PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PANGKALAN … · 2 Jumlah armada penangkapan ikan di PPI Paotere...

41
PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) PAOTERE MAKASSAR FAUZIAH ARBI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PANGKALAN … · 2 Jumlah armada penangkapan ikan di PPI Paotere...

PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) PAOTERE

MAKASSAR

FAUZIAH ARBI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan

Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere Makassar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Fauziah Arbi NIM C44090037

ABSTRAK

FAUZIAH ARBI. Pengembangan Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere, Makassar. Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO dan TRI WIJI NURANI.

Penelitian ini dilakukan di pangkalan pendaratan ikan (PPI) Paotere Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komoditas unggulan perikanan tangkap dalam rangka mengembangkan produksi perikanan tangkap di Paotere, Sulawesi Selatan dan memberikan informasi kepada nelayan terkait unit penangkapan ikan yang layak untuk dikembangkan. Metode penelitian yang dilakukan ialah metode survei dengan teknik pengambilan data yaitu purposive sampling. Metode skoring digunakan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan di PPI Paotere. Berdasarkan hasil skoring diketahui bahwa komoditas unggulan perikanan di PPI Paotere dari jenis perikanan darat ialah ikan bandeng (Chanos chanos) dan dari jenis perikanan laut ialah ikan layang (Decapterus rusellii). Pendekatan bio-technic-socio-economic-approach digunakan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha penangkapan ikan. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang paling layak untuk dikembangkan, selanjutnya ialah gill net, pancing dan bubu. Kata kunci: komoditas unggulan, metode skoring, PPI Paotere

ABSTRACT

FAUZIAH ARBI. Capture Fisheries Development in Fish Landing Bases (PPI) Paotere Makassar. Supervised by MULYONO S. BASKORO and TRI WIJI NURANI.

This research was conducted in fish landing bases (PPI) Paotere Makassar. The aim of this research was to identity the prime product of capture fisheries in order to develop capture fisheries production in Paotere, South Sulawesi and to inform the fishermen about the fishing units that feasible to be developed. Survey method was applied in this research, while purposive sampling method were used to collect data. Prime product in PPI Paotere were identity by scoring method. The result showed that prime product from fresh water commodities was milkfish (Chanos chanos) , while from sea water commodities was Indian scad or mackerel scad (Decapterus rusellii). Bio-technic-socio-economic-approach was applied to analysis the feasibility of capture fishery development in PPI Paotere. Based on study, it can be known that purse seine was the most feasible fishery to be developed, followed gillnet, line fishing and trap.

Keywords: PPI Paotere, prime product, scoring method,

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) PAOTERE

MAKASSAR

FAUZIAH ARBI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

Judul Skripsi : Pengembangan Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan ( (PPI) Paotere, Makassar Nama : Fauziah Arbi NIM : C44090037 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh Prof.Dr.Ir.Mulyono S.Baskoro, M.Sc

Pembimbing I Dr.Ir.Tri Wiji Nurani, M.Si

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr.Ir.Budy Wiryawan, M.Sc Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Pengembangan Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere, Makassar

Nama : F auziah Arbi NIM : C44090037 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

".­ ~;LProf.Dr.Ir.Mulyono S.Baskoro, M.Sc

Pembimbing I

--~-ur-a

Diketahui oleh

Tanggal Lulus: '20 -JAN 10 I'

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berisi tentang pengembangan perikanan tangkap di pangkalan pendaratan ikan (PPI) Paotere, Makassar. Tujuan dari penelitian ini ialah menentukan komoditas unggulan hasil perikanan dan menentukan alat tangkap apa yang layak untuk dikembangkan di PPI Paotere.

Terima kasih penulis ucapkan : 1. Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc dan Dr. Ir. Tri Wiji Nurani,

M.Si selaku komisi pembimbing atas kesabarannya dalam membimbing dan memberikan arahan selama ini hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Julia Eka Astarini, S Pi. M Si selaku penguji tamu yang telah memberikan masukan dan bimbingannya.

3. Vita Rumanti Kurniawati, S Pi, MT selaku komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dan bimbingannya.

4. Ibu, bapak, kakak dan adik tercinta yang telah memberikan doa dan dukungannya untuk keberhasilan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Arifin Panigoro dan Ibu Raisis Panigoro yang telah membantu membiayai studi saya dari awal hingga akhir.

6. Kepala dan Staf PPI Paotere yang bersedia membantu kelancaran penelitian.

7. Seluruh responden yang telah bersedia memberikan informasi. 8. Bapak Ariady Arsal dan Ibu Indah Nova Triandewi yang telah

memberikan banyak dukungan dan bantuan selama penelitian dilakukan. 9. Hilda Zaikarina S.Stat dan Ratna Afrah Ayuningtyas yang telah

memberikan banyak dukungan dan motivasi hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

10. GURAME dan PSP 46 yang banyak memberikan pelajaran dan kebersamaan selama ini

11. Semua pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

Fauziah Arbi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Tujuan Penelitian 2 

Manfaat Penelitian 2 

METODE PENELITIAN 2 

Waktu dan Tempat 2 

Analisis Data 3 

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 

KESIMPULAN DAN SARAN 24 

Kesimpulan 24 

Saran 24 

DAFTAR PUSTAKA 25 

RIWAYAT HIDUP 26

DAFTAR TABEL

1 Fasilitas-fasilitas di PPI Paotere Makassar 9 2 Jumlah armada penangkapan ikan di PPI Paotere Makassar 11 3 Jumlah alat dan jenis ikan yang tertangkap di PPI Paotere Makassar 11 4 Metode skoring menentukan komoditas unggulan di PPI Paotere 11 5 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek biologi 13 6 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek teknik 15 7 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek sosial 16 8 Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan pancing di PPI Paotere 17 9 Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan gill net di PPI Paotere 18

10 Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan bubu di PPI Paotere 10 11 Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan purse seine di PPI

Paotere 19 12 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek ekonomi 20 13 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek biologi, teknik, sosial dan

ekonomi unit penangkapan ikan di PPI Paotere 22

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi Penelitian 7 2 Dermaga PPI Paotere 8 3 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPI Paotere 8 4 SPBU Nelayan PPI Paotere 8 5 Pabrik Es PPI Paotere 8 6 Kapal yang digunakan oleh nelayan Paotere 10 7 Grafik komoditas unggulan di PPI Paotere 12 8 Ikan Layang (Decapterus rusellii) 12

9 Ikan Bandeng (Chanos chanos) 12 10 Ikan Tenggiri (Scomberomorus sp) 13 11 Ikan Kerapu (Epinephelus sp) 13 12 Ikan Kembung (Rostraliger sp) 14 13 Ikan Layang (Decapterus rusellii) 14

14 Grafik Efektivitas alat tangkap di PPI Paotere 22

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah yang memiliki beragam

potensi sumberdaya alam diantaranya di bidang perikanan tangkap. Sulawesi

Selatan terdiri atas 22 kabupaten dan 232 kecamatan. Di Kelurahan Gusung

Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar terdapat satu pelabuhan Tipe D yang

bernama pangkalan pendaratan ikan (PPI) Paotere. PPI tersebut terletak pada

koordinat 119024’30” BT dan 506’19” LS (PPI Paotere).

Perikanan tangkap di Paotere merupakan salah satu bidang yang dijadikan

parameter dalam rangka meningkatkan perekonomian di wilayah Sulawesi

Selatan. Aktivitas perikanan tangkap di PPI Paotere sangat besar dan padat karena

hampir setiap hari dikunjungi oleh 5000 orang yang terdiri dari nelayan tangkap,

nelayan tambak, pengumpul, pengelola pelabuhan dan konsumen rumah tangga.

Persentase jumlah nelayan tangkap yang mendaratkan dan memasarkan ikan

secara langsung di PPI setiap harinya berkisar 0.04% dari populasi atau berjumlah

200 orang dan tersebar di pulau-pulau yang berada di sekitar PPI Paotere yaitu

Pulau Lae-Lae dan Pulau Kodingareng Lompo. Selain nelayan lokal terdapat juga

beberapa nelayan dari Kabupaten Gowa, Maros, Pangkep, Takalar, Bulukumba

dan Pulau Kalimantan yang berlabuh di Paotere untuk memasarkan hasil

tangkapannya. Hal ini disebabkan karena setiap ikan yang dijual oleh nelayan

tangkap ke PPI Paotere selalu habis dibeli oleh nelayan pengumpul untuk dijual

kembali di tempat pelelangan ikan (PPI Paotere).

Hasil tangkapan nelayan banyak dipasarkan ke wilayah sekitar Sulawesi

Selatan, Jakarta, Surabaya dan Bali. Tidak jauh dari lokasi PPI Paotere terdapat

satu pangkalan pendaratan ikan (PPI) yang bernama PPI Rajawali. PPI Rajawali

merupakan PPI yang lebih awal berdiri dibandingkan dengan PPI Paotere, namun

saat ini status PPI Rajawali telah berubah menjadi tempat pelelangan ikan (TPI).

