PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

13
JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018 Halaman 31 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SEMESTER GENAP UNTUK SMP BERDASARKAN MODEL ELABORASI Oleh: Rendi H.A. Tamagola Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tompotika Luwuk Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini berupaya untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik akibat dari keterbatasan bahan ajar yang tersedia sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik yang cukup rendah.Bahan ajar adalah segala bentuk bahan baik itu berupa informasi, alat maupun teks yang disusun secara sistematis dengan tujuan untuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas.Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar pembelajaran matematika semester genap yang baik untuk peserta didik Kelas VIII SMP.Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang difokuskan pada pengembangan bahan ajar pembelajaran matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interpretasi rata-rata penilaian panelis/validator cukup jelas, indeks validitas isi cukup tinggi yaitu dengan reliabilitas kekonsistenan penilaian panelis/validator sebesar 0,91. Hasil uji coba pun menunjukkan bahwa secara umum respon peserta didik dan guru terhadap penggunaan bahan ajar pembelajaran matematika itu sangat positif.Namun, masih perlu dilakukan revisi-revisi sesuai dengan komentar dan saran dari hasil validasi dan uji coba untuk penyempurnaan bahan ajar pembelajaran.Dari tahapan-tahapan pengembangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahan ajar pembelajaran matematika kelas VIII semester genap untuk dinyatakan layak sebagai bahan ajar karena dinilai telah memenuhi aspek/indikator dari pengembangan bahan ajar pembelajaran. Kata Kunci:Bahan Ajar Pembelajaran, PembelajaranMatematika, Model Elaborasi PENDAHULUAN Menggunakan Model Pembelajaran bertujuan untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan pencapaian tujuan pembelajaran. Indikatornya adalah Guru dan Siswa fokus pada materi pembelajaran, Guru mudah mentransfer isi pelajaran kepada Siswa, Siswa juga mudah menangkap isi pelajaran tersebut. Waktu yang tersedia untuk satu materi secara efesien dan efektif dapat dimanfaatkan secara maksimal.Ketertarikan dan Minat Siswa dalam mengikuti Pembelajaran cenderung tinggi. Guru dan Siswa tidak mudah bosan membahas isi materi pelajaran. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 menyatakan bahwa rencana pembelajaran mencakup silabus dan RPP yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Implementasi Kurilukum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan ruang gerak yang luas kepada guru pada setiap satuan pendidikan dalam mengembangkan rencana pembelajaran.Salah satu komponen rencana pembelajaran yang memegang peranan penting dari keseluruhan isi kurikulum adalah materi ajar.Pendidik harus mampu memilih dan menyiapkan materi ajar sesuai prinsip pengembangannya agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu juga, mata pelajaran matematika masih dianggap sebagai momok, ilmu teoritis yang penuh dengan rumus-rumus sulit dan membingungkan oleh sebagian besar peserta didik, apalagi ketersediaan sumber belajar khususnya bahan ajar matematika masih sangat terbatas. Untuk mengatasi hal itu, maka diperlukan pengembangan sarana pembelajaran dalam hal ini berupa bahan ajar dalam bentuk modul pembelajaran.Kusrianto Adi (2012) Bahan ajar adalah bahan pegangan untuk suatu mata pelajaran yg ditulis dan disusun oleh guru bidang studi terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan. Tujuan dari seorang guru mengikuti pelatihan agar mampu membuat bahan ajar secara mandiri tapi kenyataannya dilapangan jauh dari harapan karena masih kurang guru yang membuat bahan ajar sendiri, gruru lebih sering menggunakan bahan ajar yang sudah di buat oleh pemerintah, itulah yang membuat peneliti tertarik mengambil penelitian ini. Berdasarkan pengalaman PPL waktu kuliah S1 kemarin bertempat dilokasi yg sama, peneliti melihat bahwa guru- guru lebih sering menggunakan bahan ajar buatan pemerintah dan pihak sekolah kekurangan buku ajar. Masalah yg ditemukan oleh penulis dilapangan adalah pihak sekolah kekurangan bahan ajar sehingga siswa tidak lebih maksimal dalam belajar, itulah kenapa siswa mengalami kesulitan belajar dan juga guru bidang studi lebih sering menggunakan bahan ajar dari pemerintah atau jarang sekali guru bidang studi menggunakan bahan ajar yang di buatan sendiri. Berbeda dengan sekolah yg ada di kota-kota besar Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika antara lain penerapan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Dalam pembelajaran matematika lebih dominan menggunakan model pembelajaran kovensional. Dalam proses pembelajaran guru menjelaskan materi, menjelaskan rumus, memberi contoh soal dan memberikan PR, sehingga siswa dalam pembelajaran menjadi penerima informasi pasif dengan kata lain keterlibatan dan keaktifan siswa masih rendah. Siswa lebih banyak belajar dengan menerima, mencatat dan menghafal pelajaran.Hal inilah yang membuat siswa kurang berminat belajar matematika, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa tidak maksimal. Strategi pembelajaran model Elaborasi merupakan strategi yang mengorganisasi isi pembelajaran. Dukungan teori belajar yang bersumber pada psikologi kognitif, yang pada akhirnya juga melahirkan model pembelajaran kognitif, tampak begitu jelas. Dua bidang yang mendukung kesahihan teori Elaborasi, yaitu (1) teori tentang struktur representasi kognitif, dan (2) proses ingatan (memory), yakni mekanisme penyandian, penyimpanan, dan pengungkapan kembali apa yang telah disampaikan, dan pengungkapan kembali apa yang telah disimpan dalam

Transcript of PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

Page 1: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 31

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SEMESTER GENAP UNTUK SMP BERDASARKAN MODEL ELABORASI

Oleh:

Rendi H.A. Tamagola Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tompotika Luwuk

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini berupaya untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik akibat dari keterbatasan bahan ajar yang tersedia sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik yang cukup rendah.Bahan ajar adalah segala bentuk bahan baik itu berupa informasi, alat maupun teks yang disusun secara sistematis dengan tujuan untuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas.Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar pembelajaran matematika semester genap yang baik untuk peserta didik Kelas VIII SMP.Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang difokuskan pada pengembangan bahan ajar pembelajaran matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interpretasi rata-rata penilaian panelis/validator cukup jelas, indeks validitas isi cukup tinggi yaitu dengan reliabilitas kekonsistenan penilaian panelis/validator sebesar 0,91. Hasil uji coba pun menunjukkan bahwa secara umum respon peserta didik dan guru terhadap penggunaan bahan ajar pembelajaran matematika itu sangat positif.Namun, masih perlu dilakukan revisi-revisi sesuai dengan komentar dan saran dari hasil validasi dan uji coba untuk penyempurnaan bahan ajar pembelajaran.Dari tahapan-tahapan pengembangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahan ajar pembelajaran matematika kelas VIII semester genap untuk dinyatakan layak sebagai bahan ajar karena dinilai telah memenuhi aspek/indikator dari pengembangan bahan ajar pembelajaran.

