Pengembangan Bahan Ajar
-
Upload
betty-putrii-anwar -
Category
Documents
-
view
207 -
download
1
Transcript of Pengembangan Bahan Ajar
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
I. Pendahuluan
Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang guru adalah
mengembangkan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar sangat penting dilakukan
oleh guru agar pembelajaran lebih efektif, efisien, dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan di capai. Kompetensi mengembangkan bahan ajar
idealnya telah dikuasai guru secara baik, namun pada kenyataannya masih banyak
guru yang belum menguasainya, sehingga dalam melakukan proses pembelajaran
masih banyak yang bersifat konvensional dan menggunakan buku teks yang jual
di pasaran. Dampak dari pembelajaran seperti ini antara lain pembelajaran
berpusat pada guru yang menyebabkan siswa kurang aktif dan bahan ajar yang
digunakan tidak sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah,
Terdapat sejumlah alasan mengapa guru perlu untuk mengembangkan
bahan ajar, antara lain; ketersediaan bahan ajar yang sesuai tuntutan
kurikulum, karakteristik siswa, dan kondisi lingkungan belajar. Pengembangan
bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang
akan dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Dengan
pertimbangan kurikulum ini, maka sebelum bahan ajar dikembangkan hal yang
harus dilakukan oleh pengembang adalah mendesain bahan ajar dengan langkah-
langkah yang benar sehingga akan dihasilkan bahan ajar yang tepat sehingga lebih
bermanfaat bagi penggunanya.
Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati
posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah
bahan ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar
suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah
ataupun memperdalam isi kurikulum. Adalah hal yang bijak jika guru sendiri yang
mengembangkan bahan ajar. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat
diperoleh dari berbagai sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahuan
sendiri, ataupun penggalian informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun
1
teman sejawat. Demikian pula referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media
massa, internet, dan lain lain.
Merujuk pada alasan pentingnya seorang guru mengembangkan bahan ajar
maka dalam makalah ini akan dibahas bagaimana mengembangkan bahan ajar
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa.
II. Pembahasan
Pengertian Bahan Ajar
Menurut Gafur (2004) bahan ajar adalah pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Bahan ajar
tersebut berisi materi pelajaran yang harus dikuasai oleh guru dan disampaikan
kepada siswa. Sedangkan menurut Mulyasa (2006), bahan ajar atau materi
pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri
dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau
nilai.
Mulyasa (2006), juga menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan salah satu
bagian dari sumber belajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan
pembelajaran, baik yang diniatkan secara khusus maupun bersifat umum yang
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran. Dengan kata lain bahan ajar
adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa
berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan
tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk belajar,
mengantisipasi kesukaran belajar peserta didik sehingga menyediakan bimbingan
bagi peserta didik untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang
banyak, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada peserta
didik secara individual (learner oriented).Biasanya, bahan ajar bersifat mandiri,
2
artinya dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri karena sistematis dan
lengkap (Panen, Purwanto, 1997).
Sistematika Penulisan Bahan Ajar.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan
ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi
pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan (Anonim,
2006).
1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan
atau ada kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Misalnya, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa
menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa
fakta atau bahan hafalan.
2. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga
harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
3. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi
tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit
akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga
yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun dengan tujuan:
1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai
dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
3
2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di
samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Manfaat bagi guru
1. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik.
2. Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk
diperoleh.
3. Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai
referensi.
4. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam
menulis bahan ajar.
5. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan
peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada
gurunya.
6. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
Manfaat bagi peserta didik
1. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
2. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan
terhadap kehadiran guru.
3. Mendapatkan fasilitas dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus
dikuasainya
Macam-macam Pengembangan Bahan Ajar
Menurut Suparman (2012), ada tiga macam pengembangan bahan
instruksional, yaitu pengembangan bahan belajar mandiri, pengembangan bahan
pengajaran konvensional dan pengembangan bahan model pengajar, bahan dan
siswa (PBS).
