Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

download Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

of 72

Transcript of Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    1/72

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    2/72

    Tetuko Dito Widarso. F24104083. Pengembangan Produk Kari Talas Sebagai

    Pangan Siap Saji.Di bawah bimbingan Dr.Ir. Sukarno, MSc.

    RINGKASAN

    Gaya hidup masyarakat yang semakin dinamis dan mengutamakanefisiensi waktu membuka peluang lebar bagi pengembangan produk talas yang

    siap saji. Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008

    menunjukkan selama periode 2006-2008 tren pola konsumsi pangan sumber

    karbohidrat penduduk masih didominasi oleh beras dan terigu sedangkan

    kontribusi umbi-umbian dalam konsumsi pangan penduduk masih rendah. Talas

    Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) mempunyai potensi sebagai sumber

    karbohidrat lokal yang belum banyak dikembangkan menjadi bahan pangan

    pokok yang disukai masyarakat.

    Penelitian ini bertujuan untuk memopulerkan talas sebagai sumber

    karbohidrat alternatif dalam bentuk produk olahan siap saji (kari talas) yang

    diminati oleh masyarakat. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) pemilihan

    jenis talas, (2) penentuan formulasi dan parameter proses pembuatan kari talas,

    dan (3) analisis produk akhir meliputi uji proksimat dan uji hedonik secara

    organoleptik.

    Talas direndam terlebih dahulu dalam air selama 15 menit dan dalam

    larutan garam 0,3% selama 10 menit untuk menghilangkan lendir dan rasa gatal,

    kemudian dibilas dan direbus. Jenis talas yang paling disukai konsumen adalah

    talas bentul yang memiliki nilai skor kesukaan overall tertinggi (1,68)

    dibandingkan talas mentega (1,97) dan talas ketan (2,35). Talas bentul memiliki

    keunggulan tekstur yang pulen serta aroma dan rasa yang khas dibandingkan talasmentega dan talas ketan. Formulasi dan parameter proses pembuatan kari talas

    didapatkan secara trial and error sampai ditemukan hasil produk yang diterima

    secara organoleptik. Formulasi pembuatan kari talas yaitu 1000 g talas bentul, 500g wortel, 500 g daging ayam, 150 g bumbu kari, 2 g lada bubuk, dan 1 g cabe

    bubuk.

    Hasil analisis proksimat menunjukkan kari talas memiliki kadar air

    83,45%, kadar abu 0,90%, kadar protein kasar 3,21%, kadar lemak total 3,14%,

    dan total karbohidrat 9,30%. Setiap satu porsi sajian (230 g) dapat memenuhi nilai

    Angka Kecukupan Gizi (AKG) protein sebesar 14,77% (Daily Reference

    Value/DRV) atau 9,84% (Angka Label Gizi/ALG); AKG lemak 11,11% (DRV)

    atau 13,13% (ALG), dan AKG karbohidrat 7,13% (ALG dan DRV).

    Hasil uji organoleptik dengan membandingkan kari talas dan kari lontong

    menunjukkan tingkat kesukaan terhadap kari talas tidak berbeda nyata dengan kari

    lontong untuk atribut tekstur dan aroma pada =0,05 sedangkan untuk atribut

    warna, rasa, dan overalltingkat kesukaan terhadap kari talas berbeda nyata pada=0,05 yaitu kari lontong masih lebih disukai daripada kari talas. Hasil

    organoleptik menunjukkan bahwa kari talas mempunyai potensi untuk diangkat

    sebagai menu harian dengan talas sebagai sumber karbohidrat utamanya namun

    masih perlu ditingkatkan mutunya dari segi warna dan rasa.

    Produk ini cocok dikonsumsi oleh orang yang ingin diet karbohidrat

    karena nilai total energinya yang kecil (78,3 kal/100 g) dari sumbangan

    karbohidrat yang kecil (9,3%).

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    3/72

    PENGEMBANGAN PRODUK KARI TALAS

    SEBAGAI PANGAN SIAP SAJI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh:

    TETUKO DITO WIDARSO

    F24104083

    2009

    DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    4/72

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    PENGEMBANGAN PRODUK KARI TALAS

    SEBAGAI PANGAN SIAP SAJI

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh:

    Tetuko Dito Widarso

    F24104083

    Dilahirkan pada tanggal 25 April 1986

    di Jakarta

    Tanggal lulus : September 2009Menyetujui,

    Bogor, September 2009

    Dr. Ir. Sukarno, M.Sc.

    Dosen Pembimbing

    Mengetahui,

    Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.

    Ketua Departemen ITP

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    5/72

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis yang bernama lengkap Tetuko Dito Widarso

    dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 April 1986. Penulis adalah

    anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis dibesarkan oleh ayah

    bernama Sugeng Widarno dan ibu bernama Ratna Indiah

    bersama-sama kakek-nenek D. D. Mindarso dan R. R. Soebekti.

    Bangku sekolah penulis dimulai dari Sekolah Dasar Santo Antonius I dan Sekolah

    Menengah Pertama Marsudirini Jakarta. Setelah itu, penulis melanjutkan

    pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Jakarta. Penulis diterima menjadi

    mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian

    IPB melalui jalur Prestasi Internasional Nasional (PIN) pada tahun 2004 karenaprestasinya sebagai juara III Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan XI Tingkat

    Nasional yang diselenggarakan oleh HIMITEPA pada tahun 2003.

    Selama menjadi mahasiswa penulis pernah bergabung dalam

    kepengurusan Unit Kegiatan Mahasiwa Forum for Scientific Studies (UKM

    FORCES) sebagai Direktur (2005-2006), Ketua BKO Food Chat Club (2007-

    2008) Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA), serta

    anggota IPB Debating Community (IDC) Institut Pertanian Bogor dan aktif dalam

    beberapa kepanitiaan kegiatan kampus. Beberapa prestasi yang pernah penulis

    raih yaitu penyaji poster terbaik III bidang PKMP dalam PIMNAS XXI Unissula

    Semarang 2008, 1st winner National Student Paper Competition on Agriculture

    IAAS Lc.Unibraw 2008, presenter dalam International Indonesian Students

    Conference 2008 di IIUM Malaysia dan The International Society for Southeast

    Asian Agricultural Sciences (ISSAAS) 2009 di Kasetsart University Thailand

    dengan makalah Food or Fuel: The Impact of Global Warming on Food and

    Energy Security in Indonesia.

    Sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

    penulis melakukan penelitian tentang pengembangan produk baru siap saji kari

    talas di bawah bimbingan Dr. Ir. Sukarno, M.Sc.

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    6/72

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillaahirabbilaalamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan

    kehadirat Allah SWT atas segala karunia, hidayah, dan rahmat-Nya, sehingga

    penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam kepada Nabi

    Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya sekalian. Ucapan terima kasih

    dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada sejumlah

    pihak yang telah berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam

    penyelesaian karya ini. Semoga Allah SWT membalas budi baik pihak-pihak yang

    senantiasa membimbing, membantu dan mendoakan dalam menyelesaikan

    penelitian dan penyusunan skripsi ini. Perkenankanlah penulis mengucapkah

    ucapan terima kasih kepada:1. Orang tua penulis, atas kasih sayang, doa, semangat, serta dukungan moril

    dan materi yang telah Mama dan Papa berikan serta adik-adik penulis,

    Mutiara dan Safira, yang turut memberikan semangat untuk menyelesaikan

    tugas akhir ini. Kupersembahkan pula skripsi ini untuk eyang.

    2. Bapak Dr. Ir. Sukarno, MSc., selaku dosen pembimbing, yang telahmemberi arahan, nasihat, saran, motivasi, dan kritik yang membangun

    tidak hanya akademik namun juga semangat hidup.

    3. Bapak Ir. Arif Hartoyo, MP. dan Ibu Elvira Syamsir, STP., M.Si. selakudosen penguji yang telah memberikan banyak masukan, nasihat, petuah

    hidup, dan teladan bagi saya.

    4. Bapak Muhammad Ismail dari PT. Zehat Internasional yang memberikanbantuan kemasan pouch dalam penelitian ini (meskipun akhirnya

    penelitianpouch-nya tidak dilajutkan)

    5. Bapak Gatot dan Ibu Rubiyah yang banyak memberikan bantuan selamapenelitian ini. Saya jadi memahami apa arti keikhlasan dan pengabdian.

    6. Bapak dan Ibu laboran yang handal (Pak Wahid, Pak Sobirin, Pak Rojak,Pak Yahya, Pak Sidiq, Bu Antin, Bu Sri, Pak Jun, Pak Yas, Pak Nur, Teh

    Ida, Mas Edi, MbaDarsih, MbaAri). Terima kasih atas cerita-cerita dan

    curhatnya selama di lab.

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    7/72

    7. Bapak dan Ibu pustakawan Perpustakaan Fateta dan PAU (Pak Sumpena,Pak Didin, Bu Desnur, Teh Cicih). Terima kasih atas pelayanan skripsi,

    buku, dan jurnalnya.

    8. Teman-teman seatap rumah dan tetangga di Darmaga Regency, BlueHouse, Al Azzam, Wakasiba, dan Darmaga Hijau (Sigit Susy, Bimo,

    Fadli Bibi, Indra, Abah, Siwi, Adibudi, Busan, Mumun, Iboy, Heru,

    Dika, Anami, Kani, Warid, Dede Puput, Dikun, Topik Oeplay, Teteh,

    Dina, Akang, Bu Caroline Mamah). Tanpa kalian semua hari-hari pasti

    membosankan.

    9. Sahabat-sahabatku (Mas Tarwin yang ngajarinbaca Quran dengan tahsin;cocogurt team: Tomi, Dil2, Muj2, Rin2, Riza, Riski; Dita dan Kamalita

    atas kebersamaannya sebagai satu tim keliling dunia; Kelompok C4: UQ,April-chan, Nona atas kekompakan dan perhatiannya sampai saat ini;

    Sylvi yang dengan masalahnya membuat saya dewasa; pengurus BEM KM

    IPB: Gema, Cici, Fahmi, Afid, Ame, Fahri, TB, Tiara, Benik, Gadiez, dll;

    personil UKM Forces IPB: Mas Fanny, Pak Anuraga, Bowo, Nanang, dll;

    Food Chat Himitepa IPB: Yuli, Sherly, Hans, IDC: Bu Alfa, Bu Ani,

    Ratih, Aji, Dina, Tina, Listya, Rahmat thank you guys....it improves my

    english really, dan sekelompok pencari ilmu: Sigit NP, Didin, Aang, dkk)

    10.Seluruh teman-teman, kakak, dan adik-adik TPG/ITP 38, 39, 40, 41, 42,dan 43. Terima kasih atas kebersamaannya dalam kuliah, kepanitiaan,

    acarafieldtrip, BAUR, dan sebagainya.

    11.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

    Penulis telah berusaha menyusun skripsi ini sebaik mungkin, namun tidak

    ada karya manusia yang sempurna. Semoga dengan kekurangan yang masih ada,

    skripsi ini tetap bermanfaat bagi pembaca.

