PISA (Programme for International Student Assesment) dan KLM (Kontes Literasi Matematika)
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LITERASI SAINS …lib.unnes.ac.id/26699/1/4201412085.pdf ·...
Transcript of PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LITERASI SAINS …lib.unnes.ac.id/26699/1/4201412085.pdf ·...
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS
LITERASI SAINS MATERI SUHU DAN KALOR
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh:
Antania Dhana Paramita
4201412085
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
Pekerjaan besar tidak dihasilkan dari kekuatan, melainkan oleh ketekunan
(Samuel Johnson)
Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya
didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya
(Abraham Lincoln)
PERSEMBAHAN
Untuk Ibu dan Bapak, terima kasih atas doa yang tak
pernah terputus, semangat, dukungan, pengorbanan dan
curahan kasih sayang yang tak terbatas
Untuk kakak dan adik-adikku, mbak Dita, Devy, Dian dan
Dhea yang membuat setiap hariku selalu berwarna
Untuk sahabat-sahabatku, Lina, Yani, Tika, Mia dan Fajar
atas kebersamaan yang indah
Untuk teman-teman Pendidikan Fisika 2012
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Literasi Sains Materi Suhu dan
Kalor”. Penelitian skripsi ini dilakukan sebagai tindak lanjut temuan rendahnya
kemampuan literasi sains siswa di Indonesia sehingga peneliti mengembangkan
bahan ajar berbasis literasi sains dan menguji keefektifannya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, saran, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si., Akt., Dekan FMIPA Universitas Negeri
Semarang.
3. Dr. Suharto Linuwih M.Si., Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Negeri Semarang.
4. Dr. Achmad Sopyan M.Pd., dosen wali yang selalu membimbing selama
masa perkuliahan.
5. Prof. Dr. Ani Rusilowati M.Pd., sebagai Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan
yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
vii
6. Dr. Sugianto M.Si., sebagai Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan ilmu selama penulis menempuh studi.
8. Supriyono, S.Pd., M.Pd., Kepala SMA Negeri 1 Bae Kudus yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
9. Sutrisno, S.Pd., M.Pd., guru bidang studi Fisika SMA Negeri 1 Bae Kudus
yang telah bersedia menjadi validator dan pembimbing selama penelitian.
10. Siswa SMA Negeri 1 Bae Kudus, khususnya kelas X MIA 4 dan X MIA 7
yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.
11. Teman-teman Pendidikan Fisika 2012 yang selalu memberi semangat.
12. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Kritik dan saran senantiasa penulis harapkan untuk perbaikan di masa
mendatang. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan.
Semarang, November 2016
Penulis
viii
ABSTRAK
Paramita, Antania Dhana. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Literasi
Sains Materi Suhu dan Kalor. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing utama Prof.
Dr. Ani Rusilowati, M.Pd dan Pembimbing Pendamping Dr. Sugianto M.Si.
Kata Kunci: Bahan Ajar, Literasi Sains, Suhu dan Kalor.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan bahan ajar berbasis literasi
sains materi suhu dan kalor. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
dan pengembangan (Research and Development). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik, kelayakan, tingkat keterbacaan, dan keefektifan bahan
ajar dalam memengaruhi kemampuan literasi sains siswa. Penelitian dilakukan di
SMA Negeri 1 Bae Kudus. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
simple random sampling. Uji kelayakan menggunakan angket dan uji keterbacaan
menggunakan tes rumpang sedangkan uji keefektifan menggunakan Pretest-
Posttest Control Group Design. Produk akhir penelitian ini berupa bahan ajar
yang memiliki perbandingan rata-rata aspek literasi sains yakni sains sebagai
batang tubuh pengetahuan, sains sebagai cara untuk menyelidiki, sains sebagai
cara berpikir, dan interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat berturut-turut
37,89% : 20,10% : 22,75% : 19,26%. Hasil uji kelayakan menyatakan bahan ajar
memiliki kriteria sangat layak. Hasil uji keterbacaan menunjukkan bahwa bahan
ajar yang digunakan memiliki kriteria mudah dipahami dengan perolehan rata-rata
keterbacaan sebesar 74,11%. Uji gain menunjukkan kemampuan literasi sains
kelas eksperimen termasuk kategori sedang yakni 0,63 sedangkan kelas kontrol
0,38. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan literasi sains antara siswa yang menggunakan bahan ajar yang
dikembangkan dengan bahan ajar yang digunakan di sekolah.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB
1. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
1.5 Pembatasan Masalah ........................................................................... 7
x
1.6 Penegasan Istilah ................................................................................. 8
1.7 Sistematika Skripsi .............................................................................. 9
2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 11
2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran ...................................................... 11
2.2 Bahan Ajar .......................................................................................... 13
2.3 Literasi Sains ....................................................................................... 16
2.4 Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Literasi Sains ........................... 17
2.5 Materi Suhu dan Kalor ........................................................................ 20
2.6 Kerangka Berpikir ............................................................................... 21
2.7 Hipotesis .............................................................................................. 22
3. METODE PENELITIAN .......................................................................... 23
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 23
3.2 Lokasi dan Subjek uji Coba ................................................................ 23
3.3 Desain Penelitian ................................................................................. 24
3.4 Prosedur Penelitian.............................................................................. 25
3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 30
3.6 Instrumen Penelitian............................................................................ 32
3.7 Metode Analisis .................................................................................. 34
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 46
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 46
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 64
4.3 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 78
xi
5. PENUTUP ................................................................................................. 80
5.1 Simpulan ............................................................................................. 80
5.2 Saran .................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
LAMPIRAN .......................................................................................................... 87
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kriteria Reliabilitas ......................................................................................... 35
3.2 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ...................................................................... 36
3.3 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba ................................................. 37
3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ................................................................ 38