1. Pengembangan Bahan Belajar Mandiri
Bahan belajar mandiri dikembangkan bila dalam pelaksanaan kegiatan
instruksional mahasiswa belajar secara mandiri tanpa tergantung kepada
4
kehadiran pengajar. Bahan instruksional tersebut adalah gurunya. Bahan belajar
mandiri mempunyai empat ciri pokok, yaitu:
a. Mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri. Uraian dalam bahan
itu jelas sehingga tidak perlu penjelasan tambahan dari pengajar atau sumber
lain;
b. Dapat dipelajari oleh mahasiswa sesuai dengan kecepatan belajar masing-
masing. Dalam bahan tersebut telah terdapat petunjuk kapan mahasiswa boleh
terus maju ke bagian berikutnya dan kapan harus mengulang mempelajari
bahan belajar yang sama atau bahan yang lain. Mahasiswa yang mampu
belajar dengan cepat dapat maju terus tanpa perlu menunggu mahasiswa lain
yang lebih lambat. Sebaliknya mahasiswa yang lambat tidak perlu merasa
tertinggal dan memburu kecepatan mahasiswa yang lebih cepat;
c. Dapat dipelajari oleh mahasiswa menurut wktu dan tempat yang dipilihnya;
d. Mampu membuat mahasiswa aktif melakukan sesuatu pada saat belajar,
seperti mengerjakan latihan, tes atau kegiatan praktik. Mahasiswa belajar
tidak sekedar membaca buku, mendengarkan kaset audio/radio, melihat
program video atau televisi.
Untuk memproduksi bahan belajar mandiri, pendesain instruksional
dengan bantuan strategi instruksional melakukan langkah-langkah berikut ini:
a. Memilih dan mengumpulkan bahan instruksional yang kebetulan tersedia di
lapangan dan relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi
instruksional. Bahan-bahan tersebut berbentuk buku, bab tertentu dalam buku,
dan program media udiovisual;
b. Mengadaptasikan bahan instruksional tersebut ke dalam bentuk bahan belajar
mandiri dengan mengikuti startegi instruksional yang telah disusun
sebelumnya. Bila ternyata tidak ada yang sesuai, pengembang instruksional
harus mulai menulis bahan belajar sendiri;
c. Meneliti kembali konsistensi isi bahan belajar tersebut dengan strategi
instruksional;
5
d. Meneliti kualitas teknis dari bahan tersebut, yang meliputi tiga hal sebagai
berikut:
1) Bahasa yang sederhana dan relevan
Sedapat mungkin modul yang dikembangkan menggunakan bahasa
yang mudah dan konsisten dengan terminologi yang biasa digunakan dalam
bidang pengetahuan yang bersangkutan.
2) Bahasa yang komunikatif
Bahasa yang digunakan dalam modul disusun dengan bahasa yang
mencerminkan pembicaraan langsung dari seorang pengajar atau pelatih
kepada seorang mahasiswa yang membacanya atau mendengarnya.
3) Desain fisik
Desain fisik dari suatu modul, khususnya yang berbentuk media cetak,
harus artistik, rapi, menarik dan diketik dengan jelas serta tidak terlalu rapat.
Sedangkan desain fisik yang noncetak harus jelas bila didengar atau dilihat
gambarnya, baik kualitas bahan bakunya, pengemasannya maupun
kemudahan dalam menyimpannya.
2. Pengembangan Bahan Pengajaran Konvensional
Bahan pengajaran konvensional sangat terbatas jumlahnya karena yang
menjadi poin pokok kegiatan instruksional ini adalah pengajar dan bahan-bahan
pengajaran. Pengajar menyajikan isi pelajaran dengan urutan, metode dan waktu
yang telah ditentukan dalam strategi instruksional. Berikut ini adalah langkah-
langkah dalam mengembangkan bahan pengajaran konvensional:
a. Menulis deskripsi singkat isi pelajaran tersebut yang disimpulkan dari seluruh
subkomponen D(Deskripsi Singkat) pada strategi instruksional untuk seluruh
TIK;
b. Menulis topik dan jadwal pelajaran yang diangkat dari setiap subkomponen D
dan waktu yang dibutuhkan pengajar pada strategi instruksional;
c. Menyusun tugas dan jadwal penyelesaiannya yang diharpakan dilakukan
mahasiswa. Daftar tersebut meliputi seluruh Latihan (L) yang terdapat dalam
strategi instruksional;
6
d. Menyusun cara pemberian nilai hasil pelaksanaan tugas dan tes.
