Pengertian Muhkam Mutasabih (Nota)

download Pengertian Muhkam Mutasabih (Nota)

of 23

description

nota muhkam

Transcript of Pengertian Muhkam Mutasabih (Nota)

PANDANGAN PARA ULAMAKMuhkamadalah isim maful dari fiilahkama-yuhkimuyang menurut bahasa diertikan dengan: Menahan dari goncangan. Menyempurnakan. Adapun menurut istilah, para ulama berbeza pendapat dalam mengertikanmuhkam. Diantara pendapat-pendapat itu adalah: Dalil yang jelas dan tidak mengandung adanya penasakhan (penghapusan). Ayat yang hanya mengandung satu tafsir saja. Ayat yang bisa dipahami tanpa memerlukan rujukan kepada ayat lain. Ulamak yang berpendapat dengan pendapat pertama diantaranya adalah Al-Jarjani. Diantara perbezaan-perbezaan pendapat tersebut, Ibnu Hazm mengatakan bahwa ada dua pendapat yang paling benar. Yang pertama yaitu ayat yang maknanya sudah jelas, dapat menghilangkan musykilah dan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Yang kedua adalah ayat yang sudah tersusun dengan susunan yang mudah difahami, baik dengan ditafsirkan ataupun tidak tanpa adanya perselisihan. Beliau memaparkan pendapat beliau tersebut dalam kitab Al-Ihkam fi Ushulil Fiqhi. Dari perbezaan-perbezaan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahawa ayatmuhkam menurut istilah adalah ayat yang jelas maknanya, dapat difahami dengan melihat zahirnya, tidak mempunyai kemungkinan dihapus hukumnya dan tidak memerlukan keterangan dari ayat lain untuk memahaminya.MANNA AL-QATHTHAN MEMBAGIMUHKAMMENJADI DUA BAHAGIAN :AMAm di sini berarti umum. Artinya, secara umum, muhkam adalah sempurna karena dengannya bisa dibedakan antara yang benar dan yang batil, mana yang menjadi petunjuk dan mana yang menyesatkan. Bila dimaknakan seperti ini, maka semua ayat dalam Al-Qur`an adalahmuhkam. Karena, Al-Qur`an adalah kalamullah yang sempurna dan dengannya bisa dibedakan mana yang benar dan mana yang salah.Inilah maskud dari ayat : Ertinya: Alif Laam Raa. Ini adalah sebuah kitab yang disempurnakan kemudian diterangkan ayat-ayatnya (penyempurnaan dan keterangan ayat-ayat tersebut) dari Al-Hakim dan Al-Khabir.KHASAdapun makna Khas, yang dimaksudkan oleh Manna Al-Qaththan di sini adalah maknamuhkammenurut istilah, seperti yang telah dipaparkan. Ini sebagaimana yang disebutkan dalam kalamullah: (( ))Artinya:Dia-lah Dzat Yang menurunkan Al-Qur`an atasmu (Nabi Muhammad sas.), yang di dalamnya (Al-Qur`an) ada ayat-ayat yangmuhkam(dan ayat-ayat tersebut menjadi) sumber (apa yang ada di dalam) kitab (Al-Qur`an) dan sebagian ayat yang lain mutasyabih.Pengertian yang khash ini dibagi dua oleh Muhammad Adib Shalih : a.MuhkamLi DzatihiIaitu: Ayat yang tidak mungkin diganti atau dihapus sama sekali sejak pertama kali ayat tersebut diturunkan. Contoh ayat ini adalah ayat-ayat yang menunjukkan tentang Keesaan Allah dan ayat-ayat kauniyyah. b.Muhkam Li GhairihiIaitu: Ayat yang tertutup kemungkinan dinasakhnya dengan wafatnya Rasulullah saw. Contoh ayat ini adalah ayat-ayat tentang perintah, larangan dan ayat-ayat hukum. MUTASYABIHMutasyabihberasal dari fiiltasyabaha-yatasyabahuyang menurut bahasa bererti apa-apa yang saling menyerupai satu sama lain.Untuk Al-Qur`an, penyerupaan itu dalam kesempurnaan, kebagusan, kebaikan dan dalam memberikan banyak hikmah di dalamnya. Sebagaimana para ulama berbeza pendapat dalam mengertikanmuhkammenurut istilah, mereka juga berbeza pendapat dalam mengertikanmutasyabihmenurut istilah, iaitu: Ayat-ayat yang tidak diketahui makna yang sebenarnya oleh siapapun kecuali Allah saja.Ayat yang memiliki banyak tafsiran. Ayat yang tidak boleh difahami menurut zahir lafaz sehingga memerlukan keterangan lain. Dari perbezaan-perbezaan di atas, dapat disimpulkan bahawa ayatmutasyabihmenurut istilah adalah ayat yang masih diperselisihkan tentang penafsirannya dan penafsiran ayat yang sesungguhnya hanya Allah yang tahu.Manna Al-Qaththan membahagi mutsyabih menjadi dua bahagian: AMPembagianmutasyabihkepada am ini cenderung merujuk kepada pengertianmutasyabihmenurut bahasa. Yaitu ayat-ayatnya saling menyerupai dalam kebenaran, keindahan dan tidak ada pertentangan satu sama lain. Bila maknanya seperti ini, maka semua ayat dalam Al-Qur`an adalahmutasyabih. Karena semua ayat-ayat Al-Qur`an tidak saling bertentangan satu sama lain, semua ayat-ayatnya benar dan indah.Inilah yang dimaksud dalam ayat:(( )) . Ertinya: Allah telah menurunkan paling bagusnya perkataan sebagai sebuah kitab (Al-Qur`an) yang saling mneyerupai -tidak ada pertentangan di dalamnya- dan diulang-ulang KHASAdapun makna khas, yang dimaksudkan oleh Manna Al-Qaththan di sini adalah maknamutasyabihmenurut istilah, seperti yang telah dipaparkan. Ini sebagaimana yang disebutkan dalam kalamulLah: (( ))Ertinya:Dia-lah Dzat Yang menurunkan Al-Qur`an atasmu (Nabi Muhammad sas.), yang di dalamnya (Al-Qur`an) ada ayat-ayat yangmuhkam(dan ayat-ayat tersebut menjadi) sumber (apa yang ada di dalam) kitab (Al-Qur`an) dan sebahagian ayat yang lain mutasyabih.Mutasyabih khash terbagi menjadi dua, iaitu: Mutasyabih Hakiki dan Mutasyabih NisbiMutasyabih Hakiki adalah ayat-ayat yang tidak diketahui makna sebenarnya oleh selain Allah. Contoh mutasyabih hakiki adalah ayat-ayat yang menerangkan tentang sifat-sifat dan keadaan-keadaan Allah. Erti dari ayat-ayat tersebut dapat diketahui. Tetapi, tetap tidak diketahui hakikat-hakikat atau wujud sifat dan keadaan Allah yang sebenarnya.Ini dilihat dari kalam Allah:- Ertinya: Dan mereka tidak mempunyai ilmu tentang-Nya . Ertinya: Penglihatan-penglihatan itu tidak dapat mengetahui-Nya, akan tetapi Dia-lah yang mengetahui penglihatan-penglihatan. Dan Dia adalah Dzat Yang Maha Lembut lagi Maha Banyak Khabarnya .Mutasyabih Nisbi adalah ayat-ayat yang samar maknanya bagi sebahagian orang saja. Ayat-ayat tersebut dapat diketahui oleh orang-orang yang teguh dalam ilmu mereka. Kepada merekalah ayat-ayat yang dimusykilkan itu ditanyakan tentang keterangannya supaya orang-orang yang belum faham tentang tafsir Al-Qur`an boleh mengetahui tafsirnya. Sebab, bagaimana orang akan mengamalkan apa yang ada di dalam Al-Quran bila tidak mengetahui keterangannya? Sedangkan Allah juga sudah menerangkan bahawa Al-Quran itu adalah petunjuk, bayan (keterangan), rahmat dan ubat bagi semua manusia. Hal ini dilihat dari kalam Allah Taala:( ) Ertinya: Ini adalah keterangan untuk manusia sekaligus sebagai petunjuk dan nasehat untuk orang-orang yang bertakwa.( ) Ertinya: Dan Kami telah menurunkan Al-Kitab atasmu sebagai keterangan bagi segala sesuatu..Semua ayat dalam Al-Qur`an adalahmuhkam. Dikatakan demikian apabila maknamuhkamdilihat secara etimologi (menurut bahasa) yaitu sempurna karena dengannya bisa dibedakan antara yang benar dan yang batil, mana yang menjadi petunjuk dan mana yang menyesatkan. Ini makna dari kalamullah surat Hud: 1.Semua ayat dalam Al-Qur`an adalahmutasyabih. Dikatakan demikian apabila maknamuhkamdilihat secara etimologi (menurut bahasa) yaitu ayat-ayatnya saling menyerupai dalam kebenaran, keindahan dan tidak ada pertentangan satu sama lain. Ini makna dari kalamullah surat Az-Zumar: 23.Dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagiannyamuhkamdan sebagian yang lainmutasyabih. Dikatakan demikian bila maknamuhkamdanmutasyabihdilihat dari segi terminologi. Ini yang dimaksudkan dalam kalamullah surat Ali Imran: 7.

