Pengertian Semantik 2

download Pengertian Semantik 2

of 8

description

bhn asgmnt

Transcript of Pengertian Semantik 2

. Pengertian Semantik

. Pengertian SemantikSemantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunanai sema (nomina) tanda atau dari verba samaino menandai, berarti. Istilah tersebut digunakan para pakar untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Semantik merupakan bagian dari tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi-sintaksis), dan semantik (Djajasudarma, 1993: 1).

Slametmuljana (dalam Djajasudarma, 1993: 14) menyatakan bahwa semantik adalah penelitian makna kata dalam bahasa tertentu menurut sistem penggolongan. Semantik adalah ilmu makna, membicarakan makna, bagaimana mula adanya makna sesuatu, bagaiamana perkembangananya, dan mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa.

Menurut Palmer (1976) semantik adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada studi makna, terutama makana yang menyangkut pada berbagai aspek bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hurford dan Heasly (dalam Badulu, 2001: 1) yang menyatakan bahwa semantik adalah telaah tentang makna dalam bahasa, baik makna ujaran maupun makna kata atau kalimat.

Menurut Edward (dalam Badulu, 2001:1) istilah semantik dapat dipakai dalam pengertian luas dan dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas, semantik meliputi tiga poko bahasan yakni: (1) sintaksis; (2) semantik; dan (3) pragmatik. Sintaksis menelaah hubungan-formal antara atanda-tanda satu sama lain; semantik menelaah hubungan antara tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut; dan pragmatik menelaah hubungan tanda-tanda dengan para penafsir. Sedangkan dalam pengertian sempit, semantik dibagi atas dua pokok bahasan, yaitu: (1) teori referensi, yang menyangkut denotasi dan ekstensi; (2) teori makana, yang menyangkut konotasi dan intensi.

Sedangkan menurut Dale dkk (dalam Badulu, 2001: 2) mengemukakan bahwa semantik adalah telaah makna, yang menelaah lamabang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup makna kata, perkembangan, dan perubahannya.

Sedangkan Chaer (1995:2-6) mengemukakan konsep-konsep semantik sebagai berikut:

Semantik diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa, yakni: fonologi, gramatika, dan semantik. Semantik hanyalah mengkaji makna atau arti yang berkenan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal dan tidak mengkaji makna yang terdapat dalam bahasa bunga, bahasa warna, dan bahasa prangko, karena hanya merupakan perlambang belaka, yang tidak diturunkan dari tanda-tanda linguistik.

Dalam analisis semantik harus juga disadari bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sanagat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, sehingga analisis suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja dan tidak berlaku untuk menganalisis bahasa lain.

Kesulitan dalam menganalisis makna kata karena adanya kenyataan bahwa tidak selalu yang menandai dan yang ditandai berhubungan dengan satu lawan satu. Artinya setiap tanda linguistik hanya memiliki satu makna. Namun, adakalnya hubungan itu berlaku satu lawan dua atau lebih ataukaha dua atau lebih lawan satu.

2. Jenis SemantikRudolf Carnap (dalam Badulu, 2001:2) membagi semantik ada dua jenis,yaitu;

1. Semantik deskriptif, yang merupakan penelitian empiris terhadap bahasa-bahasa alamiah.

2. Semantik murni, yang merupakan telaah analisis terhadap bahasa-bahasa buatan (artificial languages). Sedangkan menurut Edward (dalam Badulu) menyatakan bahwa semantik deskriptif merupakan hasil yang lebih dalam dari semantik murni yang formulasinya melibatkan sejumlah teori logika dan teori matematika.

Demikian pula Crystal (dalam Badulu, 2001:3) juga membagi semantik atas dua jenis, yakni:

Semantik linguistik, adalah suatu cabang besar linguistik yang menelaah makna pada suatu bahasa alamiah.

1. Semantik murni, atau filosofis adalah suatu cabang logika yang mempelajari hubungan antara ungkapan bahasa dan gejala-gejala dunia yang dinyatakannya, dan mempertimbangkan kondisi-kondisi yang mendasari sehingga ungkapan-ungkapan semacam itu dapat dikatakan benar atau tidak benar, serta faktor yang mempengaruhi penafsiran bahasa sebagaimana digunakan.

Selanjutnya Verhaar (1992: 124-131) mengemukakan bahwa semantik dapat dibagi menjadi empat jenis, yang meliputi:

a.Semantik LeksikalSemantik leksikal adalah semantik yang obyek penyelidikannya berupa leksikon dari bahasa tersebut. Dalam semantik leksikal, makna yang diselidiki adalah makna yang ada pada leksem-leksem bahasa tersebut.

b.Semantik GramatikalSemantik gramatikal adalah semantik yang obyek penyelidikannya berupa makna gramatikal dari suatu subtataran tata bahasa, yaitu sintaksis dan morfologi.

c.Semantik KalimatSemantik kalimat adalah semuanya yang termasuk semantik, tetapi tidak termasuk dalam semantik gramatikal atau semantik leksikal. Dengan perkataan lain, semantik kalimat merupakan topikalisasi.

d. Semantik MaksudSemantik maksud adalah semantik yang berkaitan dengan penggunaan gaya bahasa, seperti metafora, ironi, litotes, dan sebagainya. Semantik maksud selalu menyangkut bahasa.

