PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1897/1/skripsi...

149
i PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF KOTAK PINGUIN PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MASYITHOH NGLONDONG KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: AMIROTUL ANISAH NIM 11613037 JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Transcript of PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1897/1/skripsi...

i

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN

MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF KOTAK PINGUIN

PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MASYITHOH NGLONDONG

KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

AMIROTUL ANISAH

NIM 11613037

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

ii

iii

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN

MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF KOTAK PINGUIN

PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MASYITHOH NGLONDONG

KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

AMIROTUL ANISAH

NIM 11613037

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

iv

v

vi

vii

MOTTO

“Dengan kesederhanaan hidup bukan berarti tidak ada kebahagian, kebahagian ada

pada seberapa besar keberartian hidup kita untuk hidup orang lain dan sekitar,

seberapa besar kita menginspirasi mereka. Kebahagian ada pada hati yang bersih,

lapang dan bersyukur dalam setiap penerimaan...”

(Tere Liye. Amelia, Serial Anak-Anak Mamak.2013)

v

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah

membantu mewujudkan impianku:

1. Kedua orangtuaku, Bapak Muntaha dan Ibu Mustaqimah yang tidak pernah

berhenti sedetikpun untuk memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat, dan

kasih sayang serta pengorbanan yang tak dapat tergantikan. Dalam setiap

hembusan nafasku ini terselip doa untukmu Ayah dan Ibu. Jika belum pernah kau

dengar ucapan terimakasihku, ketahuilah doaku ini. Semoga Allah SWT

menyayangi kalian, sebagaimana kalian mengasihiku dari dulu hingga kini, dan

untuk selamanya.

2. Guru-guruku yang hebat dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi yang

penulis sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan

penuh kesabaran. Semoga Allah SWT membalas semua jasamu.

vi

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang

maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi

dengan judul Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan Menggunakan Alat

Permainan Edukatif Kotak Pinguin pada Anak Kelompok B di RA Masyithoh

Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2017/2018 bisa

diselesaikan.

Shalawat dan salam penulis haturkan kepada sang teladan utama, Nabi

Muhammad Saw, juga kepada para sahabat, keluarga dan orang yang istikomah

mengikuti petunjukNya.

Penulisan Skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan

dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara penulis

rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih

setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK.

3. Ibu Dra. SitiAsdiqoh, M.Si selaku ketua jurusan PIAUD.

4. Ibu Eva Palupi, S.Psi selaku dosen pembimbing akademik.

vii

x

5. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya

dalam upaya membimbing penulis skripsi ini.

6. Bapak Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yeng telah banyak membantu

dalam penyelesaian skripsi ini

7. Ibu Afinaturrosida, S.Pd.i selaku Kepala Sekolah RA Masitoh Nglondong Kec.

Parakan Kab. Temanggung yang telah memberikan dukungan dan kesempatan

penulis.

8. Ibu Rodliyatun selaku Guru Kelompok B RA Masitoh Nglondong yang telah

banyak membantu dan membimbing penulis.

9. Dewan guru RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung.

10. Siswa-siswi kelompok B RA Masitoh Nglondong Kec. Parakan Kab.

Temanggung.

11. Bapak dan Ibu Penulis (Bapak Muntaha dan Ibu Mustaqimah), Azhar Mustofa,

Yani, dan Arda Sulis (Kakak penulis), dan Farid (Adik penulis) yang senantiasa

memberikan dukungan berupa moril, materil, dan spiritual kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku tercinta, Wiwin, Riza, Ulfa, Gendut, dan Luki yang selalu

mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

13. Teman-teman Jurusan PIAUD angkatan 2013 di IAIN Salatiga yang telah

memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

viii

xi

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih atas

bantuan dan dorongannya.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun.

Hanya untaikan kata terimakasih yang bisa penulis sampaikan. Semoga Allah

senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu

penulis.

Penulis berharap apabila ada penulisan dan penyusunan skripsi ini kurang

memenuhi syarat, pembaca hendak memberikan saran maupun kritik yang

membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya. Amin.

Salatiga, 13 Agustus 2017

ix

xii

ABSTRAK

Anisah, Amirotul. 2017. Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan Menggunakan Alat

Permainan Edukatif Kotak Pinguin pada Anak Kelompok B di RA Masyithoh

Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2017/2018. Sripsi.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegguruan. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Siti Rukhayati, M.Ag.

Kata Kunci : Berhitung Permulaan, Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin.

Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan berhitung

permulaan menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin pada anak kelompok

B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung. Latar belakang

masalah dalam penelitian ini adalah kegiatan belajar mengajar kurang maksimal

karena minimnya alat permainan edukatif. Pertanyaan utama yang akan dijawab

melalui penelitian ini adalah apakah alat permainan edukatif kotak pinguin dapat

mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B di RA

Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian

tindakan kelas (action research) sebanyak dua siklus. Tujuan penelitian yang hendak

diperoleh adalah untuk mengetahui bahwa dengan menggunakan alat permainan

edukatif kotak pinguin dapat mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada

anak kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung

tahun pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini dilaksakan dalam dua siklus, satu siklus dilakukan sebanyak dua

kali tindakan penelitian. Pada tiap siklus terdapat 4 komponen yaitu perencanaan,

tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah kelompok B sebanyak 22

anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 13 perempuan, dilaksanakan di RA Masyithoh

Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018. Teknik

pengumpulan data antara lain dengan lembar observasi dan lembar tes selama

tindakan dan dokumentasi kegiatan pembelajaran.

Penelitian menunjukkan bahwa alat permainan edukatif kotak pinguin dapat

mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B di RA

Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018.

Total peningkatan yang terjadi dari sebelum tindakan sampai Siklus II sebesar 64%,

yaitu dari 30% menjadi 94%. Hasil penelitian ini sudah memenuhi indikator

pencapaian sebesar 85% yang ditetapkan sekolah.

x

xiii

DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR BERLOGO

JUDUL ................................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................. iv

MOTTO................................................................................................................. v

PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xviii

xi

xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

D. Hipotesis Tindakan ............................................................................... 7

E. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 8

F. Definisi Operasional ............................................................................. 10

G. Metode Penelitian ................................................................................. 12

H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berhitung Permulaan ....................................................... 23

1. Pengertian Kemampuan Berhitung Permulaan ............................... 23

2. Tahapan Berhitung Permulaan ....................................................... 26

3. Prinsip Berhitung Permulaan .......................................................... 30

4. Metode Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan .......... 31

5. Program Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan ........ 33

B. Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin .............................................. 38

1. Pengertian Alat Permainan Edukatif .............................................. 38

2. Manfaat Permainan Edukatif .......................................................... 38

3. Kriteria Pemilihan Alat Permainan Edukatif yang Tepat untuk

Anak............................................................................................... 39

xii

xv

4. Jenis-jenis Alat Permainan Edukatif............................................... 40

5. Pengertian Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin ...................... 40

6. Pembuatan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin ..................... 41

7. Cara Perawatan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin .............. 42

8. Cara Memainkan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin ............ 42

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................... 43

1. Profil Sekolah ................................................................................. 43

2. Waktu Penelitian............................................................................. 50

3. Subjek Penelitian ............................................................................ 50

B. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 51

1. Pra Siklus ........................................................................................ 51

2. Siklus I ............................................................................................ 52

3. Siklus II........................................................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus.............................................................................. 63

B. Pembahasan .......................................................................................... 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 85

xiii

xvi

B. Saran ..................................................................................................... 85

C. Penutup ................................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

xiv

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak .................................... 19

Tabel 1.2 Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan Indikator

Keberhasilan ........................................................................................... 20

Tabel 2.1 Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK/RA........................................ 34

Tabel 3.1 Daftar Nama Guru RA Masyithoh Nglondong ....................................... 47

Tabel 3.2 Daftar Nama Siswa Kelompok B ........................................................... 50

Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak .................................... 63

Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus ........................................................ 64

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus ....................................................................... 65

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru Pra Siklus ......................................................... 67

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Siswa Pra Siklus ........................................................ 68

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Siklus I ........................................................................... 69

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ............................................................. 71

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ............................................................ 72

xv

xviii

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Siklus II .......................................................................... 73

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Guru Siklus II .......................................................... 75

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ........................................................ 76

Tabel 4.12 Perbandingan Hasil Pencapaian Pra Siklus dengan Indikator

Pencapaian ............................................................................................ 77

Tabel 4.13 Rekapitulasi Data Pra Siklus ................................................................. 78

Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus I dengan Indikator

Pencapaian ............................................................................................ 79

Tabel 4.15 Rekapitulasi Data Siklus I ..................................................................... 80

Tabel 4.16 Perbandingan Hasil Pencapaian Silus II dengan Indikator

Pencapaian ............................................................................................ 80

Tabel 4.17 Rekapitulasi Data Siklus II ................................................................... 81

xvi

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Suharsimi Arikunto....................... 13

Gambar 2.1 Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin ............................................. 41

Gambar 3.1 Struktur Organisasi RA Masyithoh Nglondong .................................. 48

Gambar 3.2 Materi Siklus I ..................................................................................... 54

Gambar 3.3 Materi Siklus II.................................................................................... 60

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan.................. 82

xvii

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 5 Indikator Tiap Siklus yang Diamati

Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa

Lampiran 7 Lembar Observasi Guru

Lampiran 8 Wawancara

Lampiran 9 Cacatan Lapangan

Lampiran 10 RKH

Lampiran 11 Dokumentasi Foto Penelitian

Lampiran 12 Lembar Kerja Anak

Lampiran 13 SKK

Lampiran 14 Daftar Riyawat Hidup

xviii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini, tuntutan untuk mengembangkan potensi dalam diri

manusia sangatlah penting agar tidak tergeser oleh persaingan yang semakin lama

semakin kompleks, salah satunya dengan mendapatkan pendidikan yang benar

sehingga potensi manusia dapat dikembangkan secara maksimal. Pendidikan

merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan

karakteristik peserta didik (Sukmadinata, 2006:1). Hal ini mendorong lembaga-

lembaga sekolah untuk selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan agar lebih

berkualitas dan dapat mengikuti perkembangan zaman.

Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pedidikan sebelum jenjang

pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut

(Siti Aisyah, 2014: 1.13).

Usia dini atau prasekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan

berbagai potensi yang dimiliki anak. Proses pembelajaran anak usia dini bukanlah

proses belajar mengajar seperti yang diselenggarakan di sekolah, namun lebih

ditekankan sebagai tempat bermain, tempat dimana anak mulai mengenal orang lain,

serta tempat utuk berkreasi di bawah bimbingan orang yang lebih tua. Pengembangan

2

kepribadian dan kecerdasan yang sebenarnya telah dimiliki anak merupakan tujuan

utama dalam proses pembelajaran di pendidikan anak usia dini. Dalam melaksanakan

pembelajaran, guru hendaknya memberi kesempatan yang luas kepada peserta didik

untuk mengembangkan berbagai potensi, kecerdasan dan kreativitasnya sesuai

dengan usia perkembangannya.

Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki

karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun)

merupakan masa keemasan (golden age), yang pada masa ini stimulasi seluruh aspek

perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Perlu

disadari bahwa masa ini adalah masa terpenting dalam rentang kehidupan seorang

anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat

pesat (eksplosif).

Mengingat pentingnya masa ini, maka peran stimulasi berupa peyediaan

ligkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik, baik orang tua, guru,

pengasuh, atau orang dewasa lain yang ada disekitar anak, sehingga anak memiliki

kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Seorang pendidik berperan penting

dalam mengembangkan potensi anak. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik

dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (E. Mulyasa, 2003:53).

Pengembangan potensi yang sebenarnya telah dimiliki oleh setiap anak merupakan

tujuan utama dalam proses pembelajaran di pendidikan anak usia dini. Potensi yang

dimaksud meliputi aspek perkembangan moral dan nilai agama, sosial emosion

2

3

bahasa, kognitif, fisik-motrik, dan seni. Pendidikan anak usia dini diberikan pada

awal kehidupan anak untuk dapat berkembang secara optimal.

Salah satu bidang pengembangan yang diajarkan di pendidikan anak usia dini

adalah bidang kognitif. Pengembangan kognitif bertujuan agar anak mampu

mengolah perolehan belajarnya, menemukan macam-macam alternatif pemecahan

masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan

waktu, kemampuan memilih dan mengelompokkan, dan pesiapan pengembangan

kemampuan berpikir teliti.

Pada kemampuan kognitif tersebut anak diharapkan dapat mengenal konsep

sains dan matematika sederhana. Salah satu bidang matematika adalah berhitung.

Berhitung merupakan dasar dari berbagai ilmu yang dipakai dalam setiap kehidupan

manusia. Dalam setiap aktivitasnya manusia tidak dapat terlepas dari peran

matematika didalamnya, mulai dari penambahan, pengurangan, pembagian sampai

perkalian.

Anak usia dini adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan

berhitung terutama konsep bilangan dijalur matematika, karena anak usia dini sangat

peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Berhitung bagi anak usia

dini seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu penguasaan konsep, masa

transisi, dan lambang (Depdiknas, 2000 : 7). Salah satu konsep matematika yang

paling penting dipelajari anak usia dini adalah pengembangan kepekaan bilangan,

4

berarti lebih dari sekedar menghitung. Ketika kepekaan terhadap bilangan anak

berkembang, anak menjadi semakin tertarik pada hitung menghitung.

Namun pada kenyataannya, dilembaga pendidikan anak usia dini dalam

pembelajaran berhitung khususnya di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.

Temanggung masih dijumpai berbagai masalah, salah satunya yaitu pembelajaran

seringkali kurang menarik bagi anak. Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian,

diantaranya adalah bahasa tubuh guru yang masih kaku, penyajian yang kurang

menarik, dan alat permainan yang sangat minim, serta pada proses pembelajarannya

guru dalam memperkenalkan matematika terutama berhitung pada anak didik masih

menggunakan cara hafalan atau ceramah, menggunakan proses pengajaran secara

klasikal atau konvensional atau pembelajaran langsung yang berpusat pada guru

dengan pemberian tugas pada LK (lembar kerja), atau majalah. Sehingga dalam

kegiatan belajar mengajar (KBM) guru dan anak didik kurang semangat, anak

cenderung bosan dengan tugas yang diberikan dan akhirnya menyepelekan pelajaran

yang akhirnya kegiatan belajar mengajar (KBM) terhambat dan kurang maksimal.

Karena minimnya alat permainan di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan

Kab. Temanggung, kegiatan belajar menghitung hanya menggunakan media papan

tulis dan pohon hitung saja. Hal ini sangat mempengaruhi tingkat belajar, semangat

dan kemampuan anak dalam pembelajaran berhitung. Berdasarkan hasil observasi

awal yang dilakukan pada anak kelompok B RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan

Kab. Temanggung dengan jumlah 22 anak, yang cukup mampu berhitung sebesar

5

30%, dan yang belum mampu berhitung sebesar 70%, yang artinya masih banyak

anak yang belum optimal dalam kegiatan berhitung.

Sebagai guru pendidikan anak usia dini menyadari bahwa pendidikan

ditingkat ini media (alat permainan) sangat diperlukan. Karena pembelajaran perlu

disampaikan dengan cara bermain. Maria Montesori berpendapat bahwa anak belajar

melalui tangannya, guru diharapkan menjelaskan sebuah materi secara konkrit.

Montesori berprinsip bahwa pendidikan harus berpegang pada keseimbangan (cosmic

plan). Karena itu dia menciptakan alat peraga yang berupa duplikasi. Untuk

menjelaskan tentang pohon, guru tidak harus menebang pohon melainkan dengan alat

peraga.

Mengacu pada UU RI Nomor 20 pasal 40, ayat (2) tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional berbunyi: “Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban: (1)

menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis,

dan dialogis; (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

pendidikan; dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya”.

