PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN LEARNING …pengembangan perangkat pembelajaran matematika...

168
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING BERBASIS GRANDER DI SEKOLAH DASAR THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS LEARNING TOOLS THROUGH DISCOVERY LEARNING METHOD BASED ON GRANDER AT THE PRIMARY SCHOOLS TESIS OLEH: IRMAWATI M Nomor Induk Mahasiswa: 105.06.02.052.17 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2019

Transcript of PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN LEARNING …pengembangan perangkat pembelajaran matematika...

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING BERBASIS GRANDER DI SEKOLAH DASAR

THE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS LEARNING TOOLS THROUGH DISCOVERY LEARNING METHOD BASED ON GRANDER AT THE PRIMARY SCHOOLS

TESIS

OLEH:

IRMAWATI M Nomor Induk Mahasiswa: 105.06.02.052.17

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2019

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING BERBASIS GRANDER DI SEKOLAH DASAR

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Magister

Program Studi Magister Pendidikan Dasar

Disusun dan Diajukan oleh

IRMAWATI M Nomor Induk Mahasiswa: 105.06.02.052.17

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2019

ii

TESIS

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING BERBASIS GRANDER DI SEKOLAH DASAR

Yang disusun dan diajukan oleh

IRMAWATI M NIM. 105.06.02.052.17

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada tanggal 24 Desember 2019

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing I,

Dr. Rukli, M.Pd., M.Cs.

Pembimbing II,

Dr. Baharullah, M.Pd.

Mengetahui:

Direktur Program Pascasarjana Unismuh Makassar

Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. NBM. 483 523

Ketua Program Studi Magister Pendidikan Dasar Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D. NBM. 970 635

iii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI

Judul Tesis : Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika Menggunakan Metode Discovery

Learning Berbasis GRANDER di Sekolah Dasar

Nama Mahasiswa : Irmawati M

Nim : 105.06.02.052.17

Program Studi : Magister Pendidikan Dasar

Telah diuji dan dipertahankan di depan panitia penguji tesis pada tanggal

24 Desember 2019 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Dasar (M.Pd.)

pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 30 Desember 2019

Tim Penguji

Dr. Rukli, M.Pd., M.Cs. (Ketua/Pembimbing/Penguji)

Dr. Baharullah, M.Pd. (Sekretaris/ Pembimbing/Penguji)

Dr. Agustan S, S.Pd., M.Pd. (Penguji)

Dr. Hj. Rosleny B, M.Si. (Penguji)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Irmawati M

Nim :105.06.02.052.17

Program Studi : Magister Pendidikan Dasar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian

hari terbukti hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, 30 Desember 2019

Irmawati M

v

ABSTRAK

Irmawati M, 2019. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER di Sekolah Dasar. Dibimbing oleh Rukli dan Baharullah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas, praktikalitas dan efektivitas perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada peserta didik kelas VI SD.

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development), rancangan pengembangannya menggunakan model 4-D. Subjek penelitian ini adalah adalah peserta didik kelas VI A SD Inpres Minasa Upa sebanyak 22 peserta didik sebagai sekolah simulasi, peserta didik kelas VI B SD Inpres Karunrung sebanyak 24 peserta didik dan peserta didik kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I Kota Makassar sebagai sekolah uji coba perangkat. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar validasi, angket respons guru, respons peserta didik, lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran, instrumen penilaian hasil belajar, lembar observasi aktivitas peserta didik dan lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran, alat peraga GRANDER dan instrumen penelitian berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembalajarn (RPP), buku siswa, Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD), instrumen penilaian hasil belajar, angket respons guru, angket respons peserta didik, lembar observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran dan lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dinyatakan valid dan reliabel. Perangkat pembelajaran berbasis GRANDER dinyatakan praktis karena tiga indikator tercapai yaitu respons guru berada dalam kategori sangat baik, respons peserta didik berada dalam kategori baik dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran berada dalam kategori terlaksana seluruhnya. Perangkat pembelajaran berbasis GRANDER dinyatakan efektif karena tiga indikator tercapai hasil belajar peserta didik mencapai ketuntasan klasikal, 89% peserta didik aktif dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berada dalam kategori sangat tinggi. Kata Kunci: Perangkat Pembelajaran Matematika, Discovery Learning,

GRANDER

vi

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberi kekuatan dan kesehatan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Salam dan

salawat semoga senantiasa tercurah atas junjungan Rasulullah

Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai uswatun hasanah yang

telah memberi cahaya kesucian dan kebenaran hakiki kepada seluruh

umatnya dan semoga keselamatan dilimpahkan kepada seluruh keluarga

dan sahabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Tidaklah mudah untuk dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis

menyadari bahwa sejak penyusunan proposal sampai tesis ini rampung,

banyak hambatan, rintangan dan halangan, namun berkat bantuan,

motivasi dan doa dari berbagai pihak semua ini dapat teratasi dengan

baik. Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini.

Penulis berharap dengan selesainya tesis ini, bukanlah akhir dari

sebuah karya, melainkan awal dari semuanya, awal dari sebuah

perjuangan hidup, dan awal dari sebuah doa yang selalu menyertainya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada

Ayahanda Drs. Malakang dan Ibunda Marwati, A.Ma.Pd.S.D serta

viii

saudaraku tercinta Irfan Yusuf, S.Pd., M.Pd. dan Sri Wahyu Widyaningsih,

S.Pd., M.Pd yang telah memberikan segala doa, cinta, perhatian, kasih

sayang, dorongan baik moril maupun materil, dengan penuh keikhlasan

serta doa restunya yang selalu mengiringi penulis dalam setiap langkah

selama menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi dengan baik. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih

kepada Dr. Rukli, M.Pd., M.Cs dan Dr. Baharullah, M.Pd selaku

pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, arahan, motivasi dan sara-saran yang sangat berharga dalam

penyususan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada tim

penguji yaitu Dr. Agustan S, S.Pd., M.Pd dan Dr. Rosleny B, M.Si atas

masukan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terima

kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, M.M

selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, terima kasih

disampaikan kepada Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag selaku Direktur

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, terima

kasih kepada Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D selaku Ketua Prodi Magister

Pendidikan Dasar dan seluruh staf Tata Usaha yang telah memberikan

kemudahan kepada penulis, baik pada saat mengikuti perkuliahan,

pelaksanaan penelitian, maupun penyusunan laporan.

ix

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kepala SD

Inpres Minasa Upa Ratna, S.Pd., MM., kepala SD Inpres Karunrung Hj.

Yasseng, S.Pd., kepala SD Inpres Minasa Upa I Hj. Saniah, S.Pd.,

M.Adm.SDA yang telah memberi kesempatan dan fasilitas kepada penulis

dalam melakukan penelitian.

Begitu pula kepada teman mahasiswa Program Studi Pendidikan

Dasar. Buat murabbiyahku Ustadzah Nurjannah dan sahabat-sahabatku

dalam halaqah tarbiyah (Fatma, Aisyah, Eni, Jusma, Iffah serta teman

lainnya) yang selalu mendukung, menemani dan memberikan semangat.

Semoga kebersamaan kita selama ini dapat menjadi kisah indah yang

dapat terus dikenang.

Tesis ini tidak bebas dari berbagai kesalahan dan kekurangan.

Semua kesalahan dan kekurangan yang ada menjadi tanggung jawab

saya pribadi. Olehnya itu, dengan penuh rendah hati penulis akan

menerima saran dan kritikan untuk memperbaiki tesis ini. Akhirnya penulis

berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

terkait pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Wassalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, 30 Desember 2019

Penulis

Irmawati M

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................. vi

ABSTRAK ........................................................................................... v

ABSTRACT ......................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian dan Pengembangan ..................................... 12

D. Spesifikasi Produk yang diharapkan ......................................... 12

E. Manfaat Penelitian dan Pengembangan ................................... 13

F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan ....... 14

G. Defenisi Operasional ................................................................. 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 18

A. Kajian Teori ............................................................................... 18

1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika ........ 18

xi

2. Metode Discovery Learning ................................................. 37

3. Media Alat Peraga ............................................................... 43

4. Metode discovery learning berbasis GRANDER ................. 52

5. Validitas Perangkat Pembelajaran ....................................... 55

6. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran ................................. 57

7. Efektivitas Perangkat Pembelajaran .................................... 58

8. Aktivitas Belajar ................................................................... 60

B. Penelitian yang Relevan............................................................ 64

C. Kerangka Pikir ........................................................................... 70

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN .................. 72

A. Model Penelitian dan Pengembangan ...................................... 72

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan .................................. 72

C. Uji Coba Produk ........................................................................ 78

1. Desain Uji Coba ................................................................... 78

2. Subjek Coba ........................................................................ 78

3. Jenis Data ............................................................................ 78

4. Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 80

5. Teknis Analisis Data ............................................................ 82

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 93

A. Hasil Penelitian ......................................................................... 93

1. Penyajian Data Uji Coba ...................................................... 93

2. Analisis Data ........................................................................ 103

3. Revisi Produk ....................................................................... 123

xii

4. Kajian Produk Akhir ............................................................. 133

BAB V PENUTUP ................................................................................ 141

A. Kajian Produk yang Telah Direvisi ............................................ 141

B. Saran......................................................................................... 142

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 144

RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 152

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. IZIN PENELITIAN

2. HASIL VALIDITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN

3. HASIL PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN

4. HASIL EFEKTIVITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN

5. DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

2.1 Kelebihan Metode Discovery Learning ...................................... 41

2.2 Kekurangan metode discovery learning .................................... 42

2.3 Sintaks Metode Discovery Learning .......................................... 42

2.4 Kelebihan Tangram Matematika ................................................ 50

2.5 Kelebihan Geoboard ................................................................. 51

2.6 Kekurangan Geoboard .............................................................. 51

2.7 Sintaks Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER ........ 54 3.1 Jenis Data Penelitian ................................................................. 79 3.2 Kriteria Kategori Validitas .......................................................... 83 3.3 Konversi data kualitatif kedata kuantitatif dengan skala lima ..... 84 3.4 Pedoman Pengubahan Data Kualitatif Menjadi Data Kualitatif Angket Respons Guru Dan Peserta didik .................................. 85 3.5 Kategori Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran ................... 87 3.6 Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal .......................................... 88 3.7 Rubrik Penilaian Aktivitas Belajar Peserta didik Selama

Pembelajaran ............................................................................ 89 3.8 Kriteria Interpretasi Skor ............................................................ 91 3.9 Kategori Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran

Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER ..................... 92 4.1 Spesifikasi Tujuan Pembelajaran .............................................. 96 4.2 Hasil Validasi Silabus ................................................................ 103 4.3 Hasil Validasi RPP .................................................................... 104

xiv

4.4 Hasil Validasi Buku siswa .......................................................... 105 4.5 Hasil Validasi LKPD .................................................................. 106 4.6 Hasil Validasi Instrumen Penilaian Hasil Belajar ....................... 107 4.7 Hasil Validasi Alat Peraga GRANDER ...................................... 108 4.8 Hasil Validasi Angket respons Guru .......................................... 109

4.9 Hasil Validasi Respons Peserta didik ........................................ 110 4.10 Hasil Validasi Lembar Observasi Keterlaksanaan Perangkat

Pembelajaran ............................................................................ 111 4.11 Hasil Validasi Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik ........... 112 4.12 Hasil Validasi Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam

Mengelola Pembelajaran ........................................................... 113 4.13 Tabel Hasil Respons Guru ........................................................ 115 4.14 Tabel Hasil Respons Peserta didik ........................................... 116 4.15 Hasil Observasi Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran ....... 117 4.16 Hasil Belajar Peserta Didik ........................................................ 119 4.17 Hasil Aktivitas Peserta Didik ...................................................... 120 4.18 Hasil Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran ......... 122

xv

DAFTAR GAMBAR

Tabel Teks Halaman

2.1 Kerangka Pikir Penelitian .......................................................... 71

3.1 Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran model 4D . 77

3.2 Desain Uji Coba Penelitian ....................................................... 78

4.1 Diagram Batang Nilai Validitas dan Reliabilitas Perangkat Pembelajaran dan Alat Peraga GRANDER ............................... 109

4.2 Diagram Batang Nilai Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ................................................................................... 114 4.3 Diagram Praktikalitas Perangkat Pembelajaran ........................ 118 4.4 Diagram Efektivitas Perangkat Pembelajaran ........................... 123 4.5 Silabus Sebelum Revisi ............................................................ 124 4.6 Silabus Sebelum Revisi ............................................................ 124 4.7 RPP Sebelum Revisi ................................................................. 125 4.8 RPP Setelah Revisi ................................................................... 126 4.9 Buku Siswa Sebelum Revisi ..................................................... 127 4.10 Buku Siswa Setelah Revisi ....................................................... 127 4.11 LKPD Sebelum Revisi ............................................................... 128 4.12 LKPD Setelah Revisi ................................................................. 129 4.13 Instrumen Penilaian Hasil Belajar Sebelum Revisi .................... 130 4.14 Instrumen Penilaian Hasil Belajar Setelah Revisi ...................... 131 4.15 Produk Simulasi dan Uji Coba Sebelum Revisi .......................... 132 4.15 Produk Simulasi dan Uji Coba Setelah Revisi ............................ 132

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di sekolah merupakan salah satu penentu keberhasilan

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan di sekolah harus

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal.

Hasil pendidikan yang maksimal dicapai dengan terlaksananya pendidikan

yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran

(Putrayasa, dkk, 2014). Usaha yang dilakukan dalam meningkatkan

sumber daya manusia dengan melalui pendidikan. Melalui pendidikan

suatu masyarakat atau bangsa akan memperoleh kemuliaan sesuai

dengan firman Allah dalam Q.S Al-Mujadilah: 11.

Artinya:

Wahai orang-orang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

1

2

Keutamaan orang berilmu dijelaskan pula dalam hadits Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia

berkata: bahwa telah disebutkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam, dua orang; yang pertama, ‘abid (seorang ahli ibadah). Kedua, ‘alim

(seorang yang berilmu). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

menjawab: “Keutamaan seorang ‘alim daripada seorang ‘abid, bagaikan

keutamaan diriku jika dibandingkan dengan orang yang terendah di antara

kamu”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, semua penduduk langit dan

penduduk bumi, hingga semut yang berada di dalam lubangnya, juga ikan

paus di lautan, selalu bershalawat (mendo’akan) orang-orang yang

mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan

shahih)

Berdasarkan ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa menuntut

ilmu merupakan salah cara untuk mendapatkan kemuliaan disisi Allah baik

melalui lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan non

formal, kenyataan dewasa ini menujukkan bahwa pendidikan di sekolah

melalui kurikulum 2013 terutama Sekolah Dasar (SD) sangat dituntut

peserta didik aktif dalam pembelajaran, sehingga secara sadar peserta

didik memaksimalkan kreativitas dalam mengembangkan kompetensinya

melalui penemuan-penemuan. Matematika sebagai salah satu ilmu

pendidikan telah banyak berkembang dewasa ini. Matematika berfungsi

mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menemukan dan

3

menggunakan rumus matematika yang dapat menunjang pemahaman

konsep peserta didik kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar matematika tidak cukup mengenal konsep, namun dapat

mempergunakan konsep tersebut untuk menyelesaikan masalah, baik

masalah yang berhubungan dengan matematika ataupun masalah yang

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Matematika bagi sebagian besar

peserta didik dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami,

sebab matematika selalu dihubungkan dengan angka dan rumus.

Kemampuan matematika peserta didik Indonesia ditinjau dari

Programme for International Student Assessment (PISA) di bidang

matematika pada tahun 2003, peserta didik Indonesia berada pada

peringkat ke-39 dari 40 negara sampel, selanjutnya hasil PISA tahun 2006

Indonesia peringkat ke-38 dari 41 negara, hasil PISA tahun 2009 yaitu

peringkat ke-61 dari 65 negara, kemudian tahun 2015 Indonesia peringkat

62 dari 70 negara peserta dengan skor 403 dari rata-rata skor OECD 493.

Menandakan bahwa kemampuan matematika peserta didik Indonesia

masih tergolong rendah sehingga kurikulum sangat menentukan kualitas

pendidikan.

Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) masih

terdapat beberapa permasalahan, salah satunya adalah kurikulum ini tidak

mengakomodasi pergeseran paradigma pembelajaran abad 21.

Paradigma teaching telah bergeser menjadi paradigma learning (Hidayat,

2013). Paradigma belajar abad sebelumnya lebih ditekankan pada

4

paradigma teaching yaitu guru sebagai pusat belajar. Paradigma belajar

pada abad 21 adalah paradigma learning yaitu peserta didik yang menjadi

pusat dalam proses pembelajaran. Paradigma ini menekankan bahwa

guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, dan peranannya

telah bergeser sebagai fasilitator belajar. Sebagai fasilitator belajar, guru

dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran

(Abduh, 2015).

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru

disalah satu sekolah dasar yang ada di Minasa Upa Kota Makassar pada

tanggal 29 Oktober 2018 ditemukan beberapa kendala sebagai berikut.

Pertama, hasil belajar peserta didik belum mencapai ketuntasan klasikal.

Jumlah peserta didik 24 sebanyak 8 peserta didik tidak tuntas (33%) dan

16 peserta didik tuntas (67%) dengan KKM 70. Kedua, pada saat proses

pembelajaran guru tidak menggunakan alat peraga. Ketiga, pada saat

proses wawancara dengan guru kelas VI mengenai silabus dan rencana

pelaksaanaan pembelajaran (RPP) yang digunakan guru tersebut masih

berpedoman pada perangkat pembelajaran tematik sedangkan perangkat

pembelajaran khusus matematika di kelas tinggi saat ini sudah terpisah

dari mata pelajaran lainnya. Keempat, masih ada peserta didik yang tidak

mengetahui konsep dari materi yang diajarkan. Kelima, pada saat proses

pembelajaran guru lebih aktif dibandingan peserta didik.

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.

Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih

5

lanjut lagi Piaget menerangkan jika seorang anak berpikir tanpa berbuat

sesuatu, berarti anak itu tidak berpikir (Sardiman, 2011). Oleh karena itu

agar peserta didik aktif berpikir maka peserta didik harus diberi

kesempatan untuk mencari pengalaman sendiri serta dapat

mengembangkan seluruh aspek pribadinya. Peserta didik pun harus lebih

aktif dan mendominasi sehingga dapat mengembangkan potensi yang ada

dalam dirinya. Kendala tersebut hendaknya dapat diminimalisir dengan

adanya pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan metode

maupun pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif

berpikir.

Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian

proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat

pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada.

Tujuannya adalah sebagai pengembangan untuk mendapatkan prototipe

produk dan perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan

evaluasi prototipe tersebut (Ibrahim, 2003). Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2007) perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan

pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar. Menurut

Zuhdan, dkk (2011) perangkat pembelajaran adalah alat atau

perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik

dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Permendikbud No.

22 Tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah

disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan

6

bagian dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran

meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan

media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan

skenario pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan

metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan.

Metode pembelajaran adalah cara atau seni untuk menggunakan

semua sumber belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran

(Wena, 2011). Menurut Nasution (2017) bahwa metode ceramah dalam

pembelajaran dapat melatih peserta didik untuk menggunakan

pendengarannya dengan baik serta dapat menyimpulkan materi yang

didengar. Menurut Aqib (2014) metode diskusi merupakan interaksi antara

peserta didik dengan peserta didik atau peserta didik dengan guru untuk

menganalisis, memecahkan masalah, meggali, memperdebatkan topik

atau permasalahan tertentu, metode diskusi akan sangat cocok diterapkan

untuk memecahkan masalah khususnya soal yang berupa studi kasus.

Menurut Cahyo (2012) metode discovery learning adalah pembelajaran

yang dirancang sedikian rupa agar peserta didik dapat menemukan suatu

konsep dalam memecahkan suatu masalah sehingga mengarahkan

keaktifan peserta didik, mencari, mengolah dan meyelesaikan masalah.

Metode yang digunakan sebagai solusi dalam menyelesaikan

masalah tersebut menurut peneliti adalah metode discovery learning

berbasis alat peraga. Metode ini akan melibatkan secara maksimal

seluruh kemampuan peserta didik. Peserta didik dapat mencari dan

7

menemukan sesuatu cara sistematis, logis, analitis sehingga mereka

dapat merumuskan sendiri penemuannya melalui alat peraga yang

dikembangkan oleh guru.

Metode discovery learning menurut Sulistyowati, dkk (2012)

merupakan salah satu metode yang bertujuan melatih peserta didik untuk

menemukan konsep secara mandiri. Rohim, dkk (2012) mengemukakan

bahwa metode discovery learning merupakan suatu metode yang dapat

membantu peserta didik memperoleh dua kriteria penting dalam

pembelajaran aktif yaitu membangun pengetahuan untuk membuat

pengertian dari informasi baru dan mengintegrasikan informasi baru

sampai ditemukan pengetahuan yang tepat. Menurut Widhiyantoro, dkk

(2012), langkah-langkah operasional dalam mengaplikasikan metode

discovery learning di kelas yaitu: stimulation (pemberian rangsangan),

problem statement (pertanyaan/identifikasi masalah), data collection

(pengumpulan data), data processing (pengolahan data), verification

(pembuktian) dan generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).

Memilih suatu metode pembelajaran tidaklah cukup dalam merancang

pembelajaran tetapi dibutuhkan juga media atau alat peraga agar

memudahkan peserta didik memahami materi yang diajarkan.

Sanjaya (2008) menyatakan bahwa media adalah alat untuk

memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.

Menurut Sundayana (2013) bahwa media apabila dipahami secara garis

besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi

8

yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap dalam pengetahuan ini, guru, buku teks dan

lingkungan sekolah merupakan media. Menurut Sugiarto (2010)

pemanfaatan media/alat peraga yang dilakukan secara benar akan

memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk membangun sendiri

pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Menurut Widyaningsih dan Yusuf

(2015) alat peraga sederhana dapat dibuat dengan memanfaatkan benda-

benda sederhana yang ada disekitar sekolah, bahkan barang-barang

bekas sekalipun sehingga dalam pembuatannya tidak membutuhkan

biaya serta waktu berlebih karena selain bahan-bahannya dapat dengan

mudah diperoleh kita juga dapat memanfaatkan barang-barang bekas tak

terpakai di sekitar rumah dan sekolah. Media atau alat peraga yang

dikembangkan dalam penelitian ini adalah tangram matematika dan

geoboard. Hasil pengembangan alat peraga tersebut diberi nama alat

peraga GRANDER.

