diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan...

27
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN TERTENTU MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perpajakan Disusun Oleh : Kelompok 13 Nama Kelompok : 1. Dian Damayanti (103341013) 2. Fuji Kurniawan (103341018) Semester IV Akuntansi Reguler Pagi

Transcript of diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan...

Page 1: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN TERTENTU

MAKALAHDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perpajakan

Disusun Oleh : Kelompok 13

Nama Kelompok :

1. Dian Damayanti (103341013)

2. Fuji Kurniawan (103341018)

Semester IV Akuntansi Reguler Pagi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

LA TANSA MASHIRO

2012

Page 2: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan prinsip yang dianut oleh Undang-undang Pajak

Penghasilan Indonesia yang menganut pengertian penghasilan dalam arti yang

luas, penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, penghasilan

dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari

pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta penghasilan tertentu

lainnya merupakan Objek Pajak Penghasilan. Atas Penghasilan-penghasilan

tersebut dikenakan Pajak Penghasilan dengan perlakuan tersendiri yang diatur

dengan peraturan pemerintah.

Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan

tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

keadilan dan pemerataan dalam pengenaan pajaknya serta memperhatikan

perkembangan ekonomi dan moneter. Oleh karena itu pengenaan Pajak

Penghasilan termasuk sifat, besarnya, dan tata cara pelaksanaan pembayaran,

pemotongan, atau pemungutan atas jenis-jenis penghasilan tersebut diatur

tersendiri dengan Peraturan Pemerintah.

B. Tujuan

Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan mampu:

1. Memahami ketentaun pajak penghasilan atas bunga deposito/tabungan,

diskonto SBI dan jasa giro.

2. Memahami ketentuan pajak atas bunga obligasi dan Surat Utang Negara.

3. Memahami ketentuan pajak atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh

koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.

4. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas transaksi saham di bursa

efek.

Page 3: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

2

5. Memahami ketentuan pajak atas penghasilan dari transaksi derivative

berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa.

6. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunan.

7. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas hadiah undian.

8. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas penghasilan dari persewaan

tanah dan/atau bangunan.

9. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas usaha jasa konstruksi.

10. Memahami ketentuan pajak penghasilan atas Penghasilan dari Jasa

Pelayaran atau penerbangan dalam negeri dan luar negeri.

Page 4: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

3

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai penghenaan Pajak Penghasilan atas

penghasilan-penghasilan tertentu yaitu penghasilan berupa bunga deposito, tabungan,

diskonto Sertifikat Bank Indonesia; hadiah undian; serta penghasilan yang berasal

dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan, persewaan tanah dan atau

bangunan; dan transaksi penjualan saham dibursa efek.

A. Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia

1. Dasar Hukum

Diatur dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 131 Tahun 2000 dan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001.

2. Objek Pajak

a. Bunga yang berasal dari deposito dan tabungan, termasuk bunga yang

diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dalam negeri dari

deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui bank

yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

b. Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pengertian deposito adalah

deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deposito

berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call, baik dalam rupiah

maupun dalam valuta asing yang ditempatkan pada atau diterbitkan

oleh bank. Sedangkan pengertian tabungan adalah simpanan pada bank

dengan nama apapun termasuk giro, yang penarikannya dilakukan

menurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing

bank.

3. Pemotong Pajak

a. Bank termasuk Bank Indonesia yang membayarkan bunga deposito

dan tabungan serta diskonto SBI;

Page 5: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

4

b. Bank dan Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan yang menjual kembali SBI atau sertifikat deposito

kepada pihak lain yang bukan bank dan dana pensiun yang

pendiriannya belum disahkan oleh Menteri Keuangan;

c. Kantor Pusat Bank yang didirikan di Indonesia atas bunga deposito

dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui cabang bank

yang didirikan di Indonesia tersebut;

d. Cabang Bank luar negeri di Indonesia atas bunga deposito dan

tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui cabang bank luar

negeri tersebut di Indonesia.