[1]Al-Burhan fi Ulumil Qur`an, Az-Zarkasyi, jz. 2, hlm. 68.[2]Tajul Arus, Al-Husaini, jz. 1, hlm. 7672.[3]Manahilul Irfan, Az-Zarqani, jz. 12, hlm. 196.[4]At-Tarifat, Al-Jarjani, jz. 1, hlm. 67.[5]Al-Ihkam fi Ushulil Fiqhi, Ibnu Hazm, jz. 1, hlm. 62.[6]Surat Hud: 1.[7]Surat Ali Imran: 7.[8]Tafsirun Nushush, Muhammad Adib Shalih, jz. 1, hlm. 174.[9]Ushulut Tafsir wa Qawaiduhu, Abdurrahman Al-Ak, hlm. 291.[10]Lisanul Arab, Ibnu Manzhur, jz. 13, hlm. 503. Gharibul Qur`an, Ashfahani, jz.2, hlm. 254.[11]Manahilul Irfan, Az-Zarqani, jz. 2, hlm. 196.[12]Mabahits fi Ulumil Qur`an, Manna Al-Qaththan, hlm. 215.[13]Surat Az-Zumar: 23.[14]Surat Ali Imran: 7.[15]Arsyif Multaqa Ahlit Tafsir, Abu Muhammad Al-Mishriy, jz. 1, hlm. 964.[16]Surat Thaha : 110.[17]Surat Al-Anam : 103.[18]Surat Ali Imran : 138.[19]Surat An-Nahl : 89.[20]Surat Asy-Syura : 11.

http://mahadulilmi.wordpress.com/2012/09/23/.11.27pm.ahad.

