Bahan Ajar

23
BAHAN AJAR MEKANISME PEMBELAAN DIRI Dalam menghadapi suatu bahaya (termasuk bila ia dalam keadaan stress) maka manusia akan selalu memberi tanggapan (response). Anggapan yang diberikan itu sebenarnya merupakan suatu mekanisme pembelaan . Tiap orang mempunyai pola mekanisme yang berbeda. Secara garis besar ada 4 macam mekanisme pembelaan, yaitu : 1. Narsistik 2. Imatur (immature) 3. Nerotik 4. Matur (mature) Mekanisme pembelaan yang dipakai oleh seseorang tergantung pada banyak faktor yang antara lain tergantung pada kepribadian dan lingkungan sosial tempat ia berada. Freud mengetahui keberadaan beberapa mekanisme pertahanan, tetapi tulisannya ditujukan terutama pada represi, yang dianggapnya sebagai mekanisme pertahanan yang utama, paling penting , dan paling sering digunakan. Penelitian pertama dan menyeluruh tentang mekanisme pertahanan ditulis oleh anaknya Anna Freud dalam bukunya The Ego and the Mechanisms of Defense, dimana ia menyatakan bahwa setiap orang, normal atau neurotik, menggunakan mekanisme pertahanan yang karakteristik dan berulang . la juga menekankan bahwa ego harus merupakan pusat terapi psikoanalisis, disamping mengungkapkan derivat dorongan yang direpresi. Pengamatannya bahwa "terdapat kedalaman pada permukaan " mencerminkan pengertiannya tentang kompleksitas apek pertahanan dari ego. Pada masing-masing fase perkembangan libido, komponen dorongan spesifik membangkitkan pertahanan ego yang karakteristik . Sebagian contohnya, fase ana adalah berhubungan dengan pembentukan reaksi, seperti yang dimanifestasikan oleh perkembangan rasa malu dan muak dalam hubungan dengan impuls dan kenikmatan anal. Pertahanan dapat dikelompokkan secara hirarkis menurut derajat relatif maturitas yang berhubungan dengan pertahanan . Pertahanan narsistik adalah yang paling primitif dan digunakan oleh anak-anak dan orang yang mengalami

description

l

Transcript of Bahan Ajar

Page 1: Bahan Ajar

BAHAN AJAR MEKANISME PEMBELAAN DIRI

Dalam menghadapi suatu bahaya (termasuk bila ia dalam keadaan stress) maka

manusia akan selalu memberi tanggapan (response). Anggapan yang diberikan itu

sebenarnya merupakan suatu mekanisme pembelaan . Tiap orang mempunyai

pola mekanisme yang berbeda. Secara garis besar ada 4 macam mekanisme

pembelaan, yaitu :

1. Narsistik

2. Imatur (immature)

3. Nerotik

4. Matur (mature)

Mekanisme pembelaan yang dipakai oleh seseorang tergantung pada banyak

faktor yang antara lain tergantung pada kepribadian dan lingkungan sosial tempat

ia berada.

Freud mengetahui keberadaan beberapa mekanisme pertahanan, tetapi

tulisannya ditujukan terutama pada represi, yang dianggapnya sebagai

mekanisme pertahanan yang utama, paling penting , dan paling sering digunakan.

Penelitian pertama dan menyeluruh tentang mekanisme pertahanan ditulis oleh

anaknya Anna Freud dalam bukunya The Ego and the Mechanisms of Defense,

dimana ia menyatakan bahwa setiap orang, normal atau neurotik, menggunakan

mekanisme pertahanan yang karakteristik dan berulang . la juga menekankan

bahwa ego harus merupakan pusat terapi psikoanalisis, disamping

mengungkapkan derivat dorongan yang direpresi. Pengamatannya bahwa

"terdapat kedalaman pada permukaan " mencerminkan pengertiannya tentang

kompleksitas apek pertahanan dari ego.

Pada masing-masing fase perkembangan libido, komponen dorongan

spesifik membangkitkan pertahanan ego yang karakteristik . Sebagian contohnya,

fase ana adalah berhubungan dengan pembentukan reaksi, seperti yang

dimanifestasikan oleh perkembangan rasa malu dan muak dalam hubungan

dengan impuls dan kenikmatan anal.

Pertahanan dapat dikelompokkan secara hirarkis menurut derajat relatif

maturitas yang berhubungan dengan pertahanan . Pertahanan narsistik adalah

yang paling primitif dan digunakan oleh anak-anak dan orang yang mengalami

Page 2: Bahan Ajar

gangguan psikotik . Pertahanan imatur adalah terlihat pada remaj'a dan beberapa

pasien obsesif-kompulsif dan pasien histerikal dan pada orang dewasa dalam

stres. Dan pertahanan matur adalah mekanisme adaptasi yang normal dan sehat

dari kehidupan dewasa. Pengelompokan tersebut adalah tidak kaku dalam

batas-batasnya, dan beberapa tumpang tindih mekanisme dapat terjadi di antara

kelompok yang berbeda .

Mekanisme Pembelaan Narsistik

Suatu mekanisme pembelaan yang berorientasi pada pemuasan id. Mekanisme

pembelaan macam ini biasanya terdapat pada penderita skizofrenia

Contoh mekanisme pembelaan narsistik adalah :

a. Denial (penyangkalan)

Suatu mekanisme pembelaan dengan cara menofak atau tidak mau

menerfma kenyataan (realita) yang dihadapinya. Penghindaran

penyadaran aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan

menghilangkan data sensoris. Represi menahan afek dan dorongan yang

dihasilkannya, tetapi penyangkalan dapat digunakan pada keadaan normal

maupun patologis

b. Proyeksi

Suatu mekanisme pembelaan dengan cara melakukan proyeksi emosi,

tingkah laku atau kekurangannya pada obyek lain. Impuls internal yang

tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan

ditanggapi seakan- akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini

mengambil bentuk waham yang jelas tenang kenyataan eksternal,

biasanya waham kejar.,dan termasuk persepsi perasaan diri sendiri dalam

orang lain dari tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid

psikotik). Impuls mungkin berasal dari id atau super ego (tuduhan

halusinasi) tetapi dapat mengalami transformasi dalam proses, jadi,

menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido

homoseksual diubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan

kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima.

c. Distorsi Suatu mekanisme pembelaan dengan menggunakan sikap tingkah laku

atau pikiran yang aneh-aneh yang tidak sesuai dengan logika dan realita,

Page 3: Bahan Ajar

sehingga timbul faham dan halusinasi atau ilusi. Kenyataan eksternal

ibentuk kembali secara kasar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan

internal - termasuk keyakinan megalomanik yang tidak realistik, halusinasi.

Waham pemenuhan harapan - dan digunakan untuk mempertahankan

perasaan superior atau hak yang bersifat waham

d. Idealisasi primitif

Objek eksternal yang dipandang sebagai "baik" atau 'jahaf adalah diberkati

secara tidak realistik oleh kekuatan yang besar . Sangat sering , objek

"baik" dipandang sebagai maha kuasa atau ideal "baik" dipandang sebagai

mahakuasa atau ideal, dan keburukan pada obyek "jahat" sangat

dibesarkan

e. Identifikasi proyektif

Aspek yang tidk diinginkan dari diri diendapkan kepada orang lain sehingga

orang memproyeksikan merasa bersatu dengan obyek proyeksi. Aspek

yang keluar dimodifikasi oleh dan ditutupi dari resipien. Pertahanan

memungkinkan seseorang untuk menjauhi dan membuat dirinya sendiri

mengerti dengan mengeluarkan tekanan pada orang lain untuk mengalami

perasaan yang serupa dengan perasaannya

f. Pembelaan

Objek eksternal dibagi menjadi "baik" dan "jahat" disertai oleh pergeseran

suatu objek yang tiba-tiba dari satu kategori ekstrim kepada kategori

lainnya. Pembalikan perasaan yang tiba-tiba dan lengkap dan

konseptualisasi tentang seseorang mungkin terjadi. Osilasi faerulang yang

ekstrim antara konsep diri yang bertentangan adalah manifestasi lain dari

mekanisme.