    Bogor, September 2009

    Penulis

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    8/72

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv

    DAFTAR TABEL ...................................................................................................... v

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi

    I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

    B. Tujuan dan Sasaran....................................................................................... 2

    C. Manfaat ......................................................................................................... 2II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3

    A. Talas ............................................................................................................. 3

    B. Produk Pangan Siap Saji .............................................................................. 6

    III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 8

    A. Bahan dan Alat ............................................................................................ 8B. Metode Penelitian........................................................................................ 8C. Metode Analisis .......................................................................................... 9

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 13

    A. Penelitian Pendahuluan ................................................................................ 13

    B. Penelitian Utama .......................................................................................... 23

    1. Pembuatan Kari Talas .......................................................................... 23

    2. Analisis Produk Akhir .......................................................................... 25

    2.1. Analisis Proksimat dan Perhitungan Nilai Gizi .......................... 26

    2.2. Hasil Uji Organoleptik ................................................................ 31

    V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 38

    A. Kesimpulan .................................................................................................. 38

    B. Saran ............................................................................................................. 39

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 40

    LAMPIRAN ............................................................................................................... 43

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    9/72

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor .................................................................. 4

    Gambar 2. Jalur biosintesis kolesterol serta senyawa aktif MGDG dan

    DGDG yang diekstrak dari talas ................................................................ 6

    Gambar 3. Proses pembuatan kari talas yang dimodifikasi ....................................... 9

    Gambar 4. Warna talas setelah perebusan.................................................................. 14

    Gambar 5. Skor hedonik warna talas rebus ................................................................ 15

    Gambar 6. Skor hedonik tekstur talas rebus............................................................... 16

    Gambar 7. Distribusi granula pati dari talas yang ada di Jawa .................................. 17

    Gambar 8. Skor hedonik aroma talas rebus ............................................................... 18Gambar 9. Skor hedonik rasa talas rebus ................................................................... 20

    Gambar 10. SEM dari sel idioblast............................................................................ 21

    Gambar 11. LM dari sel idioblast.............................................................................. 21

    Gambar 12. SEM dari raphide ................................................................................... 21

    Gambar 13. Skor rata-rata uji rangking hedonik talas rebus ...................................... 22

    Gambar 14.Grafik rata-rata kekerasan talas pada saat perebusan ............................. 25

    Gambar 15. Produk kari talas dengan potongan wortel dan ayam ............................. 25

    Gambar 16. Skor hedonik warna kari talas dan kari lontong ..................................... 32

    Gambar 17. Skor hedonik tekstur kari talas dan kari lontong .................................... 33

    Gambar 18. Skor hedonik aroma kari talas dan kari lontong ..................................... 34

    Gambar 19. Skor hedonik rasa kari talas dan kari lontong ........................................ 35

    Gambar 20. Skor hedonikoverallkari talas dan kari lontong ................................... 37

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    10/72

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Perbandingan kadar zat gizi talas, kentang, ubi jalar, dan nasi ................... 4

    Tabel 2. Komposisi umbi talas per 100 gram bahan ................................................. 5

    Tabel 3. Perbedaan karakteristik umbi talas Bogor................................................... 13

    Tabel 4. Komposisi bahan kari talas untuk 8 porsi ................................................... 23

    Tabel 5. Estimasi kandungan nilai gizi produk kari talas ......................................... 26

    Tabel 6. Nilai AKG untuk beberapa komponen gizi untuk diet 2000 kkal ..............

    29

    Tabel 7. Estimasi kandungan nilai energi produk kari talas ..................................... 30

    Tabel 8. Jenis rempah dan kandungan senyawa aktifnya ......................................... 36

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    11/72

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Kuesioner uji rating dan rangking hedonik pemilihan jenis

    talas terbaik ........................................................................................... 43

    Lampiran 2. Data skor uji rating hedonik warna talas rebus dan

    analisis ragamnya .................................................................................. 44

    Lampiran 3. Data skor uji rating hedonik tekstur talas rebus dan

    analisis ragamnya .................................................................................. 45

    Lampiran 4. Data skor uji rating hedonik aroma talas rebus dan

    analisis ragamnya .................................................................................. 46

    Lampiran 5. Data skor uji rating hedonik rasa talas rebus dan analisis ragamnya .... 47Lampiran 6. Data skor uji rangking hedonik talas rebus dan analisis ragamnya ....... 48

    Lampiran 7. Penentuan kadar air produk kari talas.................................................... 49

    Lampiran 8. Penentuan kadar abu produk kari talas .................................................. 49

    Lampiran 9. Penentuan kadar lemak produk kari talas .............................................. 49

    Lampiran 10. Penentuan kadar protein produk kari talas .......................................... 50

    Lampiran 11. Nilai pH produk kari talas ................................................................... 50

    Lampiran 12. Kuesioner uji organoleptik produk kari talas ...................................... 51

    Lampiran 13. Data skor uji rating hedonik warna kari talas ...................................... 52

    Lampiran 14. Data skor uji rating hedonik tekstur kari talas ..................................... 53

    Lampiran 15. Data skor uji rating hedonik tekstur kari talas ..................................... 54

    Lampiran 16. Data skor uji rating hedonik rasa kari talas ......................................... 55

    Lampiran 17. Data skor uji rating hedonikoverallkari talas .................................... 56

    Lampiran 18. Settingalat Texture Analyzer XT-21 untuk pengukuran kekerasan

    talas rebus dengan program Texture Expert ......................................... 57

    Lampiran 19. Hasil pengukuran kekerasan talas pada saat perebusan....................... 57

    Lampiran 20. Nilai AKG berdasarkan WNPG VIII tahun 2004 ................................ 58

    Lampiran 21. Foto-foto penelitian ............................................................................. 59

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    12/72

    I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANGGaya hidup masyarakat yang semakin dinamis dan mengutamakan

    efisiensi waktu membuka peluang lebar bagi pengembangan produk siap saji.

    Sebagai contoh, mie instan sampai saat ini masih sangat populer karena

    penyajiannya yang mudah dan cepat. Data statistik Biro Pusat Satistik (BPS)

    tahun 2002 menunjukkan bahwa wanita yang bekerja pada angkatan kerja

    berjumlah 33,06 juta atau 44,23% dari jumlah total usia wanita antara 15-60

    tahun (Anonim 2002). Wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagian lain

    berprofesi bekerja di luar rumah, karena keterbatasan waktu dan kesibukan,

    serta sulitnya mencari pramuwisma menyebabkan makanan siap saji menjadimenu utama sehari-hari di rumah.

    Di sisi lain, hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun

    2008 menunjukkan selama periode 2006-2008 tren pola konsumsi pangan

    sumber karbohidrat penduduk masih didominasi oleh beras dan terigu

    sedangkan kontribusi umbi-umbian dalam konsumsi pangan penduduk masih

    rendah, di mana kontribusi energinya < 5% dari total konsumsi energi yang

    berasal dari pangan sumber karbohidrat (padi-padian dan umbi-umbian).

    Adapun kontribusi konsumsi karbohidrat yang berasal dari padi-padian (beras

    dan terigu) pada tahun 2008 sebesar 64,1% (di atas angka anjuran sebesar

    50%); naik 2% dibanding tahun 2007. Ini berarti pola konsumsi pangan

    masyarakat perlu didorong agar mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat

    lainnya, seperti jagung, jali, umbi-umbian, sukun, serta pisang, dalam bentuk

    berasan, tepung, dan mie (Anonim 2008).

    Salah satu tanaman umbi-umbian yang cukup populer adalah talas.

    Tanaman talas (Colocasia esculenta) berasal dari daerah Asia Tenggara,

    kemudian menyebar ke Cina, Eropa, Afrika, dan Kepulauan Pasifik (Kocchar

    1998). Ini berarti bahwa talas merupakan salah satu makanan pokok nenek

    moyang bangsa Indonesia jauh sebelum budidaya padi meluas di nusantara.

    Sayangnya, sumber karbohidrat lokal ini sampai sekarang potensinya belum

    banyak dikembangkan, khususnya dari segi pengolahan pasca panennya.

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    13/72

    Pemanfaatan umbi talas sejauh ini masih terbatas sebagai bahan campuran

    sayur, talas goreng, talas kukus, talas rebus, dan keripik talas.

    Riset pengembangan produk berbasis talas cenderung masih mengarah

    kepada pembuatan produk pangan alternatif atau produk camilan. Beberapa

    penelitian pasca panen terhadap komoditas ini menghasilkan variasi produk

    yang lebih luas antara lain tepung talas (Rustana 1982), pati talas, keripik

    simulasi talas (Rahmanto 1994), produk ekstrudat talas, tape talas (Diana

    1997), dan flakes komposit dari talas (Fauzan 2005). Akan tetapi aplikasinya

    dalam industri pangan lokal masih sangat terbatas sehingga produknya masih

    sulit ditemui di pasaran. Belum terlihat upaya untuk mengolah talas sebagai

    sumber karbohidrat berbasis umbi menjadi produk olahan pangan dalam menu

    sehari-hari yang cocok dipadukan dengan berbagai jenis sayur dan lauk-pauk.Oleh karena itu, diperlukan serangkaian penelitian untuk

    meningkatkan potensi talas sebagai alternatif bahan pangan sumber

    karbohidrat umbi-umbian yang diminati oleh masyarakat. Bentuk olahan

    pangan kari dipilih karena produk ini sudah umum diterima oleh masyarakat

    sebagai salah satu masakan tradisional berbahan rempah-rempah nusantara.

    B. TUJUAN DAN SASARANPenelitian ini bertujuan memopulerkan talas sebagai sumber

    karbohidrat alternatif dalam bentuk produk olahan siap saji (kari talas) yang

    diminati oleh masyarakat. Sasaran penelitian adalah mendapatkan jenis talas

    yang paling disukai konsumen sebagai bahan baku produk, mendapatkan

    formulasi produk kari talas yang disukai konsumen, dan mengetahui mutu dan

    kandungan gizi produk akhir.

    C. MANFAAT

    Manfaat penelitian ini adalah mendorong potensi daerah Bogor untuk

    memopulerkan talas sebagai salah satu sumber karbohidrat dalam bentuk

    inovasi produk pangan olahan tradisional yaitu kari talas dan mendukung

    program diversifikasi pangan nasional/daerah yaitu pengembangan sumber

    karbohidrat lain selain beras.

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    14/72

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. TALASTalas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari

    Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang.

    Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi pada tanah yang kering sampai basah.

    Suhu dan curah hujan optimum untuk pertumbuhannya adalah 21-27oC dan

    250 cm per tahun. Namun kultivar yang dapat tumbuh di daerah kering masih

    mampu bertahan sampai curah hujan 175 cm per tahun (Kay, 1973).

    Tinggi tanaman talas berkisar antara 0,4-2,0 m dengan jumlah bunga

    2-5 buah yang muncul secara bersama-sama (Kay, 1973). Umbi talas dipanen

    setelah tanaman berumur 6-18 bulan dengan berat panen 0,45-3,5 kg. Waktu

    panen ditandai dengan mulai menguningnya daun dan kemudian mengering.

    Daerah penghasil talas di Indonesia adalah kota Bogor dan Malang

    yang menghasilkan beberapa kultivar yang enak rasa umbinya. Produktivitas

    tanaman talas tergantung pada kultivar/varietas, umur tanaman, dan kondisi

    lingkungan tempat tumbuh. Pada kondisi optimal produktivitas talas dapat

    memcapai 30 ton/hektar. Produksi talas di Kabupaten Bogor cukup besar yaitu

    sekitar 17.699 ton pada tahun 1999 (Dinas Pertanian Tanaman Pangan

    Kabupaten Bogor Bagian Bina Sarana Produksi 1999, diacu dalam Wijaya,

    2000).