Definisi Ayat Muhkamat dan MutasyabihatDefinisi Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat

Al Muhkam: ; yang jelas maknanya.al Mutasyabih: ; yang tidak jelas maknanya.[1]

Jadi Ayat-ayat Muhkamat: ayat yang dari sisi kebahasaan memiliki satu makna saja dan tidak memungkinkan untuk ditakwil ke makna lain. Atau ayat yang diketahui dengan jelas makna dan maksudnya. Seperti firman Allah : Maknanya: Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya). (Q.S. asy-Syura: 11) Maknanya: Dia (Allah) tidakada satupun yang menyekutui-Nya. (Q.S. al Ikhlash : 4)

( :65)

Maknanya: Allah tidak ada serupa bagi-Nya. (Q.S. Maryam : 65)

Ayat-ayat Mutasyabihat: ayat yang belum jelas maknanya. Atau yang memiliki banyak kemungkinan makna dan pemahaman sehingga perlu direnungkan agar diperoleh pemaknaan yang tepat yang sesuai dengan ayat-ayat muhkamat. Seperti firman Allah :

( :5)

Penafsiran terhadap ayat-ayat mutasyabihat harus dikembalikan kepada ayat-ayat muhkamat. Ini jika memang berkait dengan ayat-ayat mutasyabihat yang mungkin diketahui oleh para ulama. Sedangkan mutasyabih (hal yang tidak diketahui oleh kita) yang dimaksud dalam ayat

( : 7)

Menurut bacaan waqaf pada lafazh al Jalalahadalah seperti saat kiamat tiba, waktu pasti munculnya Dajjal, dan bukan mutasyabih yang seperti ayat tentang istiwa')Q.S. Thaha : 5). Dalam sebuah hadits Rasulullahshallallahu 'alayhi wasallambersabda :

" "( )

Maknanya: Amalkanlah ayat-ayat muhkamat yang ada dalam Al Qur'an dan berimanlah terhadap yangmutasyabihatdalam Al Qur'an". Artinya jangan mengingkari adanya ayat-ayat mutasyabihat ini melainkan percayai adanya dan kembalikan maknanya kepada ayat-ayat yang muhkamat. Hadits inidla'ifdengan kedla'ifan yang ringan.

Az-Zabidi mengatakan menukil dari al Qusyairi : "Bukankah ada pendapat yang mengatakan bahwa bacaan ayat (tentang takwil) tersebut adalah [ ], Allah menyatakan "Orang yang mendalam ilmunya juga mengetahui takwilnya serta beriman kepadanya" karena beriman kepada sesuatu itu hanya dapat terwujud setelah mengetahui sesuatu itu, sedang sesuatu yang tidak diketahui tidak akan mungkin seseorang beriman kepadanya. Karenanya, Ibnu Abbas mengatakan. Saya termasuk orang-orang yang mendalam ilmunya.

II. Metode Memaknai Ayat Mutasyabihat

Ada dua metode untuk memaknai ayat-ayat mutasyabihat yang keduanya sama-sama benar :

Pertama : Metode Salaf.Mereka adalah orng-orang yang hidup pada tiga abad hijriyah pertama. Yakni kebanyakan dari mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara global (takwil ijmali), yaitu dengan mengimaninya serta meyakini bahwa maknanya bukanlah sifat-sifatjism(sesuatu yang memiliki ukuran dan dimensi), tetapi memiliki makna yang layak bagi keagungan dan kemahasucian Allah tanpa menentukan apa makna tersebut. Mereka mengembalikan makna ayat-ayat mutasyabihat tersebut kepada ayat-ayat muhkamat seperti firman Allah :

( :)

Maknanya: Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya). (Q.S. asy-Syura: 11) Takwil ijmaliini adalah seperti yang dikatakan oleh imam asy-Syafi'i semoga Allah meridlainya- :

" r "

"Aku beriman dengan segala yang berasal dari Allah sesuai apa yang dimaksudkan Allah dan beriman dengan segala yang berasal dari Rasulullahrsesuai dengan maksud Rasulullah", yakni bukan sesuai dengan yang terbayangkan oleh prasangka dan benak manusia yang merupakan sifat-sifat benda (makhluk) yang tentunya mustahil bagi Allah.

Selanjutnya, penafian bahwa ulama salaf mentakwil secara terperinci (takwil tafshili) seperti yang diduga oleh sebagian orang tidaklah benar. Terbukti bahwa dalam Shahih al Bukhari, kitab tafsir al Qur'an tertulis :

" " .

"Surat al Qashash, (Q.S. al Qashash : 88) yakni kecuali kekuasaan dan pengaturan-Nya terhadap makhluk-Nyaatau amal yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada-Nya". Kekuasaan Allah adalah sifat Allah yang azali (tidak memiliki permulaan) , tidak seperti kekuasaan yang Ia berikan kepada makhluk-Nya. Dalam Shahih al Bukhari juga masih terdapat takwil semacam ini di bagian yang lain sepertidlahikyang terdapat dalam hadits ditakwilkan dengan rahmat-Nya yang khusus (ar-Rahmah al Khashshah).

Terbukti dengan sahih pula bahwa imam Ahmad yang juga termasuk ulama salaf mentakwil firman Allah : [ secaratafshili(terperinci), ia mengatakan :yakni datang kekuasan-Nya (tanda-tanda kekuasaan-Nya)". Sanad perkataan imam Ahmad ini disahihkan oleh al Hafizh al Bayhaqi, seorang ahli hadits yang menurut al Hafizh Shalahuddin al 'Ala-i : "Setelah al Bayhaqi dan ad-Daraquthni, belum ada ahli hadits yang menyamai kapasitas keduanya atau mendekati kapasitas keduanya ". Komentar al Bayhaqi terhadap sanad tersebut ada dalam kitabnyaManaqib Ahmad. Sedang komentar al Hafizh Abu Sa'id al 'Ala-i mengenai al Bayhaqi dan ad-Daraquthni terdapat dalam bukunyaal Wasyyu al Mu'lam. Al Hafizh Abu Sa'id al 'Ala-i sendiri menurut al Hafizh Ibnu Hajar : "Dia adalah guru dari para guru kami", beliau hidup pada abad VII Hijriyah.