Kata Kunci:Bahan Ajar Pembelajaran, PembelajaranMatematika, Model Elaborasi

PENDAHULUAN Menggunakan Model Pembelajaran bertujuan untuk

mengefektifkan dan mengefisiensikan pencapaian tujuan pembelajaran. Indikatornya adalah Guru dan Siswa fokus pada materi pembelajaran, Guru mudah mentransfer isi pelajaran kepada Siswa, Siswa juga mudah menangkap isi pelajaran tersebut. Waktu yang tersedia untuk satu materi secara efesien dan efektif dapat dimanfaatkan secara maksimal.Ketertarikan dan Minat Siswa dalam mengikuti Pembelajaran cenderung tinggi. Guru dan Siswa tidak mudah bosan membahas isi materi pelajaran.

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 menyatakan bahwa rencana pembelajaran mencakup silabus dan RPP yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Implementasi Kurilukum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan ruang gerak yang luas kepada guru pada setiap satuan pendidikan dalam mengembangkan rencana pembelajaran.Salah satu komponen rencana pembelajaran yang memegang peranan penting dari keseluruhan isi kurikulum adalah materi ajar.Pendidik harus mampu memilih dan menyiapkan materi ajar sesuai prinsip pengembangannya agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

Selain itu juga, mata pelajaran matematika masih dianggap sebagai momok, ilmu teoritis yang penuh dengan rumus-rumus sulit dan membingungkan oleh sebagian besar peserta didik, apalagi ketersediaan sumber belajar khususnya bahan ajar matematika masih sangat terbatas.

Untuk mengatasi hal itu, maka diperlukan pengembangan sarana pembelajaran dalam hal ini berupa bahan ajar dalam bentuk modul pembelajaran.Kusrianto Adi (2012) Bahan ajar adalah bahan pegangan untuk suatu mata pelajaran yg ditulis dan disusun oleh guru bidang studi terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan.

Tujuan dari seorang guru mengikuti pelatihan agar mampu membuat bahan ajar secara mandiri tapi

kenyataannya dilapangan jauh dari harapan karena masih kurang guru yang membuat bahan ajar sendiri, gruru lebih sering menggunakan bahan ajar yang sudah di buat oleh pemerintah, itulah yang membuat peneliti tertarik mengambil penelitian ini.

Berdasarkan pengalaman PPL waktu kuliah S1 kemarin bertempat dilokasi yg sama, peneliti melihat bahwa guru-guru lebih sering menggunakan bahan ajar buatan pemerintah dan pihak sekolah kekurangan buku ajar. Masalah yg ditemukan oleh penulis dilapangan adalah pihak sekolah kekurangan bahan ajar sehingga siswa tidak lebih maksimal dalam belajar, itulah kenapa siswa mengalami kesulitan belajar dan juga guru bidang studi lebih sering menggunakan bahan ajar dari pemerintah atau jarang sekali guru bidang studi menggunakan bahan ajar yang di buatan sendiri. Berbeda dengan sekolah yg ada di kota-kota besar Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika antara lain penerapan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Dalam pembelajaran matematika lebih dominan menggunakan model pembelajaran kovensional. Dalam proses pembelajaran guru menjelaskan materi, menjelaskan rumus, memberi contoh soal dan memberikan PR, sehingga siswa dalam pembelajaran menjadi penerima informasi pasif dengan kata lain keterlibatan dan keaktifan siswa masih rendah. Siswa lebih banyak belajar dengan menerima, mencatat dan menghafal pelajaran.Hal inilah yang membuat siswa kurang berminat belajar matematika, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa tidak maksimal.

Strategi pembelajaran model Elaborasi merupakan strategi yang mengorganisasi isi pembelajaran. Dukungan teori belajar yang bersumber pada psikologi kognitif, yang pada akhirnya juga melahirkan model pembelajaran kognitif, tampak begitu jelas. Dua bidang yang mendukung kesahihan teori Elaborasi, yaitu (1) teori tentang struktur representasi kognitif, dan (2) proses ingatan (memory), yakni mekanisme penyandian, penyimpanan, dan pengungkapan kembali apa yang telah disampaikan, dan pengungkapan kembali apa yang telah disimpan dalam

Page 2: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 32

ingatan. Ciri model pembelajaran model Elaborasi adalah memulai pembelajaran dari peyajian isi pada tingkat umum bergerak ke tingkat rinci (urutan elaboratif). (Uno, ,2011:142).

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika antara lain penerapan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Dalam pembelajaran matematika lebih dominan menggunakan model pembelajaran kovensional. Dalam proses pembelajaran guru menjelaskan materi, menjelaskan rumus, memberi contoh soal dan memberikan PR, sehingga siswa dalam pembelajaran menjadi penerima informasi pasif dengan kata lain keterlibatan dan keaktifan siswa masih rendah. Siswa lebih banyak belajar dengan menerima, mencatat dan menghafal pelajaran.Hal inilah yang membuat siswa kurang berminat belajar matematika, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa tidak maksimal.

Dengan pembelajaran menggunakan bahan ajar diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar matematika peserta didik, karena bahasa yang digunakan dalam bahan ajar pembelajaran sangat sederhana, mudah dimengerti dan sistematis disesuaikan dengan tingkat berfikir peserta didik yang akan menggunakannya.

Beberapa faktor di atas yang kemudian melatarbelakangi peneliti untuk mengambil tema penelitian ini berupa pengembangan perangkat pembelajaran matematika. Dengan penelitian ini diharapkan akan diperoleh suatu bahan ajar pembelajaran matematika yang baik sehingga layak digunakan di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sesuai dengan prosedur-prosedur pengembangan bahan ajar yang telah ditetapkan. Karena itu, judul penelitian ini adalah“Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Matematika Kelas VIII Semester Genap untuk SMP Berdasarkan Model Elaborasi”.

Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang penelitian di atas, maka

dapat di rumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimanakah mengembangkan bahan ajar pembelajaran matematika yang baik sehingga layak digunakan dalam pembelajaran Matematika kelas VIII semester genap untuk SMP?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar pembelajaran matematika materi semester genap yang baik untuk peserta didik Kelas VIII SMP.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoritis yang berdasarkan berbagai pertimbangan-pertimbangan kontekstual dan konseptual dan manfaat praktis yang tentunya digunakan untuk perbaikan bagi lembaga-lembaga pendidikan yang bersangkutan. Manfaat penelitian dijelaskan sebagai berikut:

Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi

khasanah pada proses pembelajaran matematika serta sebagai sumber ide dan referensi dalam menyusun bahan ajar matematika khususnya dalam bentuk modul Manfaat Praktis

Manfaat penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki kemanfaatan sebagai berikut: a. Melalui penelitian ini diharapkan peserta didik dapat

lebih mudah memahami mata pelajaran Matematika khususnya pada materi semester genap Kelas VIII SMP.

b. Peserta didik lebih mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri melalui pembelajaran modul dengan bimbingan pendidik.

c. Bagi guru dapat dijadikan salah satu alternatif bahan ajar yang dapat digunakan agar proses pembelajaran lebih efektif, efisien dan relevan dengan kondisi saat ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Disiplin Mengajar BAHAN AJAR

Depdiknas (2009: 9), mendefinisikan bahwa “bahan

ajar atau materi pembelajaran (instructional materials)

merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di kelas.” Suprawoto (2009: 1)

mengemukakan bahwa “bahan ajar adalah seperangkat

materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun

tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang

memungkinkan siswa untuk belajar.” Dari dua pendapat

tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah

segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis dan

Page 3: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 33

menampilkan sosol utuh dari kompetensi yang akan

dikuasai peserta didik serta digunakan dalam proses

pembelajaran di kelas.

Prastowo (2012: 17), yang mengemukakan bahwa

“bahan ajar adalah segala bahan (baik informasi, alat

maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang

menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan

dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses

pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan

implementasi pembelajaran. misalnya, buku pelajaran,

modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio,

bahan ajar interaktif dan sebagainya.”

Menurut Paulina (2005: 14), bahan ajar yang baik

meliputi karakteristik tertentu, yaitu (1) menimbulkan

minat baca, (2) ditulis dan dirancang untuk siswa, (3)

menjelaskan tujuan instruksional, (3) disusun berdasarkan

pola belajar yang fleksibel, (4) struktur bedasarkan

kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai,

(5) memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih, (6)

memberi rangkuman, (7) gaya penulisan komunikatif dan

semi formal, (8) kepadatan berdasarkan kebutuhan siswa,

(9) kepadatan berdasarkan kebutuhan siswa, (10) dikemas

untuk proses instruksional, (11) mempunyai mekanisme

untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa, dan (12)

menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.

Jasmadi dan Widodo (2008: 42), Bahan ajar harus

dikembangakan sesuai dengan kaidah-kaidah

pengemabangan bahan ajar. Rambu-rambu yang harus

dipenuhi dalam pembuatan bahan ajar adalah:

Bahan ajar harus disesuaikan dengan peserta didik

yang sedang mengikuti proses belajar-mengajar

Bahan ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku

peserta didik

Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan

kebutuhan dan karakteristik diri

Program belajar-mengajar yang dialangsungkan

Di dalam bahan ajar telah mencakup tujuan kegiatan

pembelajaran yang spesifik

Guna mendukung ketercapaian tujuan, bahan ajar

harus memuat materi pembelajaran secara rinci, baik

untuk kegiatan dan latihan

Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk

mengukur tingkat keberhasilan peserta didik.

Dedek Saiful Bachri (2012) mengatakan bahwa bahan

ajar informasi, alat dan teks yang diperlukan

guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan

implementasi pembelajaran dan segala bentuk bahan yang

digunakan untuk membantu guru/ instrukur dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan

yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan

tidak tertulis.

Pengembangan bahan ajar bagi peserta didik

mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

dipersyaratkan untuk menguatkan suatu kompetensi.

Sangat disarankan agar satu kompetensi dapat

dikembangkan menjadi satu modul. Akan tetapi,

mengingat karakteristik khusus, keluasan, dan

kompleksitas kompetensi, dimungkinkan satu kompetensi

dikembangkan menjadi lebih dari satu modul.

Berdasarkan uraian dari para ahli diatas, peneliti

mengambil kesimpulan bahwa bahan ajar adalah segala

bentuk bahan baik itu berupa informasi, alat maupun teks

yang disusun secara sistematis dengan tujuan untuk

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Bahan ajar yang memenuhi karakteristik di atas, dapat

menjadi jembatan komunikasi antara guru dan siswa.

Modul Modul terkadang tidak digolongkan sebagai buku,

tetapi sebagai kumpulan bahan-bahan pelajaran yang

disusun secara sistematis lengkap dengan tes/uji indikator

kemampuan siswa/mahasiswa menyerap bahan pelajaran.

Modul berisi uraian ringkas atas suatu bahasan dalam

bidang tertentu dan digunakan untuk satu bidang tertentu

yang sangat spesifik.

Setiap kegiatan pembelajaran pastilah membutuhkan

bahan belajar. Bahan belajar yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran bentuknya bermacam-macam, baik

itu bahan belajar yang dikemas dalam bentuk tercetak

maupun non cetak. Salah satu bahan belajar yang disusun

secara sistematis dalam bentuk tercetak adalah modul.

Page 4: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 34

Rahayu (2009: 88) menjelaskan bahwa “modul merupakan

program pembelajaran yang utuh, disusun secara

sistematis, mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas

dan terukur.” Sehingga dengan pembelajaran

menggunakan modul ini, peserta didik diharapkan dapat

belajar lebih terarah dan sistematis.

Zaman (2010: 10) menguraikan bahwa “Modul adalah

salah satu sarana pembelajaran yang berisikan materi,

definisi, batasan-batasan dan cara mengevaluasi. Bahasa

yang digunakan sederhana, komunikatif, sistematis dan

menarik disesuaikan dengan tingkat berfikir siswa yang

akan menggunakannya.” Sejalan dengan pendapat

tersebut, Suprawoto (2009: 2) menjelaskan bahwa modul

adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,

metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk

kegiatan belajar, latihan dan cara mengevaluasi yang

dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara

mandiri.

Dengan memperhatikan beberapa pengertian tentang

modul di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah

sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis/cetak yang

disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran,

metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi

dasar atau indicator pencapaian kompetensi, petunjuk

kegiatan mandiri (self instructional), dan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk menguji diri

sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul

tersebut. Serta Modul dapat diartikan sebagai materi

pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian

rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri

materi tersebut. Dengan kata lain sebuah modul adalah sebagai

bahan belajar dimana pembacanya dapat belajar mandiri.