    Rukmana (1997) melaporkan terdapat lima varietas talas yang ada di

    Bogor yaitu:

    1. Talas pandan : varietas ini memiliki ciri tangkai daun berwarna keunguan,pohon pendek, pangkal batang berwarna merah atau kemerahan, umbi

    lonjong berwarna coklat dengan daging umbi keunguan, dan bila direbus

    berbau pandan.

    2.

    Talas sutra : varietas ini memiliki permukaan daun yang halus danberwarna hijau muda, pangkal pelepah daun berwarna putih, dan umbi bila

    direbus berwarna putih dengan tekstur lembek.

    3. Talas mentega/lampung: varietas ini memiliki daun dan pelepah daunberwarna kuning keunguan, umbi berbentuk bulat dengan daging umbi

    berwarna kuning, dan terasa gatal bila direbus.

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    15/72

    4. Talas ketan: varietas ini memiliki batang yang mengecil tepat di atas umbi,pelepah daun berwarna hijau dengan garis hitam, daging umbi berwarna

    putih, dan terasa gatal jika direbus.

    5. Talas bentul: varietas ini memiliki batang yang mengecil di atas umbi,pelepah daun berwarna hijau dengan garis hitam keunguan, daging umbi

    berwarna kuning, dan terasa gatal jika direbus.

    Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

    Perbandingan komposisi talas dengan sumber karbohidrat lainnya yaitu

    kentang, ubi jalar, dan nasi dapat dilihat pada Tabel 1. Dapat dilihat bahwa

    umbi-umbian yaitu talas, kentang, dan ubi jalar memiliki kadar air lebih tinggi

    dibandingkan beras yang sudah dimasak (nasi). Kandungan karbohidrat umbi-

    umbian pun relatif lebih sedikit daripada nasi sehingga nilai energinya (kalori)

    menjadi lebih kecil pula. Komposisi zat gizi talas yang lebih lengkap dapat

    dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 1. Perbandingan kadar zat gizi dari talas, kentang, ubi jalar, dan nasi*

    Komposisi Talas Kentang Ubi Jalar Nasi

    Air (g) 73,0 77,8 68,5 57,0

    Protein (g) 1,9 2,0 1,8 2,1

    Lemak (g) 0,2 0,1 0,7 0,1

    Karbohidrat (g) 23,7 19,1 27,9 40,6

    Kalori (kal) 98,0 83,0 123,0 178,0* Depkes (1989)

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    16/72

    Tabel 2. Komposisi umbi talas per 100 gram bahan

    Komposisi 1 2 3*

    Kalori (kal) - 98,00 100,00-104,00

    Protein (g) 1,40-3,00 1,90 1,75-2,57

    Lemak (g) 0,16-0,36 0,20 0,09-0,15

    Karbohidrat (g) 13,00-29,00 23,70 21,60-22,30Serat (g) 0,60-1,18 - 0,39-0,61

    Abu (g) 0,60-1,30 - 0,90-1,37

    Air (g) - 73,00 69,40-71,70

    Kalsium (mg) - 28,00 34,00-47,00

    Fosfor (mg) - 61,00 196,00-340,00

    Besi (mg) - 1,00 8,10-10,80

    Vitamin A (SI) - 20,00 -

    Thiamin (mg) 0,18 0,13 0,60-0,69

    Riboflavin (mg) 0,44 - 0,17-0,26

    Niacin (mg) 0,90 - 2,20-2,40

    Vitamin C (mg) 7,00-9,00 4,00 10,50-16,101. Kay (1973).

    2. Depkes (1989).

    3. Huang et al. (2006). * talas yang ditanam di lahan kering

    Umbi talas mengandung suatu senyawa yang menyebabkan rasa gatal,

    yaitu kalsium oksalat (CaC2O4) yang banyak terdapat pada getahnya. Rasa

    gatal yang merangsang rongga mulut dan kulit disebabkan oleh adanya kristal-

    kristal kecil berbentuk jarum halus yang tersusun dari kalsium oksalat, yang

    disebut raphide (Payne et al. 1941, diacu dalam Rustana 1982). Raphide

    tersebut terkurung dalam kapsul yang dikelilingi lendir. Kapsul-kapsul ini

    terletak di suatu area di antara dua vakuola. Ujung dari kapsul menyembul ke

    dalam perbatasan vakuola-vakuola pada dinding sel. Vakuola-vakuola berisi

    air sehingga bila diberi perlakuan mekanis maka air akan masuk ke dalam

    kapsul melalui dinding sel. Tekanan air terhadap dinding sel akan meningkat

    sehingga kristal kalsium oksalat yang berbentuk jarum terdesak ke luar. Cara

    untuk menghilangkan rasa gatal umbi talas adalah dengan pemasakan,

    pengeringan, dan pemasakan asam dengan nitrit atau asam klorida encer.Manfaat utama umbi talas adalah sebagai bahan pangan sumber

    karbohidrat. Di Irian Jaya, talas dimakan sebagai makanan pokok. Di daerah

    lain (di Jawa, Sumatera), talas dimakan sebagai makanan tambahan setelah

    diolah menjadi macam-macam masakan atau dimakan sebagai talas rebus,

    talas kukus, dan talas goreng. Talas juga diambil tepungnya untuk dipakai

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    17/72

    sebagai pengganti terigu. Di Filipina, talas dibuat menjadi kue-kue sedangkan

    di Brasil dijadikan roti. Di Kolombia talas dijadikan bahan minuman lewat

    proses fermentasi, sedangkan di Hawai dikenal poi yang terbuat dari getuk

    talas yang dicampur air dan difermentasikan sebelum dimakan. Talas

    merupakan tumbuhan yang 90% bagiannya dapat dimakan, yang tak dapat

    dimakan hanyalah akar-akar serabutnya. Daun, tangkai daun, pelepah, umbi

    induk, umbi anakan talas, semua dapat dimakan (Lingga et al. 1989).

    Kandungan senyawa aktif yaitu monogalactosyldiacylglycerol

    (MGDG) dan digalactosyldiacylglycerols (DGDG) yang terdapat pada umbi

    talas dilaporkan dapat menghambat biosintesis kolesterol melalui

    penghambatan enzim lanosterol sintase (hOSC) pada manusia (Sakano et al.

    2005). Talas dilaporkan memiliki efek penghambatan paling tinggi yaitu 55%(dalam 300 g/ml) dibandingkan 130 sampel sayuran yang diliofilisasi. Jalur

    biosintesis dari kolesterol dan struktur senyawa aktif MGDG dan DGDG

    dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Jalur biosintesis kolesterol serta senyawa aktif MGDG dan DGDG

    yang diekstrak dari talas (Sakano et al. 2005).

    B. PRODUK PANGAN SIAP SAJIProduk pangan siap saji (ready meals) adalah produk pangan yang

    tersusun atas berbagai bahan pangan yang umumnya tersusun atas nasi, pasta,

    atau kentang; daging; dan sayur-sayuran. Beragam bahan pangan tersebut

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    18/72

    dapat dicampurkan dalam satu kemasan, sebagai contoh dalam sebuah produk

    kalengan, ataupun terpisah namun disatukan dalam satu kemasan sekunder

    yang sama. Prinsipnya adalah suatu produk pangan yang mengandung asupan

    zat gizi yang lengkap dalam satu porsi dengan proses penyajian yang minimal

    karena konsumen menginginkan produk tersebut sudah berada dalam kondisi

    yang aman secara mikrobiologis untuk dikonsumsi langsung (Tucker, 2006).

    Produk pangan siap saji dapat disajikan secara langung seperti katering

    dan kios-kios makanan. Pengembangan pangan siap saji pada skala yang lebih

    besar menggunakan bahan kemasan yang khusus. Bahan kemasan yang

    umumnya digunakan berupa plastik atau styrofoam (pembungkus mie instan

    dan nugget), polyvinyl chloride (PVC untuk pembungkus kembang gula),

    kaleng danpouch (makanan buah, susu, makanan lauk-pauk).

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    19/72

    III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

    A. BAHAN DAN ALATBahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas

    segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman

    Yasmin, Pasar Bogor, Jalan Raya Pajajaran), daging ayam, wortel, lada bubuk,

    cabe bubuk, garam, bumbu kari instan, dan air. Bahan-bahan yang digunakan

    untuk analisis adalah akuades steril, alkohol, serta bahan-bahan uji proksimat

    dan uji organoleptik.

    Alat-alat yang digunakan adalah pisau, talenan, panci, pengaduk,

    blancher, texture analyzer, pH meter, labu Erlenmeyer, labu lemak, desikator,

    bunsen,soxhlet apparatus, oven pengering, tanur, cawan porselin, timbangan,

    danstopwatch.

    B. METODE PENELITIANTahap-tahap penelitian yang dilakukan meliputi: (1) pemilihan jenis

    talas, (2) penentuan formulasi dan parameter proses pembuatan kari talas, dan

    (3) analisis produk akhir meliputi uji proksimat, dan uji hedonik produk jadi.

    1. Pemilihan jenis talas

    Pemilihan dilakukan untuk mengetahui jenis talas terbaik yang

    sesuai untuk dijadikan bahan utama pembuatan kari talas. Parameter yang

    diperhatikan adalah warna, tekstur, aroma, rasa (termasuk efek gatal), dan

    overall. Pemilihan ini didasarkan pada observasi lapangan dan uji

    hedonik menggunakan panelis tidak terlatih. Jenis umbi talas terbaik

    menurut uji hedonik panelis digunakan sebagai bahan utama penelitian

    selanjutnya.

    2. Penentuan formulasi dan parameter proses pembuatan kari talas

    Pembuatan kari talas meliputi pengupasan talas segar, pemotonganbentuk kotak dengan ukuran sisi 1 cm, dilanjutkan dengan pencucian dan

    perendaman di dalam air bersih selama 5 menit, 10 menit, dan 15 menit

    untuk menghilangkan lendir. Selanjutnya potongan talas direndam dalam

    larutan garam 0,3% selama 10 menit untuk menghilangkan rasa gatal.

    Potongan talas kemudian dicuci bersih dengan air untuk menghilangkan

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    20/72

    lendir yang ada. Potongan talas direbus lalu diolah menjadi kari talas

    dengan campuran bumbu kari instan, lada bubuk, cabe bubuk, potongan

    wortel, daging ayam yang disuwir, dan air kaldu rebusan daging ayam.

    Komposisi bahan-bahan pembuatan kari talas mengikuti resep

    masakan kari ayam yang dibuat oleh Sekar (2007). Dilakukan beberapa

    modifikasi seperti penggunaan bumbu instan untuk menyeragamkan

    mutu bumbu kari dan penambahan talas rebus ke dalam masakan kari

    ayam sebagai sumber karbohidrat.

    Gambar 3. Proses pembuatan kari talas (Sekar 2007) yang dimodifikasi.