3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ........................................... 38
3.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians ................................................................... 40
3.7 Kriteria Penilaian Kevalidan Bahan Ajar ........................................................ 42
3.8 Kriteria Tingkat Gain ...................................................................................... 45
4.1 Komposisi Aspek Literasi Sains dalam Bahan Ajar ....................................... 57
4.2 Hasil Uji Kelayakan Bahan Ajar ..................................................................... 58
4.3 Hasil Uji Keterbacaan Bahan Ajar .................................................................. 59
4.4 Uji Normalitas Data Post-test Kelas Kontrol dan Eksperimen ....................... 60
4.5 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata ................................................................. 62
4.6 Saran dan Perbaikan Bahan Ajar..................................................................... 67
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Diagram Kerangka Berpikir ............................................................................ 21
3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Research & Development ................. 24
3.2 Desain Bahan Ajar Fisika Berbasis Literasi Sains .......................................... 27
3.3 Pretest-Posttest Control Group Design .......................................................... 29
4.1 Karakteristik Bahan Ajar Berbasis Literasi Sains ........................................... 47
4.2 Hasil Analisis Kemampuan Tiap Aspek Literasi Sains .................................. 63
4.3 Tampilan Bahan Ajar Sebelum dan Setelah Diperbaiki ................................. 68
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Analisis Soal Ujicoba ........................................................................... 88
2. Reliabilitas Soal Post-test .............................................................................. 91
3. Nilai Ulangan Akhir Semester Gasal Tahun 2015/2016 ................................ 93
4. Uji Homogenitas Nilai Awal ......................................................................... 95
5. Hasil Uji Kelayakan Bahan Ajar .................................................................... 96
6. Hasil Uji Keterbacaan Bahan Ajar ................................................................. 98
7. Uji Gain Kelas Kontrol .................................................................................. 100
8. Uji Normalitas Gain Kelas Kontrol ............................................................... 102
9. Uji Gain Kelas Eksperimen............................................................................ 103
10. Uji Normalitas Gain Kelas Eksperimen ......................................................... 105
11. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 106
12. Soal Ujicoba ................................................................................................... 108
13. Kisi-Kisi Soal Ujicoba ................................................................................... 114
14. Rubrik Penyekoran Soal Ujicoba .................................................................. 117
15. Soal Posttest ................................................................................................... 135
16. Lembar Jawab Posttest................................................................................... 141
17. Soal Uji Keterbacaan Bahan Ajar .................................................................. 143
18. Lembar Jawab Tes Rumpang ......................................................................... 153
19. Lembar Validasi Kelayakan Bahan Ajar ....................................................... 155
20. Lembar Hasil Validasi Kelayakan Bahan Ajar .............................................. 164
21. Kisi-kisi Penilaian Kelayakan Bahan Ajar..................................................... 167
xv
22. Rubrik Penilaian Kelayakan Bahan Ajar ....................................................... 169
23. RPP Kelas Kontrol ......................................................................................... 203
24. RPP Kelas Eksperimen .................................................................................. 218
25. Lembar Diskusi Siswa ................................................................................... 233
26. Lembar Hasil Diskusi Siswa .......................................................................... 235
27. Lembar Kerja Siswa ....................................................................................... 237
28. Surat Ijin Penelitian ........................................................................................ 239
29. Surat Keterangan Penelitian ........................................................................... 240
30. Dokumentasi .................................................................................................. 241
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi selama dua
dekade terakhir telah mengantarkan masyarakat memasuki era global. Seiring
dengan revolusi teknologi yang kian pesat, persaingan antar individu juga akan
semakin ketat. Dengan demikian diperlukan sumber daya manusia yang lebih
berkualitas. Setiap individu di era global dituntut mampu mengembangkan
kemampuannya untuk bersaing di tingkat internasional. Salah satu cara
pemerintah untuk memperoleh sumber daya manusia agar dapat bersaing di era
global adalah dengan melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan
(Rusilowati, 2013).
Sains sebagai bagian dari ilmu pengetahuan terbentuk dari interrelasi antara
sikap dan proses sains, penyelidikan fenomena alam, dan produk keilmuan,
(Carin, 1997). Melalui pendidikan sains diharapkan masyarakat dapat memahami
konsep sains dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan
masalah (Mariana & Praginda, 2009). Fisika sebagai cabang ilmu sains tidak
hanya terbatas pada pengetahuan konsep dan rumus matematis, namun mencakup
pemahaman fisis dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bidang sains, literasi berarti kemampuan memahami, berpikir dan
mengaplikasikan konsep dan perspektif sains dalam berbagai kejadian (Abidin,
2
2014:182). Literasi sains adalah kemampuan untuk terlibat dengan isu-isu
yang berkaitan dengan sains, dan dengan ide-ide sains sebagai warga negara yang
reflektif (OECD, 2013). Literasi sains memerlukan bukan hanya pengetahuan
tentang konsep dan teori sains, namun juga pengetahuan prosedur dan praktik.
Literasi sains mencakup dimensi yang lebih luas, meliputi, aspek konten sains,
aspek konteks aplikasi sains, aspek kompetensi ilmiah/proses ilmiah dan aspek
sikap. Chiapetta et al., (1991) mengungkapkan bahwa ada empat aspek literasi
sains yakni sains sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of knowledge), sains
sebagai cara untuk berpikir (a way of thinking), sains sebagai cara untuk
menyelidiki (a way of investigating), dan interaksi antara sains, teknologi, dan
masyarakat (interaction between science, technology, and society).
Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan studi
yang bertujuan untuk mengetahui hasil sistem pendidikan yang berkaitan dengan
kemampuan literasi siswa usia 15 tahun. Studi PISA dilakukan di beberapa negara
maju dan berkembang mulai tahun 2000 dengan interval tiga tahun sekali. Bidang
kajian yang diteliti dan dinilai meliputi literasi membaca (reading literacy),
literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy).