Sedangkan modul dikelompokkan menjadi 3, antara lain;

(1) Modul Mandiri, (2) Modul Bermedia dan (3) Modul

Penyerta.

Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran

Strategi pengorganisasian isi pembelajaran disebut

oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merrill (1977)

sebagai structural strategy, yang mengacu kepada cara

untuk membuat urutan (sequencing ) dan

mensintesis (synthesizing) fakta-fakta, konsep-konsep,

prosedur, atau prinsip-prinsip yang

berkaitan. Sequencing mengacu kepada pembuatan

urutan penyajian isi bidang studi

dan synthesiizing mengacu kepada upaya untuk

menunjukkan kepada si-pembelajar keterkaitan antar isi

bidang studi itu.

Pengorganisasian pembelajaran secara khusus,

merupakan fase yang amat penting dalam rancangan

pembelajaran. Synthesizing akan membuat topik-topik

dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi si-

belajar (Ausubel,1968) yaitu dengan menunjukkan

bagaimana topic-topik itu terkait dengan keseluruhan isi

bidang studi.Sequencing atau penataan urutan, amat

diperlukan dalam pembuatan sintesis.

Dalam stategi pengorganisasian isi pembelajaran

tebagi atat 2 strategi yaitu strategi makro dan mikro.

Strategi pengorganisasian makro diacukan untuk menata

keseluruhan isi bidang studi, strategi pengorganisasian

mikro diacukan untuk menata sajian suatu konsep, atau

prinsip, atau prosedur.

Strategi pengorganisasian mikro terdiri atas (1) Teori

Gagne dan Briggs,(2) Model Taba : Pembentukan Konsep,

dan (3) Model Bruner: Pemahaman Konsep. Sedangkan

Strategi pengorganisasian makro terdiri atas (1) Teori

Skema, (2) Teori Elaborasi.

Strategi Pengorganisasian Pembelajaran Elaborasi

Kegiatan pembelajaran pendidikan agama sebagai

proses merupakan suatu sistem yang tidak bias terlepas

dari komponenkomponen lainnya. Salah satu komponen

dalam proses tersebut adalah strategi pembelajaran.

Menurut Michael Pressley strategi belajar adalah

operator-operator kognitif meliputi proses-proses secara

langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas belajar,

strategi-strategi tersebut merupakan strategi-strategi yang

digunakan siswa untuk memecahkan masalah dalam

belajarnya.

Berdasarkan teori belajar Ausubel menjelaskan

bahwa belajar adalah belajar bermakna. Belajar bermakna

merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada

konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur

Page 5: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 35

kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang

mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui

siswa. Agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau

informasi baru akan dipelajari harus dikaitkan dengan

konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif

siswa.

Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian

sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna,

oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan

lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu

pemindahan informasi dari jarak memori jangka pendek ke

memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan

dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang

telah diketahui. Strategi ini menggunakan skemata yang

telah ada di otak untuk membuat informasi.

Oleh karena itu, psikologi kognitif menjadi pijakan

teoritis dari strategi elaborasi. Dua bidang kajian psikologi

kognitif yang secara langsung mendukung strategi

elaborasi yaitu teori tentang struktur representasi kognitif

dan proses ingatan berpikir (memory), yakni mekanisme

penyandian, penyimpanan dan pegungkapan kembali apa

yang telah disimpan dalam ingatan.

Karakteristik Strategi Pembelajaran Elaborasi

Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk

mengembangkan kemampuan berpikir, strategi

pembelajaran elaborasi memiliki karakteristik yaitu

sebagai berikut :

a) Proses pembelajaran melalui strategi elaborasi

menekankan kepada proses mental siswa secara

maksimal. Strategi pembelajaran elaborasi bukan

model pembelajaran yang hanya menuntut siswa

sekedar mendengar dan mencatat, tetapi

menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir,

mensintesis dan mengasosiasikan hal-hal yang akan

dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia.

Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka dalam

proses implementasi strategi elaborasi perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Jika belajar tergantung pada bagaimana informasi

diproses secara mental, maka proses kognitif

siswa harus menjadi kepedulian utama para guru.

Artinya, guru harus menyadari bahwa proses

pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya

apa yang dipelajari, tetapi bagaimana cara mereka

mempelajarinya. Oleh karena itu guru perlu

mempertimbangkan kognitif siswa ketika

merencanakan topik yang harus dipelajari,

berangkat dari hal yang umum ke khusus.

2. Siswa mengorganisasi yang mereka pelajari.

Dalam hal ini guru membantu siswa belajar untuk

melihat hubungan antarbagian yang dipelajari.

3. Informasi baru akan bisa ditangkap lebih mudah

oleh siswa, manakala siswa dapat

mengorganisasikannya dengan pengetahuan yang

telah mereka miliki. Dengan demikian guru dapat

membantu siswa belajar dengan memperlihatkan

bagaimana gagasan baru berhubungan dengan

pengetahuan yang telah mereka miliki.

b) Strategi pembelajaran elaborasi dibangun dalam

nuansa dialogis dan tanya jawab. Hal ini diarahkan

untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan

berpikir siswa, dimana kemampuan tersebut dapat

membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan

yang mereka konstruk sendiri.

Strategi pembelajaran elaborasi adalah model

pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang

sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses

belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

mengingat dan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar

diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau

penguasaan materi pembelajaran baru.

Prinsip Dalam Strategi Pembelajaran Elaborasi

Strategi elaborasi mendeskripsikan cara-cara

pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti

urutan umum ke rinci. Pengurutan isi pembelajaran dari

yang bersifat umum ke rinci dimulai dengan menampilkan

epitome (struktur isi bidang studi yang dipelajari),

selanjutnya mengelaborasi bagian-bagaian yang ada dalam

epitome secara lebih rinci. Menurut Degeng (1989) ada

enam prinsip yang menjadi yang menjadi dasar dalam

melakukan pengorganisasian isi pembelajaran, yaitu :

Page 6: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 36

a. Prinsip pertama adalah penyajian kerangka isi

(epitome). Dalam model elaborasi, penyajian kerangka

isi ditempatkan pada fase yang paling awal dari

keseluruhan proses pembelajaran.

b. Prinsip kedua adalah berkaitan dengan tahapan dalam

melakukan elaborasi isi pembelajaran. Elaborasi tahap

pertama akan mengelaborasi bagian-bagian yang

tercakup dalam kerangka isi, elaborasi tahap kedua

akan mengelaborasi bagian-bagian yang tercakup

dalam elaborasi tahap pertama, dan begitu

seterusnya.

