PENGERTIAN COULOMETER
-
Upload
aidil-saputra -
Category
Documents
-
view
337 -
download
28
Transcript of PENGERTIAN COULOMETER
1. PENGERTIAN COULOMETER
Koulometri adalah suatu metode analisis untuk mengukur konsentrasi yang tidak diketahui dari analit dalam larutan
dengan menentukan jumlah materi yang berubah selama elektrolisis reaksi dengan mengukur jumlah listrik (dalam
coulomb ) yang dikonsumsi atau diproduksi. Coulumb adalah unit untuk kuantitas listrik. Coulometry
adalah nama yang diberikan kepada sekelompok teknik dalam bidang kimia analitik yang menentukan jumlah
materi berubah selama reaksi elektrolisis dengan mengukur jumlah listrik (dalam coulomb) dikonsumsi atau
diproduksi Ada dua kategori dasar teknik kulometri. Coulometry potensiostatik melibatkan memegang konstan
potensial listrik selama reaksi menggunakan potensiostat a. Titrasi, lainnya kulometri disebut atau coulometry
amperostatic, menjaga (diukur dalam ampere) arus konstan dengan menggunakan suatu amperostat. Coulometry
potensiostatik adalah teknik yang paling sering disebut sebagai "elektrolisis massal". Elektroda kerja disimpan pada
potensial konstan dan arus yang mengalir melalui rangkaian diukur. Ini potensial tetap diterapkan cukup lama
untuk sepenuhnya mengurangi atau mengoksidasi semua substrat dalam larutan tertentu. Sebagai substrat
dikonsumsi, saat ini juga menurun, mendekati nol ketika konversi selesai. Massa sampel, massa molekul, jumlah
elektron dalam reaksi elektroda, dan jumlah elektron berlalu selama percobaan semua berhubungan dengan hukum
Faraday. Oleh karena itu, jika tiga dari nilai-nilai diketahui, maka keempat dapat dihitung.
Dalam kimia analitik, bentuk yang mengimplementasikan pengukuran jumlah coulumb terkait dengan
proses transfer elektron yang terjadi secukupnya untuk penyelesaian akan dihitung secara kuantitatif. Kuantitas
analit kemudian dihitung menggunakan hukum faraday. Satu coulumb (1C) adalah kuantitas listrik yang
berhubungan dengan arus listrik sebesar satu ampere yang mengalir selama satu detik: C = A x s Syarat yang
fundamental untuk analisis kulometri adalah bahwa reaksi elektroda yang dipakai untuk penetapan berlangsung
dengan efisiensi 100%, sehingga kuantitas zat yang bereaksi dapat diutarakan dengan memakai hukum faraday.
Bobot yang sesuai dengan satu ekuivalen zat yang sedang dielektrolisis, adalah bobot atomnya atau bobot
molekulnya, dibagi dengan jumlah (number) elektron yang terlibat dalam reaksi elektroda itu. Maka bobot W dari
zat yang dihasilkan atau dipakai habis dalam suatu elektrolisis yang melibatkan Q coulomb, diberikan oleh rumus:
W = Mr. Q
Dimana Wm adalah bobot atom atau bobot molekul dari zat yang sedang dielektrolisis, n adalah jumlah
electron yang terlibat dalam reaksi elektroda itu, dan F adalah tetapan faraday, F = 96.485,31 C. Perlu diingat
bahwa F bisa didefinisikan sebagai kuantitas listrik yang berhubungan dengan bilangan avogadro elektron. Metode
analisis yang didasarkan pada pengukuran suatu kuantitas listrik, dan aplikasi dari persamaan di atas dinamakan
metode kulometri, suatu istilah yang diturunkan dari coulomb.
Keuntungan metode ini adalah tetapan perbandingan antara jumlah arus yang diukur dan berat analit dapat
diturunkan dari tetapan fisika, jadi pembakuan atau peneraan tidak diperlukan seperti biasanya (tidak memerlukan
standar/kalibrasi curve). Selain itu metode koulometri sering seteliti cara gravimetri atau volumetri, dan lebih cepat
dan lebih mudah dari cara gravimetri dan volumetric.