Mekanisme Pembelaan Immature

Suatu mekanisme pembelaan yang dilakukan dengan sikap kekanak-kanakan

(tidak dewasa). Mereka yang menggunakan mekanisme pembelaan ini sikapnya

nampak kekanak-kanakan , sikap dan tingkah lakunya seperti anak kecil.

Ada beberapa macam mekanisme pembelaan yang immature ini, antara lain :

a. Acting out Orang mengungkapkan harapan atau impuls bawah sadar dengan

memerankannya untuk menghindari menjadi disadari dari afek yang

Page 4: Bahan Ajar

menyertai. Khayalan bawah sadar dihidupkan secara impulsif dalam

perilaku , dengan demikian memuaskan impuls, bukannya melarang

impuls. Memerankan merupakan pengalahan kronis kepada impuls untuk

menghindari ketegangan yang akan terjadi dari penundaan pengungkapan

b. Blocking

Mekanisme pembelaan dengan cara berdiam diri atau mematung . Inhibisi

sementara atau transien dari pikiran terjadi pada penghambatan

(blocking). Afek dan impuls mungkin juga terlibat. Penghambatan sangat

menyerupai represi tetapi berbeda di mana ketegangan timbul jika impuls,

afek, atau pikiran dihalangi

c. Hipokondriasis

Mekanisme pembelaan yang dilakukan dengan mengalihkan pada

keluhan-keluhan fisik (somasi). Umumnya keluhan fisik yang diungkapkan

adalah untuk menghindari tanggung jawab. Celaan yang timbul dari

kehilangan, kesepian, atau impuls agresif yang tidak dapat diterima

kepada orang lain adalah diubah menjadi celaan terhadap diri sendiri dan

keluhan nyeri , penyakit somatik, dan neurastenia. Semua penyakit

mungkin juga diperberat atau ditekankan secara berlebihan untuk

mendapatkan penghindaran dan regresi. Pada hipokondriasis , tanggung

jawab dapat dihindari , rasa bersalah dapa dielakan, dan impuls instinktual

ditangkis. Karena Introyeksi hipokondriakal adalah bertentangan dengan

ego, orang yang terkena mengalami disforia dan penderitaan.

d. Introyeksi

Mekanisme pembelaan dengan cara menirukan atau memasukkan obyek

yang dicintai. Walaupun penting bagi stadium perkembangan seseorang,

introyeksi juga memiliki fungsi pertahanan yang khusus. Proses introyeksi

melibatkan internalisasi kualita obyek jika digunakan sebagai pertahanan,

ia dapat menghalangi perbedaan antara subjek dan objek. Melalui

introyeksi suatu objek yang dicintai, kesadaran akan perpisahan yang

menyakitkan atau ancaman kehilangan akan dihindari introyeksi objek

yang ditakuti berperan untuk menghindari kecemasan jika karakteristik

agresif dari objek diinternalisasikan, jadi menempatkan agresi dalam

pengendalian dirinya sendiri. Contoh klasik adalah identifikasi dengan

agresor. Suatu identifikasi dengan korban juga dapat terjadi, dengan jalan

Page 5: Bahan Ajar

mana kualitas menghukum diri sendiri dari objek diambil dan ditegakkan

dalam diri seseorang sebagai gejala atau sifat karakter.

e. Pasif-Agresif

Mekanisme pembelaan berupa sikap melakukan pemusuhan dengan cara

diam- diam atau secara pasif menyerang orang lain. Agresi kepada orang

lain diekspresikan secara tidak langsung melalui pasivitas , masokisme,

dan berbalik menentang diri sendiri. Manifestasi perilaku pasif-agresif

adalah kegagalan , penundaan , dan penyakit yang lebih mempengaruhi

orang lain dibandingkan diri sendiri.

f. Regresi Mekanisme pembelaan dengan cara bersikap kembali seperti pada waktu

fase anak-kanak, sehingga sikapnya tiak lagi sesuai dengan keadaannya

sekarang. Melalui regresi, orang berusaha untuk kembali ke fase fungsi

libido yang lebih awal untuk menghindari ketegangan dan konflik yang

ditimbulkan pada tingkat perkembangan sekarang. Ini mencerminkan

kecenderungan dasar untuk mendapatkan pemuasan instinktual pada

periode yang kurang berkembang . Regresi juga merupakan fenomena

normal, karena sejumlah tertentu regresi adalah diperlukan untuk

relaksasi, tidur, dan orgasme dalah hubungan seksual. Regresi dianggap

penyerta yang penting dari proses kreatif

g. Fantasi Skizoid

Mekanisme pembelaan yan diperlihatkan dengan cara melamun. Melalui

khayalan, orang menuruti kemunduran autistik untuk memecahkan konflik

dan mendapatkan pemuasan . Keintiman interpersonal adalah dihindari,

dan eksentrisitas berperan untuk menolak orang lain. Orang tidak

sepenuhnuya percaya pada khayalan atau ingin memerankannya

h. Somatisasi Mekanisme pembelaan dengan cara mengalihkan situasi yang dihadapi

pada eluhan-keluhan fisik (seperti hipokondriasis) tetapi rasa sakit yang

dikeluhkan meliputi badan atau seluruh tubuh. Asal psikis diubah menjadi

gejala tubuh dan orang cenderung bereaksi dengan manifestasi somatik

bukannya manifestasi psikis. Pada desomatisasi, respon somatisasi

infantil digantikan oleh pikiran dan afek pada resomatisasi, orang beregresi

kepada bentuk somatik yang febih awal saat berhadapan dengan konflik

Page 6: Bahan Ajar

yang terpecahkan.

i. Identifikasi

Identifikasi yang berperan penting dalam perkembangan ego, juga dapat

digunakan sebagai mekanisme pertahanan dalam keadaan tertentu.

