Pengelolaan Sumberdaya dalam Penanggulangan Bencana

download Pengelolaan Sumberdaya dalam Penanggulangan Bencana

of 8

Transcript of Pengelolaan Sumberdaya dalam Penanggulangan Bencana

  • 8/7/2019 Pengelolaan Sumberdaya dalam Penanggulangan Bencana

    1/8

    SUMBERDAYA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

    Oleh: Danang Insita PutraMahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Bencana

    Universitas Pertahanan Indonesia

    ABSTRAK

    Penanggulangan bencana memerlukan penanganan yang lintas sektor, lintaspelaku, dan lintas disiplin yang terkoordinasi. Kerjasama ini membutuhkankomitmen bersama agar tidak terjadi overlap atau tumpang tindih dalampelaksanaannya. Disamping itu kerjasama ini digunakan sebagai upaya untukmemanfaatkan sumberdaya yang ada untuk kepentingan bersama dalampenanggulangan bencana. Pembentukan suatu lembaga yang khususmenangani kebencanaan di suatu negara (misalnya BNPB di Indonesia) tidakbertujuan untuk mengambil alih semua sumberdaya yang ada dalamPenanggulangan Bencana, namun lebih pada aspek koordinasi a garpelaksanaannya lebih terstruktur dan terorganisasi.

    Kata Kunci: bencana, sumberdaya

    PENDAHULUAN

    Sejak akhir abad 20, paradigma manajemen bencana di dunia ini mulaibergeser dari pendekatan penanggulangan yang bersifat responsif (tanggapdarurat) ke arah preventif yakni pencegahan dan pengurangan risiko bencana.Hal ini sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pelajaran yangdapat diambil dari penanganan bencana yang belakangan ini cenderungmeningkat dengan korban yang semakin banyak.United Nations InternationalDecade for Natural Disaster Reduction (IDNDR), yang berakhir pada 1999,

    memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan kepedulianmasyarakat internasional akan pemahaman pentingnya pengurangan risikobencana. Dekade pengurangan bencana tersebut dicanangkan pada 1989dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa melalui Resolusi 44/236.Langkah ini berkembang terus dan telah diterapkan di berbagai negara,sehingga pada Konferensi Dunia Pengurangan Risiko Bencana di Kobe,Jepang tahun 2005 dirumuskan prioritas -prioritas aksi yang dituangkan dalamHyogo Framework for Action (HFA).

    Beberapa rumusan strategi Internasional dalam Pengurangan Risiko Bencanadilakukan dengan tujuan antara lain:

    1. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap bencana alam,teknologi,lingkungan dan bencana sosial

    2. Mewujudkan komitmen pemerintah dalam mengurangi risiko bencanaterhadap manusia, kehidupan manusia, infrastruktur sosial danekonomi serta sumber daya lingkungan

    3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatanpengurangan risiko bencana melalui peningkatan kemitraan danperluasan jaringan upaya pengurangan risiko bencana

    4. Mengurangi kerugian ekonomi dan sosial akibat bencana

  • 8/7/2019 Pengelolaan Sumberdaya dalam Penanggulangan Bencana

    2/8

  • 8/7/2019 Pengelolaan Sumberdaya dalam Penanggulangan Bencana

    3/8

    anggaran dalam penanggulangan bencana dapat dijadikan ukuranuntuk menentukan kapasitas/kemampuan suatu lembaga dalampenanggulangan bencana.

    b. Availabilit adalah bagaimana mengukur tingkat ketersedian

    infrastruktur dalam penanggulangan bencana. Karena masing -masinglembaga juga melaksanakan sektor tertentu, maka ukuran tingkat

    ketersediaan ini adalah tergantung pada sektor tersebut juga.Misalnya bagaimana kesiapan infrastruktur suatu rumah sakit untukmenerima korban bencana di sekitarnya. Monitoring dan laporan asetyang dilaksanakan secara rutin dapat menjadi solusi untuk mengukurkapasitas suatu lembaga ini.

    c. Durabilit adalah untuk mengukur sejauh mana suatu lembaga dapatberperan aktif dalam suatu operasi penanggulangan bencana dankapan harus bekerjasama dengan pihak lain.

    d. Operational Integrit adalah bagaimana suatu lembagamempertanggungjawabkan pemanfaatan sumberdaya yang ada p ascadilaksanakannya kegiatan penanggulangan bencana.Pengadministrasian serta pelaporan yang tepat dapat menghindari

    masalah yang dapat terjadi di kemudian hari.