Hal ini terjadi karena wilayah sekitar PPI Rajawali mengalami pendangkalan dan

penimbunan oleh bangunan-bangunan, sehingga tidak memungkinkan adanya

kapal-kapal ikan yang berlabuh di PPI tersebut. Agar aktivitas perekonomian di

lokasi tersebut tidak mati, maka pengelola PPI tersebut mensuplai ikan dari PPI

Paotere untuk bisa dijual kembali di TPI Rajawali.

Banyaknya aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Paotere tidak

terlepas dari permasalahan di dalamnya. Permasalahan yang pertama ialah PPI

Paotere sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan perluasan lahan. Lahan yang

ada sudah semakin menyempit dikarenakan lokasi PPI Paotere saat ini diapit oleh

kawasan angkatan laut dan pelabuhan yang khusus mengangkut barang dan

penumpang. Permasalahan tersebut membuat kepala PPI Paotere berencana untuk

mengembangakan lokasi PPI menjadi PPI tipe mall. Dimana lahan parkir akan

dipindahkan ke atas dan aktivitas perikanan terpusat di lantai bawah. Akan tetapi

rencana tersebut tidak terealisasi karena banyak faktor yang menjadi kendala,

salah satu diantaranya adalah anggaran. Permasalahan selanjutnya ialah pola pikir

nelayan yang masih kurang terhadap penanganan hasil tangkapan, baik ketika di

atas kapal maupun ketika sampai di TPI. Pengelola PPI telah merencanakan

pembuatan hanggar (bangunan beratap sepanjang dermaga) yang fungsinya untuk

2

meminimalisir kontak langsung antara hasil tangkapan dengan panas matahari

ketika didaratkan. Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas hasil tangkapan.

Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Paotere sangat beraneka ragam dan alat

tangkap yang digunakannya pun beragam seperti pancing, pure seine, bubu, gill

net, cantrang dan lainnya. Adapun armada penangkapan yang digunakan oleh

nelayan sebagian besar ialah kapal motor berukuran kurang dari 5 GT.

Fungsi PPI Paotere itu sendiri tidak hanya sebagai tempat untuk

mendaratkan ikan laut saja namun ikan-ikan yang berasal dari perikanan darat

(tambak) pun ikut didaratkan dan dilelang di TPI Paotere. Saat ini keberadaan PPI

Paotere menjadi pusat bertemunya nelayan, pedagang dan pembeli ikan. PPI

Paotere menjadi pasar antar pulau yang menghubungkan nelayan dari pulau-pulau

sekitar Makassar diantaranya Pulau Lae-Lae, Pulau Kodingareng Lompo, Pulau

Kodingareng Keke, Pulau Barrang Ca’dik, Pulau Barrang Lompo dan pulau

lainnya. Nelayan di pulau-pulau tersebut menjual hampir seluruh hasil

tangkapannya ke PPI Paotere karena PPI Paotere merupakan satu-satunya PPI

yang jaraknya cukup dekat dan mudah dijangkau oleh nelayan-nelayan dari pulau

tersebut.

Melihat kondisi yang ada di PPI Paotere pada saat ini, dapat dikatakan

bahwa PPI Paotere masih berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan

tersebut dapat dilakukan dengan cara menganalisis jumlah produksi dan nilai

produksi yang dihasilkan oleh masing-masing armada penangkapan ikan dan

melakukan analisis usaha dari masing-masing armada penangkapan ikan oleh

karena itu, penelitian tentang pengembangan perikanan tangkap di Pangkalan

Pendaratan Ikan Paotere, Makasar perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komoditas unggulan perikanan

tangkap dalam rangka mengembangkan produksi perikanan tangkap di Paotere,

Sulawesi Selatan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat kepada para nelayan dan semua

pihak yang menginginkan adanya informasi terkait kondisi perikanan tangkap

yang baik di PPI Paotere untuk dikembangkan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan selama 3 minggu mulai dari tanggal 8 – 28 Juni

2013 di PPI Paotere, Kecamatan Ujung Tanah Kabupaten Makassar, Sulawesi

Selatan.

3

Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei. Metode survei

merupakan metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi untuk

memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada, keterangan yang faktual, baik

tentang institusi sosial, ekonomi atau politik suatu kelompok atau daerah (Nazir

2003)

Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh langsung menggunakan alat bantu kuesioner dengan cara mengamati

kondisi lapang dan melakukan wawancara kepada responden yang diperoleh

secara purposive. Responden yang diambil adalah 10% dari total populasi nelayan

tangkap yang melakukan penangkapan ikan dan mendaratkan ikan di PPI secara

langsung yang berjumlah 200 orang. Nelayan tangkap tersebut tersebar di

beberapa pulau yang ada di sekitar PPI Paotere dantaranya Pulau Lae-Lae, Pulau

Kodingareng Lompo, Pulau Barrang Ca’dik, Pulau Barrang Lompo dan pulau

lainnya. Namun pada penelitian kali ini responden yang diambil hanya berasal

dari dua pulau saja yaitu Pulau Lae-Lae dan Pulau Kodingareng Lompo. Hal ini

dikarenakan dua pulau tersebut merupakan dua pulau yang lokasinya paling dekat

dengan PPI Paotere sehingga bisa dipastikan bahwa nelayan-nelayan dari pulau

tersebut sebagian besar menjual hasil tangkapannya ke PPI Paotere.

Nelayan yang dijumpai di dua pulau tersebut sebagian besar adalah nelayan

pancing. Berikut ini merupakan jumlah responden nelayan yang dijumpai di

lokasi penelitian yaitu 2 orang nelayan purse seine, 3 orang nelayan gill net, 13

orang nelayan pancing dan 2 orang nelayan bubu. Selain itu dilakukan pula

wawancara dengan pengelola PPI Paotere yang berjumlah 2 orang. Data sekunder

diperoleh dari studi literatur dan data statistik perikanan setempat diantaranya

adalah data produksi dan nilai produksi perikanan tangkap, jumlah alat tangkap,

jumlah kapal dan jumlah nelayan.

Analisis Data

Analisis Komoditas Unggulan

Komoditas unggulan suatu daerah dapat diketahui dengan menggunakan

metode skoring dimana metode tersebut dapat digunakan untuk menentukan

penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif dengan kriteria yang ditentukan.

Menurut Mangkusubroto dan Trisandi (1985) metode skoring disajikan dalam

bentuk persamaan 1 dan 2 sebagai berikut:

. .......................................................................... (1)

................................................................ (2)

Keterangan :

V(x) = fungsi nilai dari variabel X

X = Nilai variabel X

Xi = Nilai tertinggi pada kriteria X

X0 = Nilai terendah pada kriteria X

V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A

V(Xi) = Fungsi nilai dari alternative pada kriteria ke-i

4

Aspek Biologi, Teknik, Sosial dan Ekonomi

Pengembangan perikanan tangkap di daerah tersebut juga dapat dapat

diketahui menggunakan seleksi teknologi. Menurut Haluan dan Nurani (1988),

seleksi teknologi dapat dilakukan melalui pengkajian aspek “bio-technico-socio-

economic-approach” yaitu (1) bila ditinjau dari segi biologi teknologi

penangkapan yang akan dikembangkan tidak merusak atau mengganggu

kelestarian sumberdaya, (2) secara teknis efektif digunakan, (3) dari segi sosial

dapat diterima masyarakat nelayan, dan (4) secara ekonomi teknologi bersifat

menguntungkan. Satu aspek tambahan yang tidak dapat diabaikan yaitu adanya

izin dari pemerintah. Selain itu pemilihan teknologi penangkapan ikan didasarkan

pada kriteria (1) selektivitas tinggi, (2) tidak destruktif terhadap habitat, (3) tidak

membahayakan nelayan (operator), (4) menghasilkan ikan yang bermutu baik, (5)

produk tidak membahayakan konsumen, (6) minimum hasil tangkapan yang

terbuang, (7) dampak minimum terhadap keanekaragaman sumber daya hayati,

dan (8) tidak menangkap spesies yang dilindungi (Hariyanto et al)

Aspek Biologi

Pengukuran parameter biologi pada penelitian ini dilakukan terhadap hasil

tangkapan nelayan sebagai salah satu sampel penelitian. Beberapa parameter

biologi yang akan dianalisis dalam penelitian ini diantaranya adalah CPUE (catch

per unit effort) dan nilai produksi hasil perikanan. Dimana CPUE merupakan

perbandingan antara jumlah hasil tangkapan dengan trip yang dilakukan. Rumus

CPUE dapat dilihat pada persamaan 3.

.......................................... (3)

Aspek Teknik

Pengukuran aspek teknis dilakukan pada perahu atau kapal serta alat

tangkap yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan (Rosalina 2008). Aspek

teknis penting untuk dianalisis karena menyangkut kegiatan perikanan mulai dari

pra produksi, produksi hingga proses pendistribusian ikan. Parameter teknis yang

akan dianalisis pada penelitian kali ini adalah ukuran kapal, mesin, bahan bakar,

alat tangkap yang digunakan, jumlah produksi per tahun dan biaya produksi per

trip.