Mengingat permasalahan tersebut diatas perlu adanya perbaikan pada

pembelajaran terutama dalam pengembangan dan pemahaman daya pikir anak dalam

mengenalkan matematika terutama berhitung. Oleh karena itu, untuk meningkatkan

kemampuan berhitung pada anak dilakukan dengan bermain menggunakan media

yang konkrit, menarik, unik, kreatif, inovatif dan menyenangkan yaitu dengan

menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin. Kelebihan dengan

6

menggunakan media alat peemainan edukatif kotak pinguin adalah dapat

mengembangkan pengetahuan dasar mengenai konsep berhitung dengan

menggunakan benda-benda real yang dekat dengan lingkungan anak yang dikemas

dalam kegiatan bermain.

Media alat permainan edukatif kotak pinguin ini diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan berhitung pada anak dan dapat menambah kualitas

pengajaran dan pendidikan di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.

Temanggung sehingga dapat menumbuhkan tunas bangsa yang berintelektual dan

religius. Sebagaimana dalam ayat Al-Qur‟an yang menganjurkan umat manusia untuk

menuntut ilmu, yang tertuang pada Q.S Al-„Alaq ayat 1-5, Allah SWT berfirman

yang berbunyi:

Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakanmu, (2)

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan

Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam. (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya”.

7

Berdasarkan pada uraian diatas maka penulis melakukan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG

PERMULAAN MENGGUNAKAN ALAT PERMAINANEDUKATIF KOTAK

PINGUIN PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MASYITHOH NGLONDONG

KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.

B. Rumusan Masalah

Apakah dengan menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin dapat

meningkatkan kemampuan berhitung permulaanpada anak kelompok B di RA

Masyihoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah alat permainan edukatif kotak pinguin dapat

meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B di RA

Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk

mengatasi masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian berbagai

teori, kajian hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam masalah yang serupa,

diskusi dengan teman sejawat atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri

sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru menyusun berbagai alternatif

tindakan. Selanjutnya guru perlu mengkaji setiap alternatif, terutama kaitannya

dengan tujuan tindakan (perbaikan) serta kelayakan pelaksanaannya. Akhirnya

8

dengan mempertimbangkan hasil kajian, guru memilih alternatif yang dianggap

paling layak.

Menurut Sugiyono (2009:96), hipotesis penelitian merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban

yang diberikan baru berdasarkan teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka

pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Adapun

hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah:

“Jika alat permainan edukatif kotak pinguin digunakan dengan baik, maka

dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B di RA

Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018”.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah informasi, wawasan pemikiran dan pengetahuan dalam

bidang pendidikan bagi penyusun pada khususnya dan bagi dunia pendidikan

pada umumnya.

b. Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung

pada anak.

9

c. Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan

inovatif, serta sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesional

guru.

d. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif dalam

merancang dan mengelola kegiatan yang menyenangkan untuk anak didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orang tua

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan orang tua anak didik dapat

meningkatkan kemampuan membimbing anak dalam berhitung, serta dapat

memotivasi belajar anak didik guna memasuki jenjang sekolah selanjutnya.

b. Bagi guru

1) Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan

inovasi dalam kegiatan pembelajaran.

2) Memudahkan guru untuk melatih keterampilan dan kesabaran dalam

mengajarkan kegiatan berhitung.

3) Membantu guru memperbaiki pembelajaran.

4) Membantu guru berkembang secara professional.

5) Meningkatkan rasa percaya diri guru.

6) Memudahkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan.

c. Bagi anak didik

1) Mendorong semangat belajar anak terhadap kegiatan berhitung.

10

2) Memupuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan kritis

dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik

sekarang maupun masa mendatang.

3) Meningkatkan proses/hasil belajar.

d. Bagi sekolah

1) Dengan penelitian ini diharapkan kegiatan pembelajaran akan lebih

efektif dan efisien, serta dapat memberikan wawasan atau pengetahuan

baru tentang peningkatan kemampuan berhitung menggunakan media alat

peraga edukatif kotak penguin.

2) Membantu sekolah untuk berkembang karena ada peningkatan/kemajuan

pada diri guru dan pendidikan di sekolah tersebut.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan pemahaman judul ini, maka penulis perlu

memberi pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam judul

penelitian ini:

1. Berhitung Permulaan

Berhitung permulaan yaitu berhitung 1-10 untuk anak usia 4-6 tahun yang

bertujuan untuk melatih anak berfikir logis dan sistematis sejak dini dan

mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti

anak lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang

lebih kompleks (Ahmad Susanto, 2011 : 99)

11

Berhitung merupakan dasar dari berbagai ilmu yang dipakai dalam setiap

kehidupan manusia. Dalam setiap aktivitasnya manusia tidak dapat terlepas dari

peran matematika didalamnya, mulai dari penambahan, pengurangan,

pembagian, sampai perkalian, yang semuanya itu tidak dapat dilepaskan dalam

kehidupan manusia sehari-hari.

Mengingat begitu pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia, maka

kemampuan berhitung ini perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai media dan

metode yang tepat tanpa merusak pola perkembangan anak. Apabila anak belajar

matematika melalui cara yang sederhana namun tepat dan mengena serta

dilakukan secara konsisten dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan,

maka otak anak akan terlatih untuk terus berkembang sehingga anak dapat

menguasai dan bahkan menyukai matematika tersebut.

2. Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

Menurut Kemendiknas tentang pengembangan APE, alat permainan

edukatif merupakan salah satu media pendukung yang memiliki pengaruh besar

terhadap kesuksesan transfer ilmu atau pembelajaran. Alat permainan ini

digunakan sebagai media untuk mempresentasikan materi abstrak yang dipelajari

menjadi konkrit agar bisa menjadi lebih mudah dipahami oleh anak.

Alat permainan edukatif kotak pinguin merupakan alat permainan edukatif

indoor yang terbuat dari bahan bekas, yang peneliti buat sendiri untuk digunakan

sebagai media belajar berhitung permulaan pada anak. Alat permainan edukatif

12

kotak pinguin ini dapat dimainkan anak di dalam ruangan dengan diletakkan

diatas meja, dapat dibongkar pasang, dijinjing, dan lain sebagainya.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian tindakan kelas menurut Basrowi, Suwandi (2008:25) merupakan salah

satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan

untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Penelitian

tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas

guru dilapangan. Jadi, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis

yang dilakukan dikelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran

yang ada, meningkatkan kualitas proses belajar mengajar guru sehingga mampu

menghasilkan anak didik yang berprestasi.

Alasan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas adalah karena

peneliti terlibat langsung dalam penelitian. Dalam penelitian ini, anak yang ada

di dalam kelas dijadikan objek penelitian, maka siswa yang berada didalam kelas

tersebut adalah sebagai populasi yang diteliti.

Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas

(Suharsimi Arikunto, 2010:137) menjabarkan sebagai berikut:

13

Gambar 1.1. Penelitian Tindakan Kelas Model Suharsimi Arikunto

Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan (planning),

tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B di RA Masyithoh

Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018 yang

Perencanaan

(Planning)

Pelaksanaan

(Acting)

Pengamatan

(Observing)

Refleksi

(Reflecting)

Pengamatan

(Observing)

Pelaksanaan

(Acting)

Pengamatan

(Observing)

Refleksi

(Reflecting)

Selesai

Siklus I

Siklus II

14

berjumlah 22 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 13 perempuan. Peneliti

memilih kelompok B karena pada kelas tersebut terjadi suatu masalah yaitu hasil

belajar anak didik dalam kegiatan kemampuan berhitung rendah, sehingga perlu

dicari solusi pemecahannya.

3. Langkah-langkah Penelitian

Secara garis besar Penelitian Tindakan Kelas terdapat empat langkah

kegiatan (siklus) yang lazim dilakukan. Menurut Arikunto (2006:16) keempat

langkah tersebut adalah:

a. Tahap 1: Menyusun Rencana Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,

oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Seperti yang telah

disebutkan diatas, bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, maka

peneliti minta masukan dari guru, kepala sekolah, dan teman sejawat.

b. Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap kedua dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau penerapan rancangan, yaitu melakukan

tindakan kelas.

c. Tahap 3: Pengamatan (Observing)

Yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Sebetulnya sedikit

kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan

karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang

berlangsung. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu bersamaan.

15

d. Tahap 4: Refleksi (Reflecting)

Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah

dilakukan. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan evaluasi diri atau dengan

kata lain peneliti mengadakan “dialog” pada diri sendiri terhadap apa yang

telah dilakukannya. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika

peneliti sudah selesai melakukan tindakan, kemudian hasil refleksi ini

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merencanakan tindakan pada

siklus berikutnya.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan

kelas adalah:

a. Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang

digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan menyusun untuk tiap

putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian

perkembangan, indikator, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber belajar,

serta hasil penelitian.

b. Tes buatan peneliti, yaitu berupa lembar penugasan yang dikerjakan oleh anak

didik yang berupa anak memasangkan gambar dengan angka yang jumlahnya

sesuai dengan gambar. Tes buatan peneliti tersebut digunakan untuk

mendapatkan data kualitatif nantinya.

c. Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati anak didik

selama proses pembelajaran berlangsung secara bersamaan.

16

d. Wawancara, yang mana ditujukan kepada informan yaitu kepala sekolah dan

guru pendamping kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan

Kab. Temanggung. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi

tentang data atau profil sekolah dan pendapat guru sebelum dan sesudah

menerapkan kegiatan belajar mengajar (KBM) menggunakan media alat

permainan edukatif kotak pinguin.

e. Dokumentasi, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi:

(1) Foto kegiatan pembelajaran

(2) RKH

(3) Data siswa, guru dan profil sekolah

f. Catatan lapangan yang diperlukan peneliti disini adalah catatan rinci tentang

keadaan selama proses pembelajaran terjadi pada saat penelitian. Catatan

lapangan diperoleh dari apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan

oleh peneliti.

5. Pengumpulan Data

Ada sejumlah strategi pengumpulan data yang dapat digunakan, akan

tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh karena itu peneliti

harus memilih strategi yang tepat. Adapun strategi yang digunakan peneliti

antara lain, yaitu:

a. Metode observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat

17

kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004:104). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan 2 panca inderanya yaitu penglihatan dan pendengaran.

Menurut Sukardi (2009:78) menyatakan bahwa observasi akan lebih efektif

jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami. Dalam

hal ini peneliti mengamati proses belajar, dan pemahaman selama

pembelajaran berlangsung.

b. Metode dokumentasi

Tabroni (2003 : 158) mengemukakan metode dokumentasi adalah metode

atau alat untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa cacatan,

transkip buku, surat kabar, notulen.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang anak didik melakukan

kegiatan sehari-harinya. Strategi ini menurut Sukardi (2009 : 81) untuk

mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan sarana

prasarana, dan keadaan siswa.

c. Tes

Menurut Depdiknas tahun 2006 tentang Penilaian di Taman Kanak-Kanak

bahwa:

Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu

tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga

menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut

yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-

anak lain atau standar yang telah ditetapkan.

18

Peneliti merancang lembar penugasan untuk anak didik sebagai instrumen

yang dapat digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai hasil

penerapan metode pembelajaran menggunakan media alat peraga edukatif

kotak pinguin, kemudian akan dianalisa dan diambil kesimpulannya.

6. Analisis Data

Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaah, pengelompokan,

sistematis, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai

sosial, akademis, dan ilmiah (Subrayogo dan Tobroni, 2003:191).

Menurut Miles dan Huberman dalam Suprayogo dan Tabroni (2003:192),

tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum dimulai sejak

pengumpulan data, reduksi data, penyaji data, dan menarik kesimpulan.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis yang bersifat

diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh melalui instrumen

penelitian. Setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan ke dalam dua

kelompok data yaitu kuantitatif yang berbentuk angka – angka dan data kualitatif

yang dinyatakan dalam kata-kata dan simbol.

Apabila penelitian tahap pertama (siklus I) belum memenuhi tujuan

pembelajaran dengan baik, maka diadakan tindak lanjut (penelitian ulang yaitu

tahap siklus II). Jika sudah dapat memenuhi atau berhasil dalam tujuan

pembelajaran tersebut maka penelitian dihentikan sampai siklus II.

19

Jumlah Skor Maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan

Selain metode analisis diatas, peneliti juga menggunakan statistik

sederhana untuk membantu mengungkapkan data sebagai upaya memperoleh

data dan informasi secara lengkap.

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak

Simbol Bintang Skor/ Nilai Kategori Kriteria/Ketentuan

1 Belum Muncul (BM) Jika anak mencoba, kurang

tepat atau anak tidak mau

mencoba.

2 Mulai Muncul (MM) Jika anak bisa dengan

bantuan meniru teman

3 Berkembang Sesuai

Harapan (BSH)

Jika anak bisa dengan

bantuan awalan

4 Berkembang Sangat

Baik (BSB)

Jika anak bisa tanpa

bantuan

Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis berdasarkan observasi

kegiatan pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan. Analisis

data observasi terhadap guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran digunakan

untuk melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan yang dapat

diambil pada siklus berikutnya. Analisi data terhadap anak dilakukan beberapa

tahap seperti Mulyasa (2009 :101) yaitu :

1. Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.

2. Menghitung presentase peningkatan kemampuan berhitung permulaan anak.

Presentase pencapaian kemampuan rumusnya, yaitu :

20

Presentase Pencapaian Anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100 %

Jumlah skor maksimum

Presentase Keberhasilan Kelas= Total prosentase pencapaian kelas x 100%

Jumlah siswa

3. Membuat tabulasi skor observasi pengamatan kemampuan berhitung

permulaan menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin, adapun

rancangan tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2 Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan

Indikator Keberhasilan

No Nama Anak Persentase

Pencapaian

Persentase

Keberhasilan

Status

Pencapaian

Keterangan :

- Persentase pencapaian: diperoleh dari perhitungan persentase

peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada masing-masing anak

- Persentase keberhasilan :diperoleh dari persentase standar ketuntasan

belajar yang ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu standar keberhasilan

hasil belajar tiap anak sebesar 85%

4. Status pencapaian : diperoleh dari perbandingan antara skor persentase

pencapaian dengan persentase keberhasilan (85%). Jika hasil persentase

pencapaian < (kurang dari) persentase keberhasilan maka status pencapaian

21

yaitu “B” artinya belum tercapai. Dan bila persentase pencapaian ≥ (lebih

dari atau sama dengan) persentase keberhasilan maka status pencapaian yatu

“S” artinya sudah tercapai

5. Penelitian pada setiap Siklus akan berhasil bila anak sudah mencapai

persentase yang telah ditentukan.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan serta memberikan gambaran selintas kepada para

pembaca, maka penulisan skripsi ini dibuat sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan ini berisi beberapa masalah meliputi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan,

kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka

Pada bab ini akan membahas kemampuan berhitung permulaan pada

anak, pengertian alat permainan edukatif, langkah pembuatan alat

permainan edukatif kotak pinguin.

BAB III : Pelaksanaan Penelitian

Pada bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi, subyek penelitian,

penyajian data, dan diskripsi pelaksanaan siklus.

22

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB V : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran.

Bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan

riwayat hidup penulis.

23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berhitung Permulaan

1. Pengertian Kemampuan Berhitung Permulaan

Salah satu kemampuan yang sangat penting bagi anak yang perlu

dikembangkan dalam rangka membekali mereka, untuk bekal kehidupannya

di masa depan dan saat ini ialah memberikan bekal kemampuan berhitung.

Istilah kemampuan dapat didefinisikan dengan berbagai arti, tergantung dari

sudut mana kita memandang tentang istilah ini.

Menurut Munandar (1999: 17), bahwa kemampuan merupakan daya

untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.

Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan yang

dimilikinya. Dalam pandangan Munandar, kemampuan ini ialah potensi

seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan

adanya pembiasaan dan latihan, sehingga ia melakukan sesuatu. Senada

dengan Munandar, Robin (1978: 13) juga menyatakan bahwa kemampuan

merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tertentu.

Dengan demikian, dari kedua keterangan diatas, dapat dipahami bahwa

kemampuan merupakan suatu daya atau kesanggupan dalam diri setiap

individu dimana daya ini dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang

mendukung individu dalam menyelesaikan tugasnya.