Hasil studi PISA sejak tahun 2000 hingga tahun 2012 menunjukkan peringkat
Indonesia terus menurun. Tahun 2012 literasi sains siswa Indonesia berada pada
tingkat 64 dari 65 negara peserta dengan skor 382. Skor ini masih jauh di bawah
skor rata-rata Internasional PISA yaitu 501 (OECD, 2012). Skor rata-rata
Indonesia yang masih tergolong rendah ini mencerminkan bahwa siswa di
Indonesia sebagian besar belum mampu menganalisis dan mengaplikasikan
3
konsep untuk menyelesaikan suatu masalah. Para siswa sangat pandai menghafal,
namun masih kurang terampil dalam menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya.
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan literasi sains siswa di Indonesia
dipengaruhi oleh pemilihan sumber belajar atau bahan ajar yang dipakai di
sekolah (Sandi, 2013; Kurnia et.al., 2014; Amalia, 2015). Bahan ajar memegang
peranan penting dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai media penyampaian
informasi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru
sains masih menggunakan buku dalam proses belajar dan mengajar (Kurnia et.al.,
2014). Menurut Stake & Easley sebagaimana dikutip oleh Adisendjaja (2007),
buku pelajaran digunakan oleh 90% dari semua guru sains dan 90% dari alokasi
waktu pembelajaran.
Mengingat pentingnya peranan buku dalam pembelajaran, maka dibutuhkan
bahan ajar yang baik agar tujuan pembelajaran dicapai secara maksimal. Bahan
ajar yang baik adalah bahan ajar yang memuat komponen literasi sains secara
seimbang. Wilkinson (1999) mengemukakan kategori literasi sains yang
mendekati proporsi seimbang yaitu 42% untuk kategori pengetahuan sains, 19%
untuk penyelidikan hakikat sains, 19% untuk kategori sains sebagai cara berpikir,
dan 20% untuk interaksi sains, teknologi, dan masyarakat.
Analisis terhadap kategori literasi sains yang terkandung dalam buku ajar
telah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu. Buku teks pelajaran kurang
memperhatikan dalam merepresentasikan hakikat sains (Abd-El-Khalick et al.,
4
2008). Sebagian besar buku pelajaran yang digunakan di sekolah menengah atas
di Finlandia dan Swedia lebih memfokuskan pada konten sains. Dimensi sains
sebagai cara berpikir mencakup kurang dari 5% dari keseluruhan buku teks yang
dianalisis sedangkan interaksi sains, teknologi dan masyarakat antara 4% sampai
11% (Vesterinen et al., 2011). Buku ajar yang digunakan di Indonesia lebih
banyak menekankan pada aspek pengetahuan sains daripada ketiga aspek literasi
lainnya (Hastiti, 2014; Yuliyanti & Rusilowati, 2014; Nisaa et.al., 2015).
Maturradiyah & Rusilowati (2015) melakukan penelitian terhadap tiga buku ajar
fisika SMA kelas XI yang digunakan di kabupaten Pati. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa buku ajar fisika yang digunakan dalam proses pembelajaran
umumnya menekankan pada aspek pengetahuan sains. Persentase komponen sains
sebagai batang tubuh pengetahuan adalah 70,94%, sains sebagai cara untuk
menyelidiki 7,08%, sains sebagai cara berfikir 19,08%, dan interaksi antara sains,
teknologi dan masyarakat 2,90%.
Hasil analisis terhadap dua buku ajar fisika SMA kelas X yang digunakan di
SMA 1 Bae Kudus menunjukkan bahwa proporsi literasi sains kedua buku belum
seimbang. Kedua buku tersebut paling banyak memuat kategori pengetahuan sains
sebesar 54,44% dan 29,18% berisi kategori penyelidikan hakikat sains. Kategori
interaksi sains, teknologi, dan masyarakat memiliki persentase 12,14%, dan
kategori yang sedikit muncul adalah kategori cara berpikir dengan jumlah
persentase 4,22% .
Salah satu materi fisika SMA kelas X adalah suhu dan kalor. Fenomena-
fenomena yang terkait dengan konsep suhu dan kalor sering ditemui dalam
5
kehidupan sehari-hari. Aplikasi konsep konversi suhu, pemuaian dan perpindahan
kalor banyak dimanfaatkan dalam perkembangan teknologi. Pembelajaran fisika
pada materi suhu dan kalor tidak hanya menekankan pada pengetahuan teoritis
saja namun juga aplikasinya dalam kehidupan. Dengan kata lain, pembelajaran
fisika hendaknya mencakup semua aspek literasi sains secara komprehensif.
Berdasarkan hasil studi pustaka dan analisis bahan ajar, diketahui bahwa
sebagian besar bahan ajar yang digunakan di sekolah belum memuat komponen
literasi sains secara seimbang. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul
“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LITERASI SAINS
MATERI SUHU DAN KALOR”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut.
(1) Bagaimana karakteristik bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu dan
kalor?
(2) Bagaimana tingkat kelayakan bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu
dan kalor?
(3) Bagaimana tingkat keterbacaan bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu
dan kalor?
(4) Bagaimana peningkatan kemampuan literasi sains siswa yang menggunakan
bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu dan kalor dengan bahan ajar yang
digunakan di sekolah?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
(1) Mengetahui karakteristik bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu dan
kalor.
(2) Mengetahui tingkat kelayakan bahan ajar berbasis literasi materi suhu dan
kalor.
(3) Mengetahui tingkat keterbacaan bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu
dan kalor.
(4) Mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains siswa yang menggunakan
bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu dan kalor dengan bahan ajar yang
digunakan di sekolah.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi guru, siswa dan
peneliti lain.
(1) Bagi Guru
Bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu dan kalor ini dapat digunakan
sebagai alternatif bahan ajar bagi guru dalam proses pembelajaran.