Aspek Sosial

Pengukuran aspek sosial ini diarahkan kepada nelayan yang merupakan

pelaku utama dalam kegiatan penangkapan ikan. Keadaan sosial nelayan seiring

berjalannya waktu akan berubah-ubah sesuai tingkat pendidikan dan teknologi

unit penangkapan yang digunakan oleh nelayan baik tradisional maupun modern.

Parameter sosial penting untuk diketahui karena menyangkut masalah sumberdaya

manusia yang mengoperasikan unit penangkapan ikan agar menghindarkan

terjadinya friksi sosial diantara nelayan yang ada. Oleh karena itu, evaluasi

terhadap perikanan tangkap yang akan dikembangkan hendaknya dapat diterima

dengan baik oleh masyarakat setempat. Parameter yang akan dinilai diantaranya

tingkat pendidikan dan jumlah pendapatan bersih nelayan.

5

Aspek Ekonomi

Parameter ekonomi ini penting untuk dianalisis agar dapat mengetahui

tingkat perekonomian nelayan. Apabila sudah diketahui parameter ekonomi

tersebut maka dapat diketahui pula alat tangkap yang potensial untuk

dikembangkan di PPI Paotere. Parameter yang akan dianalisis adalah biaya

investasi, biaya tetap, dan biaya operasional. Parameter tersebut diperlukan untuk

menghitung analisis usaha, dimana analisis usaha berfungsi untuk mengetahui

apakah usaha tersebut untung atau rugi.

Net present value (NPV)

Net present value digunakan untuk menilai manfaat investasi yaitu berupa

nilai kini (present value) dari manfaat bersih barang yang dinyatakan dalam

rupiah. Barang dinyatakan layak usaha apabila NPV>0, sebaliknya apabila NPV<0

maka usaha dikatakan tidak menguntungkan. Rumus untuk menghitung NPV

dapat dilihat pada persamaan 3:

.................................................................................. (3)

Keterangan:

B = benefit

C = cost

I = discount rate

t = waktu

Net benefit cost ratio (Net B/C)

Perbandingan antara jumlah kini (present value total) dari keuntungan

bersih pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan

kuntungan bersih yang bernilai negatif. Rumus dari Net B/C dapat dilihat pada

persamaan 4.

.................................................. (4)

Keterangan :

B/C ≥1, berarti usaha layak dijalankan

B/C < 1, berarti usaha tidak layak dijalankan

Internal rate of return (IRR)

IRR merupakan tingkat suku bunga i yang membuat NPV dari barang sama

dengan nol. IRR dapat diartikan sebagai tingkat suku bunga dimana nilai kini dari

biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. Rumus untuk

menghitung IRR dapat dilihat pada persamaan 5.

........................................................... (5)

Keterangan:

i’ = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV+

i” = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV-

NPV’ = NPV pada tingkat suku bunga i’

NPV” = NPV pada tingkat suku bunga yang i”

6

Dengan kriteria kelayakan :

IRR ≥ Tingkat suku bunga yang berlaku : Usaha layak

IRR ≤ Tingkat suku bunga yang berlaku : Usaha tidak layak

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi PPI Paotere Makassar

PPI Paotere Makassar terletak di Kelurahan Gusung Kecamatan Ujung

Tanah Kota Makassar, Sulawesi Selatan. PPI tersebut merupakan salah satu pusat

pendaratan ikan di daerah Sulawesi Selatan dengan fasilitas–fasilitas yang

berfungsi dengan baik dan dapat dijangkau oleh kapal-kapal ikan dari berbagai

tempat. Peranan pangkalan pendaratan ikan cukup penting dalam peningkatan

kegiatan masyarakat nelayan dan peningkatan kegiatan produksi. Lokasi PPI

Paotere dapat dilihat pada (Gambar 1)

,

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere, merupakan salah satu unit

Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang bertanggung jawab langsung kepada

Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan Kota Makassar. PPI Paotere

berfungsi sebagai tempat berlabuhnya atau bertambatnya perahu/kapal perikanan

Gambar 1 Lokasi penelitian

8

untuk mendaratkan hasil tangkapannya, memuat perbekalan kapal dan awak kapal

perikanan serta sebagai basis kegiatan produksi. Selain itu berfungsi untuk

pemasaran dan pengolahan hasil perikanan serta sebagai tempat pembinaan

masyarakat nelayan. Pengelola PPI Paotere melakukan kerjasama dengan

Koperasi Insan Perikanan dalam rangka memberikan kemudahan dan keuntungan

bagi usaha nelayan dalam memanfaatkan fasilitas yang ada di PPI, kerjasama

tersebut dapat menunjang pendapatan masyarakat perikanan Kota Makassar dan

menambah pemasukan pendapatan asli daerah (PAD). Berikut ini merupakan

fasilitas-fasilitas yang dikelola bersama Koperasi Insan Perikanan, dapat dilihat

pada (Tabel 1).

Sarana dan Prasarana perikanan tangkap mutlak dibutuhkan, salah satu

diantaranya adalah UPTD PPI Paotere yang berfungsi sebagai tempat pelelangan

ikan, pusat pengembangan masyarakat nelayan, ekonomi perikanan dan tempat

pendaratan hasil tangkapan. Jenis usaha Koperasi Insan Perikanan PPI Paotere

yang dilakukan dalam membantu kegiatan usaha anggotanya antara lain usaha

simpan pinjam, penyaluran bahan bakar (SPBU), pertokoan, penjualan es,

penjualan air bersih, box penyimpanan ikan dan penjualan alat-alat rumah tangga.

Berikut ini merupakan dokumentasi beberapa fasilitas yang ada di PPI Paotere

Makassar. Beberapa fasilitas PPI Paotere dapat dilihat pada (Gambar 2-5).

`

Gambar 2 Dermaga PPI Paotere

Gambar 3 Tempat Pelelangan Ikan

PPI Paotere

Gambar 4 SPBU Nelayan PPI Paotere

Gambar 5 Pabrik Es PPI Paotere

9

Tabel 1 Fasilitas-fasilitas di PPI Paotere Makassar

No Fasilitas Vol Satuan

Tahun

Pembuatan Kondisi Keterangan

1 Fasilitas pokok

Luas lahan +6000 M2 1992 Baik

Dermaga 80 M 92/93 Baik

Dermaga 53 M 2000 Baik

Saluran drainase 250 M 2002 Baik

Dermaga 50 M 2002 Baik

Break water +300 M 2005 Baik

Saluran drainase 157 M 2006 Baik

Pelataran dermaga 920 M2 2006 Baik

Rehab. Dermaga 178 M2 2008 Baik Rehab

Saluran drainase 124,95 M 2009 Baik Rehab

Peningkatan dermaga

PPI Paotere 43,28 M3 2009 Baik Rehab

2 Fasilitas penunjang

Wisma nelayan 40 M2 1992 Baik

Rumah Dinas 2 Unit 1992 Baik

Pos jaga 15 M2 1992 Baik

Pagar 175 M 1992 Baik

Kantin 220 M2 2002 Baik

3 Fasilitas fungsional

Tempat pelelangan

Ikan 978 M2 1992 Baik

Bangsal pengolahan 40 M2 1992 Baik

Menara air 25 M2 1992 Baik

Instalasi listrik 10 Watt 1992 Baik

Area parkir 1.318 M2 1992 Baik

Area parkir 1.340 M2 2000

Tempat pelelangan

Ikan 150 M2 2002 Baik Rehab

Bak sampah 1 Unit 2002 Baik

MCK 30 M2 2002 Baik

Tempat pengolahan

limbah 1 Unit 2002 Baik

Area parkir 400 M2 2002 Baik

Kantor PPI 500 M2 2002 Baik

Tangki BBM 10 Ton 2002 Baik

Pabrik es 200 M2 2002 Baik

Instalasi air 1 Unit 2003 Baik

Penyamb & pemans

PDAM 1 Pkt 2006 Baik

Rabat pelataran

dermaga 29 M2 2006 Baik

Rehab lantai TPI 150 M2 2006 Baik Rehab

Rehab

pelataran/parkir PPI 1.415 M2 2008 Baik Rehab

Rehab gedung TPI 1 Pkt 2008 Baik Rehab

Sumber: PPI Paotere (2010)

10

Kondisi Perikanan Tangkap di PPI Paotere Makassar

Nelayan

Nelayan di PPI Paotere terdiri dari nelayan tangkap, nelayan pengumpul dan

nelayan luar daerah. Nelayan tangkap merupakan nelayan yang melakukan

aktivitas penangkapan ikan secara langsung di laut. Nelayan pengumpul

merupakan nelayan yang mendatangi nelayan tangkap di tengah laut untuk

membeli hasil tangkapan yang diperoleh nelayan tangkap untuk dijual kembali di

TPI. Adapun nelayan luar daerah merupakan nelayan yang berasal dari luar Kota

Makassar yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Paotere, baik itu hasil

perikanan laut maupun perikanan darat. Pada umumnya nelayan luar daerah

tersebut berasal dari Kabupaten Gowa, Maros, Pangkep, Takalar, Bulukumba dan

Pulau Kalimantan. Namun sebagian besar nelayan luar daerah di PPI Paotere

didominasi oleh nelayan dari Kabupaten Pangkep yang memasarkan hasil

perikanan darat mereka yaitu ikan bandeng (Chanos chanos).

