakit bedah, penyakit penyerta, serta tindakan pembedahan itu sendiri. Diabetes
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya ILO.
Peran ahli bedah untuk menurunkan mekanisme pertahanan tubuh ialah melakukan
operasi dengan prosedur yang benar dengan perdarahan minimal, cegah terjadinya
syok, pertahankan volume darah, normotermia, jaga perfusi dan oksigenasi jaringan.
Usia tua, pemberian transfusi, penggunaan obat steroid atau imunosupresan
termasuk kemoterapi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya ILO. Dalam kondisi
seperti tersebut perlu pemberian antibiotik profilaksis pada saat pembedahan.
3
V. Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis
Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi bersih
kontaminasi (lihat tabel 1), yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar 10,1%
Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO dapat diturunkan
menjadi 1,3% .
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria bersih yang memasang
bahan prostesis. Juga diberikan pada operasi bersih yang jika sampai terjadi infeksi
akan menimbulkan dampak yang serius seperti operasi bedah syaraf, bedah jantung,
dan mata.
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi kontaminasi atau kotor
karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah besar atau sudah ada infeksi yang
secara klinis belum manifest.
Tabel 1. Klasifikasi Luka Operasi
Bersih (Klas I) Non trauma
Tidak ada inflamasi
Traktus respiratorius, digestivus,
urogenital, tanpa menembus
Tidak ada kesulitan dalam operasi
Bersih kontaminasi (Klas II) Traktus respiratorius, digestivus,
menembus tanpa sillage yang signifikan
Apendiktomi
Orofaring
Vagina
Urogenital, menembus tetapi tidak ada
infeksi urin
Bilier, menembus tetapi tidak ada infeksi
bilier
4
Kesulitan ringan dalam operasi
Kontaminasi (Klas III) Kesulitan besar dlam operasi
Spillage yang banyak dari gastrointestinal
Luka trauma, baru
Menembus urogenital atau bilier, dengan
adanya infeksi urine atau bile
Kotor dan infeksi (Klas IV) Inflamasi bakterial akut tanpa nanah
Transeksi daerah bersih untuk drainase
nanah
Luka trauma dengan jaringan mati, benda
asing, kontaminasi fekal, delayed
treatment
Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda dengan obat yang
digunakan untuk tujuan terapi. Pada umumnya dipilih antibiotik dengan spektrum
sempit, generasi yang lebih tua dibandingkan antibiotik untuk tujuan terapi.
Dengan memperhatikan spektrum, antibiotik ditujukan pada kuman yang potensial
menimbulkan ILO, dan antibiotik tersebut dapat melakukan penetrasi ke jaringan yang
dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang cukup. Walaupun disatu bidang
pembedahan kadang didapatkan banyak macam kuman normoflora, namun tidak
semuanya potensial menimbulkan infeksi dan jumlah koloninya tidak banyak.
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi, efektivitas, toksisitas, serta
kemudahan cara pemberiannya. Pada umumnya untuk berbagai macam pembedahan
masih digunakan sefalosporin generasi I yaitu sefazolin, sedangkan sefalosporin
generasi III tidak dianjurkan untuk antibiotik profilaksis.
5
Tabel 2. Kuman patogen penyebab ILO
Macam pembedahan Kuman patogen Antibiotik pilihan
Pemasangan prostese
katub jantung
Pemasangan prostese
sendi
Staphylococci Sefalotin iv/ Sefazolin iv
Instrumentasi traktus
urinarius bawah
Bakteri enterik Gram
negatif
Gentamisin iv
Bedah kolorektal Bakteri enterik Gram
negatif
Enterococci anaerob
Metronidazol iv +
Sefalotin iv/
Sefazolin iv/
Gentamisisn iv
Bedah traktus respiratorius
atas
Aerobik dan mikroaerofilik
Stertococcus, anaerob
Sefalotin iv/
Sefazolin iv
Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi, agar didalam sirkulasi dan
didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory concentration)
antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi. Untuk itu kadang
diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal.