4. Tarif dan Sifat Pemotongan Pajak

a. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto dan bersifat final,

atas bunga dan diskonto yang terutang atau dibayarkan kepada

penerima penghasilan baik orang pribadi maupun badan dalam negeri

dan bentuk usaha tetap;

b. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau sesuai dengan

tarif yang ditetapkan dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

(Tax Traty) dan bersifat final, atas bunga dan diskonto yang terutang

atau dibayarkan kepada penerima penghasilan Wajib Pajak Luar

Negeri.

Pajak Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto

Sertifikat Bank Indonesia adalah bersifat final. Sehingga penghasilan

berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima

atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi atau badan, tidak perlu

ditanggungkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak dalam Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan WP yang bersangkutan, dan PPh atau

deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang sudah dipotong oleh

Bank/Dana Pensiun tidak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan

yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan.

Page 6: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

5

5. Perlakuan Pajak Penghasilan Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi yang

Berpenghasilan Rendah

Pada prinsipnya pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga deposito dan

tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia bersifat final. Namun

demikian bagi Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi yang tergolong

berpenghasilan relative rendah dan seluruh penghasilannya termasuk

bunga dan diskonto yang dalam satu Tahun Pajak tidak melebihi

Penghasilan Tidak Kena Pajak, atas pajak yang telah dipotong tersebut

dapat diajukan permohonan restitusi melalui prosedur restitusi sederhana

6. Dikecualikan dari Pemotong Pajak Penghasilan

Atas penghasilan berupa bunga yang berasal dari deposito dan

tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia, yang dikecualikan dari

Pemotong Pajak Penghasilan adalah:

a. Bunga dan diskonto yang tidak lebih dari Rp 7.500.000,00 (tujuh juta

lima ratus ribu rupiah) dan bukan merupakan yang dipecah-pecah;.

b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan

di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;

c. Bunga deposito dan tabungan, serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia

yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh menteri keuangan sepanjang dananya diperoleh dari

sumber pendapatan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 UU No. 11

tahun 1992 tentang dana pensiun.

d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka

pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana atau rumah susun

sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk dihuni sendiri;

Page 7: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

6

B. Surat Obligasi dan Surat Hutang Negara

1. Dasar Hukum

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2009.

2. Objek Pajak

Penghasilan berupa Bunga Obligasi yaitu imbalan yang diterima dan/atau

diperoleh pemegang Obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto.

3. Tarif Pajak

a. Bunga dan Diskonto dari Obligasi dengan kupon sebesar:

1) 15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan

2) 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan

penghindaran pajak berganda bagi WP luar negeri selain BUT,

Dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan.

b. Diskonto dari obligasi dengan kupon sebesar:

1) 15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan

2) 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan

penghindaran pajak berganda bagi WP luar negeri selain BUT,

Dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga peroleha

Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan;

c. Diskonto dari obligasi tanpa bunga sebesar:

1) 15% bagi WP dalam negeri dan BUT; dan

2) 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan

penghindaran pajak berganda bagi WP luar negeri selain BUT,

Dari selisih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan

Obligasi; dan

d. Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau

diperoleh Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebesar:

1) 0% untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010;

2) 5% untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2014; dan

Page 8: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

7

3) 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya.

4. Pemotongan Pajak

Pemotongan Pajak Penghasilan dan bersifat fiinal atas bunga obligasi

dilakukan oleh:

a. Penerbit obligasi atau custodian selaku agen pembayaran yang

diunjuk, atas bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang

obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi, dan

diskonto yang diterima pemegang Obligasi tanpa bunga pada saat

jatuh tempo Obligasi, dan/atau

b. Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara

dan/atau pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima penjual

obligasi pada saat transaksi.

