Pengendalian Satwa Liar

18
PENGENDALIAN SATWA LIAR drh. M.Nanang Tejolaksono PENDAHULUAN Pengendalian hewan (animal restraint) meliputi arti luas yang mencakup pengurungan hewan dalam suatu daerah berpagar, sampai dengan menghilangkan aktivitas muskular / otot hewan tersebut yang dikenal dengan “imobilisasi”. Pengendalian hewan dapat dilakukan secara fisik (physical restraint) maupun secara kimia (chemical restraint). Menurut Fowler (1978) ada 4 (empat) faktor dasar yang harus diperhitungkan dalam memilih atau menentukan tehnik pengendalian hewan, yaitu: a. Apakah tehnik tersebut menjamin keselamatan orang yang melaksanakannya ? b. Apakah tehnik tersebut juga menjamin keselamatan hewan yang akan dikendalikan c. Apakah tehnik yang dipilih ini sesuai dengan tujuan pengendalian hewan tersebut? d. Apakah hewan tetap dapat diobservasi dan diamati hingga sadar kembali dan terlepas dari pengaruh fisik atau kimia yang digunakan ? Bilamana keempat faktor tersebut dapat dipenuhi maka tehnik pengendalian hewan ini cocok untuk digunakan. I. PENGENDALIAN FISIK (Physical restraint)

Transcript of Pengendalian Satwa Liar

Page 1: Pengendalian Satwa Liar

PENGENDALIAN SATWA LIAR drh. M.Nanang Tejolaksono

PENDAHULUAN

Pengendalian hewan (animal restraint) meliputi arti luas yang mencakup pengurungan

hewan dalam suatu daerah berpagar, sampai dengan menghilangkan aktivitas muskular / otot

hewan tersebut yang dikenal dengan “imobilisasi”. Pengendalian hewan dapat dilakukan

secara fisik (physical restraint) maupun secara kimia (chemical restraint).

Menurut Fowler (1978) ada 4 (empat) faktor dasar yang harus diperhitungkan dalam

memilih atau menentukan tehnik pengendalian hewan, yaitu:

a. Apakah tehnik tersebut menjamin keselamatan orang yang melaksanakannya ?

b. Apakah tehnik tersebut juga menjamin keselamatan hewan yang akan dikendalikan

c. Apakah tehnik yang dipilih ini sesuai dengan tujuan pengendalian hewan tersebut?

d. Apakah hewan tetap dapat diobservasi dan diamati hingga sadar kembali dan

terlepas dari pengaruh fisik atau kimia yang digunakan ?

Bilamana keempat faktor tersebut dapat dipenuhi maka tehnik pengendalian hewan ini

cocok untuk digunakan.

I. PENGENDALIAN FISIK (Physical restraint)

Pengendalian atau penangkapan satwa liar bukanlah sesuatu yang baru. Sejak jaman

dahulu hal ini telah dilakukan. Hanya cara dan tehnisnya saja yang berbeda. Dahulu

penangkapan seringkali ditujukan untuk membunuh hewan, sedangkan saat ini para ahli telah

melakukan mdifikasi tehnik – tehnik penangkapan serta menciptakan perlengkapan / alat yang

baru sehingga hewan yang ditangkap tetap hidup dan tidak terluka. Pada saat merencanakan

penangkapan satu spesies hewan, kita harus benar–benar mempersiapkan alat–alat yang diper-

lukan dan yang tersedia.

Selain itu informasi tentang peralatan mekanik lain yang pernah dipakai di masa lalu

akan sangat membantu kita, dan yang lebih penting lagi ialah mempertimbangkan apakah

cukup dengan pengendalian fisik saja atau perlu disusul dengan pengendalian secara kimia

(imobilisasi).

A. Peralatan Untuk Pengendalian Satwaliar.

1. Jaring

Page 2: Pengendalian Satwa Liar

- Alat penting dalam penangkapan hewan, tetapi jaring yang baik sulit didapat.

- Jaring nilon kurang baik terutama untuk burung karena bisa menjerat kaki atau sayapnya.