C. Pengembangan Bahan PBS
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengembangan bahan PBS, yaitu:
1. Memilih dan mengumpulkan bahan instruksional yang kebetulan tersedia di
lapangan dan relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi
instruksional. Bahan tersebut berbentuk media cetak dan audiovisual;
2. Menyusun bahan tersebut sesuai dengan urutan pada U (Uraian) yang terdapat
dalam strategi instruksional;
3. Mengidentifikasi bahan-bahan yang tidak diperoleh dari lapangan untuk
ditutup dengan penyajian pengajar;
4. Menyusun program pengajaran;
5. Menyusun petunjuk cara menggunakan bahan instruksional yang dibagikan
kepada mahasiswa.
D. Penyusunan Bahan Ajar
Prosedur Pengembangan Bahan Ajar. Ada beberapa langkah dalam
mengembangkan bahan ajar yaitu:
1. Menganalisis kebutuhan instruksional yang menghasilkan perilaku-perilaku
umum yang dibuat dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU);
2. Menganalisis tujuan instruksional dengan menjabarkan perilaku-perilaku
umum dari TIU menjadi perilaku-perilaku khusus yang menghasilkan perilaku-
perilaku yang diharapkan dimiliki oleh siswa;
3. Menganalisis karakteristik siswa dan lingkungan menghasilkan perilaku-
perilaku khusus yang sudah dimiliki oleh siswa;
4. Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang diperoleh dari perilaku-
perilaku khusus yang diharapkan dan perilaku-perilaku khusus yang sudah
dimiliki siswa.
E. Penyusunan Pengembangan Bahan Ajar
7
1. Mengidentifikasi Kebutuhan Instruksional dan Menulis Tujuan
Instruksional Umum
Mengidentifikasi kebutuhan instruksional adalah suatu proses untuk: a)
menentukan kesenjangan penampilan siswa yang disebabkan kekurangan
kesempatan mendapatkan pendidikan dan pelatihan pada masa lalu; b)
mengidentifikasi bentuk kegiatan instruksional yang paling tepat; c) menentukan
populasi sasaran yang dapat mengikuti kegiatan instrusional tersebut.
Langkah ini merupakan titik tolak dan sumber bagi langkah-langkah
berikutnya. Desain produk instruksional yang akan di analisis adalah pelajaran
kimia yaitu:
- Kebutuhan Instruksional /Standar Kompetensi (SK)
4 Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
- Tujuan Instruksional Umum (TIU)/Kompetensi Dasar (KD)
4,4 Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan
garam tersebut.
2. Melakukan Analisis Instruksional
Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi
perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan tersebut
dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat
menggambarkan perilaku umum secara terperinci. Perilaku-perilaku khusus
disusun sesuai dengan kedudukannya, misalnya kedudukannya sebagai perilaku
prasyarat, perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangsung lebih dulu,
perilaku yang menurut proses psikologi muncul lebih dulu atau secara kronologis
terjadi lebih awal.
Dalam tahap ini perilaku yang akan dijabarkan adalah perilaku yang
menjadi Tujuan Instruksional Umum ( TIU/KD), yaitu: 4.4 Menentukan jenis
garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut.
Perilaku-perilaku yang dijabarkan antara lain:
1. Mengetahui spesi asam dan basa.
2. Mengetahui asam/basa kuat dan lemah
3. Menjelaskan definisi garam
8
4. Menyebutkan contoh garam
5. Menjelaskan pengertian hidrolisis garam
6. Menjelaskan jenis-jenis hidrolisis garam
7. Menghitung harga pH garam berdasarkan jenis hidrolisisnya
8. Membuktikan jenis hidrolisis garam melalui percobaan
3. Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa.
Mengidentifikasi perilaku awal siswa dimaksudkan untuk mengetahui
siapa kelompok sasaran, populasi sasaran, serta sasaran didik dari kegiatan
instruksional. Istilah tersebut digunakan untuk menanyakan siswa yang mana
atau siswa sekolah apa, serta sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang
telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti pelajaran tersebut.
No
.