C. Bunga Simpanan Yang Dibayarkan Oleh Koperasi Kepada Anggota Koperasi

Orang Pribadi

1. Objek Pajak

Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi

yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi. Yang

dimaksud dengan “penghasilan berupa bunga simpanan” adalah imbalan

berupa bunga simpanan anggota koperasi orang pribadi pada koperasi

tempat orang pribadi tersebut menjadi anggota. Tidak termasuk dalam

pengertian ini adalah bunga simpanan yang diterima anggota koperasi

orang pribadi yang merupakan bagian dari sisa hasil usaha.

2. Tarif Pajak

Besarnya Pajak Penghasilan adalah:

a. 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp

240.000,00 per bulan; atau

b. 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga

simpanan lebih dari Rp 240.000,00 per bulan.

Page 9: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

8

D. Transaksi Penjualan Saham Di Bursa Efek

1. Dasar Hukum

Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 tahun 1994 dan Keputusan

Menteri Keuangan No. 282/KMK.04/1997 tanggal 20 Juni 1997.

2. Tarif Pajak

Besarnya tarif pajak penghasilan atas transaksi penjualan saham di

bursa efek adalah sebagai berikut:

a. 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham, baik untuk

saham biasa maupun saham pendiri dan bersifat final.

b. Tambahan sebesar 0,5% dari jumlah bruto nilai transaksi atas transaksi

penjualan, kecuali penjualan saham pendiri oelh perusahaan modal

ventura atas penyertaan modal kepada perusahaan pasangan usahanya

dan bersifat final.

3. Pengenaan Pajak

Pengenaan PPh sebesar 0,1% untuk setiap transaksi penjualan saham,

dilakukan dengan cara pemotongan oleh penyelenggara bursa efek melalui

perantara pedangan efek pada saat pelunasan transaksi penjualan.

Sedangkan tambahan PPh sebesar 0,5% dikenakan terhadap pemilik

saham pendiri dan penyetorannya dilakukan oleh emiten atas nama

pemilik saham pendiri.

4. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan

a. Dilakukan melalui perantara pedagang efek pada saat pelunasan

transaksi penjualan saham.

b. Menyetor PPh ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro.

c. Menyampaikan laporan tentang pemotongan dan penyetoran PPh.

5. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Tambahan PPh Yang

Terutang Atas Saham Pendiri (sebesar 0,5%)

Page 10: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

9

a. Emiten atas nama masing-masing pemilik saham pendiri wajib

menyetor tambahan PPh yang terutang.

b. Menyampaikan laporan mengenai penyetoran tersebut.

c. Melaporkan kepada penyelenggara bursa efek seluruh saham pendiri

yang telah dibayarkan tambahan PPh sebesar 0,5%.

E. Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka Yang Diperdagangkan Di Bursa

1. Dasar Hukum

Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 tahun 2009.

2. Tarif Pajak

Besarnya Pajak Penghasilan adalah sebesar 2,5$ dari margin awal

a. Yang dimaksud dengan “margin awal” adalah sejumlah uang atau

surat berharga yang harus ditempatkan oleh pialang berjangka atau

anggota bursa pada lembaga kliring dan penjamin untuk menjamin

pelaksanaan transaksi kontrak berjangka.

b. Yang dimaksud dengan “lembaga kliring dan penjamin” adalah badan

usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau

sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan transaksi di bursa,

termasuk lembaga kliring dan penjamin berjangka.

3. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan

a. Lembaga kliring dan penjamin wajib memungut pajak penghasilan

pada saat menerima penyetoran margin awal oleh pialang berjangka

atau anggota bursa;

b. Menyetor seluruh pajak yang dipungut kepada kantor pos atau bank

yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan;

c. Menyampaikan laporan pemungutan dan penyetoran PPh kepada

Kantor Pelayanan Pajak.

F. Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan

Page 11: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

10

1. Dasar Hukum

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008.

2. Tarif Pajak

Besarnya tarif pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunan adalah sebagai berikut: (PMK No. 243/PMK.03/2008)

a. 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan atau

bangunan; atau

b. 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas rumah sederhana dan

rumah sangat sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha

pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan,

dan sebesar 5% untuk pengalihan lainnya.