- Sebaiknya terbuat dari bahan berupa kantung kain atau kain kanvas sehingga hewan tidak terjera

- Salah satu sisinya mempunyai bingkai yang cukup lebar tetapi terbuat dari bahan yang ringan.

2. Penutup Kepala Burung (Bird Hoads)

- Burung Ratite yang besar sangat mudah dipegang jika kepalanya ditutup. Juga burung Crane, Stork, dll, yang besar, yang sulit ditangkap dengan jaring.

- Alat ini terdiri dari lingkaran terbuka dengan patok–patok yang menonjol ke atas serta kantung berwarna gelap dengan karet elastis yang dapat dilingkarkan di sekeliling patok tersebut.

3. Jerat Penangkap (Catch Strap atau Catch Pole)

- Sering digunakan untuk mamalia yang agresif

- Terdiri dari tongkat berongga yang dilengkapi tali yang berakhir dengan lingkaran.

- Ujung lingkaran kabel dan bagian bawah tongkat harus dilindungi dengan bahan yang lembut agar tidak merusak mulut / gigi hewan.

- Agar tidak tercekik, usahakan memasukkan sebelah kaki depan sebelum menjeratnya.

4. Tongkat Ular

- Tongkat ular dipakai untuk menjepit dan menangkap ular.

- Alat ini bisa dibeli atau dibuat sendiri oleh petugas.

- Tongkat yang biasa dipakai dilapangan atau di kebun binatang terutama pada permukaan lantai semen kadang – kadang kurang baik sehingga ular dapat terlepas dan tidak dapat dipegang.

- Untuk mengatasi hal ini, dapat dibuat tongkat dari karet busa.

5. Lariat (tali lasso)

- Alat ini amat berguna di tangan petugas yang berpengalaman, tetapi menjadi tidak berguna bila lasso ini digunakan oleh petugas yang tidak berpengalaman.

- Beberapa lariat memakai “honda” (cincin yang terbuat dati logam) agar tali mudah dilepaskan dan tidak mencekik leher hewan.

6. Ankus atau Bull Hook

2

Page 3: Pengendalian Satwa Liar

- Digunakan oleh pelatih gajah

- Ujung harus tajam tetapi sebaiknya tidak menmbus kulit, karena gajah sangat sensitif dan bereaksi cepat terhadap tusukan benda tajam.

7. Sarung Tangan

- Sebaiknya selalu dipakai bila memegang hewan, sebab luka kecil saja pada tangan / jari bisa menyebabkan infeksi.

- Umumnya dipakai sarung tangan kulit yang fleksibel, kecuali untuk memegang burung – burung pemangsa dan hewan penggigit harus menggunakan sarung tangan kulit yang tebal.

8. Kait Penangkap

- Seringkali dipakai untuk menangkap seekor burung dari kawanan burung – burung yang lain.

- Sesudah tertangkap, pengait harus diletakkan rendah di tanah untuk mencegah burung – burung terbang dan luka pada kakinya.

9. Garpu Penangkap

- Alat ini dipakai untuk memegang binatang dengan menjepit di bawah, juga dipakai untuk menjaga jarak dengan hewan agar aman.

- Dapat dibuat dari batang pohon yang ujungnya bercagak dua, tetapi bisa juga ujung cagaknya dibuat dari logam, asalkan ditutup dengan selang karet.

10. Perangkap

- Dipakai untuk hewan–hewan yang akan dipindahkan tanpa pemeriksaan langsung.- Perangkap dapat dipakai dengan aman dan hewan tidak stress.

- Perangkap berupa kotak yang sederhana, dapat dipakaki untuk semua jenis hewan, hanya ukuran dan bahannya harus disesuaikan

II. PENGENDALIAN KIMIA (Chemical Restraint)

( a ). Cara Aplikasi Obat dan Peralatan yang digunakan.