3. Pengertian AntonimiIstilah antonimi digunakan untuk makna yang bertentangan. Tarigan (1985: 36) mengemukakan antonimi adalah kata yang mengandung makna yang berkebalikan atau berlawanan dengan kata lain. Verhaar (1983: 133) mengatakan: Antonimi adalah ungkapan (biasanya kata, tetapi dapat juga frase atau kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan alain. Sedangkan menurut Palmer (1976: 94) antonimi sering dianggap sebgai lawan sinonim. Secara sederhana dapat dikatakan istilah antonimi digunakan untuk menyatakan kata-kata yang berlawanan maknanya.

Crystal (dalam Badulu, 2001:25) antonimi merujuk secara kolektif kepada semua jenis perlawanan semantis. Menurut Hurford dan Heasly (dalam Badulu, 2001: 25) pandangan tradisional tentang antonimi yang menyatakan bahwa antonimi semata-mata merupakan perlawanan arti adalah keliru. Pandangan ini tidak memadai, karena kata-kata mungkin berlawanan dalam artinya secara berbeda-beda, dan beberapa kata tidak mempunyai perlawanan yang nyata. Contoh: hot bukan lawan dari cold dengan cara yang sama dengan borrow sebagai lawan dari lend. Demikian pula, thick bukan lawan dari thin dengan cara yang sama dengan dead sebagai lawan dari alive.

Sehubungan dengan hal yang telah dikemukakan di atas, Hurford dan Heasly (dalam Badulu, 2001: 25) membagi antonim ke dalam tiga jenis, yaitu:

a. Antonimi biner, adalah predikat-predikat yang muncul berpasang-pasangan, dan di antaranya tercakup semua kemungkinan yang relevan. Jika satu predikat dapat diaplikasikan, maka predikat lainnya tidak dapat diaplikasikan, demikian pula sebaliknya. Contoh: tuadan muda); panjangdan pendek. Kadang-kadang dua antonim biner yang berbeda dapat berkombinasi dalam suatu himpunan predikat untuk menghasilkan suatu kontras empat. Contoh: laki-laki (man), anak laki-laki), perempuan), dan gadisapabila dimasukkan ke dalam kotak-kotak berikut:

b. Konversi (Converses), adalah jika suatu predikat memerikan suatu hubungan yang sama apabila kedua benda atau orang itu disebutkan dalam urutan yang berlawanan, maka kedua predikat itu merupakan konversi antara satu dengan yang lainnya. Contoh: orang tuadan anakadalah konversi karena X adalah orang tua dari Y (urutan yang satu) memerikan situasi atau hubungan yang sama seperti Y adalah anak X (urutan yang berlawanan).

c. Gradabel (Gradable antonyms), adalah dua predikat merupakan antonim bertingkat jika keduanya berada pada ujung yang berlawanan dari suatu skala nilai yang berkesinambungan, yaitu suatu skala yang bervariasi menurut konteks pemakaian.

Contoh: tua dan anak-anakDi antara tuadan anak-anakterdapat suatu skala nilai yang berkesinambungan, yang dapat diberikan nama-nama seperti remaja dan dewas. Apa yang disebut tua dalaam suatu konteks, misalnya: umur orang (jompo)dalam konteks lain adalah matang ( buah-buahan) sudah dapat dipetik. Contoh lain: tinggi dan rendah; panjang dan pendek; serta pintar dan bodoh.Untuk mengkaji antonim-antonim bertingkat ini, kita dapat mengkombinasikannya dengan kata sangat , sangat banyak , bagaimana ,atau berapa banyak.d. Kontradiksi, adalah suatu proposisi merupakan suatu kontaradiktori dari preposisi lain jika tidak mungkin bagi keduanya benar pada saat yang sama dan pada peristiwa yang sama pula. Definisi ini dapat diperluas ke kalimat. Jadi, suatu kalimat yang mengungkapkan satu proposisi adalah kontradiktori dari suatu kalimat yang mengungkapkan proposisi yang lain jika tidak mungkin bagi kedua proposisi itu benar pada saat yang sama dan pada peristiwa yang sama pula. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa suatu kalimat berlawanan dengan kalimat lain jika kalimat itu menghasilkan negasi kalimat yang lainnya. Contoh: Pak Arya pengusaha kayakontradiksi dengan Pak Udin petani miskin.Selanjutnya, Verhaar (dalam Chaer, 1997: 26) membedakan antonim berdasarkan sistemnya, yaitu:

a. Antonim antarkalimat, contoh: Dia cantikdan Dia tidak cantik.b. Antonim antarfrase, contoh: secara teraturdan secara tidak teratur.c. Antonim antarkata, contoh: kuatdan lemah; kencangdan lambat.