Jumlah orang yang melakukan aktivitas di PPI Paotere setiap hari mencapai

5000 orang. Berdasarkan informasi dari pengelola PPI, jumlah tersebut terdiri dari

nelayan tangkap, nelayan pengumpul, nelayan luar daerah, pedagang, konsumen

rumah tangga dan pengelola pelabuhan itu sendiri. Nelayan yang ada di PPI

Paotere hampir sebagian besar merupakan nelayan pengumpul. Jumlah nelayan

tangkap yang melakukan aktivitas bongkar muat hingga proses pemasaran di PPI

Paotere hanya mencapai 200 orang saja hal ini disebabkan karena adanya peranan

dari nelayan pengumpul yang membeli hasil tangkapan mereka di tengah laut. Hal

tersebut menyebabkan nelayan tangkap merasa enggan untuk mendaratkan hasil

tangkapannya di PPI Paotere. Selain mengirit bahan bakar, mereka bisa dengan

cepat memperoleh uang hasil penjualan ikan dari nelayan pengumpul tanpa harus

menunggu pelelangan di TPI selesai. Begitupun dengan nelayan pengumpul,

mereka mendapatkan keuntungan dari usaha mereka menghampiri nelayan

tangkap di tengah laut pada waktu yang telah disepakati sebelumnya, dan mereka

pun tidak perlu menghabiskan waktu yang lama di tengah laut untuk untuk

menangkap ikan.

Armada Penangkapan Ikan

Armada penangkapan ikan yang ada di PPI Paotere didominasi oleh kapal

dibawah 5 GT (Gambar 6). Sedangkan kapal ukuran diatas 5 GT sebagian besar

merupakan kapal milik orang lain/juragan. Nelayan hanya berperan sebagai

nelayan buruh yang melakukan operasi penangkapan hingga pemasaran.

Gambar 6 Kapal yanga digunakan oleh

nelayan Paotere

n

11

Upah yang mereka dapatkan ialah bagi hasil dari keuntungan yang telah

dikurangi biaya atau pengeluaran selama produksi berlangsung. Berikut ini

merupakan data jumlah kapal yang ada di PPI Paotere Makassar.

Alat Tangkap

Alat tangkap yang ada di PPI Paotere terdiri dari purse seine, pancing, gill

net, cantrang, tambak (jala) dan lain-lain. Berikut ini merupakan jumlah alat

tangkap dan ikan yang tertangkap, dapat dilihat pada Tabel 3.

Komoditas Unggulan

Komoditas unggulan perikanan tangkap di suatu wilayah dapat ditentukan

dengan menggunakan metode skoring. Metode skoring ini berfungsi untuk

menentukan peringkat dari suatu alternatif. Berikut ini merupakan komoditas

unggulan yang ada di PPI Paotere Makassar.

Tabel 2 Jumlah armada penangkapan ikan di PPI Paotere Makassar

No Ukuran Kapal Jumlah

1 Kapal < 5 GT 1.338

2 Kapal > 5 GT 203

3 Kapal 10-30 GT 124

Jumlah 1.666

Sumber: PPI Paotere (2009)

Tabel 4 Metode skoring menentukan komoditas unggulan di PPI Paotere

Makassar

No Nama Ikan

Rata2 Skoring

Total UP Jumlah

produksi Nilai produksi

Jumlah

produksi

Nilai

produksi

1 Bandeng 937.500 12.394.690.000 1,00 1,00 2,00 1

2 Banyara 460.100 10.047.758.750 0,49 0,81 1,30 4

3 Bete-bete 197.850 710.636.250 0,21 0,06 0,27 10

4 Cakalang 491.850 9.840.781.250 0,52 0,79 1,32 3

5 Ikan merah 284.000 3.826.243.750 0,30 0,31 0,61 9

6 Layang 860.800 6.090.120.271 0,92 0,49 1,41 2

7 Lamuru 137.750 5.501.327.500 0,15 0,44 0,59 7

8 Mairo/teri 523.800 5.424.682.500 0,56 0,44 1,00 6

9 Sinrili 515.000 7039.706.250 0,55 0,57 1,12 5

10 Tawassang 108.300 621.148.750 0,11 0,05 0,16 11

11 Tenggiri 800 20.725.000 - - - 13

12 Sunu 28.050 1.282.626.250

1,00 1,00 2,00 12

13 Lain-lain 603.150 3.389.322.500 0,64 0,27 0,92 8

Tabel 3 Jumlah alat tangkap dan jenis ikan yang tertangkap di PPI Paotere

Makassar

No Alat Tangkap Jumlah Jenis Ikan Ditangkap

1 Purse Seine 43 Layang, kembung, cakalang, tembang, bui-bui dan

ikantembang

2 Pancing 305 Ikan merah, kakap, katamba, barukang, tawwasang,

baronang, kerapu/sunu, cucut dan hiu

3 Gil Net 70 Ekor kuning, tongkol, tenggiri dan peperek

4 Cantrang 27 Kepiting, gamasi dan teri

5 Tambak (jala) Bandeng dan udang

6 Lain –lain 63 Lain-lain

Sumber: PPI Paotere (2009)

12

Berdasarkan metode skoring di atas, diketahui bahwa 5 besar komoditas

unggulan perikanan yang ada di PPI Paotere Makassar yang pertama ialah

didominasi oleh hasil perikanan darat yaitu ikan bandeng (Chanos chanos), yang

kedua ialah ikan layang (Decapterus rusellii), kemudian ikan cakalang

(Katsuwonus sp), selanjutnya ialah ikan banyara/kembung (Rostraliger sp) dan

terakhir ialah ikan sinrili (Elagatis bipinnulata). Komoditas unggulan tersebut

disajikan pada (Gambar 7)

Komoditas unggulan perikanan di PPI Paotere dari kelompok perikanan

darat ialah ikan bandeng (Chanos chanos) dan dari kelompok perikanan laut

adalah ikan layang (Decapterus rusellii). Ikan layang dan ikan bandeng dapat

dilihat pada (Gambar 8-9). Jumlah produksi rata-rata ikan bandeng setiap

tahunnya adalah 937.500 kg dan rata-rata nilai produksi setiap tahunnya sebesar

Rp 1,032,890.833. Ikan bandeng atau lebih dikenal dengan sebutan ikan bolu ini

berasal dari Pangkep, Maros, Barru, Pare-Pare, Takalar, Bantaeng dan

Bulukumba. Suplai terbesar bandeng berasal dari Pangkep hingga mencapai 3

ton/hari. Jumlah yang cukup banyak ini menjadikan ikan bandeng sebagai icon

kota Makassar dari golongan perikanan darat. Ikan bandeng menjadi salah satu

ikan yang sangat diandalkan oleh PPI Paotere karena ikan ini menjadi back up

perikanan laut ketika sedang terjadi musim barat dan paceklik. Ketika musim

barat dan paceklik tiba jumlah produksi PPI Paotere menurun, sebab sebagian

besar nelayan tidak melaut dan jumlah hasil tangkapannya sedikit, sehingga tidak

bisa memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memperoleh ikan.

Sumber: Fishbase.org

Gambar 9 Ikan Bandeng

(Chanos chanos)

Sumber: Fishbase.org

Gambar 8 Ikan Layang

(Decapterus rusellii)

Gambar 7 Komoditas Unggulan di PPI Paotere

13

Jumlah produksi rata-rata ikan layang setiap tahunnya adalah 860.800 kg

dan rata-rata nilai produksi ikan layang setiap tahunnya sebesar Rp 874.205.813.

Sebagian besar nelayan di PPI Paotere Makassar melakukan operasi penangkapan

ikan-ikan tersebut menggunakan alat tangkap purse seine.

Pemilihan alat tangkap berdasarkan aspek biologi, teknik, sosial dan

ekonomi

Apek Biologi

Analisis aspek biologi meliputi CPUE (catch per unit effort) dan nilai

produksi. Semua data tersebut diperoleh dari data statistik perikanan PPI Paotere

dan hasil wawancara dengan nelayan. Pemberian nilai pada masing-masing unit

penangkapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Masing-masing kriteria memiliki

nilai dengan urutan prioritas mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.