Tantangan pertama bila akan menggunakan bahan kimia untuk imobilisasi dan

pengendalian hewan adalah menempatkan bahan tersebut pada tempat yang dapat

mengabsorpsinya. Tehnik yang paling memuaskan bervariasi dari spesies ke spesies

dan dari hewan ke hewan tergantung pada ukuran , jarak dari operator, kemampuan

untuk menguasai hewan, serta keefektifan peralatan yang tersedia.(Fowler, 1978).

3

Page 4: Pengendalian Satwa Liar

Pada pemberian obat secara per oral, banyak hal-hal yang tak terduga yang harus

dipertimbangkan misalnya: dosis yang kurang tepat, kecepatan penyesuaian tubuh

yang tidak dapat ditentukan serta penyerapan yang lambat dan tidak menentu. Karena

itulah maka pemberian obat melalui injeksi perlu diberikan. Injeksi intravena yang

aman hanya mungkin dilakukan pada hewan yang jinak atau yang sudah diken-

dalikendalikan dalam kandang jepit atau diimobilisasi dengan jaring. Di Kebon

Binatang atau Taman Safari injeksi intra muskular atau intra vena adalah satu-satunya

alternatif (Klos, 1982).

1. Hand Held Syringe.

Injeksi intra muskular dapat dilakukan sangat cepat dengan spoit yang dipegang

tangan. Spoit terbuat dari logam atau plastik hingga tidak pecah bila terbentur,

ketendang atau dipukul oleh hewan.di dalam kandang.

Jarum yang digunakan sebaiknya berukuran besar (18 ga, 20 ga atau 22 ga) dan

pendek, karena semakin panjang jarum yang digunakan akan semakin mudah bengkok

dan memerlukan waktu yang lama untuk penetrasi dan injeksi obat.

2. Stick / Pole Syringe.

Untuk hewan-hewan yang sangat agresif, perlu digunakan Stick / Pole Syringe yang

kokoh dan memungkinkan operator tetap berada dalam jarak yang aman. Prinsip

kerjanya ialah obat langsung di injeksikan pada waktu jarum ditusukkan. Operator

harus menjaga tekanan pada hewan sampai seluruh cairan obat masuk atau sampai

hewan melepaskan diri. Stick syringe terdiri dari tongkat atau pipa kokoh sepanjang

1,7 meter di mana pada salah satu ujungnya diletakkan sebuah syring/spoit dalam

sebuah kerangka dari logam. Mekanisme pegas pada bagian adapter memungkinkan

pengluaran cairan hanya akan terjadi bila ada tekanan terhadap tubuh hewan. Injeksi

terjadi secara otomatis dengan tekanan tinggi. Dosis obat 1-10 ml dapat diberikan

dalam waktu singkat. Sebuah syringe 3 ml seringkali digunakan pada stick syringe.

Jika perlu injeksi secara cepat, maka syringe 6 ml dapat digunakan bila volume obat

lebih dari 2 ml.. Meskipun digunakan syringe 3 ml, jarum hypodermic yang lebih

besar (16 – 14 ga) harus digunakan sehingga obat dapat mengalir ketubuh hewan

dengan cepat.

3. Blow pipe / Blow gun

4

Page 5: Pengendalian Satwa Liar

Sebuah sumpit bisa digunakan untuk melepaskan dart (telinject) kearah hewan dalam

jarak dekat atau dalam kurungan. Dalam situasi dimana stick / pole syringe tidak

praktis untuk digunakan dan pistol CO2 atau senapan tidak ada, maka blow pipe

sangat berguna. Jarak yang efektif kira-kira 8-10 meter atau kurang tergantung dari

berat dart/telinject. Saat ini blow pipe sangat dikenal oleh para pengendali hewan

karena memberikan keuntungan a.l: tidak menimbulkan suara hingga dapat mengu-

rangi kemungkinan timbulnya trauma, sesuai digunakan untuk hewan-hewan kecil,

mudah terlihat dan tidak mempunyai bagia-bagian mekanik yang memerlukan

perawatan khusus. Satu-satunya kerugian adalah ukuran panjangnya serta jangkauan

jarak yang pedek. Sedangkan panjangnya blow pipe ini tergantung dari jarak yang

diperlukan untuk melepaskan syringe. Biasanya bervariasi dari 1 sampai 2 meter,

sedangkan jangkauan jarak maksimum bervariasi sesuai panjang pipa serta

ketrampilan operator, tetapi rata-rata 13,7 meter (Fowler, 1978).

