diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan...
Transcript of diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan...
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN TERTENTU
MAKALAHDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perpajakan
Disusun Oleh : Kelompok 13
Nama Kelompok :
1. Dian Damayanti (103341013)
2. Fuji Kurniawan (103341018)
Semester IV Akuntansi Reguler Pagi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
LA TANSA MASHIRO
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan prinsip yang dianut oleh Undang-undang Pajak
Penghasilan Indonesia yang menganut pengertian penghasilan dalam arti yang
luas, penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, penghasilan
dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari
pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta penghasilan tertentu
lainnya merupakan Objek Pajak Penghasilan. Atas Penghasilan-penghasilan
tersebut dikenakan Pajak Penghasilan dengan perlakuan tersendiri yang diatur
dengan peraturan pemerintah.
Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan
tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,
keadilan dan pemerataan dalam pengenaan pajaknya serta memperhatikan
perkembangan ekonomi dan moneter. Oleh karena itu pengenaan Pajak
Penghasilan termasuk sifat, besarnya, dan tata cara pelaksanaan pembayaran,
pemotongan, atau pemungutan atas jenis-jenis penghasilan tersebut diatur
tersendiri dengan Peraturan Pemerintah.
B. Tujuan
Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan mampu:
1. Memahami ketentaun pajak penghasilan atas bunga deposito/tabungan,
diskonto SBI dan jasa giro.
2. Memahami ketentuan pajak atas bunga obligasi dan Surat Utang Negara.
3. Memahami ketentuan pajak atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.
4. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas transaksi saham di bursa
efek.
2
5. Memahami ketentuan pajak atas penghasilan dari transaksi derivative
berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa.
6. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan.
7. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas hadiah undian.
8. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas penghasilan dari persewaan
tanah dan/atau bangunan.
9. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas usaha jasa konstruksi.
10. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas Penghasilan dari Jasa
Pelayaran atau penerbangan dalam negeri dan luar negeri.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai penghenaan Pajak Penghasilan atas
penghasilan-penghasilan tertentu yaitu penghasilan berupa bunga deposito, tabungan,
diskonto Sertifikat Bank Indonesia; hadiah undian; serta penghasilan yang berasal
dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan, persewaan tanah dan atau
bangunan; dan transaksi penjualan saham dibursa efek.
A. Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
1. Dasar Hukum
Diatur dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 131 Tahun 2000 dan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001.
2. Objek Pajak
a. Bunga yang berasal dari deposito dan tabungan, termasuk bunga yang
diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dalam negeri dari
deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui bank
yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
b. Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pengertian deposito adalah
deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deposito
berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call, baik dalam rupiah
maupun dalam valuta asing yang ditempatkan pada atau diterbitkan
oleh bank. Sedangkan pengertian tabungan adalah simpanan pada bank
dengan nama apapun termasuk giro, yang penarikannya dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing
bank.
3. Pemotong Pajak
a. Bank termasuk Bank Indonesia yang membayarkan bunga deposito
dan tabungan serta diskonto SBI;
4
b. Bank dan Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan yang menjual kembali SBI atau sertifikat deposito
kepada pihak lain yang bukan bank dan dana pensiun yang
pendiriannya belum disahkan oleh Menteri Keuangan;
c. Kantor Pusat Bank yang didirikan di Indonesia atas bunga deposito
dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui cabang bank
yang didirikan di Indonesia tersebut;
d. Cabang Bank luar negeri di Indonesia atas bunga deposito dan
tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui cabang bank luar
negeri tersebut di Indonesia.
4. Tarif dan Sifat Pemotongan Pajak
a. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto dan bersifat final,
atas bunga dan diskonto yang terutang atau dibayarkan kepada
penerima penghasilan baik orang pribadi maupun badan dalam negeri
dan bentuk usaha tetap;
b. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau sesuai dengan
tarif yang ditetapkan dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
(Tax Traty) dan bersifat final, atas bunga dan diskonto yang terutang
atau dibayarkan kepada penerima penghasilan Wajib Pajak Luar
Negeri.
Pajak Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto
Sertifikat Bank Indonesia adalah bersifat final. Sehingga penghasilan
berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi atau badan, tidak perlu
ditanggungkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan WP yang bersangkutan, dan PPh atau
deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang sudah dipotong oleh
Bank/Dana Pensiun tidak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan
yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.