Perilaku Khusus Dimilik
i
Belum
Dimilik
i
1. Mengetahui spesi asam dan basa.
2. Mengetahui asam/basa kuat dan lemah
3. Menjelaskan definisi garam
4. Menyebutkan contoh garam
5. Menjelaskan pengertian hidrolisis garam
6. Menjelaskan jenis-jenis hidrolisis garam
7. Menghitung harga pH garam berdasarkan
jenis hidrolisisnya
8 Membuktikan jenis hidrolisis garam melalui
percobaan
4. Menulis Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) terjemahan dari specific instructional
objective. Literature asing menyebutkan pula sebagai objective atau enabling
objective untuk membedakannya dari general instructional objective,
9
goal, atau terminal objective, yang berarti tujuan instructional umum (TIU) atau
tujuan instruktional akhir. TIK dirumuskan dalam bentuk kata kerja yang dapat
dilihat oleh mata (observable). TIK merupakan satu-satunya dasar untuk
menyusun kisi-kisi tes, karena itu TIK harus mengandung unsur-unsur yang dapat
memberikan petunjuk kepada penyusun tes agar dapat mengembangkan tes yang
benar-benar dapat mengukur perilaku yang terdapat di dalamnya.
Unsur-unsur dalam TIK dikenal dengan ABCD yang berasal dari kata
sebagai berikut: A = Audience, B = Behaviour, C = Condition, dan D =
Degree. Audience adalah siswa yang akan belajar, behavior adalah perilaku
spesifik yang akan dimunculkan oleh siswa setelah selesai proses belajarnya
dalam pelajaran tersebut, condition adalah kondisi atau batasan yang dikenakan
kepada siswa atau alat yang digunakan siswa pada saat di tes (bukan pada saat
belajar), dan degree adalah tingkat keberhasilah siswa dalam mencapai perilaku
tersebut.
Berdasarkan perilaku khusus yang sudah di analisa pada tahap sebelumnya
didapatkan empat perilaku khusus yang belum dimiliki oleh siswa yang menjadi
tujuan instruksional khusus (TIK). Berikut empat TIK yang di dapatkan:
Perilaku khusus yang belum di kuasai Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Menjelaskan pengertian hidrolisis
garam
A. Siswa dapat menjelaskan
pengertian hidrolisis garam dengan
benar
Menjelaskan jenis-jenis hidrolisis
garam
B. Setelah diberikan contoh jenis
reaksi hidrolisis garam, siswa dapat
menjelaskan jenis-jenis hidrolisis
garam.
Menghitung harga pH garam
berdasarkan jenis hidrolisisnya
C. Setelah dijelaskan perhitungan pH
garam, siswa dapat menghitung
pH garam yang terhidrolisis
dengan tepat.
Membuktikan jenis hidrolisis garam
melalui percobaan
D. Setelah dilakukan percobaan
hidrolisis garam, siswa dapat
10
membuktikan jenis hidrolisis
garam yang diuji dengan benar.
5. Menulis Tes Acuan Patokan
Tes acuan patokan dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan
setiap siswa terhadap perilaku yang tercantum dalam TIK. Adapun langkah-
langkah dalam menyusun tes acuan patokan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan tes
Tes yang dibuat ini digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan instruksional khusus (TIK),
Memberikan umpan balik bagi siswa tentang hasil belajar siswa dalam setiap
tahap proses belajarnya, dan menilai efektifitas sistem instruksional secara
keseluruhan (Suparman, 2012).
b. Membuat tabel spesifikasi
TIK Bobot
Kompetensi
Alat Penilaian Jumlah Butir
Tes
1 2 3 4
A 10% Tes Esai 1
B 20% Tes Esai 2
C 30% Tes Esai 2
D 40% Tes kinerja 1
100% 6
Penilaian Psikomotor/unjuk kerja
Aspek
yang di nilai
Indikator Skor Nilai
Tahap Mengecek kelengkapan dan kesesuaian 5-10
11
persiapan alat dan bahan sesuai dengan yang
tercantum di LKS
Tahap
Pelaksanaan
Menaruh potongan kertas lakmus biru
dan lakmus merah pada pelat tetes.
