PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

67
PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH NG (NO GOOD) PADA PRODUK ARMATURE TIPE GS34 DI PT. ASMO INDONESIA Oleh Ayi Sutiman 004201305084 Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri 2018

Transcript of PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

Page 1: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK

MENGURANGI JUMLAH NG (NO GOOD) PADA

PRODUK ARMATURE TIPE GS34

DI PT. ASMO INDONESIA

Oleh

Ayi Sutiman

004201305084

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik

Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu

pada Fakultas Teknik

Program Studi Teknik Industri

2018

Page 2: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul “Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Jumlah NG (No

Good) pada Produk Armature Type GS34 di PT. Asmo Indonesia” yang

disusun dan diajukan oleh Ayi Sutiman sebagai salah satu persyaratan untuk

mendapatkan gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknik telah ditinjau

dan dianggap memenuhi persyaratan sebuah skripsi. Oleh karena itu, Saya

merekomendasikan skripsi ini untuk maju sidang.

Cikarang, Indonesia, 31 Oktober 2018

Burhan Primanintyo, B.Sc., M.Eng.

Page 3: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan bahwa skripsi berjdul “Pengendalian Kualitas Untuk

Mengurangi Jumlah NG (No Good) pada Produk Armature Type GS34 di

PT. Asmo Indonesia” adalah merupakan hasil pekerjaan saya dan seluruh ide,

pendapat atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan

referensi yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini

tidak sesuai dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan

dikenakan pada saya.

Cikarang, Indonesia, 31 Oktober 2018

Ayi Sutiman

Page 4: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

LEMBAR PENGESAHAN

Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Jumlah NG (No Good)

pada Produk Armature Tipe GS34 di PT. Asmo Indonesia

Oleh

Ayi Sutiman

ID No. 004201305084

Disetujui oleh

Burhan Primanintyo, B.Sc., M.Eng.

Pembimbing Skripsi

Ir. Andira, M.T.

Ketua Program Studi Teknik Industri

Page 5: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

i

ABSTRAK

PT Asmo Indonesia merupakan perusahaan manufaktur pembuatan komponen

otomotif baik roda 4 maupun roda 2. Salah satu produk yang dibuat di PT. Asmo

Indonesia adalah Armature. Produk armature ini dalam aspek pengendalian

kualitas masih kurang efisien. Setiap perusahaan harus memiliki standar kualitas

untuk masing-masing produk yang mereka produksi demi memenuhi permintaan

pelanggan dan kepuasaan pelanggan. Setelah dianalisa, masih tingginya defect

NG unbalance yang terjadi pada line Armature assembly khususnya pada tipe

GS34 merupakan permasalahan utama yang harus segera diselesaikan untuk

meningkatkan kualitas pada produk Armature itu sendiri. Quality Control

menjadi salah satu alternatif yang digunakan untuk dapat memperbaiki masalah

defect NG Unbalance tersebut. Metode ini menggunakan diagram pareto dan

diagram sebab-akibat untuk mencari akar penyebab masalah. Dari data dan

analisa yang dikumpulkan, terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya cacat

tersebut, yang selanjutnya diidentifikasi menggunakan diagram sebab-akibat.

Berdasarkan analisa tersebut, defect NG unbalance yang tinggi disebabkan oleh

3 faktor, yaitu faktor manusia, metode, dan mesin. Setelah dilakukan perbaikan,

defect NG Unbalance yang terjadi pada line Armature assembly khususnya tipe

GS34 mengalami penurunan, dari yang sebelumnya rata-rata Ratio NG dari

bulan Januari-Maret 2018 sebesar 3.13% turun menjadi 0.46%.

Kata Kunci: Kualitas, Defect, Quality Control, Diagram Fishbone, Diagram

Sebab-Akibat

Page 6: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan skripsi ini. Tidak lupa shalawat dan salam yang senantiasa tercurah

kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW., kepada keluarganya,

sahabatnya, tabi’in, tabiut tabiahum, serta seluruh umatnya hingga akhir zaman

yang menjadikan sebagai uswatun hasanah dan suri tauladan yang baik.

Laporan skripsi yang berjudul “Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi

Jumlah NG (No Good) pada Produk Armatute Tipe GS34 di PT. Asmo

Indonesia” disusun sebagai salah satu syarat wajib yang harus ditempuh dalam

kurikulum perkuliahan di President University. Dengan penelitian ini, penulis

berharap dapat memberikan masukan secara luas kepada PT. Asmo Indonesia.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai

pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang seluas-

luasnya kepada :

1. Bapak Burhan Primanintyo, B.Sc., M.Eng., selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam melaksanakan bimbingan

sampai terselesaikannya laporan skripsi ini, serta memberikan pencerahan

dan dorongan dalam penyusunan laporan skripsi ini.

2. Manager Warehouse, Supervisor, Foreman, Leader dan rekan-rekan kerja PT.

Asmo Indonesia yang telah banyak memberi bimbingan, dukungan serta

bantuannya.

3. Orang tua, istri dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dorongan

dan motivasi kepada penulis selama mengikuti perkuliahan maupun dalam

menyelesaikan laporan skripsi di President University.

4. Seluruh teman-teman khususnya di Fakultas Teknik President University

angkatan 2013.

Penulis sangat menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran membangun

yang dapat membantu penulis menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Page 7: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

iii

Semoga dengan apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat berguna bagi

penulis, rekan-rekan mahasiswa ataupun seluruh pihak yang membutuhkan.

Cikarang, 31 Oktober 2018

Penulis

Page 8: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... I

KATA PENGANTAR ............................................................................................ II

DAFTAR ISI ......................................................................................................... IV

DAFTAR TABEL ................................................................................................. VI

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... VII

DAFTAR ISTILAH .............................................................................................. IX

BAB I ....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 4

1.4. Batasan Masalah ........................................................................................ 4

1.5. Asumsi ....................................................................................................... 5

1.6. Kerangka Penulisan ................................................................................... 5

BAB II ...................................................................................................................... 7

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 7

2.1. Pengertian Kualitas .................................................................................... 7

2.2. Pengertian Pengendalian Kualitas ………...……………………………………11

2.2.1. Tujuan Pengendalian Kualitas ........................................................ 12

2.2.2. Faktor-faktor Pengendalian Kualitas .............................................. 12

2.2.3. Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas ...................................... 13

2.2.4. Tahapan Pengendalian Kualitas ..................................................... 15

2.3. Peningkatan Kualitas ............................................................................... 16

2.4. Quality Control Circle (QCC) .................................................................. 17

2.5. Seven Tools .............................................................................................. 20

2.5.1. Lembar Periksa (Check Sheet)........................................................ 21

2.5.2. Histogram ....................................................................................... 21

2.5.3. Diagram Pareto ............................................................................... 22

2.5.4. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram) .................................. 23

2.5.5. Stratifikasi....................................................................................... 24

Page 9: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

v

2.5.6. Diagram Pencar (Scatter Diagram) ................................................ 25

BAB III………………………………………………………………………………….……….26

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 26

3.1. Studi Pendahuluan ................................................................................... 27

3.2. Identifikasi Masalah ................................................................................. 27

3.3. Pemecahan Masalah ................................................................................. 28

3.4. Pengumpulan Data ................................................................................... 28

3.5. Data dan Analisi ....................................................................................... 30

3.6. Kesimpulan dan Saran ............................................................................. 30

BAB IV .................................................................................................................. 25

DATA DAN ANALISIS ........................................................................................ 25

4.1. Pemecahan Masalah ................................................................................. 25

4.2. Pemilihan Tema ....................................................................................... 29

4.3. Menetapkan Target ......................................................................... 30

4.4. Menentukan Sebab Akibat ............................................................. 30

4.5. Merencanakan Tindakan .......................................................................... 35

4.6. Tindakan Perbaikan ................................................................................. 35

4.6.1. Perbaikan pada Faktor Manusia ..................................................... 35

4.6.2. Perbaikan pada Faktor Metode ....................................................... 38

4.6.3. Perbaikan pada Faktor Mesin ......................................................... 40

4.7. Check Hasil .............................................................................................. 42

4.8. Standarisasi .............................................................................................. 44

BAB V .................................................................................................................... 45

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 45

5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 45

5.2. Saran ........................................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 47

Page 10: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 NG Armature Tipe GS34 ...................................................................... 26

Tabel 4. 2 Jumlah Jenis Cacat Produk Armature Tipe GS34 ................................. 27

Tabel 4. 3 Plan dan Actual ..................................................................................... 29

Tabel 4. 4 Penyebab Faktor Mesin ......................................................................... 34

Tabel 4. 5 Rencana Perbaikan ................................................................................ 37

Tabel 4. 6 Data Perbandingan Cutter Lokal dan CKD .......................................... 41

Tabel 4. 7 Data Monitoring Selama Melakukan Perbaikan ................................... 42

Tabel 4. 8 Data Perbandingan Keseluruhan NG Unbalance .................................. 43

Tabel 5. 1 Perbandingan NG Unbalance sebelum dan Sesudah QCC ................... 45

Page 11: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kualitas dapat Memperbaiki Kemampuan Meraih Laba .................... 9

Gambar 2. 2 Siklus PDCA ..................................................................................... 14

Gambar 2. 3 Contoh Histogram ............................................................................. 22

Gambar 2. 4 Contoh Diagram Pareto ..................................................................... 23

Gambar 2. 5 Contoh Diagram Fishbone ................................................................ 24

Gambar 2. 6 Contoh Scatter Diagram .................................................................... 25

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 26

Gambar 4. 1 Armature Tipe GS34 ......................................................................... 25

Gambar 4. 2 Grafik NG Ratio Armature Assy ....................................................... 26

Gambar 4. 3 Diagram Pareto NG Terbanyak ......................................................... 28

Gambar 4. 4 Grafik Menetapkan Target ................................................................ 30

Gambar 4. 5 Kondisi NG dan OK .......................................................................... 31

Gambar 4. 6 Cutter Local dan CKD....................................................................... 31

Gambar 4. 7 Line Produksi Armature .................................................................... 32

Gambar 4. 8 Diagram Fishbone NG Unbalance .................................................... 32

Gambar 4. 9 Instruksi Kerja Pemasangan Cutter ................................................... 36

Gambar 4. 10 Perbandingan Core Sheet Lokal NG dan OK.................................. 38

Gambar 4. 11 Instruksi Kerja Master Check Electric Machine ............................. 39

Gambar 4. 12 Cutter Lokal .................................................................................... 41

Gambar 4. 13 Cutter CKD ..................................................................................... 41

Gambar 4. 14 Grafik setelah Melakukan Perbaikan NG Unbalance ..................... 43

Page 12: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

viii

Page 13: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

ix

DAFTAR ISTILAH

NG (No good) : Sebuah keadaan dimana sebuah barang/ produk

tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.