Contoh beberapa macam koulometer:
a) Koulometer iodium yaitu koulometer yang menghasilkan ketepatan yang tinggi
b) Koulometer tembaga akan tetapi hasilnya tidak terlalu akurat
c) Koulometer perak umumnya dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan yang teliti
2. TEKNIK-TEKNIK METODE KULOMETRI
Ada dua kategori dasar teknik kulometri, yaitu koulometri potensiostatik (Koulometri Potensial Terkendali )
dan koulometri amperostatik (koulometri arus konstan/ titrasi koulometri).
1. Koulometri potensiostatik
Teknik ini melibatkan potensial listrik konstan selama reaksi menggunakan potensiostat. Dalam suatu analisis
kulometri dengan potensial terkendali, arus umumnya berkurang secara eksponensial dengan waktu, menurut
persamaan:
It = I0e-k’t atau It = I0 10-kt Dimana I0 adalah arus awal, It arus pada waktu t, dan k (k’) adalah sebuah tetapan, k
= 25,8 DA/ V. Sebuah kurva waktu yang khas diperlihatkan pada gambar, dimana arus berkurang, kurang lebih
secara eksponensial sampai hampir nol. Reaksi ini tepatnya tak pernah lengkap, meskipun demikian, bila angka
banding It/ I0 mencapai suatu nilai yang cukup rendah (misal 0,001) analisis boleh diakhiri.
Dalam elektrolisis pada potensial terkendali, kuantitas listrik Q (coulomb) yang mengalir lewat dari awal
penetapan sampai waktu t, diberikan oleh: Q = It dt
Dimana It adalah arus pada waktu t. Alat yang digunakan dalam kulometri potensial terkendali, dapat ditinjau
dalam tiga pokok pembahasan:
1. Kulometer atau metode lain untuk menetapkan kuantitas listrik
2. Sumber arus yang terkendalikan
3. Bejana elektrolisis
Suatu metode yang kadang-kadang digunakan untuk mengukur kuantitas listrik yang mengalir adalah dengan
memasukkan sebuah resistor standar dalam rangkaian dan menghubungkan sebuah ‘alat’ pencatat potensiometrik
melintang resistor itu. Sumber arus untuk elektrolisis berupa sebuah baterai aki yang besar atau sebuah unit
pensuplai tenaga listrik yang dioperasikan dari saluran listrik pusat bersama-sama sebuah resistor besar secara seri.
Sebuah sirkuit sederhana yang memperlihatkan bagaimana potensial elektroda dapat dikendalikan secara tak-
otomatis, diperlihatkan pada gambar di bawah, tetapi kulometernya atau alat lain untuk mengukur kuantitaslistrik
tidak ikut dimasukkan.
Elektroda yang potesialnya terkendali umumnya disebut elektroda kerja dari sel. Elektroda elektrolisis yang tak
terkendali dinamakan elektroda pembantu, dan elektroda yang ketiga adalah elektroda pembanding (elektroda
referensi), elektroda ini tidak menghantarkan arus elektrolisis, dan semata-mata berfungsi untuk memungkinkan
diamatinya potensial elektroda-kerja. Dua tipe sel elektrolisis, yang sesuai untuk analisis kulometri pada potensial
terkendali, keduanya menggunakan sebuah elektroda merkurium. Pada yang pertama, sel itu mempunyai kapasitas
kira-kira 100 cm3 dan dilengkapi dengan sebuah kran dua-arah untuk memasukkan merkurim katoda dari reservoir,
dan juga untuk mengeluarkan larutan setelah elektrolisis lengkap. Sel ini ditutup dengan tutup dari Bakelit dan
terdapat sebuah pipa penghantar gas untuk mengusir udara yang terlarut dengan nitrogen atau gas lamban lain,
nitrogen yang kelebihan ke luar melalui pipa kaca yang secara longgar menyelubungi batang pengaduk kaca. Dua
jenis anode, yang dicelupkan langsung dalam larutan uji, dapat digunakan yakni sebuah kawat perak berbentuk
spiral yang besar atau sebuah kasa platinum.
