Pengertian NAT Dan Tipe
-
Upload
rio-andrianto -
Category
Documents
-
view
80 -
download
0
description
Transcript of Pengertian NAT Dan Tipe
Pengertian NAT dan Tipe-tipe NAT
rendra wafa Teknik Informatika 8 Comments
NAT (Network Address Translation) atau Penafsiran alamat jaringan adalah suatu metode untuk
menghubungkan lebih dari satu komputer ke jaringan internet dengan menggunakan satu alamat
IP. Banyaknya penggunaan metode ini disebabkan karena ketersediaan alamat IP yang terbatas,
kebutuhan akan keamanan (security), dan kemudahan serta fleksibilitas dalam administrasi
jaringan.
NAT merupakan salah satu protocol dalam suatu sistem jaringan, NAT memungkinkan suatu
jaringan dengan ip atau internet protocol yang bersifat privat atau privat ip yang sifatnya belum
teregistrasi di jaringan internet untuk mengakses jalur internet, hal ini berarti suatu alamat ip
dapat mengakses internet dengan menggunakan ip privat atau bukan menggunakan ip public, NAT
biasanya dibenamkan dalam sebuah router, NAT juga sering digunakan untuk menggabungkan
atau menghubungkan dua jaringan yang berbeda, dan mentranslate atau menterjemahkan ip privat
atau bukan ip public dalam jaringan internal ke dalam jaringan yang legal network sehingga
memiliki hak untuk melakukan akses data dalam sebuah jaringan.
TIPE-TIPE NAT
NAT atau Network Address Translation memiliki dua tipe, yaitu :
NAT Tipe Statis
NAT Tipe Dinamis
Pengertian NAT Tipe Statis
Static NAT atau NAT statis menggunakan table routing yang tetap, atau alokasi translasi alamat
ip ditetapkan sesuai dengan alamat asal atau source ke alamat tujuan atau destination, sehingga
tidak memungkinkan terjadinya pertukaran data dalam suatu alamat ip bila translasi alamat
ipnya belum didaftarkan dalam table nat. Translasi Static terjadi ketika sebuah alamat lokal
(inside) di petakan ke sebuah alamat global/internet (outside). Alamat local dan global dipetakan
satu lawan satu secara statik. NAT secara statis akan melakukan request atau pengambilan dan
pengiriman paket data sesuai dengan aturan yang telah ditabelkan dalam sebuah NAT .
Pengertian NAT Tipe Dinamis
NAT dengan tipe dinamis menggunakan logika balancing atau menggunakan logika pengaturan
beban, di mana dalam tabelnya sendiri telah ditanamkan logika kemungkinan dan pemecahannya,
NAT dengan tipe dinamis pada umumnya dibagi menjadi 2 jenis yaitu NAT sistem pool dan NAT
sistem overload.
Pengertian NAT Sistem Pool
NAT dengan sistem pool atau kelompok menggunakan sebuah tabel NAT dengan logika dinamis,
dimana logika yang ditanamkan dalam NAT tersebut pada umumnya merupakan logika Fuzzy atau
jika lambang yang nilai translasinya belum pasti, dimana dalam sistem pool, suatu request belum
tentu akan melewati jaringan yang sama bila melakukan request yang sama untuk kedua kalinya,
Translasi Dinamik terjadi ketika router NAT diset untuk memahami alamat lokal yang harus
ditranslasikan, dan kelompok (pool) alamat global yang akan digunakan untuk terhubung ke
internet. NAT dengan sistem pool biasanya sering dimanfaatkan untuk melakukan balancing atau
penyeimbangan beban pada jaringan.
Pengertian Nat Sistem Overload
NAT dengan sistem Overloading menggunakan logika dimana request atau permintaan dari
banyak client atau banyak alamat dioperkan atau diberikan ke satu alamat ip distribusi. Sejumlah
IP lokal/internal dapat ditranslasikan ke satu alamat IP global/outside. Sejumlah IPlokal/internal
dapat ditranslasikan ke satu alamat IP global/outside. Hal ini sangat menghemat penggunakan
alokasi IP dari ISP. Sharing/pemakaian bersama satu alamat IP ini menghemat penggunaan alokasi
IP dari ISP. Sharing/pemakaian bersama satu alamat IP ini menggunakan metoda portmultiplexing,
atau perubahan port ke packet outbound. Penggabungan sistem overloading dan sistem pool telah
dilakukan oleh banyak produsen router dan menghasilkan logika yang banyak digunakan untuk
load balancing saat ini yaitu Round Robbin Load Balancing, dimana logika ini
melakukan pengiriman request secara berurutan, secara bergantian ke alamat gateway yang telah
ditanamkan dalam tabel NAT sebelumnya, sehingga suatu multireuest dari sebuah alamat ip dapat
melalui lebih dari satu alamat distribusi, penerapan ini dapat dilakukan dalam penggunaan
DualWan Router, selain itu logika ini juga memiliki logika Fail Over, dimana bila suatu alamat
distribusi tidak dapat lagi mengirimkan paket maka paket akan dialihkan ke alamat distribusi yang
lain.