Kualitas : Tingkat baik buruk atau taraf atau derajat sesuatu.

Stator : Bagian pada motor listrik atau dinamo listrik yang

berfungsi sebagai stasioner (bagian diam) dari

sistem motor.

Armature : Bagian dari sistem motor (terdiri dari shaft, core

sheet, wire, conmi, dll) yang berputar dikelilingi

magnet dalam stator.

Performance : Tingkat pencapaian atau kinerja

Reliability : Peluang sebuah komponen, sub-sistem atau sistem

yang melakukan fungsinya dengan baik dalam

kondisi dan waktu tertentu.

Estetika : Berkaitan dengan keindahan secara visual.

Defect : Cacat atau kesalahan dalam produk.

Implikasi : Suatu konsekuensi atau akibat langsung dari hasil

penemuan suatu penelitian ilmiah.

Conformance : Kesesuaian kinerja dan kualitas produk dengan

standar yang diinginkan.

Durability : Daya tahan.

Serviceability : Kemudahan dalam perbaikan.

Interpretasi : Proses komunikasi melalui lisan maupun gerakan

antara dua atau lebih pembicara dengan

menggunakan simbol-simbol yang unik atau

berbeda satu sama lain, baik secara simultan

(bersamaan) atau berurutan.

QCC : Suatu kegiatan yang berusaha melakukan

pengendalian mutu atau kualitas dengan cara

mengidentifikasi, menganalisis dan melakukan

tindakan untuk menyelesaikan masalah yang

Page 14: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

x

dihadapi di dalam lingkungan pekerjaan dengan

menggunakan alat-alat pengendalian mutu..

Allowance : Nilai toleransi

Browsing : Suatu aktifitas yang dilakukan di dalam media

internet menggunakan aplikasi perangkat lunak

bernama web browser.

Chipping : Sisa potong besi yang tidak sempurna.

Burry : Tegangan yang tidak normal karena arus terbagi

menjadi dua segmen.

Page 15: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Permasalahan kualitas telah mengarah pada taktik dan strategi perusahaan

secara menyeluruh dalam rangka untuk memiliki daya saing dan bertahan

terhadap persaingan global dengan produk perusahaan lain (La Hatani, 2007).

Kualitas suatu produk bukan suatu yang serba kebetulan (occur by accident)

(Suyadi Prawirosentono, 2007).

Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat atau ukuran kesesuaian produk

dengan standar yang telah ditetapkan (Juwita Alisjahbana, 2005). Jadi,

kualitas yang baik akan dihasilkan dari proses yang baik dan sesuai dengan

standar kualitas yang telah ditentukan berdasarkan kebutuhan pasar.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa perusahaan yang sukses dan

mampu bertahan pasti memiliki program mengenai kualitas. Karena melalui

program kualitas yang baik akan dapat secara efektif mengeliminasi

pemborosan dan meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan.

Dengan memberikan perhatian pada kualitas akan memberikan dampak yang

positif kepada bisnis melalui dua cara yaitu dampak terhadap biaya produksi

dan dampak terhadap pendapatan (Gaspers, 2002 dalam Juwita Alisjahbana,

2005). Namun, meskipun proses produksi telah dilaksanakan dengan baik,

pada kenyataannya seringkali masih ditemukan ketidaksesuaian antara produk

yang dihasilkan dengan yang diharapkan.

Hal tersebut disebabkan adanya penyimpangan-penyimpangan dari berbagai

faktor, baik yang berasal dari bahan baku, tenaga kerja maupun kinerja dari

fasilitas-fasilitas mesin yang digunakan dalam proses produksi tersebut. Agar

produk yang dihasilkan tersebut mempunyai kualitas sesuai dengan standar

yang ditetapkan perusahaan dan sesuai dengan harapan konsumen, maka

perusahaan harus melakukan kegiatan yang berdampak pada kualitas yang

Page 16: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

2

dihasilkan dan menghindari banyaknya produk yang rusak/cacat ikut terjual

ke pasar.

Pengendalian kualitas produk dengan sistem pengecekan berlapis bermanfaat

pula mengawasi tingkat efesiensi. Jadi, dapat digunakan sebagai alat untuk

mencegah kerusakan dengan cara menolak (reject) dan menerima (accept)

berbagai produk yang dihasilkan oleh supplier dan proses produksi. Dengan

menolak atau menerima produk, berarti bisa juga sebagai alat untuk

pengawasan proses produksi.

PT. Asmo Indonesia merupakan perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing)

Jepang yang bergerak di bidang produksi spare part otomotif, khususnya DC

Motor seperti: Armature, Throttle Control, Rear Wiper, Motor & Link, Power

Window, Electric Power Steering, Power Seat, dan lain-lain. Produk-produk

tersebut menggunakan motor (dynamo) untuk sistem penggeraknya. Motor

sendiri terdiri dari beberapa part, seperti stator, magnet dan armature. Salah

satu bagian dari motor tersebut yang juga dibuat oleh PT. Asmo Indonesia

adalah Armature. Armature terdiri dari beberapa bagian poros armature,

kumparan, inti armature (core) dan commutator (conmi).

Line Armature Assy terdiri dari 10 proses untuk menggabungkan masing-

masing bagian menjadi satu bentuk produk armature yang sebagian

didistribusikan ke line lain dan ada juga yang langsung dikirim ke customer

seperti Toyota, Daihatsu, Suzuki, Hino, dan lain-lain. Baik dalam negeri

maupun mancanegara.

Page 17: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

3

Berikut ini adalah data NG Ratio Armature Assy dari bulan Januari-Maret

2018:

Gambar 1.1 di atas menjelaskan bahwa jumlah produk cacat yang ditemukan

di line Armature Assy. Armature tipe GS34 merupakan cacat terbanyak pada

bulan Januari-Maret 2018 dengan produk cacat mencapai jumlah sebanyak

3.316 pcs.

Untuk mengetahui penyebab NG dan perbaikan terhadap tingginya jumlah

cacat produk yang dihasilkan pada line Armature Assy yang secara tidak

langsung berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan. Maka perlu

dilakukan analisa dengan menggunakan Quality Control. Quality Control

lebih terfokus pada pengendalian mutu produk dalam melakukan perbaikan

(improving), menekan kesalahan, dan meminimalisir produk-produk yang

cacat seperti yang biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Jepang.

Penerapan Quality Control sangat diperlukan untuk melakukan identifikasi,

analisis, dan mencari pemecahan beragam masalah yang berkenaan dengan

pekerjaan dan diterapkannya dalam kegiatan operasional suatu perusahaan.

Cara yang efektif dalam penerapan Quality Control ini adalah dengan

menggunakan tujuh alat (7 tools) meskipun bisa juga menggunakan hanya

Gambar 1. 1 NG Ratio Armature Assy

Page 18: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

4

beberapa alat dari semua tools yang ada. Seven Tools digunakan untuk alat

dalam mengolah data serta melihat apa saja faktor yang menyebabkan cacat

pada suatu produk dan kemudian mencari solusi penyelesaian dari tiap-tiap

akar masalah.

1.2. Rumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang tersebut, selanjutnya yang akan dibahas pada

pokok permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Apa saja jenis defect (cacat) yang terjadi pada proses assembly Armature

tipe GS34 di PT. Asmo Indonesia?

2. Bagaimana solusi pemecahan masalah defect (cacat) yang ditemukan pada

assembly armature tipe GS34 di PT. Asmo Indonesia?

3. Apakah pengendalian kualitas dapat menanggulangi defect (cacat) yang

terjadi pada proses assembly armature tipe GS34 di PT. Asmo Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan

Penelitian dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dari satu line di PT.

Asmo Indonesia pada produk armature tipe GS34 sehingga mengurangi cacat

pada produk tersebut. Adapun tujuan penelitan antara lain:

1. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis cacat yang terjadi pada proses assembly

armature tipe GS34 di PT. Asmo Indonesia.

2. Untuk mengetahui solusi pemecahan masalah NG yang terjadi pada

assembly armature tipe GS34 di PT. Asmo Indonesia.

3. Untuk mengetahui apakah pengendalian kualitas dapat menanggulangi

defect (cacat) pada proses assembly armature tipe GS34 di PT. Asmo

Indonesia.

1.4. Batasan Masalah

Berikut beberapa batasan masalah pada penelitian ini:

1. Penelitian dilakukan di PT. Asmo Indonesia pada line Armature Assy.

Page 19: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

5

2. Penelitian difokuskan pada persentase NG tertinggi.

3. Data yang digunakan sebagai bahan analisis adalah data proses produksi

periode Januari-Maret 2018.

4. Produk yang diteliti adalah produk Armature tipe GS34 di departemen

Manufacturing PT. Asmo Indonesia.

5. Untuk mencari dampak dan solusi peneliti berfokus pada diagram

Fishbone.

1.5. Asumsi

Beberapa asumsi yang ada pada penelitian ini diantaranya:

1. Proses produksi berjalan dengan normal pada saat penelitian.

2. Persediaan bahan baku dan material berjalan lancar tanpa ada kekurangan.

1.6. Kerangka Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan laporan ini, kerangkan penulisan dibagi ke

dalam beberapa bab yang berisi dari beberapa uraian maupun keterangan

yang diperoleh. Laporan ini menerapkan penyusunan atas 5 bab yang masing-

masing berdiri sendiri namun sebagai rangkaian yang menjelaskan secara

terperinci dan jelas serta menjadi satu penulisan. Kerangka tersebut berupa:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijabarkan tentang latar belakang dari suatu masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, metode dan

teknik pengumpulan serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan beberapa teori yang menjadi penunjang

penulisan atau penelitian, dan menjelaskan secara singkat tentang

teori yang berkaitan erat dan berhubungan dengan permasalahan

yang akan dibahas dan merupakan tinjauan kepustakaan yang

Page 20: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

6

menjadi landasan dan kerangka berfikir dalam proses pemecahan

masalah dari penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan metodologi penulisan yang digunakan

penulis menguraikan tahapan-tahapan penelitian, metode dalam

pengumpulan data, serta metode analisa dalam memecahkan

masalah yang terjadi di PT. Asmo Indonesia.

BAB IV DATA DAN ANALISIS

Dalam bab ini berisi pengumpulan data, proses produksi dan data

dari beragam jenis cacat yang ada serta jumlah cacat yang telah

dikumpulkan kemudian pengolahan selama proses produksi yang

terjadi dengan pertimbangan dari beberapa teori yang berkaitan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan bagian terakhir dari laporan ini yang

mencakup hasil dan kesimpulan dari penelitian dan beberapa saran

yang diberikan oleh penulis atas hasil telah dicapai.