    PENATAAN KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA

    Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 ahun 2007 te ntangPenanggulangan Bencana, lembaga utama yang khusus menanganipenanggulangan bencana di tingkat nasional adalah Badan NasionalPenanggulangan Bencana (BNPB). BNPB merupakan Lembaga Pemerintahnon-Kementerian yang dipimpin oleh pejabat setingkat menteri . Lembaga inibertugas untuk merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulanganbencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat,

    efektif dan efisien, serta melakukan pengkoordinasian pelaksanaan kegiatanpenanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

    Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana BNPB tidak bekerjasendiri tetapi bekerja sama dengan Kementerian, Lembaga dan instansiterkait. Untuk pencarian dan penyelamatan korban bencana, BNPB bekerjasama dengan entara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia,Basarnas dan PMI. Untuk penanganan pengungsi, BNPB bekerja samadengan Kementerian Sosial. Untuk pemetaan daerah - daerah rawan, BNPBbekerja sama dengan Bakosurtanal dan Kementerian/Lembaga yang secarakhusus menangani ancaman tertentu. Untuk pengembangan sistemperingatan dini, BNPB bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber

    Daya Mineral dan BMK untuk bencana-bencana geologis, denganKementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, KementerianKehutanan, LAPAN, dan BMK untuk bencana-bencana hidrometeorologis,dan didukung oleh instansi yang terkait dengan penelitian sepertiKementerian Riset dan eknologi, BPP , LIPI serta didukung juga olehperguruan tinggi.

  • 8/7/2019 Pengelolaan Sumberdaya dalam Penanggulangan Bencana

    4/8

    Dalam dokumen Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014secara garis besar dirumuskan peran dan fungsi Kementerian dan LembagaPemerintah di tingkat pusat adalah sebagai berikut:

    1. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyatmengkoordinasikan program-program dan kegiatan penanggulangan

    bencana lintas kementerian dan lembaga.2. Kementerian Dalam Negeri mengendalikan kegiatan pembinaan

    pembangunan daerah yang berkaitan dengan penanggulangan bencana.3. Kementerian Luar Negeri mendukung program -program dan kegiatan

    penanggulangan bencana yang berkaitan dengan mitra internasional.4. Kementerian Pertahanan mendukung pengamanan daerah - daerah yang

    terkena bencana, baik pada saat tanggap darurat maupun pasca bencana.5. Kementerian Hukum dan HAM mendorong peningkatan dan

    penyelarasan perangkat-perangkat hukum terkait kebencanaan.6. Kementerian Keuangan penyiapan anggaran biaya kegiatan

    penyelenggaraan penanggulangan bencana pada masa pra, saat danpasca bencana.

    7. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral merencanakan danmengendalikan upaya mitigasi di bidang bencana geologi dan bencanaakibat ulah manusia yang terkait dengan bencana geologi.

    8. Kementerian Pertanian merencanakan dan mengendalikan upaya mitigasidi bidang bencana kekeringan dan bencana lain terkait bidang pertanian.

    9. Kementerian Kehutanan merencanakan dan mengendalikan upayamitigasi khususnya kebakaran hutan/lahan.

    10. Kementerian Perhubungan merencanakan dan melaksanakan dukungankebutuhan transportasi.

    11. Kementerian Kelautan dan Perikanan merencanakan dan mengendalikanupaya mitigasi di bidang bencana tsunami dan abrasi pantai.

    12. Kementerian Pekerjaan Umum merencanakan tata ruang daerah yang

    peka terhadap risiko bencana, penyiapan lokasi dan jalur evakuasi dankebutuhan pemulihan sarana dan prasarana publik.