Blow pipe dapat dibeli secara komersial, akam tetapi pipa listrik aluminium, tembaga,

stainless steel, plastik atau jenis pipa lain dengan diameter yang cocok, dapat diguna-

kan. (Blow pipe komersil a.l. telinject, pneu-dart, maxiject dll.)

4. Dart gun / Projectors

Untuk menginjeksi cairan pada jangkauan 1,5 – 6 meter dapat digunakan Dart guns

yang disebut juga Projectors. Pemilihan tipe dart projektor harus disesuaikan dengan

kebutuhan. Jarak yang direkomendasikan dalam menggunakan projektor dengan

jangkauan jarak pendek (pistol, blow gun dll) adalah 10 meter, untuk senapan dengan

jangkauan jarak jauh 25 dan 50 meter, atau untuk Crossbow dengan jangkauan jarak

sangat jauh jaitu 100 meter (Kloss, 1982).

Blow pipe + Telinject dapat digunakan dengan pistol “Vario” dan mengubahnya

menjadi senapan. Model lain dilengkapi dengan sebuah senapan dan dihubungkan

dengan silinder udara atau diberi tekanan dari sebuah pompa udara. Bebrapa Kebon

biatang memiliki sistem ini, tetapi agak mahal dan pada suasana angin kencang kurang

tepat digunakan. Jangkauan jarak yang efektif sekitar 30 meter.

Dart projector yang paling banyak digunakan adalah “Cap-Chur” buatan Palmer

Chemical & Equipment Company, Inc. Ada 3 tipe Cap-Chur projactor yang saat ini

digunakan. Dua diantaranya menggunakan gas CO2 untuk mendorong syringe yaitu:

Cap-Chur Short Range CO2 Projector dan Cap-Chur Long Range CO2 Projector.

Yang lainnya menggunakan isi mesiu. Senapan CO2 tidak menimbulkan suara dan

5

Page 6: Pengendalian Satwa Liar

berguna untuk hewan dalam suatu kelompok. Dart projektor yang lain adalah: Dist

Inject Projector, Paxarma Projectors, Aeroject Equipment dan Zoolu Arms Equipment

(Klos, 1982; International Wildlife Veterinary Service, Inc. 1991).

5. Crossbow

Projekti / syringe dapat diluncurkan dari sebuah bususr panah (Crossbow) yang

memiliki pemegang dart. Busur ini cukup akurat dan tidak menimbulkan suara.

Tekanan dapat diatur sesuai dengan jarak sasaran. Kerugian penggunaan busur ini

adalah ukurannya yang besar sekali, sehingga sulit digunakan pada tempat yang

sempit dan memerlukan kekuatan yang besar untuk memegang busur (Fowler, 1978).

Ketepatan dalam menggunakan busur membutuhkan ketrampilan sampai jarak 30

meter. Pada jarak 50 dan 100 meter ketepatan yang lebih baik dapat dicapai dengan

menggunakan busur yang baik, stabilizer dan range-finder (KLos, 1982).

( b ). Imobilisasi Kimia Dan Obat Bius Yang Digunakan.

Obat-obatan yang digunakan untuk menenangkan dan menangkap satwaliar mirip

dengan yang digunakan untuk membius manusia. Obat-obat ini bekerja pada bagian-

bagian otak untuk menenangkan (tranquilizasi), menekan / depressi (sedasi),

menghilangkan rasa sakit (analgesia) dan menghilangkan kesadaran (anesthesia). Ada

juga curare-like drugs yang dapat menyebabkan paralisis dengan menghambat

transmisi pesan-pesan syaraf ke otot (Succinylcholine dan Gallamine). Obat-obat ini

seringkali disebut paralytics atau muscle relaxant. Karena ansthetikum bekerja pada

sistem syaraf, setelah di injeksikan harus diserap terlebih dahulu dan ikut peredaran

darah untuk mencapai otak atau syaraf perifer dengan konsentrasi yang cukup untuk

dapat menimbulkan efek yang diinginkan.