c. Prinsip ketiga adalah berkaitan dengan penekanan

bahwa bagian yang terpentinglah yang harus disajikan

pertama kali. Guna menentukan penting atau tidaknya

suatu bagian ditentukan oleh sumbangannya untuk

memahami keseluruhan isi bidang studi.

d. Prinsip keempat berkaitan dengan tingkat kedalaman

dan keluasan elaborasi. Setiap elaborasi hendaknya

dilakukan cukup singkat agar konstruk (fakta, konsep,

prinsip atau prosedur) dapat diterima dengan baik

oleh siswa. Namun demikian, elaborasi juga perlu

dilakukan dengan cukup panjang agar tingkat

kedalaman dan keluasan elaborasi memadai.

e. Prinsip kelima berhubungan dengan penyajian

pensintesis. Penyajian pensintesis dilakukan secara

bertahap, yaitu setelah setiap kali melakukan

elaborasi, secara khusus dimaksudkan untuk

menunjukkan hubungan di antara konstruk-konstruk

yang lebih rinci yang baru diajarkan, dan untuk

menunjukkan konteks elaborasi dalam epitome.

f. Prinsip keenam pemberian rangkuman. Rangkuman

yang dimaksud untuk mengadakan tinjauan ulang

mengenai isi bidang studi yang sudah dipelajari, dan

hendaknya diberikan sebelum penyajian pensintesis.

Model Elaborasi

Model pembelajaran Elaborasi menurut Uno (2012:142) merupakan pembelajaran yang mengorganisasikan isi pembelajaran atau penyajian materi dari tingkat umum bergerak ke tingkat rinci. Dalam arti kata pembelajaran dengan model Elaborasi ini pembelajar dimulai dengan memberikan kerangka umum yang akan

dipelajari oleh siswa. Dengan gambaran umum ini siswa dituntut untuk menggali potensi yang mereka miliki dengan menggunakan bahan ajar berbasis elaborasi yang telah disusun dengan baik. Bahan ajar ini disusun sedemikian rupa agar menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari matematika. Menurut Kanifatul (2013:20) “Model Elaborasi merupakan model pembelajaran yang menekankan proses penambahan rincian informasi sehingga informasi baru yang diterima lebih bermakna”. Pengorganisasian urutan isi materi ajar berdasarkan teori Elaborasi, dimulai dengan disajikannya gambaran tentang hal yang paling umum, paling penting, dan paling sederhana dari isi pengetahuan yang akan disampaikan.

Sajian pertama disebut Epitome (sari). Epitome ini berbeda dengan rangkuman, ia hanya mencakup sebagian kecil isi pembelajaran yang paling umum dan paling penting, sedangkan rangkuman umumnya merangkum hampir semua bagian yang penting. Setelah penyajian epitome, isi ajaran disajikan lapis demi lapis. Dimulai dari lapis paling umum menuju lapis yang lebih rinci. Menata isi ajaran dalam lapisan-lapisan disebut mengelaborasi isi ajaran.

Pada lapisan pertama disajikan uraian bagian yang tersebut dalam epitome. Disajikan pula uraian dari sub-sub bagian meskipun belum secara rinci. Pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan memperjelas dan menguaraikan sub-sub bagian lainnya. Saat tahap penguraian siswa dilibatkan untuk mencari tahu bagian-bagian yang belum dijelaskan secara rinci. Demikian seterusnya hingga pembelajaran usai. Pergantian uraian dari satu bagian ke bagian yang lain selalu diperkuat dengan rangkuman dan sintesis. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat pemahaman.

Sajian kedua disebut elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama, kedua dan ketiga (akhir) sama saja, karena sama-sama mengelaborasi isi bahan ajar mulai dari umum sampai yang lebih rinci. Dimana bagian-bagian atau unsur-unsur penting dalam isi bahan ajar dibuat serinci mungkin.

Sajian ketiga disebut rangkuman dan sintesis antar bagian serta rangkuman dan sintesis diakhir sama. Hanya saja rangkuman dan sintesis antar bagian dan diakhir berbeda dengan rangkuman yang ada selama ini dalam buku. Karena rangkuman yang ada dalam buku selama ini selalu berada diakhir pokok bahasan sedangkan rangkuman dan sintesis yang ada dalam bahan ajar berada disetiap bagian dalam kompetensi dasar yang ada dalam

Page 7: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 37

bahan ajar yang dibuat, nanti diakhir standar kompetensi diberikan sintesis. Serta diakhir pokok bahasan diberikan sintesis.

Selanjutnya Reigeluth menyarankan langkah-langkah kegiatan dalam model pembelajaran Elaborasi (dalam Uno. 2012:144) adalah: 1. Penyajian epitome, yaitu menyajikan struktur isi

pelajaran berupa gambaran umum yang paling

pokok, paling penting tentang isi pembelajaran yang

akan disampaikan.

2. Elaborasi tahap pertama, yaitu menguraikan tiap

bagian dari epitome. Dimulai dari bagian yang

terpenting menuju bagian lain secara berurutan.

3. Pemberian rangkuman dan sintesis antar bagian,

yaitu berupa kegiatan akhir dari elaborasi tahap

pertama. Diberikan rangkuman dari seluruh bagian

yang telah dielaborasikan. Sintesis yang menunjukan

hubungan antar bagian yang telah dielaborasi.

4. Elaborasi tahap kedua, yaitu mengelaborasi sub-

bagian pada elaborasi tahap pertama sesuai

kedalaman materi yang telah ditentukan oleh tujuan

pembelajaran.

5. Rangkuman dan sintesis akhir, yaitu menyajikan

rangkuman dan sintesis keseluruhan struktur isi

dalam struktur pembelajaran yang telah diberikan.

Menurut Uno (2012:143), sedikitnya terdapat tujuh prinsip dalam pembelajaran model Elaborasi yakni sebagai berikut: a. Penyajian kerangka isi, yakni menunjukkan bagian-

bagian utama bidang studi dan hubungan utama di

antara bagian-bagian tersebut.

b. Elaborasi secara bertahap, yakni bagian-bagian yang

yang tercakup dalam kerangka isi yang akan

dielaborasi secara bertahap.

c. Bagian terpenting disajikan pertama kali, yaitu pada

satu tahap elaborasi apapun pertimbangan yang

dipakai, bagian terpenting akan dielaborasi pertama

kali.

d. Cakupan optimal elaborasi, maksudnya kedalaman

dan keluasan tiap-tiap epitome akan dilakukan secar

optimal.

e. Penyajian pensintesis secara bertahap, maksudnya

pensintesis akan disesusikan dengan tipe isi bidang

studi.

f. Penyajian jenis pensintesis, artinya jenis pensintesis

akan disesuaikan dengan tipe isi bidang studi.

g. Tahapan pemberian rangkuman, artinya rangkuman

akan diberikan sebelum setiap kali menyajikan

pensintesis.