    Pengupasan Pengupasan

    Pemotongan Pengirisan 3 mm

    Perebusan 30suhu 100oC

    Larutan kaldu

    ayamDaging ayam

    matang

    Penyuwiran

    Larutan kuah

    kari

    PencucianPencucian

    Pemblansiran 90oCPerendaman dalam

    air 15

    Perendaman dalam

    lar. garam 0,3% 10

    Pembilasan

    Perebusan selama

    30 suhu 100oC

    Pencampuran

    Kari talasPerebusan selama

    20 suhu 100oC

    Umbi talas

    segarWortel segar Daging

    ayam

    Bumbu

    instan, lada,

    cabe bubuk

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    21/72

    3. Analisis produk akhir

    Produk akhir kemudian diuji kandungan proksimatnya untuk melihat

    karakter gizinya. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan

    energi dalam produk kari talas. Sedangkan uji hedonik dilakukan untuk

    menilai penerimaan produk oleh konsumen.

    C. METODE ANALISIS1. Analisis Proksimat

    Persiapan sampel yaitu sebanyak 100-200 gram produk

    dihomogenisasi menggunakan blender sampai terbentuk campuran yang

    homogen.a. Kadar air metode oven (AOAC 1990)

    Sejumlah sampel ( 5 g) dimasukkan ke dalam cawan yang telah

    diketahui beratnya. Kemudian cawan dimasukkan ke dalam oven

    bersuhu 100oC hingga diperoleh berat yang konstan. Perhitungan kadar

    air dilakukan berdasarkan berat basah dengan menggunakan rumus:

    Kadar air %bb a bc x 100%Keterangan : a = berat cawan dan sampel awal (g)

    b = berat cawan dan sampel akhir (g)

    c = berat sampel awal (g)

    b. Kadar abu (AOAC 1990)

    Cawan porselin dikeringkan dalam oven bersuhu 100oC, kemudian

    didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 5 g sampel

    ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan porselin. Selanjutnya

    sampel dipijarkan di atas nyala pembakar bunsen sampai tidak berasaplagi, kemudian dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada suhu

    400-600oC selama 4-6 jam atau sampai terbentuk abu berwarna putih.

    Kemudian sampel didinginkan dalam desikator, selanjutnya ditimbang.

    Perhitungan kadar abu dilakukan dengan rumus:

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    22/72

    Kadar abu %bb Berat abu gBerat sampel g x 100%c. Kadar lemak total (AOAC 1990)

    Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu

    105-110oC, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

    Sebanyak 5 g sampel dalam bentuk kering (sampel dikeringkan dalam

    oven terlebih dahulu) ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring

    lalu dimasukkan ke dalam alat ekstraksi (soxhlet apparatus), yang telah

    diberi pelarut heksana.

    Reflux dilakukan selama 5 jam (minimum) kemudian pelarut yang

    ada di dalam labu lemak didistilasi. Selanjutnya labu lemak yang berisi

    lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven bersuhu 105oC hingga

    beratnya konstan, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang. Kadar

    lemak dihitung dengan rumus:

    Kadar lemak %bb Berat lemak gBerat sampel g x 100%

    d. Kadar protein kasar metode mikro-Kjeldahl (AOAC 1990)

    Sejumlah kecil sampel (1-2 g) ditimbang dan dimasukkan ke dalam

    labu Kjeldahl. Kemudian ditambahkan 1,9 g K2SO4, 40 mg HgO, dan

    2,0 0,1 ml H2SO4. Sampel dididihkan selama 1-1,5 jam sampai cairan

    menjadi jernih.

    Sampel didinginkan dan ditambah sejumlah kecil air secara

    perlahan-lahan. Isi tabung dipindahkan ke dalam alat destilasi dan labu

    dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air. Air cucian dipindahkan ke dalam labu

    destilasi dan ditambahkan 8-10 ml larutan NaOH-Na2S2O3.

    Di bawah kondensor diletakkan erlenmeyer yang berisi 5 ml

    larutan H3BO3 dan 2 tetes indikator (campuran 2 bagian merah metil0,2% dalam alkohol) diletakkan di bawah kondensor. Ujung tabung

    kondensor harus terendam dalam larutan H3BO3. Isi erlenmeyer

    dencerkan sampai kira-kira 50 ml, kemudian dititrasi dengan HCl 0,02

    N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Penetapan untuk

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    23/72

    blanko juga dilakukan dengan prosedur yang sama tetapi tanpa sampel.

    Kadar protein kasar dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    % N ml HCl sampel ml HCL blankomg sampel x N HCl x 14,007 x 100Kadar protein kasar (%) = % N x 6,25

    e. Kadar karbohidrat (by difference) (Winarno 1992)

    Kadar karbohidrat (%) = (100% - (P + KA + A + L))

    Keterangan: P = kadar protein (%)

    KA = kadar air (%)

    A = kadar abu (%)

    L = kadar lemak (%)

    f. Nilai energi kari talas (Ramsden 1995)

    Penentuan nilai energi makanan melalui perhitungan dapat

    dilakukan menurut komposisi karbohidrat, lemak, protein, serta nilai

    energi makanan tersebut. Nilai energi dapat dihitung dengan rumus:

    Energi (kilokalori) = (4 kkal/g x kadar karbohidrat) + (4 kkal/g x kadar

    protein) + (9 kkal/g x kadar lemak)atau

    Energi (kiloJoule) = (17 kJ/g x kadar karbohidrat) + (17 kJ/g x kadar

    protein) + (37 kJ/g x kadar lemak)

    1 kalori = 4,18 Joule

    2. Uji Organoleptik (Meilgaard et al. 1999)

    Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui preferensi panelis

    terhadap jenis talas yang terbaik untuk dijadikan bahan baku kari talas. Ujiyang dilakukan yaitu uji rating hedonik dan uji rangking hedonik. Uji rating

    hedonik juga dilakukan untuk mengukur penerimaan panelis terhadap

    produk akhir dengan membandingkan kari talas dan kari lontong. Skala

    hedonik yang digunakan adalah skala 1 hingga 5 (1= sangat tidak suka, 2=

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    24/72

    tidak suka, 3= netral, 4= suka, dan 5= sangat suka). Pengolahan data

    dilakukan dengan menggunakan program statistik SPSS versi 11.5.

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    25/72

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. PENELITIAN PENDAHULUAN

    Hasil pengamatan secara langsung di beberapa pasar maupun lapak

    pedagang talas yang ada di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan

    Taman Yasmin, Pasar Bogor, Jalan Raya Pajajaran) menunjukkan bahwa

    jenis talas yang sering dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat yaitu talas

    mentega/lampung, talas ketan, dan talas bentul. Sebenarnya masih banyak

    jenis talas yang lain seperti talas sente dan bolang (Purwono dan

    Purnamawati 2007), namun kurang begitu dibudidayakan oleh petani lokal

    karena alasan penerimaan konsumen terhadap rasa, efek gatal, dan lendir

    yang dihasilkan ketika dimasak.

    Ketiga jenis talas tersebut (mentega, ketan, dan bentul) memiliki

    perbedaan kasat mata yaitu warna batang umbi yang berbeda. Talas ketan

    memiliki warna batang hijau polos, sedangkan talas mentega memiliki

    warna batang yang cenderung berwarna ungu. Talas bentul memiliki

    warna batang yang khas yaitu berwarna hijau dengan gurat-gurat berwarna

    ungu. Jika umbi diiris, maka umbi talas ketan akan tampak lebih putih

    dibandingkan talas bentul dan mentega. Perbedaan warna ini akan semakin

    tampak setelah umbi direbus seperti dapat dilihat pada Gambar 4.

    Perbedaan karakteristik umbi selengkapnya dari ketiga jenis talas tersebut

    dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Perbedaan karakteristik umbi talas Bogor.

    Jenis talas Warna umbi Lendir dan efek gatal

    Ketan Putih (mentah)

    Putih (matang)

    Lendir banyak dan sangat

    gatal

    Mentega Kuning (mentah)Kuning (matang)

    Lendir sedikit dan kuranggatal

    Bentul Agak kuning (mentah)

    Putih marmer (matang)

    Lendir sedikit dan kurang

    gatal

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    26/72

    Pemilihan jenis talas terbaik untuk dijadikan kari talas dilakukan

    dengan menggunakan uji rating hedonik dan uji rangking hedonik. Uji

    rating hedonik digunakan untuk menilai kesukaan dari masing-masingatribut yang diuji yaitu warna, tekstur, rasa, dan aroma talas matang

    setelah direbus. Uji rangking hedonik digunakan untuk menilai jenis talas

    yang paling disukai panelis secara keseluruhan (overall). Berikut dapat

    dilihat hasil uji hedonik terhadap talas yang sudah direbus.

    a. WarnaHasil uji rating hedonik terhadap atribut warna talas rebus dapat

    dilihat pada Gambar 5. Pada saat pengujian, panelis diminta menilai

    tingkat kesukaannya terhadap warna potongan talas rebus tanpa

    membandingkan antar sampel. Setelah dilakukan sidik ragam

    (ANOVA) menggunakan program SPSS versi 11.5 tidak terdapat

    perbedaan kesukaan yang nyata di antara ketiga warna sampel pada

    taraf kepercayaan 95%. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai

    signifikansi sampel (0,137) lebih besar daripada nilai signifikansi

    acuan (0,05) sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan

    kesukaan di antara sampel (Lampiran 2).

    Talas ketan memiliki penampilan yang putih bersih. Talas

    mentega memiliki warna kuning yang khas sedangkan talas bentul

    memiliki warna putih keruh agak transparan seperti marmer.

    Perbedaan warna umbi talas ini disebabkan oleh kandungan pigmen

    warna seperti karotenoid yang berbeda-beda tergantung jenis

    Gambar 4. Warna talas setelah perebusan: bentul (kiri),

    ketan (kanan), mentega (bawah).

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    27/72

    talasnya. Kandungan vitamin A yang pernah diteliti yaitu sebanyak

    20-28 IU (Depkes 1989 dan Sakai 1979). Talas mentega yang

    berwarna lebih kuning memiliki pigmen karotenoid yang lebih

    banyak dibandingkan talas bentul dan talas ketan. Adanya bagian

    yang berwarna transparan pada talas bentul kemungkinan disebabkan

    oleh sifat gelatinisasi pati pada saat perebusan. Amilosa dan

    amilopektin yang pecah ketika proses gelatinisasi membentuk gel

    transparan yang terperangkap di dalam struktur jaringan umbi

    sehingga menimbulkan warna transparan pada umbi yang direbus.

    Gambar 5. Skor hedonik warna talas rebus.

    Ket.: A = talas mentega, B = talas ketan, C = talas bentul

    (superskrip yang berbeda menunjukkan sampel berbeda nyata

    pada = 0,05)

    b. TeksturHasil uji rating hedonik terhadap atribut tekstur talas rebus dapat

    dilihat pada Gambar 6. Pada saat pengujian, panelis diminta menilai

    tingkat kesukaannya terhadap kekerasan dan kelengketan potongan

    talas rebus tanpa membandingkan antar sampel. Banyaknya lendir

    yang masih ada setelah proses pencucian dan perebusan juga menjadi

    indikator penilaian. Hasil sidik ragam menunjukkan adanya

    perbedaan kesukaan yang nyata di antara ketiga sampel pada taraf

    kepercayaan 95% dengan nilai signifikansi sampel (0,001) lebih kecil

    3,29a

    3,77a

    3,45a

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    A B C

    SkalaHedonik

    Sampel

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    28/72

    daripada nilai signifikansi acuan (0,05) sehingga dapat disimpulkan

    terdapat perbedaan kesukaan yang nyata di antara sampel (Lampiran

    3). Dengan uji lanjutan menggunakan uji Duncan, tingkat kesukaan

    terhadap tekstur talas rebus tidak berbeda nyata antara talas mentega

    (skor 3,32) dan talas ketan (skor 2,97), namun keduanya berbeda

    nyata dengan talas bentul (skor 3,97) yang lebih disukai dibandingkan

    talas mentega dan talas ketan.