5
5. Perlakuan Pajak Penghasilan Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi yang
Berpenghasilan Rendah
Pada prinsipnya pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga deposito dan
tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia bersifat final. Namun
demikian bagi Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi yang tergolong
berpenghasilan relative rendah dan seluruh penghasilannya termasuk
bunga dan diskonto yang dalam satu Tahun Pajak tidak melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak, atas pajak yang telah dipotong tersebut
dapat diajukan permohonan restitusi melalui prosedur restitusi sederhana
6. Dikecualikan dari Pemotong Pajak Penghasilan
Atas penghasilan berupa bunga yang berasal dari deposito dan
tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia, yang dikecualikan dari
Pemotong Pajak Penghasilan adalah:
a. Bunga dan diskonto yang tidak lebih dari Rp 7.500.000,00 (tujuh juta
lima ratus ribu rupiah) dan bukan merupakan yang dipecah-pecah;.
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan
di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
c. Bunga deposito dan tabungan, serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia
yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh menteri keuangan sepanjang dananya diperoleh dari
sumber pendapatan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 UU No. 11
tahun 1992 tentang dana pensiun.
d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka
pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana atau rumah susun
sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk dihuni sendiri;
6
B. Surat Obligasi dan Surat Hutang Negara
1. Dasar Hukum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2009.
2. Objek Pajak
Penghasilan berupa Bunga Obligasi yaitu imbalan yang diterima dan/atau
diperoleh pemegang Obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto.
3. Tarif Pajak
a. Bunga dan Diskonto dari Obligasi dengan kupon sebesar:
1) 15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan
2) 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan
penghindaran pajak berganda bagi WP luar negeri selain BUT,
Dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan.
b. Diskonto dari obligasi dengan kupon sebesar:
1) 15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan
2) 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan
penghindaran pajak berganda bagi WP luar negeri selain BUT,
Dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga peroleha
Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan;
c. Diskonto dari obligasi tanpa bunga sebesar:
1) 15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan
2) 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan
penghindaran pajak berganda bagi WP luar negeri selain BUT,
Dari selisih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan
Obligasi; dan
d. Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau
diperoleh Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebesar:
1) 0% untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010;
2) 5% untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2014; dan
7
3) 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya.
4. Pemotongan Pajak
Pemotongan Pajak Penghasilan dan bersifat fiinal atas bunga obligasi
dilakukan oleh:
a. Penerbit obligasi atau custodian selaku agen pembayaran yang
diunjuk, atas bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang
obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi, dan
diskonto yang diterima pemegang Obligasi tanpa bunga pada saat
jatuh tempo Obligasi, dan/atau
b. Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara
dan/atau pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima penjual
obligasi pada saat transaksi.
C. Bunga Simpanan Yang Dibayarkan Oleh Koperasi Kepada Anggota Koperasi
Orang Pribadi
1. Objek Pajak
Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi. Yang
dimaksud dengan “penghasilan berupa bunga simpanan” adalah imbalan
berupa bunga simpanan anggota koperasi orang pribadi pada koperasi
tempat orang pribadi tersebut menjadi anggota. Tidak termasuk dalam
pengertian ini adalah bunga simpanan yang diterima anggota koperasi
orang pribadi yang merupakan bagian dari sisa hasil usaha.
2. Tarif Pajak
Besarnya Pajak Penghasilan adalah:
a. 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp
240.000,00 per bulan; atau
b. 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga
simpanan lebih dari Rp 240.000,00 per bulan.
8
D. Transaksi Penjualan Saham Di Bursa Efek
1. Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 tahun 1994 dan Keputusan
Menteri Keuangan No. 282/KMK.04/1997 tanggal 20 Juni 1997.
2. Tarif Pajak
Besarnya tarif pajak penghasilan atas transaksi penjualan saham di
bursa efek adalah sebagai berikut:
a. 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham, baik untuk
saham biasa maupun saham pendiri dan bersifat final.
b. Tambahan sebesar 0,5% dari jumlah bruto nilai transaksi atas transaksi
penjualan, kecuali penjualan saham pendiri oelh perusahaan modal
ventura atas penyertaan modal kepada perusahaan pasangan usahanya
dan bersifat final.
3. Pengenaan Pajak
Pengenaan PPh sebesar 0,1% untuk setiap transaksi penjualan saham,
dilakukan dengan cara pemotongan oleh penyelenggara bursa efek melalui
perantara pedangan efek pada saat pelunasan transaksi penjualan.
Sedangkan tambahan PPh sebesar 0,5% dikenakan terhadap pemilik
saham pendiri dan penyetorannya dilakukan oleh emiten atas nama
pemilik saham pendiri.
4. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
a. Dilakukan melalui perantara pedagang efek pada saat pelunasan
transaksi penjualan saham.
b. Menyetor PPh ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro.
c. Menyampaikan laporan tentang pemotongan dan penyetoran PPh.
5. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Tambahan PPh Yang
Terutang Atas Saham Pendiri (sebesar 0,5%)
9
a. Emiten atas nama masing-masing pemilik saham pendiri wajib
menyetor tambahan PPh yang terutang.
b. Menyampaikan laporan mengenai penyetoran tersebut.
c. Melaporkan kepada penyelenggara bursa efek seluruh saham pendiri
yang telah dibayarkan tambahan PPh sebesar 0,5%.
E. Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka Yang Diperdagangkan Di Bursa
1. Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 tahun 2009.
2. Tarif Pajak
Besarnya Pajak Penghasilan adalah sebesar 2,5$ dari margin awal
a. Yang dimaksud dengan “margin awal” adalah sejumlah uang atau
surat berharga yang harus ditempatkan oleh pialang berjangka atau
anggota bursa pada lembaga kliring dan penjamin untuk menjamin
pelaksanaan transaksi kontrak berjangka.
b. Yang dimaksud dengan “lembaga kliring dan penjamin” adalah badan
usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau
sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan transaksi di bursa,
termasuk lembaga kliring dan penjamin berjangka.
3. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
a. Lembaga kliring dan penjamin wajib memungut pajak penghasilan
pada saat menerima penyetoran margin awal oleh pialang berjangka
atau anggota bursa;
b. Menyetor seluruh pajak yang dipungut kepada kantor pos atau bank
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan;
c. Menyampaikan laporan pemungutan dan penyetoran PPh kepada
Kantor Pelayanan Pajak.
F. Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan
10
1. Dasar Hukum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008.
2. Tarif Pajak
Besarnya tarif pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan adalah sebagai berikut: (PMK No. 243/PMK.03/2008)
a. 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan atau
bangunan; atau
b. 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas rumah sederhana dan
rumah sangat sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan,
dan sebesar 5% untuk pengalihan lainnya.
3. Dikecualikan Dari Pengenaan Pajak
a. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP yang
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan
jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp 60.000.000,00 dan bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah;.
b. Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada
Pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
yang memerlukan persyaratan khusus;.
c. Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan
dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan;
11
d. Badan yang melakukan pengalihan tanah dan.atau bangunan dengan
cara hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan; atau
e. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.
f. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.
4. Surat Keterangan Bebas (SKB)
Untuk memperoleh SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan, orang pribadi termasuk ahli waris atau
badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan wajib mengajukan permohonan SKB PPh ke
KPP tempat orang pribadi atau badan yang bersangkutan terdaftar atau
bertempat tinggal dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bagi orang pribadi yang penghasilannya dibawah PTKP dan nilai pengalihan kurang
dari Rp 60.000.000,00:
1) Surat Pernyataan berpenghasilan di bawah PTKP dan Jumlah
Bruto Penghasilan kurang dari Rp 60.000.000,00;
2) Fotokopi Kartu Keluarga; dan
3) Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan
Bangunan tahun bersangkutan.
b. Bagi orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan dengan cara hibah, permohonan harus dilampiri Surat Pernyataan Hibah
c. Bagi ahli waris, surat permohonan harus dilampiri Surat Pernyataan Pembagian
Waris.
12
G. Hadiah Undian
1. Dasar Hukum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000 dan
dijabarkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-
395/2001.
2. Objek Pajak
Objek pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan adalah hadiah
undian dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh orang pribadi atau badan yang pemberiannya melalui cara
undian.
3. Tarif Pajak dan Sifat Pemotongan/Pemungutan
Besarnya PPh yang wajib dipotong atau dipungut atas penghasilan
berupa undian adalah 25% dari jumlah bruto nilai hadiah dan bersifat
final.
4. Kewajiban Pemotong Pajak
a. Memotong PPh dalam hal hadiah undian dibayarkan berupa uang dan
memungut PPH dalam hal hadiah undian diserahkan alam bentuk
natura atau kenikmatan, sebelum hadiah undian dibayarkan atau
diserahkan kepada yang berhak;
b. Membuat dan memerikan bukti pemotongan atau pemungutan PPh
atas hadiah undian untuk setiap pembayaran atau penyerahan hadiah
undian yang bernilai Rp 5.000.000,00 atau lebih;
c. Pada akhir dibayarkannya undian, membuat daftar
pemotongan/pemungutan terhadap hadiah undian yang dibuatkan bukti
pemotongan/pemungutan.
d. Melaporkan PPh yang telah dipotong atau dipungut dan disetorkan.
e. Pemotong yang tidak sepenuhnya melakukan kewajiban pemotongan
atau pemungutan, dikenakan sanksi sesuai UU No. 9 tahun 1994.
