Pengertian narasi

11
Pengertian narasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) menerangkan bahwa kata narasi (kata benda) berarti pengisahan suatu cerita atau kejadian; cerita atau deskripsi suatu kejadian atau peristiwa; kisahan. Dari kata narasi terbentuk kata sifat naratif, artinya bersifat narasi, atau bersifat menguraikan (menjelaskan). Menurut Gorys Keraf (2007, 135-136), Narasi : suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Unsur penting dari narasi adalah perbuatan atau tindakan dan waktu (kronologi peristiwa). Dengan demikian, unsur dasar sebuah narasi adalah perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Narasi : suatu wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu; atau suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian, pertanyaannya yang harus dijawab oleh narasi adalah “Apa yang telah terjadi?” Dari pengertian itu, terdapat unsur-unsur penting narasi, yaitu 1) peristiwa atau kejadian; 2) tindak-tanduk atau perbuatan tokoh; 3) tokoh; dan 4) rangkaian kesatuan waktu.

Transcript of Pengertian narasi

Page 1: Pengertian narasi

Pengertian narasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) menerangkan bahwa kata narasi (kata benda) berarti

pengisahan suatu cerita atau kejadian; cerita atau deskripsi suatu kejadian atau peristiwa;

kisahan. Dari kata narasi terbentuk kata sifat naratif, artinya bersifat narasi, atau bersifat

menguraikan (menjelaskan).

Menurut Gorys Keraf (2007, 135-136),

Narasi : suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau

peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri

peristiwa itu. Unsur penting dari narasi adalah perbuatan atau tindakan dan waktu

(kronologi peristiwa). Dengan demikian, unsur dasar sebuah narasi adalah perbuatan

atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. 

Narasi : suatu wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan

dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu; atau

suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada

pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian, pertanyaannya yang

harus dijawab oleh narasi adalah “Apa yang telah terjadi?”

Dari pengertian itu, terdapat unsur-unsur penting narasi, yaitu 1) peristiwa atau kejadian; 2)

tindak-tanduk atau perbuatan tokoh; 3) tokoh; dan 4) rangkaian kesatuan waktu.

Tujuan wacana narasi

Dalam setiap bentuk penulisan, penulis tentu melakukannya dengan tujuan tertentu. Untuk

karangan narasi, setidaknya karangan tersebut bisa berfungsi untuk;

1) memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan

2)Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. 

Ciri-ciri paragraf narasi

Ada beberapa ciri karangan narasi dari karangan lain/ adapun ciri tersebut adalah:

1. dari segi isi.

Page 2: Pengertian narasi

Karangan narasi isinya berupa cerita atau memaparkan suatu peristiwa. Baik peristiwa rekaan

maupun peristiwa yang nyata. (Keraf.1989:138)

2. dari segi tujuan

sasaran utama narasi bukan memperluas pengetahuan seseorang tetapi berusaha memberi

makna atas peristiwa atau bkejadian itu sebagai pengalaman. Kerena, sasarannya adalah

makna peristiwa atau kejadian itu. (Keraf.1989:138)

3. dari segi unsur

narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang memebentuknya : perbuatan, penokohan,

latar, dan sudut pandang. (Keraf.1989:138)

4. dari segi penggunaan bahasa

bahasa yang digunakan dalam karangan narasi ada yang cenderung figuratif dan menitik

beratkan kata-kata konotatif dan ada juga yang cenderung kebahasa informatif dengan

menitikberatkan kepada penggunaan kata-kata denotative

ciri-ciri wacana narasi:

Menurut Keraf (2000:136)

Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.

Dirangkai dalam urutan waktu.

Berusaha menjawab pertanyaan "apa yang terjadi?"

Ada konfiks.

Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks.

Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi

diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:

Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.

Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi,

dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.

Page 3: Pengertian narasi

Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.

Memiliki nilai estetika.

Menekankan susunan secara kronologis.

Jenis-jenis wacana narasi

1.narasi ekspositorik

Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat

tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah

seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data

yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari

kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai

oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik.

Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada,

tidak memasukan unsure sugestif atau bersifat objektif.

Contoh :

Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah

kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi

utamanya. Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi

Ahmad, mempelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan

Kampung Meruyung. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk

mengantar Ahmad, sang pengantin…. (Sumber : Tempo, 20 Februari 2005)

2. Narasi sugestif

Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu,

menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga

tampak seolah-olah melihat.