(2) Bagi Siswa
Bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu dan kalor ini diharapkan mampu
menigkatkan kemampuan literasi sains siswa.
7
(3) Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang tertarik
untuk melakukan penelitian serupa pada pokok bahasan lain.
1.5 Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian agar masalah yang dikaji dapat terarah
dan mendalam, maka peneliti membatasi masalah penelitian pada hal-hal berikut.
(1) Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar
berbasis literasi sains pada materi suhu dan kalor.
(2) Topik materi yang dikaji dalam penelitian ini berdasarkan Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar kurikulum 2013. Adapun kompetensi dasar yang dikaji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
KD 3.8 : Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada
kehidupan sehari-hari.
KD 4.8 : Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki
karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan
konduktivitas kalor.
(3) Aspek literasi yang diterapkan dalam pengembangan bahan ajar adalah (1)
sains sebagai batang tubuh pengetahuan, (2) sains sebagai cara untuk
menyelidiki, (3) sains sebagai cara berpikir, serta (4) interaksi sains, teknologi,
dan masyarakat.
8
1.6 Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran istilah-istilah dalam penelitian ini
maka peneliti memberikan penegasan istilah yakni:
1.6.1 Pengembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:538), pengembangan
secara etimologi berarti proses/cara, perbuatan mengembangkan. Majid (2005:24)
mendefinisikan pengembangan pembelajaran adalah suatu proses mendesain
pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala
sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan
memperhatikan potensi dan kompetensi siswa. Pengembangan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar yang memuat keempat
aspek literasi sains pada materi suhu dan kalor.
1.6.2 Bahan Ajar
Bahan ajar dapat diartikan sebagai seperangkat fakta, konsep, prinsip,
prosedur, dan atau generalisasi yang dirancang secara khusus untuk memudahkan
pengajaran (Abidin, 2014: 263). Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian
ini berupa bahan ajar berbentuk buku.
1.6.3 Literasi Sains
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD, 2013) literasi sains (scientific literacy) didefinisikan sebagai kemampuan
untuk terlibat dengan isu-isu yang berkaitan dengan sains, dan dengan ide-ide
sains sebagai warga negara yang reflektif. Literasi sains yang dimaksud meliputi
9
empat aspek yaitu sains sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of knowledge),
sains sebagai cara untuk berpikir (a way of thinking), sains sebagai cara untuk
menyelidiki (a way of investigating), dan interaksi antara sains, teknologi dan
masyarakat (interaction between science, technology, and society).
1.6.4 Suhu dan Kalor
Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu
benda atau sistem (Foster, 2014). Zemansky (1986) mendeskripsikan kalor
sebagai energi yang berpindah antara sistem dan lingkungannya akibat adanya
perbedaan temperatur.
Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini memilih materi suhu
dan kalor yang disesuaikan dengan kurikulum 2013 untuk SMA kelas X KD 3.8
dan KD 4.8.
1.7 Sistematika Skripsi
Penulisan skripsi terdiri atas tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan
bagian akhir skripsi. Bagian awal skripsi berisi halaman judul, halaman
pengesahan, motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, dan daftar lampiran. Bagian isi terdiri dari lima bab. Bab 1
merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, penegasan istilah dan sistematika
skripsi. Bab 2 Tinjauan Pustaka berisi teori yang mendukung penelitian, kerangka
berpikir dan hipotesis. Bab 3 adalah metode penelitian yang di dalamnya
menjelaskan jenis penelitian, lokasi dan subjek uji coba, desain penelitian,
10
prosedur penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan metode
analisis data yang digunakan. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi hasil
penelitian dan pembahasan tentang karakterisik, kelayakan, keterbacaan, dan
keefektifan produk yang dikembangkan serta keterbatasan penelitian. Bab 5
sebagai penutup berisi simpulan hasil penelitian dan saran. Bagian akhir skripsi
berisi daftar pustaka dan lampiran.
11
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran
2.1.1 Hakikat Belajar
Belajar memiliki peranan sangat penting dalam konteks kehidupan semua
makhluk hidup, tak terkecuali manusia. Manusia dituntut untuk terus belajar agar
mereka bisa terus mempertahankan hidupnya. Hampir semua pengetahuan,
keterampilan, dan kebiasaan seseorang terbentuk dan berkembang karena proses
belajar. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2001:37). Wragg menyebutkan bahwa
belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam
hal ini dapat berupa manusia atau obyek lain yang memungkinkan individu
memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru (Aunurrahman, 2009:36).
Setiap manusia mengalami belajar dan kondisi belajarnya dapat diatur
untuk mengubah kemampuan atau mengubah perilaku. Belajar bukan hanya
sekedar kegiatan mengingat atau menghafal, namun lebih dari itu. Setelah
melakukan proses belajar peserta didik diharapkan mampu memahami dan
menerapkan pengetahuannya, mampu memecahkan masalah dan berusaha
menemukan fakta sendiri.
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan, mencari pemecahan
masalah, serta pengetahuan yang menyertainya dapat menghasilkan pengetahuan
12
yang bermakna (Triyanto, 2007: 27). Bruner menyarankan agar siswa belajar
melalui partisipasi secara aktif agar memperoleh pengalaman. Pengalaman
tersebut dapat diperoleh dari berbagai kegiatan belajar, misalnya kegiatan
bereksperimen untuk membuktikan suatu teori.
2.1.2 Definisi Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan
mempelajari (Suprijono, 2013:13). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas dan perlengkapan
serta prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran
(Hamalik, 2001:57). Gagne dan Briggs (1979) mengartikan instruction atau
pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa
untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal.
