PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

42
KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA OLEH : EMILIA A. FAHRIYANSYAH F. FANIADYAH FE. M. ISNAENI ENDANG SUSILO ENDANG YULIANI ERLINA SURYANI ERWIN WIKSUARINI HENDRI AGUS HUSNIA RUAEDA ISTISARAH L. WIDYAWATI LINDAWATI

description

Konsep Kesehatan Jiwa, Stres dan Adaptasi, Ciri-ciri Gangguan Jiwa

Transcript of PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Page 1: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA

OLEH :

EMILIA A.FAHRIYANSYAH F.FANIADYAHFE. M. ISNAENIENDANG SUSILOENDANG YULIANIERLINA SURYANIERWIN WIKSUARINIHENDRI AGUSHUSNIA RUAEDAISTISARAHL. WIDYAWATILINDAWATI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAMSTIKES YARSI MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN NON-REGULER2013

Page 2: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah

Konsep Dasar Kesehatan Jiwa ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang

dimiliki.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian kesehatan jiwa, kriteria jiwa

sehat, gejala gangguan jiwa, stres dan adaptasi. Kami juga menyadari sepenuhnya

bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang

kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun

orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat

kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan di masa depan.

Mataram, Juni 2013

Penyusun

2

Page 3: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................ 3

KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA.................................................................. 4

A. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA................................................................. 4

B. KRITERIA JIWA SEHAT..................................................................................5

C. RENTANG SEHAT JIWA…………………………………………………………..7

D. STRES DAN ADAPTASI..................................................................................8

E. GEJALA GANGGUAN JIWA.......................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 29

3

Page 4: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

KONSEP DASAR KESEHATAN JIWA

A. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh

organisasi, diantaranya menurut :

1. Menurut WHO

Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan

mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan

keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

kepribadiannya.

2. UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996

Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual, emocional

secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras

dengan orang lain.

3. Stuart & Laraia

Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh,

berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki

persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan

lingkungan.

4. Rosdahl

Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan

mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari

stress yang serius.

4

Page 5: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

B. KRITERIA JIWA SEHAT

1. Menurut WHO

a. Sikap positif terhadap diri sendiri

Hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total

contoh: membendingkan dengan teman sebaya pasti ada kekurangan

dan kelebihan. Apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau tidak.

Ingat, jangan mimpi bahwa anda tidak punya kelemahan.

b. Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan puncaknya

adalah aktualisasi diri.

c. Integrasi

Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan

yang positif saja tapi yang negatif juga merupakan bagian anda. Jadi

seluruh aspek merupakan satu kesatuan.

d. Otonomi

Orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan

menerima masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga

keputusan pasienpun bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang

memilih sendiri.

e. Persepsi sesuai dengan kenyataan

Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar karena

perbedaan adat

Dadang Hawari (PR,19-1-1995) mengemukakan pendapat WHO (organisasi

kesehatan dunia), bahwa ada delapan kriteria jiwa (mental) yang sehat, yaitu

sebagai berikut:

a. Mampu belajar dari pengalaman

b. Mudah beradaptasi

c. Lebih senang memberi daripada menerima

5

Page 6: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

d. Lebih senang menolong daripada ditolong

e. Mempunyai rasa kasih sayang

f. Memperoleh kesenangan dari hasil usahanya

g. Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman

h. Berpikir positif (positive thingking)

2. Menurut DEPKES

Pandangan sehat menurut Depkes RI UU No. 23, 1992 tentang Kesehatan

menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa

dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi.

Ciri –ciri kesehatan menurut Depkes RI yaitu :

a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, sedih, dan

sebagainya.

c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan

rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu

diluar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.

d. Kesehatan social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan

dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan

ras, suku, agama atau kepercayaan, social, ekonomi, politik, dan

sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

e. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa)

produktif,dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu

yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya

secara finansial.