Tipe sel katode merkurium yang kedua, mempergunakan pengadukan magnetik. Sebuah pyrex berfungsi
sebagai sel elektrolisis kontak listrik dengan merkurium katode dibuat dengan sepotong kawat platinum pendek
yang disegel ke dalam sisi pada dasar, atau dengan memakai sepotong kawat platinum yang disegel ke dalam alas
sebuah tabung kaca dan tercelup ke dalam katode merkurium itu. Batang pengaduk mengambang di atas
merkurium dan menghasilkan pengadukan antar muka merkurium-larutan yang halus dan efisien. Anode adalah
sepotong kawat platinum kekar yang dipilin menjadi spiral datar. Elektroda pembanding adalah sebuah elektroda
perak-perak klorida dengan ujungnya hanya sekedar menyapu permukaan katode merkurium: puncaknya dipegangi
oleh jepit-buret. Elektroda ini terdiri dari sebuah tabung kaca, yang dasarnya ditutup oleh cakram dari kaca masir.
Setengah bagian tabung yang sebelah bawah terisi gel agar-agar 3 persen dalam kalium klorida jenuh, dan setengah
bagian yang atas mengandung larutan kalium klorida jenuh yang telah dibubuhi setetes larutan perak nitrat molar
untuk menjenuhinya dengan perak klorida. Elektroda yang sesuai adalah sepotong kawat perak murni, yang
tercelup ke dalam larutan dan ditahan dalam sumbat karet.
Dengan menggunakan teknik potensial katode terkendali, adalah mungkin untuk melakukan pemisahan yang sulit
seperti Cu, Bi, Cd, Zn, Ni, dan Co. Elektrolisis paling baik dilakukan dengan menggunakan sebuah potensiostat
yang secara otomatis mengendalikan potensial katode merkurium pada nilai yang dikehendaki relatif terhadap
sebuah elektroda pembanding kalomel jenuh atau perak-perak klorida. Teknik umum untuk melakukan penetapan
kulometrik pada potensial terkendali dari katode merkurium adalah sebagai berikut. Elektroda penopang (50-
60cm¬3) mula-mula ditaruh dalam sel, dan udara diusir keluar dengan mengalirkan arus nitrogen yang cepat
melalui larutan selama kira-kira 5 menit. Katode merkurium lalu dimasukkan melalui kran pada dasar sel (Gambar
XIII.3) dengan menaikkan reservoir merkurium. Pengaduk dijalankan dan ujung jembatan dari elektroda
pembanding disesuaikan, sehingga ia tepat menyentuh, atau terseret-seret sedikit dalam katode merkurium yang
diaduk. Potensiostat disesuaikan untuk mempertahankan potensial kendali yang dikehendaki, dan larutan
dielektrolisis, dengan nitrogen mengair terus-menerus, sampai arus berkurang sampai menjadi suatu nilai konstan
yang sangat kecil. Elektrolisis pendahuluan ini menghilangkan runutan zat-zat pengotor yang tereduksikan, arus
biasanya turun sampai menjali 1 MA atau kurang setelah kira-kira 10 menit. Kemudian suatu volume yang
diketahui (misalnya 10-40cm¬3) dari larutan contoh dipipet ke dalam sel, dan elektrolisis dibiarkan berlangsung
sampai arus berkurang menjadi nilai kecil yang sama yang diamati dengan elektrolit peopang sendirian saja.
Elektrolisis biasanya lengkap dalam satu jam. Kulometer hydrogen-oksigen lalu dibaca, dan bobot W dari logam
yang didepositkan, dibaca dari ungkapan:
W = Mr . Q/ 94687 F
Di mana M adalah bobot atom logam, Q kuantitas total listrik (Coulomb) yang didapat dari pembacaan
kilometer (atau integrator arus waktu), Ib adalah arus latar belakang terakhir (ampere), t adalah waktu elektrolisis
(detik), n adalah jumlah electron yang diperlukan untuk reduksi, dan F adalah tetapan Faraday.