5-10
praktikum Meneteskan masing-masing larutan
pada kertas lakmus.
5-10
Mengamati perubahan warna yang
terjadi dan mencatat hasil pengamatan.
5-10
Membersihkan alat-alat yang digunakan
selama praktikum
5-10
Membersihkan tempat kerja setelah
praktikum selesai.
5-10
Tahap Akhir Mengorganisasikan data hasil
pengamatan
5-10
Menganalisis hasil pengamatan untuk
menentukan sifat garam
5-10
Menjawab semua pertanyaan di LKS 5-10
Menarik kesimpulan dari hasil
praktikum
5-10
Jumlah nilai 50-100
c. Menulis butir tes
No
TIK
Pertanyaan Skor
A Apa pengertian dari hidrolisis garam 10
B Dari reaksi hidrolisis garam dibawah ini:
a. CH3COONa → CH3COO- + Na+
CH3COO- + H2O → CH3COOH + OH-
b. NH4Cl → NH4+ + Cl-
20
12
NH4+ + H2O → NH4OH + H+
Jelaskan jenis reaksi hidrolisis garam dan sifat garam
tersebut!
C Berapa harga pH dari larutan berikut:
a. Garam NH4Cl 0,05M ( Kb NH4Cl = 2.10-5)
b. Garam CH3COONa sebanyak 8,2 gram dilarutkan
dalam 10 ml air, Ka CH3COONa = 10-5
30
D Isilah tabel hasil pengamatan dari percobaan, dan
jawablah pertanyaan untuk mendapatkan kesimpulan
dari percobaan hidrolisis!
(soal terlampir di dalam LKS)
40
Total 100
d. Merakit tes
Butir tes yang telah selesai ditulis dan dikelompokkan atas dasar jenis
kemudian diberi nomor urut. Pada saat tes siswa diberi petunjuk untuk
menuliskan jawabannya, diberikan petunjuk tentang waktu yang diperlukan
untuk menjawab tes, dan skor tiap soal tes. Petunjuk harus sederhana, singkat
dan jelas:
Berikut petunjuk soal tes yang di desain:
Petunjuk:
1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat.
2. Waktu pengerjaan soal selama 45 menit.
e. Membuat kunci jawaban
Pertanyaan:
1. Apa pengertian dari hidrolisis garam
2. Dari reaksi hidrolisis garam dibawah ini:
a. CH3COONa → CH3COO- + Na+
CH3COO- + H2O → CH3COOH + OH-
b. NH4Cl → NH4+ + Cl-
13
NH4+ + H2O → NH4OH + H+
Jelaskan jenis reaksi hidrolisis garam dan sifat garam tersebut!
3. Berapa harga pH dari larutan berikut:
a. Garam NH4Cl 0,05M (Kb NH4Cl = 2.10-5)
b. Garam CH3COONa sebanyak 8,2 gram dilarutkan dalam 10 ml air, Ka
CH3COOH = 10-5
4. Berikut ini adalah garam-garam yang diuji:
Ammonium sulfat, Kalsium sulfat, Kalsium klorida, Aluminium sulfat,
Ammonium klorida, Natrium klorida, Barium klorida, Natrium sulfat,
Natrium karbonat, Kalsium karbonat.
Pertanyaan:
a. Bagaimana perubahan warna pada kertas lakmus jika diujikan pada
larutan yang bersifat asam? Bagaimana pula jika dilakukan pada
larutan yang bersifat basa dan larutan yang bersifat netral?
b. Kelompokkan larutan garam yang bersifat asam, basa, dan netral!
c. Mengapa beberapa larutan yang termasuk larutan garam mempunyai
sifat asam atau basa atau netral? Jelaskan dengan teori hidrolisis!
d. Jelaskan pengertian dari :
a. garam terhidrolisis sebagian
b. garam terhidrolisis seluruhnya
c. garam tidak terhidrolisis
Jawaban:
1. Hidrolisis garam adalah reaksi penguraian garam oleh air menjadi ion-ion
penyusun garam tersebut.