3. A. H. Maslow

Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya

adalah:

a. Persepsi akurat terhadap realitas

b. Menerima diri orang lain, dan hakekat manusia tinggi

6

Page 7: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

c. Mewujudkan spontanitas

d. Promblem centered yang akhirnya memerlukan self centered

e. Butuh privasi

f. Otonomi dan mandiri

g. Penghargaan baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu

memperbaiki diri

h. Mengalami pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi

i. Berminat terhadap kesejahteraan manusia

j. Hubungan intim dengan orang terdekat

k. Demokrasi

l. Etik kuat

m. Humor/tidak bermusuhan

n. Kreatif

o. Bertahan atau melawan persetujuan asal bapak senang

C. RENTANG SEHAT JIWA

Sehat dan sakit berada pada suatu rentang dimana setiap orang bergerak

sepanjang rentang tersebut

Rentang sehat sakit menurut model “ Holistik Health “

Rentang sehat sakit :

1. Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur keadaan sehat / kesehatan

seseorang

2. Kedudukannya pada tingkat skala ukur: dinamis dan bersifat individual

3. Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan

kematian pada titik lain.

7

Page 8: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Model Holistic Health juga berfungsi sama pada rentang kesehatan jiwa.

Sehingga rentang sehat jiwa :

1. Bersifat dinamis

2. Dimulai dari sehat optimal-mati

3. Bervariasi pada setiap individu

4. Menggambarkan kemampuan adaptasi

5. Berfungsi secara efektif: sehat.

D. STRES DAN ADAPTASI

1. Pengertian Stress dan Stressor

a. Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap

tuntutan yang dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu

yang mengancam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986).

b. Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang

menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto

Heerdjan, 1987).

c. Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap

situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan

lain-lain”. “Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri,

dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita”

(Maramis, 1999).

d. Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000)

bahwa yang dimaksud “Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran

yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang

dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam

lingkungan tersebut”

e. Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari.

Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian

(Keliat, B.A., 1999).

8

Page 9: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

f. Stressor merupakan faktor internal maupun eksternal yang dapat

mengubah individu dan berakibat pada terjadinya fenomena stress.

(Menurut Emanualsen & Rosenlicht)

Jadi dapat disimpulkan stress adalah dampak dari stressor( penyebab

stress) yang dianggap sebagai tekanan oleh individu sehingga membuatnya

terpaksa untuk terus memikirkan hal tersebut dan akhirnya akan mengganggu

kesehatan psikologinya.

2. Faktor yang Mempengaruhi Stress

Sesuatu yang merupakan akibat pasti memiliki penyebab atau yang disebut

stressor, begitupula dengan stress, seseorang bisa terkena stress karena

menemui banyak masalah dalam kehidupannya. Menurut Grant Brecht

(2000), penyebab dari stress dibedakan menjadi dua macam:

a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan,

seperti kematian, perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan.

b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti

pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan

dimakan, dan antri.

Seperti yang telah diungkapkan di atas, stress dipicu oleh stressor. Tentunya

stressor tersebut berasal dari berbagai sumber, yaitu :

a. Lingkungan

Yang termasuk dalam stressor lingkungan di sini yaitu :

Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu

memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku masing-masing

individu sesuai pemahaman kelompok dalam masyarakat tersebut.

Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut harus selalu

berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat di lingkungan

tersebut.

9

Page 10: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang sesuai

dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat akan kuliah,

perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang dengan keinginannya

dan menimbulkan tekanan pada individu tersebut.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tuntutan

untuk selalu update terhadap perkembangan zaman membuat

sebagian individu berlomba untuk menjadi yang pertama tahu tentang

hal-hal yang baru, tuntutan tersebut juga terjadi karena rasa malu

yang tinggi jika disebut gaptek.

b. Diri sendiri, terdiri dari

Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang ingin

dicapai

Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-menerus

menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan perkembangan.

c. Pikiran

Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan

pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan.

Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang

biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

Penyebab-penyebab stress di atas tentu tidak akan langsung membuat

sesorang menjadi stress. Hal tersebut dikarenakan setiap orang berbeda

dalam menyikapi setiap masalah yang dihadapi, selain itu stressor yang

menjadi penyebab juga dapat mempengaruhi stress. Menurut Kozier & Erb,

1983 dikutip Keliat B.A., 1999, dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai

faktor yaitu:

a. Sifat stressor . Pengetahuan individu tentang bagaimana cara mengatasi

dan darimana sumber stressor tersebut serta besarnya pengaruh

stressor pada individu tersebut, membuat dampak stress yang terjadi

pada setiap individu berbeda-beda.