    Gambar 6. Skor hedonik tekstur talas rebus

    Ket.: A = talas mentega, B = talas ketan, C = talas bentul

    (superskrip yang berbeda menunjukkan sampel berbeda nyatapada = 0,05)

    Talas bentul memiliki skor tertinggi mendekati nilai disukai

    (skala 4) karena teksturnya yang pulen dan liat sehingga

    menimbulkan persepsi disukai ketika dikunyah. Talas ketan memiliki

    skor terendah karena memiliki tekstur paling keras dan memiliki

    kandungan lendir paling banyak, yang mungkin kurang disukai oleh

    panelis. Perbaikan mutu tekstur untuk talas ketan dapt dilakukan

    dengan memperlama waktu perebusan sehingga teksturnya kan

    semakin melunak. Talas mentega memiliki tekstur yang lebih rapuh

    (masir) dan lebih lengket (karena adanya lendir) dibandingkan talas

    bentul. Perbaikan mutu tekstur untuk talas mentega dapat dilakukan

    dengan mengurangi lama waktu perebusan dan juga menambahkan

    3,32a

    2,97a

    3,97b

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    A B C

    Skala

    Hedonik

    Sampel

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    29/72

    senyawa kalsium seperti kalsium karbonat untuk mengeraskan tekstur

    dengan mekanisme pengikatan kalsium pada jaringan pektin umbi

    talas.

    Perbedaan kekerasan, kelengketan karena komposisi amilosa-

    amilopektin, dan kelengketan karena lendir ini kemungkinan

    disebabkan oleh persebaran granula pati yang tidak seragam sehingga

    mempengaruhi tekstur umbi ketika direbus. Maeda et al. (2004),

    menyatakan bahwa persebaran granula pati dari beberapa talas yang

    berasal dari Jawa tidak seragam jumlahnya dengan kisaran ukuran

    partikel yaitu 3-17 m (Gambar 7). Kandungan pati dari beberapa

    varietas talas yaitu antara 68-72% dengan amilosa antara 10,54-

    21,44% dan serat 6-7% (Hartati dan Prana 2003). Keragamankandungan pati, amilosa-amilopektin, dan serat ini juga turut

    mempengaruhi kekerasan dan kelengketan tekstur talas ketika

    direbus. Selain itu dapat pula disebabkan oleh perbedaan waktu panen

    umbi yang tidak seragam. Diketahui bahwa waktu panen umbi

    bervariasi antara 6-9 bulan tergantung varietas yang ditanam

    (Purwono dan Purnamawati 2007). Namun pada kenyataannya sering

    dijumpai variasi waktu panen oleh petani sehingga berpengaruh

    teradap perbedaan kandungan pati dan kekerasan tekstur umbi.

    Gambar 7. Distribusi granula pati dari talas yang ada di Jawa

    (Maeda et al. 2004).

    c. AromaHasil uji rating hedonik terhadap atribut aroma talas rebus dapat

    dilihat pada Gambar 8. Pada saat pengujian, panelis diminta menilai

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    30/72

    tingkat kesukaannya terhadap aroma sampel talas rebus tanpa

    membandingkan antar sampel. Setelah dilakukan sidik ragam

    (ANOVA) menggunakan program SPSS versi 11.5 terdapat

    perbedaan kesukaan yang nyata di antara ketiga sampel pada taraf

    kepercayaan 95% dengan nilai signifikansi sampel (0,008) lebih kecil

    daripada nilai signifikansi acuan (0,05) sehingga dapat disimpulkan

    terdapat perbedaan kesukaan yang nyata di antara sampel (Lampiran

    4). Dengan uji lanjutan menggunakan uji Duncan, ketiga jenis talas

    menunjukkan tingkat kesukaan aroma yang tidak berbeda nyata

    antara talas mentega (skor 3,13) dan talas ketan (skor 3,06) namun

    keduanya berbeda dengan talas bentul. Talas bentul memiliki tingkat

    kesukaan tertinggi (skor 3,48) dibandingkan talas mentega dan talasketan.

    Gambar 8. Skor hedonik aroma talas rebus

    Ket.: A = talas mentega, B = talas ketan, C = talas bentul

    (superskrip yang berbeda menunjukkan sampel berbeda nyata

    pada = 0,05)

    Pada saat perebusan, pati dalam umbi talas akan mengalami

    proses gelatinisasi sehingga rasa dan aromanya berubah dari mentah

    menjadi matang. Kemungkinan ada senyawa volatil hasil proses

    pemasakan pati yang tercium sehingga menimbulkan bau wangi pati

    masak yang khas. Talas bentul memiliki aroma wangi yang lebih kuat

    3,13a 3,06a3,48b

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    A B C

    SkalaHedonik

    Sampel

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    31/72

    dan khas dibandingkan talas mentega dan talas ketan sehingga

    cenderung lebih disukai oleh panelis. Hal ini kemungkinan

    disebabkan oleh konsentrasi senyawa volatil yang terkandung dalam

    umbi talas bentul lebih banyak sehingga lebih mudah ditangkap oleh

    indra penciuman panelis sebagai suatu bentuk wangi yang khas.

    Selain itu mungkin terdapat suatu senyawa volatil lain yang

    menyebabkan aroma khas dibandingkan jenis talas lain seperti

    senyawa volatil yang terdapat pada beras pandan wangi yang

    menyebabkan beras berbau pandan ketika dimasak menjadi nasi.

    d. RasaHasil uji rating hedonik terhadap atribut rasa talas rebus dapat

    dilihat pada Gambar 9. Pada saat pengujian, panelis diminta menilai

    tingkat kesukaannya terhadap rasa sampel talas rebus tanpa

    membandingkan antar sampel. Rasa yang diuji juga meliputi ada

    tidaknya rasa gatal pada saat mengunyah sampel. Setelah dilakukan

    sidik ragam (ANOVA) menggunakan program SPSS versi 11.5

    terdapat perbedaan kesukaan yang nyata di antara ketiga sampel pada

    taraf kepercayaan 95% dengan nilai signifikansi sampel (0,022) lebih

    kecil daripada nilai signifikansi acuan (0,05) sehingga dapat

    disimpulkan terdapat perbedaan kesukaan nyata di antara sampel

    (Lampiran 5). Dengan uji lanjutan menggunakan uji Duncan, ketiga

    jenis talas menunjukkan tingkat kesukaan rasa yang tidak berbeda

    nyata antara talas mentega (skor 3,00) dan talas ketan (skor 2,97)

    namun keduanya berbeda nyata dengan talas bentul. Talas bentul

    (skor 3,58) paling disukai dibandingkan kedua talas lainnya.

    Talas bentul memiliki rasa lebih khas dibandingkan dengan talas

    ketan dan talas mentega sehingga lebih disukai oleh panelis. Rasa

    talas yang khas kemungkinan disebabkan pemasakan pati (proses

    gelatinisasi) dan juga oleh senyawa-senyawa protein dan lemak yang

    terkandung dalam umbi talas. Menurut Sakai (1979), kandungan

    protein umbi talas antara 1,7-1,9% yang kaya akan asam amino sistin

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    32/72

    namun kekurangan isoleusin, lisin, triptofan, dan metionin.

    Kandungan lemak sebesar 0,1-0,2% tersusun atas asam lemak linoleat

    (42,0%), palmitat (25,6%), oleat (22%), linolenat (8,2%), stearat

    (1,6%), dan miristat (0,1%). Variasi komposisi senyawa lemak dan

    protein yang relatif berbeda untuk tiap jenis talas menyebabkan rasa

    yang juga relatif bervariasi antara satu jenis talas dengan talas

    lainnya. Selain itu tidak menutup memungkinan terdapat senyawa

    lain yang turut berkontribusi terhadap timbulnya rasa talas bentul

    yang khas.

    Gambar 9. Skor hedonik rasa talas rebus

    Ket.: A = talas mentega, B = talas ketan, C = talas bentul

    (superskrip yang berbeda menunjukkan sampel berbeda nyata

    pada = 0,05)

    Penilaian rasa juga meliputi kuat-tidaknya rasa gatal yang

    dirasakan panelis ketika menilai sampel. Talas ketan memiliki skor

    terendah karena memiliki rasa gatal yang cukup terasa menyengat

    ketika dimakan dibandingkan talas mentega dan talas bentul. Rasa

    gatal ini diakibatkan oleh kristal oksalat (raphide)yang tidak hilang

    ketika proses perendaman, pencucian, dan perebusan. Kandungan

    oksalat yang pernah diteliti yaitu antara 328-460 g/100g dengan

    metode titrasi KMnO4 (Sefa-Dedeh dan Agyir-Sackey 2004) dan

    3,00a 2,97a

    3,58b

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    A B C

    SkalaHedonik

    Sampel

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    33/72

    antara 430-1560 g/100g dengan metode high performance liquid

    chromatography (Huang dan Tanadjaja 1992).

    Ada tiga macam penyebab rasa gatal atau menyengat yang

    dikemukakan oleh Sakai (1979) yaitu adanya jarum idioblast dalam

    sel-sel yang mengandung raphide, iritasi mekanis akibat kristal

    raphide, dan iritasi kimia akibat toksin. Namun toksin ini mudah larut

    dalam air dan kristal oksalat akan hilang dengan perendaman dan

    pemasakan. Rasa gatal yang masih muncul kemungkinan disebabkan

    oleh sisa kristal oksalat yang tidak larut dalam larutan garam dan

    tidak tercuci dengan bersih. Hasil Scanning Electron Micrograph

    (SEM) dan Light Micrograph (LM) dari sel idioblast dan raphide

    tanaman talas (Colocasia sp)dapat dilihat pada Gambar 10 - Gambar12 di bawah ini.

    Gambar 10-12. SEM dari sel idioblast, LM dari sel idioblast, SEM

    dari raphide (ditunjukkan oleh panah) (Sakai 1979).

    e. OverallPenilaian tingkat kesukaan panelis secara keseluruhan (overall)

    dilakukan dengan menggunakan uji rangking hedonik sederhana

    (Meilgaard et al. 1999). Panelis diminta untuk membandingkan antar

    sampel secara keseluruhan, dan menentukan rangking terkecil untuk

    sampel yang paling disukai sampai yang paling tidak disukai.

    Diketahui bahwa talas bentul memiliki skor rangking paling kecil

    dibandingkan talas mentega dan talas ketan (Gambar 13) yang berarti

    talas bentul paling disukai oleh panelis dari seluruh atribut penilaian.