2. a. Jenis hidrolisis parsial bersifat basa
b. Jenis hidrolisis parsial bersifat asam
3. a. pH = - log √ KwKb
. M
= -log √ 10−14
2.10−5. 5.10−2
= -log √25.10−12
14
= -log 5.10−6
pH = 6 – log 5
b. M = grMr
.1000
v =
8,282
.100010
= 0,1
pH = 14 – log √ KwKa
. M
= 14 – log √ 10−14
10−5. 10−1
= 14 – log √10−10
pH = 14 – 5 = 9
4. a. Sifat garam
Kertas lakmusSifat garam
Merah Biru
Merah Merah Asam
Biru Biru Basa
Merah Biru Netral
b. Asam : Ammonium sulfat, alumunium sulfat, amonium klorida.
Basa : Natrium karbonat, kalsium karbonat.
Netral : Kalsium klorida, kalsium sulfat, natrium klorida, natrium sulfat.
c. Asam : asam kuat + basa lemah
Basa : Basa kuat + asam lemah
Netral : Asam kuat + basa kuat
d. Pengertian dari
- Garam terhidrolisis sebagian adalah garam yang berasal dari asam
kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat.
15
- Garam terhidrolisis total adalah garam yang berasal dari asam lemah
dan basa lemah.
- Garam yang tak terhidrolisis garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat.
6. Menyusun Strategi Instruksional
Strategi instruksional dalam menyampaikan materi atau isi pelajaran harus
secara sistematis, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh
siswa secara efektif dan efisien. Dalam strategi instruksional terkandung empat
pengertian sebagai berikut: a) urutan kegiatan instruksional, yaitu urutan kegiatan
guru dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa; b) metode instruksional,
yaitu cara guru mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses
belajar secara efektif dan efisien; c) media instruksional, yaitu peralatan dan
bahan instruksional yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan instruksional;
dan d) waktu yang digunakan dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan
instruksional.
Berikut startegi instruksional yang dibuat untuk mencapai empat tujuan
instruksional khusus.
TIK A : Siswa dapat menjelaskan pengertian hidrolisis garam dengan benar
Uraian kegiatan instruksional Metode MediaWaktu (menit)
Guru Siswa Jml
1 2 3 4 5 6 7
PENDAHULUAN
Deskripsi
singkat
Materi ini membahas
tentang pengertian
hidrolisis garam
Slide
ppt,
LCD
2 - 2
Relevansi
dan
manfaat
Siswa dapat mengetahui
bahwa garam dapat
terurai oleh air
Ceramah
Slide
ppt,
LCD
2 - 2
16
TIK
Siswa dapat menjelaskan
pengertian hidrolisis
garam dengan benarCeramah
Slide
ppt, L
LCD
1 - 1
KEGIATAN INTI
UraianPenjelasan tentang
pengertian hidrolisis
garam
Ceramah
dan
tanya
jawab
Slide
ppt,
LCD
5 - 5
PENUTUP
Tes
formatif
dan umpan
balik
Siswa menyebutkan
pengertian hidrolisis
garam
Tanya
jawab
Slide
ppt,
LCD
2 2 4
Tindak
lanjut
Mengulangi kembali
pengertian dari hidrolisi
garam
Ceramah
Slide
ppt,
LCD
1 - 1
Jumlah 13 2 15
TIK B : Setelah diberikan contoh jenis reaksi hidrolisis garam, siswa dapat
menjelaskan jenis-jenis hidrolisis garam.
Uraian kegiatan instruksional Metode MediaWaktu (menit)
Guru Siswa Jml
1 2 3 4 5 6 7
PENDAHULUAN
Deskripsi
singkat
Materi ini membahas
tentang jenis-jenis
hidrolisis garam
Slide
ppt,
LCD
2 - 2
Relevansi Dari reaksi hidrolisis Ceramah Slide 2 - 2
17
dan
manfaat
garam dapat diketahui
jenis hidrolisis garam dan
sifat garamnya.
ppt,
LCD
TIK
Siswa dapat menjelaskan
jenis-jenis hidrolisis
garam.Ceramah
Slide
ppt,
LCD
1 - 1
KEGIATAN INTI
Uraian
- Membagi kelompok
- Penjelasan reaksi
hidrolisis garam
- Diskusi kelompok
tentang jenis
hidrolisis garam
ceramah,
diskusi,
tanya
jawab
Slide
ppt,
LCD
30 - 30
Contoh
Diberikan contoh 3
reaksi jenis hidrolisis
garam.
ceramah
Slide
ppt,
LCD
10 - 10
Latihan
Siswa diminta untuk
menjelaskan jenis
hidrolisis garam
tanya
jawab- 10 10
PENUTUP
Tes
formatif
dan umpan
balik
Siswa diminta untuk :
- menjelaskan
penentuan jenis
hidrolisis garam.