Fisika sebagai salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam dapat
dipandang sebagai sebuah produk, proses dan perubahan sikap. Jika dipandang
sebagai sebuah produk maka fisika adalah sekumpulan fakta, konsep,
hukum/prinsip, rumus dan teori yang harus dipelajari dan dipahami. Dari segi
proses, fisika berisi fenomena, dugaan, hasil-hasil pengamatan, pengukuran dan
penelitian yang dipublikasikan sedangkan jika dilihat sebagai suatu perubahan
sikap, maka fisika akan berisi rasa ingin tahu, kepedulian, tanggung jawab,
kejujuran, keterbukaan dan kerjasama (Mariana & Praginda, 2009).
13
Pada tingkat SMA/MA, pembelajaran fisika bukan hanya sebatas
penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Siswa tingkat
SMA/MA diharapkan telah mampu membuat hipotesis secara ilmiah yang
berkaitan dengan fenomena alam yang mereka amati. Selain itu, pembelajaran
fisika di tingkat SMA menghendaki agar siswa mampu menggunakan pemahaman
yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi serta
kegunaannya dalam dunia pekerjaan yang terkait dengan perkembangan teknologi
dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, proses pembelajaran fisika hendaknya
mengembangkan kemampuan bernalar dan berpikir ilmiah siswa. Salah satu unsur
yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran adalah bahan ajar.
Bahan ajar dapat digunakan oleh guru sebagai media penyampaian informasi,
yang di dalamnya memuat berbagai pengetahuan dan dapat menuntun siswa untuk
mengembangkan kemampuan sains.
2.2 Bahan Ajar
2.2.1 Pengertian Bahan Ajar
Salah satu komponen penting penunjang proses pembelajaran adalah
bahan ajar. Informasi dan uraian-uraian yang ingin disampaikan oleh guru
dihimpun dan disajikan dalam bentuk bahan ajar. Abidin (2014:263)
mendefinisikan bahan ajar sebagai seperangkat fakta, konsep, prinsip, prosedur,
dan atau generalisasi yang dirancang secara khusus untuk memudahkan
pengajaran. Bahan ajar sering pula disebut materi pembelajaran (instructional
materials). Materi pembelajaran memuat pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
14
yang harus dipelajari siswa untuk mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan baik tertulis maupun tidak tertulis
yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Bahan ajar dapat berupa bahan ajar cetak, bahan ajar audio,
bahan ajar audio visual maupun bahan ajar interaktif (Majid, 2013 : 173).
Berdasarkan beberapa pegertian tersebut, bahan ajar dapat diartikan
sebagai kumpulan informasi dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan
ajar cetak dalam bentuk buku.
2.2.2 Fungsi Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki fungsi penting bagi pembelajaran. Menurut
Depdiknas sebagaimana dikutip Abidin (2014: 263), beberapa fungsi bahan ajar
adalah sebagai berikut.
(1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan pada siswa.
(2) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari/dikuasainya.
15
(3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Bahan ajar memegang peranan penting bagi guru maupun siswa. Tanpa
bahan ajar akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran,
sedangkan tanpa bahan ajar siswa akan sulit memahami informasi yang
disampaikan oleh guru. Pemilihan bahan ajar yang digunakan tentu saja sangat
mempengaruhi kompetensi yang dicapai siswa. Bahan ajar dengan desain menarik
dan bahasa yang mudah dipahami dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
sehingga proses pembelajaran berlangsung optimal.
2.2.3 Karakteristik Bahan Ajar
Prastowo (2014) menjelaskan ada enam komponen yang berkaitan dengan
unsur-unsur bahan ajar, yaitu:
(1) Petunjuk belajar
Komponen ini menjelaskan tentang bagaimana pendidik sebaiknya
mengajarkan materi kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik
sebaiknya mempelajari materi yang ada dalam bahan ajar tersebut.
(2) Kompetensi yang akan dicapai
Bahan ajar harus menjelaskan dan mencantumkan kompetensi yang akan
dicapai oleh siswa.
(3) Informasi pendukung
Informasi pendukung merupakan berbagai informasi tambahan yang dapat
melengkapi bahan ajar, sehingga peserta didik akan semakin mudah untuk
menguasai pengetahuan yang akan mereka peroleh.
16
(4) Latihan-latihan
Komponen ini merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada
peserta didik untuk melatih kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar.
(5) Petunjuk kerja atau lembar kerja
Petunjuk kerja atau lembar kerja adalah satu atau beberapa lembar kertas
yang berisi sejumlah langkah prosedural cara pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
tertentu yang harus dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan praktik.
(6) Evaluasi
Komponen ini merupakan salah satu bagian dari proses penilaian, karena
dalam komponen ini terdapat sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada peserta
didik untuk mengukur seberapa jauh penguasaan kompetensi yang berhasil
mereka kuasai setelah mengikuti proses pembelajaran.
2.3 Literasi Sains
Secara harfiah literasi berasal dari kata literacy yang berarti melek
huruf/gerakan pemberantasan buta huruf (Echols & Shadily, 2005) sedangkan
istilah sains berasal dari bahasa Inggris science yang berarti ilmu pengetahuan.
R. Harre dalam bukunya The Philosophies of Science menjelaskan bahwa sains
adalah kumpulan teori-teori yang telah diuji kebenarannya, menjelaskan tentang
pola-pola dan keteraturan maupun ketidakteraturan dari gejala yang diamati
dengan seksama (Widowati, 2008).
Programme for International Student Assesment (PISA) mendefinisikan
literasi sains sebagai kemampuan untuk terlibat dengan isu-isu yang berkaitan
17
dengan sains, dan dengan ide-ide sains sebagai warga negara yang reflektif
(OECD, 2013:7). Literasi sains dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan
aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat (Widyaningtyas, 2008). Literasi sains
mengindikasikan bahwa pembelajaran sains tidak hanya terbatas pada pemahaman
konsep, namun lebih terfokus pada aspek proses dan bagaimana penggunaan
konsep tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi di lingkungannya.