Page 21: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kualitas

Kualitas atau Quality memiliki beberapa definisi yang berbeda dan bervariasi,

pertama yaitu definisi kualitas dari sisi konvensional hingga definisi kualitas

dari sisi strategi. Definisi kualitas dari sisi konvensional biasanya

menjelaskan karakteristik suatu produk secara langsung, seperti: kinerja

(performance), mudah dalam penggunaan (easy of use), keandalan

(reliability), estetika (esthetic), dan lain-lain. Sedangkan untuk definisi

kualitas dari sisi strategi menyatakan bahwa kualitas merupakan segala

sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (meeting

the needs of customers) (Gasperz, 2002).

Untuk definisi kualitas secara lebih umum dapat dilihat berdasarkan definisi

yang dikemukakan oleh salah satu pakar kualitas, Juran (1974). Beliau

mengartikan bahwa Quality is fitness for use, yaitu bahwa definisi kualitas ini

menekankan pada beberapa poin penting sebagai pengendali dalam

menentukan level kualitas yang wajib terpenuhi oleh suatu produk atau jasa,

yaitu pelanggan atau konsumen. Oleh sebab itu, kemauan pelanggan sangat

berpengaruh terhadap standar kualitas yang harus ditetapkan. Hal tersebut

menunjukan bahwa karakteristik kualitas ditentukan oleh adanya beberapa

elemen yang menentukan level dari kualitas.

Menurut Kotler ada 8 dimension of quality yaitu sebagai berikut:

1. Performa (performance): karakteristik operasi dari sebuah produk,

2. Ciri khas atau kelebihan fitur tambahan (feature),

3. Keandalan (reliability): kemungkinan sebuah malfungsi produk tidak

berjalan dengan baik atau gagal,

4. Spesifikasi produk yang sesuai (conformance to specifications),

Page 22: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

8

5. Daya Tahan (durability),

6. Kemampuan dalam pelayanan (serviceability)

7. Estetika (estethic): pandangan pelanggan terhadap suatu produk dengan

cara dilihat, dirasa, dan didengar,

8. Kesesuaian kualitas dengan persepsi. (perceived quality).

Nyatanya, kualitas merupakan konsep yang sangat rumit untuk dipahami.

Kini, kualitas memiliki beberapa penafsiran, dan tidak bisa diartikan dengan

hanya melihat dari satu aspek saja, dan sangat tergantung pada konteksnya.

Penjelasan mengenai kualitas berdasar pada konteksnya harus dibagi atas

dasar: produk, organisasi, proses, pelayanan, orang, kejadian, hasil,

komunikasi dan kegiatan (Besterfield, 2003:4).

Menurut Dale (2003:12-20), beliau menyimpulkan hasil dari beberapa survey

yang telah dilakukan, yang berfokus pada kualitas merupakan hal terpenting

dari suatu produk dan jasa, antara lain: semakin luasnya pandangan publik

terhadap kualitas produk dan jasa, semakin bertambah tingginya persepsi dan

peranan top manajemen, tidak ada toleransi untuk kualitas dan tidak ada

negosiasi untuk kualitas (quality is not negotiable), kualitas mencakup

seluruh hal (quality is all-pervasive), produktifitas akan meningkat seiring

dengan meningkatnya kualitas suatu produk dan jasa, kinerja pasar sangat

berpengaruh dari kualitas suatu produk dan jasa, meningkatnya kinerja bisnis

akan mempengaruhi meningkatnya kualitas suatu produk dan jasa, tingginya

biaya non kualitas, pelanggan adalah raja, kualitas adalah persepsi hidup (way

of life).

Menurut Render dan Heizer (2004:93-96), terdapat 4 hal yang dapat

berpengaruh terhadap suatu perusahaan, yaitu:

a. Cost dan target pasar: meningkatnya kualitas bisa diartikan bahwa target

pasar meningkat sedangkan biaya yang dikeluarkan harus dapat dipangkas

sedemikian rupa. Kedua hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap profit

atau pendapatan perusahaan. Dapat dilihat pada gambar 2.1.

Page 23: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

9

(Sumber: Render dan Heizer 2001:94)

b. Reputasi atau nama baik perusahaan: kualitas suatu produk dan jasa akan

sangat mempengaruhi reputasi perusahaan. Produk dan jasa baru yang

dihasilkan oleh salah satu perusahaan akan secara otomatis menimbulkan

persepsi baru mengenai kualitas produk dan jasa tersebut. Tata cara

penanganan pegawai oleh sebuah perusahaan juga akan mempengaruhi

reputasi perusahaan. Selain itu, hubungan perusahaan dengan pemasok

juga akan mempengaruhi reputasi perusahaan.

c. Pertanggungjawaban produk: organisasi bertanggung jawab penuh

terhadap seluruh akibat dari penggunaan barang atau jasa.

d. Implikasi internasional: pada era globalisasi seperti sekarang ini, kualitas

adalah sorotan operasional dan internasional. Produk atau jasa yang dibuat

Gambar 2. 1 Kualitas dapat Memperbaiki Kemampuan Meraih

Laba

Page 24: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

10

oleh sebuah perusahaan wajib memenuhi standar kualitas yang telah

ditetapkan dan harga yang diinginkan oleh konsumen atau pengguna,

supaya persaingan produk atau jasa tersebut efektif dalam ekonomi global

ataupun internasional.

Salah satu yang sangat penting bagi seorang pelanggan atau konsumen adalah

kualitas produk. Kualitas dari barang ataupun jasa perlu ditentukan melalui

beberapa dimensi kualitas. Ada 8 dimensi kualitas tersebut yang dipopulerkan

oleh Prof. Garvin yaitu:

1. Performance (kinerja)

Performa berkaitan dengan kemampuan dasar dari suatu produk.

2. Durability (daya tahan)

Yaitu lamanya usia dari suatu produk tersebut dapat bertahan sampai

produk tersebut perlu diganti atau rusak. Semakin tinggi daya tahan

produknya maka semakin tinggi pula frekuensi pemakaian konsumen

terhadap produk atau jasa yang dihasilkan.

3. Conformance to spesification (kesesuaian dengan spesifikasi)

Yaitu kemampuan suatu produk untuk mememuhi spesifikasi yang telah

ditentukan oleh konsumen dan tidak ada cacat yang ditemukan pada

produk.

4. Features (fitur-fitur)

Daya tarik tambahan atau added value (nilai tambah) dapat

menyempurnakan fungsi dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan. Daya

tarik tambahan tersebut diperoleh dari adanya fitur-fitur tambahan yang

ada pada suatu produk atau jasa.

5. Reliability (reliabilitas)

Suatu produk atau jasa akan dikatakan dapat diandalkan apabila

kemungkinan produk atau jasa tersebut rusak semakin kecil atau rendah.

6. Aesthetics (estetika)

Ada hubungannya terhadap beberapa pandangan produk yang dapat dilihat

dari wujud, rasa, bau dan bentuk dari sebuah produk.

Page 25: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

11

7. Perceived Quality (kesan kualitas)

Suatu hasil pemakaian ukuran yang dilakukan dengan cara tidak langsung

oleh sebab adanya potensi pelanggan tidak memahami atau kurang

mengetahui informasi terhadap produk.

8. Serviceability (kemudahan dalam perbaikan)

Kemudahan suatu produk bila diperbaiki atau kemudahan memperoleh

komponen-komponen tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, maka terlihat bahwa konsumen adalah fokus

terbesar dari kualitas suatu produk atau jasa. Dengan demikian suatu produk

atau jasa dibuat untuk dapat memenuhi kepuasan dan keinginan pelanggan.

Kualitas berdasarkan sudut pandang pelanggan adalah pengalaman yang

sebenarnya terhadap suatu produk atau jasa menurut kebutuhan konsumen

tersebut, baik yang dirasakan ataupun yang tidak dirasakan.

Kualitas yang dihasilkan oleh produsen akan selalu berupaya untuk dapat

memenuhi kebutuhan konsumen. Oleh sebab itu, meningkatkan kualitas

produk yang dihasilkan secara terus-menerus adalah salah satu cara untuk

dapat memenuhi tuntutan tersebut.

2.2. Pengertian Pengendalian Kualitas

Suatu teknik atau kegiatan agar memperoleh, menjaga, serta meningkatkan

kualitas dari suatu produk atau jasa dapat diartikan sebagai pengendalian

kualitas atau quality control. Pengendalian kualitas juga dapat dikatakan

sebagai suatu cara untuk menjaga dan meningkatkan mutu suatu produk atau

jasa, supaya spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan dapat diikuti

dan dipenuhi oleh produk atau jasa yang dihasilkan. Dalam menjalankan

proses pengendalian kualitas ada beberapa faktor yang berhubungan dengan

teknik dan kegiatan, yaitu sebagai berikut :

1. Spesifikasi dari sebuah produk,

2. Design dari suatu produk atau jasa agar spesifikasi terpenuhi,

3. Produksi agar tercapainya tujuan dari spesifikasi,

Page 26: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

12

4. Inspeksi untuk menentukan conformance terhadap spesifikasi,

5. Persepsi terhadap fungsi dari produk atau jasa agar tersedianya informasi

yang dipergunakan untuk perbaikan dan spesifikasi yang dibutuhkan.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk dapat meningkatkan kualitas produk atau

jasa secara terus-menerus. Suatu produk atau jasa dapat dikembangkan dan

dipelihara kualitasnya dengan cara mengendalikan kualitas dari produk atau

jasa itu sendiri.

2.2.1. Tujuan Pengendalian Kualitas

Tujuan dari pengendalian kualitas adalah :

a. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang

telah ditetapkan.

b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

c. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan

menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil

mungkin.

d. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah

mungkin.

2.2.2. Faktor-faktor Pengendalian Kualitas

Menurut Douglas C.Montgomery (2001:26) dan berdasarkan literatur

lain menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan adalah :

a. Kemampuan proses batas-batas yang ingin dicapai haruslah

disesuaikan dengan kemempuan proses yang ada. Tidak ada gunanya

mengendalikan suatu proses dalam batas-batas yang melebihi

kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.

b. Spesifikasi yang berlaku dari hasil produksi yang ingin dicapai harus

dapat berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan

Page 27: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

13

keinginan atau kebutuhan konsumen yang ingin dicapai dari hasil

produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat dipastikan dahulu

apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang telah

disebutkan diatas sebelum pengendalian kualitas pada proses dapat

dimulai.

c. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima

Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat

mengurangi produk yang ada dibawah standar seminimal mungkin.

Tingkat pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya

produk yang berada dibawah standar yang dapat diterima.

d. Biaya kualitas

Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas

dalam menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai

hubungan yang positif dengan terciptanya produk yang berkualitas.

1. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)

2. Biaya Deteksi/Penilaian ( Detection/Appraisal Cost)

3. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)

4. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost).