Identifikasi dengan objek cinta dapat berperan sebagai pertahanan

terhadap kecemasan atau rasa sakit yang menyertai perpisahan dari atau

kehilangan objek, baik nyata atau ancaman, jika identifikasi terjadi karena

rasa bersalah, orang beridentifikasi untuk menghukum dirinya sendiri

dengan kualitas atau gejala orang yang merupakan sumber perasaan

bersalah. Mekanisme identifikasi pada agresor, pertama kali dijelaskan

oleh Anna Freud, dapat juga dimasukkan sebagai mekanisme

pertahanan

j. Proyeksi

Seseorang menempatkan perasaannya dan harapannya sendiri kepada

orang lain karena perasaan internal atau afek menyakitkan yang tidak

dapat ditoleransi. Secara karakteristik ditemukan pada keadaan psikotik,

khususnya sindroma paranoid, proyeksi juga banyak digunakan dalam

kondisi normal. Dalam psikosis, proyeksi mengambil bentuk waham yang

jelas tentang kenyataan ekstemal, biasanya bersifat waham kej'ar, dan

termasuk persepsi perasaan diri sendiri kepada orang lain dan

memerankan persepsi selanjutnya

Mekanisme Pembelaan Neurotik

Suatu mekanisme pembelaan yang dilakukan dengan sikap dan tingkah laku

neurotik (dengan keluhan cemas, khawatir , was-was dan ketakutan ). Beberapa

mekanisme pembelaan neurotik, antara lain ialah :

a. Controlling

Mekanisme pembelaan yang ditunjukkan dengan tingkah laku suka

mengawasi mengontrol atau memantau orang lain dan lingkungan untuk

kepentingan diri sendiri. Tingkah laku yang diperlihatkan itu mengandung

maksud untuk menutupi kekurangan yang ada pda dirinya sendiri,

disamping untuk mendapatkan kepuasan tersendiri bagi dirinya. Terdapat

usaha bertebihan untuk menangani atau mengatur peristiwa atau objek

dalam lingkungan untuk menekan kecemasan dan untuk memecahkan

Page 7: Bahan Ajar

konflik dalam diri.

b. Isolasi

Mekanisme pembelaan dengan cara mengasingkan diri. Orang yang

memakai mekanisme pembelaan suka menyendiri bila menghadapi

bahaya atau sedang stres. Isolasi adalah pembelaan atau pemisahan

gagasan dari afek yang menyertainya tetapi direpresi. Isolasi sosial adalah

tidak adanya objek hubungan.

c. Displacement Mekanisme pembelaan dengan cara memindahkan obyek emosi atau

kemarahannya pada orang lain. Suatu emosi atau dorongan katheksis dari

gagasan atau objek adlah dipindahkan kepada orang lain yang menyerupai

aslinya dalam aspek atau kualitasnya. Pengalihan memungkinkan

perwakilan simbolik gagasan atau objek asli dengan cara yang kurang

katheksis atau yang menimbulkan lebih sedikit ketegangan dibandingkan

aslinya

d. Intelektualisasi

Mekanisme pembelaan dengan cara memperhatikan intelektualitasnya.

Mereka yang memakai mekanisme ini akan banyak bicara untuk

memperiihatkan intelektualitasnya. Sangat mirip dengan rasionalisasi,

intelektualisasi adalah pemakaian berlebihan proses intelektual untuk

menghindari ekspresi atau pengalaman afektif. Tekanan yang tidak

semestinya dipusatkan pada benda mati untuk menghindari keintiman

dengan orang. perhatian diberikan pada kenyataan eksternal utnuk

menghindari ekspresi perasaan internal, dan penekanan secara

berlebihan diberikan pada perincian yang tidak relevan untuk menghindari

merasakan keseluruhan.

e. Represi Mekanisme pembelaan dengan cara menghindari dari konflik yang

dihadapi tanpa disadari . Suatu saat konflik yang disimpan dalam bawah

sadar ini akan dapat muncul ke permukaan dan dapat mengganggu

kehidupannya. Suatu gagasan atau perasaan dapat dibuang atau ditahan

dari kesadaran melalui represi. Represi primer adalah mengekang

gagasan dan perasaan sebelum mereka mencapai kesadaran ; represi

sekunder adalah mengeluarkan dari kesadaran apa yang pernah dialami

Page 8: Bahan Ajar

pada tingkat sadar. Hal yang direpresi tidak benar-benar dilupakan,

sehingga perilaku simbolik dapat ditemukan. Represi adalah berbeda dari

supresi dengan mempengaruhi inhibisi impuls yang disadari sampai titik

yang hilang dan tidak hanya menunda penghargaan tujuan. Persepsi

instink dan perasaan yang disadari adalah dihalangi.

f. Disosiasi

Modifikasi sementara tetapi drastik dari karakteri seseorang atau identitas

pribadi seseorang yang terjadi untuk menghindari ketegangan emosional.

Keadaan fugu dan reaksi konversi histerik adalah manifestasi yang sering

dari disosiasi. Disosiasi juga ditemukan pada perilaku fobik-balik

(counterphobic), gangguan identitas disosiatif, pemakaian perangsang

farmakologis , dan kegembiraaan religius.

g. Eksternalisasi

Istilah umum yang lebih sering ibandingkan proyeksi, eksternalisasi

dimaksudkan sebagai kecenderungan untuk merasakan kepribadian

sendiri, termasuk impuls instintual, konflik , mood, sikap, dan gaya berpikir,

pada dunia luar dan pada elemen objek luar

h. Inhibisi Dalam inhibisi, pembatasan atau penolakan fungsi ego terjadi secara

disadari, sendirian atau kombinasi, untuk menghilangkan kecemasan yang

ditimbulkan konflik dengan impuls instinktual, superego, atau kekuatan

atau tokoh dalam lingkungan.

i. Rasionalisasi

Penjelasan rasionalisasi adalah ditawarkan oleh orang untuk

membenarkan sikap, keyakinan, atau perilaku yang tidakdapat diterima.

Motif yang mendasari biasanya ditentukan secara instinctual

j. Pembentukan reaksi Impuls yang tidak dapat diterima diubah menjadi kebalikannya.

Pembentukan reaksi adalah karakteristik dari neurosis obsesional, tetapi

dapat terjadi pada bentuk neurosis lainnya. Jika mekanisme sering

digunakan pada stadium perkembangan ego yang awal, ia dapat menjadi

sifat karakter secara permanen, seperti pada karakter obsesional.

k. Seksualisasi

Suatu objek atau fungsi ditempel dengan kepentingan seksual yang tidak

Page 9: Bahan Ajar

dimiliki sebelumnya atau yang dimilikinya dengan deraj'at lebih kecil untuk

menangkas kecemasan yang berhubungan dengan impuls atau

turunannya yang dilarang

Mekanisme Pembelaan yang Mature

Ketika mekanisme pembelaan yang telah diuraikan di atas mekanisme pembelaan

yang tidak matang, oleh karena rtu sedapat mungkin harus dihindari.

Ada beberapa macam mekanisme pembelaan yang mature, antara lain :

a. Altruisme

Mekanisme pembelaan pada orang yang mampu mengorbankan diri

sendiri untuk kepentingan orang lain tetapi tanpa merugikan diri sendiri.

Orang menjalani pengalaman yang dilakukan untuk orang lain dengan cara

yang konstruktif dan secara instinktual memuaskan orang lain. Altruisme

termasuk pembentukan reaksi yang ringan dan konstruktif. Altruisme

dibedakan dari penyerah altruistik (altruistic surender), di mana penyerah

dari pemuasan langsung atau dari kebutuhan instinktual terjadi untuk

memenuhi kebutuhan orang lain dengan merugikan diri sendiri dan dimana

kepuasan dapat dinikmati hanya melalui introyeksi yang dilakukan untuk

orang lain.

b. Antisipasi

Mekanisme pembelaan dengan cara melakukan antisipasi pada masa

depan. Mereka yang memakai mekanisme ini mampu menghadapi

kecemasan dengan membuat rencana yang positif. Kecemasan atau

ketakutannya diantisipasi dengan cara membuat program yang jelas dan

positif. la mampu menggunakan waktu sebaik-baiknya. Umumnya

kecemasan yang dihadapinya adalah sesuatu yang belum terjadi.