Untuk satwaliar, obat-obatan yang sering digunakan untuk imobilisasi ialah : Ketamin

HCL, Xylazin HCL dan Tiletamin – Zolazepam (Tabel 1 dan 2).

Ketamin HCL

Obat ini dapat dipakai untuk membius unggas, reptil dan hewan-hewan laboratorium.

Dapat dipakai untuk membius manusia, dan amat baik untuk primata. Bila dikombi-

nasi dengan Xylazine HCL , amat baik untuk membius Carnivora seperti Harimau,

Singa dll.

6

Page 7: Pengendalian Satwa Liar

Xylazine HCL.

Obat ini sangat baik untuk membius hewan-hewan Ruminansia seperti Gajah, Bison,

dan berbagai jenis antelop.

TILETAMINE

Menurut Mc Kenzie (1993), Tiletamin mempunyai efek kerja yang hampir sama

dengan Ketamin, namun 3-5 kali lebih kuat. Akan tetapi Tiletamin punya efek

samping konvulsi dan kataleptik sehungga perlu diatasi dengan mengkombinasi-

kannya dengan diazepinone (zolazepam).

Tiletamin memberikan relaksasi otot yang bagus. Juga waktu induksinya serta

kembalinya kesadaran (recovery) berlangsung dengan mulus dan aman. Dosis yang

dianjurkan ialah 2-10 mg/kg BB (berat badan). Sedangkan waktu induksinya yaitu 5-

10 menit setelah suntikan intra muskuler (IM). Namun demikian obat bius ini bisa

juga diberikan secara Intra Vena. Menurut Mc Kenzie (1993), Pada fase-fase awal

pembiusan, Zoletil ini mempengaruhi pusat respirasi, juga dapat melewati plasenta

serta menyebabkan depresi pernafasan pada hewan yang baru lahir (Plumb,. 1991).

BENZODIAZEPINE

Diazepam (Valium). Secara farmakologis obat ini merupakan penenang

(tranquilizer) ringan yang aksinya sampai ke Thalamus dan Hipothalamus, kemudian

menginduksi Tingkah laku (behaviour) hewan tersebut menjadi lebih ramah, jinak dan

lebih tenang. Gejala ataksia ringan timbul pada dosis yang lebih tinggi sebagai proses

dari relaksasi otot, dan ini bukan masalah. Semua refleks spinal terblokade dan obat

ini sebagai anti kekejangan (anti convulsant) yang sangat efektif dan sering dipakai

bersama-sama (kombinasi) dengan Ketamin/Tiletamin. Bila diberikan secara intravena

(IV), sangat efektif untuk mengatasi progres kejadian kejang-kejang (seizure).

Diazepam ini bisa juga digunakan sebagai premedikasi (pre anaesthetic medication)

untuk menenangkan hewan/satwa yang mengalami eksitasi (Kock et al., 1977). Jadi

Zoletil adalah obat bius injeksi terbaru yang berisi suatu anesthetikum Tiletamin yang

dikombinasi dengan tranquilizer dan “muscle relaxant” Zolazepam. Merupakan

anesthesi umum yang memiliki waktu induksi pendek, dengan sedikit sekali effek

samping namun mempunyai keamanan yang tinggi (maximum safety).

7

Page 8: Pengendalian Satwa Liar

Tabel 1. Daftar obat-obatan untuk imobilisasi satwaliar

Nama obat Nama dagang &Perusahaan

Bentuk kemasan Golongan obat

Etorphine

Fentanyl-Droperidol

Carfentanil

Ketamine HCL

M-99;Lemmon Co.

