Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik

4
Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw April 14, 2010 oleh serumpunilmu21 Model Pembelajaran Cooperative Learning (MPCL) beranjak dari dasar pemikiran “getting better together”, yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Melalui MPCL, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Proses pembelajaran dengan MPCL ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa (Stahl, 1994). Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajarkolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (peer group ) dan belajar secara bekerjasama (cooperative ). Sementara itu, menurut Nur (2001: 3) pembelajaran yang menggunakan modelCooperative Learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda. 4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu. 1. Teknik Jigsaw Menurut Suhardi (2001) mengatakan bahwa teknik Jigsaw adalah suatu teknik belajar diskusi kelompok yang digambarkan sebagai berikut: 1. Satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, banyaknya anggota kelompok disesuaiakan dengan banyaknya problem yang ditawarkan guru, kelompok-kelompok ini disebut denganhome group (kelompok asal). 2. Setiap anggota home group diberi problem yang berbeda-beda, tetapi masing- masing home group diberi persoalan yang sama yang sesuai dengan Indikatornya. Dengan batasan waktu tertentu masing-masing anggota kelompok diskusi menyelesaikan problemnya secara individu.

Transcript of Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik

Page 1: Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik

Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw

April 14, 2010 oleh serumpunilmu21

Model Pembelajaran Cooperative Learning (MPCL) beranjak dari dasar pemikiran “getting better

together”, yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang

kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta

keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Melalui MPCL,

siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa

juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa

yang lain. Proses pembelajaran dengan MPCL ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa

secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6

orang siswa (Stahl, 1994). Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar

yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses

belajarkolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang

belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (peer group)

dan belajar secara bekerjasama (cooperative).

Sementara itu, menurut Nur (2001: 3) pembelajaran yang menggunakan modelCooperative

Learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin

yang berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

1. Teknik Jigsaw

Menurut Suhardi (2001) mengatakan bahwa teknik Jigsaw adalah suatu teknik belajar diskusi

kelompok yang digambarkan sebagai berikut:

1. Satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, banyaknya anggota kelompok

disesuaiakan dengan banyaknya problem yang ditawarkan guru, kelompok-kelompok ini

disebut denganhome group (kelompok asal).

2. Setiap anggota home group diberi problem yang berbeda-beda, tetapi masing-masing home

group diberi persoalan yang sama yang sesuai dengan Indikatornya. Dengan batasan waktu

tertentu masing-masing anggota kelompok diskusi menyelesaikan problemnya secara

individu.

3. Anggota home group akan berpencar dan membentuk kelompok baru yang membawa

persoalan yang sama, kelompok ini disebutexpert group (kelompok ahli). Di kelompok inilah

mereka berdiskusi untuk menyamakan persepsi atas jawaban mereka.

Page 2: Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik

4. Setelah selesai mereka kembali ke home group dan anggota-anggotanya mensosialisasikan

hasil/jawaban dari kelompok ahli tersebut lewat presentasi perkelompok. Diskusi dengan

TeknikJigsaw adalah suatu pengembangan dari pembelajaran yang inovatif dan kooperatif

dimana peranan siswa sangat besar sekali.

2. Hakikat Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw

Model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran

yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning Teknik

Jigsaw dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok terstruktur. Yang termasuk di dalam

struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson Johnson, 1993) yaitu saling ketergantungan positif,

tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw(pembelajaran gotong-

royong) dalam pendidikan adalah “homo homoni socius” yang menekankan bahwa manusia adalah

makhluk sosial.

Cooperative Learning Teknik Jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada

sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja

sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham

konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika

salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan-bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning Teknik Jigsaw”, bahwa model

pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi

ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-

asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa

dianggapCooperative Learning Teknik Jigsaw. Untuk itu harus diterapkan lima unsur model

pembelajaran gotong- royong yaitu:

1. Saling ketergantungan positif.

2. Tanggung jawab perseorangan.

3. Tatap muka.

4. Komunikasi antar anggota.

5. Evaluasi proses kelompok.

Model pembelajaran Cooperative dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan

pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al (2000), yaitu:

Page 3: Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik

1. Hasil belajar akademik.

2. Penerimaan terhadap perbedaaan individu.

3. Pengembangan keterampilan sosial.

Langkah-langkah dalam penerapan Teknik Jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi satu kelas menjadi beberapa kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari

4 – 6 siswa dengan kemampuan berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah

anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang

akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setiap siswa

diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa

dengan materi pembelajaran yang sama dalam kelompok  yang disebut kelompok ahli.

Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta

menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok

asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misalnya 1 kelas

dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang kan dicapai sesuai dengan tujuan

pembelajaran terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat

5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa.

Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang

telah diperoleh atau dipelajari oleh kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok, baik

yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan

presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan perundingan salah satu kelompok untuk

menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan

persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan

perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke kuis berikutnya.

5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.

Hal-hal yang dapat menghambat proses proses pembelajaran dalam penerapanCooperative Learning

Teknik Jigsaw adalah:

1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning

Teknik Jigsaw.

2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses

pembelajaran relatif kecil, sehingga hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas,

yang lain hanya sebagai penonton.

3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning

Teknik Jigsaw.

4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.

5. Terbatasnya pengetahuan siswa.

http://serumpunilmu21.wordpress.com/2010/04/14/pengertian-model-pembelajaran-cooperative-learning-teknik-jigsaw/