Antisipasi realistik atau perencanaan untuk masa depan adanya

ketidaknyamanan dalam diri berarti perencanaan yang cermat atau

antisipasi afektif yang mengkhawatirkan atau prematur tetapi realistik

adanya kejadian menakutkan dan kemungkinan hasil yang

mengecewakan.

c. Aseitisme

Mekanisme pembelaan pada mereka yang mampu mengendalikan diri bila

mendapatkan musibah atau kegembiraan. Orang yang memiliki

Page 10: Bahan Ajar

mekanisme ini tidak akan terlalu kecewa bila mendapatkan musibah dan

tidak akan terialu gembira bila mendapatkan kesenangan. Efek yang

menyenangkan dari pengalaman dihilangkan. Terdapat elemen moral

dalam menentukan nilai kesenangan tertentu. Pemuasan didapatkan dari

penolakan , dan pertapaan diarahkan menentang semua kesenangan

dasar yang dirasakan secara sadar.

d. Humor

Mekanisme pembelaan yang ditunjukkan dengan cara membuat humor

agar orang lain tertawa. Humor yang dibuatkan selalu humor yang tanpa

menyinggung dan menyakiti hati orang lain. Humor memungkinkan

ekspresi perasaan dan pikiran secara jelas tanpa ketidaknyamanan atau

imobilisasi pribadi dan tidak menghasilkan efek yang tidak menyenangkan

bagi orang lain. Ini memungkinkan orang untuk mentoleransi tetapi masih

memuaskan pada apa yang terlalu menakutkan untuk dipikul ; humor

berbeda dari kejenakaan, yaitu suatu bentuk pengalihan yan gmengalihkan

perhatian dari masalah afektif.

e. Sublimasi Mekanisme pembelaan yang ditunjukkan dengan kemampuan mengganti

dorongan instink yang tidak baik dengan kegiatan-kegiatn lain yang

bermanfaat (positif). Kecemasan atau kekecewaan yang dihadapi sudah

terjadi, sehingga harus dilakukan sublimasi. Pemuasan impuls dan

penundaan tujuan adalah dicapai, tetapi tujuan atau sasaran diubah dari

yang mungkin ditolak secara sosial menjadi yang diterima secara sosial.

Sublimasi memungkinkan instink disalurkan, bukannya dihambat atau

dialihkan . Perasaan dikenali , dimodifikasi, dan diarahkan kepada sasaran

atau tujuan yang penting, dan terjadi pemuasan instinktual yang ringan

f. Supresi Mekanisme pembelaan dengan cara melupakan kekecewaan atau

kegagalan yang dihadapi dengan penuh kesadaran . Di sini harus mampu

menerima realita dengan ikhlas untuk kemudian melepaskannya. Karena

ikhlas dan penuh kesadaran maka orang akan tetap berada dalam

keadaan homeostasis, dan dengan demikian orang akan berada dalam

keadaan sehat bebas dari simtom-simtom gangguan menal atau bahkan

gangguan fisik. Keputusan yang disadari atau setengah disadari untuk

Page 11: Bahan Ajar

menunda perhatian pada terjadinya impuls atau konflik yang disadari.

Masalah dapat semata-mata dihalangi, tetapi tidak dihindari. Rasa tidak

nyaman adalah dirasakan tetapi ditekan.

Mekanisme pembelaan yang dewasa (mature) ml perlu dikembangkan dan

disebar luaskan pada setiap orang karena mekanisme ini akan membawa orang

pada kondisi sehat. Memang tidak mudah untuk memiliki mekanisme pembelaan

yang tewasa ini. Orang harus berlatih dan berupaya dengan tekun agar

memilikinya. Ada nece-apa cara agar orang mampu bereaksi terhadap stresor

yang dihadapinya nengan mekanisme pembelaan yang dewasa . Upaya itu antara

lain dengan neiakukan hal-hal sebagai berikut :

Pertama, memusatkan perhatian pada yang ada, pada yang telah dimiliki

(pekerjaan apabsaja) dan lakukanlah sebaik mungkin. Hindari situasi

yang memperburuk keadaan dengan memikirkan hal-hal masa lalu dan

menghawatirkan masa depan

Kedua, buatlah daftar masalah yang dihadapi dan pecahkan (selesaikan) setiap

masalah itu satu persatu menurut kala prioritas. Atasi dulu satu masalah

sebelum menangani masalah lainnya

Ketiga, bila telah ditetapkan suatu pemecahan masalah, maka lakukanlah

dengan segera. Jangan membuang-buang energi dengan was-was.

Keempat, usahakanlah agar hidup ini lebih produktif . Hindari adanya kekosongan

waktu, sebab waktu yang kosong itu dapat menambah keresahan dan

ketegangan

Kelima, hindari cara berfikir untuk selalu menyalahkan orang lain, sebab hal ini

akan menimbulkan frustasi berkepanjangan, dan rasa permusuhan

terhadap semua orang yang terlibat.

Keenam, luangkanlah waktu setiap hari untuk beistirahat beberapa saat sebagai

usaha untuk menenangkan fisik dan mental. Dalam waktu istirahat ini

pikirkanlah hal-hal yang menggembirakan atau tidak bepikir sama

sekali.

Page 12: Bahan Ajar

Ketujuh, ciptakanlah rasa aman dan damai dengan cara mempertahankan

kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukan sehari-hari. Pertahankanlah

hal ini sebaik mungkin, misalnya jam kerja, waktu makan, tidur dan

kegiatan-kegiatan lain.

Kedelapan, atasi setiap masalah sebelum masuk tidur . Masalah yang belum ada

alternatif pemecahannya atau bahkan masalah yang dapat teratasi

akan selalu mengganggu tidur, akibatnya di keesokan harinya tak

mungkin bangun dalam keadaan segar.

Kesembilan, biasakanlah untuk menerima dan menghadapi situasi kritis yang

mungkin selalu terjadi dan tak mungkin untuk dihindari

Kesepuluh, dalam keadaan kecemasan yang dirasakan terlalu berat, berfikirlah

rasional dan carilah pertolongan pada ahlinya (psikiater). Hindarilah

berpikir yang irrasional yang dapat membawa pada hal-hal yang akan

menambah parah gangguan yang diderita.

Dalam masyarakat tradisional, bila ada seseorang yang mengalami

gangguan baik fisik naupun mental dan belum diketahui penyebabnya maka

gangguan yang terjadi itu dihubung-hubungkan dengan ketakutan supernatural,

sehingga timbullah seperti stigma. Stigma yang dikaitkan dengan timbulnya

gangguan mental karena sebab adanya kekuatan supernatural itu, tidak hanya

terdapat pada mereka yang berpendidikan tinggi. Umumnya mereka yang

mempunyai stigma adalah mereka yang ttdak mempunyai pegangan yang jelas

dalah hidupnya, artinya mereka tidak beragama dengan baik . Umumnya mereka

mudah gelisah dan bingung, tidak mengerti kemana harus mencari pertolongan

Ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu tentang kemampuan seseorang

memaki mekanisme pembelaan yang dewasa itu adalah mereka yang terpenuhi

kebutuhan dasarnya (terutama dalam masa The Formative of Years) sebagai

manusia. Kebutuhan dasar itu sering disebut sebagai basic needs dari Maslow

Page 13: Bahan Ajar

Stadium Siklus Kehidupan

Erikson menggmbarkan delapan stadium siklus kehidupan. Stadium

ditandai oleh satu atau lebih krisis internal, yang didefinisikan sebagai titik balik

(turning point) suatu periode dimana seseorang berada di dalam kerentanan yang

meningkat. Idealnya , suatu krisis diatasi secara berhasil , dan orang mendapatkan

kekuatan dan mampu untuk pindah ke stadium selanjutnya.