Innovar-Vet,Pitman-Moore

Wildnil; Wildlife Labs

20 ml vial, 1 mg/ml

20 ml vial,0.4 mg/ml fentamyl20 mg/ml droperidol

10 ml vial; 3 mg/ml

10 dan 100 ml vials;

Narkotikum

Narkotikum,tranquilir

Narkotikum

Cyclohexamine

8

Page 9: Pengendalian Satwa Liar

Tiletamine-Zolazepam

Succinylcholine Cl

Xylazine

Vetalar/Ketalar,Park DavisKetaset; Bristol

Telazol; A.H.RobinZoletil; Virbac

Sucostrin; Squibb

Rompun; Bayer Lockhart

10 ml vial;100 mg/ml

10 ml vial;100 mg/ml

!0 ml vial; 100 mg/ml

20 ml vial; 20 mg/ml100 mlvial;100mg/ml

(dissociative)

Cyclohexamine

Blokade syaraf Otot

Sedative/tranquilizer

Sumber : Fowler, 1991.

Tabel 2. Daftar obat-obatan yang biasa dipakai sebagai antidota

Nama obat Nama dagang & Perusahaan

Bentuk kemasan Golongan obat

Atropine sulfate

Acepromazine-Maleate

Azaperone

Diazepam

Diprenorphine

Naloxone HCL

Nalorphine HCL

Yohimbine HCL

Atropine;Fort Dodge, Lilly

Acepromazine;AyerstAcetylpromazine;Boot

Stressnil; Pitman-Moore

Valium; Roche

M50-50 Lemmon Co.

Narcan; Wildlife Labs.

Nalline; Merck

Antagonil; Wildlfe Lab

20, 50 & 100 ml vials ( 0.5 mg/ml)100 ml vial; 2mg/ml

20 & 50 ml vials; ( 10mg/ml)

20 ml vial; 20 mg/ml

10 ml vial; 5 mg/ml

20 ml vial; 2 mg/ml

1 ml vial; 0.4 mg/ml

10 ml vial; 5 mg/ml

20 ml vial; 5 mg/ml

Parasympatholytic

Phenothiazine,Tranquilizer

Butyrophenone,Tranquilizr

Benzodiazepine

Narcotic antagonist

----- ,, -----

----- ,, ------

Xylazine antagonist

Sumber : Fowler, 1991

B. BEBERAPA KEMUNGKINAN KECELAKAAN YANG DISEBABKAN OLEH SATWA LIAR :

1. MARSUPIALIS (Binatang Berkantong)

- Kanguru :

Semua jenis menggigit, mencakar dengan kaki depan dan menendang bila ditangkap. Jenis yang besar bisa berdiri pada ekornya dan menendang sangat kuat dengan kaki belakang.

- Opossum :Berpura – pura jinak, tetapi secara cepat dia menggigit.

- Nombats :

Berlari mendekati, dan menendang selama penanganan.

9

Page 10: Pengendalian Satwa Liar

2. INSEKTIVORA (Pemakan Insect)

- Bajing Pohon :Kecil tetapi menggigit (pakai sarung tangan kulit).

- Hedge Hogs :Mempunyai duri halus tajam yang dapat menmbus kulit kita sehingga mudah menyebabkan infeksi.

3. CHIROPTERA (Bats = Kelelawar)

- Bats :Hampir semuanya bertubuh kecil tetapi mempunyai gigi jarum yang amat tajam.

4. P R I M A T A

- Great Ape :Semua jenis kera besar sangat kuat sehingga banyak petugas yang mendapat luka – luka serius bahkan hampir terbunuh. Perlu adanya hubungan dekat antara petugas dengan hewan ini, sedangkan hubungan dengan petugas lain yang tidak biasa harus dikurangi / dihindari. Sering terjadi kecelakaan akibat gigitan lewat terali.

- Monyet :Pada umumnya semua primata menggigit dan mencakar sangat cepat. Reaksi mereka sulit diduga.

- Lemur :Menggigit seperti monyet kecil sama seperti jenis lain yang masih ada hubungannya, mereka terutama berbahaya didalam penyerangan berkelompok.