24

Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti

menjumlah, mengurangi, serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-

lambang matematika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

berhitung adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, dan

sebagainya).

Berhitung yang dimaksud disini adalah berhitung permulaan yaitu

berhitung 1-20 untuk anak usia 5-6 tahun yang bertujuan untuk melatih anak

berfikir logis dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar

pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak lebih siap mengikuti

pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.

Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berhitung permulaan

adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan

kemampuan dan karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan

terdekat dari dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak

dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubungan

dengan jumlah dan pengurangan (Ahmad Susanto, 2011: 98).

Kemampuan anak prasekolah dalam fase-fase perkembangannya perlu

diimbangi oleh berbagai faktor, yaitu intern dan ekstern. Diantaranya faktor

intern yang berupa intelegensi, karena adanya intelegensi sangat penting

dalam proses belajar mengajar, peranan intelegensi dapat menentukan

purtumbuhan kecerdasan seseorang. Kemampuan yang berkembang dalam

perkembangan intelegensi adalah kemampuan matematis dan kemampuan

25

bahasa (Suharsono, 2002: 79). Kemampuan matematis menuju ke arah

berbicara, menulis, membaca dan mendengarkan. Kemampuan matematis dan

kemampuan bahasa harus berjalan secara beriringan dan berkesinambungan.

Suriasumantri (2000: 204), mengungkapkan tentang pengertian

matematika, bahwa matematika pada hakikatnya merupakan cara belajar

untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika

ini seseorang akan dapat mengatur jalan pikirannya. Dengan menguasai

matematika dan berbagai teorinya, maka dimungkinkan seseorang dapat lebih

sistematis dalam me-manage jalan pikirannya. Atau dengan kata lain, orang

yang mahir atau menguasai teori-teori dalam matematika, maka orang ini akan

mudah untuk mengatur jalan pikirannya, akan mudah dalam memecahkan

berbagai kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya.

Dalam kaitan ini, bahwa salah satu cabang matematika adalah

berhitung. Berhitung merupakan dasar dari berbagai ilmu yang dipakai dalam

setiap kehidupan manusia. Dalam setiap aktivitasnya manusia tidak dapat

terlepas dari peran matematika didalamnya, mulai dari penambahan,

pengurangan, pembagian, sampai perkalian, yang semuanya itu tidak dapat

dilepaskan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Mengingat begitu pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia,

maka kemampuan berhitung ini perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai

media dan metode yang tepat tanpa merusak pola perkembangan anak.

Apabila anak belajar matematika memalui cara yang sederhana namun tepat

26

dan mengena serta dilakukan secara konsisten dalam suasana yang kondusif

dan menyenangkan, maka otak anak akan terlatih untuk terus berkembang

sehingga anak dapat menguasai dan bahkan menyukai matematika tersebut

(Ahmad Susanto, 2011: 99).

Perlunya media dan metode yang tepat dalam pembelajaran

matematika ini karena anak usia lima tahun belum dapat melakukan kegiatan

berhitung dengan sesungguhnya (berhitung dengan bilangan abstrak). Masa

ini anak berada pada tahap berhitung permulaan yaitu anak berhitung dengan

benda-benda dari lingkungan terdekatnya dan situasi permainan yang

menyenangkan, tujuannya anak mampu bermain dengan bilangan. Baru usia

enam tahun anak mulai berkembang konsep bilangan sampai pada penigkatan

ke tahap pengertian mengenai jumlah, konsep jumlah berhubungan dengan

penjumlahan dan pengurangan, semakin tinggi kemampuan anak maka akan

semakin mudah untuk memecahkan masalah yang lebih rumit (Ahmad

Susanto, 2011: 99).

2. Tahapan Berhitung Permulaan

Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dan orang tua untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan berhitung permulaan,

kemampuan berhitung merupakan kemampuan untuk menggunakan

keterampilan berhitung.

27

Berdasarkan Depdiknas (2000 : 7-8) tahapan yang dapat dilakukan

untuk membantu mempercepat penguasaan berhitung melalui jalur

matematika yaitu :

a. Tahap penguasaan konsep, dimulai dengan mengenalkan konsep atau

pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda-benda yang nyata,

seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung bilangan.

b. Tahap transisi, merupakan peralihan dari pemahaman secara konkret

dengan menggunakan benda-benda nyata menuju kearah pemahaman

secara abstrak.

c. Tahap pengenalan lambang, adalah dimana setelah anak memahami

sesuatu secara abstrak maka anak dapat dikenalkan pada tingkat

penguasaan terhadap konsep bilangan dengan cara meminta anak

melakukan proses penjumlahan dan pengurangan melalui penyelesaian

soal.

Tahapan bermain hitung atau matematika anak usia dini dengan

mengacu pada hasil penelitian Jean Pieget tentang intelektual, yang

menyatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap pra operasional,

maka penguasaan kegiatan berhitung/matematika pada anak usia dini akan

melalui tahapan sebagai berikut:

a) Tahap konsep/pengertian

Pada tahap ini anak berekspresi untuk menghitung segala macam benda-

benda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihatnya. Kegiatan

28

menghitung ini harus dilakukan dengan memikat, sehingga benar-benar

dipahami oleh anak. Pada tahap ini guru atau orang tua harus dapat

memberikan pembelajaran yang menarik dan berkesan, sehingga anak

tidak menjadi jera atau bosan.

b) Tahap transisi/peralihan

Tahap transisi merupakan masa peralihan dari konkret ke lambang, tahap

ini ialah saat anak mulai benar-benar memahami. Untuk itulah maka

tahap ini diberikan apabila tahap konsep sudah dikuasai anak dengan

baik, yaitu saat anak mampu menghitung yang terdapat kesesuaian antara

benda yang dihitung dan bilangan yang disebutkan. Tahap transisi ini pun

harus terjadi dalam waktu yang cukup untuk dikuasai anak.

c) Tahap lambang

Tahap dimana anak sudah diberi kesempatan menulis sendiri tanpa

paksaan, yakni berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan sebagainya

jalur-jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung atau matematika.

Adapun konsep matematika yang perlu diberikan pada anak adalah

berupa bilangan atau berhitung, pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran,

geografis, estimasi, probabilitas, dan pemecahan masalah. Konsep ini perlu

diperkenalkan kepada anak secara tertahap sesuai dengan tingkat pemahaman

konsep, tingkat menghubungkan konsep konkret dengan lambang bilangan

dan tingkat lambang bilangan. Ketiga tingkat penguasaan tahapan ini dimulai

dari memahami konsep matematika, kemudian menghubungkan benda-benda

29

nyata dengan lambang bilangan dan akhirnya anak akan memahami lambang

bilangan.

Dienes dalam Reys (1998: 20), mengemukakan lima tahapan dalam

berhitung, lima tahapan ini yaitu:

1. Permainan bebas (free play), adalah permainan yang aktivitasnya tidak

berstruktur dan tidak diarahkan namun anak dapat belajar konsep, anak

dapat belajar konsep bentuk dari konsep yang dibuatnya.

2. Generalisasi (generalization), adalah anak mulai meneliti pola-pola dan

keteraturan yang terdapat pada konsep tertentu, mencari kesamaan sifat

dalam suatu permainan, misalnya dengan bermain mengelompokkan

bentuk-bentuk yang sama.

3. Representasi (representation), yaitu anak mencari sifat dari beberapa

situasi sejenis.

4. Simbolisasi (symbolization), anak harus mampu merumuskan representasi

dari setiap konsep dengan menggunakan simbol matematika atau melalui

perumusan verbal.

5. Formalisasi (formalization), ialah anak dituntut untuk mengurutkan sifat-

sifat baru konsep ini.

Selanjutnya Gagne (1997), menyatakan sembilan tahapan pengelolaan

yang esensial dalam belajar yang disebut fase belajar dapat dibagi menjadi

tiga, yaitu: a) persiapan untuk belajar; b) perolehan dan perbuatan; dan c) alih

belajar. Fase belajar ini penting untuk diperhatikan yang selalu ada dalam

30

proses belajar yang diterapkan secara berlainan dalam kondisi belajar.

Sembilan tahapan pengolahan informasi dalam belajar yang diterapkan oleh

Gagne selalu ada dalam proses belajar dan sangat penting untuk diperhatikan

dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Kesembilan tahapan ini akan

mempengaruhi hasil atau kompetensi pembelajaran yang diinginkan.

3. Prinsip Berhitung Permulaan

Berdasarkan Depdiknas (2000: 8), prinsip-prinsip dalam berhitung

permulaan untuk mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada

anak dikenalkan melalui permainan berhitung, dikenal ada beberapa prinsip

mendasar yang perlu dipahami dalam menerapkan permainan berhitung, yaitu:

a. Dimulai dari menghitung benda.

b. Berhitung dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit.

c. Anak berpartisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk menyelesaikan

masalahnya sendiri.

d. Suasana yang menyenangkan.

e. Bahasa yang sederhana dan menggunakan contoh-contoh.

f. Anak dikelompokkan sesuai dengan tahapan berhitungnya.

g. Evaluasi dari mulai awal sampai akhir kegiatan.

Prinsip-prinsip berhitung ini penting diperhatikan agar anak dapat

dengan mudah memahami konsep berhitung dengan baik. Anak akan

menyenangi kegiatan berhitung menjadi lebih bermakna.

31

Diungkapkan pula oleh Yew (2002: 2), beberapa prinsip dalam

mengajarkan berhitung pada anak, diantaranya:

(1) buat pelajaran mengasikkan;

(2) ajak anak terlibat secara langsung;

(3) bangun keinginan dan kepercayaan diri dalam menyelesaikan berhitung;

(4) hargai kesalahan dan jangan menghukumnya;

(5) fokus pada apa yang anak capai.

Pelajaran yang mengasikkan dengan melakukan aktivitas yang

menghubungkan kegiatan berhitung dengan kehidupan sehari-hari.

Dari prinsip-pripsip tersebut dapat dikemukakan bahwa pelajaran

berhitung bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi merupakan pelajaran yang

disenangi dinilai dari hati nuraninya sehingga anak akan merasa

membutuhkan karena mengasikkan dan cara mengajarkannya pun harus tepat.

Prinsip-prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan

berhitung permulaan yaitu kepandaian anak sudah lebih meningkat. Namun

proses intelektualnya masih sempit dan cara berpikirnya masih belum terarah,

dan harus diingat pula anak usia enam tahun sudah dapat memecahkan

persoalan-persoalan sederhana, seperti telah dapat menghitung 1-20.

4. Metode Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan

Dalam mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak

dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang dikembangkan dalam

mengenalkan dan mengembangkan kemampuan berhitung permulaan

32

misalnya adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi,

eksperimen, bermain, atau pemberian tugas.

Menurut Renew (2002: 1), metode yang perlu diterapkan dalam

mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak dilakukan

dengan permainan-permainan yang menyenangkan, suasana belajar yang

menggembirakan dan bagaimana anak tertarik untuk belajar. Suasana yang

nyaman dan menyenangkan dapat membuat anak akan belajar angka dengan

cara kreatif dalam suatu permainan berdasarkan tahapan-tahapan tertentu.

Metode yang digunakan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir anak

serta mampu memecahkan masalah. Gordon & Browne dalam Moeslichatoen

(1999: 14), mengemukakan tiga macam pola kegiatan yang dapat dilakukan

agar tujuan dari metode yang diterapkan dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan. Ketiga macam pola kegiatan tersebut adalah:

(1) kegiatan dengan pengarahan langsung dari guru.

(2) kegiatan berpola semi kreatif.

(3) kegiatan berpola kreatif.

Kegiatan dengan pengarahan oleh guru yaitu kondisi dan kegiatannya

berada dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan berpola semi kreatif, yaitu guru

memberi kebebasan kepada kepada anak untuk membuat sesuatu. Sedangkan

kegiatan berpola kreatif adalah dengan cara menghadapkan anak pada

berbagai masalah yang harus dipecahkan. Pola ini disesuaikan dengan usia

33

dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak agar metode tersebut dapat

terlaksana dengan baik.

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, penerapan metode

pembelajaran ini dapat dikombinasikan dengan metode lainnya. Metode yang

dimaksud diantaranya: pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab,

mengucapkan syair, percobaan atau eksperimen, bercakap-cakap, bercerita,

atau praktik langsung. Metode-metode ini dapat dipilih dan dikombinasikan

dengan metode lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak

pada saat itu diberi pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik

dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran

berlangsung.

Metode yang dipilih disesuaikan dengan tahapan dan prinsip

perkembangan berhitung pada anak, metode yang dikombinasikan dengan

media dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan, seperti dengan permainan

menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin untuk mengenalkan

konsep penjumlahan dan pengurangan.

5. Program Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan

Kemampuan berhitung permulaan pada kelompok B mengacu pada

Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK/RA. Program pengembangan

berhitung permulaan menurut Depdiknas tahun 2004, dapat digambarkan pada

tabel berikut ini:

34

Tabel 2.1

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI TK/RA

KOMPETENSI

DASAR HASIL BELAJAR INDIKATOR

Anak mampu

memahami konsep

sederhana

memecahkan masalah

sederhana dalam

kehidupan sehari-hari

Anak dapat

memahami

bilangan

o Membilang/menyebut urutan

bilangan dari 1-20.

o Membilang (mengenal) konsep

bilangan dengan benda-benda

sampai 20.

o Membuat urutan bilangan 1-20

dengan benda-benda.

o Menghubungkan/memasangkan

lambang bilangan dengan benda-

benda sampai 20 (anak tidak

disuruh menulis).

o Membedakan dan membuat dua

kumpulan benda yang sama

jumlahnya, yang tidak sama lebih

banyak dan lebih sedikit.

o Menyebutkan hasil penambahan

dan pengurangan dengan benda

sampai 20.

o Memperkirakan urutan berikutnya

setelah melihat bentuk lebih dari

tiga pola yang berurutan. Misalnya:

merah, putih, kuning dan biru.

o Meniru pola dengan menggunakan

berbagai benda.

Sejalan dengan tabel diatas, maka program pengembangan peningkatan

berhitung permulaan di TK/RA bertujuan untuk memperkenalkan dalam

menggunakan hitungan. Teori perkembangan struktur intelektual yang

dikemukakan oleh Jean Pieget bahwa anak yang berusia 2-7 tahun mengalami

struktur intelektual pada tahap yang disebut tahap pra-operasional. Pada usia

ini anak didalam berpikirnya tidak didasarkan pada keputusan yang logis

melainkan hanya dilihat seketika, perilaku yang dapat diamati pada

perkembangan anak dalam usia ini antara lain anak menggunakan kata-kata

35

untuk menyatakan suatu benda, menghitung secara sederhana, anak secara

konkret dapat melakukan perbandingan lebih tinggi dan lebih banyak. Pada

tahap permulaan praoperasional, anak masih sukar melihat hubungan dan

mengambil keputusan secara konsisten.

Sesuai dengan petunjuk dari Depdiknas, setiap pengelola tenaga

pendidik Taman Kanak-kanak wajib menggariskan tentang karakteristik

perkembangan intelektual anak, khususnya pada anak 4-6 tahun, yaitu:

1. Membentuk permainan secara sederhana;

2. Menciptakan suatu bentuk dengan menggunakan tanah liat;

3. Menggunakan balok-balok menjadi bahan bangunan;

4. Menyebut dan membilang 1-20;

5. Memahami lambang bilangan;

6. Menghubungkan konsep dengan lambang bilangan;

7. Memahami konsep sama, lebih banyak, dan lebih sedikit;

8. Memahami penjumlahan dengan bena-benda;

9. Memahami waktu dengan menggunakan jam;

10. Menyusun kepingan puzzle secara sederhana menjadi utuh;

11. Memahami alat-alat untuk mengukur;

12. Memahami sebab akibat;

13. Mengetahui asal usul terjadinya sesuatu; dan

14. Menunjukkan kejanggalan suatu gambar.

36

Dari poin-poin petunjuk teknis diatas dapat ditegaskan bahwa para

pengelola tenaga pendidik anak usia dini atau Taman Kanak-kanak dalam

program pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan kemampuan

berhitung permulaan, maka terlebih dahulu memahami karakteristik

perkembangan intelektual ank itu sendiri. Selain itu, jangan lupa model

pembelajaran dalam rangka pengembangan kemampuan berhitung permulaan

ini juga harus dikemas dalam bentuk bermain. Menurut para ahli psikolog,

bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa

anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak yaitu: kesehatan,

intelegensi, jenis permainan, lingkungan dan status sosial ekonomi. Faktor-

faktor ini akan mempengaruhi perkembangan anak dalam memahami

berhitung permulaan (Ahmad Susanto, 2011: 106).