Stadium Erikson tidak terpaku dengan waktu. Perkembangan adalah

berkesinambungan; Kendatipun stadium tertentu menguasai suatu waktu tertentu,

orang mungkin mempunyai masalah sisa yang dibawa dari satu stadium ke

stadium selanjutnya atau mungkin di dalam stres berat dan beregresi ke stadium

yang lebih awal secara keseluruhan atau sebagian . Batasan waktu yang

dituliskan dibawah ini mencerminkan suatu perkiraan yang disetujui oleh sebagian

besar peneliti dalam bidang ini.

Stadium I. Kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar (basic

trust versus basic mistrust), (sejal lahir sampai kira-kira usia 1 tahun).

Kepercayaan lawan ketidakpercayaan adalah krisis pertama yang harus dihadapi

oleh seorang bayi. Erikson menulis di dalam "Growth and Crisis of the Healthy

Personality".

Untuk komponen pertama dari kepribadian yang sehat saya menunjuk rasa

kepercayaan dasar yang saya piker merupakan suatu sikap pada seseorang dan

dunia / yang didapatkan dari pengalaman dalam tahun pertama kehidupan.

Kepercayaan adalah harapan bahwa kebutuhan seseorang akan diperhatikan dan

dunia atau pengasuhnya dapat dipercaya

Periode ini bertepatan dengan stadium perkembangan oral dari Freud, di

mana Tiulut merupakan zona tubuh yang paling sensitif . Menemukan puting

payudara, nenghisap, dan memasukkan makanan memenuhi kebutuhan primer

bayi. Perhatian yang penuh dari ibu terhadap kebutuhan tersebut yang

menimbulkan kepercayaan, selanjutnya meletakkan dasar untuk harapan positif

bayi di masa mendatang terhadap dunia . Erikson menambahkan istilah "sensorik"

pada stadium oral dari Freud (disebutnya sebagai oral - sensorik) karena orang tua

juga mengikuti indera bayi penglihatan, pengecapan, pembauan, raba, dan

pendengaran. Melalui interaksi tersebut, bayi mengembangkan perasaan

kepercayaan bahwa keinginannya akan dipuaskan, atau, jika ibunya tidak

Page 14: Bahan Ajar

memperhatikan, bayi mengembangkan rasa ketidakpercayaan bahwa mereka

tidak akan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

KRISIS ORAL. Pada setengah bagian kedua tahun pertama, terjadi krisis

oral. Pada saat tersebut gigi bayi tumbuh, dan dorongan untuk menggigit terjadi.

Bayi berkembang dari semata-mata pasif menjadi semakin aktif. Tetapi, jika bayi

menggigit terfalu aktif. Tetapi, jika bayi menggigit tertalu aktif, puting payudara

dilepaskan. Respon ibu sebagian adalah dipengaruhi oleh perilaku anak, dan bayi

belajar bahwa ia harus mengontrol dorongan untuk menggigit. Sebagia akibatnya,

bayi belajar bahwa ia harus mengontrol dorongan untuk menggigit. Sebagai

akibatnya, bayi belajar sahwa mereka dapat dipengaruhi lingkungan, dan mereka

mulai mengembangkan rasa dalam dirinya sendiri sebagai individu yang terpisah

dari lingkungan. Di dalam kuftur sekarang ini, penyapihan dari payudara atau botol

dimulai pada akhir fase ini. Erikson percaya bahwa perpisahan adalah dasar dari

rasa sedih, nostalgia, atau kerinduan . Tetapi, jika kepercayaan dasar adalah kuat,

anak mengembangkan pengertian harapan, optimisme , dan kepercayaan diri.

Seorang ibu atau pengganti ibu yang mencintai dan penuh kasih sayang

yang memberikan perawatan yang konsisten dan dengan kualitas yang baik

memberikan dasar untuk perkembangan kepercayaan. Menurut Erikson,

pencapaian sosial dari bayi adalah kemauannya untuk membiarkan ibunya di luar

jangkauan penglihatannya tanpa kecemasan atau kemarahan yang tidak

semestinya. Hal tersebut terjadi karena ibu menjadi suatu kepastian inti (inner

certainty) di dalam gambaran mental bayi. Konsep yang sejalan adalah konsep

dari Jean Piaget mengenai keabadian objek (object permanence) di mana

kemampuan anak untuk mempertahankan citra mental seseorang atau objek,

bahkan jika orang atau objek tersebut tidak terlihat dan dengan konsep Margaret

Mahler tentang keteguhan objek (object conctancy), di mana anak mempunyai

gambaran mental tentang ibunya sebagai yang dapat dipercaya dan stabil. (Fase

perkembangan tersebut terjadi pada usia 24 sampai 36 bulan, menurut mahler).

Stadium 2. Otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu ( autonomy versus

shame and doubt) (kira-kira usia 1 tahun sampai 3 tahun). Otonomi merupakan

rasa penguasaan anak terhadap dirinya sendiri dan terhadap dorongan dan

desakannya . Anak yang baru belajar berjalan mendapatkan rasa bahwa mereka

terpisah dari yang lainnya. "Saya, " "kamu", dan "milikku" adalah kata-kata yang

sering digunakan oleh anak-anak selama periode ini. Anak memiliki pilihan

Page 15: Bahan Ajar

mempertahankan atau melepaskan, bekerja sama atau keras kepala. Periode ini

bertepatan dengan stadium perkembangan anal dari Freud. Bagi Erikson , periode

ini adalah waktu untuk anak menahan fesesnya (holding in) atau mengeluarkan

fese (letting go); kedua perilaku tersebut mempunyai pengaruh pada ibu.

Anak-anak dalam tahun kedua dan ketiga kehidupannya belajar untuk

berjalan sendirian, makan sendiri, mengontrol sfinger anal, dan untuk berbicara.

Maturasi muskular tersebut menentukan sifat stadium perkembangan ini. Jika

orang tua mengijinkan anak untuk berfungsi secara otonom dan bersikap

membantu tanpa bersikap overprotektif, anak mendapatkan kepercayaan diri dan

merasa bahwa mereka dapat mengontrol dirinya sendiri dan dunianya. Tetapi , jika

anak dihukum karena bersikap otonom atau dikontrol secara berlebihan, mereka

merasa marah dan dipermalukan. Jika orang tua menunjukkan persetujuan

tentang kontrol diri sendiri, harga diri anak meningkat , dan ras kebanggaan

berkembang. Kontrol yang berlebihan dari orang tua atau anak yang kehilangan

kontrol diri, disebut juga impotensi muskular dan anal oleh Erikson, menyebabkan

rasa ragu-ragu dan malu. Rasa malu menyatakan secara tidak langsung bahwa

seseorang dipandang benci oleh dunia luar. Hal ini menggali perasaan anak yang

merasa kecil saat berdiri tegak untuk pertama kalinya. Karena merasa kecil, anak

mudah merasa malu oleh pengalaman pengasuhan orang tua yang kurang.