Contoh :

Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke

tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum

mengenai tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut

pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang

melakukan hal itu. Akan tetapi, semuanya gagal. (Sumber : Terampil Menulis Paragraf, 2004

: 66)

Page 4: Pengertian narasi

Perbedaan Antara Narasi Ekspositorik dan Sugestif

Menurut Keraf (1987:133-139), narasi ekpositoris dan narasi sugestis memiliki ciri-ciri yang

berbeda.

1.Narasi ekspositoris memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memperluas pengetahuan

2. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian

3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan nasional dan d.Bahasanya

lebih cenderung ke bahasa informatif dengan menitik beratkan pada penggunaan kata-

kata denotatif.

2. Sedangkan narasi sugestis memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Menyampaikan suatu makna atau amanat yang tersirat

2. Menimbulkan daya khayal

3. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna,sehingga kalau

perlu penalaran dapat dilanggar dan

4. Bahasanya lebih cenderung ke bahasa figuratif dengan menitik beratkan pada

penggunaan kata-kata konotatif.

Berdasarkan kutipan di atas, tujuan narasi ekspositoris adalah untuk memberikan

informasi kepada para pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Sedangakan narasi

sugestis menyampaikan suatu makna kepada pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya,

sehingga dapat menimbulkan daya tarik bagi pembaca dari daya khayal yang dikembangkan

oleh pengarangnya. Jadi, jelas bahwa antara narasi ekspositoris dan narasi sugestis terdapat

perbedaan tujuan pengarang dalam menarasikan suatu kejadian atau peristiwa.

Struktur dasar narasi

Struktur narasi meliputi alur, perbuatan, penokohan, latar, dan sudut pandang.

Alur adalah kesambungsinambungan peristiwa-peristiwa dalam hubungan sebab

akibat. Alur menandai mulai, terjadi, dan selesainya suatu peristiwa.

Suatu perbuatan mengandung kausalitas (hubungan sebab akibat antartindakan),

waktu, tokoh (karakter tokoh), konflik, dan makna. Konflik yang dapat terjadi berupa

konflik dengan alam, konflik antarmanusia, dan konflik dengan dirinya sendiri

Latar mencerminkan tempat dan suasana peristiwa terjadi

Page 5: Pengertian narasi

Sudut pandang merupakan darimana penulis memandang suatu peristiwa yang

dikisahkan

Jadi, dalam narasi dijabarkan mengenai apa, bagaimana, dan mengapa suatu peristiwa

terjadi. Dengan kata lain, narasi mencerminkan 1) adanya rangkaian peristiwa (bahwa ada

alasan logis dari setiap peristiwa itu terjadi dan berkaitan satu sama lain); 2) adanya

kesatuan tindakan; 3) adanya proses (tahapan narasi awal, transformasi, dan akhir); dan 4)

adanya hubungan kausal dalam suatu konflik yang membentuk struktur cerita secara

keseluruhan.

Langkah-langkah menulis karangan wacana narasi

Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan

Tetapkan sasaran pembaca

Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur

Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita

Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung

cerita

Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.

Pola narasi dengan sederhana berupa susunan dengan urutan awal – sedang – akhir.

awal narasi umumnya diisi pengantar yakni memperkenalkan situasi serta tokoh. Sisi

awal mesti dibikin menarik supaya bisa mengikat pembaca.

sisi sedang merupakan sisi yang memunculkan satu konflik. Konflik lantas diarahkan

menuju klimaks cerita. Sesudah konfik timbul serta meraih klimaks, dengan berangsur-

angsur cerita dapat mereda.

akhir cerita yang mereda ini mempunyai langkah pengungkapan berbagai macam. Ada

yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada juga yang berupaya

menggantungkan akhir cerita mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Contoh paragraf naratif

Paragraf 1:

Page 6: Pengertian narasi

Sore itu, cahaya candik ala menyelinap lewat jendela menerpa lemari kaca tempat

memajang foto ayah dalam bingkai. Mungkin karena rinduku pada ayah, kulihat seakan foto

ayah bergerak, tangannya melambai kepadaku. Terasa di dalam dadaku ada yang

menggelepar-gelepar.

Kudengar pula dari Lik Kasdi, ayah bersama para tahanan beberapa lama ini sedang

dipekerjakan membuat tanggul sepanjang rawa besar di daerah tak jauh dari rumah kami.

Katanya tanggul yang sepanjang tiga kilometer ini sekaligus untuk jalan penghubung

antardesa yang terpisah oleh rawa. Karena rinduku tak tertahankan lagi, dengan mengendap-

endap lewat pintu dapur, tanpa sepengetahuan ibu dan tanpa takut dengan cuaca candik ala,

sambil membawa pancing bambu, kugenjot sepedaku lari kencang ke rawa, dengan harapan

ayah masih di sana.