Perhatian :Ketika menangkap atau memegang primete kecil, gunakanlah sarung tangan kulit. Gunakan baju lengan panjang atau pakai jaket tebal, naikkan kerah baju dan pakai sepatu boot sampai dilutut.

5. EDENTATA (Mamalia bergigi sedikit / jarang)

- Sleth :Kelihatan lambat tetapi dapat mencakar dengan cepat dan menggigit bila ketakutan.

- Anteaters :Memeluk musuhnya dan menekan cakarnya yang panjang ke dalam daging korbannya dan sulit dilepaskan. Pakai papan tebal untuk melindungi diri dan jangan coba – coba memegang Anteaters yang besar seorang diri.

- Armadillos :Pada dasarnya tidak berbahaya, tetapi mereka menggigit dan mencakar ketika dipegang.

6. Rodent dan Logomorpha

- Hares dan Rabbits :Mencakar dan menggigit (gunakan sarung tangan / jaring).

- Tikus dan Bajing :Penggigit dan pencakar yang sangat jahat (lindungi tangan dan lengan anda). Rodent yang sangat besar seperti Beavers, Capybara dapat menyebabkan luka gigitan yang serius karena gigi seri yang besar serta rahang yang kuat. Juga hati – hati dengan cakarnya (lindungi tangan dan lengan anda).

- Crested Porceepines (Landak)Bertubuh besar dan gerakannya maju / mundur sangat cepat, lalu menusukkan duri – duri kuatnya yang tajam menembus sepatu boot anda.

10

Page 11: Pengendalian Satwa Liar

- Brasilian Tree PorceepinesMempunyai duri yang bergigi sehingga sulit dilepaskan, bila ditusukkan ke dalam tubuh petugas. (Sarung tangan tidak cukup, perlu pelindung dari papan / kayu).

7. CARNIVORA (Mamalia pemakan daging)

- Canidae (Wolves, Foxes, dll) :Mempunyai rahang yang sangat kuat yang dilengkapi dengan gigi taring yang panjang untuk menembus otot, sementara gigi gerahamnya dapat mengunyah tulang. Demi keamanan untuk menangani wolves yang jinak maka petugas harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang behavior (pola tingkah laku) hewan tersebut. (Kesalahan yang kecil saja bisa menjadi bencana yang besar bagi petugas).

- Racoons, Marteus dan familinya :Menggigit dan mencakar.

- Kinkajous :Memiliki cakar yang sangat tajam dan menggunakannya sama seperti kucing. Mereka juga menggigit.

- Wolverines :Sangat kuat dan cepat. Untuk memegangnya perlu tenaga dan perhatian yang khusus dari petugas. Mereka juga menggigit.

- Skunks :Akan menggigit jika dipegang. Dapat mengeluarkan bau yang khas dan bila disemprotkan ke arah mata manusia akan dapat menimbulkan kebutaan sementara.

- Beruang :Berada di urutan teratas untuk satwa liar yang paling berbahaya. Pukulan telapak tangannya serta kuku – kukunya yang sangat kuat dan runcing sama berbahaya gigitannya untuk dapat membunuh manusia.

- Felidae :Kucing besar yang sangat kuat dan cepat. Cakar tajam dan gigi yang runcing menjadikan mereka sebagai pembunuh yang cukup efisien.

8. PINNIPEDIA

- Seals, Sea Lions :Mempunyai gigi yang sangat tajam. Untuk mempertahankan diri, mereka menggigit dan menginjak jatuh musuhnya (Beratnya : 250 – 300 kg).

9. PROSBOSCIDAE

- Elephant / Gajah :Karena ukuran besarnya yang sangat luar biasa, maka setiap serangan akan merupakan bencana. Gajah dapat melukai petugas dengan berbagai cara, antara lain mengibas belalainya, menendang, menggigit serta menginjak – injak musuhnya. Harus selalu berhati – hati, walaupun gajah tersebut sudah dilatih.

10. ARTIODACTYLA

- Zebra :Menendang dan menggigit.

- T a p i r :

11

Page 12: Pengendalian Satwa Liar

Menyerang dan menggigit.

12