Stadium 3. Inisiatif lawan rasa bersalah (Initiative versus guilt) . (Usia 3

tahun sampai 5 tahun) . Stadium ini berhubungan dengan fase falik-oedipal dari

Freud . Selama periode ini, anak mengembangkan rasa ingin tahu tentang seksual

yang dimanifestasikan dengan terlibat dalam permainan seks kelompok atau

menyentuh genitalianya sendiri atau teman sebayanya. Jika orang tua tidak

membuat masalah tentang dorongan masa anak-anak tersebut (Erikson memberi

contoh ini : "Jika kamu memegangnya, nanti dipotong oleh dokter:), dorongan

akhirnya ditekan dan tampak kembali selama masa remaja sebagai bagian dari

pubertas. Jika orang tua tertalu banyak mempermasalahkan dorongan tersebut,

anak dapat menjadi terhambat secara seksual.

Saat mendekati akhir tahun ketiga, mereka mampu untuk memulai aktivitas

morotik maupun intelektual. Apakah inisiatif diperkuat adalah tergantung pada

berapa banyak kebebasan yan gdiberikan pada anak dan bagaimana baiknya

keingintahuan intelektual mereka dipuaskan. Jika anak dibuat untuk merasa tidak

mampu tentang perilaku atau minatnya, mereka mungkin keluar dari periode ini

Page 16: Bahan Ajar

dengan rasa bersalah tentang aktivitas yang berasal dari inisiatif diri sendiri.

Konflik di sekitar inisiatif diri sendiri. Konflik di sekitar inisiatif dapat menghalangi

anak yang sedang berkembang untuk mengalami potensi sepenuhnya dan dapat

mengganggu perasaan ambisi mereka, yang berkembang selama stadium ini.

Anak mampu untuk bergerak secara mandiri dan aktif pada akhir stadium

ini. Bermain dengan teman sebayanya, anak belajar bagaimana untuk berinteraksi

dengan orang lain. Jika fantasi yang agresif telah ditangani dengan tepat (tidak

dihukum maupun didorong), anak mengembangkan rasa inisiatif dan ambisi.

Pada akhir stadium inisiatif lawan bersalah, kesadaran anak (superego dari

Freud) ditegakkan. Anak belajar tidak hanya bahwa terdapat bata-batas terhadap

perilaku sandiwara seseorang (sebagai contohnya, bahwa anak laki-laki tidak

dapat tidur dengan ibunya atau tidak dapat membunuh ayahnya) tetapi juga

dorongan agresif dapat diekspresikan dalam cara yang konstruktif, seperti

kompetisi yang sehat, permainan, dan menggunakan mainan. Perkembangan

suatu kesadaran menentukan sifat perasaan moral tentang benar dan salah.

Tetapi, hukuman yang beriebihan dapat membatasi imajinasi dan inisiatif anak.

Anak yang mengembangkan superego yang terlalu kuat. Anak dengan kualitas

semua atau tidak sama sekali, dapat menuntut sebagai orang dewasa bahwa

orang lain harus mematuhi peraturan moral mereka dan dengan demikian, dapat

menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Jika krisis inisiatif

diselesaikan dengan berhasil, rasa tanggung jawab, dapat diandalkan, dan disiplin

diri berkembang.

Stadium 4. Industri lawan inferioritas (industry vsus inferiority). (Usia

6 tahun sampai 11 tahun sampai akhir masa remaja ). Mengembangkan rasa

identitas adalah tugas utama dari periode ini, yang bertepatan dengan masa

pubertas dan masa remaja. dentitas didefinisikan sebagai karakteristik yang

membentuk seseorang dan ke mana tujuan mereka. Identitas yang sehat

dibangun pada keberhasilan mereka melewati stadium yang lebih awal.

Bagaimana keberhasilan mereka mendapatkan kepercayaan, otonomi, inisiatif,

dan industri mempunyai banyak pengaruh dengan perkembangan rasa identitas.

Identifikasi dengan orang tua atau pengganti orang tua yang sehat

mempermudah proses. Identitas berarti suatu rasa kekompakan inti dengan ide

dan nilai-nilai kelompok sosial. Seorang remaja adalah suatu penundaan

psikososial antara masa anak-anak dan masa remaja; selama penundaan

Page 17: Bahan Ajar

tersebut, berbagai peranan diuji. Remaja mungkin melakukan beberapa

kesalahan awal sebelum memutuskan suatu pekerjaan atau dapat keluar dari

sekolah, dan kembali di kemudian hari untuk menyelesaikan pendidikannya. Nilai

moral mungkin berubah, tetapi akhirnya suatu sistem etika digabungkan ke dalam

kerangka kerja organisasi yang logis.

KRISIS IDENTITAS. Suatu krisis identitas terjadi pada akhir masa remaja.

Erikson menyebutnya sebagai suatu krisis normatif, karena meruapakan suatu

peristiwa yang normal. Kegagalan untuk mengatasi stadium ini meninggalkan

anak remaja tanpa identitas yang kokoh; orang menderita difusi identitas atau

kebingungan peran, yang ditandai dengan tidak memiliki rasa diri dan oleh

kebingungan tentang posisinya di dunia. Kebingungan peran (role confusion)

dapat dimanifestasikan dalam kelainan perilaku tertentu seperti melarikan diri,

kriminalitas, dan psikosis yang jelas. Masalah dalam identitas jenis kelamin

(gender identity) dan peranan seksual menjadi tampak pada saat ini. Anak remaja

mungkin bertahan terhadap kebingungan peran dengan bergabung dalam

kelompok kecil atau pemujaan atau dengan mengidentifikasi dengan

pahlawan-pahlawan rakyat.

Stadium 6. Keintiman lawan Absorpsi - diri atau isolasi (intimacy

versus seff-absorption or isolation) . (Usia 21 tahun sampai 40 tahun). Periode ini

dimulai dari masa remaja akhir sampai masa usia pertengahan awal. Erikson

menyatakan bahwa konflik psikososial yang penting dapat timbul selama stadium

ini dan, seperti pada stadium sebelumnya, keberhasilan atau kegagalan

tergantung pada bagaimana baiknya dasar telah telah diletakkan dalam periode

yang lebih awal dan bagaimana dewasa muda berinteraksi dengan lingkungan .

Keintiman hubungan seksul, persahabatan, dan semua pergaulan yang dalam

adalah tidak menakutkan orang dengan krisis identitas yang telah terpecahkan.

Sebaliknya, orang yang mencapai tahun dewasa dalam keadaan kebingungan

peran yang masih terjadi adalah tidak mampu untuk menjadi teriibat dalam

hubungan yang kuat dan lama. Tanpa seorang teman atau pasangan perkawinan,

seseorang dapat menjadi terabsorbsi dengan dirinya sendiri dan menuruti kata

hatinya sendiri; sebagai akibatnya, suatu perasaan terisolasi dapat tumbuh

sampai proporsi yang berbahaya.

Di dalam keintiman yang sesungguhnya terdapat hubungan satu sama

lain. Kata tersebut mengingatkan stadium pertama dalam kehidupan. Jika anak

Page 18: Bahan Ajar

mencapai inisiatif dalam genitalitas, kenikmatan sensual pada masa anak-anak

bergabung dengan ide orgasme genital, dan dewasa muda adalah mampu untuk

bercinta dan membagi cinta dengan orang lain. Melalui krisis keintiman lawan

isolasi , seseorang lebih nementingkan ekslusivitas ketergantungan yang lebih

awal dan mendapatkan hubungan yang saling menguntungkan dengan kelompok

sosial yang lebih luas dan bermacam-macam.