2.2.3. Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas harus dilakukan melaului proses yang terus

menerus dan berkesinambungan. Proses pengendalian kualitas tersebut

dapat dilakukan salah satunya dengan melalui penerapan PDCA (Plan,

Do, Check, Action) yang diperkenalkan oleh Dr. W. Edwards Deming,

seorang pakar kualitas ternama berkebangsaan Amerika Serikat,

sehingga siklus ini disebut siklus deming (Deming Cycle/Deming

Wheel).

Siklus PDCA umumnya digunakan untuk mengetes dan

mengimplementasikan perubahan-perubahan untuk memperbaiki

kinerja produk, proses atau suatu sistem di masa yang akan datang.

Page 28: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

14

Gambar 2. 2 Siklus PDCA

Penjelasan gambar 2.2 dari tahap-tahap dalam siklus PDCA adalah

sebagai berikut (M. N. Nasution, 2005:32):

a. Mengembangkan rencana (Plan). Merencanakan spesifikasi,

menetapkan spesifikasi atau standar kualitas yang baik, memberi

pengertian kepada bawahan akan pentingnya kualitas produk,

pengendalian kualitas dilakukan secara terus-menerus dan

berkesinambungan.

b. Melaksanakan rencana (Do). Rencana yang telah disusun

diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil dan

pembagian tugas secara merata sesuai dengan kapasitas dan

kemampuan dari setiap personil. Selama dalam melaksanakan

rencana harus dilakukan pengendalian, yaitu mengupayakan agar

seluruh rencana dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar sasaran

dapat tercapai.

c. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (Check). Memeriksa atau

meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya berada

dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan

perbaikan yang direncanakan. Membandingkan kualitas hasil

produksi dengan standar yang telah ditetapkan, berdasarkan

penelitian diperoleh data kegagalan dan kemudian ditelaah penyebab

kegagalannya.

d. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (Action).

Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil

Page 29: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

15

analisis di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur

baru guna menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau

menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya. Untuk

melaksanakan pengendalian kualitas, terlebih dahulu perlu dipahami

beberapa langkah dalam melaksanakan pengendalian kualitas.

Menurut Roger G. Schroeder (2007:173) untuk mengimplementasikan

perencanaan, pengendalian dan pengembangan kualitas diperlukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mendefinisikan karakteristik (atribut) kualitas.

b. Menentukan bagaimana cara mengukur setiap karakteistik.

c. Menetapkan standar kualitas.

d. Menetapkan program inspeksi.

e. Mencari dan memperbaiki penyebab kualitas yang rendah.

f. Terus-menerus melakukan perbaikan.

2.2.4. Tahapan Pengendalian Kualitas

Untuk memperoleh hasil pengendalian kualitas yang efektif, maka

pengendalian terhadap kualitas suatu produk dapat dilaksanakan dengan

menggunakan teknik-teknik pengendalian kualitas, karena tidak semua

hasil produksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Menurut Suyadi Prawirosentono (2007:72), terdapat beberapa standar

kualitas yang bias ditentukan oleh perusahaan dalam upaya menjaga

output barang hasil produksi diantaranya:

a. Standar kualitas bahan baku yang akan digunakan.

b. Standar kualitas proses produksi (mesin dan tenaga kerja yang

melaksanakannya).

c. Standar kualitas barang setengah jadi. d. Standar kualitas barang

jadi.

d. Standar administrasi, pengepakan dan pengiriman produk akhir

tersebut sampai ke tangan konsumen.

Page 30: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

16

Sedangkan Sofjan Assauri (1998:210) menyatakan bahwa tahapan

pengendalian/ pengawasan kualitas terdiri dari 2 (dua) tingkatan antara

lain:

a. Pengawasan selama pengolahan (proses) yaitu dengan mengambil

contoh atau sampel produk pada jarak waktu yang sama, dan

dilanjutkan dengan pengecekan statistik untuk melihat apakah

proses dimulai dengan baik atau tidak. Apabila mulainya salah,

maka keterangan kesalahan ini dapat diteruskan kepada pelaksana

semula untuk penyesuaian kembali. Pengawasan yang dilakukan

hanya terhadap sebagian dari proses, mungkin tidak ada artinya bila

tidak diikuti dengan pengawasan pada bagian lain. Pengawasan

terhadap proses ini termasuk pengawasan atas bahan-bahan yang

akan digunakan untuk proses.

b. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun

telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses,

tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

atau kurang baik ataupun tercampur dengan hasil yang baik. Untuk

menjaga supaya hasil barang yang cukup baik atau paling sedikit

rusaknya, tidak keluar atau lolos dari pabrik sampai ke konsumen/

pembeli, maka diperlukan adanya pengawasan atas produk akhir.

2.3. Peningkatan Kualitas

Peningkatan kualitas atau quality control merupakan salah satu aktifitas

teknik dan manajemen. Melalui pengukuran karakteristik kualitas dari produk

atau jasa, kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan

spesifikasi produk atau jasa yang diharapkan oleh konsumen, apabila

ditemukan hasil yang berbeda antara hasil kerja aktual dengan standar

kualitas yang ada, maka perlu dilakukan peningkatan terhadap kualitas

dengan cara yang tepat.

Berdasarkan uraian tersebut, kesimpulan yang dapat diambil yaitu bahwa

untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan perlu dilakukan

Page 31: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

17

peningkatan terhadap kualitas. Pengendalian kualitas itu sendiri dapat

diartikan sebagai metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas serta

meneruskan dan menginterpretasikan beberapa pengukuran tentang suatu

proses ke dalam sistem perindustrian (Gasperz,2001).

2.4. Quality Control Circle (QCC)

Kaoru Ishikawa memperkenalkan Quality Control Circle di Jepang pada

tahun 1960, Quality Control Circle atau dikenal juga sebagai Gugus Kendali

Mutu (GKM) merupakan sebagian kecil kelompok karyawan (4-8 orang)

yang bertugas menjalankan suatu aktivitas mengendalikan dan meningkatkan

kualitas dengan cara tersusun, sukarela, dan saling berkaitan dengan bidang

pekerjaannya masing-masing dengan penerapan teknik-teknik dan prinsip-

prinsip pengendalian dan peningkatan kualitas. Kaoru Ishikawa, merupakan

otoritas kualitas di Jepang yang telah mengakui bahwa pemikirannya

berdasarkan pada teori dari Deming dan Juran. Walaupun demikian, Ishikawa

tetap memerlukan pengakuan atas kontribusinya. Karena Ishikawa lah yang

memcetuskan gugus kendali mutu (QCC= Gugus Kendali Mutu), baik secara

praktik ataupun terkonsep. Ishikawa juga yang mengembangkan “Ishikawa

Cause-Effect” atau “Fishbone Diagrams”, pemberian nama tersebut dapat

dilihat dari sisi strukturalnya yang serupa dengan tulang ikan. Ishikawa juga

menekankan mutu sebagai “A Way Of Management” seperti Deming, Juran,

dan Feigenbaum, Ishikawa.

Pemecahan masalah dengan mengedepankan kreatifitas dan partisipasi

karyawan merupakan salah satu tujuan dari Quality Control Circle (QCC).

Setiap bagian atau departemen juga bertindak sebagai pemantau untuk

membantu para karyawan yang tergabung dalam organisasi tersebut untuk

dapat beradaptasi dengan lingkungan perusahaan dan untuk dapat mencari

peluang, tidak hanya menunggu ada masalah baru yang muncul, tetapi harus

tetap menjalankan kegiatannya walaupun masalah sebelumnya telah

ditemukan dan terpecahkan. Artinya, bahwa QCC harus berjalan secara terus

menerus dan tidak bergantung terhadap proses produksi guna kebaikan

organisasi yang sebesar-besarnya (Crocker, et.al, 2004, p8). Secara lebih

Page 32: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

18

terperinci, karakteristik atau ciri-ciri umum QCC dikemukakan Crocker, et.al,

(2004, p10) diantaranya:

1. Meningkatkan komunikasi merupakan salah satu visi dari QCC,

khususnya komunikasi antara karyawan dengan atasan atau manajemen.

Dan untuk dapat mencari solusi dari pemecahan terhadap suatu masalah.

2. Organisasi QCC terdiri dari satu ketua dengan beberapa anggota yang

bersumber dari satu bagian atau departemen. QCC juga mempunyai satu

orang kordinator dan satu orang atau lebih fasilitator yang berfungsi untuk

menjalin komunikasi dengan organisasi. Fasilitator bertugas untuk

menyiapkan program latihan, memberi beberapa pelatihan dan bimbingan

kepada para kepala gugus secara terus menerus, dan apabila ada

permintaan khusus dapat pula memberikan pelatihan dan bimbingan bagi

para anggota tim.

3. Keikutsertaan para anggota bersifat sukarela, sedangkan partisipasi dari

kepala gugus ada yang bersifat sukarela ada pula yang tidak.

4. Tim tidak dapat memilih sendiri masalah yang akan dianalisa.

Permasalahan yang akan dianalisa tersebut tidak hanya berasal dari bagian

atau departemennya sendiri. Permasalahan tersebut tidak terbatas hanya

pada kualitas, namun juga mencakup produktifitas, biaya keselamatan

kerja, moral, dan lingkungan serta bidang lainnya.

5. Salah satu bagian dari pertemuan gugus adalah latihan formal terhadap

teknik pemecahan permasalahan.

6. Pertemuan dilakukan kurang lebih 1 jam setiap minggunya. Pertemuan

dapat dilakukan pada jam kerja di waktu normal, sesuai dengan

persetujuan dari pengawas maupun berdasarkan inisiatif karyawan di luar

jam kerja. Kepala kelompok bertugas memimpin setiap pertemuan yang

dilakukan. Kepala kelompok hanya berperan sebagai moderator dan tidak

memiliki kewenangan teerhadap anggotanya dalam rangka QCC.

QCC (Quality Control Circle) memiliki 8 langkah dalam proses pemecahan

masalah yang dijelaskan secara sistematis. Kedelapan langkahnya adalah:

Page 33: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

19

1. Pemilihan Tema

Penentuan tema biasanya mengacu pada aspek kualitas, biaya,

keselamatan, pengiriman maupun produktifitas. Data yang dibutuhkan

biasanya berbentuk check sheet atau laporan harian. Data tersebut dapat

membantu dalam proses penentuan tema. Alasan pemilihan tema tersebut

harus memiliki dasar yang kuat, misal cacat atau NG tersebut adalah top

defect dari suatu departemen dan apabila melakukan perbaikan atau repair

dibutuhkan biaya yang cukup besar (lost cost).

2. Menetapkan Target

Penentuan target merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan QCC.

Target ditetapkan berdasarkan kesepakatan tim, tentu dengan

memperhatikan data, baik keinginan pelanggan ataupun kebijakan

perusahaan. Dalam penentuan target, sebisa mungkin target tersebut harus

bersifat SMART (Specific, Measurable, Achievable, Reasonable, dan

Time-based).