Banyak di antara para ulama yang menyebutkan dalam karya-karya mereka bahwa imam Ahmad mentakwil secara terperinci (tafshili), di antaranya al Hafizh Abdurrahman ibn al Jawzi yang merupakan salah seorang tokoh besar madzhab Hanbali. Disebut demikian karena beliau banyak mengetahui nash-nash (teks-teks induk) dalam madzhab Hanbali dan keadaan imam Ahmad.

Abu Nashr al Qusyairi juga telah menjelaskan konsekwensi-konsekwensi buruk yang secara logis akan didapat oleh orang yang menolak takwil. Abu Nashr al Qusyairi adalah seorang ulama yang digelari oleh al Hafizh 'Abdurrazzaq ath-Thabsi sebagai imam dari para imam. Ini seperti dikutip oleh al Hafizh Ibnu 'Asakir dalam kitabnyaTabyin Kadzib al Muftari.

Kedua : Metode Khalaf.Mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara terperinci dengan menentukan makna-maknanya sesuai dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab. Seperti halnya ulama Salaf, mereka tidak memahami ayat-ayat tersebut sesuai dengan zhahirnya. Metode ini bisa diambil dan diikuti, terutama ketika dikhawatirkan terjadi goncangan terhadap keyakinan orang awam demi untuk menjaga dan membentengi mereka daritasybih(menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Sebagai contoh, firman Allah yang memaki Iblis :

( :75)

Ayat ini boleh ditafsirkan bahwa yang dimaksud denganal Yadaynadalahal 'Inayah(perhatian khusus) danal Hifzh(memelihara dan menjaga).http://linkfileex.blogspot.com/2013/07/11.43.ahadTUGAS ULUMUL QUR'AN MUHKAM DAN MUTASYABIH

BAB IPENDAHULUAN1.Latar BelakangAl-Quran memberikan kemungkian arti yang tak terbatas. Ayat-ayatnya selalu terbuka untuk interpretasi baru; tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal(Muhammad Arkoun)Betapa indah gambaran Muhammad Arkoun dalam menjelaskan Al-Quran. Sepanjang zaman Al-Quran akan selalu mengalami perkembangan penafsiran (interpretasi baru) sesuai background sang penafsir. Pendapat Muhammad Arkoun di atas, dapat kita buktikan dalam salah satu kajianUlumul Quran, yaitu tentangMuhkamdanMutasyabih. Sebuah kajian yang sering menimbulkankontroversialsepanjang sejarah penafsiran Al-Quran, karena perbedaan interpretasi antara ulama mengenai hakikatMuhkamdanMutasyabih.Dalam Al-Quran, memang disebutkan kata-kataMuhkamdanMutasyabih.Pertama, lafalMuhkam, terdapat dalam Q.S. Hud [11]: 1 Surah Hud [11]: 1 Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu,[707] Maksudnya: diperinci atas beberapa macam, ada yang mengenai ketauhidan, hukum, kisah, akhlak, ilmu pengetahuan, janji dan peringatan dan lain-lain.

Kedua, lafalMutasyabih terdapat dalam Q.S. Zumar [39]: 23 23. Allah Telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang [1312], gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.[1312] maksud berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al Quran supaya lebih Kuat pengaruhnya dan lebih meresap. sebahagian ahli tafsir mengatakan bahwa maksudnya itu ialah bahwa ayat-ayat Al Quran itu diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat Al Faatihah.

Ketiga, lafalMuhkamdanMutasyabihsama-sama disebutkan dalam Al-Quran.Hal ini terdapat pada Q.S. Ali Imran [3]: 7: 7. Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

[183] Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas Maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.[184] termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya Hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.

Berdasarkan tiga ayat dari Surah Hud [11]: 1, Surah al-Zumar [39]: 23, Ali Imran [3]: 7, tersebut, Ibn Habib al-Naisaburi menceritakan adanya tiga pendapat tentang masalah ini.Pertamaberpendapat bahwa Al-Quran seluruhnyaMuhkamberdasarkan ayat pertama.Kedua berpendapat bahwa Al-Quran seluruhnyaMutasyabih berdasarkan ayat kedua.Ketigaberpendapat bahwa sebagian ayat Al-QuranMuhkamdan lainnyaMutasyabihberdasarkan ayat ketiga. Inilah pendapat yang sahih. Ayat pertama, dimaksudkan denganMuhkam-nya Al-Quran adalah kesempurnaan dan tidak adanya pertentangan antara ayat-ayatnya. MaksudMutasyabihdalam ayat kedua adalah menjelaskan segi kesamaan ayat-ayat Al-Quran dalam kebenaran, kebaikan dan kemukjizatannya.Dalam makalah ini, akan dibahas pendapat-pendapat para ulama ahli tafsir mengenaihakikat ayatMuhkamdanMutasyabihdalam Al-Quran.