Setiba di sana, nampak banyak orang berseragam loreng dengan menyandang senjata

laras panjang. Mereka berjaga di sebelah timur rawa, di mana kulihat ratusan orang sedang

bekerja menggali tanah dan mengangkat batu. Dalam terpaan cahaya kuning, wajah-wajah

kurus semakin mempertegas cekungan mata bagai mayat hidup. Dadaku berdebar-debar, tak

sabar untuk bisa cepat-cepat bertemu ayah, yang mungkin ada di sana. Beberapa meter

sebelum mencapai tempat mereka, seorang petugas mengusirku, dan menyuruhku mancing

agak jauh dari situ.

Kutaruh sepeda di pinggir jalan, kemudian duduk mencangkung di atas batu padas di

pinggir rawa. Dengan berpura-pura memancing, terus kutajamkan mataku mencari ayah di

antara ratusan orang yang sedang bekerja. Langit yang membiaskan warna kuning agak

menyilaukan mataku, sehingga sulit mencari di mana ayah berada. Ketika langit berubah

warna memerah, pertanda magrib menjelang tiba, dan ketika aku nyaris putus asa, kulihat di

kejauhan seseorang berdiri tegak memandang ke arahku, sementara yang lain masih

bekerja…. Itulah ayah! Kulempar pancing, tanpa menghiraukan para petugas, aku pun

berlari, menangis sambil berteriak keras-keras memanggil ayah. Ayah seperti tertegun

melihat kedatanganku.

Paragraf 2:

Tragedi gagal panen yang melanda sawah di Desa Mangunsari tahun 1985-1987

meresahkan para petani. Tanaman padi dengan bibit VUTW yang ditanam petani sesuai

anjuran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) hancur karena terserang hama wereng dan

tikus. Petani yang sudah mengeluarkan banyak modal untuk membeli benih padi, pupuk

Page 7: Pengertian narasi

kimia, dan pestisida pun terpuruk. Namun, ada seorang petani, Mbah Suko mencoba mencari

jalan keluar dengan tidak memakai benih pemberian pemerintah. Bagi Mbah Suko, petani

bebas memilih benihnya sendiri, begitu juga membeli pupuk dan obat. Seorang diri, Mbah

Suko bergerilya mencari benih-benih padi lokal dan membudidayakannya di lahan seluas 0,3

hektar yang disewa. Dia tak mau memakai pupuk kimia, tetapi memilih menggunakan pupuk

kandang dan kompos. Padinya juga tak pernah disemprot dengan pestisida. Dia

mengembangkan predator alami yang dibiakkan di laboratorium mini di belakang rumahnya.

Untuk menambah hasil produksi, Mbah Suko memelihara ikan di sela tanaman padinya

dengan sistem minatani. Hasilnya ternyata menggembirakan. Menjelang akhir tahun 2000,

hasil sawah dan ikan Mbok Suko terus mengalami peningkatan. Mbah Suko akhirnya bisa

merasa merdeka karena tidak bergantung pada pihak luar untuk memproduksi padi.

Kesimpulan

Paragraf narasi itu adalah suatu bentuk kisahan mengenai peristiwa atau kejadian berdasarkan

urutan waktu atau secara kronologis. Sedangkan jenis-jenis paragraf narasi ada dua yaitu

paragraf narasi ekspositoris dan paragraf narasi sugestif. Perbedaan wacana narasi dan

wacana lainnya terdapat pada tujuan dari wacana tersbut, narasi lebih bertujuan untuk

menceritakan kembali, sehingga menimbulkan pengertian-pengertian atau asosiasi yng

merefleksikan interpretasi atau penafsiran penuturnya atau penulisnya.

Daftar pustaka

Asi, Yuliati Eka. Bahan Ajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Palangka Raya, 2010.

GM Sudarta. 2008. Candik Ala dalam Cinta di Atas Perahu Cadik, Cerpen Kompas Pilihan

2007. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Haryanto, Ign. (Penyunting). 2009. Menuju Jurnalisme Berkualitas. Jakarta: PT Gramedia,

hlm. 102 – 103

Iper, Dunis. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Palangka Raya, 2010.

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah.

---------------. 2007a. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.

---------------. 2007b. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

Page 8: Pengertian narasi

Sudiati, Vero, dkk. 2005. Kiat Menulis Deskripsi dan Narasi. Jogjakarta: Pustaka Widyatama.

http://www.teksdrama.com/2013/05/contoh-karangan-narasi-dan

penjelesannya.html#ixzz2wVUB657a