Chiappetta et al., (1991) mengungkapkan bahwa ada empat aspek literasi
sains yakni sains sebagai batang tubuh pengetahuan (science as a body of
knowledge), sains sebagai cara untuk menyelidiki (science as a way of
investigating), sains sebagai cara untuk berpikir (science as a way of thinking),
dan interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat (interaction between science,
technology, and society).
2.4 Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Literasi Sains
Bahan ajar dalam konteks kurikulum 2013 sebenarnya sudah disediakan
secara lengkap oleh Kemendiknas. Bahan ajar tersebut disusun dalam bentuk buku
pegangan siswa, buku pegangan guru, pedoman penilaian, bahkan hingga
multimedia pelengkap bahan ajar (Abidin, 2014:264). Namun, bahan ajar yang
telah disusun oleh Kemendiknas tentu saja masih perlu dikembangkan sesuai
dengan kondisi dan karakteristik siswa.
Depdiknas menyatakan bahwa ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar, meliputi prinsip relevansi, konsistensi,
dan kecukupan (Abidin,2014).
18
(1) Prinsip relevansi
Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya ada
kaitan atau hubungannya dengan pencapaian kompetensi intidan kompetensi
dasar. Jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal
fakta, materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta yang bersifat
pemahaman.
(2) Prinsip konsistensi
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang dikuasai
siswa sebanyak empat macam, bahan ajar yang akan diajarkan juga harus
meliputi empat macam.
(3) Prinsip kecukupan
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan
kurang membantu mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, jika terlalu
banyak akan membuang-buang waktu.
Pengembangan bahan ajar pada penelitian ini dilakukan dengan memuat
empat kategori literasi sains sebagai berikut.
(1) Sains sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of knowledge)
Kategori ini digunakan jika tujuan dari teks pada buku adalah menyajikan
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum, menyajikan
19
hipotesis-hipotesis, teori-teori, dan model-model dan meminta siswa untuk
mengingat pengetahuan atau informasi.
(2) Sains sebagai cara untuk menyelidiki (way of investigating)
Kategori ini digunakan jika tujuan dari teks pada buku mengharuskan
siswa untuk menjawab pertanyaan melalui penggunaan materi, grafik, dan tabel,
mengharuskan siswa untuk membuat kalkulasi dan menerangkan jawaban serta
melibatkan siswa dalam eksperimen atau aktivitas berfikir.
(3) Sains sebagai cara berfikir (way of thinking)
Kategori ini digunakan jika tujuan teks pada buku menggambarkan
bagaimana seorang ilmuwan melakukan eksperimen, menunjukkan perkembangan
historis dari sebuah ide, menekankan sifat empiris dan objektivitas ilmu sains,
mengilustrasikan penggunaan asumsi-asumsi, menunjukkan bagaimana ilmu sains
berjalan dengan pertimbangan induktif dan deduktif, memberikan hubungan sebab
dan akibat, mendiskusikan fakta dan bukti, menyajikan metode ilmiah dan
pemecahan masalah.
(4) Interaksi sains, teknologi dengan masyarakat (Interaction of science,
technology, and society)
Kategori ini digunakan jika tujuan dari buku teks menggambarkan
kegunaan ilmu sains dan teknologi bagi masyarakat, menunjukkan efek negatif
dari ilmu sains dan teknologi bagi masyarakat, mendiskusikan masalah-masalah
sosial yang berkaitan dengan ilmu sains atau teknologi, dan menyebutkan karir-
karir dan pekerjaan-pekerjaan di bidang ilmu dan teknologi.
20
Selain mengacu pada keempat aspek literasi sains, proses pengembangan
bahan ajar juga berpedoman pada standar kualifikasi buku teks pelajaran yang
ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2007) yang meliputi
kelayakan isi, kebahasaan, kelayakan penyajian, dan kegrafikan.
2.5 Materi Suhu Dan Kalor
Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar
berbasis literasi sains untuk SMA kelas X yang mengambil materi suhu dan kalor
sesuai dengan KD 3.8 dan KD 4.8 kurikulum 2013. Secara garis besar, materi
buku ajar yang akan dikembangkan meliputi bahasan tentang suhu dan
termometer, pemuaian, kalor dan perubahan wujud serta perpindahan kalor.
Suhu didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda
atau sistem (Foster, 2014). Pada pokok bahasan ini akan dijelaskan bagaimana
sifat termometrik dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan termometer serta
konversi skala termometer.
Setiap zat disusun oleh partikel-partikel kecil yang bergetar. Jika sebuah
benda dipanaskan, partikel-partikel di dalamnya bergetar lebih cepat hingga
saling menjauh. Peristiwa ini disebut sebagai pemuaian. Pemuaian terjadi baik
pada zat padat, cair, ataupun gas. Konsep pemuaian sangat berguna dalam
perancangan bangunan seperti rel kereta api, jembatan baja, atau sambungan
beton di jalan raya.
Kalor merupakan bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya
lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Ada tiga cara kalor berpindah
21
dari suatu benda ke benda lain, yaitu secara konduksi (hantaran), konveksi
(aliran), dan radiasi (pancaran). Konduksi adalah proses perpindahan kalor tanpa
disertai perpindahan partikel karena adanya selisih suhu. Konveksi adalah proses
perpindahan kalor dari satu bagian fluida ke bagian lain oleh pergerakan fluida
itu sendiri sedangkan radiasi adalah perpindahan energi kalor dalam bentuk
gelombang elektromagnet. Konsep perpindahan kalor sering ditemui dalam
kehidupan sehari-hari karena setiap proses kehidupan di bumi melibatkan kalor,
misalnya siklus hidrologi yang memerlukan kalor dari matahari.