d.Antonim antarmorfem, contoh: thankfuldan thankless (Inggris), yang berantonim adalah morfem fuldan les.Menurut Chaer (1997: 27) antonim sering juga disebut dengan istilah oposisi makna, seperti pada uraian berikut ini:

a. Oposisi mutlakKata-kata yang memiliki pertentangan makna secra mutlak termasuk dalam jenis ini. Misalnya: hidup dengan mati. Orang yang hidup sudah pasti tidak mati, sedangkan orang yang mati pasti tidak hidup. Contoh lain diam dan gerak. Sesuatu yang diam pasti tidak bergerak, begitu pula sebaliknya sesuatu yang bergerak pasti tidak diam.

b. Oposisi kutubAda kata-kata yang pertentangannya tidak mutla, tetapi berjenjang/bertingkat. Contoh: kata kaya dengan miskin. Kaya dengan miskin tidak memiliki pertentangan yang mutlak. Orang yang kaya kadangkala masih merasa miskin, sebaliknya orang yang miskin mungkin ada yang merasa tidak miskin.

Kata-kata yang beroposisi kutub umumnya berkelas kata adjektif. Contoh: cantikdengan jelek, periangdengan pendiam, pintardengan bodoh,dan sebagainya.c. Oposisi hubunganOposisi hubungan ditujukan untuk kata-kata yang saling berhubungan. Kehadiran suatu kata mengakibatkan kehadiran kata yang lain. Contoh, kata penjual ada karena adanya kata pembeli. Kata guru bersamaan hadir dengan kata murid, jika tidak ada kata guru maka tidak akan muncul kata murid. Kata-kata tersebut timbul secara serempak dan saling melengkapi.

Kata-kata yang beroposisi hubungan ini dapat berupa kata kerja dan kata benda. Contoh kata-kata yang berupa kata kerja antara lain adalah: pulang-pergi, maju-mundur, belajar-mengajar, dan sebagainya. Sedangkan contoh kata yang beroposisi hubungan berupa kata benda antara lain adalah: guru-murid, buruh-majikan, dan pimpinan-bawahan.

d. Oposisi HierarkialKata-kata yang beroposisi hierarkial adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), satuan hitungan, penanggalan, dan jenjang kepangkatan. Kata centimeter dan kilometer merupakan contoh kata yang beroposisi secara hierarkial karena keduanya berada dalam deretan ukuran panajang. Begitu pula kata sersan dengan jenderal, karena berada dalam jenjang kepangkatan.

e. Oposisi majemukAdalah kata-kata yang tidak hanya beroposisi dengan satu kata saja, melainkan dengan dua buah kata atau lebih. Contoh, kata ramah dapat beroposisi dengan judes, galak, bengis, dan kejam.

Sedangkan Fromkin dan Rodman (dalam Tarigan, 1986:41) mengemukakan bahwa antonim-antonim yang beraneka ragam itu dapat diklasifikasikan atas beberapa pasangan, yakni :

a. Antonim KomplementerAntonim Komplementer, yaitu pasangan yang saling melengkapi. Yang satu tidaklah lengkap atau tidak sempurna bila tidak dibarengi oleh yang satu lagi.

Sebagai contoh, kata suamiberantonim dengan kata istri.b. Antonim GradabeSuatu antonim disebut pasangan gradabel apabila penegatifan suatu kata tidaklah bersinonim dengan kata yang lain. Ciri lain sejumlah pasangan gradabel ialah bahwa yang berciri atau bertanda dan yang satu lagi tidak berciri atau tidak bertanda. Anggota pasangan yang tidak berciri atau tidak bertanda itu biasanya dipakai dalam pertanyaan-pertanyaan yang ada kaitannya dengan kadar atau tingkat.

Sebagai contoh dalam suasana pasar, rajin x malas, berat x ringan.c. Antonim RelasionalAntonim relasional adalah antonim yang memperlihatkan kesimetrisan dalam makna anggota pasangannya, karena anggota pasangan antonim itu terdapat hubungan yang erat. Sebagai contoh, kata guru dan muridKalau si A adalah atasan si B, maka si B adalah bawahan si A.

d. Antonim ResiprokalAntonim resiprokal adalah antonim yang mengandung pasangan yang berlawanan atau bertentangan dalam makna tetapi juga secara fungsional berhubungan erat, hubungan itu justru hubungan timbal balik.

Sebagai contoh, pasangan kata, membeli >< menjual .