Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. DESAIN PEMBELAJARAN A. Pengertian desain pembelajaran Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses : Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan

Transcript of Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

Page 1: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DESAIN PEMBELAJARAN

A. Pengertian desain pembelajaran

Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya

sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses :

Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori

tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.

Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan

spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang

memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk

berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.

Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran

dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu

belajar.

Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala

(2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara

khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan

tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai

dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang

digunakan.

B. Komponen Utama Desain Pembelajaran

Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:

1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi,

karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.

2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang

akan dikuasai oleh pembelajar.

3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan

dipelajari.

Page 2: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau

mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.

5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar

6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah

dikuasai atau belum.

C. Teori-teori Pembelajaran dalam Desain Pembelajaran

Penelitian terkini mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang bermedia

teknologi dapat meningkatkan nilai para pelajar, sikap mereka terhadap belajar, dan

evaluasi dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga dapat membantu untuk

meningkatkan interaksi antar pengajar dan pelajar, dan membuat proses belajar yang

berpusat pada pelajar (student oriented). Dengan kata lain, penggunaan media

menggunakan audio visual atau komputer media dapat membantu siswa itu

memperoleh pelajaran bermanfaat.

Terdapat beberapa teori belajar yang melandasi penggunaan teknologi/komputer

dalam pembelajaran yaitu teori behaviorisme, kognitifisme dan konstruktivisme :

1. Teori Behaviorisme

Implementasi prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran adalah

sebagai berikut:

a. Siswa harus diberitahu secara eksplisit outcome belajar sehingga mereka

dapat mensetting harapan-harapan mereka dan menentukan apakah dirinya

telah mencapai outcome dari pembelajaran online atau tidak.

b. Pembelajar harus diuji apakah mereka telah mencapai outcome pembelajaran

atau tidak. Tes dilakukan untuk mencek tingkat pencapaian pembelajar dan

untuk memberi umpan balik yang tepat.

c. Materi belajar harus diurutkan dengan tepat untuk meningkatkan belajar. Urutan

dapat dimulai dari bentuk yang sederhana ke yang kompleks, dari yang

diketahui sampai yang tidak diketahui dan dari pengetahuan sampai penerapan.

d. Pembelajar harus diberi umpan balik sehingga mereka dapat mengetahui

bagaimana melakukan tindakan koreksi jika diperlukan.

Page 3: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

2. Teori Kognitivisme

Kognitivisme membagi tipe-tipe pembelajar, yaitu:

a. Pembelajar tipe pengalaman-konkret lebih menyukai contoh khusus dimana

mereka bisa terlibat dan mereka berhubungan dengan teman-temannya, dan

bukan dengan orang-orang dalam otoritas itu

b. Pembelajar tipe observasi reflektif suka mengobservasi dengan teliti sebelum

melakukan tindakan

c. Pembelajar tipe konsepsualisasi abstrak lebih suka bekerja dengan sesuatu dan

symbol-simbol dari pada dengan manusia. Mereka suka bekerja dengan teori

dan melakukan analisis sistematis.

d. Pembelajar tipe eksperimentasi aktif lebih suka belajar dengan melakukan

paktek proyek dan melalui kelompok diskusi. Mereka menyukai metode

belajar aktif dan berinteraksi dengan teman untuk memperoleh umpan balik dan

informasi.

Implementasi prinsip ini dalam mendesain suatu media pembelajaran adalah

sebagai berikut:

a) Materi pembelajaran harus memasukan aktivitas gaya belajar yang berbeda,

sehingga siswa dapat memilih aktivitas yang tepat berdasarkan kecenderungan

gaya berlajarnya.

b) Sebagai tambahan aktivitas, dukungan secukupnya harus diberikan kepada

siswa dengan perbedaan gaya belajar. Siswa dengan perbedaan gaya belajar

memiliki perbedaan pilihan terhadap dukungan, sebagai contoh : assimilator

lebih suka kehadiran instruktur yang tinggi. Sementara akomodator lebih

suka kehadiran instruktur yang rendah.

c) Informasi harus disajikan dalam cara yang berbeda untuk mengakomodasi

berbedaan individu dalam proses dan memfasilitasi transfer ke long-term

memory.

d) Pembelajar harus dimotivasi untuk belajar, tanpa memperdulikan

sebagaimana efektif materi, jika pembelajar tidak dimotivasi mereka tidak akan

belajar.