Teori pembelajaran Elaborasi berdasarkan kepada teori psikologi kognitif. Dua kajian psikolagi kognitif yang secara langsung mendukung kesahihan teori elaborasi, yaitu teaori tentang struktur kognitif, dan teori tentang proses ingatan.

Teori yang pertama yaitu teori struktur kognitif yang dimiliki seseorang menurut Ausubel (dalam Uno, 2012:146) merupakan: Kemampuan yang sangat berhubungan dengan perolehan pengetahuan baru yang dipelajarinya. Pernyataan ini dikuatkan oleh mayer yang menyatakan bahwa struktur kognitif yang dimiliki siswa mempengaruhi kebermaknaan dan perolehan pengetahuan baru. Bahkan, Andreson menyatakan struktur kognitif sebagai faktor utama keberhasilan perolehan pengetahuan.

Urutan elaborasi dari umum ke rinci akan sejalan dengan karakteristik kemampuan kognitif siswa, dengan penyajian epitome pada pembelajaran Elaborasi. Epitome menyajikan kerangka pokok pengetahuan yang akan di pelajari, kemudian dielaborasi secara lebih rinci dan saling terkait. Proses ini akan mendukung jaringan informasi yang saling terkait dan tersusun.

Teori elaborasi kedua adalah proses ingatan. Teori ingatan menyatakan bahwa (dalam Uno. 2012:147) “informasi verbal yang diterima seseorang diperkuat, baik dalam bentuk gambar fisik maupun dalam arti makna”. Selanjutnya informasi tersebut tersimpan sebagai bagian dari bangunan struktur ingatan. Kesesuaian urutan elaborasi dengan proses urutan pembentukan ingatan, tidak saja meningkatkan daya ingat, tetapi juga menjadikan belajar lebih efisien.

Kognitivisme memiliki beberapa cabang ilmu, di antaranya teori asimilasi, atribusi, pertunjukkan komponen, elaborasi, mental model, dan pengembangan kognitif. Reigeluth dan rekannya di Indiana University pada tahun 1970-an memperkenalkan teori elaborasi. Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada

Page 8: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 38

harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan Elaborasi Konsep, Elaborasi Teori, dan Penyederhanaan Kondisi.

Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sebagai kebutuhan baru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator, analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi.

Pembelajaran Matematika

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Budiningsih (2004: 43) menjelaskan bahwa “Pembelajaran akan bermakna jika informasi yang dipelajari bisa dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadi interaksi yang oprtimal antara pebelajar (siswa) dengan sumber belajar, sehingga terjadi perubahan kemampuan, keterampilan dan sikap.

James and James (dalam Suherman, 2001: 16) mengatakan “bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.”

Menurut Saiful Bachri (2013) bahwa pembelajaran matematika adalah proses kerjasama antara guru dan peserta didik yang diciptakan secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui kegiatan penalaran. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar

Didalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran elaborasi terdiri dari 6 langkah dalam

prosedur pengembangan bahan ajar, antara lain: 1) penyajian epitome (kerangka isi), 2) elaborasi tahap pertama, 3) pemberian rangkuman dan sintesis di awal, 4) penyajian elaborasi yang lain dalam epirome, 5) elaborasi tahap kedua, dan 6) pemberian rangkuman dan sintesis di akhir. 1. Penyajian Epitome (Kerangka Isi)

Penyajian kerangka isi. Proses awal belajar-mengajar disajikan dengan kerangka isi, yaitu struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi.

2. Elaborasi Tahap Pertama

Elaborasi tahap pertama.Dalam teori elaborasi, elaborasi tahap pertama dimulai dengan mengurutkan tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, dari bagian-bagian terpenting.Di akhir tiap elaborasi diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja diajarkan.

3. Pemberian Rangkuman dan Sintesis Antar Bagian

Pemberian Rangkuman dan Sintesis antar Bagian.Tahap ini adalah tahap pemberian rangkuman, berisi pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk yang diajarkan dalam elaborasi.

4. Penyajian Elaborasi yang lain dalam Epitome

Dilakukan tahap-tahap seperti tahap pertama dan kedua, hingga pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan serta Kerangka isi disajikan kembali untuk mensintesiskan keseluruhan isi mata pelajaran atau terminal epitome yang telah diajarkan.

5. Elaborasi Tahap Kedua

Elaborasi tahap kedua.Pada elaborasi tahap kedua, siswa dibawa pada tingkat kedalaman seperti yang dituntut dalam tujuan pembelajaran. Elaborasi tahap kedua ini dilakukan seperti pada elaborasi tahap pertama (diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis internal) yang disebut juga sebagai expended epitome.

6. Pemberian Rangkuman dan Sintesis Akhir

Pemberian rangkuman dan sintesis akhir.Pada akhir elaborasi tahap kedua, diberikan rangkuman dan sintesis eksternal, seperti pada elaborasi tahap pertama. (Hamzah B Uno, 2003: 51). Terkait dengan prosedur pengembangan bahan ajar

pembelajaran matematika, Jasmadi dan Widodo (2008:

Page 9: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 39

44-49) Langkah-langkah dalam penyusunan bahan ajar adalah sebagai berikut: 1) Penentuan standar kompetensi dan rencana kegiatan belajar-mengajar, 2) Analisis kebutuhan modul, 3) Penyusunan Draft Modul, 4) Validasi, 5) Uji coba, 6) Revisi, 7) Produksi. Sedangkan Menurut Daryanto (2013: 16-23) menguraikan langkah-langkah pengembangan modul yaitu: (1) Analisis Kebutuhan Modul, (2) Penyusunan Draft modul, (3) Validasi, (4) Uji Coba dan (5) Revisi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis berkesimpulan untuk menyusun atau mengembangkan bahan ajar yaitu: (1) Analisis Kebutuhan Modul, (2) Penysunan Draft Modul, (3) Validasi, Uji Coba, dan (5) Revisi. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan

(Research and Development/R&D). Menurut Sugiyono

(2007: 407), “R&D adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

menguji keefektifan produk tersebut.”Pada penelitian ini,

peneliti mengembangkan bahan ajar pembelajaran

matematika Kelas VIII SMP Semester Genap untuk

Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Pengembangan Assure. Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan bahan ajar pembelajaran matematika Kelas VIII Semester Genap di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan 5 tahapan yakni: analisis kebutuhan modul, penyusunan draft, validasi ahli, uji coba dan revisi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Luwuk Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah yang dilaksanakan pada semester Genap tahun pelajaran 2014/2015, tepatnya pada bulan April s/d Juni 2015.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah lembar validasi yang diberikan kepada para ahli dan praktisi yaitu dosen pendidikan matematika dan guru-guru matematika SMP, angket yang diberikan kepada peserta didik dan guru setelah uji coba serta pedoman wawancara.