Erikson mengutip pandangan Freud bahwa seseorang yang normal harus

mampu mencita dan bekerja (lieben und arbeiten). Demikian juga Erikson percaya

oahwa pekerjaan yang berarti, pemanfaatan waktu luang, dan rekreasi di dalam

hubungan yang penuh kasih sayang adalah suatu impian.

Stadium 7. Generativitas lawan stagnasi (generativity versus

stagnation). (Usia 40 tahun sampai 65 tahun). Selama dasawarsa yang terentang

dalam tahun-tahun pertengahan kehidupan, orang dewasa memilih antara

generativitas dan stagnasi. Generativitas bukan hanya mempermasalahkan

seseorang memiliki atau membesarkan anak-anak tetapi juga termasuk minat

yang vital terhadap lingkungan di luar rumah dalam membentuk dan memimpin

generasi yang akan datang atau memperbaiki masyarakat. Orang yang tanpa

anak dapat bersifat generatif jika mereka mengembangkan rasa altruisme

(mementingkan kepentingan orang lain) dan kreativitas. Tetapi sebagian besar

orang jika mampu, ingin melanjutkan kepribadian dan energinya dalam

menghasilkan dan perawatan keturunannya . Tetapi, menginginkan atau memiliki

anak, tidak memastikan generativitas. Orang tua harus mencapai identitasnya

sendiri secara berhasil untuk dapat benar-benar generatif.

Orang dewasa yang tidak mempunyai minat dalam memimpin atau

membentuk generasi yang mendatang kemungkinan mencari secara obsesif

keintiman yang tidak benar-benar intim. Orang tersebut kemungkinan menikah

dan bahkan menghasilkan anak-anak tetapi semuanya dalam suatu kepompong

masalah diri sendiri dan isolasi. Orang tersebut memanjakan dirinya sendiri

seakan-akan mereka adalah anak-anak dan menjadi asyik dengan dirinya sendiri

.Sebenarnya , orang tua yang tidak benar-benar yakin bahwa kehidupan didalam

lingkungan tertentu adalah bermanfaat mungkin menemukan bahwa anak-anak

mereka menyerap pesan tersebut hanya terlalu baik, hasilnya adalah tidak

mempunyai cucu-cucu.

Stagnasi adalah suatu keadaan mandul. Ketidakmampuan untuk

Page 19: Bahan Ajar

mengatasi tidak adanya kreativitas adalah berbahaya karena orang tidak mampu

untuk menerima pada akhirnya tidak ada dan ide bahwa kematian adalah

merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan.

Stadium 8. Integritas lawan keputus-asaan dan isolasi (integrity versus

despair). Usia tua adalah stadium kedelapan dari siklus kehidupan Erikson.

Stadium kedelapan dari siklus kehidupan Erikson. Stadium digambarkan sebagai

konflik antara integritas (rasa kepuasan yang dirasakan seseorang sebagai

pencerminan kehidupan yang produktif) dan keputus-asaan (rasa bahwa

kehidupan mempunyai sedikit tujuan atau arti). Masa dewasa akhir dapat

merupakan suatu periode kesenangan-suatu waktu untuk bersenang-senang

dengan cucu-cucu, untuk mengingat usaha besar seseorang, dan kemungkinan

untuk melihat buah yang dihasilkan seseorang digunakan secara baik oleh

generasi yang lebih muda. Integritas memungkinkan penerimaan tempat di dalam

siklus kehidupan dan pengatahuan bahwa kehidupan seseorang adalah tanggung

jawabnya sendiri. Terdapat suatu penerimaan tentang siapa dan di mana orang

tua seseorang dan pengertian bagaimana mereka menjalani kehidupannya.

Tanpa keyakinan bahwa kehidupan seseorang telah berarti dan seseorang

telah memberikan sumbangan, baik dengan menghasilkan anak-anak yang

senang atau dengan memberi pada generasi selanjutnya, orang lanjut usia

merasa takut akan kematian dan mempunyai rasa putus asa atau muak. Orang

yang membenci orang lain atau orang yang merendahkan orang lain berada dalam

keadaan putus asa.

Baru-baru ini, Erikson menulis tentang masalah orang yang berusia di atas

85 tahun yang harus menyeimbangkan otonomi dengan kebutuhan nyata untuk

pertolongan (sebagai contohnya, bantuan fisik dan ekonomi). Setiap orang harus

mengenali bahwa menjadi tua memerlukan persiapan yang aktif, yang harus

dimulai pada stadium kehidupan yang lebih awal. Karena masyarakat belum

disiapkan untuk memenuhi kebutuhan orang yang sangat lanjut usia, tanggung

jawab terbesar tetap di tangan individu.

Didalam kata-kata kesimpulan tentang stadium ini dalam "Childhood and

Society," Erikson menulis hal berikut ini : "anak-anak yang sehat tidak akan

merasa takut akan kehidupan jika orang tuanya mempunyai integritas yang cukup

untuk tidak merasa takut mati."

Page 20: Bahan Ajar

PSIKOPATOLOGI Tiap stadium siklus kehidupan mempunyai hasil psikopatologi sendiri jika

tidak diatasi dengan berhasil

Kepercayaan dasar. Suatu gangguan pada kepercayaan dasar menyebabkan

ketidakpercayaan dasar. Kepercayaan sosial pada bayi ditandai dengan

kemudahan memberikan makan , kedalaman tidur, dan homeostasis fisiologis

umum. Persiapan yang lama selama masa bayi dapat menyebabkan Hospitalisme

atau depresi anaklitik. Di dalam kehidupan di kemudian hari kehilangan

kepercayaan tersebut dapat dimanifestasikan dengan gangguan distimik, suatu

gangguan depresif, atau rasa ketidakberdayaan . Orang yang mengembangkan

dan mengandalkan pada pertahanan proyeksi-di mana , menurut Erikson, "kita

membantu orang yang berarti dengan kejahatan yang sebenarnya berada di

dalam diri kita mengalami rasa ketidakpercayaan sosial pada tahun-tahun pertama

kehidupannya dan kemungkinan mengalami gangguan paranoid atau delusional.

Ketidakpercayaan dasar adalah suatu penyumbang yang besar terhadap

perkembangan gangguan kepribadian skizoid dan, pada kasus yang paling berat,

pada perkembangan skizofrenia. Gangguan yang berhubungan dengan zat juga

dapat dihubungkan dengan ketidakpercayaan sosial ; kepribadian tergantung - zat

mempunyai kebutuhan ketergantungan - oral yang kuat dan menggunakan zat

kimia untuk memuaskan dirinya sendiri karena mereka percaya bahwa manusia

adalah tidak dapat dipercaya dan, yang paling buruk, adalah berbahaya. Jika tidak

diasuh dengan tepat, bayi merasa kosong dan kelaparan bukan hanya untuk

makanan tetapi juga untuk stimulasi sensual dan visual. Sebagai orang dewasa,

mereka dapat menj'adi pencari getaran yang merangsang yang tidak melibatkan

keintiman dan yang membantu menghindari perasaan depresi.

Otonomi

Saat anak berusaha untuk berkembang menjadi manusia yang otonom,

stadium yang seringkali disebut "dua hal yang menakutkan" (the terrible twos),

mengingat pada kesengajaan anak yang baru belajar berjalan pada stadium

perkembangan. Jika rasa malu dan ragu-ragu melebihi otonomi, keraguan

kompulsif dapat terjadi. Kekakuan kepribadian obsesif juga disebabkan dari

Page 21: Bahan Ajar

keragu-raguan yang meluap-luap.