    Analisis menggunakan uji Friedman program SPSS versi 11.5

    12

    1110

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    34/72

    menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kesukaan yang nyata

    di antara sampel yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi lebih

    kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,013 (Lampiran 6). Dengan uji lanjut

    menggunakan ujiLeast Significant Difference (LSD) dapat diketahui

    bahwa tingkat kesukaan secara overalldari talas ketan berbeda nyata

    dengan talas bentul, sedangkan tingkat kesukaan talas mentega tidak

    terlalu berbeda nyata dengan talas ketan maupun dengan talas bentul

    dari keseluruhan atribut uji (overall).

    Gambar 13. Skor rata-rata uji rangking hedonik talas rebus

    Ket.: A = talas mentega, B = talas ketan, C = talas bentul

    (superskrip yang berbeda menunjukkan sampel berbeda nyatapada = 0,05)

    Dari hasil uji hedonik untuk menyeleksi jenis talas yang akan

    digunakan dalam pembuatan kari talas, ditentukan talas bentul

    sebagai bahan baku utama penelitian. Dalam uji rangking hedonik,

    semakin kecil skala penilaian berarti semakin disukai. Talas bentul

    memiliki skor kesukaan rata-rata overall tertinggi menggunakan uji

    rangking hedonik (skor 1,68) dan memiliki skor kesukaan atribut

    secara umum di atas talas mentega dan talas ketan.

    1,97a,b

    2,35b

    1,68a

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    A B C

    SkalaH

    edonik

    Sampel

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    35/72

    B. PENELITIAN UTAMA

    1. Pembuatan Kari TalasPembuatan kari talas dilakukan menurut resep yang dikembangkan

    oleh Sekar (2007) yang proses dan komposisi bahan-bahan penyusunnya

    dimodifikasi. Pada penelitian ini pembuatan kari dilakukan secara

    terpisah antara kuah kari dengan bahan-bahan utamanya baru kemudian

    digabungkan pada saat direbus. Kuah kari dibuat dengan merebus daging

    ayam sebanyak 500 g dengan air sebanyak 2 L selama 30 menit pada

    suhu 100oC sehingga didapatkan larutan kaldu ayam. Larutan kaldu

    kemudian dicampurkan dengan bumbu kari instan, lada bubuk, dan cabe

    bubuk lalu direbus selama 10 menit sampai diperoleh larutan kuah kari.Daging ayam matang yang sudah direbus kemudian disuwir-suwir dan

    dicampurkan ke dalam kari talas pada saat direbus. Komposisi bahan-

    bahan pembuatan kari talas dapat dilihat pada Tabel 4. Komposisi ini

    diperoleh setelah melakukan modifikasi secara trial and error sampai

    diperoleh rasa produk yang enak dengan jumlah sajian yang cukup untuk

    8 porsi sajian.

    Tabel 4. Komposisi bahan kari talas untuk 8 porsi (Sekar 2007)

    yang telah dimodifikasi

    Bahan Komposisi

    Daging ayam 500 g

    Wortel 500 g

    Umbi talas potong 1000 g

    Bumbu kari instan 150 g

    Cabe bubuk 1 g

    Lada bubuk 2 g

    Air (untuk kaldu) 2 L

    Bahan utama yaitu umbi talas dikupas, dipotong kotak berukuran 1

    cm, dan dicuci bersih. Potongan talas kemudian direndam air bersih

    selama 15 menit, lalu direndam dalam larutan garam 0,3% selama 10

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    36/72

    menit untuk menghilangkan lendir dan rasa gatal akibat kalsium oksalat.

    Setelah dibilas air bersih, potongan talas kemudian direbus selama 30

    menit pada suhu 100oC untuk pemasakan awal setengah matang

    (precooking). Sementara itu, wortel segar dikupas, dipotong agak tebal

    sekitar 3 mm, dan dibilas dengan air panas (bleaching) untuk melayukan

    jaringan dan mengurangi jumlah mikroba awal.

    Perlakuan perendaman dengan air bersih, larutan garam, dan

    perebusan diharapkan dapat menghilangkan lendir dan rasa gatal akibat

    kalsium oksalat (Sakai 1979). Pencucian dan perendaman dengan air

    berfungsi untuk menghilangkan zat-zat pengotor dalam talas. Penurunan

    kadar oksalat terjadi karena reaksi antara natrium klorida (NaCl) dan

    kalsium oksalat (CaC2O4). Garam (NaCl) dilarutkan dalam air teruraimenjadi ion-ion Na

    +dan Cl

    -. Ion-ion tersebut bersifat seperti magnet. Ion

    Na+

    menarik ion-ion yang bermuatan negatif dan ion Cl-

    menarik ion-ion

    yang bermuatan positif. Sedangkan kalsium oksalat (CaC2O4) dalam air

    terurai menjadi ion-ion Ca2+

    dan C2O42-

    . Na+

    mengikat ion C2O42-

    membentuk natrium oksalat (Na2C2O4). Ion Cl-

    mengikat Ca2+

    membentuk endapan putih kalsium diklorida (CaCl2) yang mudah larut

    dalam air. Reaksi tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

    CaC2O4 + 2 NaCl Na2C2O4 + CaCl2

    Pada saat proses perendaman dan pemasakan berlangsung, terjadi

    penurunan kekerasan talas seperti dapat dilihat pada Gambar 10. Umbi

    talas yang mentah memiliki kekerasan rata-rata sekitar 4.279,05 gf.

    Tingkat kekerasan ini turun sedikit setelah mengalami proses

    perendaman dalam air dan larutan garam untuk menghilangkan lendir dan

    rasa gatal, yaitu menjadi rata-rata 4.207,95 gf. Tingkat kekerasan

    menurun drastis pada saat diberi perlakuan pemanasan (perebusan)

    seperti dapat dilihat pada grafik di menit ke-3 sampai menit ke-15 dan

    mengalami penurunan kekerasan yang tidak signifikan setelah menit ke-

    15 proses perebusan. Proses pelunakan ini disebabkan oleh adanya proses

    hidrolisis senyawa pektin, gelatinisasi pati, dan kelarutan hemiselulosa

    yang terkait dengan penurunan tekanan turgor sel (Fellows 2000). Proses-

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    37/72

    proses tersebut berlangsung karena adanya jumlah air yang banyak dan

    berlangsung cepat pada suhu proses yang tinggi akibat pemanasan. Pada

    akhir proses perebusan awal, diketahui talas memiliki kekerasan rata-rata

    sebesar 358,15 gf. Jika dimakan, tesktur talas setelah direbus cukup lunak

    untuk digigit dan tidak berasa mentah.

    Gambar 14. Grafik rata-rata kekerasan talas pada saat perebusan.

    2. Analisis Produk AkhirProduk kari talas yang telah jadi kemudian dianalisis secara

    proksimat untuk mengevaluasi nilai gizinya secara umum. Produk jugadiuji secara organoleptik menggunakan uji rating hedonik untuk

    mengetahui penerimaan panelis terhadap produk kari talas dengan

    membandingkannya dengan produk kari lontong.

    .

    Gambar 15. Produk kari talas dengan potongan wortel dan ayam.

    0500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    4000

    4500

    Mentah 0' 3' 6' 9' 12' 15' 18' 21' 24' 27' 30'

    Kekerasan(gf)

    Waktu perebusan (menit)

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    38/72

    2.1. Analisis Proksimat dan Perhitungan Nilai Gizi

    Hasil analisis proksimat meliputi kadar air, kadar abu, kadar

    protein kasar, kadar lemak total, dan kadar karbohidrat total (by difference)

    dapat dilihat pada Tabel 5. Perhitungan kadar air, kadar abu, kadar protein

    kasar, dan kadar lemak total selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7-

    Lampiran 10. Pengukuran pH produk menunjukkan hasil yaitu sekitar 6,51

    yang berarti tergolong makanan berasam rendah.

    Tabel 5. Estimasi kandungan nilai gizi produk kari talas

    Komponen

    makro

    Kadar

    proksimat

    (g/100g)

    % AKG

    per sajian

    (AS)1

    % AKG per

    sajian

    (Indonesia)2

    Air 83,45 - -

    Abu 0,90 - -Protein kasar 3,21 14,77 9,84

    Lemak total 3,14 11,11 13,13

    Karbohidrat 9,30 7,13 7,13

    Total 100,00 - -1

    didasarkan pada ketentuan label pangan Amerika Serikat2

    didasarkan pada ketentuan angka label gizi (ALG) Indonesia

    1. Kadar AirPenetapan kadar air merupakan cara untuk mengukur banyaknya

    air yang terdapat dalam bahan pangan. Kadar air sering dijadikan

    parameter mutu suatu bahan pangan, karena air berbanding terbalik dengan

    kadar padatan di dalam bahan pangan tersebut. Air merupakan komponen

    penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan,

    tekstur, serta cita rasa makanan (Winarno 1992).

    Produk akhir kari talas memiliki kadar air yang cukup tinggi yaitu

    83,45% karena komposisi bahan-bahan bakunya memiliki kadar air yang

    cukup tinggi pula. Umbi talas mentah segar mempunyai kadar air sekitar

    73-75% dan wortel sekitar 75-79%. Adanya larutan kuah kari yang banyak

    mengandung air juga menyebabkan kadar air produk menjadi tinggi.

    2. Kadar AbuSebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan

    organik dan air, sedangkan sisanya terdiri unsur-unsur mineral (Winarno

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    39/72

    1992). Mineral dalam bahan pangan biasanya ditentukan dengan

    pengabuan. Abu merupakan residu anorganik yang didapat dengan

    memanaskan pada suhu tinggi, >450oC (pengabuan) atau dengan

    pendestruksian komponen-komponen organik dengan asam-asam kuat.

    Nilai kadar abu produk yaitu 0,9% atau 2,07 g per kemasan (230

    g). Di dalam tubuh unsur mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan

    pengatur (Winarno 1992)

    3. Kadar proteinMetode yang paling banyak digunakan dan merupakan metode

    standar AOAC untuk analisis protein adalah metode Kjeldahl, yaitu

    pengukuran didasarkan atas pengukuran kandungan nitrogen total di dalambahan pangan. Dengan asumsi bahwa kandungan nitrogen rata-rata di

    dalam protein bahan pangan adalah sekitar 16%, faktor pengali 6,25 dapat

    digunakan untuk mengkonversi nitrogen menjadi protein. Faktor pengali

    6,25 diperoleh dari hasil bagi 100%/16% = 6,25. Prinsip cara analisis

    Kjeldahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan didekstruksi dengan

    asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau butiran

    Zn. Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan indikator

    (Winarno 1992)

    Diketahui kadar protein produk sebanyak 3,21% yang

    disumbangkan oleh adanya daging ayam suwir yang ditambahkan pada

    pembuatan kari talas. Nilai energi yang disumbangkan dengan konversi 1

    g protein adalah 4 kal adalah 12,84 kal per 100 g produk atau 29,53 kal per

    sajian kemasan (230 g). Jumlah kebutuhan protein harian yang harus

    dikonsumsi adalah sebanyak 0,57 g/kg berat badan laki-laki dewasa atau

    0,54 g/kg berat badan wanita dewasa (Winarno, 1992). Setiap kemasan

    mengandung 230 g x 3,21% protein = 7,383 g protein sehingga memenuhi

    nilai AKG untuk protein sebesar 7,383/50 x 100% = 14,77% (AS) atau

    7,383/75 x 100% = 9,84% (Indonesia).