3. Dikecualikan Dari Pengenaan Pajak

a. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP yang

melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan

jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp 60.000.000,00 dan bukan

merupakan jumlah yang dipecah-pecah;.

b. Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh

penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada

Pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum

yang memerlukan persyaratan khusus;.

c. Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan

dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan

lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial

termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan

usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada

hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan

antara pihak-pihak yang bersangkutan;

Page 12: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

11

d. Badan yang melakukan pengalihan tanah dan.atau bangunan dengan

cara hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial

termasuk yayasan koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha

mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada

hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan

antara pihak-pihak yang bersangkutan; atau

e. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.

f. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh

orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.

4. Surat Keterangan Bebas (SKB)

Untuk memperoleh SKB PPh atas penghasilan dari pengalihan hak

atas tanah dan/atau bangunan, orang pribadi termasuk ahli waris atau

badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak

atas tanah dan/atau bangunan wajib mengajukan permohonan SKB PPh ke

KPP tempat orang pribadi atau badan yang bersangkutan terdaftar atau

bertempat tinggal dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Bagi orang pribadi yang penghasilannya dibawah PTKP dan nilai pengalihan kurang

dari Rp 60.000.000,00:

1) Surat Pernyataan berpenghasilan di bawah PTKP dan Jumlah

Bruto Penghasilan kurang dari Rp 60.000.000,00;

2) Fotokopi Kartu Keluarga; dan

3) Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan

Bangunan tahun bersangkutan.

b. Bagi orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan dengan cara hibah, permohonan harus dilampiri Surat Pernyataan Hibah

c. Bagi ahli waris, surat permohonan harus dilampiri Surat Pernyataan Pembagian

Waris.

Page 13: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

12

G. Hadiah Undian

1. Dasar Hukum

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000 dan

dijabarkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-

395/2001.

2. Objek Pajak

Objek pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan adalah hadiah

undian dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau

diperoleh orang pribadi atau badan yang pemberiannya melalui cara

undian.

3. Tarif Pajak dan Sifat Pemotongan/Pemungutan

Besarnya PPh yang wajib dipotong atau dipungut atas penghasilan

berupa undian adalah 25% dari jumlah bruto nilai hadiah dan bersifat

final.

4. Kewajiban Pemotong Pajak

a. Memotong PPh dalam hal hadiah undian dibayarkan berupa uang dan

memungut PPH dalam hal hadiah undian diserahkan alam bentuk

natura atau kenikmatan, sebelum hadiah undian dibayarkan atau

diserahkan kepada yang berhak;

b. Membuat dan memerikan bukti pemotongan atau pemungutan PPh

atas hadiah undian untuk setiap pembayaran atau penyerahan hadiah

undian yang bernilai Rp 5.000.000,00 atau lebih;

c. Pada akhir dibayarkannya undian, membuat daftar

pemotongan/pemungutan terhadap hadiah undian yang dibuatkan bukti

pemotongan/pemungutan.

d. Melaporkan PPh yang telah dipotong atau dipungut dan disetorkan.

e. Pemotong yang tidak sepenuhnya melakukan kewajiban pemotongan

atau pemungutan, dikenakan sanksi sesuai UU No. 9 tahun 1994.

Page 14: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

13

H. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

1. Dasar Hukum

Peraturan Pemerintah RI Nomor 5Tahun 2002 dan Keputusan Menteri

Keuangan No: 120/KMK.03/2002.

2. Objek Pajak

Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan

sehubungan dengan persewaan tanah dan/atau bangunan berupa tanah,

rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran,

pertokoan,a tau pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko,

rumah toko, gudang dan bangunan industri.

3. Tarif Pajak

Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang bagi Wajib Pajak Orang

Pribadi maupun WP badan yang menerima atau memperoleh penghasilan

dari persewaan tanah dan atau bangunan adalah 10% dari jumlah bruto.