Toilet training yang terlalu berlebihan yang sering dilakukan dalam

masyarakat sekarang, yang memerlukan tubuh yang bersih, tepat waktu, dan

wangi dapat menyebabkan kepribadian kompulsif yang berlebihan yang suka

menyakitkan, sangat teliti, dan mementingkan diri sendiri. Dikenal sebagai

kepribadian anal. Orang tersebut adalah pelit, tepat waktu, dan perfesionistik.

Terlalu banyak perasaan malu mnyebabkan anak merasa jahat atau kotor

dan dapat membuka jalan untuk perilaku kenakalan. Sebagai akibatnya , anak

berkata "jika hal itu adalah yang mereka pikirkan tentang saya , maka itulah yang

akan saya lakukan. "Kepribadian paranoid merasa bahwa orang lain mencoba

untuk menguasai mereka, suatu perasaan yang mungkin berasal selama stadiun

otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu. Jika disertai dengan ketidakpercayaan,

ditanam benih untuk waham-waham persekutorik. Gangguan impulsif dapat

dijelaskan sebagai penolakan seseorang untuk dihalangi atau dikendalikan

Inisiatif

Erikson menyatakan, :Di dalam patologi, konflik di atas inisiatif

diekspresikan dalam penyangkalan histerikal Hysterical denial), yang

menyebabkan penekanan harapan atau pembatalan organ pelaksana dengan

paralisis atau impotensi ; atau senang pamer yang terlalu berlebihan, di mana

individu yang ketakutan, terlalu ingin untuk merendah , malahan sebenarnya

menonjol dirinya. Di masa lalu, histeria biasanya merupakan bentuk regresi

patologis yang umum didalam bidang ini, tetapi loncatan ke penyakit psikosomatis

adalah tidak diketahui

Rasa bersalah yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai keadaan,

seperti gangguan kecemasan umum dan fobia. Pasien merasa bersalah karena

impuls normalnya, dan mereka menekan impuls tersebut, dengan menyebabkan

pembentukan gejala .Inhibisi seksual dapat terjadi selama stadium inisiatif lawan

rasa bersalah. Gangguan konversi atau kecemasan fobia dapat terjadi jika konflik

oedipal tidak dipecahkan. Saat fantasi seksual diterima sebagai tidak dapat

diwujudkan, anak dapat menghukum dirinya sendiri atas fantasi tersebut dengan

melukai genitalianya. Di dalam penyerangan yang brutal terhadap superego yang

sedang berkembang, mereka dapat menekan keinginannya dan mulai untuk

menyangkalnya. Jika pola dibawa terus , paralisis, inhibisi, atau impotensi dapat

Page 22: Bahan Ajar

terjadi. Atau, dalam rasa takut tidak mampu untuk menikmati hidup seperti yang

diharapkan orang lain, anak mungkin kembali kepenyakit psikosomatis.

Industri Erikson menggambarkan industri sebagai suatu "rasa mampu untuk

membuat sesuatu dan membuatnya baik dan bahkan secara sempurna. "Jika

usaha anak dihalangi, mereka menjadi merasa bahwa tujuan pribadi tidak dapat

dihalangi, mereka menjadi merasa bahwa tujuan pribadi tidak dapat dicapai atau

mereka tidak bermanfaat, dan rasa inferioritas berkembang. Pada orang dewasa,

perasaan inferioritas tersebut dapat menyebabkan hambatan kerja yang berat dan

suatu struktur karakter yang ditandai dengan perasaan dapat menyebabkan

dorongan kompensasi untuk mencari uang, kekuasaan, dan martabat. Pekerjaan

dapat menjadi tujuan utama kehidupan, melebihi keintiman.

Identitas

Banyak gangguan pada masa remaja dapat dihubungkan dengan

kebingungan identitas (identity confusion). Bahaya adalah difusi peran. Erikson

menyatakan: Jika hal ini didasarkan pada rasa ragu-ragu yang kuat sebelumnya

seperti pada identitas seksual seseorang. Peristiwa kejahatan dan psikotik

seketika adalah tidak jarang. Jika didiagnosis dan diobati dengan tepat , peristiwa

tersebut tidak mempunyai kepentingan fatal yang sama seperti pada usia lainnya.

Hal ini terutama adalah ketidakmampuan untuk menentukan suatu identitas

okupasional yang mengganggu orang muda. Untuk menjaga diri mereka

bersama-sama, mereka kadang-kadang mengidentifikasi secara bertebihan

dengan pahlawan kelompok dan masyarakat, sampai titik yang tampaknya

kehilangan identitas sepenuhnya.

Gangguan lain selama stadium identitas lawan difusi peran adalah

gangguan konduksi, gangguan perilaku mengacu (distruptive behavior disorders),

gangguan identitas jenis kelamin, gangguan skizofreniform, dan gangguan

psikotik lainnya. Kemampuan untuk meninggalkan rumah dan hidup secara

mandiri adalah tugas penting selama periode ini. Ketidakmampuan untuk terpisah

dari orang tuanya dan ketergantungan yang lama dapat terjadi.

Page 23: Bahan Ajar

Keintiman

Keberhasilan membentuk perkawinan dan keluarga yang stabil tergantung

pada kemampuan untuk menjadi intim. Tahun-tahun masa dewasa muda adalah

penting untuk memutuskan apakah akan menikah dan dengan siapa. Identitas

jenis kelamin menentukan objek pilihan, apakah heteroseksual atau homoseksual

, tetapi membuat hubungan yang intim dengan orang lain adalah tugas yang

utama. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid tetap terisolasi dari orang lain

karena rasa takut, kecurigaan, ketidakmampuan untuk mengambil risiko, atau

tidak adanya kemampaun untuk mencinta.

Generativas

Dari kira-kira usia 40 sampai 65 tahun, yaitu periode masa dewasa

pertengahan, gangguan spesifik adalah kurang jelas ditetapkan dibandingkan di

dalam stadium lain yang digambarkan oleh Erikson. Orang setengah tua

menunjukkan insidensi depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang

dewasa yang lebih muda, yang mungkin berhubungan dengan kekecewaan dan

kegagalan harapan orang setengah tua saat mereka mengenang kembali masa

lalu, mengingat bagaimana kehidupan mereka telah berjalan, dan menghadapi

masa depan. Peningkatan penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya juga

terjadi pada saat ini.

Integritas

Gangguan kecemasan seringkali berkembang pada lanjut usia. Di dalam

rumusan Erikson, perkembangan tersebut mungkin berhubungan dengan tinjauan

balik seseorang ke masa lalunya dengan rasa panik. Waktu telah berjalan , dan

kesempatan telah dipergunakan. Penurunan fungsi fisik dapat berperan pada

penyakit psikosomatik, hipokondriasis, dan depresi. Angka bunuh diri adalah

paling tinggi setelah usia 65 tahun. Orang yang menghadapi kematian mungkin

tidak dapat mentoleransi hal tersebut jika mereka belum bersikap generatif atau

mampu membuat perlekatan yang erat di dalam kehidupannya. Integritas bagi

Erikson drtandai dengan penerimaan tersebut tidak ada, oang memasuki keadaan

keputus-asaan dan ketidakberdayaan yang dapat menyebabkan gangguan

depresi yang berat.