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    40/72

    4. Kadar lemakLemak merupakan komponen yang heterogen dan hampir terdapat

    dalam semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda

    (Winarno 1992). Metode yang digunakan untuk analisis lemak umumnya

    tergantung pada jenis sampel dan jenis analisis yang akan dilakukan pada

    sampel tersebut setelah ekstraksi lemak. Analisis kandungan lemak total

    biasanya dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut.

    Analisis menunjukkan kadar lemak produk sebesar 3,14%. Nilai

    energi yang disumbangkan dengan konversi 1 g lemak adalah 9 kal adalah

    28,26 kal per 100 g produk atau 65 kal per sajian kemasan (230 g). Setiap

    kemasan mengandung 230 g x 3,14% lemak = 7,22 g lemak. Tabel 5

    menunjukkan jumlah lemak yang dibutuhkan setiap hari berdasarkan diet2000 kkal adalah sebanyak 65 g (DRV) dan 55 g (ALG) sehingga

    pemenuhan nilai AKG untuk lemak per sajian kemasan yaitu 7,22/65 x

    100% = 11,11% (AS) atau 7,22/55 x 100% = 13,13% (Indonesia).

    5. Kadar karbohidratKandungan karbohidrat dalam bahan pangan dapat diperkirakan

    melalui beberapa cara analisis. Salah satu cara yang paling mudah adalah

    dengan cara perhitungan kasar (proximate analysis) atau disebut juga

    carbohydrate by difference (Winarno 1992).

    Kadar karbohidrat dihitung dengan metode by difference yaitu

    dengan mengurangi 100% dengan persentase kadar air, abu, protein, dan

    lemak (Apriyantono et al. 1989) sehingga didapatkan nilai kadar

    karbohidrat sebesar 9,3%. Nilai energi yang disumbangkan dengan

    konversi 1 g karbohidrat adalah 4 kal adalah 37,2 kal per 100 g produk

    atau 85,56 kal per sajian kemasan (230 g). Setiap kemasan mengandung

    230 g x 9,3% karbohidrat = 21,39 g karbohidrat. Jumlah karbohidrat yang

    dibutuhkan setiap hari berdasarkan diet 2000 kkal adalah sebanyak 300 g

    sehingga pemenuhan nilai AKG untuk karbohidrat per sajian kemasan

    yaitu 21,39/300 x 100% = 7,13% (AS dan Indonesia).

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    41/72

    Nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau Daily Reference Value

    (DRV) dapat dihitung dengan mengacu pada nilai AKG pada Tabel 6.

    AKG adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan

    tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir seluruh populasi menurut

    kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tertentu seperti

    kehamilan dan menyusui (IOM 2002). AKG berguna sebagai nilai rujukan

    yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan

    asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi ataupun

    kelebihan asupan zat gizi. Kekurangan asupan suatu gizi akan

    menyebabkan terjadinya defisiensi atau penyakit kurang gizi dan kelebihan

    zat gizi akan menyebabkan efek samping. Pada keadaan ekstrem

    kekurangan atau kelebihan zat gizi dapat menyebabkan penyakit bahkankematian. Nilai AKG/DRV digunakan sebagai acuan pembuatan nilai

    Angka Label Gizi sebagai pedoman bagi industri pangan dalam membuat

    label pangan dan kandungan zat gizi dalam produk. Nilai AKG terbaru

    berdasarkan Widyakarya Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 dapat dilihat

    pada Lampiran 20. Nilai Angka Label Gizi (ALG) merupakan acuan

    kecukupan gizi yang diambil dari nilai AKG untuk golongan umum. Nilai

    ALG ini ditetapkan oleh pemerintah dan merupakan acuan bagi industri

    dalam menghitung seberapa besar kecukupan energi dan kecukupan zat

    gizi produk.

    Tabel 6. Nilai AKG untuk beberapa komponen gizi

    untuk diet harian 2000 kkal.

    Komponen gizi DRV1

    ALG2

    Total karbohidrat 300 g 300 g

    Serat 25 g 25 g

    Protein 50 g 75 g

    Lemak 65 g 55 g

    1Altman (2000)

    2Karmini dan Briawan (2004)

    Perhitungan nilai energi produk dapat dilihat pada Tabel 7. Jumlah

    kalori per sajian 230 g yaitu 180,09 kal atau 756,35 J. Nilai energi hasil

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    42/72

    perhitungan ini lebih besar dari nilai energi yang sebenarnya sehinga

    diperlukan uji daya cerna atau uji bioavailibilitas sebagai faktor

    pengonversi nilai energi dari hasil proksimat. Kandungan energi yang

    tidak terlalu tinggi disebabkan oleh tingginya kandungan air yang tidak

    memiliki sumbangan nilai energi. Meskipun begitu, sajian lengkap yang

    mengandung karbohidrat, protein, dan lemak dalam satu menu yang

    dicampur menjadi satu menyebabkan efek kenyang pada saat dikonsumsi

    bersama-sama dalam satu porsi sajian. Oleh karena itu, produk ini cocok

    dikonsumsi oleh konsumen yang mempunyai masalah dalam pengendalian

    asupan kalori harian seperti orang yang menjalani diet rendah karbohidrat

    atau energi.

    Tabel 7. Estimasi kandungan nilai energi produk kari talas

    Komponen

    makro

    Kadar

    (g/

    100g)

    Energi

    (kal/

    100g)

    Energi

    per sajian

    (kal/

    230g)

    Energi

    (J/

    100g)

    Energi

    per

    sajian

    (J/230g)

    Air 83,45 0,00 0,00 0,00 0,00

    Abu 0,90 0,00 0,00 0,00 0,00

    Protein

    kasar

    3,21 12,84 29,53 54,57 125,51

    Lemak total 3,14 28,26 65,00 116,18 267,21

    Karbohidrat 9,30 37,20 85,56 158,10 363,63Total 78,30 180,09 328,85 756,35

    Diduga proses pemasakan dengan merebus tidak terlalu

    mempengaruhi nilai gizinya (Muchtadi 1993). Daya cerna protein

    mungkin berubah dipengaruhi berat/ringannya proses pemanasan. Daya

    cerna protein mungkin meningkat (pada pemanasan ringan) atau menurun

    (pada pemanasan berat). Yang terjadi adalah denaturasi protein akibat

    adanya panas dan air. Bila protein mengalami denaturasi, konfigurasi

    molekul-molekulnya berubah. Dalam hal ini kenaikan gugus sulfhidril

    bebas, perubahan dalam daya cerna protein oleh enzim, dan kenaikan

    viskositas (Muchtadi 1993). Sesudah terjadi denaturasi, protein mengalami

    perubahan lebih lanjut yang dikenal sebagai koagulasi atau flokulasi, dan

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    43/72

    akhirnya presipitasi. Koagulasi merupakan proses penggabungan molekul

    protein yang berdekatan karena ikatan hidrogen rantai samping.

    2.2. Hasil Uji OrganoleptikUji organoleptik dilakukan untuk mengukur tingkat penerimaan

    panelis terhadap produk kari talas. Uji yang dilakukan adalah uji rating

    hedonik dengan membandingkan produk kari talas dengan kari yang

    dimasak menggunakan bahan lontong dari beras. Pembandingan ini

    bertujuan untuk mengukur sejauh mana talas dapat diterima sebagai

    sumber karbohidrat alternatif selain beras atau nasi. Pengujian meliputi

    warna, tekstur, aroma, rasa, dan kesukaan secara overall. Hasil pengujian

    kemudian diolah dengan menggunakan uji t-berpasangan (paired t-test)karena hanya terdiri dari 2 sampel uji. Hasil uji organoleptik produk dapat

    dilihat sebagai berikut.

    a. WarnaHasil uji rating hedonik terhadap atribut warna kari talas dan kari

    lontong dapat dilihat pada Gambar 16. Pada saat pengujian, panelis

    diminta menilai tingkat kesukaannya terhadap warna potongan talas

    pada kari dan warna potongan lontong pada kari tanpa

    membandingkan antar sampel. Skor rata-rata hedonik warna kari talas

    yaitu 3,16 menunjukkan penilaian panelis biasa saja sedangkan

    skor rata-rata hedonik warna kari lontong yaitu 3,7 menunjukkan

    penilaian panelis mendekati suka. Setelah diolah menggunakan uji

    t-berpasangan (paired t-test) terdapat perbedaan tingkat kesukaan

    yang nyata di antara kedua warna sampel pada taraf kepercayaan

    95%. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai d/Sn = 5,01 lebih besar

    daripada nilai t0,05 pada tabel nilai distribusi t yaitu 1,645 sehingga

    dapat disimpulkan terdapat perbedaan kesukaan warna di antara

    sampel (Lampiran 13). Nilai negatif pada hasil perhitungan di

    Lampiran 13 menunjukkan bahwa sampel A (kari talas) bernilai

    negatif atau lebih tidak disukai daripada sampel B (kari lontong).

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    44/72

    Gambar 16. Skor hedonik warna kari talas dan kari lontong.

    Ket.: A = kari talas, B = kari lontong (superskrip yang berbeda

    menunjukkan sampel berbeda nyata pada = 0,05)

    Warna potongan lontong pada kari lontong lebih disukai daripada

    warna potongan talas pada kari talas karena warna potongan lontong

    lebih seragam. Pada potongan talas terkadang ditemui warna yang

    lebih gelap yang diakibatkan oleh proses pencoklatan enzimatis pada

    saat pemotongan. Pencoklatan ini disebabkan oleh adanya enzim

    polifenol oksidase yang bereaksi dengan senyawa fenol ketika kontak

    dengan oksigen di udara (Fellows 2000). Warna coklat ini kemudian

    bertambah coklat pada saat pemasakan karena pengaruh panas dan

    bumbu yang ditambahkan. Untuk menghindari pencoklatan tersebut,

    maka sebaiknya pada proses pemotongan dan perendaman dapat

    digunakan natrium metabisulfit untuk mencegah pencoklatan

    enzimatis sehingga warna produk kari talas lebih seragam.

    b. TeksturHasil uji rating hedonik terhadap atribut tekstur kari talas dan kari

    lontong dapat dilihat pada Gambar 17. Pada saat pengujian, panelis

    diminta menilai tingkat kesukaannya terhadap kekerasan dan

    kelengketan talas dan lontong pada saat dikunyah. Skor rata-rata

    hedonik tekstur kari talas sama dengan kari lontong yaitu 4,00

    menunjukkan penilaian panelis suka. Setelah diolah menggunakan

    uji t-berpasangan (paired t-test) tidak terdapat perbedaan tingkat

    3,16a

    3,70b

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    A B

    SkalaH

    edonik

    Sampel

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    45/72

    kesukaan di antara kedua tekstur sampel pada taraf kepercayaan 95%.

    Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai d/Sn = 0 lebih kecil daripada

    nilai t0,05 pada tabel nilai distribusi t yaitu 1,645 sehingga dapat

    disimpulkan tidak terdapat perbedaan kesukaan tekstur di antara

    sampel (Lampiran 14).