3. Analisa Kondisi Yang Ada

Analisa kondisi dibutuhkan untuk memperoleh gambaran detail dari

permasalahan yang sedang dihadapi. Dari analisa kondisi tersebut dapat

ditemukan beragam data aktual yang terjadi selama proses yang sangat

mempengaruhi permasalahan yang sedang dihadapi. Salah satu tools yang

bisa digunakan untuk menganalisa kondisi yaitu diagram tulang ikan

(Fishbone Diagram).

4. Menentukan Sebab Akibat

Data aktual yang telah diperoleh dalam analisa kondisi harus dipertajam

lagi. Analisa data ini tujuannya agar memperoleh berbagai akar penyebab

dari masalah yang sedang dihadapi, yang perlu ditindak lanjuti dalam

upaya untuk menyelesaikan masalah.

5. Merencanakan Tindakan

Setelah diketahui akar masalahannya, tim kemudian menyusun suatu

rencana penanggulangan dan tindakan. Rencana tersebut perlu dibuat

Page 34: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

20

dengan jelas supaya bisa dipahami dengan mudah oleh seluruh anggota

tim.

6. Melaksanakan Tindakan

Langkah selanjutnya adalah melakukan proses penanggulangan atau

tindakan sesuai dengan rencana yang sebelumnya telah ditetapkan. Jika

terjadi perbedaan antara tindakan aktual dengan rencana yang telah dibuat

sebelumnya perlu untuk dicatat, karena biasanya aktual proses yang

dilakukan tidak sesuai dengan rencana awal.

7. Memeriksa Hasil

Untuk membandingan antara target yang telah ditetapkan dengan kondisi

aktual yang diperoleh di perusahaan setelah tindakan penanggulangan

dilaksanakan maka perlu untuk mengevaluasi atau pemeriksaan hasil.

Perbandingan yang dilakukan selain terhadap target yang telah ditetapkan

juga harus mengacu pada aspek quality, cost, delivery, safety, maupun

productivity.

8. Standarisasi dan Rencana Berikutnya

Langkah terakhir dalam satu proses QCC adalah membuat standarisasi

terhadap permasalahan yang telah terpecahkan masalahnya. Perlu

diperhatikan juga bahwa perbaikan harus dilaksanakan terus–menerus dan

dalam proses kerja aktual, hal tersebut diperlukan supaya permasalahan

yang sama tidak terulang kembali serta bisa diminimalkan.

2.5. Seven Tools

Seven tools merupakan salah satu cara efektif untuk menerapkan Quality

Control. Seven Tools itu sendiri merupakan alat yang dapat dipakai untuk

proses pengolahan data dan dapat dipakai untuk melihat berbagai faktor

penyebab dari cacat suatu produk. Untuk mendapatkan hasil yang lebih

optimal, penggunaan seven tools ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dari

setiap langkah yang akan dilakukan. Manfaat dari penggunaan seven tools

dalam upaya pengendalian kualitas ini adalah untuk mengetahui akar

permasalahan dan untuk meningkatkan kemampuan perbaikan proses. Fungsi

dari ketujuh alat dalam seven tools adalah antara lain sebagai berikut:

Page 35: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

21

1. Mengetahui permasalahan suatu kasus.

2. Mempersempit ruang lingkup permasalahan yang ada.

3. Mencari factor-faktor penyebabnya.

4. Mencegah terjadinya kesalahan akibat kurang teliti.

5. Melihat akibat dari perbaikan.

6. Mengetahui hasil yang tidak sejalan dengan hasil lainnya.

2.5.1. Lembar Periksa (Check Sheet)

Check Sheet biasanya berupa form isian yang telah dicantumkan poin-

poin yang dibutuhkan atau harus diisi dan tersusun sedemikian rupa.

Lembar periksa ini dipakai dalam proses pengumpulan data dari hasil

pemeriksaan atau pengecekan, oleh karena itu lembar periksa ini biasa

juga disebut sebagai lembar pengumpul data. Tujuan dari lembar

periksa atau check sheet itu sendiri adalah sebagai alat untuk

mengumpulkan informasi dan data tentang suatu keadaan dan aspek

tertentu yang dibutuhkan. Lembar periksa atau check sheet ini

merupakan salah satu dari tujuh alat yang mudah digunakan dalam

proses pengumpulan dan analisa data.

2.5.2. Histogram

Histogram merupakan salah satu dari seven tools yang dapat digunakan.

Tampilan histogram ini berbentuk grafis yang dapat menunjukkan

distribusi data berbentuk visual. Histogram ini juga dapat digunakan

untuk mengetahui keterulangan suatu nilai yang berbeda yang terjadi

dalam suatu kumpulan data. Histogram berfungsi untuk memberikan

informasi perihal variasi dalam proses dan membantu manajemen

dalam membuat keputusan dalam usaha peningkatan proses yang saling

berkaitan. Contoh histogram dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah.

Page 36: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

22

2.5.3. Diagram Pareto

Vilfredo Pareto (1884-1923) adalah seorang ahli yang pertama kali

memperkenalkan Diagram Pareto. Diagram pareto berfungsi untuk

mengetahui prioritas tertinggi dari suatu masalah. Diagram pareto

biasanya digambarkan dalam sebuah diagram batang yang disusun

mulai dari data terbesar atau terbanyak. Fungsinya untuk bisa melihat

jenis data terbesar dari semua data dengan lebih jelas serta

menunjukkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap data

keseluruhan. Diagram Pareto ini digunakan juga sebagai metode untuk

menentukan permasalahan yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

Data kuantitatif merupakan dasar dari diagram pareto.

Diagram pareto juga dapat digunakan untuk identifikasi suatu

permasalahan paling penting yang dapat mempengaruhi usaha

perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk dalam mengalokasikan

sumber daya yang terbatas untuk menyelesaikan masalah (Mitra, 1993).

Selain itu, diagram pareto juga dapat digunakan sebagai upaya untuk

membandingkan kondisi proses, misalnya jika terdapat ketidaksesuaian

proses sebelum dan sesudah diambil tindakan perbaikan terhadap proses

penyusunan diagram pareto sangat sederhana menurut Mitra (1993) dan

Gambar 2. 3 Contoh Histogram

Page 37: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

23

Besterfield (1998). Penyusunan diagram pareto terdiri dari 6 langkah

diantaranya:

1. Menentukan metode atau arti dari pengelompokan data, misalnya

berdasar pada masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan

sebagainya.

2. Menentukan satuan yang dipakai untuk membuat urutan beberapa

karakteristik tersebut (rupiah, frekuensi, unit, dsb).

3. Mengumpulkan data sesuai periode waktu yang telah ditentukan.

4. Merangkum data dan membuat tingkatan kategori data tersebut

mulai dari paling besar sampai kepada data paling kecil.

5. Menghitung frekuensi atau persentasi kumulatif yang dipakai.

6. Membuat diagram batang, menunjukkan level kepentingan relatif

tiap-tiap masalah. Mengidentifikasikan hal-hal penting meraih focus.

Contoh diagram pareto dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah.

2.5.4. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram)

Diagram sebab akibat adalah diagram yang digunakan untuk

memvisualisasikan relasi antara karakteristik mutu dengan faktor

penyebab. dikarenakan struktur yang serupa dengan struktur tulang ikan

itulah sebabnya dinamakan diagram fishbone. Fungsi dasar dari

Gambar 2. 4 Contoh Diagram Pareto

Page 38: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

24

diagram ini untuk mengindentifikasi dan mengorganisasi segala

penyebab yang mungkin muncul dari suatu efek spesifik dan kemudian

men-sortir akar penyebab masalah. Penyebab utama permasalahan

biasanya adalah: metode kerja (method), mesin atau peralatan

(machine), manusia (man), material (material), dan lingkungan

(environment). Penyebab-penyebab lainnya yang lebih spesifik tersebut,

yang diperoleh dari diagram sebab akibat dapat dikembangkan lebih

lanjut lagi untuk selanjutnya dicari penyelesaian masalahnya. Pada

gambar 2.5 di bawah merupakan contoh penggunaannya.

2.5.5. Stratifikasi

Alat ini digunakan untuk menjabarkan dan mengelompokkan

sekumpulan data (data kerusakan, fenomena, sebab-sebab, dsb.)

menjadikannya sebagai kelompok yang lebih sejenis (tunggal). Agar

terhindarnya kesalahan interpretasi pada pembacaan data merupakan

salah satu tujuan dari digunakannya alat ini. Dasar dari

pengelompokkan stratifikasi ini sangat bergantung kepada tujuan

pengelompokkannya, sehingga dapat berbeda-beda dasar

pengelompokkannya bergantung pada masalah yang dihadapi. Dua

sudut pandang pokok dalam penggunaan stratifikasi yaitu berdasar pada

sumber dan hasil. Dalam pengendalian kualitas, stratifikasi mempunyai

tujuan yaitu:

Gambar 2. 5 Contoh Diagram Fishbone

Page 39: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

25

1. Mempermudah dalam menentukan faktor penyebab kualitas yang

utama.

2. Dalam pengambilan kesimpulan dengan peta control menjadi lebih

mudah.

3. Mempelajari masalah yang dihadapi secara menyeluruh.

2.5.6. Diagram Pencar (Scatter Diagram)

Diagram ini digunakan untuk menggambarkan beberapa korelasi atau

keterkaitan dari dua faktor data yang berbeda. Dengan menggunakan

diagram pencar, dapat dilihat keterkaitan antara 2 faktor yang kita uji

tersebut saling mempengaruhi dan ada tidaknya korelasi atau tidak.

Contoh diagram pencar dapat kita lihat pada gambar 2.6.

Gambar 2. 6 Contoh Scatter Diagram

Page 40: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian

Asmo Indonesia

Page 41: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

27

Metedologi penelitian adalah kerangka kerja atau kerangka berfikir secara

sistematis yang akan menggambarkan tahapan untuk mengidentifikasi,

merumuskan, menganalisa, memecahkan masalah dan menyimpulkan suatu

masalah sehingga peneliti lebih focus dan beraturan dalam melakukan

penelitian. Gambar 3.1 di atas merupakan diagram alir dari penelitian ini.

3.1. Studi Pendahuluan

Dalam studi pendahuluan metode yang akan digunakan adalah metode

deskriptif, metode ini dimulai dengan pengumpulan data, menganalisis data

yang didapat, dan mencari keterkaitan antar data yang telah didapat. Data

yang dikumpulkan berdasarkan denagan data aktual yang sudah ada di

lapangan.

Untuk menemukan pokok permasalahan yang terjadi dalam kondisi tertentu,

maka setelah data terkumpul kemudian dianalisa sehingga mendapatkan

pokok permasalahan yang terjadi. Pokok permasalahan yang telah ditentukan

selanjutnya di studi lebih lanjut dengan studi kepustakaan dan referensi-

referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan, sehingga dapat

menentukan tujuan dan maksud dilakukannya penelitian.