BAB IIPEMBAHASAN1.Pengertian Muhkam dan MutasyabihSecara etimologi kata muhkamberasal dari kata ihkamyang berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Semua pengertian ini rapada dasarnya kembali kepada satu makna pencegahan.[1] Muhkamdapat berarti sesuatu yang dikukuhkan, jelas, fasih, dan bermaksud membedakan antara dua pihak yang bersengketa, serta memisahkan urusan yang lurus dari yang sesat.[2]Mutasyabihsecaralugawiberasal dari katasyabaha,yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain.Syubhahialah keadaan di mana satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan di antara keduanya secara konkrit atau abstrak.[3]Mutasyabihberasal dari katatasyabuh,yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan lainnya, yang biasanya dapat membawa kepada kesamaran antara kedua hal itu.Syubhahialah keadaan di mana salah satu dari dua hal tidak dapat di bedakan karena adanya kemiripan baik secara konkrit maupun abstrak.Mutasyabihjuga kadang-kadang dipadankan denganmutamatsildalam perkataan dan keindahan.[4]Banyak sekali pendapat para ulama tentang pengertianMuhkamdanMutasyabih, salah satunya al-Zarqani. Di antara definisi yang diberikan Zarqani adalah sebagai berikut:1).Muhkamialah ayat-ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung kemungkinannasakh.Mutasyabihialah ayat yang tersembunyi (maknanya), tidak diketahui maknanya baik secaraaqlimaupunnaqli, dan inilah ayat-ayat yang hanya Allah mengetahuinya, seperti datangnya hari kiamat, huruf-huruf yang terputus-putus di awal surat (fawatih al-suwar). Pendapat ini dibangsakan al-Lusi kepada pemimpin-pemimpin mazhab Hanafi.2).Muhkamialah ayat-ayat yang diketahui maksudnya, baik secara nyata maupun melalui takwil.Mutasyabihialah ayat-ayat yang hanya Allah yang mengetahui maksudnya, seperti datang hari kiamat, keluarnya dajjal, huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awal surat (fawatih al-suwar)pendapat ini dibangsakan kepada ahli sunah sebagai pendapat yang terpilih di kalangan mereka.3).Muhkamialah ayat-ayat yang tidak mengandung kecuali satu kemungkinan makna takwil.Mutasyabihialah ayat-ayat yang mengandung banyak kemungkinan makna takwil. Pendapat ini dibangsakan kepada Ibnu Abbas dan kebanyakan ahli ushul fikih mengikutinya.4).Muhkamialah ayat yang berdiri sendiri dan tidak memerlukan keterangan.Mutasyabihialah ayat yang tidak berdiri sendiri, tetapi memerlukan keterangan tertentu dan kali yang lain diterangkan dengan ayat atau keterangan yang lain pula karena terjadinya perbedaan dalam menakwilnya. Pendapat ini diceritakan dari Imam Ahmad. r.a.5).Muhkamialah ayat yang seksama susunan dan urutannya yang membawa kepada kebangkitan makna yang tepat tanpa pertentangan.Mutasyabihialah ayat yang makna seharusnya tidak terjangkau dari segi bahasa kecuali bila ada bersamanya indikasi atau melalui konteksnya. Lafalmusytarakmasuk ke dalamMutasyabihmenurut pengertian ini. Pendapat ini dibangsakan kepada Imam Al-Haramain.6).Muhkamialah ayat yang jelas maknanya dan tidak masuk kepadanyaisykal(kepelikan).Mutasyabih ialah lawannyaMuhkamatasism-ism(kata-kata benda)musytarakdan lafal-lafalnyamubhamah(samar-samar). Ini adalah pendapat al-Thibi.7).Muhkamialah ayat yang ditunjukkan makna kuat, yaitu lafal nash dan lafalzahir.Mutasyabihialah ayat yang ditunjukkan maknanya tidak kuat, yaitu lafalmujmal, muawwal,danmusykil.Pendapat ini dibangsakan kepada Imam al-Razi dan banyak peneliti yang memilihnya.Subhi ash-Shalih merangkum pendapat ulama dan menyimpulkan bahwa Muhkamadalah ayat-ayat yang bermakna jelas. SedangkanMutasyabihadalah ayat yang maknanya tidak jelas, dan untuk memastikan pengertiannya tidak ditemukan dalil yang kuat.[5]

2.Kriteria Ayat-ayatMuhkamdanMutasyabihPerbedaan pengertianMuhkamdanMutasyabihyang telah disampaikan para ulama di atas, nampak tidak ada kesepakatan yang jelas antara pendapat mereka tentangMuhkamdanMutasyabih, sehingga hal ini terasa menyulitkan untuk membuat sebuah kriteria ayat yang termasukMuhkamdanMutasyabih.J.M.S Baljon, mengutip pendapat Zamakhsari yang berpendapat bahwa termasuk kriteria ayat-ayatMuhkamatadalah apabila ayat-ayat tersebut berhubungan dengan hakikat (kenyataan), sedangkan ayat-ayatMutasyabihatadalah ayat-ayat yang menuntut penelitian (tahqiqat).

Ali Ibnu Abi Thalhah memberikan kriteria ayat-ayatMuhkamatsebagai berikut, yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat lain, ayat-ayat yang menghalalkan, ayat-ayat yang mengharamkan, ayat-ayat yang mengandung kewajiban, ayat-ayat yang harus diimani dan diamalkan. Sedangkan ayat-ayatMutasyabihatadalah ayat-ayat yang telah dibatalkan, ayat-ayat yang dipertukarkan antara yang dahulu dan yang kemudian, ayat-ayat yang berisi beberapa versi, ayat-ayat yang mengandung sumpah, ayat-ayat yang boleh diimani dan tidak boleh diamalkan.Ar-Raghib al-Ashfihani memberikan kreteria ayat-ayatMutasyabihatsebagai ayat atau lafaz yang tidak diketahui hakikat maknanya, seperti tibanya hari kiamat, ayat-ayat Al-Quran yang hanya boleh diketahui maknanya dengan pentafsiran, baik dengan ayat-ayatMuhkamat, hadis-hadis sahih maupun ilmu pengetahuan, seperti ayat-ayat yang lafaznya terlihat anih dan hukum-hukumnya tertutup, ayat-ayat yang maknanya hanya boleh diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya. Sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rasulullah untuk Ibnu Abbas,Ya Allah, kurniakanlah ia ilmu yang mendalam mengenai agama dan limpahankanlah pengetahuan tentang tawil kepadanya. Muhkammenyangkut soal hukum-hukum (faraid),janji, dan ancaman, sedangkan Mutasyabihmengenai kisah-kisah dan perumpamaan.