Kulometri potensial terkontrol telah diaplikasikan pada penentuan sejumlah logam, seperti timah hitam, tembaga,
kadmium, perak, dan uranium. Selain itu, teknik ini juga dapat digunakan untuk mengetahui keadaan oksidasi yang
tidak dapat diamati melalui rute kimia. Pada teknik ini laju reaksi tidak ditentukan oleh konsentrasi larutan, tetapi
lebih pada perpindahan massa dari substrat ke dalam larutan permukaan elektroda. Laju akan meningkat ketika
voume larutan menurun dan larutan akan bergerak lebih cepat atau area kerja elektroda meningkat (Deford and
Donald, 1960).
Aplikasi dari teknik koulometri potensiostatik adalah untuk penentuan jumlah arsenik dalam suatu sampel dari
elektrolisis asam arsenous (H3Aso3) ke asam arsenic (H3Aso4) (Deford and Donald, 1960).
Keuntungan: Lebih spesifik daripada titrasi kulometri
Dapat digunakan untuk lebih dari 55 elemen tanpa campur tangan yang serius
2. Koulometri amperostatik
Titrasi ini telah digunakan lebih luas dibandingkan kulometri potensial terkendali. Kulometri pada
potensial terkendali hanya dapat diterapkan untuk sejumlah zat yang terbatas, yang mengalami reaksi kuantitatif
pada sebuah elektroda selama elektrolisis. Dengan menggunakan kulometri pada arus terkendali atau konstan,
ragam zat-zat yang bisa ditetapkan dapat diperluas banyak sekali, dan meliputi banyak zat yang tidak bereaksi
secara kuantitatif ada sebuah elektroda. Elekrolisis arus konstan dipakai untuk membentuk suatu reagensia yang
bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan ditetapkan. Kuantitas zat yang bereaksi dihitung dengan bantuan
hukum faraday, dan kuantitas listrik yang mengalir lewat dapat dievaluasi hanya dengan mengukur waktu
elektrolisis saja pada arus konstan. Karena arus dapat diubah, misalnya dari 0,1 -100 mA, dapatlah ditetapkan
banyaknya bahan yang sesuai dengan 1 x 10-9 sampai 1 x 10-6 ekuivalen per detik dari waktu elektrolisis.
Syarat-syarat fundamental dari suatu titrasi kulometri :
1. Reaksi katode yang membentuk reagensia berlangsung dengan efisiensi 100 %
2. Reagensia yang dibentuk bereaksi secara stoikiometri dan sebaiknya cepat dengan zat yang sedang ditetapkan.
Reagensia itu dapat dibentuk langsung dalam larutan uji atau dalam suatu larutan luar yang diberi kesempatan
untuk mengalir secara kontinu ke dalam larutan uji. Karena suatu kuantitas kecil listrik dapat dengan mudah diukur
dengan derajat ketepatan yang tinggi, metode ini mempunyai kepekatan yang tinggi. Titrimetri kulometri
mempunyai beberapa keuntungan yang penting, yaitu:
1. Larutan-larutan standar tak diperlukan dan sebagai gantinya coulomb menjadi standar primer.
2. Reagensia yang tak stabil, seperti brom, klor, ion perak (II) (Ag2+), dan ion titanium(III) dapat
dipergunakan, karena mereka dibentuk dan segera dipakai habis, tak ada kehilangan pada penyimpangan
atau perubahan titer.
3. Bila perlu, titran-titran yang dalam jumlah sedikit dapat dibentuk. Hal ini menghilangkan
kesukaran-kesukaran yang terlibat dalam menstandarkan dan menyimpan larutan-larutan encer. Prosedur ini
dapat diataptasi dengan ideal untuk digunakan dalam skala mikro atau semimikro.