    13. Kementerian Kesehatan merencanakan pelayanan kesehatan dan mediktermasuk obat-obatan dan tenaga medis/paramedis.

    14. Kementerian Pendidikan Nasional merencanakan dan mengendalikanpenyelenggaraan pendidikan darurat untuk daerah -daerah terkenabencana dan pemuliah sarana-prasarana pendidikan, sertamengkoordinasikan pendidikan sadar bencana.

    15. Kementerian Sosial merencanakan kebutuhan pangan, sandang, dankebutuhan dasar lainnya untuk para pengungsi.

    16. Kementerian Komunikasi dan Informatika merencanakan danmengendalikan pengadaan fasilitas dan sarana komunikasi darurat untukmendukung tanggap darurat bencana dan pemulihan pasca bencana.

    17. Kementerian enaga Kerja dan ransmigrasi merencanakanpengerahan dan pemindahan korban bencana ke daerah yang amanbencana.

    18. Kementerian Riset dan eknologi melakukan kajian dan penelitiansebagai bahan untuk merencanakan penyelenggaraan penanggulanganbencana pada situasi tidak terjadi bencana, tahap tanggap darurat, dantahap rehabilitasi dan rekonstruksi.

  • 8/7/2019 Pengelolaan Sumberdaya dalam Penanggulangan Bencana

    5/8

    19. Kementerian Koperasi dan UKM menyelenggarakan progra m- programusaha kecil dan kegiatan ekonomi produktif bagi warga masyarakatmiskin di daerah-daerah pasca bencana untuk mempercepat pemulihan.

    20. Kementerian Lingkungan Hidup merencanakan dan mengendalikanupaya yang bersifat preventif, advokasi dan deteksi dini dalampencegahan bencana terkait lingkungan hidup.

    21. Kementerian Pembangunan Daerah ertinggal merencanakan danmengendalikan program-program pembangunan di daerah tertinggal yangberdasarkan kajian risiko bencana.

    22. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional mendukungperencanaan program-program pembangunan yang peka risiko bencana.

    23. Kementerian Perumahan Rakyat mengkoordinasikan pengadaanperumahan untuk warga-warga yang menjadi korban bencana.

    24. entara Nasional Indonesia membantu dalam kegiatan pencar ian danpenyelamatan (SAR) dan mendukung pengkoordinasian upaya tanggapdarurat bencana.

    25. Kepolisian Republik Indonesia membantu dalam kegiatan SAR danpengamanan saat darurat termasuk mengamankan lokasi yang

    ditinggalkan karena penghuninya mengungsi.26. Basarnas mendukung BNPB dalam mengkoordinasikan dan

    menyelenggarakan kegiatan pencarian dan penyelamatan (SAR).27. Bakosurtanal merencanakan dan mengendalikan pemetaan risiko

    bencana bekerja sama dengan kementerian/lembaga teknis.28. BMK membantu dalam bidang pemantauan potensi bencana yang

    terkait dengan meteorologi, klimatologi dan geofisika.29. BPP membantu dalam bidang pengkajian dan penerapan teknologi

    khususnya teknologi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana.30. BPS membantu dalam bidang penyiapan data-data statistik.31. BPN membantu dalam bidang penyediaan data -data pertanahan.32. LIPI membantu dalam bidang pengkajian ilmu pengetahuan yang

    berkaitan dengan penanggulangan bencana.33. LAPAN membantu dalam bidang penyediaan informasi dan data spasial

    khususnya dari satelit.34. BSN membantu dalam bidang standarisasi pedoman-pedoman maupun

    panduan penanggulangan bencana.35. Bapeten membantu dalam bidang pemantauan, pemanfaatan dan

    pengendalian bahaya nuklir.36. BA AN membantu dalam bidang pemantauan, pemanfaatan dan

    pengendalian bahaya akibat tenaga atom.

    Dalam situasi normal atau dalam situasi tidak terdapat bencana, program -program dan kegiatan pengurangan risiko bencana di tingkat pusatdilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga sesuai dengan tanggung jawab dankewenangan masing-masing.