Page 4: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

e) Pada saat belajar, pembelajar harus diberi kesempatan untuk merefleksi apa

yang mereka pelajari. Bekerja sama dengan pembelajar lain, dan mengecek

kemajuan mereka.

f) Psikologi kognitif menyarankan bahwa pembelajar menerima dan memproses

informasi untuk ditransfer ke long term memori untuk disimpan.

3. Teori Konstruktivisme

Penekanan pokok pada konstruktivis adalah situasi belajar, yang memandang

belajar sebagai yang kontekstual. Aktivitas belajar yang memungkinkan

pembelajar mengkontekstualisasi informasi harus digunakan dalam mendesain

sebuah media pembelajaran. Jika informasi harus diterapkan dalam banyak

konteks, maka strategi belajar yang mengangkat belajar multi-kontekstual harus

digunakan untuk meyakinkan bahwa pembelajar pasti dapat menerapkan

informasi tersebut secara luas. Belajar adalah bergerak menjauh dari

pembelajaran satu-cara ke konstruksi dan penemuan pengetahuan.

Implementasi pada online learning adalah sebagai berikut:

a. Belajar harus menjadi suatu proses aktif. Menjaga pembelajar tetap aktif

melakukan aktivitas yang bermakna menghasilkan proses tingkat tinggi, yang

memfasilitasi penciptaan makna personal.

b. Pembelajar mengkonstruksi pengetahuan sendiri bukan hanya menerima apa

yang diberi oleh instruktur. Konstruksi pengetahuan difasilitasi oleh

pembelajaran interaktif yang bagus, karena siswa harus mengambil inisiatif

untuk berinteraksi dengan pembelajar lain dan dengan instruktur, dan karena

agenda belajar dikontrol oleh pembelajar sendiri.

c. Bekerja dengan pembelajar lain memberi pembelajar pengalaman kehidupan

nyata melalui kerja kelompok, dan memungkinkan mereka menggunakan

keterampilan meta-kognitif mereka.

d. Pembelajar harus diberi control proses belajar.

e. Pembelajar harus diberi waktu dan kesempatan untuk refleksi. Pada saat

belajar online siswa perlu merefleksi dan menginternalisasi informasi.

f. Belajar harus dibuat bermakna bagi siswa. Materi belajar harus memasukan

contoh-contoh yang berhubungan dengan pembelajar sehingga mereka dapat

menerima informasi yang diberikan.

Page 5: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

g. Belajar harus interaktif dan mengangkat belajar tingkat yang lebih tinggi

dan kehadiran sosial, dan membantu mengembangkan makna personal.

Pembelajar menerima materi pelajaran melalui teknologi, memproses

informasi, dan kemudian mempersonalisasi dan mengkontekstualisasi

informasi tersebut.

D. Model-model Desain Pembelajaran

Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para

ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model

berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model

prosedural dan model melingkar.

1. Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level

mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam elajaran atau lebih.

Contohnya adalah model ASSURE.

Model ASSURE terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:

a. Analyze Learners (Analisis Pelajar)

Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan

digunakan secara baik dan disesuaikan dengan cirri-ciri belajar, isi dari

pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu

sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar untuk menganalisis

semua cirri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk

mengenal pelajar sesuai berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan awal

khusus dan gaya belajar

b. States Objectives (Menyatakan Tujuan)

Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan

pembeljaran baik berdasarkan buku atau kurikulum. Tujuan pembelajaran

akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak dari pengajaran

yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus difokuskan kepada pengetahuan,

kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.

c. Select Methods, Media, and Material (Pemilihan Metode, media dan bahan)

Heinich et al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam

pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai

dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai

Page 6: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih

dan atau mendesain media yang telah ditentukan.

d. Utilize Media and materials (Penggunaan Media dan bahan)

Menurut Heinich et al (2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan

media yang baik yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan

persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.

e. Require Learner Participation (Partisipasi Pelajar di dalam kelas)

Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam

aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau

presentasi.

f. Evaluate and Revise (Penilaian dan Revisi)

Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji

keberkesanan dan impak pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan

beberapa aspek diantaranya menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang

dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan guru

dan penggunaan pelajar.

2. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk

menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video

pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul.

Contoh modelnya adalah model hannafin and peck.

Model Hanafin and Peck

Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri

daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase

pengembangan dan implementasi (Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini,

penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase.

a. Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan.

Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam

mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya

tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan

kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan

keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi

Hannafin dan Peck (1988) menekankan untuk menjalankan penilaian

terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.

Page 7: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

b. Fasa yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di

dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk

dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran.

Hannafin dan Peck (1988) menyatakan fase desain bertujuan untuk

mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk

mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang

dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang mengikut

urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif

media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan.

Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini

sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi.

c. Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan

dan implementasi. Hannafin dan Peck (1988) mengatakan aktivitas yang

dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta

penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan

dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu

proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media

yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian

dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini

akan digunakan dalam proses pengubahsuaian untuk mencapai kualitas

media yang dikehendaki. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan

proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses

pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase

secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988)

menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian

sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses

pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media

telah selesai dikembangkan.

3. Model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan

suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu

pelatihan, kurikulum sekolah, dll.

Contohnya adalah model ADDIE.

Model ADDIE

Page 8: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate).

ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan

Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam

membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif,

dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.

Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :

1. Analysis (analisa)

Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan

dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis

kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis

tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan

adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi

kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci

didasarkan atas kebutuhan.

2. Design (disain / perancangan)

Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blue-print).

Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-

print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan

dalam tahap desain ini? Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang

SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun

tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yag

telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran yang

tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini

ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan

tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-

sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan

belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam

sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.

3. Development (pengembangan)

Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi

kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa

multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan.

Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan.

Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung

Page 9: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu

langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum

diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah

satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif,

karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang

sedang kita kembangkan.

4. Implementation (implementasi/eksekusi)

Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem

pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah

dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau

fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software

tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan

lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu tersebut

juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain

awal.

5. Evaluation (evaluasi/ umpan balik)

Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang

dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap

evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi

pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena

tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin

kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli

untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap

pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan

atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.

4. Model prosedural dan model melingkar.

Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carrey

Model Dick and Carrey

Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:

a. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.

b. Melaksanakan analisis pembelajaran

c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa

Page 10: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

d. Merumuskan tujuan performansi

e. Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan

f. Mengembangkan strategi pembelajaran

g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran

h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif

i. Merevisi bahan pembelajaran

j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran

dimaksudkan agar :

Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan

mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir

pembelajaran

Adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran

dan hasil pembelajaran yang dikehendaki

Menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan

perencanaan desain pembelajaran.

Contoh model melingkar adalah model Kemp.

Model Kemp

Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam

penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:

a. Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum untuk

pembelajaran tiap topiknya

b. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut

didesain

c. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat

dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar

d. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan

e. Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang

pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik

f. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang

menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa-siswa

akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan

Page 11: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

g. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi

personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan

rencana pembelajaran

h. Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan

pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali

beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus

menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif

E. PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN

Pengembangan desain pembelajaran dipengaruhi oleh prosedur-prosedur desain

pembelajaran, namun prinsip-prinsip umumnya berasal dari aspek-aspek komunikasi

disamping proses belajar. Perkembangannya selain dipengaruhi oleh teori komunikasi juga

oleh teori-teori proses auditori dan visual, proses berpikir visual, dan estetika. Teori

berfikir sangat berguna dalam pengembangan materi pembelajaran terutama dalam

mencari ide untuk perlakuan visual. Berfikir visual merupakan reaksi internal. Berfikir

visual ini meliputi lebih banyak manipulasi bayangan mental dan asosiasi sensor dan

emosi daripada tahap berpikir yang lain (Seels, 1993). Arnheim (1972) menjelaskan

berfikir visual sebagai fikiran kiasan, dan dibawah sadar. Berfikir visual menuntut

kemampuan mengorganisasi bayangan sekitar unsur-unsur visual digunakan untuk

membuat pernyataan visual yang memberikan dampak besar terhadap proses belajar orang

pada semua usia.

Aplikasi teori belajar visual berfokus pada perancangan visual yang merupakan

bagian penting dalam berbagai tipe pembelajaran yang menggunakan media. Dalam hal

ini, prinsip-prinsip estetika juga merupakan dasar proses pengembangan (Schwier, 1987).

Heinich, Molenda, dan Russel (1993) mengidentifikasi unsur kunci seni yang digunakan

dalam perancangan visual (pengaturan, keseimbangan, dan kesatuan). Kecuali ini masih

banyak lagi daftar unsur dan prinsip perancangan visual yang lain. (Curtis, 1987; Dondis,

1973). Prinsip komunikasi visual juga memberi arah yang mendasar dalam pengembangan

materi pembelajaran. Prinsip-prinsip ini digunakan sebagai panduan dalam merancang dan

mengedit grafik (Petterson, 1993; Wilson dan Houghton, 1987). Dalam perkembangannya

selama beberapa abad, desain komunikasi visual menurut Cenadi (1999:4) mempunyai

tiga fungsi dasar, yaitu sebagai sarana identifikasi, sebagai sarana informasi dan instruksi,

dan yang terakhir sebagai sarana presentasi dan promosi.