4. Larutan contoh tak diencerkan dalam prosedur pembentukan dalam itu.
5. Dengan melakukan pratitrasi (titrasi pendahuluan), larutan pembentuk sebelum penambahan contoh ,
dapat diperoleh hasil-hasil yang lebih tepat. Jadi, koreksi indikator titik akhir secara secara otimatis dapat
dihapuskan dan efek dari zat-zat engotor dalam larutan pembentuk dikurangi sampai minimal.
6. Metode yang bagian terbesar bersifat elektris, mudah diadaptasi untuk pengendalian dari jarak jauh. Ini
bermakna dalam titrasi bahan-bahan radioaktif atau berbahaya. Metode ini dapat pula diadaptasi untuk
pengendalian otomatis, karena relative mudahnya pengendalian arus secara otomatis.
Beberapa metode tersedia untuk deteksi titik akhir dalam titrasi kulometri, yaitu:
1. Penggunaan indikator kimia Zat-zat ini tak boleh elektroaktif. Contoh: meliputi jingga metal untuk
brom. Kanji untuk iod, diklorofluoresein untuk klorida, dan eosin untuk bromide dan iodide.
2. Dengan pengamatan-pengamatan potensiometrik. Pembentukan secara elektrolitik diteruskan sampai
e.m.f dari sebuah susunan elektroda pembanding-elektroda indikator yang ditaruh dalam larutan uji mencapai suatu
nilai yang telah ditetapkan terlebih dahulu yang sesuai dengan titik ekivalen.
3. Dengan prosedur amperiostatik Ini didasarkan pada menciptakan kondisi-kondisi sedemikian, titran
mengalami reaksi pada sebuah elektroda indikator dengan menghasilkan suatu arus yang sebanding dengan
konsentasi zat yang elektroaktif.
Dengan potensial dari elektroda indikator dipertahankan konstan, titik akhir dapat ditetapkan dari jalannya
perubahan arus selama titrasi. Voltase yang dikenakan pada elektroda indikator adalah cukup jauh dibawah ‘voltase
penguraian’ elektrolit penopang murni tetapi dekat atau di atas ‘voltase penguraian’ dari elektrolit penopang
ditambah titran bebas, akibatnya selama masih ada zat yang sedang ditetapkan untuk bereaksi dengan titran, arus
indikator akan tetap sangat kecil, tetapi naik segera setelah titik akhir dilampaui dan terdapat titran bebas.
Terdapatlah persediaan ion titran yang relatif tak dapat habis (misal, ion bromide dalam titrasi kulometri dalam
brom), maka arus indikator sebuah titik ekivalen sebagian besar diatur oleh laju refuse titran bebas ( misalnya brom
ke permukaan elektroda indikator). Akibatnya arus indikator adalah sebanding dengan konsentrasi titran bebas
(misal brom) di bagian utama (bulk) larutan dan sebanding dengan luas indikator elektroda (katode untuk brom).
Arus indikator akan naik dengan naiknya lju pengadukan, karena ini mengurangi tebal lapisan difusi pada
elektroda, arus indikator juga agak bergantung pada temperature. Waktu pembentukan ada mana titik ekivalen
dicapai, data ditetapkan dengan mengkalibrasi system elektroda indikator dengan elektrolit penopang sendirian saja
dengan membentuk titran (missal, brom) selama berbagai waktu (missal 10-50 detik) untuk mengevaluasi tetapan
dalam hubungan It = Kt, dimana It adalah arus indikator dan t adalah waktu. Waktu pembentukan sampai titik
ekivalen lalu dapat diperoleh dari nilai akhir arus indikator yang diamatipada titrasi sesungguhnyadengan
menghitung kelebihan waktu pembentukan dan mengurangkan ini dari waktu pembentukan total pada titrasi.
Sebagai pilihan lain dan lebih sederhana, titik ekivalen dapat ditentukan tempaynya dengan mengukur tiga nilai
arus indikator pada tiga waktu yang diukur sesudah titik ekivalen dan mengekstrapolasinya ke arus nol.