Menurut Hurlock (1978: 51-52), seiring dengan perkembangan

pemahaman bilangan permulaan ini, menyatakan bahwa konsep yang mulai

dipahami anak sejalan dengan bertambahnya pengalaman yang dialami anak,

diantaranya konsep bilangan. Konsep bilangan berhubungan dengan kata-kata

ketika anak mulai berbicara. Pengalaman yang dialami seorang anak

mempengaruhi konsep bilangan anak, karena itulah secara umum anak yang

memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak umumnya belajar arti bilangan

lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak mengalami pendidikan di Taman

Kanak-kanak. Pada saat anak memasuki pendidikan Taman Kanak-kanak,

pemahan konsep bilangan akan berkembang dengan cepat sampai pada

37

peningkatan ketahap pengertian mengenai jumlah. Konsep bilangan ini

berhubungan dengan penambahan dan pengurangan, sehingga secara bertahap

bilangan menjadi lebih jelas. Oleh karena itu, memahami konsep bilangan

melalui permainan sangat penting, karena dengan permainan anak akan dapat

cepat memahami maksud dari pembelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka program

pengembangan kemampuan berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak

memiliki tujuan untuk memperkenalkan anak dalam menggunakan hitungan.

Materi tersebut terdapat dalam kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman

Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Materi yang diberikan diantaranya:

membilang; menyebut urutan bilangan dari 1-20; membilang (mengenal

konsep bilangan benda-benda) sampai 20; membuat urutan bilangan 1-20

dengan benda-benda; menghubungkan/memasangkan lambang bilangan

dengan benda-benda hingga 20 (anak tidak disuruh menulis); membedakan

dan membuat dua kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama,

lebih banyak, dan lebih sedikit; menyebut hasil penambahan dan pengurangan

dengan benda sampai 20; memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat

bentuk lebih dari tiga pola yang berurutan; meniru pola dengan menggunakan

benda.

38

B. Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

1. Pengertian Alat Permainan Edukatif

Menurut Kemendiknas tentang Pengembangan APE (2010) alat

permainan edukatif adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai

sarana atau alat permainan yang mengandung nilai pendidikan dan dapat

mengembangkan seluruh aspek kemampuan anak. Alat permainan edukatif

dapat berupa apa saja yang ada disekeliling kita, misalnya sapu, piring, gelas,

sendok plastik, tutup panci, bangku kecil, dan lain-lain. Alat permainan

edukatif digunakan oleh anak untuk bermain sambil belajar, artinya alat dan

bermain itu sendiri merupakan sarana belajar yang menyenangkan.

2. Manfaat Alat Permainan Edukatif

Menurut Kemendiknas tentang Pengembangan APE (2010) manfaat

alat permainan edukatif yaitu:

a. Alat permainan edukatif sangat membantu pertumbuhan fisik dan seluruh

aspek perkembangan (moral dan agama, bahasa, kognitif, fisik, sosial-

emosional dan seni).

b. Alat permainan edukatif dapat mendorong aktivitas bermain berkualitas

dan munculnya bakat yang dimiliki anak.

39

3. Kriteria Pemilihan Alat Permainan Edukatif yang Tepat untuk Anak

Pendidik harus memiliki pengetahuan untuk memilih alat permainan

edukatif yang tepat untuk anak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

anak, oleh karena itu pendidik harus mengetahui kriteria memilih alat

permainan edukatif. Menurut Kemendiknas tentang Pengembangan APE

(2010) antara lain:

a. Mengandung unsur edukatif.

b. Alat permainan tidak berbahaya bagi anak.

c. Dasar pemilihan alat permainan edukatif adalah minat dan kebutuhan anak

terhadap mainan tersebut.

d. Alat permainan sebaiknya beraneka macam, sehingga anak dapat

bereksplorasi dengan berbagai macam alat permainannya.

e. Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan pada rentang usia anak.

Permainan tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah bagi anak.

f. Dasar pemilihan alat permainan lebih ditekankan pada pertumbuhan fisik

dan tingkat perkembangan anak secara individu bukan berdasarkan usia.

Perkembangan biologis dan fisik pada anak yang umurnya sama dapat saja

berbeda.

g. Peralatan permainan buatan sendiri diupayakan dapat bertahan lama atau

awet, mudah dibuat, bahan mudah diperleh dan mudah digunakan anak.

40

4. Jenis-jenis Alat Permainan Edukatif

Jenis-jenis alat permainan edukatif berdasarkan Kemendiknas tentang

Pengembangan APE (2010) antara lain:

a. Alat permainan edukatif outdoor, adalah alat permainan edukatif yang

digunakan diluar ruangan untuk melatih keterampilan fisik dan

pengembangan aspek lainnya.

b. Alat permainan edukatif indoor, adalah alat permainan edukatif yang biasa

digunakan di dalam ruangan untuk memberi motivasi dan merangsang

anak agar melakukan eksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat

mengembangkan seluruh potensi pengembangan anak, baik bahasa,

kognitif, sosial-emosional, fisik, agama dan moral, dan seni.

5. Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

Alat permainan edukatif kotak pinguin merupakan alat permainan

edukatif indoor yang terbuat dari bahan bekas, yang peneliti buat sendiri untuk

digunakan sebagai media belajar berhitung permulaan pada anak. Alat

permainan edukatif kotak pinguin ini dapat dimainkan anak di dalam ruangan

dengan diletakkan diatas meja, dapat dibongkar pasang, dijinjing, dan lain

sebainya. Alat permainan edukatif kotak pinguin ini diharapkan

dapatmeningkatkan kemampuan berhitung pada anak dan dapat menambah

kualitas pengajaran dan pendidikan.

41

Gambar 2.1 Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

6. Pembuatan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin

a. Alat dan bahan

Kardus bekas, pensil, penggaris, kain flannel, spidol, lem, gunting, dan

cutter.

b. Langkah pembuatan

1) Buat pola penguin dan ikan pada kardus bekas

2) Potong kain flannel sesuai pola

3) Tempel kain flannel pada kardus bekas hingga membentuk sebuah

pinguin dan beberapa ikan berwarna-warni

42

7. Cara Perawatan

Cara perawatan alat permainan edukatif kotak pinguin ini sangat mudah,

setelah digunakan alat permainan ini dapat di bersihkan dengan kemoceng

terlebih dahulu kemudian di simpan didalam almari dengan tidak di tumpuk

dengan barang lain.

8. Cara Memainkan Alat Permainan Kotak Pinguin

a. Guru membagi kelompok yang terdiri dari beberapa anak.

b. Guru memberikan alat permainan edukatif kotak pinguin pada setiap

kelompok.

c. Anak memainkan alat permainan eukatif secara bergantian dengan

memasukkan beberapa ikan dengan warna berbeda kedalam mulut pinguin,

misalnya 2 ikan berwarna merah dan 3 ikan berwarna kuning.

d. Kemudian anak mengeluarkan ikan yang sudah dimakan pinguin melalui

bagian belakang pinguin.

e. Anak diperintahkan untuk menghitung berapa jumlah ikan yang sudah

dimakan pinguin.

43

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Sekolah

a. Sejarah Berdirinya RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.

Temanggung

RA Masyithoh Nglondong berdiri pada 21 April 2001 oleh para

tokoh Kementrian Agama dan para tokoh masyarakat Nglondong antara

lain Bapak Choirun, Bapak Rohmat, H. Masduqi dan H. Mastur.

Pada awal berdirinya kegiatan belajar mengajar berlangsung di

rumah penduduk, yaitu rumah bapak Masduqi yang di pinjam oleh RA

Masyithoh Nglondong, namun letaknya kurang strategis. Proses

pembelajaran yang sangat sederhana dan kurangnya sarana dan prasarana

yang memadai. Administrasi yang diterapkan juga sangat sederhana,

belum ada komputerisasi, segala bentuk laporan masih berupa tulisan

tangan, bahkan hanya ada satu guru yang mengajar. Jumlah siswa pada

awal berdiri sangatlah sedikit, yaitu 12 siswa saja. Namun lambat laun

siswa semakin bertambah dan rumah yang ditempati untuk kegiatan

belajar mengajar pun sudah tidak muat lagi.

Kondisi tersebut harus segera mendapatkan jalan keluar yang

baik, sehingga para tokoh Kementerian Agama yang berdomisili di desa

44

Nglondong mengajak tokoh masyarakat untuk beramal jariyah dalam

membeli tanah dan membangun gedung baru untuk memajukan RA

Masyithoh Nglondong, pada tahun 2001 pembangunan telah jadi dengan

3 ruangan yaitu kantor, kelompok A dan kelompok B.

Pada tahun 2003 pihak sekolah mengajukan proposal kepada

Kantor Gubernur Jawa Tengah melalui Disdikpora Kabupaten

Temanggung dan Kantor Departemen Agama Wilayah Propinsi Jawa

Tengah untuk membangun pagar keliling. Pada tahun 2005 dana tersebut

terealisasi.

Kondisi RA Masyithoh Nglondong ini berlangsung hingga

sekarang dengan berbagai kekurangan, kelebihan, hambatan, dan

tantangan yang ada. RA Masyithoh Nglondong sekarang telah bergabung

dengan Yayasan Pendidikan Muslimat Nahdlotul Ulama. RA Masyithoh

Nglondong merupakan bagian tak terpisahkan dari lingkungan

masyarakat secara keseluruhan, maka senantiasa harus mencerminkan

suasana lingkungan yang baik dari segi jasmani dan rohani. RA

Masyithoh Nglondong selalu mengingat dan mengoreksi diri bahwa

sekolah adalah tempat tumbuh dan berkembangnya anak atau generasi

muda bangsa. Oleh karena itulah lingkungan sekolah perlu diciptakan dan

dijaga kebersihannya serta memiliki lngkungan yang sehat. Besar harapan

bagi RA Masyithoh Nglondong di masa yang akan datang dapat

45

dipercaya masyarakat dalam menciptakan generasi yang sehat, cerdas,

gembira dan berakhlak mulia.

b. Identitas Sekolah

1) Nama Sekolah : RA Masyithoh Nglondong

2) Provinsi : Jawa Tengah

3) Kabupaten : Temanggung

4) Kecamatan : Parakan

5) Desa : Nglondong

6) Kode Pos : 56254

7) Telepon : -

8) Fax/Email : -

9) Daerah : Pedesaan

10) Status Tanah : Bengkok

11) Status Bangunan : Milik Sendiri

12) Akreditasi : B

13) Tahun Pendirian Sekolah : 2001

14) Ijin Pendirian : Ada

15) Status Sekolah : Swasta

16) Tahun Beroperasi : 2001

46

c. Letak Geografis RA Masyithoh Nglondong

Lembaga pendidikan RA MAsyithoh Nglondong tepatnya berada

di Desa Nglondong Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung dengan

kode pos 56254.

d. Visi, Misi dan Tujuan RA Masyithoh Nglondong

a. Visi

“Mengembangkan potensi anak secara sehat, cerdas dan mandiri

berdasarkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa”

b. Misi

1) Membiasakan hidup bersih dan sehat

2) Membiasakan anak berperilaku sopan, ramah dan budi pekerti

yang luhur

3) Menanamkan rasa percaya diri

4) Melatih kemandirian dan kedisiplinan

5) Merangsang kecerdasan dan kreativitas anak

6) Melaksanakan pembelajaran dengan prinsip bermain sambil

belajar

c. Tujuan

1) Meletakkan dasar dan menanamkan nilai-nilai Agama Islam

dalam jiwa anak sejak dini melalui pembiasaan beribadah agar

47

dikemudian hari menjadi anak yang beriman kuat dan berakhlak

mulia.

2) Mengembangkan aktivitas dan kreativitas anak melalui berbagai

kegiatan edukatif, eksploratif, kreatif dan meyenangkan agar anak

memiliki keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang

bermanfaat dimasa mendatang.

3) Menyiapkan anak untuk mengikuti pendidikan selanjutnya dengan

kualitas yang baik secara intelektual dan religius.

e. Keadaan Guru

Adapun nama-nama guru di RA Masyithoh Nglondong terlihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Daftar Nama Guru RA Masyithoh Nglondong

No. Nama Tanggal Lahir Tanggal Mulai

Tugas

1 Afinaturrosida, S.Pd 25/08/1975 21 April 2001

2 Mustaqimah 05/07/1967 21 April 2001

3 Rodliyatun 14/04/1969 21 April 2001

f. Struktur Organisasi

Adapum struktur organisasi RA Masyithoh Nglondong terlihat pada

gambar dibawah ini :

48

Gambar 3.1 Struktur Organisasi RA Masyithoh Nglondong

g. Tata Tertib dan Pembiasaan di RA Masyithoh Nglondong

a. Berangkat sekolah harus datang lebih awal

b. Bel masuk sekolah jam 07.30 WIB

c. Berbaris sebelum masuk kelas

d. Guru mendampingi anak dalam barisan

e. Anak masuk kelas dengan rapi satu per satu mengikuti guru

f. Membalik absen

g. Duduk di kelas dengan rapi

h. Memberi salam

i. Berdoa sebelum kegiatan dimulai

j. Bernyanyi, bercerita, bertepuk berirama sebelum pembelajaran

Penasehat

Fikriyah

Kepala RA

Afinaturrosida, S.Pd

Komite

Marliyah

Guru B

Rodliyatun

Guru A

Mustaqimah

Siswa

Masyarakat

49

k. Masuk ke inti pembelajaran yang mana materi telah disiapkan oleh

guru sebelumnya

l. Guru membimbing, melatih, mengarahkan dan mendampingi anak

didik dengan baik

m. Harus tercipta suasana yang akrab antara guru dan anak, lingkungan

harus nampak nyaman sehingga anak-anak senang belajar bersama

n. Ketika hendak istirahat, anak-anak cuci tangan

o. Membaca doa sebelum makan

p. Selesai makan, anak berdoa dan boleh cuci tangan kembali

q. Anak dipersilahkan bermain bersama teman sebayanya

r. Anak harus memakai sandal ketika bermain dihalaman supaya kaki

tetap bersih

s. Anak harus tertib merapikan dan mengembalikan mainan setelah

selesai digunakan

t. Guru harus membersihkan kelas setelah selesai makan agar kelas

tetap bersih

u. Setelah selesai jam istirahat, anak masuk kelas dengan rapi dan

mengembalikan sandal pada rak yang telah disediakan

v. Anak dan guru memulai pelajaran kembali yang mana pembelajaran

harus bersifat ringan, hanya sekedar mengevaluasi pelajaran inti dan

menyampaikan pesan serta nasehat kepada anak yang bersifat

penanaman akhlak atau moral anak

50

w. Selesai pelajaran, anak berdoa pulang dan mengucapkan salam

x. Anak dengan rapi berjabat tangan kepada guru

y. Anak keluar kelas dengan rapi dan memakai sepatu sendiri

2. Waktu Penelitian

Penelitian pada Siklus I dimulai pada tanggal 20-21 Juli 2017 dan

Siklus II pada tanggal 25-26 Juli 2017 pukul 08.00-09.00 WIB di RA

Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B di RA Masyithoh

Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018 yang

berjumlah 22 anak yang terdiri dari 9 laki-laki dan 13 perempuan.