10

Page 11: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

b. Jumlah stressor yaitu banyaknya stressor yang diterima individu dalam

waktu bersamaan. Jika individu tersebut tidak siap menerima akan

menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya marah pada hal-hal

yang kecil.

c. Lama stressor, maksudnya seberapa sering individu menerima stressor

yang sama. Semakin sering individu mengalami hal yang sama maka

akan timbul kelelahan dalam mengatasi masalah tersebut.

d. Pengalaman masa lalu, yaitu pengalaman individu yang terdahulu

mempengaruhi cara individu menghadapi masalahnya.

e. Tingkat perkembangan, artimya tiap individu memiliki tingkat

perkembangan yang berbeda.

Selain itu adapula beberapa faktor yang juga ikut mempengaruhi stress,

yaitu:

a. Faktor biologis-herediter, kondisi fisik, neurofisiologik dan

neurohormonal.

b. Faktor psikoedukatif/ sosio cultural, perkembangan kepribadian,

pengalaman dan kondisi lain yang memengaruhinya.

3. Jenis-Jenis Stress

Seperti yang sudah disebutkan bahwa stressor dan sumbernya memiliki

banyak keragaman, sehingga dapat disimpulkan stress yang dihasilkan

beragam pula. Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), berdasarkan

penyebabnya stress dapat digolongkan menjadi :

a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi

atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat

arus listrik.

b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat

beracun, hormone, atau gas.Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus,

bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.

11

Page 12: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

c. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan,

organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak

normal.Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh

gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.

Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stres

Psikologis, yaitu :

Frustasi

Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada

rintangan, frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan

kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,

kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran,

perselingkuhan, dan lain-lain).

Konflik

Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-

macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-

approach conflict, approach-avoidance conflict, avoidance -

avoidance conflict.

Tekanan

Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat

berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang

terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya

orang tua menuntut anaknya agar disekolahkan selalu rangking satu

atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.

Krisis

Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada

individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan

penyakit yang harus segera operasi.

Namun keadaan stres yang dialami oleh individu dapat terjadi beberapa

sebab sekaligus, misalnya kombinasi antara frustasi, konflik dan

tekanan.

12

Page 13: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

d. Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan

interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan

4. Tahap-Tahap Terjadinya Stress dan Tingkatannya

Suatu stimulus(stressor) yang datang tidak akan langsung membuat individu

tersebut mengalami stress, tentunya setiap individu dibekali cara, teman atau

tempat untuk menhgilangkan stress sejenak atau untuk selamanya.

Tahapan-tahapan tersebut oleh Dr. Robert J. Van amberg (1979) dibagi

menjadi enam tahapan, yaitu :

a. Stres Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres paling ringan, dan biasanya

disertai dengan perasaan-perasaan seperti :

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)

2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.

3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya;

Namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai

rasa gugup yang berlebihan pula.

4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah

semangat, Namun tanpa disadari cadangan energi semakin

menipis.

b. Stres Tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan”

sebagaimana diuraikan pada tahap I mulai menghilang, dan timbul

keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi

cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.

Istirahat yang dimaksud seperti tidur yang cukup bermanfaat untuk

mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami

pengurangan. Analoginya seperti handphone (HP) yang sudah lemah

harus kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan lagi dengan

baik.

13

Page 14: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada

pada stres tahap II adalah sebagai berikut :

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.

2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

3) Lekas merasa capai menjelang sore hari.

4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel

discomfort).

5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)

6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

7) Tidak bisa santai.

c. Stres tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap

II, maka individu tersebut akan menunjukkan keluhan-keluhan yang

semakin nyata dan mengganggu, yaitu :

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan

“maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare)

2) Ketegangan otot semakin terasa.

3) Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin

meningkat.

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk

tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar

kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini hari

dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa sempoyongan dan serasa

mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus

berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga

beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh

kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang

berkurang.

14

Page 15: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

d. Stres Tahap IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri karena keluhan-

keluhan stres tahap III , oleh dokter individu tersebut dinyatakan tidak

sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ

tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan

diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV

akan muncul :

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2) Aktivitas menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

3) Kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai

(adequate)

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang

menegangkan.

6) Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiidak ada semangat

dan kegairahan.

7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

8) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap

V yang ditandai dengan hal-hal berikut :

1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and

psychological exhaustion)

2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang

ringan dan sederhana.

3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal

disorder).