Keterangan:

X1 = CPUE (kg/trip)

X2 = Nilai produksi (Rp)

V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A, yaitu jumlah dari Vi(Xi)

UP = Urutan prioritas

Aspek biologi yang dianalisis (Tabel 5) meliputi CPUE dan nilai produksi

ikan di PPI Paotere. Ikan tenggiri (Scomberomorus sp) dapat dilihat pada

(Gambar 10), merupakan ikan yang paling banyak tertangkap oleh alat tangkap

pancing dengan CPUE sebesar 3,39 kg/trip dan nilai produksi sebesar Rp

20.725.000. Musim penangkapan ikan tenggiri adalah 3 bulan yaitu bulan Juni-

Agustus. Ikan tenggiri dapat dilihat pada (gambar 10)

Ikan kerapu (Epinephelus sp) merupakan ikan yang paling banyak

tertangkap oleh alat tangkap bubu dengan CPUE sebesar 118,86 kg/trip dan nilai

produksi sebesar Rp 1.282.626.250. Musim penangkapan ikan kerapu adalah 2

bulan yaitu bulan Juni-Juli. Ikan kerapu dapat dilihat pada (Gambar 11)

Tabel 5 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek biologi Unit Penangkapan

Ikan

Kriteria Penilaian

X1 V1(X1) X2 V2(X2) V(A)1 UP

Pancing 3,39 0,0000 20.725.000 0,0000 0,0000 4

Gill net 1949,57 0,0203 10.047.758.750 1,0000 1,0203 2

Bubu 118,86 0,0012 1.282.626.250 0,1258 0,1271 3

Purse seine 95.644,44 1,0000 6.090.120.271 0,6053 1,6053 1

Sumber: Data primer diolah (2013)

Sumber: Fishbase.org

Gambar 10 Ikan Tenggiri

(Scomberomorus sp)

Sumber: Fishbase.org

Gambar 11 Ikan Kerapu

(Epinephelus sp)

14

Pada alat tangkap gill net jenis ikan yang tertangkap diantaranya

katombo/kembung, layang, cakalang dan sarden. Ikan katombo/kembung

(Rostraliger sp) merupakan ikan yang paling banyak tertangkap oleh alat tangkap

gill net. Ikan kembung dapat dilihat pada (Gambar 12).

Jumlah CPUE ikan kembung di PPI Paotere sebesar 1449,57 kg/trip dan

nilai produksi sebesar Rp 10.047.758.750. Musim penangkapan ikan

katombo/kembung adalah 3 bulan yaitu bulan Mei-Juli. Sedangkan pada alat

tangkap purse seine ikan yang paling banyak tertangkap adalah ikan layang

(Decapterus ruselli) dengan jumlah CPUE sebesar 95.644,44 kg/trip dengan nilai

produksi Rp 6.090.120.271. Ikan layang dapat dilihat pada (Gambar 13)

Hasil perhitungan CPUE (X1) dan nilai produksi (X2) dianalisis

menggunakan metode skoring. Analisis tersebut menghasilkan bahwa pada alat

tangkap pancing memperoleh jumlah nilai fungsi sebesar 0, pada alat tangkap gill

net memperoleh jumlah nilai fungsi sebesar 1,020, sedangkan alat tangkap bubu

jumlah nilai fungsi yang dihasilkan adalah 0,127 dan pada alat tangkap purse

seine nilai fungsi yang dihasilkan sebesar 1,605. Berdasarkan jumlah nilai fungsi

(ViXi) tersebut dapat diketahui bahwa alat tangkap purse seine merupakan alat

tangkap yang memiliki skor paling besar sehingga pada analisis aspek biologi ini

alat tangkap tersebut merupakan alat tangkap yang paling baik dibandingkan alat

tangkap pancing, gill net dan bubu.

Sumber: PPIPP-KKP

Gambar 12 Ikan Kembung

(Rostraliger sp)

Sumber: Fishbase.org

Gambar 13 Ikan Layang

(Decapterus rusellii)

15

Aspek Teknik

Aspek teknik merupakan aspek yang diteliti karena berhubungan dengan

aktivitas produksi usaha penangkapan ikan. Disamping ukuran kapal, mesin,

bahan bakar serta alat tangkap yang diteliti aspek ini pun meneliti jumlah produksi

yang dihasilkan selama satu tahun dan jumlah produksi yang dihasilkan dalam

satu kali trip. Semua data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan.

Pemberian nilai pada masing-masing unit penangkapan tersebut dapat

dilihat pada Tabel 6. Masing-masing kriteria memiliki nilai dengan urutan

prioritas mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.

.

Keterangan:

X1 = Jumlah produksi per trip (kg/tahun)

X2 = Jumlah produksi per tahun (kg/tahun)

V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A, yaitu jumlah dari Vi(Xi)

UP = Urutan prioritas

Aspek teknik yang dianalisis (Tabel 6) meliputi aspek yang berhubungan

dengan kegiatan produksi perikanan tangkap. Selain data alat tangkap dan kapal

yang dibutuhkan, jumlah produksi per trip (X1) dan jumlah produksi per tahun

(X2) juga merupakan bagian penting yang harus diketahui. Pada alat tangkap

pancing jumlah X1 sebesar 7,69 kg sedangkan jumlah X2 sebesar 1.815,38 kg.

Alat tangkap gill net memperoleh nilai X1 sebesar 3,67 kg, sedangkan nilai X2

sebesar 865,33 kg. Pada alat tangkap bubu memperoleh nilai X1sebesar 11,5 kg

dan nilai X2 sebesar 2.714 kg dan terakhir pada alat tangkap purse seine nilai X1

yang diperoleh ialah 400 kg dan nilai X2 yang diperoleh sebesar 94.400 kg.

Jika dilihat dari aspek teknik, alat tangkap purse seine menempati prioritas

utama dalam jumlah produksi per trip dan jumlah produksi per tahunnya. Apabila

dilihat dari aspek biologi, alat tangkap purse seine juga menempati posisi pertama

dibandingkan ketiga alat tangkap lainnya dalam hal komposisi targetan utama dan

lama musim penangkapan. Hal ini disebabkan karena alat tangkap purse seine

merupakan alat yang memiliki tingkat efektifitas tangkap yang lebih tinggi karena

melihat jenis alatnya yang cukup besar dan membentuk mangkok sehingga

memungkinkan gerombolan ikan banyak tertangkap oleh alat tangkap tersebut,

selain itu ukuran mata jaring yang digunakan juga sesuai dengan target ikan yang

akan ditangkap. Selain itu operasi penangkapan menggunakan alat tangkap purse

seine dilakukan selama kurang lebih 18-20 hari. Meskipun dari jumlah trip per

tahunnya lebih sedikit dibandingkan ketiga alat tangkap lainnya yang rata-rata

melakukan operasi penangkapan per hari, namun dari jumlah produksi per

tahunnya alat tangkap purse seine tetap unggul. Setelah dilakukan standardisasi

nilai fungsi dari jumlah produksi per trip dan jumlah produksi per tahun maka

Tabel 6 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek teknik

Unit Penangkapan Kriteria Penilaian

X1 V1(X1) X2 V2(X2) V(A)2 UP

Pancing 7,69 0,32 1.815,38 0,32 0,63 4

Gill net 3,67 0,33 865,33 0,33 0,67 3

Bubu 11,50 0,50 2.714,00 0,50 1,00 2

Purse seine 400,00 0,50 94.400,00 0,50 1,00 1

Sumber: Data primer diolah (2013)

16

diketahui bahwa alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang lebih baik

dibandingkan dengan alat tangkap pancing, gill net dan bubu.

Aspek Sosial

Analisis aspek sosial merupakan penilaian dari aspek sosial yang terdiri dari

tingkat pendidikan dan jumlah pendapatan bersih nelayan yang diterima selama

mengoperasikan alat tangkap. Aspek tersebut akan mempengaruhi tingkat sosial

masyarakat nelayan setempat. Semua data tersebut diperoleh dari hasil wawancara

dengan nelayan.

Pemberian nilai pada masing-masing unit penangkapan tersebut dapat

dilihat pada Tabel 7. Masing-masing kriteria memiliki nilai dengan urutan

prioritas mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.

Keterangan:

X1 = Tingkat pendidikan nelayan

X2 = Pendapatan nelayan (Rp/tahun)

V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A, yaitu jumlah dari Vi(Xi)

UP = Urutan prioritas

Aspek sosial yang dianalisis (Tabel 7) meliputi aspek tingkat pendidikan

dan jumlah pendapatan nelayan yang diterima selama mengoperasikan alat

tangkap. Diketahui bahwa rata-rata pendidikan nelayan pancing adalah sekolah

dasar (SD), dari 13 responden terdapat 12 orang yang berpendidikan sekolah dasar

(SD) dan satu orang berpendidikan sekolah menengah atas (SMA). Pada nelayan

gill net rata-rata pendidikannya juga adalah sekolah dasar (SD), dari 3 responden

nelayan gill net semuanya berpendidikan sekolah dasar (SD). Tidak jauh berbeda

dengan nelayan sebelumnya, dari 2 responden nelayan bubu semua berpendidikan

terakhir sekolah dasar (SD). Adapun dari 2 responden nelayan purse seine

pendidikan terakhir masing-masing nelayan adalah sekolah dasar (SD) dan sarjana

(S1).