Tabel 3.2 Daftar Nama Siswa Kelompok B

No. Nama Tempat Tanggal Lahir

1 Ainu Zahfa Temanggung, 17 Maret 2011

2 Alfi Sahara Temanggung, 3 April 2011

3 Aqilatul Munawaroh Temanggung, 17 Agustus 2010

4 Dita Puspita Sari Temanggung, 1 Desember 2010

5 Diana Saskia Temanggung, 14 Februari 2011

6 Ervin Agung Saifudin Temanggung, 1 Januari 2011

7 Faza Fania Temanggung, 30 Juni 2011

8 Hasaka Wildan Pratama Temanggung, 26 Juni 2011

9 Hilda Dwi Anastasia Temanggung, 18 Oktober 2010

10 Irfan Imamsyah Temanggung, 30 September 2010

11 Khanifah Nur Aini Temanggung, 27 Desember 2010

51

12 Muhammad Akyal Falih Temanggung, 4 Maret 2011

13 M. Fathun Niam Temanggung, 25 Agustus 2011

14 M. Niulzam Yahya Temanggung, 17 Desember 2010

15 M. Wasiul Hufron Temanggung, 9 September 2010

16 Nafisa Nur Aulya Temanggung, 6 Juni 2011

17 Rani Rahmawati Temanggung, 24 Maret 2011

18 Siti Fatimah Temanggung, 2 November 2010

19 Vina Alin Khalisna Temanggung, 26 Januari 2011

20 Zhada Afia Nikma Temanggung, 12 Juni 2011

21 Bayu Arvian Temanggung, 1 November 2010

22 Atiq Fauzi Temanggung, 24 April 2011

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Pra siklus

Pencarian fakta dan data dilakukan melalui diskusi dan wawancara

dengan kepala sekolah dan anak kelompok B di RA Masyithoh Nglondong

Kec. Parakan Kab. Temanggung.

Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara, peneliti dan teman sejawat

perlu mengambil langkah untuk meningkatkan kualitas kemampuan berhitung

permulaan. Peneliti dan teman sejawat sepakat untuk melaksanakan tindakan

Siklus I pertemuan pertama pada hari Kamis, 20 Juli 2017 dan pertemuan

kedua hari Jumat, 21 Juli 2017. Siklus II pertemuan pertama hari Selasa, 25

Juli 2017 dan pertemuan kedua hari Rabu, 26 Juli 2017.

52

Tindakan yang akan dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran

berhitung permulaan melalui media alat permainan edukatif kotak pinguin.

Selama ini pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab

serta menirukan ucapan guru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh data

bahwa sebagian besar anak kurang tertarik belajar berhitung karena

pembelajaran kurang menarik.

Hasil pembelajaran Pra Siklus yang dilakukan di RA Masyithoh

Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung khususnya kelompok B, pada

hari Selasa, 18 Juli 2017 diperoleh daya tangkap anak atau pemahaman

konsep berhitung mencapai 30%. Indikator keberhasilan yang ditetapkan

dalam pembelajaran ini adalah 85%. Jika hasil kemampuan berhitung

permulaan belum mencapai angka yang telah ditetapkan, maka pembelajaran

Pra Siklus belum berhasil.

2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Tahap ini peneliti menyusun semua persiapan untuk pelaksanaan

proses pembelajaran yaitu pembuatan RKH yang mengacu pada RKM dan

tema serta sub tema. Tema yang diangkat pada penelitian ini adalah

binatang, sub tema macam-macam binatang. Adapun media yang

digunakan adalah alat permainan edukatif kotak pinguin, alat tulis dll.

53

Metode yang digunakan adalah bercerita, tanya jawab, dan demonstrasi.

Waktu yang digunakan mulai dari pukul 08.00 WIB sampai 09.00 WIB.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan penerapan pelaksanaan dari semua tahap

perencanaan yang telah disusun. Setiap siklus pembelajaran terbagi

menjadi 3 tahap, yaitu pembukaan, kegiatan inti dan penutup.

Adapun kegiatan dalam siklus I ini adalah pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan berhitung permulaan. Kegiatan tersebut

dilakukan selama 4 (empat) kali pertemuan. Setiap pertemuan selama 60

menit. Pembelajaran dilakukan menggunakan alat permainan eduktif kotak

pinguin secara berkelompok. Kemudian anak akan diberi tugas untuk

membilang dan menunjuk benda sampai 20, dan menyebutkan hasil

penambahan binatang.

Ketika memainkan alat permainan edukatif kotak penguin, anak

boleh memasukkan benda apa saja yang menurut mereka menarik. Anak-

anak akan senang dan menstimulus rasa ingin tahu mereka untuk

memasukkan berbagai benda kedalam mulut penguin dan menghitung

jumlahnya.

Guru tidak lupa pada setiap akhir kegiatan, melakukan review yaitu

dengan metode tanya jawab kepada anak satu persatu, untuk mengetahui

kemampuan penguasaan berhitung yang diharapkan oleh guru.

54

Untuk menambah motivasi anak dalam belajar, guru juga

memberikan bintang yang nantinya akan ditempel di dada anak sebagai

wujud penghargaan atau reward.

g Gambar 3.2 Materi Siklus I

c. Observasi

Observasi dilakukan pada saat pembelajaran. Observasi digunakan

untuk mengetahui kemampuan berhitung permulaan, semangat, keaktifan,

minat dan motivasi anak didik dalam mengikuti pembelajaran berhitung

permulaan menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin.

Dalam kegiatan ini, peneliti dibantu teman sejawat sebagai

kolabolator di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung.

Observasi ini berpedoman pada indikator yang terdapat dalam lembar

observasi yang dibuat peneliti, yaitu : anak dapat menyebutkan bilangan 1-

20, membilang (mengenal konsep bilangan) dengan benda-benda; anak

55

dapat menghubungkan konsep bilangan dengan lambangnya; dan anak

dapat menjumlah dan mengurangi dengan menggunakan benda-benda.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan teman sejawat

memperoleh data sebagai berikut :

a. Sebagian besar anak tertarik untuk mengikuti kegiatan berhitung

menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin.

b. Ada beberapa anakyang asyik mengobrol sendiri.

c. Ketika pertemuan pertama dan kedua, terasa kurang memuaskan.

Ternyata tidak sedikit anak yang kurang memahami angka, misalnya

sudah bisa menyebutkan angka 1-20 tetapi dalam menuliskan angkanya

masih perlu bimbingan.

d. Hasil observasi kemampuan berhitung permulaan pada anak telah

menunjukkan peningkatan yaitu dari tahap Pra Siklus sebesar 30% dan

pada Siklus I sebesar 64% rata-rata pencapaian dalam satu kelas.

e. Dari hasil Siklus I menunjukkan ada 8 anak yang mendapatkan nilai

tertinggi dan 3 anak yang mendapatkan nilai rendah.

d. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan teman sejawat

melakukan analisis terhadap proses pembelajaran dan peningkatan

kemampuan berhitung permulaan pada anak. Analisis ini dilakukan oleh

peneliti dan teman sejawat dengan cara berdiskusi dan mengevaluasi

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Serta melihat kekurangan-

56

kekurangan yang ada. Selain itu peneliti dan teman sejawat juga

berpedoman pada indikator lembar observasi peningkatan kemampuan

berhitung permulaan yang diamati.

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa :

a. Sebagian besar anak tertarik, antusias dan semangat belajar berhitung

menggunakan alat permnainan edukatif kotak pinguin.

b. Guru kurang dapat membagi perhatiannya kepada anak, karena terdapat

anak yang terus meminta perhatian.

c. Sudah ada peningkatan kemampuan berhitung permulaan pada anak jika

dibandingkan dengan kemampuan berhitung permulaan sebelum

menggunakan alat permainan edukatif kotak pinguin. Akan tetapi hasil

tersebut belum maksimal, ini berarti peneliti harus memperbaiki proses

pebelajaran.

d. Peningkatan kemampuan berhitung permulaan satu kelas kurang merata,

dikarenakan ada anak yang mempunyai kemampuan lebih dan ada anak

yang mempunyai kemampuan rendah.

e. Ada angka yang sering terbalik dalam penulisannya karena angka yang

hampir mirip, misalnya angka 6 dan 9.

Dari hasil analisis tersebut, peneliti dan teman sejawat merasa

bahwa hasil penelitian tersebut belum maksimal. Oleh sebab itu, peneliti

57

dan teman sejawat membuat perencanaan untuk tindakan pada Siklus

berikutnya.

3. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Siklus II ini dilakukan ketika pencapaian indikator kemampuan

berhitung permulaan belum optimal pada Siklus I. Siklus II dilakukan

untuk mengatasi kendala-kendala yang menghambat peningkatan

kemampuan berhitung permulaan pada Siklus I.

Proses pembelajaran berhitung permulaan pada Siklus I pada

umumnya sudah cukup baik. Namun belum memenuhi indikator

keberhasilan yaitu 85%, masih ada anak yang kurang memuaskan dalam

kemampuan berhitung permulaan. Untuk mengatasi kekurangan pada

Siklus I, maka pada hari Selasa 25 Juli 2017 peneliti dan teman sejawat

merencanakan tindakan pada Siklus II. Siklus II ini direncanakan dua kali

pertemuan. Pertemuan pertama hari Selasa 25 Juli 2017 dan pertemuan

kedua hari Rabu 26 Juli 2017.

Setelah melakukan diskusi, peneliti dan teman sejawat bersepakat

melakukan beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran.

Hal-hal tersebut antara lain:

58

1) Peneliti dan teman sejawat memaksimalkan tindakan yang lebih intensif

dan interaktif dengan anak didik, peneliti memberi motivasi dan

penguatan.

2) Agar anak tidak bosan, tema dikembangkan lagi menjadi sub tema, tema

yang digunakan adalah “Binatang” dan sub tema yang digunakan adalah

“Ciri-ciri Binatang”.

3) Guru juga memberikan reward atau penghargaan kepada anak sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki anak.

4) Untuk mengatasi angka yang hampir sama agar mudah diingat anak,

guru menunjukkan angka tersebut kemudian mengucapkan dan

mengulang beberapa kali baik pada saat pembelajaran maupun pada saat

review.

Urutan tindakan yang telah direncanakan dan akan digunakan pada

Siklus II adalah sebagai berikut :

1) Guru mempersiapkan sumber belajar dan alat pembelajaran.

2) Guru mengondisikan anak agar siap untuk memulai kegiatan.

3) Guru membuka pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam.

4) Tanya jawab tentang angka dan jumlah benda yang sudah diajarkan

pada pertemuan sebelumnya.

5) Guru memberikan apresiasi.

6) Guru menjelaskan manfaat berhitung.

59

7) Penugasan anak dikerjakan dalam lembar kerja yang telah disiapkan

peneliti dan teman sejawat sebelumnya.

8) Guru memberi reward berupa bintang yang ditempel pada dada anak.

9) Guru mengulang lagi apa yang telah diajarkan sebelumnya.

10) Guru menutup pembelajaran dengan menyanyikan lagu “mari

berhitung jari tangan kanan dan kiri” dan “balonku ada lima”.

Dalam Siklus II peneliti membuat program kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan berhitung permulaan sebagai revisi pada Siklus

I. Peneliti juga membuat lembar observasi sesuai indikator pembelajaran.

a. Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, maka peneliti dan

teman sejawat melaksanakan tindakan pada Siklus II. Pelaksanaan

tindakan pada Siklus II yaitu pada pertemuan pertama dimulai hari

Selasa 25 Juli 2017 selama 60 menit, dimulai dari jam 08.00-09.00

WIB. Guru pada awalnya mengondisikan anak agar siap untuk belajar.

Guru memulai pembelajaran dengan salam, berdoa dan bernyanyi.

Sebelum menyampaikan materi, guru mengulang kembali yang

diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Guru memberi penjelasan

tentang manfaat berhitung di kehidupan sehari-hari.

Dari uraian diatas, guru segera membagi kelompok masing-

masing anak dengan kelompok yang berbeda dengan yang

sebelumnya. Setelah semua anak selesai memainkan alat permainan

60

edukatif kotak pinguindan mengerjakan tugas, anak-anak diajak

bernyanyi “mari berhitung jari tangan kanan dan kiri”, “dua mata

saya” dan “balonku ada lima”.

Pada akhir pembelajaran guru melakukan review, mengajukan

pertanyaan tentang penjumlahan. Anak yang bisa menjawab dengan

benar akan diberi reward berupa bintang yang akan ditempel pada

dada anak.Peneliti mencatat hasil observasi yang telah dibuat untuk

diamati.

Paparan tersebut diatas merupakan proses pembelajaran pada

Siklus II pertemuan pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan,

secara garis besar proses pembelajaran seperti yang telah disebutkan

diatas.

Gambar 3.3 Materi Siklus II

61

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan mencatat semua hal yang

diperlukan dan terjadi selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan

dilakukan menggunakan lembar observasi yang mencakup indikator

untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada Siklus II.

Kegiatan observasi dilakukan pada saat pembelajaran.

Observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan berhitung,

semangat, keaktifan, minat dan motivasi anak didik dalam mengikuti

pembelajaran berhitung permulaan menggunakan alat permainan

edukatif kotak pinguin.

Dalam kegiatan ini, peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai

kolabolator di RA Masyithoh Nglondong. Observasi ini berpedoman

pada indikator yang tertuang dalam lembar observasi yang dibuat oleh

peneliti, yaitu: anak dapat menyebutkan bilangan 1-20, membilang

(mengenal konsep bilangan) dengan benda-benda; anak dapat

menghubungkan konsep bilangan dengan lambangnya; dan anak dapat

menjumlah dan mengurangi dengan menggunakan benda-benda.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti bersama

teman sejawat diperoleh data sebagai berikut :

1) Sebagian besar anak tertarik dan antusias mengikuti kegiatan

pembelajaran berhitung permulaan menggunakan alat permainan

edukatif kotak pinguin.

62

2) Ada beberapa anak yang mengikuti pembelajaran namun harus

dimotivasi terlebih dahulu oleh guru karena anak ingin

diperhatikan.

3) Hasil kemampuan berhitung permulaan pada anak sudah

menunjukkan peningkatan yang sangat baik yaitu dari Siklus I

sebesar 64% dan pada Siklus II mencapai 94%. Hasil observasi

kemampuan berhitung permulaan anak juga menujukkan bahwa

10 anak yang mendapat nilai tertinggi.

c. Analisis dan Refleksi

Proses tindakan pada Siklus II berjalan dengan baik.

Kelemahan yang ada pada Siklus I dapat teratasi. Hal ini membuat

kualitas pembelajaran berhitung permulaan meningkat. Peningkatan

kualitas pembelajaran dapat terlihat dari tercapainya indikator yang

telah ditetapkan, yaitu tampak peningkatan kemampuan berhitung

permulaan pada anak dari Siklus I dan Siklus II.