4. Penyewa/Pemotong Pajak

Penyewa yang bertindak sebagai pemotong pajak penghasilan adalah:

a. Badan Pemerintah;

b. Subjek Pajak Badan dalam negeri;

c. Penyelenggara Kegiatan;

d. BUT;

e. Kerjasama Operasi;

f. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;

g. Orang pribadi sebagai WP dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh

Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong Pajak Penghasilan,

yaitu:

1) Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah

(PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan

konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas; atau

Page 15: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

14

2) Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan

pembukuan dan telah terdaftar sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri.

I. Usaha Jasa Konstruksi

1. Dasar Hukum

2. Tarif Pajak

3. Pemotongan Pajak

4. Pembayaran Pajak

5. Pelaporan Pajak

J. Jasa Pelayaran/Penerbangan

1. Jasa Pelayaran atau Penerbangan Luar Negeri

a. Dasar Hukum

Berdasarkan KMK No. 101/KMK.04/1995.

b. Objek Pajak

Penghasilan yang diterima atau diperoleh WP perusahaan

pelayara atau penerbangan luar negeri dari pengangkutan orang

dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan/bandara ke

pelabuhan/bandara lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan/bandara

di Indonesia ke pelabuhan/bandara luar negeri, tidak termasuk

pengangutan orang dan/atau barang dari pelabuhan/bandara di luar

negeri ke pelabuhan/bandara di Indonesia.

c. Tarif Pajak

Besarnya PPh bagi WP perusahaan pelayaran dan/atau

penerbangan luar negeri adalah 2,64% dari peredaran bruto.

Page 16: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

15

2. Jasa Penerbangan Dalam Negeri

a. Dasar Hukum

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 140 tahun 2000.

b. Objek Pajak

Penghasilan yang diterima atau diperoleh oelh WP perusahaan

penerbangan dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang

yang dimuat dari satu bandara ke bandara lain di Indonesia dan/atau

dari bandara di Indonesia ke bandara luar negeri.

c. Tarif Pajak

Besarnya PPh bagi WP perusahaan penerbangan dalam negeri

adalah 1,8% dari peredaran bruto.

3. Jasa Pelayaran Dalam Negeri

a. Dasar Hukum

Berdasarkan PP No 140. Tahun 2000.

b. Objek Pajak

Penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak

perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau

barang termasuk penghasilan persewaan kapal, yang dilakukan dari (!)

pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lain di Indonesia, (2) pelabuhan

di Indonesia ke pelabuhan luar Indonesia, (30 pelabuhan luar

Indonesia ke pelabuhan Indonesia, dan (4) pelabuhan luar Indonesia ke

pelabuhan lainnya di luar indonesia.

c. Tarif Pajak

Besarnya tarif pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak perusahaan

pelayaran dalam negeri adalah 1,2% dari peredaran bruto.

Page 17: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak Penghasilan atas Penghasilan tertentu, menurut Pasal 4 ayat (2) undang-

undang No. 36 Tahun 2008, adalah penghasilan yang pajaknya bersifat final,

adalah:

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga

obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan

oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. Penghasilan berupa hadiah undiah;

c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi

derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham

atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang

diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau

bangunan, usaha jasa konstruksi, real estate, dan persewaan tanah dan

bangunan; dan

e. Penghasilan tertentu lainnya;

Yang penjabarannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Undang-

Undang tertentu.

B. Saran

Dari makalah yang telah kami buat dengan segala kekurangannya, kami harap

pembaca dapat memperbaiki dan menutup kekurangan yang kami buat pada

proses pembuatan makalah tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan tertentu

yang kami buat.

Page 18: diandyt.files.wordpress.com file · Web viewPertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak,

17

DAFTAR PUSTAKA

Tjahjono, A., & Husein, M. F. (2009). Perpajakan. Jakarta: UPP-STIM YKPN.

Waluyo, & Ilyas, M. B. (2000). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.