Jumlah pendapatan bersih nelayan setiap tahun yang diperoleh masing-

masing alat tangkap begitu beragam. Pada nelayan pancing jumlah pendapatan

yang diperoleh sebesar Rp 69.234.038,- sedangkan pada alat tangkap gill net

pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 37.233.333,- sedangkan pada nelayan bubu

memperoleh pendapatan sebesar Rp 37.570.000,- . Pada alat tangkap purse seine

nelayan memperoleh pendapatan sebesar Rp7.762.000.000,-.

Melihat hasil analisis di atas diketahui bahwa alat tangkap purse seine

memiliki persentase tingkat pendidikan nelayan yang lebih tinggi yaitu sarjana

(S1) dibandingkan dengan alat tangkap pancing, gill net dan bubu yang rata-rata

tingkat pendidikannya adalah sekolah dasar. Selain itu pendapatan bersih yang

diperoleh oleh nelayan purse seine memperoleh posisi paling tinggi dibandingkan

Tabel 7 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek sosial Unit

Penangkapan

Kriteria Penilaian

X1 V1(X1) X2 V2(X2) V(A)3 UP

Pancing 0,9 0,00 69.234.038 0,00414 0,00414 4,00

Gill net 1,0 0,06 37.233.333 0,00000 0,06250 3,00

Bubu 1,0 0,06 37.570.000 0,00004 0,06254 2,00

Purse seine 2,5 1,00 7.762.000.000 1,00000 2,00000 1,00

Sumber: Data primer diolah (2013)

17

pendapatan bersih dari tiga alat tangkap lainnya sehingga pada aspek sosial ini

dapat disimpulkan bahwa alat tangkap purse seine lebih baik dibandingkan alat

tangkap pancing, gill net dan bubu.

Pengelola PPI Paotere memiliki program unggulan terkait pembinaan

nelayan dan organisasi nelayan yang dilakukan secara rutin dan

berkesinambungan. Program tersebut berjalan lancar berkat adanya kerjasama

yang baik antara pengelola PPI dan dukungan yang positif dari nelayan sehingga

program-program yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Adapun

kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Mengadakan pertemuan setiap satu bulan sekali antara pengelola PPI

dengan pengurus Koperasi Insan Perikanan dan ketua kelompok nelayan

dalam rangka membahas tentang kemungkinan adanya hambatan yang

dialami selama pelaksanaan program dan mencari solusi bersama-sama

dari masalah yang dihadapi;

2) Mengadakan pertemuan dengan anggota koperasi dan kerukunan nelayan

setiap tiga bulan sekali dengan tujuan mengevaluasi kegiatan nelayan

sekaligus memberikan bimbingan dalam meningkatakan kegiatan usaha

yang telah berjalan;

3) Mengadakan pelatihan keterampilan juru mudi kapal perikanan setiap satu

tahun sekali dengan mengikutsertakan taruna nelayan sebagai peserta

pelatihan. Kegiatan ini merupakan kerjasama yang dilakukan oleh

Syahbandar Makassar dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi

Sulawesi Selatan; dan

4) Mengikutsertakan pengurus/karyawan koperasi dalam kegiatan pelatihan

tentang perkoperasian yang dilaksanaan oleh pengurus koperasi baik di

daerah maupun di pusat.

Aspek Ekonomi

1) Analisis usaha perikanan pancing

(1) Analisis pendapatan

Analisis pendapatan merupakan analisis yang digunakan untuk

menentukan pendapatan yang diperoleh. Nilai tersebut diperoleh dengan cara

mengurangi total pemasukan terhadap total pengeluaran. Total penerimaan yang

diperoleh sebesar Rp 69.234.038 dan total pengeluaran sebesar Rp 18.293.026

diperoleh keuntungan sebesar Rp 50.941,01

(2) Analisis investasi

Analisis investasi ini terdiri dari arus masuk (inflow) dan arus keluar

(outflow), dimana inflow merupakan semua pemasukan yang menjadi nilai tambah

suatu usaha sedangkan outflow merupakan semua biaya/beban yang mengurangi

nilai suatu usaha. Agar dapat diketahui apakah usaha tersebut layak atau tidak

maka dapat dilihat dari nilai NPV, Net B/C dan IRR yang telah dihitung.

Tabel 8 Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan pancing di PPI Paotere

Makassar

No Kriteria Investasi Jumlah

1 NPV 181,960,624.84

2 Net B/C 6.58

3 IRR 146%

Sumber: Data primer diolah (2013)

18

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa NPV sebesar Rp 181.960.624,84,

artinya nilai saat ini dari keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 5 tahun

dimasa yang akan datang adalah Rp 181.960.624,84. Net B/C sebesar 6.58 itu

artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan

sebesar 6 rupiah 58 sen selama umur proyek 5 tahun dengan suku bunga sebesar

6%. IRR sebesar 146% artinya usaha tersebut dapat memberikan tingkat

pengembalian sebesar 146% per tahun dari seluruh investasi yang ditanamkan

selama umur proyek 5 tahun. Melihat hasil perhitungan kriteria investasi pada

tabel di atas dapat disimpulkan bahwa usaha perikanan pancing ini layak untuk

dikembangkan.

(3) Analisis usaha perikanan gill net

(1) Analisis pendapatan

Analisis pendapatan merupakan analisis yang digunakan untuk

menentukan pendapatan yang diperoleh. Nilai tersebut diperoleh dengan cara

mengurangi total pemasukan terhadap total pengeluaran. Total penerimaan yang

diperoleh sebesar Rp 37.233.333 dan total pengeluaran sebesar Rp 459.885.333

diperoleh kerugian sebesar Rp 422.652.000.

(2) Analasis investasi

Analisis investasi ini terdiri dari arus masuk (inflow) dan arus keluar

(outflow), dimana inflow merupakan semua pemasukan yang menjadi nilai tambah

suatu usaha sedangkan outflow merupakan semua biaya/beban yang mengurangi

nilai suatu usaha. Agar dapat diketahui apakah usaha tersebut layak atau tidak

maka dapat dilihat dari nilai NPV, Net B/C dan IRR yang telah dihitung.

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa NPV sebesar -2.236.859.575,87

artinya nilai saat ini dari keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 5 tahun

dimasa yang akan datang adalah Rp -2.236.859.575,87 atau dengan kata lain

mengalami kerugian sebesar 2.236.859.575,87. Pada perhitungan Net B/C dan

IRR diperlukan nilai NPV+, namun pada cashflow perikanan gill net ini tidak

menghasilkan nilai NVP+ sehingga nilai Net B/C dan IRR nya tidak bisa dihitung.

Melihat hasil perhitungan kriteria investasi pada tabel di atas dapat disimpulkan

bahwa usaha perikanan gill net ini tidak layak untuk dikembangkan.

(3) Analisis usaha perikanan bubu

(1) Analisis pendapatan

Analisis pendapatan merupakan analisis yang digunakan untuk

menentukan pendapatan yang diperoleh. Nilai tersebut diperoleh dengan cara

mengurangi total pemasukan terhadap total pengeluaran. Total penerimaan yang

Tabel 9 Hasil perhitungan cash flow usaha perikanan gill net di PPI Paotere

Makassar

No Kriteria investasi Jumlah

1 NPV -2.236.859.575,87

2 Net B/C -

3 IRR -

Sumber: Data primer diolah

19

diperoleh sebesar Rp 37.570.000 dan total pengeluaran sebesar Rp 81.184.000

diperoleh kerugian sebesar Rp 43.614.000.

(2) Analisis investasi

Analisis investasi ini terdiri dari arus masuk (inflow) dan arus keluar

(outflow), dimana inflow merupakan semua pemasukan yang menjadi nilai tambah

suatu usaha sedangkan outflow merupakan semua biaya/beban yang mengurangi

nilai suatu usaha. Agar dapat diketahui apakah usaha tersebut layak atau tidak

maka dapat dilihat dari nilai NPV, Net B/C dan IRR yang telah dihitung.

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa NPV sebesar Rp -282.872.751,12,

artinya nilai saat ini dari keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 5 tahun

dimasa yang akan datang adalah Rp -282.872.751,12 atau dengan kata lain

mengalami kerugian sebesar Rp 282.872.751,12, Pada perhitungan Net B/C dan

IRR diperlukan nilai NPV+, namun pada cashflow perikanan bubu ini tidak

menghasilkan nilai NVP+ sehingga nilai Net B/C dan IRR nya tidak bisa dihitung.

Melihat hasil perhitungan kriteria investasi pada tabel di atas dapat disimpulkan

bahwa usaha perikanan bubu ini tidak layak untuk dikembangkan.

(3) Analisis usaha perikanan purse seine

(1) Analisis pendapatan

Analisis pendapatan merupakan analisis yang digunakan untuk

menentukan pendapatan yang diperoleh. Nilai tersebut diperoleh dengan cara

mengurangi total pemasukan terhadap total pengeluaran. Total penerimaan yang

diperoleh sebesar Rp 7.762.000.000 dan total pengeluaran sebesar Rp

142.171.181 diperoleh keuntungan sebesar Rp 7.619.828.819

(2) Analisis investasi

Analisis investasi ini terdiri dari arus masuk (inflow) dan arus keluar

(outflow), dimana inflow merupakan semua pemasukan yang menjadi nilai tambah

suatu usaha sedangkan outflow merupakan semua biaya/beban yang mengurangi

nilai suatu usaha. Agar dapat diketahui apakah usaha tersebut layak atau tidak

maka dapat dilihat dari nilai NPV, Net B/C dan IRR yang telah dihitung.