Dosis yang kurang adekwat, tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan
kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman.
Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka pemberiannya dilakukan
secara intravena.
6
Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik profilaksis dilakukan pada 30 menit (intravena) atau 1 jam
(intramuskuler) sebelum insisi dengan maksud agar pada saat insisi maka kadar
antibiotik didalam jaringan sudah mecapai puncaknya. Pemberian antibiotik profilaksis
lebih baik dilakukan di dalam kamar operasi, pada waktu anestesi melakukan induksi,
untuk itu dapat minta tolong anaestesis untuk memberikannya. Antibiotik tersebut harus
mencapai kadar puncak didalam jaringan sebelum terjadinya inokulasi kuman kedalam
jaringan di lapangan operasi. Antibiotik tidak bermanfaat untuk mencegah terjadinya
ILO jika diberikan sebelum 2 jam atau sesudah 3 jam dilakukan insisi.
Pada operasi kolon, diberikan juga antibiotik peroral yaitu neomisin dan eritromisin
masing-masing 1g pada jam 13.00, 14.00 dan 23.00. obat lain yang dapat diberikan
juga ialah metronidazole+ kanamycin/ neomycin.
Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama >3 jam atau perdarahan selama operasi >1500 ml akan
terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan, oleh karena itu pada kondisi
tersebut dapat diberikan dosis tambahan. Jika operasi sangat memanjang maka
pemberian dosis tambahan dapat diberikan setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4
jam untuk sefazolin.
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau herniotomi
menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan sekali preoperatif saja.
Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis tambahan sebanyak 1 dosis setiap 8
jam diberikan hanya selama 1 hari saja, karena pemberian lebih dari 1 hari tidak
memberikan manfaat lebih.
7
VI. Macam Antibiotik
1. Penisilin
Cara kerja: menghambat pembelahan karena terjadi pertumbuhan dinding sel
abnormal, menghambat fase 3 sintesis dinding sel.
Resistensi: mempengaruhi pecillin-binding protein, tidak mampu menembus
dinding sel.
enzim hidrolisa molekul protein.
Spektrum: Cocci Gram-positif (Streptococcus A dan B), Bacilli Gram-positif
(Corynebacterium diphtheria), Cocci Gram negatif (Neisseria meningitidis), Bacilli
Gram-negatif (Streptobacillus moniliformis), Anaerob (Clostridium,
Fusobacterium, Peptostreptococcus sp), Lain (Treponema pallidum, Leptospira,
Enterobacter, Acinebacter sp.).
Efek samping: hipersensitivitas (1-5%) ( iritasi yang mengenai sistem syaraf
perifer), nefropati (reaksi alergi berupa nefritis interstisial dan hipokalemia).
2. Sefalosporin
Cara kerja: menghambat fase 3 sintesis dinding sel, mengikat protein spesifik
pada membran sel, mempengaruhi permeabilitas sel, melepaskan autolysin.
Resistensi: menurunkan permeabilitas dinding sel, membentuk beta-laktamase.
Spektrum: Generasi I ( mis. Ancef, Keflin, Kefzol), organisme Gram positif
(Staphylococcus, Stretococcus), Gram negatif, Bacilli anaerob dan erob.
Generasi II (mis. Ceclor, Zinacef, Mefoxin). Kurang efektif terhadap kuman Gram
positif, Hemophilus influenzae, baksil Gram negatif, Proteus, Enterobacter sp.
Generasi III (mis. Ceftazidime, Cefotaxim, Cefoperazone), Aerob Gram negatif,
Pseudomonas.
Efek samping: hipersensitivitas terutama bila alergi penisilin, hematologi
(neutropenia, leukopenia, trombopenia), traktus digestivus (mual, muntah,
anoreksia, diare).
8
3. Eritromisin
Cara kerja: menghambat sintesa protein bakteri dengan binding pada 50s
subunit ribosom.