4. Dengan menetapkan metode biamperometri henti-mati
5. Dengan pengamatan spektrofotometri
Sel titrasi terdiri dari sebuah kuvet (tabung) spektrofotometri (lintasan cahaya 2 cm). Pengaduk baling-
baling dari kaca yang digerakkan oleh motor dan elektroda kerja platinum ditaruh dalam sel sedemikian rupa
sehingga berada di luar lintasan cahaya : sebuah elektroda platinum dari aam sulfat encer dalam suatu kuvet yang
berdampingan yang juga ditaruh dalam pemegang sel, berfungsi sebagai elektroda pembantu dan dihunungkan
dengan sel titrasi oleh sebuah jembatan garam dari pipa U terbalik. Sebelum titik akhir, absorbans hanya berubah
lambat sekali, tetapi respon yang cepat dan linier terjadi selewat titik akhir. Contohnya : titrasi Fe(II) dalam asam
sulfat encer dengan Ce(IV) yang dibentuk secara listrik pada 400 nm dan titrasi arsen(III) dengan iod yang
dibentuk secara listrik pad 342 cm. Persyaratan titrasi koulometri, yaitu tidak adanya interferensi antara reaksi pada
anoda dan katoda. Interferensi ini dapat dihindarkan dengan menyelubungi anoda, misalkan dengan tabung gelas.
Arus-arus yang digunakan dalam titrasi kulometri biasanya adalah dalam jangka 1-50 mA. Arus-arus yang cukup
konstan dengan mudah diperoleh dari baterai dengan suatu tahanan pengantar seri, tujuh baterai mobil atau aki 6
volt secara seri yang menghasilkan sebuah baterai 42 volt. Penyesuaian tahanan seri ini secara berkala mungkin
diperlukan untuk menjaga agar arus konstan. Titrasi kulometri ada dua, yaitu langsung dan tak langsung. Dimana
untuk kulometri langsung analit sendiri menjadi satu-satunya reaktan pada elektroda dan cara ini jarang digunakan,
yang lebih sering adalah kulometri tak langsung yang melibatkan pembentukan elektrolit reagen yang kembali
bereaksi secara kimia dengan analit. Potensial elektroda kerja selalu dijaga konstan dengan mempertahankan
konsentrasi tinggi substansi yang mengalami reaksi elektroda untuk menghasilkan titran.
3. Coulometer Perak
Umumnya dipakai untuk pekerjaan – pekerjaan yang teliti. Coulometer ini terdiri dari cawan platina yang
juga difungsikan sebagai katoda dan perak murni sebagai anoda. Elektrolitnya merupakan larutan perak nitrat.
Sebelum elektrolisis, cawan platina ditimbang , baru kemudian selnya dipasangkan. Sesudah elektrolisis ,
elektrolitnya didekantasi (dipisahkan) dengan hati-hati dan endapan perak pada cawan dicuci dengan air suling
kemudian dikeringkan dan ditimbang. Dari kenaikan berat ini kemudian dihitung jumlah listrik yang mengalir
melalui coulometer. Coulometer ini dapat memberikan hasil dengan tingkat ketelitian diatas 0,05 %.
4. Coulometer Iodium
Menggunakan larutan kalium iodida dengan elektroda inert. Arus listrik yang mengalir akan terbentuk
iodium, yang jumlahnya dapat ditentukan dengan larutan natrium tiosulfat standar. Dari volume dan konsentresi
larutan Na2S2O3 dapat diketahui jumlah mol Na2S2O3. Dengan menggunakan persamaan reaksi setara saat titrasi
dapat ditentukan jumlah mol I2 total hasil elektrolisis. I2 ini terbentuk saat arus listrik dialirkan kedalam larutan KI.
Dengan mengetahui jumlah mol I2, maka dapat ditentukan jumlah mo elektron yang mengalir, dengan demikian
jumlah listrik yang mengalir dapat ditentukan.