Penutup
Sekian artikel tentang pengertian NAT dan tipe-tipe NAT , maaf bila ada kesalahan dalam menulis.
Kritik dan saran sangat saya harapkan. Terima kasih
Nov272013
Cara Mudah Memahami IP Address dan
Subnetting
Administrator Teknik Informatika 7 Comments
Pada kesempatan ini, saya akan berbagi ilmu dengan para pembaca tentang IP Address
dan Subnetting. Apa itu IP Address ?
IP Address merupakan suatu identitas numerik yang dilabelkan pada suatu alat seperti
komputer, router atau printer yang terdapat dalam suatu jaringan komputer yang
menggunakan internet protocol sebagai sarana komunikasi. IP Adress juga memiliki
beberapa fungsi yaitu :
Sebagai alat identifikasi host atau antarmuka pada jaringan
Sebagai alamat lokasi jaringan
IP address dinyatakan dalam struktur bilangan biner yang terdiri atas 32 bit dengan
bentuk sebagai berikut.
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Contoh: 11000000.00001010.00011110.00000010
Agar kita mudah membaca IP address, maka 32 bit bilangan itu dibagi ke dalam 4
segmen yang masing-masing berisi 8 bit. Kedelapan bit itu bisa disebut oktat.
Selanjutnya, setiap oktat diterjemahkan ke dalam bilangan decimal. Misalnya:
11000000 = 192
00001010 = 10
00011110 = 30
00000010 = 2
Adapun nilai terbesar dari 8 bit adalah 11111111 atau sama dengan 255. Dengan
demikian, jumlah IP address seluruhnya adalah 255 x 255 x 255 x 255. Struktur IP
address terdiri atas dua bagian yaitu bagian networkID dan hostID. NetworkID
menunjukkan ID alamat jaringan tempat host-host berada, sedangkan hostID adalah
bagian yang menunjukkan host itu berada. Sederhananya, networkID seperti nama jalan
sedangkan hostID adalah nomor rumah dijalan tersebut.
IP Address juga mempunyai dua pengalamatan yang berbeda atau versi dari IP Address
:
IP versi 4 (IPv4) yang terdiri dari 32-bit dan bisa menampung lebih dari 4.294.967.296
host di seluruh dunia, contoh nya yaitu 172.146.80.100, jika host di seluruh dunia melebihi
angka 4.294.967.296 maka dibuatlah IPv6.
IP versi 6 (IPv6) yang terdiri dari 128-bit, IP ini 4x dari IPv4, tetapi jumlah host yang bisa
ditampung bukan 4x dari 4.294.967.296, melainkan 4.294.967.296 pangkat 4, jadi hasilnya
340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456.
Organisasi yang mengatur alokasi IP address adalah IANA (Internet Assigned
Number Authority), sehingga IANA lah yang mengatur penetapan parameter protokol
internet negara-negara di dunia.
Untuk memudahkan dalam pembagiannya maka IP address dibagi-bagi ke dalam kelas-kelas yang berbeda, yaitu sebagai berikut.
1. Kelas A terdiri atas 8 bit untuk network ID dan sisanya 24 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas A digunakan untuk jaringan dengan jumlah host sangat besar. Rentangan IP – nya antara 1 sampai 126.
Karakteristik IP Kelas A
Format : 0NNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH.HHHHHHHH
Bit pertama : 0 NetworkID : 8 bit HostID : 24 bit Oktat pertama : 0 – 127 Jumlah network : 126 (untuk 0 dan 127 dicadangkan) Rentang IP : 1.x.x.x – 126.x.x.x Jumlah IP address : 16.777.214
Contoh: IP address 120.31.45.18 maka :
NetworkID = 120 HostID = 31.45.18 Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 31.45.18 pada jaringan 120.
2. Kelas B terdiri atas 16 bit untuk network ID dan sisanya 16 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas B digunakan untuk jaringan dengan jumlah host tidak terlalu besar. Rentangan IP – nya antara 128 sampai 191.