Resistensi: mempengaruhi komponen protein 50s subunit ribosom melalui
plasmid.
Spektrum: sama dengan penisilin G, Mycoplasma, Legionella, Actinomyces sp.
Hemophilus influenza.
Efek samping: gangguan traktus digestivus, hipersensitivitas, cholestatic
hepatitis.
4. Clindamycin
Cara kerja: menghambat sintesa protein bakteri dengan binding pada 50s
subunit ribosom.
Resistensi: mempengaruhi komponen protein 50s subunit ribosom melalui
plasmid.
Spektrum: aerob dan anaerob Gram positif, anaerob Gram negatif ( beberapa
Staphylococcus resisten).
Efek samping: kolitis pseudomembran, nausea, diare, hipersensitivitas,
leucopenia, hepatotoksik transien (jarang).
5. Metronidazole
Cara kerja: menurunkan aktivitas metabolit intraseluler kuman .
Efek samping: toksis pada SSP, gangguan traktus digestivus, neutropenia, drug
fever, aPTT memenjang, efek sinergis dengan alcohol.
9
VII. Efek samping penggunaan antibiotik profilaksis
Penggunaan antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat memicu terjadinya
resistensi kuman. Hal ini karena pemilihan penderita yang tidak tepat, pemberiannya
terlalu lama, atau digunakannya obat generasi terbaru.
Komplikasi yang jarang tetapi serius ialah terjadinya enterokolitis pseudomembran
akibat pemberian klindamisin, sefalosporin, dan ampisilin. Diare dan panas badan dapat
terjadi setelah pemberian satu dosis antibiotik profilaksis
VIII. Ringkasan
Infeksi luka operasi merupakan infeksi nosokomial yang terjadinya tergantung dari
faktor kuman, faktor lokal, dan faktor pertahanan tubuh sistemik.
Antibiotik profilaksis dapat menurunkan kejadian infeksi luka operasi pada
pembedahan bersih kontaminasi. Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis ialah tepat
indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, tepat rute, tepat saat pemberian, tepat
lama pemberian, serta waspada kemungkinan efek samping obat.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Munckhof W. Aust Prescr 2005;28:38-40
2. Pallasch TJ. Antibiotic prophylaxis. Endodontic Topics 2003;4:46-59
3. Tourmousoglou CE, Yiannakopoulou, E,Ch, Kalapothaki V, Bramis J, and
Papadopoulos J.St. Adherence to guidelines for antibitic prophylaxis in general
surgery: a critical appraisal, J Antimicrob Chemother 2008;61:214-8
4. Zelenitsky SA, Ariano RE, Harding GKM, Silverman RE. Antibiotic
pharmacodynamics in surgical prophylaxis: An association between
intraoperative antibiotic concentrations and Efficacy . Antimicrob Agents and
Chemother 2002; 46:3026-30
5. Weitek MR. Antibiotic prophylaxis: update on common clinic. Am Fam Physician
1993;
6. Walling AD. Antimicrobial prophylaxis for surgical site infections. Am Fam
Physician. 2005
7. Woods RK. Current guideline for antibiotic prophylaxis of surgical wounds. Am
Fam Physcian. 1998
8. Liesegang TJ. Prophylactic antibiotis in cataract operations. Mayo Clin Proc.
1997; 72: 149-59.
9. Harbarth S, Matthew H, Samore MD, Linchtenberg Debi RN, Carmeli Y.
Prolonged antibiotic prophylaxis after carciovascular surgery and its effect on
surgical site infection and antimicrobial resistance. Circulation 2000;101:2916
10.Meakins JL. Prevention of postoperative infection. ACS Surgery : Principles and
Practice, BC Decker Inc, 2008
11.Lindman JP. Antibiotics, prophylactic use in head and neck surgery, 2007
emedicine, available at http:// www. emedicine.com/ent/ topic 18.htm
11