GRANDER merupakan alat peraga gabungan dari tangram

matematika dan geoboard. Menurut Khorina (2016) tangram merupakan

permainan puzzle dari China, terdiri dari tujuh potong bangun datar (lima

segitiga dengan ukuran yang berbeda, satu persegi dan satu jajar

genjang) yang bisa disusun menjadi berbagai bentuk baru tanpa tumpang

tindih dengan macam-macam variasi yang mampu membantu memahami

konstruksi geometri berupa bangun datar. Kelebihan dari tangram

matematika adalah menumbuhkan minat belajar peserta didik karena

9

pelajaran menjadi lebih menarik, memperjelas makna bahan pelajaran

sehingga peserta didik lebih mudah memahaminya, metode mengajar

akan lebih bervariasi sehingga peserta didik tidak akan mudah bosan,

membuat peserta didik lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti:

mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan (Khoirina, 2016).

Kekurangan dari tangram matematika adalah memerlukan ketelitian dan

kecermatan guru membuatnya dan media tangram hanya menyajikan

beberapa bentuk bangun datar (Apriliani, 2013). Menurut Husnaya (2018)

geoboard adalah suatu papan berpaku yang dapat digunakan untuk media

dalam materi geometri sehingga dalam mempelajari materi bangun datar,

media ini cocok digunakan sebagai penunjang dalam mengajar. Kelebihan

dari geoboard adalah sebagai alat bantu guru, pembuatan media mudah,

peserta didik mudah mengelompokkan bentuk bangun datar, peserta didik

lebih terampil, tahan lama dan bahannya mudah didapat (Nisa dan

Bustoniyah, 2015). Kekurangan dari geoboard adalah banyak menuntut

peran guru, media geoboard sangat berbahaya bagi anak karena terdapat

paku yang tajam, butuh banyak waktu dalam pembuatannya, perlu

kesediaan untuk berkorban secara materil (Lastrijanah, Prasetyo, dan

Mawardini, 2017).

Sejalan dengan penelitian Fusiari (2016) bahwa perangkat

pembelajaran model discovery learning pada materi pokok optik layak

digunakan, keterlaksanaan pembelajaran pada pembelajaran model

discovery learning telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan proses

10

belajar mengajar yang telah direncanakan, menjadikan peserta didik aktif

dalam proses pembelajaran, hasil belajar peserta didik mencapai

ketuntasan klasikal. Selanjutnya menurut Supriyanto (2014) bahwa

penerapan discovery learning pada mata pelajaran matematika peserta

didik sekolah dasar dapat meningkatkan hasil belajar mereka karena

melalui penerapan discovery learning, peserta didik memiliki pengalaman

karena mereka melakukan sesuatu percobaan yang memungkinkan

mereka untuk menemukan konsep atau prinsip-prinsip matematika bagi

diri mereka sendiri. Menurut Rahman (2017) bahwa model pembelajaran

discovery learning dapat mendorong kemampuan berpikir kreatif peserta

didik. Hal ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Suliati,

dkk (2018) bahwa penggunaan alat peraga sederhana dalam

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik karena

melalui alat peraga sederhana tersebut peserta didik dapar bereksplorasi

dan menemukan suatu konsep dengan cara melakukan sendiri proses

penemuan. Menurut Gintinga dan Surya (2017) bahwa penggunaan alat

peraga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selanjutnya

menurut Rahmani dan Widyasari (2018) bahwa media tangram dapat

meningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik.

Menurut Damiati dan Danu (2018) bahwa penggunaan media tangram

dihasilkan dalam pengembangan produk tepat dan baik digunakan oleh

peserta didik dalam kegiatan belajar. Selanjutnya menurut Husnaya

(2018) model pembelajaran think pair share berbantuan media geoboard

11

sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menurut

Salahudeen dan Saidu (2016) bahwa penggunaan geoboard menjadikan

pelajaran lebih bermakna.

Identifikasi masalah dalam peneltian adalah pertama, hasil belajar

peserta didik belum mencapai kentuntasan klasikal. Kedua, keaktifan

peserta didik dalam proses pembelajaran sangat kurang. Ketiga,

perangkat pembelajaran khusus mata pelajaran matematika yang

digunakan masih tematik. Keempat, guru tidak menggunakan alat peraga.

Kelima, peserta didik belum mengetahui kosep dari materi yang diajarkan.

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pengembangan

perangkat pembelajaran berupa silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) menggunakan metode discovery learning berbasis

GRANDER, buku siswa, Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD) dan

instrumen penilaian hasil belajar dengan materi ajar keliling dan luas

lingkaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah validitas perangkat pembelajaran matematika

menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada

peserta didik kelas VI SD?

12

2. Bagaimanakah praktikalitas perangkat pembelajaran matematika

menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada

peserta didik kelas VI SD?

3. Bagaimanakah efektivitas perangkat pembelajaran matematika

menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada

peserta didik kelas VI SD?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

bertujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui validitas perangkat pembelajaran matematika

menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada

peserta didik kelas VI SD.

2. Untuk mengetahui praktikalitas perangkat pembelajaran matematika

menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada

peserta didik kelas VI SD.

3. Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran matematika

menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER pada

peserta didik kelas VI SD.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini yakni

perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery

13

learning berbasis GRANDER. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari

silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar

Kegiatan Peserta didik (LKPD) dan instrumen penilaian hasil belajar.

Keempat komponen tersebut merupakan komponen-komponen yang

saling berkaitan dan diharapkan dapat menghasilkan produk yang valid,

praktis dan efektif pada pembelajaran matematika kelas VI A SD Inpres

Minasa Upa, kelas VI B SD Inpres Karunrung dan kelas VI A SD Inpres

Minasa Upa I Kota Makassar. Pembelajaran Matematika difokuskan pada

materi ajar keliling dan luas lingkaran.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian yaitu dapat memberi wawasan

mengenai perangkat pembelajaran menggunakan metode discovery

learning berbasis GRANDER pada peserta didik kelas VI sekolah dasar.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis penelitian ini sasarannya terbagi sebagai berikut.

a. Peserta didik

Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, diharapakan

dapat membantu peserta didik dalam proses belajar sehingga peserta

didik dalam memahami masalah-masalah yang harus diselesaikan yang

sesuai dengan tuntutan suatu materi pembelajaran.

14

b. Guru

Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan berupa silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan metode

discovery learning berbasis GRANDER, buku siswa, Lembar Kegiatan

Peserta didik (LKPD) dan instrumen penilaian hasil belajar, diharapkan

dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar.

c. Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya perangkat

pembelajaran yang berbasis penemuan di sekolah.

d. Peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman mengenai

pengembangan perangkat pembelajaran, peneliti juga dapat

meningkatkan kreatifitas dalam membuat perangkat pembelajaran.

F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan

1. Asumsi Penelitian dan Pengembangan

Asumsi dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai

berikut.

a. Validator yang menilai perangkat pembelajaran sesuai dengan bidang

keahliannya.

b. Validator yang menilai alat peraga sesuai dengan bidang keahliannya.

c. Guru kelas memberikan informasi secara objektif dalam mengisi angket

respons guru terhadap perangkat pembelajaran berbasis GRANDER.

15

d. Guru (observer) memberikan informasi secara objektif dalam mengisi

lembar keterlaksanaan perangkat pembelajaran, lembar observasi

aktivitas peserta didik dan lembar observasi kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran.

e. Peserta didik memberikan informasi secara objektif dalam mengisi

angket respons peserta didik terhadap perangkat pembelajaran

berbasis GRANDER.

2. Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan

Keterbatasan penelitian dan pengembangan adalah sebagai

berikut.

a. Guru yang memberikan respons terkait perangkat pembelajaran bukan

pengguna pada saat penelitian.

b. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan hanya fokus pada materi

keliling dan luas lingkaran yang terdapat dikompetensi dasar 3.5

tentang menjelaskan taksiran keliling dan luas lingkaran serta

dikompetensi 4.5 tentang menaksir keliling dan luas lingkaran serta

menggunakannya untuk menyelesaikan masalah.

G. Definisi operasional

Definisi operasional diperlukan untuk menghindari terjadinya

kekeliruan penafsiran pembaca terhadap variabel-variabel atau kata-kata

dan istilah-istilah teknis dan dikatakan sebagai berikut.

16

1. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika adalah

serangkaian proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan

perangkat pembelajaran sesuai teori pengembangan yang sudah ada.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai kurikulum 2013

adalah sebagai berikut.

a. Silabus adalah acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk

setiap bahan kajian mata pelajaran dan merupakan dasar

pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana

kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau

lebih yang berisi tentang kegiatan atau aktivitas guru dan peserta

didik selama proses pembelajaran.

c. Buku siswa adalah bahan ajar yang digunakan oleh peserta didik

untuk memperoleh informasi agar tujuan pembelajaran bisa

tercapai.

d. Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD) adalah lembaran berupa

panduan belajar peserta didik berisi tugas-tugas yang harus

dikerjakan.

e. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat yang digunakan untuk

mengukur kemampuan baik pengetahuan, keterampilan maupun

sikap yang nyata secara langsung.

2. Metode discovery learning merupakan salah satu metode yang

dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar

17

konsep yang bertujuan agar peserta didik mampu menemukan konsep

melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari guru.

3. GRANDER merupakan alat peraga singkatan dari Gabungan Tangram

Matematika dan Geoboard.

a. Tangram matematika adalah alat peraga edukatif yang terbuat dari

bahan-bahan sederhana berbentuk bangun datar sehinga peserta

didik mampu mengenal setiap bangun datar.

b. Geoboard adalah permainan edukatif yang terbuat dari papan

berpaku yang akan dibentuk dengan karet gelang.

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian

proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat

pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada.

Tujuannya adalah sebagai pengembangan untuk mendapatkan prototype

produk dan perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan

evaluasi prototype tersebut (Ibrahim, 2003). Perangkat pembelajaran akan

memengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas, karena

memberikan kemudahan dan dapat membantu guru dalam

mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Oleh

sebab itu, perangkat pembelajaran mutlak diperlukan oleh seorang guru

dalam mengelola pembelajaran.

Perangkat pembelajaran merupakan hal yang harus disiapkan oleh

guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2007) perangkat adalah alat atau perlengkapan,

sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang

belajar. Menurut Zuhdan, dkk (2011) perangkat pembelajaran adalah alat

atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan

pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran.

18

19

Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi guru dalam

melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium atau di luar kelas.

Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang standar proses pendidikan

dasar dan menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat

pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat

penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus

dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disesuaikan pendekatan

pembelajaran yang digunakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau

kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran

sesuai teori yang sudah ada dengan tujuan menghasilkan perangkat

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

a. Silabus

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) silabus adalah

kerangka unsur kursus pendidikan, disajikan dalam ukuran yang logis atau

dalam tingkat kesulitan yang makin meningkat dan ikhtisar suatu

pelajaran. Menurut Yulaelawati (2004) silabus adalah seperangkat

rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang

disusun secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling

berkaitan untuk mencapai kompetensi dasar. Menurut Kemendikbud

(2016) silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran

20

untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Sehingga dapat disimpulkan

silabus adalah penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan

kajian mata pelajaran dan merupakan dasar pengembangan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Silabus berdasarkan kurikulum 2013 paling sedikit memuat

komponen sebagai berikut.

1) Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan

SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan)

2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas

3) Kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan

mata pelajaran

4) Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata

pelajaran

5) Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A)

6) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator pencapaian kompetensi

7) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan

peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan

21

8) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik

9) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur

kurikulum untuk satu semester atau satu tahun

10) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

sekitar atau sumber belajar lain yang relevan (Kemendikbud, 2016).

Silabus dikembangkan dengan beberapa prinsip sebagai berikut.

1) Ilmiah artinya keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan

dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara

keilmuan.

2) Relevan artinya cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan

penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan

fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

3) Sistematis artinya komponen-komponen silabus saling berhubungan

secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

4) Konsisten artinya adanya hubungan yang konsisten) antara

kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,

sumber belajar, dan sistem penilaian.

5) Memadai artinya cakupan indikator, materi pokok, pengalaman

belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang

pencapaian kompetensi dasar.

6) Aktual dan Kontekstual artinya cakupan indikator, materi pokok,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian

22

memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir

dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

7) Fleksibel artinya keseluruhan komponen silabus dapat

mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika

perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

8) Menyeluruh artinya komponen silabus mencakup keseluruhan ranah

kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). (Al-Tabany, 2015).

Menurut Al-Tabany (2015) mekanisme pengembangan silabus

sendiri dilakukan dengan mangikuti alur dan langkah-langkah

pengembangan sebagai berikut.

1) Mengkaji kompetensi inti dan kompetensi dasar

2) Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran

3) Mengembangkan kegiatan pembelajaran

4) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi

5) Penentuan jenis penilaian

6) Menentukan alokasi waktu

7) Menentukan sumber belajar

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana

kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih

(Kemendikbud, 2016). Menurut Trianto (2010) RPP adalah panduan

kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran sekaligus uraian kegiatan

peserta didik yang berhubungan dengan kegiatan guru yang

23

dimaksudkan. Hal tersebut berarti segala bentuk aktivitas dan kegiatan

peserta didik bersama dengan guru selama proses pembelajaran

berlangsung termuat dalam dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran.

Menurut Trianto (2010) RPP disusun sebagai panduan seluruh kegiatan

peserta didik bersama dengan guru selaam proses pembelajaran di kelas

untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam

kompetensi isi yang dijabarkan dalam silabus. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap

muka untuk satu pertemuan atau lebih yang berisi tentang kegiatan atau

aktivitas guru dan peserta didik selama proses pembelajaran.

RPP kurikulum 2013 dikembangkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya

mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis

agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, efisien, motivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreatvitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun

berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau

lebih. Komponen RPP kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud No. 22

tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah sebagai berikut.

1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan

24

2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema

3) Kelas/semester

4) Materi pokok

5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian

KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam

pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai

6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan

7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi

8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur

yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan

rumusan indikator ketercapaian kompetensi

9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan

KD yang akan dicapai

10) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran

11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam

sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan

12) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan

pendahuluan, inti, dan penutup

25

13) Penilaian hasil pembelajaran (Kemendikbud, 2016).

Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip

sebagai berikut.

1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal,

tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan

sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar,

latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta

didik.

2) Partisipasi aktif peserta didik.

3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,

motivasi, minat, kreatvitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.

4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk

mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam

bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan

program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan

remedi.

6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian

kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

pengalaman belajar.

26

7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas

mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya

(Kemendikbud, 2016).

Adapun langkah-langkah pengembangan RPP adalah mengkaji

silabus, mengidentifikasi materi pembelajaran, menentukan tujuan,

mengembangkan kegiatan pembelajaran, penjabaran jenis penilaian,

menentukan alokasi waktu dan menentukan sumber belajar (Al-Tabany,

2015).

c. Buku Siswa

Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan

buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari

berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil observasi, aktualisasi

pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut

sebagai fiksi. Menurut kamus oxford (2008) buku diartikan sebagai: Book

is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened together in a

cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun

kosong yang dijilid dan diberi sampul. Buku sebagai bahan ajar yang

berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam

bentuk tertulis (Depdiknas, 2008).

Menurut Kurniawan (2013) buku siswa atau yang biasa disebut

buku teks merupakan salah satu bahan ajar yang berfungsi sebagai

sarana penunjang kegiatan pembelajaran. Buku teks dapat membantu

27

guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga tujuan dapat

tercapai.

Menurut Asri (2017) menyatakan bahwa buku teks pelajaran adalah

buku yang dirancang, dipersiapkan, dan disusun oleh para pakar dalam

bidangnya serta dilengkapi dengan sarana pengajaran yang sesuai untuk

digunakan di dalam kelas. Sehingga dapat disimpukan bahwa buku siswa

adalah bahan ajar yang digunakan oleh peserta didik untuk memperoleh

informasi agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.

Menurut Depdiknas (2008) langkah-langkah yang dapat dilakukan

oleh seorang guru dalam menulis buku adalah sebagai berikut:

1) Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya

2) Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan

disediakan bukunya.

3) Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek

yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.

4) Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk

menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.

5) Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang

disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa

SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang,

maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.

6) Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang.

Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan.

28

7) Memperbaiki tulisan

8) Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi

misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

Struktur buku menurut Depdiknas (2008) adalah judul,

kompetensi dasar/mata pelajaran, latihan dan penilaian. Dalam membuat

bahan ajar agar memperhatikan komponen-komponen berikut.

1) Komponen kebahasaan antara lain mencakup:

a) Keterbacaan

b) Kejelasan informasi

c) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar

d) Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)

2) Komponen penyajian antara lain mencakup:

a) Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai

b) Urutan sajian

c) Pemberian motivasi, daya tarik

d) Interaksi (pemberian stimulus dan Responsd)

e) Kelengkapan informasi

3) Komponen kegrafikan antara lain mencakup:

a) Penggunaan font; jenis dan ukuran

b) Lay out atau tata letak

c) Ilustrasi, gambar, foto

d) Desain tampilan

29

d. Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD)

Lembar kegiatan peserta didik adalah lembaran-lembaran berisi

tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan

biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu

tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas

KD yang akan dicapainya (Depdiknas, 2008). Menurut Majid (2011)

memaparkan bahwa LKPD adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa

buku petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.

Arsyad (2012) mengungkapkan bahwa LKPD merupakan sumber

belajar yang mempunyai banyak manfaat. Adapun kelebihannya antara

lain peserta didik dapat belajar dan berkembang, peserta didik dapat

mengikuti urutan pikir secara logis, adanya daya tarik, peserta didik akan

berpartisipasi aktif, dan materi dapat diperbanyak. Peserta didik dapat

belajar dan berkembang sesuai dengan kecepatan masing-masing

sehingga peserta didik diharapkan dapat menguasai materi pelajaran

yang dipelajari dalam LKPD. Selain LKPD dapat mengulangi materi dalam

media cetakan, peserta didik juga dapat mengikuti urutan pikir secara

logis, sehingga peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami materi.

Adanya daya tarik karena perpaduan antara teks dan gambar serta dapat

memperlancar pemahaman informasi yang disajikan. Khusus pada teks

terprogram, peserta didik akan berpartisipasi dengan aktif karena harus

30

memberi Respons terhadap pertanyaan dan latihan. Materi dapat

diperbanyak dengan ekonomis dan didistribusikan dengan mudah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa LKPD

adalah lembaran berupa panduan belajar peserta didik berisi tugas-tugas

yang harus dikerjakan. Prastowo (2011) menjelaskan bahwa tujuan dari

penyusunan LKPD antara lain menyajikan bahan ajar yang dapat

memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran yang diberikan,

menyajikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan penguasaan peserta

didik terhadap materi yang telah diberikan, melatih kemandirian belajar

peserta didik, dan memudahkan pendidik dalam memberikan tugas

kepada peserta didik.

Penyusunan LKPD berdasarkan Depdiknas panduan

pengembangan bahan ajar (2008) dapat dilakukan dengan langkah-

langkah yaitu analisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan LKPD,

menentukan judul-judul LKPD dan penulisan LKPD dapat dilakukan

dengan langkah merumuskan KD yang harus dikuasai, menentukan alat

penilaian, menyusun materi, dan menentukan struktur LKPD. Struktur

LKPD secara umum adalah sebagai berikut: judul, petunjuk belajar

(petunjuk peserta didik), kompetensi yang akan dicapai, informasi

pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja dan penilaian.

Menurut Adurrohim, Feronika dan Bahriah (2016) menjelaskan bahwa

menggunakan LKPD sebagai instrumen penilaian proses dapat membantu

guru dalam melakukan penilaian terhadap proses kerja dan hasil kerja

31

peserta didik, seperti hasil diskusi kelompok, kegiatan eksperimen,

evaluasi dan latihan mandiri. Dari hasil penilaian proses ini dapat

membuktikan bahwa peserta didik mampu memahami konsep dan

mengkonstruksikan pengetahuannya lebih mendalam.

Menurut Rusli (2014) persyaratan yang harus diperhatikan dalam

menyusun atau membuat LKPD adalah sebagai berikut.

1) Syarat-syarat didaktik

LKPD sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses

pembelajaran harus mengikuti alur-alur pembelajaran yang efektif adalah

sebagai berikut.

a) Tekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga

LKPD di sisni berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi peserta didik

untuk mencari tahu.

b) Tidak memperhatikan adanya perbedaan individual sehingga LKPD

yang baik itu adalah yang dapat digunakan oleh peserta didik yang

lambat, sedang, maupun yang pandai.

2) Syarat-syarat konstruksi

Persyaratan konstruksi yang harus dipenuhi dalam penyusuna

LKPD adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa,

susunan kalimat, keserhanaan penggunaan kata-kata dan kejelasan yang

pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh

peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa hal yang harus

32

diperhatikan dalam menyusun dan membuat LKPD adalah sebagai

berikut.

a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan

(tingkat perkembangan kognitif) peserta didik.

b) Menggunakan struktur kalimat atau kata-kata yang jelas.

c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat

kemampuan peserta didik, apabila konsep yang hendak dituju

meruapakn sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-

bagian yang lebih sederhana.

d) Menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana.

e) Memiliki tujuan pembelajaran yang jelas serta manfaat dari pelajaran

itu sebagai sumber motivasi.

f) Mempunyai identitas untuk lebih memudahkan administrasi, misalnya

nama, kelas, mata pelajaran, tanggal, dan sebagainya.

3) Syarat-syarat teknis

Penyusunan dan pembuatan LKPD juga harus memenuhi syarat-

syarat teknis sebagai berikut.

a) Tulisan

Tulisan atau huruf yang harus digunakan adalah menggunakan

huruf cetak dan tidak menggunakan huruf romawi/latin disesuaikan

dengan tingkat kognitif peserta didik, menggunakan huruf tebal yang agak

besar untuk topik bukan garis bawah, banyak kata dalam satu baris tidak

lebih dari 10 kata.

33

b) Gambar

Gambar harus dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar

tersebut secara efektif terhadap pengguna LKPD. Gambar atau ilustrasi

sesuai dengan keadaan setempat dan penggunaan orang.

c) Penampilan

Penampilan harus memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan di

samping itu harus memerhatikan pada format dan syarat-syarat penulisan

yang sesuai dengan kurikulum. Dalam menyusun LKPD hendaknya

memenuhi beberapa komponen yaitu topik yang dibahas, waktu yang

tersedia untuk melakukan kegiatan, tujuan pembelajaran, kompetensi

dasar, rangkuman materi, alat pelajaran yang digunakan dan prosedur

kegiatan.

e. Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang bersifat permanen

sebagai hasil dari pengalaman atau interaksi, perubahan tingkah laku

sesudah belajar disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar atau prestasi

adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka

nilai yang diberikan oleh guru. Hasil belajar pada dasarnya adalah

sesuatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai

akibat latihan atau pengalaman.