4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik

15

Page 16: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

f. Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami

serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang

orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit

Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan

karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap

VI ini adalah sebagai berikut :

1)    Debaran jantung teramat keras

2)    Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap)

3)    Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran

4)    Tidak ada tenaga untuk hal-hal yang ringan

5)    Pingsan atau kolaps (collapse)

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di

atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh

gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor

psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

Selain tahapan, stress juga memiliki tingkatan-tingkatan. Manfaaat yang dapat

diambil dari menetahui tingkatan stress sama manfaatnya dengan mengetahui

tahapan-tahapan dari stress, sebab dengan hal tersebut setiap individu dapat

segera mengetahui apakah mereka memiliki stress dan dalam tahap atau

tingkatan apa stress yang sedang dialami. Tentunya tujuan yang pasti ingin

dicapai adalah supaya stress tersebut tidak berlanjut. Stuart dan Sundeen

(1998) mengklasifikasikan tingkat stres, sebagai berikut :

a. Stres Ringan

Stress pada tingkat ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan

kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana

mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

16

Page 17: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

b. Stres Sedang

Pada tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan

mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan

persepsinya.

c. Stres Berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung

memusatkan perhatian pada hal-hal lain, semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi stres, individu tersebut mencoba memusatkan perhatian

pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.

5. Respon Individu Terhadap Stress

Hans Selye (1956) Mengidentifikasi dua respon fisiologis terhadap Stress,

yaitu :

a. Local Adaptation Syndrom (LAS) Tubuh menghasilkan

banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini

termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata

terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.

b. General Adaptation Syndrom (GAS)

1) Fase Alarm (Waspada) Melibatkan pengerahan mekanisme

pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor.

Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik :

curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer

dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak

organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi,

ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.

2) Fase Resistance (Melawan) Individu mencoba berbagai macam

mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah

serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi

fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba

17

Page 18: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi gejala stress

menurun atau normal

3) Fase Exhaustion (Kelelahan) Merupakan fase perpanjangan stress

yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi

penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap

lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri

koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka

kelelahan dapat mengakibatkan kematian.

Sedangkan menurut Dadang Hawari (2001) respon tehadap stress dapat

mengenai hampir seluruh sistem tubuh, seperti :

a. Perubahan warna rambut dari hitam menjadi kecoklat-coklatan, ubanan

atau kerontokan.

b. Gangguan ketajaman penglihatan.

c. Thinitus (pendengaran berdenging)

d. Daya mengingat, konsentrasi, dan berpikir menurun.

e. Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit tersenyum, dan kedutan pada kulit

wajah (tic facialis).

f. Bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa tercekik.

g. Kulit dingin atau panas, banyak berkeringat, kulit kering timbul eksim,

biduran (urtikaria), gatal-gatal, tumbuh jerawat (acne), telapak tangan

dan kaki berkeringat dan kesemutan.

h. Napas terasa berat dan sesak.

i. Jantung berdebar-debar, muka merah atau pucat.

j. Lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit defekasi, atau diare.

k. Sering berkemih

l. Otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal, dan tegang.

m. Kadar gula meninggi, pada wanita terjadi gangguan menstruasi.

n. Libido menurun atau bisa juga meningkat

18

Page 19: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Kemudian reaksi psikologis individu terhadap stress, adalah

a. Kecemasan adalah respon yang paling umum. Merupakan tanda bahaya

yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar

digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan seperti jantung

berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan

susah tidur.

b. Kemarahan dan agresi. Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap

kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum

lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi,

agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan

secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai

perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang.

c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat.

Terkadang disertai rasa sedih

6. Mekanisme Koping

Individu dari semua umur mengalami stress dan mencoba untuk

mengatasinya. Karena ketegangan fisik dan emosional yang menyertai

stress menimbulkan ketidaknyamanan, seseorang menjadi termotivasi untuk

melakukan sesuatu untuk mengurangi stress. 

Koping adalah cara yang dilakukan individu, dalam menyelesaikan masalah,

menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai, dan respons

terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri individu.

Mekanisme koping merupakan skumpulan strategi mental baik disadari

maupun tidak disadari yg digunakan untuk menstabilkan situasi yang

berpotensi mengancam dan membuat kembali ke dalam keseimbangan

(Emanuelsen & Rosenlicht, 1986).

Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan

stres. Hal tersebut bergantung pada :

a. Sifat dan hakikat stres, yaitu intensitas, lamanya, lokal, dan

umum (general).

b. Sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.