Karakteristik IP Kelas B
Format : 10NNNNNN. NNNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH
Bit pertama : 10 NetworkID : 16 bit HostID : 16 bit Oktat pertama : 128 – 191 Jumlah network : 16.384 Rentang IP : 128.1.x.x – 191.255.x.x Jumlah IP address : 65.534
Contoh: IP address 150.70.60.56 maka :
NetworkID = 150.70 HostID = 60.56 Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 60.56 pada jaringan 150.70
3. Kelas C terdiri atas 24 bit untuk network ID dan sisanya 8 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas C digunakan untuk jaringan berukuran kecil. Kelas C biasanya digunakan untuk jaringan Local Area Network atau LAN. Rentangan IP – nya antara 192 sampai 223.
Karakteristik IP Kelas C
Format : 110NNNNN.NNNNNNNN. NNNNNNNN.HHHHHHHH
Bit pertama : 110 NetworkID : 24 bit HostID : 8 bit Oktat pertama : 192 – 223 Jumlah network : 2.097.152 Rentang IP : 192.0.0.x – 223.255.225.x Jumlah IP address : 254
Contoh: IP address 192.168.1.1 maka :
NetworkID = 192.168.1 HostID = 1 Jadi, IP diatas mempunyai host dengan nomor 1 pada jaringan 192.168.1.1
Tabel : Jumlah networkID dan hostID
Kelas Antara Jumlah jaringan Jumlah Host Jaringan
A 1 s.d. 126 126 16.777.214
B 128 s.d. 191 16.384 65.534
C 192 s.d. 223 2.097.152 254
Tabel : Rentang IP address untuk setiap kelas
Kelas Alamat Awal Alamat Akhir
A XXX.0.0.1 XXX.255.255.255
B XXX.XXX.0.1 XXX.XXX.255.255
C XXX.XXX.XXX.1 XXX.XXX.XXX.255
Host Addressing
Setiap host di dalam suatu network mempunyai alamat (ID) yang unique. Pada setiap
jaringan harus diberi ID (alamat) untuk membedakan antara jaringan yang satu dengan
jaringan yang lain, jika jaringan-jaringan tersebut saling berhubungan.
Suatu host ada dua alamat:
Alamat Jaringan (Network Address/Network Number))
Alamat Host (Host Address/Host Number)
ID suatu host secara global ditulis dengan cara : alamat network terlebih dahulu,
diikuti dengan alamat host. Contoh:
3.12 -> 3 adalah alamat network
12 adalah alamat host di dalam network tersebut
Kemudian saya juga akan membahas tentang konsep dari subnetting dalam IP Address.
Konsep subnetting merupakan teknik yang digunakan di Internet untuk mengefisienkan
alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP
Address.
Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi perbedaan hardware dan media fisik yang
digunakan dalam suatu network. Router IP dapat mengintegrasikan berbagai network
dengan media fisik yang berbeda hanya jika setiap network memiliki address network
yang unik. Selain itu, dengan subnetting, seorang network administrator dapat
mendelegasikan alokasi IP address untuk host di seluruh departemen dari suatu
perusahaan besar kepada setiap departemen, untuk memudahkannya dalam mengatur
keseluruhan network.
Setelah membuat subnet secara fisik, kita juga harus membuat subnet logic. Masing-
masing subnet fisik setiap departemen harus mendapat subnet logic yang berbeda,
berupa network address yang merupakan bagian (sub) dari network address perusahaan.
Suatu subnet didefinisikan dengan mengimplementasikan masking bit (subnet mask)
kepada IP Address. Struktur subnet mask sama dengan struktur IP Address, yakni terdiri
dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Bentuk subnet mask adalah urutan bit 1, diikuti
bit 0. Jumlah bit 1 menentukan tingkat subnet mask. Tabel berikut memberikan
beberapa contoh harga subnet mask.
N
o
Subnet Mask (Biner) Desimal Hexa Tingka
t
1 11111111.11111111.00000000.00000
000
255.255.0.0 FF.FF.00.0
0
16 bit
2 11111111.11111111.11111111.00000
000
255.255.255.0 FF.FF.FF.0
0
24 bit
3 11111111.11111111.11111111.10000
000
255.255.255.1
28
FF.FF.FF.8
0
25 bit
4 11111111.11111111.11111111.11000
000
255.255.255.1
92
FF.FF.FF.C
0
26 bit
5 11111111.11111111.11111111.11100
000
255.255.255.2
24
FF.FF.FF.E
0
27 bit
Tabel 1. Contoh Subnet Mask
Bit 1 pada subnet mask berarti mengaktifkan masking (on), sedangkan bit 0 tidak aktif
(off). Bit-bit dari IP Address yang “ditutupi” oleh bit-bit subnet mask yang aktif dan
bersesuaian akan diinterpretasikan sebagai bit network.