2.6 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Berpikir
- Pembelajaran fisika pada tingkat SMA/MA menuntut siswa mampu
menggunakan pemahamannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi
- Kemampuan literasi sains siswa rendah
- Hasil penelitian analisis muatan empat aspek literasi sains dalam buku teks
pelajaran SMA tidak seimbang, lebih condong pada aspek pengetahuan sains
Bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu dan
kalor yang layak
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Literasi
Sains Materi Suhu dan Kalor
Memuat empat aspek literasi sains
22
2.7 Hipotesis
Tidak semua rumusan masalah dalam penelitian ini dihipotesiskan.
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini hanya rumusan masalah keempat, yaitu sebagai berikut.
Ho : peningkatan kemampuan literasi sains siswa yang menggunakan bahan
ajar fisika berbasis literasi sains sama dengan kemampuan literasi sains
siswa yang menggunakan bahan ajar fisika yang biasa digunakan.
Ha : peningkatan kemampuan literasi sains siswa yang menggunakan bahan
ajar fisika berbasis literasi sains lebih tinggi dibandingkan kemampuan
literasi sains siswa yang menggunakan bahan ajar fisika yang biasa
digunakan.
80
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1) Bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu dan kalor yang dikembangkan
memiliki karakteristik muatan literasi sains yaitu 37,89% sains sebagai batang
tubuh pengetahuan, 20,10% sains sebagai cara menyelidiki, 22,75% sains
sebagai cara berpikir:, dan 19,26% interaksi sains, teknologi dan masyarakat.
Karakteristik tersebut dimanifestasikan dalam fitur Ayo Belajar, Mencoba
Yuk, Ayo Berpikir dan Sains dalam Kehidupan.
2) Bahan ajar berbasis literasi sains materi suhu dan kalor dinyatakan layak oleh
tiga validator dengan memperoleh rata-rata persentase 89,58% kelayakan isi,
91,67% kelayakan penyajian, 90,38% untuk aspek bahasa, 90,90% kelayakan
grafis serta 87,34% untuk muatan literasi sains.
3) Tingkat keterbacaan bahan ajar berbasis literasi sains memiliki kriteria mudah
dipahami dengan rata-rata keterbacaan sebesar 74,11%.
4) Penggunaan bahan ajar berbasis literasi sains materi Suhu dan Kalor
memberikan pengaruh terhadap kemampuan literasi sains siswa. Peningkatan
kemampuan literasi sains siswa yang menggunakan bahan ajar berbasis
literasi sains sebesar 0,63 dengan kategori sedang dan siswa yang
menggunakan buku yang dipakai di sekolah sebesar 0,38 dengan kategori
sedang.
81
5.2 Saran
1) Penggunaan sumber ajar kelas kontrol dan eksperimen harus dibedakan
secara jelas. Kelas eksperimen diusahakan hanya menggunakan bahan ajar
yang dikembangkan untuk membatasi faktor lain yang mempengaruhi
kemampuan literasi siswa.
2) Penggunaan bahan ajar sebagai sumber belajar akan lebih baik jika didukung
dengan lembar diskusi dan lembar kerja siswa. Lembar diskusi yang
digunakan saat kegiatan diskusi dapat membantu siswa mengasah
keterampilan berpikir sedangkan lembar kerja yang digunakan saat praktikum
menuntun siswa dalam kegiatan penyelidikan sains.
82
DAFTAR PUSTAKA
Abd-El-Khalick, F, M. Waters & A. Phong Le. 2008. Representations of Nature
of Science in High School Chemistry Textbooks Over the Past Four
Decades. Journal of Research in Science Teaching 45 (7): 835-855.
Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.
Adidendjaja, Y. H. 2008. Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota
Bandung Berdasarkan Literasi Sains. Skripsi. Bandung: Jurusan
Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia.
Agustini, D., I.W. Subagia, & I.N. Suardana.2013.Pengaruh Model Pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat (STM) Terhadap Penguasaan Materi dan
Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di MTs
Negeri Patas. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha, Vol.3.
Amalia, A. 2015. Pengembangan Bahan Ajar IPA Berbasis Literasi Sains
Bertema Sistem Navigasi untuk Kelas IX. Skripsi. Semarang: Jurusan
Fisika Universitas Negeri Semarang.
Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi 2). Jakarta: Bumi
Aksara.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: AlfaBeta
BSNP. 2007. Kegiatan Penilaian Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan
Menengah. Buletin BSNP, 2 (1): 14-23.
Carin, A.A. 1997. Teaching Science Through Discovery. Ohio: Merrill Publising
Co.
Chiappetta, E.L., D.A Fillman, & G.H. Sethna. 1991. A Method to Quantify
Major Themes of Scientific Literacy in Science Textbooks. Journal Of
Research In Science Teaching, 28(8): 713-725.
Echols, J.M. & H. Shadily. 2005. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.
83
Eggen, P & D. Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berpikir. Diterjemahkan oleh Satrio Wahono.
2012. Jakarta: Indeks.
Firman, H. 2007. Analisis Literasi Sains berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun
2006. Jakarta: Pusat penelitian Pendidikan Balitbang Depdiknas.
Foster, B. 2014. Akselerasi Fisika untuk SMA/MA kelas X. Bandung: Penerbit
Duta.
Ghufron, A. 2007. Panduan Penelitian dan Pengembangan Bidang Pendidikan
dan Pembelajaran. Yogyakarta : Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Yogyakarta.
Hafiyani, N. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Literasi Sains Materi
Elastisitas Zat Padat. Skripsi. Semarang: Jurusan Fisika Universitas
Negeri Semarang.
Hake, R. R. 1998. Interactive Engagement vs Traditional Methods: a Six
Thousands Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory
Physics Courses. American Journal of Physics, 661(1): 1.
Hamalik, O. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hastiti, N. A. 2014. Analisis Buku Ajar Mata Pelajaran IPA SMP Kelas VII
Berdasarkan Literasi Sains di Kota Semarang. Skripsi. Semarang: Jurusan
Fisika Universitas Negeri Semarang.