Page 12: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

II. BAHAN AJAR

A. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur

untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/

instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang

dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for

Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based

Training).

Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar

merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang

disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan

dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar

memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan

sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara

utuh dan terpadu.

B. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar

Bahan ajar disusun dengan tujuan:

1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai

dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.

2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping

buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Manfaat bagi guru

1. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan

kebutuhan belajar peserta didik.

2. Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.

3. Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi.

Page 13: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

4. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan

ajar.

5. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta

didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya.

6. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Manfaat bagi Peserta Didik

1. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

2. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan

terhadap kehadiran guru.

3. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus

dikuasainya

C. Jenis Bahan Ajar

1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain

handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar,

dan non cetak (non printed), seperti model/maket.

2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk

audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.

4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran

interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

D. Cakupan bahan ajar

Judul, MP, SK, KD, Indikator, Tempat

Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)

Tujuan yang akan dicapai

Informasi pendukung

Page 14: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

Latihan-latihan

Petunjuk kerja

Penilaian

E. Alur analisis penyusunan bahan ajar

F. Prinsip Pengembangan

Dalam mengembangkan bahan ajar tentu perlu memperhatikan prinsisp-

prinsip pembelajaran.Gafur (1994) menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya

meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-

prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut:

1. Prinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau

ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian SK dan KD. Cara termudah

ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai

siswa. Dengan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi yang hendak

diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek

psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan

jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD.

2. Prinsip konsistensi, artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai

siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi

empat macam.

1. Berkomunikasi lisan dan tertulis menggunakan ragam bahasa yang sesuai dengan lancar dan akurat dalam wacana interaksional dan/atau monolog terutama berkenaan dengan wacana berbentuk naratif, prosedur, spoof/recount, report, dan news item.

Kompetensi Dasar Indikator

1.1. Mendengarkan, Memahami wacana transaksional dan interpersonal ringan dan/atau monolog lisan terutama berkenaan dengan wacana berbentuk report.

Bahan Ajar

1. Berkomunikasi lisan dan tertulis menggunakan ragam bahasa yang sesuai dengan lancar dan akurat dalam wacana interaksional dan/atau monolog terutama berkenaan dengan wacana berbentuk naratif, prosedur, spoof/recount, report, dan news item.

Kompetensi Dasar

Bahan Ajar

Standart kompetensi

LKS Modul Kaset dll.

Mengidentifikasi kelompok kata sifat

Kegiatan Pembelajaran

Materi Pembelajaran

Mendiskusikan teks report yang didengar.

Mengidentifikasi adjective phrase.

Teks berbentuk report. Adjective phrase.

Indikator

1.1. Mendengarkan, Memahami wacana transaksional dan interpersonal ringan dan/atau monolog lisan terutama berkenaan dengan wacana berbentuk report.

1. Berkomunikasi lisan dan tertulis menggunakan ragam bahasa yang sesuai dengan lancar dan akurat dalam wacana interaksional dan/atau monolog terutama berkenaan dengan wacana berbentuk naratif, prosedur, spoof/recount, report, dan news item.

Kompetensi Dasar

Bahan Ajar

Page 15: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

3. Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai

dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak

boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan

kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan

membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

G. Pengembangan Kurikulum Terhadap Bahan Ajar

Ada beberapa alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan ajar.

Beberapa alasan-alasan tersebut didasarkan antara lain; ketersediaan bahan sesuai

tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar.

Selain itu, pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum,

artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan kurikulum.

Dalam Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana strategi untuk

mencapainya serta apa saja bahan ajar yang hendak digunakan merupakan kewengan

penuh dari para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut

sebagai pengembang kurikulum termasuk di dalamnya memiliki kemampuan dalam

mengembangkan bahan ajar sendiri.