Hasil belajar menurut Suherman (2012) adalah penguasaan

kecakapan yang diusahakan secara sengaja dalam satuan waktu dan

34

satuan bahan tertentu serta perbedaan pada awal belajar dengan akhir

poses belajar. Hasil belajar menurut Sudjana (2009) adalah kemampuan

yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Bloom mengklasifikasi hasil belajar menjadi menjadi tiga domain atau

ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif

menaruh perhatian pada perkembangan kabalitas dan keterampilan

intelektual, ranah psikomotor berkaitan dengan kegiatan-kegiatan

manipulatif dan keterampilan motorik dan ranah afektif berkaitan dengan

perkembangan perasaan, sikap, nilai, dan emosi yang dipelajari (Arikunto,

2006).

Dalam persiapan strategi proses belajar mengajar perlu disusun

instrumen penilaian dalam standar penguasaan. Penyusunan instrumen

penilaian ini dimaksudkan untuk mengatahui kemampuan penguasaan

peserta didik terhadap suatu materi atau pokok bahasan. Seperti yang

tercantum dalam buku pelaksanaan penilaian (Sundayana, 2013).

Menurut Wahidmurni, Mustikawan, dan Ridho (dalam, Hamid 2016) fungsi

penting bagi pendidik dalam mengevaluasi belajar peserta didik adalah

memberikan umpan balik kepada peserta didik dalam mempertimbangkan

efektvitas dan efisiensi dari proses pembelajaran yang dilakukan.

Menurut Hamid (2016) mendefinisikan penilaian belajar peserta

didik sebagai berbagai prosedur untuk memperoleh informasi belajar

peserta didik dan menentukan keputusan berkaitan dengan kinerja atau

hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan

35

kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik selama mengikuti

proses pembelajaran. Penilaian adalah proses pengumpulan dan

pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta

didik (Kemendikbud, 2016). Penilaian hasil belajar peserta didik pada

pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek:

1) Sikap

2) Pengetahuan

3) Keterampilan (kemendikbud, 2016).

Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh

informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik (Kemendikbud, 2016).

Penilaian sikap dilakukan guna mengetahui kecenderungan perilaku

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam dan di luar kelas,

sebagai salah satu pencapaian dalam proses pendidikan. Penilaian sikap

juga ditujukan untuk mengetahui capaian/perkembangan sikap peserta

didik dan memfasilitasi perkembangan perilaku nereka sesuai dengan

butir-butir nilai sikap dari kompetensi dasar yang tercantum dalam

Kompetensi Inti satu (KI-1) dan Kompetensi Inti dua (KI-2) (Gantini dan

Suhendar, 2017). Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan

mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran, mencatat perilaku

peserta didik dengan menggunakan lembar pengamatan/observasi,

36

menindaklanjuti hasil observasi dan mendeskripsikan perilaku peserta

didik (Kemendikbud, 2016).

Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

b merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan

pengetahuan peserta didik (Kemendikbud, 2016). Penilaiaan pengetahuan

dilakukan untuk mengetahui tahap penguasaan pengetahuan faktual,

konsep, sserta prosedural yang dimiliki peserta didik. Selain itu, penilaian

pengetahuan juga dapat mencari tahu sejauh mana tingkat kecakapan

beprikir yang mampu dilakukan peserta didik, yang berada di rentang

rendah hingga tinggi (Gantini dan Suhendar, 2017). Penilaian aspek

pengetahuan dilakukan melalui tahapan menyusun perencanaan

penilaian, mengembangkan instrumen penilaian, melaksanakan penilaian,

memanfaatkan hasil penilaian dan melaporkan hasil penilaian dalam

bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi (Kemendikbud, 2016).

Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

c merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan

peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu

(Kemendikbud, 2016). Penilaian keterampilan dapat dilakukan melalui

berbagai teknik, antara lain penilaian kinerja, penilaian priyek, dan

penilaian portofolio. Teknik penilaian keterampilan yang digunakan dapat

dipilih sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar yang tercantum pada

Kompetensi Inti empat (KI-4) (Gantini dan Suhendar, 2017). Penilaian

aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan menyusun perencanaan

37

penilaian, mengembangkan instrumen penilaian, melaksanakan penilaian,

memanfaatkan hasil penilaian dan melaporkan hasil penilaian dalam

bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi (Kemendikbud, 2016).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

instrumen penilaian hasil belajar merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur kemampuan baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

Hasil belajar peserta didik yang diperoleh biasanya dikatakan dalam

bentuk angka-angka yang diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar

terhadap berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap selama

mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

Adapun prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh

pendidik dilakukan dengan urutan menetapkan tujuan penilaian dengan

mengacu pada RPP yang telah disusun, menyusun kisi-kisi penilaian,

membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian, melakukan

analisis kualitas instrumen, melakukan penilaian, mengolah, menganalisis,

dan menginterpretasikan hasil penilaian, melaporkan hasil penilaian dan

memanfaatkan laporan hasil penilaian (Kemendikbud, 2016).

2. Metode Discovery Learning

Discovery learning merupakan teori belajar penemuan yang

dicetuskan oleh Jerome Bruner. Bruner menganggap bahwa belajar

penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh

manusia, dan dengan pencarian pengetahuan tersebut dengan sendirinya

memberi hasil yang paling baik karena pengetahuan yang diperolah

38

benar-benar bermakna (Trianto, 2007). Hasil belajar dan keaktifan peserta

didik sangat menentukan metode pembelajaran yang digunakan.

Metode discovery learning adalah metode yang mengatur

pengajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya dengan tidak melalui

pemberitahuan langsung, namun sebagian atau seluruhnya ditemukan

sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik

dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses

mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, peserta didik melakukan

observasi, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik

kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau

prinsip.

Metode discovery learning menurut Sulistyowati, dkk (2012)

merupakan salah satu metode yang bertujuan melatih peserta didik untuk

menemukan konsep mandiri. Rohim, dkk (2012) mengemukakan bahwa

metode discovery learning merupakan suatu metode yang dapat

membantu peserta didik memperoleh dua kriteria penting dalam

pembelajaran aktif yaitu membangun pengetahuan untuk membuat

pengertian dari informasi baru dan mengintegrasikan informasi baru

sampai ditemukan pengetahuan yang tepat.

Menurut Wulandari (2010) discovery learning adalah pembelajaran

yang bilamana materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya,

39

tetapi peserta didik dihadapakan pada suatu permasalahan yang

direkayasa oleh guru. Peserta didik diminta untuk mengerahkan segala

kemampuannya agar permasalahan tersebut dapat terpecahkan melalui

kegiatan observasi, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,

menarik kesimpulan. Kegiatan tersebut dapat membimbing siswa untuk

menemukan konsep dan prinsip-prinsip melalui proses penemuan sendiri.

Menurut Widhiyantoro, dkk (2012), langkah-langkah operasional

dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas sebagai

berikut.

a. Stimulation (pemberian rangsangan)

Tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan tanda tanya, kemudian melanjutkan untuk tidak memberikan

generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat

memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran

membaca buku dan aktifitas belajar lainnya yang mengarah pada

persiapan pemecahan masalah.

b. Problem Statement (pertanyaan/identifikasi masalah)

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik

mengindentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang

relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satu dipilih dan

dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

40

c. Data Collection (pengumpulan data)

Ketika eksplorasi berlangsung, guru dapat memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang

relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Tahap ini

berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya

hipotesis. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar aktif

untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan

yang dihadapi, yang secara tidak sengaja menghubungkan masalah

dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

d. Data Processing (pengolahan data)

Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan

sebagainya diolah dan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta

ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data tersebut berfungsi

sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.

e. Verification (pembuktian)

Peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan di awal.

f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap ini merupakan proses menarik kesimpulan yang telah

dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah

yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Carin (1993) memberikan saran agar kegiatan yang akan dilakukan

dapat berjalan dengan baik sebagai berikut:

41

a. Membantu peserta didik dalam memahami tujuan dan kegiatan yang

harus dilakukan.

b. Memeriksa seluruh peserta didik untuk memahami prosedur kerja.

c. Menjelaskan kepada peserta didik tentang cara bekerja yang aman

sebelum memulai kegiatan.

d. Mengamati seluruh peserta didik pada saat melakukan kegiatan,

membantu kegiatan, menjawab pertanyaan, mencegah masalah

disiplin yang mungkin timbul, membimbing serta mendemonstrasikan

yang diperlukan.

e. Memberikan waktu yang cukup agar peserta didik dapat menerapikan

dan mengembalikan peralatan yang digunakan.

f. Melakukan diskusi tentang kesimpulan dari semua kegiatan yang

dilakukan. Pembelajaran melalui diskusi kelompok dapat

meningkatkan aktivitas peserta didik dalam belajar (Walker et al.,

2018).

Adapun kelebihan metode discovery learning menurut Markaban

(2008) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.1 Kelebihan Metode Discovery Learning

No. Kelebihan

1. Peserta didik dapat berpartisipasi dalam pembelajaran yang

disajikan

2. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-

mencari)

3. Mendukung kemampuan problem solving

4. Memberikan wahana interaktif antara peserta didik dengan guru,

42

serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya sehingga

kerjasama dapat terbangun serta kemampuan komunikasi mereka

terlatih

5. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang

tinggi dan lebih lama membekas karena peserta didik dilibatkan

dalam proses menemukannya

Adapun kekurangan metode discovery learning menurut Markaban

(2008) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.2 Kekurangan Metode Discovery Learning

No. Kekurangan

1. Untuk materi tertentu, waktu dapat tersita lebih lama

2. Tidak semua peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan cara

ini. Di lapangan, peserta didik masih terbiasa dan mudah mengerti

dengan metode ceramah

3. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan metode ini.

Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat

dikembangkan dengan metode discovery learning

4. Kurang efektif untuk kelas yang terlalu besar

Berdasarkan berbagai pendapat tentang metode discovery learning

maka dapat dirincikan tahapan pembelajaran pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.3 Sintaks Metode Discovery learning

No. Fase-Fase Kegitan Pendidik Kegiatan Peserta

didik

1. Stimulation Memberikan pertanyaan

kepada peserta didik

Merespons

pertanyaan dari guru

2. Problem

Statement

Mengarahkan peserta

didik merumuskan

Merumuskan

hipotesis awal

43

hipotesis awal bersama kelompok

3. Data

Collection

Membimbing peserta

didik melakukan

percobaan

Melakukan percobaan

bersama kelompok

4. Data

Processing

Mengarahkan peserta

didik berdiskusi

mengenai percobaan

Berdiskusi dengan

kelompoknya

mengenai percobaan

yang dilakukan

5. Verification Membimbing peserta

didik memeriksa secara

cermat mengenai

pembuktian hipotesis

Memeriksa secara

cermat untuk

membuktikan

hipotesis awal

6. Generalization Membuat kesimpulan

mengenai materi yang

telah disampaikan

Membuat kesimpulan

mengenai materi yang

disampaikan guru

3. Media/Alat Peraga GRANDER

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara

atau pengantar. Musfiqon (2012: 27) “a medium (plural media) is a

channel of communication, example include film, television, diagram,

printed material, computers, and instructor”. Lebih lanjut Sanjaya (2008)

menyatakan bahwa media adalah alat untuk memberi perangsang bagi

peserta didik supaya terjadi proses belajar. Menurut Sundayana (2013)

bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi

atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam

44

pengetahuan ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan

media.

Media pembelajaran telah menjadi bagian integral dalam

pembelajaran. Bahkan keberadaannya tidak bisa dipisahkan dalam proses

pembelajaran di sekolah. Hal ini telah dikaji dan diteliti bahwa

pembelajaran yang menggunakan media hasilnya lebih optimal. Musfiqon

(2012) menyatakan media memiliki peran penting dalam pembelajaran di

kelas, yang mempengaruhi kualitas dan keberhasilan pembelajaran.

Pemakaian media dalam pembelajaran akan dapat membangkitkan

keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, serta membawa pengaruh psikologis terhadap peserta

didik. Media juga dapat berguna untuk membangkitkan gairah belajar,

memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri sesuai dengan minat

dan kemampuannya. Secara umum, media pembelajaran dimaksudkan

untuk mentransfer pengetahuan baik konseptual maupun prosedural.

Karena pengetahuan ini mengacu pada persiapan, kinerja, dan evaluasi

percobaan laboratorium, perlu diberikan pengetahuan awal tentang

bagaimana percobaan seharusnya dilakukan. “...media harus diperhatikan

kesesuaian tujuan, berdasarkan konsep yang jelas, disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan kemampuan guru, serta kondisi lingkungan

yang mendukung pembelajaran” (Sanjaya, 2009: 226).

Memilih media yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran

tidaklah mudah. Selain memerlukan analisis mendalam dengan

45

mempertimbangkan berbagai aspek juga dibutuhkan prinsip-prinsip

tertentu agar pemilihan media bisa lebih tepat. Hakikat dari pemilihan

media adalah dengan mempertimbangkan optimalisasi pencapaian tujuan

pembelajaran. Tidak ada ketentuan baku dalam memilih media. Tidak ada

media paling bagus dan paling jelek. Media yang bagus adalah media

yang dapat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Media yang

berbasis teknologi canggih tidak mesti efektif dan efisien dalam

merealisasikan tujuan pembelajaran. Begitu juga media yang tradisional

belum tentu selalu jelek dan tidak bisa mendukung pencapaian tujuan

pembelajaran. Artinya media yang bagus adalah media yang dapat

mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga rujukan dan

kriteria utama dalam memilih media adalah konstribusi media dalam

meningkatkan keberhasilan pembelajaran.

Salah satu media pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh

guru dengan memanfaatkan barang-barang lokal yaitu media alat peraga

sederhana. Menurut Syajaah (2018) dalam menggunakan alat peraga

hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar

penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik.

Menurut Pujiati (2004) fungsi utama alat peraga adalah menurunkan

keabstrakan konsep agar peserta didik mampu menangkap arti konsep

tersebut. Sebagai contoh benda-benda konkret di sekitar peserta didik

seperti buah-buahan, pensil, buku, dan sebagainya. Dengan benda-benda

tersebut peserta didik dapat membilang banyaknya anggota dari

46

kumpulan suatu benda sampai menemukan bilangan yang sesuai pada

akhir membilang. Contoh lainnya, model-model bangun datar, model-

model bangun ruang, dan sebagainya.

Lebih lanjut menurut Pujiati (2004) menjelaskan fungsi alat peraga

secara umum, yaitu sebagai berikut.

a. Alat peraga sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep

matematika.

b. Alat peraga sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep.

c. Alat peraga sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara

konsep matematika dengan dunia di sekitar kita serta aplikasi konsep

dalam kehidupan nyata.

Menurut Sugiarto (2010) pemanfaatan media/alat peraga yang

dilakukan secara benar akan memberikan kemudahan bagi peserta didik

untuk membangun sendiri pengetahaun yang sedang dipelajarinya.

Apabila peserta dapat memahami secara tuntas materi pokok tertentu,

maka kemampuan tersebut merupakan modal dasar untuk mempelajai

materi pokok lain yang berhubungan dengan materi pokok tersebut. Hal ini

akan memberikan semangat baru, motivasi baru dan rasa senang bagi

peserta didik mempelajari matematika. Oleh karena semangat dan

motivasi yang tumbuh dari diri peserta didik sendiri diharapkan dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Menurut Suharjana (2008) ada beberapa tujuan penggunaan alat

peraga, yaitu sebagai berikut.

47

a. Alat peraga memberikan kemampuan berpikir matematika secara

kreatif. Bagi sebagian anak, matematika tampak seperti suatu sistem

yang kaku, yang hanya berisi simbol-simbol dan sekumpulan dalil-dalil

untuk dipecahkan. Padahal sesungguhnya matematika memiliki

banyak hubungan untuk mengembangkan kreatifitas.

b. Alat peraga mengembangkan sikap yang menguntungkan ke arah

berpikir matematika. Suasana pembelajaran matematika di kelas

haruslah sedemikian rupa, sehingga para peserta didik dapat

menyukai pelajaran tersebut. Suasana semacam ini merupakan salah

satu hal yang dapat membuat para peserta didik memperoleh

kepercayaan diri akan kemampuannya dalam belajar matematika

melalui pengalaman-pengalaman yang akrab dengan kehidupannya.

c. Alat peraga menunjang matematika di luar kelas, yang menunjukkan

penerapan matematika dalam keadaan sebenarnya. Peserta didik

dapat menghubungkan pengalaman belajarnya dengan pengalaman-

pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan

keterampilan masing-masing mereka dapat menyelidiki atau

mengamati benda-benda di sekitarnya, kemudian mengorganisirnya

untuk memecahkan suatu masalah.

d. Alat peraga memberikan motivasi dan memudahkan abstraksi.

Dengan alat peraga diharapkan peserta didik lebih memperoleh

pengalaman-pengalaman yang baru dan menyenangkan, sehingga

48

mereka dapat menghubungkannya dengan matematika yang bersifat

abstrak.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, akan

tetapi meliputi manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan

seperti diskusi, seminar, karyawisata, simulasi, dan sebagainya yang

dikondisikan untuk menambah pengetahun dan wawasan, mengubah

sikap peserta didik atau untuk menambah keterampilan. Secara lebih utuh

media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik

maupun nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru

dan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif

dan efisien. Sehingga materi pelajaran dapat lebih cepat diterima peserta

didik dengan utuh serta menarik minat peserta didik untuk belajar lebih

lanjut.

Adapun alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah

tangram matematika dan geoboard. Hasil pengembangan alat peraga

tersebut diberi nama alat peraga GRANDER. Alat peraga GRANDER

merupakan singkatan dari Gabungan Tangram matematika dan

Geoboard. Tangram berasal dari bahasa Mandarin: qï qiăo băn, secara

harfiah berarti tujuh papan keterampilan. Tangram adalah suatu puzzle

yang terdiri dari permainan orang Cina kuno yang dikenal dalam

matematika (Samudra, 2014). Menurut Khorina (2016) Tangram

merupakan puzzle dari China, terdiri dari tujuh potong bangun datar (lima

49

segitiga dengan ukuran yang berbeda, satu persegi dan satu jajar

genjang) yang bisa disusun menjadi berbagai bentuk baru tanpa tumpang

tindih dengan macam-macam variasi yang mampu membantu memahami

konstruksi geometri berupa bangun datar. Menurut Anjarsari (2013)

tangram merupakan salah satu permainan edukatif yang bisa dibuat dari

bahan-bahan yang sederhana. Permainan ini yaitu suatu permainan

puzzle persegi yang dipotong menjadi tujuh bagian (dua berbentuk

segitiga besar, satu berbentuk persegi, satu berbentuk jajarangenjang,

satu berbentuk segitiga sedang, dan dua berbentuk segitiga kecil).

Media tangram bermanfaat sebagai alat peraga guna membentuk

pengertian akan ide-ide geometri dan mengembangkan kemampuan

spasial. Peserta didik dapat menggerakkan kepingan-kepingan tangram

untuk mengetahui relasi bentuk geometri tiap keping, dan juga mempelajari

mengenai pembalikan, pemindahan dan perputaran (refleksi, rotasi dan

pemindahan posisi). Hal ini memberikan gambaran nyata bagi mereka

yang orientasi belajarnya adalah melalui penglihatan (visual). Dengan

memindahkan-mindahkan ketujuh kepingan yang ada, siswa dapat

menciptakan berbagai bentuk yang beragam (Khoirina, 2016). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tangram matematika adalah alat peraga edukatif

yang terbuat dari bahan-bahan sederhana berbentuk bangun datar sehinga

peserta didik bisa mengenal setiap bangun datar.

Adapun kelebihan tangram matematika menurut Khoirina (2016)

dalam dilihat pada tabel sebagai berikut.

50

Tabel 2.4 Kelebihan Tangram Matematika

No. Kelebihan Tangram Matematika

1. Menumbuhkan minat belajar peserta didik karena pelajaran

menjadi lebih menarik

2. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga peserta didik lebih

mudah memahaminya

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga peserta didik tidak

akan mudah bosan

4. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti:

mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan

Adapun kekurangan dari tangram matematika adalah memerlukan

ketelitian dan kecermatan guru membuatnya dan media tangram hanya

menyajikan beberapa bentuk bangun datar (Apriliani, 2013). Sedangkan

geoboard adalah alat bantu dalam mengajarkan konsep geometri, seperti

konsep bangun datar, konsep keliling bangun datar, dan menghitung serta

menentukan luas sebuah bangun datar (Sundayana 2016). Menurut

Husnaya (2018) geoboard adalah suatu papan berpaku yang dapat

digunakan untuk media dalam materi geometri sehingga dalam

mempelajari materi bangun datar, media ini cocok digunakan sebagai

penunjang dalam mengajar. Menurut Nisa dan Bustoniyah (2015)

geoboard bangun datar merupakan alat untuk menyalurkan materi yang

akan diajarkan untuk merangsang kreativitas peserta didik agar lebih

mudah dipahami. Penggunaan geoboard bangun datar terbuat dari papan

berpaku yang akan dibentuk dengan karet gelang.

51

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa geoboard

adalah permainan edukatif yang terbuat dari papan berpaku yang akan

dibentuk dengan karet gelang. Penggunaan geoboard sangat membantu

guru dalam proses pembelajaran karena alat peraga ini bisa

menumbuhkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Adapun kelebihan dari geoboard menurut Nisa dan Bustoniyah

(2015) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.5 Kelebihan Geoboard

No Kelebihan Geoboard

1. Sebagai alat bantu guru

2. Pembuatan media mudah

3. Peserta didik mudah mengelompokkan bentuk bangun datar

4. Peserta didik lebih terampil

5. Tahan lama

6. Bahannya mudah didapat

Kekurangan dari geoboard menurut Lastrijanah, Prasetyo, dan

Mawardini (2017) dapat dilihat pada tabel adalah sebagai berikut.

Tabel 2.6 Kekurangan Geoboard

No Kekurangan Geoboard

1. Banyak menuntut peran guru

2. Media geoboard sangat berbahaya bagi anak karena terdapat

paku yang tajam

3. Butuh banyak waktu dalam pembuatannya

4. Perlu kesediaan untuk berkorban secara materiil

52

4. Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER

Metode discovery learning adalah metode yang mengatur

pengajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya dengan tidak melalui

pemberitahuan langsung, namun sebagian atau seluruhnya ditemukan

sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik

dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses

mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, peserta didik melakukan

observasi, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik

kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau

prinsip. Dalam menggunakan metode pembelajaran sangat dibutuhkan

pula penggunaan media atau alat peraga.