- menyimpulkan
tentang jenis
hidrolisis garam
Tanya
jawab
5 10 15
Tindak
lanjut
Menyimpulkan kembali
materi yang dipelajari
Ceramah Slide
ppt,
5 - 5
18
dan menugaskan siswa
mempelajari materi
berikutnya.
LCD
Jumlah 55 20 75
TIK C : Setelah dijelaskan perhitungan pH garam, siswa dapat menghitung pH
garam yang terhidrolisis dengan tepat.
Uraian kegiatan instruksional Metode MediaWaktu (menit)
Guru Siswa Jml
1 2 3 4 5 6 7
PENDAHULUAN
Deskripsi
singkat
Materi ini membahas
tentang perhitungan pH
garam.
Slide
ppt,
LCD
2 - 2
Relevansi
dan
manfaat
Dari jenis hidrolisis dan
sifat garam dapat
diprediksi pH garam.
Ceramah
Slide
ppt,
LCD
2 - 2
TIK
siswa dapat menghitung
pH garam dengan tepat. Ceramah
Slide
ppt,
LCD
1 - 1
KEGIATAN INTI
Uraian
Guru menjelaskan rumus
pH dari masing-masing
jenis reaksi hidrolisis
garam.
ceramah,
tanya
jawab
Slide
ppt,
LCD
30 - 30
Contoh
Diberikan contoh
perhitungan pH garam
yang terhidrolisis.
ceramah
Slide
ppt,
LCD
15 - 15
Latihan Siswa diminta untuk tanya - 15 15
19
menghitung pH garam
yang terhidolisis.jawab
PENUTUP
Tes
formatif
dan umpan
balik
Siswa diminta untuk
menghitung pH garam
yang terhidrolisis.Tanya
jawab
5 15 20
Tindak
lanjut
Menyimpulkan kembali
materi yang dipelajari
dan menugaskan siswa
mempersiapkan
praktikum di pertemuan
berikutnya.
Ceramah
Slide
ppt,
LCD
5 - 5
Jumlah 55 20 90
TIK D : Setelah dilakukan percobaan hidrolisis garam, siswa dapat membuktikan
jenis hidrolisis garam yang diuji dengan benar.
Uraian kegiatan instruksional Metode MediaWaktu (menit)
Guru Siswa Jml
1 2 3 4 5 6 7
PENDAHULUAN
Deskripsi
singkat
Pertemuan ini
dilaksanakan praktikum
di laboratorium
Ceramah
Slide
ppt,
LCD
2 - 2
Relevansi
dan
manfaat
Dengan praktikum
hidrolisis garam maka
siswa dapat
Ceramah Slide
ppt,
LCD
2 2
20
membuktikan jenis
hidrolisis dan kisaran pH
nya.
TIK
Setelah dilakukan
percobaan hidrolisis
garam, siswa dapat
membuktikan jenis
hidrolisis garam yang
diuji
Ceramah
Slide
ppt,
LCD
1 - 1
KEGIATAN INTI
UraianDilakukan praktikum
sesuai dengan petunjuk
di LKS.
Praktikum
Alat
dan
bahan
10 5 20
Contoh
Awalnya guru
mendemonstrasikan cara
menguji garam dan
menentukan kisaran pH
garam.
Demon-
strasi.
Alat
dan
bahan
15 5 20
Latihan
Siswa diminta untuk
mencoba menguji sendiri
dengan bimbingan guru.Praktikum
Alat
dan
bahan
2 10 12
PENUTUP
Tes
formatif
dan umpan
balik
Siswa menentukan jenis
hidrolisis garam dan
kisaran pH dari garam
yang diuji. Dan
menjawab pertanyaan
Diskusi
kelompok
LKS 3 30 16
21
yang ada di LKS
Tindak
lanjut
Penjelasan kembali
bagian-bagian yang
belum di-pahami oleh
siswa.