    Tekstur yang lunak disebabkan oleh adanya proses pemasakan

    sehingga terjadi hidrolisis senyawa pektin, gelatinisasi pati, dan

    kelarutan hemiselulosa yang terkait dengan penurunan tekanan turgor

    sel (Fellows 2000). Potongan talas memiliki tingkat kekerasan dan

    kelengketan yang tidak berbeda dengan lontong sehingga disukai oleh

    panelis. Pada saat dikunyah, keduanya memiliki tekstur yang lunak

    dan tidak menempel pada gigi dan rongga mulut sehingga secaraumum keduanya disukai oleh panelis.

    Gambar 17. Skor hedonik tekstur kari talas dan kari lontong.

    Ket.: A = kari talas, B = kari lontong (superskrip yang berbeda

    menunjukkan sampel berbeda nyata pada = 0,05)

    c. AromaHasil uji rating hedonik terhadap atribut aroma talas rebus dapat

    dilihat pada Gambar 18. Pada saat pengujian, panelis diminta menilai

    tingkat kesukaannya terhadap aroma kari talas dan kari lontong tanpa

    membandingkan antar sampel. Skor rata-rata hedonik tekstur kari

    talas yaitu 3,82 dan skor rata-rata lontong yaitu 3,88 menunjukkan

    penilaian panelis mendekati suka. Setelah diolah menggunakan uji

    t-berpasangan (paired t-test) tidak terdapat perbedaan tingkat

    4,00a 4,00a

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    A B

    Skala

    Hedonik

    Sampel

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    46/72

    kesukaan di antara kedua tekstur sampel pada taraf kepercayaan 95%.

    Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai d/Sn = 0,651 lebih kecil

    daripada nilai t0,05 pada tabel nilai distribusi t yaitu 1,645 sehingga

    dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan kesukaan aroma di antara

    sampel (Lampiran 15).

    Aroma memiliki faktor sensori yang penting selain warna dan

    rasa (Meilgaard et al. 1999). Aroma dapat mempengaruhi penilaian

    terhadap atribut rasa karena indera penciuman sangat berhubungan

    dengan indera pengecap (lidah). Nilai kesukaan panelis terhadap

    aroma kari talas dan kari lontong tidak berbeda nyata karena

    keduanya dimasak menggunakan bumbu yang sama. Aroma kari

    berasal dari aroma gurih karena adanya santan dan juga aromarempah-rempah yang pedas. Meskipun umbi talas bentul memiliki

    aroma karbohidrat masak yang khas yang mungkin berbeda dengan

    aroma masak lontong namun aroma tersebut tertutupi oleh aroma

    bumbu rempah-rempah kari yang lebih dominan. Oleh sebab itu,

    atribut aroma tidak dapat dijadikan justifikasi dalam membandingkan

    kesukaan kari talas dengan kari lontong.

    Gambar 18. Skor hedonik aroma kari talas dan kari lontong

    Ket.: A = kari talas, B = kari lontong (superskrip yang berbeda

    menunjukkan sampel berbeda nyata pada = 0,05)

    d. RasaHasil uji rating hedonik terhadap atribut rasa kari talas dan kari

    lontong dapat dilihat pada Gambar 19. Pada saat pengujian, panelis

    diminta menilai tingkat kesukaannya terhadap rasa talas dan lontong

    yang dimasak dengan bumbu kari. Skor rata-rata hedonik rasa kari

    3,82a 3,88a

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    A B

    Skala

    Hedonik

    Sampel

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    47/72

    talas yaitu 3,38 sedikit lebih rendah daripada kari lontong yaitu 3,62

    yang mendekati suka. Setelah diolah menggunakan uji t-

    berpasangan (paired t-test) diketahui terdapat perbedaan tingkat

    kesukaan di antara kedua tekstur sampel pada taraf kepercayaan 95%.

    Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai d/Sn = 3,06 lebih besar

    daripada nilai t0,05 pada tabel nilai distribusi t yaitu 1,645 sehingga

    dapat disimpulkan terdapat perbedaan kesukaan rasa di antara sampel

    (Lampiran 16). Kari lontong memiliki rasa yang lebih disukai

    daripada kari talas. Hal ini mungkin disebabkan oleh kebiasaan

    panelis dalam mengonsumsi sumber karbohidrat dari beras dalam

    menu sehari-hari sehingga penilaian rasa beras/lontong lebih enak

    daripada rasa talas (umbi-umbian), meskipun talas bentul sendirimemiliki rasa yang khas.

    Gambar 19. Skor hedonik rasa kari talas dan kari lontong

    Ket.: A = kari talas, B = kari lontong (superskrip yang berbeda

    menunjukkan sampel berbeda nyata pada = 0,05)

    Rasa pada kari yang gurih dan pedas dipengaruhi oleh

    penambahan santan, kaldu, dan bumbu rempah pada saat proses

    pembuatannya. Rasa kari talas memiliki sedikit perbedaan dengan

    rasa kari lontong. Ini disebabkan oleh rasa khas akibat pemasakan

    pati serta kandungan senyawa protein dan lemak talas bentul yang

    berbeda dengan beras. Rempah-rempah pedas seperti cabe,

    lada/merica, dan jahe mempunyai aroma khas dan sensasi pedas yang

    menyengat akibat kandungan senyawa aktifnya. Sedangkan bawang

    putih, pala, dan kayu manis mempunyai rasa pedas yang sensasi

    3,38a3,62b

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    A B

    Skala

    Hedonik

    Sampel

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    48/72

    trigeminalnya terjadi di hidung (Fisher dan Scott 1997). Beberapa

    senyawa aktif yang terdapat dalam rempah-rempah disajikan pada

    Tabel 8.

    Penilaian rasa juga meliputi ada tidaknya rasa menyimpang (rasa

    gatal) yang dirasakan panelis ketika menilai sampel. Rasa gatal ini

    diakibatkan oleh kristal oksalat (raphide) yang umumnya terdapat

    pada famili talas-talasan (Sakai 1979). Dari kuesioner uji dapat

    diketahui bahwa tidak ditemukan komentar mengenai rasa

    menyimpang pada kari talas. Ini berarti bahwa proses perendaman,

    pencucian, dan perebusan yang dilakukan sudah cukup

    menghilangkan kristal oksalat yang ada. Beras tidak mempunyai

    kristal oksalat sehingga ketika dibuat menjadi lontong tidak akanditemukan rasa gatal yang menyimpang.

    Tabel 8. Jenis rempah dan kandungan senyawa aktifnya1

    No Jenis rempah Nama latin Senyawa aktif

    1 Lada Piper nigrum L. piperin (non-volatil),

    monoterpene

    hydrocarbon (volatil)

    2 Kayu manis Cinnamomum

    verum/C. burmannii

    cinnamaldehyde

    3 Pala Myristica fragrans asam miristat

    4 Cengkeh Syzygium

    aromaticum

    eugenol

    5 Cabe Capsicum spp capsaicin

    6 Jahe Zingiber officinale

    Rosch

    gingerol (non-volatil),

    terpene (volatil)

    7 Kunyit Curcuma domestica curcuminoid

    8 Kapulaga Amomum kepulaga cineole

    9 Ketumbar Coriandrum sativum

    L.

    monoterpene alcohol,

    linaool(volatil)

    1 Purseglove et al. (1981)

    e. OverallHasil uji rating hedonik terhadap atribut rasa kari talas dan kari

    lontong dapat dilihat pada Gambar 20. Pada saat pengujian, panelis

    diminta menilai tingkat kesukaannya terhadap keseluruhan atribut

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    49/72

    kari talas dan kari lontong. Skor rata-rata hedonik rasa kari talas yaitu

    3,56 lebih rendah daripada kari lontong yaitu 3,9. Setelah diolah

    menggunakan uji t-berpasangan (paired t-test) terdapat perbedaan

    tingkat kesukaan di antara kedua tekstur sampel pada taraf

    kepercayaan 95%. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai d/Sn = 5,52

    lebih besar daripada nilai t0,05 pada tabel nilai distribusi t yaitu 1,645

    sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan kesukaan rasa di

    antara sampel (Lampiran 17). Dari hasil uji hedonik secara overall

    tersebut diketahui bahwa kari lontong masih lebih disukai daripada

    kari talas. Namun demikian, kari talas memiliki tingkat kesukaan

    yang tidak berbeda nyata dengan kari lontong untuk atribut tekstur

    sehingga memiliki potensi untuk menjadi alternatif pilihan sumberkarbohidrat utama selain nasi atau beras yang cocok dipadukan

    dengan sayuran dan lauk-pauk lainnya.

    Gambar 20. Skor hedonikoverallkari talas dan kari lontong

    Ket.: A = kari talas, B = kari lontong (superskrip yang berbeda

    menunjukkan sampel berbeda nyata pada = 0,05)

    3,56a3,98b

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    A B

    SkorHedonik

    Sampel

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    50/72

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Jenis talas yang paling disukai konsumen adalah talas bentul yang

    memiliki nilai skor kesukaan overall tertinggi (1,68) dibandingkan talas

    mentega (1,97) dan talas ketan (2,35). Talas bentul memiliki keunggulan

    tekstur yang pulen serta aroma dan rasa yang khas dibandingkan talas

    mentega dan talas ketan. Formulasi dan parameter proses pembuatan kari

    talas didapatkan secara trial and errorsampai ditemukan hasil produk yang

    diterima secara organoleptik. Formulasi pembuatan kari talas yaitu 1000 g

    talas bentul, 500 g wortel, 500 g daging ayam, 150 g bumbu kari, 2 g lada

    bubuk, dan 1 g cabe bubuk.Hasil analisis proksimat menunjukkan kari talas memiliki kadar air

    83,45%, kadar abu 0,90%, kadar protein kasar 3,21%, kadar lemak total

    3,14%, dan total karbohidrat 9,30%. Setiap satu porsi sajian (230 g) dapat

    memenuhi nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) protein sebesar 14,77%

    (Daily Reference Value/DRV) atau 9,84% (Angka Label Gizi/ALG); AKG

    lemak 11,11% (DRV) atau 13,13% (ALG), dan AKG karbohidrat 7,13%

    (ALG dan DRV). Satu porsi sajian dapat memenuhi kebutuhan energi sebesar

    180,09 kalori atau 9% dari kebutuhan diet 2000 kalori. Produk ini cocok

    dikonsumsi oleh orang yang ingin diet karbohidrat karena nilai total

    energinya yang kecil (78,3 kal/100 g) dari sumbangan karbohidrat yang kecil

    (9,3%).

    Hasil uji organoleptik dengan membandingkan kari talas dan kari

    lontong menunjukkan tingkat kesukaan terhadap kari talas tidak berbeda

    nyata dengan kari lontong untuk atribut tekstur dan aroma pada =0,05

    sedangkan untuk atribut warna, rasa, dan overall tingkat kesukaan terhadap

    kari talas berbeda nyata pada =0,05 yaitu kari lontong masih lebih disukai

    daripada kari talas. Hasil organoleptik menunjukkan bahwa kari talas

    mempunyai potensi untuk diangkat sebagai menu harian dengan talas sebagai

    sumber karbohidrat utamanya namun masih perlu ditingkatkan mutunya dari

    segi warna dan rasa.

  • 7/31/2019 Pengembangan Produk Kari Talas Seabagi Pangan Siap Saji

    51/72

    B. SARAN

    Perlu dilakukan pengujian karakteristik kemasan yang cocok

    diaplikasikan pada produk kari