Hidayani, F, A. Rusilowati & Masturi. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Literasi Sains Materi Fluida Statis. Unnes Physics Education Journal 5(3).
Istiana, N, Sarwi & Masturi. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
STAD Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses
Belajar Fisika Siswa SMP Kelas VIII. Unnes Physics Education Journal 5
(1): 63-69.
Kanginan, M. 2013. FISIKA untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Erlangga.
Kartika, E. 2004. Memacu Minat Membaca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Penabur, 3 (3): 119-128.
Kemdikbud. 2012. Analisis Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Literasi Membaca
Melalui Studi Internasional PIRLS 2011. Tersedia di
http://litbang.kemdikbud.go.id [diakses 01-09-2016].
84
Khasanah, R. A. N, Sarwi & Masturi. 2015. Implementasi Model Project Based
Learning Berbantuan LKS untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
Fisika dan Performance Siswa. Unnes Physics Education Journal 4 (2):
83-89.
Lutfa, A, Sugianto & Sulhadi. 2014. Penerapan Model Pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses
Sains Pada Siswa SMA. Unnes Physics Education Journal 3 (2): 78-83.
Maghfiroh, U & Sugianto. 2011. Penerapan Pembelajaran Fisika Bervisi SETS
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Analitis Peserta Didik Kelas
X. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (7): 6-12.
Majid, A. 2013. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Kompetensi Guru.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mansour, N. 2009. Science-Technology-Society (STS): A new paradigm in
Science Education. Bulletin of science, technology and society. 29 (4):
287-297.
Mariana, M.A & W. Praginda. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. Bandung:
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
Marti, N. W. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Pesawat Sederhana untuk
Siswa Sekolah Dasar Berbasis Multimedia. Seminar Internasional ISSN
1907-2066. Buleleng: Universitas Pendidikan Ganesha.
Maturradiyah, N. & A. Rusilowati. 2015. Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas
XII di Kabupaten Pati Berdasarkan Muatan Literasi Sains. Unnes Physics
Education Journal, 4(1):16-20.
Nisaa, R. A, D. Rochintaniawati & A. Fitriani. 2015.Analisis Buku Biologi Kelas
X Berdasarkan Muatan Literasi Sains. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
OECD. 2013. PISA 2015 Draft Science Framework. Paris: OECD. Tersedia di
http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/Draft%20PISA%202015%20Scien
ce%20Framework%20.pdf [diakses 13-01-2016].
OECD-PISA. 2012. PISA 2012 Results in Focus. Paris: OECD-PISA. Tersedia di
http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf
[diakses 24-08-2015].
85
Prastowo, A. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press.
Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai
Pustaka.
Rusilowati, A & A. Sopyan. 2011. Pengembangan Concept-Mapping Assesment
untuk Mengukur Kemampuan Mahasiswa Mengkonstruk Konsep
Elektronika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7: 13-16.
Rusilowati, A. 2013. Peningkatan Literasi Sains Siswa Melalui Pengembangan
Instrumen Penilaian: Pidato Pengukuhan Profesor. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Rusilowati, A. 2014. Pengembangan Instrumen Penilaian. Semarang: Unnes
Press.
Safitri, A. D, A. Rusilowati & Sunarno. 2015. Pengembangan Bahan Ajar IPA
Terpadu Berbasis Literasi Sains Bertema Gejala Alam. Unnes Physics
Education Journal 4 (2): 32-40.
Sandi, M. I. 2013. Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas X di Kota Bandung
Berdasarkan Kategori Literasi Sains. Skripsi. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sari, D. L, A. Rusilowati & S. Linuwih. 2015 Pengembangan Bahan Ajar IPA
Terpadu Berbasis Literasi Sains Bertema Gejala Alam. Unnes Physics
Education Journal 4 (3): 36-42.
Sudijono, A. 2008. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulistyani, A, Sugianto & Mosik. 2015. Metode Diskusi Buzz Group dengan
Analisis Gambar untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa.
Unnes Physics Education Journal 5 (1): 12-17.
Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pusaka Pelajar.
86
Susanti, M, A. Rusilowati & H. Susanto. 2015. Pengembangan Bahan Ajar IPA
Berbasis Literasi Sains Bertema Listrik dalam Kehidupan untuk Kelas IX.
Unnes Physics Education Journal 4 (3): 43-49.
Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media Group.
Vesterinen, V. M, M. Aksela & J. Lavonen. 2013. Quantitative Analysis of
Representations of Nature of Science in Nordic Upper Secondary School
Textbooks Using Framework of Analysis Based on Philosophy of
Chemistry. Journal Science and Education 22 (7): 1839-1855.
Widodo, A.T. 1995. Modifikasi Teks Rumpang untuk Buku Ajar MIPA. Semarang:
Lembaga Penelitian IKIP Semarang.
Widowati, A. 2008. Diktat Pendidikan Sains. Yogyakarta: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Yogyakarta.
Widyaningtyas. 2008. Pembentukan Pengetahuan Sains, Teknologi dan
Masyarakat dalam Pandangan Pendidikan IPA.Tersedia di
http://www.educare.efkipunla.net/ [diakses 11-11-2016].
Wilkinson, J. 1999. A Quantitative Analysis of Physics for Scientific Literacy
Themes. Research in Science Education, 29(3): 385-399.
Yuliyanti, T. E & A. Rusilowati. 2014.Analisis Buku Ajar Fisika SMA Kelas XI
Berdasarkan Muatan Literasi Sains di Kabupaten Tegal. Unnes Physics
Education Journal 3 (2): 68-72.
Zemansky, M.W & R.H. Dittman. 1982. Kalor dan Termodinamika.
Diterjemahkan oleh Suroso. 1986. Bandung: Penerbit ITB.