Menurut Sundayana (2013) mengatakan bahwa media apabila

dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengetahuan ini, guru,

buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Media bukan hanya

alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, akan tetapi meliputi

manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan seperti

diskusi, seminar, karyawisata, simulasi, dan sebagainya yang dikondisikan

untuk menambah pengetahun dan wawasan, mengubah sikap peserta

didik atau untuk menambah keterampilan. Secara lebih utuh media

53

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik maupun

nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan

peserta didik dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan

efisien. Sehingga materi pelajaran dapat lebih cepat diterima peserta didik

dengan utuh serta menarik minat peserta didik untuk belajar lebih lanjut.

Adapun alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat

peraga tangram matematika dan geoboard. Alat peraga tersebut diberi

nama GRANDER.

GRANDER adalah singkatan dari gabungan tangram matematika

dan geoboard. Alat peraga GRANDER didalamnya akan terdapat alat

peraga tangram matematika dan geoboard namun ada yang berbeda dari

alat peraga GRANDER dibandingan dengan alat peraga tangram dan

geoboard. Alat peraga GRANDER yang membedakan dengan tangram

matematika adalah bangun datar dalam alat peraga tersebut. Tangram

matematika di dalamnya tidak terdapat bangun datar lingkaran dan

layang-layang sedangkan alat peraga GRANDER semua bangun datar

termuat dalam alat peraga tersebut sehingga semua bangun datar bisa

ditemukan rumusnya dengan menggunakan alat peraga GRANDER.

Tangram matematika adalah alat peraga edukatif yang terbuat dari bahan-

bahan sederhana berbentuk bangun datar sehinga peserta didik bisa

mengenai setiap bangun datar. Media tangram bermanfaat sebagai alat

peraga guna membentuk pengertian akan ide-ide geometri dan

mengembangkan kemampuan spasial. Peserta didik dapat menggerakkan

54

kepingan-kepingan tangram untuk mengetahui relasi bentuk geometri tiap

keping, dan juga mempelajari mengenai pembalikan, pemindahan dan

perputaran (refleksi, rotasi dan pemindahan posisi). Hal ini memberikan

gambaran nyata bagi mereka yang orientasi belajarnya adalah melalui

penglihatan (visual). Geoboard adalah permainan edukatif yang terbuat

dari papan berpaku yang akan dibentuk dengan karet gelang.

Penggunaan geoboard sangat membantu guru dalam proses

pembelajaran karena alat peraga ini bisa menumbuhkan aktivitas peserta

didik dalam proses pembelajaran.

Adapun sintak metode discovery learning berbasis GRANDER

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.7 Sintaks Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER

No. Fase-Fase Kegitan Pendidik Kegiatan Peserta

didik

1. Stimulation Memberikan pertanyaan

kepada peserta didik

Merespons

pertanyaan dari guru

2. Problem

Statement

Mengarahkan peserta

didik merumuskan

hipotesis awal

Merumuskan

hipotesis awal

bersama kelompok

3. Data

Collection

Membimbing peserta

didik melakukan

percobaan dengan

menggunakan alat

peraga GRANDER

Melakukan percobaan

dengan

menggunakan alat

peraga alat peraga

GRANDER

4. Data

Processing

Mengarahkan peserta

didik berdiskusi

Berdiskusi dengan

kelompoknya

55

mengenai percobaan

dengan menggunakan

alat peraga GRANDER

mengenai percobaan

dengan

menggunakan media

alat peraga

GRANDER

5. Verification Membimbing peserta

didik memeriksa secara

cermat mengenai

pembuktian hipotesis

Memeriksa secara

cermat untuk

membuktikan

hipotesis awal

6. Generalization Membuat kesimpulan

mengenai materi yang

telah disampaikan

Membuat kesimpulan

mengenai materi yang

disampaikan guru

Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode discovery learning

berbasis GRANDER adalah metode yang mengatur pembelajaran

sedemikian rupa sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan yang

sebelumnya belum diketahuinya dengan tidak melalui pemberitahuan

langsung, namun sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri dengan

bantuan alat peraga GRANDER (Gabungan Tangram Matematika dan

Geoboard).

5. Validitas Perangkat Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) validitas diartikan

sebagai sifat benar, menurut bukti yang ada, logika berpikir atau kekuatan

hukum. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan

56

fungsi ukurnya Azwar (dalam Rusli, 2014). Menurut Sani, dkk (2018)

validitas adalah terkait hasil pengukuran atau observasi.

Validitas atau tingkat ketepatan instrumen adalah tingkat

kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang hendak diukur secara

tepat dan benar. Alat ukur yang valid dapat digunakan untuk mengukur

objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu. Artinya

ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran

pengukuran. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat ketepatan dan

keshahihan suatu instrumen. Menurut Akker (1999) kualitas model

pembelajaran yang dikembangkan dapat disimpulkan bahwa perangkat

pembelajaran dikatakan valid jika perangkat pembelajaran berdasarkan

teori yang memadai (validasi isi) dan semua komponen perangkat

pembelajaran satu sama lain berhubungan secara konsisten.

Menurut Sani (2018) validasi isi sebuah instrumen adalah

ketepatan instrumen ditinjau dari isi alat ukur. Suatu instrumen tes

dikatakan memiliki validitas isi jika butir instrumen tersebut mewakili bahan

pembelajaran yang diberikan. Jadi, sebuah instrumen tes harus

disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Jika butir instrumen

dikatakan sesuai dengan materi penyusunan alat ukur, maka alat ukur

tersebut memiliki validitas isi. Adapun validitas konstruk menurut Sani

(2018) adalah berkaitan dengan kesesuaian konsep bidang ilmu dengan

alat ukur yang digunakan. Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas

57

konstruk yang tinggi apabila hasil alat ukur sesuai dengan ciri-ciri tingkah

laku yang diukur. Jadi validitas konstruk harus ditinjau dari kesesuaian

defenisi konseptual tentang variabel dan dimensi variabel dengan butir-

butir instrumen yang digunakan.

6. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) kepraktisan

diartikan sebagai suatu yang bersifat praktis atau efisien. Menurut

Arikunto (2010) mengartikan kepraktisan dalam evaluasi pendidikan

merupakan kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam

mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi/ memperoleh hasil,

maupun kemudahan dalam menyimpanya. Berkaitan kepraktisan dalam

penelitian pengembangan Akker (1999) menyatakan: “Practically refers to

the extent that user (or other expert) consider the intervention as

appealing and usable in normal conditions”. Artinya, kepraktisan mengacu

pada tingkat bahwa pengguna mempertimbangkan intervensi dapat

digunakan dan disukai dalam kondisi normal. Menurut Mudjijo (1995)

kepraktisan adalah jika salah satu instumen tersebut dapat dan mudah

dilaksanakan serta ditafsirkan hasilnya. Selanjutnya Mudjijo juga

berpendapat bahwa kepraktisan menunjukan pada tingkat kemudahan

penggunaan dan pelaksanaannya yang meliputi biaya dan waktu dalam

pelaksanaan serta pengelolaan dan penafsiran hasilnya.

Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang berkaitan dengan

pengembangan instrumen berupa materi pembelajaran, Nieveen (1999)

58

berpendapat bahwa untuk mengukur kepraktisannya dengan melihat

apakah guru dan pengguna lainnya mempertimbangkan bahwa materi

mudah dan dapat digunakan oleh guru dan peserta didik. Khusus untuk

pengembangan model yang dikembangkan dalam penelitian

pengembangan, model tersebut dikatakan praktis jika para ahli dan

praktisi menyatakan bahwa secara teoritis bahwa model dapat diterapkan

di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya model tersebut termasuk

kategori “baik”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kepraktisan adalah instumen yang dapat dan mudah dilaksanakan serta

ditafsirkan hasilnya. Indikator kepraktisan dalam penelitian ini adalah

respons guru, respons peserta didik mengenai perangkat pembelajaran

yang digunakan berbasis alat peraga GRANDER dan keterlaksanaan

perangkat pembelajaran.

7. Efektivitas Perangkat Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) efektivitas adalah

berasal dari kata efektif berarti ada efeknya, manjur, mujarab dan mapan.

Menurut Budiani (2009) efektivitas adalah kesesuaian antara output

dengan tujuan yang ditetapkan. Efektivitas adalah suatu keadaan yang

terjadi karena dikehendaki. Miarso (2004) mengatakan bahwa efektivitas

pembelajaran merupakan salah satu standar mutu pendidikan dan sering

kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat juga diartikan sebagai

ketepatan dalam mengelola suatu situasi, ”doing the right things”. Menurut

59

Haryoko (2009) efetivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai perlakuan

dalam proses pembelajaran yang memiliki ciri-ciri suasana yang dapat

berpengaruh, atau hal yang berkesan terhadap penampilan, dan

keberhasilan usaha atau tindakan yang berpengaruh terhadap hasil

belajar peserta didik.

Menurut Supardi (2013) pembelajaran efektif adalah kombinasi

yang tersusun meliputi manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur diarahkan untuk mengubah perilaku peserta didik ke arah yang

positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki

peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Hamalik (2001) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau

melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada peserta didik untuk belajar.

Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya

diharapkan dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep yang

sedang di pelajari (Rohmawati, 2015).

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran keberhasilan

dari proses interaksi dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dilihat dari aktivitas selama pembelajaran, Respons dan

penguasaan konsep (Rohmawati, 2015). Menurut Sinambela (2006:78),

pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan,

baik dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi peserta didik yang

maksimal. Beberapa indikator keefektifan pembelajaran yaitu ketercapaian

60

ketuntasan belajar, ketercapaian keefektifan aktivitas peserta didik (yaitu

pencapaian waktu ideal yang digunakan peserta didik untuk melakukan

setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran), kemampuan

guru mengelola pembelajaran, dan Respons peserta didik terhadap

pembelajaran yang positif.

Menurut Miarso (2004) indikator yang dapat digunakan untuk

menentukan efektivitas dalam proses pembelajaran adalah

pengorganisasian materi yang baik, komunikasi yang efektif, penguasaan

dan antusiasme terhadap materi pelajaran, sikap positif terhadap peserta

didik, pemberian nilai yang adil, keluwesan dalam pendekatan

pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik yang baik. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan

yang dapat dicapai dari suatu metode pembelajaran tertentu sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Tingkat

keberhasilan yang digunakan pada penelitian ini adalah indikator

ketuntasan hasil belajar peserta didik, aktivitas peserta didik dan

kemampuan guru mengelola pembelajaran.

8. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.

Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih

lanjut lagi Piaget menerangkan bahwa jika seorang anak berpikir tanpa

berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berpikir (Sardiman, 2011).

61

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan

keterampilan pada peserta didik sebagai latihan yang dilaksanakan secara

sengaja. Sedangkan Defri, mendefinisikan aktivitas belajar sebagai segala

kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan peserta didik)

dalam rangka mencapai tujuan belajar. Keaktifan peserta didik selama

proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan

atau motivasi peserta didik untuk belajar (Ahmad, 2008).

Menurut Sardiman (2011) bahwa anak-anak memiliki tenaga-

tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik hanya

berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan

anak didiknya. Pernyataan Mentossari ini memberikan petunjuk bahwa

yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam diri adalah anak itu

sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan

segala kegiatan yang akan dilakukan oleh anak didik.

Seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi

dalam proses belajar. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan

dilakukan dalam rangka belajar (Djamarah, 2008). Aktivitas belajar dibagi

menjadi delapan kelompok, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities) misalnya membaca, melihat

gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran,

mengamati orang lain bekerja, atau bermain.

62

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities) misalnya mengemukakan

suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan

pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

berwawancara, diskusi bertanya, memberi sesuatu, mengeluarkan

pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities) misalnya

mendengarkan penyajian, bahan, mendengarkan percakapan, atau

diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik,

mendengarkan siaran radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities) misalnya: menulis cerita,

karangan, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,

membuat sketsa, atau rangkuman, mngerjakan tes, mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities) yang termasuk

didalamnya antara lain: menggambar, membuat grafik, diagram, peta,

pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik (motor activities): melakukan percobaan,

memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,

menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities) misalnya merenungkan,

mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor,

menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities) misalnya minat,

membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan

63

dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas,

dan bersifat tumpang tindih (Sardiman, 2011).

Belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu adalah

berbuat, “learning by doing”. Kegiatan yang selalu memperhatikan

pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diwujudkan

dalam beberapa aktivitas belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran (fisik maupun

mental) yang dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran.

Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran

diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya sendiri

dengan bantuan guru. Aktivitas belajar peserta didik disekolah cukup

kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan tersebut dapat

diciptakan di sekolah, maka sekolah akan benar-benar menjadi pusat

aktivitas belajar yang maksimal.

Menurut Yamin (2007) rangkaian kegiatan pembelajaran untuk

menumbuhkan aktivitas siswa dalam kelas meliputi sembilan aspek,

diantaranya adalah: (1) memberikan motivasi, (2) menjelaskan tujuan

instruksional, (3) mengingatkan kompetensi prasyarat, (4) memberikan

stimulus, (5) memberikan petunjuk kepada peserta didik cara

mempelajarinya, (6) memunculkan aktivitas peserta didik dalam kegiatan

pembelajran, (7) memberikan umpak bali (feel back), (8) melakukan

tagihan-tagihan pada siswa berupa tes, (9) menyimpulkan setiap materi

yang disampaiakn diakhir pembelajaran.

64

Berdasarkan kajian di atas, maka yang dimaksud dengan aktivitas

belajar peserta didik dalam penelitian ini adalah kegiatan atau perilaku

peserta didik selama proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang

dimaksud adalah memperhatikan demonstrasi, melakukan percobaan,

mengajukan pertanyaan kepada guru atau peserta didik, diskusi

kelompok, mendengarkan penyajian/percakapan, mengerjakan soal-soal

dan menyimpulkan pembelajaran.

B. Penelitian yang Relevan

Berikut ini akan dikemukakan penelitian yang relevan dan sesuai

dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Penelitian yang dilakukan oleh Fusiari (2016) dengan judul

penelitian pengembangan perangkat pembelajaran model discovery

learning pada materi pokok optik di SMP. Tujuan penelitian ini adalah

memperoleh deskripsi tentang kelayakan perangkat pembelajaran,

keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa, hasil belajar peserta didik

dan Respons peserta didik terhadap PBM menggunakan perangkat

pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada

materi pokok optik. Pengembangan perangkat pembelajaran dalam

penelitian ini menggunakan model desain ASSURE yang dikemukakan

oleh Sharon. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik validasi,

observasi dan tes. Teknik validasi digunakan untuk memperoleh data

kualitatif tentang perangkat pembelajaran, teknik observasi digunakan

65

untuk memperoleh data kualitatif tentang keterlaksanaan pembelajaran,

aktivitas peserta didik, sedangkan teknik tes digunakan untuk memperoleh

data kuantitatif tentang ketuntasan belajar peserta didik menggunakan

perangkat yang dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perangkat pembelajaran model discovery learning pada materi pokok optik

layak digunakan dalam proses belajar mengajar, keterlaksanaan

pembelajaran pada pembelajaran model discovery learning pada materi

pokok optik telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan proses belajar

mengajar yang telah direncanakan, sebanyak 81% peserta didik aktif

dalam pembelajaran model discovery learning pada materi pokok optik,

hasil belajar peserta didik setelah menggunakan perangkat pembelajaran

model discovery learning pada materi pokok optik telah mencapai

ketuntasan klasikal sebesar 90%, respons positif peserta didik terhadap

proses belajar mengajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran

model discovery learning pada materi pokok optik sebesar 95%. Dengan

demikian peserta didik merasa dapat mengembangkan kompetensinya.

Hal ini sejalan pula dengan penelitian Putri, Juliani dan Lestari

(2017) dengan judul penelitian pengaruh model pembelajaran discovery

learning terhadap hasil belajar peserta didik dan aktivitas peserta didik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik

menggunakan model pembelajaran discovery learning serta mengetahui

aktivitas belajar peserta didik pada materi suhu dan kalor. Jenis penelitian

yang digunakan yaitu quasi eksperimen. Hasil analisis data diperoleh

66

bahwa ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran discovery

learning terhadap hasil belajar peserta didik pada materi pokok suhu dan

kalor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penelitian ini

terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik setelah adanya penerapan

model pembelajaran discovery learning dan dapat dijadikan sebagai

rujukan untuk memilih model pembelajaran.

Selanjunya menurut Ramadhani (2017) dengan judul penelitian

discovery learning with scientific approach on geometry. Geometri sebagai

salah satu cabang matematika memiliki peran penting dalam studi

matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pembelajaran penemuan (DL) terhadap prestasi belajar geometri.

Penelitian ini dilakukan di SMP di Kabupaten Karanganyar. Data

penelitian diperoleh melalui tes dan kuesioner. Selanjutnya, data dianalisis

dengan menggunakan dua arah Anava. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa menunjukkan bahwa DL dengan pendekatan ilmiah adalah efek

positif terhadap matematika prestasi belajar. DL dengan pendekatan

ilmiah memberikan matematika yang lebih baik prestasi daripada belajar

langsung belajar. Peserta didik dengan kategori self-efficacy tinggi

memiliki matematika yang lebih baik prestasi belajar daripada mereka

yang berkategori self-efficacy sedang dan rendah, peserta didik dengan

moderat self-efficacy mengalami matematika yang sama prestasi dengan

mereka yang memiliki kategori self-efficacy rendah belajar. Ada interaksi

antara model pembelajaran penemuan dengan pendekatan ilmiah dan

67

self-eficacy terhadap matematika peserta didik prestasi belajar.

Pengantar. Oleh karena itu, DL dengan pendekatan ilmiah dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Menurut Suliati, dkk (2017) dengan judul penelitian penerapan

model problem based learning menggunakan alat peraga sederhana

terhadap hasil belajar peserta didik. Penelitian tersebut bertujuan untuk

mengukur perbedaan yang signifikan antara hasil belajar sebelum dan

setelah diterapkan model PBL menggunakan alat peraga sederhana.

Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan Time Series Design. Teknik

pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan

melibatkan kelas X TKJ B. Pada penelitian ini peneliti membandingkan

hasil belajar pretest dan postest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

rata-rata pretest sebesar 23,72 ± SD 22,11 kategori sangat kurang

sedangkan posttest sebesar 43,91 ± SD 24,14 kategori cukup, hal ini

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL menggunakan

alat peraga sederhana lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik SMK

Negeri 2 Manokwari. Sejalan dengan hasil pengolahan data

menggunakan Paired sample t-test, dengan taraf signifikan α = 5%

diperoleh thitung = 4,778. Nilai ttabel diketahui 1,697 sehingga thitung >

ttabel yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar

peserta didik antara sesudah dan sebelum diterapkan model PBL

menggunakan alat peraga sederhana. Demikian pula berdasarkan uji gain

diperoleh peningkatan perbedaan meskipun masih berada dalam taraf

68

rendah g < 0,3 sehingga pembelajaran fisika dengan model PBL

menggunakan alat peraga sederhana dapat membantu peserta didik

dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan

model PBL berbasis alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik dilihat dari sebelum dan stelah penerapan.

Menurut Rahmani dan Widyasari (2018). Judul penelitian

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui

media tangram. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya

kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, sehingga

penulis melakukan penelitian dengan menggunakan media tangram dalam

proses pembelajaran. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengkaji

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik di

kelas yang mendapat pembelajaran dengan penggunaan media tangram

lebih baik daripada peserta didik di kelas yang mendapatkan

pembelajaran biasa. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi

Experimental dengan bentuk desain Nonequivalent Control Group Design,

dimana subyek penelitian tidak dikelompokkan secara acak. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan yang

signifikan penggunaan media tangram terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematis peserta didik di kelas V SDN Pamulang 01 Tangerang

Selatan. Hal ini terbukti dari perhitungan menunjukkan hasil uji Anova dua

jalur nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari taraf signifikansi 0,05.

69

Menurut Husnaya (2018). Judul penelitian Keefektifan model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada materi bangun datar

berbantu media geoboard terhadap pemahaman konsep dan motivasi

belajar peserta didik kelas IV SDN Troso 06 Pecangaan Jepar. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran think pair

share pada materi bangun datar untuk meningkatkan pemahaman konsep

dan motivasi belajar peserta didik Kelas IV SDN Troso 06 Pecangaan

Jepara pada tahun 2017/2018. Jenis penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan desain penelitian pra-eksperimental. Bentuk desain Pra-

eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group

pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

peserta didik kelas IV SDN Troso 06 Pecangaan Jepara pada tahun

akademik 2017/2018. Sampel yang diambil adalah 20 peserta didik kelas

IV dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil nilai rata-rata

pretest dan posttest mengalami peningkatan. Pada nilai pretest yang telah

dilaksanakan diperoleh nilai rata-rata 61.5% dan nilai posttest sebesar

81,75%. Dengan demikian ada peningkata hasil belajar peserta didik

dalam menggunakan model think pair share pada materi bangun datar di

Kelas IV. Hasil pengujian hipotesis terhadap hasil belajar peserta didik

aspek kognitif menunjukkan bahwa t hitung = 8,587 dan t tabel = 2,093

dengan taraf signifikan 5% maka t hitung = 8,587 > ttable = 2,093. Jadi

berdasarkan hasil yang didapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima berarti model pembelajaran think pair share pada materi bangun

70

datar sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN

Troso 06 Pecangaan Jepara.

Menurut Sibiya dan Mudaly (2018) dengan judul penelitian the

effects of the geoboard on learner understanding of geometry theorems.

Penelitian ini meneliti efek dari geoboard terhadap pemahaman geometris

teorema peserta didik. Penelitian ini menggunakan desain penelitian

kualitatif. Penelitian dilakukan dalam dua sekolah menengah. Semua 50

peserta diajarkan teorema geometris menggunakan geoboard untuk dua

minggu. Data dianalisis dengan menggunakan analisis tematik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa geoboard dapat meningkatkan

pemahaman geometris teorema peserta didik.

C. Kerangka Pikir

Proses belajar mengajar merupakan suatu bentuk interaksi antara

beberapa komponen yaitu pengajar, peserta didik, lingkungan belajar, dan

media belajar, kemudian melalui kegiatan tersebut terjadi pengalihan

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai kepada peserta didik yang

berdasar pada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Permasalahan yang muncul karena penggunaan perangkat pembelajaran

yang tidak berpusat kepada peserta didik agar proses pembelajaran dapat

berlangsung dengan baik maka diperlukan perangkat pembelajaran yang

valid, praktis dan efektif. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat

dilihat pada gambar berikut.