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus

1. Ketentuan Penilaian dan Pengolahan Data

Adapun penilaian yang diberikan pada lembar kerja anak didik berupa

simbol gambar bintang, yang mana simbol tersebut akan diubah ke data yang

bersifat angka atau kuantitatif untuk sementara, kemudian akan diolah ke

dalam bahasa kualitatif dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak

Simbol Bintang Skor/Nilai Kategori Kriteria/Ketentuan

1 Belum Muncul (BM) Jika anak mencoba, kurang

tepat, atau anak tidak mau

mencoba

2 Mulai Muncul (MM) Jika anak bisa dengan

bantuan meniru teman

3 Berkembang Sesuai

Harapan (BSH)

Jika anak bisa dengan

bantuan awalan

4 Berkembang Sangat

Baik (BSB)

Jika anak bisa tanpa bantuan

Adapun indikator yang digunakan tiap Siklus adalah berbeda. Seperti

terlihat pada tabel indikator yang akan diamati tiap Siklus dibawah ini :

64

Tabel 4.2 Indikator yang Diamati Tiap Siklus

No. Indikator (Butir Amatan) Yang Diamati

Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Membilang/menyebut urutan bilangan

dari 1-20

2. Membilang (mengenal) konsep bilangan

dengan benda-benda sampai 20

√ √

3. Menghubungkan atau memasangkan

lambang bilangan dengan benda sampai

20 ( anak tidak disuruh menulis)

4. Membedakan dan membuat dua

kumpulan benda yang sama, tidak sama

lebih banyak dan lebih sedikit

5. Menyebutkan hasil penambahan dan

pengurangan dengan benda

√ √

6. Memperkirakan urutan berikutnya

setelah melihat bentuk lebih dari tiga

pola berurutan (merah, putih, biru,

kuning)

√ √

7. Meniru pola dengan menggunakan

berbagai benda

8. Membuat urutan bilangan 1-20 dengan

benda

√ √

Peneliti berdiskusi bersama teman sejawat dan kepala sekolah, bahwa

penentuan indikator keberhasilan dalam kemampuan berhitung permulaan

juga penting dibuat. Berdasarkan kesepakatan bersama pihak sekolah, maka

diputuskan indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran yaitu sebesar

85%. Bila anak mampu mencapai nilai/hasil pencapaian lebih dari 85% pada

65

Siklus II, anak dapat dikatakan sudah mampu berhitung permulaan, dan

sebaliknya apabila hasil pencapaian kurang dari 85% pada Siklus II, maka

anak dikatakan belum mampu berhitung permulaan dengan baik.

2. Pra Siklus

a. Data Hasil Pengamatan Pra Siklus

Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan

data pada Pra Siklus, maka dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Pra Siklus

No. Nama

Anak

Nilai pada Indikator Pra Siklus

Presentase

pencapaian

Membi

lang/m

enyebu

t

urutan

bilanga

n 1-20

Membilang

(mengenal)

konsep

bilangan

dengan

benda-

benda

sampai 20

Menyebut

kan hasil

penambah

an dan

pengurang

an dengan

benda

Meniru

pola dengan

menggunak

an berbagai

benda

1. Zahfa 1 2 1 2 37

2. Alvi 1 1 2 1 31

3. Aqila 1 2 1 1 31

4. Dita 1 1 2 1 31

5. Sazkia 2 2 1 1 37

6. Agung 1 1 1 1 25

7. Fania 1 1 1 1 25

8. Hasaka 1 1 1 1 25

9. Hilda 1 2 1 1 31

10. Irfan 1 1 1 1 25

11. Khanifah 1 1 1 1 25

12. Falih 1 1 1 1 25

66

13. Niam 1 1 1 1 25

14. Ulzam 1 1 2 1 31

15. Hufron 1 1 1 1 25

16. Nafisa 1 2 1 2 37

17. Rani 1 1 1 2 31

18. Fatimah 1 2 1 1 31

19. Vina 1 2 2 1 37

20. Zhada 1 1 1 1 25

21. Bayu 1 1 1 1 25

22. Atiq 1 2 1 2 37

Total presentasi pencapaian kelas 652

Keterangan :

Jumlah skor maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan

= 4 x 4 = 16

Presentase pencapaian anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%

Jumlah skor maksimum

Contoh Anak Zahfa = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%

Jumlah skor maksimum

= 6 x 100% = 37.5

16

Presentase Keberhasilan Kelas = Total presentase pencapaian kelas x 100%

Jumlah siswa

Presentase keberhasilan kelas = 652 x 100%

22

= 30%

67

Dari tabel tersebut diatas, maka diketahui presentase pencapaian

tiap anak. Karena nilainya dibawah indikator keberhasilan yaitu 85%,

maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar anak belum maksimal dan

masih memerlukan perbaikan. Sedangkan rata-rata presentase pencapaian

kelas pada saat Pra Siklus sebesar 30%.

b. Lembar Pengamatan Guru dan Siswa Pra Siklus

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru kelompok B yaitu Ibu

Rodliyatun, selama proses pembelajaran berlangsung pada pra siklus

dapat diketahui melalui tabel berikut:

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru Pra Siklus

No Aspek yang diamati Skor

1 2 3

1. Persiapan guru dalam mengajar

a. Menyiapkan RKH √

b. Menyiapkan presensi √

c. Menyiapkan lembar observasi √

d. Menyiapkan perlengkapan mengajar √

2. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran dan

melakukan apersepsi

a. Salam Pembuka

b. Mengkondisikan kelas √

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran √

d. Memberikan motivasi untuk belajar √

3. Ketetapan guru menggunakan APE

a. Guru paham mengenai APE √

b. Guru mampu menggunakan APE √

4. Kemampuan guru dalam menguasai kelas

a. Mampu membuat siswa lebih aktif bertanya √

68

b. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan √

5. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran

a. Kesimpulan √

b. Melakukan evaluasi √

c. Salam penutup √

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Siswa Pra Siklus

No Aspek Pengamatan Skor

1 2 3

1. Siswa menjawab salam dengan semangat √

2. Siswa merespon panggilan presensi dari guru √

3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru √

4. Siswa semangat mengikuti pembelajaran berhitung

permulaan

Keterangan:

1. : tidak baik

2. : baik

3. : sangat baik

69

3. Siklus I

a. Data Hasil Pengamatan Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan

data pada Siklus I, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Siklus I

No. Nama

Anak

Nilai pada Indikator Pra Siklus

Presentase

pencapaian

Membila

ng

(mengen

al)

konsep

bilangan

dengan

benda-

benda

sampai

20

Menyebut

kan hasil

penambah

an dan

penguran

gan

dengan

benda

Memperki

rakan

urutan

berikutny

a setelah

melihat

bentuk

lebih dari

tiga pola

berurutan

(merah,

putih,

biru,

kuning)

Membuat

urutan

bilangan

1-20

dengan

benda

1. Zahfa 4 3 3 4 87

2. Alvi 3 2 3 2 62

3, Aqila 3 2 3 2 62

4. Dita 4 3 3 4 87

5. Sazkia 4 3 3 4 87

6. Agung 3 2 2 2 56

7. Fania 3 2 2 2 56

8. Hasaka 3 2 2 1 50

9. Hilda 4 3 3 4 87

10. Irfan 3 2 2 2 56

11. Khanifah 4 3 3 4 87

70

12. Falih 3 2 2 1 50

13. Niam 2 2 3 1 50

14. Ulzam 3 2 2 2 56

15. Hufron 2 2 2 1 43

16. Nafisa 4 3 3 4 87

17. Rani 2 2 2 2 50

18. Fatimah 4 3 3 4 87

19. Vina 2 2 3 1 50

20. Zhada 2 2 2 1 43

21. Bayu 2 2 2 1 43

22. Atiq 4 3 3 4 87

Total presentasi pencapaian kelas 1423

Keterangan :

Jumlah skor maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan

= 4 x 4 = 16

Presentase pencapaian anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%

Jumlah skor maksimum

Contoh Anak Zahfa = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%

Jumlah skor maksimum

= 14x 100% = 87.5

16

Presentase Keberhasilan Kelas = Total presentase pencapaian kelas x 100%

Jumlah siswa

Presentase keberhasilan kelas = 1423 x 100%

22

= 64%

71

Dari tabel tersebut diatas, maka diketahui presentasi pencapaian

tiap anak. Ada 8 anak yang tingkat pencapaiannya diatas indikator

keberhasilan yaitu 87%, akan tetapi 14 anak lainnya masih dibawah

indikator keberhasilan. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar

anak belum maksimal dan masih memerlukan perbaikan. Peningkatan

dari rata-rata presentase pencapaian kelas pada Pra Siklus sebesar 30%

dan pada Siklus I sebesar 64%.

b. Lembar Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru kelompok B yaitu Ibu

Rodliyatun, selama proses pembelajaran berlangsung pada pra siklus

dapat diketahui melalui tabel berikut:

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Guru Siklus I

No Aspek yang diamati Skor

1 2 3

1. Persiapan guru dalam mengajar

a. Menyiapkan RKH √

b. Menyiapkan presensi √

c. Menyiapkan lembar observasi √

d. Menyiapkan perlengkapan mengajar √

2. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran dan

melakukan apersepsi

a. Salam Pembuka

b. Mengkondisikan kelas √

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran √

d. Memberikan motivasi untuk belajar √

3. Ketetapan guru menggunakan APE √

72

a. Guru paham mengenai APE

b. Guru mampu menggunakan APE √

4. Kemampuan guru dalam menguasai kelas

a. Mampu membuat siswa lebih aktif bertanya √

b. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan √

5. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran

a. Kesimpulan √

b. Melakukan evaluasi √

c. Salam penutup √

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I

No Aspek Pengamatan Skor

1 2 3

1. Siswa menjawab salam dengan semangat √

2. Siswa merespon panggilan presensi dari guru √

3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru √

4. Siswa semangat mengikuti pembelajaran berhitung

permulaan

Keterangan:

1 : tidak baik

2 : baik

3 : sangat baik

73

4. Siklus II

a. Data Hasil Pengamatan Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan

data pada Siklus II, maka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Siklus II

No. Nama

Anak

Nilai pada Indikator Pra Siklus

Presentase

pencapaian

Menghub

ungkan

atau

memasang

kan

lambang

bilangan

dengan

benda

sampai 20

(anak

tidak

disuruh

menulis)

Membeda

kan dan

membuat

dua

kumpulan

benda

yang

sama,

tidak

sama lebih

banyak

dan lebih

sedikit

Memperki

rakan

urutan

berikutny

a setelah

melihat

bentuk

lebih dari

tiga pola

berurutan

(merah,

putih,

biru,

kuning)

Membua

t urutan

bilangan

1-20

dengan

benda

1. Zahfa 4 4 4 4 100

2. Alvi 4 3 4 4 93

3. Aqila 4 4 4 4 100

4. Dita 4 4 4 4 100

5. Sazkia 4 4 4 4 100

6. Agung 4 3 4 4 93

7. Fania 4 3 4 4 93

8. Hasaka 4 3 3 4 87

9. Hilda 4 4 4 4 100

10. Irfan 4 3 4 4 93

11. Khanifah 4 4 4 4 100

74

12. Falih 3 3 4 4 87

13. Niam 3 3 4 4 87

14. Ulzam 4 3 4 4 93

15. Hufron 4 3 3 4 87

16. Nafisa 4 4 4 4 100

17. Rani 4 4 4 4 100

18. Fatimah 4 4 4 4 100

19. Vina 4 3 4 4 93

20. Zhada 4 3 3 4 87

21. Bayu 4 3 3 4 87

22. Atiq 4 4 4 4 100

Total presentasi pencapaian kelas 2080

Keterangan :

Jumlah skor maksimum = Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan

= 4 x 4 = 16

Presentase pencapaian anak = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%

Jumlah skor maksimum

Contoh Anak Zahfa = Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x 100%

Jumlah skor maksimum

= 16x 100% = 100

16

Presentase Keberhasilan Kelas = Total presentase pencapaian kelas x 100%

Jumlah siswa

Presentase keberhasilan kelas = 2080 x 100%

22

= 94%

75

Dari tabel diatas, maka diketahui presentase pencapaian tiap anak

sudah lebih besar dari indikator keberhasilan yaitu 85%. Sehingga dapat

dikatakan bahwa hasil belajar anak dalam kelas sudah maksimal dan tidak

memerlukan perbaikan. Peningkatan dari rata-rata presentase pencapaian

kelas pada saat Pra Siklus sebesar 30%, pada Siklus I sebesar 64%, dan

pada Siklus II sebesar 94%. Artinya bahwa ada peningkatan yang baik

dari tiap Siklus.

b. Lembar Pengamatan Guru dan Siswa Siklus II

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru kelompok B yaitu Ibu

Rodliyatun, selama proses pembelajaran berlangsung pada pra siklus

dapat diketahui melalui tabel berikut:

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Guru Siklus II

No Aspek yang diamati Skor

1 2 3

1. Persiapan guru dalam mengajar

a. Menyiapkan RKH √

b. Menyiapkan presensi √

c. Menyiapkan lembar observasi √

d. Menyiapkan perlengkapan mengajar √

2. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran dan

melakukan apersepsi

a. Salam Pembuka

b. Mengkondisikan kelas √

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran √

d. Memberikan motivasi untuk belajar √

3. Ketetapan guru menggunakan APE

a. Guru paham mengenai APE √

76

b. Guru mampu menggunakan APE √

4. Kemampuan guru dalam menguasai kelas

a. Mampu membuat siswa lebih aktif bertanya √

b. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan √

5. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran

a. Kesimpulan √

b. Melakukan evaluasi √

c. Salam penutup √

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II

No Aspek Pengamatan Skor

1 2 3

1. Siswa menjawab salam dengan semangat √

2. Siswa merespon panggilan presensi dari guru √

3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru √

4. Siswa semangat mengikuti pembelajaran berhitung

permulaan

Keterangan:

1 : tidak baik

2 : baik

3 : sangat baik

B. Pembahasan

1. Ketentuan Hasil Akhir Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan

Apabila presentase pencapaian anak lebih kecil dari presentase

keberhasilan (indikator keberhasilan yaitu 85%) maka anak tersebut dikatakan

belum mampu berhitung permulaan dengan baik, dilambangkan “B”.

77

Apabila presentase pencapaian anak sama atau lebih besar dari

presentase keberhasilan (indikator keberhasilan yaitu (85%) maka anak

tersebut dikatakan sudah mampu berhitung permulaan dengan baik,

dilambangkan “S”.

2. Perbandingan Hasil Presentase Pencapaian dengan Presentase Indikator

Keberhasilan Pra Siklus.

Adapun pengolahan data dari penelitian Pra Siklus didapatkan hasil

presentase pencapaian kemampuan berhitung permulaan sebagai berikut :

Tabel 4.12 Perbandingan Hasil Pencapaian Pra Siklus dengan Indikator Pencapaian

No. Nama Anak Presentase

Pencapaian

Presentase

Keberhasilan

Status

Pencapaian

1. Zahfa 37 85 B

2. Alvi 31 85 B

3. Aqila 31 85 B

4. Dita 31 85 B

5. Sazkia 37 85 B

6. Agung 25 85 B

7. Fania 25 85 B

8. Hasaka 25 85 B

9. Hilda 31 85 B

10. Irfan 25 85 B

11. Khanifah 25 85 B

12. Falih 25 85 B

13. Niam 25 85 B

14. Ulzam 31 85 B

15. Hufron 25 85 B

16. Nafisa 37 85 B

17. Rani 31 85 B

78

18. Fatimah 31 85 B

19. Vina 37 85 B

20. Zhada 25 85 B

21. Bayu 25 85 B

22. Atiq 37 85 B

Rata-rata Pencapaian Kelas 30

Adapun rekapitulasi data pada Pra Siklus seperti terlihat diatas, dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.13 Rekapitulasi Data Pra Siklus

No. Uraian Hasil Pra Siklus

1 Nilai rata-rata kelas 30%

2 Jumlah siswa yang sudah tuntas belajar 0

3 Indikator keberhasilan kelas 85%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata pencapaian

kemampuan berhitung permulaan dalam satu kelas yaitu 30%, masih jauh dari

indikator keberhasilan yang disepakati peneliti dengan pihak sekolah yaitu

85%. Sehingga perlu diadakan tindakan perbaikan yaitu perlu adanya Siklus I.