19

Page 20: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Strategi koping klien merupakan upaya untuk menimbulkan stabilitas

emosional, menguasai lingkungan, mendefinisikan kembali tugas/tujuan

hidup, dan memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh karena

sakit/penyakit. Beberapa contoh perilaku koping adalah humor, distraksi,

bertanya untuk suatu informasiberbicara dengan yang lain tentang

keluhan/perasaan-perasaannya, mendefinisikan kembali masalah kedalam

istilah yang lebih disukai, menghadapi masalah dengan dengan melakukan

beberapa tindakan, negosiasi kemungkinan pilihan/alternatif, menurunkan

ketegangan dengan minum, makan atau menggunakan obat, menarik diri,

menyalahkan seseorang atau sesuatu, menyalahkan diri sendirimenghindar

dan berkonsultasi dengan ahli agama

Metode koping menurut Folkman & Lazarus (Folkman & Lazarus, 1988;

Folkman et al., 1986), skill dan strategi coping diuraikan sebagai berikut :

a. Planful problem-solving

b. Confrontive coping

c. Seeking social support

d. Distancing (emotion-focused)

e. Escape-avoidance

f. Self-control

g. Accepting responsibility

h. Positive reappraisal

7. Konsep Adaptasi

a. Pengertian Adaptasi

Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial

berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak

dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi

individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.

20

Page 21: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan

homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang

serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.

Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan

eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme.

Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan

fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis

untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah

pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen,

Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi

mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang

seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal,

seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi

terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi

membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.

b. Dimensi Adaptasi

Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional,

intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap

dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klien terhadap

stress, perawat harus mempertimbangkan kondisi individu secara

menyeluruh.

1) Adaptasi Fisiologis

Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah

diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun

demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada

semua klien yang mengalami stress, dan indikator tersebut bervariasi

menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien

mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat

aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.

21

Page 22: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan

durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis

timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang

stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.

Indikator fisiologis stress, yaitu kenaikan tekanan darah, peningkatan

ketegangan di leher, bahu, punggung, peningkatan denyut nadi dan

frekwensi pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki

dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala,

gangguan lambung, suara yang bernada tinggi, mual,muntah dan

diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan perubahan

frekwensi berkemih, dilatasi pupil, gelisah, kesulitan untuk tidur atau

sering terbangun saat tidur temuan hasil laboratorium abnormal,

yaitu peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol dan

katekolamin dan hiperglikemia.

2) Adaptasi Psikologis

Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan

mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan

emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual

mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka

reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan

memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman

terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa

lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan

kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi

media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol

terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang

berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan

untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).

Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :

Ansietas

Depresi

22

Page 23: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Kepenatan

Peningkatan penggunaan bahan kimia

Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.

Kelelahan mental

Perasaan tidak adekuat

Kehilangan harga diri

Peningkatan kepekaan

Kehilangan motivasi.

Ledakan emosional dan menangis.

Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.

Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya

penilaian).

Mudah lupa dan pikiran buntu

Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.

Preokupasi (mis. mimpi siang hari )

Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.

Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit

Letargi

Kehilangan minat

Rentan terhadap kecelakaan.

3) Adaptasi Perkembangan

Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk

menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap

perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas

perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap

perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat

mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap

perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang

berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.

Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika

diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka

23

Page 24: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya

belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).

Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan.

Mereka mulai mnyadari bahwa akumulasi pengetahuan dan

penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai

tujuan, dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan

saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan

oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan

hubungan berteman.

Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi

pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya.

Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan

suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap

stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering

menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).

Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja

ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara

tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik

antara harapan dan realitas.

Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,

menciptakan kasrier yang stabil dan kemungkinan merawat orang

tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada

beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak,

atau orang tua dari kebutuhan mereka. Namun demikian dapat

timbul stress, jika mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab

yang membebani mereka.

Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan

dalam keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan

atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan

terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis.

Perubahan besar dalam kehidupan seperti memasuki masa pension

juga menegangkan.

24

Page 25: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

4) Adaptasi Sosial Budaya

Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial

mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan

kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat

menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga

secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).

Perawat juga harus waspada tentang perbedaan kultural dalam

respon stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku

Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan

sosial dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional

(Murata, 1994).