3.Sebab-sebab Terjadinya Tasyabuh dalam Al-QuranSecara tegas dapat dikatakan, bahwa adanya ayat muhkam dan mutasyabih itu karena Allah SWT. yang menjadikannya demikian itu. Allah Memisahkan / membedakan antara ayat ayat yangmuhkamdari yangmutasyabih, dan menjadikannya ayat yangmuhkamatsebagai bandingan ayat yangmutasyabihat.Maksudnya : Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.( Qs, Al-Imran : 7 ).Sebagian ulama berpendapat, bahwa ayat ayatmutasyabbihattidak dapat diketahui takwilnya oleh siapapun kecuali Allah sendiri. Mereka mewajibkan agar orang tidak mencari-cari takwilnya dan menyerahkan persoalan itu hanya kepada Allah SWT. Sedangkan orang-orang yang mendalam ilmunya hanya berucapkami mengimaninya, semuanya datang dari Tuhan kami.[8] Sebab-sebab terjadinyatasyabuhmenurut pendapat para ulama ialah disebabkan oleh ketersembunyian maksud Allah dari kalam-Nya itu sendiri.Adapun pendapat para ulama mengatakan bahwa penyebab adanyatasyabuhkarena tiga hal yaitu, kesamaran pada lafal ayat, kesamaran pada makna ayat, dan kesamaran pada lafal sekaligus makna ayat itu sendiri.1.Kesamaran pada lafaz ayatAdanya sebagian ayat-ayatmutasyabihatdidalam Al-Quran disebabkan oleh kesamaran pada lafaz, baik lafazmufradmaupun lafazmurakkab.a.Kesamaran pada lafazmufrodAdapun yang dimaksud dengan kesamaran pada lafalmufradini adalah adaya lafaz tunggal yang maknanya tidak jelas, baik disebabkan olehgharibataupunmusytarak(bermakna ganda). Kesamaran makna yang kembali kepada lafamufrodyanggharib,misalnya firman Allah dalam surat Abasa (80: 31-32), yaitu, 31. Dan buah-buahan serta rumput-rumputan,32. Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.

b.Kesamaran pada lafalmurakkabKesamaran pada lafalmurakkabkadang-kadang disebabkan karena lafal-lafal semacam itu terlalu ringkas, panjang atau luas, atau karenasusunan kalimatnya terkesan tidak runtut. Namun maksud ayat ini akan dapat diketahui melalui penelitian dan pengkajian. Contoh lafal ayatmutasyabih murakkabyang terlalu ringkas, dapat dijumpai antara lain dalam firman-Nya surah An-Nisa ayat 3: Maksudnya :Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.

2.Kesamaan pada makna ayatKesamaran atau ketersembunyian yang terjadi pada makna ayat, umumya adalah berupa ayat-ayat mutasyabihat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah. Ayat-ayat yang demikian antara lain dapat disemak dalam firman-Nya: 10. Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah[1396]. tangan Allah di atas tangan mereka[1397], Maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar.

3.Kesamaran pada lafal dan makna ayat sekaligusDalam hubungannya dengan kesamaran pada lafal dan makna ayat tersebut, terdapat lima aspek yang terkait dengannya, yaitu:a.Aspek kuantitas (al-kammiyah),baik yang berkaitan dengan masalah-masalah yang umum maupun yang khusus. Mengenai hal ini dapat disimak dalam firman Allah:#s*syn=|S$#kF{$#Pt:$#(#q=G%$$st.J9$#]ymOdqJ?y`ur.Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu[630], Maka Bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka.Dalam hal ini batas kuantitas yang harus dibunuh masih belum jelas atau samar-samar.b.Aspek cara (al-kaifiyah).Yang termasuk ke dalam kategori ini adalah mengenai cara melaksanakan kewajiban yang diperintahkan agama atau kesunahannya, misalnya dalam firman Allah:_R)$tRr&!$#Iwtms9)Hw)O$tRr&T6$$sO%r&urno4qn=9$#2%!Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Dalam ayat tersebut terdapat kesamaran dalam hal bagaimana cara agar selalu dapat mengingat Allah SWT.c.Aspek waktu (al-wakt, al-zaman)dalam hal yang berkaitan dengan aspek waktu ini, kesamaran atau ketersembunyiannya terletak pada keumuman dari petunjuk yang dibawakan oleh ayat Al-Quran itu sendiri. Misalnya dalam firman-Nya surah al-Imron ayat 102:$pkr'tt%!$#(#qYtB#u(#q)?$#!$#,ymm?$s)?Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa .Ayat tersebut memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu bertakwa dalam waktu yang tidak terbatas. Waktu yang tidak terbatas tesebut mengandung unsur kesamaran. Samapi kapan batas waktunya bertakwa itu, tidak dijelaskan.d.Aspek tempat (al-makn).Aspek tempat memang terkait erat dengan ketersembunyian atau kesamaran lafal dan makna yang terdapat pada ayatmutasyabbihaatitu. Sebagaiman firman Allah dalam surat al- Bakaroh ayat 189:3}s9ur99$#br'/(#q?'s?Vq69$#`B$ydqgDan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya.e.Aspek syarat (syarath-masyruth). Yang dimaksudkan disini adalah syarat-syarat dalam melaksanakan suatu kewajiban, baik mengenai ibdah maupun muamalah todak dirinci dalam ayat-ayat tersebut. Misalnya dalam hal shalat, puasa, haji, nikah dan sebagainya.[9]