Guru menugaskan siswa
untuk membuat laporan
praktikum
Ceramah 2 - 2
Jumlah 30 30 90
7. Mengembangkan Bahan Instruksional
Pemilihan format media dalam pembelajaran virtual kadang-kadang tidak
sesuai dalam pratek, walaupun secara teori telah dilakukan dengan benar. Untuk
itu diperlukan kompromi untuk mendapatkan produk pembelajaran yang sesuai
dengan lingkungan belajar.
Tahapan yang akan dicapai dalam mengembangkan bahan instruksional
adalah sebagai berikut: a) menjelaskan faktor yang mungkin menyebabkan
perbaikan dalam pemilihan media dan sistem penyampaian agar sesuai dengan
kegiatan instruksional; b) menjelaskan dan menyebutkan paket dalam komponen
instruksional; c) menjelaskan peran desainer dalam pengembangan materi dan
penyampaian kegiatan instruksional; d) menjelaskan prosedur untuk
mengembangkan bahan instruksional yang sesuai dengan strategi instruksional; e)
membuat bahan instruksional berdasarkan strategi instruksional.
Berikut bahan ajar yang dibuat untuk pemenuhan stategi instruksional:
- Slide Presentasi (media powerpoint) terlampir.
- LKS praktikum
PRAKTIKUM KIMIA
HIDROLISIS GARAM
22
Standar Kompetensi 4 :
Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.
Kompetensi Dasar 4.4 :
Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan
garam tersebut.
Indikator :
1. Siswa dapat membuktikan jenis hidrolisis garam yang diuji.
Tujuan :
Setelah dilakukan percobaan hidrolisis garam siswa dapat:
1. Setelah dilakukan percobaan hidrolisis garam, siswa dapat membuktikan jenis
hidrolisis garam yang diuji dengan benar.
Alat dan Bahan
- Pelat tetes - Larutan amonium klorida
- Kertas lakmus merah dan lakmus biru - Larutan natrium klorida
- Larutan amonium sulfat - Larutan barium klorida
- Larutan kalsium sulfat - Larutan natrium sulfat
- Larutan kalsium klorida - Larutan natrium karbonat
- Larutan aluminium sulfat - Larutan kalsium karbonat
Prosedur Kerja:
1. Taruhlah potongan kertas lakmus biru dan lakmus merah pada pelat tetes.
2. Kemudian teteskan masing-masing larutan pada kedua kertas lakmus.
3. Amati apakah terjadi perubahan warna pada kertas lakmus? Catat pengamatan
anda!
4. Nyatakan sifat larutan garam (bersifat asam, basa atau netral) dan lakukan
pengelompokkan larutan.
23
Hasil Pengamatan
No. Larutan
Perubahan Warna
LakmusSifat Larutan
Merah Biru Asam Basa Netral
1 Ammonium sulfat
2 Kalsium sulfat
3 Kalsium klorida
4 Aluminium sulfat
5 Ammonium klorida
6 Natrium klorida
7 Barium klorida
8 Natrium sulfat
9 Natrium karbonat
10 Kalsium karbonat
Pertanyaan
1. Bagaimana perubahan warna pada kertas lakmus jika diujikan pada larutan
yang bersifat asam? Bagaimana pula jika dilakukan pada larutan yang
bersifat basa dan larutan yang bersifat netral?
2. Kelompokkan larutan garam yang bersifat asam, basa, dan netral!
3. Mengapa beberapa larutan yang termasuk larutan garam mempunyai sifat
asam atau basa atau netral? Jelaskan dengan teori hidrolisis!
4. Jelaskan pengertian dari :
a. garam terhidrolisis sebagian
b. garam terhidrolisis seluruhnya
c. garam tidak terhidrolisis
Daftar Pustaka
Anonim. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
24
Gafur, A. (2004). Pedoman Penyusunan Materi Pembelajaran (Instructional Material). Jakarta: Depdiknas.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Panen, Purwanto. (1997). Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Suparman, A. (2012). Desain Instruksional Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.
25