3.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah tahapan awal dari penguasaan masalah yang

mengarah pada suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat diidentifikasi

sebagai suatu masalah. Tahap pertama, identifikasi rumusan masalah

merupakan analisa terhadap masalah yang terjadi dari hasil observasi awal.

Dari hasil penelitian ini maka akan ditetapkan tujuan tujuan penelitian dan

ditetapkan batasan agar penelitian tidak keluar dari pembahasan. Kemudian

dari proses tersebut maka didapatkan data kebutuhan mengenai NG

Unbalance sebagai NG tertinggi yang terjadi di line Armature Assembly

untuk selanjutnya dilakukan penentuan spesifikasi produk armature dan

penyebab terjadinya NG Unbalance yang dilanjutkan dengan penentuan studi

literatur untuk dasar teori yang akan digunakan dalam penelitian dan

pengolahan data. Data yang digunakan untuk identifikasi dan perumusan

Page 42: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

28

masalah adalah dengan observasi awal selain itu dilakukan juga dengan studi

literatur yang bermanfaat untuk memperkuat langkah pengerjaan penelitian

yang dilakukan.

3.3. Pemecahan Masalah

Untuk pemecahan masalah, penulis akan menggunakan salah satu alat kendali

kualitas yang mana merupakan bagian dari seven tools (7 alat) pada Quality

Control yaitu diagram fishbone atau bisa juga disebut diagram sebab akibat.

Diagram fishbone dapat membantu untuk menemukan akar penyebab

terjadinya masalah yang terjadi pada proses assembly Armature tipe GS34.

3.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai dari mengamati proses produksi dengan

mengumpulkan data NG yang terjadi pada line Armature dan mencari

peyebab terjadinya NG khususnya pada armature type GS34. Setelah proses

pengamatan dilakukan, wawancara terhadap karyawan/pekerja tersebut untuk

mengetahui dan mencari data lebih lanjut mengenai proses produksi.

Terdapat beberapa macam metode yang dapat digunakan untuk pengumpulan

data yang relevan terhadap masalah yang diteliti. Penelitian ini menggunakan

metode field research, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan secara

langsung di lokasi penelitian dilaksanakan. Teknik yang digunakan dalam

metode penelitian field research adalah:

1. Observasi

Suatu metode pengumpulan data dengan mengamati secara langsung

terhadap jalannya aktivitas-aktivitas objek yang diteliti.

2. Wawancara/Dialog

Suatu metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan atau dialog langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam

perusahaan yang dapat membantu memberikan penjelasan mengenai

masalah yang diteliti.

Page 43: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

29

3. Dokumentasi

Suatu metode pengumpulan data dengan menelusuri arsip-arsip atau

catatan yang ada dalam perusahaan yang berkaitan dengan permasalahan

yang sedang diteliti. Beberapa data perusahaan yang dikumpulkan untuk

melihat kondisi sebenarnya yang terjadi pada perusahaan. Dengan

mengetahui kondisi tersebut akan mempermudah penulis untuk

mendapatkan masalah yang terjadi dan bagaimana cara penyelesaian

masalah tersebut. Data-data arsip perusahaan yang dikumpulkan adalah

sebagai berikut:

Laporan produksi

Data kapasitas produksi

Proses assembly produk Armature.

Data jumlah produksi selama penelitian.

Data NG produk armature selama 3 bulan terakhir selama penelitian.

Jenis-jenis NG yang muncul pada produk Armature.

Analisa penyebab terjadinya NG yang terjadi pada produk armature.

3.5. Langkah-langkah Penggunaan Metode

Adapun langkah-langkah penggunaan metode adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data Produksi

Data yang diperoleh dari perusahaan terutama yang berupa data produksi

dan data kerusakan produk kemudian disajikan dalam bentuk tabel secara

rapi dan terstruktur. Hal ini dilakukan agar memudahkan dalam

memahami data tersebut sehingga bisa dilakukan analisis lebih lanjut.

2. Menentukan prioritas perbaikan (menggunakan diagram pareto)

Dari data informasi mengenai jenis kerusakan produk yang terjadi

kemudian dibuat diagram pareto untuk mengidentifikasi, mengurutkan dan

bekerja menyisihkan kerusakan secara permanen. Dengan diagram ini,

maka dapat diketahui jenis cacat yang paling dominan/ terbesar.

3. Mencari faktor penyebab yang dominan dengan diagram sebab akibat

Setelah diketahui masalah utama yang paling dominan, maka dilakukan

Page 44: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

30

analisa faktor penyebab kerusakan produk dengan menggunakan fishbone

diagram, sehingga dapat menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi

penyebab kerusakan produk.

4. Membuat rekomendasi/usulan perbaikan kualitas

Setelah diketahui penyebab terjadinya kerusakan produk, maka dapat

disusun sebuah rekomendasi atau usulan tindakan untuk melakukan

perbaikan kualitas produk.

3.5. Data dan Analisis

Hasil dari pengolahan data dan analisis tersebut menunjukkan jumlah produk

cacat yang terjadi, kemudian selanjutnya menentukan jenis cacat yang

terbesar dengan menggunakan beberapa dari Seven Tools yaitu diagram

pareto, diagram sebab-akibat untuk mengetahui akar permasalahan yang

sebenarnya terjadi. Kemudian dicari solusi untuk menyelesaikan masalah

yang ada serta diberi usulan rencana tindakan perbaikan yang dapat

digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dengan penerapan

Quality Control tersebut. Karena penerapan Quality Control diperlukan untuk

mengetahui sebab-sebab terjadinya suatu permasalahan dan mendapatkan

solusi pemecahan masalah.

3.6. Kesimpulan dan Saran

Tahapan ini adalah tahapan terakhir dari keseluruhan penelitian yang

dilakukan. Pada tahap ini akan ditarik kesimpulan berdasarkan hasil

pengolahan data, analisis hasil dan implementasi usulan perbaikan serta

merupakan jawaban dari tujuan penelitian. Disamping itu pemberian saran-

saran yang diharapkan berguna bagi PT. Asmo Indonesia dalam usaha

peningkatan kualitas produk dalam menghadapi persaingan dalam dunia

industri.

Page 45: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

25

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

4.1. Pemecahan Masalah

Salah satu produk yang diproduksi oleh PT. Asmo Indonesi adalah Armature.

Armature terdiri dari beberapa bagian poros armature, kumparan, inti

armature (core) dan commutator/conmi. Pada gambar 4.1 merupakan produk

armature type GS34.

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk memulai penelitian ini adalah

dengan cara mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk mengetahui

masalah utama, yaitu mengenai cacat (NG) produksi yang terjadi pada line

Armature. Dari 3 tipe yang diproduksi di line Armature seperti armature tipe

GS34, armature tipe Ga Rear, dan armature tipe Blower, cacat terbanyak yang

ditemukan adalah armature tipe GS34 untuk pencapaian defect ratio yang

dihasilkan perbulannya masih jauh di atas dari target. Berikut ini adalah data

NG Ratio dari bulan Januari-Maret 2018:

Gambar 4. 1 Armature Tipe GS34

Page 46: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

26

Gambar 4.2. menjelaskan jumlah produk cacat yang ditemukan di line

Armature Assy pada bulan Januari-Maret 2018, tipe GS34 merupakan cacat

terbanyak pada bulan Januari-Maret 2018 dengan jumlah produk cacat

sebanyak 3.316 pcs.

Tabel 4. 1 NG Armature Tipe GS34

ITEM JAN FEB MAR TOTAL

(Pcs)

RATA-

RATA

PRODUKSI 24.272 25.200 26.650 76.122 25.374

Total NG 719 1.200 1.397 3.316 1.105,33

%NG 2,96% 4,76% 5,24% 4,36% 4,32%

TARGET 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%

Tabel 4.1 menggambarkan presentase NG yang ada pada produk armature tipe

GS34 dari jumlah produksi selama bulan Januari-Maret 2018.

Gambar 4. 2 Grafik NG Ratio Armature Assy

Page 47: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

27

Tabel 4. 2 Jumlah Jenis Cacat Produk Armature Tipe GS34

NO ITEM NG BULAN TOTAL

(Pcs)

RATA2/

BULAN JAN FEB MAR

1 NG Unbalance 550 856 991 2.397 799

2 NG Insulation 19 65 80 164 55

3 NG Resistance 45 95 74 214 71

4 Shaft Scratch 30 78 90 198 66

5 Conmi cacat 75 106 162 343 114

TOTAL (Pcs) 719 1.200 1.397 3.316 1.105

Dari data-data pada table 4.2, kita dapat melihat jenis masing-masing jumlah

cacat perbulannya yang terjadi di bulan Januari-Maret 2018. Di bawah ini

merupakan hasil dari perhitungan persentase dari lima jenis cacat yang ada:

Rumus perhitungan:

Persentase

NG

Jumlah NG (Pcs)

100%

= x Total Produksi

(Pcs)

1. Data perhitungan untuk NG Unbalance:

NG

Unbalance

2.397

100%

= X = 3,15%

76.122

2. Data perhitungan untuk NG insulation:

NG insulation

164

100%

= X = 0,22%

76.122

Page 48: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

28

3. Data perhitungan untuk NG resistance:

NG resistance

214

100%

= X = 0,28%

76.122

4. Data perhitungan untuk shaft scratch:

Shaft scratch

198

100%

= X = 0,26%

76.122

5. Data perhitungan untuk Conmi cacat:

Conmi

cacat

343

100%

= X = 0,45%

76.122

Dari hasil perhitungan di atas kita dapat mengetahui jenis produk cacat

terbesar yang terjadi pada proses assembly armature tipe GS34 tersebut.

Dengan diagram pareto kita dapat melihat presentase cacat dan grafiknya

dengan urutan dari jumlah jenis cacat terbanyak yaitu NG Unbalance.

Gambar 4. 3 Diagram Pareto NG Terbanyak

Page 49: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

29

Dari gambar 4.3 terlihat NG Unbalance memiliki kontribusi yang sangat

signifikan dalam presentase NG. Maka berdasarkan keputusan yang telah

disepakati bahwa temanya adalah menurunkan NG Unbalance tipe GS34 dan

ditargetkan untuk dapat menurunkan NG Unbalance tersebut turun 0.5%.

Alasan penetapan target adalah sebagai berikut :

Specific (Jelas) : Menurunkan NG Unbalance Armature Tipe

GS34.

Measurable (Terukur) : NG Unbalance dari 3,15% menjadi 0,5%.

Archievable (Dapat Dicapai) : Study NG Unbalance.

Reasonable (Beralasan) : NG Unbalance merupakan NG tertinggi.

Time Phased (Target Waktu) : Target pencapaian bulan Juli 2018.