Tabel 11 Hasil perhitungan cash flowusaha perikanan purse seine di PPI

Paotere Makassar

No Kriteria Investasi Jumlah

1 NPV 31.777.046.458,99

2 Net B/C 100,17

3 IRR 2.243% Sumber: Data primer diolah (2013)

Tabel 10 Hasil perhitungan cash flowusaha perikanan bubu di PPI Paotere

Makassar

No Kriteria Investasi Jumlah

1 NPV -282.872.751,12

2 Net B/C -

3 IRR -

Sumber: Data primer diolah (2013)

20

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa NPV sebesar Rp 31.777.046.458,99

artinya nilai saat ini dari keuntungan yang diperoleh selama umur proyek 5 tahun

dimasa yang akan datang adalah Rp 31.777.046.458,99. Net B/C sebesar 100,17

itu artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan

penerimaan sebesar 100 rupiah 17 sen selama umur proyek 5 tahun dengan suku

bunga sebesar 6%. IRR sebesar 2.243% artinya usaha tersebut dapat memberikan

tingkat pengembalian sebesar 2.243% per tahun dari seluruh investasi yang

ditanamkan selama umur proyek 5 tahun. Melihat hasil perhitungan kriteria

investasi pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa usaha perikanan purse seine

ini layak untuk dikembangkan.

Tabel 12 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek ekonomi Unit

Penangkapan

Kriteria penilaian

X1 V1(X1) X2 V2(X2) VA4 UP

Pancing 69.234.038 0,00414 18.293.026 0 0,004143 4

Gillnet 37.233.333 0 459.885.333 1,000000 1,000000 2

Bubu 37.570.000 0,00004 81.184.000 0,142419 0,142462 3

Purse seine 7.762.000,000 1,00000 142.171181 0,280526 1,280526 1

Sumber : Data primer diolah (2013)

Keterangan:

X1 = Penerimaan nelayan (Rp)

X2 = Pengeluaran nelayan (Rp)

V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A, yaitu jumlah dari Vi(Xi)

UP = Urutan prioritas

Berdasarkan metode skoring terhadap aspek ekonomi yang dilakukan

terhadap penerimaan nelayan (X1) dan pengeluaran nelayan (X2) dari masing-

masing alat tangkap diketahui bahwa alat tangkap purse seine merupakan alat

tangkap yang paling baik dibandingkan ketiga alat tangkap lainnya. Hal ini

dibuktikan dengan penerimaan nelayan purse seine mencapai Rp 7.762.000.000

dengan pengeluaran Rp 142.171.181 sehingga nelayan tersebut memperoleh

keuntungan yang cukup besar yaitu Rp 7.619.828.819.

Berdasarkan analisis usaha yang telah dilakukan diketahui bahwa alat

tangkap pancing dan purse seine merupakan alat tangkap yang layak untuk

dikembangkan. Hal ini terlihat dari analisis ekonomi yang telah dilakukan

terhadap alat tangkap tersebut. Nilai NPV alat tangkap pancing adalah Rp

181.960.624,84 itu artinya usaha ini memberikan keuntungan sebesar Rp

181.960.624,84 dimasa yang akan datang. Nilai Net B/C yang dihasilkan sebesar

6,58 yang artinya usaha ini layak untuk dilakukan karena usaha ini akan

menghasilkan manfaat sebesar 6 rupiah 58 sen setiap mengeluarkan biaya satu

rupiah. IRR yang dihasilkan mencapai 146% itu artinya usaha ini mampu

memberikan pengembalian sebesar 146% dari investasi yang dikeluarkan selama

umur proyek 5 tahun.

Nilai NPV yang diperoleh oleh alat tangkap purse seine Rp

31.777.046.458,99 berarti usaha ini menghasilkan keuntungan dimasa yang akan

datang sebesar Rp 31.777.046.458,99. Nilai Net B/C yang dihasilkan lebih dari 1

yaitu100.17 sehingga usaha ini memberikan manfaat bersih sebesar 100 rupiah 17

sen setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan. Nilai IRR yang dihasilkan sebesar

2.243% sehingga usaha pada alat tangkap ini layak dilakukan karena dapat

21

memberikan tingkat pengembalian sebesar 2.243% per tahun selama umur proyek

terhadap investasi yang dikeluarkan.

Bila dibandingkan dengan alat tangkap pancing, alat tangkap purse seine

lebih banyak memberikan keuntungan. Apabila melihat nilai pada kriteria analisis

ekonominya maka alat tangkap purse seine memiliki keunggulan yang lebih bila

dibandingkan dengan alat tangkap pancing. Meskipun kedua-dua nya merupakan

alat tangkap yang layak untuk dikembangkan di PPI Paotere. Hal ini dapat terjadi

dikarenakan alat tangkap purse seine memiliki efektifitas yang jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Konstruksi alat yang membentuk

mangkuk membuat ikan-ikan yang masuk tidak bisa melompat atau melarikan diri

dari dalam jaring. Selain itu ukurannya yang besar dan mata jaring yang lebih

kecil membuat alat tangkap purse seine bisa menangkap gerombolan ikan yang

jauh lebih banyak dari ketiga alat tangkap lainnya.

Berbeda dengan dua alat tangkap sebelumnya, berdasarkan analisis ekonomi

yang telah dilakukan maka alat tangkap gill net dan bubu merupakan alat tangkap

yang tidak layak untuk dikembangkan di PPI Paotere. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai kriteria analisis. Alat tangkap gill net memiliki nilai NPV Rp -

2.236.859.575,87, itu artinya alat tangkap ini tidak mampu memberikan

keuntungan dimasa yang akan datang bahkan alat tangkap ini mengalami kerugian

sebesar Rp 2.236.859.575,87. Selain itu nilai Net B/C dan IRR nya tidak bisa

dihitung dikarenakan untuk menghitung dua kriteria tersebut (Net B/C dan IRR)

diperlukan nilai PV+ sedangkan pada alat tangkap gill net semua PV nya bernilai

negatif (lihat dilampiran). Selain gill net masih ada alat tangkap yang tidak layak

untuk dikembangkan di PPI Paotere yaitu alat tangkap bubu. Pada alat tangkap ini

memiliki NPV yang bernilai Rp -282.872.751,12. Itu artinya alat tangkap bubu

tidak mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang bahkan mendatangkan

kerugian sebesar -282.872.751,12. Sama dengan alat tangkap gill net, alat tangkap

bubu ini tidak bisa menghitung nilai Net B/C dan IRR nya dikarenakan nilai PV

yang dibutuhkan semua bernilai negatif, sedangkan untuk bisa menghitung dua

kriteria tersebut dibutuhkan adanya nilai PV yang bernilai positif.

Analisis aspek biologi, aspek teknik, aspek sosial dan aspek ekonomi

Penilaian terhadap unit penangkapan ikan merupakan langkah yang

ditempuh untuk mendapatkan alat tangkap apa yang potensial untuk

dikembangakan di PPI Paotere Makassar. Hasil penilaian tersebut akan dijadikan

masukan dalam rangka mengembangkan PPI Paotere Makassar baik dalam rangka

meningkatkan produktivitas nelayan ataupun meningkatkan pendapatan nelayan

serta menambah pendapatan asli daerah (PAD). Berdasarkan perhitungan metode

skoring yang telah dilakukan terhadap aspek biologi, teknik, sosial dan ekonomi

dari perikanan tangkap yang ada di PPI Paotere didapatkan bahwa total nilai

fungsi alternatif V(A) dari alat tangkap pancing adalah 1,13, alat tangkap gill net

adalah 3,78, alat tangkap bubu adalah 2,38 dan alat tangkap purse seine adalah

7,21. Berikut ini merupakan tabel dan grafik alat tangkap paling efektif yang ada

di PPI Paotere Makassar.

22

Keterangan:

V(A)1 = Aspek biologi

V(A)2 = Aspek teknik

V(A)3 = Aspek sosial

V(A)4 = Aspek ekonomi

V(A) total = Fungsi nilai dari alternatif A, yaitu jumlah dari Vi(Xi)

UP = Urutan prioritas

Berdasarkan kriteria penilaian terhadap unit penangkapan ikan yang

dianalisis dari aspek biologi, aspek teknik, aspek sosial dan aspek ekonomi

diperoleh bahwa alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang menjadi

prioritas utama untuk dikembangkan di PPI Paotere dan yang kedua ialah alat

tangkap gillnet, selanjutnya ialah alat tangkap pancing dan yang terakhir ialah alat

tangkap bubu (Gambar 12).