3. Perbandingan Hasil Pencapaian dengan Indikator Keberhasilan Siklus I.

Adapun hasil pengolahan data dari penelitian Siklus I didapatkan hasil

pencapaian kemampuan berhitung permulaan sebagai berikut :

79

Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus I dengan Indikator Pencapaian

No. Nama Anak Presentase

Pencapaian

Presentase

Keberhasilan

Status

Pencapaian

1. Zahfa 87 85 S

2. Alvi 62 85 B

3. Aqila 62 85 B

4. Dita 87 85 S

5. Sazkia 87 85 S

6. Agung 56 85 B

7. Fania 56 85 B

8. Hasaka 50 85 B

9. Hilda 87 85 S

10. Irfan 56 85 B

11. Khanifah 87 85 S

12. Falih 50 85 B

13. Niam 50 85 B

14. Ulzam 56 85 B

15. Hufron 43 85 B

16. Nafisa 87 85 S

17. Rani 50 85 B

18. Fatimah 87 85 S

19. Vina 50 85 B

20. Zhada 43 85 B

21. Bayu 43 85 B

22. Atiq 87 85 S

Rata-rata Pencapaian Kelas 64

80

Adapun rekapitulasi data pada Siklus I seperti terlihat diatas, dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.15 Rekapitulasi Data Siklus I

No. Uraian Hasil Pra Siklus

1 Nilai rata-rata kelas 64%

2 Jumlah siswa yang sudah tuntas belajar 8

3 Indikator keberhasilan kelas 85%

Dari tabel diatas bahwa rata-rata kemampuan berhitung permulaan

dalam satu kelas yaitu 64%, masih jauh dari indikator keberhasilan yang

disepakati peneliti dengan pihak sekolah yaitu 85%. Sehingga perlu diadakan

tindakan perbaikan yaitu perlu adanya Siklus II.

4. Perbandingan Hasil Pencapaian dengan Indikator Keberhasilan Siklus II

Adapun hasil pengolahan data dari penelitian Siklus II didapatkan

hasil pencapaian kemampuan berhitung permulaan sebagai berikut :

Tabel 4.16 Perbandingan Hasil Pencapaian Siklus II dengan Indikator Keberhasilan

No. Nama Anak Presentase

Pencapaian

Presentase

Keberhasilan

Status

Pencapaian

1. Zahfa 100 85 S

2. Alvi 93 85 S

3. Aqila 100 85 S

4. Dita 100 85 S

5. Sazkia 100 85 S

6. Agung 93 85 S

7. Fania 93 85 S

8. Hasaka 87 85 S

9. Hilda 100 85 S

81

10. Irfan 93 85 S

11. Khanifah 100 85 S

12. Falih 87 85 S

13. Niam 87 85 S

14. Ulzam 93 85 S

15. Hufron 87 85 S

16. Nafisa 100 85 S

17. Rani 100 85 S

18. Fatimah 100 85 S

19. Vina 93 85 S

20. Zhada 87 85 S

21. Bayu 87 85 S

22. Atiq 100 85 S

Rata-rata Pencapaian Kelas 94

Adapun rekapitulasi data pada Siklus II seperti terlihat diatas, dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.17 Rekapitulasi data Siklus II

No. Uraian Hasil Pra Siklus

1 Nilai rata-rata kelas 94%

2 Jumlah siswa yang sudah tuntas belajar 22

3 Indikator keberhasilan kelas 85%

Dari tabel diatas bahwa rata-rata kemampuan berhitung permulaan

dalam satu kelas yaitu 94%, diatas indikator keberhasilan yang disepakati

peneliti dengan pihak sekolah yaitu 85%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

adanya peningkatan kemampuan berhitung permulaan dengan sangat baik.

82

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa semua anak mendapat kategori “S”

yaitu sudah memenuhi indikator keberhasilan.

Adapun data peningkatan dari Pra Siklus sampai Siklus II, dapat

dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan

Dan dapat disimpulkan dari data yang telah disajikan, bahwa alat

permainan edukatif kotak pinguin dapat meningkatkan kemampuan berhitung

permulaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dari Pra Siklus

yang rata-rata pencapaian kelas sebesar 30% meningkat pada Siklus I dengan

rata-rata pencapaian kelas sebesar 64%, ditambah lagi adanya peningkatan

pada Siklus II dengan rata-rata pencapaian kelas sebesar 94%.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Diagram Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan

83

Jadi alat permainan edukatif kotak pinguin terbukti dapat

meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B di

RA Masyithoh Nglondong tahun pelajaran 2017/2018 dengan sangat baik.

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alat permainan edukatif kotak pinguin dapat meningkatkan kemampuan

berhitung pada anak kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan

Kab. Temanggung tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari hasil

penelitian. Sebelum tindakan, kemampuan berhitung permulaan pada anak didik

sebesar 30% meningkat pada Siklus I sebesar 64%, dan ketika dilanjutkan pada

Siklus II meningkat menjadi 94%. Total peningkatan yang terjadi dari sebelum

tindakan (Pra Siklus) sampai Siklus II sebesar 64%, yaitu dari 30% menjadi 94%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan tindakan dan analisis peneliti

terkait dengan peningkatan penguasaan gerak motorik kasar perlu adanya

perbaikan dan saran yang membangun. Adapun saran-saran tersebut antara lain :

1. Kepada Guru

Guru hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran yang

dilaksanakan, dengan menerapkan metode yang bervariasi dan disertai

dengan sumber belajar yang sesuai dengan materi. Dengan

mempertimbangkan penggunaan alat permainan edukatif kotak pinguin

dapat menciptakan suasana pembelajaran berhitung permulaan yang

menyenangkan bagi anak didik.

85

2. Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya

kemampuan berhitung permulaan, maka kompetensi guru perlu ditingkatkan.

Kompetensi tersebut berpengaruh pada kinerja guru dalam pembelajaran di

kelas. Oleh karena itu Kepala Sekolah disarankan untuk memotivasi guru,

guna untuk meningkatkan kompetensinya, misal dengan melakukan

Penelitian Tindakan Kelas dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum

ilmiah seperti seminar pendidikan, diklat dan lain sebagainya. Selain itu,

Kepala Sekolah perlu memotivasi guru agar lebih memperluas wawasan

mengenai gerak dan lagu.

C. PENUTUP

Alhamdulillahirobbal‟alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa banyak hambatan yang berarti.

Seluruh waktu, pikiran dan tenaga telah penulis curahkan demi terselesainya

skripsi ini. Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mngharap kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya semoga skripsi yang telah disusun ini bermanfaat bagi semua

pihak, khususnya calon peneliti selanjutnya, guru dan calon guru. Semoga karya

ini dapat memberikan peningkatan kualitas dan pengembangan mutu pendidikan

pada anak usia dini. Amin.

86

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Siti, DKK. 2014. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.

Jakarta Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. bina Aksara.

Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV.

Toha Putra.

Depdiknas. 2006. Pedoman Penilaian di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Direktorat Pembinaan

Taman Kanak-kanak dan SD.

Kementerian Pendidikan Nasional tentang Pengembangan Alat Permainan Edukatif. 2010.

Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Pedoman Penyusunan Perangkat Pembelajaran 2011.

Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir IAIN Salatiga Tahun 2008.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. remaja

Rosdakarya.

Suprayogo, Imam & Tabroni. 2003. Metodologi Sosial Agama. Bandung: PT. remaja

Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Tabroni Rusyan, Cece Wijaya. 2003. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar

Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

http://www.infodiknas.com. (Diakses pada 23 Mei 2017

87

88

YAYASAN PENDIDIKAN MUSLIMAT NAHDLOTUL ULAMA

RA MASYITHOH

Desa Nglondong Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung

SURAT KETERANGAN MELAKUKAN PENELITIAN

Yang bertandatangan di bawahini :

Nama : Afinaturrosida, S.Pd.i

Jabatan : KepalaSekolah

Sekolah : RA Masyithoh

Alamat : Desa Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung

Menerangkan bahwa :

Nama : Amirotul Anisah

NIM : 116-13-037

Tempat, tanggal lahir : Temanggung, 12 Juli 1995

Alamat : Nglondong RT 02 RW 01 Parakan, Temanggung

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini, IAIN Salatiga

Judul Skripsi :“Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan Menggunakan Alat

Permainan Edukatif Kotak Pinguin pada Anak Kelompok B di RA

Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung”.

Yang bersangkutan telah melaksanakan kegiatan penelitian di RA Masyithoh

Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung pada 18 s.d 29 Juli 2017.

Demikian surat ini kami buat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan untuk

digunakan sebagai semestinya.

89

90

91

LEMBAR PENGGUNAAN INDIKATOR YANG BERBEDA PADA TIAP

SIKLUS

No. Indikator (Butir Amatan) Yang Diamati

Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Membilang/menyebut urutan bilangan

dari 1-20 V

2. Membilang (mengenal) konsep bilangan

dengan benda-benda sampai 20 V V

3. Menghubungkan atau memasangkan

lambang bilangan dengan benda sampai

20 ( anak tidak disuruh menulis)

V

4. Membedakan dan membuat dua

kumpulan benda yang sama, tidak sama

lebih banyak dan lebih sedikit

V

5. Menyebutkan hasil penambahan dan

pengurangan dengan benda V V

6. Memperkirakan urutan berikutnya setelah

melihat bentuk lebih dari tiga pola

berurutan (merah, putih, biru, kuning)

V V

7. Meniru pola dengan menggunakan

berbagai benda V

8. Membuat urutan bilangan 1-20 dengan

benda V V

92

LEMBAR OBSERVASI KELOMPOK B PRA SIKLUS

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN ALAT

PERMAINAN EDUKATIF KOTAK PNGUIN

No. Nama Anak

Nilai pada Indikator Pra Siklus

Presentase

pencapaian

Membilan

g/menyebu

t urutan

bilangan

1-20

Membilang

(mengenal)

konsep

bilangan

dengan

benda-

benda

sampai 20

Menyebut

kan hasil

penambah

an dan

pengurang

an dengan

benda

Meniru

pola dengan

menggunak

an berbagai

benda

1. Zahfa 1 2 1 2 37

2. Alvi 1 1 2 1 31

3. Aqila 1 2 1 1 31

4. Dita 1 1 2 1 31

5. Sazkia 2 2 1 1 37

6. Agung 1 1 1 1 25

7. Fania 1 1 1 1 25

8. Hasaka 1 1 1 1 25

9. Hilda 1 2 1 1 31

10. Irfan 1 1 1 1 25

11. Khanifah 1 1 1 1 25

12. Falih 1 1 1 1 25

13. Niam 1 1 1 1 25

14. Ulzam 1 1 2 1 31

15. Hufron 1 1 1 1 25

16. Nafisa 1 2 1 2 37

17. Rani 1 1 1 2 31

18. Fatimah 1 2 1 1 31

19. Vina 1 2 2 1 37

20. Zhada 1 1 1 2 25

21. Bayu 1 1 1 1 25

22. Atiq 1 2 1 2 37

93

LEMBAR OBSERVASI KELOMPOK B SIKLUS I

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN ALAT

PERMAINAN EDUKATIF KOTAK PNGUIN

No. Nama

Anak

Nilai pada Indikator Pra Siklus

Presentase

pencapaian

Membilang

(mengenal)

konsep

bilangan

dengan

benda-benda

sampai 20

Menyebut

kan hasil

penambah

an dan

penguran

gan

dengan

benda

Memperkiraka

n urutan

berikutnya

setelah melihat

bentuk lebih

dari tiga pola

berurutan

(merah, putih,

biru, kuning)

Membua

t urutan

bilangan

1-20

dengan

benda

1. Zahfa 4 3 3 4 87

2. Alvi 3 2 3 2 62

3, Aqila 3 2 3 2 62

4. Dita 4 3 3 4 87

5. Sazkia 4 3 3 4 87

6. Agung 3 2 2 2 56

7. Fania 3 2 2 2 56

8. Hasaka 3 2 2 1 50

9. Hilda 4 3 3 4 87

10. Irfan 3 2 2 2 56

11. Khanifah 4 3 3 4 87

12. Falih 3 2 2 1 50

13. Niam 2 2 3 1 50

14. Ulzam 3 2 2 2 56

15. Hufron 2 2 2 1 43

16. Nafisa 4 3 3 4 87

17. Rani 2 2 2 2 50

18. Fatimah 4 3 3 4 87

19. Vina 2 2 3 1 50

20. Zhada 2 2 2 1 43

21. Bayu 2 2 2 1 43

22. Atiq 4 3 3 4 87

94

LEMBAR OBSERVASI KELOMPOK B SIKLUS II

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN ALAT

PERMAINAN EDUKATIF KOTAK PNGUIN

No. Nama

Anak

Nilai pada Indikator Pra Siklus

Presentase

pencapaian

Menghubung

kan atau

memasangka

n lambang

bilangan

dengan benda

sampai 20

(anak tidak

disuruh

menulis)

Membedak

an dan

membuat

dua

kumpulan

benda yang

sama, tidak

sama lebih

banyak dan

lebih sedikit

Memperkiraka

n urutan

berikutnya

setelah melihat

bentuk lebih

dari tiga pola

berurutan

(merah, putih,

biru, kuning)

Membua

t urutan

bilangan

1-20

dengan

benda

1. Zahfa 4 4 4 4 100

2. Alvi 4 3 4 4 93

3. Aqila 4 4 4 4 100

4. Dita 4 4 4 4 100

5. Sazkia 4 4 4 4 100

6. Agung 4 3 4 3 93

7. Fania 4 3 4 4 93

8. Hasaka 4 3 3 4 87

9. Hilda 4 4 4 4 100

10. Irfan 4 3 4 4 93

11. Khanifah 4 4 4 4 100

12. Falih 3 3 4 4 87

13. Niam 3 3 4 4 87

14. Ulzam 4 3 4 4 93

15. Hufron 4 3 3 4 87

16. Nafisa 4 4 4 4 100

17. Rani 4 4 4 4 100

18. Fatimah 4 4 4 4 100

19. Vina 4 3 4 4 93

20. Zhada 4 3 3 4 87

21. Bayu 4 3 3 4 87

22. Atiq 4 4 4 4 100

95

LEMBAR PENGAMATAN GURU PRA SIKLUS

No Aspek yang diamati

Skor

1 2 3

1. Persiapan guru dalam mengajar

e. Menyiapkan RKH √

f. Menyiapkan presensi √

g. Menyiapkan lembar observasi √

h. Menyiapkan perlengkapan mengajar √

2. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran dan melakukan

apersepsi

e. Salam Pembuka

f. Mengkondisikan kelas √

g. Menyampaikan tujuan pembelajaran √

h. Memberikan motivasi untuk belajar √

3. Ketetapan guru menggunakan APE

c. Guru paham mengenai APE √

d. Guru mampu menggunakan APE √

4. Kemampuan guru dalam menguasai kelas

c. Mampu membuat siswa lebih aktif bertanya √

d. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan √

5. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran

d. Kesimpulan √

e. Melakukan evaluasi √

f. Salam penutup √

96

LEMBAR PENGAMATAN GURU SIKLUS I

No Aspek yang diamati Skor

1 2 3

1. Persiapan guru dalam mengajar

a. Menyiapkan RKH √

b. Menyiapkan presensi √

c. Menyiapkan lembar observasi √

d. Menyiapkan perlengkapan mengajar √

2. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran dan melakukan

apersepsi

a. Salam Pembuka

b. Mengkondisikan kelas √

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran √

d. Memberikan motivasi untuk belajar √

3. Ketetapan guru menggunakan APE

a. Guru paham mengenai APE √

b. Guru mampu menggunakan APE √

4. Kemampuan guru dalam menguasai kelas

a. Mampu membuat siswa lebih aktif bertanya √

b. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan √

5. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran

a. Kesimpulan √

b. Melakukan evaluasi √

c. Salam penutup √

97

LEMBAR PENGAMATAN GURU SIKLUS II

No Aspek yang diamati Skor

1 2 3

1. Persiapan guru dalam mengajar

a. Menyiapkan RKH √

b. Menyiapkan presensi √

c. Menyiapkan lembar observasi √

d. Menyiapkan perlengkapan mengajar √

2. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran dan melakukan

apersepsi

a. Salam Pembuka

b. Mengkondisikan kelas √

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran √

d. Memberikan motivasi untuk belajar √

3. Ketetapan guru menggunakan APE

a. Guru paham mengenai APE √

b. Guru mampu menggunakan APE √

4. Kemampuan guru dalam menguasai kelas

a. Mampu membuat siswa lebih aktif bertanya √

b. Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan √

5. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran

a. Kesimpulan √

b. Melakukan evaluasi √

c. Salam penutup √

98

WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

Narasumber

Nama : Afinaturrosida, S.Pd.i

Status : Kepala Sekolah

Waktu : Selasa, 18 Juli 2017

Hasil Wawancara

Peneliti : Assalamualaikum wr.wb, Bu.