4.Macam-macam Ayat MutasyabihAl-Zarqani membagi ayat-ayatMutasyabihatmenjadi tiga macam.[10]a.Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat sampai kepada maksudnya, seperti pengetahuan tentang zat Allah dan hakikat sifat-sifat-Nya, pengetahuan tentang waktu kiamat dan hal-hal gaib lainnya. Allah berfirman Q.S. al-Anam [6]: 59 ....Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri....b.Ayat-ayat yang setiap orang bisa mengetahui maksudnya melalui penelitian dan pengkajian, seperti ayat-ayatMutasyabihatyang kesamarannya timbul akibat ringkas, panjang, urutan, dan seumpamanya. Allah berfirman Q.S. an-Nisa(4:3) ....Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim, Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi....Maksud ayat ini tidak jelas dan ketidak jelasanya timbul karena lafalnya yang ringkas. Kalimat asal berbunyi : ...Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim sekiranya kamu kawini mereka,maka kawinilah wanita-wanita selain mereka.c.Ayat-ayatMutasyabihatyang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan bukan semua ulama.Inilah yang diisyaratkan Nabi dengan doanya bagi Ibnu Abbas: Ya Tuhanku, jadikanlah dia seorang yang paham dalam Agama, dan ajarkanlah kepadanya takwil.5.Pandangan dan Sikap Ulama dalam Menghadapi Ayat MutasyabihSedang menurut para ulama berbeda beda dalam memberikan pengertianal-muhkandanal-mutasyabihdiantaranya sebagai berikut :Ulama Ahlus sunnah wal jamaah mengatakan lafadzmuhkamadalah lafadz yang diketahui mana maksudnya, baik karena memang sudah jelas artinya maupun karena dengan di tawilkan. Sedang lafadzmutasyabihadalah lafadz yang pengetahuan artinya hanya dimonopoli Allah SWT. Manusia tidak ada yang bisa mengetahuinya. Contohnya, terjadinya hari kiamat, keluarnya Dajjal, artti dari huruf huruf muqathaah.Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadzmuhkamialah lafadz yang jelas petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinaskh (dihapus hukumnya). Sedang lafadzmutasyabihadalah lafadz yang sama maksud petunjuknya sehingga tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia ataupun tidak tercantum dalam dalil-dalil naskh. Sebab lafadzmutasyabihitu termasuk hal-hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib. .Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu Abbas mengatakan, lafadzmuhkamialah lafadz yang tidak bisa ditawil kecuali satu arah / segi saja. Sedangkan lafadzmutasyabihadalah artinya dapat ditawilkan dalam beberapa arah / segi, karena masih sama. Seperti masalah surga, neraka, dan sebagainya.[11]6.Metode Memahami Ayat Ayat MutasyabihPara Ulama dalam mamahami ayat ayatmutasyabihatyang terdapat dalam al-Qur'an khususnya ayat ayat mengenai sifat sifat Allah terbagi dalam dua aliran.a.Madzhabsalaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka ketika menghadapi ayatmutasyabihatberusaha untuk mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya kepada Allah SWT.Bagi kaumsalaf, ayat ayatmutasyabihattidak perluditakwilkan. Sebab yang mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT, mereka hanya berusaha mengimaninya.b.Madzhabkhalaf,iaitu para ulama berikutnya generasi berikutnya, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa ayat ayatmutasyabihat yang secara lahir mustahil bagi Allah SWT. harus ditetapkan maknanya dengan pengertian yang sesuai dan sedekat mungkin dengan zat-Nya..Mereka mentakwil lafzistiwa'(besemayam) dengan maha berkuasa menciptakan sesuatu tanpa susah payah. Kalimatja'a rabbuka(kedatangan Allah) dalam Qs. Al-Fajr : 22, ditakwilkan dengan kedatangan perintah-Nya. Katafauqa(diatas) didalam Qs. Al-An'am : 61, dengan ketinggian yang bukan arah atau urusan dan lain sebagainya.

7.Hikmah Diturunkannya Ayat Muhkam dan MutasyabihAda pepatah yang mengatakan,khudil hikmata min ayyi wiain kharajat, ambillah hikmah dari manapun keluar. Begitu pun dalam masalahMuhkamdanMutasyabih. Muhammad Chirzin menyimpulkan setidaknya ada tiga hikmah yang dapat kita ambil dari persoalanMuhkamdanMutasyabihtersebut, hikmah-hikmah itu adalah:a.Andaiakata seluruh ayat Al-Quran terdiri dari ayat-ayatMuhkamat, niscaya akan sirnalah ujian keimanan dan amal lantaran pengertian ayat yang jelas.b.Seandainya seluruh ayat Al-QuranMutasyabihat, niscaya akan lenyaplah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa Al-Quran seluruhnya dari sis Allah, segala yang datang dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan. Tidak akan datang kepadanya (Al-Quran) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakang, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.(Q.S. Fussilat [41]: 42)c.Al-Quran yang berisi ayat-ayatMuhkamatdan ayat-ayatMutasyabihat, menjadi motivasi bagi umat Islam untuk teus menerus menggali berbagai kandungannya sehingga mereka akan terhindar dari taklid, bersedia membaca Al-Quran dengan khusyu sambil merenung dan berpikir.[13]Menurut Yusuf Qardhawi, adanyaMuhkamdanMutasyabihsebenarnya merupakan ke-mahabijaksanaan-Nya Allah, bahwa Al-Quran ditujukan kepada semua kalangan, karena bagi orang yang mengetahui berbagai tabiat manusia, di antara mereka ada yang senang terhadap bentuklahiriyahdan telah merasa cukup dengan bentukliteralsuatunash.Ada yang memberikan perhatian kepada spritualitas suatunash, dan tidak merasa cukup dengan bentuklahiriyahnya saja, sehingga ada orang yang menyerahkan diri kepada Allah dan ada orang yang melakukan pentakwilan, ada manusia intelek dan manusia spiritual.[14]