Sistem pemasaran yang dilakukan di PPI Paotere merupakan sistem

pemasaran terbuka, dimana produksi hasil tangkapan ikan dijual cash kepada

koperasi. Selanjutnya koperasi tersebut menjual atau melelang langsung kepada

pedagang atau pengusaha perikanan. Sistem pemasaran yang dilakukan di PPI

Paotere bukan merupakan sistem lelang murni, sebab nelayan merasa sangat

dirugikan dengan adanya sistem lelang tersebut sehingga nelayan mencoba

dengan sistem pemasaran terbuka seperti yang dilakukan saat ini. Berikut ini

Tabel 13 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek biologi, teknik, sosial

dan ekonomi unit penangkapan ikan di PPI Paotere Makassar Unit Penangkapan

Ikan

Kriteria Penilaian

V(A)1 V(A)2 V(A)3 V(A)4 V(A) total UP

Pancing 0,00 0,63 0,25 0,25 1,13 4

Gill net 1,02 0,67 0,54 1,56 3,78 2

Bubu 0,13 1,00 0,56 0,69 2,38 3

Purse seine 1,61 1,00 1,50 3,11 7,21 1

Sumber: Data primer diolah (2013)

Gambar 14 Efektivitas alat tangkap di PPI Paotere

23

merupakan keuntungan yang dirasakan nelayan ketika menerapkan sistem lelang

terbuka:

1) Pemasaran hasil produksinya cepat;

2) Kesegaran ikan dapat dipertahankan karena kapal yang membawa muatan

langsung membongkar kapalnya;

3) Pengangkutan sampai ke TPI cukup praktis (tidak memakan banyak

waktu);

4) Tidak melalui proses penimbangan karena nelayan sudah terbiasa dengan

sistem basket; dan

5) Waktu pemasaran dilakukan 2 kali sehari dimulai dari pukul 06.00-12.00

dan 14.00-17.00. Apabila ikan yang dipasarkan tidak terjual habis maka

ikan tersebut akan dijual keesokan harinya.

Musim paceklik di Makassar terjadi pada bulan Desember-Maret. Pada

bulan tersebut nelayan melakukan operasi penangkapan ikan di pantai sebelah

timur Makassar dan menjual hasil tangkapan tersebut di PPI Lappa yang terletak

di Kabupaten Sinjai dan PPI Kajang yang terletak di Kabupaten Bulukumba. Hal

ini disebabkan karena jarak DPI ke PPI Paotere sangat jauh sehingga

dikhawatirkan mutu ikan akan menurun apabila dipasarkan di PPI Paotere.

Meskipun pada saat itu harga pemasaran ikan di PPI Paotere cukup tinggi namun

produksi yang dihasilkan PPI Paotere mengalami penurunan. Dalam

mengantisipasi kebutuhan produksi yang semakin menurun maka PPI Paotere

mendatangkan produksi ikan dari daerah luar kabupaten dan provinsi seperti

Kabupaten Pangkep, Bone, Luwu, Sinjai, Bulukumba, dan Kendari Sulawesi

Tenggara.

Aspek Perikanan Darat

Hasil perikanan darat yang didaratkan di PPI Paotere Makassar berasal dari

Pangkep, Maros, Barru, Pare-Pare, Takalar, Bantaeng dan Bulukumba, namun

wilayah yang paling banyak mensuplai hasil perikanannya ialah Kabupaten

Pangkep. Pangkep merupakan wilayah dimana sebagian besar masyarakat di sana

bekerja sebagai nelayan tambak. Ikan-ikan yang mereka tambak diantaranya ikan

bandeng dan udang. Ikan bandeng merupakan ikan yang paling banyak di suplai

ke PPI Paotere, jumlahnya mencapai 3 ton per hari. Rata-rata jumlah produksi

ikan bandeng mencapai 937.500 kg/tahun dan rata-rata nilai produksi ikan

bandeng mencapai Rp1.032.890.833/tahun. Ikan bandeng yang dijual langsung

dari pemilik tambak bervariasi harga per kilogramnya, mulai dari Rp 12.000/4

ekor, Rp 15.000/3 ekor dan Rp 10.000/6 ekor. Namun ketika sudah sampai ke

pasar harga ikan bandeng bisa mencapai Rp 10.000/ekor. Kabupaten Pangkep

merupakan wilayah yang

Pembangunan perikanan darat khususnya budidaya tambak tidak hanya

dilakukan untuk mencapai pertumbuhan fisik semata tetapi harus disertai

peningkatan pendapatan bagi petani tambak. Peningkatan pendapatan petani

tambak antara lain dengan kegiatan intensifikasi seperti pemanfaatan pupuk,

penggunaan makanan tambahan, pemilihan nenar atau benur yang berkualitas baik

(Sadjo 1990).

24

Perikanan darat menjadi salah satu aspek yang berpengaruh bagi aktivitas

perikanan tangkap di PPI Paotere karena aspek ini menjadi penyeimbang

perekonomian saat kondisi perikanan laut sedang menurun atau paceklik. Saat

kondisi tersebut sebagian besar masyarakat akan beralih ke perikanan darat demi

memenuhi kebutuhan konsumsi ikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah komoditas unggulan perikanan di PPI

Paotere Makassar dari jenis ikan air tawar yaitu ikan bandeng (Chanos chanos)

sedangkan dari jenis ikan air laut adalah ikan layang (Decapterus ruselli). Selain

itu alat tangkap yang sangat berpotensi dan layak untuk dikembangkan di PPI

Paotere Makassar adalah alat tangkap purse seine, dimana alat tangkap tersebut

banyak digunakan oleh nelayan Paotere untuk menangkap ikan layang.

Saran

Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menambahkan aspek lingkungan

untuk dianalisis sehingga dapat diketahui lebih lengkap bahwa pada alat tangkap

yang dianalisis tidak hanya berpotensi dan layak untuk dikembangkan namun

ramah terhadap lingkungan. Selain itu perlu juga ditambahkan analisis sensitivitas

agar tingkat akurasi lebih tinggi dan dapat melihat pengaruh apa yang terjadi pada

perubahan harga bahan bakuterhadap nilai output yang ada.

25

DAFTAR PUSTAKA

Haluan J, Nurani TW. 1988. Penerapan Metode Skoring dalam Pemilihan

Teknologi Penangkapan Ikan yang Sesuai untuk Dikembangkan di Suatu

Wilayah Perairan. Buletin PSP. 2(1):3.

Hariyanto T, Baskoro MS, Haluan J, Iskandar BH. 2008. Pengembangan

Teknologi Penangkapan Ikan Berbasis Komoditas Potensial Di Teluk

Lampung. Jurnal Saintek Perikanan. 4(1):22

Laga A. 2005. Analisis Sistem Pengelolaan Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus:

Pangkalan Pendaratan Ikan Paotere Makasar) [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor

Mangkusubroto K, Trisandi C L. 1985. Analisis Keputusan Pendekatan Sistem

dan Manajemen Uaaha dan Proyek. Bandung (ID): Ganeca Exacta

Nazir Moch . 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Randall JE . 2013. Ikan Kembung (Rastrelliger kangurta).

http://www.fishbase.org/Photos/PicturesSummary.php?StartRow=5&ID=1

11&what=species&TotRec=13 (Jumat, 18 Oktober 2013)

Randall JE. 2013. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Chttp://www.fishbase.org/Photos/PicturesSummary.php?StartRow=1&ID

=80&what=species&TotRec=10 (Kamis, 17 Oktober 2013)

Randall JE. 2013. Ikan Kerapu (Epinephelus bleekeri).

http://www.fishbase.org/Photos/PicturesSummary.php?StartRow=4&ID=7

333&what=species&TotRec=9. (Kamis, 17 Oktober 2013)

Randall JE. 2013. Ikan Layang (Decapterus rusellii).

http://www.fishbase.org/Photos/PicturesSummary.php?StartRow=4&ID=3

74&what=species&TotRec=11 (Kamis, 17 Oktober 2013)

Randall JE. 2013. Ikan Tenggiri (Scomberomerus commerson).

http://www.fishbase.org/Photos/PicturesSummary.php?StartRow=2&ID=1

21&what=species&TotRec=11. (Kamis, 17 Oktober 2013)

Rosalina D. 2005. Pengembangan Perikanan Tangkap Berbasis Optimasi

Sumberdaya Ikan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera

Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sadjo, M Arbit. 1990. Analisis Tingkat Pendapatan Petani Tambak di Kabupaten

Pangkep Provinsi Sumatera Selatan [tesis]. Ujung Pandang (ID):

Universitas Hasanuddin.

UPTD PPI Paotere. 2003. Laporan Monitoring PPI Paotere. Makassar: UPTD PPI

Paotere

34

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, 4 Juli 1991 dari ayah

Mulya Sukansah dan ibu Yanti Arbiyanti. Penulis

merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Tahun 2009

penulis lulus dari SMAN 2 Bogor dan pada tahun yang

sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor

(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)

dan diterima di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti organisasi FKMC (Forum

Keluarga Muslim Fakultas C) dan HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan). Penulis melakukan penelitian sebagai

bahan menyusun skripsi dengan judul “ Pengembangan Perikanan Tangkap di

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere Makassar”

37

26