  • 8/7/2019 Pengelolaan Sumberdaya dalam Penanggulangan Bencana

    6/8

    PERAN PERGURUAN TINGGI DAN NON-GOVERNMENTORGANISATIONS (NGOs) DALAM PB

    Perguruan inggi sebagai pusat ilmu pengetahuan harus terlibat aktif dalamkegiatan Penanggulangan Bencana dengan memfasilitasi peningkatankapasitas penanggulangan bencana dan mengembangkan pengetahuan

    serta teknologi kebencanaan di tingkat pusat dan daerah. Dalam eradesentralisasi ini tidak mungkin pemerintah pusat, dalam hal ini BNPB,menyelenggarakan semua kegiatan dan program pengembangan kapasitaspenanggulangan bencana bagi daerah. Oleh karena itu, BNPB akanmembangun kemitraan dengan perguruan tinggi di tingkat pusat dan daerahdalam bekerja sama meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana.Perguruan tinggi diharapkan turut mengembangkan ilmu pengetahuan danteknologi penanggulangan bencana yang sesuai dengan konteks daerahmasing-masing.

    Dalam banyak kejadian bencana belakangan ini, Lembaga SwadayaMasyarakat (LSM), baik LSM lokal, nasional maupun internasional kian

    berperan besar terutama pada saat tanggap darurat dan pasca bencana.Peran lembaga-lembaga ini akan lebih ditingkatkan lagi, terutama untukmendorong upaya pengurangan risiko dan kesiapsiagaan di tingkatmasyarakat. Pemerintah akan bekerja sama lebih erat dengan lembaga -lembaga swadaya masyarakat dan organisasi mitra lainnya dalammeningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana. erkaitdengan itu, pemerintah juga akan membangun kerjasama yang lebih besardengan LSM dan organisasi-organisasi masyarakat dalam menggalangrelawan dan mendorong kerelawanan dalam penanggulangan bencana.

    PERAN MILITER DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

    Militer telah berperan secara aktif dalam penanggulangan bencana dibeberapa negara. Peran militer ini adalah sebagai salah satu operasi di luarperang. Kenapa militer harus ikut serta dalam penanggulangan bencana,terutama pada saat tanggap darurat? Pertanyaan ini selalu diajukan pihak-pihak yang beranggapan bahwa militer tidak boleh terlalu aktif terlibat dalamkegiatan-kegiatan diluar kewenangan mereka. Militer adalah organisasi yangpaling sigap, lengkap, solid, dan memiliki tugas khusus dalam suatu negara .

    ugas tradisional militer adalah mempertahankan kedaulatan negara. Karenaitu, militer memiliki kemampuan mengerahkan personel dan perlengkapannyauntuk melakukan misi perang (combat mi

    ion

    ) dalam segala kesempatan

    dengan taruhan nyawa sekalipun. Lalu, apakah militer dapat digunakan untukmembantu menangani bencana? Jawabannya tentu bisa, namun tergantung

    dari kemauan pemerintah suatu negara dalam membekali militernya u ntukmelakukan misi bukan perang (non-combat mi ion ) yang juga untukkeselamatan negara.

    Saat gempa Sichuan tahun 2008, entara Pembebasan Rakyat inamengirimkan bantuan segera ke daerah bencana. Helikopter militerdikerahkan untuk mengirimkan makanan, obat-obatan, dan tenda bagikorban gempa. Hal yang sama dilakukan pula oleh serdadu Amerika Serikatsaat terjadi bencana di dalam negerinya, seperti Hurricane Katrina tahun

  • 8/7/2019 Pengelolaan Sumberdaya dalam Penanggulangan Bencana

    7/8

    2005. Bahkan, bagi pemerintah AS, non-combat missions atau humanitarianworks menjadi trade mark baru dalam memanfaatkan militernya di luarnegeri, seperti saat gempa dan tsunami Aceh tahun 2004. Walaupundisinyalir kalau misi non-perang ini adalah bagian dari strategi baru politik ASselain perang. Di lain pihak, bencana angin puyuh Nargis di Myanmar tidakdisikapi dengan baik oleh junta militernya. Mereka tidak m emiliki kemampuan

    (atau kemauan) yang memadai untuk mengerahkan energi perangnya untukmembantu korban. Yang lebih menyedihkan, bantuan luar negeri pun ditolakdengan alasan politis yang kental.Sejauh mana peran militer dalampenanggulangan bencana adalah tergantung dari peraturan perundanganyang berlaku di negara yang bersangkutan. Peraturan tersebut juga mengaturbagaimana hubungan antara sipil dan militer dalam penanggulan gan bencana.Pada banyak negara, pada fase tanggap darurat adalah dimana militerberperan penting terutama untuk penyaluran logistik serta evakuasi korban.