Ada  tiga azas penting dalam pengembangan kurikulum yakni azas filosofis,

psikologis, dan sosiologis teknologis. Berdasarkan azas tersebut, lebih lengkap

dikemukakan bahwa isi atau materi kurikulum harus bersumber pada hal tersebut

yaitu:

a. Masyarakat beserta budayanya

Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di

masyarakat. Dengan demikian apa yang dibutuhkan masyarakat harus menjadi bahan

pertimbangan dalam menentukan isi kurikulum. Kebutuhan masyarakat yang harus

diperhatikan dalam pengembangan kurikulum meliputi masyarakat dalam lingkungan

sekitar (lokal), masyarakat dalam tatanan nasional dan masyarakat global

b. Siswa

Tugas dan fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan seluruh potensi

siswa. Sehubungan dengan pentingnya anak sebagai sumber materi kurikulum,

beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya:

Kurikulum sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan anak,

Page 16: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

Isi kurikulum sebaiknya mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dapat digunakan siswa dalam pengalamannya sekarang dan juga berguna untuk

menghadapi pada masa yang akan datang,

Siswa hendaknya didorong untuk belajar kegiatannya sendiri dan tidak sekedar

penerima secara pasif apa yang diberikan oleh guru,

Apa yang dipelajari siswa hendaknya sesuai dengan minat dan keinginan siswa,

Bahan atau materi kurikulum dapat bersumber dari disiplin ilmu baik yang

berumpun ilmu-imu sosial (social science) maupun ilmu-ilmu alam (natural science).

Selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah bagaimana cakupan dan keluasan serta

kedalaman materi atau isi dalam setiap bidang studi.

Berdasarkan pemikiran yang dikemukakan di atas, kata kunci yang dapat

ditemukan agar guru dapat mengatasi kesulitan tersebut ialah perlunya guru

mengembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila dalam pelaksanaan pembelajaran

nantinya materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan

ajar harus dikemas agar dapat membantu siswa untuk menggambarkan sesuatu yang

abstrak menjadi lebih kongkrit sehingga mudah dicerna. Upaya tersebut dapat

dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan gambar, grafik, tabel, diagram, foto,

audiovisual, skema, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan materi yang rumit, guru

harus dapat menjelaskan dengan cara yang sederhana, mudah dipahami dan

disesuaikan dengan tingkat berfikir dan nalar siswa. Inilah yang mendasari alasan

mengapa guru perlu mengembangkan bahan ajar.

H. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar

Depdiknas (2007) merinci prosedur pengembangan bahan ajar, yaitu

diantaranya sebagai berikut. Pertama, menentukan kriteria pokok pemilihan bahan

ajar dengan mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

Hal ini dikarenakan setiap aspek dalam SK dan KD  jenis materi yang berbeda-beda

dalam kegiatan pembelajaran. Kedua, mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar.

Materi pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep,

prinsip dan prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan

penilaian) serta aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan rutin). Ketiga,

mengembangkan bahan ajar  yang sesuai atau relevan  dengan SK-KD yang telah

teridentifikasi tadi. Keempat, mengembangkan sumber bahan ajar.

Page 17: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi

untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan

peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik,

perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk

membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori

belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu

oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu Pengajar dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis

maupun bahan tidak tertulis. Untuk sistematika penyusunan bahan ajar itu sendiri meliputi

prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Bahan ajar bertujuan dapat menimbulkan

minat baca, ditulis dan dirancang untuk peserta didik, menjelaskan tujuan instruksional,

disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel, struktur berdasarkan kebutuhan peserta didik

dan kompetensi akhir yang akan dicapai, memberi kesempatan pada peserta didik untuk

berlatih, Mengakomodasi kesulitan peserta didik, memberikan rangkuman, gaya penulisan

komunikatif dan semi formal, kepadatan berdasar kebutuhan peserta didik, dikemas untuk

proses instruksional, mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari peserta

didik, menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.

Saran

Saran dalam makalah ini agar setiap materi perkuliahan disediakan: Rangkuman

memungkinkan mahasiswa mempelajari kembali bagian yang penting dari suatu topik

pelajaran, Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat daya

Page 18: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

ingat dan retensi, Tindak lanjut berisi umpan balik kepada mahasiswa. Fungsi umpan balik

dalam bahan ajar adalah agar mahasiswa mampu mengukur kemampuannya sendiri. Daftar

pustaka dicantumkan dalam bahan ajar agar mahasiswa yang ingin mengetahui lebih lengkap 

atau lebih jauh tentang suatu persoalan dari sumber referensi tertentu dapat dilacak

keberadaannya

Page 19: Pengembangan Desain Dan Bahan Ajar

DAFTAR PUSTAKA

http://www.tkplb.org/documents/etrainingmedia%20pembelajaran/

3.Konsep_Dasar_Desain_Pembelajaran.pdf

http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php

http://www.topazart.info/teks_teachingmat/flash/tutorialBahanAjarMultimedia.pdf

http://blog.uin-malang.ac.id/azistatapangarsa/2011/06/05/pengembangan-bahan-ajar/