13
H. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
1. Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah RI Nomor 5Tahun 2002 dan Keputusan Menteri
Keuangan No: 120/KMK.03/2002.
2. Objek Pajak
Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan
sehubungan dengan persewaan tanah dan/atau bangunan berupa tanah,
rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran,
pertokoan,a tau pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko,
rumah toko, gudang dan bangunan industri.
3. Tarif Pajak
Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi maupun WP badan yang menerima atau memperoleh penghasilan
dari persewaan tanah dan atau bangunan adalah 10% dari jumlah bruto.
4. Penyewa/Pemotong Pajak
Penyewa yang bertindak sebagai pemotong pajak penghasilan adalah:
a. Badan Pemerintah;
b. Subjek Pajak Badan dalam negeri;
c. Penyelenggara Kegiatan;
d. BUT;
e. Kerjasama Operasi;
f. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
g. Orang pribadi sebagai WP dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong Pajak Penghasilan,
yaitu:
1) Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah
(PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan
konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas; atau
14
2) Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan dan telah terdaftar sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri.
I. Usaha Jasa Konstruksi
1. Dasar Hukum
2. Tarif Pajak
3. Pemotongan Pajak
4. Pembayaran Pajak
5. Pelaporan Pajak
J. Jasa Pelayaran/Penerbangan
1. Jasa Pelayaran atau Penerbangan Luar Negeri
a. Dasar Hukum
Berdasarkan KMK No. 101/KMK.04/1995.
b. Objek Pajak
Penghasilan yang diterima atau diperoleh WP perusahaan
pelayara atau penerbangan luar negeri dari pengangkutan orang
dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan/bandara ke
pelabuhan/bandara lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan/bandara
di Indonesia ke pelabuhan/bandara luar negeri, tidak termasuk
pengangutan orang dan/atau barang dari pelabuhan/bandara di luar
negeri ke pelabuhan/bandara di Indonesia.
c. Tarif Pajak
Besarnya PPh bagi WP perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan luar negeri adalah 2,64% dari peredaran bruto.
15
2. Jasa Penerbangan Dalam Negeri
a. Dasar Hukum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 140 tahun 2000.
b. Objek Pajak
Penghasilan yang diterima atau diperoleh oelh WP perusahaan
penerbangan dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang
yang dimuat dari satu bandara ke bandara lain di Indonesia dan/atau
dari bandara di Indonesia ke bandara luar negeri.
c. Tarif Pajak
Besarnya PPh bagi WP perusahaan penerbangan dalam negeri
adalah 1,8% dari peredaran bruto.
3. Jasa Pelayaran Dalam Negeri
a. Dasar Hukum
Berdasarkan PP No 140. Tahun 2000.
b. Objek Pajak
Penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak
perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau
barang termasuk penghasilan persewaan kapal, yang dilakukan dari (!)
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lain di Indonesia, (2) pelabuhan
di Indonesia ke pelabuhan luar Indonesia, (30 pelabuhan luar
Indonesia ke pelabuhan Indonesia, dan (4) pelabuhan luar Indonesia ke
pelabuhan lainnya di luar indonesia.
c. Tarif Pajak
Besarnya tarif pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak perusahaan
pelayaran dalam negeri adalah 1,2% dari peredaran bruto.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak Penghasilan atas Penghasilan tertentu, menurut Pasal 4 ayat (2) undang-
undang No. 36 Tahun 2008, adalah penghasilan yang pajaknya bersifat final,
adalah:
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undiah;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham
atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, real estate, dan persewaan tanah dan
bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya;
Yang penjabarannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Undang-
Undang tertentu.
B. Saran
Dari makalah yang telah kami buat dengan segala kekurangannya, kami harap
pembaca dapat memperbaiki dan menutup kekurangan yang kami buat pada
proses pembuatan makalah tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan tertentu
yang kami buat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Tjahjono, A., & Husein, M. F. (2009). Perpajakan. Jakarta: UPP-STIM YKPN.
Waluyo, & Ilyas, M. B. (2000). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.