Sebagai contoh kita ambil satu IP Address kelas A dengan nomor 44.132.1.20. Dengan
aturan standard, nomor network IP Address ini adalah 44 dan nomor host adalah
132.1.20. Network addressnya adalah 44.0.0.0 dan broadcast addressnya
44.255.255.255.
Network tersebut dapat menampung maksimum lebih dari 16 juta host yang terhubung
langsung. Misalkan pada address ini akan dikenakan subnet mask sebanyak 16 bit
(desimal = 255.255.0.0, hexa = FF.FF.00.00 atau biner =
11111111.11111111.00000000.00000000).
Perhatikan bahwa pada 16 bit pertama dari subnet mask tersebut berharga 1, sedangkan
16 bit berikutnya 0. Dengan demikian, 16 bit pertama dari suatu IP Address yang
dikenakan subnet mask tersebut akan dianggap sebagai bit network. Nomor network
akan berubah menjadi 44.132 dan nomor host menjadi 1.20. Kapasitas maksimum host
yang langsung terhubung pada network menjadi sekitar 65 ribu host.
Perhatikan Gambar berikut.
Gambar: Subnetting 16 bit untuk Kelas A
Subnetmask di atas identik dengan standard IP Address kelas B. Dengan menerapkan
subnet mask tersebut pada satu network kelas A, dapat dibuat 256 subnetwork baru
(44.1.xxx.xxx, 44.2.xxx.xxx, 44.3.xxx.xxx dst. sampai 44.255.xxx.xxx) dengan
kapasitas masing-masing subnet setara dengan satu network kelas B. Network address
dan broadcast address untuk setiap network berubah, karena komposisi bit-bit host dan
bit-bit network juga berubah. Penerapan subnet yang lebih jauh, misalnya 24 bit
(255.255.255.0 atau FF.FF.FF.00) pada kelas A akan menghasilkan 2562 network (lebih
dari 65 ribu network) setara kelas C dengan kapasitas masing-masing subnet sebesar
256 host. Network kelas A, B atau C juga dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa
subnet dengan menerapkan subnet mask yang lebih tinggi seperti 25 bit, 26 bit atau 27
bit dst. Jangan lupa bahwa setiap melakukan subnetting, maka network address dan
broadcast address akan berubah.
Gambar: Subnetting 27 bit untuk Kelas A
Sebagai penutup, kita akan membahas contoh kasus (sebenarnya merupakan “true
story”) dari alokasi IP Address untuk penerapan di LAN. NIC telah mendelegasikan
pemakaian satu network kelas B dengan nomor 167.205.xxx.xxx untuk untuk dipakai
di ITB, dibawah koordinator Onno W Purbo. Langkah selanjutnya, IP Address tersebut
di distribusikan kepada pihak-pihak yang ingin bergabung ke Internet melalui gateway
Internet di ITB. Untuk jurusan maupun instansi yang mempunyai beberapa LAN,
diberikan satu subnet setara kelas C. Jadi, contoh alokasinya sebagai berikut :
167.205.0.xxx Reserved
167.205.1.xxx Jurusan A
167.205.2.xxx Jurusan B, dst.
Misalnya, jurusan Teknik Elektro ITB mendapat alokasi subnet 167.205.7.xxx. (256
buah nomor IP Address). Dengan pendelegasian ini, maka IP Address 167.205.7.xxx
tidak bisa dipakai lagi oleh instansi manapun, selain di lingkungan Jurusan Elektro.
Penggunaan IP Address 167.205.7.xxx ini pun dikoordinasi oleh seorang kordinator
lokal. Dengan demikian, koordinator utama tidak lagi ikut mengatur pemakaian subnet
ini. Selanjutnya, koordinator IP Address di jurusan Elektro membuat subnet lagi yang
lebih kecil, karena terdapat beberapa Laboratorium yang memiliki LAN di lingkungan
Jurusan. Pertimbangan pembagian ini adalah berapa jumlah LAN yang ada dan berapa
jumlah komputer pada setiap LAN serta prediksi jumlah tersebut dalam beberapa tahun
mendatang.
Setelah didapat data mengenai jumlah komputer, konfigurasi subnetmask yang sesuai
dapat segera dicari. Untuk subnet 167.205.7.xxx, kita memiliki 24 bit network yang
sudah tetap dan 8 bit host (pada segmen terakhir) sebagai variabel. Sekarang mari kita
pandang segmen terakhir ini sebagai bilangan biner, sehingga penulisannya menjadi
167.205.7.hhhhhhhh (h=bit untuk host). Untuk membuat subnet yang lebih kecil dari
subnet 167.205.7.hhhhhhhh ini, beberapa bit pertama dari 8 bit host ini harus diambil
sebagai bit network, sisanya tetap sebagai bit host. Beberapa alternatif untuk
menentukan tingkat subnetting yang akan digunakan adalah :
No Komposisi Tinjauan 8 bit terakhir Tinjauan keseluruhan 32
bit
1 hhhhhhhh seluruh bit tetap menjadi bit
host (bit network=0, bit
host=8). Kita hanya memiliki
1 buah (20) subnetwork yang
berkapasitas 256 host (28).