Muhkam1.Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan bhs. Arabnya lemah. Sebab arti dan maknanya sudah cukup terang dan jelas.2.Memudahkan manusia mengetahui arti dan maksudnya serta menghayatinya.3.Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan mengamalkan isi al-Qur'an sebab ayatnya mudah dimengerti dan dipahami.4.Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umatdalam mempelajari isinya.5.Mempercepat usahatahfidzul Qur'an.[15]Mutasyabih1.Rahmat Allah, sebab sifat dan dzat Allah itu ditampakkan kepada manusia yang lemah, tidak mengetahui segala sesuatu.2.Sebagai bagian dari ujian kepada manusia, apakah dia akan tetap beriman terhadap kabar-kabar yang hak itu, atau malah berpaling.3.Menampilkan dalil atas keberadaan manusia sebagai makhluk yang lemah dan menampilkan syahid terhadap kekuasaan Allah

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana". ( Qs. Al-Baqarah : 31 )4.Menegaskan Kemukjizatan al-Qur'an.5.Memudahkan bacaan, hafalan, dan pemahaman al-Qur'an. Sebab adanya ayatmutasyabihatmutasyabihatsulit dimengerti, maka orang akan banyak berfikir.6.Menambah pahala usaha manusia dengan menambah sukarnya memahami ayat ayatmutasyabihat.

Kalau hikmah ini kita kaitkan dengan dunia pendidikan, setidaknya Allah telah mengajarkan ajaranMuhkam dan Mutasyabihkepada manusia agar kita mengakui adanya perbedaan karakter pada setiap individu, sehingga kita harus menghargainya. Kalau kita sebagai guru, sudah sepatutnya meneladani-Nya untuk kita aplikasikan dalam menyampaikan pelajaran yang dapat diterima oleh peserta didik yang berbeda-beda dalam kecerdasan dan karakter.BAB IIIPENUTUP1.KesimpulanAdapun yang dapat penulis simpulkan dari penulisan makalah ini adalah:1.Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya ketika kita membacanya, sehingga tidak menimbulkan keraguan dan memerlukan pentakwilan.2.Sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang perlu ditakwilkan, dan setelah ditakwilkan baru kita dapat memahami tentang maksud ayat-ayat itu.3.Ayat-ayat mutasyabih adalah merupakan salah satu kajian dalam al-quran yang para ulama menilainya dengan alasannya masing-masing menjadi dua macam, yaitu pendapat ulamaSalafdanKhalaf.4.Kita dapat mengatakan bahwa semua ayat al-Quran itu Muhkam. Jika maksud Muhkam adalah kuat dan kokoh. Tetapi kita dapat pula mengatakan bahwa semua ayat itu adalah Mutasyabih, jika maksud Mutasyabih itu adalah kesamaan ayat-ayatnya dalam halBalaghahdanIjaznya.2. SaranAyat-ayatMuhkamdanMutasyabihadalah dua hal yang saling melengkapi dalam Al-Quran.Muhkamsebagai ayat yang tersurat merupakan bukti bahwa Al-Quran berfungsi sebagaibayan(penjelas) danhudan(petunjuk).Mutasyabihsebagai ayat yang tersirat merupakan bukti bahwa Al-Quran berfungsi sebagai mukjizat dan kitab sastra terbesar[17]sepanjang sejarah manusia yang tidak akan habis-habisnya untuk dikaji dan di teliti.Sebagai ummat Islam hendaknya kita lebih merenungi lagi maksud-maksud Allah menurunkan ayat-ayat tersebut dalam bentuk yang berlainan. Dan menjadikannya pedoman dalam seiap langkah kita.

Akhirnya,Wallahu alam bi as-Sawab.

[1]Usman.Ulumul Quran, Yogyakarta: Teras. 2009, hal.220.[2]Ibid.hal.220.[3]Muhammad Chirzin. 2003.Al-Quran dan Ulumul Quran.Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, hal. 70.[4]Usman. Hal 220-221.[5]Muhammad Chirzin Opcit, Hal, 71.[6]Muhammad Chirzin,op.cit,hal73.[7]Ahmad Syadali dan Ahmad Rofii. 2000.Ulumul Quran I.Bandung: CV. Pustaka setia, hal. 201.[8]Usman, opcit, hal 228.[9]Usman, Opcit, hal 237-239[10]Ahmad Syadali dan Ahmad Rofii. 2000.Ulumul Quran I.Bandung: CV. Pustaka setia, hal. 206.

[11]Drs. Miftah Faridl, Drs. Agus Syihabudin, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama, Bandung, Pustaka, 1989, hlm., 241[12]Drs. Moh. Chotib, Buku Ajar Ulumul Quran, Stain Pemekasan Press, 2006, hlm.265.[13]Muhammad chirzin,Op.cit.hal. 74-75[14]Yusuf,Qardhawi. 1997.Al-Quran dan As-Sunnah Referensi Tertinggi Umat Islam.Jakarta: Rabbani Press.hal. 226.[15]Prof. Dr. H. Abdul Djalal H. A., Ulumul Quran, Surabaya, Dunia Ilmu, 1998, hlm., 262.[16]Drs. Miftah Faridl, Drs. Agus Syihabudin, Al-Quran Sumber H

http://laluhendrinuriskandar.blogspot.com/2012/12/12.01.ahad