Teknik Analisis Data

Analisis data hasil validasi ahli menggunakan rumus indeks validitas isi Aiken dalam Abbas, 2006: 98) yaitu sebagai berikut.

V = ∑ 𝑛𝑖|𝑖−𝑖𝑜|

𝑁(𝑐−1)

dimana, V : Validitas isi

𝑛𝑖 : Jumlah panelis/validator yang memilih i

i : Skor pilihan setiap butir instrument,

dimana i = 1, 2, 3, 4, 5

io : Skor paling rendah yaitu 1

N : Jumlah panelis/validator

c : Banyaknya skor pilihan panelis yaitu ada 5.

dan koefisien reliabilitas kekonsistenan penilaian

panelis, (Guilford dalam Abbas, 2006: 98) yaitu sebagai berikut.

rkk = Vp − Ve

Vp

dimana, rkk : reliabilitas kekonsistenan panelis Vp : Varian Butir, yang diperoleh dari jumlah

kuadrat butir – dbbutir atau ditulis Vp = JKbutir – db, db = n – 1

(n adalah jumlah butir) Ve : Varian Sisa, yang diperoleh dari jumlah

kuadrat sisa – dbsisa atau ditulis Ve = JKsisa – db, dbsisa =

dbbutir x dbpanelis.

sedangkan untuk data yang diperoleh dari angket dan pedoman wawancara dianalisis menggunakan analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penilaian Validator/Panelis Tabel analisis hasil penilaian panelis

NO. PANELIS (k) Jumlah

BUTIR 1 2 3 4 5 6 7 8

1 3 5 4 5 4 4 5 4 34

2 3 4 3 5 5 5 5 5 35

3 5 3 5 4 4 5 5 5 36

4 5 4 4 5 4 5 4 5 36

5 4 5 5 4 5 4 5 5 37

6 4 5 5 4 4 5 4 4 35

7 5 4 5 5 5 4 3 5 36

Page 10: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 40

8 4 5 4 4 5 5 4 4 35

9 5 5 5 5 5 5 5 5 40

10 4 4 4 4 4 4 5 5 34

11 4 4 4 5 5 5 4 5 36

12 4 5 5 4 5 5 4 5 37

13 5 4 4 4 5 4 4 5 35

14 5 5 5 5 4 5 5 3 37

15 5 5 4 4 5 5 5 5 38

16 5 4 4 5 4 5 4 4 35

Jumlah 70 71 70 72 73 75 71 74 576

(Jumlah)2 4900 5041 4900 5184 5329 5625 5041 5476 41586

(Jumlah)2/N 306,25 315,06 306,25 324,00 333,06 351,56 315,06 342,25 2599,125

Dimana

k = 8

N = 16

∑ 𝑋 = 576

∑ 𝑋2= 2636

(∑ 𝑋𝑝)2 = 20882

∑(∑ 𝑋𝑝)2

𝑘 = 2610,25

∑ 𝑋𝑟2= 41586

∑(∑ 𝑋𝑟)2

𝑁 = 2599.13

∑(∑ 𝑋)2

𝑘𝑁 = 2592

Sedangkan, untuk menghitung reliabilitas kekonsistenan penilaian panelis (validator) dapat menggunakan rumus rumus reliabilitas kekonsistenan panelis (Guilford dalam Abbas, 2006: 98) yaitu sebagai berikut.

rkk = Vp − Ve

Vp

dimana, rkk : reliabilitas kekonsistenan panelis Vp : Varian Butir, yang diperoleh dari jumlah

kuadrat butir – dbbutir atau ditulis Vp = JK(p)/db, db = n – 1 (n adalah jumlah butir)

Ve : Varian Sisa, yang diperoleh dari jumlah kuadrat sisa – dbsisa atau ditulis Vr = JK(e)/db, dbsisa = dbbutir x dbpanelis

Selanjutnya, kita menghitung Jumlah Kuadrat (JK) masing-

masing:

a. Jumlah Kuadrat Butir (p)

JK(p) = ∑(∑ 𝑋𝑝)2

𝑘− ∑

(∑ 𝑋)2

𝑘𝑁

= 2610,25- 2592 = 18,25

b. Jumlah Kuadrat Panelis (r)

JK(r) = ∑(∑ 𝑋𝑟)2

𝑁− ∑

(∑ 𝑋)2

𝑘𝑁

= 2599.13-2592 = 7,13 c. Jumlah Kuadrat Total (t)

JK(t) = ∑ 𝑋2 − ∑(∑ 𝑋)2

𝑘𝑁

= 2636 - 2592 = 44

d. Jumlah Kuadrat Sisa (e)

JK(e) = JK(t) - JK(r) - JK(p) = 44 – 7,13– 18,25

= 18,62

Kemudian, langkah berikutnya adalah menghitung varians

masing-masing:

a. Varians Butir

Vp = JK(p) / dbp, dbp = 16 – 1 = 15 = 18,25 / 15 = 1,216

b. Varians Sisa

Ve = JK(e) / db, dbr = 8 – 1 = 7, maka dbsisa = dbp x dbr = 15 x 7 = 105

= 1,216/ 105 = 0,115

Maka, reliabilitas kekonsistenan penilaian panelis

(validator) adalah:

rkk = Vp − Ve

Vp

= 1,216 – 0,115

1,216

= 0,905 atau 0,91

Jadi, reliabilitas kekonsistenan panelis adalah 0,91

sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian panelis

terhadap modul pembelajaran adalah Reliable.

Pembahasan

Berdasarkan Hasil penilaian dari 8 validator/panelis

diperoleh bahwa rerata penilaian panelis terhadap 16

aspek penilaian kelayakan modul adalah antara 2,13-2,50

yang diinterpretasikan cukup jelas. Sementara data hasil

Page 11: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 41

perhitungan indeks validitas isi diperoleh nilai indeks

validitas isi cukup tinggi yaitu antara 0,75 sampai dengan

1,00 dengan reliabilitas kekonsistenan penilaian panelis

sebesar 0,91.

Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh data bahwa 95%

peserta didik menganggap suasana belajar dengan

menggunakan bahan ajar cukup menarik, 80% dari 50

orang dapat memahami bahasa/kalimat-kalimat yang

terdapat pada modul pembelajaran, sedangkan terdapat

100% peserta didik yang tertarik dengan ilustrasi/tampilan

yang terdapat dalam bahan ajar pembelajaran. Namun

secara umum, peserta didik senang dan berniat untuk

mengikuti pembelajaran kembali dengan menggunakan

bahan ajar.

Hal tersebut diperkuat juga oleh hasil wawancara setelah

proses pembelajaran. Dari hasil wawancara tersebut,

diperoleh bahwa rata-rata mereka sudah memahami

kalimat-kalimat yang terdapat dalam bahan ajar

pembelajaran. Itu dikarenakan pendekatan yang

digunakan dalam penyusunan/perumusan uraian-uraian

materi pada setiap kegiatan pembelajaran adalah

pendekatan belajar mandiri. Materi-materi yang terdapat

dalam bahan ajar tersebut disajikan dengan bahasa-

bahasa komunikator sehingga terlihat seperti guru yang

sedang berbicara atau menjelaskan materi tersebut.

Selain itu, salah satu yang sangat nampak dari

pengembangan modul pembelajaran ini yakni adanya peta

konsep materi pada setiap kegiatan pembelajaran

sehingga dapat menuntun peserta didik untuk belajar

secara mandiri sesuai dengan alur-alur materi yang

terdapat pada peta konsep materi tersebut. Jasmadi dan

Widodo (2008: 40), Bahan ajar adalah seperangkat sarana

atau alat pembelajaran yang berisikan materi

pembelajaran, metode, batasan-batasan dan cara

mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik

dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu

mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala

kompleksitasnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan

ajar pembelajaran matematika yang telah disusun tersebut

telah memenuhi indicator-indikator dalam suatu bahan

ajar sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran

matematika di kelas VIII semester genap pada tingkat

Sekolah Menengah Pertama (SMP).

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mengembangkan bahan ajar pembelajaran matematika kelas VIII semster genap, harus melalui beberapa tahapan pengembangan sehingga menghasilkan draf awal dari bahan ajar.Draf awal tersebut kemudian diuji pada ahli, hasil masukan dari para ahli dijadikan dasar untuk merevisi bahan ajar tersebut.Setelah dilakukan perbaikan maka dilakukan uji coba tahap kedua yaitu uji coba pada kelompok kecil, hasil uji coba dari kelompok kecil tersebut untuk kemudian dianalisis sehingga dapat bahan ajar tersebut layak untuk diuji coba lapangan.Sehingga hasil validasi dam uji coba lapangan tersebut dapat dijadikan dasar sebagai pedoman untuk menyempurnakan bahan ajar tersebut. Dari tahapan-tahapan validasi dan uji coba tersebut dapat disimpulkan bahwa bahan ajar tersebut layak untuk digunakan karena memenuhi unsur-unsur bahan ajar dengan interpretasi penilaian validator/panelis “Cukup Jelas” dengan indeks validitas 0,75 sampai dengan 1,00, dan diperoleh reliabilitas kekonsistenan 0,91. Hasil uji coba lapangan menunjukkan peserta didik memberikan respon positif terhadap pembelajaran menggunakan Bahan Ajar dan benar-benar dapat digunakan sebagai bahan ajar matematika semester genap untuk kelas VIII SMP.

Saran Sesuai dengan kesimpulan di atas, disarankan hal-hal sebagai berikut, (1) Karena modul pembelajaran ini telah divalidasi dan diujicobakan hingga diperoleh kesimpulan bahwa bahan ajar pembelajaran ini layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran ke depan, bahan ajar ini dapat dijadikan sebagai referensi atau untuk menarik perhatian peserta didik dalam belajar matematika. (2) Untuk keterpakaian bahan ajar ini, maka diharapkan bahan ajar ini dapat divalidasi kembali oleh para ahli atau pakar matematika kemudian diujicobakan secara luas pada sekolah-sekolah yang lain sehingga bahan ajar ini benar-benar layak digunakan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). REFERENSI

Page 12: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR. ISSN: 2549-8657 VOLUME 02 NO. 03 MARET 2018

Halaman 42

Abbas, Nurhayati. 2006. Hubungan antara Minat terhadap Profesi Guru, Keinovatifan Guru dan Pengalaman Diklat dengan Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP Negeri di Provinsi Gorontalo. Desertasi: Universitas Negeri Jakarta.

Bachri.Dedek Saiful. 2012. Pengembangan bahan ajar.

Jambi: Universitas jambi. http://dedeksaifulbahri.blogspot.com/2013/01/pengembangan-bahan-ajar.html. Diakses tanggal 23 februari 2015.

Bachri. Saiful. (2013). Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika.Tesis : Universitas Negeri Gorontalo. Tidak dterbitkan.

Depdiknas, 2008.Petunjuk Penulisan Bahan Ajar. Jakarta. Bachri. Dedek Saiful. 2012. Pengembangan bahan ajar.

Jambi: Universitas jambi. http://dedeksaifulbahri.blogspot.com/2013/01/pengembangan-bahan-ajar.html. Diakses tanggal 23 februari 2015.

Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Kusrianto Adi, Arifin Syamsul, (2012). “Sukses Menulis

Buku Ajar dan Referensi” Tehnik dan Strategi Menjadikan Tulisan Anda Layak Diterbitkan. Untuk Guru, Dosen, dan Widya Iswara Serta Umum. Surabaya: Grasindo.

Paulina, 2005.Pokok-pokok Pikiran Tentang Penulisan

Modul Bahan Ajar dan Diklat.Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendknas)

No. 41 Tahun Tentang Standar Proses. Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 19 tahun 2005 Tentang

Rencana Pembelajaran yang mencakup Silabus dan RPP.

Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan

Ajar Inovatif.Yogyakarta.Diva Press. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suprawoto, 2009.Pedoman Penyusunan Modul. Surakarta:

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret.

Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Uno B Hamzah. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara. Uno B Hamzah. 2012. Model Pembelajaran Menciptakan

Proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno B Hamzah. 2003 Pengaruh Strategi Pembelajaran

Berdasarkan Model Elaborasi dan Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Umum (SMU). Desertasi: Universitas Negeri Jakarta.

Uno B Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta:

Bumi Aksara. Widodo, S Chomsin dan Jasmadi, (2008).“Panduan

Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi”. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo.

Zaman, B. 2010. Petunjuk Praktis Menulis Modul. Jakarta:

Program TeknologiPendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, UPI.

Page 13: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN …

JURNAL LINEAR VOLUME 01 NO.02 OKTOBER 2017

43