Setelah memperoleh data dan menentukan temanya yaitu menurunkan NG

Unbalance armature tipe GS34. Maka penelitian tersebut akan dimulai pada

bulan Januari 2018. Untuk rencana kegiatan dapat dilihat pada table 4.3 di

bawah.

4.2. Pemilihan Tema

Dari gambar 4.3. di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa NG/cacat produk

tertinggi pada proses assembly armature tipe GS34 adalah NG Unbalance.

Tabel 4. 3 Plan dan Actual

Page 50: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

30

Maka, target yang harus dicapai pada aktifitas pengendalian kualitas ini yaitu

menurunkan NG Unbalance yang terjadi pada assembly armature tipe GS34.

4.3. Menetapkan Target

Dengan berdasar pada data sebelumnya untuk NG Unbalance periode

Januari-Maret 2018 mencapai rata-rata 3.15%, maka target QCC-nya adalah

menurunkan cacat produk yang disebabkan NG Unbalance menjadi 0.5% tiap

bulan. Grafik menetapkan target dapat dilihat pada gambar 4.4.

4.4. Menentukan Sebab Akibat

Untuk dapat mengetahui sebab-akibat yang terjadi dari cacat produk, terlebih

dahulu kita perlu melakukan analisa penyebab terjadinya NG Unbalance

tersebut. Setelah dilakukan pengecekan pada produk armature tipe GS34

ternyata ditemukan NG pada hasil pemotongan di bagian core sheet armature

yaitu chipping dan burry.

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

Avg : 3,15%

Target: 0,5%

During QCC After QCC Before QCC

Gambar 4. 4 Grafik Menetapkan Target

Page 51: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

31

Gambar 4. 5 Kondisi NG dan OK

Pada gambar 4.5 dapat dilihat adanya Chipping dan Burry. Untuk Chipping

sendiri yaitu sisa cutting yang tidak sempurna sehingga menyebabkan conmi

segment-nya tersambung sehingga menyebabkan short (konslet) pada

armature. Sedangkan Burry yaitu tegangan tidak normal karena arusnya

terbagi ke dua segment.

Penyebab adanya chipping dan burry adalah cutter lokal pada mesin balancer

mempunyai daya tahan pemakaian yang kurang baik dibandingkan dengan

supplier import dari Jepang (CKD). Hal tersebut mengakibatkan gigi atau

gerigi dari cutter (pemotong) yang mengalami kerusakan sehingga untuk

produksi selanjutnya mempunyai kemungkinan menghasilkan produk yang

cacat.

Dari gambar 4.6 di atas dapat dilihat kerusakan pada cutter lokal yang terjadi

setelah ±176 jam pemakaian tanpa breakdown mesin.

Condition OK Condition NG

Gambar 4. 6 Cutter Local dan CKD

Local Cutter CKD Cutter

Page 52: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

32

Setelah ditemukan penyebab terjadinya NG Unbalance, kemudian penulis

melakukan investigasi di lapangan untuk menganalisa proses lain yang

mempengaruhi terjadinya NG Unbalance.

Dilihat pada gambar 4.7 di atas dari aliran proses yang terlihat pada gambar

kita dapat menganalisa kemungkinan terjadi NG Unbalance pada proses

assembly line armature tipe GS34 adalah pada proses Balancer. Berikut

analisa yang penulis terapkan dalam diagram sebab-akibat (Fishbone

Diagram) sebagai berikut:

Gambar 4. 7 Line Produksi Armature

Gambar 4. 8 Diagram Fishbone NG Unbalance

Page 53: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

33

Dari gambar 4.8 dapat dilihat diagram sebab-akibat (Fishbone Diagram) di

atas dapat ditarik kesimpulan dari masing-masing faktor yang berpotensi

menyebabkan terjadinya NG Unbalance diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Faktor Manusia (Man)

Walaupun proses assembly pada line produksi dilakukan oleh mesin, akan

tetapi yang pengaruh terbesar dalam pembuatan produk adalah manusia

atau operator. Munculnya produk NG pada saat produksi ini dipengaruhi

oleh kurangnya skill yang dimiliki operator menyebabkan pengaturan

(setting) yang kurang tepat atau bahkan pemasangan cutter yang terbalik

mengakibatkan NG serta minimnya pengetahuan dalam hal yang terkait

dalam proses produksi.

2. Faktor Metode (Method)

Belum adanya Master ok untuk material core sheet lokal. Kesalahan

terjadi karena Master OK yang digunakan merupakan Master OK dari

material core sheet CKD tetapi barang yang mengalir pada saat proses

terdapat material lokal sehingga antara produk dengan Master OK berbeda,

karena berbeda material core sheet maka berbeda juga spesifikasi yang

dihasilkan, hal tersebut mempengaruhi letak core atau inti armature yang

tidak simetris menyebabkan armature tidak seimbang.

3. Faktor Mesin (Machine)

Penyebab yang berpotensi terjadinya kegagalan pada element mesin dalam

proses ini adalah pada proses balancer. Lokalisasi spare part yang

dilakukan sebelumnya menimbulkan NG yang tinggi setelah pemakaian

terus menerus pada proses mesin Balancer. Kualitas material cutter yang

digunakan tidak sebaik material import dari Jepang atau CKD (Completely

Knock Down). Berikut salah satu penyebab pada factor mesin dapat dilihat

pada gambar 4.4 di bawah.

Page 54: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

34

Tabel 4. 4 Penyebab Faktor Mesin

Sebab Akibat

Alasan Rencana Perbaikan

Daya tahan cutter kurang baik

sehingga cutter patah setelah

pemakaian ±176 jam (tanpa

breakdown).

Mengganti cutter lokal dengan

cutter import yang mempunyai

daya tahan yang lebih baik dan

cutter dapat di repair.

4. Material

Pada elemen ini, material produk tidak mempengaruhi terjadinya cacat.

Karena material yang digunakan sudah memenuhi spesifikasi yang

memenuhi standar.

5. Faktor Lingkungan ( Environment)

Pada elemen lingkungan tidak mempengaruhi terjadinya cacat karena

lingkungan produksi sudah cukup memenuhi kebutuhan. Seperti suhu

ruangan yang sesuai, kebisingan yang masih dalam batas normal, tidak ada

kontaminasi debu dikarenakan semua proses terjadi dalam mesin yang

mempunyai cover penutup.

Cutter patah Chipping dan Burry

Page 55: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

35

4.5. Merencanakan Tindakan

Dari hasil analisa diagram fishbone dapat dilihat faktor–faktor penyebab

terjadinya cacat pada produk armature tipe GS34 yang dilihat dari faktor

manusia, metode dan mesin. Untuk penanggulangan masalah cacat pada

produk armature tipe GS34 adalah dengan menggunakan metode 5W + 1H.

Metode ini merupakan langkah-langkah atau tindakan-tindakan untuk

memperkecil terjadinya penyimpangan. Berikut ini adalah rencana perbaikan

dari penyimpangan, dapat dilihat pada tabel 4.5.

4.6. Tindakan Perbaikan

Untuk tindakan selanjutnya adalah menanggulangi masalah yang ada sesuai

dengan prioritas. Sehingga langkah yang diambil dapat efektif dan tepat.

4.6.1. Perbaikan pada Faktor Manusia

Berdasarkan analisa penyebab terjadinya produk cacat yang timbul,

disebabkan oleh faktor manusia dapat diminimalisir dengan cara:

1. Melakukan pelatihan untuk menambah kemampuan dan pengetahuan

operator baru maupun operator lama. Pelatihan tidak saja dilakukan

saat penerimaan karyawan baru, tetapi juga dilakukan saat karyawan

tersebut akan melakukan pekerjaan baru yang akan ditugaskan

kepada setiap karyawan serta untuk karyawan yang telah di-training

tetapi pada kenyataannya masih terus melakukan kesalahan dalam

pekerjaan (dilatih ulang atau re-training).

2. Petunjuk atau instruksi kerja dibuat serta ditempatkan pada posisi

yang terlihat di area proses setting. Sebelum dilakukan perbaikan,

operator jarang melihat IK sebelum mengganti cutter, sehingga

memungkinkan terjadinya kesalahan atau ada tahapan yang terlewat

pada saat pemasangan atau setting cutter karena tidak mengikuti

instruksi kerja. Intstruksi kerja yang dibuat dapat dilihat pada

gambar 4.9 di bawah.

Page 56: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

36

Gambar 4. 9 Instruksi Kerja Pemasangan Cutter

3. Leader melakukan pengawasan setelah dilakukan proses setting oleh

operator, supaya kesalahan dalam proses setting dapat diminimalisir.

Setelah dilakukan training kepada semua operator baik operator baru

maupun lama, serta dilakukan pengawasan terhadap operator setelah

melakukan pergantian cutter, kemudian NG Unbalance turun dari

3,72% menjadi 2,7%.

Page 57: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

37

\

Tabel 4. 5 Rencana Perbaikan

Page 58: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

38

4.6.2. Perbaikan pada Faktor Metode

Belum adanya Master OK pada proses pengecekan elektrik (electrical

check) pada core sheet lokal, sehingga hasil pada proses winding atau

pelilitan tembaga ke dalam core sheet memiliki hasil yang tidak sesuai

dengan spesifikasi.

Dilihat dari gambar 4.9 di atas, gelombang berwarna putih adalah

Master OK, sedangkan gelombang berwarna merah merupakan

gelombang dari produk yang sedang di-check. Terdapat diferensiasi

luas pada core sheet lokal dari hasil pengecekan pada gambar sebelah

kiri sehingga produk yang di check dinyatakan NG atau tidak sesuai

spesifikasi. Perbedaan spesifikasi cenderung berpengaruh terhadap

panjangnya lilitan tembaga pada core sheet. Apabila lilitan tembaga

(wire) terlalu panjang atau beda 1 putaran pun maka produk yang

dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi produk. Selama ini

penggunaan Master OK dari material CKD namun material produk

yang mengalir dalam proses masih terdapat material lokal, sehingga

diferensiasi luas yang terjadi masih sangat tinggi dari nilai Master OK.

Untuk perbaikan yang dilakukan yaitu dengan membuat produk sebagai

Master OK dari material core sheet lokal kemudian data dari produk

Master tersebut di-record ke dalam Setting Master OK pada mesin.

Berikut Master ok yang digunakan :

Gambar 4. 10 Hasil Electrical Check Core Sheet Lokal NG dan OK

Page 59: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

39

Local Core Sheet

Pair (Max)

Area : 4,6%

Next (Max)

Area : 6,1%

Dif. Area : 25,7% Dif. Area : 16,2%

Untuk mendapatkan nilai-nilai seperti tabel di atas, langkah pertama

yaitu dengan membuat produk yang akan dijadikan master ok dengan

mengacu pada IK yang ada (lihat gambar 4.11). Produk yang dibuat

harus sesuai dengan standar dan akan digunakan sebagai pedoman

atau acuan pada proses pengecekan. Jadi, produk yang dibuat harus

sempurna. Setelah master ok dibuat, kemudian produk master

direkam spesifikasinya pada mesin impulse. Hasil pada tabel

merupakan pencatatan dari master Ok yang dibuat sebelumnya.