Bit network = 24 dan bit host
= 8. Tingkat masking adalah
24 bit (netmask
255.255.255.0)
2 nhhhhhhh bit network=1, bit host=7.
Kita memiliki 2 buah (21)
subnetwork yang berkapasitas
128 host (27)
Bit network = 25 dan bit host
= 7. Tingkat masking adalah
25 bit (netmask
255.255.255.128)
3 nnhhhhhh bit network=2, bit host=6.
Kita memiliki 4 buah (22)
subnetwork yang berkapasitas
64 host (26)
Bit network = 26 dan bit host
= 6. Tingkat masking adalah
26 bit (netmask
255.255.255.192)
4 nnnhhhhh bit network=3, bit host=5.
Kita memiliki 8 buah (23)
subnetwork yang berkapasitas
32 host (25)
Bit network = 27 dan bit host
= 5. Tingkat masking adalah
27 bit (netmask
255.255.255.224)
5 nnnnhhhh bit network=4, bit host=4.
Kita memiliki 16 buah (24)
subnetwork yang berkapasitas
16 host (24)
Bit network = 28 dan bit host
= 4. Tingkat masking adalah
28 bit (netmask
255.255.255.240)
Tabel 2. Beberapa Alternatif Tingkatan Subnetting
Diperkirakan, jumlah komputer maksimum yang tersambung di dalam setiap LAN
tidak akan melebihi 30 buah. Oleh karena itu, pemilihan subnetmask yang tepat untuk
ini adalah 27 bit (255.255.255.224 atau FF.FF.FF.E0), yang berarti jumlah bit host
adalah 5. Maka, subnet 167.205.7.xxx tadi dipecah menjadi 8 buah subnet baru yang
lebih kecil. Setiap subnet baru terdiri dari 32 IP Address. Namun demikian, yang dapat
dipakai oleh host pada subnet tersebut adalah 30 buah. Ingat bahwa address paling awal
dalam setiap subnet (seluruh bit host bernilai 0) diambil sebagai network address dan
address paling akhir (seluruh bit host bernilai 1) sebagai broadcast address. Dapat
dilihat pada Tabel 3.
Subnet Struktur IP Address Network
Address
Broadcast Address
Subnet 1 (167.205.7).000hhhhh 167.205.7.0 167.205.7.31
Subnet 2 (167.205.7).001hhhhh 167.205.7.32 167.205.7.63
Subnet 3 (167.205.7).010hhhhh 167.205.7.64 167.205.7.95
Subnet 4 (167.205.7).011hhhhh 167.205.7.96 167.205.7.127
Subnet 5 (167.205.7).100hhhhh 167.205.7.128 167.205.7.159
Subnet 6 (167.205.7).101hhhhh 167.205.7.160 167.205.7.191
Subnet 7 (167.205.7).110hhhhh 167.205.7.192 167.205.7.223
Subnet 8 (167.205.7).111hhhhh 167.205.7.224 167.205.7.255
Tabel 3. Pembagian Net 167.205.7.xxx menjadi 8 buah Subnet
Setelah mendapatkan angka-angka di atas, pendelegasian IP address dapat dilakukan.
Contoh pembagiannya adalah sebagai berikut :
1. subnet 1 (167.205.7.0) untuk LAN pada Tata Usaha
2. subnet 2 (167.205.7.32) untuk LAN pada Laboratorium B
3. subnet 3 (167.205.7.64) untuk LAN pada Laboratorium C, dst.
Jika jumlah 30 host dalam satu subnet juga masih terlalu besar, kita dapat menggunakan
masking 28 bit, yang berkapasitas 16 buah IP Address dalam setiap subnet (jumlah host
maksimum 14 buah). Hal ini dilakukan untuk efisiensi IP Address, terutama jika jumlah
yang kita miliki sangat terbatas. Perhatikan bahwa jika kita hanya memiliki 10 buah
komputer pada LAN yang berkapasitas 30 host (penerapan masking 27 bit), maka 20
IP address lainnya yang belum/tidak terpakai tidak dapat dipakai pada LAN lain, karena
akan mengacaukan jalannya routing.