71

Masalah Pengembangan perangkat

pembelajaran matematika menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER 1. Silabus 2. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) 3. Buku Siswa 4. Lembar Kegiatan Peserta

didik (LKPD) 5. Instrumen penilaian hasil

belajar

Model Pengembangan

4-D

Uji Coba Terbatas

Efektivitas Indikator efektif adalah 1. Hasil belajar peserta didik 2. Aktivitas peserta didik 3. Kemampuan guru

mengelola pembelajaran

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Praktikalitas Indikator Praktis adalah 1. Respons guru 2. Respons peserta didik 3. Keterlaksanaan

perangkat pembelajaran

Validasi Perangkat Pembelajaaran

Simulasi

72

BAB III

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Model Penelitian dan Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model

pengembangan 4-D. Model ini dikembangkan oleh Thiagarajan. Model

pengembangan 4-D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: define

(pendefinisian), design (perencanaan), develop (pengembangan) dan

disseminate (penyebaran), atau diadaptasi model 4-P, yaitu pendefinisian,

perancangan, pengembangan dan penyebaran (Thiagarajan, 1974).

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Prosedur penelitian dan pengembangan meliputi tahap

pendefinisian (define), perencanaaan (design), pengembangan (develop),

dan penyebaran (disseminate). Adapun tahap-tahap pengembangan

model 4-D adalah sebagai berikut.

1. Tahap Pendefinisian

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-

syarat pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat

pembelajaran diawali dengan analisis tujuan. Tahap ini meliputi langkah-

langkah sebagai berikut.

72

73

a. Analisis awal

Analisis awal ini dilakukan dengan menganalisis masalah-masalah

mendasar yang dihadapi dan perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam pengembangan perangkat pembelajaran matematika

menggunakan metode discovery learning berbasis GRANDER di SD.

Informasi pada tahap ini diperoleh melalui observasi di kelas VI A SD

Inpres Minasa Upa I Kota Makassar tentang perangkat pembelajaran yang

digunakan.

b. Analisis Peserta didik

Analisis peserta didik dilakukan untuk mengetahui karakteristik

peserta didik yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan

perangkat pembelajaran. Karakteristik peserta didik meliputi latar

belakang pengetahuan, pengalaman-pengalaman sebelumnya, dan sikap

terhadap materi sebelumnya. Hasil telaah ini digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran

matematika.

c. Analisis Konsep

Analisis konsep meliputi analisis materi yang akan diajarkan yaitu

keliling dan luas bangun datar.

d. Analisis Tugas

Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi tugas-tugas yang

akan dikerjakan oleh peserta didik.

74

e. Spesifikasi Tujuan

Spesifikasi tujuan pembelajaran bertujuan untuk merumuskan

tujuan-tujuan pembelajaran khusus (indikator-indikator pencapaian hasil

belajar), berdasarkan analisis tugas dan analisis konsep. Tujuan ini

selanjutnya menjadi dasar untuk penyusunan tes dan merancang

perangkat pembelajaran.

2. Tahap Perancangan

Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat

pembelajaran matematika menggunakan metode discovery learning

berbasis GRANDER. Tahap ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penyusunan tes

Penyusunan tes merupakan langkah awal yang menjembatangi

tahap pendefinisian dan tahap perancangan. Tes yang disusun

berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran.

b. Pemilihan alat peraga

Pemilihan alat peraga dilakukan untuk mengidentifikasi alat peraga

yang relevan dengan karakteristik materi.

c. Pemilihan Format

Di dalam pemilihan format ini dilakukan dengan mengkaji format-

format perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, buku siswa, LKPD

dan instrumen penilain hasil belajar.

75

d. Rancangan Awal

Pada tahap ini, dilakukan perancangan perangkat pembelajaran

matematika menggunakan metode discovery learning berbasis alat

peraga GRANDER meliputi: silabus, RPP, buku siswa, LKPD dan

instrumen penilaian hasil belajar.

3. Tahap Pengembangan

Tujuan tahap ini untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang

sudah direvisi berdasarkan masukan dari para pakar maupun setelah

dilakukan uji coba. Adapun langkah-langkah dalam tahap pengembangan

sebagai berikut.

a. Validasi

Validasi oleh ahli materi dan ahli media. Validasi dilakukan untuk

mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran dari segi materi,

kebahasaan, penyajian dan instrumen penelitian. Kemudian dilakukan

pula validasi oleh ahli media untuk mengetahui validitas media alat

peraga.

b.Tahap Uji Coba Terbatas

Sebelum dilakukan uji coba di kelas sesungguhnya, terlebih dahulu

dilakukan simulasi pembelajaran di Kelas VI A SD Inpres Minasa Upa

Kota Makassar dengan menerapkan perangkat pembelajaran matematika

metode discovery learning berbasis GRANDER. Simulasi dimaksudkan

untuk menghindari bias data amatan yang diperoleh dari tiga pengamat

yaitu guru PNS bersertifikat, guru PNS, guru honorer. Pertimbangan

76

pemilihan kriteria pengamat atau observer adalah pertama, guru tersebut

bagian dari guru yang diamati dalam kegiatan pembelajaran di kelas

sehingga lebih optimal dan lengkap dalam memberikan justifikasi.

Pertimbangan kedua, konteks kelas dan urid guru tersebut lebih paham

sehingga lebih utuh ditinjau juga dari level gurunya. Pada tahap uji coba

terbatas melibatkan peserta didik kelas VI B SD Inpres Karunrung dan

peserta didik kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I Makassar untuk

mengevaluasi perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode

discovery learning berbasis GRANDER. Pada saat uji coba terbatas

melibatkan tiga pengamat (guru) dengan kriteria yang sama pada saat

simulasi perangkat pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengamati

keterlaksanaan perangkat pembelajaran, aktivitas peserta didik dan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

4. Tahap Penyebaran

Proses penyebaran merupakan suatu tahap akhir dalam model

pengembangan 4-D. Penyebaran dilakukan untuk mempromosikan produk

yang dihasilkan. Menurut Thiagarajan (1974) beberapa media yang dapat

digunakan dalam menyebarkan produk seperti jurnal pendidikan, makalah

pendidikan, konferensi, pertemuan, dan perjanjian dalam berbagai jenis

serta melalui pengiriman lewat e-mail.

Adapun prosedur penelitian pengembangan menggunakan model

4-D dapat dilihat pada gambar berikut.

77

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran model 4D

Produk

Analisis Peserta didik

Produk

Produk

Prototipe

Uji coba terbatas

Praktis, efektif

Pemilihan Media

Penyusunan Tes

Penyebaran Penyebaran

78

C. Uji Coba Produk

1. Desain Uji Coba

Desain uji coba dalam penelitian ini adalah tahap awal dilakukan

simulasi perangkat pembelajaran di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa

Kota Makassar. Kemudian dilakukan uji coba terbatas di kelas VI B SD

Inpres Karunrung dan di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I Kota

Makassar. Desain uji coba penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.2 Desain uji coba perangkat pembelajaran

2. Subjek Coba dan Lokasi Penelitian

Subjek uji coba produk hasil pengembangan adalah peserta didik

kelas VI A SD Inpres Minasa Upa yang terdiri dari 22 peserta didik

sebagai sekolah simulasi, peserta didik kelas VI B SD Inpres Karunrung

yang terdiri dari 24 peserta didik dan peserta didik kelas VI A SD Negeri

Minasa Upa I terdiri dari 24 peserta didik sebagai sekolah uji coba

perangkat. Lokasi penelitian adalah SD Inpres Minasa Upa, SD Inpres

Karunrung dan SD Inpres Minasa Upa I Kota Makassar.

3. Jenis Data

Penelitian pengembangan ini menghasilkan data kuantitatif.

Adapun jenis data yang diperoleh disajikan dalam tabel data berikut

Simulasi

Uji coba terbatas

79

Tabel 3.1 Jenis Data Penelitian No. Data Hasil Data Kuantitatif

1. Data tingkat kelayakan perangkat

pembelajaran hasil pengembangan

berdasarkan saran dan kritik dari ahli.

2 Data respons guru terhadap perangkat

pembelajaran menggunakan metode

discovery learning berbasis GRANDER

(silabus, RPP, buku siswa, LKPD, instrumen

penilaian hasil belajar dan alat peraga

GRANDER)

3 Data respons peserta didik terhadap

perangkat pembelajaran menggunakan

metode discovery learning berbasis

GRANDER (buku siswa, LKPD, instrumen

penilaian hasil belajar dan alat peraga

GRANDER)

4 Data keterlaksanaan perangkat

pembelajaran menggunakan metode

discovery learning berbasis GRANDER

5 Data hasil belajar peserta didik √

6 Data aktivitas belajar peserta didik √

7 Data kemampuan guru mengelola

pembelajaran.

80

4. Instrumen Pengumpulan Data

Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut.

a. Angket Respons Guru dan Peserta Didik

Angket respons guru dan peserta didik merupakan instrumen yang

berfungsi untuk mengetahui pendapat guru dan peserta didik terkait

dengan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan. Instrumen penilaian menggunakan skala Likert dengan

menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala tersebut

kemudian dikonversi menjadi rating-scale. Alternatif jawaban SS=4, S=3,

TS=2, dan STS=1. Angket respons ini menggunakan bentuk pernyataan.

Respons yang diberikan guru dan peserta didik akan menentukan

kelayakan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan.

b. Lembar Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran

Kepraktisan perangkat pembelajaran ditentukan berdasarkan

aspek-aspek yang diamati yaitu sintaks, interaksi sosial, prinsip reaksi,

perangkat pembelajaran, dan alat bantu pembelajaran. Observasi

dilakukan dengan cara memberi tanda ceklis (√) pada kolom tersedia.

Kriteria penilaian keterlaksanaan perangkat pembelajaran terdiri dari 3

kriteria yaitu ada (nilai = 2), sebagian (nilai = 1) dan tidak ada (nilai = 0).

81

c. Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Instrumen penilaian hasil belajar dibuat yang digunakan untuk

mengetahui keefektifan pembelajaran dengan menggunakan produk yang

dikembangkan. Instrumen penilaian hasil belajar yang disusun terdiri 5

soal essai.

d. Lembar Aktivitas Peserta Didik

Lembar aktivitas peserta didik digunakan untuk melihat aktivitas

peserta didik selama proses pembelajaran. Adapun aktivitas yang diamati

diadaptasi dari Yusuf (2011) adalah memperhatikan demonstrasi,

melakukan percobaan, mengajukan pertanyaan kepada guru atau peserta

didik, diskusi kelompok, mendengarkan penyajian/percakapan,

mengerjakan soal-soal dan menyimpulkan pembelajaran. Observasi

dilakukan dengan cara memberi tanda ceklis (√) pada kolom tersedia

dengan nilai 1 sampai 4.

e. Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru

selama pembelajaran berlangsung. Khususnya aktivitas guru dalam

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery

learning berbasis GRANDER yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti,

kegiatan akhir dan observasi suasana kelas.

Dalam pengambilan data pada saat simulasi dan uji coba

melibatkan tiga pengamat. Observasi dilakukan oleh tiga orang pengamat

yaitu guru PNS yang bersertifikat, guru PNS dan guru honorer.

82

Pertimbangan pemilihan kriteria pengamat atau observer adalah pertama,

guru tersebut bagian dari guru yang diamati dalam kegiatan pembelajaran

di kelas sehingga lebih optimal dan lengkap dalam memberikan justifikasi.

Pertimbangan kedua, konteks kelas dan peserta didik, guru tersebut lebih

paham sehingga lebih utuh ditinjau juga dari level gurunya. Observasi

dilakukan dengan menuliskan kategori-kategori skor yang muncul dengan

menggunakan tanda ceklis (√) pada lembar observasi pengelolaan

pembelajaran. Simulasi dilakukan sebelum uji coba agar tidak terjadi bias

dalam penelitian.

5. Teknis Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Analisis Validitas

Untuk mengetahui validitas perangkat pembelajaran dan instrumen

penelitian dilakukan uji validasi sesuai dengan penilaian para ahli.

Kegiatan yang dilakukan untuk analisis validasi menurut Hobri (2010)

adalah sebagai berikut.

1) Melakukan rekapitulasi hasil penilaian ahli ke dalam tabel yang meliputi:

aspek (𝐴𝑖), kriterian (𝐾𝑖), hasil penialain validator (𝑣𝑗𝑖)

2) Mencari rerata hasil penilaian ahli untuk setiap kriteri dengan rumus

𝐾𝑖= ∑ 𝑉𝑖𝑗

𝑛𝐽=1

𝑛

Keterangan:

𝐾𝑖= rerata kriteria ke-i

𝑉𝑖𝑗= skor hasil penilaian terhadap kriteria ke-i oleh penilai ke-j

83

n= banyaknya penilai

3) Mencari rerata tiap aspek dengan rumus

𝐴𝑖= ∑ 𝐾𝑖𝑗

𝑛𝐽=1

𝑛

Keterangan:

𝐴𝑖= rerata aspek ke-i

𝐾𝑖𝑗= rerata untuk aspek ke-i kriteria ke-j

n= banyaknya kriteria dalam aspek ke-i

4) Mencari rerata total (𝑋) dengan rumus

𝑋= ∑ 𝐴𝑖

𝑛𝐽=1

𝑛

Keterangan:

𝑋= rerata total

𝐴𝑖= rerata aspek ke-1

n= banyaknya aspek

5) Kriteria kategori validitas

Tabel 3.2 Kriteria Kategori Validitas

Interval Skor Kategori Validitas

3,5 ≤ 𝑋 ≤ 4 Sangat Valid

2,5 ≤ 𝑋 < 3,5 Valid

1,5 ≤ 𝑋 < 2,5 Cukup Valid

𝑋 < 1,5 Tidak Valid

Sumber: Nurdin (2007)

84

Selanjutnya, pernyataan yang dikatakan valid dilakukan analisis

reliabilitas. Pengujian reliabilitas tersebut menggunakan rumus Alpha

sebagai berikut:

r11 : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pernyataan

∑σb2 : Jumlah variansi butir

∑σt2 : Variansi total

Nilai reliabilitas yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan dengan

nilai reliabilitas tabel. Instrumen dikatagorikan reliabel jika diperoleh nilai

reliabilitas hitung lebih besar daripada reliabilitas tabel.

b. Analisis Praktikalitas

1) Respons Guru dan Peserta Didik

Analisis angket respons guru dan peserta didik dilakukan dengan

menentukan skor rata-rata dari data pengisian angket respons guru dan

peserta didik. Kemudian mengkonversikan skor yang telah diperoleh

menjadi nilai kualitatif skala lima sesuai kriteria penilaian dalam tabel

berikut.

Tabel 3.3 Konversi Data Kuanitatif ke Data Kualitatif dengan Skala Lima

Interval Kriteria

𝑋 > 𝑋𝑖 + 1,8𝑠𝑏𝑖 Sangat baik

𝑋𝑖 + 0,6𝑠𝑏𝑖 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 + 1,8𝑠𝑏𝑖 Baik

196) :2006 (Arikunto,11 2

2

11

t

b

k

kr

85

𝑋𝑖 − 0,6𝑠𝑏𝑖 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 + 0,6𝑠b𝑖 Cukup

𝑋𝑖 − 1,8𝑠𝑏𝑖 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 − 0,6𝑠𝑏𝑖 Kurang

𝑋 ≤ 𝑋𝑖 − 1,8𝑠𝑏𝑖 Sangat Kurang

Sumber: Widoyoko (2011)

Keterangan:

𝑋 = skor rata-rata pengisian angket respons peserta didik

𝑋𝑖= skor ideal = 1

2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

𝑠𝑏𝑖= simpangan baku ideal = 1

6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)

Skor maksimal ideal = 4

Skor minimal ideal = 1

Kemudian, diperoleh gambaran yang jelas dalam menyatakan data

kuantitatif menjadi data kualitatif. Pedoman pengubahan data kuantitatif

menjadi data kualitatif dipaparkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.4 Pedoman Pengubahan Data Kuantitatif Menjadi Data Kualitatif Angket Respons Guru dan Peserta Didik

Interval Kriteria

𝑋 > 3,4 Sangat baik

2,8 < 𝑋 ≤ 3,4 Baik

2,2 < 𝑋 ≤ 2,8 Cukup

1,6 < 𝑋 ≤ 2,2 Kurang

𝑋 ≤ 1,6 Sangat Kurang

Sumber: Yamsari (2010)

Produk yang dikembangkan dikatakan layak berdasarkan aspek

kepraktisan, jika kriteria yang dicapai minimal adalah tingkat baik.

86

2) Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran

Untuk menentukan kepraktisan perangkat pembelajaran dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a) Mencari rata-rata untuk setiap aspek observasi setiap pertemuan

n

K

A

n

jij

mi

1

Keterangan:

Ami = rata-rata aspek ke – i

Kij = rata-rata aspek ke - i kriteri ke – j

N = banyaknya kriteria dalam aspek ke - i

b) Mencari rata-rata tiap aspek observasi untuk setiap kali pertemuan

dengan rumus:

t

A

A

t

mmi

i

1

Keterangan:

Ai = Rata-rata nilai aspek ke - i

Ami = Rata-rata aspek ke - i kriteria ke - j

t = Banyaknya pertemuan

c) Menentukan kategori keterlaksanaan setiap aspek atau keseluruhan

aspek dengan mencocokkan rata-rata setiap aspek ( Ai) atau rata-rata

total (x) dengan kategori yang telah ditetapkan.

Nurdin (2007)

87

d) Kategori keterlaksanaan setiap aspek atau keseluruhan aspek

keterlaksanaan perangkat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Kategori Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran

Interval Nilai Kategori keterlaksanaan

1,5 ≤ M < 2,0 Terlaksana Seluruhnya

0,5 ≤ M< 1,5 Terlaksana Sebagian

0,0 ≤ M < 0,5 Tidak Terlaksana

Sumber: Nurdin (2007)

Keterangan:

M = At, Untuk mencari keterlaksanaan setiap perangkat

M = x, Untuk mencari keterlaksaan keseluruhan aspek

Kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa perangkat

pembelajaran memiliki derajat keterlaksanaan yang memadai adalah x

dan At minimal berada pada kategori terlaksana sebagian.

c. Analisis Efektivitas

1) Hasil Belajar

Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika 85% peserta didik

mampu melampaui Kriteria Ketuntasan Mininal (KKM). Dalam hal ini KKM

yang ditentukan dari tempat penelitian. Analisis keefektifan dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Menghitung skor peserta didik dari tes hasil belajar, kemudian

b) menghitung banyaknya peserta didik yang tuntas atau mendapatkan

skor minimal sesuai KKM.

88

c) Menghitung persentase ketuntasan belajar (p) sebagai berikut.

p=𝑛𝑡

𝑛 x 100%

Keterangan:

p = persentase ketuntasan belajar

nt = banyaknya peserta didik yang tuntas

n = banyaknya peserta didik yang mengikuti tes.

Kemudian, kriteria kentuntasan mengacu pada tabel berikut.

Tabel 3.6 Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal

Persentase skor (%) Kriteria

𝑝 > 80 Sangat baik

60 < 𝑝 ≤ 80 Baik

40 < 𝑝 ≤ 60 Cukup

20 < 𝑝 ≤ 40 Kurang

𝑝 ≤ 20 Sangat Kurang

Sumber: Widoyoko (2011)

Keterangan:

𝑝 = persentase ketuntasan belajar

Produk yang dikembangkan dikatakan layak berdasarkan aspek

keefektifan, jika kriteria yang dicapai minimal adalah tingkat sangat baik.

2) Analisis Data Aktivitas Peserta didik

Skor diperoleh berdasarkan rata-rata skor semua peserta didik.

Pedoman penskoran aktivitas peserta didik sebagai berikut.

89

Tabel 3.7 Rubrik Penilaian Aktivitas Belajar Peserta Didik Selama Pembelajaran

N

o

Bentuk

Aktivitas

Pedoman Penskoran

Kriteria Skor

1 Memperhatikan

demonstrasi

a. Menyimak dan mencatat penjelasan guru 4

b. Mencatat namun tidak menyimak penjelasan

guru

3

c. Memperhatikan namun tidak mencatat

penjelasan guru

2

d. Tidak memperhatikan penjelasan guru dan

tidak mencatat penjelasan guru

1

2

Melakukan

percobaan

a. Mengikuti prosedur percobaan menggunakan

alat peraga GRANDER dengan benar

4

b. Mengikuti prosedur percobaan menggunakan

alat peraga GRANDER akan tetapi terdapat

kesalahan prosedur percobaan yang dilakukan

3

c. Mengikuti prosedur percobaan menggunakan

alat peraga GRANDER dengan banyak

kesalahan prosedur percobaan yang dilakukan

2

d. Tidak mengikuti prosedur dalam menggunakan

alat peraga GRANDER

1

3 Mengajukan

pertanyaan

kepada guru

atau peserta

didik

a. Mampu menyampaikan pertanyaan dengan

benar dan jelas

4

b. Mampu menyampaikan pertanyaan dengan

benar tetapi kurang jelas

3

c. Mampu menyampaikan pertanyaan akan

tetapi kurang tepat dan kurang jelas

2

d. Tidak mampu menyampaikan pertanyaan

dengan benar dan jelas

1

4 Diskusi a. Mampu bekerjasama dengan semua anggota 4

90

N

o

Bentuk

Aktivitas

Pedoman Penskoran

Kriteria Skor

kelompok kelompok dalam menggunakan alat peraga

GRANDER

b. Mampu bekerjasama dengan beberapa

anggota kelompok dalam menggunakan alat

peraga GRANDER

3

c. Hanya mampu bekerjasama dengan salah satu

anggota kelompok dalam menggunakan alat

peraga GRANDER

2

d. Bekerja secara individu dan menganggu

anggota kelompok lain dalam menggunakan

alat peraga GRANDER

1

5

Mendengarkan

penyajian/perca

kapan

a. Mampu menghargai dan mendengarkan

pendapat orang lain.

4

b. Mampu menerima masukan orang lain tetapi

kurang mampu menunjukkan sikap menghargai

saat peserta didik lain menyampaikan

pendapat

3

c. Kurang mampu menghargai dan

mendengarkan pendapat orang lain.

2

d. Tidak Mampu menghargai dan mendengarkan

pendapat orang lain.

1

6 Mengerjakan

soal-soal

a. Mengerjakan soal-soal dengan benar semua 4

b. Mengerjakan soal-soal dengan beberapa

kesalahan

3

c. Mengerjakan soal-soal dengan banyak

kesalahan

2

d. Tidak mengerjakan soal-soal 1

7 Menyimpulkan a. Mampu menyimpulkan pembelajaran dengan 4

91

N

o

Bentuk

Aktivitas

Pedoman Penskoran

Kriteria Skor

pembelajaran benar dan jelas

b. Mampu menyimpulkan pembelajaran dengan

benar tetapi kurang jelas

3

c. Mampu menyimpulkan pembelajaran akan

tetapi kurang tepat dan kurang jelas

2

d. Tidak mampu menyimpulkan pembelajaran

dengan benar dan jelas

1

Sumber: Diadaptasi dari Yusuf (2011)

Berdasarkan rubrik penilaian aktivitas peserta didik pada tabel 3.5,

skor maksimal yang dapat diperoleh setiap peserta didik yaitu 28 poin

(7 𝑥 4 poin). Dari skor yang diperoleh oleh setiap peserta didik tersebut,

selanjutnya dirata-ratakan untuk memperoleh skor keseluruhan.