Kepala Sekolah : Waalaikumsalam wr.wb.

Peneliti : Maaf mengganggu waktu ibu sebentar. Setelah tadi saya

mengobservasi dan mewawancarai salah seorang pendidik di

RA yang ibu pimpin, ada beberapa pertanyaan yang ingin

saya ajukan. Apakah ibu keberatan?

Kepala Sekolah : Silahkan, akan saya jawab sebisa mungkin.

Peneliti : Berapakan jumlah keseluruhan anak didik di RA Masyithoh

ini?

Kepala Sekolah : Jumlah anak didik di RA Masyithoh ini 42 anak. Kelompok

A sebanyak 20 anak dan kelompok B sebanyak 22 anak.

Peneliti : Tadi saya melihat anak sedang belajar berhitung. APE apa

saja yang digunakan untuk belajar berhitung di RA Masyithoh

ini bu?

Kepala Sekolah : Kami menggunakan pohon hitung dan gambar. Tapi karena

pohon hitung hanya ada satu, kami jarang menggunakan

99

pohon hitung tersebut untuk belajar berhitung. Karena anak

pasti akan berebut dan kondisi kelas pun akan semakin rame.

Peneliti : Apakah ada kesulitan dalam pembelajaran berhitung?

Kepala Sekolah : Tentu ada, dalam penulisan angka yang sering terbalik, ada

anak yang suka mengobrol sendiri ketika guru sedang

menerangkan, bahkan ada anak yang harus dimotivasi terlebih

dahulu agar mau menulis.

Peneliti : Baiklah Bu, saya kira cukup untuk sementara. Nanti kalau

saya membutuhkan inormasi yang lainnya, bersediakan ibu

membantu saya?

Kepala Sekolah : Tentu saja.

Peneliti : Terimakasih Bu, Assalamualaikum wr.wb.

Kepala Sekolah : Sama-sama, Waalaikumsalam wr.wb.

100

WAWANCARA ANAK

Nara Sumber

Nama : Nafisa Nur Aulia

Status : Anak Kelompok B

Waktu : Selasa, 18 Juli 2017

HasilWawancara

Peneliti : Halo dik, sedang apa?

Nafisa : Senang main lego bu.

Peneliti : Bagaimana kabarnya hari ini dik?

Nafisa : Alhamdulillah baik bu.

Peneliti : Bu guru mau tanya, Nafisa suka berhitung tidak?

Nafisa : Suka bu…

Peneliti : Kalo dirumah belajar berhitungnya sama siapa dik?

Nafisa : Sama ibu, sama ayah, sama kakak juga bu.

Peneliti : Kalau dirumah belajar berhitung caranya bagaimana dik?

Nafisa : Aku sering dibelikan buku sama ibu, kadang aku warnai dulu

baru aku hitung, tapi aku sering bosan bu.

Peneliti : Kalau kita belajar berhitungnya sambil bermain

menggunakan kotak pinguin mau apa tidak?

Nafisa : Mau… mau bu…

101

WAWANCARA ANAK

Nara Sumber

Nama : Muhammad Akyal Falih

Status : Anak Kelompok B

Waktu : Selasa, 18 Juli 2017

HasilWawancara

Peneliti : Assalamualaikum adik.

Falih : Waalaikumsalam bu guru.

Peneliti : Sedang apa adik?

Falih : Sedang main bu.

Peneliti : Adik, bu guru mau tanya ya? Adik kalau belajar berhitung

dirumah sama siapa dik?

Falih : Sama ibu bu guru.

Peneliti : Adik kalau nanti kita belajar berhitung sambil bermain

menggunakan kotak pinguin mau apa tidak?

Falih : Asyik.. Mau bu guru.

102

CATATAN LAPANGAN 1

MetodePengumpulan Data: Wawancara

Hari/Tanggal : Selasa, 18Juli 2017

Jam : 10.00 – 12.00 WIB

Lokasi : RuangKelas

Sumber Data : Rodliyatun

Diskripsi Data:

Informan adalah guru RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.

Temanggung. Pertanyaan yang diajukan yaitu mengenai bagaimana kondisi siswa

pada saat pembelajaran berhitung permulaan sebelum menggunakan alat permainan

edukatif kotak pinguin pada kelompok B di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan

Kab. Temanggung. Dan selama ini alat permainan edukatif apa saja yang digunakan

untuk pembelajaran berhitung pemulaan?

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pada

saat pembelajaran siswa kurang fokus pada materi dan cenderung mencari kegiatan

lain ketika guru sedang menerangkan, meskipun guru sudah beberapa kali menegur

dan menasehati. Dengan keadaan sedemikian materi pembelajaran pun kurang dapat

dikusai dengan baik oleh anak didik, karena pembelajaran masih berpusat pada guru.

Selama ini kegiatan belajar berhitung hanya menggunakan media papan tulis dan

pohon hitung saja. Sehingga kegiatan belajar berhitung kurang memperoleh hasil

yang maksimal dan anak nampak bosan.

Interpretasi:

Pembelajaran berhitung permulaan akan berjalan dengan baik apabila

pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan. Sehingga perhatian anak

didik akan fokus kepada materi serta dapat meningkatkan minat mengikuti

pembelajaran. Bila tidak anak didik akan menjadi pasif dan mencari kegiatan lain

dengan bergurau atau bermain dengan teman.

103

CATATAN LAPANGAN 2

MetodePengumpulan Data: ObservasiKelasPraSiklus

Hari/Tanggal : Selasa, 18 Juli 2017

Jam : 08.00 – 10.00

Lokasi : RuangKelas

Sumber Data : Rodliyatun

Diskripsi Data:

Observasi ini adalah observasi yang pertama kali dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengetahui efektifitas alat permainan edukatif yang digunakan serta kondisi

kelas pada saat pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa alat permainan

edukatif yang digunakan adalah pohon hitung dan gambar. Dimana alat permainan

edukatif pohon hitung tersebut hanya ada satu, sehingga jarang anak memainkan alat

permainan edukatif pohon hitung tersebut. Dalam memperkenalkan berhitung pada

anak anak didik, guru masih menggunakan cara ceramah dan hafalan, pembelajaran

langsung yang berpusat pada guru dengan pemberian tugas pada LK ( lembar kerja)

atau majalah. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar anak didik kurang semangat,

anak cenderung bosan dengan tugas yang diberikan dan akhirnya menyepelekan

pelajaran yang akhirnya kegiatan belajar mengajar (KBM) terhambat dan kurang

maksimal. Tidak jarang apabila suasana kelas sering ramai.

104

Interpretasi:

Penggunaan alat permainan edukatif sangat minim, sehingga anak didik pasif

dalam mengikuti mengikuti pembelajaran, serta kurang semangat dalam mengikuti

kegiatan.

105

CATATAN LAPANGAN 3

MetodePengumpulan Data: ObservasiKelasSiklus I

Hari/Tanggal : Kamis, 20 Juli 2017

Jam : 08.00 – 10.00 WIB

Lokasi : RuangKelas

Sumber Data : Rodliyatun

Diskripsi Data :

Observasi ini merupakan observasi kedua yang dilakukan. Observasi

bertujuan untuk melihat keterlaksanaan dari Siklus I, dari proses awal hingga akhir

kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa Siklus I sudah ada

peningkatan baik proses maupun hasil, namun belum maksimal. Ada beberapa hal

yang belum tercapai, yaitu ada angka yang sering terbalik dipenulisannya karena

angka yang hamper mirip, misalnya angka 6 dan 9.

Interpretasi:

Siklus I belum terlaksana dengan baik dari segi proses maupun hasil belajar.

Jadi, perlu beberapa perbaikan-perbaikan untuk Siklus II.

106

CATATAN LAPANGAN 4

MetodePengumpulan Data: ObservasiKelasSiklus II

Hari/Tanggal : Jumat, 21 Juli 2017

Jam : 08.00 – 10.00 WIB

Lokasi : RuangKelas

Sumber Data : Rodliyatun

Deskripsi Data:

Observasi Siklus II bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan observasi

Siklus II dan untuk mengetahui berapa banyak peningkatan kemampuan berhitung

permulaan dibanding Siklus sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan Siklus II berjalan dengan baik, kendala yang ada

pada Siklus I dapat teratasi. Suasana kelas sangat kondusif, anak didik sangat antusias

dan aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

Interpretasi:

Situasi pembelajaran berhitung permulaan menggunakan alat permainan

edukatif kotak pinguin pada Siklus II lebih kondusif dibanding pada Siklus I.

Sehingga kemampuan berhitung permulaan mengalami peningkatan yang optimal

sesuai harapan.

107

108

109

110

111

FOTO KEPALA SEKOLAH, GURU, PENELITI DAN ANAK KELOMPOK B

Kepala Sekolah Guru Kelompok B

Guru Kelompok A Peneliti

Anak Kelompok B Anak yang diwawancara

112

FOTO KEGIATAN PRA SIKLUS

Gedung RA Masyithoh Nglondong Kegiatan belajar mengajar di kelas

Peneliti melakukan wawancara dengan

anak didik.

Peneliti melakukan pendekatan dengan

anak didik.

113

FOTO KEGIATAN SIKLUS I DAN SIKLUS II

Anak sedang memainkan APE Kotak Pinguin.

Anak memperlihatkan hasil tugasnya. Guru membimbing anak yang kesulitan.

114

Anak sedang mengerjakan tugas.

115

116

117

118

119

120

121

122

123

DAFTAR NILAI SURAT KETERANGAN KEGIATAN

Nama : Amirotul Anisah

NIM : 116-13-037

Jurusan : S1-Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai

1 Opak STAIN Salatiga 2013

“Rekonstruksi Paradigma

Mahasiswa yang Cerdas,

Peka dan Peduli”.

26-27 Agustus

2013

Peserta 3

2 Opak Tarbiyah 2013

“Menjunjung Tinggi Nilai-

Nilai Kearifan Lokal

Sebagai Identitas

Pendidikan Indonesia”.

29 Agustus 2013 Peserta 3

3 Kegiatan Bakti Sosial

“Berbagi untuk Bersama”

13 Juni 2013 Panitia 3

4 UPT PERPUSTAKAAN

“LIBRARY USER

EDUCATION“ (Pendidikan

Pemakai Perpustakaan).

16 September

2013

Peserta 2

5 Panitia Pra Ibtida’

“Training Pembuatan

Makalah”

18 September

2016

Peserta 2

6 Grand Opening UK-UK

“What Do You Wanna Be”

21 September

2016

Peserta 2

124

7 Sosialisasi & Silaturahim

Nasional “Sosialisasi UU

No.1 Th 2013, Peran Serta

Fungsi OJK”, “Peran

Pemerintah Dalam

Pengawasan LKM (Lembaga

Keuangan Mikro)”.

30 September

2016

Peserta 2

8 Kegiatan Keagamaan

Pengajian Akbar dalam

Rangka Akhirussanah

1 Mei 2014 Panitia 3

9 Kegiatan Keagamaan

“Lomba TPA Antardesa”

29 Mei 2014 Panitia 3

10 Kegiatan Keagamaan

Pengajian Akbar Dalam

Rangka Haul Dan

Akhirussanah

7 Juni 2014 Panitia 3

11 Kegiatan Pengerahan Masa

Dalam Merayakan Hari

Kemerdekaan RI Ke-71

17 Agustus 2014 Panitia 3

12 Kegiatan Sosial Merti

Dusun Desa Nglondong

23 September

2014

Panitia 3

13 Seminar Regional HMI

Salatiga “Membumikan

peran dan Tantangan Pemuda

dalam Masyarakat Ekonomi

ASEAN”

22 April 2015 Peserta 4

14 Kegiatan Bakti Sosial 11 Juni 2015 Panitia 3

15 Surat Keputusan tentang 01 Juli 2015 - 30 Guru 8

125

Pengangkatan Guru tidak

Tetap

Juni 2016

16 Surat Keputusan tentang

Pengangkatan Guru tidak

Tetap

01 Juli 2016 - 30

Juni 2017

Guru 8

17 Surat Keterangan Aktif

Mengajar

2015 - 2017 Guru 8

18 Kegiatan Buka Bersama

“Meningkatkan

Kebersamaan”

8 Juli 2015 Panitia 3

19 Karnaval Antar Desa

Dalam Rangka Memeriahkan

Hari Kemerdekaan RI ke-70

18 Agustus 2015 Panitia 3

20 Kegiatan

KeagamaanPenerimaan Dan

Pembagian Qurban

24 September

2015

Panitia 3

21 Workshop Smart Teaching

Biro Konsultasi Psikologi

Tazkia IAIN Salatiga

20 November

2015

Peserta 2

22 Refreshing Guru UKS

Puskesmas Parakan Tahun

2016 “Kenakalan Anak di

Sekolah serta UKS dan

Permasalahannya”

2016 Peserta 2

23 Dialog Interaktif “Peran UU

Sisdiknas dan Permendikbud

dalam Penerapan Kurikulum

2013”

02 Mei 2016 Peserta 2

126

24 Kegiatan Keagamaan

Pengajian Akbar Dalam

Rangka Akhirussanah

24 Mei 2016 Panitia 3

25 Akhirussanah dan

Pelepasan Siswa RA

Masyithoh Nglondong

Kecamatan Parakan

Temanggung Tahun

Pelajaran 2015/2016

“Tetaplah Menjadi Bintang

yang Cerdas, Ceria

Berkarakter dan Berakhlak

Mulia Kebanggaan Ibu

Pertiwi serta Mencintai

Budaya Tanah Air”

28 Mei 2016 Panitia 3

26 Kegiatan Keagamaan Pengajian Akbar dalam

Rangka Halal Bi Halal

29 Mei 2016 Panitia 3

27 Pimpinan Daerah IGRA

Kab. Temanggung

“Seminar Teknik Bercerita

Kisah Nabi Muhammad

SAW”

11 Februari

2016

Peserta 3

28 Lomba 17 Agustus Walimurid di RA Masyithoh

Nglondong Untuk

Memperingati HUT RI yang

ke 71 “Tumpah Darah Tanah

Air ku Indonesia”

11 Agustus 2016 Panitia 3

29 Jalan Sehat 17 Agustus “Menyehatkan Jasmani

Warga Indonesia“

14 Agustus 2016 Panitia 3

30 Pelatihan Manasik Haji RA

Masyithoh Nglondong

Tahun Pelajaran 2015/2016

15 September

2016

Panita 3

31 Kegiatan Keagamaan

Pelatihan Ustadz – Ustadzah

TPA Desa

21 September

2016

Panitia 3

32 Kegiatan Bakti

Sosial“Menjadikan Desa 29 September Panitia 3

127

Nglondong Sebagai Desa

Yang Bersih Aman Dan

Nyaman”

2016

33 Pimpinan Wilayah

Gerakan Pemuda Ansor

Jawa Tengah “Fesstival dan

Lomba Rebana Se-Eks

Karesidenan Kedu dan

Banyumas”

9 Oktober 2016 Official 3

34 Kementerian Agama

Republik Indonesia “Pelatihan Pembuatan APE

dari Barang Bekas”

22 Oktober 2016 Peserta 2

35 Kementerian Agama

Republik Indonesia

“Pelatihan Penyusunan

Desain Penelitian Tindakan

Kelas (PTK)”

29 Oktober 2016 Peserta 2

36 Pimpinan Daerah IGRA

“Seminar Tari Anak untuk

Guru RA BA Se Kab.

Temanggung

11 Februari

2017

Peserta 3

37 Kegiatan Keagamaan

Memperingati Isra‟ Mi‟raj

Nabi Muhammad SAW

20 April 2017 Panitia 3

38 Kegiatan Keagamaan

Lomba MTQ Siswa - Siswi

Desa Nglondong

6 Mei 2017 Panitia 3

39 Karnaval Sedekah Desa 7 Mei 2017 Panitia 3

40 Kegiatan Buka Bersama

“Mempererat Tali

Persaudaraan”

16 Juni 2017 Panitia 3

128

129