5) Adaptasi Spritual

Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress

dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam

dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan

pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai

hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang

yang disayangi dapat mengganggu makna hidup seseorang dan

dapat menyebabkan depresi.

Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual,

perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik

keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan

nilai telah berubah.

8. Manajemen Stress

Stress adalah suatu kondisi normal pada waktu menghadapi perubahan dan

ancaman dengan respon yang dapat adaptive. Stress management adalah

usaha seseorang untuk mencari cara yang paling sesuai dengan kondisinya

untuk mengurangi stress yang terjadi dalam dirinya. Manajemen stress

kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi

25

Page 26: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung

pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien.

Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan

pada beberapa daerah perawatan.

Kiat untuk mengendalikan stres menurut Grant Brecht (2000) sebagai

berikut:

a. Sikap, keyakinan dan pikiran harus positif, fleksibel, Rasional, dan

adaptif terhadap orang lain. Artinya, jangan menyalahkan orang lain

sebelum introspeksi diri dengan pengendalian internal.

b. Mengendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan :

1) Kemampuan menyadari (awareness skills).

2) Kemampuan untuk menerima (acceptance skills)

3) Kemampuan untuk menghadapi (coping skills)

4) Kemampuan untuk bertindak (action skills).

c. Mamperhatikan diri, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan

kita.

d.   Mengembangkan sikap efisien.

e.   Relaksasi

f.    Visualisasi (angan-angan terarah).

Teknik singkat untuk menghilangkan stres, misalnya melakukan pernafasan

dalam, mandi santai dalam bak, tertawa, pijat, membaca, kecanduan positif

(melakukan yang disukai secara teratur), istirahat teratur dan ngobrol.

E. GEJALA GANGGUAN JIWA

Tanda-tanda gangguan jiwa dapat dilihat dari gejala-gejala gangguan jiwa yang

merupakan hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatic, psikologik dan

sosiobudaya. Gejala gejala inilah sebenarnya menandakan dekompensasi

proses adaptasi dan terdapat terutama pemikiran, perasaan dan perilaku

(Maramis, 1990).

26

Page 27: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

Gangguan mental dan penyakit mental dalam taraf awal tanda-tandanya sulit

dibedakan, bahkan gejala itu kadangkala menampak pada orang normal yang

sedang tertekan emosinya dalam batas-batas tertentu. Pada taraf awal sulit

dibedakan dengan gejala pada gangguan mental gejala umum yang muncul

mengenahi keadaan fisik, mental dan emosi.

Menurut Maramis (1990), secara umum tanda-tanda gangguan jiwa adalah

berikut:

1. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini

dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.

2. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau

kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).

3. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.

4. Sulit dalam berpikir abstrak.

Menurut Sundari (2005), dalam keadaan fisik dapat dilihat pada anggota tubuh

seseorang yang menderita gangguan jiwa, diantaranya sebagai berikut:

1. Suhu Badan berubah --- Orang normal rata-rata mempunyai suhu badan

sekitar 37 derajat celcius. Pada orang yang sedang mangalami gangguan

mental meskipun secara fisik tidak terkena penyakit kadangkala mengalami

perubahan suhu.

2. Denyut nadi menjadi cepat --- Denyut nadi berirama, terjadi sepanjang hidup.

Ketika menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan, seseorang dapat

mengalami denyut nadi semakin cepat.

3. Nafsu makan berkurang --- Seseorang yang sedang terganggu kesehatan

mentalnya akan mempengaruhi pula dalam nafsu makan.

Keadaan mental dan emosi nampak ditandai dengan:

1. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal)

meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak

rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.

27

Page 28: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

2. Halusinasi yaitu pengelaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya

penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal

tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.

3. Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya,

misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.

4. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan

semangat dan gembira berlebihan.

5. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada

upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan

serba malas dan selalu terlihat sedih (Sundari, 2005).

.

28

Page 29: PENGERTIAN KESEHATAN JIWA

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi .2008. Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta : EGC

Lubis, Namora Lumongga .2009. Depresi Tinjauan Psikologis .Jakarta : Kencana

Sunaryo .2004. Psikologi Untuk Keperawatan . Jakarta : EGC

http://askep.blogdetik.com

http://lensakomunika.blogspot.com

http://lensaprofesi.blogspot.com

http://perawatsupri.wordpress.com

http://tropicalstorm.blogsome.com

29