    BANTUAN MILITER DARI NEGARA LAIN

    Sebagai acuan, terdapat he uidelines on the Use of Military and ivil

    Defence Assets in Disaster Relief (Oslo uidelines) yang disusun padatahun 1994 berdasarkan harter PBB dan resolusi Majelis Umum PBB. Oslouidelines (Pedoman Oslo) adalah suatu panduan yang tidak mengikat tetapi

    menyediakan suatu model kerangka kerja hukum penggunaan aset (personil,peralatan, barang dan jasa) militer untuk keperluan penanggulangan bencanaalam, teknologi dan lingkungan serta bencana kompleks dalam kontekskeadaan damai dan melibatkan suatu pemerintahan yang stabil.Bantuaninternasional dapat meliputi barang, personil dan jasa pelayanan yangdisediakan oleh masyarakat internasional kepada suatu negara penerimautnuk memenuhi kebutuhan mereka yang terkena dampak bencana. Initermasuk semua tindakan yang diperlukan untuk mengijinkan danmemudahkan gerakan diatas wilayah, termasuk kawasan perairan dan udara,

    dari negara tansit. Bantuan ini bersifat semata -mata kemanusiaan dan berciritidak memihak. Mereka didasarkan pada prinsip-prinsip kedaulatan negaradan dilaksanakan tanpa membedakan ras, warna kulit, jender, bahasa, politikmaupun keagamaan.

    Bantuan aset militer adalah personil, peralatan, pasokan barang, danpelayanan yang disediakan oleh angkatan militer dan pertahanan sipil darinegara lain untuk operasi kemanusiaan penanggulangan bencana. Berdasarkonvensi eneva 1949, aset semacam itu diberikan kekebalan dari proseshukum terhadap tindakan mereka selama dalam tugas resmi dalammenyampaikan bantuan internasional, dan pengecualian dari bea dan pajaklangsung maupun tidak langsung. Kemudahan semacam ini berlaku ketika

    aset militer memasuki wilayah dan berada dalam payung kendali operasiinternasional. Negara penerima dapat meminta negara pembantu untukmenarik aset militernya kapan saja.

  • 8/7/2019 Pengelolaan Sumberdaya dalam Penanggulangan Bencana

    8/8

    Prinsip-prinsip bantuan aset militer dalam operasi internasional adalah :

    1. Berdasarkan permintaan atau atas persetujuan negara penerima

    2. idak menimbulkan ongkos pada negara penerima

    3. Merupakan dukungan terhadap penanggulangan bencana setempat

    4. Merupakan unsur penambah atau pelengkap dari pemer intah setempat

    5. Berdasarkan kebutuhan, tidak berpihak, dan tidak membedakan

    6. idak bersenjata dan mengenakan seragam nasional

    KESIMPULAN

    Penanganan kejadian bencana sendiri merupakan tolok ukur keberhasilanpenanggulangan bencana. Ibarat proses pendidikan di sekolah, upayapengurangan risiko bencana pada tahap pra bencana hanyalah prosesbelajar, sedangkan penanganan kejadian bencana merupakan ujiannya.Penanganan kejadian bencana bukan hanya pada fase tanggap darurat sajatetapi juga rehabilitasi dan rekon struksi. antangan pada fase tanggapdarurat adalah lambatnya penanganan dan belum terkoordinasi dengan baikpelaku penanggulangan bencana. Sedang tantangan pada rehabilitasi danrekonstruksi adalah belum dilibatkannya kearifan lokal dan prinsipmembangun kembali lebih baik (buil back better).