Gambar 4. 11 Instruksi Kerja Master Check Electric Machine

Page 60: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

40

Setting Master OK yang dibuat berguna sebagai pemberitahuan

kepada operator apabila produk armature yang melalui konveyor

pengecekan mengalami NG, maka sistem akan membunyikan alarm

tanda ditemukannya produk yang tidak memenuhi spesifikasi master

produk OK.

Sebelum adanya master Ok untuk material Core Sheet lokal, produk

NG banyak ditemukan, salah satu NG yang terjadi ada pada lilitan

tembaga yang tidak sesuai dengan master Ok. Master Ok yang

digunakan sebelumnya menggunakan material CKD, sehingga

apabila ada produk material lokal yang mengalir pada satu proses

yang menggunakan master Ok material CKD.

Setelah dilakukan improvment pada setting Master OK tersebut Ratio

NG Unbalance dari 2,7% menjadi 1,21%.

4.6.3. Perbaikan pada Faktor Mesin

Selanjutnya perbaikan yang dilakukan karena faktor mesin setelah

dianalisa penyebab NG pada faktor mesin menunjukkan bahwa cutter

pemotong yang terdapat pada mesin Balancer mengalami masalah

disebabkan pemakaian terus menerus dan daya tahan cutter buatan lokal

tidak sebagus cutter import dari Jepang (CKD). Sehingga hasil potong

dari cutter tersebut tidak sempurna serta menghasilkan chipping dan

burry.

Meskipun mempunyai ketebalan yang lebih besar, material cutter lokal

memiliki daya tahan yang kurang baik dibanding dengan cutter CKD

sehingga cutter cepat rusak. Untuk perbandingan cutter lokal dan CKD

dapat dilihat pada gambar dan tabel 4.6 di bawah.

Page 61: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

41

Tabel 4. 6 Data Perbandingan Cutter Lokal dan CKD

Satuan

Cutter Lokal Cutter

CKD

Tebal mm 24 16

Panjang

Gerigi mm 2,45 3,16

Masa Pakai jam ±176 ±528

Setelah diketahui penyebab sering terjadinya NG pada mesin Balancer,

yaitu pada cutter dari supplier lokal. Untuk perbaikan yang dilakukan

adalah dengan melakukan pergantian cutter dari lokal menjadi CKD.

Karena kualitas cutter CKD jauh lebih baik daripada cutter lokal.

3.16

Gambar 4. 12 Cutter Lokal

Gambar 4. 13 Cutter CKD

Page 62: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

42

Pergantian cutter akan dilakukan mulai pada tanggal 27 April 2018.

Lalu dilakukan pengamatan selama 3 bulan dimulai pada bulan Mei –

Juli 2018. Setelah dilakukan pergantian cutter maka ratio NG

Unbalance turun dari 1,21% menjadi 0,46%.

4.7. Check Hasil

Berdasarkan data yang telah diolah, data perbandingan cacat NG Unbalance

dari mulai periode bulan Januari – Maret 2018 (sebelum improvement) dan

dilakukan monitoring dari tahapan selama QCC dan sesudah aktivitas QCC

dilakukan. Proses perbaikan yang telah dilakukan menghasilkan penurunan

jumlah cacat atau tidak dapat dilihat pada table 4.7.

Tabel 4. 7 Data Monitoring Selama Melakukan Perbaikan

NO ITEM NG BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI

1 NG Unbalance 550 856 991 891 415 202 162

2 NG Insulation 19 65 80 45 75 36 33

3 NG Resistance 45 95 74 65 48 42 29

4 Shaft Scratch 30 78 90 44 52 36 30

5 Conmi cacat 75 106 162 110 134 98 66

TOTAL 719 1.200 1.397 1.155 724 414 320

PRODUKSI 24.272 25.200 26.650 32.965 34.200 24.625 35.328

Ratio NG Unbalance 2,27% 3,40% 3,72% 2,70% 1,21% 0,82% 0,46%

TARGET NG

Unbalance 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%

Page 63: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

43

Gambar 4. 14 Grafik setelah Melakukan Perbaikan NG Unbalance

Gambar 4.12 menunjukkan penurunan NG yang cukup signifikan.

Berdasarkan hasil diterapkannya metode pengendalian kualitas yang

dilakukan, berhasil menurunkan NG Unbalance pada line Armature tipe

GS34 dari yang tertinggi yaitu 3,72% turun menjadi 0,46% pada bulan Juli

2018.

Tabel 4. 8 Data Perbandingan Keseluruhan NG Unbalance

ITEM

BULAN

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI

Total Produksi 24.272 25.200 26.650 32.965 34.200 24.625 35.328

NG Unbalance 550 856 991 891 415 202 162

Ratio NG 2,27% 3,40% 3,72% 2,70% 1,21% 0,82% 0,46%

Target 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%

Dari data pada table 4.8 di atas dapat dilihat bahwa NG pada armature tipe

GS34 secara keseluruhan mengalami penurunan yang sebelumnya dengan

rata-rata ratio dari bulan Januari-Maret 2018 mencapai 3,13% mengalami

penurunan pada bulan Juli 2018 menjadi 0,46% yang dihasilkan dari dampak

perbaikan NG Unbalance yang terjadi pada line Armature Tipe GS34.

Sebelum QCC Selama QCC Setelah QCC

Page 64: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

44

4.8. Standarisasi

Selanjutnya untuk standarisasi yang dilakukan dari penyebab terjadinya

masalah NG Unbalance yang terjadi di line Armature yaitu:

1. Salah Setting Mesin (Faktor Manusia)

Jika sebelumnya pelatihan dilakukan hanya pada saat operator baru masuk

ke line produksi, maka setelah kegiatan pengendalian kualitas perlu

dilakukan beberapa hal untuk mengatasi masalah pada setting mesin:

Melakukan training berkala untuk setiap operator mesin yang

bersangkutan. Untuk jadwal pelatihan skill dilakukan tiap 6 bulan

sekali. Baik operator yang sudah lama maupun operator baru yang

bertujuan untuk me-refresh kembali ingatan perihal pekerjaan yang

dilakukan.

Pembuatan instruksi kerja yang jelas dan mudah dipahami.

Penempatan instruksi kerja terlihat oleh operator di depan area proses

kerja.

Aktivitas di atas akan dimulai pada minggu ketiga di bulan April 2018.

2. Tidak Ada Master OK untuk Core Sheet Lokal (Faktor Metode)

Membuat Master OK pada core sheet lokal untuk panduan operator dalam

pengecekan produk yang diproses tersebut tersebut OK atau NG.

Pembuatan Master OK dilakukan pada bulan Mei 2018.

3. Cutter Patah Saat Proses (Faktor Mesin)

Melakukan pergantian cutter pada mesin Balancer dari yang sebelumnya

menggunakan cutter lokal diubah menjadi cutter CKD yang di-import dari

Jepang. Hal tersebut dilakukan karena material cutter CKD lebih keras dan

mempunyai daya tahan yang lebih baik dibanding dengan cutter lokal.

Penggantian cutter akan dilakukan mulai tanggal 27 Juni 2018.

Page 65: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asmo Indonesia, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Jenis-jenis cacat yang terjadi pada proses assembly Armature khususnya

tipe GS34, dimana terdapat 5 jenis cacat yaitu, NG Unbalance, NG

Insulation, NG Resistance, Shaft Scratch dan Conmi Cacat. NG Unbalance

sebagai jenis NG tertinggi di periode bulan Januari-Maret 2018.

2. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh akar masalah yang menyebabkan

NG Unbalance tinggi. Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan,

penyebab utama NG Unbalance terdiri dari 3 faktor yaitu faktor manusia,

faktor metode dan faktor mesin sedangkan dari faktor material dan

lingkungan tidak mempengaruhi terjadinya NG Unbalance. Aktivitas QCC

yang dilaksanakan berhasil menemukan solusi pemecahan masalah yang

ada untuk mengurangi NG Unbalance yaitu dengan meningkatkan skill

operator melalui training mengenai masalah produksi pada line armature,

mengganti cutter lokal menjadi cutter impor CKD pada proses mesin

Balancer dan membuat Master OK pada core sheet lokal.

3. Aktivitas QCC ini dapat menanggulangi cacat yang terjadi pada proses

assembly armature tipe GS34. Dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah.

Tabel 5. 1 Perbandingan NG Unbalance sebelum dan Sesudah QCC

Sebelum QCC Sesudah QCC

3,15 % per bulan 0,46% per bulan

Dengan demikian aktivitas QCC mampu mengurangi NG Unbalance pada

produk Amature tipe GS34.

Page 66: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

46

5.2. Saran

Setelah penelitian dilakukan, beberapa saran untuk perusahaan antara lain

sebagai berikut:

1. Para pekerja harus lebih teliti dan selalu memiliki kesadaran yang tinggi

akan kualitas produk.

2. Aktivitas QCC lebih baik dilakukan terus-menerus supaya dapat

menyelesaikan permasalahan yang mungkin muncul di PT. Asmo

Indonesia khususnya di departemen manufacturing.

3. Dukungan sepenuhnya dari atasan dapat memotivasi karyawan lebih giat

dalam melakukan kegiatan kegiatan QCC yang berguna untuk kemajuan

perusahaan.

4. Setiap pekerja wajib mengikuti standar-standar yang ada supaya proses

dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Page 67: PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI JUMLAH …

47

DAFTAR PUSTAKA

Besterfield, D.H. 1998. Quality Control 5th Edition. Singapore. Prentice – Hall,

inc.

Besterfield, Dale H.,2003,Total Quality Management 3rd ed.,New Jersey: Prentice

Hall.

Juran, J. M. Quality Control Handbook. New York: McGraw-Hill.

Kotler, P. 2000. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid 1. Terjemahan Damos

Sihombing. 2000. Jakarta. Erlangga.

Crocker, Olga L., et al. 2004. Diterjemahkan oleh Anassidik. 2004. Gugus

Kendali Mutu Pedoman, Partisipasi dan Produktivitas. Jakarta. PT. Bumi

Aksara.

Gaspersz, V. 2002. Total Quality Management. Jakarta. Gramedia.

Heizer, Jay dan Render, Barry. 2004. Operation Management, 7 edition,

Management Operasi Edisi 7. Buku 1. Jakarta. Salemba Empat.

Mitra, A. 1993. Fundamentals of Quality Control and Improvement. Singapore.

Mc. Millan Publishing Co.

Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Edisi Kedua. Bogor. Ghalia

Indonesia.

Pareto, Vilfredo. 2008. The Concise Encyclopedia of Economics. Liberty Fund.

Library of Economics and Liberty.