Pembelajaran dikatakan efektif jika 85% peserta didik aktif dalam proses

pembelajaran.

Tabel 3.8 Kriteria Interpretasi Skor

Persentase (%) Kriteria

86-100 Sangat Tinggi

76-85 Tinggi

60-75 Sedang

0-59 Rendah

Sumber: Purwanto (2012)

3) Analisis Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Penilaian yang dilakukan untuk mengeatahui kemapuan guru dalam

mengelola kegiatan pembelajaran menggunakan metode discovery

learning berbasis GRANDER berdasarkan hasil observasi kegiatan guru.

92

Tingkat kemampuan guru tiap pertemuan dihitung dengan cara

menjumlah nilai tiap aspek kemudian membaginya dengan banyak aspek

yang dinilai. Aspek yang dimaksud meliputi kegiatan awal, kegiatan inti,

kegiatan akhir dan observasi suasana kelas yang diukur dengan

instrumen lembar observasi kemapuan guru mengelola pembelajaran.

Untuk pengategorian kemampuan guru tersebut digunakan kategori

pada tabel berikut.

Tabel 3.9 Kategori Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Menggunakan Metode Discovery Learning Berbasis GRANDER

Kemampuan Guru (KG) Kriteria

3,5 ≤ KG ≤ 4,0 Sangat Tinggi

2,5 ≤ KG < 3,5 Tinggi

1,5 ≤ KG < 2,5 Sedang

KG < 1,5 Rendah

Sumber: Nurdin (2007)

Kriteria yang digunakan untuk menetapkan bahwa kemampuan

guru mengelola pembelajaran menggunakan metode discovery learning

berbasis GRANDER memadai adalah KG minimal berada dalam kategori

“tinggi” berarti penampilan guru dapat dipertahankan.

93

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Penyajian Data Uji Coba

Penyajian data uji coba berikut ini berupa deskripsi hasil penelitian

pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan metode discovery

learning berbasis GRANDER di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui validitas, praktikalitas dan efektifitas perangkat

pembelajaran yang dikembangkan. Untuk mencapai tujuan tersebut,

terlebih dahulu dilakukan penelitian pengembangan dengan

menggunakan model pengembangan Thiagarajan yang dikenal dengan

model 4-D. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan

metode discovery learning berbasis GRANDER berupa silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar Kegiatan Peserta

didik (LKPD) dan instrumen penilaian hasil belajar.

1. Tahap Pendefinisian

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-

syarat pembelajaran. Penentuan dan penetapan syarat-syarat

pembelajaran diawali dengan analisis tujuan. Hasil setiap kegiatan pada

tahap pendefinisian diuraikan sebagai berikut

a. Analisis awal akhir

Berdasarkan temuan peneliti di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa,

kelas VI B SD Inpres Karunrung dan di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I

93

94

bahwa peserta didik kesulitan dalam memahami konsep pembelajaran

disebabkan kurangnya pemberian konsep berupa penggunaan media atau

alat peraga. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran sangat

kurang karena metode yang digunakan guru masih menggunakan metode

atau model pembelajaran langsung. Melalui alat peraga GRANDER dan

penggunaan metode discovery learning, peserta didik dapat menemukan

konsep keliling dan luas lingkaran, sehingga peserta didik lebih aktif dan

mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.

b. Analisis Peserta didik

Peserta didik yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik di

kelas VI A SD Inpres Minasa Upa sebagai sekolah simulasi, peserta didik

kelas VI B SD Inpres Karunrung dan peserta didik kelas VI A SD Inpres

Minasa Upa I sebagai sekolah uji coba. Pada analisis peserta didik,

peneliti menelaah tentang latar belakang pengetahuan, bahasa yang

digunakan dan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Hasil telaah

menunjukkan bahwa peserta didik telah mempelajari materi prasyarat

seperti unsur-unsur lingkaran.

Bahasa yang digunakan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

adalah bahasa Indonesia, bahasa bugis dan bahasa Makassar. Tetapi

dalam proses pembelajaran bahasa yang digunakan peserta didik adalah

bahasa Indonesia. Ditinjau dari tingkat perkembangan kognitif menurut

Piaget, peserta didik telah berada pada tahap operasi formal (11 tahun ke

atas). Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir secara logis tanpa

95

kehadiran benda-benda konkrit. Dengan kata lain, mereka sudah mampu

melakukan abstraksi (mampu berpikir tentang hal-hal yang abstrak).

Namun, pada usia tersebut sebagian besar peserta didik masih

memerlukan benda-benda kongkrit dalam pembelajaran. Oleh karena itu,

sangat tepat jika pembelajaran menggunakan metode discovery learning

dengan bantuan media atau alat peraga GRANDER yang bisa

memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang konsep materi

yang diajarkan.

c. Analisis Tugas

Analisis tugas diorientasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran,

baik yang harus diselesaikan peserta didik selama proses pembelajaran,

maupun tugas yang harus diselesaikan di luar kelas (setelah

pembelajaran berlangsung). Tugas yang dirancang tersebut dituangkan

dalam lembar kegiatan peserta didik yang diselesaikan selama proses

pembelajaran menggunakan alat peraga GRANDER, dan tugas dalam

buku bacaan peserta didik yaitu soal-soal latihan yang diselesaikan dalam

proses pembelajaran maupun di luar jam pelajaran. Pada saat

pengerjakan tugas, peserta didik dapat menemukan rumus keliling dan

luas lingkaran dan peserta didik aktif pada saat proses pembelajaran.

Sehingga penggunaan metode discovery learning dan alat peraga

GRANDER menjadikan pembelajaran menyenangkan dan peserta didik

sangat antusias dalam proses pembelajaran.

96

d. Analisis Konsep

Analisis konsep meliputi analisis materi yang akan diajarkan.

Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada

keberhasilan pengajar merancang materi pembelajaran. Materi

pembelajaran pada hakikatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari

kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Materi

pelajaran harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat

mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik. Adapun materi yang

diambil dalam penelitian ini adalah keliling dan luas lingkaran. Cara yang

digunakan peneliti untuk memberikan pemahaman konsep kepada

peserta didik adalah pembelajaran menggunakan metode discovery

learning dengan bantuan alat peraga GRANDER sehingga peserta didik

dapat menentukan rumus keliling dan luas lingkaran.

e. Spesifikasi Tujuan

Perumusan tujuan pembelajaran disesuian kompetesi dasar dan

indikator yang akan dicapai. Rumusan tujuan pembelajaran disajikan pada

tabel berikut.

Tabel 4.1 Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian

Kompetensi Tujuan Pembelajaran

3.5 Menjelaskan

taksiran keliling dan

luas lingkaran

3.5.1 Menentukan keliling

lingkaran

3.5.2 Menentukan luas

1. Setelah peserta didik

mendengarkan

penjelasan guru

97

lingkaran peserta didik dapat

menentukan keliling

lingkaran dengan

benar

2. Setelah peserta didik

mendengarkan

penjelasan guru

peserta didik dapat

menentukan luas

lingkaran dengan

benar

4.5 Menaksir keliling

dan luas lingkaran

serta

menggunakannya

untuk

menyelesaikan

masalah

4.5.1 Menentukan

taksiran nilai phi

4.5.2 Menentukan rumus

keliling lingkaran

4.5.3 Menentukan rumus

luas lingkaran

1. Setelah peserta didik

mengerjakan LKPD

menggunakan alat

peraga GRANDER

peserta didik dapat

menentukan taksiran

nilai phi dengan benar

2. Setelah peserta didik

mengerjakan LKPD

menggunakan alat

peraga GRANDER

peserta didik dapat

menentukan rumus

keliling lingkaran

dengan benar

3. Setelah peserta didik

mengerjakan LKPD

menggunakan alat

peraga GRANDER

peserta didik dapat

98

menentukan rumus

luas lingkaran dengan

benar

2. Tahap Perancangan

Berdasarkan analisis temuan pada studi pendahuluan, selanjutnya

dibuat rancangan perangkat pembelajaran menggunakan metode

dscovery learning berbasis alat peraga GRANDER. Tujuan tahap ini

adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran dan alat

peraga GRANDER. Tahap ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

a. Penyusunan Tes

Penyususan tes didasarkan pada analisis materi dan analisis tugas

yang dijabarkan dalam indikator pencapaian kompetensi. Tes yang

dimaksud adalah instrumen hasil belajar pada materi keliling dan luas

lingkaran. Untuk merancang tes tersebut terlebih dahulu dibuat kisi-kisi

instrumen hasil belajar yang disusun berdasarkan analisis spesifikasi

tujuan pembalajaran. Adapun tes dalam penelitian ini adalah tes

kemampuan kognitif sedangkan kemampuan psikomotorik menggunakan

LKPD untuk mengukur keterampilan peserta didik dalam menentukan

rumus keliling dan luas lingkaran.

b. Pemilihan Media

Pemilihan media dilakukan untuk menentukan media atau alat

peraga yang tepat dalam penyajian materi pembelajaran. Adapun media

atau alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga

99

GRANDER. Alat peraga GRANDER dapat digunakan untuk menentukan

semua rumus bangun datar. Pada saat proses pembelajaran peserta didik

tertarik dengan alat peraga GRANDER dan menjadikan peserta didik

dapat memahami konsep dari materi yang diajarkan.

c. Pemilihan Format

Pemilihan format dilakukan dengan mengkaji format-format

perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP, buku siswa, LKPD dan

instrumen penilaian hasil belajar.

d. Rancangan Awal

Perangkat pembelajaran yang dirancang disesuaiakan dengan

permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan

dasar dan menengah. Adapun untuk buku siswa dan LKPD disusun

berdasarkan panduan pengembangan bahan ajar. Sedangkan instrumen

penilaian hasil belajar disusun berdasarkan permendikbud nomor 23

tahun 2016 tentang standar penilaian.

1) Silabus

Silabus yang disusun dibatasi untuk dua kali pertemuan. Dalam

satu kali pertemuan 3 𝑥 35 menit. Hal ini dilakukan karena terbatasnya

waktu yang tersedia untuk melaksanakan penelitian sehingga tidak

dilakukan pengembangan untuk seluruh materi pelajaran matematika

semester satu. Adapun komponen silabus yang ditambahkan dalam

perangkat ini adalah komponen indikator pencapaian kompetensi, tujuan

pembelajaran dan PPK (Pembentukan Pendidikan Karakter). Sedangkan

100

penggunaan alat peraga GRANDER tampak pada kegiatan pembelajaran

yang berbasis penemuan.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun berdasarkan silabus untuk dua kali pertemuan. RPP

ini hanya fokus pada KD 3.5 dan KD 4.5 dengan materi pelajaran keliling

dan luas lingkaran. Adapun komponen RPP yang ditambahkan dari

perangkat ini adalah kompetensi inti. Sedangkan penggunaan metode

discovery learning berbasis GRANDER tampak pada langkah-langkah

pembelajaran yang terdapat di dalam RPP.

3) Buku Siswa

Buku siswa terdiri atas kata pengantar, daftar isi, kompetensi dasar,

indikator, materi pelajaran, soal-soal latihan dan daftar pustaka. Buku

siswa dapat dijadikan sebagai latihan untuk peserta didik agar dapat

mandiri dalam mengerjakan soal-soal.

4) Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD)

LKPD yang disusun berdasarkan KD 4.5. LKPD ini terdiri dari

kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran,

petunjuk kerja dan kegiatan peserta didik. LKPD menggunakan metode

discovery learning berbasis alat peraga GRANDER disusun agar peserta

didik dapat menentukan rumus keliling dan luas lingkaran, dan dapat

melibatkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.

101

5) Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Instrumen penilaian hasil belajar disusun berdasarkan indikator

yang akan dicapai. Sebelum instrumen penilaian hasil belajar disusun

terlebih dahulu dibuatkan kisi-kisi soal. Adapun instrumen penilaian hasil

belajar dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian kognitif yang

berupa soal essai yang terdiri dari lima nomor sedangkan instrumen

penilaian psikomotorik menggunakan LKPD untuk dua kali pertemuan.

Adapun instrumen penilaian sikap dalam penelitian ini tidak dianalisis

namun tetap dilampirkan dalam tesis ini karena kurikulum 2013 tidak bisa

dipisahkan dari ketiga instrumen tersebut.

3. Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan perangkat

pembelajaran berdasarkan masukan dari materi dan media. Adapun

jumlah pakar atau validator adalah tiga orang yang terdiri dari satu dosen

evaluasi, dosen matematika dan satu guru. Adapun langkah-langkah

dalam tahap pengembangan sebagai berikut.

a. Validasi

Validasi dilakukan untuk mengatahui kelayakan suatu instrumen

penelitian adapun instrumen penelitian yang divalidasi adalah silabus,

RPP, buku siswa, LKPD, instrumen penilaian hasil belajar, lembar

keterlaksanaan perangkat pembelajaran, angket respons guru, angket

respons peserta didik, lembar aktivitas peserta didik dan lembar

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

102

b. Uji Coba

Sebelum dilakukan uji coba perangkat pembelajaran terlebih

dahulu dilakukan simulasi di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dan setelah

dilakukan simulasi dan indikator praktikalitas dan efektivitas tercapai maka

dilakukan uji coba di kelas VI B SD Inpres Karunrung dan di kelas VI A SD

Inpres Minasa Upa I. Pengamat terdiri atas tiga pengamat masing-masing

guru tempat penelitian. Observasi dilakukan untuk mengamati

keterlaksanaan perangkat pembelajaran, mengamati aktivitas murid dan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

4. Tahap Penyebaran

Media penyebaran yang digunakan dalam mempromosikan produk

yang dihasilkan adalah seminar nasional pendidikan dan publikasi jurnal.

a. Perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery

learning berbasis GRANDER dipromosikan pada seminar Nasional

Pendidikan yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Muslim Maros

pada tanggal 26 Oktober 2019. Peserta pemakalah seminar pendidikan

dihadiri oleh dosen, guru dan mahasiswa. Adapun saran-saran

diberikan oleh peserta seminar pada saat promosi produk yaitu

penggunaan kata murid dalam LKM sebaiknya diganti menjadi peserta

didik sesuai dengan penamaan di kurikulum 2013 sehingga LKM

diubah menjadi LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik). Adapun saran

lainnya yaitu buku murid diganti menjadi buku siswa.

103

b. Perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery

learning berbasis GRANDER dipublikasi pada jurnal pendidikan

Edumaspul, volume 3 Nomor 2 tahun 2019, p-ISSN 2548-8201 e-ISSN

2580-0469.

B. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah terkait validitas perangkat pembelajaran, praktikalitas

perangkat pembelajaran dan efektivitas perangkat pembelajaran.

1. Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika

a. Validitas Silabus

Untuk mengetahui validitas silabus dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Hasil Validasi Silabus

No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan

1 Isi yang

disajikan

3 3,6 4 3,5 Sangat valid

2 Bahasa 3 3,3 4 3,4 Valid

3 Waktu 3 4 4 3,7 Sangat valid

Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aspek silabus berada dalam kategori sangat valid dengan

perolehan 3,5. Untuk setiap aspek diantaranya aspek isi yang disajikan

diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, aspek bahasa

diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid, sedangkan aspek waktu

104

diperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat valid. Berdasarkan

pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh r11 yaitu 0,9998, jika

dikonsultasikan dengan r tabel dengan n=70 dan taraf kesalahan 5%

diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih

besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%

(0,9998>0,3060>0,2352), maka silabus dapat dikatakan reliabel.

b. Validitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Untuk mengetahui validitas RPP dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Hasil Validasi RPP

No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan

1 Format RPP 3,3 3,9 4 3,7 Sangat valid

2 Isi 3 4 4 3,7 Sangat valid

3 Bahasa 3 3,5 4 3,5 Sangat valid

4 Waktu 3 4 4 3,7 Sangat valid

5 Metode sajian 3 3,6 4 3,5 Sangat valid

Rata-rata keseluruhan 3,6 Sangat valid

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aspek RPP berada dalam kategori sangat valid dengan

perolehan 3,6. Untuk setiap aspek diantaranya aspek format RPP

diperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat valid, aspek isi diperoleh

rata-rata 3,7 dengan kategori sangat valid, aspek bahasa diperoleh rata-

rata 3,5 dengan kategori sangat valid, aspek waktu diperoleh rata-rata 3,7

dengan kategori sangat valid dan aspek metode sajian diperoleh rata-rata

3,5 sangat valid. Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka

105

diperoleh r11=0,9998, jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n=70

dan taraf kesalahan 5% diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1%=0,3060.

Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%

(0,9998>0,3060>0,2352), maka RPP dapat dikatakan reliabel.

c. Validitas Buku Siswa

Untuk mengetahui validitas buku siswa dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.4 Hasil Validasi Buku Siswa

No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan

1 Format buku

siswa

3,3 3,3 4 3,6 Sangat valid

2 Isi buku siswa 3 3,7 4 3,6 Sangat valid

3 Bahasa 3 3,5 4 3,5 Sangat valid

4 Manfaat/kegunaan

buku siswa

3 3 4 3,3 Valid

Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aspek buku siswa berada dalam kategori sangat valid

dengan perolehan 3,5. Untuk setiap aspek diantaranya aspek format buku

siswa diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid, aspek isi buku

siswa diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid, aspek bahasa

diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, dan aspek

manfaat/kegunaan buku siswa diperoleh rata-rata 3,3 dengan kategori

valid. Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh r11 =

106

0,9998, jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf

kesalahan 5% diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena

r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%

(0,9998>0,3060>0,2352), maka buku siswa dapat dikatakan reliabel.

d. Validitas Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)

Untuk mengetahui validitas LKPD dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Hasil Validasi LKPD

No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan

1 Format LKPD 3 3,2 4 3,4 Valid

2 Isi LKPD 3,3 3,7 4 3,7 Sangat valid

3 Bahasa 3 3,5 4 3,5 Sangat valid

4 Waktu 3 3 4 3,3 Valid

5 Manfaat/kegunaan

LKPD

3 3 4 3,3 Valid

Rata-rata keseluruhan 3,4 Valid

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aspek LKPD berada dalam kategori valid dengan perolehan

3,4. Untuk setiap aspek diantaranya aspek format LKPD diperoleh rata-

rata 3,4 dengan kategori valid, aspek isi LKPD diperoleh rata-rata 3,7

dengan kategori sangat valid, aspek bahasa diperoleh rata-rata 3,5

dengan kategori sangat valid, aspek waktu diperoleh rata-rata 3,3 dengan

kategori valid dan aspek manfaat/kegunaan LKPD diperoleh rata-rata 3,3

dengan kategori valid. Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka

diperoleh r11 = 0,9960, jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70

107

dan taraf kesalahan 5% diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% =

0,3060. Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1%

dan 5% (0,9960>0,3060>0,2352), maka LKPD dapat dikatakan reliabel.

e. Validitas Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Untuk mengetahui validitas instrumen penialiaan hasil belajar dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Penilaian Hasil Belajar

No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan

1 Materi 3 3 4 3,3 Valid

2 Konstruksi 3 3,7 4 3,6 Sangat valid

3 Bahasa 3 3,5 4 3,5 Sangat valid

4 Waktu 3 4 4 3,7 Sangat valid

Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aspek instrumen penilaian hasil belajar berada dalam

kategori sangat valid dengan perolehan 3,5. Untuk setiap aspek

diantaranya aspek materi diperoleh rata-rata 3,3 dengan kategori valid,

aspek konstruksi diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid,

aspek bahasa diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, dan

aspek waktu diperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat valid.

Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh r11 = 0,9998

jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5%

diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih

besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%

108

(0,9998>0,3060>0,2352), maka instrumen penilaian hasil belajar dapat

dikatakan reliabel.

f. Validitas Alat Peraga GRANDER

Untuk mengetahui validitas alat peraga GRANDER dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.7 Hasil Validasi Alat Peraga GRANDER

No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan

1 Kualitas tampilan 3 3,3 4 3,4 Valid

2 Daya tarik 3 3,6 4 3,5 Sangat valid

Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aspek alat peraga GRANDER berada dalam kategori sangat

valid dengan perolehan 3,5. Untuk setiap aspek diantaranya aspek

kualitas tampilan diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid, dan aspek

daya tarik diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid.

Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh r11 = 0,9998,

jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5%

diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih

besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%

(0,9998>0,3060>0,2352), maka alat peraga GRANDER dapat dikatakan

reliabel.

Hasil validasi perangkat pembelajaran dan alat peraga GRANDER

yang dikembangkan dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran

109

dan alat peraga valid dan memiliki reliabiltas yang tinggi. Hasil validitas

dan reliabiltas dapat digambarkan pada diagram sebagai berikut.

Gambar 4.1 Diagram Batang Nilai Validitas dan Reliabilitas Perangkat

Pembelajaran dan Alat Peraga GRANDER

Adapun hasil validitas instrumen penelitian dapat dilihat sebagai

berikut.

a. Angket Respons Guru

Untuk mengetahui validitas angket respons guru dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.8 Hasil Validasi Angket Respons Guru

No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan

1 Petunjuk 2,5 4 4 3,5 Sangat valid

2 Isi 3 3,8 4 3,6 Sangat valid

3 Bahasa 2,3 3,8 4 3,4 Valid

Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid

3,5 3,6 3,5 3,4 3,5 3,5

0,9998 0,9998 0,9998 0,9960 0,9998 0,9998

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Silabus RPP Buku Siswa LKPD InstrumenPenilaian

Hasil Belajar

Alat PeragaGRANDER

Validitas

Reliabilitas

110

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aspek angket respons guru berada dalam kategori sangat

valid dengan perolehan 3,5 Untuk setiap aspek diantaranya aspek

petunjuk diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, aspek isi

diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid dan aspek bahasa

diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid. Berdasarkan pernyataan

dari setiap aspek maka diperoleh diperoleh r11 = 0,9996, jika

dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5%

diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih

besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%

(0,9996>0,3060>0,2352), maka angket respons guru dapat dikatakan

reliabel.

b. Angket Respons Peserta didik

Untuk mengetahui validitas angket respons peserta didik dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.9 Hasil Validasi Angket Respons Peserta didik

No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan

1 Petunjuk 2,5 4 4 3,5 Sangat valid

2 Isi 3 3,8 4 3,6 Sangat valid

3 Bahasa 2,3 3,8 4 3,4 Valid

Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aspek angket respons peserta didik berada dalam kategori

111

sangat valid dengan perolehan 3,5 Untuk setiap aspek diantaranya aspek

petunjuk diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, aspek isi

diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid dan aspek bahasa

diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid. Berdasarkan pernyataan

dari setiap aspek maka diperoleh diperoleh r11 = 0,9996, jika

dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5%

diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih

besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%

(0,9996>0,3060>0,2352), maka angket respons peserta didik dapat

dikatakan reliabel.

c. Lembar Observasi Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran

Untuk mengetahui validitas lembar observasi keterlaksanaan

perangkat pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10 Hasil Validasi Lembar Observasi Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran

No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan

1 Petunjuk 3 3 4 3,3 Valid

2 Isi 3 3,3 4 3,4 Valid

3 Bahasa 3 3,8 4 3,6 Sangat valid

Rata-rata keseluruhan 3,4 Valid

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aspek lembar observasi keterlaksanaan perangkat

pembelajaran berada dalam kategori valid dengan perolehan 3,4. Untuk

setiap aspek diantaranya aspek petunjuk diperoleh rata-rata 3,3 dengan

112

kategori valid, aspek isi diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid dan

aspek bahasa diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid.

Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh r11 = 0,9997

jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5%

diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih

besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1% dan 5%

(0,9997>0,3060>0,2352), maka lembar observasi keterlaksanaan

perangkat pembelajaran dapat dikatakan reliabel.

d. Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik

Untuk mengetahui validitas lembar observasi aktivitas peserta didik

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11 Hasil Validasi Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan

1 Petunjuk 3 3 4 3,3 Valid

2 Bahasa 3 3,8 4 3,6 Sangat Valid

Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aspek lembar observasi aktivitas peserta didik berada dalam

kategori sangat valid dengan perolehan 3,5. Untuk setiap aspek

diantaranya aspek petunjuk memperoleh rata-rata 3,3 dengan kategori

valid dan aspek bahasa memperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat

valid. Berdasarkan pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh

Berdasarkan perhitungan diperoleh r11 = 0,9995, jika dikonsultasikan

113

dengan r tabel dengan n = 70 dan taraf kesalahan 5% diperoleh 0,2352

dan taraf kesalahan 1% = 0,3060. Karena r hitung lebih besar dari r tabel

untuk taraf kesalahan 1% dan 5% (0,9995>0,3060>0,2352), maka lembar

observasi aktivitas peserta didik dapat dikatakan reliabel.

e. Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Untuk mengetahui validitas lembar observasi kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12 Hasil Validasi Lembar Observasi Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

No Aspek 𝑽𝟏 𝑽𝟐 𝑽𝟑 Rata-Rata Keterangan

1 Petunjuk 3 3,5 4 3,5 Sangat valid

2 Kegiatan dan

suasana

pembelajaran

3 3,8 4 3,6 Sangat valid

3 Bahasa 3 3,5 4 3,5 Sangat valid

Rata-rata keseluruhan 3,5 Sangat valid

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aspek lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran berada dalam kategori sangat valid dengan perolehan 3,5.

Untuk setiap aspek diantaranya aspek petunjuk diperoleh rata-rata 3,5

dengan kategori sangat valid, aspek kegiatan dan suasana pembelajaran

diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid dan aspek bahasa

diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid. Berdasarkan

pernyataan dari setiap aspek maka diperoleh Berdasarkan perhitungan

114

diperoleh r11 = 0,9998, jika dikonsultasikan dengan r tabel dengan n = 70

dan taraf kesalahan 5% diperoleh 0,2352 dan taraf kesalahan 1% =

0,3060. Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 1%

dan 5% (0,9998>0,3060>0,2352), maka lembar observasi kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran dapat dikatakan reliabel.

Hasil validasi instrumen penelitian dapat disimpulkan bahwa

instrumen penelitian valid dan memiliki reliabiltas yang tinggi. Hasil

validitas dan reliabiltas dapat digambarkan pada diagram sebagai berikut.

Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penelitian b. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran Matematika

Indikator praktikalitas perangkat pembelajaran adalah respons

guru, respons peserta didik dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran.

Adapun hasil indikator tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

3,5 3,5 3,4 3,5 3,5

0,9996 0,9996 0,9997 0,9995 0,9998

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Rerata Validitas

Rerata Reliabilitas

115

1) Hasil Respons Guru

Tujuan utama analisis data respons guru adalah untuk mengetahui

respons guru terkait perangkat pembelajaran dan alat peraga GRANDER

yang dikembangkan. Respons guru dianalisis dari tiga sekolah yaitu SD

Inpres Minasa Upa, SD Inpres Karunrung, SD Inpres Minasa Upa I.

Adapun hasilnya dapat dilihat pada analisis sebagai berikut.

Tabel 4.13 Tabel Hasil Respons Guru

No. Sekolah Rata-rata Respons

Guru Keterangan

1 Guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa 3,6 Sangat baik

2 Guru kelas VI B SD Inpres Karunrung 4 Sangat baik

3 Guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I 3,9 Sangat baik

Rata-rata keseluruhan 3,8 Sangat baik

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan respons guru adalah 3,8 dengan kategori sangat baik.

respons guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dengan rata-rata 3,6

dapat dikategorikan baik, respons guru kelas VI B SD Inpres Karunrung

dengan rata-rata adalah 4 dapat dikategorikan sangat baik dan respons

guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I dengan rata-rata adalah 3,9

dapat dikategorikan sangat baik.

2) Hasil Respons Peserta didik

Tujuan utama analisis data respons peserta didik adalah untuk

mengetahui respons peserta didik terkait perangkat pembelajaran dan alat

peraga GRANDER yang dikembangkan. Respons peserta didik dianalisis

116

dari tiga sekolah yaitu SD Inpres Minasa Upa, SD Inpres Karunrung, SD

Inpres Minasa Upa I. Adapun hasilnya dapat dilihat pada analisis sebagai

berikut.

Tabel 4.14 Tabel Hasil Respons Peserta didik

No. Sekolah Rata-rata Respons

Peserta didik Keterangan

1 Kelas VI A SD Inpres Minasa Upa 3,3 Baik

2 Kelas VI B SD Inpres Karunrung 3,7 Sangat baik

3 Kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I 3,2 Baik

Rata-rata keseluruhan 3,4 Baik

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan respons peserta didik adalah 3,4 dengan kategori baik.

respons peserta didik di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dengan rata-

rata 3,3 dapat dikategorikan baik, kelas VI B SD Inpres Karunrung rata-

rata respons peserta didik adalah 3,7 dapat dikategorikan sangat baik dan

kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I rata-rata respons peserta didik adalah

3,2 dapat dikategorikan baik.

3) Hasil Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran

Tujuan analisis data keterlaksanaan perangkat pembelajaran

adalah untuk melihat seberapa besar keterlaksanaan perangkat dalam

proses pembelajaran. Keterlaksanaan perangkat pembelajaran dapat

dilihat pada tabel berikut.

117

Tabel 4.15 Hasil Observasi Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran

No. Aspek

Kelas VI A SD Inpres Minasa

Upa

Kelas VI B SD Inpres

Karunr-ung

Kelas VI A SD

Inpres Minasa Upa I

Rata-rata Keterangan

1 Sintaks 1,9 2 1,9 1,9 Terlaksana seluruhnya

2 Interaksi sosial

2 2 1,7 1,9 Terlaksana seluruhnya

3 Prinsip reaksi 1,9 1,8 1,8 1,8 Terlaksana seluruhnya

4 Perangkat pembelajaran

1,9 2 2 1,9 Terlaksana seluruhnya

5 Alat bantu pembelajaran

2 2 2 2 Terlaksana seluruhnya

Rata-rata keseluruhan 1,9 Terlaksana seluruhnya

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa keterlaksanaan

perangkat pembelajaran memperoleh rata-rata keseluruhan 1,9 dengan

kategori terlaksana seluruhnya. Untuk setiap aspek diantaranya aspek

sintaks memperoleh rata-rata 1,9 dengan kategori terlaksana seluruhnya,

aspek interaksi sosial memperoleh rata-rata 1,9 dengan kategori

terlaksana seluruhnya, aspek prinsip reaksi memperoleh rata-rata 1,8

dengan kategori terlaksana seluruhnya, aspek perangkat pembelajaran

memperoleh rata-rata 1,9 dengan kategori terlaksana seluruhnya dan

aspek alat bantu pembelajaran memperoleh rata-rata 2 dengan kategori

terlaksana seluruhnya.

Hasil respons peserta didik dan keterlaksanaan perangkat

pembelajaran menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis

118

GRANDER praktis digunakan. Hasil respons guru, respons peserta didik

dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran dapat dilihat pada diagram

sebagai berikut.

Gambar 4.3 Diagram Praktikalitas Perangkat Pembelajaran

c. Efektivitas Perangkat Pembelajaran Matematika

Indikator efektivitas perangkat pembelajaran adalah hasil belajar,

aktivitas peserta didik dan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran. Adapun hasil indikator tersebut dapat dilihat pada analisis

sebagai berikut.

1) Hasil Belajar

Tujuan analisis hasil belajar adalah untuk mengetahui kemampuan

dan keterampilan peserta didik dalam proses pembelajaran. Adapun hasil

belajar yang dianalisis adalah hasil belajar kognitif dan psikomotorik

sesuai kompetensi dasar (KD) yang dicapai yaitu KD 3.5 dan KD 4.5.

3,8 3,4

1,9

00,5

11,5

22,5

33,5

4

Respons Guru Respons Peserta Didik KeterlaksanaanPerangkat

Pembelajaran

Praktikalitas Perangkat Pembelajaran

119

Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika 85% peserta didik tuntas.

Ketuntasan belajar disesuaiakan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) setiap sekolah yang diteliti. KKM nilai matematika untuk KD 3.5 dan

KD 4.5 di kelas VI A SD Inpres Minasa Upa adalah 70. KKM nilai

matematika untuk KD 3.5 dan KD 4.5 di kelas VI B SD Inpres Karunrung

adalah 75 sedangkan KKM nilai matematika untuk KD 3.5 dan KD 4.5 di

kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I adalah 70.

Hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.16 Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan tabel di atas bahwa 93% peserta didik tuntas di KD

3.5. Skor tertinggi peserta didik 97, skor terendah peserta didik 42, rata-

No. Hasil Tes

KD 3.5 KD 4.5

Kelas VI A SD

Inpres Minasa

Upa

Kelas VI BSD Inpres

Karunr-ung

Kelas VI A SD

Inpres Minasa Upa I

Rata-rata

Kelas VI A SD

Inpres Minasa

Upa

Kelas VI BSD Inpres

Karunr-ung

Kelas VI A SD

Inpres Minasa Upa I

Rata-rata

1 Skor

tertinggi 100 100 90 97 94 94 94 94

2 Skor

terendah 35 40 50 42 78 78 78 78

3 Rata-rata 89 83 74 82 86 85 88 86

4 Tuntas 21 22 22 65 22 24 24 70

5 Tindak

Tuntas 1 2 2 5 - - - -

6 Ketuntasan

Klasikal 95% 92% 92% 93% 100% 100% 100% 100%

120

rata nilai peserta didik 82, jumlah peserta didik yang tuntas 65 peserta

didik dari 70 peserta didik dan 5 peserta didik tidak tuntas. Sedangkan di

KD 4.5 100% peserta didik tuntas. Skor tertinggi peserta didik 94, skor

terendah peserta didik 78, rata-rata nilai peserta didik 86, jumlah peserta

didik yang tuntas 70 peserta didik dari 70 peserta didik dan tidak ada

peserta didik yang tidak tuntas.

2) Aktivitas Peserta didik

Tujuan analisis aktivitas peserta didik adalah untuk mengetahui

keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Perangkat

pembelajaran dikatakan efektif jika 85% peserta didik aktif dalam proses

pembelajaran. Adapun hasil aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut.

Aktivitas peserta didik dapat dilihat pada tabel di bawah ini sebagai

berikut.

Tabel 4.17 Hasil Aktivitas Peserta Didik

No Aktivitas Kelas VI A SD

Inpres Minasa Upa

Kelas VI A SD Inpres

Karunrung

Kelas VI A SD Inpres

Minasa Upa I

Rata-rata Keterangan

1 Memperhatikan

demonstrasi

100 100 100 100 Sangat

tinggi

2 Melakukan

percobaan

100 100 92 97 Sangat

tinggi

3 Mengajukan

pertanyaan

kepada guru

atau peserta

didik

81 76 75 77 Tinggi

121

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aktivitas peserta didik adalah 89% dengan kategori sangat

tinggi Untuk setiap aktivitas diantaranya memperhatikan demonstrasi

memperoleh rata-rata 100% dengan kategori sangat tinggi, melakukan

percobaan memperoleh rata-rata 97% dengan kategori sangat tinggi,

mengajukan pertanyaan kepada guru atau peserta didik memperoleh rata-

rata 77% dengan kategori tinggi, diskusi kelompok memperoleh rata-rata

97% dengan kategori sangat tinggi, mendengarkan penyajian/percakapan

memperoleh rata-rata 94% dengan kategori sangat tinggi, mengerjakan

soal-soal memperoleh rata-rata 79% dengan kategori tinggi dan

menyimpulkan pembelajaran memperoleh rata-rata 77% dengan kategori

tinggi.

4 Diskusi

kelompok

93 97 100 97 Sangat

tinggi

5 Mendengarkan

penyajian/perca

-kapan

84 99 100 94 Sangat

tinggi

6 Mengerjakan

soal-soal

80 78 78 79 Tinggi

7 Menyimpulkan

pembelajaran

79 75 76 77 Tinggi

Rata-rata

keseluruhan

88 89 89 89 Sangat

tinggi

122

3) Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Tujuan analisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

adalah untuk melihat kemampuan guru dalam mengelola proses

pembelajaran. Data pengelolaan pembelajaran diperoleh melalui

observasi yang dilakukan oleh tiga pengamat dari masing-masing sekolah

yang ditempati meneliti selama dua kali pertemuan. Adapun hasil

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dapat dilihat sebagai

berikut.

Hasil kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.18 Hasil Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

No. Aspek

Kelas VI A SD Inpres

Minasa Upa

Kelas VI B SD Inpres Karunrung

Kelas VI A SD Inpres

Minasa Upa I

Rata-rata Keterangan

1 Kegiatan

awal

3,7 3,9 3,6 3,7 Sangat

tinggi

2 Kegiatan inti 3,7 4 3,9 3,9 Sangat

tinggi

3 Kegiatan

penutup

3,8 4 3,8 3,9 Sangat

tinggi

4 Suasana

kelas

3,4 3,9 3,8 3,7 Sangat

tinggi

Rata-rata

keseluruhan

3,7 3,9 3,8 3,8 Sangat

tinggi

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan kemampuan guru dalam mengelola pembelajarah adalah 3,8

123

dengan kategori sangat tinggi. Untuk setiap aspek diantaranya kegiatan

awal memperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat tinggi, kegiatan inti

memperoleh rata-rata 3,9 dengan kategori sangat tinggi, kegiatan penutup

memperoleh rata-rata 3,9 dengan kategori sangat tinggi dan suasana

kelas memperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat tinggi.

Hasil analisis hasil belajar peserta didik, aktivitas peserta didik dan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menunjukkan bahwa

perangkat pembelajaran berbasis GRANDER efektif. Adapun hasilnya

dapat dilihat pada diagram sebagai berikut.

Gambar 4.4 Diagram Efektivitas Perangkat Pembelajaran

C. Revisi Produk

Produk direvisi berdasarkan masukan dari para validator, simulasi

dan uji coba produk. Adapun hasil revisi adalah sebagai berikut.

93%

100%

89%

3,8

0

20

40

60

80

100

120

Hasil Belajar KD 3.5

Hasil Belajar KD 4.5

Aktivitas Peserta Didik

Kemampuan Guru dalamMengelola Pembelajaran

124

1. Masukan Validator

Adapun produk yang direvisi sesuai dengan masukan dari validator

adalah silabus, RPP, buku siswa, LKPD dan instrumen penilaian hasil

belajar.

a. Silabus

Gambar 4.5 Silabus Sebelum Revisi

Gambar 4.6 Silabus Setelah Revisi

125

Berdasarkan Gambar 4.5 silabus sebelum revisi alokasi waktu

setiap pertemuan tidak dirinci, komponen tujuan pembelajaran tidak

ditampilkan, sumber belajar pada buku guru tidak tampak judul buku dan

penulisnya, dan komponen PPK tidak ditampilkan. Berdasarkan Gambar

4.6 silabus setelah revisi alokasi waktu setiap pertemuan dirinci, tujuan

pembelajaran sudah ditampilkan, sumber belajar pada buku guru jelas

judul buku dan penulisnya serta komponen PPK ditampilkan.

b. RPP

Gambar 4.7 RPP Sebelum Revisi

126

Gambar 4.8 RPP Setelah Revisi

Berdasarkan Gambar 4.7 RPP sebelum direvisi tujuan

pembelajaran tidak menampilkan unsur audience, bahavior, condition,

degree, media pembelajaran tidak ditampilkan gambarnya dan buku guru

127

tidak jelas judul buku dan penulisnya. Sedangkan berdasarkan Gambar

4.8 RPP setelah direvisi tujuan pembelajaran menampilkan unsur

audience, bahavior, condition, degree, media pembelajaran sudah

ditampilkan gambarnya dan buku guru jelas judul buku dan penulisnya.

c. Buku siswa

Gambar 4.9 Buku Siswa Sebelum Revisi

Gambar 4.10 Buku Siswa Setelah Revisi

128

Berdasarkan Gambar 4.9 bahwa buku siswa sebelum revisi karena

beberapa simbol atau rumus kurang tepat penulisannya misalnya K untuk

keliling seharus ditulis k. Buku siswa sebelumnya diberi nama buku murid

namun buku murid diubah menjadi buku siswa sesuai dengan penamaan

di kurikulum 2013. Berdasarkan Gambar 4.10 bahwa buku siswa setelah

direvisi sebelumnya penulisan K untuk keliling sudah berubah menjadi k.

d. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)

Gambar 4.11 LKPD Sebelum Revisi

129

Gambar 4.12 LKPD Setelah Revisi

Berdasarkan Gambar 4.11 LKPD sebelum direvisi adalah LKPD

sebelumnya diberi nama LKM sehingga butuh untuk direvisi menjadi

LKPD sesuai dengan penamaan di kurikulum 2013. Adapun revisi lainnya

adalah tujuan pembelajaran tidak dicantumkan, penulisan simbol atau

rumus kurang tepat, serta cover LKPD tidak ada. Berdasarkan Gambar

4.12 LKPD setelah direvisi penamaan LKM sebelum revisi sudah berubah

130

menjadi LKPD, tujuan pembelajaran sudah dicantumkan, cover sudah

ada dan penulisan simbol atau rumus sudah diperbaiki (bisa dilihat pada

lampiran).

e. Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Gambar 4.13 Instrumen Penilaian Sebelum Revisi

131

Gambar 4.14 Instrumen Penilaian Setelah Revisi

Berdasarkan Gambar 4.13 Instrumen penilaian hasil belajar

sebelum revisi yaitu struktur kalimat masih perlu diperbaiki sedangkan kisi-

kisi instrumen penilaian belum ditampilkan tujuan pembelajaran, jenjang

kognitif tidak dijelaskan, dan kunci jawaban masih ada simbol yang perlu

diperbaiki. Sedangkan berdasarkan Gambar 4.14 struktur kalimat pada

soal sudah diperbaiki, kisi-kisi soal sudah ditampilkan tujuan pembelajaran

dan penjelasan jenjang kognitif, dan penulisan simbol pada kunci jawaban

sudah diperbaiki (bisa dilihat pada lampiran).

132

2. Simulasi dan Uji Coba Produk

Pada saat simulasi dan uji coba, produk yang perlu direvisi adalah

buku siswa karena ada beberapa soal yang susah dipahami oleh peserta

didik.

Gambar 4.15 Produk Simulasi dan Uji Coba Sebelum Revisi

Gambar 4.16 Produk Simulasi dan Uji Coba Setelah Revisi

133

Berdasarkan Gambar 4.15 produk direvisi karena ada beberapa

soal yang susah dipahami oleh peserta didik dan ada simbol yang kurang

tepat penulisannya. Sedangkan berdasarkan Gambar 4.16 produk telah

direvisi dengan memperbaiki soal-soal dan memperbaiki penulisan simbol.

D. Kajian Produk Akhir

Produk pengembangan perangkat pembelajaran berbasis

GRANDER pada materi keliling dan luas lingkaran sesuai dengan revisi

produk, simulasi pada peserta didik kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dan

uji coba produk pada peserta didik kelas VI B SD Inpres Karunrung dan

peserta didik kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I. Berikut ini ada beberapa

aspek menunjukkan kualitas perangkat pembelajaran berbasis GRANDER

yang dikembangkan adalah sebagai berikut.

1. Validitas Perangkat Pembelajaran Matematika

Hasil penilaian dari tiga validator menunjukkan bahwa kesulurahan

perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian dikatakan valid. Hasil

analisis untuk perangkat pembelajaran meliputi silabus diperoleh rata-rata

3,5 dengan kategori sangat valid, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) diperoleh rata-rata 3,6 dengan kategori sangat valid, buku siswa

diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid, Lembar Kegiatan

Peserta didik (LKPD) diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid,

Instrumen penilaian hasil belajar diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori

sangat valid, alat peraga GRANDER diperoleh rata-rata 3,5 dengan

134

kategori sangat valid, angket respons guru diperoleh rata-rata 3,5 dengan

kategori valid, angket respons peserta didik diperoleh rata-rata 3,5 dengan

kategori sangat valid, lembar observasi keterlaksanaan perangkat

pembelajaran diperoleh rata-rata 3,4 dengan kategori valid, lembar

observasi aktivitas peserta didik diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori

sangat valid dan lembar observasi kemampuan guru dalam pembelajaran

diperoleh rata-rata 3,5 dengan kategori sangat valid.

Sejalan dengan penelitian Arifin (2017) instrumen memiliki peranan

yang sangat penting karena dengan adanya instrumen mutu suatu

penelitian dapat diketehui. Jika instrumen yang dibuat memiliki kriteria

yang baik maka mutu penelitian juga baik begitupun sebaliknya. Menurut

Khaeruddin (2015) salah satu cara untuk memperbaiki proses

pembelajaran yang paling efektif ialah dengan jalan mengevaluasi tes

hasil belajar yang di peroleh dari proses pembelajaran itu sendiri. Dengan

kata lain, hasil tes itu diolah sedemikian rupa sehingga dari hasil

pengolahan itu dapat di ketahui komponen-komponen manakah dari

proses pembelajaran itu yang masih lemah. Menurut Fitri (2017) semakin

tinggi nilai validitas maka semakin jitu data yang diperoleh. Sehingga

kualitas instrumen penelitian sangat menentukan hasil penelitian yang

akan dicapai.

2. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran Matematika

Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika tiga indikator

tercapai yaitu respons guru, respons peserta didik berada dalam kategori

135

minimal baik dan keterlaksanaan perangkat pembelajaran berada dalam

kategori terlaksana sebagian.

a. Respons Guru

Hasil analisis respons guru menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan respons guru adalah 3,8 dengan kategori sangat baik.

respons guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dengan rata-rata 3,6

dapat dikategorikan sangat baik, respons guru kelas VI B SD Inpres

Karunrung rata-rata dengan dalah 4 dapat dikategorikan sangat baik dan

respons guru kelas VI A SD Inpres Minasa Upa I dengan rata-rata adalah

3,9 dapat dikategorikan sangat baik.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2016)

bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis karena

semua indikator tecapai yaitu keterlaksanaan perangkat pembelajaran,

tanggapan peserta didik dan tanggapan guru.

b. Respons Peserta didik

Berdasarkan hasil analisis data rata-rata keseluruhan respons

peserta didik adalah 3,4 dengan kategori baik. Respons peserta didik di

kelas VI A SD Inpres Minasa Upa dengan rata-rata 3,3 dapat

dikategorikan baik, kelas VI B SD Inpres Karunrung rata-rata respons

peserta didik adalah 3,7 dapat dikategorikan sangat baik dan kelas VI A

SD Inpres Minasa Upa I rata-rata respons peserta didik adalah 3,2 dapat

dikategorikan baik.

136

Sejalan dengan penelitian Ramadhani (2016) bahwa perangkat

pembelajaran dikatakan praktis jika peserta didik memberikan Respons

berada dalam kategori baik dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

respons peserta didik berada dalam ketegori baik. Selanjutnya penelitian

Rasyid (2016) bahwa media pembelajaran dikatakan praktis karena

peserta didik memberikan respons positif. Sehingga respons peserta didik

sangat menentukan kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis

GRANDER yang dikembangkan karena peserta didik sebagai pengguna

dari produk tersebut. Menurut Damiati dan Danu (2018) bahwa

penggunaan media tangram dihasilkan dalam pengembangan produk

tepat dan baik digunakan oleh peserta didik dalam kegiatan belajar.

c. Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran

Keterlaksanaan perangkat pembelajaran memperoleh rata-rata

keseluruhan 1,9 dengan kategori terlaksana seluruhnya. Untuk setiap

aspek diantaranya aspek sintaks memperoleh rata-rata 1,9 dengan

kategori terlaksana seluruhnya, aspek interaksi sosial memperoleh rata-

rata 1,9 dengan kategori terlaksana seluruhnya, aspek prinsip reaksi

memperoleh rata-rata 1,8 dengan kategori terlaksana seluruhnya, aspek

perangkat pembelajaran memperoleh rata-rata 1,9 dengan kategori

terlaksana seluruhnya dan aspek alat bantu pembelajaran memperoleh

rata-rata 2 dengan kategori terlaksana seluruhnya.

Sejalan dengan penelitian Fusiari (2016) bahwa perangkat

pembelajaran model discovery learning pada materi pokok optik layak

137

digunakan, keterlaksanaan pembelajaran pada pembelajaran model

discovery learning telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan proses

belajar mengajar yang telah direncanakan, menjadikan peserta didik aktif

dalam proses pembelajaran, hasil belajar peserta didik mencapai

ketuntasan klasikal.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2016)

bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis karena

semua indikator tecapai yaitu keterlaksanaan perangkat pembelajaran,

tanggapan peserta didik dan tanggapan guru, sehingga dapat disimpulkan

bahwa perangkat pembalajaran praktis karena tiga indikator tercapai yaitu

respons guru, respons peserta didik dan keterlaksanaan perangkat

pembelajaran.

3. Efektivitas Perangkat Pembelajaran Matematika

Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika tiga indikator tecapai

yaitu hasil belajar peserta didik 85% peserta didik tuntas, 85% peserta

didik aktif dalam proses pembelajaran dan kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran minimal berada dalam kategori tinggi.

a. Hasil belajar Peserta didik

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa hasil belajar

peserta didik di KD 3.5 adalah ketuntasan klasikal peserta didik 93%. Skor

tertinggi peserta didik 97, skor terendah peserta didik 42, rata-rata nilai

peserta didik 82, jumlah peserta didik yang tuntas 65 dari 70 peserta didik

dan 5 peserta didik tidak tuntas. Sedangkan di KD 4.5 100% peserta didik

138

tuntas. Skor tertinggi peserta didik 94, skor terendah peserta didik 78,

rata-rata nilai peserta didik 86, jumlah peserta didik yang tuntas 70 dari 70

peserta didik dan tidak ada peserta didik yang tidak tuntas.

Sejalan dengan penelitian Supriyanto (2014) bahwa penerapan

discovery learning pada mata pelajaran matematika peserta didik sekolah

dasar dapat meningkatkan hasil belajar mereka karena melalui penerapan

discovery learning, peserta didik memiliki pengalaman karena mereka

melakukan sesuatu percobaan yang memungkinkan mereka untuk

menemukan konsep atau prinsip-prinsip matematika bagi diri mereka

sendiri. Menurut Sahara dkk (2017) bahwa model pembelajaran discovery

learning dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dibandingkan

dengan model pembelajaran langsung.

Selanjutnya menurut Rahman (2017) bahwa model pembelajaran

discovery learning dapat mendorong kemampuan berpikir kreatif peserta

didik. Hal ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Suliati,

dkk (2018) bahwa penggunaan alat peraga sederhana dalam

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik karena

melalui alat peraga sederhana tersebut peserta didik dapar bereksplorasi

dan menemukan suatu konsep dengan cara melakukan sendiri proses

penemuan. Menurut Gintinga dan Surya (2017) bahwa penggunaan alat

peraga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menurur

Ramdhani (2017) discovery learning dengan pendekatan ilmiah dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Menurut Sibiya dan Mudaly

139

(2018) bahwa geoboard dapat meningkatkan pemahaman geometris

teorema peserta didik.

b. Aktivitas Peserta didik

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan aktivitas peserta didik adalah 89% dengan kategori sangat

tinggi Untuk setiap aktivitas diantaranya memperhatikan demonstrasi

memperoleh rata-rata 100% dengan kategori sangat tinggi, melakukan

percobaan memperoleh rata-rata 97% dengan kategori sangat tinggi,

mengajukan pertanyaan kepada guru atau peserta didik memperoleh rata-

rata 77% dengan kategori tinggi, diskusi kelompok memperoleh rata-rata

97% dengan kategori sangat tinggi, mendengarkan penyajian/percakapan

memperoleh rata-rata 94% dengan kategori sangat tinggi, mengerjakan

soal-soal memperoleh rata-rata 79% dengan kategori tinggi dan

menyimpulkan pembelajaran memperoleh rata-rata 77% dengan kategori

tinggi.

Sejalan dengan penelitian Wahyudi (2015) bahwa pembelajaran

discovery learning meningkatkan aktivitas peserta didik dalam

pembelajaran, membuat peserta didik semakin bersemangat dalam

belajar, dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selanjutnya menurut

Walker (2018) pembelajaran melalui diskusi kelompok dapat

meningkatkan aktivitas peserta didik dalam belajar, sehingga sangat

penting dalam pemilihan metode pembelajaran yang digunakan dalam

proses pembelajaran karena sangat menentukan ketercapaian aktivitas

140

peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Salahudeen dan Saidu

(2016) bahwa penggunaan geoboard menjadikan pelajaran lebih

bermakna.

c. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata

keseluruhan kemampuan guru dalam mengelola pembelajarah adalah 3,8

dengan kategori sangat tinggi. Untuk setiap aspek diantaranya kegiatan

awal memperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat tinggi, kegiatan inti

memperoleh rata-rata 3,9 dengan kategori sangat tinggi, kegiatan penutup

memperoleh rata-rata 3,9 dengan kategori sangat tinggi dan suasana

kelas memperoleh rata-rata 3,7 dengan kategori sangat tinggi.

Sejalan dengan penelitian Ramadhani (2016) bahwa perangkat

pembelajaran dinyatakan efektif jika kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran berada dalam kategori baik dan hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

berada dalam kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat

pembelajaran efektif karena indikator hasil belajar, aktivitas peserta didik

dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran tercapai.

141

BAB V

PENUTUP

A. Kajian Produk Yang Telah Direvisi

Berdasarkan hasil pengembangan dan uji coba produk terkait

perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery

learning berbasis GRANDER, maka beberapa hal yang dapat dikaji

adalah sebagai berikut.

1. Perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery

learning berbasis GRANDER berupa silabus, RPP, buku siswa, LKPD,

instrumen penilaian hasil belajar dikatakan valid dan reliabel. Adapun

instrumen penelitian berupa angket respons guru, angket respons

peserta didik, lembar observasi keterlaksanaan perangkat

pembelajaran dan lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran dikatakan valid dan reliabel.

2. Perangkat pembelajaran matematika dinyatakan praktis karena tiga

indikator tercapai yaitu respons guru berada dalam kategori sangat

baik, respons peserta didik berada dalam kategori baik dan

keterlaksanaan perangkat pembelajaran berada dalam kategori

terlaksana seluruhnya.

3. Perangkat pembelajaran matematika dinyatakan efektif karena tiga

indikator tercapai yaitu hasil belajar peserta didik mencapai ketuntasan

klasikal, 89% peserta didik aktif dalam proses pembelajaran dan

141

142

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berada dalam

kategori sangat tinggi.

B. Saran

1. Saran Pemanfaatan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka beberapa hal yang

disarankan sebagai berikut.

a. Perangkat pembelajaran matematika menggunakan metode discovery

learning berbasis GRANDER dapat digunakan sebagai alternatif dalam

menerapkan pembelajaran berbasis penemuan karena peserta didik

dapat menemukan sendiri rumus dari rumus bangun datar dengan

bantuan alat peraga GRANDER.

b. Peserta didik membaca petujuk penggunaan alat peraga GRANDER

yang terdapat pada LKPD sebelum digunakan.

c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam mengembangkan

perangkat pembelajaran dan alat peraga.

2. Saran Diseminasi dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut

a. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dapat

dikembangkan untuk semua materi bangun datar dengan bantuan alat

peraga GRANDER karena alat peraga GRANDER dapat digunakan

untuk menemukan semua rumus bangun datar.

143

b. Menggiatkan pengujian perangkat pembelajaran matematika berbasis

GRANDER dalam skala yang lebih besar untuk mengetahui kelebihan

dan kekurangan produk.

c. Menggiatkan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran

menggunakan metode penemuan.

144

DAFTAR PUSTAKA

-----. (2008). Oxford Learner's Pocket Dictionary. New York: Oxford

University Press. Abduh, M. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik

Integratif Berbasis Sosiokultural di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 8(1).

Adurrohim., Feronika, T., dan Bahriah, E. S. (2016). Pengembangan

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Hidrolisis Garam. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA, 2(2).

Akker, J.V. (1999). Design Approaches and Tools in Education and

Training. Dodrecht: Kluwer Academic Publisher. Al-Qur’anulkarim. (2016). Bandung: Cordoba. Al-Tabany, T. I. B. (2015). Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif,

Progresif dan Kontekstual: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TKI). Jakarta: Kencana.

Anjarsari, M. D. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Materi

Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Datar Menggunakan Media Tangram di Sekolah Dasar. Jurnal PGSD, 1(2).

Aqib, Z. (2014). Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran

Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Arifin, Z. (2017). Kriteria Instrumen dalam Suatu Penelitian. Jurnal

THEOREMS, 2(1). Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Yogyakarta.

Arsyad, A. (2012). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

144

145

Asri, A. S. (2017). Telaah Buku Teks Pegangan Guru Dan Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII Berbasis Kurikulum 2013. Jurnal Ilmu Bahasa, 3(1).

Budiani, N. W. (2009). Efektifitas Program Penanggulangan

Pengangguran Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” Desa Sumerta Kelod Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Jurnal Ekonomi dan Sosial, 2 (1), 49-57.

Cahyo, A. N. (2012). Teori-teori Belajar Mengajar. Jogjakarta: Diva Press. Carin, A.A. (1993). Teaching Science Through Discovery Seventh Edition.

New York: Macmillan Publishing Company. Damiati, M., & Danu, R. (2018). The Elaboration of Tangram Media with a

Scientific Approach to Social Studies Learning in Elementary. International Journal for Innovation Education and Research, 6(12). https://doi.org/https://doi.org/10.31686/ijier.Vol6.Iss12.1276

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Djumriah. (2011). Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas IX A SMPN 5 Anggeraja Kabupaten Enrekang. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.

Fitri. (2017). Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kerja Akuntan

Menggunakan Pendekatan Rach Model. Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban, 3(1).

Fusiari, A. I. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model

Discovery Learning pada Materi Pokok Optik di SMP. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 5(1).

Gantini, P., Suhendra, D. (2017). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:

Erlangga. Gintinga, I. N. B., Surya, E. Use of Figure Tools to Increase Mathematics

Result Learning Student Class V Prymary School 101796 Patumbak. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research, 34(1).

146

Hamalik, O. (2001). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo. Haryoko, S. (2009). Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual Sebagai

Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi, 5(1). Hidayat, S. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya Offset. Hobri. (2010). Metodologi Penelitian Pengembangan (Aplikasi pada

Penelitian Pendidikan Matematika). Jember: Pena Salsabila. Husnaya, A. I. (2018). Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share pada Materi Bangun Datar Berbantu Media Geoboard terhadap Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Peserta didik Kelas IV SDN Troso 06 Pecangaan Jepara. Jurnal Lensa Pendas, 3(2).

Ibrahim, (2003). Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Dirjen

Dikdasmen. KBBI. (2007). Jakarta: Kemendikbud. Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Jakarta: Kemendikbud.

Khaerudiin. (2017). Kualitas Instrumen Tes Hasil Belajar. Jurnal

Madaniyah, 2(9). Khoirina, Z. (2016). Pengaruh Media Tangram Terhadap Hasil Belajar

Tema Lingkungan Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Da’watul Khoir Nganjuk. Jurnal PGSD, 4(2).

Kurniawan, A. D. (2013). Pengembangan Buku Siswa Untuk

Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Cornflake Cookies Pada Siswa Tunagrahita SMA-LB Negeri Gedangan, Sidoarjo. E-journal boga, 2(1).

147

Lastrijanah, Prasetyo, T., & Mawardini, A. (2017). Pengaruh Media Pembelajaran Geoboard terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Didaktika Tauhidi, 4(2).

Majid, A. (2011). Perencanaan pembelajaran mengembangkan standar

kompetensi guru. Bandung:Remaja Rosdakarya. Markaban. (2008). Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran

Matematika SMK. Yogyakarta: Depdiknas. Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:

Prenada Media.

Mudjijo. (1995). Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Musfiqon. (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Nasution, M. K. (2017). Penggunaan Metode Pembelajaran Dalam

Peningkatan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Bidang Penddidikan, 11(1).

Nieveen, N. (1999). Design Approaches and Tools in Education and

Training. Dodrecht: Kluwer Academic Publisher. Ningtyas, R., Yunianta, T.N.H. (2014). Pengembangan Handout

Pembelajaran Tematik Untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas III. Scholaria, 4(3).

Nisa, T. F., Bustoniyah, U. (2015). Efektivitas Penggunaan Geoboard

Bangun Datar Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Apotema, 1(2).

Novitaningrum, M., Parmin., & Pamelasari, S. D. (2014). Pengembangan

Handout Ipa Terpadu Berbasis Inkuiri pada Tema Mata Untuk Kelas IX Siswa MTS Al-Islam Sumurejo. Unnes Science Education Journal, 3(2).

Nurdin. (2007). Model Pembelajaran Pembelajaran Matematika Yang Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif Untuk Menguasi Bahan Ajar. Disertasi. Surabaya: PPs UNESA.

Prastowo, A. (2011). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif:

menciptakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.

148

Pujiati. (2004). Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan

Pendidikan. Yogyakarta: Pusaka Pelajar Offset. Putrayasa, I. M., Syahruddin, H., & Margunayasa, I. G. (2014). Pengaruh

Model Pembelajaran Discovery Learning dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPA Peserta didik. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1).

Rahman, M. H. (2017). Using Discovery Learning to Encourage Creative

Thinking. International Journal of Social Sciences dan Educational Studies, 4(2). https://doi.org/10.23918/ijsses.v4i2sip98

Rahmani, W., Widyasari, N. (2018). Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Media Tangram. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1).

Ramadhani, R. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika yang Berorientasi Pada Model Problem Based Learning. Jurnal Matematika Kreatif Inovatif, 7(2).

Ramadhani, M. R., Usodo, B., & Subanti, S. (2017). Discovery Learning

with Scientific Approach on Geometry. International Conference on Mathematics and Science Education (ICMScE). doi:10.1088/1742-6596/895/1/012033.

Rasyid, M., Aziz, A. A., & Saleh, A. R. (2016). Pengembangan Media

Pembelajaran Berbasis Multimedia Dalam Konsep Sistem Indera pada Siswa Kelas XI SMA. Jurnal Pendidikan Biologi, 7(2).

Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.

Bandung: Alfabeta. Rohim, F., Susanto, H., & Ellianawati. (2012). Penerapan Model Discovery

Terbimbing pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Physic Education Journal, 1(1), 1-5.

Rohmawati, A. (2015). Efektivitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Usia

Dini, 9(1). Rusli. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

berbasis Kemampuan Otak Pada Materi Geometri di SMA Pesantren Tarbiyah Takalar. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana

149

Universitas Negeri Makassar. Sahara, R., Saputro, D. R. S., Sari, P. P., Slamet, I., Khasanah, V. N.,

Usodo, B., & Subanti, S. (2017). Discovery Learning with Scientific Approach on Geometry Discovery Learning with Scientific Approach on Geometry. International Conference on Mathematics and Science Education (ICMScE). https://doi.org/10.1088/1742-6586/895/1/012033

Salahudeen, A. B., & Saidu, S. (2016). Effects Of Geoboard And

Geographical Globe On Senior Secondary School Students €Tm Performance In Mathematics In Kaduna State. Journal of Science, Technology dan Education (JOSTE), 4(1).

Samudra, K. A. N. (2014). Meningkatkan Hasil Belajar Dengan

Menggunakan Media Bangun Datar Beraturan Mengidentifikasi Sifat-Sifat Bangun Datar Siswa Kelas V Sdn Cerme Lor Gresik. Jurnal PGSD, 2(2).

Sani, R. A., dkk. (2018). Penelitian Pendidikan. Tangerang: Tira Smart. Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.

Jakarta: Kencana. Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rajawali Pers. Sibiya, M. R., Mudaly, V. (2018). The Effects Of The Geoboard On

Learner Understanding Of Geometry Theorems. International Journal of Sciences and Research, 74(11). DOI: 10.21506/j.ponte.2018.11.8.

Sinambela, N.J.M.P. (2006). Keefektifan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika untuk Pokok Bahasan Sistem Linear dan Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 2 Rantau Selatan Sumatera Utara. Tesis. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

Sugiarto. (2010). Workshop Pendidikan Matematika 1. Jurusan

Matematika FMIPA. Semarang: UNNES Suharjana, A. (2008). Pengenalan Bangun Ruang dan Sifat-sifatnya di

SD. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Suliati, dkk. (2018). Penerapan Model PBL Menggunakan Alat Peraga

Sederhana Terhadap Hasil Belajar Peserta didik. Jurnal curricula, 3(1).

150

Sulistyowati, N., Widodo, A.T., & Sumarni, W. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran Guided Discovery Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Kimia. Chemistry in Education, 2(1), 49-55.

Sundayana R. (2016). Media dan alat peraga dalam pembelajaran

matematika. Bandung: Alfabeta. Supardi. 2013. Sekolah Efektif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Supriyanto, B. (2014). Penerapan Discovery Learning untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Peserta didik Kelas IV B Mata Pelajaran MatematikaPokok Bahasan Keliling dan Luas Lingkaran di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Jurnal Pancaran, 3(2),165-174.

Syajaah, J. (2018). Penggunaan Alat Peraga Sederhana Untuk

Meningkatkan Pemahaman Peserta didik tentang Konsep Energi Panas Pada Pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Sindangpala. Jurnal Elementaris Edukasia, 1(1).

Thiagarajan, Sivasailam, dkk. (1974). Instructional Development for

Training Teacher of Exceptional Children. Washinton DC: National Center for Improvement Educational System.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.

Wahjudi, E. (2015). Penerapan DiscoveryLearning dalam Pembelajaran

IPASebagai Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-I di SMP Negeri 1 Kalianget.LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, 5(1).

Walker, R. J, dkk. (2018). Comparing active learning techniques: The

effect of clickers and discussion groups on student perceptions and performance. Australasian Journal of Educational Technology, 34(3), s. 74–87. doi:10.14742/ajet.3337.

Wena, M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu

Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

151

Widhiyantoro, T., Indrowati, M., & Probosari, R. M. (2012). The Effectiveness of Gided Discovery Method Application Toward Creative Thinking Skill at The Tenth Grade Students of SMA N 1 Teras Boyolali in The Academic Year 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, 4(3), 89-99.

Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan

Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widyaningsih, S. W., Yusuf, I. (2015). Penerapan Quantum Learning

Berbasis Alat Peraga Sederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Ilmiah, 10(3).

Wulandari, H. (2010). Pembelajaran Tari Anak-Anak dengan

Menggunakan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial Dan Kompetensi Kepribadian Mahasiswa PGPAUD Kampus Upi di Purwakarta. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 11(1).

Yamsari, Y. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika

Berbasis ICT yang Berkualitas. Seminar Nasional Pasca Sarjana X ITS. Institut Teknologi Sebelas Maret.

Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, Teori dan

Aplikasi. Bandung: Pakar Raya. Yusuf, I. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis

Media Laboratorium Virtual Pada Materi Dualisme Gelombang Partikel di SMA Tut Wuri Handayani Makassar. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.

Zuhdan, K. P., dkk. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Sains Terpadu Untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan Proses, Kreativitas serta Menerapkan Konsep Ilmiah Peserta Didik SMP. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY.

152

RIWAYAT HIDUP

Irmawati M lahir di Solie Kecamatan Donri-Donri

Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan pada

tanggal 16 Januari 1994, anak kedua dari dua

bersaudara ini merupakan buah cinta dari pasangan Drs.

Malakang dan Marwati, A.Ma.Pd.S.D. Penulis pertama kali menempuh

pendidikan di SD Negeri 158 Watallipu pada tahun 2000 dan tamat pada

tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di

SMP Negeri 1 Donri-Donri dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun

2009. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA

Negeri 1 Dare Ajue dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun yang sama

penulis hijrah ke Makassar untuk melanjutkan pendidikan dan terdaftar

sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar

dan selesai tahun 2016. Pada tahun 2017 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Program Pascasarjana Magister Pendidikan Dasar Universitas

Muhammadiyah Makassar. Penulis merasa sangat bangga dapat

merasakan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

152